Anda di halaman 1dari 45

ANALISIS KEKUATAN PONDASI TIANG PANCANG

TERHADAP BEBAN GEMPA PADA GEDUNG RSUD KOTA


DEPOK BERDASARKAN SNI 1726:2012

RIA TRIANDINI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kekuatan


Pondasi Tiang Pancang terhadap Beban Gempa pada Gedung RSUD Kota Depok
Berdasarkan SNI 1726:2012 adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2017

Ria Triandini
NIM F44130034
ABSTRAK
RIA TRIANDINI. Analisis Kekuatan Pondasi Tiang Pancang terhadap Beban
Gempa pada Gedung RSUD Kota Depok Berdasarkan SNI 1726:2012. Dibimbing
oleh ERIZAL.

Pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban


bangunan ke tanah atau batuan yang ada di bawahnya. RSUD Kota Depok yang
dibangun pada tahun 2008 perlu dievaluasi kekuatannya terhadap beban gempa
berdasarkan SNI 1726:2012. Berdasarkan penelitian, nilai kapasitas dukung ultimit
tiang sebesar 388.8 ton dan daya dukung ijin sebesar 129.6 ton. Daya dukung aksial
kuat menahan beban aksial kecuali pada pondasi jenis PC18. Nilai daya dukung
aksial pemodelan pada PC18 sebesar 19 991.99 kN sedangkan hasil perhitungan
sebesar 15 424.33 kN. Nilai daya dukung lateral (Hu) tiang pancang sebesar 1132.13
kN dan nilai daya dukung lateral pemodelan terbesar berada pada jenis PC7 pada
arah gaya Y (Hy) dengan nilai 802.70 kN. Penurunan tunggal pondasi pada gedung
RSUD Kota Depok sebesar 1.17 cm. Penurunan kelompok terbesar terjadi pada
PC18 sebesar 5.17 cm. Penurunan izin pada PC18 sebesar 58.5 cm. Nilai daya
dukung dan penurunan pondasi hasil perhitungan lebih besar dibanding nilai yang
didapat dari pemodelan melalui program ETABS, maka dapat disimpulkan daya
dukung dan penurunan pondasi RSUD Kota Depok aman.

Kata kunci: daya dukung, gempa, penurunan pondasi, tiang pancang

ABSTRACT
RIA TRIANDINI. Analysis of Pile Foundation Strength towards Earthquake Load
at RSUD Building Depok City Based on SNI 1726:2012. Supervised by ERIZAL.

The foundation is the lowest part of the building that continues the burden of
building to the soil or rock underneath. RSUD Kota Depok was built in 2008 and
its strength need to be evaluated towards earthquake load based on SNI 1726:2012.
Based on the research, the value of ultimate pile bearing capacity was 388.8 tons
and permitted bearing capacity was 129.6 tons. The axial bearing capacity would
support an axial load except on foundation PC18. The axial bearing capacity value
of the model was 19 991.91 kN while the calculation result was 15 424.33 kN. The
value of lateral bearing capacity (Hu) was 1 132.13 kN and the largest value of
lateral bearing capacity of the model was on PC7 for Hy settlement with the value
of 802.70 kN. Foundation single settlement of the RSUD Kota Depok was 1.17 cm.
The largest group settlement occurred in PC18 of 5.171 cm. Decrease in permitted
settlement on PC18 was 58.5 cm. The calculation result of bearing capacity and
foundation settlement were higher than the modeling result using ETABS, so the
bearing capacity and foundation settlement of RSUD Kota Depok were safe.

Keyword: bearing capacity, earthquake, pile foundation, settlement foundation


ANALISIS KEKUATAN PONDASI TIANG PANCANG
TERHADAP BEBAN GEMPA PADA GEDUNG RSUD KOTA
DEPOK BERDASARKAN SNI 1726:2012

RIA TRIANDINI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Judul penelitian : Analisis Kekuatan Pondasi Tiang Pancang terhadap Behan
Gempa pada Gedung RSUD Kota Depok Berdasarkan SNI
1726:2012
Nama : Ria Triandini
NIM : F44130034

Disetujui oleh

Dr Ir Erizal, M. Agr
Pembimbing

Diketahui oleh

Tanggal Lulus: 2 9 S[? 2017


i

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunianya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Kekuatan Pondasi Tiang
Pancang terhadap Beban Gempa pada Gedung RSUD Kota Depok Berdasarkan
SNI 1726:2012” ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini tidak dapat
diselesaikan tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Erizal, M.Agr selaku dosen pembimbing yang memberikan arahan dan
bimbingan selama penelitian berlangsung.
2. Bapak Tri Sudibyo, S.T., M.Sc dan Dr. Yudi Chadirin, S. TP., M. Agr selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi.
3. Kedua orang tua, Bapak Hariyanto dan Ibu E.Jubaedah serta kakak Nita
Septiyanti dan Yosi Anggita atas doa, dukungan, dan motivasi yang diberikan.
4. PT. Hutama Karya atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian
pada proyek yang sedang dilaksanakan.
5. Annette, Cahyandika Yoga P, Nur Rizky Aulia, dan Fikali Maklas sebagai
rekan satu bimbingan atas bantuan dan semangatnya.
6. Tiara Jasmine Novianty, Serin Imsa Arizuni, Astrid Wijayanti, Mahda Amalia,
Qurranisya Chella, Nita Febriani atas segala kebersamaan selama di IPB.
7. Dinda Puteri Pertiwi, Tirsa Suharmuliyani, Nerry Apriyani, Febri Melinda,
Selia Restia Rizha, Safira Inkemaris, Sherly Agustini, M Haykal N R, Arief
Badrani H, dan Aditya Mandagi atas bantuan, semangat, dan segala
kebersamaannya
8. Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 50 yang tidak dapat
disebutkan satu persatu atas dukungan serta saran yang diberikan.
Masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran
yang bersifat membangun diharapkan demi peningkatan kualitas dalam penulisan
selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi
yang membutuhkan

Bogor, September 2017

Ria Triandini
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
1
DAFTAR GAMBAR iii
1
DAFTAR LAMPIRAN iii
1
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Klasifikasi Pondasi 2
Pembebanan Struktur Atas 3
Pembebanan Struktur Bawah 6
METODE PENELITIAN 10
Waktu dan Tempat 10
Alat dan Bahan 11
Prosedur Penelitian 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Spektrum Gempa 12
Pemodelan Struktur Atas 13
Analisis Pondasi 15
KESIMPULAN 19
Simpulan 19
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 21
RIWAYAT HIDUP 31
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Koefisien situs, Fa berdasarkan SNI 1726:2012 5


Tabel 2 Koefisien situs, Fv berdasarkan SNI 1726:2012 5
Tabel 3 Nilai efisiensi kelompok tiang berdasarkan formula Fled 8
Tabel 4 Nilai Cp berdasarkan jenis tanah dan pondasi 10
Tabel 5 Nilai fator keutamaan gempa 12
Tabel 6 Percepatan batuan dasar dan muka tanah berdasarkan SNI 1726:2002 13
Tabel 7 Nilai pembebanan yang digunakan pada pemodelan 14
Tabel 8 Hasil perhitungan efisiensi dan daya dukung kelompok 15
Tabel 9 Perbandingan daya dukung aksial perhitungan dan beban di lapangan 16
Tabel 10 Perbandingan daya dukung lateral perhitungan dan beban di lapangan 17
Tabel 11 Perbandingan momen hasil perhitungan dan keadaan di lapangan 17
Tabel 12 Penurunan kelompok pondasi tiang pancang 18

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pondasi tiang 3


Gambar 2 Respon Spektrum desain 6
Gambar 3 Tahanan ujung dan tahanan kulit pada pondasi tiang pancang 7
Gambar 4 Kapasitas lateral ultimit tiang panjang pada tanah lempung 9
Gambar 5 Lokasi penelitian 10
Gambar 6 Bagan alir penelitian 11
Gambar 7 Desain rencana spektrum gempa berdasarkan SNI 1726:2012 13
Gambar 8 Gambar hasil pemodelan program ETABS 14
Gambar 9 Jenis pile cap berdasarkan jumlah pondasi 15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kategori risiko bangunan gedung untuk beban gempa 21


Lampiran 2 Klasifikasi situs tanah 22
Lampiran 3 Peta Gempa Indonesia 2002 23
Lampiran 4 Peta Gempa Indonesia 2010 percepatan batuan dasar 0.2 detik 24
Lampiran 5 Peta Gempa Indonesia 2010 percepatan batuan dasar 1.0 detik 25
Lampiran 6 Kondisi tanah sesuai lokasi pengujian 26
Lampiran 7 Hasil uji SPT tanah 27
Lampiran 8 Contoh Perhitungan 28
Lampiran 9 Denah pile cap 29
Lampiran 10 Denah ruangan lantai 1 20
30
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar dunia yaitu
Lempeng Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik (Budiono dan
Supriatna 2011). Banyaknya gunung api dan letak Indonesia terhadap lempeng
bumi mengakibatkan Indonesia menjadi negara yang rawan terhadap bencana
gempa bumi. Dampak dari adanya gempa bumi menyebabkan adanya korban jiwa
dan kerusakan struktur serta infrastruktur. Kerusakan pada struktur dan
infrastruktur terjadi karena banyak bangunan yang tidak dapat mempertahankan
strukturnya ketika gempa terjadi.
Bangunan yang dibangun pada daerah rawan gempa harus direncanakan
mampu menahan gempa. Upaya mitigasi kegagalan struktur gedung akibat gempa
sangat diperlukan guna mengetahui kondisi kinerja struktur gedung tersebut agar
tetap dapat memikul beban yang diterimanya, terutama beban gempa berdasarkan
peraturan pembebanan yang terbaru (Dewobroto 2006). Kegagalan struktur
bangunan bisa disebabkan antara lain oleh kesalahan perhitungan dalam
perencanaan, tidak sesuainya perencanaan dengan implementasi pelaksanaan
pekerjaan di lapangan, bencana alam seperti gempa bumi kuat dan lainnya.
Kegagalan struktur bangunan juga dapat diakibatkan dari perubahan fungsi
bangunan, jika bangunan tersebut tidak mampu memikul beban yang diterimanya
(Rohman et al. 2009). Perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung di
Indonesia mengacu pada peraturan SNI 03-1726-2012 (BSN 2012) sebagai salah
satu penerapan dari adanya Peta Gempa Indonesia 2010.
Struktur bangunan terdiri atas struktur atas (upper structure) dan struktur
bawah (lower structure). Pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang
meneruskan beban bangunan ke tanah atau batuan yang ada di bawahnya
(Hardiyatmo 2011). Pemilihan jenis pondasi tergantung pada jenis struktur atas dan
juga jenis tanahnya. Perencanaan pondasi dalam desain suatu bangunan harus
dilakukan dengan baik agar tidak terjadi kesalahan perhitungan.
Gedung RSUD Kota Depok merupakan gedung pusat kesehatan yang
berlokasi di Depok. Gedung ini terdiri dari sembilan lantai dan memiliki daya
tampung besar bagi masyarakat disekitarnya, dalam perencanaannya bangunan ini
harus mampu bertahan terhadap gempa sehingga risiko kegagalan struktur dapat
dihindari. Pembangunan gedung RSUD Kota Depok dibagi menjadi dua tahap.
Tahap pertama dilaksanakan pada tahun 2008, tahap ini menyelesaikan
pembangunan hingga lantai dua. Tahap dua dilaksanakan pada tahun 2016 dan
menyelesaikan pembangunan hingga lantai sembilan. Perencanaan gedung RSUD
Kota Depok mengacu pada SNI 03-1726-2002, berdasarkan SNI tersebut
percepatan tanah dasar Kota Depok sebesar 0.2 g. Peraturan pembebanan gempa
struktur gedung dan non-gedung terbaru dituangkan pada SNI 03-1726-2012,
berdasarkan peraturan tersebut percepatan tanah dasar Kota Depok untuk
percepatan 0.2 detik (Ss) sebesar 0.75 g dan percepatan 1 detik (S1) sebesar 0.3 g.
Percepatan batuan dasar sesuai SNI 1726:2012 lebih besar dibanding SNI
1726:2002, sehingga diperlukan evaluasi pondasi untuk mengetahui keamanan
pondasi terhadap beban gempa.
2

Perumusan Masalah

RSUD Kota Depok merupakan bangunan yang dibangun pada tahun 2008.
Perencanaan proyek RSUD Kota Depok terhadap beban gempa masih berdasarkan
SNI 1726:2002. Pembaharuan peraturan mengenai beban gempa mengakibatkan
harus adanya evaluasi terhadap kekuatan struktur bangunan tersebut. Berdasarkan
permasalahan tersebut, perlu dilakukan evaluasi kekuatan pondasi gedung RSUD
Kota Depok terhadap beban gempa berdasarkan SNI 1726:2012.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :


1. Mengetahui kekuatan pondasi tiang pancang untuk mendukung beban gempa
pada Gedung RSUD Kota Depok berdasarkan SNI 1726:2012.
2. Mengetahui penurunan yang terjadi pada lokasi yang direncanakan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini memberikan informasi kepada Pengelola RSUD Kota


Depok mengenai ketahanan pondasi Gedung RSUD terhadap bahaya gempa yang
mungkin terjadi. Informasi ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun
strategi untuk mengurangi risiko kerusakan yang berlebih.

Ruang Lingkup Penelitian

Pembangunan RSUD Kota Depok dibagi menjadi dua tahap. Pondasi yang
dibangun pada tahap satu antara lain PC6, PC7, PC9, PC12, dan PC18. Tahap dua
pondasi yang dibangun antara lain PC2, PC3, PC4, dan PC5. Ruang lingkup
penelitian ini meliputi proses perhitungan dan analisis struktur pondasi tiang
pancang terhadap beban gempa, yang diuraikan sebagai berikut.
1. Struktur model gedung dibagi menjadi dua bagian, yaitu struktur atas berupa
bangunan utama dan struktur bawah berupa pondasi tiang pancang.
2. Asumsi seluruh perletakkan merupakan perletakkan jepit.
3. Struktur gedung yang dianalisis hanya pondasi tiang pancang meliputi daya
dukung tanah dan penurunan (settlement).

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Pondasi

Pondasi adalah struktur terendah bangunan yang meneruskan beban


bangunan ke tanah atau batuan yang berada di bawahnya (Hardiyatmo 2011).
Menurut Yulianti (2014) terdapat beberapa persyaratan dasar pondasi yaitu:
a. Memiliki faktor keamanan (2 atau 3) agar aman terhadap kemungkinan
keruntuhan geser.
3

b. Bila terjadi penurunan pondasi (settlement), maka penurunan tersebut harus


masih berada dalam batas toleransi.
c. Differential settlement (penurunan sebagian) tidak boleh menyebabkan
kerusakan serius atau mempengaruhi struktur bangunan.
Pemilihan jenis pondasi merupakan tahapan terpenting dalam perancangan
konstruksi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis pondasi
diantaranya jenis tanah, daya dukung tanah dan besarnya penurunan pondasi, dan
lainnya (Suyono dan Nakazawa 1984). Berdasarkan kedalamannya pondasi
dibedakan menjadi pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep
foundation) (Das 1995). Pondasi dangkal adalah pondasi yang umumnya memiliki
kedalaman D/B ≤ 1. Beberapa jenis pondasi dangkal antara lain pondasi tapak,
pondasi rakit, dan lainnya. Pondasi dalam umumnya memiliki kedalaman L/B ≥ 4,
jenis pondasi ini antala ian pondasi tiang pancang, kaison, dan lainnya (Bowles
1992).

Pondasi Tiang
Pondasi tiang digunakan bila lapisan tanah di kedalaman normal tidak mampu
mendukung beban dan lapisan tanah keras berada sangat dalam. Pondasi ini terbuat
dari kayu, beton, dan baja dengan diameter yang lebih kecil dan lebih panjang
dibanding pondasi sumuran yang biasanya dipakai untuk bangunan dengan
rekayasa beban menengah (El-Esnawy 2010). Pemilihan pondasi harus disesuaikan
dengan jenis tanah pondasi yang bersangkutan. Bila tanah pendukung pondasi
terletak pada kedalaman sekitar 20 meter dibawah permukaan tanah, dalam hal ini
tergantung dari penurunan (settlement) yang diijinkan. Kondisi tersebut
menyebabkan kelemahan struktural dan diskontinuitas antar lantai, sehingga
biasanya digunakan pondasi tiang pancang (Athanassiadou 2008). Pondasi tiang
pancang dapat dilihat pada Gambar 1.

Pondasi tiang

Gambar 1 Pondasi tiang

Pembebanan Struktur Atas

Pondasi digunakan untuk meneruskan beban dari suatu balok atau dinding
kedalam tanah. Berdasarkan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung (BSN 2002) struktur bangunan tahan gempa harus mampu menahan
pembebanan yang terjadi. Menurut DPMB (1981), ada dua kombinasi pembebanan
yang perlu ditinjau pada struktur yaitu kombinasi pembebanan tetap dan kombinasi
pembebanan sementara. Kombinasi pembebanan yang digunakan di Indonesia
dihitung dengan persamaan (1) dan (2).

U = 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (La atau H) (1)


U = 1.2 D + 1.0 L (2)
4

Keterangan :
U = kombinasi pembebanan (kN/m2)
D = beban mati (kN/m2)
L = beban hidup (kN/m2)
H = beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air (kN/m2)
La = beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda
bergerak (kN/m2)

Berdasarkan SNI 03-1726-2012 (BSN 2012) kombinasi pembebanan pada


struktur gedung harus mampu memikul semua kombinasi pembebanan seperti
disampaikan pada persamaan (3) sampai persamaan (13).

U=D (3)
U=D+ L (4)
U = D + (Lr atau H) (5)
U = D + 0.75 L + 0.75 (Lr atau R) (6)
U = D + (0.6 W atau 0.7 E) (7)
U = D + 0.75(0.6 W atau 0.7 E) + (0.75 L atau R) (8)
U = 0.6 D + 0.6 W (9)
U = 0.6 D + 0.7 E (10)
U = (1.0+0.14SDS )D+H+0.75E (11)
U = (1.0+0.10SDS )D+H+0.525E+0.75L+ 0.75 (Lr atau R) (12)
U = (0.6-0.14SDS )D+0.75E+H (13)

Keterangan :
R = faktor reduksi gempa
E = beban gempa
W = beban angin (kN/m2)
SDS = parameter percepatan respons sprektral pada periode pendek

Beban Gempa
Getaran pada gempa bumi menyebabkan adanya pelepasan energi berupa
gelombang elastik atau yang disebut gelombang seismik, sehingga menyebabkan
keruntuhan atau kegagalan struktur bangunan (Budiono dan Supriatna 2011). SNI
1726:2002 membagi wilayah kegempaan menjadi enam zona, didalam zona yang
sama setiap kota memiliki respons spektra yang sama. Menurut BSN (2012), setiap
lokasi dengan koordinat lintang dan bujur berbeda, memiliki respon spektra yang
berbeda pula. Prosedur yang diizinkan dalam pembebanan gempa berdasarkan SNI
03-1726-2012 antara lain: analisis gaya lateral ekivalen, analisis spektrum respons
ragam (Response Spectrum Modal Analysis) dan analisis riwayat respons seismik
(Time History Modal Analysis).
Respons spektrum merupakan grafik hubungan nilai puncak respons struktur
percepatan akibat gempa sebagai fungsi dari periode natural sistem struktur.
Pembuatan grafik respons spektra dipengaruhi oleh parameter percepatan respons
spektral desain dan periode getar fundamental. Parameter percepatan batuan dasar
pada perioda pendek (Ss) dan percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik (S1)
harus ditetapkan masing-masing dari respons spektral percepatan 0.2 detik dan 1
5

detik dalam peta gerak tanah seismik SNI 03-1726-2012.


Penentuan parameter respons spektral percepatan gempa MCER di
permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda pendek
0.2 detik (Fa) dan perioda panjang 1 detik (Fv). Parameter percepatan respons
spektral MCER pada perioda pendek (SMS) dan perioda 1 detik (SM1) yang
disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus ditentukan dengan persamaan
(14) dan (15).

SMS =Fa Ss (14)

SM1 =Fv S1 (15)

Keterangan:
SMS = percepatan respons spektral MCE pada perioda pendek (g)
SMS = percepatan respons spektral MCE pada perioda panjang (g)
Fa = koefisien situs perioda pendek
Fa = koefisien situs perioda panjang
Ss = percepatan respons spektral dari peta gempa 2010 perioda pendek (g)
S1 = percepatan respons spektral dari peta gempa 2010 perioda panjang (g)

Penentuan koefisien situs Fa (koefisien situs untuk perioda pendek pada 0.2
detik) disajikan pada Tabel 1. Koefisien situs Fv (koefisien situs untuk perioda
panjang pada 1 detik) disampaikan pada Tabel 2.

Tabel 1 Koefisien situs, Fa berdasarkan SNI 1726:2012


Kelas Situs Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan
pada perioda 0.2 detik, Ss
Ss ≤ 0.25 Ss = 0.5 Ss = 0.75 Ss = 1 Ss ≥ 1.25
SA 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
SB 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
SC 1.2 1.2 1.1 1.0 1.0
SD 1.6 1.4 1.2 1.1 1.0
SE 2.5 1.7 1.2 0.9 1.9
b
SF SS
SSb merupakan parameter nilai yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik

Tabel 2 Koefisien situs, Fv berdasarkan SNI 1726:2012


Kelas Situs Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan
pada perioda 1 detik, S1
Ss ≤ 0.1 Ss = 0.2 Ss = 0.3 Ss = 0.4 Ss ≥ 0.5
SA 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
SB 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
SC 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3
SD 2.4 2.0 1.8 1.6 1.5
SE 3.5 3.2 1.8 2.4 2.4
SF SSb
SSb merupakan parameter nilai yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik
6

Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek (SDS) dan pada
perioda panjang (SD1), harus ditentukan melalui persamaan (16) dan (17).
2
𝑆𝐷𝑆 = 3 𝑆𝑀𝑆 (16)
2
𝑆𝐷1 = 𝑆𝑀1 (17)
3

Nilai respon spektrum desain (Sa) ditentukan melalui fungsi dari nilai periode
seperti disajikan pada Gambar 2.

SDS
Percepatan respon spektra, Sa (g)

SD1
Sa=
T

SD1

T0 TS 1.0
Periode, T (detik)

Gambar 2 Respon Spektrum desain

Pembebanan Struktur Bawah

Daya Dukung Tanah


Daya dukung tanah merupakan kemampuan tanah untuk menahan beban
pondasi tanpa mengalami keruntuhan akibat geser yang juga ditentukan oleh
kekuatan geser tanah. Kekuatan geser tanah memiliki nilai tersendiri yang
didapatkan dari nilai pengujian terhadap boring log dan sampel tanah (Pranata dan
Wijaya 2008). Analisis daya dukung (bearing capacity) mempelajari kemampuan
tanah dalam mendukung beban pondasi dari struktur yang terletak diatasnya.
Struktur diberikan pembebanan hingga beberapa elemen struktur mencapai
tegangan ultimate, lalu diberikan beberapa kombinasi pembebanan agar diperoleh
analisis daya dukung tanah yang sesuai (Kadid dan Boumrkik 2008).
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah memikul tekanan atau tekanan
maksimum yang diijinkan bekerja pada tanah pondasi. Kemampuan tanah ini sangat
membantu dalam beberapa teknik dasar untuk metode pembangunan yang efektif
dan efisien (Kreslin dan Fajfar 2012). Daya dukung ijin didapat dengan membagi
daya dukung ultimit dan faktor aman tertentu. Fugsi faktor aman antara lain utnuk
memberikan keamanan terhadap ketidakpastian nilai kuat geser dan meyakinkan
bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban yang bekerja (Yusti dan
Fahrani 2014). Besar daya dukung yang diijinkan sama dengan daya dukung batas
dibagi angka keamanan, seperti pada persamaan (18).
qu
q ijin = (18)
SF
7

Keterangan :
qu = daya dukung batas (ton)
SF = safety factor / angka aman

Kapasitas ultimit tiang dapat dihitung secara empiris dari nilai N hasil uji
SPT. Uji SPT merupakan metode pengujian in-situ yang sangat umum digunakan
untuk menentukan kekuatan tanah. Kekuatan tanah yang dimaksud tersebut
direpresentasikan melalui jumlah pukulan (N-SPT) yang diperlukan untuk
menembus tanah hingga kedalaman tertentu. Nilai N-SPT berkaitan dengan
parameter desain geoteknik seperti kuat geser tanah, kepadatan, konsistensi, dan
lain-lain. Semakin banyak jumlah pukulan yang perlukan, mengindikasikan
semakin besarkan kekuatan tanah pada kedalaman yang ditinjau. Nilai kapasitas
dukung ultimit tiang dapat dihitung menggunakan persamaan (19) dan (20).

Qu = Qb + Qf (19)
̅ As
Qu = 40 Nb Ap + 0.2 N (20)
Keterangan :
Qu = kapasitas dukung ultimit tiang (ton)
Qb = tahanan ujung (ton)
Qf = tahanan kulit (ton)
Nb = harga N- SPT pada elevasi dasar tiang
Ap = luas penampang dasar tiang (m2)
As = luas selimut tiang (m2)
̅
N = harga N-SPT rata-rata

Gambar 3 Tahanan ujung dan tahanan kulit pada pondasi tiang pancang
(Budhu 2011)

Daya dukung kelompok tiang tidak hanya ditinjau dari daya dukung sebuah
tiang tunggal dikalikan dengan banyaknya tiang dalam kelompok. Daya dukung
sebuah tiang dalam kelompok sama dengan daya dukung tiang tersebut dikalikan
dengan faktor efisiensi (Mahpudin 2015). Salah satu cara untuk menghitung
efisiensi kelompok tiang dapat menggunakan formula Fled. Formula Fled
menyatakan kapasitas pondasi individual tiang berkurang sebesar 1/16 untuk setiap
8

tiang yang berdampingan baik dalam arah lurus maupun dalam arah diagonal.
Efisiensi kelompok tiang merupakan rata-rata dari seluruh tiang. Nilai efisiensi
kelompok tiang disajikan pada Tabel 3 (Viggiani et al. 2012). Daya dukung aksial
kelompok tiang dapat dihitung menggunakan persamaan (21).

Tabel 3 Nilai efisiensi kelompok tiang berdasarkan formula Fled


Jumlah Tiang Efisiensi
1 1
2 0.938
3 0.875
4 0.813
5 0.8
6 0.771
7 0.75
9 0.722
12 0.698

Qgroup = Qu × η ×n (21)

Keterangan :
η = faktor efisiensi
n = jumlah tiang pancang

Daya dukung lateral tiang pancang harus dihitung karena adanya gaya-gaya
horizontal yang bekerja seperti gaya gempa, angin, dan lainnya. Tiang dibedakan
menurut model ikatannya dengan pelat penutup tiang (pile cap), yaitu tiang ujung
terjepit dan tiang ujung bebas. Ujung tiang jepit (fixed end pile) sebagai tiang yang
ujung atasnya terjepit dalam pelat penutup kepala tiang paling sedikit sedalam 60
cm. Untuk tiang yang ujung atasnya tidak terjepit atau terjepit kedalam pelat
penutup kepala tiang kurang dari 60 cm termasuk tiang ujung bebas (free end pile).
Daya dukung lateral dapat dihitung menggunakan persamaan (22) (Hardiyatmo
2008).
3
Hu= 2 γ d L2 Kp (22)

Ø
Kp= Tan2 (45+ 2 ) (23)

Keterangan :
Hu = tahanan lateral ultimit tiang (kN)
γ = berat volume tanah (kN/m3)
d = diameter atau lebar sisi pondasi (m)
L = panjang tiang (m)
Kp = tekanan tanah pasif
Ø = sudut geser dalam tanah (o)

Momen pada pondasi tiang pancang harus diperhitungkan untuk


mengantisipasi terjadinya gulingan pada pondasi tiang pancang tersebut. Gulingan
9

pada pondasi tiang pancang ini dapat menyebabkan keruntuhan struktur bangunan
diatasnya. Besarnya momen yang terjadi pada pondasi tiang pancang dapat dicari
menggunakan grafik yang disediakan pada Gambar 4 (Hardiyatmo 2008).

Gambar 4 Kapasitas lateral ultimit tiang panjang pada tanah lempung

Penurunan (settlement)
Jika lapisan tanah dibebani, maka tanah akan mengalami regangan atau
penurunan (settlement). Regangan yang terjadi dalam tanah ini disebabkan oleh
berubahnya susunan tanah maupun oleh pengurangan rongga pori/air di dalam
tanah tersebut (Zaika dan Kombino 2010). Penurunan pondasi tiang tunggal dapat
dihitung menggunakan persamaan (24) hingga (27). Penurunan kelompok tiang
yang terjadi dapat diketahui menggunakan persamaan (28).

S = S1 + S2 + S3 (24)
(Qp +ξQs )
S1 = (25)
Ap Ep
Qp C p
S2 = (26)
D qp
Qs C s
S3 = (27)
L qp

Keterangan :
S = penurunan total (m)
S1 = penurunan batang tiang (m)
S2 = penurunan tiang akibat beban di ujung tiang (m)
S3 = penurunan tiang akibat beban yang tersalur sepanjang tiang (m)
Qp = kapasitas daya dukung ujung tiang (ton)
Qs = kapasitas daya dukung tahanan kulit (ton)
ξ = koefisien dari skin friction
Ap = luas penampang tiang (m2)
Ep = Modulus elastisitas material tiang
L = panjang tiang (m)
D = lebar atau diameter tiang (m)
10

qp = tahanan ujung batas tiang


Cp = konstanta empiris (berdasarkan jenis tanah pada Tabel 4).

Tabel 4 Nilai Cp berdasarkan jenis tanah dan pondasi


Jenis Tanah Tiang Pancang Tiang Bor
Pasir (padat-lepas) 0.02-0.04 0.09-0.18
Lempung (kaku-lunak) 0.02-0.03 0.03-0.06
Lanau (padat-lepas) 0.03-0.05 0.09-0.12

Bg
Sg = S√ (28)
D

Keterangan :
Sg = penuruan kelompok pondasi (m)
Bg = lebar pondasi (m)
D = diameter satu podasi (m)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2017, di proyek
pembangunan RSUD Kota Depok dengan kontraktor PT. Hutama Karya. Lokasi
penelitian berada di Jalan Muchtar Raya No 99, Sawangan, Depok. Lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Lokasi penelitian


(Sumber: Imagery © 2017 DigitalGlobe, Map data © 2017 Google)
11

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada penelitian adalah Laptop/komputer,


Software ETABS 2016, Ms. Office 2016, data sekunder diperoleh dari Laporan
Penyelidikan Tanah Rencana Pembangunan RSUD Kota Depok yang telah
dilakukan oleh PT. Hutama Karya, as built drawing, SNI 03-1726-2012 (BSN
2012) tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non-gedung, SNI 03-2847-2002 (BSN 2002) tentang Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, serta Peta
Hazard Gempa Indonesia 2010.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian mencakup pengambilan data, pengolahan dan analisis.


Diagram penelitian dapat dilihat pada Gambar 6. Sesuai data sekunder yang
diperoleh dari PT. Hutama Karya tersebut lalu dibuat pemodelan struktur dengan
menggunakan program ETABS. Program tersebut menghasilkan analisis struktur
berupa gaya-gaya dalam yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja struktur
gedung akibat pembebanan. Metode pembebanan gempa untuk gedung tinggi atau
gedung tidak beraturan dapat dilakukan dengan analisis dinamik (Priyono et al.
2014). Hasil pemodelan yang didapat yaitu bentuk model struktur secara tiga
dimensi.

Mulai

- As built drawing Peta Gempa Indonesia,


- Laporan Pengumpulan data
SNI Gempa, PPURG
penyelidikan tanah

Pemodelan struktur

Analisis Pembebanan Analisis Struktur

Analisis kekuatan pondasi

Selesai

Gambar 6 Bagan alir penelitian


12

Analisis pembebanan
Model tiga dimensi hasil dari program ETABS kemudian dianalisis
pembebanannya untuk mendapatkan gaya-gaya dalam yang bekerja pada struktur
tersebut. Analisis pembebanan ini dilakukan dengan memberi beban mati, beban
hidup, dan beban gempa. Beban gempa akan dianalisis dengan menggunakan
analisa statik ekuivalen sesuai dengan SNI 03-1726-2012.

Analisis struktur
Analisis struktur dilakukan setelah gaya-gaya dalam didapatkan. Terakhir,
dilakukan analisis pondasi berupa analisis daya dukung dan penurunan yang terjadi.

Analisis Kekuatan Pondasi


Tahapan analisis kekuatan pondasi ini dilakukan perhitungan dan analisis
pada struktur bawah atau pondasi yang meliputi daya dukung pondasi dan
penurunan (settlement).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Spektrum Gempa

Kriteria desain untuk struktur bangunan tahan gempa mensyaratkan bahwa


bangunan harus didesain agar mampu menahan beban gempa dengan periode ulang
500 tahunan sesuai SNI gempa yang berlaku (Imran dan Fajar 2010). Pengaruh
gempa rencana harus disesuaikan berdasarkan jenis kegunaan bangunan tersebut.
Berdasarkan pemanfaatannya, RSUD Kota Depok termasuk kategori risiko IV.
Nilai faktor keutamaan gempa berdasarkan kategori risikonya disajikan pada Tabel
5.
Tabel 5 Nilai fator keutamaan gempa
Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1.0
III 1.25
IV 1.5

Berdasarkan Tabel 5, RSUD Kota Depok memiliki nilai faktor keutamaan


gempa sebesar 1.5. Nilai faktor keutamaan gempa ini digunakan untuk menentukan
desain spektrum gempa rencana, sehingga diharapkan gedung RSUD Kota Depok
tetap dapat memikul beban gempa yang diterimanya. Sesuai hasil analisis Laporan
Faktual Penyelidikan Tanah RSUD Depok yang telah dilakukan oleh PT. Hutama
Karya, diperoleh nilai NSPT sebesar 10.95. Sesuai SNI 1726:2012 (Lampiran 2),
Nilai N tersebut berada pada range <15, sehingga klasifikasi situs berada pada kelas
situs SE atau tanah lunak.
Peraturan ketahanan gempa sebelum diperbarui dituangkan dalam SNI 03-
1726-2002. SNI 1726:2002 membagi wilayah gempa kedalam enam zona.
Berdasarkan SNI tersebut, RSUD Kota Depok berada dalam wilayah gempa empat.
Besarnya percepatan batuan dasar menurut SNI 1726:2002 disajikan pada Tabel 6.
13

Tabel 6 Percepatan batuan dasar dan muka tanah berdasarkan SNI 1726:2002
Wilayah Percepatan Percepatan puncak muka tanah (g)
Gempa puncak batuan Tanah Tanah Tanah Tanah
dasar (g) keras sedang Lunak khusus
1 0.03 0.04 0.05 0.08 Diperlukan
2 0.10 0.12 0.15 0.20 evaluasi
3 0.15 0.18 0.23 0.30 khusus di
4 0.20 0.24 0.28 0.34 tiap lokasi
5 0.25 0.28 0.32 0.36
6 0.30 0.33 0.36 0.38

Berdasarkan Tabel 6, percepatan puncak batuan dasar menurut SNI


1726:2002 untuk wilayah gempa empat sebesar 0.20 g. Nilai ini lebih kecil
dibandingkan nilai yang ditetapkan SNI 03-1726-2012. Berdasarkan SNI
1726:2012, percepatan batuan dasar di wilayah Depok untuk percepatan 0.2 detik
(Ss) sebesar 0.75 g dan percepatan 1 detik di batuan dasar (S1) sebesar 0.3 g. Desain
rencana respon spektrum berdasarkan SNI 1726:2012 disajikan pada Gambar 7.
0,7
Percepatan respon spektra, Sa (g)

0,6

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

Periode, T (detik)

Gambar 7 Desain rencana spektrum gempa berdasarkan SNI 1726:2012


Gambar 7 menunjukkan hubungan percepatan respon spektra terhadap
periode. Berdasarakan gambar tersebut, pada periode 0.2 hingga 1 detik percepatan
respon spektra sebesar 0.6 g. Hal ini menunjukkan pada percepatan 0.6 g, struktur
bangunan mengalami percepatan gempa maksimum.

Pemodelan Struktur Atas

Pemodelan struktur dilakukan menggunakan program ETABS 2016 dengan


perencanaan Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah (SPRMM). Pemodelan
struktur didasarkan pada data as built drawing yang didapat dari pihak kontraktor
yaitu PT. Hutama Karya. Struktur gedung didesain menggunakan bahan beton
bertulang dengan mutu beton K350. Mutu baja tulangan BJTP24 dan BJTD40.
Pemodelan dilakukan untuk mendapatkan prakiraan beban yang bekerja pada suatu
gedung. Hasil pemodelan pada program ETABS disajikan pada Gambar 8.
14

Gambar 8 Gambar hasil pemodelan program ETABS


Gambar 8 menunjukkan hasil pemodelan pada program ETABS. Pemodelan
dilakukan hanya pada balok, kolom, dan pelat. Setelah dilakukan pemodelan,
selanjutnya dilakukan analisis pembebanan. Besarnya nilai pembebanan yang
digunakan pada pemodelan tersebut disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Nilai pembebanan yang digunakan pada pemodelan


Beban Berat (kN/m2)
Beban Hidup :
Koridor lantai 1 4.79
Koridor diatas lantai 1 3.83
Ruang Operasi 2.87
Labolatorium 2.87
Ruang Pasien 1.92
Atap datar 0.96
Ruang mesin 4.00
Beban mati tambahan 1.59
Beban air hujan 0.14

Berdasarkan hasil pemodelan pada program ETABS, kombinasi


pembebanan yang dominan pada struktur gedung ini adalah kombinasi yang
terdapat pada persamaan 12, dimana pada kombinasi ini diperhitungkan beban mati,
beban gempa, beban hidup, dan beban atap. Selanjutnya, nilai beban maksimum
pada tiap perletakkan kolom digunakan untuk menghitung analisis pondasi.
15

Analisis Pondasi

Kapasitas Ijin Tiang Pancang


Perhitungan kapasitas ijin tiang pancang dapat dilakukan menggunakan
beberapa metode, salah satunya berdasarkan hasil uji SPT (Standart Penetration
Test) di lapangan. Berdasarkan hasil data uji yang telah dilakukan oleh PT. Hutama
Karya, lapisan tanah keras ditemui pada kedalaman 8 meter di bawah permukaan
tanah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai N-SPT di atas 60. Dimensi tiang pancang
yang digunakan pada RSUD Kota Depok adalah tiang pancang persegi dengan
ukuran 300x300 mm. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan persamaan (17)
didapatkan nilai kapasitas dukung ultimit tiang tunggal sebesar 388.8 ton dan daya
dukung ijin tiang tunggal sebesar 129.6 ton.
Tiang pancang yang digunakan disatukan pada suatu pile cap. Jenis-jenis pile
cap berdasarkan jumlah tiang pancang dibawahnya dibagi menjadi sepuluh jenis
seperti yang disajikan pada Gambar 9.

PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7

PC9 PC10 PC12 PC18


Gambar 9 Jenis pile cap berdasarkan jumlah pondasi
Jumlah tiang pancang dalam satu grup pile cap mempengaruhi besarnya
efisiensi dan daya dukung kelompok tiang. Nilai efisiensi dan daya dukung
kelompok disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil perhitungan efisiensi dan daya dukung kelompok


Jumlah tiang Daya dukung kelompok (Qg)
Tipe Jumlah tipe η
pancang (ton)
PC2 7 2 0.938 243.130
PC3 1 3 0.875 340.200
PC4 3 4 0.813 421.459
PC5 2 5 0.800 518.400
PC6 2 6 0.771 599.530
PC7 14 7 0.750 680.400
PC9 11 9 0.722 842.141
PC10 2 10 0.7625 988.200
PC12 23 12 0.689 1 071.533
PC18 1 18 0.674 1 572.307
16

Berdasarkan Tabel 8, daya dukung kelompok terbesar pada jenis pile cap
PC18 sebesar 1572.307 ton, sedangkan daya dukung terkecil pada PC2 sebesar
243.130 ton. Efisiensi terbesar berada pada PC2 sebesar 0.938 dan efisiensi terkecil
berada pada PC18 sebesar 0.674. Nilai daya dukung tersebut kemudian
dibandingkan dengan besarnya beban yang terjadi di lapangan (QL). Perbandingan
hasil perhitungan (Qg) dan keadaan di lapangan (QL) disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Perbandingan daya dukung aksial dan beban di lapangan
Tipe Daya dukung aksial kelompok (Qg) Beban aksial di lapangan (QL)
pile cap (kN) (kN)
PC2 2 385.101 1 566.688
PC3 3 337.362 1 075.708
PC4 4 134.515 2 049.665
PC5 5 085.504 2 875.233
PC6 5 881.385 4 107.712
PC7 6 674.724 5 974.134
PC9 8 261.401 7 800.927
PC10 9 694.242 6 339.499
PC12 10 511.737 8 402.012
PC18 15 424.334 19 991.991

Berdasarkan Tabel 9, daya dukung kelompok hasil perhitungan (Qg) lebih


besar dibanding beban yang terjadi di lapangan (QL) kecuali pada pondasi PC18.
Beban pada PC18 sebesar 19991.991 kN, sedangkan daya dukung aksial sebesar
15424.334 kN. Hal tersebut menunjukkan pondasi tiang pancang pada jenis PC18
tidak dapat menahan beban aksial yang terjadi diatasnya. Beberapa rekomendasi
yang dapat diberikan untuk mengurangi bahaya akibat ketidakmampuan tanah
menahan beban diatasnya antara lain, penambahan tiang pancang pada jenis pile
cap yang tidak kuat atau alih fungsi bangunan untuk mengurangi beban yang
bekerja pada bangunan tersebut.
Setelah perhitungan daya dukung aksial tiang dihitung, selanjutnya dilakukan
perhitungan daya dukung lateral tiang pancang. Berdasarkan hasil perhitungan,
nilai daya dukung lateral ultimit (Hu) untuk satu tiang pancang sebesar 1132.134
kN. Nilai daya dukung lateral kelompok dihitung dan dibandingkan dengan gaya
lateral yang bekerja sesuai dengan hasil yang didapat dari ETABS. Hasil
perbandingan daya dukung lateral kelompok tiang pancang (Hu) dan beban lateral
yang ada di lapangan (Hx dan Hy) disajikan pada Tabel 10.
Berdasarkan Tabel 10, beban lateral pemodelan terbesar berada pada jenis
PC7 pada arah gaya Y (Hy) dengan nilai -802.702 kN. Nilai minus menunjukkan
arah gaya lateral yang bekerja di lapangan berlawanan dengan arah jarum jam. Daya
dukung lateral pada PC7 sebesar 7924.941 kN, nilai tersebut lebih besar
dibandingkan beban lateral yang terjadi pada titik tersebut. Karena daya dukung
lateral hasil perhitungan lebih besar dibanding beban lateral yang bekerja, maka
dapat disimpulkan daya dukung lateral pondasi pada RSUD Kota Depok aman.
17

Perbandingan momen hasil perhitungan (Mmaks) dan momen yang bekerja di


lapangan baik disajikan pada Tabel 11.

Tabel 10 Perbandingan daya dukung lateral perhitungan dan beban di lapangan


Daya dukung Beban lateral Beban lateral
Tipe
lateral (Hu) arah x (Hx) arah y (Hy)
pile cap
(kN) (kN) (kN)
PC2 2 264.269 2.881 31.008
PC3 3 396.403 -1.829 -1.468
4 528.538 5.651 22.107
PC4
4 528.538 44.390 -12.738
PC5 5 660.672 39.949 -37.511
PC6 6 792.807 31.245 -8.108
7 924.941 21.776 -802.702
PC7
7 924.941 786.593 3.099
10 189.210 -29.971 61.074
PC9
10 189.210 -518.405 -50.985
11 321.340 50.964 22.645
PC10
11 321.340 42.660 31.563
13 585.610 -623.026 33.109
PC12
13 585.610 16.014 -60.815
PC18 20 378.420 -693.009 141.284

Tabel 11 Perbandingan momen hasil perhitungan dan keadaan di lapangan


Momen perhitungan Momen di Momen di Momen di
Tipe
(Mmaks) lapangan arah x lapangan arah y lapangan arah z
pile cap
(kN m) (kN m) (kN m) (kN m)
PC2 6 774 102.008 7.199 0
6 774 30.606 33.464 0.555
PC3 12 442 0 0 0
15 206 129.597 11.589 0.525
PC4
15 206 43.385 91.1405 0.616
PC5 30 887 138.434 161.765 4.822
PC6 36 303 0 0 0
51 862 453.065 47.118 28.977
PC7 51 862 -357.434 239.065 -2.529
51 862 31.859 -21.377 416.684
66 679 347.405 -85.773 2.518
PC9
66 679 219.806 -164.718 20.849
PC10 108 000 130.352 148.624 4.010
105 840 126.254 -281.957 -19.506
PC12
105 840 319.887 85.424 2.598
PC18 195 357 86.206 71.525 60.069
18

Berdasarkan Tabel 11, momen maksimum yang terjadi di lapangan sesuai


hasil pemodelan didapat pada PC7 dengan arah X (Mx) yaitu sebesar 453.065 kN
m. Hasil perhitungan momen maksimum (Mmaks) yang didapat berdasarkan hasil
plotting pada grafik yang disajikan pada Gambar 4 sebesar 51826 kN m.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai momen hasil perhitungan
(Mmaks) lebih besar dibandingkan nilai momen yang terjadi di lapangan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pondasi RSUD Kota Depok aman menahan momen yang
bekerja.

Penurunan Pondasi (Settlement)


Selain dari kegagalan daya dukung tanah, setiap proses penggalian selalu
dihubungkan dengan perubahan keadaan tanah tersebut. Perubahan tersebut dapat
menyebabkan penurunan pada pondasi (Hardiyatmo 2011). Penurunan tunggal
pondasi tiang dapat dihitung menggunakan persamaan (21). Berdasarkan hasil
perhitungan, didapat penurunanan tunggal pondasi pada gedung RSUD Kota Depok
sebesar 1.17 cm. Menurut Marbun (2009), penurunan izin tidak boleh lebih dari
10% lebar tiang. Penurunan izin untuk tiang pancang tunggal yang diperbolehkan
pada gedung RSUD Kota Depok sebesar 3 cm. Karena penurunan lebih kecil dari
penurunan izin, maka penurunan pondasi tiang pancang tunggal pada gedung
RSUD Kota Depok aman.
Perhitungan penurunan kelompok pondasi tiang pancang harus dilakukan
untuk mengetahui penurunan secara seragam pada masing-masing jenis pile cap.
Hasil perhitungan penurunan kelompok pondasi tiang pancang disajikan pada Tabel
12. Berdasarkan hasil yang disajikan pada Tabel 12, dapat diketahui penurunan
terbesar terjadi pada pondasi PC18 yaitu sebesar 5.171 cm. Hal ini dikarenakan
semakin besar beban yang dipikul pondasi tersebut maka semakin basar penurunan
yang terjadi. Besarnya penurunan izin pada pondasi PC18 sebesar 58.5 cm. Karena
penurunan kelompok pondasi lebih kecil dari penurunan izin kelompok, maka
pondasi pada gedung RSUD Kota Depok ini aman.

Tabel 12 Penurunan kelompok pondasi tiang pancang


Lebar kelompok Penurunan Penurunan
Jenis
pondasi (Bg) Kelompok (Sg) izin (Sg izin)
pondasi
(cm) (cm) (cm)
PC2 120 2.342 12.00
PC3 120 2.342 12.00
PC4 120 2.342 12.00
PC5 120 2.342 12.00
PC6 120 2.342 12.00
PC7 210 3.098 21.00
PC9 210 3.098 21.00
PC10 210 3.098 21.00
PC12 210 3.098 21.00
PC18 585 5.171 58.50
19

KESIMPULAN

Simpulan

Adapun simpulan yang dapat diberikan


1. Daya dukung ultimit tiang tunggal sebesar 388.8 ton dan daya dukung ijin
tiang tunggal sebesar 129.60 ton. Daya dukung aksial kuat menahan beban
aksial kecuali pada pondasi jenis PC18. Beban aksial pada PC18 sebesar 19
991.99 kN sedangkan daya dukung aksial pada PC18 sebesar 15 424.33 kN.
Beban lateral terbesar berada pada jenis PC7 pada arah gaya Y (Hy) dengan
nilai 802.70 kN dan nilai daya dukung lateral ultimit (Hu) tiang pancang pada
PC7 sebesar 7 924.94 kN.
2. Penurunan tunggal pondasi pada gedung RSUD Kota Depok sebesar 1.17 cm,
dan penurunan kelompok terbesar terjadi pada pondasi PC18 yaitu sebesar
5.17 cm. Nilai penurunan izin pada pondasi PC18 sebesar 58.5 cm, berarti
penurunan pondasi lebih kecil dari penurunan izin, maka pondasi ini aman.

Saran

Saran yang diperlukan untuk perbaikan penelitian yang akan datang adalah
sebagai berikut:
1. Pemodelan struktur bangunan bertingkat pada penelitian ini menggunakan
pendekatan standar yang ada, maka perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui besar pembebanan yang lebih riil.
2. Perancangan dan perencanaan pondasi tiang pancang harus ditunjang dengan
data-data tanah yang lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Athanassiadou CJ. 2008. Seismic performance of R/C plane frame irregular in


elevation. Journal of Structure Engineering. 30 (1): 1250-1261.
Bowles J E. 1992. Analisis dan Desain Pondasi. Edisi Keempat Jilid I. Pantur S.
Penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung. SNI 2847-2002. Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-gedung. SNI 03-1726-
2012. Jakarta (ID): BSN.
Budhu M. 2011. Soil Mechanics and Foundations. Hoboken (USA): John Wiley &
Sons. Inc.
Budiono B, Supriatna L. 2011. Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan Gempa
dengan Menggunakan SNI 03-1726-2002 dan RSNI 03-1726-201X. Bandung
(ID): Institut Teknologi Bandung Press.
Das B M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip – Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 2.
Jakarta (ID): Erlangga.
20

Dewobroto W. 2006. Evaluasi bangunan baja tahan gempa dengan SAP2000.


Jurnal Teknik Sipil. 3(1): 7-24.
[DPMB] Dinas Penyelidikan Masalah Bangunan. 1981. Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung 1983. Bandung (ID): Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan.
El-Esnawy NA. 2010. Evalution of foundation demands for RC building frames
using modal pushover analysis method. Engineering and Applied Sciece.
54(3): 1347-1362.
Hardiyatmo H C. 2008. Teknik Fondasi II. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.
Hardiyatmo H C. 2011. Analisis dan Perancangan Pondasi II. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Imran I, Fajar H. 2010. Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Tahan
Gempa. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung Press.
Kadid A, Boumrkik A. 2008. Pushover analysis of reinforced concrete frame
structures. Asian Jurnal of Civil Engineering. 9(1) : 75-83.
Kreslin M, Fajfar P. 2012. The extended N2 method considering higher mode
effects in both plan and elevation. Bulletin of Earthquke Engineering. 10(2):
695-715.
Mahpudin D. 2015. Evaluasi daya dukung tiang pancang tunggal pada proyek
Graha Anabatic Di BSD-Tangerang. Banten [Tugas Akhir]. Jakarta (ID) :
Universitas Mercubuana
Marbun B. 2009. Analisis penurunan elastic pondasi tiang pancang proyek
pembangunan rusunawa medan area [Tugas Akhir]. Medan (ID) : Universitas
Sumatera Utara.
Pranata Y A, Wijaya P K. 2008. Kajian daktilitas struktur gedung beton bertulang
dengan analisis riwayat waktu dan beban dorong. Jurnal Teknik Sipil. 8(3):
38-44.
Priyono A, Budi AS, Supardi. 2014. Evaluasi kinerja struktur gedung 10 lantai
dengan analisis respons spektrum ditinjau pada drift dan displacement
menggunakan software ETABS. Matriks Teknik Sipil. 2(3): 534-541.
Rohman R K, Kristiawan S A, Mukahar. 2009. Asesmen kinerja struktur gedung
timbul jaya plaza kota Madiun pasca alih fungsi. Media Teknik Sipil. 9(2):
127-135.
Suyono S, Nakazawa K. 1984. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi Jilid II. Jakarta
(ID): Erlangga.
Yulianti P. 2014. Studi pemodelan perkuatan pondasi dangkal pada tanah lempung
lunak menggunakan kombinasi geotekstil woven dan grid bambu dengan
bantuan program plaxis. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. 2(3): 320-328.
Yusti A, Fahrani F. 2014. Analisis daya dukung pondasi tiang pancang diverifikasi
dengan hasil uji pile driving analyzer test dan CAPWAP (Studi kasus Proyek
Pembangunan Gedung Kantor Bank Sumser Babel di Pangkalpinang. Jurnal
Fropil. 2(1): 19-31.
Viggiani C, Mandolini A, Russo G. 2012. Piles and Pile Foundations. London
(UK): Spon Press.
Zaika Y, Kombino B A. 2010. Penggunaan geotekstil sebagai alternatif perbaikan
tanah terhadap penurunan pondasi dangkal. Jurnal Rekayasa Sipil. 4(2): 91-
98.
21

Lampiran 1 Kategori risiko bangunan gedung untuk beban gempa

Kategori
Jenis Pemanfaatan
risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, tetapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan
I
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya.
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori
risiko I, III, IV, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran II
- Gedung apartemen/rumah susun
- Pusat perbelanjaan/mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat
darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo III

Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar
dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila
terjadi kegagalan, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas lainnya yang memiliki fasilitas bedah
dan unit gawat darurat
IV
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun
listrik, tangki air pemadam kebakaran atau material pemadam
kebakaran) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan
darurat
22

Lampiran 2 Klasifikasi situs tanah


Kelas situs 𝑣̅𝑠 (m/detik) ̅ atau 𝑁
𝑁 ̅𝑐ℎ 𝑠̅𝑢 (kPa)
SA (batuan keras) >1500 N/A N/A
SB (bantuan sedang) 750 sampai 1500 N/A N/A
SC (tanah keras, 350 sampai 750 >50 ≥100
sangat padat dan
batuan lunak
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
SE (tanah lunak) <175 <15 <50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah
dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Indeks plastis, PI >20,
2. Kadar air, w ≥40%,
3. Kuat geser niralis, 𝑠̅𝑢 <25 kPa
SF (tanah khusus, Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih
yang membutuhkan dari karakteristik berikut:
investigasi geoteknik - Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban
spesifik) gempa seperti mudah likuifaksi, lempung sangat senitif,
tanah tersementasi lemah
- Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H > 3
m)
- Lempung berplastis sangat tinggi (ketebalan H > 7.5 m
dengan Indeks Plastis PI > 75)

Catatan : N/A = tidak dapa dipakai


Lampiran 3 Peta Gempa Indonesia 2002
23
24

Lampiran 4 Peta Gempa Indonesia 2010 percepatan batuan dasar 0.2 detik
batuan dasar 0.2 detik
Lampiran 5 Peta Gempa Indonesia 2010 percepatan batuan dasar 1.0 detik
25
26

Lampiran 6 Kondisi tanah sesuai lokasi pengujian

Sumber : Laporan penyelidikan tanah RSUD Depok


2727

Lampiran 7 Hasil uji SPT tanah


28

Lampiran 8 Contoh Perhitungan


Daya dukung aksial 𝑀 = 6774 𝑘𝑁 𝑚

Diketahui : Penurunan Tanah


Nb = 60
Ap = 0.09 m2 Diketahui :
̅
N = 60 Qp = 216 ton
As = 14.4 m2 Qs = 172.8 ton
SF =3 ξ = 0.5
Ep = 4700 √𝑓𝑐′
𝑄𝑢 = 40𝑁𝑏 𝐴𝑝 + 0.2 𝑁 ̅ 𝐴𝑠 = 2708113.73 ton/m2
= 40 x 60 x 0.09 + 0.2 x 60 x 14.4
= 388.8 ton (𝑄𝑝 + 𝜉𝑄𝑠 )
𝑆1 =
𝐴𝑝 𝐸𝑝
𝑄𝑢 (216 + 0.5 𝑥172.8)
𝑞𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝑆1 =
𝑆𝐹 0.09 𝑥 2708113.73
388.8
= = 129.6 ton = 0.001241 m
3

Jenis PC2. η = 0.938 𝑄𝑝 𝐶𝑝


𝑆2 =
Qg = qijiin x η x n 𝐷 𝑞𝑝
= 129.6 x 0.938 x 2 = 243.13 ton 216 𝑥 0.025
𝑆2 =
0.3 𝑥 1785.933
Daya dukung lateral = 0.010079 m
Diketahui :
γ = 9.682 kN/m2 𝑄𝑠 𝐶𝑠
L = 12-0.5 m 𝑆3 =
𝐿 𝑞𝑝
d = 0.3 m 172.8 𝑥 0.0485
3 𝑆3 =
𝐻𝑢 = ( ) 𝛾 𝑑 𝐿2 𝐾𝑝 12 𝑥 1785.933
2 = 0.000391 m
3
= ( ) 9.682 𝑥 0.3 𝑥 11.52 𝑥 1.96
2 S = S1 + S2 + S3
= 1132.134 kN
= 0.0117 m
Untuk PC2 = 2*1132.134
= 1.17 cm
= 2264.269 kN
𝐻𝑢 𝐵𝑔
= 3.93 𝑆𝑔 = 𝑆√ 𝐷
𝐶𝑢 𝑑2

Nilai tersebut kemudian dimasukan 1.2


= 0.0117√
pada grafik yang disajikan pada 0.3
Gambar 3 hingga didapat = 0.024 m
𝑀
= 9.8 = 2.342 cm
𝑐𝑢 𝑑3
Lampiran 9 Denah pile cap 29

PEMBERI TUGAS

PEMERINTAH KOTA DEPOK


DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN
JL. MARGONDA RAYA NO. 54
DEPOK

PEKERJAAN

REVIEW DED
GEDUNG RSUD
TAHUN ANGGARAN 2015
MENYETUJUI : TANGGAL :
KEPALA DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN
KOTA DEPOK
SELAKU
PENGGUNA ANGGARAN

Dra. KANIA PARWANTI, M.Si


NIP : 19680502 199603 2 005
PC7 PC9 PC9 PC9 PC9 PC9 PC7
MENGETAHUI : TANGGAL :
KEPALA BIDANG PERMUKIMAN DAN TATA BANGUNAN
HB KOTA DEPOK
SELAKU
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

H. DADAN RUSTANDI, ST, M.Si


NIP : 19700511 200312 1 001

PC7 PC12 PC12 PC12 PC12 PC12 PC7 MEMERIKSA : TANGGAL :


KEPALA SEKSI TATA BANGUNAN

GB PC3 SELAKU
PEJABAT PELAKSANA TEKNIS KEGIATAN

PC2

PC2 SRIYANTO, ST, MT


NIP : 19800618 200604 1 005

PC12 PC12 PC12 PC12 PC12 PC9 PC7 KONSULTAN PERENCANA


PC5
FB PC2

NOTE : Semua dimensi yang tertulis berdasarkan skala. Semua dimensi harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan. All written dimension shall have precedence over scaled dimensions. All dimensions shall be verified in the field prior to proceeding with work.
TANGGAL :
PC7 PC12 PC6A PC6A PC12 PC12 PC12 PC9 KOORDINATOR PROYEK / TEAM LEADER :

EB PC2

PC2A PC7 Ir. RIKSA ASWATA, IAI


IPTB : 0996/P/A-B/DPPB/I - 2012

PC2A PC2A
KEYPLAN :

PC7 PC12 PC10 PC5 PC5


PC18 PC4
DB

PC2

PC9A PC12 PC12 PC12 PC12


PC4A
PC2 PC4
CB
NO REVISI TGL PARAF

PC2A PC2A

PC10 PC12 PC12 PC12 PC12 PC7


PC7
BB

PEKERJAAN :

PC7 PC7 PC9 PC9 PC9 PC7


PC7 STRUKTUR
AB NAMA GAMBAR : SKALA :

DENAH PILECAP DAN 1:150


TIEBEAM
1B 2B 3B 4B 5B 6B 7B 8B 9B 10B DIPERIKSA : TANGGAL :
KOORDINATOR STRUKTUR

DENAH PILE CAP & TIEBEAM ir. firman


SKALA 1 : 200 DIGAMBAR :
TANGGAL :

Djoko.w
KODE DAN NO GAMBAR : JML LMB :

--/--
BD - S - 02

HAK CIPTA / COPYRIGHT


DILARANG MENIRU ATAU MEMPRODUKSI GAMBAR INI BAIK DALAM
BENTUK APAPUN KECUALI DENGAN PERSETUJUAN TERTULIS DARI
PERENCANA
NO PART OF THIS DOCUMENT MAY BE REPRODUCED
TRANSMITTED OR RECORDED IN ANY FORM OR OTHERWISE
WITHOUT THE PRIOR WRITTEN PERMISSION OF
THE CONSULTANT
Lampiran 10 Denah ruangan lantai 1 30

PEMBERI TUGAS

1B 2B 3B 4B 5B 6B 7B 8B 9B 10B
50800
3600 3600 8000 8000 8000 8000 3600 4400 3600

1 2 3 4
C PEMERINTAH KOTA DEPOK
DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN
JL. MARGONDA RAYA NO. 54
DEPOK

ASPAL
-0.400 PEKERJAAN
PAVING -0.200 PAVING -0.200

975 1200 5635 REVIEW DED


ASPAL
GEDUNG RSUD
RUMPUT

1375
-0.400 PF
LOKET
CURTAIN WALL CURTAIN WALL CURTAIN WALL TAHUN ANGGARAN 2015
HB HB
MENYETUJUI : TANGGAL :

2000
PARTISI KACA +0.900
CUCI KEPALA DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN
KOTA DEPOK
LAB. LAB. SELAKU
MIKROBIOLOGI BIOKIMIA AREA MAKAN
PENGGUNA ANGGARAN
6000

6000
1800 2200 OUTDOOR

3460
GUDANG Dra. KANIA PARWANTI, M.Si
PARTISI KACA +0.900 PAVING -0.200 NIP : 19680502 199603 2 005

ANTE MENGETAHUI : TANGGAL :


KEPALA BIDANG PERMUKIMAN DAN TATA BANGUNAN

615
LOCKER LAB. KOTA DEPOK

GB GB
KACA FRAME LESS
SELAKU
HEMATOLOGI

PARTISI KACA +0.900


1210 1340

2540
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

550
N PANTRY PF
RUANG RAPAT SHAF

2850
PAVING -0.200

PANTRY 1700 950 4000


TURUN

2370
SHAFT

1450

1415
H. DADAN RUSTANDI, ST, M.Si

C BATU ANDESIT
C

600
6000

6000
NIP : 19700511 200312 1 001

KANTIN 300/300

3460
2925 1990 2105 1800 2105 2400 5600 MEMERIKSA : TANGGAL :

KACA FRAME LESS


LIFT AREA SAJI KEPALA SEKSI TATA BANGUNAN

3150
2850
675 SELAKU
BARANG AMBIL SAMPEL 2095 1905
N
PEJABAT PELAKSANA TEKNIS KEGIATAN

RUANG
FB GAS MEDIK FB

1675
BONGKAR MUAT LOBBY BARANG

2900

8000
SRIYANTO, ST, MT
1700

3175
NIP : 19800618 200604 1 005
-0.400

1765
TOILET
RUANG TUNGGU KONSULTAN PERENCANA
6000

6000
KACA FRAME LESS

KACA FRAME LESS


PARTISI KACA +0.900 PARTISI KACA +0.900
4000
FIRE KONSUL

3100
ASPAL
2825

COMMAND LIFT ADMIN AREA SEWA


DOKTER PANTRY
CENTER PASIEN ATM -0.400
PAVING -0.200

R. KONTROL

1090
EB RUMPUT
1800 KACA FRAME LESS
PF EB
LIFT 3000 2860 2140 TANGGAL :
3075

TURUN KOORDINATOR PROYEK / TEAM LEADER :

KACA FRAME LESS


PNEAUMATIC ADMIN
D NAIK
PUMP UMUM INFORMASI 2375 1650 5000 1350 1875
6388
3450
B
43200

43200
600
7200

7200
SHAFT
GAS MEDIK

B 2500
SHAFT
ELEKTRONIK

1100 1100 2500 250


3150
250
669 1631
250
B Ir. RIKSA ASWATA, IAI
BATU ANDESIT IPTB : 0996/P/A-B/DPPB/I - 2012
1600
250 2950 250 TERAS DROP OFF 300/300
KACA FULL

PAVING -0.200
375 -0.100 KEYPLAN :
TURUN FLOOR HARDENER
DB DB
2625

LIFT
2665

TOILET PRIA TOILET WANITA


UMUM
-0.020 -0.020
AREA TUNGGU
PAVING -0.200

AREA TUNGGU
6000

6000
900
1100

975

SHAFT SHAFT
RUMPUT
3000 2925 2075
3065 850 1975 APOTIK
1895

2400

1080
SHAFT

CB CB

KACA FRAME LESS


TOILET
JANITOR
3115

DIFABLE NO REVISI TGL PARAF


-0.020
-0.020 KASIR ADMISITION AREA SEWA

1550 00
6000

6000
2375
RUANG RACIK 43

500
1950
1310

550
500
PF
SHAFT

805 960
4044

2500

2000
735 SIMPAN
2230

ARSIP N
BB ASPAL
-0.400
BB
A 1950 2117 2117 3978 3832
PARTISI KACA +0.900 ADMINISTRASI KOMITE MEDIK
A
GUDANG

8000
3460

OBAT PEKERJAAN :
RUANG
2325

RUANG APOTEKER
6000

6000
PANEL
TROLY ARSITEKTUR
KACA FULL KACA FULL NAMA GAMBAR : SKALA :
2000
890

SHAFT DENAH LANTAI SATU 1/125


AB AB
615

BANGUNAN BD

1225
CURTAIN WALL CURTAIN WALL CURTAIN WALL CURTAIN WALL
600

PF
600

DIPERIKSA : TANGGAL :
KOORDINATOR ARSITEKTUR
3485 680 2885 4285 7470 7470 7470 4015
ir. eddie sutono, IAI
PAVING -0.200

PAVING -0.200
150 150 530 530 530
DIGAMBAR :
TANGGAL :
DARI RUMPUT m@s bro
GEDUNG -A RUMPUT

3600 3600 1 8000 2 8000 8000 3 8000 4 3600 4400 3600


KODE DAN NO GAMBAR : JML LMB :

50800
--/--
BD - A - 01 - 01
1B 2B 3B 4B 5B 6B 7B 8B 9B 10B
denah lantai SATU
skala 1 : 125
A 1400 4000
HAK CIPTA / COPYRIGHT
DILARANG MENIRU ATAU MEMPRODUKSI GAMBAR INI BAIK DALAM
BENTUK APAPUN KECUALI DENGAN PERSETUJUAN TERTULIS DARI
PERENCANA
NO PART OF THIS DOCUMENT MAY BE REPRODUCED
TRANSMITTED OR RECORDED IN ANY FORM OR OTHERWISE
WITHOUT THE PRIOR WRITTEN PERMISSION OF
THE CONSULTANT
31

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 September


1995 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan
Bapak Hariyanto dan Ibu E.Jubaedah. Penulis menyelesaikan
pendidikan dasar pada tahun 2007 di SDN Jatiranggon I.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di
SMPN 222 Jakarta dan lulus pada tahun 2010. Penulis
menamatkan pendidikan menengah atas pada tahun 2013 di
SMAN 67 Jakarta. Penulis masuk ke IPB melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun
2013 dan diterima di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Fakultas Teknologi
Pertanian. Selama di bangku kuliah. penulis aktif dalam berbagai kegiatan
organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL)
pada periode 2014-2015 sebagai sekretaris communication and infomation
development (CID), anggota penanggung jawab kelompok Pondasi 2015, dan
anggota PDD ICEF 2015. Pada tahun 2016, penulis melaksanakan kegiatan Praktik
Lapangan di proyek pembangunan gedung RSUD Kota Depok oleh PT. Hutama
Karya dan menulis laporan berjudul “Mempelajari Manajemen Konstruksi pada
Pelaksanaan Proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Depok”. Sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T), penulis
menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kekuatan Pondasi Tiang Pancang
terhadap Beban Gempa pada Gedung RSUD Kota Depok Berdasarkan SNI
1726:2012” di bawah bimbingan Dr. Ir. Erizal. M. Agr.

Anda mungkin juga menyukai