Anda di halaman 1dari 32

PERHITUNGAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN BETON BERTULANG

LAPORAN

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik Jembatan yang
diampu oleh Dr. Sudjani, M. Pd

Oleh:
Tazkia Chandra Pelita Sukma
NIM 1700168

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur, penulis telah menyelesaikan penulisan


laporan ini, walaupun tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi,
tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa. Penulisan
laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata Teknik Jembatan.
Laporan ini masih banyak kekurangan dan belum dikatakan sempurna karena
keterbatasan wawasan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun penulis harapkan agar dalam membuat laporan di waktu yang akan
datang bisa lebih baik lagi.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca dan
menambah ruang lingkup ilmu pengetahuan yang ada. Terima kasih kepada pihak
yang telah membantu penyelesaian laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat.

Bandung, 02 Januari 2020

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jembatan merupakan suatu konstruksi sipil yang memiliki hubungan erat
dengan konstruksi jalan raya. Jembatan dan jalan adalah dua hal yang saling
berhubungan, hal ini dikarenakan jembatan merupakan bagian dari jalan raya yang
berfungsi untuk menyatukan dua area atau dua tempat yang terpisah akibat
rintangan seperti sungai, jurang, dan lainnya.
Jembatan sangat diperlukan agar jalan yang ditempuh oleh kendaraan menjadi
singkat dan tidak memakan waktu banyak. Maka dari itu, perencanaan jembatan
perlu dirancang sedemikian rupa agar konstruksi jembatan kuat dan ekonomis.
Struktur jembatan dapat dibuat dari beton bertulang maupun jenis komposit yaitu
baja dan beton. Dalam perencanaan ini penulis merencanakan jembatan jenis
monolit dengan bahan beton bertulang.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, pada maka pada laporan ini penulis
melakukan perhitungan bangunan atas jembatan beton bertulang. Sehingga
diharapkan akan mendapatkan perencanaan jembatan yang kuat dan ekonomis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, maka penulis
merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud jembatan monolit?
2. Apa saja yang termasuk dari bagian bangunan atas jembatan?
3. Bagaimana perhitungan dan hasil perencanaan bagian bangunan atas
jembatan?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan laporan ini adalah untuk:
1. Mengetahui maksud jembatan monolit.
2. Mengetahui bagian bangunan atas jembatan.

1
2

3. Mengetahui perhitungan dan hasil perencanaan bagian bangunan atas


jembatan.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Bagi mahasiswa, untuk menambah wawasan dan bekal untuk menerapkannya
di lapangan.
2. Bagi penulis, untuk mengoreksi dan menambah pengetahuan sebelumnya;
3. Bagi pendidik, untuk pedoman dalam menyiapkan pendidikan.

1.5 Sistematika Penulisan


Laporan ini terdiri dari empat bagian yang dijabarkan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab pendahuluan menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menjabarkan teori-teori yang berisi tentang jembatan.
BAB III PEMBAHASAN
Bab ini menjabarkan perhitungan bangunan atas jembatan beton bertulang.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan rekomendasi dari hasil perhitungan bangunan atas
jembatan beton bertulang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Jembatan


Pengertian jembatan adalah “suatu konstruksi yang dibangun untuk
menghubungkan dua jalan yang terputus karena adanya hambatan seperti aliran
sungai, lembah yang curam, jurang, jalanan yang melintang, jalur kereta api,
waduk, saluran irigasi dan lainnya” (Testindo, 2018).
Menurut Azwaruddin (2008) Sejarah jembatan sudah cukup tua bersamaan
dengan terjadinya hubungan komunikasi / transportasi antara sesama manusia dan
antara manusia dengan alam lingkungannya. Macam dan bentuk serta bahan yang
digunakan mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi,
mulai dari yang sederhana sekali sampai pada konstruksi yang mutakhir.

Gambar 2.1 Konstruksi Jembatan Sederhana

2.2 Fungsi Jembatan


Berdasarkan fungsinya, jembatan menurut Testindo (2018) terbagi menjadi
beberapa macam yaitu:
1. Jembatan jalan raya (highway bridge)
Sesuai dengan namanya, jembatan ini dibangun untuk sarana transportasi
berbagai kendaraan seperti jembatan Ampera, jembatan Suramadu, jembatan
Ampera dan lainnya.
2. Jembatan jalan kereta api (railway bridge)
Jembatan ini dibangun khusus untuk jalur kereta api yang terhubung antar kota
ataupun antar pulau.
3. Jembatan pejalan kaki/penyebrangan (pedestrian bridge)

3
4

Contoh jembatan ini sering kali kita lihat di jalur penyebrangan ataupun di setiap
halte busway.
Sedangkan bahan baku pembuatan jembatan terbagi menjadi beberapa macam
yaitu beton, kayu, beton prategang, baja dan komposit. Bahan konstruksi setiap
jembatan disesuaikan dengan fungsi dan tingkat beban yang akan diterima
jembatan.

2.3 Struktur Jembatan


Mengingat fungsi dari jembatan yaitu sebagai penghubung dua ruas jalan yang
dilalui rintangan, maka jembatan dapat dikatakan merupakan bagian dari suatu
jalan, baik jalan raya atau jalan kereta api. Berikut beberapa jenis jembatan menurut
Azwaruddin (2008):
1. Jembatan di atas sungai
2. Jembatan di atas saluran sungai irigasi atau drainase
3. Jembatan di atas lembah
4. Jembatan di atas jalan yang ada (viaduct).
Suatu bangunan jembatan terdiri dari enam bagian pokok, yaitu:
1. Bangunan atas
2. Landasan
3. Bangunan bawah
4. Pondasi
5. Oprit
6. Bangunan pengaman jembatan.

2.4 Bagian-Bagian Jembatan Beton Bertulang


Jembatan beton juga merupakan suatu bangunan struktural yang digunakan
untuk melewatkan orang atau kendaraan di atas dua daerah/ kawasan atau ruang
yang terpisah oleh sungai, lembah, jurang, jalan atau hambatan fisik lainnya.
Secara umum struktur jembatan terbagi atas tiga bagian yaitu:
l. Struktur atas jembatan (super structure)
2. Struktur bawah jembatan (sub structure)
3. Pondasi
5

Adapun yang dimaksud dengan struktur atas jembatan adalah semua komponen
yang berada di atas perletakan jembatan. Fungsi dari struktur atas adalah sebagai
elemen horizontal yang menahan beban-beban di atas lantai kendaraan untuk
ditransferkan elemen struktur bawah atau ke perletakan.

Gambar 2.2 Komponen Struktur Bagian Atas


Struktur atas jembatan terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
1. Permukaan atas jembatan (wearing surface).
Porsi dari potongan penampang pelat lantai jembatan yang menahan lalu-lintas
kendaraan secara langsung. Biasanya bagian ini terbagi menjadi beberapa lapisan
yang terbuat dari bahan bituminuous.
2. Pelat lantai jembatan
Pelat lantai jembatan adalah komponen struktur jembatan yang menahan
langsung lalu lintas kendaraan di atas jembatan. Fungsi utama struktur pelat lantai
adalah mendistribusikan beban-beban sepanjang jembatan secara longitudinal atau
mendistribusikan beban secara transversal.
3. Member Primer
Member primer fungsinya mendistribusikan beban secara longitudinal atau
searah lalu lintas dan secara prinsip biasanya direncanakan untuk menahan lenturan.
Member utama tipe balok seperti beton I-girder, T-girder, box-girder atau lainnya.
4. Member Sekunder
Member sekunder adalah pengaku diafragma atau ikatan antara member
primer yang direncanakan untuk menahan deformasi struktur atas dalam potongan
arah melintang dan membantu mendistribusikan sebagian beban vertikal di antara
girder.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Data Perencanaan

Gambar 3.1 Sistem Perencanaan Jembatan


Bentang jembatan = 15 m
Lebar jembatan =8m
Lebar trotoar =1m
Beban lalu lintas = Peraturan Muatan no. 12 /1970 Bina Marga
Lantai kendaraan = Beton f’c 25 Mpa, Baja U39 (fy= 400 Mpa)
Balok melintang = Beton f’c 25 Mpa, Baja U39, (fy= 400 Mpa)
Balok memanjang = Beton f’c 25 Mpa, Baja U39, (fy= 400 Mpa)
Mutu baja profil = B37
Ukuran Balok induk = 40 x 120 cm
Jarak balok melintang = 3 m
BJ aspal = 2 t/m3
BJ beton = 2,4 t/m3
Tebal slab beton = 20 cm
Tebal perkerasan jalan= 5 cm
Beban roda = 10 ton

3.2 Perhitungan Pipa Sandaran


Tiang sandaran dipasang setiap jarak 2 m dengan ukuran 10 x 16 cm tebal 5
mm dan tinggi dari lantai trotoar 100 cm. Antara tiang sandaran yang satu dengan
yang lainnya dihubungkan dengan pipa sandaran berukuran Ø 3” dengan berat tiap
meter adalah 10 kg/m. Tiang sandaran beserta pipanya harus diperhitungkan untuk

6
7

dapat menahan beban horizontal sebesar 100 kg/m yang bekerja pada ketinggian
100 cm di atas lantai trotoar.

Gambar 3.2 Sket Tiang Sandaran


Diketahui:
Diameter dalam pipa (d)= 7 cm
Diameter luar (D)= 8 cm
1. Pembebanan
Berat sendiri pipa (G) = 10 kg/m
Beban berguna (V) = 100 kg/m
Beban horizontal (qh) = 100 kg/m +
Beban total (Qtot) = 210 kg/m
2. Momen yang timbul
Pipa sandaran dianggap balok menerus di atas 2 tumpuan dengan reduksi
momen 20%. Jarak antar tiang sandaran yaitu 2 m dengan panjang jembatan 15 m.
15
Maka jumlah tiang yaitu + 1= 8,5 ≈ 9 buah tiang sandaran.
2

1 1
Mmaks= 80% q l2= 80%. . 210. 22= 84 kgm
8 8
1 1
Momen inersia (Ip)= 𝜋(D4-d4)= 𝜋((8)4-(7)4)= 83,237 cm4
64 64
1 (D⁴−d⁴) 1 (8⁴−7⁴)
Momen tahanan (Wx)=
32
𝜋 = 𝜋 = 20,79 cm4
𝑑⁴ 32 7⁴

3. Kontrol tegangan
𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 8400 𝑘𝑔𝑐𝑚
𝜎= = = 404,04 kg/cm² ≤ 𝜎̅= 1400 kg/cm2 … (aman)
𝑊𝑥 20,79 𝑐𝑚⁴
8

4. Kontrol lendutan pipa


5 𝑞 𝑙⁴ 5 (2,1) (200)⁴
f= = = 0,25 cm
384 𝐸 𝐼𝑝 384 (2,1.106 ) (83,237)

̅ 1/300 L= 1/300 (200)= 0,67 cm


Lendutan yang diizinkan= 𝑓 =
̅ 0,67 cm… (aman)
f= 0,25 cm ≤ 𝑓=
Jadi, pipa sandaran dengan diameter ∅ 3” aman digunakan.

3.3 Perhitungan Tiang Sandaran


Menurut PPPJJR Bab III pasal 1.2.5.c halaman 10 disyaratkan bahwa tiang
sandaran pada tepi trotoar diperhitungkan untuk dapat menahan beban horizontal
sebesar 100 kg/m yang bekerja pada tinggi 90 cm di atas trotoar. Gaya horizontal
(H) sebesar 100kg bekerja sepanjang 2 meter (jarak antar tiang sandaran) dengan
ketinggian (L) 0,9 m di atas lantai trotoar.

Gambar 3.3 Perencanaan Tiang Sandaran


Diketahui: Fc’= 25 Mpa
Fy= 400 Mpa
Tinggi tiang sandaran di atas trotoar= 100 cm= 1 m
Ukuran tiang sandaran= 16 x 10 cm
P (beban hidup)= 100 kg
Jarak tiang sandaran= 200 cm= 2 m
Berat jenis beton= 2500 kg/m2
1. Pembebanan
a. Akibat beban sendiri
Berat sendiri pipa tiang sandaran (G1) = 2 (2x10) = 40 kg
9

Berat sendiri tiang sandaran (G2) = 0,1x0,16x2500 = 40 kg


0,16+0,28
Berat sendiri tiang sandaran miring (G3) = x0,1x2500 = 55 kg +
2

Berat total akibat beban sendiri (Qtot) = 135 kg


b. Akibat beban berguna
Pv= 100 kg/m Ph= 100 kg/m

2. Perhitungan gaya normal (terhadap titik A)


NA= 2.Pv+G1+G2+G3= 2(100)+40+40+55= 335 kg
3. Perhitungan gaya lintang
DA= 2H= 2(100)= 200 kg
GA= G1+G2+V= 40+40+100= 180 kg
GB= G3= 55 kg
4. Momen terhadap titik A

Gambar 3.4 Sket Pembebanan pada Tiang Sandaran


MA= (GA.0,18)+(GB. 0,1)+(H.1,3)
= (180. 0,18)+(55. 0,1)+(100. 1,3)= 167,9 kgm
5. Perhitungan tulangan
Mu= 167,9 kgm= 1,679 kNm= 1,679.106 Nmm
𝑀𝑢 1,679.10⁶
Mn= = = 209875 Nmm
∅ 0,8
10

Diketahui:
b= 10 cm=100 mm h= 16 cm= 160 mm
d= 3 cm= 30 mm dx= h-d= 160-30=130 mm
Mutu baja tulangan U24= Fy= 240 Mpa
Fc’= 25 Mpa, karena fc’< 30MPa → β = 0,85

Gambar 3.5 Rencana Dimensi Tiang Sandaran


1,4 1,4
𝜌min= = = 0,00583
𝑓𝑦 240
𝑓𝑐′ 600 25 600
𝜌𝑏= 0,85𝛽 1 ( )= 0,85. 0,85. ( )= 0,0538
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 240 600+240

𝜌maks= 0,75 𝜌b= 0,75. 0,0538= 0,04


0,85.𝑓𝑐′ 2𝑀𝑛 0,85.25 2(209875)
𝜌perlu= (1-√1 − )= (1-√1 − )= 0,0052
𝑓𝑦 0,85𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑑² 240 0,85(25)(100)(130)²

Syarat 𝜌min < 𝜌 < 𝜌maks, maka 𝜌 diambil 𝜌min= 0,00583


As= 𝜌bd= 0,00583.100.130= 75,79 mm2
Dipakai tulangan ∅8 mm
𝜋 𝜋 2
∅𝑡𝑢𝑙2 𝑏 8 .100
Jarak tulangan perlu= 4
𝐴𝑠
= 4
75,79
= 66,35 mm ≈ 100 mm

Maka dipakai tulangan ∅8-100 mm.

Gambar 3.6 Sket Penulangan Tiang Sandaran


11

3.4 Perhitungan Trotoar

Gambar 3.7 Sketsa Trotoar


Direncanakan:
Lebar trotoar= 100 cm= 1 m
Tebal trotoar= 20 cm
Tebal lapisan perkerasan= 3 cm
Mutu baja tulangan U24= Fy= 240 Mpa
Fc’= 25 Mpa, karena fc’< 30MPa → β = 0,85
1. Pembebanan
Arah horizontal (PH)= 100 kg/m
Arah vertikal (PV)= PV+ G1+G2+G3= 100+40+40+55= 235 kg
Beban berguna= 100 kg/m
Momen= (PV+G1+G2)128+ (G3.120)+ (PH.130)
Momen= (100+40+40)128+ (55.120)+ (100.130)= 42640 kg cm= 426,4 kgm
Beban yang bekerja:
Berat kerb= 0,2 x 1 x 2000 = 400 kg/m
Berat air hujan= 0,05 x 1 x 1000 = 50 kg/m
Berat perkerasan= 0,03 x 1 x 2500 = 75 kg/m
Berat berguna= 0,2 x 1x 2500 = 500 kg/m
Berat pelat= 0,2x 1x 2500 = 500 kg/m +
Berat total (Qtot) = 1525 kg/m
Mmaks= M+ {(∑V. 1)+(1/2 Qtot.l2)}
= 426,4+ {(200.1)+(1/2.(1525).(1)2)}= 1338,9 kgm
2. Perhitungan gaya lintang
Dmaks= ∑V + (Qtot.1)= 200+1575= 1775 kg
Nmaks= 2H= 2.100= 200 kg
12

3. Penulangan
Mu= 1388,9 kgm= 13,889 kNm= 13,889.106 Nmm
𝑀𝑢 13,889.10^6
Mn=

= = 17,361.106 Nmm
0,8

Diketahui:
b= 100 cm=1000 mm h= 20 cm= 2000 mm
d= 3 cm= 30 mm dx= h-d= 200-30=170 mm
1,4 1,4
𝜌min= = = 0,00583
𝑓𝑦 240
𝑓𝑐′ 600 25 600
𝜌𝑏= 0,85𝛽 1 ( )= 0,85. 0,85. ( )= 0,0538
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 240 600+240

𝜌maks= 0,75 𝜌b= 0,75. 0,0538= 0,04


0,85.𝑓𝑐′ 2𝑀𝑛 0,85.25 2(17,361.10^6 )
𝜌perlu= (1-√1 −
0,85𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑑²
)= (1-√1 − )= 0,0025
𝑓𝑦 240 0,85(25)(1000)(170)²

Syarat 𝜌min < 𝜌 < 𝜌maks, maka 𝜌 diambil 𝜌min= 0,00583


As= 𝜌bd= 0,00583.1000.170= 991,1 mm2
Dipakai tulangan ∅12 mm
𝜋 𝜋
∅𝑡𝑢𝑙2 𝑏 122 .1000
Jarak tulangan perlu= 4 =4 = 114,16 mm ≈ 100 mm
𝐴𝑠 991,1

Maka dipakai tulangan ∅12-100 mm.

Gambar 3.8 Sket Penulangan Trotoar

3.5 Perhitungan Kerb


Menurut PPPJJR Bab III pasal 1.2.5.b halaman 10 disyaratkan kerb yang
terdapat pada tepi- tepi lantai kendaraan harus diperhitungkan untuk dapat menahan
satu beban horizontal ke arah melintang jembatan sebesar 500 kg yang bekerja pada
puncak kerb.
13

Gambar 3.9 Perencanaan Kerb dan Pembebanan


Mu= 500h= 500.0,2= 100 kgm= 106 Nmm
𝑀𝑢 1000000
Mn=

= = 125.104 Nmm
0,8

Penulangan Kerb:
Mutu baja tulangan U39= Fy= 400 Mpa
Fc’= 25 Mpa, karena fc’< 30MPa → β = 0,85
b= 20 cm= 200 mm h= 20 cm= 200 mm
d= 18 cm= 180 mm dx= h-d= 200-180=20 mm
1,4 1,4
𝜌min= = = 0,0035
𝑓𝑦 400
𝑓𝑐′ 600 25 600
𝜌𝑏= 0,85𝛽 1 ( )= 0,85. 0,85. ( )= 0,0271
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 400 600+400

𝜌maks= 0,75 𝜌b= 0,75. 0,0271= 0,0203


0,85.𝑓𝑐′ 2𝑀𝑛 0,85.25 2(1250000)
𝜌perlu= (1-√1 − )= (1-√1 − )= 0,00048
𝑓𝑦 0,85𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑑² 240 0,85(25)(200)(20)²

Syarat 𝜌min < 𝜌 < 𝜌maks, maka 𝜌 diambil 𝜌min= 0,0035


As= 𝜌bd= 0,0035.200.180= 126 mm2
Dipakai tulangan ∅13 mm
𝐴𝑠 126
Jumlah tulangan (n)= 𝜋 = 𝜋 = 0,949 ≈ 2 buah
𝑑² 13²
4 4

𝑏 200
Jarak tulangan= = = 100 mm
𝑛 2

Maka dipakai tulangan ∅13-100 mm  As= 265,33 mm2


14

Gambar 3.10 Sketsa Penulangan Trotoar, Kerb, dan Tiang Sandaran

3.6 Perhitungan Pelat Lantai Kendaraan

Gambar 3.11 Sistem Lantai Kendaraan


1. Pembebanan
Diketahui: Berat jenis air= 1 t/m3
Berat jenis aspal= 2 t/m3
Berat jenis beton= 2,4 t/m3
a. Beban mati
Berat air hujan (3 cm)= 0,03.1.1 = 0,03 t/m
Berat aspal (tebal 10 cm)= 0,1.1.2 = 0,2 t/m
Berat slab beton (tebal 20 cm)= 0,2.1.2,4 = 0,48 t/m +
Qdl1 = 0,71 t/m
Berat pipa sandaran= 2. 0,01 t/m= 0,02 t/m
Berat trotoar dan sandaran:
Berat air hujan (3 cm)= 0,03.1.1 = 0,03 t/m
Berat sendiri pelat beton= 0,2.1.2,4 – 0,1.0,6.2,4 = 0,336 t/m
15

Berat begel dan spasi (5 cm)= 0,05.1.2,2 = 0,11 t/m


Berat tiang sandaran dan besi= 0,1.0,16.2,4 + 0,03= 0,0684 t/m +
Qdl2 = 0,5644 t/m
Menurut SK Menteri PU No. 378/KPTS/1987 tentang Pedoman
Perencanaan Jembatan Jalan Raya pasal 4.1 maka beban lantai kendaraan
adalah sebagai berikut:
1 1
Qdl= Qdl1 + 2 Qdl2= 0,71+ (2. 0,5644)= 0,7825 t/m
𝐿 15

b. Beban hidup
Beban hidup yang diperhitungkan pada lantai kendaraan adalah beban T
(PPPJJR pasal 1.2.3. halaman 5). Beban T adalah beban yang merupakan
kendaraan truk yang mempunyai beban roda ganda sebesar 10 ton. Penyebaran
gaya akan menurut sudut 45o sebagai berikut:

Gambar 3.12 Penyebaran Pembebanan Roda


𝐹 10
P= = 0,9 𝑥 0,6 = 18,519 t/m2
𝐴

Ql= 18,519. 1= 18,519 t/m

2. Analisis mekanika lantai kendaraan

Gambar 3.13 Koefisien Distribusi Momen Lantai Kendaraan


a. Beban mati
Qdl= 0,7825 t/m
1 1
Mdl= Qdl lx2= (0,7825) (2)2= 0,391 tm
8 8

b. Beban hidup
1) Kondisi saat 1 roda berada pada pelat
16

Gambar 3.14 Kondisi Saat 1 Roda Berada Pada Pelat


1
Ra. 2= (q. 0,9) ( 0,9 +0,55)
2

Ra. 2= (18,519. 0,9) (1)


18,519
Ra= = 8,334 ton
2

Mmaks= Ra.1 – (q.0,45) (0,5.0,45)


= 8,334 - (18,519.0,45)(0,225)= 6,450 tm
2) Kondisi saat 2 roda berada pada pelat

Gambar 3.15 Kondisi Saat 2 Roda Berada Pada Pelat


1 1
Ra. 2= (q. 0,42) ( 0,42) + (q.0,42)(2 0,42+1)
2
1 1
Ra. 2= (18,519. 0,42) ( 0,42) + (18,519.0,42)( 0,42+1)
2 2

Ra. 2= 1,6334+9,411
Ra = 5,522 ton
Mmaks= Ra.0,71 – (q.0,42) (0,5.0,42+0,5. 0,58)
= 5,522 (0,71)- (18,519. 0,42) (0,5)= 0,031 tm
Diambil Mll terbesar yaitu 6,450 tm
Mo= 1,2 Mdl + 1,6 Mll= 1,2 (0,391)+1,6 (6,450)= 10,790 tm
Sehingga berdasarkan koefisien momen maka diperoleh momen sebagai berikut:
c. Momen tumpuan
1
M1= M6 = - (10,790)= -3,597 tm
3
2
M2= M3 = M4= M5= - (10,790)= -7,193 tm
3

d. Momen lapangan
3
M12= M56= (10,790)= 8,092 tm
4
5
M23= M34 = M45= (10,790)= 6,744 tm
8
17

3. Penulangan lantai kendaraan


Mu= 167,9 kgm= 1,679 kNm= 1,679.106 Nmm
𝑀𝑢 1,679.106
Mn= = = 209875 Nmm
∅ 0,8

Diketahui:
b= 100 cm=1000 mm h= 40 cm= 400 mm
d= 18 cm= 180 mm d’= 20 mm
Mutu baja tulangan Fy= 400 Mpa
Fc’= 25 Mpa, karena fc’< 30MPa → β = 0,85
1,4 1,4
𝜌min= = = 0,0035
𝑓𝑦 400
𝑓𝑐′ 600 25 600
𝜌𝑏= 0,85𝛽 1 ( )= 0,85. 0,85. ( )= 0,0271
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 400 600+400

𝜌maks= 0,75 𝜌b= 0,75. 0,0271= 0,0203


a. Tulangan tumpuan
Mu= 7,193 tm= 7,193.107 Nmm
𝑀𝑢 7,193.10⁷
Mn= = = 8,991.10⁷ Nmm
∅ 0,8

0,85.𝑓𝑐′ 2𝑀𝑛
𝜌perlu = (1-√1 −
0,85𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑑²
)
𝑓𝑦

0,85.25 2(8,991.10⁷ )
= (1-√1 − )= 0,00746
400 0,85(25)(1000)(180)²

Syarat 𝜌min < 𝜌 < 𝜌maks, maka 𝜌 diambil 𝜌perlu= 0,00746


As= 𝜌bd= 0,00746.1000.180= 1343,07 mm2
Dipakai tulangan ∅16 mm
𝐴𝑠 1343,07
Jumlah tulangan (n)= 𝜋 = 𝜋 = 6,683 ≈ 7 buah
𝑑² 16²
4 4

𝑏 1000
Jarak tulangan= =
𝑛
= 142,85 mm ≈ 140 mm
7

Maka dipakai tulangan pokok ∅16-140 mm  As= 1435,429 mm2


Tulangan pembagi menurut PBI pasal 9.1.3 hal 90:
As= 20% As= 20%. 1435,429= 287,086 mm2
Dipakai tulangan ∅13 mm
𝐴𝑠 287,086
Jumlah tulangan (n)= 𝜋 = 𝜋 = 2,163 ≈ 3 buah
𝑑² 13²
4 4

𝑏 1000
Jarak tulangan= =
𝑛
= 333,333 mm ≈ 300 mm
3
18

Maka dipakai tulangan pembagi ∅13-300 mm  As= 442,217 mm2

b. Tulangan lapangan
Mu= 8,092 tm= 8,092.107 Nmm
𝑀𝑢 8,092.107 ⁷
Mn=

= = 10,115.10⁷ Nmm
0,8

0,85.𝑓𝑐′ 2𝑀𝑛
𝜌perlu = (1-√1 −
0,85𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑑²
)
𝑓𝑦

0,85.25 2(10,115.10⁷ )
=
400
(1-√1 − )= 0,0085
0,85(25)(1000)(180)²

Syarat 𝜌min < 𝜌 < 𝜌maks, maka 𝜌 diambil 𝜌perlu= 0,0085


As= 𝜌bd= 0,0085.1000.180= 1526,79 mm2
Dipakai tulangan ∅16 mm
𝐴𝑠 1526,79
Jumlah tulangan (n)= 𝜋 = 𝜋 = 7,597 ≈ 8 buah
𝑑² 16²
4 4

𝑏 1000
Jarak tulangan= = = 131,62 mm ≈ 100 mm
𝑛 8

Maka dipakai tulangan pokok ∅16-100 mm  As= 2009,6 mm2


Tulangan pembagi menurut PBI pasal 9.1.3 hal 90:
As= 20% As= 20%. 2009,6 = 401,92 mm2
Dipakai tulangan ∅13 mm
𝐴𝑠 401,92
Jumlah tulangan (n)= 𝜋 = 𝜋 = 3,03 ≈ 4 buah
𝑑² 13²
4 4

𝑏 1000
Jarak tulangan= = = 250 mm
𝑛 4

Maka dipakai tulangan pembagi ∅13-250 mm  As= 530,66 mm2

Gambar 3.16 Sketsa Penulangan Lantai Kendaraan


19

3.7 Perhitungan Gelagar Jembatan


1. Beban mati
Akibat beban sendiri gelagar= 0,4. 1,2. 2,4 = 1,152 t/m
Berat air hujan (3 cm)= 0,03. 1,6. 1 = 0,048 t/m
Berat aspal (5 cm)= 0,05. 1,6. 2,2 = 0,176 t/m
Berat slab beton (20 cm)= 0,2. 1,6. 2,4 = 0,768 t/m
Berat trotoar= 1525 kg/m = 1,525 t/m
Berat tiang sandaran= 135 kg/m = 0,135 t/m +
Qdl = 3,804 t/m
Dimensi balok diafragma 30/40 maka Pdl= 0,3. 0,4. 1,6. 2,4= 0,4608 ton

2. Beban hidup
Menurut PPPJJR pasal 1.2.2.4.a halaman 6 untuk perhitungan kekuatan
gelagar-gelagar harus digunakan beban “ D “. Beban D adalah susunan beban pada
setiap jalur lalu lintas yang terdiri dari beban terbagi rata sebesar “q” ton per meter
panjang per jalur, dan beban garis “P” ton per jalur lalu lintas tersebut.
Untuk memperhitungkan pengaruh getaran-getaran dan pengaruh dinamis
lainnya, tegangan- tegangan akibat beban garis P harus dikalikan dengan
koefisien kejut. Sedangkan beban merata q tidak dikalikan dengan koefisien kejut.
Besarnya koefisien kejut ditentukan sesuai dengan PPPJJR pasal 1.3. hal 10:
20 20
Faktor kejut (k)= 1+ = 1+ = 1,308
50+𝐿 50+15

Beban hidup per gelagar


Qll= 2,2 t/m untuk L < 30 m
2,2
Qll= x 1,6 x, 1,308= 1,674 ton/m
2,75
12
Pll= x 1,6 x, 1,308= 9,132 ton
2,75
20

3. Analisis Mekanika
a. Akibat beban mati

Gambar 3.17 Pembebanan Akibat Beban Mati Gelagar Utama


b. Akibat beban hidup

Gambar 3.18 Pembebanan Akibat Beban Hidup Gelagar Utama


c. Akibat beban mati dan hidup

Gambar 3.19 Pembebanan Akibat Beban Hidup dan Mati Gelagar Utama
21

4. Penentuan letak beban hidup bergerak


a. Alternatif 1

5𝑥3
Ra= = 1 ton
15
(5𝑥12)+(10𝑥15)
Rb= = 14 ton
15

Mt= Ra. 3= 1.3= 3 tm


Mc= Ra. 12= 1.12= 12 tm
b. Alternatif 2

(5𝑥8)+(10𝑥5)
Ra= = 6 ton
15
(5𝑥7)+(10𝑥10)+(10𝑥15)
Rb= = 19 ton
15

Mt= Ra. 7= 6.7= 42 tm


Mc= (Ra. 10)-(5x3)= (6.10)-15= 45 tm
22

c. Alternatif 3

(5𝑥11,5)+(10𝑥8,5)+(10𝑥3,5)
Ra= = 11,833 ton
15
(10𝑥11,5)+(10𝑥6,5)+(5𝑥3,5)
Rb= = 13,167 ton
15

Mc= Ra. 3,5= 11,833 x 3,5= 41,416 tm


Mt= (Ra. (3,5+3))-(5x3)= (11,833 x 6,5)-15= 61,914 tm
Md= Rb. 3,5= 13,167. 3,5= 46,085 tm
d. Alternatif 4

(5𝑥15)+(10𝑥12)+(10𝑥7)
Ra= = 17,667 ton
15
(10𝑥8)+(10𝑥3)
Rb= = 7,333 ton
15

Mc= Ra. 3= 17,667 x 3= 53,031 tm


Mt= Rb. 7= 7,333. 7= 51,333 tm
Diperoleh momen paling maksimum yaitu pada alternatif 3 sebesar 61,914
tm yaitu beban roda berada pada tengah bentang.
23

5. Penulangan gelagar

Gambar 3.20 Penampang Balok T


Diketahui:
b= 40 cm=400 mm h= 120 cm= 1200 mm
d= 1140 mm d’= 60 mm
Mutu baja tulangan Fy= 400 Mpa
Fc’= 25 Mpa, karena fc’< 30MPa → β = 0,85
1,4 1,4
𝜌min= = = 0,0035
𝑓𝑦 400
𝑓𝑐′ 600 25 600
𝜌𝑏= 0,85𝛽 1 ( )= 0,85. 0,85. ( )= 0,0271
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 400 600+400

𝜌maks= 0,75 𝜌b= 0,75. 0,0271= 0,0203


a. Tulangan lapangan
Mu= 61,914 tm= 61,914.107 Nmm
𝑀𝑢 61,914.107
Mn=

= = 77,393.10⁷ Nmm
0,8

B ≤ ¼L= ¼(15)= 3,75 m= 3750 mm


B ≤ bw+16 hf= 400+ 16.200= 3600 mm
B ≤ Ln= 2 m= 2000 mm
Diambil b terkecil yaitu 2000 mm
𝑎
Mn= 0,85.fc’a.b (d- )
2
𝑎
77,393.10⁷= 42500.a(1140- )
2

77,393.10⁷= 4845.10⁴a – 21250a²


77,393.10⁷= a(4845.10⁴ - 21250a)
24

77,393.10⁷
a=
(4845.10⁴ − 21250a)
= 22,8 mm ≤ hf= 200 mm  balok T palsu, maka

perhitungan diasumsikan balok persegi


0,85.𝑓𝑐′ 2𝑀𝑛
𝜌perlu = (1-√1 −
0,85𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑑²
)
𝑓𝑦

0,85.25 2(77,393.10⁷ )
=
400
(1-√1 − )= 0,0038
0,85(25)(400)(1140)²

Syarat 𝜌min < 𝜌 < 𝜌maks, maka 𝜌 diambil 𝜌min= 0,0035


As= 𝜌bd= 0,0035.400.1140= 1596 mm2
Dipakai tulangan ∅25 mm
𝐴𝑠 1596
Jumlah tulangan (n)= 𝜋 = 𝜋 = 3,25 ≈ 4 buah
𝑑² 25²
4 4

𝑏 400
Jarak tulangan= = = 100 mm
𝑛 4

Maka dipakai tulangan pokok ∅25-100 mm  As= 1962,5 mm2

b. Tulangan tumpuan
Mu= 1/3 Mlap= 1/3. 61,914.107= 20,638. 107 Nmm
𝑀𝑢 20,638.107 ⁷
Mn= = = 25,798.10⁷ Nmm
∅ 0,8

0,85.𝑓𝑐′ 2𝑀𝑛
𝜌perlu = (1-√1 − )
𝑓𝑦 0,85𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑑²

0,85.25 2(25,798.10⁷ )
= (1-√1 − )= 0,0012
400 0,85(25)(400)(1140)²

Syarat 𝜌min < 𝜌 < 𝜌maks, maka 𝜌 diambil 𝜌min= 0,0035


As= 𝜌bd= 0,0035.400.1140= 1596 mm2
Dipakai tulangan ∅25 mm
𝐴𝑠 1596
Jumlah tulangan (n)= 𝜋 = 𝜋 = 3,25 ≈ 4 buah
𝑑² 25²
4 4

𝑏 400
Jarak tulangan= = = 100 mm
𝑛 4

Maka dipakai tulangan pokok ∅25-100 mm  As= 1962,5 mm2


25

(a) (b)
Gambar 3.21 Sket Penulangan Daerah Tumpuan (a) dan Lapangan (b) Gelagar
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Konstruksi monolit (monolite structure) adalah konstruksi dari material yang
memiliki kesamaan jenis dari segi material maupun kemampuan menahan beban.
Umumnya konstruksi merupakan beton atau baja yang secara teknis direncanakan
untuk menerima beban-beban yang sangat besar seperti pada bangunan jembatan.
Hasil perhitungan dari setiap komponen bangunan atas jembatan dapat diketahui
dalam penjabaran pembahasan bagian BAB III dari isi laporan.
Dengan demikian dalam perencanaan pembuatan jembatan dengan tipe monolit
perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi jembatan tersebut.
Penerapan rekayasa teknik sangat diperlukan dalam pembangunan jembatan ini,
sehingga hasil dari perencanaan dapat diwujudkan sesuai dengan standar yang ada.

4.2 Rekomendasi
Pada perhitungan, diperlukan ketelitian yang tinggi dalam menentukan ukuran
dan dimensi. Sehingga mata kuliah Teknik Jembatan ini dituntut untuk disiplin dan
teliti.

26
DAFTAR PUSTAKA

Azwaruddin. (2008). Pengertian Jembatan. [Online]. Diakses dari


http://azwaruddin.blogspot.com/2008/02/pengertian-jembatan.html
Sunggono. (1983). Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PBBI) Buku
Teknik Sipil. Bandung: Nova.
Testindo. (2018). Konstruksi Jembatan. [Online]. Diakses dari
https://testindo.com/article/359/konstruksi-jembatan

27
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………..………… ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..………… 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………...…………...… 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….………… 1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………...… 1
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………...…..…………… 2
1.5 Sistematika Penulisan………………………………………………………… 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………… 3
2.1 Pengertian Jembatan…………………………………..……………………… 3
2.2 Fungsi Jembatan…………………………………………………………….... 3
2.3 Struktur Jembatan…………………………………………………………….. 4
2.4 Bagian-Bagian Jembatan Beton Bertulang………………………………...… 4
BAB III PEMBAHASAN……………………………..…………………...…… 6
3.1 Data Perencanaan……………………………...……………………...……… 6
3.2 Perhitungan Pipa Sandaran………………………………………...………… 6
3.3 Perhitungan Tiang Sandaran……………………………………………...….. 8
3.4 Perhitungan Trotoar…………………………...……………………….…… 11
3.5 Perhitungan Kerb………………………………...…………………….…… 12
3.6 Perhitungan Pelat Lantai Kendaraan………………………………..…….… 14
3.7 Perhitungan Gelagar Jembatan…………………………………………....… 19
BAB IV PENUTUP……………………………………………………….…… 26
4.1 Simpulan……………………………………………………………….…… 26
4.2 Rekomendasi…………………………………..……………………….…… 26

DAFTAR PUSTAKA…………………………….………………………….… 27
LAMPIRAN

ii
ii
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai