Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN PERKUATAN JEMBATAN MENGGUNAKAN SISTEM

PRATEGANG EKSTERNAL

(STUDY OF BRIDGE REINFORCEMENT USING EXTERNAL


PRESTRESSING SYSTEM)

Brian Halomoan Putra1), Besman Surbakti2)


1)
Mahasiswa Program Sarjana Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara
2)
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara
1),2)
Jl. Perpustakaan No.11 Kampus USU Medan, Sumatera Utara,20155,Telp: (061) 803371
e-mail: 1)brianpardosi@gmail.com, 2) besmansurbakti@yahoo.com
.

ABSTRAK
Jembatan dibangun untuk menunjang lalu lintas yang bekerja di daerah tersebut sampai jangka waktu
tertentu. Namun seiring perkembangan zaman, pengguna jalan semakin banyak dan padat sehingga membuat
struktur yang tersedia tidak mampu menampung beban yang bekerja di atasnya. Salah satu inovasi yang
berkembang untuk mengatasi hal tersebut adalah sistem konstruksi beton prategang eksternal. Perbedaan
mendasar dari sistem prategang eksternal adalah letak tendon yang berada di luar struktur yang ada. Pada
tugas akhir ini penulis melakukan kajian mengenai jembatan prategang internal dengan penampang T Girder
yang diperkuat dengan sistem prategang eksternal. Perkuatan jembatan dilakukan akibat adanya peningkatan
beban yang awalnya direncanakan beban B.M 70 ditingkatkan menjadi B.M 100. Hasil yang didapat dari kajian
ini adalah sistem prategang eksternal cukup efektif digunakan sebagai perkuatan pada struktur yang sudah ada
dan diperoleh perbandingan nilai antara kabel prategang yang diletakkan di sisi samping jembatan dengan
yang diletakkan di sisi bawah jembatan.
Kata Kunci: jembatan beton prategang, perkuatan, prategang eksternal

ABSTRACT
Bridges are built to support traffic in an area for a certain period of time. But along with the times,
traffic users have increased, making the existing structures unable to accommodate the load. One of the
innovations to overcome the problem is external prestressed construction system. The fundamental difference
from the external prestressing system is the location of the tendons that are outside the existing structure. In this
thesis the author reviews the internal prestressing bridge with a T Girder cross section reinforced by an external
prestressed system. Bridge reinforcement was carried out due to an increase in load which was originally
planned 70% load capacity is increased to a 100% load capacity according to Bina Marga regulations.. The
result of this study is that the external prestressing system is quite effective as a reinforcement on the existing
structure and a comparison of values between prestressed cables is placed on the side bridge with the one on the
bottom of the bridge
Key words: prestressed concrete bridge, reinforcement, external prestressin

Kajian Perkuatan Jembatan Menggunakan Sistem Prategang Eksternal (Brian Halomoan Putra, Besman Surbakti) 1
Tujuan Penelitian
PENDAHULUAN
Adapun tujuan dari tugas akhir ini antara lain :
Latar Belakang 1. Mengetahui besar gaya prategang pada
Dalam menunjang mobilitas kegiatan jembatan eksisting.
sehari-hari agar bisa berjalan dengan baik, 2. Mengetahui besar penambahan gaya
dibutuhkan berbagai sarana infrastruktur yang prategang dengan penempatan kabel di
memadai, diantaranya jembatan. Jembatan sisi kiri dan kanan pada saat beban lalu
berfungsi untuk menghubungkan dua bagian lintas meningkat.
jalan yang terputus oleh adanya rintangan- 3. Mengetahui besar penambahan gaya
rintangan seperti lembah, alur sungai, saluran prategang dengan penempatan kabel di
irigasi, jalan kereta api, jalan raya, dll (Santoso, sisi bawah pada saat beban lalu lintas
2017). meningkat.
Untuk memenuhi kebutuhan akan
infrastruktur jembatan tersebut, diperlukan
inovasi-inovasi baru dalam dunia konstruksi Manfaat Penelitian
jembatan yang mampu menciptakan struktur Manfaat yang ingin diperoleh dari penulisan
yang kuat, aman, nyaman dan ekonomis. tugas akhir ini adalah :
Jembatan biasanya terdiri dari beberapa jenis 1. Memberikan alternatif untuk perkuatan
misalnya ditinjau dari bahan konstruksinya jembatan di Indonesia.
jembatan terdiri atas jembatan baja, jembatan 2. Memberikan contoh perencanaan
kayu, jembatan beton bertulang, jembatan beton perkuatan jembatan dengan
prategang, dan jembatan komposit. menggunakan sistem prategang
Beton merupakan material yang sangat eksternal.
umum digunakan saat ini, selain karena 3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian
perawatannya yang mudah, beton bisa menahan selanjutnya tentang perkuatan dengan
beban yang cukup besar. Salah satu sifat beton sistem prategang eksternal.
ialah kuat terhadap tekan dan lemah terhadap
Batasan Masalah
tarik. Nilai kuat tarik beton bervariasi antara 8
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
sampai dengan 14 persen dari kekuatan
1. Bentang yang direncanakan sepanjang
tekannya (Nawy, 2008). Karena rendahnya
40 meter.
kekuatan tarik beton ini, sehingga dibutuhkan
2. Penampang balok yang digunakan
material lain yang dapat memikul beban pada
adalah profil T.
daerah tarik beton.
3. Hanya merencanakan dan mengkaji
Beton prategang adalah kombinasi dari
perhitungan gaya prategang struktur
dua bahan berkekuatan tinggi, yaitu beton dan
bangunan atas jembatan.
baja mutu tinggi. Kombinasi aktif ini
4. Perencanaan awal jembatan
menghasilkan perilaku yang lebih baik dari
menggunakan pembebanan kelas jalan
masing-masing kedua bahan tersebut.
IIIa yang kemudian ditingkatkan
Berdasarkan posisi penempatan kabelnya, beton
menjadi kelas jalan I.
prategang terdiri atas 2 jenis yaitu prategang
5. Tidak membahas perencanaan dan
intenal dan prategang eskternal. Prategang
analisa perhitungan struktur bangunan
eksternal sendiri adalah sistem prategang di
bawah.
mana tendon yang terpasang berada di luar
6. Tidak merencanakan perletakan.
beton itu sendiri. Hal ini dianggap salah satu
7. Tidak memperhitungkan analisa biaya
teknik yang paling baik untuk memperkuat atau
konstruksi dan waktu pelaksanaan.
merehabilitasi konstruksi yang sudah ada.
Pemanfaatan tendon eksternal jauh lebih efisien
dalam waktu dan biaya dibandingkan dengan KAJIAN PUSTAKA
prategang internal. Hal ini menjadi popular
dalam pembangunan gedung dan jembatan Jembatan merupakan salah satu
beton baru. Beberapa keuntungan prategang infrastruktur yang sangat penting dalam
eksternal antara lain, konstruksi yang lebih menunjang mobilitas masyarakat. Jembatan
ekonomis, mudah dalam mengatur posisi berfungsi untuk menghubungkan dua bagian
tendon, dan perawatan yang lebih mudah. jalan yang terputus oleh adanya rintangan-
Penerapan sistem prategang eksternal dilakukan rintangan seperti lembah, alur sungai, saluran
dengan pemasangan angkur, tendon dan irigasi, jalan kereta api, jalan raya, dan lainnya.
deviator pada struktur bangunan atau jembatan. Karena perkembangan lalu lintas yang ada

Kajian Perkuatan Jembatan Menggunakan Sistem Prategang Eksternal (Brian Halomoan Putra, Besman Surbakti) 2
relatif besar, jembatan yang dibangun, 3. Kabel prategang dapat disetel ulang
terkadang tidak mampu lagi menampung mauapun diganti bila terdapat
volume lalu lintas dan beban yang bekerja di kerusakan.
atasnya, sehingga terkadang perlu diadakan
perbaikan dan perkuatan pada jembatan yang Kerugian penggunaan sistem prategang
sudah ada. Perkuatan ini bertujuan agar eksternal :
jembatan memiliki kemampuan yang sesuai 1. Harus diperiksa terlebih dahulu apakah
dengan beban lalu lintas yang bekerja di struktur mampu memikul penambahan
atasnya, sehingga dapat mengurangi risiko gaya prategang.
runtuhnya jembatan akibat tidak dapat menahan 2. Lebih rentan terhadap korosi maupun
beban lalu lintas yang bekerja. kerusakan lainnya akibat vandalisme
karena berada di luar struktur.
Beton adalah struktur yang kuat terhadap beban
tekan tetapi lemah terhadap beban tarik, Analisa Tegangan
sedangkan baja adalah struktur yang kuat
terhadap beban tarik.Beton prategang adalah Analisa tegangan dilakukan pada dua keadaan
struktur gabungan dari beton mutu tinggi dan yaitu kondisi transfer dan kondisi service.
baja mutu tinggi yang dikombinasikan secara  Kondisi transfer, yaitu kondisi dimana
aktif dengan cara menarik baja dan menahannya beban yang bekerja hanya beban sendiri
ke beton dalam keadaan tertekan, karena dan gaya prategang, beban luar
penampang beton telah tertekan sebelum beban (terpasang) beluum bekerja (momen
bekerja maka bila beban bekerja, tegangan tarik minimum)
yang terjadi dapat dieliminir oleh tegangan  Kondisi service, yaitu kondisi dimana
tekan yang diberikan pada penampang sebelum beban yang bekerja adalah berat
bekerja. Baja mutu tinggi yang biasanya sendiri, gaya prategang dan beban luar
direncakan untuk struktur beton prategang (momen maksimum)
adalah wire, strand dan bar dengan spresifikasi
Analisa tegangan ijin juga direncanakan
yang telah memenuhi persyaratan struktur
berdasarkan keadaan transfer dan service,
sesuai dengan kebutuhan perencanaan. Di
dimana :
dalam perencanaan struktur jembatan beton
Saat transfer :
prategang dikenal dua sistem prategang yaitu
Tegangan Tekan (fct) = 0,6 fci
Sistem Pratarik (Pretension System) dimana
Tegangan Tarik (ftt) = 0,25 √fci
kabel ditarik terlebih dahulu kemudian beton
dicor, dan Sistem Pascatarik (Posttension
Saat service :
System) dimana beton dicor terlebih dahulu
Tegangan Tekan (fcw) = 0,45 fc
kemudian kabel ditarik melalui selongsong
Tegangan Tarik (ftw) = 0.5 √fc
(duct).
Kehilangan Gaya Prategang
Prategang Eksternal
1. Akibat Deformasi Elastis Beton (ES)
Prategang eksternal adalah sistem
Pada struktur yang menggunakan kabel
prategang di mana tendon yang terpasang
tunggal, tidak ada kehilangan gaya
berada diluar beton itu sendiri. Hal ini dianggap
prategang akibat perpendekan beton,
salah satu teknik yang paling kuat untuk
karena gaya pada kabel diukur setelah
memperkuat atau merehabilitasi konstruksi
perpendekan terjadi. Pada penampang
yang sudah ada. Pemanfaatan tendon eksternal
yang menggunakan lebih dari satu
jauh lebih efisien dalam waktu dan biaya
kabel, kehilangan gaya prategang
dibandingkan dengan prategang internal.
ditentukan oleh kabel, kehilangan gaya
Penerapan sistem prategang eksternal dilakukan
prategang ditentukan oleh kabel yang
dengan pemasangan angkur, tendon dan
pertama ditarik dan memakai harga
deviator pada struktur bangunan atau jembatan.
setengahnya untuk mendapatkan rata-
rata semua kabel. Kehilangan gaya
Keuntungan penggunaan sistem prategang
prategang pada struktur pasca tarik
eksternal :
dapat ditentukan seperti berikut :
1. Pelaksanaan pemasangan peralatan
yang relatif mudah.
2. Mudah untuk memeriksa kabel dan
angkur karena letaknya berada di luar Keterangan :
struktur. fcs = tegangan pada penampang

Kajian Perkuatan Jembatan Menggunakan Sistem Prategang Eksternal (Brian Halomoan Putra, Besman Surbakti) 3
n = modulus ratio awal perubahan regangan baja yang konstan
didalam tendon bila terjadi rangkak
yang tergantung pada nilai waktu. Oleh
2. Akibat Rangkak Beton (CR) karena itu, ACI memberikan
Rangkak beton terjadi karena deformasi perumusan untuk menghitung
akibat adanya tegangan pada beton kehilangan gaya prategang dimana nilai
sebagai satu fungsi waktu. dari KRE, J, dan C tergantung dari jenis
dan tipe tendon. Adapun perumusan
tersebut yaitu :

Keterangan : Keterangan :
= koefisien = koefisien relaksasi
2,0 untuk pratarik J = faktor waktu (0.05-0.15)
1,6 untuk pascatarik C = faktor relaksasi
= modulus elastisitas beton saat SH = kehilangan tegangan akibat susut
umur beton 28 hari CR = kehilangan tegangan akibat
= modulus elastisitas baja rangkak
prategang ES = kehilangan tegangan akibat
= tegangan pada beton pada level perpendekan elastis
pusat baja segera setelah
transfer 5. Akibat Slip Angkur (ANC)
= tegangan pada beton akibat Hal ini terjadi saat kabel prategang
beban mati tambahan setelah dilepas dari mesin penarik (dongkrak),
prategang diberikan kemudian kabel ditahan oleh baja di
pengangkuran dan gaya prategang
3. Akibat Susut Beton (SH) ditransfer dari mesin penarik ke angkur.
Seperti halnya pada rangkak beton, Besarnya slip pengangkuran ini
besarnya susut pada beton dipengaruhi tergantung pada tipe baja dan tegangan
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor pada kabel prategang (tendon).
tersebut meliputi proporsi campuran,
tipe agregat, tipe semen, tipe
perawatan, waktu antara perawatan
eksternal dan pemberian prategang, Keterangan:
ukuran komponen struktur dan kondisi ANC = kehilangan gaya prategang
lingkungan. akibat slip di pengangkuran
Es = modulus elastisitas baja
prategang
d = penyetelan angkur
Keterangan : X =√
= modulus elatisitas baja prategang
= regangan susut sisa total dimana: λ =
= 300 x 10-6 untuk struktur pratarik µ = koefisien geser tendon
= untuk struktur L = panjang bentang
pascatarik dengan t adalah usia beton K = Koefisien Wabble
pada waktu transfer prategang dalam
hari.
METODOLOGI
4. Akibat Relaksasi Baja (RE) Metode Penelitian
Akibat perpendekan elastis (kehilangan Metode penelitian yang digunakan dalam tugas
gaya prategang seketika setelah akhir ini adalah:
peralihan) dan gaya prategang yang 1. Metode studi literatur, yaitu dengan
tergantung waktu, CR, dan SH ada mengumpulkan data-data dan
pengurangan berkelanjutan pada keterangan dari buku-buku dan jurnal
tegangan beton, jadi kehilangan gaya yang berhubungan dengan pembahasan
prategang akibat relaksasi berkurang. tugas akhir. Perhitungan dalam
Sebenarnya balok prategang mengalami perencanaan ini menggunakan bantuan

Kajian Perkuatan Jembatan Menggunakan Sistem Prategang Eksternal (Brian Halomoan Putra, Besman Surbakti) 4
software seperti Microsoft Office Excel
dan SAP 2000.

2. Metode studi bimbingan, yaitu


melakukan konsultasi dengan dosen
pembimbing yang memegang peranan
penting dalam penulisan tugas akhir ini, Gambar 2 Tampak samping jembatan
selain itu berkonsultasi dengan teman
tentang tugas akhir sekaligus
mengumpulkan data-data yang
dibutuhkan hingga tugas akhir ini dapat

Diagram Alir
Gambar 3 Potongan A-A

Analisa Penampang
Penampang T Girder yang digunakan adalah
penampang CA BT49 seperti pada gambar 4

Gambar 4 Penampang Balok T CA BT49

Dengan ukuran setiap notasi (konversi satuan) :


A = 120 mm
B = 20 mm
C = 75 mm
D = 10 mm
E = 10 mm
F = 94,5 mm
G = 15 mm
H = 20 mm
Setelah didapat bentuk penampang
Gambar 1 Diagram alir Penelitian seperti pada gambar 4, kemudian dianalisis
mechanical properties dari penampang seperti
pada tabel 1 dibawah sebagai prasyarat analisis
HASIL DAN PEMBAHASAN perhitungan selanjutnya
Perencanaan perkuatan jembatan beton Tabel 1 Analisa Penampang
prategang balok T yang dikaji menggunakan Jenis Penampang Non Penampang
sistem pembebanan yang mengacu pada RSNI Properties Komposit Komposit
T-02-2005 dengan profil jembatan sebagai I 10433439,6 cm4 17598186,89 cm4
berikut : Zt 172059,8804 cm3 282311,8316 cm3
Zb 163375,8504 cm3 214183,636 cm3
yt 60,63842 cm 62,33599 cm
yb 63,86158 cm 82,16401 cm

Kajian Perkuatan Jembatan Menggunakan Sistem Prategang Eksternal (Brian Halomoan Putra, Besman Surbakti) 5
Analisa Struktur Tabel 3 Analisa Kehilangan Gaya Prategang
Analisa Struktur dilakukan dengan Kehilangan
Jenis Kehilangan
menggunakan program SAP 2000 V14 untuk (Mpa)
Deformasi Elastisitas beton (ES) 49,738
menghitung gaya dalam struktur (momen Rangkak Beton (CR) 54,349
lentur). Tabel 2 menunjukkan hasil dari analisa Penyusutan Beton (SH) 60
struktur berdasarkan pembebanan yang Relaksasi Baja (RE) 28,436
direncanakan yang mengacu kepada RSNI T- Total 192,524
02-2005 seperti akibat beban sendiri, beban
mati tambahan, beban lajur D dan beban Analisa Tegangan dan Lendutan
sekunder. Rekapitulasi nilai tegangan yang terjadi pada
jembatan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 2 Analisa Struktur Gelagar
Tabel 4 Analisa Tegangan
Momen (kNm) Tegangan yang Terjadi Nilai (Mpa)
Jenis Beban
Tumpuan Lapangan
ft -8,244
Beban sendiri -874,22 492,29 Transfer
fb -2,109
Beban mati tambahan -1401,48 789,21 Tegangan
ft -10,244
Beban lajur D -874,3 761,86 Pada Servis
fb 1,232
Beban sekunder 108,46 54,23 Tumpuan
Kehilangan ft -10.938
Teoritis fb 1,4
Perencanaan Gaya Prategang dan Jumlah ft -0,553
Transfer
Kabel Prategang fb -10,209
Tegangan
Perencanaan gaya prategang yang ft -1,109
Pada Servis
dilakukan berdasarkan 2 wilayah yaitu tumpuan fb -7,44
Lapangan
Kehilangan ft -0,9
dan lapangan untuk mengetahui gaya prategang
Teoritis fb -8,129
terbesar sehingga didapat jumlah kabel
prategang yang memenuhi persyaratan dengan
Balok prategang mengalami lendutan
menggunakan rumus berikut :
akibat gaya prategang, beban mati, dan beban
terpasang dan di kontrol melalui persyaratan
[ ] lendutan dalam RSNI-T-12-2004 tentang
Perencanaan Struktur Jembatan Beton.
Lendutan yang terjadi pada jembatan awal
Didapatkan gaya prategang pada jembatan
sebesar 13,082 mm.
sebesar :
Tumpuan : 2627,905 kN Peningkatan Beban Lalu Lintas
Lapangan : 2892,353 kN
Mn balok Prategang = 3375,772 kNm
Kabel prategang yang direncanakan Pada awal perencanaan jembatan
menggunakan kabel jenis uncoated7 wires digunakan peraturan kelas jalan menurut BMS,
stress relieved dengan luas 140 mm2 mutu 1860 yaitu kelas jalan IIIa, kemudian kelas jalan
Mpa. Untuk mendapatkan jumlah kabel ditingkatkan menjadi kelas jalan I. Oleh karena
prategang digunakan rumus berikut : itu, beban lalu lintas juga mengalami
peningkatan dari sebelumnya. Beban yang
mengalami peningkatan adalah beban hidup
BGT dan beban hidup BTR dari awalnya 70%
menjadi 100%.
Jumlah prategang yang dibutuhkan sebanyak 16
strands.
Tabel 5 Persentase beban pada beban muatan
Kehilangan Gaya Prategang berbeda
Nilai kehilangan beton prategang % Beban % Beban
Jenis Beban
tergantung dari jenis sistem prategang yang B.M. 70 B.M. 100
digunakan. Tabel 3 menunjukkan besarnya Beban Mati 100 100
kehilangan gaya prategang dengan prinsip Beban Hidup “D”
70 100
BTR
kehilangan gaya prategang sistem pratarik.
Beban Hidup “D”
70 100
BGT
Beban Angin 100 100

Kajian Perkuatan Jembatan Menggunakan Sistem Prategang Eksternal (Brian Halomoan Putra, Besman Surbakti) 6
Total gaya prategang yang bekerja pada balok
Momen Ultimit pada pembebanan beban hidup
saat ini adalah
70 % adalah 3150 kNm.

4000 Sedangkan pada sisi bawah jembatan, dicoba


dengan menggunakan tendon 2 strands.
2000
Maka didapatkan
0

-2000 Total gaya prategang yang bekerja pada balok


Momen Ultimate BM 70
Momen Nominal Balok saat ini adalah
-4000
Gambar 5 Grafik Hubungan Momen Ultimit dan
Nominal pada beban bekerja 70%

Momen Ultimit pada pembebanan beban hidup


100 % adalah 3524,7 kNm. Analisa Tegangan Setelah Diperkuat
Rekapitulasi nilai tegangan yang terjadi pada
jembatan setelah mengalami perkuatan dapat
dilihat pada tabel 5.
4000
Tabel 5 Analisa Tegangan Setelah Perkuatan
2000 Sisi Sisi
Tegangan yang Terjadi
Samping Bawah
0 ft -11,604 0,589
Transfer
fb -1,293 -11,532
Tegangan ft -11,507 -4,288
-2000 Pada Servis
Momen Ultimate BM 100 fb 0,008 -6,621
Tumpuan
-4000 Momen Nominal Balok Kehilangan ft -13,081 -3,925
Gambar 6 Grafik Hubungan Momen Ultimit dan Teoritis fb 0,391 -7,989
Nominal pada beban bekerja 100% ft 0,028 1,63
Transfer
fb -13,543 -1387
Perkuatan Prategang Eksternal Tegangan ft -1,85 -0,78
Pada Servis
fb -8,52 -8,49
Lapangan
Ketika kelas jalan ditingkatkan dari Kehilangan ft -1,576 -0,423
Teoritis fb -10,081 -9,857
kelas jalan IIIa menjadi kelas jalan I, balok
prategang tidak mampu memikul gaya yang
Analisa Kehilangan Gaya Prategang
bekerja, sehingga diperlukan perkuatan pada Nilai kehilangan beton prategang
balok tersebut. Salah satunya dengan sistem tergantung dari jenis sistem prategang yang
digunakan. Tabel 6 menunjukkan besarnya
prategang eksternal. Pada perencanaan awal kehilangan gaya prategang dengan prinsip
jembatan, gaya prategang awal adalah kehilangan gaya prategang sistem pascatarik.

2892353,172 N. Tabel 6 Analisa Kehilangan Gaya Prategang


Kehilangan (Mpa)
Jenis Kehilangan Sisi Sisi
Samping Bawah
Pada perencanaan perkuatan pada sisi samping Deformasi Elastisitas beton (ES) 3,508 2,902
Rangkak Beton (CR) 22,68 35,12
jembatan, dicoba dengan menggunakan tendon Penyusutan Beton (SH) 27,079 27,079
4 strands. Relaksasi Baja (RE) 33,004 32,39
Slip Angkur (ENC) 51,335 57,474
Maka didapatkan Total 137,471 154,95

Kajian Perkuatan Jembatan Menggunakan Sistem Prategang Eksternal (Brian Halomoan Putra, Besman Surbakti) 7
Analisa Lendutan dan Momen Nominal  Kehilangan gaya prategang pada
perkuatan prategang eksternal
Balok prategang mengalami lendutan sebesar 10,558 %.
akibat gaya prategang, beban mati, dan beban  Tegangan tekan maksimal pada
terpasang dan di kontrol melalui persyaratan saat pembebanan kelas jalan I
lendutan dalam RSNI-T-12-2004 tentang sebesar 10,081 Mpa (lapangan)
Perencanaan Struktur Jembatan Beton. dan 13,081 Mpa (tumpuan)
Total lendutan yang terjadi pada perkuatan di :  Lendutan pada saat pembebanan
Sisi Samping = 13,243 mm kelas jalan I sebesar 13,243 mm.
Sisi Bawah = 9,602 mm\ Kabel prategang di sisi bawah jembatan :
 Gaya prategang pada pembebanan
Momen Nominal pada perkuatan di :
kelas jalan I sebesar 3256,913 kN.
Sisi Samping = 3702,388 kNm > 3524,7 kNm
 Kabel prategang yang digunakan
Sisi Bawah = 3601,331 kNm > 3524,7 kNm
pada saat pembebanan kelas jalan I
sebesar 18 strand.
KESIMPULAN DAN SARAN  Kehilangan gaya prategang pada
perkuatan prategang eksternal
Kesimpulan sebesar 11,9 %.
1. Hasil perhitungan  Tegangan tekan maksimal pada
Dari hasil analisis dan perhitungan pada saat pembebanan kelas jalan I
bab sebelumnya diperoleh data sebagai sebesar 9,857 Mpa (lapangan) dan
berikut : 11,531 Mpa (tumpuan)
 Gaya prategang pada pembebanan  Lendutan pada saat pembebanan
kelas jalan IIIa sebesar 2892,33 kelas jalan I sebesar 9,602 mm.
kN. 2. Dari perhitungan nilai tegangan di atas,
 Kabel prategang yang digunakan tegangan tekan maksimal yang bekerja
pada saat pembebanan kelas jalan pada balok T mengalami peningkatan
IIIa sebesar 16 strand. sebesar 19,6 % pada tumpuan dan sebesar
 Kehilangan gaya prategang pada 24,01 % pada lapangan untuk prategang
saat pembebanan kelas jalan IIIa eksternal di sisi samping jembatan,
sebesar 14,78 %. sedangkan pada sisi bawah jembatan,
 Tegangan tekan maksimal pada tegangan maksimal mengalami
saat pembebanan kelas jalan IIIa paningkatan sebesar 5,42 % pada tumpuan
sebesar 8,129 Mpa (lapangan) dan dan sebesar 21,25 % pada lapangan
10,938 Mpa (tumpuan) 3. Dari hasil pehitungan di atas, sistem
 Lendutan pada saat pembebanan prategang eksternal dapat digunakan
kelas jalan IIIa sebesar 13,082 sebagai salah satu solusi untuk
mm. memperkuat jembatan eksisting, sehingga
lebih aman digunakan
Ketika kelas jalan ditingkatkan dari kelas
jalan IIIa menjadi kelas jalan I, jembatan
tidak mampu memikul beban muatan Saran
100%, sehingga jembatan diperkuat 1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
dengan menggunakan sistem prategang akurat perlu dilakukan analisa terhadap
eksternal. Dari hasil analisis dan struktur bagian bawah jembatan.
perhitungan pada bab sebelumnya, 2. Sistem prategang eksternal masih dapat
diperoleh data sebagai berikut : dikembangkan dengan baik di Indonesia,
sehingga butuh lebih banyak studi tentang
Kabel prategang di sisi samping jembatan sistem ini agar bisa lebih efektif dalam
 Gaya prategang pada pembebanan penggunaannya di lapangan.
kelas jalan I sebesar 3621,473 kN.
 Kabel prategang yang digunakan
pada saat pembebanan kelas jalan I DAFTAR PUSTAKA
sebesar 20 strand. Nawy, E. G., Hardani, W., & Suryoatmono, B.
(2001). Beton prategang: suatu
pendekatan mendasar. Erlangga.

Kajian Perkuatan Jembatan Menggunakan Sistem Prategang Eksternal (Brian Halomoan Putra, Besman Surbakti) 8
Kaur, H., & Singh, J. (2017). A Review on
External Prestressing In Concrete.
Raju, N. K. (1993). Beton Prategang. Edisi
kedua, Erlangga, Jakarta.
Budiadi, A. (2008). Desain Praktis Beton
Prategang. Yogyakarta: Andi Offset.
Tobing, G. L. (2017). Kajian Gaya Prategang
Precast Double Tee Pada Konstruksi
Jembatan Bentang 40 M. Jurnal
Teknik Sipil USU, 6(1).
Mundung, M. I. (2016). Studi Perkuatan
Jembatan Beton Bertulang
Menggunakan Sistem Beton
Bertulang (Doctoral dissertation,
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember).
Praveen S.K, Vishwanath. H dan Vinuth. M.
2016. External Prestressing on
Concrete Members. PSC.
Soetoyo, I. (2011). Konstruksi Beton
Pratekan. Nova, Bandung.
Budiadi, A. (2008). Desain Praktis Beton
Prategang. Yogyakarta: Andi Offset.
Lin, T. Y., & Burns, N. H. (2000). Desain
struktur beton prategang.
Osimani, F. (2004). The Use of Unbonded
Tendons for Prestressed Concrete Bridges.
Wulaningtyas, F., & Triwiyono, I. I. A.
(2016). Perkuatan Jembatan Rangka
Baja dengan Metode Prategang
Eksternal (Studi Kasus Jembatan
Transfield Australia A60) (Doctoral
dissertation, Universitas Gadjah
Mada)
Precast, C. Prestressed Concrete Institute
(CPCI).(2007). Design Manual,” 4th
Edition, Canadian
Precast/Prestressed Concrete
Institute, Ottawa, ON, Canada.
Caltrans. (1989). Bridge Design Aids
Nasional, B. S. (2004). Perencanaan Struktur
Beton untuk Jembatan. SNI T-12-
2004.
Nasional, B. S. (2005). Standar Pembebanan
Untuk Jembatan (RSNI T-02-
2005). Badan Standarisasi Nasional.

Kajian Perkuatan Jembatan Menggunakan Sistem Prategang Eksternal (Brian Halomoan Putra, Besman Surbakti) 9

Anda mungkin juga menyukai