BERTULANG 1
DOSEN PENGAMPU : ANITA INTAN NURA DIANA, MT
KODE MATA KULIAH :
MINGGU KE-1
PERTEMUAN MINGGU KE-1
1. Konsep dasar dan problematika beton dalam kehidupan
sehari-hari
2. Sifat semen portland
3. Sifat agregat kasar dan agregat halus
4. Air campuran
Bahan Campuran Beton
pasir kerikil
semen
bahan Besi
tambah tulangan
KONSEP DASAR...
Pasta Semen
20%-35%
Mortar
a. Lebih murah.
b. Mudah dibentuk (memudahkan arsitek
untuk berkreasi).
c. Tahan terhadap api yang tinggi. Menurut Ir Resmi
Bestarin Muin dalam
d. Mempunyai kekakuan yang tinggi. buku ajar teknologi beton
e. Biaya perawatan yang rendah.
f. Bahan bakunya mudah didapat.
Kelemahan Beton...
a. Berat sendiri beton yang besar yaitu 2400 kg/m3
b. Kuat tariknya rendah, meskipun kekuatan tekannya besar
c. Beton cenderung retak, dan baja tulangan bisa berkarat
meskipun tidak terekspos separah struktur baja
d. Kualitas sangat tergantung pada cara pelaksanaan dilapangan,
beton yang baik dan buruk dapat terbentuk dari rumus
campuran (mix design) yang sama
e. Struktur beton sulit untuk dipindahkan, pemakaian kembali/
daur ulang sulit dan tidak ekonomis
Material
Pembentuk
1.BATU KAPUR 2. LEMPUNG
PROSES PENGGALIAN
PROSES PENGHANCURAN
Penguapan air
Penguraian tanah liat
Penguraian batu kapur
Pembentukan komponen awal
Pembentukan Dicalcium silicate
Pembentukan
Tricalcium silicate
Zona
Pengeringan Gambar 6. Kondisi
& Reaksi dalam Kiln
Zona
dekalsinasi
Zona
pembentukan
klinker
Zona
pendinginan
TIPE-TIPE SEMEN kelas sore
A. Tipe I :
Dipakai untuk keperluan konstruksi yang tidak
memerlukan persyaratan khusus terhadap panas hidrasi
dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan
air yang mengandung sulfat antara 0,0 - 0,10 % dan
dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman,
gedung-gedung bertingkat dan lain-lain.
B. Tipe II:
Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa
yang memerlukan ketahanan sulfat (pada lokasi tanah
dan air yang mengandung sulfat antara 0,10 – 0,20 %)
dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan di pinggir
laut, bangunan di bekas tanah rawa, saluran irigasi, beton
massa untuk dam-dam dan landasan jembatan .
Lanjutan...
A. Tipe III:
Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan
tekan awal tinggi pada fase pemulaan setelah pengikatan terjadi,
misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan tingkat tinggi,
bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap
serangan sulfat.
B. Tipe IV :
Dipakai untuk kebutuhan pengecoran yang tidak menimbulkan
panas, pengecoran dengan penyemprotan (setting time lama) yang
dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah.
C. Tipe V
Dipakai untuk konstruksi bangunan pada tanah/air yang mengandung
sulfat melebihi 0,20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan
limbah pabrik, konstrksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan
dan pembangkit tenaga nuklir
Cara Penimbunan Semen
Syarat Utama :
Disimpan dalam gudang, sedapat mungkin yang tidak lembab
udara, dan tidak dapat kemasukan air baik dari hujan maupun
air tanah yang merembes atau tembus kedalam gudang.
pemecahan batu
A. Gradasinya
B. Kebersihan agregat
C. Kekerasan Agregat
D. Kemulusan Agregat
Proses Hidrasi
Hidrasi adalah suatu reaksi kimia di mana campuran
yang utama di (dalam) semen membentuk ikatan kimia
dengan molekul air dan menjadi hidrat atau produk
hidrasi
Mengubah semen menjadi pasti sehingga betonnya
lecak (workable)
Lanjutan...
P jam
TE
I R P jam
NU A Gambar 8. Proses Hidrasi Beton
GB N
KA A
AH S
TAN
jam
2. Dasar Ukuran
Kekuatan
butir Slump
Perencanaan terbesar
Rencana
Mutu pelaksanaan 2
1
Kelecakan Jumlah air atau Kadar air bebas Jumlah semen/
Kadar Semen
Karakteristik agregat
3
Kadar agregat halus
Berat isi beton Kadar agregat Kasar
Tabel 5. FAS maksimum yang diijinkan untuk beton yang terekpos berat
Lanjutan .....
Tabel 6. FAS Maksimum yang diijinkan (beton biasa) dan kuat tekan minimum
(beton air entrain)
Philosofhy Perencanaan
Daktail Getas
Mampu menerima Keruntuhsn secara
deformasi/ lendutan tiba-tiba tanpa ada
besar peringatan
Keruntuhan dengan peringatan
Jd = Z = lengan momen
Fy = Tegangan leleh baja tulangan/ Mutu baja
C = Compresion/ tegangan tekan beton
T = Tension/ tegangan tarik baja
fs = tegangan baja sebelum leleh
Analisis Penampang Balok Persegi
Bertulangan Tunggal
Keseimbangan gaya horisontal (H)
∑H = 0
Tension = Compression p = perbandingan luas
tulangan terhadap luas
As x fy = 0,85. f’c. a.b
efektif beton
a = [As x fy]/[0,85. f’c. b] p = As/[b.d]
Maka momen nominal (Mn)
Mn = T x Jd atau Mn = T x Z Jd atau Z = d-1/2.a
Mn = As x fy x [d-1/2.a] As = p.b.d
Mn = p.b.d.fy x [d-1/2([As x fy]/[0,85. f’c. b]
Mn = p.b.d.fy x [d- 0,59([p.b.d x fy]/[f’c. b]
Mn = p.b.d^2.fy [1-0,59 ([p.fy]/f’c)
Momen ultimate (Mu) yang dapat dipikul oleh balok
Mu < 𝜙.Mn
Mu = 0,8 Mn
Batasan Tulangan Tarik
Batasan tulangan tarik pada balok bertulangan tunggal agar
bersifat under reinforced
P min = 1,4/[fy] fy dalam Mpa
P balance = [(0,85.f ’c.β1)/fy] x [600/(600+fy)]
P max = 0,75. p balance
Sehingga : p min < p hitung < p max
CONTOH KASUS
Pemeriksaan
Sistem balok diatas dua tumpuan berikut :
Data balok :
Beban mati (qDL) = 17 kN/m
Beban hidup (qLL) = 25 kN/m
Ukuran penampang balok 350 x 600 mm dengan susunan
tulangan utama 5ϕ25 mm dan sengkang ϕ12 mm
Mutu beton (f’c) yang dipakai 27,5 N/mm2
Mutu baja (fy) yang dipakai 410 N/mm2
Selimut beton 50 mm
Diagram Alir
CONTOH SOAL
CONTOH SOAL
LATIHAN SOAL 2
Sangat kritis
LATIHAN SOAL 3
BEBAN BALOK DARI PELAT
Distribusi beban pada balok dapat dilihat dari fenomena
pembebanan pelat.
Bentuk beban pelat dapat berupa segitiga dan trapesium
Beban ini diteruskan ke balok yang digunakan sebagai
dasar mencari gaya dalam balok
Perhitungan gaya dalam balok bila menggunakan peraturan
SNI yaitu beban harus terbagi merata
KONVERSI PEMBEBANAN
400 cm
Segitiga Beban merata
600 cm
Tinjau 400 cm
600 cm
Penyelesaian :
hitung beban mati dengan bentang (600x400) cm
Beban mati berasal dari :
Pelat = (tebal x bv. beton x konversi x tinggi). n
= (0,12 x 2400 x 2/3 x 2). 2
= 768 kg/m
Balok = (0,3 x 0,5 x 2400)
= 360 kg/m
∑D = 768 kg/m + 360 kg/m
= 1.128 kg/m
Beban hidup berasal dari :
beban guna bangunan = (250 x 2/3 x 2).2
= 666,667 kg/m
∑L = 666,667 kg/m
Beban terfaktor
U = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2.(1.128) + 1,6.(666,667)
= 2.420,27 kg/m
BALOK BETON BERTULANGAN RANGKAP
Contoh Perencanaan
Hitung penulangan balok bila ditentukan b = 20 cm, h =
40 cm. Beban guna = 1000 kg/m, fc’ = 225 kg/cm2, fy =
3200 kg/cm2
B A
d = 34 cm
40 cm
B A
20 cm
15 400 15
POT. A-A dan POT.B-B
BALOK BETON BERTULANGAN RANGKAP
Pembebanan
- Beban mati
Balok, D = 0,2 x 0,4 x 2400 = 192 kg/m
- Beban hidup
Beban guna, L = 1000 kg/m
- Beban terfaktor
U = 1,2 D + 1,6 L
= 1,2 (192) + 1,6 (1000)
= 1830 kg/m MuL = 1/8 x q x L^2
MuL = 1/8 x 1830 x 4^2
Statika MuL = 3660 kg.m
q = 1830 kg/m
MuT = 1/24 x q x L^2 Atau MuT = 1/3 x MuL
MuT = 1/24 x 1830 x 4^2 MuT = 1/3 x 3660
MuT = 1220 kg.m MuT = 1220 kg.m
400
BALOK BETON BERTULANGAN RANGKAP
Batasan Penulangan
p min = 1,4/fy = 0,0044
p balance = 0,85 x 22,5 x 0,85 x 600
320 600 + 320
= 0,033
p max = 0,75 x 0,033 = 0,0248
Penulangan Lapangan
MuL = 3660 kg.m = 3660 x 10^4 N.mm
d efektif = 400 – selimut beton = 400 – 60 = 340 mm
b = 200 mm
𝜙 = 0,8 ( untuk balok)
m = fy/ (0,85 x fc’) = 16,73
Rn = Mu = 1,979 Mpa
𝜙.b.d^2
p hitung = 1/m (1- 1- 2.m.Rn) = 0,0065 > p min
fy < p max
Hitung kebutuhan tulangan Tulangan Tarik/ Tulangan Bawah
As = p . b . d efektif = 0,0065 . 200 . 340 = 442 mm2 (digunakan tulangan 4ϕ12)
As’ = (p hitung/ p max) x As = 115,85 mm2 (digunakan tulangan 2ϕ12)
Tulangan Tekan/ Tulangan Atas
BALOK BETON BERTULANGAN RANGKAP
Penulangan Tumpuan ???
Minggu Ke-12
1. Konsep Awal Balok T (Balok Bersayap)
2. Analisa Balok T (Analisa Badan Balok dan Sayap Balok)
3. Konsep awal geser pada balok
4. Jenis-jenis tulangan geser
5. Perencanaan penampang geser
6. Kuat geser yang disumbangkan beton dan tulangan geser
BALOK T
BALOK T
Cek apakah balok T atau Balok Persegi
1. Diasumsikan bahwa a=hf ; lebar= be
MR1 = 𝜙.T.Z
= 0,8 x 0,85 x fc’ x a x be x (d – ½ a) > Mu Balok T,
Persegi
Diasumsikan bahwa a=hf ; lebar= b
MR2 = 𝜙.T.Z
= 0,8 x 0,85 x fc’ x a x b x (d – ½ a) > Mu Balok
Persegi
2. Diasumsikan bahwa a=hf ; lebar= be
MR1 = 𝜙.T.Z
= 0,8 x 0,85 x fc’ x a x be x (d – ½ a) > Mu Balok T,
Persegi
Diasumsikan bahwa a=hf ; lebar= b
MR2 = 𝜙.T.Z
= 0,8 x 0,85 x fc’ x a x b x (d – ½ a) < Mu Balok T
BALOK T
3. Diasumsikan bahwa a=hf ; lebar= be
MR1 = 𝜙.T.Z
= 0,8 x 0,85 x fc’ x a x be x (d – ½ a) < Mu Balok T
Diasumsikan bahwa a=hf ; lebar= b
MR2 = 𝜙.T.Z
= 0,8 x 0,85 x fc’ x a x b x (d – ½ a) < Mu Balok T
BALOK T
Persyaratan
Balok T, diambil nilai terkecil dari :
* be ≤ ¼ Lo Dengan :
* be ≤ 8. hf be = lebar efektif
* be ≤1/2. bo hf = tebal plat
bw = b = lebar balok
Persyaratan bo = jarak bersih dari
Balok L, diambil nilai terkecil dari : balok ke balok
* be ≤ 1/12 Lo Lo = bentang balok
* be ≤ 6. hf
* be ≤1/2. bo
BALOK T
Analisis Balok T
Dalam analisis balok T, ada dua kondisi yaitu :
1. Kondisi 1, bila garis netral terletak dalam flens (sayap)
c ≤ hf, maka analisa penampang dapat dilakukan sama
dengan balok persegi. Lebar balok (b) = lebar efektif
(be)
2. Kondisi 2, bila garis netral memotong badan c ≥ hf,
maka balok diperlakukan sebagai balok T murni
BALOK T
Kondisi 1
BALOK T
Kondisi 1
BALOK T
Kondisi 2
BALOK T
Kondisi 2
BALOK T
BALOK T
Contoh Soal
BALOK T
Penyelesaian
BALOK T
BALOK T
BALOK T
CONTOH SOAL
Struktur pelat lantai untuk jemuran, mempunyai data-data
sbb :
tebal pelat = 12 cm
tebal spesi = 3 cm
tegel keramik = 24 kg/m2
tinggi air hujan = 5 cm
beban guna = 250 kg/m2
mutu beton (fc’) = 200 kg/cm2
mutu baja (fy) = 2400 kg/cm2
Denah struktur pelat lantai untuk jemuran adalah sbb
A D B
1
D
120
180
2500 mm
BALOK
PELAT 150
POT. C-C
C
5450 mm
2 120
C
180
150
2500 mm
PELAT
POT. D-D
1
JENIS TULANGAN GESER
PERENCANAAN TULANGAN GESER
PERENCANAAN TULANGAN GESER
KUAT GESER YANG DISUMBANGKAN OLEH BETON
PERENCANAAN TULANGAN GESER
PERENCANAAN TULANGAN GESER
KUAT GESER YANG DISUMBANGKAN OLEH BETON
PERENCANAAN TULANGAN GESER
CONTOH SOAL
PENYELESAIAN
PENYELESAIAN
PENYELESAIAN
CONTOH SOAL
Struktur pelat lantai untuk jemuran, mempunyai data-data
sbb :
tebal pelat = 12 cm
tebal spesi = 3 cm
tegel keramik = 24 kg/m2
tinggi air hujan = 5 cm
beban guna = 250 kg/m2
mutu beton (fc’) = 200 kg/cm2
mutu baja (fy) = 2400 kg/cm2
Denah struktur pelat lantai untuk jemuran adalah sbb
A D B
1
D
120
180
2500 mm
BALOK
PELAT 150
POT. C-C
C
5450 mm
2 120
C
180
150
2500 mm
PELAT
POT. D-D
q = 1175 kg/m
Vu = ½ . 1175. 2,70 = 1586 kg
270 cm
q = 2220 kg/m
Vu = ½ . 2220. 2,70 = 2997 Kg
270 cm
PENYELESAIAN
Vs
Vs1
Vs2
L1 L2 L3
Vu = 2997 kg
Vc = = 2795 kg
Balok 2-A-B
A B 2700 mm
450 450 450
2-Ø13 2-Ø13
2-Ø13 4-Ø13