Anda di halaman 1dari 155

ANALISIS TIME HISTORY BANGUNAN TAHAN GEMPA

DENGAN PENEMPATAN DAMPER KARET DIANTARA

BRACING DAN BALOK (STUDI LITERATUR)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian

pendidikan sarjana teknik sipil

oleh:

SAMUEL A.M.HUTASOIT

060404053

BIDANG STUDI STRUKTUR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,yang selalu

memberikan kasih dan perlindungan-Nya yang besar kepada penulis,hingga penulis mampu

meyelesaikan Tugas Akhir ini.Adapun judul Tugas Akhir yang telah diselesaikan oleh

penulis adalah “Analisis Time History Bangunan Tahan Gempa dengan Penempatan

Damper Karet diantara Bracing dan Balok”.Tugas akhir ini disusun ntuk diajukan sebagai

salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam Ujian Sarjana Teknik Sipil Bidag Struktur pada

Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU).

Penulis menyadari bahwa tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.Hal ini

disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pemahaman penulis dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini.Dengan tangan terbuka dan kerendahan hati penulis

menerima saran dan kritik bapak dan ibu dosen serta rekan mahasiswa demi penyempurnaan

Tugas Akhir ini.Penulis juga menyadari bahwa selesainya Tugas Akhir ini tidak lepas dari

bimbingan,dukungan dan bantuan semua pihak.Untuk itu,pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada pihak yang terlibat tersebut,terutama

kepada kedua orang tua yang selalu penulis kasihi dan banggakan yang telah memberikan

segalanya kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini dan dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Universitas Sumatera Utara


Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Prof.DR.Ing.Johannes Tarigan,selaku Ketua Departemen Teknik Sipil

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir.Syahrizal,MT,selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Ir.Torang Sitorus,MT selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktu,tenaga dan pikiran dalam memeberikan bimbingan yang tiada hentinya kepada

penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Ir.Daniel Rumbi Teruna,MT selaku co-pembimbing yang telah memberikan

waktu,tenaga dan pikiran dalam membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

6. Kedua Orang Tua penulis yang tercinta yang selalu dan tiada henti memberikan

dukungan finansial dan dukungan moral serta doa kepada penulis.Terima kasih juga

atas kasih sayang yangtak berkesudahan serta seluruh adik-adik tercinta

Rahel,Rahmat,Riska,Boy.

7. Terima kasih terkhusus buat Marni Kristiani Sagala,ST yang selalu memberi

dukungan,waktu tenaga dan pikiran serta doa dalam setiap pekerjaan yang penulis

lakukan.

8. Teman-teman stambuk’06,UntungST,Gabelusi,Alexringo,Gom-gom,Vega ST,

Ruspan, Alboin, Royanto, Riki malinton, Dionserius, Ivan, Sinar, Nasib, Eka,Hagai,

Jenlion, Sintong,Riki malau , Olim hunter, Rinaldi, Muhajirin, praku Hendra, Benny,

Atha, Khair, Lasthreeda, Dina ST,Jaenette,Maya,stambuk 2006 yang lain.Dan kepada

teman-teman satu perguruan Erick, Samuel Kristian silaen(muel), Lae guntur, Paulus,

Raymond, Pudur.

Universitas Sumatera Utara


9. Rekan-rekan mahsiswa UKM KMK,terkhusus buat Kak Cahaya yang selalu memberi

semangat.

10. Abang/Kakak stambuk 2003, 2004, 2005 dan adik-adaik stambuk 2007, 2008, 2009,

2010.

Medan, 2011

SAMUEL.A.M.HUTASOIT

Nim:06 0404 053

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Indonesia merupakan daerah yang sangat rawan gempa,jadi banyak bangunan di


Indonesia yang hancur serta memakan banyak korban nyawa dan kerugian material yang
tidak sedikit setiap terjadi gempa.Kerusakan bangunan akibat gempa secara konvensional
dapat dicegah dengan memeperkuat struktur bangunan terhadap gaya gempa yang bekerja
pada struktur tersebut.Namun,hasil ini sering tidak memuaskan karena kerusakan element
baik struktural ataupun non struktural umumnya disebabkan adanya perbedaan simpangan
antar tingkat.Untuk memperkecil simpangan tersebut dapat dilakukan dengan memperkaku
bangunan dalam arah lateral.Tetapi,hal ini akan mempebesar gaya gempa yang bekerja pada
bangunan.
Untuk mengatasi masalah tersebut para pemikir-pemikir menemukan metode
yang lebih baik dan sederhana adalah dengan meredam energi gempa sampai pada tingkat
yang tidak membahayakn bangiunan.Sejalan dengan perkembangan teknologi bahan/sistem
untuk anti gempa,telah ditemukan bahan anti gempa yang disebut dengan Damper dalam hal
ini yaitu Damper Karet dengan menggunakan bahan Lead Rubber Bearing (LRB).Metode
perencanaan struktur tahan gempa dapat dibagi menjadi dua,yaitu metode konvensional yang
mengutamakan bentuk-bentuk struktur yang kaku dan daktalita yang tinggi metode teknologi
dengan menambahkan alat-alat peredam gempa ke struktur.Damper karet bekerja dengan
mendissipasi energi melalui pelelehan bahan damper yaitu adalah LRB,yaitu jenis damper
yang dilapisi karet dan baja serta memiliki timah di intinya.Pada Tugas Akhir ini akan
digunakan metode Nonlinier Time History dengan bantuan perhitungan program SAP 2000
versi 11.Pada analisa ini akan diperoleh displacement,momen,gaya lintang,dan gaya normal.
Struktur yang digunakan adalah struktur baja profil IWF.Struktur yang dianalisa
adalah struktur konvensional,dengan menggunakan bracing dan damper
karet.Dimana,struktur dengan menggunakan damper karet ini dapat dapat memperkecil
percepatan gempa pada struktur bangunan dibandingkan struktur lainnya.Sehingga
simpangan antar struktur akan menjadi lebih kecil dan struktur akan lebih aman.Perbandingan
percepatan gempa,gaya-gaya yang bekerja (momen,gaya lintang,gaya normal dan simpangan
pada struktur dengan menggunakan damper karet yang didapatkan dari hasil analisa akan
memperoleh momen sekitar 45.5%,gaya lintag sekitar 45,7%,gaya normal sekitar 16.1%
lebih kecil dibandingkan dengan struktur konvensional dan struktur dengan menggunakan
bracing .

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

DAFTAR ISI

DAFTAR NOTASI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I.PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Permasalahan............................................................................................................4

1.3 Tujuan Permasalahan...............................................................................................7

1.4 Pembatasan Masalah................................................................................................7

1.5 Metode Pembahasan................................................................................................8

BAB II TEORI DASAR...........................................................................................................9

1.1 Umum......................................................................................................................9

1.2 Konsep Perencanaan Struktur Tahan Gempa.........................................................13

1.3 Model Matematik dan Persamaan diferensial........................................................15

1.3.1 Struktur Tanpa Redaman...........................................................................16

1.3.2 Struktur dengan Menggunakan Redaman.................................................17

1.4 Derajat Kebebasan(Degree Of Freedom,DOF)....................................................20

1.5 Karakteristik Struktur Bangunan..........................................................................21

1.5.1 Massa..........................................................................................................21

Universitas Sumatera Utara


1.5.2 Kekakuan...................................................................................................23

1.5.3 Redaman..................................................................................................24

1.6 Persamaan Diferensial Struktur Pada SDOF.......................................................27

1.7 Persamaan Diferensial Struktur SDOF Akibat Base Motion..............................29

1.8 Persamaan Diferensial Pada Tiap-Tiap Tipe Getaran ........................................31

1.9 Periode Getar (T),Frekuensi Sudut (ω),dan Frekuensi Alami (f).......................32

1.10 Persamaan Diferensial Pada Struktur MDOF................................................34

1.11 Jenis-Jenis Perhitungan Beban Gempa..........................................................40

BAB III PEMODELAN DAMPER KARET......................................................................49

1.1 Umum..................................................................................................................49

1.2 Lead Rubber Damper..........................................................................................53

1.3 Pemodelan Struktur dengan Menggunakan Damper Karet.................................65

1.4 Konsep Struktural Fuse.......................................................................................73

1.5 Penelitian dan Aplikasi Lead Rubber Damper pada Bangunan..........................78

BAB IV APLIKASI DAN ANALISIS...............................................................................83

4.1 Pendahuluan........................................................................................................83

4.2 Pengerjaan Model Struktur..................................................................................84

4.3 Prosedur Perencanaan Bangunan Tahan Gempa dengan Damper Karet.............88

4.4 Analisis Time History...........................................................................................89

4.5 Pemodelan Struktur.............................................................................................94

4.6 Prosedur Analisa Sap 2000 versi 11.....................................................................95

4.7 Hasil Perhitungan Tanpa Menggunakan Damper dan dengan Menggunakan

Damper ....................................................................................................................112

4.8 Output Momen,Gaya Lintang,Gaya Normal Tanpa Menggunakan

Damper....................................................................................................................126

Universitas Sumatera Utara


4.9 Output Momen,Gaya Lintang,Gaya Normal Dengan Menggunakan

Damper....................................................................................................................131

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................137

5.1Umum................................................................................................................137

5.2 Kesimpulan.......................................................................................................137

5.3 Saran.................................................................................................................138

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................139

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR NOTASI

q beban pada struktur

m massa struktur

p gaya horizontal

k kekuan

w berat bangunan

g gaya gravitasi

E modulus elastisitas

I inersia

h tinggi

FI gaya inersia

FD gaya redam

FS gaya pegas

ӳ percepatan

ý kecepatan

y simpangan

c koefisien redaman

A amplitudo

kd kekauan damper

αv koreksi modulus elastisitas longitudinal

Gr modulus geser karet

β= ξ factor damping

Kr kekauan lateral damper

Ap luas penampang timah

Universitas Sumatera Utara


Ar luas penampang karet

� modulus geser timah

Kf kekauan kolom struktur

Kb kekakuan bracing

Kd kekakuan damper karet

Ka total kekuan bracing dan damper

kT kekuan total ka dan kf

fu tegangan putus baja

fy tegangan leleh baja

DL dead load (beban mati)

LL live load(beban hidup)

SR stiffness ratio

Te tebal total lapisan karet

Ke kekauan hoizontal damper

R daktalitas struktur

U simpangan

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bangunan Bertingkat..............................................................................................1

Gambar 1.2 Posisi Lempeng Dunia............................................................................................2

Gambar 1.3 Pembagian Daerah Gempa (SNI 03 1726 – 2003 )................................................3

Gambar 1.4 Komponen Penyusun Lead Rubber Bearing..........................................................6

Gambar 2.1.Lapisan penyusun bumi........................................................................................10

Gambar 2.2.Teori konveksi......................................................................................................11

Gambar 2.3.Pemodelan struktur...............................................................................................16

Gambar2.4 Model Matematik Struktur yang mempunyai redaman.........................................19

Gambar 2.5 Pemodelan Struktur SDOF...................................................................................27

Gambar 2.6 Struktur SDOF akibat base motion......................................................................30

Gambar 2.7 Struktur 3 DOF dengan redaman..........................................................................35

Gambar 2.8 Keseimbangan Gaya Dinamik dengan f s ,f d dan f I

(chopra,1995).........................38

Gambar 2.9 Respons Spektrum Gempa Rencana.....................................................................42

Gambar 2.10 percepatan gempa..............................................................................................48

Gambar 3.1 Komponen Lead Rubber Bearing.........................................................................55

Gambar 3.2 model hysteresis loop LRB..................................................................................57

Gambar 3.3 penampang damper karet......................................................................................64

Gambar 3.4 Penampang LRB ketika diberi beban...................................................................65

Gambar 3.5 struktur SDOF dengan damper karet....................................................................65

Gambar 3.6 model matematik dengan kf,kd,dan kb................................................................66

Gambar 3.7 model matematik dengan kf dan ka.....................................................................67

Gambar 3.8 model matematik dengan K T ...............................................................................67

Gambar 3.9 Free Body Diagram..............................................................................................68

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.10 Strktur 3-DOF dengan damper karet.................................................................69

Gambar 3.11 Model matematik 3-DOF dengan kf,kd,dan kb..................................................69

Gambar 3.12 model matematik 3-DOF dengan kf dan ka.......................................................70

Gambar 3.13 model matematik 3-DOF dengan KT.................................................................71

Gambar 3.14 Free body diagram 3-DOF..................................................................................72

Gambar 3.15 Kurva push over.................................................................................................75

Gambar 3.16 lead rubber damper............................................................................................80

Gambar 3.17 aplikasi bangunan...............................................................................................82

Gambar 4.1 Struktur tanpa menggunakan damper karet..........................................................84

Gambar 4.2 Struktur Menggunakan damper karet...................................................................85

Gambar 4.3 Percepatan Gempa El-Cento1940.........................................................................87

Gambar 4.4 struktur dengan menggunakan damper karet dan tanpa damper karet.................94

Gambar 4.5 pemodelan struktur...........................................................................................106

Gambar 4.6 Pemodelan bracing...........................................................................................109

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah untuk masing-

masing wilayah gempa Indonesia............................................................................................45

Tabel 2.2 faktor keutamaan I untuk berbagai kategori gedung...............................................45

Tabel 2.3 percepatan tanah asli................................................................................................47

Tabel 4.1 Displacement struktur tanpa menggunakan damper karet....................................113

Tabel 4.2 :Drift Antar Tingkat maksimum arah x (∆S 1 ) tanpa damper karet........................114

Tabel 4.3 drift Antar Tingkat maksimum arah z (∆S 3 ) tanpa damper karet.........................115

Tabel 4.4 Kinerja Batas Ultimit maksimum arah sumbu x (∆m1) tanpa damper

karet.......................................................................................................................................117

Tabel 4.5 Kinerja Batas Ultimit Maksimum arah z (∆m3) tanpa damper karet....................118

Tabel 4.6 Displacement struktur tanpa menggunakan damper karet....................................119

Tabel 4.7 :Drift Antar Tingkat maksimum arah x (∆S 1 ) dengan damper karet...................121

Tabel 4.8 drift Antar Tingkat maksimum arah z (∆S 3 ) dengan damper karet.....................122

Tabel 4.9 Kinerja Batas Ultimit maksimum arah sumbu x (∆m1) dengan damper

karet......................................................................................................................................124

Tabel 4.10 Kinerja Batas Ultimit Maksimum arah z (∆m3) dengan damper karet............. 125

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.11 Momen Kolom pada struktur tanpa damper karet............................................126

Tabel 4.12 Momen Balok pada struktur tanpa damper karet...........................................127

Tabel 4.13 Gaya lintang Kolom pada struktur tanpa damper karet................................128

Tabel 4.14 Gaya lintang Balok pada struktur tanpa damper karet..................................129

Tabel 4.15 Gaya Normal Kolom pada struktur tanpa damper karet................................130

Tabel 4.16 Momen Kolom pada struktur dengan damper karet.....................................131

Tabel 4.17 Momen balok pada struktur dengan damper karet.....................................132

Tabel 4.18 Gaya lintang kolom pada struktur dengan damper karet..............................133

Tabel 4.19 Gaya lintang kolom pada struktur dengan damper karet.............................134

Tabel 4.20 Momen balok pada struktur dengan damper karet.....................................135

Tabel 4.21 perbandingan Momen,gaya lintang,gaya normal maksimum tanpa damper dan

dengan menggunakan damper.......................................................................................136

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Indonesia merupakan daerah yang sangat rawan gempa,jadi banyak bangunan di


Indonesia yang hancur serta memakan banyak korban nyawa dan kerugian material yang
tidak sedikit setiap terjadi gempa.Kerusakan bangunan akibat gempa secara konvensional
dapat dicegah dengan memeperkuat struktur bangunan terhadap gaya gempa yang bekerja
pada struktur tersebut.Namun,hasil ini sering tidak memuaskan karena kerusakan element
baik struktural ataupun non struktural umumnya disebabkan adanya perbedaan simpangan
antar tingkat.Untuk memperkecil simpangan tersebut dapat dilakukan dengan memperkaku
bangunan dalam arah lateral.Tetapi,hal ini akan mempebesar gaya gempa yang bekerja pada
bangunan.
Untuk mengatasi masalah tersebut para pemikir-pemikir menemukan metode
yang lebih baik dan sederhana adalah dengan meredam energi gempa sampai pada tingkat
yang tidak membahayakn bangiunan.Sejalan dengan perkembangan teknologi bahan/sistem
untuk anti gempa,telah ditemukan bahan anti gempa yang disebut dengan Damper dalam hal
ini yaitu Damper Karet dengan menggunakan bahan Lead Rubber Bearing (LRB).Metode
perencanaan struktur tahan gempa dapat dibagi menjadi dua,yaitu metode konvensional yang
mengutamakan bentuk-bentuk struktur yang kaku dan daktalita yang tinggi metode teknologi
dengan menambahkan alat-alat peredam gempa ke struktur.Damper karet bekerja dengan
mendissipasi energi melalui pelelehan bahan damper yaitu adalah LRB,yaitu jenis damper
yang dilapisi karet dan baja serta memiliki timah di intinya.Pada Tugas Akhir ini akan
digunakan metode Nonlinier Time History dengan bantuan perhitungan program SAP 2000
versi 11.Pada analisa ini akan diperoleh displacement,momen,gaya lintang,dan gaya normal.
Struktur yang digunakan adalah struktur baja profil IWF.Struktur yang dianalisa
adalah struktur konvensional,dengan menggunakan bracing dan damper
karet.Dimana,struktur dengan menggunakan damper karet ini dapat dapat memperkecil
percepatan gempa pada struktur bangunan dibandingkan struktur lainnya.Sehingga
simpangan antar struktur akan menjadi lebih kecil dan struktur akan lebih aman.Perbandingan
percepatan gempa,gaya-gaya yang bekerja (momen,gaya lintang,gaya normal dan simpangan
pada struktur dengan menggunakan damper karet yang didapatkan dari hasil analisa akan
memperoleh momen sekitar 45.5%,gaya lintag sekitar 45,7%,gaya normal sekitar 16.1%
lebih kecil dibandingkan dengan struktur konvensional dan struktur dengan menggunakan
bracing .

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saat ini lahan di perkotaan mengalami penyempitan, hal ini disebabkan oleh

semakin banyaknya bangunan-bangunan seperti gedung-gedung atau perumahan yang berdiri

di kota tersebut. Hal ini membuat manusia berpikir bagaimana membangun tempat yang

memiliki kapasitas yang besar namun tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas. Untuk

mengatasi masalah di atas maka manusia membangun gedung bertingkat sebagai solusi untuk

mengatasi hal tersebut. Dalam pembangunan gedung bertingkat ada beberapa jenis material

yang dapat digunakan, salah satunya adalah dengan menggunakan material baja.

Gambar 1.1 Bangunan Bertingkat

Indonesia merupakan negara yang berada pada tiga lempeng besar, yaitu lempeng

Australia-Hindia, lempeng Asia Tenggara dan lempeng Pasifik. Indonesia merupakan salah

satu negara di dunia yang rawan akan gempa bumi, hal ini disebabkan oleh posisi Indonesia

yang dilalui oleh dua jalur gempa dunia, yakni jalur gempa asia dan jalur gempa pasifik yang

Universitas Sumatera Utara


terbentuk dari pergerakan ketiga lempeng di atas. Oleh karena itu Indonesia sering

mengalami gempa bumi dengan frekuensi yang cukup tinggi. Hal itu menyebabkan wilayah

Indonesia dibagi dalam 6 (enam) wilayah gempa sesuai dengan tingkat kerawanannya.

Gambar 1.2 Posisi Lempeng Dunia

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1.3 Pembagian Daerah Gempa (SNI 03 1726 – 2003 )

Suatu struktur bangunan yang tegak berdiri memikul berbagai beban, diantaranya

adalah beban mati, beban hidup, gempa dan beban lainnya. Dari antara beban tersebut gempa

merupakan beban terbesar yang dapat menimbulkan kerusakan pada suatu bangunan.

Kerusakan bangunan tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar dan banyak

memakan korban. Gempa Bumi merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari,

tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besar kekuatannya. Untuk menghindari

terjadinya kerusakan yang lebih parah maka diambil berbagai cara untuk mencegahnya, salah

satunya adalah dengan memperkaku bangunan dalam arah lateral, dalam hal ini metode yang

digunakan adalah metode konvensional seperti : penambahan dinding geser (Shear Wall),

Brasing dan metode yang lain. Tetapi, hal ini akan memperbesar gaya gempa yang bekerja

pada bangunan. Metode yang lebih baik adalah dengan memperkecil energi gempa yang

Universitas Sumatera Utara


dipikul oleh bangunan sampai pada tingkat yang tidak membahayakan bangunan. Sejalan

dengan perkembangan teknologi bahan/sistem untuk anti gempa, telah dikembangkan bahan

anti seismik (seismic device) yang dipasang langsung pada struktur bangunan dan

dipasangkan pada tempat tertentu sesuai dengan fungsi masing-masing.

Metode perencanaan struktur tahan gempa dapat dibagi menjadi dua, yaitu

metode konvensional yang mengutamakan bentuk-bentuk struktur yang kaku dan daktalitas

yang tinggi dengan menambahkan alat-alat seismic devices ke struktur. Dalam Tugas Akhir

ini seismic devices yang akan dibahas adalah lead Rubber Damper bekerja dengan

mendissipasi energi melalui pelelehan bahan damper yaitu pelat lentur, yaitu jenis damper

dengan dissipasi energi melalui lenturan pelat.

Dalam menganalisis kinerja struktur bangunan baja yang menggunakan Rubber

Damper tersebut, maka dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Nonlinier Time

History.

1.2 PERMASALAHAN

Sistem perlindungan khusus untuk gempa dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yakni:

1. Passive Protective Systems, yakni :

a) Tuned mass damper

b) Energy Dissipation

c) Base Isolation

2. Hybrid Protective System (semi), yakni :

a) Active Isolation

b) Semi-Active Isolation

c) Semi-Active Mass Damping

Universitas Sumatera Utara


3. Active Protective System, yakni :

a) Active Mass Damping

b) Active Bracing

c) Adaptive Control

Seismic devices adalah alat yang dipasang pada bangunan untuk membatasi

energi atau mendisipasi energi gempa yang masuk ke bangunan. Seismic devices bekerja

dengan merubah kekakuan, damping dan menambah massa ke struktur. Pemakaian seismic

devices tidak hanya terbatas pada struktur bangunan gedung saja, juga biasa digunakan pada

jembatan, tangki penimbunan dan lainnya. Seismic devices pada umumnya dapat dibagi

menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Base isolation

2. Actived Seismic Devices

3. Passive Seismic Devices

Base isolation adalah suatu alat yang dapat membatasi energi gempa pada suatu

struktur. Sistem ini bekerja dengan memisahkan bangunan atau struktur dari komponen

horizontal pergerakan tanah.

Actived seismic devices bekerja dengan menerima masukan data getaran dari

sensor yang dipasang pada lokasi tertentu pada struktur dimana dapat dilakukan control pada

struktur tersebut. Melalui computer, data tersebut digunakan untuk mengatur gerakan sesuai

dengan input gempa ke bangunan.

Universitas Sumatera Utara


Passived seismic devices bekerja setelah energi gempa masuk ke struktur, pada

umunya reaksi seismic devices semakin besar bila respon struktur atau energi yang masuk

semakin besar. Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas passive seismic devices jenis Rubber

Damper yakni LRD(Lead Rubber Damper).

Rubber damper ini dapat berupa added damping and stiffness damper (ADAS

Damper) dan Reinforced Buckling Restrained Brace Damper (RBRB damper) yang memiliki

system yang memberikan kekakuan untuk mereduksi respon akibat beban gempa dari

perpindahan lateral, bahaya tingkat, dan torsi dari struktur bangunan selama gempa terjadi.

Damper ini juga menghamburkan kapasitas energi maksimum saat puncak energi akibat gaya

gempa pada struktur. Rubber Damper sudah dapat digunakan pada struktur dengan struktur

pengaku seperti yang telah dijelaskan diatas. Damper ini terdiri dari bahan campuran baja

dengan karet serta memiliki timah di intinya.

Gambar 1.4 Komponen Penyusun Lead Rubber Bearing

Universitas Sumatera Utara


Dalam tugas akhir ini akan dibahas pengaruh penambahan rubber damper pada

struktur bangunan (dalam hal ini yang akan ditinjau adalah portal baja) dimana akan

diperoleh informasi berupa percepatan gempa, responsi dan batas layan pada portal baja yang

menggunakan Rubber Damper dan yang tidak menggunakan rubber damper dan hasilnya

akan dibandingkan.

1.3 TUJUAN PERMASALAHAN

1. Menghitung responsi pada struktur akibat gaya gempa pada bangunan

tersebut.

2. Menghitung batas layan dan batas ultimate pada struktur yang ditinjau.

3. Membandingkan percepatan gempa pada struktur sesudah dan sebelum

menggunakan rubber damper.

4. Mengetahui efektifitas rubber damper pada struktur bangunan.

1.4 PEMBATASAN MASALAH

a. Material struktur yang digunakan adalah material baja dengan struktur yang

digunakan adalah profil baja WF.

b. Damper yang digunakan adalah rubber damper dengan jenis LRD dengan

bahan lead rubber bearing.

c. Beban gempa yang dipakai adalah gempa EI-Centro 15 mei 1940.

Universitas Sumatera Utara


d. Struktur adalah portal baja 2 dimensi dengan 4 tingkat 3 bentang.

e. Analisis struktur dilakukan dengan analisis nonlinier time history dengan

bantuan program SAP2000 versi 11.

f. Hasil output yang ditampilkan adalah berupa data perbandingan antara

responsi, perpindahan dan percepatan gempa pada struktur yang dibandingkan.

1.5 METODE PEMBAHASAN

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah studi literatur

yaitu dengan mengumpulkan data-data dan keterangan dari literatur yang berhubungan

dengan pembahasan pada tugas akhir ini serta masukan dari dosen pembimbing.

Penganalisaan struktur dilakukan dengan program komputer yaitu program SAP2000 versi 11

untuk mempercepat perhitungan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TEORI DASAR

2.1 UMUM

Bumi merupakan planet ke-3 setelah merkurius dan venus, dan merupakan satu-satunya

planet yang dihuni oleh makhluk hidup. Planet bumi memiliki karakteristik seperti berikut:

 Bumi memiliki struktur dalam yang hampir sama dengan telur

 Kuning telurnya adalah inti, putih telurnya adalah selubung, dan cangkang telurnya

adalah kerak.

 Berdasarkan penyusunnya lapisan bumi terbagi atas litosfer, astenosfer, dan mesosfer.

 Litosfer adalah lapisan paling luar bumi (tebal kira-kira 100 km) dan terdiri dari kerak

bumi dan bagian atas selubung. Litosfer memiliki kemampuan menahan beban

permukaan yang luas misalkan gunungapi. Litosfer bersuhu dingin dan kaku.

 Di bawah litosfer pada kedalaman kira-kira 700 km terdapat astenosfer. Astenosfer

hampir berada dalam titik leburnya dan karena itu bersifat seperti fluida. Astenosfer

mengalir akibat tekanan yang terjadi sepanjang waktu. Lapisan berikutnya mesosfer.

 Mesosfer lebih kaku dibandingkan astenosfer namun lebih kental dibandingkan litosfer.

Mesosfer terdiri dari sebagian besar selubung hingga inti bumi

Universitas Sumatera Utara


Menurut teori tektonik lempeng, :

 permukaan bumi ini terbagi atas kira-kira 20 pecahan besar yang disebut lempeng.

 Ketebalannya sekitar 70 km. Ketebalan lempeng kira-kira hampir sama dengan litosfer

yang merupakan kulit terluar bumi yang padat. Litosfer terdiri dari kerak dan selubung

atas.

 Lempengnya kaku dan lempeng-lempeng itu bergerak diatas astenosfer yang lebih cair

Gambar 2.1.Lapisan penyusun bumi

Menurut asumsi bahwa kerak bumi dapat dibagi menjadi beberapa lempengan kaku yang

bergerak seolah-olah satu kesatuan diatas lapisan bawah yang kurang kaku. Ada enam lempengan

yang dibagi sebagai berikut: Lempeng Indian, Lempeng Eurasian, Lempeng Pasific, Lempeng

Antartic, Lempeng American dan Lempeng African. Dan kebanyakan gempa terjadi pada pertemuan

lempeng lempeng tersebut. Sedangkan Indonesia terletak antara Lempeng Indian, Eurasian dan

Pasific.

Penyebab gerakan lempeng:

 Arus konveksi memindahkan panas melalui zat cair atau gas.

 Gambar poci kopi menunjukkan dua arus konveksi dalam zat cair. Perhatikan, air yang

dekat dengan api akan naik, saat dingin di permukaan air kembali turun.

Universitas Sumatera Utara


 Para ilmuwan menduga arus konveksi dalam selubung itulah yang membuat lempeng-

lempeng bergerak.

 Karena suhu selubung amat panas, bagian-bagian di selubung bisa mengalir seperti

cairan yang tipis. Lempeng-lempeng itu bergerak seperti ban berjalan berukuran besar.

Gambar 2.2.Teori konveksi

Ada empat macam bentuk geseran relatif pada tapal-tapal batas lempeng, yaitu:

1. Subsduction : yaitu apabila dua buah lempeng bertemu, salah satu mengalah dan dipaksa

turun kebawah.

2. Extrusion : yaitu apabila terjadi penarikan satu lempeng terhadap lempeng lainnya.

3. Transcursion : yaitu dimana terjadi gerakan vertikal satu lempeng terhadap lainnya.

4. Accretion : yaitu terjadi akibat tabrakan lambat antara lempeng lautan dan lempeng

benua.

Universitas Sumatera Utara


Gempa bumi merupakan getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi.

Gempa bumi disebabkan oleh adanya pelepasan energi regangan elastis batuan pada litosfir.

Semakin besar energi yang dilepas semakin kuat gempa yang terjadi. Paling sering banyak

kegiatan gempa bumi di Indonesia disebabkan oleh gerakan lempeng kerak bumi akibat

proses “subsduction” yang yang terjadi pada bidang-bidang miring di dalam bumi. Sistem

tektonik ini dikenal sebagai “busur pulau”.

Adapun tipe-tipe gempa bumi yaitu:

1. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena

pergeseran lempeng pelat tektonik. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara

batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari pelat tektonik menjelaskan

bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan

kerak itu akan hanyut dan mengapung sebagai lapisan. Lapisan tersebut bergerak

perlahan sehingga berpisah dan bertabrakan satu sama lainnya.

2. Gempa bumi vulkanik yang terjadi berdekatan dengan gunung berapi dan mempunyai

bentuk keretakan memanjang. Gempa bumi ini disebabkan oleh pergerakan magma

ke atas dalam gunung berapi, di mana geseran pada batu-batuan menghasilkan gempa

bumi.

3. Gempa bumi runtuhan yang disebabkan oleh keruntuhan yang terjadi baik diatas

maupun dibawah permukaan tanah.

Kebanyakan gempa bumi yang sangat berbahaya adalah gempa bumi tektonik.Hal

ini disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh

lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai

Universitas Sumatera Utara


pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempeng. Pada

saat itulah gempa bumi akan terjadi.

2.2 KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

Suatu struktur bangunan tahan gempa harus memiliki kekuatan yang cukup untuk dapat

mencegah terjadinya keruntuhan atau kegagalan struktur. Oleh karena itu dalam

perencanaanya harus memenuhi beberapa kondisi batas,yaitu :

1. Struktur bangunan yang direncanakan harus memiliki kekakuan dan kekuatan yang

cukup sehingga bila terjadi gempa yang berkekuatan kecil struktur bersifat elastik.

2. Bila terjadi gempa berkekuatan sedang, struktur bangunan tidak boleh mengalami

kerusakan struktural namun dapat mengalami kerusakan nonstruktural ringan.

3. Pada saat terjadi gempa kuat, struktur bangunan dapat mengalami kerusakan

struktural namun harus tetap berdiri sehingga korban jiwa dapat dihindarkan.

Oleh karena itu, dalam perencanaan bangunan struktur tahan gempa harus diperhitungkan

dampak dari gaya lateral dalam hal ini gaya yang diakibatkan oleh gempa bumi yang bersifat

siklis (bolak-balik) yang dialami oleh struktur agar struktur bangunan yang direncanakan

dapat memenuhi standar perencanaan bangunan tahan gempa.

Umumnya bangunan tahan gempa direncanakan dengan prosedur yang ditulis dalam

peraturan perencanaan bangunan (building codes). Peraturan dibuat untuk menjamin

keselamatan penghuni terhadap gempa besar yang mungkin terjadi dan untuk menghindari

atau mengurangi kerusakan atau kerugian harta benda terhadap gempa sedang yang sering

terjadi. Meskipun demikian, prosedur yang digunakan dalam peraturan tersebut tidak dapat

secara langsung menunjukkan kinerja bangunan terhadap suatu gempa yang sebenarnya,

Universitas Sumatera Utara


kinerja tadi tentu terkait dengan resiko yang dihadapi pemilik bangunan dan investasi yang

dibelanjakan terkait dengan resiko yang diambil.

Perencanaan tahan gempa berbasis kinerja ( performance-based seismic design)

merupakan proses yang dapat digunakan untuk perncanaan bangunan baru maupun perkuatan

(upgrade) bangunan yang sudah ada, dengan pemahaman yang realistik terhadap resiko

keselamatan (life), kesiapan pakai (occupancy) dan kerugian harta benda (economic loss)

yang mungkin terjadi akibat gempa yang akan datang.

Proses perencanaan tahan gempa berbasis kinerja dimulai dengan membuat model

rencana bangunan kemudian melakukan simulasi kinerjanya terhadap berbagai kejadian

gempa.Setiap simulasi memberikan informasi tingkat kerusakan (level of damage),ketahan

struktur,sehingga dapat memperkirakan berapa besar keselamatan,kesiapan pakai

(occupancy) dan kerugian harta benda (economic loss) yang akan terjadi.perencanaan

selanjutnya dapat mengatur ulang resiko kerusakan yang dapat diterima sesuai dengan resiko

biaya yang dikeluarkan.

Hal penting dari perencanaan berbasis kinerja adalah sasaran kinerja bangunan terhadap

gempa dinyatakan secara jelas, sehingga pemilik, penyewa, asuransi, pemerintah atau

penyandung dana mempunyai kesempatan untuk menetapkan kondisi apa yang dipilih.

Selanjutnya ketetapan tersebut digunakan insinyur perencana sebagai pedomannya.

Sifat khusus dari struktur yang berhubungan dengan tingkat layanan bangunan akibat

beban gempa adalah:

a) Kekakuan (stiffness)

Jika deformasi akibat gaya lateral dihitung dan dikontrol maka harus dibuat

perhitungan yang nyata dari hubungan sifat kekakuan. Deformasi pada struktur

dipengaruhi oleh besar beban yang bekerja. Hubungan ini dibentuk dari prinsip dasar

Universitas Sumatera Utara


dari mekanika struktur, yaitu menggunakan sifat geometri dan modulus elastisitas

bahan.

b) Kekuatan (strength )

Istilah kekakuan secara umum digunakan untuk menjelaskan ketahanan dari struktur

atau komponen struktur atau bahan yang digunakan, terhadap beban yang

membebaninya. Penentuan sifat kekuatan yang akan dibuat tergantung dari pada

maksud dan kegunaan struktur tersebut.

2.3 MODEL MATEMATIK DAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

Penyelesaian problem statik umumnya hanya memerlukan sekali penyelesaian (single

solution) artinya tidak ada pengulangan-pengulangan. Sebaliknya penyelesaian problem

dinamik akan berulang-ulang sesuai dengan step integrasi numerik dan durasi pembebanan

yang ditinjau. Akibatnya, penyelesaian problem dinamik menjadi lebih lama, lebih banyak

dan lebih mahal dari pada penyelesaian problem statik. Pengaruh beban dinamik terhadap

respon struktur akan lebih besar dari pada pengaruh beban statik. Hal inilah yang menjadi

alasan utama mengapa analisis dinamik tetap dibutuhkan walaupun diperlukan waktu dan

biaya yang lebih mahal dibanding dengan analisis statik.

Model matematik pada hakekatnya adalah pemodelan suatu persoalan sedemikian

rupa sehingga penyelesaian persoalan tersebut dapat dilakukan secara lebih jelas/mudah

dengan memakai prinsip-prinsip matematik. Apabila semua aksi (gaya-gaya luar) dan reaksi

(termasuk gaya-gaya dalam) yang terlibat dalam sistem yang ditinjau kesemuanya telah

dimodel, maka ekspresi matematik atas keseimbangan sistem bersangkutan dapat disusun/

dikenali dengan mudah. Oleh karena itu, ekspresi matematik atas suatu keseimbangan dapat

dituangkan dengan dengan mudah dan benar apabila telah dilakukan permodelan fisik secara

visual sehingga memudahkan dalam menuangkan ekspresi matematik atas suatu

Universitas Sumatera Utara


keseimbangan. Model matematik ini diperlukan tidak hanya pada persoalan statik tetapi juga

pada problem dinamik.

Model matematik itu sendiri pada hakekatnya adalah salah satu kebijakan dalam

persoalan keteknikan (engineering problems). Penyederhanaan atau anggapan yang ada pada

matematik diambil sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan diperoleh suatu ketelitian

yang cukup tanpa adanya kesalahan yang berarti. Permodelan menjadi sesuatu yang penting

agar persoalan yang kompleks dapat ditransfer menjadi persoalan yang dapat dicerna/

diselesaikan dengan mudah secara matematik.

2.3.1 Struktur Tanpa Redaman

Untuk membahas hal ini dimuka diambil model struktur dan pembebanannya seperti

tampak pada gambar 2.3.1. Pada gambar 2.3.1.a suatu struktur bangunan 1 tingkat

mendukung beban grativikasi yang berupa beban terbagi dan beban horizontal dinamik P(t).

Akibat beban dinamik, struktur akan bergoyang berganti-ganti ke kanan maupun ke kiri.

Terdapat dua parameter penting yang mempengaruhi besar-besarnya goyangan yaitu massa

(m) dan kekakuan (k). Dua parameter ini selanjutnya akan disebut dinamik karakteristik dari

struktur yang bersangkutan. Secara sepintas akan mudah diketahui bahwa semakin kaku

kolom maka goyangan massa akan semakin kecil dan sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3.Pemodelan struktur


�= (2.1)

Massa struktur yang dihitung menurut persamaan 2.1 tersebut dimodelkan sebagai

suatu massa m yang bergerak diatas landasan melalui roda-rodanya seperti tampak pada

gambar 2.3.b. Dalam hal ini dianggap tidak ada gesekan antara roda-roda dengan

landasannya. Gerakan massa m akibat beban dinamik P(t) tersebut dikendalikan oleh suatu

pegas sebagaimana tampak padagambar 2.3.b. Simpangan horisontal y(t) selanjutnya dari

posisi massa saat diam.

Sebagaimana disampaikan diatas, kolom akan memegang peranan penting pada

proses goyangan massa. Peran kolom pada peristiwa goyangan massa ini akan ditunjukkan

oleh adanya kekakuan kolom. Kekakuan kolom kemudian dimodelkan sebagai suatu pegas

seperti tampak pada gambar 2.3.b. Kekakuan kolom yang dimaksud adalah fungsi langsung

dari sistem pengekangan pada ujung-ujung kolom, modulus elastik E, momen inersia I x dan

berbanding terbalik secara kubik dengan panjang kolom h. Dengan kenyataan seperti itu,

maka kekakuan kolom sangat dipengaruhi oleh panjang kolom. Gambar 2.3.b adalah model

matematik atas struktur yang tidak memakai redaman. Untuk seterusnya, pembahasan respon

struktur dipakai anggapan bahwa kolom masih berperilaku elastik sehingga model pegas

yang dipakai adalah pegas linier elastik sebagaimana tampak pada gambar 2.3.c.

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Struktur Dengan Menggunakan Redaman

Benda yang bergerak dipermukaan bumi umumnya akan mengalami resistensi

baik karena gesekan dengan benda-benda sekelilingnya maupun oleh peristiwa intern yang

ada pada benda yang bersangkutan. Dengan adanya resistensi gerakan itu maka gerakan

benda lambat laun akan melemah. Umumnya dikatakan bahwa terdapat sistem penyerapan

energi pada peristiwa yang bersangkutan atau struktur yang bersangkutan mempunyai sistim

peredaman. Sistim penyerapan energi ini hanya ada pada peristiwa dinamik. Ada beberapa

jenis redaman yang dapat dikenal yaitu:

1) Structural damping

Merupakan redaman yang dihasilkan oleh adanya gesekan secara intern atas molekul-

molekul didalam bahan, gesekan antara bagian-bagian struktur dengan alat-alat

penyambung, maupun gesekan antara struktur dengan sistem dukungan.

2) Coulumb damping

Adalah redaman yang dihasilkan gesekan sesama benda padat, misalnya gesekan

antara suatu kotak dengan berat/gaya normal N dengan lantai. Besarnya gaya redam C

akan bergantung pada besarnya gaya normal N dan sudut gesek alam material f. Gaya

redam tersebut dinyatakan dalam

C=N tanØ (2.2)

3) Viscous damping

Viscous damping adalah redaman yang dihasilkan oleh gesekan antara benda padat

dengan benda cair/gas (air,minyak,oli,udara).

C= c.ý (2.3)

Persamaan 2.3 menunjukkan bahwa gaya redam C merupakan fungsi lurus

terhadap koefisien redaman c dan kecepatan massa ý . Setiap jenis material dan tingkat

Universitas Sumatera Utara


respon struktur akan mempunyai rasio redaman yang berbeda. Walaupun struktur mempunyai

rasio redaman yang cukup tinggi tetapi pada pembebanan yang relatif singkat seperti pada

peristiwa ledakan, maka efektivitas penyerapan energi relatif kecil. Penyerapan energi akan

berjalan sangat efektif apabila struktur mempunyai rasio redaman cukup besar dan durasi

pembebanan yang relatif lama. Redaman yang efektif selanjutnya akan banyak mengurangi

atau mengeliminasi goyangan.

Gambar2.4 Model Matematik Struktur yang mempunyai redaman

Pada gambar 2.4 a gaya redam akan proporsional dengan kecepatan relatif antara dua

massa yang berdekatan. Gaya redam pada massa ke-i akan dipengaruhi oleh kecepatan massa

ke-(i-1) dan kecepatan massa ke-(i+1).Ada juga gaya redam yang merupakan fungsi dari

absolut kecepatan massa. Pada redaman jenis ini gaya redam masing-masing tingkat akan

saling independen, artinya redaman tingkat ke-i hanya dipengaruhi oleh kecepatan massa ke-

i. Untuk bangunan gedung bertingkat banyak, jenis-jenis redaman seperti itu akan

berpengaruh terhadap matriks redaman dan akan berpengaruh terhadap respon struktur.

Universitas Sumatera Utara


Simpangan massa pada struktur yang mempunyai redaman akan berkurang secara

terus menerus sebagai mana tampak pada gambar 2.4 b. Pada struktur yang bersifat elastik,

simpangan massa akan menjadi nol setelah terjadi penyerapan energi secara total. Pada saat

itu posisi massa akan kembali atau sama seperti pada posisi awal. Pada Gambar 2.4 c

menjelaskan bahwa suatu massa m yang bergerak diatas landasan akibat beban dinamik p(t),

gerakannya dikendalikan oleh kekakuan pegas k, dan koefisien redaman c. Gaya pegas dan

gaya redam akan bekerja secara berlawanan dengan arah gerakan. Hal ini yang

memungkinkan bangunan kembali seperti pada posisi semula setelah bergoyang akibat

gempa bumi atau oleh beban dinamik yang lain.

2.4 DERAJAT KEBEBASAN (DEGREE OF FREEDOM,DOF)

Derajat kebebasan (degree of freedom ) adalah derajat independensi yang diperlukan

untuk menyatakan posisi suatu sistem pada setiap saat. Apabila suatu titik yang ditinjau

mengalami perpindahan tempat secara horisontal, vertikal dan kesamping misalnya, maka

sistem tersebut mempuyai 3 derajat kebebasan. Hal ini terjadi karena titik yang bersangkutan

dapat berpindah secara bebas dalam 3-arah.

Namun demikian, sesuai dengan penyederhanaan yang dapat diambil pada

persoalan engineering, goyangan tersebut dapat dianggap hanya terjadi dalam satu bidang

saja (tanpa putiran). Hal ini dimaksudkan agar penyelesaian persoalan menjadi sedikit

berkurang baik secara kualitas ataupun secara kuantitas. Penyelesaian yang dahulunya

kompleks menjadi lebih sederhana dan penyelesaian yang dahulunya sangat banyak menjadi

menjadi berkurang banyak. Hal ini terjadi karena penyelesaian dinamik merupakan

penyelesaian berulang-ulang dalam ratusan bahkan ribuan kali.

Pada problem dinamik, setiap titik atau massa umumnya hanya diperhitungkan

berpindah tempat dalam satu arah saja yaitu arah horisontal. Karena simpangan yang terjadi

Universitas Sumatera Utara


hanya terjdi dalam satu bidang (2 dimensi) maka simpangan suatu massa pada setiap saat

hanya mempunyai posisi ordinat tertentu baik bertanda positif ataupun negatif. Pada kondisi

2-D tersebut simpangan suatu massa pada saat t dapat dinyatakan dalam koordinat tunggal

yaitu y(t). Struktur seperti itu dinamakan struktur dengan derajat kebebasan tunggal. Secara

umum bangunan 1-tingkat dianggap hanya mempunyai derajat kebebasan tunggal (single

degree of freedom,SDOF) dan struktur yang mempunyai n-tingkat akan mempunyai n-derajat

kebebasan atau struktur dengan derajat kebebasan banyak (multi degree of freedom,MDOF).

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa,jumlah derajat kebebasan adalah jumlah koordinat yang

diperlukan untuk menyatakan posisi suatu massa pada saat tertentu.

2.5 KARAKTERISTIK STRUKTUR BANGUNAN

Pada persamaan diferensial melibatkan tiga properti utama suatu struktur yaitu massa,

kekakuan dan redaman. Ketiga properti struktur itu umumnya disebut dinamik karakteristik

struktur. Properti-properti tersebut sangat spesifik dan tidak semuanya digunakan pada

problem statik. Kekakuan elemen/struktur adalah salah satu-satunya karakteristik yang

dipakai pada problem statik, sedangkan karakteristik yang lainya yaitu massa dan redaman

tidak dipakai.

2.5.1 MASSA

Suatu struktur yang kontinu kemungkinan mempunyai banyak derajat kebebasan

karena banyaknya massa yang mungkin dapat ditentukan. Banyaknya derajat kebebasan

umumnya berasosiasi dengan jumlah massa tersebut akan menimbulkan kesulitan. Hal ini

terjadi karena banyaknya persamaan differensial yang ada. Terdapat dua permodelan pokok

yang umumnya dapat dilakukan untuk mendiskripsikan massa struktur.

Universitas Sumatera Utara


2.5.1.1 Model lumped mass

Model pertama adalah model diskretisasi massa yaitu massa dianggap menggumpal

pada tempat-tempat (lumped mass) join atau tempat-tempat tertentu. Dalam hal ini

gerakan/degre of freedom suatu join sudah ditentukan. Untuk titik model yang hanya

mempunyai satu derajat kebebasan/ satu translasi maka nantinya elemen atau struktur yang

bersangkutan akan mempunyai matriks yang isinya hanya bagian diagonal saja. Clough dan

Penzien (1993) mengatakan bahwa bagian off-diagonal akan sama dengan nol karena gaya

inersia hanya bekerja pada tiap-tiap massa. Selanjutnya juga dikatakan bahwa apabila

terdapat gerakan rotasi massa (rotation degre of freedom), maka pada model lumped mass ini

juga tidak akan ada rotation moment of inertia. Hal ini terjadi karena pada model ini massa

dianggap nmenggumpal pada suatu titik yang tidak berdimensi (mass moment of inertia dapat

dihitung apabila titik tersebut mempunyai dimensi fisik).Dalam kondisi tersebut terdapat

matriks massa dengan diagonal mass of moment inertia sama dengan nol.

Apabila prinsip diatas dipakai, maka hanya terdapat satu degree of freedom untuk

setiap nodal/massa, yaitu simpangan horisontal. Kondisi seperti itu adalah seperti prinsip

bangnnan geser (shear bulding) sebagaimana dipakai pada struktur SDOF. Pada bangunan

gedung bertingkat banyak, konsentrasi beban akan terpusat pada tiap-tiap-tiap lantai tingkat

bangunan. Dengan demikian untuk setiap tingkat hanya ada satu tingkat massa yang

mewakili tingkat yang bersangkutan. Karena hanya terdapat satu derajat kebebasan yang

terjadi pada setiap massa/tingkat, maka jumlah derajat kebebasan pada suatu bangunan

bertingkat hanya akan ditunjukkan oleh banyaknya tingkat bangunan yang bersangkutan.

Pada kondisi tersebut matriks hanya akan berisi pada bagian diagonal saja.

Universitas Sumatera Utara


2.5.1.2 Model consitent mass matrix

Model ini adalah model kedua dari kemungkinan permodelan massa struktur. Pada

prinsip consistent mass matrix ini, elemen struktur akan berdeformasi menurut bentuk fungsi

(shape function) tertentu. Permodelan massa seperti ini akan sangat bermanfaat pada struktur

yang distribusi massanya kontinu.

Apabila tiga derajat kebebasan (horizontal, vertikal dan rotasi) diperhitungkan pada

setiap node maka standar consistent mass matrix akan menghasilkan full-populated

consistent matrix artinya suatu matrix yang off-diagonal matrixnya tidak sama dengan nol.

Melalui pendekatan finite elemen, maka untuk setiap element balok lurus dan degre of

freedom yang ditinjau akan menghasilkan konsisten matrix massa yang sudah standar.

Pada lumped mass model tidak akan terjadi ketergantungan antar massa (mass

coupling) karena matrix massa adalah diagonal. Apabila tidak demikian maka mass moment

of inertia akibat translasi dan rotasi harus diperhitungkan. Pada bangunan bertingkat banyak

yang massanya terkonsentrasi pada tiap-tiap tingkat bangunan, maka penggunaan model

lumped mass masih cukup akurat. Untuk pembahasan struktur MDOF seterusnya maka

model inilah (lumped mass) yang akan dipakai.

2.5.2 kekakuan

Kekakuan adalah salah satu dinamik karakteristik struktur bangunan yang sangat

penting disamping massa bangunan. Antara massa dan kekakuan struktur akan mempunyai

hubungan yang unik yang umumnya disebut karakteristik diri atau Eigenproblem. Hubungan

tersebut akan menentukan nilai frekuensi sudut ω, dan priode getar struktur T. Kedua nilai ini

merupakan parameter yang sangat penting dan akan dangat mempengaruhi respon dinamik

struktur.

Universitas Sumatera Utara


Pada prinsip bangunan geser (shear building) balok pada lantai tingkat dianggap tetap

horizontal baik sebelum maupun sesudah terjadi pergoyangan. Adanya plat lantai yang

menyatu secara kaku dengan balok diharapkan dapat membantu kekakuan balok sehingga

anggapan tersebut tidak terlalu kasar. Pada prinsip desain bangunan tahan gempa dikehendaki

agar kolom lebih kuat dibanding dengan balok, namun rasio tersebut tidak selalu linear

dengan kekakuannya. Dengan prinsip shear building maka dimungkinkan pemakaian lumped

mass model. Pada prinsip ini, kekakuan setiap kolom dapat dihitung berdasarkan rumus yang

telah ada.

Pada prinsipnya, semakin kaku balok maka semakin besar kemampuannya dalam

mengekang rotasi ujung kolom, sehingga akan menambah kekakuan kolom.

Kekakuan kolom jepit-jepit dirumuskan sebagai berikut:

12 ��
�= (2.4)
ℎ3

Sedangkan kekakuan jepit-sendi dapat dihitung sebagai berikut:

3��
�= (2.5)
ℎ3

2.5.3 Redaman

Redaman merupakan peristiwa penyerapan energi (energi dissipation) oleh struktur

akibat adanya berbagai macam sebab. Beberapa penyebab itu antara lain adalah pelepasan

energi oleh adanya gerakan antar molekul didalam material, pelepasan energi oleh adanya

gesekan alat penyambung maupun system dukungan, pelepasan energi oleh adanya gesekan

Universitas Sumatera Utara


pada udara dan pada respon inelastik. Pelepasan energi juga terjadi akibat adanya sendi

plastik. Karena redaman berfungsi melepaskan energi maka hal ini akan mengurangi respon

struktur.

Secara umum redaman atau damping dapat dikategorikan menurut damping system

dan damping types. Damping system yang dimaksud adalah bagaimana sistem struktur

mempunyai kemampuan dalam menyerap energi. Menurut sistem struktur yang dimaksud,

terdapat dua sistem disipasi energi yaitu:

2.5.3.1 Damping klasik (Classical Damping)

Apabila dalam sistem struktur memakai bahan yang sama bahannya mempunyai rasio

redaman (damping ratio) yang relative kecil dan struktur damping dijepit didasarnya maka

sistem struktur tersebut mempunyai damping yang bersifat klasik (classical damping).

Damping dengan sistem ini akan memenuhi kaidah kondisi orthogonal (orthogonality

condition).

Penggunaan damping seperti ini hanya dipakai pada analisis struktur yang tidak

memperhatikan interaksi antara tanah dengan bangunan. Analisis struktur yang menggunakan

damping ini adalah analisis struktur inelastik maupun elastik yang mana struktur bangunan

dianggap dijepit pada dasarnya.

2.5.3.2 Damping Nonklasik (Non Classical Damping)

Damping dengan sistem ini akan terbentuk pada suatu sistem struktur yang memakai

bahan yang berlainan yang mana bahan-bahan yang bersangkutan mempunyai rasio redaman

yang berbeda secara signifikan. Sebagai contoh suatu bangunan yang bagian bawahnya

dipakai struktur beton bertulang sedangkan bagian atasnya memakai struktur baja. Antara

Universitas Sumatera Utara


keduanya mempunyai kemampuan dissipasi energi yang berbeda sehingga keduanya tidak

bisa membangun redaman yang klasik. Adanya interaksi antara tanah dengan struktur juga

akan membentuk sistem redaman yang non-klasik, karena tanah mempunyai redaman yang

cukup besar misalnya antara 10-25%, sedangkan struktur atasnya mempunyai rasio yang

relative kecil, misalnya 4-7%.

Beberapa jenisnya, maka damping dapat dibedakan dalam beberapa golongan yaitu

sebagai berikut:

1. Damping proporsional terhadap massa (Mass Proportional Damping)

Dalam hal ini suatu damping akan berbanding langsung dengan massa struktur. Apabila

dipakai matriks massa diagonal, maka damping matriks juga hanya pada diagonal saja.

Chopra (1995) mengatakan bahwa damping jenis ini agak kurang rasional secara fisik karena

massa hanya bersinggungan dengan udara padahal redaman akibat ini relative kecil dan

bahkan kadang-kadang dapat diabaikan.

2. Damping proporsional dengan kekakuan (Stiffness Proportional Damping)

Senada dengan sebelumnya, redaman jenis ini merupakan fungsi dari kekakuan, artinya

isian pada matriks redaman akan senada dengan matriks kekakuan. Selanjutnya Chophra

(1995) mengatakan bahwa damping jenis ini secara fisik agak rasional, karena dissipasi

energi akan dikaitkan dengan deformasi antar tingkat. Deformasi atau simpangan antar

tingkat banyak bergantung pada kekakuan dan banyak pernyataan telah disampaikan bahwa

semakin besar simpangn struktur maka semakin besar pula potensi meredam energi.

Universitas Sumatera Utara


3. Damping proporsional dengan massa dan kekakuan (Mass and Stiffness

Proportional Damping)

Menyadari bahwa dua jenis redaman diatas masih mempunyai kelemahan-kelemahan

maka umumnya dipakai kombinasi antara kedua jenis redaman tersebut. Kelemahan-

kelemahan terletak pada nilai-nilai rasio redaman pada mode-mode lebih tinggi rasio

redamannya menjadi sangat kecil dan sangat besar. Sebaliknya pada mode-mode yang rendah

rasio redamannya menjadi kebalikannya. Dengan kenyataan ini dipakai kombinasi antar jenis

redaman yang pertama dengan yang kedua.

2.6 PERSAMAAN DIFERENSIAL STRUKTUR PADA SDOF

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa struktur dengan derajat kebebasan

tunggal hanya akan mempunyai satu koordinat yang diperlukan untuk menyatakan posisi

massa pada saat tertentu yang ditinjau.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.5 Pemodelan Struktur SDOF

Pada gambar 2.5 a tersebut tampak bahwa P(t) adalah beban dinamik yaitu beban

yang intensitasnya merupakan fungsi dari waktu. Notasi m,c dan k seperti yang tampak

digambar tersebut berturut-turut adalah massa, koefisien redaman dan kekakuan kolom. Pada

gambar 2.5.c ditampilkan model matematik untuk struktur SDOF yang mempunyai redaman.

Pada gambar tersebut bekerja sebuah gaya dinamik P(t).

Apabila beban dinamik P(t) seperti gambar 2.5.c bekerja kearah kanan, maka akan

terdapat perlawanan pegas, damper dan gaya inersia. Gambar 2.5.d adalah gambar

keseimbangan dinamik yang bekerja pada massa m. Gambar tersebut disebut free body

diagram. Berdasarkan prinsip keseimbangan dinamik pada free body diagram tersebut dapat

diperoleh hubungan dalam persamaan di bawah ini,

F I +F D +F S =P(t) (2.6)

Dimana :

F I = m. ӳ (2.7)

F D = c.ý (2.8)

F S = k. y (2.9)

Universitas Sumatera Utara


Keterangan persamaan diatas adalah:

F I = gaya inersia (Inertia)

F D = gaya redam (Damper)

F S = gaya pegas (Spring)

m = massa

ӳ = percepatan

ý = kecepatan

y = simpangan

c = koefisien redaman

k = kekauan kolom.

Apabila persamaan diatas disubstitusikan maka akan diperoleh,

m. ӳ + c.ý + k. y = P (t) (2.10)

2.7 PERSAMAAN DIFERENSIAL STRUKTUR SDOF AKIBAT BASE MOTIONS

Beban dinamik yang umum dipakai pada analisis struktur selain beban angin

adalah beban gempa. Gempa bumi akan mengakibatkan permukaan tanah menjadi bergetar

yang getarannya direkam dalam bentuk aselerogram. Tanah yamg bergetar akan

menyebabkan semua benda yang berada diatas tanah ikut bergetar termasuk struktur

bangunan. Didalam hal ini masih ada anggapan bahwa antara pondasi dan tanah

Universitas Sumatera Utara


pendukungnya bergerak secara bersamaan. Anggapan ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar

karena tanah bukanlah material yang kaku yang mampu menyatu dengan fondasi. Kejadian

yang sesungguhnya adalah bahwa antara pondasi dan tanah tidak akan bergerak secara

bersamaan.Pondasi masih akan begerak horizontal relatif terhadap tanah yang

mendukungnya. Keadaan seperti ini cukup rumit karena sudah mempertimbangkan pengaruh

tanah terhadap analisis struktur yang umumnya disebut soil structure in teraction analysis.

Untuk menyusun persamaan diferensial gerakan massa akibat gerakan tanah maka

anggapan diatas tetap dipakai yaitu tanah menyatu secara kaku dengan kolom atau kolom

dianggap dijepit pada bawahnya. Pada kondisi tersebut ujung bawah kolom dan tanah dasar

bergerak secara bersamaan. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.6 Struktur SDOF akibat base motion

Universitas Sumatera Utara


2.8 PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA TIAP-TIAP TIPE GETARAN

2.8.1 TIPE GETARAN

Secara umum gerakan massa suatu struktur dapat disebabkan baik oleh adanya

gangguan luar maupun adanya suatu nilai awal(initial condition). Peristiwa gerakan massa

akibat adanya simpangan awal y0 (dapat juga kecepatan awal) biasa disebut getaran bebas

(free vibration systems). Sebaliknya apabila goyangan suatu struktur disebabkan oleh

gangguan luar maka peristiwa seperti itu disebut getaran dipaksa (forced vibration systems).

Pada model matematik seperti yang dijelaskan sebelumnya, gerakan suatu massa pada

umumnya akan dihambat/diredam oleh suatu mekanisme yang dimodel sebagai gerakan

piston didalam silinder. Mekanisme tersebut adalah suatu model yang dipakai di dalam

mensimulasi adanya viscous damper atau redaman viskos pada struktur yang bersangkutan.

Gerakan massa struktur yang memperhitungkan adanya gaya redam disebut damped system

atau sistem gerkan yang diredam.

2.8.2 PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA GETARAN BEBAS

Sebagaimana disinggung di depan bahwa getaran ini bukan disebabkan oleh adanya

beban luar atau gerakan tanah akibat gempa tetapi akibat adanya gaya awal. Pada tipe getaran

ini ý 0 P(t)=0 maka persamaan diferensial untuk free vibration systems adalah sebagai berikut:

1. Getaran Bebas Tanpa Redaman (Undamped Free Vibration Systems)

Pada getaran bebas tanpa redaman maka nilai c = 0 sehingga persamaan diferensial

gerakan massa akan menjadi,

m. ӳ + k. y =0 (2.11)

Universitas Sumatera Utara


2. Getaran Bebas yang diredam (Damped Free Vibration)

Pada getaran bebas yang diredam, maka struktur yang bersangkutan mempunyai

sistem peredaman energi, atau dalam hal ini nilai koefisien c tidak sama dengan nol.

Sehingga persamaan diferensialnya menjadi

m. ӳ + c.ý + k. y = 0 (2.12)

2.8.3 PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA GETARAN DIPAKSA

Getaran yang dipaksa adalah suatu getaran yang diakibatkan oleh adanya gaya luar

ataupun adanya getaran tanah akibat gaya gempa. Dalam hal ini nilai P(t) tidak sama dengan

nol. Getaran dipaksa inipun terbagi dalam dua golongan yaitu.

1. Getaran dipaksa yang tidak diredam (c=0)

m. ӳ + k. y = p(t) (2.13)

2. Getaran dipaksa yang diredam

m. ӳ + c.ý + k. y = P(t) (2.14)

2.9 PERIODE GETAR (T),FREKUENSI SUDUT (ω) DAN FREKUENSI ALAM (f)

Pada kondisi getaran bebas tanpa redaman,maka persamaannya adalah

m. ӳ + k. y =0 (2.15)

Universitas Sumatera Utara


Persamaan diatas adalah persamaan difernsial linier homogen dengan koefisien

koefisien konstatnta yaitu ditunjukkan oleh m dan k. Persamaan tersebut juga akan

menghasilkan gerakan yang periodik dan harmonik.

y = A sin (ω.t) (2.16)

dengan A adalah amplitudo simpangan yang nilainya bergantung pada nilai awal. Maka dari

persamaan tersebut dapat diperoleh,

ý = - ω.A.cos (ω.t) (2.17)

ӳ = - ω2.A.Sin (ω.t) (2.18)

substitusi persamaan diatas dengan persamaan pertama tadi, maka akan didapat,

{� − ω². m}. �. ��� (ω.t) = 0 (2.19)

Nilai A dan Sin (ω.t) tidak selalu nol,maka nilai yang sama dengan nol adalah,

{� − ω². m} = 0 (2.20)

Maka akan diperoleh


ω=� (2.21)

2�
�= (2.22)
ω

1
�=� (2.23)

Universitas Sumatera Utara


2.10 PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA STRUKTUR MDOF

Struktur bangunan bertingkat sebagai suatu sistem berderajat kebebasan-banyak dapat

dianggap sebagai bangunan geser.mBangunan geser dapat didefinisikan sebagai struktur

dimana tidak terjadi rotasi (putaran pada penampang horisontal bidang lantainya. Balok-

balok bagi struktur diandaikan kaku tak terhingga dibandingkan dengan keadaan tiang-tiang.

Keadaan ini lebih mendekati untuk struktur-struktur dimana kekakuan bagi balok secara

relatif adalah cukup besar dibandingkan kekakuan tiang-tiang, supaya putaran yang nyata

pada bagian atas tiang-tiang dapat ditahan. Dalam cara ini bangunan akan berkelakuan seperti

balok terjepit dibebani oleh gaya geser.

Untuk mencapai keadaan tersebut pada bangunan, harus dianggap bahwa:

1. Massa total dari struktur terpusat pada bidang lantai.

2. Balok pada lantai kaku tak hingga dibandingkan dengan tiang.

3. Deformasi dari struktur tak dipengaruhi gaya aksial yang terjadi pada tiang.

Anggapan pertama, mentransformasikan struktur dengan derajat kebebasan tak hingga

(akibat massa yang terbagi pada struktur) menjadi struktur dengan hanya beberapa kebebasan

sesuai dengan massa yang terkumpul pada bidang lantai. Struktur tiga tingkat dimodelkan

sebagai bangunan geser, mempunyai tiga derajat kebebasan yaitu tiga perpindahan horizontal

pada bidang lantainya.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.7 Struktur 3 DOF dengan redaman

Universitas Sumatera Utara


Anggapan kedua, menyatakan bahwa hubungan antara balok dan tiang, kaku terhadap

putaran (rotasi). Anggapan ketiga memungkinkan terjadinya keadaan dimana balok kaku

tetap horizontal sewaktu bergerak.

Beban pada struktur dapat berupa beban yang bekerja pada titik kumpul (node loa)

maupun beban yang bekerja pada elemen. Beban pada struktur tersebut dapat berupa beban

statik maupun beban dinamik. Pada kasus gempa bumi, bebannya adalah inersia. Gaya ini

tidak ditentukan melainkan tergantung kepada respon percepatan struktur.

Berdasarkan pada keseimbangan dinamik pada free body diagram akan diperoleh,

m 1 ӳ 1 + k 1 y 1 + c 1 ý 1 – k 2 (y 2 -y 1 ) – F 1 (t) = 0 (2.24)

m 2 ӳ 2 + k 2 (y 2 -y 1 ) + c 2 (ý 2 - ý 1 ) – k 3 (y 3 -y 2 ) – c 3 (ý 3 - ý 2 )-F 2 (t) = 0 (2.25)

m 3 ӳ 3 + k 3 (y 3 -y 2 ) + c 3 (ý 3 - ý 2 ) – F 1 (t) = 0 (2.26)

Selanjutnya dengan menyusun persamaan-persamaan diatas menurut parameter yang

sama (percepatan,kecepatan dan simpangan) selanjutnya akan diperoleh,

m 1 ӳ 1 + (c 1 + c 2 ) ý 1 - c 2 ý 2 +( k 1 + k 2 ) y 1 - k 2 y 2 =F 1 (t) (2.27)

m 2 ӳ 2 - c 2 ý 1 +( c 2 + c 3 ) ý 2 - c 3 ý 3 - k 2 y 1 +( k 2 + k 3 ) y 2 - k 3 y 3 =F 2 (t) (2.28)

m 3 ӳ 3 - c 3 ý 2 +c 3 ý 3 - k 3 y 2 + k 3 y 3 =F 3 (t) (2.29)

Persamaan-persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut,

m1 0 0 ӳ1 c1 + c2 −�2 0 ý1
� 0 m2 0 � � ӳ2 � + � −�2 c2 + c3 −�3� �ý2� +
0 0 �3 ӳ3 0 −�3 �3 ý3

k1 + k2 −�2 0 y1 �1(�)
� −�2 k2 + k3 −�3� �y2� = ��2(�)� (2.30)
0 −�3 �3 y3 �3(�)

Universitas Sumatera Utara


Matriks diatas dapat ditulis kedalam matriks yang lebih kompak, yakni

[M]{ӳ} + [C]{ý} + [K]{y} = {F(t)} (2.31)

Dimana [M], [C], dan [K] berturut-turut adalah mass matriks, damping matriks dan matriks

kekakuan yang dapat ditulis menjadi

�1 0 0
[�] = � 0 �2 0 � (2.32)
0 0 �3

�1 + �2 −�2 0
[�] = � −�2 �2 + �3 −�3� (2.33)
0 −�3 �3

�1 + �2 −�2 0
[�] = � −�2 �2 + �3 −�3� (2.34)
0 −�3 �3

Dan {ӳ },{ý},{ y} dan {P(t)}masing-masing adalah vektor percepatan, vektor

kecepatan, vektor simpangan dan vektor beban. Vektor tersebut dapat dituliskan menjadi

ӳ1 ý1 �1 �1(�)
ӳ2 �2
{ӳ} = � � , {ý} = �ý2� , {�} = � � ��� {�(�)} = ��2(�)� (2.35)
ӳ3 ý3 �3 �3(�)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.8 Keseimbangan Gaya Dinamik dengan f s ,f d dan f I (chopra,1995)

Sebagaimana dibahas dalam struktur SDOF bahwa respon struktur yang sangat penting

yang dicari adalah simpangan tingkat karena momen yang terjadi pada ujung-ujung kolom

merupakan fungsi langsung dari simpanagan tingkat. Cara untuk menyelesaikan persamaan

diferensial untuk struktur MDOF adalah sebagai berikut ini.

2.10.1 METODE SUPERPOSISI (METODE DISPLACEMENT SUPERPOSITION

METHOD)

[M]{ӳ} + [C]{ý} + [K]{y} = {F(t)} (2.36)

Persamaan di atas pada dasarnya adalah persamaan coupling yaitu suatu persamaan simultan

yang saling tergantung satu sama lain. Pada persamaan seperti itu, maka penyelesaian

persamaan harus dilakukan secara simultan sekaligus untuk setiap step integrasi. Hal tersebut

dianggap kurang praktis maka dari itu metode superposisi ini adalah salah satu alternatif

pemecahan masalah.

Pada metode superposisi, persamaan diferensial coupling seperti diatas ditransfer

menjadi persamaan simultan uncoupling yaitu persamaan diferensial simultan yang masing-

Universitas Sumatera Utara


masing anggota persamaannya saling independen. Dengan persamaan uncoupling, maka

struktur MDOF seolah-olah menjadi struktur SDOF. Standar mode shapes seperti disinggung

diatas dipakai sebgai cara untuk mentransformasi dari N-persamaan diferensial coupling

menjadi N-persamaan diferensial uncoupling. Persamaan diferensial uncoupling yang

diperoleh adalah persamaan diferensial setiap mode atausetiap ragam/pola goyangan yang

saling independen yang akan menghasilkan simpangan tingkat yang berasal dari kontribusi

setiap mode. Simpangan total untuk setiap tingkat dapat diperoleh dengan

menjumlahkan/superposisi dari simpangan kontribusi setiap mode.

Clough dan Penzien (1993) mengatakan bahwa metode ini memiliki kelemahan yaitu

terletak pada penyelesaian eigenproblem untuk mencari nilai mode shapes karena untuk

struktur yang mempunyai banyak derajat kebebasan, bagian inilah yang memerlukan banyak

usaha. Karena persamaan diferensial menjadi uncoupled, maka tidak diperlukan matriks

massa, matriks redaman dan matriks kekakuan. Pada umunya dalam metode ini dipakai

konsep ekivalen redaman yang nilainya sama untuk setiap mode.

2.10.2 METODE INTEGRASI LANGSUNG PERSAMAAN DEPENDEN

(COUPLING)

Metode integrasi secara langsung adalah alternatif yang lain selain metode superposisi.

Persamaan dilakukan secara integrasi langsung persamaan diferensial coupled. Pada metode

ini, memerlukan matriks massa, dan matriks kekauan, namun demikian matriks redaman

harus disusun secara khusus karena koefisien redaman umumnya bergantung pada mode.

Pada metode ini, walaupun mode-shapes tidak diperlukan namun demikian mencari nilai

frekuensi sudut ω sudah hampir sama dengan menghitung mode shapes. Dapat diartikan

seperti itu karena mode shapes/eigenvector nilai-nilainya akan bergantung pada eigenvalue

yaitu nilai-nilai frekuensi sudut ω.

Universitas Sumatera Utara


2.10.3 METODE SPEKTRUM RESPON

Metode ini bersifat pendekatan, karena beban dinamik yang diperhitungkan bukannya

beban dinamik langsung. Pada metode spektrum respon, respon struktur dihitung berdasarkan

pada spektrum respon untuk daerah gempa tertentu. Spektrum respon yang bersangkutan

dibuat berdasarkan kemungkinan-kemungkinan gempa yang telah dan akan terjadi pada

daerah gempa yang dimaksud.

2.11 JENIS-JENIS PERHITUNGAN BEBAN GEMPA

1. ANALISIS STATIK EKIVALEN

Gempa sering digolongkan sebagai beban dinamis yaitu berubah menurut waktu,

maka sebenarnya analisis struktur akibat gempa sebaiknya juga dilakukan dengan analisis

dinamis. Namun demikian sebagaimana dijelaskan dalam pedoman perencanaan tahan gempa

untuk rumah dan gedung (1987) maupun pedoman gempa negara-negara lain, bahwa untuk

bangunan-bangunan dengan bentuk beraturan dan tidak tergolong bangunan tinggi, analisis

dinamis tidak diperlukan (boleh tidak dilakukan) dan dapat atau cukup dilakukan dengan cara

analisis yang sederhana yaitu analisis beban statik ekivalen.

Analisis beban statik ekivalen adalah salah satu cara analisis statik struktur, dimana

pengaruh gempa pada struktur dianggap sebagai beban-beban statik horizontal untuk hanya

boleh dilakukan untuk struktur-struktur gedung sederhana dan beraturan yang tidak

menunjukkan perubahan yang mencolok dalam perbandingan antara berat dan kekakuan pada

tingkat-tingkatnya, karena beban statik ekivalen hanyalah pendekatan yang meniru pengaruh

dinamik dari gempa yang sesungguhnya.

Universitas Sumatera Utara


2. ANALISIS BEBAN DINAMIK

a. RESPON SPEKTRUM

Respon spektrum adalah suatu spectrum yang disajikan dalam bentuk grafik/plot

antara periode getar struktur T, lawan respon-respon maksimum bedasarkan rasio redaman

dan gempa tertentu. Respon-respon maksimum dapat berupa simpangan maksimum,

kecepatan maksimum atau percepatan maksimum maksimum struktur SDOF.

Terdapat dua macam respon spectrum, yaitu spectrum elastik dan spectrum inelastik.

Spectrum elastik adalah suatu spectrum yang didasarkan atas respon elastik struktur,

sedangkan spectrum inelastik (disebut juga spectrum respon) adalah spectrum yang discale

down dari spektrum elastik dengan nilai daktalitas tertentu. Nilai spektrum dipengaruhi oleh

periode getar, rasio redaman, tingkat daktalitas dan jenis tanah.

Konsep spektrum respons waktu ini diterima secara luas dalam struktur dinamik

khususnya perencanaan bangunan tahan gempa. Secara sederhana dijelaskan bahwa spektrum

respons adalah plot respon maksimum (perpindahan,kecepatan dan percepatan maksimum)

dan fungsi beban tertentu dari sistem berderajat kebebasan satu. Absis dari spektrum adalah

frekuensi natural dari sistem dan ordinat adalah respon maksimum.

Spektrum respon dalam hal ini adalah plot antara koefisien gempa dasar C dengan

periode getar struktur T. Secara umum dapat dikatakan bahwa koefisien gempa dasar C

utamanya dipengaruhi oleh daerah gempa, periode getar struktur T dan jenis tanah. Untuk

setiap respon spektrum disajikan juga pengaruh kondisi tanah, yaitu spektrum untuk tanah

keras, tanah lunak dan tanah sedang. Tiap-tiap daerah gempa akan mempunyai spektrum

respon sendiri-sendiri, seperti pada gambar berikut:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.9 Respons Spektrum Gempa Rencana

Universitas Sumatera Utara


Umumnya bangunan tahan gempa direncanakan dengan prosedur yang ditulis dalam

peraturan perencanaan bangunan (building code). Peraturan dibuat untuk menjamin

keselamatan penghuni terhadap gempa besar yang mungkin terjadi, dan untuk menghindari

atau mengurangi kerusakan atau kerugian harta benda terhadap gempa sedang yang terjadi.

Walaupun demikian, prosedur yang digunakan dalam peraturan tersebut tidak dapat secara

langsung menunjukkan kinerja bangunan terhadap suatu gempa sebenarnya, kinerja tadi tentu

terkait dengan resiko yang dihadapi pemilik bangunan dan investasi yang dibelanjakan terkait

dengan resiko yang dihadapi pemilik bangunan dan investasi yang dibelanjakan terkait

dengan resiko yang diambil. Perencanaan tahan gempa berbasis kinerja merupakan proses

yang dapat digunakan untuk perencanaan bangunan baru maupun perkuatan bangunan yang

sudah ada, dengan pemahaman yang realistik terhadap resiko keselamatan, kesiapan pakai

dan kerugian harta benda yang mungkin terjadi akibat gempa yang akan datang.

Hal penting dalam perencanaan berbasis kinerja adalah sasaran kinerja bangunan terhadap

gempa dinyatakan secara jelas, sehingga pemilik, penyewa, asuransi, pemerintahan atau

penyandung dana mempunyai kesempatan untuk menetapkan kondisi apa yang dipilih,

selanjutnya ketetapan tersebut digunakan perencana sebagai pedomannya. Sasaran kinerja

terdiri dari kejadian gempa rencana yang ditentukan, dan taraf kerusakan yang diijinkan atau

level kinerja dari bangunan terhadap kejadian gempa tersebut. Mengacu pada FEMA-

273(1997) yang menjadi acuan klasik bagi perencanaan berbasis kinerja maka kategori level

kinerja struktur, adalah:

1. Segera dapat dipakai (IO=Immediate Occupancy)

2. Keselamatan penghuni terjamin (LS=Life-safety)

3. Terhindar dari keruntuhan total(CP=Collapse Prevention)

Universitas Sumatera Utara


b. ANALISIS TIME HISTORY

Untuk perencanaan struktur bangunan gedung melalui analisis dinamik linier riwayat

waktu terhadap pengaruh pembebanan gempa horisontal, percepatan muka tanah asli dari

gempa masukan harus diskalakan ke taraf pembebanan gempa nominal tersebut, sehingga

nilai percepatan puncak A menjadi

�0�
�= �
(3.37)

Dimana:

A0 = percepatan puncak muka tanah

R = faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung yang bersangkutan

I = faktor keutamaan

Untuk mengkaji perilaku pasca elastik struktur gedung terhadap pengaruh gempa

rencana, harus dilakukan analisis respon dinamik non-linier riwayat waktu, di mana

percepatan muka tanah asli dari gempa masukan harus diskalakan, sehingga nilai percepatan

puncaknya menjadi sama dengan A0I, seperti tabel dibawah.

Tabel 2.1 Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah

untuk masing-masing wilayah gempa Indonesia

Wilayah Percepatan Percepatan puncak muka tanah A0 (g)

gempa puncak

batuan

dasar Tanah keras Tanah Tanah lunak Tanah

(g) sedang khusus

1 0.03 0.04 0.05 0.08 Diperlukan

Universitas Sumatera Utara


2 0.10 0.12 0.15 0.20 evaluasi

3 0.15 0.18 0.23 0.30 khusus di

4 0.20 0.24 0.28 0.34 setiap lokasi

5 0.25 0.28 0.32 0.36

6 0.30 0.33 0.36 0.38

Tabel 2.2 faktor keutamaan I untuk berbagai kategori gedung

Kategori gedung Faktor Keutamaan

I1 I2 I3

Gedung umum seperti untuk penghunian,perniagaan 1,0 1,0 1,0

dan perkantoran

Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6

Gedung penting pasca gempa seperti rumah 1,4 1,0 1,4

sakit.instalasi air bersih,pembangkit tenaga listrik,pusat

penyelamatan dalam keadaan darurat,fasilitas radio dan

televisi

Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti 1,6 1,0 1,6

gas,produk minyak bumi,asam,bahan beracun

Cerobong,tangki diatas menara 1,5 1,0 1,5

Akselerogram gempa masukan yang ditinjau dalam analisis dinamik linier dan non-

linier riwayat waktu, harus diambil dari rekaman gerakan tanah akibat gempa yang didapat

disuatu lokasi yang mirip kondisi geologi, topografi dan seismotektoniknya dengan lokasi

Universitas Sumatera Utara


tempat struktur gedung yang ditinjau berada. Untuk mengurangi ketidak pastian mengenai

kondisi lokasi ini, paling sedikit harus ditinjau 4 buah akselerogram dari empat gempa yang

berbeda, salah satunya harus diambil akselerogram Gempa El Centro N-S yang telah direkam

pada tanggal 15 mei 1940 di california. Berhubung gerakan tanah akibat gempa pada suatu

lokasi tidak mungkin dapat diperkirakan dengan tepat, maka sebagai gempa masukan dapat

juga dipakai gerakan tanah yang disimulasikan. Parameter-parameter yang menentukan

gerakan tanah yang disimulasikan ini antara lain terdiri dari waktu getar predominan tanah,

konfigurasi spektrum respons, jangka waktu gerakan dan intensitas gempanya.

Beban gempa adalah fungsi waktu, sehingga respon pada struktur juga tergantung dari

waktu pembebanan. Akibat Gempa Rencana struktur akan berperilaku inelastik. Untuk

mendapatkan respon struktur tiap waktu dengan memperhitungkan perilaku nonlinier, maka

dilakukan analisis riwayat waktu inelastik nonlinier dengan analisis langkah demi langkah

(metode integrasi bertahap) memakai DRAIN-2D. Beban gempa yang digunakan adalah El

Centro 1940, Bucharest 1977, Flores 1992 dan Pacoima Dam 1971. Analisis memakai 4

macam gempa yang diskalakan intensitasnya terhadap amplitudo maks. Percepatan tanah

(Ao) pada kurva respons spektrum SNI 1726- 2002 saat T = 0. Perhitungan skala intensitas

sebagai berikut, untuk gempa El-Centro percepatan puncak tanah asli = 0,3417g, sedangkan

percepatan puncak tanah keras untuk wilayah gempa 4 = 0,24g, maka skala gempa =
0.24
0.3417
�1 = 0.7024�. Selengkapnya lihat tabel dibawah:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.3 percepatan tanah asli

Percepatan Percepatan Wilayah 4 Wilayah 6

gempa puncak tanah Percepatan Skla gempa Percepatan Skla gempa

asli puncak tanah rencana puncak tanah rencana

El Centro 0.3417 0,24 0.7024 0,33 0.965

Bucharest 0.2015 0,24 1.1911 0,33 1.6377

Pacoima 1.1469 0,24 0.2093 0,33 0.2877

Flores 0.1300 0,24 1.8462 0,33 2.5385

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.10 percepatan gempa

Universitas Sumatera Utara


BAB III

PEMODELAN DAMPER KARET

3.1 UMUM

3.1.1 DEFINISI SISTEM

Energi yang sangat besar terjadi pada bangunan akibat pergerakan tanah akibat

adanya gempa bumi. Filosofi desain bangunan konvensional mencari cara untuk mencegah

dari kehancuran/kerobohan dengan mengijinkan bagian struktural menyerap dan melesapkan

energi gempa dengan siklus deformasi yang inelastik pada titik-titik tertentu.

Dalam dua dekade terkahir ini, sistem perlindungan khusus telah dibangun untuk

meningkatkan keamanan dan mengurangi kehancuran bangunan selama gempa terjadi. Hal

ini memberi pendekatan dengan tujuan mengontrol respon gempa struktur dan pelesapan

energi sesuai dengan bagian-bagian struktural dengan mengubah sifat dinamik sistem

tersebut.

Saat ini, metode paling dapat dipercaya dan praktis dalam mengurangi respon

struktur terhadap gempa adalah menggunakan sistem pengontrol respon gempa pasif.

Passives system dapat digolongkan menurut pendekatan yang dilakukan untuk

mengendalikan energi gempa yang masuk sebagai berikut:

1. Passive control systems

System ini didesain untuk melesapkan sebagian besar energi gempa bumi yang masuk

dengan alat khusus atau lebih khususnya sebuah penghubung khusus yang mengalami

deformasi dan meleleh selama terjadi gempa. Selama terjadi deformasi dan pelelehan

pada alat tersebut, maka kehancuran atau tenaga dari gempa bumi tersebut kepada

Universitas Sumatera Utara


elemen bangunan yang lain akan berkurang. Passive control systems dapat dibagi

menjadi dua, yaitu:

a. Seismic isolation systems

Tujuan dari sistem ini adalah melindungi struktur bangunan dari kehancuran

elemen-elemen bangunan akibat gerakan gempa bumi yang masuk ke

bangunan, sebagai contoh pada bangunan suprastruktur dalam menyerap atau

meredam enegi gempa bumi. Seluruh bangunan suprastruktur harus

mendukung pemisahan isolator yang memiliki karakteristik dinamis yang

dipilih untuk tidak menyatu kepada pergerakan tanah. Beberapa isolator juga

didesain untuk menambahkan peredam yang kuat. Perpindahan dan kelelehan

bekerja pada lapisan alat isolasi, dan perilaku bangunan suprastuktur akan

menjadi sangat mirip dengan bangunan yang kaku.

b. Passive energy dissipation systems

Tujuan dari sistem ini adalah menyediakan penyerap energi tambahan untuk

mengurangi respon akibat pergerakan gempa bumi secara signifikan. Dengan

menggunakan sistem ini, bangunan tersebut akan meredam energi akibat

gempa bumi dalam jumlah yang besar melalui deformasi inelastik atau

gesekan yang terjadi pada alat pelesap energi, dengan cara demikian juga akan

dapat melindungi elemen struktural yang lain dari kehancuran.

Passive control system ini secara umum meningkatkan kinerja struktur bangunan

terhadap seluruh tingkatan resiko dengan cara:

1. Mengurangi kehancuran bangunan

2. Mengurangi deformasi dari elemen struktural dan non-struktural

3. Mengurangi respon percepatan untuk meminimalisir kehancuran

2. Active control systems

Universitas Sumatera Utara


Sistem ini memberikan perlindungan seismik dengan membebani/memberikan gaya

pada struktur yang menyeimbangkan dengan cara membalas gaya gempa yang

diinduksi. Sistem ini dikatakan aktif karena mereka membutuhkan sumber energi dan

penggerak pengontrol komputerisasi untuk mengoperasikan penyangga khusus atau

tuned-mass dampers yang diletakkan pada bangunan tersebut. Active system lebih

rumit dari passive system, karena hanya bertumpu pada kendali komputer, sensor

gerak, metode timbal balik, dan pergerakan bagian-bagian tertentu yang

membutuhkan servis dan perawatan. Sebagai tambahan sistem ini membutuhkan

sumber energi cadangan untuk memastikan bahwa mereka akan beroperasi selama

gempa besar terjadi dan getaran yang ditimbulkan setelah terjadi getaran secara tiba-

tiba.

3. Hybrid control system

Sistem ini merupakan kombinasi dari passive control and active control. Pada

umumnya mereka mereduksi energi yang bersifat memaksa, memperbaiki dan lebih

ekonomis bila dibandingkan dengan active systems. Dimasa depan, system ini

mungkin akan termasuk dalam variasi friction dampers, variasi viscous dampers, dan

semi-aktif isolasi.

3.1.2 TUJUAN PERENCANAAN

Secara umum passive control system dapat mempunyai banyak tujuan yang

memberikan hasil yang mencakup standar keamanaan hidup menjadi standar yang lebih baik

sebagai pencegah kerusakan dan memperbaiki pasca gempa. Bagian pelesap energi yang

digunakan pada umumnya pada passive control systems adalah alat-alat sederhana yang

menunjukkan kestabilan dan dapat memprediksi perilaku inelastik ketika sesuatu mengalami

beban seismik seperti siklus yang berulang-ulang. Walaupun begitu, alat tersebut tidaklah

selamanya dapat menjamin dan membuat bangunan memberikan performa yang baik.

Universitas Sumatera Utara


Penambahan alat pelesap energi hanya akan memperbaiki performa bangunan yang

mengalami beban seismik jika alat-alat tersebut dipadukan secara hati-hati kedalam sistem

struktural dari desain beban seismik, dengan memperhatikan karakteristik dinamis bangunan

,pelesapnya, dan juga karakteristik tanahnya.

3.1.3 FUNGSI DAMPER TERHADAP GETARAN

Benda yang bergerak dipermukaan bumi umumnya akan mengalami resistensi

baik karena gesekan dengan benda-benda disekelilingnya maupun oleh persitiwa intern yang

ada pada benda tersebut. Dengan adanya resistensi gerkan tersebut maka gerakan benda

lambat laun akan melemah. Umumnya dikatakan bahwa terdapat sistem penyerapan energi

pada peristiwa yang bersangkutan atau struktur yang bersangkutan memiliki sistem

peredaman. Sistem penyerapan energi ini hanya ada pada peristiwa dinamik. Salah satu alat

peredam yang dikenal adalah damper.

Damper merupakan alat dissipasi energi yang berfungsi memperkecil respon

simpangan struktur dan menghentikan getaran, agar simpangan antar tingkat dapat diperkecil

sehingga gaya lateral kolom menjadi kecil. Damping dalam struktur tersebut disebut juga

inherent damping, yaitu damping yang berasal dari gesekan antara struktur dengan bagian

non struktur, geseran udara dan tutup bukanya penampang beton yang retak, dan plastisitas

bahan setelah struktur mengalami deformasi. Besarnya damping tersebut sekitar 1% sampai

5% bergantung jenis dan kekauan struktur. Bila struktur tanpa damping, getaran struktur tidak

akan berhenti.

Getaran bebas tanpa damping dengan 0% damping, amplitudo getaran akan tetap

dan akan berulang-ulang tanpa henti. Sedangkan getaran dengan damping 5% dan 10%

amplitudo getaran semakin kecil terhadap waktu. Semakin besar damping maka amplitudo

getaran akan semakin kecil dan cepat berhenti bergetar. Hal ini tidak terjadi pada keadaan

sebenarnya, getaran bagaimanapun akan berhenti pada suatu waktu tertentu, berhentinya

Universitas Sumatera Utara


getaran disebabkan dissipasi energi dari getaran, faktor yang menyebabkan dissipasi energi

dinamakan damping atau redaman dari suatu sistem getaran.

Jika pada struktur kita hanya menggunakan damper saja maka struktur tersebut

akan memiliki simpangan yang kecil serta mengurangi gaya geser. Namun, dalam

kenyataannya kehadiran damper mempengaruhi periode alami saat damper tersebut

dihubungkan dengan bangunan yang memiliki fleksibilitas. Apabila dalam struktur kita

menggunakan brasing sebagai peredam maka struktur akan memiliki simpangan yang kecil

namun gaya geser akan bertambah besar. Untuk itu apabila kita gabungkan antara damper

yang memiliki daya redam yang tinggi dengan brasing yang memilik kekakuan, maka

struktur akan memiliki periode alami berkurang sekitar 1 second dan rasio damping akan

meningkat sampai dengan 30%.

3.2 LEAD RUBBER DAMPER

3.2.1 SEJARAH LEAD RUBBER DAMPER

Walaupun dasar-dasar pokok peredam gempa telah diketahui selama abad ini,

hanya pada 4 dekade terakhir sistem redaman gempa dalam menerima peranan gempa

menjadi ada dan hanya selama dekade terakhir dipakai oleh masyarakat luas. Kelly (1996)

mencatat beberapa contoh bangunan dengan peredam gempa. Meliputi 2 gedung yang

dibangun dengan gulungan peredam,yaitu di Savastopol,Ukraina dan di Meksiko,dan sebuah

bangunan di Cina dengan lapisan pasir diantara pondasi dan bangunan, bangunan ini

dimaksud untuk memperbolehkan perilaku geser selama gempa.

Eisenberg (1992) menjelaskan sebuah bangunan yang dibangun pada tahun 1959

di Askhabad, Turkmenistan yang dibangun dengan kabel yang berperilaku sebagai pendulum.

Bangunan pertama yang menggunakan sebuah sistem karet peredam yang merupakan

Universitas Sumatera Utara


bangunan sekolah tingkat 3 dibangun pada tahun 1969 di Skopje, Yugoslavia. Bangunan itu

berdiri di peredam yang berbentuk solid tidak termasuk pelat prategang baja horizontal, yang

akan dilakukan saat ini. Pada tahun 1978 struktur pertama yang menggunakan system isolasi

dengan menambah damping di Toetoe Viaduct di pantai utara si Selandia Baru. Sistem ini

terdiri atas baja yang dibungkus dan peredam karet dipadukan dengan sebuah peredam alam

dengan gaya damping yang tinggi, yang terdiri atas sebuah lead core di tengah untuk energi

dissipasinya.

Tipe ini sekarang banyak digunakan oleh para insinyur yang dikenal sebagai Lead

Rubber Bearing (LRB). Bangunan pertama yang menggunakan system peredam gempa LRB

adalah William Clayton Building di Wellington, Selandia Baru pada tahun 1981.

3.2.2 KOMPONEN

Pada Gambar 3.1 menunjukkan komponen-komponen penyusun dari Lead

Rubber Bearing (LRB). Seperti pada gambar yang ditunjukkan, LRB memiliki dua jenis

bentuk yaitu tampang bulat dan tampang persegi. Komponen utama penyusunnya adalah

lapisan karet pada bagian tengah dan permukaan, pelat permukaan, dan timah pada inti

bagian tengahnya. Lapisan karet yang di permukaan tersebut diletak untuk mencegah

perubahan sedangkan pelatnya diletakkan di ujung-ujung dari LRB. LRB memiliki fungsi

untuk melesapkan energi melalui timah yang berada di inti LRB tersebut.

Universitas Sumatera Utara


A)Tampang Bulat B)Tampang Persegi

Gambar 3.1 Komponen Lead Rubber Bearing

3.2.3 KARAKTERISTIK SIFAT DINAMIS

Karakteristik sifat dasar dari lapisan bantalan karet ditentukan oleh persamaan

yang sama tanpa memperhatikan perbedaan bentuk. Kekakuan vertikal kv dari LRB

ditentukan dalam persamaan berikut.

� �₀�1+2� �₁ 2 ��∞
�� = �ᵥ. � �₀(1+2� �₁ 2 )+�∞
(3.1)

Dimana:

Universitas Sumatera Utara


A = Luas penampang

H = Total tebal karet

S1 = Faktor utama bentuk

αv = Koreksi modulus elastisitas longitudinal

E0 = Modulus elastisitas longitudinal karet

E∞ =Modulus tebal karet

Κ = koreksi modulus kekerasan karet

Kekuatan maksimum tekanan kritis adalah 60 (N/mm2) dan geser maksimum

regangan adalah 400 (%). Kekuatan kritis tekan ditentukan oleh persamaan dibawah ini.

Persamaan tersebut digunakan untuk dua kasus.

4
��� �1 − �� . �₂
� < 30 (kasus 1)<30 (3.2)


� = ��� �1 − �� .�₂� (nilai maksimum tegangan adalah 60 N/mm2) (3.3)

4
��� �1 − �� . �₂
� ≥ 30 (kasus 2) (3.4)

� 30
� = ��� �1 − 4 � + 4
� (nilai maksimum tegangan adalah 60 N/mm2) (3.5)

Dimana :

σcr=kekuatan tekan kritis

Universitas Sumatera Utara


pada kasus ini tegangan geser � = 0

σcr = ξ . Gr . S 1 S 2 (3.6)

0.85 (S1 ≥ 30)


Dimana: ξ = �
0.90 (S1 < 30)

Gr= modulus geser karet

1 (�₂ < 4)
�� = �
0.1(�₂ − 3) + 1 (�₂ ≥ 4)

S 2 = faktor bentuk kedua

�₂ (�₂ ≤ 6)
�₂ = �
6 (�₂ > 6)

Dalam gambar dibawah ini ditunjukkan model hysteresis loop dari LRB. Kemampuan

menahan gaya horizontal dari LRB ditahan oleh kekakuan sekunder kd dan daya leleh Qd.

Hyterestic loop merupakan kurva hubungan gaya dengan simpangan pada sistim SDOF yang

dibebani dengan beban siklik dan luas dari loop merupakan besarnya energi yang dissipasi.

Gambar 3.2 model hysteresis loop LRB

Universitas Sumatera Utara


Kekakuan sekunder dari LRB kd pada 15 derajat dapat dijelaskan dengan

persamaan 3.7.CKd dalam hal ini mengartikan perubahan modulus pada Kd dalam

mempertimbangkan ketergantungan tegangan dan hal itu dijelaskan dengan persamaa 3.10.

dan persamaan 3.11 digunakan dalam mempertimbangkan temperatur dari ketergantungan

Kd.

Kd=CKd(Kr+Kp) (pada 15 derajat) (3.7)

Dimana :

Kr =kekakuan lateral

��
�� = �� �
(3.8)

Dimana:

Ar =Luas penampang karet

Kp =kekakuan tambahan Timah

��
�� = � �
(3.9)

Dimana:

� = modulus geser timah

Ap = Luas penampang timah

CKd =Perubahan modulus Kd akibat strain-dependency

0.779� −0.43 [� < 0.25]


��� = �� −0.25 [0.25 ≤ � < 1.0] (3.10)
� −0.12 [1.0 ≤ � < 2.5]

Universitas Sumatera Utara


Kd(t)=Kd(t 0 ).exp(-0.00271(t-t 0 )) (3.11)

Dimana

t0 = temperatur sebelum koreksi

t =temperatur setelah koreksi

Gaya leleh LRB Qd pada 15 derajat dapat dijelaskan dengan persamaan 3.12

.CQd dalam hal ini mengartikan perubahan modulus pada Qd dalam mempertimbangkan

ketergantungan tegangan dan hal itu dijelaskan dengan persamaan 3.13 .dan persamaan 3.14

digunakan dalam mempertimbangkan temperatur dari ketergantungan Qd.

Qd=CQd.σ pb .Ap (pada 15 derajat) (3.12)

Dimana:

σ pb =tegangan leleh geser Timah

CQd =perubahan modulus Qd akibat strain-dependency

2.036� 0.41 [� ≤ 0.1]


��� = �1.106� 0.145 [0.1 < � < 0.5] (3.13)
1[� ≥ 0.5]

Qd(t)=Qd(t 0 ).exp(-0.00879(t-t 0 )) (3.14)

Dimana:

t 0 =temperatur sebelum koreksi

t=temperatur setelah koreksi

kekakuan utama Ku, persamaan kekakuan Keq dan persamaan rasio damping

heq dari LRB dapat dijelaskan dengan persamaan (3.15),(3.16)dan (3.17).

Universitas Sumatera Utara


Ku=β.Kd (3.15)

Dimana:

β = rasio Ku terhadap Kd

��
��� = �.� + �� (3.16)

��
2 �� �� .�−(� −1)�� �
ℎ�� = (3.17)
� ��� .(� .�)²

3.2.4 TEORI NON LINIER PADA LEAD RUBBER BEARING

Dalam analisia struktur, LRB dapat dimodelkan sebagai model linier ataupun

nonlinier. Untuk analisis linier digunakan kekakuan efektif Keff, sedangkan untuk analisis

non linier ada 3 parameter yang menentukan karakteristik dari LRB, yaitu kekakuan awal k 1 ,

kekakuan pasca leleh k 2 , dan kekakuan leleh antar inti timah Q. Kekakuan awal yang cukup

besar direncanakan untuk menahan beban angin dan gempa kecil. Pada umumnya nilai

kekakuan ii mencapai 6,5 sampai 10 kali dari kekakuan pasca leleh k 2 . Untuk analisis linier

biasanya digunakan kekakuan efektif k eff , kekauan k 1 dan k 2 , ditentukan dari test percobaan

hysteresis loop, sedangkan kekakuan efektif ditentukan dari persamaan berikut(Naeim and

kelly,1999).


���� = � 2 + � � ≥ �� (3.18)

F y =Q+K 2 D y

2�(� − �� )
���� =
����� �2

Universitas Sumatera Utara


Dan

Q=A p τ y (3.19)

Dimana A p dan τ y adalah luas penampang dan tegangan geser leleh inti timah. Besarnya

tegangan geser leleh timah berkisar antara 800 Mpa – 1000 Mpa. Kekakuan leleh k p , lebih

tinggi dari kekakuan geser dari bearing tanpa lead core.

�� �� �
�� = ∑�
(3.20)

Dimana:

Ar =Luas peredam

Σt =total tebal peredam

G =modulus geser (biasanya diambil 0.5)

fL =faktor luasan,diambil 1.15 dan daerah kekauan elastis

diambil antara 6.5 sampai 10 kali kekauan geser

Pada LRB yang pada umumnya dirakit dari peredam alami yang memiliki

damping yang rendah terdapat 3 parameter, yaitu kekauan leleh K p , tegangan leleh F y dan

perpindahan leleh dapat dirumuskan:


�� = 5.5� (3.21)

Sedangkan tegangan leleh dirumuskan:

F y =Q+k p D y (3.22)

Hubungan kekakuan leleh antar timah Q dan kekakuan leleh k p bisa juga dirumuskan sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara


�� �� �2
� = �2−����� ��−2��
(3.23)
���

Dimana:

Dy =perpindahan leleh, pada percobaan disarankan berkisar antara 0.05 sampai 0.1 total

tebal peredam

β eff =damping efektif

Kp =kekuan leleh

Sedangkan hubungan kekauan leleh antar inti timah Q dan kekauan efektif K eff dapat

dirumuskan sebagai berikut:

�� ��� � ��� � 2
�= 2(�−�� )
(3.24)

Nisbah redaman dengan pemodelan redaman viskos ekivalen diperoleh dari persamaan

berikut ini (Chopra,1995).

1 ��
� = 4� ��
(3.25)

Dimana E D adalah energi dissipasi per cycle (luas kurva hysteresis loop) diberikan sebagai

E D =4Q(D-D y ) (3.26)

Dan Es adalah energi regangan dirumuskan sebagai berikut

1
�� = 2 ���� �2 (3.27)

Maka besarnya reduksi adalah

10
� = �5+� (3.28)

Universitas Sumatera Utara


3.2.5 PEMASANGAN DAMPER KARET PADA STRUKTUR

Damper karet merupakan sebuah alat peredam gempa. Alat ini mampu mendissipasi

energy gempa yang masuk kedalam struktur sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Alat

ini sangat ekonomis pemasangannya karena jika terjadi gempa kuat, maka alat ini akan lebih

dulu berdeformasi dengan mempertahankan kondisi struktur tetap dalam kondisi elastic.

Artinya jika masih terjadi gempa yang kuat maka alat ini yang akan mengalami kerusakan,s

edangkan struktur aslinya masih tetap dapat berdiri dan dapat dipergunakan.

Dalam Tugas Akhir ini, saya menggunakan damper jenis lead rubber bearing (LRB)

yang berbentuk persegi empat. Biasanya LRB ini digunakan sebagai base isolator yang

berfungsi mendissipasi energy gempa, biasanya diletak diantara kolom dan pondasi. Pada

kasus ini saya akan menggunakan LRB dibawah balok dengan menggunakan brasing sebagai

pengaku damper tersebut. LRB ini adalah peredam gempa yang tersusun atas komponen-

komponen seperti lapisan-lapisan karet dan lapisan-lapisan baja. LRB ini memiliki timah di

inti tengahnya, kemudian di atas dan di bawah damper karet ini akan dilindungi dengan pelat

baja dimana pelat atas akan menghubungkan damper kebalok sedangkan pelat atas akan

menghubungkan damper dengan brasing.

Seperti tampak pada gambar diatas telah diketahui hubungan antara tinggi struktur

dengan tinggi damper dan sudut perpindahan antara struktur dengan sudut perpindahan

damper. Pada gambar diketahui φ d adalah sudut perpindahan damper, sedangkan φ f adalah

sdut perpindahan struktur. Dan H adalah tinggi dari struktur sedangkan h adalah ketinggian

dari damper.

Universitas Sumatera Utara


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tsai 1993 menemukan hubungan antara H

dan h. Pada penelitiannya dikatakan bahwa standar ukuran antara H dan h yang baik adalah

memiliki hubungan H/h = 10. Sedangkan sudut perpindahan dari frame φ f = ± 0.02 radian.

Jadi, jika struktur memiliki tinggi H = 4 m maka tinggi damper ideal h = 40 cm dan

perpindahan struktur u = 8 cm. Pada penelitiannya juga dijelaskan bahwa nilai SR yang baik

itu adalah sekitar 2.

��
�� = �� (3.29)

Dimana SR adalah stiffness ratio atau rasio kekakuan, kf adalah kekakuan frame atau

kekakuan kolom dan ka adalah gabungan brasing dengan damper yang dirumuskan dengan:

�� .��
�� = �� +��
(3.30)

Dimana kb adalah kekakuan brasing dan kd adalah kekakuan damper.

Gambar 3.3 penampang damper karet

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.4 Penampang LRB ketika diberi beban

3.3 PEMODELAN STRUKTUR DENGAN MENGGUNAKAN DAMPER KARET

3.3.1 PEMODELAN STRUKTUR SDOF DENGAN MENGGUNAKAN DAMPER

KARET

Kf=kekauan kolom struktur

Kb=kekakuan bracing

Kd=kekakuan damper karet

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.5 struktur SDOF dengan damper karet

Gambar 3.6 model matematik dengan kf,kd,dan kb

Dari gambar dapat diketahui bahwa kb dan kd adalah pegas yang disusun secara

seri.Dengan memisalkan ka adalah total gabungan dari kb dan kd, maka ka dapat dihitung

dengan persamaan:

1 1 1
��
=
��
+
��
(3.31)

1 �� +��
��
=
�� .��
(3.32)

�� .��
�� = (3.33)
�� +��

Dari persamaan diatas maka dapat diperoleh model matematik yang baru, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.7 model matematik dengan kf dan ka

Dari gambar di atas diketahui bahwa kf dan ka adalah pegas yang disusun secara

paralel. Dengan memisalkan K T adalah total gabungan dari kf dan ka, maka ka dapat dihitung

dengan persamaan:

K T =Kf + Ka (3.34)

Dari persamaan diatas maka dapat digambarkan model matematik seperti gambar

berikut ini:

Gambar 3.8 model matematik dengan K T

Dari gambar model matematik diatas dapat digambarkan gambar freebody diagram sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.9 Free Body Diagram

Berdasarkan prinsip keseimbangan gambar diatas dapat dituliskan dengan persamaan:

F I +F D +F S =P(t) (3.35)

Dimana:

F I = m. ӳ

F D = c.ý

F S = k. y

Maka persamaan dapat ditulis menjadi:

m. ӳ + c.ý + k. y = P (t)

atau

m. ӳ + c.ý + k. y = -m ӳ g (3.36)

Universitas Sumatera Utara


3.3.2 PEMODELAN STRUKTUR MDOF DENGAN MENGGUNAKAN DAMPER

KARET

Pemodelan struktur MDOF dengan menggunakan damper karet dapat

dicontohkan dengan struktur dengan 3 lantai.:

Kf=kekauan kolom struktur

Kb=kekakuan brasing

Kd=kekauan pelat damper

Gambar 3.10 Strktur 3-DOF dengan damper karet

Gambar 3.11 Model matematik 3-DOF dengan kf,kd,dan kb

Universitas Sumatera Utara


Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa k b1 dan k d1 adalah pegas yang disusun

secara seri. Dengan memisalkan ka1 adalah total gabungan dari k b1 dan k d1 , maka k a1 dapat

dihitung dengan persamaan:

1 1 1
�� 1
=
�� 1
+
�� 1
(3.37)

1 �� 1+�� 1
�� 1
=
�� 1.�� 1
(3.38)

�� 1.�� 1
��1 = (3.39)
�� 1+�� 1

Dengan perhitungan seperti diatas maka dapat diperoleh persamaan untuk DOF yang lain.

�� 2.�� 2
��2 = (3.40)
�� 2+�� 3

�� 3.�� 3
��3 = (3.41)
�� 3+�� 3

Dari persamaan diatas dapat digambar model matematik yang baru dengan

koefisien ka sebgai penjumlahan kb dan kd.seperti gambar berikut.

Gambar 3.12 model matematik 3-DOF dengan kf dan ka

Universitas Sumatera Utara


Dari gambar diatas diketahui bahwa kf1 dan ka1 adalah pegas yang disusun

secara paralel. Dengan memisalkan kT1 adalah total gabungan dari kf1 dan ka1, maka ka1

dapat dihitung dengan persamaan:

kT1 = kf1 + ka1 (3.42)

dari perhitungan diatas maka dapat diperoleh:

kT2 = kf2 +ka2 (3.43)

KT3 = kf3 +ka3 (3.44)

Dari persamaan di atas maka dapat digambarkan model matematik seperti berikut ini:

Gambar 3.13 model matematik 3-DOF dengan KT

Universitas Sumatera Utara


Dari gambar model matematik di atas dapat digambarkan gambar Freebody diagram

sebagai berikut:

Gambar 3.14 Free body diagram 3-DOF

Dengan:

m 1 ӳ 1 + k 1 y 1 + c 1 ý 1 – k 2 (y 2 -y 1 ) – F 1 (t) = 0 (3.45)

m 2 ӳ 2 + k 2 (y 2 -y 1 ) + c 2 (ý 2 - ý 1 ) – k 3 (y 3 -y 2 ) – c 3 (ý 3 - ý 2 )-F 2 (t) = 0 (3.46)

m 3 ӳ 3 + k 3 (y 3 -y 2 ) + c 3 (ý 3 - ý 2 ) – F 1 (t) = 0 (3.47)

Selanjutnya deengan menyusun persamaan-persamaan diatas menurut parameter

yang sama (percepatan, kecepatan dan simpangan ) selanjutnya akan diperoleh,

m 1 ӳ 1 + (c 1 + c 2 ) ý 1 - c 2 ý 2 +( k 1 + k 2 ) y 1 - k 2 y 2 =F 1 (t) (3.48)

m 2 ӳ 2 - c 2 ý 1 +( c 2 + c 3 ) ý 2 - c 3 ý 3 - k 2 y 1 +( k 2 + k 3 ) y 2 - k 3 y 3 =F 2 (t) (3.49)

Universitas Sumatera Utara


m 3 ӳ 3 - c 3 ý 2 +c 3 ý 3 - k 3 y 2 + k 3 y 3 =F 3 (t) (3.50)

Persamaan-persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut,

m1 0 0 ӳ1 c1 + c2 −�2 0 ý1
� 0 m2 ӳ2
0 � � � + � −�2 c2 + c3 −�3� �ý2� +
0 0 �3 ӳ3 0 −�3 �3 ý3

kT1 + kT2 −��2 0 y1 �1(�)


� −��2 kT2 + kT3 −��3� � � = �
y2 �2(�) � (3.51)
0 −��3 ��3 y3 �3(�)

Dari persamaan di atas dapat dituliskan matriks massa, matriks kekakuan dan

matriks redaman untuk struktur MDOF dengan redaman menggunakan damper karet.

3.4 KONSEP STRUKTURAL FUSE

Konsep perencanaan struktur tahan gempa konvensional memakai filosofi

bahwa :

1. Bila terjadi gempa kecil struktur masih elastis

2. Bila terjadi gempa sedang, struktur masih elastis, tapi terjadi

kerusakan non-struktural.

3. Bila terjadi gempa besar, akan terjadi deformasi plastis struktur tetapi tidak

terjadi keruntuhan.

Untuk menjamin tidak terjadi keruntuhan sewaktu gempa besar, maka struktur harus

cukup daktail, hal ini dapat dilakukan dengan pembentukan sendi plastis yang cukup daktail

pada lokasi-lokasi tertentu, lokasi pembentukan sendi-sendi plastis biasanya dipilih pada

Universitas Sumatera Utara


tumpuan balok, bila pembentukan sendi plastis terjadi di kolom maka akan terjadi soft-story

dengan daktilitas struktur yang kecil, perencanaan yang demikian dikenal dengan

perencanaan kolom kuat dan balok lemah. Pembentukan sendi plastis pada struktur akan

menimbulkan kerusakan-kerusakan, bila kerusakan masih dalam batas tertentu masih dapat

diperbaiki, tapi teknik perbaikan biasanya cukup sulit, memerlukan waktu dan biaya yang

cukup besar.

Dengan memilih pembentukan sendi plastis pada bagian struktur yang mudah

diganti atau memakai struktur tambahan yang direncanakan untuk terjadi kerusakan bila

terjadi gempa besar, maka pada struktur utama tidak akan terjadi kerusakan. Konsep

perencanaan yang demikian disebut dengan konsep structural fuse.

Untuk struktur yang dipasang damper karet, damper direncanakan sebagi fuse dari

struktur, bila terjadi gempa besar damper akan rusak dengan deformasi plastis yang besar,

struktur utama tetap elastis, walaupun keadaan struktur pasca gempa besar akan terjadi off-

center atau sideway yang tetap karena deformasi plastis di damper, dengan melepaskan

damper yang rusak sewaktu penggantian damper baru, bangunan akan centering kembali ke

keadaan awal.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.15 Kurva push over

Garis I (frame)

Pada gambar tampak bahwa struktur (frame) tanpa LRB dengan kekakuan sebesar K f

diberikan beban/gaya sebesar f s maka frame akan mengalami deformasi sebesar u f .

Hubungan dari gaya,kekauan dan deformasi dapat dituliskan dalam persamaan berikut ini:

F s = k f .u f (3.52)

Garis II (device)

Pada gambar tampak bahwa gabungan LRB dengan brasing dengan kekauan K a diberikan

beban/gaya sebesar f a akan mengalami deformasi sebesar U a . Hubungan dari gaya, kekakuan

dan deformasi dapat dituliskan dalam persamaan berikut ini:

F a =K a .U a (3.53)

Universitas Sumatera Utara


Garis III(gabungan struktur dan device)

Pada gambar tampak bahwa gabungan antara damper, brasing dan frame dengan kekakuan

K T diberikan beban/gaya sebesar F y , maka damper dan frame akan mengalami deformasi

yang sama besarnya U a .

Hubungan dari gaya, kekakuan dan deformasi dapat dituliskan dalam persamaan berikut ini:

F y = K T .U a (3.54)

Jika gaya tersebut bertambah maka LRB akan bersifat dari elastis menjadi inelastis, akibat

dari perubahan ini menyebabkan perlawanan damper juga akan semakin mengecil. Dan jika

gaya bertambah terus maka damper akan tidak lagi melakukan perlawanan tetapi gaya

sepenuhnya akan ditanggung oleh frame hingga pada saat frame menerima gaya maksimum

(fp) dan akan berdeformasi sebesar U f . Dan pada saat gaya melebihi gaya maksimum maka

frame juga akan berubah sifaat dari elastic menjadi inelastic.

Pada saat damper tidak melakukan perlawanaan lagi, gaya yang diterima oleh struktur

sepenuhnya akan dipikul oleh frame dengan kekakuan sebesar K f .

Jika kekakuan frame dan kekakuan total dibandingkan dapat dituliskan dengan hubungan:

K f =K T .� (3.55)

��
�=
��

��
�=
�� + ��

Universitas Sumatera Utara


��
�=

(1 + � )��
��

��
�= (3.56)

(1 + � )
��

Dimana � = rasio kekakuan setelah mengalami leleh (the post yielding stiffness ratio)

Jika dibuat hubungan gaya saat damper berubah dari elastic-inelastic (f y ) maka dapat

dituliskan persamaan dengan :

��
�= (3.57)
��

Dimana F p =m.Ӳg max

Maka dituliskan :

��
� = � .Ӳ� (3.58)
���

Dimana η= the strength ratio.

Universitas Sumatera Utara


3.5. PENELITIAN DAN APLIKASI LEAD RUBBER DAMPER PADA BANGUNAN

3.5.1 PENDAHULUAN

Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak perhatian yang telah

dicamkan/digubris terhadap penelitian dan pengembangan teknologi dissipasi energi terhadap

efek getaran, konstruksi sederhana, biaya perawatan dan pembuatan yang rendah serta

kenyamanan. Berbeda dengan sistem pengontrol aktif dan semi-aktif yang tidak

membutuhkan catu daya eksternal untuk teknologi pendissipasi energi. Dalam beberapa

dekade terakhir ini, banyak jenis-jenis peredam yang telah dikembangkan seperti steel

triangular plate energy dissipator, friction damper, Tapered steel energy dissipator, visco-

elastic damper and viscous damper,lead shear damper dan lain sebagainya. Beberapa telah

digunakan untuk memperbaiki bangunan yang sudah ada ataupun yang baru dibangun,dan

pengaruh serta keuntungan ekonomi dari damper-damper tersebut telah dipelajari oleh Pall

A.S dan Marsh C, dan lain sebagainya(Pall A.S dan Marsh C, 1981, Soong T.T danDargush

G.F,1997, Cherry S dan Filiatrault. A,1993, Skinner R.I, Kelly J.M and Heine A.J, 1975 ,

Tsai K.C, et al, 1993, Tyler R.G,1978 ,Robinson W.H and Greenband L.R,1976,Li H.N dan

Li G,2006,dan lain-lain).

Tujuan utama dari penambahan perangkat dissipasi energi terhadap bangunan

adalah melesapkan energi selama terjadi gempa dan secara substansial mengurangi respon

seismik dari beban-tahan gravitasi dari struktur tersebut. Namun yang terutama seperti yang

disebutkan di atas adalah peredam hanya mengadopsi satu mekanisme pendissipasi energi,

membatasi gaya yang dilesapkan, dan kemampuan meredam energi. Untuk meningkatkan

efektifitas damper, gagasan untuk meningkatkan deformasi dan gaya dalam perangkat

pengontrol pasif digunakan, seperti penggunaan brasing dalam meredam energi bolak balik,

dan peredam komposit. Tetapi konstruksi peredam energi bolak-balik seperti disebutkan

Universitas Sumatera Utara


sebelumnya sangatlah rumit. Untuk itu penggunaan peredam energi bolak-balik dengan

menggunakan bracing dibatasi. Untuk itu diperkenalkan sebuah alat pendissipasi energi yang

baru yang terdiri atas inti timah ditengahnya. Percobaan-percobaan telah banyak dilakukan

dan dipelajari tentang kegunaan dari lead rubber damper tersebut. Hasil-hasil percobaan

tersebut menunjukkan kemampuan dalam melesapkan energi yang sangat bagus dan kinerja

ketahanan leleh serta memberikan keuntungan yang lain dalam menggunakan pengontrol

pasif.

3.5.2 PRINSIP KERJA, KONFIGURASI SERTA KARAKTERISTIK LEAD RUBBER

DAMPER(DAMPER KARET)

Seperti diilustrasikan gambar dibawah ini bahwa lead rubber damper terdiri atas

bahan timah ditengahnya, lapisan-lapisan karet, lapisan-lapisan baja, pelat baja penghubung,

pelat baja geser (ekstrusion head), pelat baja penahan (lapisan penutup). Sebagai tambahan

inti timah akan dihubungkan bersama-sama dengan vulkanisasi pada suhu tinggi dan

tekanan tinggi, dan beberapa lubang yang dibuat dipermukaan agar menjaga damper dalam

suhu yang sama pada saat vulkanisasi.

Detail susunan lead rubber damper

Universitas Sumatera Utara


Tampang bulat lead rubber damper

Tampak samping lead rubber damper

tampang persegi lead rubber damper

Gambar 3.16 lead rubber damper

Dibandingkan dengan perangkat disipasi energi lain (damper), peredam ini

memiliki beberapa karakteristik khusus, ditampilkan sebagai berikut:

(1) Memiliki dua macam mekanisme disipasi energi, timah serta hysteresis karet bersama-

sama bekerja dalam melesapkan energi. Jadi lead rubber damper sangatlah efisien.

(2) Menyederhanakan proses pembuatan dan proses instalasi dengan biaya yang murah.

(3) Peredam tersebut dapat meredam energi dalam dua arah, dan kinerja peredam ini tidak

akan terpengaruh oleh deformasi vertikal komponen-komponen struktur.

(4) Hal ini dapat secara luas digunakan untuk mengontrol respon getaran bangunan bertingkat

tinggi, jembatan dll dengan beban gempa dan gerakan angin.

Universitas Sumatera Utara


(5) Kinerja damper bisa diatur dengan hanya menyesuaikan diameter inti timah sesuai

kebutuhan, sehingga mudah dalam pengerjaan.

3.5.3. APLIKASI PADA BANGUNAN

Dengan pesatnya perkembangan teknologi energi disipasi, semakin banyak proyek-

proyek utilitas yang digunakan untuk meningkatkan perilaku bangunan terhadap gaya gempa.

Lead rubber damper digunakan pada bangunan chaoshan-xinhe dan dongshang-jinxuan.

Skema desain asli dari bangunan chaosan-xinhe adalah 22 lantai diatas permukaan tanah dan

satu lantai untuk basement, dan total luas lantai adalah sekitar 27976,8 m2, dan bentuk lantai

direncanakan berbentuk elips. Namun pemilik ingin meningkatkan kinerja tiga lantai pada

prosedur konstruksi, jadi total keseluruhanya menggunakan 28 buah lead rubber damper yang

dipasangkan pada bangunan untuk meningkatkan kemampuan bangunan dalam menahan

gaya gempa yang terjadi.

Bangunan dongshan-jinxuan berlokasi di jalan guangzhou di nonglin-xia, luas

bangunan adalah 7956m2, dan 28 lantai diatas permukaan tanah dan 3 lantai di basement.

Kesuluruhan proyek terdiri atas dua bangunan tower residen, dimana pada lantai 8 sampai

lantai 28 dan sebuah bangunan podium komersil. untuk itu bangunan tersebut membutuhkan

bentuk struktural yang diadopsi berbeda dalm proyek ini, kekakuan setiap tingkatan, geser

dan gaya yang disalurkan mengganti secara signifikan ketiap tingkat bangunan karena

peralihan lantai berada pada lokasi yang lebih tinggi yaitu dilantai 7. Maka total 24 buah lead

rubber damper yang dipasang pada bangunan ini.

Universitas Sumatera Utara


Chaoshan-Xinhe Building

Dongshan-Jinxuan Building

Gambar 3.17 aplikasi bangunan

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

APLIKASI DAN ANALISIS

4.1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini sebuah contoh perhitungan pada struktur 4 lantai dimana struktur

yang dianalisa adalah struktur biasa dan struktur menggunakan suatu sistem peredam energi

(damper) akibat gaya gempa. Adapun sistem peredam energi yang digunakan adalah lead

rubber damper bentuk persegi. Analisa dilakukan secara 2 dimensi, dalam pengerjaan analisa

struktur dibantu dengan menggunakan SAP 2000 v11. Adapun data-data yang akan

dipergunakan dalam analisa ini akan ditentukan sebagai berikut:

Pada tugas akhir ini, material baja yang digunakan untuk pemodelan struktur

adalah material baja sebagai berikut: Pada perencanaan struktur digunakan baja yaitu BJ 37

(SNI 03-1729-2002, material ) dengan:

E=2000000 kg/cm2

Tegangan putus (fu)=360 Mpa=3600 kg/cm2

Tegangan leleh (fy)=240 Mpa=2400 kg/cm2

Suatu bangunan berlantai 4 dengan ketentuan sbb:

Panjang bentang arah memanjang L=8 m

Tinggi kolom H=4 m

Untuk ukuran balok dan kolom ditentukan dimensi adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Profil kolom yang digunakan adalah:

Untuk kolom lantai 1-2 adalah WF 400x400x21x21 (KOLOM-1)

Untuk kolom lantai 3-4 adalah WF 350x350x13x13 (KOLOM-2)

Profil balok yang digunakan adalah:

Untuk balok lantai 1-2 adalah WF 500x300x11x18(Balok -1)

Untuk balok lantai 3- 4 adalah WF 350x250x9x14 (BALOK-2)

Profil bracing yang digunakan adalah WF 125x125x6.5x9

Profil bracing (dengan damper) yang digunakan adalah WF 250x125x5x8

4.2 PENGERJAAN MODEL STRUKTUR

4.2.1 Pemodelan Struktur

Gambar 4.1 Struktur tanpa menggunakan damper karet

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2 Struktur Menggunakan damper karet

Pada masing-masing model akan dikerjakan dengan kombinasi pembebanan yang

sama untuk dibandingkan kekuatan terhadap simpangan, momen, dan gaya-gaya yang

bekerja.

Model struktur baik struktur biasa dan struktur yang menggunakan lead rubber

damper terdiri dari 4 lantai dan 2 bentang. Tinggi untuk masing-masing lantai adalah 4 m dan

masing-masing bentang memiliki panjang 8 m dengan perletakan yang digunakan adalah

jepit. Pada pemodelan struktur digunakan analisis struktur 2 dimensi yaitu pada bidang x-z

(pada sap2000) sehingga struktur dianggap tidak dapat bergoyang kearah y. Pada model

struktur dengan menggunakan lead rubber damper tersebut menggunakan brace frame atau

struktur pengaku tempat meletakkan damper yang akan digunakan seperti dijelaskan

sebelumnya pada gambar.

4.2.2 Pembebanan pada struktur

Pada kedua model struktur dikerjakan kombinasi pembebanan yang sama. Beban

bekerja pada struktur terdiri dari beban gravitasi (beban mati dan beban hidup) dan beban

gempa. Untuk beban gempa yang bekerja pada struktur digunakan beban respon spektrum.

Universitas Sumatera Utara


4.2.2.1 Beban gravitasi

Beban gravitasi pada struktur terdiri dari beban mati (dead load), beban hidup

(live load), dan super imposed dead loads. Pada pemodelan ini beban mati (berat sendiri)

akan dikalkuasikan secara otomatis oleh program sap2000 v11. Sesuai SKBI-1.3.5.3.1987,

besarnya beban hidup yang direncanakan untuk pelat lantai bangunan adalah 250 kg/m2.

Sedangkan beban hidup untuk atap atau bagian atap yang dapat dicapai orang, harus diambil

minimum sebesar 100 kg/m2 bidang datar. Pada pemodelan ini, pembebanan yang pada

elemen balok dilakukan dengan menggunakan pembebanan perbentang 4 m arah sumbu y

(model 2 dimensi struktur terdapat pada bidang x-z). Dengan demikian, besarnya beban hidup

pada balok adalah sebesar 1000 kg/m untuk lantai 1-2. Sedangkan untuk lantai 3 atau lantai

atap besar beban hidup adalah 400 kg/m.

Super imposes dead loads untuk pelat lantai 1-4 adalah

Penutup lantai (keramik + spesi) 24kg/m2

Lantai 288kg/m2

Dinding bata (1/2 bata) 250kg/m2

Mechanical dan elektrical 25kg/m2

Super improses dead Loads untuk pelat atap adalah:

• Lantai 240kg/m2

• Mechanical dan electrical 25kg/m2

Super improses Dead Loads diatas akan menjadi beban merata yang diterima oleh

pelat. Selanjutnya mekanisme transfer beban akan disalurkan berturut-turut pada balok,

Universitas Sumatera Utara


kemudian kolom dan yang terakhir pada pondasi. Kombinasi pembebanan untuk beban

gravitasi adalah sebagai berikut:

U= 1.4 DL

U= 1.2 DL + 1.6 LL

Dengan :

DL adalah beban mati (dead load)

LL adalah beban hidup (live load).

4.2.2.2 Beban Gempa

Analisis respon dinamik riwayat waktu digunakan sebagai simulasi gempa, yaitu

sesuai dengan SNI 03-1792-2003. Pada struktur ini digunakan gempa El-cento N-S yang

telah direkam pada 15 mei 1940.

Gambar 4.3 Percepatan Gempa El-Cento1940

Universitas Sumatera Utara


Kombinasi untuk pembebanan gempa adalah sebagai berikut:

U= 1.2 DL + 1.0 LL + 1.0 E

U= 0.9 DL + 1.0 E

Dengan :

DL adalah beban mati (dead Load)

LL adalah beban hidup (live Load)

E adalah beban gempa (Earth Quake)

4.3 PROSEDUR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA DENGAN

DAMPER KARET

Prosedur perencanaan bangunan tahan gempa dengan lead rubber damper adalah:

1. Menentukan faktor reduksi gempa R

Faktor reduksi gempa R, menggambarkan sifat kapasitas struktur antara kekuatan lebih dan

daktalitas. Daktalitas adalah kemampuan sistem struktur untuk berdeformasi pada daerah

plastis sampai patah. Perlakuan daktalitas sangat penting untuk menyerap energi gempa pada

saat lelehnya struktur dan displacement yang terjadi saat gempa tidak membahayakan

gedung, artinya masih dibawah displacement izin

2. Nilai faktor reduksi gempa dalam tugas akhir ini diambil R=8.5 karena bangunan

direncanakan bersifat daktail (portal baja daktail). Semakin besar nilai R maka pengaruh

gempanya akan semakin kecil, karena faktor R adalah pembagi terhadap faktor respon

gempa.

Universitas Sumatera Utara


3. Karena struktur ini menggunakan analis non-linier, yaitu analis respons dinamik riwayat

waktu, maka nilai C (kondisi jenis tanah) dan T (waktu) tidak diperlukan, karena analis

respons telah tersedia di program SAP2000 yaitu gempa El-Centro pada 15 mei 1940.

4. Kemudian ditinjau perpindahan horizontal setiap lantai dimana drift dari setiap lantai harus

lebih kecil dari syarat perpindahan yang diizinkan peraturan.

5. Kemudian ditinjau harga momen, lintang dan normal yang terjadi, dan nantinya akan

dibandingkan dengan struktur tanpa menggunakan damper karet.

6. Harga perpindahan pada damper karet harus lebih kecil dari perpindahan yang diizinkan.

7. Perpindahan.

Dalam tugas akhir ini yang dipakai adalah perpindahan mutlak yakni perpindahan oleh massa

struktur terhadap tanah yang tidak bergerak.

4.4 ANALISIS TIME HISTORY (ANALISIS RIWAYAT WAKTU)

Analisis Inelastik Dinamik Riwayat Waktu adalah suatu cara analisis untuk

menentukan riwayat waktu respon dinamik struktur bangunan gedung yang berprilaku non

linier terhadap gerakan tanah akibat gempa rencana sebagai data masukan, dimana respon

dinamik dalam setiap interval waktu dihitung dengan metode integrasi bertahap. Beban

gempa merupakan fungsi dari waktu, sehingga respon yang terjadi pada struktur gedung juga

tergantung dari waktu pembebanan.

Akibat beban gempa rencana maka struktur akan berprilaku inelastik. Untuk

mendapatkan respon struktur tiap waktu dengan memperhitungkan perilau nonlinier, maka

dilakukan analisis riwayat waktu inelastic nonlinier dengan analisis langkah demi langkah

(metode integrasi bertahap). Analisis riwayat waktu inelastik adalah analisi dinamik, yang

Universitas Sumatera Utara


mempertimbangkan kenonlinieran material dari struktur. Mengingat efisiensi analisis,

element non linier digunakan untuk mewakili bagian penting dari struktur, dan sisanya

diasumsikan berperilaku elastis. Elemen nonlinier umumnya diklasifikasikan kedalam jenis

Elemen dan jenis gaya. Jenis elemen langsung dianggap dengan sifat nonlinier dengan

mengubah kekakuan elemen. Tipe yang tidak langsung mempertimbangkan sifat non linier

dengan mengganti nodal dengan beban tanpa mengubah kekakuan elemen. Untuk elemen non

linier jenis gaya, konvergensi diinduksi melalui berulangkali dengan mengubah beban.

Dalam perencanaan bangunan struktur tahan gempa harus diperhitungkan dampak

dari gaya lateral, dalam hal ini gaya yang diakibatkan oleh gempa bumi yang bersifat siklis

(bolak-balik) yang dialami oleh struktur. Adapun dalam perencanaan tersebut, struktur harus

dapat memiliki daktilitas yang memadai. Agar struktur-struktur bangunan dapat berdeformasi

maksimum, maka perlu perancangan sendi pastik yang akan terjadi pada daerah-daerah yang

dapat menunjang tujuan desain bangunan tahan gempa.

Ketika terjadi deformasi tak terbatas pada bagian struktur tanpa diiringi beban yang

bekerja pada struktur tersebut, maka dapat dikatakan struktur dalam keadaan runtuh. Salah

satu hal yang perlu diperhatikan pada saat struktur mengalami runtuh adalah jumlah sendi

yang cukup telah terbentuk mengubah struktur atau bagian dari struktur tersebut menjadi

suatu bentuk mekanisme keruntuhan. Jumlah sendi plastis yang telah terbentuk dapat

dijadikan suatu patokan apakah struktur telah mengalami keruntuhan atau belum. Hal ini

dapat dikaitkan dengan besarnya redundan pada saat struktur statis tak tentu. Setiap

terbentuknya sendi plastis maka akan diikuti dengan berkurangnya jumlah redundan sampai

struktur menjadi statis tak tentu. Jika jumlah sendi plastis melebihi jumlah redundan maka

kondisi ini menyebabkan keruntuhan pada struktur. Pada kenyataannya kondisi seperti ini

jarang terjadi karena ada beberapa hal saat jumlah sendi plastis yang terjadi tidak melebihi

redundan namun dapat menyebabkan keruntuhan struktur. Hal ini dapat terjadi pada portal

Universitas Sumatera Utara


bertingkat dua atau lebih. Keruntuhan struktur dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai

berikut:

1. Keruntuhan lokal adalah keruntuhan yang diakibatkan oleh kegagalan pada saat

elemen struktur yang mengalami sendi plastis. Kegagalan ini terjadi karena kapasitas

penampang dari suatu elemen telah terlampaui. Parameter yang digunakan untuk

mengidentifikasi keruntuhan lokal adalah kelengkungan dan sudut rotasi plastik.

2. Keruntuhan global umumnya diasosiasikan dengan simpangan antar tingkat

(Interstory drift) pada saat deformasi in-elastis yang dibatasi pada nilai tertentu.

Bergantung periode struktur. Keruntuhan ini terjadi jika deformasi lateral suatu

struktur telah melebihi batas maksimum yang telah ditentukan oleh peraturan yang

berlaku. Interstory drift adalah selisih deformasi lateral suatu lantai dengan yang

terletak dibawahnya.

Untuk struktur tahan gempa, displacement (perpindahan) merupakan hal yang

paling mendasar untuk suatu struktur tahan gempa. Pada umumnya kerusakan struktur

diakibatkan oleh besarnya displacement yang terjadi. Oleh karena itu, struktur seharusnya

daktail untuk mengakomodasi besanya displacement yang terjadi. Hal berikutnya yang ikut

menyumbangkan kekuatan untuk menahan beban gempa yang terjadi adalah kekakuan

struktur. Dengan semakin kaku sebuah struktur maka semakin besar gaya yang yang

dihasilkan untuk suatu struktur bangunan tahan gempa terletak pada daktilisasi dan

kekakuannya.

Menurut SNI 03-1726-2002, daktilisasi adalah kemampuan suatu struktur

bangunan gedung untuk mengalami simpangan pasca elastik yang besar secara berulangkali

dan siklik akibat beban gempa diatas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan

Universitas Sumatera Utara


pertama sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup sehingga struktur

bangunan gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi plastik.

Daktalitas merupakan fungsi dari faktor kuat lebih (over strength, f atau Ω ) dan

kapasitas komponen struktur secara keseluruhan dalam kondisi daktail. Adapun definisi

faktor kuat lebih yang timbul akibat urutan pelelehan yang terjadi pada elemen struktur

secara random, kuat lebih material, strain hardening, faktor reduksi kapasitas, dan pemilihan

member.

Dalam dunia engineering, daktilitas (disimbolkan dengan variabel µ)

didefinisikan sebagai rasio simpangan maksimum struktur bangunan gedung pada saat

mencapai kondisi plastik terhadap simpangan struktur bangunan gedung pada saat terjadinya

pelelehan pertama.

Kekakuan struktur merupakan gaya yang diperlukan oleh suatu struktur bila

mengalami deformasi. Adapun penilaian kekauan ini berdasarkan bahan-bahan material yang

digunakan, dimensi elemen struktur, penulangan, modulus elastisitas, momen inersia, momen

inersia polar, dan modulus elastisitas geser.

Untuk mengetahui respon struktur pada kondisi inelastik (plastis) diperlukan

suatu metode analisis nonlinier karena struktur telah mengalami pelelehan di beberapa

tempat. Metode yang paling baik dan representatif dalam menggambarkan perilaku inelastis

struktur adalah metode analisis riwayat waktu nonlinier atau yang lebih dikenal dengan

Nonlinear Time History Analysis.

Metode analisis riwayat waktu nonlinear karena cara ini dapat memberikan

gambaran perilau inelastik ( gaya geser dasar, simpangan atap, dan rasio simpangan) dari

Universitas Sumatera Utara


model struktur yang diusulkan sedang metode beban dorong statik nonlinier digunakan untuk

menghitung daktilitas struktur.

Analisis inelastic non linier time history menggambarkan perubahan struktur

dari elastis menjadi plastis. Analisis ini sangat penting dalam mendesain sebuah struktur

karena dengan gambaran ini dapat dilihat proses keruntuhan dari sebuah bangunan. Biasanya

proses analisis ini dilakukan dengan bantuan phusover analisis, dimana pada analisis ini akan

terlihat perubahan sifat dari material yang digunakan. Penggunaan analisis ini adalah karena

dengan menggunakan analisis nonlinier time history membutuhkan waktu yang sangat lama.

Hasil analisis pembebanan static dapat digambarkan dalam kurva kapasitas.

Kurva kapasitas yang didapatkan dari analisis pushover menggambarkan

kekuatan struktur yang besarnya sangat tergantung dari kemampuan momen deformasi dari

masing-masing komponen struktur. Cara termudah untuk membuat kurva ini adalah dengan

mendorong struktur secara bertahap (pushover) dan mencatat hubungan antar gaya geser

dasar (base share) dan perpindahan atap akibat beban lateral yang dikerjakan pada struktur

dengan pola pembebanan tertentu.

Beban gempa yang digunakan adalah rekaman percepatan tanah untuk gempa

tertentu, dalam studi kasus ini diambil rekaman gempa El Centro 1940.

Beban gempa adalah fungsi waktu, sehingga respon pada struktur juga

tergantung dari waktu pembebanan. Akibat gempa rencana struktur akan berprilaku inelastik.

Untuk mendapatkan respon strukur tiap waktu dengan memperhitungkan perilaku nonlinier,

maka dilakukan analisis riwayat waktu inelastik nonlinier dengan analisis langkah demi

langkah (metode analisis bertahap) memakai SAP2000-2D. Beban gempa yang digunakan

adalah El Centro 1940. Analisis memakai gempa El Centro yang diskalakan intensitasnya

terhadap amplitudo mas. Percepatan tanah (Ao) pada kurva respons spektrum SNI 1762-

Universitas Sumatera Utara


2002. Perhitungan skala intensitas untuk gempa El-Centro percepatan puncak tanah asli=

0,3417g.

Beban gempa El-Centro yang dipakai dalam pembebanan pada tugas akhir ini adalah

beban yang diambil dari file rekaman yang telah disediakan pada program SAP2000.

Gempa El-Centro 1940, direkam pada tanggal 15 mei 1940 di California, pada jarak 9

km dari pusat gempa, dengan durasi 13,98 detik. Skala gempa 6,4 Richter. Percepatan tanah

masimum 0,3194g terjadi pada detik ke 2,1.

4.5 PEMODELAN STRUKTUR

Gambar 4.4 struktur dengan menggunakan damper karet dan tanpa damper karet

Universitas Sumatera Utara


Pemodelan struktur direncanakan untuk bangunan perkantoran. Pada bagian

pemodelan ini terdapat 2 macam pemodelan struktur yaitu struktur tanpa damper karet dan

struktur yang menggunakan damper karet dengan elemen yang sama, seperti gambar diatas.

Pada masing-masing model akan dikerjakan dengan kombinasi pembebanan yang

sama untuk dibandingkan kekuatan terhadap simpangan, momen, dan gaya-gaya yang

bekerja.

Model struktur baik struktur biasa dan struktur yang menggunakan damper karet

terdiri dari 4 lantai dan 3 bentang. Tinggi untuk masing lantai adalah 4 m dan masing-masing

bentang memiliki panjang bentang 8 m dengan perletakan yang digunakan adalah jepit. Pada

pemodelan struktur digunakan analisis struktur digunakan analissi struktur 2 dimensi yaitu

pada bidang x-z (pada SAP 2000) sehingga struktur dianggap tidak dapat bergoyang kearah

Y. Pada model struktur dengan menggunakan damper karet tersebut menggunakan brace

frame atau struktur pengaku tempat meletakkan damper yang akan digunakan seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya.

4.6 PROSEDUR ANALISA SAP 2000 VERSI 11

4.6.1 PROSEDUR ANALISA SAP UNTUK STRUKTUR MENGGUNAKAN

DAMPER KARET

1. Pilih model 2D frames kemudian dimasukkan data-data ketinggian bangunan, panjang

bentang arah sumbu X dan sumbu Z, juga jumlah ketinggian dan jumlah ketinggian arah

sumbu X dan sumbu Z dalam satuan kilogram meter. Variabel-variabel tersebut dapat dilihat

pada bagian model struktur.

Universitas Sumatera Utara


2. Material yaitu struktur baja. Kemudian, dipilih menu define dan pada modify/show

material dipilih penampang baja, kemudian dipilih frame section, lalu pilih baja dengan

profil I.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
3. Pilih balok dan kolom, dan area yang sesuai dengan perencanaan kemudian diaplikasikan

ke struktur.

4. Menambah dukungan, pilih joint yang telah dipilih kemudian dipilih

assign>joint>restraints kemudian pilih fixed support (jepit), untuk semua perletakan.

5. Mendefinisikan load case, dapat dilihat dibawah ini: Beban mati (dead load)

selfweightmultiplier diberi variabel 1,0 karena berat sendiri struktur nantinya akan dihitung

secara langsung oleh SAP.

6. Pembebanan struktur, beban-beban pada struktur adalah beban mati (dead), hidup (live),

dan gempa (quake). Dimana beban-beban ini mengenai struktur, baik pada joint, balok dan

area (lantai dan atap). Dimana pada masing-masing lantai dan atap juga pada masing-masing

balok memiliki pembebanan yang bervariasi pada masing-masing jenis beban (mati dan

hidup). Tandai semua balok, joint, ataupun atap dan lantai yang ingin diberi pembebanan,

kemudian dipilih assign dan pilih area loads, atau joint loads, atau juga frame loads yang

tentunya disesuaikan dengan bagian mana yang ingin diberi beban kemudian dipilih jenis

beban seperti uniform (seragam), gravity (gravitasi), point (terpusat), atau distributed (terbagi

rata). Data beban mati (dead), hidup (live), dan masukkan data-data beban seperti data-data

pada pembebanan sewaktu pemodelan.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
7. Untuk beban gempa menggunakan fungsi time history, klik Define>function>timehistory

Universitas Sumatera Utara


8. Mendefinisikan kombinasi, setelah pembebanan dilakukan pada struktur maka langkah

selanjutnya adalah mendefinisikan kombinasi yang digunakan pada beban-beban yang

Universitas Sumatera Utara


bekerja. Kemudian, masukkan data-data beban seperti data-data pada pembebanan sewaktu

pemodelan (kombinasi)

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
9. Mendefinisikan redaman dan damper karet yaitu rubber isolator, pada define pilih

link/support properties, kemudian pada link/support properties data dipilih rubber isolator,

dan diberi nama yang sesuai pada masing-masing damper. Kemudian dimasukkan data-data

yang diperlukan, data-data input tersebut.

Universitas Sumatera Utara


10. Setelah data struktur dan data gempa telah didefinisikan maka langkah selanjutnya adalah

melakukan run analysis, setelah itu maka perhitungan telah selesai, tapi harus diperhatikan

ada tidak adanya error atau warning pada SAP analisis monitor. Jika tidak ada error atau

warning maka pekerjaan analisa SAP 2000 telah selesai dengan benar.

4.6.2 CARA MENCARI KEKAUAN FRAME DAN KEKAKUAN BRACING

Data-data kolom dan balok yang digunakan.

Profil kolom yang digunakan adalah:

Untuk kolom lantai 1-2 adalah WF 400x400x21x21 (KOLOM-1)

Untuk kolom lantai 3-4 adalah WF 350x350x13x13 (KOLOM-2)

Universitas Sumatera Utara


Profil balok yang digunakan adalah:

Untuk balok lantai 1-2 adalah WF 500x300x11x18(Balok -1)

Untuk balok lantai 3- 4 adalah WF 350x250x9x14 (BALOK-2)

Profil bracing (dengan damper) yang digunakan adalah WF 250x125x5x8

a. mencari kekakuan frame

Kekakuan frame dicari perlantai. Jadi kita mencari kekakuan tiap tingkat sebanyak empat

kali, karena jumlah struktur yang diamati berlantai 4, kolom dianggap jepit.

untuk lantai 1

Gambar 4.5 pemodelan struktur

1. Menghitung momen inersia potongan

Kolom 1=WF 400x400x21x21 ;inersia(I)=70900 cm4

Kolom 2=WF 400x400x21x21 ;inersia(I)=70900 cm4

Kolom 3=WF 400x400x21x21 ;inersia(I)=70900 cm4

Universitas Sumatera Utara


Kolom 4=WF 400x400x21x21 ;inersia(I)=70900 cm4

Balok 1=WF 500x300x11x18 ;inersia(I)=71000 cm4

Balok 2=WF 500x300x11x18 ;inersia(I)=71000 cm4

Balok 3=WF 500x300x11x18 ;inersia(I)=71000 cm4

2. kekakuan kolom jepit-jepit

K 1 =(12.2.106.70900)/(400)3=26587,5 kg/cm

K 2 =(12.2.106.70900)/(400)3=26587,5 kg/cm

K 3 =(12.2.106.70900)/(400)3=26587,5 kg/cm

K 4 =(12.2.106.70900)/(400)3=26587,5 kg/cm

Kekauan total

Kt = K 1 +K 2 +K 3 +K 4

=26587,5+26587,5+26587,5+26587,5

=106350 kg/cm

3. kekakuan dengan cara Muto (1975)

a) Besaran EI/L

EIc1 /h c =(2.106.70900)/(400)=354500000 kgcm

EIc2 /h c =(2.106.70900)/(400)=354500000 kgcm

EIc3 /h c =(2.106.70900)/(400)=354500000 kgcm

EIc4 /h c =(2.106.70900)/(400)=354500000 kgcm

EIb1 /l b =(2.106.71000)/(800)=177500000 kgcm

EIb2 /l b =(2.106.71000)/(800)=177500000 kgcm

EI3 /l b =(2.106.71000)/(800)=177500000 kgcm

Universitas Sumatera Utara


b) Nilai K

diambil nilai konstanta k=177500000 kgcm,maka

k c1 =354500000/177500000=1,99

k c2 =354500000/177500000=1,99

k c3 =354500000/177500000=1,99

k c4 =354500000/177500000=1,99

k b1 =177500000 /177500000=1

k b2 =177500000 /177500000=1

k b3 =177500000 /177500000=1

c) Nilai K’

k 1 ’=1/1,99=0,5

k 2 ’=(1+1)/1,99=1,001

k 3 ’=(1+1)/1,99=1,001

k 4 ’=1/1,99=0,5

d) Nilai koefisien Muto

c m1 =( k 1 ’+0,5)/( k 1 ’+2)=( 0,5+0,5)/( 0,5+2)=0,4

c m2 =(1,001+0,5)/( 1,001+2)=0,5

c m3 =(1,001+0,5)/( 1,001+2)=0,5

c m4 =( k 1 ’+0,5)/( k 1 ’+2)=( 0,5+0,5)/( 0,5+2)=0,4

e) kekakuan kolom

Km =((0,4+0,4)x26587,5)+)(0,5+0,5)x26587,5)

Universitas Sumatera Utara


=47878.99159 kg/cm

Kemudian mencari kekauan lantai 2, 3 dan 4 seperti cara diatas. Maka dari perhitungan

diperoleh kekakuan

Lantai 2 =28388.65545 kg/cm

Lantai 3= 15700.2705 kg/cm

Lantai 4 =9288.809314 kg/cm

Maka total kekakuan strukturnya adalah

Kt =47878.99159+28388.65545+15700.2705+9288.809314

=101256.7269 kg/cm

b. mencari kekakuan bracing

Gambar 4.6 Pemodelan bracing

��
�� = ��� 2 (�)

Dipakai profil bracing WF 250xx125x5x8

32.7�2�106
�� = ��� 2 (45)
570

Kb=57368.42105 kg/cm

Universitas Sumatera Utara


Untuk 1 lantai dipakai 2 bracing maka

Kb1=2x458947,3684 =114736.8421 kg/cm

Maka total kekakuan bracing lantai 1,2,3,4 adalah

Kt=4x 114736.8421 kg/cm=458947.3684 kg/cm

4.6.3 ANALISIS DAMPER KARET

Sebelum kita mengetahui koefisien damper yang akan kita pakai, terlebih dahulu kita

mencari dahulu kekakuan struktur (kf) atau kekauan frame dan mencari kekauan bracing

(kb). Dari situ kita akan memperoleh kekakuan yang akan kita gunakan dalam merencanakan

damper yang akan kita pakai.

Dalam tugas akhir ini didapat dari perhitungan kekakuan struktur sebesar

101256,7269 kg/cm dan diperoleh kekakuan bracing yaitu dengan profil IWF 125x125x65x9

yaitu sebesar 442.293,1135 kg/cm.

Menurut penelitian Tsai 1993 bahwa nilai SR(stiffness ratio) atau rasio kekakuan

yang baik itu adalah sekitar 2. Dalam Tugas Akhir ini menggunakan SR yang nilainya

sebesar 2. Maka dari SR diperoleh perbandingan, yakni

��
�� =
��

Maka :

Ka/kf =2

�����
�� =
�� + ��

Universitas Sumatera Utara


�����
= 2��
�� + ��

2�����
�� =
(�� − 2��)

Maka kekakuan damper Kd adalah

2 � 101256,7269� 458947.3684
�� =
(458947.3684 − 2�101256,7269)

Kd=362444.3235 kg/cm = 362.4443235 KN/mm

Kekakuan damper yang diperoleh diatas belumlah kekakuan damper yang akan di

input ke SAP karena itu adalah kekakuan kedua damper . Nilai kekakuan damper diatas harus

dikalikan dengan nilai rasio kekakuan leleh untuk damper yaitu sebesar 0,02 . Sehingga

kekakuan damper yang dipakai adalah

Kd=7,248886469 KN/mm

Direncakan damper dipasang 1 buah disetiap story atau tingkat, karena dalam Tugas Akhir ini

memodelkan 4 lantai, maka kekauan untuk 1 damper adalah:

7,248886469 ��
�� = = 1,8122 ≈ 1,8122
4 ��

Maka dari data jenis-jenis Lead Rubber Bearing diambil jenis LRB-S 650/102-

120 (diambil dari pabrik).

Data-data Lead Rubber Damper:

Diameter LRB = 650 mm

Universitas Sumatera Utara


G (modulus geser) = 0,4 Mpa

Total thickness(Te) =102 mm

Diameter lead core = 120 mm

Vertical load maxmimum=6440 KN

ξ (damping coeficient) = 30%

Ke = 2,68 KN/mm

Dy= 0,1 Te= 0,1 x 102 =10,2 mm

K2/k1= 0,02 => k1=k2/0,02=>k1=2,68/0,02=134 KN/mm

Untuk 4 damper :

K1=134 x 4 =536 KN/mm= 536x105 Kg/m (kekauan damper)

Fy =K1 x Dy =536 x 10,2

=5467,2 KN=5467200 Kg (yield strength)

4.7 HASIL PERHITUNGAN TANPA DAMPER DAN DENGAN MENGGUNAKAN

DAMPER

4.7.1 HASIL PERHITUNGAN TANPA DAMPER KARET

4.7.1.1 KINERJA BATAS LAYAN (∆S) DAN KINERJA BATAS ULTIMATE (∆M)

TANPA DAMPER KARET

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 Displacement struktur tanpa menggunakan damper karet

Displacement
U 1 (meter) U 3 (meter)
Joint Lantai

1 1 0 0

2 2 0.001176 0.001314

3 3 0.001629 0.002242

4 4 0.002297 0.00324

5 Atap 0.002786 0.00353

6 1 0 0

7 2 0.000988 0.002543

8 3 0.001717 0.0043

9 4 0.002241 0.006047

10 Atap 0.002305 0.006556

11 1 0 0

12 2 0.00087 0.002536

13 3 0.001491 0.004292

14 4 0.00195 0.006037

15 Atap 0.002519 0.006546

16 1 0 0

17 2 0.001057 0.001314

18 3 0.001421 0.002241

19 4 0.002003 0.003238

20 Atap 0.003109 0.003549

Universitas Sumatera Utara


Dalam analisanya struktur harus memenuhi syarat kinerja batas layan dari SNI sebgai berikut:

Simpangan antar tingkat =(0,03* tinggi tingkat / R) atau maksimum 30 mm, bergantung yang

mana yang nilainya terkecil.

Dari data ditentukan nilai R adalah 8,5 dan tinggi tingkat adalah 4000 mm jadi simpangan

antar tingkat = 0,03*4000/8,5=14,1176 mm

Tabel 4.2 :Drift Antar Tingkat maksimum arah x (∆S 1 ) tanpa damper karet

Displacement U1 ΔS ijin
ΔS 1 (meter)
Joint Lantai (meter) (meter)

1 1 0 0 0.0141176

2 2 0.001176 0.001176 0.0141176

3 3 0.001629 0.000453 0.0141176

4 4 0.002297 0.000668 0.0141176

5 Atap 0.002786 0.000489 0.0141176

6 1 0 0 0.0141176

7 2 0.000988 0.000988 0.0141176

8 3 0.001717 0.000729 0.0141176

9 4 0.002241 0.000524 0.0141176

10 Atap 0.002305 6.4E-05 0.0141176

11 1 0 0 0.0141176

12 2 0.00087 0.00087 0.0141176

13 3 0.001491 0.000621 0.0141176

14 4 0.00195 0.000459 0.0141176

Universitas Sumatera Utara


15 Atap 0.002519 0.000569 0.0141176

16 1 0 0 0.0141176

17 2 0.001057 0.001057 0.0141176

18 3 0.001421 0.000364 0.0141176

19 4 0.002003 0.000582 0.0141176

20 Atap 0.003109 0.001106 0.0141176

TABEL 4.3 drift Antar Tingkat maksimum arah z (∆S 3 ) tanpa damper karet

Displacement ΔS 3 ΔS ijin
U 3 (meter)
Joint Lantai (meter) (meter)

1 1 0 0 0.0141176

2 2 0.001314 0.001314 0.0141176

3 3 0.002242 0.000928 0.0141176

4 4 0.00324 0.000998 0.0141176

5 Atap 0.00353 0.00029 0.0141176

6 1 0 0 0.0141176

7 2 0.002543 0.002543 0.0141176

8 3 0.0043 0.001757 0.0141176

9 4 0.006047 0.001747 0.0141176

10 Atap 0.006556 0.000509 0.0141176

11 1 0 0 0.0141176

12 2 0.002536 0.002536 0.0141176

13 3 0.004292 0.001756 0.0141176

14 4 0.006037 0.001745 0.0141176

Universitas Sumatera Utara


15 Atap 0.006546 0.000509 0.0141176

16 1 0 0 0.0141176

17 2 0.001314 0.001314 0.0141176

18 3 0.002241 0.000927 0.0141176

19 4 0.003238 0.000997 0.0141176

20 Atap 0.003549 0.000311 0.0141176

Pada analisa struktur bangunan tanpa damper dengan bantuan program didapat kinerja batas

layan (∆s) maksimum adalah :

Untuk arah x : simpangan maksimum ∆s1= 0.001176 m

Untuk arah z : simpangan maksimum ∆s3= 0.002543 m

Jadi pada struktur tanpa damper ini memenuhi peraturan kinerja batas layan, karena nilai

simpangan antar-tingkat maksimum ∆s < ∆s ijin(0.0141176)

4.7.1.2 KINERJA BATAS ULTIMATE

Kinerja batas ultimate struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan

antar tingkat maksimum struktur bangunan gedung akibat pengaruh gempa rencana, yaitu

untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur bangunan yang dapat

menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya antar-gedung

atau antar bagian struktur bangunan gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela dilatasi).

Menurut SNI 03-1726-2003, pasal 8.2.1 kinerja batas ultimate adalah:

Struktur gedung beraturan :∆m=0.7*R*s

Dimana R =8,5 (daktail penuh)

Universitas Sumatera Utara


Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimate struktur bangunan gedung,

dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur bangunan

gedung tidak boleh melampaui 0.02 x tinggi tingkat gedung yang bersangkutan.

Tabel 4.4 Kinerja Batas Ultimit maksimum arah sumbu x (∆m1) tanpa damper karet

Displacement U1
ΔS 1 (meter) ΔM 1 (meter) ΔM ijin (meter)
Joint Lantai (meter)

1 1 0 0 0 0.08

2 2 0.001176 0.001176 0.0069972 0.08

3 3 0.001629 0.000453 0.00269535 0.08

4 4 0.002297 0.000668 0.0039746 0.08

5 Atap 0.002786 0.000489 0.00290955 0.08

6 1 0 0 0 0.08

7 2 0.000988 0.000988 0.0058786 0.08

8 3 0.001717 0.000729 0.00433755 0.08

9 4 0.002241 0.000524 0.0031178 0.08

10 Atap 0.002305 6.4E-05 0.0003808 0.08

11 1 0 0 0 0.08

12 2 0.00087 0.00087 0.0051765 0.08

13 3 0.001491 0.000621 0.00369495 0.08

14 4 0.00195 0.000459 0.00273105 0.08

15 Atap 0.002519 0.000569 0.00338555 0.08

16 1 0 0 0 0.08

17 2 0.001057 0.001057 0.00628915 0.08

18 3 0.001421 0.000364 0.0021658 0.08

Universitas Sumatera Utara


19 4 0.002003 0.000582 0.0034629 0.08

20 Atap 0.003109 0.001106 0.0065807 0.08

Tabel 4.5 Kinerja Batas Ultimit Maksimum arah z (∆m3) tanpa damper karet

Displacement
U 3 (meter) ΔS 3 (meter) ΔM 3 (meter) ΔM ijin (meter)
Joint Lantai

1 1 0 0 0 0.08

2 2 0.001314 0.001314 0.0078183 0.08

3 3 0.002242 0.000928 0.0055216 0.08

4 4 0.00324 0.000998 0.0059381 0.08

5 Atap 0.00353 0.00029 0.0017255 0.08

6 1 0 0 0 0.08

7 2 0.002543 0.002543 0.01513085 0.08

8 3 0.0043 0.001757 0.01045415 0.08

9 4 0.006047 0.001747 0.01039465 0.08

10 Atap 0.006556 0.000509 0.00302855 0.08

11 1 0 0 0 0.08

12 2 0.002536 0.002536 0.0150892 0.08

13 3 0.004292 0.001756 0.0104482 0.08

14 4 0.006037 0.001745 0.01038275 0.08

15 Atap 0.006546 0.000509 0.00302855 0.08

16 1 0 0 0 0.08

17 2 0.001314 0.001314 0.0078183 0.08

18 3 0.002241 0.000927 0.00551565 0.08

Universitas Sumatera Utara


19 4 0.003238 0.000997 0.00593215 0.08

20 Atap 0.003549 0.000311 0.00185045 0.08

Pada analisa struktur bangunan tanpa damper karet dengan bantuan program dapat kinerja

batas ultimate (∆m) maksimum adalah:

Untuk arah x (∆m1): simpangan maksimum = 0.006997 m

Untuk arah y( ∆m3): simpangan maksimum = 0.015131 m

Jadi pada struktur tanpa menggunakan damper ini memenuhi peraturan kinerja batas ultimate

karena nilai simpangan antar tingkat maksimum ∆m < ∆ m ijin (0.08)

4.7.2 HASIL PERHITUNGAN DENGAN DAMPER KARET

4.7.2.1 KINERJA BATAS LAYAN (∆S) DAN KINERJA BATAS ULTIMIT (∆M)

DENGAN DAMPER KARET

Tabel 4.6 Displacement struktur tanpa menggunakan damper karet

Displacement U1 U3

Joint Lantai M(meter) M(meter)

1 1 0 0

2 2 0,00089 0,00073

3 3 0,00142 0,00125

4 4 0,00216 0,0018

5 atap 0,00275 0,00195

Universitas Sumatera Utara


6 1 0 0

7 2 0,00078 0,00154

8 3 0,00147 0,00262

9 4 0,00212 0,00377

10 atap 0,00243 0,00412

11 1 0 0

12 2 0,00071 0,00154

13 3 0,0015 0,00262

14 4 0,0021 0,00376

15 atap 0,00262 0,00412

16 1 0 0

17 2 0,00081 0,00073

18 3 0,00157 0,00125

19 4 0,00211 0,0018

20 atap 0,00294 0,00197

Dalam analisanya struktur harus memenuhi syarat kinerja batas layan dari SNI sebagai

berikut:

Simpangan antar tingkat =(0,03* tinggi tingkat / R) atau maksimum 30 mm, bergantung yang

mana yang nilainya terkecil.

Dari data ditentukan nilai R adalah 8,5 dan tinggi tingkat adalah 4000 mm jadi simpangan

antar tingkat = 0,03*4000/8,5=14,1176 mm

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7 : Drift Antar Tingkat maksimum arah x (∆S 1 ) dengan damper karet

Displacement U1 ∆s1 ∆s ijin

Joint Lantai M(meter) M(meter) M(meter)

1 1 0 0 0.0141176

2 2 0,000887 0,000887 0.0141176

3 3 0,001423 0,000536 0.0141176

4 4 0,002156 0,000733 0.0141176

5 atap 0,00275 0,000594 0.0141176

6 1 0 0 0.0141176

7 2 0,000784 0,000784 0.0141176

8 3 0,001467 0,000683 0.0141176

9 4 0,002119 0,000652 0.0141176

10 atap 0,002426 0,000307 0.0141176

11 1 0 0 0.0141176

12 2 0,000706 0,000706 0.0141176

13 3 0,001501 0,000795 0.0141176

14 4 0,002103 0,000602 0.0141176

15 atap 0,002617 0,000514 0.0141176

16 1 0 0 0.0141176

17 2 0,000808 0,000808 0.0141176

18 3 0,001565 0,000757 0.0141176

19 4 0,002106 0,000541 0.0141176

20 atap 0,002941 0,000835 0.0141176

Universitas Sumatera Utara


TABEL 4.8 drift Antar Tingkat maksimum arah z (∆S 3 ) dengan damper karet

Displacement U3 ∆s3 ∆s ijin

Joint Lantai M(meter) M(meter) M(meter)

1 1 0 0 0.0141176

2 2 0,00073 0,000734 0.0141176

3 3 0,00125 0,000516 0.0141176

4 4 0,0018 0,000551 0.0141176

5 atap 0,00195 0,000152 0.0141176

6 1 0 0 0.0141176

7 2 0,00154 0,001543 0.0141176

8 3 0,00262 0,001079 0.0141176

9 4 0,00377 0,001144 0.0141176

10 atap 0,00412 0,000355 0.0141176

11 1 0 0 0.0141176

12 2 0,00154 0,001539 0.0141176

13 3 0,00262 0,001078 0.0141176

14 4 0,00376 0,001143 0.0141176

15 atap 0,00412 0,000355 0.0141176

16 1 0 0 0.0141176

17 2 0,00073 0,000733 0.0141176

18 3 0,00125 0,000516 0.0141176

Universitas Sumatera Utara


19 4 0,0018 0,000552 0.0141176

20 atap 0,00197 0,000172 0.0141176

Pada analisa struktur bangunan dengan damper dengan bantuan program didapat kinerja batas

layan (∆s) maksimum adalah :

Untuk arah x : simpangan maksimum ∆s1= 0,000887 m

Untuk arah z : simpangan maksimum ∆s3= 0,001543 m

Jadi pada struktur dengan damper ini memenuhi peraturan kinerja batas layan, karena nilai

simpangan antar-tingkat maksimum ∆s < ∆s ijin(0.0141176)

4.7.2.2 KINERJA BATAS ULTIMATE

Kinerja batas ultimate struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan antar

tingkat maksimum struktur bangunan gedung akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk

membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur bangunan yang dapat menimbulkan

korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya antar-gedung atau antar bagian

struktur bangunan gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela dilatasi).

Menurut SNI 03-1726-2003 , pasal 8.2.1 kinerja batas ultimate adalah:

Struktur gedung beraturan :∆m=0.7*R*s

Dimana R =8,5 (daktail penuh)

Universitas Sumatera Utara


Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur bangunan gedung, dalam segala

hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur bangunan gedung tidak

boleh melampaui 0.02 x tinggi tingkat gedung yang bersangkutan.

Tabel 4.9 Kinerja Batas Ultimit maksimum arah sumbu x (∆m1) dengan damper karet

Displacement U1 ∆s1 ∆m1 ∆m ijin

Joint Lantai M(meter) M(meter) M(meter) M(meter)

1 1 0 0 0 0,08

2 2 0,000887 0,000887 0,00527765 0,08

3 3 0,001423 0,000536 0,0031892 0,08

4 4 0,002156 0,000733 0,00436135 0,08

5 atap 0,00275 0,000594 0,0035343 0,08

6 1 0 0 0 0,08

7 2 0,000784 0,000784 0,0046648 0,08

8 3 0,001467 0,000683 0,00406385 0,08

9 4 0,002119 0,000652 0,0038794 0,08

10 atap 0,002426 0,000307 0,00182665 0,08

11 1 0 0 0 0,08

12 2 0,000706 0,000706 0,0042007 0,08

13 3 0,001501 0,000795 0,00473025 0,08

14 4 0,002103 0,000602 0,0035819 0,08

Universitas Sumatera Utara


15 atap 0,002617 0,000514 0,0030583 0,08

16 1 0 0 0 0,08

17 2 0,000808 0,000808 0,0048076 0,08

18 3 0,001565 0,000757 0,00450415 0,08

19 4 0,002106 0,000541 0,00321895 0,08

20 atap 0,002941 0,000835 0,00496825 0,08

Tabel 4.10 Kinerja Batas Ultimit Maksimum arah z (∆m3) dengan damper karet

Displacement U3 ∆s3 ∆m3 ∆m ijin

Joint Lantai M(meter) M(meter) M(meter) M(meter)

1 1 0 0 0 0,08

2 2 0,00073 0,000734 0,0043673 0,08

3 3 0,00125 0,000516 0,0030702 0,08

4 4 0,0018 0,000551 0,00327845 0,08

5 atap 0,00195 0,000152 0,0009044 0,08

6 1 0 0 0 0,08

7 2 0,00154 0,001543 0,00918085 0,08

8 3 0,00262 0,001079 0,00642005 0,08

9 4 0,00377 0,001144 0,0068068 0,08

10 atap 0,00412 0,000355 0,00211225 0,08

11 1 0 0 0 0,08

12 2 0,00154 0,001539 0,00915705 0,08

13 3 0,00262 0,001078 0,0064141 0,08

14 4 0,00376 0,001143 0,00680085 0,08

Universitas Sumatera Utara


15 atap 0,00412 0,000355 0,00211225 0,08

16 1 0 0 0 0,08

17 2 0,00073 0,000733 0,00436135 0,08

18 3 0,00125 0,000516 0,0030702 0,08

19 4 0,0018 0,000552 0,0032844 0,08

20 atap 0,00197 0,000172 0,0010234 0,08

Pada analisa struktur bangunan dengan damper karet dengan bantuan program didapat kinerja

batas ultimit (∆m) maksimum adalah:

Untuk arah x(∆m1) : simpangan maksimum = 0,005278 m

Untuk arah y (∆m3): simpangan maksimum = 0,009181 m

Jadi pada struktur dengan menggunkan damper ini memenuhi peraturan kinerja batas ultimit

karena nilai simpangan antar tingkat maksimum ∆m < ∆ m ijin (0.08)

4.8 Output Momen, Gaya lintang dan gaya Normal tanpa Menggunakan Damper

4.8.1.1 Output Momen tanpa menggunakan damper

a. Pada kolom

Tabel 4.11 Momen Kolom pada struktur tanpa damper karet

Lantai Frame Momen Negatif (Kg-m) Momen Positif (Kg-m)

1 1 -14094.09 25150.36

2 2 -32275.34 34300.49

Universitas Sumatera Utara


3 3 -21921.13 28590.82

4 4 -28652.4 24981.38

1 5 -12763.81 6611.49

2 6 -17971.67 18541.98

3 7 -16040.18 11395.16

4 8 -14152.8 17315.74

1 9 -7023.48 13019.6

2 10 -18667.86 18159.82

3 11 -11429.66 16086.94

4 12 -17315.66 14169.35

1 13 -24967.94 13713.95

2 14 -34177.91 32233.5

3 15 -28555.67 21905.88

4 16 -24968.68 28658.9

dari data tabel diperoleh momen maksimum pada kolom tanpa menggunakan damper karet :

Momen Negatif maksimum (M- max)= -34177.91 kgm

Momen Positif maksimum (M+ max) = 34300.49 kg m

b. Pada Balok

Tabel 4.12 Momen Balok pada struktur tanpa damper karet

Lantai Frame Momen Negatif (Kg-m) Momen Positif (Kg-m)

1 17 -60981.54 34915.26

2 18 -31508.46 6837.33

3 19 -61188.86 34923.74

Universitas Sumatera Utara


4 20 -61129.03 35064.94

1 21 -32804.85 7534.73

2 22 -61257.44 35069.65

3 23 -60006.59 33566.9

4 24 -26632.59 6390.25

1 25 -60034.56 33567.24

2 26 -27222.15 15810.4

3 27 -13170.23 2914.29

4 28 -27234.93 15810.36

dari data tabel diperoleh momen maksimum pada balok tanpa menggunakan damper karet :

Momen Negatif maksimum (M- max)= -61257.44 kgm

Momen Positif maksimum (M+ max) = 35069.65kg m

4.8.1.2 Output Gaya lintang tanpa menggunakan damper

a. Pada Kolom

Tabel 4.13 Gaya lintang Kolom pada struktur tanpa damper karet

Lantai Frame Lintang Negatif (Kg-m) Lintang Positif (Kg-m)

1 1 -8271.57 9811.11

2 2 -16037.23 16643.96

3 3 -12387.11 12627.99

4 4 -13340.23 13400.75

1 5 4843.83 2986.61

2 6 9128.41 8049.03

Universitas Sumatera Utara


3 7 6858.83 6498.6

4 8 7867.13 7750.52

1 9 -3153.55 5010.77

2 10 -8127.54 9206.92

3 11 -6518.91 6879.15

4 12 -7754.64 7871.25

1 13 9670.47 8130.93

2 14 16602.85 15996.12

3 15 12615.39 12374.51

4 16 13399.2 13338.68

dari data tabel diperoleh gaya lintang pada kolom tanpa menggunakan damper karet :

Gaya lintang Negatif maksimum (V- max)= -16037.23 kg

Gaya lintang positif maksimum (V+ max) = 16643.96 kg

b. Pada balok

Tabel 4.14 Gaya lintang Balok pada struktur tanpa damper karet

Lantai Frame Lintang Negatif (Kg-m) Lintang Positif (Kg-m)

1 17 -45588,125 47161,68

2 18 -28969,91 29455,61

3 19 -46555,55 46194,38

4 20 -45513,96 46757,87

1 21 -30096,11 30400,06

2 22 -46791,15 45958,78

3 23 -45541,63 46371,71

Universitas Sumatera Utara


4 24 -27432,86 27515,76

1 25 -46249,34 45663,99

2 26 -20573,66 21202,07

3 27 -12920,37 12945,38

4 28 -21137,84 20637,89

dari data tabel diperoleh momen maksimum pada balok tanpa menggunakan damper karet :

Gaya lintang Negatif maksimum (V- max)= -46791,15 kg

Gaya lintang positif maksimum (V+ max) = 47161,68 kg

4.8.1.3 Output Gaya Normal tanpa menggunakan damper

Tabel 4.15 Gaya Normal Kolom pada struktur tanpa damper karet

Normal Positif (Kg-


Lantai Frame
m)

1 1 162407,38

2 2 115141,45

3 3 67950,49

4 4 21491,53

1 5 304267,1

2 6 212812,84

3 7 117002,16

4 8 35013,63

1 9 303511,03

Universitas Sumatera Utara


2 10 212496,51

3 11 116922,3

4 12 35015,83

1 13 162310,13

2 14 115098,18

3 15 67940,46

4 16 21488,46

dari data tabel diperoleh Gaya normal maksimum pada kolom tanpa menggunakan damper

karet :

Gaya lintang Normal maksimum = 212812,84kg

4.9 Output Momen,Gaya lintang , gaya Normal maksimum dengan menggunakan

damper

4.9.1 Output Momen dengan Menggunakan Damper

a.Momen pada Kolom

Tabel 4.16 Momen Kolom pada struktur dengan damper karet

Momen
Lantai Frame Momen Positif(Kg-m)
Negatif(Kg-m)

1 1 -8327,47 13771,42

2 2 -17479,19 18693,46

3 3 -12030,43 15527,94

4 4 -15314,25 13494,98

Universitas Sumatera Utara


1 5 -2574,18 2326,06

2 6 -2345,66 2166,55

3 7 -907,39 810,42

4 8 -942,83 896,45

1 9 -2608,86 2291,38

2 10 -2256,98 2477,71

3 11 -838,82 944,39

4 12 -901,18 954,1

1 13 -13643,08 8073,42

2 14 -18624,94 17469,8

3 15 -15507,86 12023,31

4 16 -13489,56 15320,34

dari data tabel diperoleh momen maksimum pada kolom tanpa menggunakan damper karet :

Momen Negatif maksimum (M- max)= -17479,19 kgm

Momen Positif maksimum (M+ max) = 18693,46 kgm

b.Momen pada Balok

Tabel 4.17 Momen balok pada struktur dengan damper karet

Momen Negatif(Kg-
Lantai Frame Momen Positif(Kg-m)
m)

1 17 -37042,75 18640,7

2 18 -36007,28 18405,71

Universitas Sumatera Utara


3 19 -37164,62 18648,63

4 20 -36581,51 18787,39

1 21 -35524,93 18333,63

2 22 -36648,43 18791,75

3 23 -35191,45 17887,98

4 24 -34311,52 17661,49

1 25 -30771,86 17888,7

2 26 -16187,46 8427,51

3 27 -15634,88 8065,27

4 28 -16192,91 8427,49

dari data tebel diperoleh momen maksimum pada balok tanpa menggunakan damper karet :

Momen Negatif maksimum (M- max)= -37164,62 kgm

Momen Positif maksimum (M+ max) = 18787,39 kgm

4.9.2 Gaya lintang dengan menggunakan damper

a. Gaya lintang pada Kolom

Tabel 4.18 Gaya lintang kolom pada struktur dengan damper karet

Lantai Frame Lintang Negatif(Kg-m) Lintang Positif(Kg)

1 1 -3964,63 5524,72

2 2 -8464,44 9043,16

3 3 -6597,65 6889,59

Universitas Sumatera Utara


4 4 -7127,81 7188,22

1 5 -1030,65 983,42

2 6 -1128,05 192,36

3 7 -429,45 144,37

4 8 -459,82 192,54

1 9 -863,73 1150,34

2 10 -136,74 1183,67

3 11 -128,01 445,8

4 12 -196,54 463,82

1 13 -5429,12 3869,03

2 14 -9023,68 8444,96

3 15 -6882,79 6590,85

4 16 -7188,39 7127,98

dari data tabel diperoleh gaya lintang maksimum pada kolom tanpa menggunakan damper

karet :

Gaya Lintang Negatif maksimum (V- max)= -9023,68 kgm

Gaya Lintang Positif maksimum (V+ max) = 9043,16 kgm

b. Gaya Lintang pada balok

Tabel 4.19 Gaya lintang kolom pada struktur dengan damper karet

Lintang
Lantai Frame Lintang Positif(Kg)
Negatif(Kg-m)

1 17 -24647,99 4278,65

2 18 -25042,73 3883,9

Universitas Sumatera Utara


3 19 -26163,55 9191,23

4 20 -24726,62 26698,51

1 21 -25154,56 25104,21

2 22 -23023,02 24708,8

3 23 -24671,54 25916,99

4 24 -24967,4 25621,14

1 25 -25783,72 24804,81

2 26 -11186,06 11933,68

3 27 -11417,85 11701,88

4 28 -11864,42 11255,32

dari data tabel diperoleh gaya lintang maksimum pada balok tanpa menggunakan damper

karet :

Gaya Lintang Negatif maksimum (V- max)= -25783,72kgm

Gaya Lintang Positif maksimum (V+ max) = 25916,99 kgm

4.9.3 Normal pada kolom dengan damper

Tabel 4.20 Momen balok pada struktur dengan damper karet

Lantai Frame Normal Positif(Kg)

1 1 90421,43

2 2 64095,92

3 3 37692,49

4 4 12103,8

Universitas Sumatera Utara


1 5 178454,81

2 6 127368,11

3 7 75421,41

4 8 24247,2

1 9 177980,52

2 10 127186,27

3 11 75380,75

4 12 24247,77

1 13 90367,28

2 14 64074,09

3 15 37688,27

4 16 12102,64

Tabel 4.21 perbandingan Momen, gaya lintang, gaya normal maksimum tanpa damper

dan dengan menggunakan damper

Tanpa damper Dengan damper

Negatif Positif Negatif Positif

Momen Kolom (kgm) -34177.91 34300.49 -17479.19 18693.46

Gaya lintang kolom -16037.23 16643.96 -9023.68 9043.16

(kg)

Normal kolom (kg) 212812.84 178454.81

Momen balok (kgm) -61257.44 35069.65 -37164.62 18787.39

Universitas Sumatera Utara


Gaya lintang balok -46791.15 47161.68 -25783.72 25916.99

(kg)

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 UMUM

Dari simulasi yang telah penulis lakukan sesuai dengan yang telah dipelajari dari

beberapa literatur dan masukan-masukan dari dosen pembimbing maka penulis mencoba

mengambil kesimpulan dan saran.

5.2 KESIMPULAN

Sesuai dengan hasil simulasi yang penulis lakukan dalam menganalisa bangunan

4 lantai,maka didapatkan kesimpulan:

1. Dari hasil analisa dan perhitungan didapatkan bahwa struktur bangunan dengan

menggunakan sistem seismic device yaitu damper karet akan diperoleh besarnya

momen,gaya lintang(geser),gaya normal dan displacement (simpangan) yang terjadi

pada struktur akan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan struktur yang tidak

menggunakan damper karet.Mampu mereduksi momen sekitar 45.5%,mampu

mereduksi lintang sekitar 45,7%,dan normal sekitar 16.1%.

2. Dari hasil perhitungan besarnya perpindahan tiap lantai dari struktur dengan

menggunakan damper karet masih dalam batas perpindahan izin yang disarankan pada

peraturan.Tetapi dari perpindahan terlihata bahwa dengan menggunakan damper karet

prepindahan lantai lebih kecil.Terlihat dengan menggunakan damper karet batas

ultimit =0.009181 m dan yang tidak menggunakan damper karet adalah sebesar

0.015131 m.

Universitas Sumatera Utara


5.3 SARAN

1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal perlu diperhatikan perbandingan

antara kekauan frame,brasing dan damper

2. Untuk study lebih lanjut penting diperhatikan nilai dari SR (stiffness ratio),B/D (rasio

perbandinagan kekauan brasing dan damper) untuk mendapatkan hasil yang lebih

baik.

3. Dalam hal ini memilih damper perlu diperhatikan perbandingan antara tinggi damper

dengan tinggi frame (tingkat).

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Widodo,Respons Dinamik Struktur Elastik,UII press,2001 :Jogjakarta

Zhou Y,Wu C.X,Deng X.S,Wu Y, Research and Application of lead viscoelastic

damper,October 2008:Beijing

Clough W.Ray,Dinamika Struktur,Erlangga,1988:Jakarta

Chopra,A.K.1995.Dynamic of Structures,Prentice-Hall,Englewoods Cliffs,NJ.

Kelly.J.M.1993.Earthquake-Resistant Design with Rubber,Springer-verleg,New York

FEMA 451,NEHRP Recommended provisions:Design Examples,National Institue of building

sciences,Washington D.C,2003

FEMA 451B,NEHRP Recommended provisions for new buildings and other

structures:Training and instructional materials National Institue of building

sciences,Washington D.C,2007

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1726-2003,Tata cara perencanaan ketahanan Gempa

untuk bangunan Gedung,Bandung,Juli 2003

Tehrani,Maalek,The use of passive dampers and conventional strengtehning methods for the

rehabilitation of an existing steel structure,4th International confrence on earthquake

enginerring,October 2006,Taipei,Taiwan.

Vargas Ramiro,Seismic Respons of Single Degree of freedom Structural Fuse system,State


University of New York,2001.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai