Anda di halaman 1dari 21

Perancangan Struktur Bangunan Tinggi

Gedung Sekolah Tahfidz

BAB III
ANALISIS IREGULARITAS DAN REDUDANSI

3.1. Iregularitas dan Redudansi


Ketidakberaturan struktur bangunan harus diklasifikasikan sebagai
suatu struktur bangunan beraturan ataukah tidak beraturan berdasarkan
kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam pasal 7.3.2 SNI 1726-2012.
Ketidakberaturan tersebut dapat dibedakan berdasarkan pada konfigurasi
horizontal dan vertikal dari struktur bangunan tersebut.
Struktur bangunan yang dikategorikan memiliki ketidakberaturan
vertikal dan horizontal harus memenuhi persyaratan tambahan tertentu,
sehingga menjamin keamanan penggunaan bangunan gedung tersebut. Faktor
redudansi (ρ), harus dikenakan pada sistem penahan gaya gempa dalam
masing-masing kedua arah ortogonal untuk semua strukur sesuai dengan
ketentuan berikut :
1. Kondisi dimana nilai ρ adalah 1,0
Nilai ρ diijinkan sama dengan 1,0 untuk hal-hal berikut ini :
 Struktur dirancang untuk kategori desain seismik B atau C
 Perhitungan simpangan antar lantai dan pengaruh P-delta
 Desain komponen nonstruktural
 Desain struktur non gedung yang tidak mirip dengan bangunan
gedung
 Desain elemen kolektor, sambungan lewatan, dan
sambungannya dimana kombinasi beban dngan faktor kuat-lebih
 Desain elemen struktur atau sambungan di mana kombinasi
beban dengan faktor kuat lebih
 Beban diafragma
 Struktur dengan sistem peredam
 Desain dinding struktural terhadap gaya keluar bidang, termasuk
sistem angkurnya.

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 30


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

2. Faktor redudansi (ρ) untuk kategori desain seismik D sampai F


Untuk struktur yang dirancang untuk kategori desain
seismik D, E, atau F, ρ harus sama dengan 1,3 kecuali jika satu dari
dua kondisi berikut dipenuhi, di mana ρ diijinkan sebesar 1,0 :
 Masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35%
geser dasar dalam arah yang ditinjau.
 Struktur dengan denah beraturan di semua tingkat
dengan sistem penahan gaya gempa terdiri dari paling
sedikit dua bentang perimeter penahan gaya gempa
yang merangka pada masing-masing sisi struktur dalam
masing-masing arah ortogonal di setiap tingkat yang
menahan lebih dari 35% geser dasar. Jumlah bentang
untuk dinding geser harus dihitung sebagai panjang
dinding geser dibagi dengan tinggi tingkat atau dua kali
panjang dinding geser dibagi dengan tinggi tingkat
untuk konstruksi rangka ringan.

3.1.1. Perhitungan Iregularitas dan Redudansi


3.1.1.1. Iregularitas
a. Iregularitas Vertikal
1. Iregularitas Vetikal Tipe 1 (1a dan 1b), perhitungan ini berdasarkan pada
nilai Soft Story output ETABS v.9.2.
 Iregularitas Tipe 1a: Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak yang
didefinisikan jika terdapat suatu tingkat di mana kekakuan lateralnya
kurang dari 70% kekakuan lateral tingkat di atasnya atau kurang dari
80% kekakuan rata-rata tiga tingkat di atasnya.
 Iregularitas Tipe 1b: Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak
Berlebihan yang didefinisikan jika terdapat suatu tingkat di mana
kekakuan lateralnya kurang dari 60% kekakuan lateral tingkat di atasnya
atau kurang dari 70% kekakuan rata-rata tiga tingkat diatasnya.

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 31


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

Data yang diketahui:


δ1 = 0,31 mm  h1 = 5000 mm
δ2 = 0,88 mm  h2 = 4000 mm
δ3 = 1,49 mm  h3 = 3500 mm
δ4 = 2,16 mm  h4 = 3500 mm
δ5 = 2,87 mm  h5 = 3500 mm
δ6 = 3,38 mm  h6 = 3450 mm
Nilai story drift ratio dihitung sebagai berikut:
∆1 δ 1 0,31
= = 5000 = 0,00006
h1 h1
∆2 δ 2 −δ 1 0,88−0,31
= = 4000 = 0,00014
h2 h2
∆3 δ 3 −δ 2 1,49−0,88
= = 3500 = 0,00017
h3 h3
∆ 4 δ 4−δ 3 2,16−1,49
= = 3500 = 0,00019
h4 h4
∆5 δ 5 −δ 4 2,87−2,16
= = 3500 = 0,00020
h5 h5
∆6 δ 6 −δ 5 3,38−2,87
= = 3450 = 0,00015
h6 h6

Periksa ketentuan 70% (Tipe 1a):


∆1 δ 2 −δ 1
0,7 x <
h1 h2
0,88−0,31
0,7 x 0,000062 <
4000
0,0000434 < 0,0001425 ....(OK) (Kondisi Soft-Story Tidak terjadi)

Lantai 0.70 x (δ(n+1)- Keterangan


(n) (Δn/hn) δn)/h(n+1)
1 0.0000434 0.000143 Kondisi softstory tidak Terjadi
2 0.000100 0.000174 Kondisi softstory tidak Terjadi
3 0.000122 0.000191 Kondisi softstory tidak Terjadi
4 0.000134 0.000203 Kondisi softstory tidak Terjadi

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 32


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

5 0.000142 0.000148 Kondisi softstory tidak Terjadi

Periksa ketentuan 80% (Tipe 1a):


∆1 1 δ 2−δ 1 δ 3−δ 2 δ 4 −δ 3
0,8 x
h1
<
3 (
h2
+
h3
+
h4 )
1
0,8 x 0,0001425 < x (0,00017 + 0,00019 + 0,00020)
3
0,00011 < 0,000151619 ....(OK) (Kondisi Soft-Story tidak terjadi)

Lantai
Δn/hn Keterangan
(n)  
1 0.0000496 0.000136 Softstory tidak terjadi
2 0.000114 0.000152 Softstory tidak terjadi
3 0.000139429 0.000145 Softstory tidak terjadi

Jadi, gedung tidak mengalami iregularitas vertikal tipe 1a.

Periksa ketentuan 60% (Tipe 1b):


∆2 δ 3 −δ 2
0,6 x <
h2 h3
0,6 x 0,0001425 < 0,0001743
0,000086 < 0,0001743 ....(OK) (Kondisi Soft-Story tidak terjadi)

Lantai 0.60 x (δ(n+1)-


Δn/hn Keterangan
(n) δn)/h(n+1)
1 0.0000372 0.000143 Softstory tidak terjadi
2 0.000086 0.000174 Softstory tidak terjadi
3 0.000105 0.000191 Softstory tidak terjadi
4 0.000115 0.000203 Softstory tidak terjadi
5 0.000122 0.000148 Softstory tidak terjadi

Periksa ketentuan 70% (Tipe 1b):


∆2 1 δ 3−δ 2 δ 4−δ 3 δ 5−δ 4
0,7 x
h2
<
3 ( h3
+
h4
+
h5 )

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 33


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

1
0,7 x 0,0001425 < x (0,00017 + 0,00019 + 0,00020)
3
0,00010 < 0,000189524 ....(OK) (Kondisi Soft-Story tidak terjadi)

Lantai
Δn/hn Keterangan
(n)  
1 0.0000372 0.000169 Softstory tidak terjadi
2 0.000086 0.000190 Softstory tidak terjadi
3 0.000105 0.000181 Softstory tidak terjadi

Jadi, gedung tidak mengalami iregularitas vertikal tipe 1b.

2. Iregularitas Vetikal Tipe 2, perhitungan ini berdasarkan pada beban (massa


bangunan).
Iregularitas massa vertikal dianggap terjadi jika massa efektif semua tingkat
lebih dari 150% massa efektif pada lantai di atas atau di bawahnya.

Didapatkan hasil output analisa ETABS v.9.2


W1 = Lantai 1 = 44.260 kg
W2 = Lantai 2 = 333.097 kg
W3 = Lantai 3 = 322.982 kg
W4 = Lantai 4 = 241.599 kg
W5 = Lantai 5 = 245.562 kg
W6 = Lantai 6 = 240.022 kg
W7 = Lantai 7 = 140.346 kg

Pengecekan massa efektif antara Lantai 1 dengan Lantai 2:


Lantai 1 = 1,5 x W1
= 1,5 x 44.260 kg
= 66.390 kg

Lantai 2 < Lantai 1


333.097 kg > 66.390 kg ...(iregularitas massa terjadi)

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 34


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

Pengecekan massa efektif antara Lantai 2 dengan Lantai 3:


Lantai 2 = 1,5 x W2
= 1,5 x 333.097 kg
= 499.645,5 kg
Lantai 3 < Lantai 2
322.982 kg < 499.645,5 kg ...(iregularitas massa tidak terjadi)

Level Bawah   Lantai Ket.


2 66390 < 333,097 Ya
3 499645.5 > 322982 Tidak
4 484473 > 241599 Tidak
5 362398.5 > 245562 Tidak
6 368343 > 240022 Tidak
7 360033 > 140,346 Tidak

Level Atas   Lantai Ket.


1 499645.5 > 44,260 Tidak
2 484473 > 333,097 Tidak
3 362398.5 > 322,982 Tidak
4 368343 > 241,599 Tidak
5 360033 > 245,562 Tidak
6 210519 < 240,022 Ya

Jadi, gedung mengalami iregularitas vertikal tipe 2.

3. Iregularitas Vetikal Tipe 3, perhitungan ini berdasarkan pada geometri


vertikal bangunan.
Iregularitas geometri vertikal dianggap terjadi ketika dimensi horizontal
sistem penahan gaya lateral pada tingkat manapun lebih besar dari 130%
tingkat di atas atau di bawahnya.

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 35


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

Gambar 3.1. Tampak Samping Gedung Sekolah

Perb. Atas Perb.


Leve
La Lb (La/Lb Ket. bawah (La/bawah* Ket.
l
*100) 100)
1 5.4 5.4 100 Tidak 0 - -
2 5.4 5.4 100 Tidak 5.4 100 Tidak
3 5.4 5.4 100 Tidak 5.4 100 Tidak
4 5.4 5.4 100 Tidak 5.4 100 Tidak
5 5.4 5.4 100 Tidak 5.4 100 Tidak
6 5.4 5.4 100 Tidak 5.4 100 Tidak
7 5.4 0 - - 5.4 100 Tidak

Berdasarkan kondisi potongan bangunan di atas, dimensi horizontal penahan


gaya lateral pada bangunan tersebut memiliki dimensi yang sama dari level
1-7.
Maka, ....iregularitas geometri vertikal tidak terjadi

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 36


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

4. Iregularitas Vetikal Tipe 4, perhitungan ini berdasarkan pada Diskontinuitas


In-Plane (offset)
Iregularitas vertikal 4 (diskontinuitas in-plane) dianggap terjadi ketika
pergeseran arah bidang elemen penahan gaya lateral lebih besar dari panjang
elemen itu atau terdapat reduksi kekakuan elemen penahan di tingkat di
bawahnya.

Gambar 3.2. Tampak Samping Shearwall Gedung Sekolah

Berdasarkan kondisi yang terjadi pada bangunan ini, tidak terjadi kondisi
offset (pergeseran) pada shearwall/corewallnya (penahan gaya lateral),
sehingga tidak mengakibatkan demand overturning pada elemen-elemen
struktur lainnya. Maka dari itu, bangunan ini tidak mengalami kondisi
iregularitas Tipe 4 (Diskontinuitas Iin-Plane).

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 37


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

5. Iregularitas Vetikal Tipe 5, perhitungan ini berdasarkan pada weak story


yang merupakan nilai pier force dari hasil output ETABS v.9.2
 Iregularitas Tipe 5a: Diskontinuitas ketidakberaturan kuat lateral tingkat
didefinisikan ada jika kuat lateral tingkat kurang dari 80% kuat lateral
tingkat di atasnya. Kuat lateral tingkat adalah kuat lateral total semua
elemen penahan seismik yang berbagi geser tingkat untuk arah yang
ditinjau.
 Iregularitas Tipe 5b: Diskontinuitas ketidakberaturan kuat lateral tingkat
berlebihan didefinisikan ada jika kuat lateral tingkat kurang dari 65%
kuat lateral tingkat di atasnya. Kuat lateral tingkat adalah kuat lateral
total semua elemen penahan seismik yang berbagi geser tingkat untuk
arah yang ditinjau.
Data yang dimiliki:
Story Max (kg)
1 3259,010
2 8271,860
3 7471,860
4 9526,040
5 11482,600
6 7813,240

Periksa ketentuan 80% (tipe 5a):


V story 1 < 80% x V story 2
3259,010 kg < 0,8 x 8271,860 kg
3259,010 kg < 6617,488 kg ...(Not OK) (Kondisi Iregularitas Kuat
Lateral Terjadi)

Lantai Vn 0.8 x Vn+1 Keterangan


1 3259.010 6617.488 terjadi
2 8271.860 5977.488 tidak terjadi
3 7471.860 7620.832 terjadi
4 9526.040 9186.08 tidak terjadi
5 11482.600 6250.592 tidak terjadi

Jadi, gedung mengalami iregularitas vertikal tibe 5a.

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 38


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

Periksa ketentuan 65% (tipe 5b):


V story 1 < 65% x V story 2
3259,010 kg < 0,65 x 8271,860 kg
3259,010 kg < 5376,709 kg ...(Not OK) (Kondisi Iregularitas Kuat
Lateral Terjadi)

Lantai Vn 0.65 x Vn+1 Keterangan


1 3259.010 5376.709 terjadi
2 8271.860 4856.709 tidak terjadi
3 7471.860 6191.926 tidak terjadi
4 9526.040 7463.69 tidak terjadi
5 11482.600 5078.606 tidak terjadi

Jadi, gedung mengalami iregularitas vertikal tipe 5b.

b. Iregularitas Horizontal
1. Iregularitas Horizontal Tipe 1 (1a dan 1b), perhitungan ini berdasarkan pada
nilai Torsi Accidental yang diambil dari hasil output ETABS v.9.2 yaitu
point displacement.
 Iregularitas Tipe 1a: Ketidakberaturan torsi didefinisikan ada jika
simpangan antar lantai tingkat maksimum, torsi yang dihitung termasuk
tak terduga, disebuah ujung struktur melintang terhadap sumbu lebih dari
1,2 kali simpangan antar lantai tingkat rata-rata di kedua ujung struktur.
Persyaratan ketidakberaturan torsi dalam pasal-pasal referensi berlaku
hanya untuk struktur di mana diagfragmanya kaku atau setengah kaku.
 Iregularitas Tipe 1b: Ketidakberaturan torsi berlebihan didefinisikan ada
jika simpangan antar lantai tingkat maksimum, torsi yang dihitung
termasuk tak terduga, disebuah ujung struktur melintang terhadap sumbu
lebih dari 1,4 kali simpangan antar lantai tingkat rata-rata di kedua ujung
struktur. Persyaratan ketidakberaturan torsi dalam pasal-pasal referensi
berlaku hanya untuk struktur di mana diagfragmanya kaku atau setengah
kaku.

Data perpindahan (displacement) yang dimiliki :

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 39


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

Lantai Left (δL) Right (δR)


(mm) (mm)
Rooftop 3.51 3.3
6 3.33 3.11
5 2.57 2.4
4 1.86 1.73
3 1.21 1.12
2 0.43 0.4
Base 0 0

Menentukan simpangan lantai 2:


∆L2 = δL2 – δL1
= 0,43 – 0,0 = 0,43 mm
∆R2 = δR2 – δR1
= 0,4 – 0,0 = 0,4 mm

∆avg = ( ∆ L 2+2 ∆ R 2 )
0,43+0,40
=( )
2
= 0,415 mm
∆max = 0,43 mm

Periksa terhadap iregularitas horizontal tipe (1a):


∆ max 0,43
= = 1,04 <1,2 ...(Iregularitas Torsi Tipe 1a Tidak Terjadi)
∆ avg 0,415

Periksa terhadap iregularitas horizontal tipe (1b):


∆ max 0,43
= = 1,04 <1,4 ...(Iregularitas Torsi Tipe 1b Tidak Terjadi)
∆ avg 0,415

Δmax
Lantai δL δR ΔL ΔR avg max 1.2 1.4
/avg
7 3.51 3.3 0.18 0.2 0.2 0.2 1.027 No No
6 3.33 3.1 0.76 0.7 0.7 1 1.034 No No
5 2.57 2.4 0.71 0.7 0.7 1 1.029 No No
4 1.86 1.7 0.65 0.6 0.6 1 1.032 No No
3 1.21 1.1 0.78 0.7 0.8 1 1.040 No No

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 40


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

2 0.43 0.4 0.43 0.4 0.4 0 1.036 No No


1 0 0.0 0.00 0.0 0.0 0 0.000 No No

Jadi, gedung tidak mengalami iregularitas torsi tipe 1a dan 1b.

2. Iregularitas Horizontal Tipe 2, perhitungan ini berdasarkan pada nilai sudut


dalam bangunan.
Iregularitas yang dianggap jika kedua proyeksi denah struktur dari sudut
dalam lebih dari 15% dimensi denah struktur dalam arah yang ditentukan.
Persyaratan ketidakberaturan sudut dalam (Perancangan Struktur Beton
Bertulang Berdasarkan SNI 2847-2013 hal. 371, Agus Setiawan)

Gambar 3.3. Persyaratan Ketidakberaturan Sudut Dalam

Gambar 3.4. Denah Gedung Sekolah Lantai 1

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 41


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

Gambar 3.5. Denah Gedung Sekolah Lantai Roof Top

Konfiurasi denah dan sistem penahan gaya lateral pada bangunan ini
memiliki sudut dalam dengan dimensi sesuai konfigurasi di atas.

Pada Arah X.
Lantai 1-3
20,2 – 6,0 = 14,2 m
14,2
= 0,70 = 70 % > 15 % (Iregularitas sudut dalam terjadi)
20,2

Lantai Roof Top


17,4 – 5,7 = 11,7 m
11,7
= 0,67 = 67 % > 15 % (Iregularitas sudut dalam terjadi)
17,4

Pada Arah Y.
Lantai 1
23,1 – 5,4 = 17,72 m
17,7
= 0,77 = 77 % > 15 % (Iregularitas sudut dalam terjadi)
23,1

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 42


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

Lantai 3
21,9 – 5,4 = 16,5 m
16,5
= 0,75 = 75 % > 15 % (Iregularitas sudut dalam terjadi)
21,9

Lantai Roof Top


12,4 – 7,0 = 5,4 m
5,4
= 0,44 = 44 % > 15 % (Iregularitas sudut dalam terjadi)
12,4

Oleh karena itu, proyeksi pada kedua arah melebihi 15%, maka Iregularitas
Sudut Dalam terjadi.

3. Iregularitas Horizontal Tipe 3, perhitungan ini berdasarkan pada nilai Area


Gross.
Iregularitas diskontinuitas diafragma yang dianggap terjadi jika terdapat
diafragma dengan diskontinuitas atau kekakuan variasi mendadak, termasuk
yang mempunyai daerah terpotong atau terbuka lebih besar dari 50% daerah
diafragma bruto yang melingkupinya atau perubahan kekakuan diafragma
efektif lebih dari 50% dari suatu tingkat ke tingkat selanjutnya.

Gambar 3.6. Denah Gedung Sekolah Lantai 2

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 43


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

Area gross yang melingkupi diafragma adalah:


20,2 m x 12,4 m = 250,48 m2 +
= 250,48 m2
Area opening adalah:
6 m x 12,4 m = 74,4 m2
2,12 m x 2,2 m = 4,664 m2 +
= 79,064 m2
50% dari area gross:
0,5% x 250,48 m2 = 125,24 m2

Sehingga, 79,064 m2 < 125,24 m2


Oleh karena itu, berdasarkan area gross Iregularitas Diskontinuitas
Diafragma tidak terjadi.

4. Iregularitas Horizontal Tipe 4, perhitungan ini berdasarkan pada


ketidakberaturan pergeseran melintang bidang.
Iregularitas yang terjadi jika terdapat diskontinuitas dalam lintasan tahanan
gaya lateral, seperti pergeseran melintang terhadap bidang elemen vertikal.

Gambar 3.7. Shearwall Arah Sumbu X

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 44


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

Karena tidak mengalami out-of-plane offset dari elemen vertikal penahan


gaya lateral seperti halnya sherwall/corewall pada bangunan ini, maka
bangunan ini tidak mengalami kondisi Iregularitas Out-of-Plane Offset.

5. Iregularitas Horizontal Tipe 5, perhitungan ini berdasarkan pada Sistem


Non-Pararel.
Iregularitas yang terjadi jika elemen penahan gaya lateral vertikal tidak
pararel atau simetris terhadap sumbu-sumbu orthogonal utama sistem
penahan gaya gempa.

Gambar 3.8. Shearwall Arah Sumbu Y

Karena memenuhi persyaratan di atas, maka dalam hal ini bangunan


mengalami kondisi Iregularitas System Non-Pararel.

c. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Iregularitas


Iregularitas Kondisi
No
Kategori Tipe Terjadi Tidak Terjadi
1 Vertikal Tipe 1a  √
2 Vertikal Tipe 1b  √
3 Vertikal Tipe 2 √  
4 Vertikal Tipe 3 √ 

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 45


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

5 Vertikal Tipe 4   √
6 Vertikal Tipe 5a √  
7 Vertikal Tipe 5b √  
8 Horizontal Tipe 1a   √
9 Horizontal Tipe 1b   √
10 Horizontal Tipe 2 √  
11 Horizontal Tipe 3   √
12 Horizontal Tipe 4   √
13 Horizontal Tipe 5 √

d. Kesimpulan Iregularitas
1. Struktur gedung beraturan dan tidak beraturan
Sesuai pasal 7.3.2, struktur gedung dikatakan tidak beraturan apabila
terdapat salah satu dari ketidakberaturan berikut ini:
 Ketidakberaturan horizoltal (ketidakberaturan torsi, ketidakberaturan
torsi berlebihan, ketidakberaturan sudut dalam, ketidakberaturan
diskontinuitas diafragma, ketidakberaturan pergeseran melintang
terhadap bidang), ketidakberaturan sistem nonparalel.
 Ketidakberaturan vertikal (ketidakberaturan kekakuan tingkat lunak,
ketidakberaturan kekakuan tingkat lunak berlebihan, ketidakberaturan
berat, ketidakberaturan geometri vertikal, diskontinuitas arah bidang
dalam, ketidakberaturan elemen penahan gaya lateral vertikal,
diskontinuitas dalam ketidakberaturankuat lateral tingkat, diskontinuitas
dalam ketidakberaturan kuat lateral tingkat yang berlebihan).
Analisa Statik
Gunakan
Ya
Gunakan
GunakanAnalisis
Dinamik

T<3,5Ts
Gedung
Dinamik

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 46


Tidak

B atau C
Analisis
Ya

Ya

(SDC)
KDS
Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

tingkat lemah (weak story), atau tingkat lemah

Struktur tidak mengalami ketidakberaturan


ketidakberaturan vertikal tipe 4, 5a atau 5b.

Struktur hanya memiliki ketidakberaturan

D, E, atau F
diskontinuitas bidang, ketidakberaturan
torsi atau torsi yang berlebihan, atau

horizontal tipe 2, 3, 4, atau 5 atau


berlebihan (ekstrim)

Beraturan
Struktur
Tidak
Tidak

Gambar 3.9. Prosedur Analisis yang Diperkenalkan Untuk Setiap


Desain Seismik

Berdasarkan ketentuan pasal 7.3.2 di atas, bangunan ini mengalami dua


ketidakberaturan yang disyaratkan (yaitu: iregularitas vertikal dan iregularitas
horizontal). Maka dari itu, bangunan ini dikatakan bangunan dengan struktur
yang dikategorikan dalam gedung yang tidak beraturan. Sehingga metode
analisis yang digunakan dalam perhitungan gaya gempa adalah dengan
menggunakan metode analisa dinamis respons spektrum.

3.1.1.2. Redudansi

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 47


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

a. Kesimpulan Redudansi :
Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya, didapatkan nilai Kategori Desain
Seismik (KDS) Gedung Sekolah termasuk dalam kategori “D”

Gambar 3.10. Flowchart Analisis Faktor Redudansi (ρ)

Berdasarkan pola bagan di atas, alur dari garis dan lingkaran biru merupakan
sebuah keterangan yang menyatakan kategori awal dari bangunan ini, yaitu
dengan nilai ρ = 1. Namun, setelah dilakukan pengecekan iregularitas dan
redudansi, gedung mengalami iregularitas torsi, juga kondisi KDS dari
bangunan yang berada pada kategori D, maka berdasarkan SNI 1726:2012
pasal 7.3.4.2 harus menggunakan nilai faktor redudansi (ρ) adalah 1,3.

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 48


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

3.2. Kontrol Pemodelan


A. Kontrol Kesetimbangan Gaya Vertikal (ΣV=0)
Kesetimbangan gaya didapatkan jika nilai gaya yang terjadi
sama dengan nilai reaksi yang terjadi pada tumpuan bangunan, sesuai
rumus di bawah ini.
ΣV = Join Reaction Z – Gaya yang terjadi
=0
Dari pemodelan ETABS didapatkan nilai joint reaction Z
sebesar 1577941 kg = 1577,941 ton.
Gaya yang terjadi didapat dari penjumlahan gaya yang terjadi
pada setiap lantai.

Story Beban (kg)

Base 44260

Lantai 2 333097

Lantai 3 322982

Lantai 4 241599

Lantai 5 245562

Lantai 6 240022

Roof Top 140346

Total 1567868

Jadi gaya yang terjadi sebesar 1567,86 ton


ΣV = 1577,941 ton – 1567,868 ton
= 10,073 ton

B. Kontrol Kesetimbangan Gaya Horizontal ( ΣH=0 )

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 49


Perancangan Struktur Bangunan Tinggi
Gedung Sekolah Tahfidz

Kesetimbangan gaya didapatkan jika nilai gaya horizontal (gaya


geser pada bangunan) yang terjadi sama dengan nilai reaksi yang terjadi
pada tumpuan bangunan, sesuai rumus di bawah ini :
ΣV = Base reaction Y – Gaya geser Y
=0
ΣH = Base reaction X – Gaya geser X
=0

Dari pemodelan ETABS didapatkan nilai Base Reaction sebagai


berikut :
Arah X = 106071 kg
Arah Y = 106071 kg
ΣV = Base reaction Y – Gaya geser Y
= 106071 kg – 106071 kg
= 0 kg
ΣH = Base reaction X – Gaya geser X
= 106071 kg – 106071 kg
= 0 kg

BAB III. Analisis Iregularitas dan Redudansi 50

Anda mungkin juga menyukai