TUGAS AKHIR
oleh:
SAMUEL A.M.HUTASOIT
060404053
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2011
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,yang selalu
memberikan kasih dan perlindungan-Nya yang besar kepada penulis,hingga penulis mampu
meyelesaikan Tugas Akhir ini.Adapun judul Tugas Akhir yang telah diselesaikan oleh
penulis adalah “Analisis Time History Bangunan Tahan Gempa dengan Penempatan
Damper Karet diantara Bracing dan Balok”.Tugas akhir ini disusun ntuk diajukan sebagai
salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam Ujian Sarjana Teknik Sipil Bidag Struktur pada
Penulis menyadari bahwa tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.Hal ini
menyelesaikan Tugas Akhir ini.Dengan tangan terbuka dan kerendahan hati penulis
menerima saran dan kritik bapak dan ibu dosen serta rekan mahasiswa demi penyempurnaan
Tugas Akhir ini.Penulis juga menyadari bahwa selesainya Tugas Akhir ini tidak lepas dari
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada pihak yang terlibat tersebut,terutama
kepada kedua orang tua yang selalu penulis kasihi dan banggakan yang telah memberikan
segalanya kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini dan dapat
Sumatera Utara.
waktu,tenaga dan pikiran dalam memeberikan bimbingan yang tiada hentinya kepada
5. Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
6. Kedua Orang Tua penulis yang tercinta yang selalu dan tiada henti memberikan
dukungan finansial dan dukungan moral serta doa kepada penulis.Terima kasih juga
Rahel,Rahmat,Riska,Boy.
7. Terima kasih terkhusus buat Marni Kristiani Sagala,ST yang selalu memberi
dukungan,waktu tenaga dan pikiran serta doa dalam setiap pekerjaan yang penulis
lakukan.
Ruspan, Alboin, Royanto, Riki malinton, Dionserius, Ivan, Sinar, Nasib, Eka,Hagai,
Jenlion, Sintong,Riki malau , Olim hunter, Rinaldi, Muhajirin, praku Hendra, Benny,
teman-teman satu perguruan Erick, Samuel Kristian silaen(muel), Lae guntur, Paulus,
Raymond, Pudur.
semangat.
10. Abang/Kakak stambuk 2003, 2004, 2005 dan adik-adaik stambuk 2007, 2008, 2009,
2010.
Medan, 2011
SAMUEL.A.M.HUTASOIT
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR NOTASI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I.PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.2 Permasalahan............................................................................................................4
1.1 Umum......................................................................................................................9
1.5.1 Massa..........................................................................................................21
1.5.3 Redaman..................................................................................................24
1.1 Umum..................................................................................................................49
4.1 Pendahuluan........................................................................................................83
Damper ....................................................................................................................112
Damper....................................................................................................................126
Damper....................................................................................................................131
5.1Umum................................................................................................................137
5.2 Kesimpulan.......................................................................................................137
5.3 Saran.................................................................................................................138
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................139
m massa struktur
p gaya horizontal
k kekuan
w berat bangunan
g gaya gravitasi
E modulus elastisitas
I inersia
h tinggi
FI gaya inersia
FD gaya redam
FS gaya pegas
ӳ percepatan
ý kecepatan
y simpangan
c koefisien redaman
A amplitudo
kd kekauan damper
β= ξ factor damping
Kb kekakuan bracing
SR stiffness ratio
R daktalitas struktur
U simpangan
(chopra,1995).........................38
Gambar 4.4 struktur dengan menggunakan damper karet dan tanpa damper karet.................94
Tabel 2.1 Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah untuk masing-
Tabel 4.2 :Drift Antar Tingkat maksimum arah x (∆S 1 ) tanpa damper karet........................114
Tabel 4.3 drift Antar Tingkat maksimum arah z (∆S 3 ) tanpa damper karet.........................115
Tabel 4.4 Kinerja Batas Ultimit maksimum arah sumbu x (∆m1) tanpa damper
karet.......................................................................................................................................117
Tabel 4.5 Kinerja Batas Ultimit Maksimum arah z (∆m3) tanpa damper karet....................118
Tabel 4.7 :Drift Antar Tingkat maksimum arah x (∆S 1 ) dengan damper karet...................121
Tabel 4.8 drift Antar Tingkat maksimum arah z (∆S 3 ) dengan damper karet.....................122
Tabel 4.9 Kinerja Batas Ultimit maksimum arah sumbu x (∆m1) dengan damper
karet......................................................................................................................................124
Tabel 4.10 Kinerja Batas Ultimit Maksimum arah z (∆m3) dengan damper karet............. 125
Tabel 4.13 Gaya lintang Kolom pada struktur tanpa damper karet................................128
Tabel 4.14 Gaya lintang Balok pada struktur tanpa damper karet..................................129
Tabel 4.15 Gaya Normal Kolom pada struktur tanpa damper karet................................130
Tabel 4.18 Gaya lintang kolom pada struktur dengan damper karet..............................133
Tabel 4.19 Gaya lintang kolom pada struktur dengan damper karet.............................134
Tabel 4.21 perbandingan Momen,gaya lintang,gaya normal maksimum tanpa damper dan
PENDAHULUAN
Saat ini lahan di perkotaan mengalami penyempitan, hal ini disebabkan oleh
di kota tersebut. Hal ini membuat manusia berpikir bagaimana membangun tempat yang
memiliki kapasitas yang besar namun tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas. Untuk
mengatasi masalah di atas maka manusia membangun gedung bertingkat sebagai solusi untuk
mengatasi hal tersebut. Dalam pembangunan gedung bertingkat ada beberapa jenis material
yang dapat digunakan, salah satunya adalah dengan menggunakan material baja.
Indonesia merupakan negara yang berada pada tiga lempeng besar, yaitu lempeng
Australia-Hindia, lempeng Asia Tenggara dan lempeng Pasifik. Indonesia merupakan salah
satu negara di dunia yang rawan akan gempa bumi, hal ini disebabkan oleh posisi Indonesia
yang dilalui oleh dua jalur gempa dunia, yakni jalur gempa asia dan jalur gempa pasifik yang
mengalami gempa bumi dengan frekuensi yang cukup tinggi. Hal itu menyebabkan wilayah
Indonesia dibagi dalam 6 (enam) wilayah gempa sesuai dengan tingkat kerawanannya.
Suatu struktur bangunan yang tegak berdiri memikul berbagai beban, diantaranya
adalah beban mati, beban hidup, gempa dan beban lainnya. Dari antara beban tersebut gempa
merupakan beban terbesar yang dapat menimbulkan kerusakan pada suatu bangunan.
Kerusakan bangunan tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar dan banyak
memakan korban. Gempa Bumi merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari,
tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besar kekuatannya. Untuk menghindari
terjadinya kerusakan yang lebih parah maka diambil berbagai cara untuk mencegahnya, salah
satunya adalah dengan memperkaku bangunan dalam arah lateral, dalam hal ini metode yang
digunakan adalah metode konvensional seperti : penambahan dinding geser (Shear Wall),
Brasing dan metode yang lain. Tetapi, hal ini akan memperbesar gaya gempa yang bekerja
pada bangunan. Metode yang lebih baik adalah dengan memperkecil energi gempa yang
dengan perkembangan teknologi bahan/sistem untuk anti gempa, telah dikembangkan bahan
anti seismik (seismic device) yang dipasang langsung pada struktur bangunan dan
Metode perencanaan struktur tahan gempa dapat dibagi menjadi dua, yaitu
metode konvensional yang mengutamakan bentuk-bentuk struktur yang kaku dan daktalitas
yang tinggi dengan menambahkan alat-alat seismic devices ke struktur. Dalam Tugas Akhir
ini seismic devices yang akan dibahas adalah lead Rubber Damper bekerja dengan
mendissipasi energi melalui pelelehan bahan damper yaitu pelat lentur, yaitu jenis damper
Damper tersebut, maka dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Nonlinier Time
History.
1.2 PERMASALAHAN
Sistem perlindungan khusus untuk gempa dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yakni:
b) Energy Dissipation
c) Base Isolation
a) Active Isolation
b) Semi-Active Isolation
b) Active Bracing
c) Adaptive Control
Seismic devices adalah alat yang dipasang pada bangunan untuk membatasi
energi atau mendisipasi energi gempa yang masuk ke bangunan. Seismic devices bekerja
dengan merubah kekakuan, damping dan menambah massa ke struktur. Pemakaian seismic
devices tidak hanya terbatas pada struktur bangunan gedung saja, juga biasa digunakan pada
jembatan, tangki penimbunan dan lainnya. Seismic devices pada umumnya dapat dibagi
1. Base isolation
Base isolation adalah suatu alat yang dapat membatasi energi gempa pada suatu
struktur. Sistem ini bekerja dengan memisahkan bangunan atau struktur dari komponen
Actived seismic devices bekerja dengan menerima masukan data getaran dari
sensor yang dipasang pada lokasi tertentu pada struktur dimana dapat dilakukan control pada
struktur tersebut. Melalui computer, data tersebut digunakan untuk mengatur gerakan sesuai
umunya reaksi seismic devices semakin besar bila respon struktur atau energi yang masuk
semakin besar. Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas passive seismic devices jenis Rubber
Rubber damper ini dapat berupa added damping and stiffness damper (ADAS
Damper) dan Reinforced Buckling Restrained Brace Damper (RBRB damper) yang memiliki
system yang memberikan kekakuan untuk mereduksi respon akibat beban gempa dari
perpindahan lateral, bahaya tingkat, dan torsi dari struktur bangunan selama gempa terjadi.
Damper ini juga menghamburkan kapasitas energi maksimum saat puncak energi akibat gaya
gempa pada struktur. Rubber Damper sudah dapat digunakan pada struktur dengan struktur
pengaku seperti yang telah dijelaskan diatas. Damper ini terdiri dari bahan campuran baja
struktur bangunan (dalam hal ini yang akan ditinjau adalah portal baja) dimana akan
diperoleh informasi berupa percepatan gempa, responsi dan batas layan pada portal baja yang
menggunakan Rubber Damper dan yang tidak menggunakan rubber damper dan hasilnya
akan dibandingkan.
tersebut.
2. Menghitung batas layan dan batas ultimate pada struktur yang ditinjau.
a. Material struktur yang digunakan adalah material baja dengan struktur yang
b. Damper yang digunakan adalah rubber damper dengan jenis LRD dengan
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah studi literatur
yaitu dengan mengumpulkan data-data dan keterangan dari literatur yang berhubungan
dengan pembahasan pada tugas akhir ini serta masukan dari dosen pembimbing.
Penganalisaan struktur dilakukan dengan program komputer yaitu program SAP2000 versi 11
TEORI DASAR
2.1 UMUM
Bumi merupakan planet ke-3 setelah merkurius dan venus, dan merupakan satu-satunya
planet yang dihuni oleh makhluk hidup. Planet bumi memiliki karakteristik seperti berikut:
Kuning telurnya adalah inti, putih telurnya adalah selubung, dan cangkang telurnya
adalah kerak.
Berdasarkan penyusunnya lapisan bumi terbagi atas litosfer, astenosfer, dan mesosfer.
Litosfer adalah lapisan paling luar bumi (tebal kira-kira 100 km) dan terdiri dari kerak
bumi dan bagian atas selubung. Litosfer memiliki kemampuan menahan beban
permukaan yang luas misalkan gunungapi. Litosfer bersuhu dingin dan kaku.
hampir berada dalam titik leburnya dan karena itu bersifat seperti fluida. Astenosfer
mengalir akibat tekanan yang terjadi sepanjang waktu. Lapisan berikutnya mesosfer.
Mesosfer lebih kaku dibandingkan astenosfer namun lebih kental dibandingkan litosfer.
permukaan bumi ini terbagi atas kira-kira 20 pecahan besar yang disebut lempeng.
Ketebalannya sekitar 70 km. Ketebalan lempeng kira-kira hampir sama dengan litosfer
yang merupakan kulit terluar bumi yang padat. Litosfer terdiri dari kerak dan selubung
atas.
Lempengnya kaku dan lempeng-lempeng itu bergerak diatas astenosfer yang lebih cair
Menurut asumsi bahwa kerak bumi dapat dibagi menjadi beberapa lempengan kaku yang
bergerak seolah-olah satu kesatuan diatas lapisan bawah yang kurang kaku. Ada enam lempengan
yang dibagi sebagai berikut: Lempeng Indian, Lempeng Eurasian, Lempeng Pasific, Lempeng
Antartic, Lempeng American dan Lempeng African. Dan kebanyakan gempa terjadi pada pertemuan
lempeng lempeng tersebut. Sedangkan Indonesia terletak antara Lempeng Indian, Eurasian dan
Pasific.
Gambar poci kopi menunjukkan dua arus konveksi dalam zat cair. Perhatikan, air yang
dekat dengan api akan naik, saat dingin di permukaan air kembali turun.
lempeng bergerak.
Karena suhu selubung amat panas, bagian-bagian di selubung bisa mengalir seperti
cairan yang tipis. Lempeng-lempeng itu bergerak seperti ban berjalan berukuran besar.
Ada empat macam bentuk geseran relatif pada tapal-tapal batas lempeng, yaitu:
1. Subsduction : yaitu apabila dua buah lempeng bertemu, salah satu mengalah dan dipaksa
turun kebawah.
2. Extrusion : yaitu apabila terjadi penarikan satu lempeng terhadap lempeng lainnya.
3. Transcursion : yaitu dimana terjadi gerakan vertikal satu lempeng terhadap lainnya.
4. Accretion : yaitu terjadi akibat tabrakan lambat antara lempeng lautan dan lempeng
benua.
Gempa bumi disebabkan oleh adanya pelepasan energi regangan elastis batuan pada litosfir.
Semakin besar energi yang dilepas semakin kuat gempa yang terjadi. Paling sering banyak
kegiatan gempa bumi di Indonesia disebabkan oleh gerakan lempeng kerak bumi akibat
proses “subsduction” yang yang terjadi pada bidang-bidang miring di dalam bumi. Sistem
1. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena
pergeseran lempeng pelat tektonik. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara
batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari pelat tektonik menjelaskan
bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan
kerak itu akan hanyut dan mengapung sebagai lapisan. Lapisan tersebut bergerak
2. Gempa bumi vulkanik yang terjadi berdekatan dengan gunung berapi dan mempunyai
bentuk keretakan memanjang. Gempa bumi ini disebabkan oleh pergerakan magma
ke atas dalam gunung berapi, di mana geseran pada batu-batuan menghasilkan gempa
bumi.
3. Gempa bumi runtuhan yang disebabkan oleh keruntuhan yang terjadi baik diatas
Kebanyakan gempa bumi yang sangat berbahaya adalah gempa bumi tektonik.Hal
ini disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh
lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai
Suatu struktur bangunan tahan gempa harus memiliki kekuatan yang cukup untuk dapat
mencegah terjadinya keruntuhan atau kegagalan struktur. Oleh karena itu dalam
1. Struktur bangunan yang direncanakan harus memiliki kekakuan dan kekuatan yang
cukup sehingga bila terjadi gempa yang berkekuatan kecil struktur bersifat elastik.
2. Bila terjadi gempa berkekuatan sedang, struktur bangunan tidak boleh mengalami
3. Pada saat terjadi gempa kuat, struktur bangunan dapat mengalami kerusakan
struktural namun harus tetap berdiri sehingga korban jiwa dapat dihindarkan.
Oleh karena itu, dalam perencanaan bangunan struktur tahan gempa harus diperhitungkan
dampak dari gaya lateral dalam hal ini gaya yang diakibatkan oleh gempa bumi yang bersifat
siklis (bolak-balik) yang dialami oleh struktur agar struktur bangunan yang direncanakan
Umumnya bangunan tahan gempa direncanakan dengan prosedur yang ditulis dalam
keselamatan penghuni terhadap gempa besar yang mungkin terjadi dan untuk menghindari
atau mengurangi kerusakan atau kerugian harta benda terhadap gempa sedang yang sering
terjadi. Meskipun demikian, prosedur yang digunakan dalam peraturan tersebut tidak dapat
secara langsung menunjukkan kinerja bangunan terhadap suatu gempa yang sebenarnya,
merupakan proses yang dapat digunakan untuk perncanaan bangunan baru maupun perkuatan
(upgrade) bangunan yang sudah ada, dengan pemahaman yang realistik terhadap resiko
keselamatan (life), kesiapan pakai (occupancy) dan kerugian harta benda (economic loss)
Proses perencanaan tahan gempa berbasis kinerja dimulai dengan membuat model
(occupancy) dan kerugian harta benda (economic loss) yang akan terjadi.perencanaan
selanjutnya dapat mengatur ulang resiko kerusakan yang dapat diterima sesuai dengan resiko
Hal penting dari perencanaan berbasis kinerja adalah sasaran kinerja bangunan terhadap
gempa dinyatakan secara jelas, sehingga pemilik, penyewa, asuransi, pemerintah atau
penyandung dana mempunyai kesempatan untuk menetapkan kondisi apa yang dipilih.
Sifat khusus dari struktur yang berhubungan dengan tingkat layanan bangunan akibat
a) Kekakuan (stiffness)
Jika deformasi akibat gaya lateral dihitung dan dikontrol maka harus dibuat
perhitungan yang nyata dari hubungan sifat kekakuan. Deformasi pada struktur
dipengaruhi oleh besar beban yang bekerja. Hubungan ini dibentuk dari prinsip dasar
bahan.
b) Kekuatan (strength )
Istilah kekakuan secara umum digunakan untuk menjelaskan ketahanan dari struktur
atau komponen struktur atau bahan yang digunakan, terhadap beban yang
membebaninya. Penentuan sifat kekuatan yang akan dibuat tergantung dari pada
dinamik akan berulang-ulang sesuai dengan step integrasi numerik dan durasi pembebanan
yang ditinjau. Akibatnya, penyelesaian problem dinamik menjadi lebih lama, lebih banyak
dan lebih mahal dari pada penyelesaian problem statik. Pengaruh beban dinamik terhadap
respon struktur akan lebih besar dari pada pengaruh beban statik. Hal inilah yang menjadi
alasan utama mengapa analisis dinamik tetap dibutuhkan walaupun diperlukan waktu dan
rupa sehingga penyelesaian persoalan tersebut dapat dilakukan secara lebih jelas/mudah
dengan memakai prinsip-prinsip matematik. Apabila semua aksi (gaya-gaya luar) dan reaksi
(termasuk gaya-gaya dalam) yang terlibat dalam sistem yang ditinjau kesemuanya telah
dimodel, maka ekspresi matematik atas keseimbangan sistem bersangkutan dapat disusun/
dikenali dengan mudah. Oleh karena itu, ekspresi matematik atas suatu keseimbangan dapat
dituangkan dengan dengan mudah dan benar apabila telah dilakukan permodelan fisik secara
Model matematik itu sendiri pada hakekatnya adalah salah satu kebijakan dalam
persoalan keteknikan (engineering problems). Penyederhanaan atau anggapan yang ada pada
matematik diambil sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan diperoleh suatu ketelitian
yang cukup tanpa adanya kesalahan yang berarti. Permodelan menjadi sesuatu yang penting
agar persoalan yang kompleks dapat ditransfer menjadi persoalan yang dapat dicerna/
Untuk membahas hal ini dimuka diambil model struktur dan pembebanannya seperti
tampak pada gambar 2.3.1. Pada gambar 2.3.1.a suatu struktur bangunan 1 tingkat
mendukung beban grativikasi yang berupa beban terbagi dan beban horizontal dinamik P(t).
Akibat beban dinamik, struktur akan bergoyang berganti-ganti ke kanan maupun ke kiri.
Terdapat dua parameter penting yang mempengaruhi besar-besarnya goyangan yaitu massa
(m) dan kekakuan (k). Dua parameter ini selanjutnya akan disebut dinamik karakteristik dari
struktur yang bersangkutan. Secara sepintas akan mudah diketahui bahwa semakin kaku
�
�= (2.1)
�
Massa struktur yang dihitung menurut persamaan 2.1 tersebut dimodelkan sebagai
suatu massa m yang bergerak diatas landasan melalui roda-rodanya seperti tampak pada
gambar 2.3.b. Dalam hal ini dianggap tidak ada gesekan antara roda-roda dengan
landasannya. Gerakan massa m akibat beban dinamik P(t) tersebut dikendalikan oleh suatu
pegas sebagaimana tampak padagambar 2.3.b. Simpangan horisontal y(t) selanjutnya dari
proses goyangan massa. Peran kolom pada peristiwa goyangan massa ini akan ditunjukkan
oleh adanya kekakuan kolom. Kekakuan kolom kemudian dimodelkan sebagai suatu pegas
seperti tampak pada gambar 2.3.b. Kekakuan kolom yang dimaksud adalah fungsi langsung
dari sistem pengekangan pada ujung-ujung kolom, modulus elastik E, momen inersia I x dan
berbanding terbalik secara kubik dengan panjang kolom h. Dengan kenyataan seperti itu,
maka kekakuan kolom sangat dipengaruhi oleh panjang kolom. Gambar 2.3.b adalah model
matematik atas struktur yang tidak memakai redaman. Untuk seterusnya, pembahasan respon
struktur dipakai anggapan bahwa kolom masih berperilaku elastik sehingga model pegas
yang dipakai adalah pegas linier elastik sebagaimana tampak pada gambar 2.3.c.
baik karena gesekan dengan benda-benda sekelilingnya maupun oleh peristiwa intern yang
ada pada benda yang bersangkutan. Dengan adanya resistensi gerakan itu maka gerakan
benda lambat laun akan melemah. Umumnya dikatakan bahwa terdapat sistem penyerapan
energi pada peristiwa yang bersangkutan atau struktur yang bersangkutan mempunyai sistim
peredaman. Sistim penyerapan energi ini hanya ada pada peristiwa dinamik. Ada beberapa
1) Structural damping
Merupakan redaman yang dihasilkan oleh adanya gesekan secara intern atas molekul-
2) Coulumb damping
Adalah redaman yang dihasilkan gesekan sesama benda padat, misalnya gesekan
antara suatu kotak dengan berat/gaya normal N dengan lantai. Besarnya gaya redam C
akan bergantung pada besarnya gaya normal N dan sudut gesek alam material f. Gaya
3) Viscous damping
Viscous damping adalah redaman yang dihasilkan oleh gesekan antara benda padat
C= c.ý (2.3)
terhadap koefisien redaman c dan kecepatan massa ý . Setiap jenis material dan tingkat
rasio redaman yang cukup tinggi tetapi pada pembebanan yang relatif singkat seperti pada
peristiwa ledakan, maka efektivitas penyerapan energi relatif kecil. Penyerapan energi akan
berjalan sangat efektif apabila struktur mempunyai rasio redaman cukup besar dan durasi
pembebanan yang relatif lama. Redaman yang efektif selanjutnya akan banyak mengurangi
Pada gambar 2.4 a gaya redam akan proporsional dengan kecepatan relatif antara dua
massa yang berdekatan. Gaya redam pada massa ke-i akan dipengaruhi oleh kecepatan massa
ke-(i-1) dan kecepatan massa ke-(i+1).Ada juga gaya redam yang merupakan fungsi dari
absolut kecepatan massa. Pada redaman jenis ini gaya redam masing-masing tingkat akan
saling independen, artinya redaman tingkat ke-i hanya dipengaruhi oleh kecepatan massa ke-
i. Untuk bangunan gedung bertingkat banyak, jenis-jenis redaman seperti itu akan
berpengaruh terhadap matriks redaman dan akan berpengaruh terhadap respon struktur.
terus menerus sebagai mana tampak pada gambar 2.4 b. Pada struktur yang bersifat elastik,
simpangan massa akan menjadi nol setelah terjadi penyerapan energi secara total. Pada saat
itu posisi massa akan kembali atau sama seperti pada posisi awal. Pada Gambar 2.4 c
menjelaskan bahwa suatu massa m yang bergerak diatas landasan akibat beban dinamik p(t),
gerakannya dikendalikan oleh kekakuan pegas k, dan koefisien redaman c. Gaya pegas dan
gaya redam akan bekerja secara berlawanan dengan arah gerakan. Hal ini yang
memungkinkan bangunan kembali seperti pada posisi semula setelah bergoyang akibat
untuk menyatakan posisi suatu sistem pada setiap saat. Apabila suatu titik yang ditinjau
mengalami perpindahan tempat secara horisontal, vertikal dan kesamping misalnya, maka
sistem tersebut mempuyai 3 derajat kebebasan. Hal ini terjadi karena titik yang bersangkutan
persoalan engineering, goyangan tersebut dapat dianggap hanya terjadi dalam satu bidang
saja (tanpa putiran). Hal ini dimaksudkan agar penyelesaian persoalan menjadi sedikit
berkurang baik secara kualitas ataupun secara kuantitas. Penyelesaian yang dahulunya
kompleks menjadi lebih sederhana dan penyelesaian yang dahulunya sangat banyak menjadi
menjadi berkurang banyak. Hal ini terjadi karena penyelesaian dinamik merupakan
Pada problem dinamik, setiap titik atau massa umumnya hanya diperhitungkan
berpindah tempat dalam satu arah saja yaitu arah horisontal. Karena simpangan yang terjadi
hanya mempunyai posisi ordinat tertentu baik bertanda positif ataupun negatif. Pada kondisi
2-D tersebut simpangan suatu massa pada saat t dapat dinyatakan dalam koordinat tunggal
yaitu y(t). Struktur seperti itu dinamakan struktur dengan derajat kebebasan tunggal. Secara
umum bangunan 1-tingkat dianggap hanya mempunyai derajat kebebasan tunggal (single
degree of freedom,SDOF) dan struktur yang mempunyai n-tingkat akan mempunyai n-derajat
kebebasan atau struktur dengan derajat kebebasan banyak (multi degree of freedom,MDOF).
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa,jumlah derajat kebebasan adalah jumlah koordinat yang
Pada persamaan diferensial melibatkan tiga properti utama suatu struktur yaitu massa,
kekakuan dan redaman. Ketiga properti struktur itu umumnya disebut dinamik karakteristik
struktur. Properti-properti tersebut sangat spesifik dan tidak semuanya digunakan pada
dipakai pada problem statik, sedangkan karakteristik yang lainya yaitu massa dan redaman
tidak dipakai.
2.5.1 MASSA
karena banyaknya massa yang mungkin dapat ditentukan. Banyaknya derajat kebebasan
umumnya berasosiasi dengan jumlah massa tersebut akan menimbulkan kesulitan. Hal ini
terjadi karena banyaknya persamaan differensial yang ada. Terdapat dua permodelan pokok
Model pertama adalah model diskretisasi massa yaitu massa dianggap menggumpal
pada tempat-tempat (lumped mass) join atau tempat-tempat tertentu. Dalam hal ini
gerakan/degre of freedom suatu join sudah ditentukan. Untuk titik model yang hanya
mempunyai satu derajat kebebasan/ satu translasi maka nantinya elemen atau struktur yang
bersangkutan akan mempunyai matriks yang isinya hanya bagian diagonal saja. Clough dan
Penzien (1993) mengatakan bahwa bagian off-diagonal akan sama dengan nol karena gaya
inersia hanya bekerja pada tiap-tiap massa. Selanjutnya juga dikatakan bahwa apabila
terdapat gerakan rotasi massa (rotation degre of freedom), maka pada model lumped mass ini
juga tidak akan ada rotation moment of inertia. Hal ini terjadi karena pada model ini massa
dianggap nmenggumpal pada suatu titik yang tidak berdimensi (mass moment of inertia dapat
dihitung apabila titik tersebut mempunyai dimensi fisik).Dalam kondisi tersebut terdapat
matriks massa dengan diagonal mass of moment inertia sama dengan nol.
Apabila prinsip diatas dipakai, maka hanya terdapat satu degree of freedom untuk
setiap nodal/massa, yaitu simpangan horisontal. Kondisi seperti itu adalah seperti prinsip
bangnnan geser (shear bulding) sebagaimana dipakai pada struktur SDOF. Pada bangunan
gedung bertingkat banyak, konsentrasi beban akan terpusat pada tiap-tiap-tiap lantai tingkat
bangunan. Dengan demikian untuk setiap tingkat hanya ada satu tingkat massa yang
mewakili tingkat yang bersangkutan. Karena hanya terdapat satu derajat kebebasan yang
terjadi pada setiap massa/tingkat, maka jumlah derajat kebebasan pada suatu bangunan
bertingkat hanya akan ditunjukkan oleh banyaknya tingkat bangunan yang bersangkutan.
Pada kondisi tersebut matriks hanya akan berisi pada bagian diagonal saja.
Model ini adalah model kedua dari kemungkinan permodelan massa struktur. Pada
prinsip consistent mass matrix ini, elemen struktur akan berdeformasi menurut bentuk fungsi
(shape function) tertentu. Permodelan massa seperti ini akan sangat bermanfaat pada struktur
Apabila tiga derajat kebebasan (horizontal, vertikal dan rotasi) diperhitungkan pada
setiap node maka standar consistent mass matrix akan menghasilkan full-populated
consistent matrix artinya suatu matrix yang off-diagonal matrixnya tidak sama dengan nol.
Melalui pendekatan finite elemen, maka untuk setiap element balok lurus dan degre of
freedom yang ditinjau akan menghasilkan konsisten matrix massa yang sudah standar.
Pada lumped mass model tidak akan terjadi ketergantungan antar massa (mass
coupling) karena matrix massa adalah diagonal. Apabila tidak demikian maka mass moment
of inertia akibat translasi dan rotasi harus diperhitungkan. Pada bangunan bertingkat banyak
yang massanya terkonsentrasi pada tiap-tiap tingkat bangunan, maka penggunaan model
lumped mass masih cukup akurat. Untuk pembahasan struktur MDOF seterusnya maka
2.5.2 kekakuan
Kekakuan adalah salah satu dinamik karakteristik struktur bangunan yang sangat
penting disamping massa bangunan. Antara massa dan kekakuan struktur akan mempunyai
hubungan yang unik yang umumnya disebut karakteristik diri atau Eigenproblem. Hubungan
tersebut akan menentukan nilai frekuensi sudut ω, dan priode getar struktur T. Kedua nilai ini
merupakan parameter yang sangat penting dan akan dangat mempengaruhi respon dinamik
struktur.
horizontal baik sebelum maupun sesudah terjadi pergoyangan. Adanya plat lantai yang
menyatu secara kaku dengan balok diharapkan dapat membantu kekakuan balok sehingga
anggapan tersebut tidak terlalu kasar. Pada prinsip desain bangunan tahan gempa dikehendaki
agar kolom lebih kuat dibanding dengan balok, namun rasio tersebut tidak selalu linear
dengan kekakuannya. Dengan prinsip shear building maka dimungkinkan pemakaian lumped
mass model. Pada prinsip ini, kekakuan setiap kolom dapat dihitung berdasarkan rumus yang
telah ada.
Pada prinsipnya, semakin kaku balok maka semakin besar kemampuannya dalam
12 ��
�= (2.4)
ℎ3
3��
�= (2.5)
ℎ3
2.5.3 Redaman
akibat adanya berbagai macam sebab. Beberapa penyebab itu antara lain adalah pelepasan
energi oleh adanya gerakan antar molekul didalam material, pelepasan energi oleh adanya
gesekan alat penyambung maupun system dukungan, pelepasan energi oleh adanya gesekan
plastik. Karena redaman berfungsi melepaskan energi maka hal ini akan mengurangi respon
struktur.
Secara umum redaman atau damping dapat dikategorikan menurut damping system
dan damping types. Damping system yang dimaksud adalah bagaimana sistem struktur
mempunyai kemampuan dalam menyerap energi. Menurut sistem struktur yang dimaksud,
Apabila dalam sistem struktur memakai bahan yang sama bahannya mempunyai rasio
redaman (damping ratio) yang relative kecil dan struktur damping dijepit didasarnya maka
sistem struktur tersebut mempunyai damping yang bersifat klasik (classical damping).
Damping dengan sistem ini akan memenuhi kaidah kondisi orthogonal (orthogonality
condition).
Penggunaan damping seperti ini hanya dipakai pada analisis struktur yang tidak
memperhatikan interaksi antara tanah dengan bangunan. Analisis struktur yang menggunakan
damping ini adalah analisis struktur inelastik maupun elastik yang mana struktur bangunan
Damping dengan sistem ini akan terbentuk pada suatu sistem struktur yang memakai
bahan yang berlainan yang mana bahan-bahan yang bersangkutan mempunyai rasio redaman
yang berbeda secara signifikan. Sebagai contoh suatu bangunan yang bagian bawahnya
dipakai struktur beton bertulang sedangkan bagian atasnya memakai struktur baja. Antara
bisa membangun redaman yang klasik. Adanya interaksi antara tanah dengan struktur juga
akan membentuk sistem redaman yang non-klasik, karena tanah mempunyai redaman yang
cukup besar misalnya antara 10-25%, sedangkan struktur atasnya mempunyai rasio yang
Beberapa jenisnya, maka damping dapat dibedakan dalam beberapa golongan yaitu
sebagai berikut:
Dalam hal ini suatu damping akan berbanding langsung dengan massa struktur. Apabila
dipakai matriks massa diagonal, maka damping matriks juga hanya pada diagonal saja.
Chopra (1995) mengatakan bahwa damping jenis ini agak kurang rasional secara fisik karena
massa hanya bersinggungan dengan udara padahal redaman akibat ini relative kecil dan
Senada dengan sebelumnya, redaman jenis ini merupakan fungsi dari kekakuan, artinya
isian pada matriks redaman akan senada dengan matriks kekakuan. Selanjutnya Chophra
(1995) mengatakan bahwa damping jenis ini secara fisik agak rasional, karena dissipasi
energi akan dikaitkan dengan deformasi antar tingkat. Deformasi atau simpangan antar
tingkat banyak bergantung pada kekakuan dan banyak pernyataan telah disampaikan bahwa
semakin besar simpangn struktur maka semakin besar pula potensi meredam energi.
Proportional Damping)
maka umumnya dipakai kombinasi antara kedua jenis redaman tersebut. Kelemahan-
kelemahan terletak pada nilai-nilai rasio redaman pada mode-mode lebih tinggi rasio
redamannya menjadi sangat kecil dan sangat besar. Sebaliknya pada mode-mode yang rendah
rasio redamannya menjadi kebalikannya. Dengan kenyataan ini dipakai kombinasi antar jenis
tunggal hanya akan mempunyai satu koordinat yang diperlukan untuk menyatakan posisi
Pada gambar 2.5 a tersebut tampak bahwa P(t) adalah beban dinamik yaitu beban
yang intensitasnya merupakan fungsi dari waktu. Notasi m,c dan k seperti yang tampak
digambar tersebut berturut-turut adalah massa, koefisien redaman dan kekakuan kolom. Pada
gambar 2.5.c ditampilkan model matematik untuk struktur SDOF yang mempunyai redaman.
Apabila beban dinamik P(t) seperti gambar 2.5.c bekerja kearah kanan, maka akan
terdapat perlawanan pegas, damper dan gaya inersia. Gambar 2.5.d adalah gambar
keseimbangan dinamik yang bekerja pada massa m. Gambar tersebut disebut free body
diagram. Berdasarkan prinsip keseimbangan dinamik pada free body diagram tersebut dapat
F I +F D +F S =P(t) (2.6)
Dimana :
F I = m. ӳ (2.7)
F D = c.ý (2.8)
F S = k. y (2.9)
m = massa
ӳ = percepatan
ý = kecepatan
y = simpangan
c = koefisien redaman
k = kekauan kolom.
Beban dinamik yang umum dipakai pada analisis struktur selain beban angin
adalah beban gempa. Gempa bumi akan mengakibatkan permukaan tanah menjadi bergetar
yang getarannya direkam dalam bentuk aselerogram. Tanah yamg bergetar akan
menyebabkan semua benda yang berada diatas tanah ikut bergetar termasuk struktur
bangunan. Didalam hal ini masih ada anggapan bahwa antara pondasi dan tanah
karena tanah bukanlah material yang kaku yang mampu menyatu dengan fondasi. Kejadian
yang sesungguhnya adalah bahwa antara pondasi dan tanah tidak akan bergerak secara
mendukungnya. Keadaan seperti ini cukup rumit karena sudah mempertimbangkan pengaruh
tanah terhadap analisis struktur yang umumnya disebut soil structure in teraction analysis.
Untuk menyusun persamaan diferensial gerakan massa akibat gerakan tanah maka
anggapan diatas tetap dipakai yaitu tanah menyatu secara kaku dengan kolom atau kolom
dianggap dijepit pada bawahnya. Pada kondisi tersebut ujung bawah kolom dan tanah dasar
Secara umum gerakan massa suatu struktur dapat disebabkan baik oleh adanya
gangguan luar maupun adanya suatu nilai awal(initial condition). Peristiwa gerakan massa
akibat adanya simpangan awal y0 (dapat juga kecepatan awal) biasa disebut getaran bebas
(free vibration systems). Sebaliknya apabila goyangan suatu struktur disebabkan oleh
gangguan luar maka peristiwa seperti itu disebut getaran dipaksa (forced vibration systems).
Pada model matematik seperti yang dijelaskan sebelumnya, gerakan suatu massa pada
umumnya akan dihambat/diredam oleh suatu mekanisme yang dimodel sebagai gerakan
piston didalam silinder. Mekanisme tersebut adalah suatu model yang dipakai di dalam
mensimulasi adanya viscous damper atau redaman viskos pada struktur yang bersangkutan.
Gerakan massa struktur yang memperhitungkan adanya gaya redam disebut damped system
Sebagaimana disinggung di depan bahwa getaran ini bukan disebabkan oleh adanya
beban luar atau gerakan tanah akibat gempa tetapi akibat adanya gaya awal. Pada tipe getaran
ini ý 0 P(t)=0 maka persamaan diferensial untuk free vibration systems adalah sebagai berikut:
Pada getaran bebas tanpa redaman maka nilai c = 0 sehingga persamaan diferensial
m. ӳ + k. y =0 (2.11)
Pada getaran bebas yang diredam, maka struktur yang bersangkutan mempunyai
sistem peredaman energi, atau dalam hal ini nilai koefisien c tidak sama dengan nol.
m. ӳ + c.ý + k. y = 0 (2.12)
Getaran yang dipaksa adalah suatu getaran yang diakibatkan oleh adanya gaya luar
ataupun adanya getaran tanah akibat gaya gempa. Dalam hal ini nilai P(t) tidak sama dengan
m. ӳ + k. y = p(t) (2.13)
2.9 PERIODE GETAR (T),FREKUENSI SUDUT (ω) DAN FREKUENSI ALAM (f)
m. ӳ + k. y =0 (2.15)
koefisien konstatnta yaitu ditunjukkan oleh m dan k. Persamaan tersebut juga akan
dengan A adalah amplitudo simpangan yang nilainya bergantung pada nilai awal. Maka dari
substitusi persamaan diatas dengan persamaan pertama tadi, maka akan didapat,
Nilai A dan Sin (ω.t) tidak selalu nol,maka nilai yang sama dengan nol adalah,
{� − ω². m} = 0 (2.20)
�
ω=� (2.21)
�
2�
�= (2.22)
ω
1
�=� (2.23)
dimana tidak terjadi rotasi (putaran pada penampang horisontal bidang lantainya. Balok-
balok bagi struktur diandaikan kaku tak terhingga dibandingkan dengan keadaan tiang-tiang.
Keadaan ini lebih mendekati untuk struktur-struktur dimana kekakuan bagi balok secara
relatif adalah cukup besar dibandingkan kekakuan tiang-tiang, supaya putaran yang nyata
pada bagian atas tiang-tiang dapat ditahan. Dalam cara ini bangunan akan berkelakuan seperti
3. Deformasi dari struktur tak dipengaruhi gaya aksial yang terjadi pada tiang.
(akibat massa yang terbagi pada struktur) menjadi struktur dengan hanya beberapa kebebasan
sesuai dengan massa yang terkumpul pada bidang lantai. Struktur tiga tingkat dimodelkan
sebagai bangunan geser, mempunyai tiga derajat kebebasan yaitu tiga perpindahan horizontal
putaran (rotasi). Anggapan ketiga memungkinkan terjadinya keadaan dimana balok kaku
Beban pada struktur dapat berupa beban yang bekerja pada titik kumpul (node loa)
maupun beban yang bekerja pada elemen. Beban pada struktur tersebut dapat berupa beban
statik maupun beban dinamik. Pada kasus gempa bumi, bebannya adalah inersia. Gaya ini
Berdasarkan pada keseimbangan dinamik pada free body diagram akan diperoleh,
m 1 ӳ 1 + k 1 y 1 + c 1 ý 1 – k 2 (y 2 -y 1 ) – F 1 (t) = 0 (2.24)
m 3 ӳ 3 + k 3 (y 3 -y 2 ) + c 3 (ý 3 - ý 2 ) – F 1 (t) = 0 (2.26)
m 1 ӳ 1 + (c 1 + c 2 ) ý 1 - c 2 ý 2 +( k 1 + k 2 ) y 1 - k 2 y 2 =F 1 (t) (2.27)
m 2 ӳ 2 - c 2 ý 1 +( c 2 + c 3 ) ý 2 - c 3 ý 3 - k 2 y 1 +( k 2 + k 3 ) y 2 - k 3 y 3 =F 2 (t) (2.28)
m 3 ӳ 3 - c 3 ý 2 +c 3 ý 3 - k 3 y 2 + k 3 y 3 =F 3 (t) (2.29)
m1 0 0 ӳ1 c1 + c2 −�2 0 ý1
� 0 m2 0 � � ӳ2 � + � −�2 c2 + c3 −�3� �ý2� +
0 0 �3 ӳ3 0 −�3 �3 ý3
k1 + k2 −�2 0 y1 �1(�)
� −�2 k2 + k3 −�3� �y2� = ��2(�)� (2.30)
0 −�3 �3 y3 �3(�)
Dimana [M], [C], dan [K] berturut-turut adalah mass matriks, damping matriks dan matriks
�1 0 0
[�] = � 0 �2 0 � (2.32)
0 0 �3
�1 + �2 −�2 0
[�] = � −�2 �2 + �3 −�3� (2.33)
0 −�3 �3
�1 + �2 −�2 0
[�] = � −�2 �2 + �3 −�3� (2.34)
0 −�3 �3
kecepatan, vektor simpangan dan vektor beban. Vektor tersebut dapat dituliskan menjadi
ӳ1 ý1 �1 �1(�)
ӳ2 �2
{ӳ} = � � , {ý} = �ý2� , {�} = � � ��� {�(�)} = ��2(�)� (2.35)
ӳ3 ý3 �3 �3(�)
Sebagaimana dibahas dalam struktur SDOF bahwa respon struktur yang sangat penting
yang dicari adalah simpangan tingkat karena momen yang terjadi pada ujung-ujung kolom
merupakan fungsi langsung dari simpanagan tingkat. Cara untuk menyelesaikan persamaan
METHOD)
Persamaan di atas pada dasarnya adalah persamaan coupling yaitu suatu persamaan simultan
yang saling tergantung satu sama lain. Pada persamaan seperti itu, maka penyelesaian
persamaan harus dilakukan secara simultan sekaligus untuk setiap step integrasi. Hal tersebut
dianggap kurang praktis maka dari itu metode superposisi ini adalah salah satu alternatif
pemecahan masalah.
menjadi persamaan simultan uncoupling yaitu persamaan diferensial simultan yang masing-
struktur MDOF seolah-olah menjadi struktur SDOF. Standar mode shapes seperti disinggung
diatas dipakai sebgai cara untuk mentransformasi dari N-persamaan diferensial coupling
diperoleh adalah persamaan diferensial setiap mode atausetiap ragam/pola goyangan yang
saling independen yang akan menghasilkan simpangan tingkat yang berasal dari kontribusi
setiap mode. Simpangan total untuk setiap tingkat dapat diperoleh dengan
Clough dan Penzien (1993) mengatakan bahwa metode ini memiliki kelemahan yaitu
terletak pada penyelesaian eigenproblem untuk mencari nilai mode shapes karena untuk
struktur yang mempunyai banyak derajat kebebasan, bagian inilah yang memerlukan banyak
usaha. Karena persamaan diferensial menjadi uncoupled, maka tidak diperlukan matriks
massa, matriks redaman dan matriks kekakuan. Pada umunya dalam metode ini dipakai
(COUPLING)
Metode integrasi secara langsung adalah alternatif yang lain selain metode superposisi.
Persamaan dilakukan secara integrasi langsung persamaan diferensial coupled. Pada metode
ini, memerlukan matriks massa, dan matriks kekauan, namun demikian matriks redaman
harus disusun secara khusus karena koefisien redaman umumnya bergantung pada mode.
Pada metode ini, walaupun mode-shapes tidak diperlukan namun demikian mencari nilai
frekuensi sudut ω sudah hampir sama dengan menghitung mode shapes. Dapat diartikan
seperti itu karena mode shapes/eigenvector nilai-nilainya akan bergantung pada eigenvalue
Metode ini bersifat pendekatan, karena beban dinamik yang diperhitungkan bukannya
beban dinamik langsung. Pada metode spektrum respon, respon struktur dihitung berdasarkan
pada spektrum respon untuk daerah gempa tertentu. Spektrum respon yang bersangkutan
dibuat berdasarkan kemungkinan-kemungkinan gempa yang telah dan akan terjadi pada
Gempa sering digolongkan sebagai beban dinamis yaitu berubah menurut waktu,
maka sebenarnya analisis struktur akibat gempa sebaiknya juga dilakukan dengan analisis
dinamis. Namun demikian sebagaimana dijelaskan dalam pedoman perencanaan tahan gempa
untuk rumah dan gedung (1987) maupun pedoman gempa negara-negara lain, bahwa untuk
bangunan-bangunan dengan bentuk beraturan dan tidak tergolong bangunan tinggi, analisis
dinamis tidak diperlukan (boleh tidak dilakukan) dan dapat atau cukup dilakukan dengan cara
Analisis beban statik ekivalen adalah salah satu cara analisis statik struktur, dimana
pengaruh gempa pada struktur dianggap sebagai beban-beban statik horizontal untuk hanya
boleh dilakukan untuk struktur-struktur gedung sederhana dan beraturan yang tidak
menunjukkan perubahan yang mencolok dalam perbandingan antara berat dan kekakuan pada
tingkat-tingkatnya, karena beban statik ekivalen hanyalah pendekatan yang meniru pengaruh
a. RESPON SPEKTRUM
Respon spektrum adalah suatu spectrum yang disajikan dalam bentuk grafik/plot
antara periode getar struktur T, lawan respon-respon maksimum bedasarkan rasio redaman
Terdapat dua macam respon spectrum, yaitu spectrum elastik dan spectrum inelastik.
Spectrum elastik adalah suatu spectrum yang didasarkan atas respon elastik struktur,
sedangkan spectrum inelastik (disebut juga spectrum respon) adalah spectrum yang discale
down dari spektrum elastik dengan nilai daktalitas tertentu. Nilai spektrum dipengaruhi oleh
Konsep spektrum respons waktu ini diterima secara luas dalam struktur dinamik
khususnya perencanaan bangunan tahan gempa. Secara sederhana dijelaskan bahwa spektrum
dan fungsi beban tertentu dari sistem berderajat kebebasan satu. Absis dari spektrum adalah
Spektrum respon dalam hal ini adalah plot antara koefisien gempa dasar C dengan
periode getar struktur T. Secara umum dapat dikatakan bahwa koefisien gempa dasar C
utamanya dipengaruhi oleh daerah gempa, periode getar struktur T dan jenis tanah. Untuk
setiap respon spektrum disajikan juga pengaruh kondisi tanah, yaitu spektrum untuk tanah
keras, tanah lunak dan tanah sedang. Tiap-tiap daerah gempa akan mempunyai spektrum
keselamatan penghuni terhadap gempa besar yang mungkin terjadi, dan untuk menghindari
atau mengurangi kerusakan atau kerugian harta benda terhadap gempa sedang yang terjadi.
Walaupun demikian, prosedur yang digunakan dalam peraturan tersebut tidak dapat secara
langsung menunjukkan kinerja bangunan terhadap suatu gempa sebenarnya, kinerja tadi tentu
terkait dengan resiko yang dihadapi pemilik bangunan dan investasi yang dibelanjakan terkait
dengan resiko yang dihadapi pemilik bangunan dan investasi yang dibelanjakan terkait
dengan resiko yang diambil. Perencanaan tahan gempa berbasis kinerja merupakan proses
yang dapat digunakan untuk perencanaan bangunan baru maupun perkuatan bangunan yang
sudah ada, dengan pemahaman yang realistik terhadap resiko keselamatan, kesiapan pakai
dan kerugian harta benda yang mungkin terjadi akibat gempa yang akan datang.
Hal penting dalam perencanaan berbasis kinerja adalah sasaran kinerja bangunan terhadap
gempa dinyatakan secara jelas, sehingga pemilik, penyewa, asuransi, pemerintahan atau
penyandung dana mempunyai kesempatan untuk menetapkan kondisi apa yang dipilih,
terdiri dari kejadian gempa rencana yang ditentukan, dan taraf kerusakan yang diijinkan atau
level kinerja dari bangunan terhadap kejadian gempa tersebut. Mengacu pada FEMA-
273(1997) yang menjadi acuan klasik bagi perencanaan berbasis kinerja maka kategori level
Untuk perencanaan struktur bangunan gedung melalui analisis dinamik linier riwayat
waktu terhadap pengaruh pembebanan gempa horisontal, percepatan muka tanah asli dari
gempa masukan harus diskalakan ke taraf pembebanan gempa nominal tersebut, sehingga
�0�
�= �
(3.37)
Dimana:
I = faktor keutamaan
Untuk mengkaji perilaku pasca elastik struktur gedung terhadap pengaruh gempa
rencana, harus dilakukan analisis respon dinamik non-linier riwayat waktu, di mana
percepatan muka tanah asli dari gempa masukan harus diskalakan, sehingga nilai percepatan
Tabel 2.1 Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah
gempa puncak
batuan
I1 I2 I3
dan perkantoran
televisi
Akselerogram gempa masukan yang ditinjau dalam analisis dinamik linier dan non-
linier riwayat waktu, harus diambil dari rekaman gerakan tanah akibat gempa yang didapat
disuatu lokasi yang mirip kondisi geologi, topografi dan seismotektoniknya dengan lokasi
kondisi lokasi ini, paling sedikit harus ditinjau 4 buah akselerogram dari empat gempa yang
berbeda, salah satunya harus diambil akselerogram Gempa El Centro N-S yang telah direkam
pada tanggal 15 mei 1940 di california. Berhubung gerakan tanah akibat gempa pada suatu
lokasi tidak mungkin dapat diperkirakan dengan tepat, maka sebagai gempa masukan dapat
gerakan tanah yang disimulasikan ini antara lain terdiri dari waktu getar predominan tanah,
Beban gempa adalah fungsi waktu, sehingga respon pada struktur juga tergantung dari
waktu pembebanan. Akibat Gempa Rencana struktur akan berperilaku inelastik. Untuk
mendapatkan respon struktur tiap waktu dengan memperhitungkan perilaku nonlinier, maka
dilakukan analisis riwayat waktu inelastik nonlinier dengan analisis langkah demi langkah
(metode integrasi bertahap) memakai DRAIN-2D. Beban gempa yang digunakan adalah El
Centro 1940, Bucharest 1977, Flores 1992 dan Pacoima Dam 1971. Analisis memakai 4
macam gempa yang diskalakan intensitasnya terhadap amplitudo maks. Percepatan tanah
(Ao) pada kurva respons spektrum SNI 1726- 2002 saat T = 0. Perhitungan skala intensitas
sebagai berikut, untuk gempa El-Centro percepatan puncak tanah asli = 0,3417g, sedangkan
percepatan puncak tanah keras untuk wilayah gempa 4 = 0,24g, maka skala gempa =
0.24
0.3417
�1 = 0.7024�. Selengkapnya lihat tabel dibawah:
3.1 UMUM
Energi yang sangat besar terjadi pada bangunan akibat pergerakan tanah akibat
adanya gempa bumi. Filosofi desain bangunan konvensional mencari cara untuk mencegah
energi gempa dengan siklus deformasi yang inelastik pada titik-titik tertentu.
Dalam dua dekade terkahir ini, sistem perlindungan khusus telah dibangun untuk
meningkatkan keamanan dan mengurangi kehancuran bangunan selama gempa terjadi. Hal
ini memberi pendekatan dengan tujuan mengontrol respon gempa struktur dan pelesapan
energi sesuai dengan bagian-bagian struktural dengan mengubah sifat dinamik sistem
tersebut.
Saat ini, metode paling dapat dipercaya dan praktis dalam mengurangi respon
struktur terhadap gempa adalah menggunakan sistem pengontrol respon gempa pasif.
System ini didesain untuk melesapkan sebagian besar energi gempa bumi yang masuk
dengan alat khusus atau lebih khususnya sebuah penghubung khusus yang mengalami
deformasi dan meleleh selama terjadi gempa. Selama terjadi deformasi dan pelelehan
pada alat tersebut, maka kehancuran atau tenaga dari gempa bumi tersebut kepada
Tujuan dari sistem ini adalah melindungi struktur bangunan dari kehancuran
dipilih untuk tidak menyatu kepada pergerakan tanah. Beberapa isolator juga
bekerja pada lapisan alat isolasi, dan perilaku bangunan suprastuktur akan
Tujuan dari sistem ini adalah menyediakan penyerap energi tambahan untuk
gempa bumi dalam jumlah yang besar melalui deformasi inelastik atau
gesekan yang terjadi pada alat pelesap energi, dengan cara demikian juga akan
Passive control system ini secara umum meningkatkan kinerja struktur bangunan
pada struktur yang menyeimbangkan dengan cara membalas gaya gempa yang
diinduksi. Sistem ini dikatakan aktif karena mereka membutuhkan sumber energi dan
tuned-mass dampers yang diletakkan pada bangunan tersebut. Active system lebih
rumit dari passive system, karena hanya bertumpu pada kendali komputer, sensor
sumber energi cadangan untuk memastikan bahwa mereka akan beroperasi selama
gempa besar terjadi dan getaran yang ditimbulkan setelah terjadi getaran secara tiba-
tiba.
Sistem ini merupakan kombinasi dari passive control and active control. Pada
umumnya mereka mereduksi energi yang bersifat memaksa, memperbaiki dan lebih
ekonomis bila dibandingkan dengan active systems. Dimasa depan, system ini
mungkin akan termasuk dalam variasi friction dampers, variasi viscous dampers, dan
semi-aktif isolasi.
Secara umum passive control system dapat mempunyai banyak tujuan yang
memberikan hasil yang mencakup standar keamanaan hidup menjadi standar yang lebih baik
sebagai pencegah kerusakan dan memperbaiki pasca gempa. Bagian pelesap energi yang
digunakan pada umumnya pada passive control systems adalah alat-alat sederhana yang
menunjukkan kestabilan dan dapat memprediksi perilaku inelastik ketika sesuatu mengalami
beban seismik seperti siklus yang berulang-ulang. Walaupun begitu, alat tersebut tidaklah
selamanya dapat menjamin dan membuat bangunan memberikan performa yang baik.
mengalami beban seismik jika alat-alat tersebut dipadukan secara hati-hati kedalam sistem
struktural dari desain beban seismik, dengan memperhatikan karakteristik dinamis bangunan
baik karena gesekan dengan benda-benda disekelilingnya maupun oleh persitiwa intern yang
ada pada benda tersebut. Dengan adanya resistensi gerkan tersebut maka gerakan benda
lambat laun akan melemah. Umumnya dikatakan bahwa terdapat sistem penyerapan energi
pada peristiwa yang bersangkutan atau struktur yang bersangkutan memiliki sistem
peredaman. Sistem penyerapan energi ini hanya ada pada peristiwa dinamik. Salah satu alat
simpangan struktur dan menghentikan getaran, agar simpangan antar tingkat dapat diperkecil
sehingga gaya lateral kolom menjadi kecil. Damping dalam struktur tersebut disebut juga
inherent damping, yaitu damping yang berasal dari gesekan antara struktur dengan bagian
non struktur, geseran udara dan tutup bukanya penampang beton yang retak, dan plastisitas
bahan setelah struktur mengalami deformasi. Besarnya damping tersebut sekitar 1% sampai
5% bergantung jenis dan kekauan struktur. Bila struktur tanpa damping, getaran struktur tidak
akan berhenti.
Getaran bebas tanpa damping dengan 0% damping, amplitudo getaran akan tetap
dan akan berulang-ulang tanpa henti. Sedangkan getaran dengan damping 5% dan 10%
amplitudo getaran semakin kecil terhadap waktu. Semakin besar damping maka amplitudo
getaran akan semakin kecil dan cepat berhenti bergetar. Hal ini tidak terjadi pada keadaan
sebenarnya, getaran bagaimanapun akan berhenti pada suatu waktu tertentu, berhentinya
Jika pada struktur kita hanya menggunakan damper saja maka struktur tersebut
akan memiliki simpangan yang kecil serta mengurangi gaya geser. Namun, dalam
dihubungkan dengan bangunan yang memiliki fleksibilitas. Apabila dalam struktur kita
menggunakan brasing sebagai peredam maka struktur akan memiliki simpangan yang kecil
namun gaya geser akan bertambah besar. Untuk itu apabila kita gabungkan antara damper
yang memiliki daya redam yang tinggi dengan brasing yang memilik kekakuan, maka
struktur akan memiliki periode alami berkurang sekitar 1 second dan rasio damping akan
Walaupun dasar-dasar pokok peredam gempa telah diketahui selama abad ini,
hanya pada 4 dekade terakhir sistem redaman gempa dalam menerima peranan gempa
menjadi ada dan hanya selama dekade terakhir dipakai oleh masyarakat luas. Kelly (1996)
mencatat beberapa contoh bangunan dengan peredam gempa. Meliputi 2 gedung yang
bangunan di Cina dengan lapisan pasir diantara pondasi dan bangunan, bangunan ini
Eisenberg (1992) menjelaskan sebuah bangunan yang dibangun pada tahun 1959
di Askhabad, Turkmenistan yang dibangun dengan kabel yang berperilaku sebagai pendulum.
Bangunan pertama yang menggunakan sebuah sistem karet peredam yang merupakan
berdiri di peredam yang berbentuk solid tidak termasuk pelat prategang baja horizontal, yang
akan dilakukan saat ini. Pada tahun 1978 struktur pertama yang menggunakan system isolasi
dengan menambah damping di Toetoe Viaduct di pantai utara si Selandia Baru. Sistem ini
terdiri atas baja yang dibungkus dan peredam karet dipadukan dengan sebuah peredam alam
dengan gaya damping yang tinggi, yang terdiri atas sebuah lead core di tengah untuk energi
dissipasinya.
Tipe ini sekarang banyak digunakan oleh para insinyur yang dikenal sebagai Lead
Rubber Bearing (LRB). Bangunan pertama yang menggunakan system peredam gempa LRB
adalah William Clayton Building di Wellington, Selandia Baru pada tahun 1981.
3.2.2 KOMPONEN
Rubber Bearing (LRB). Seperti pada gambar yang ditunjukkan, LRB memiliki dua jenis
bentuk yaitu tampang bulat dan tampang persegi. Komponen utama penyusunnya adalah
lapisan karet pada bagian tengah dan permukaan, pelat permukaan, dan timah pada inti
bagian tengahnya. Lapisan karet yang di permukaan tersebut diletak untuk mencegah
perubahan sedangkan pelatnya diletakkan di ujung-ujung dari LRB. LRB memiliki fungsi
untuk melesapkan energi melalui timah yang berada di inti LRB tersebut.
Karakteristik sifat dasar dari lapisan bantalan karet ditentukan oleh persamaan
yang sama tanpa memperhatikan perbedaan bentuk. Kekakuan vertikal kv dari LRB
� �₀�1+2� �₁ 2 ��∞
�� = �ᵥ. � �₀(1+2� �₁ 2 )+�∞
(3.1)
Dimana:
regangan adalah 400 (%). Kekuatan kritis tekan ditentukan oleh persamaan dibawah ini.
4
��� �1 − �� . �₂
� < 30 (kasus 1)<30 (3.2)
�
� = ��� �1 − �� .�₂� (nilai maksimum tegangan adalah 60 N/mm2) (3.3)
4
��� �1 − �� . �₂
� ≥ 30 (kasus 2) (3.4)
� 30
� = ��� �1 − 4 � + 4
� (nilai maksimum tegangan adalah 60 N/mm2) (3.5)
Dimana :
σcr = ξ . Gr . S 1 S 2 (3.6)
1 (�₂ < 4)
�� = �
0.1(�₂ − 3) + 1 (�₂ ≥ 4)
�₂ (�₂ ≤ 6)
�₂ = �
6 (�₂ > 6)
Dalam gambar dibawah ini ditunjukkan model hysteresis loop dari LRB. Kemampuan
menahan gaya horizontal dari LRB ditahan oleh kekakuan sekunder kd dan daya leleh Qd.
Hyterestic loop merupakan kurva hubungan gaya dengan simpangan pada sistim SDOF yang
dibebani dengan beban siklik dan luas dari loop merupakan besarnya energi yang dissipasi.
persamaan 3.7.CKd dalam hal ini mengartikan perubahan modulus pada Kd dalam
mempertimbangkan ketergantungan tegangan dan hal itu dijelaskan dengan persamaa 3.10.
Kd.
Dimana :
Kr =kekakuan lateral
��
�� = �� �
(3.8)
Dimana:
��
�� = � �
(3.9)
Dimana:
Dimana
Gaya leleh LRB Qd pada 15 derajat dapat dijelaskan dengan persamaan 3.12
.CQd dalam hal ini mengartikan perubahan modulus pada Qd dalam mempertimbangkan
ketergantungan tegangan dan hal itu dijelaskan dengan persamaan 3.13 .dan persamaan 3.14
Dimana:
Dimana:
kekakuan utama Ku, persamaan kekakuan Keq dan persamaan rasio damping
Dimana:
β = rasio Ku terhadap Kd
��
��� = �.� + �� (3.16)
��
2 �� �� .�−(� −1)�� �
ℎ�� = (3.17)
� ��� .(� .�)²
Dalam analisia struktur, LRB dapat dimodelkan sebagai model linier ataupun
nonlinier. Untuk analisis linier digunakan kekakuan efektif Keff, sedangkan untuk analisis
non linier ada 3 parameter yang menentukan karakteristik dari LRB, yaitu kekakuan awal k 1 ,
kekakuan pasca leleh k 2 , dan kekakuan leleh antar inti timah Q. Kekakuan awal yang cukup
besar direncanakan untuk menahan beban angin dan gempa kecil. Pada umumnya nilai
kekakuan ii mencapai 6,5 sampai 10 kali dari kekakuan pasca leleh k 2 . Untuk analisis linier
biasanya digunakan kekakuan efektif k eff , kekauan k 1 dan k 2 , ditentukan dari test percobaan
hysteresis loop, sedangkan kekakuan efektif ditentukan dari persamaan berikut(Naeim and
kelly,1999).
�
���� = � 2 + � � ≥ �� (3.18)
F y =Q+K 2 D y
2�(� − �� )
���� =
����� �2
Q=A p τ y (3.19)
Dimana A p dan τ y adalah luas penampang dan tegangan geser leleh inti timah. Besarnya
tegangan geser leleh timah berkisar antara 800 Mpa – 1000 Mpa. Kekakuan leleh k p , lebih
�� �� �
�� = ∑�
(3.20)
Dimana:
Ar =Luas peredam
Pada LRB yang pada umumnya dirakit dari peredam alami yang memiliki
damping yang rendah terdapat 3 parameter, yaitu kekauan leleh K p , tegangan leleh F y dan
�
�� = 5.5� (3.21)
�
F y =Q+k p D y (3.22)
Hubungan kekakuan leleh antar timah Q dan kekakuan leleh k p bisa juga dirumuskan sebagai
berikut:
Dimana:
Dy =perpindahan leleh, pada percobaan disarankan berkisar antara 0.05 sampai 0.1 total
tebal peredam
Kp =kekuan leleh
Sedangkan hubungan kekauan leleh antar inti timah Q dan kekauan efektif K eff dapat
�� ��� � ��� � 2
�= 2(�−�� )
(3.24)
Nisbah redaman dengan pemodelan redaman viskos ekivalen diperoleh dari persamaan
1 ��
� = 4� ��
(3.25)
Dimana E D adalah energi dissipasi per cycle (luas kurva hysteresis loop) diberikan sebagai
E D =4Q(D-D y ) (3.26)
1
�� = 2 ���� �2 (3.27)
10
� = �5+� (3.28)
Damper karet merupakan sebuah alat peredam gempa. Alat ini mampu mendissipasi
energy gempa yang masuk kedalam struktur sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Alat
ini sangat ekonomis pemasangannya karena jika terjadi gempa kuat, maka alat ini akan lebih
dulu berdeformasi dengan mempertahankan kondisi struktur tetap dalam kondisi elastic.
Artinya jika masih terjadi gempa yang kuat maka alat ini yang akan mengalami kerusakan,s
edangkan struktur aslinya masih tetap dapat berdiri dan dapat dipergunakan.
Dalam Tugas Akhir ini, saya menggunakan damper jenis lead rubber bearing (LRB)
yang berbentuk persegi empat. Biasanya LRB ini digunakan sebagai base isolator yang
berfungsi mendissipasi energy gempa, biasanya diletak diantara kolom dan pondasi. Pada
kasus ini saya akan menggunakan LRB dibawah balok dengan menggunakan brasing sebagai
pengaku damper tersebut. LRB ini adalah peredam gempa yang tersusun atas komponen-
komponen seperti lapisan-lapisan karet dan lapisan-lapisan baja. LRB ini memiliki timah di
inti tengahnya, kemudian di atas dan di bawah damper karet ini akan dilindungi dengan pelat
baja dimana pelat atas akan menghubungkan damper kebalok sedangkan pelat atas akan
Seperti tampak pada gambar diatas telah diketahui hubungan antara tinggi struktur
dengan tinggi damper dan sudut perpindahan antara struktur dengan sudut perpindahan
damper. Pada gambar diketahui φ d adalah sudut perpindahan damper, sedangkan φ f adalah
sdut perpindahan struktur. Dan H adalah tinggi dari struktur sedangkan h adalah ketinggian
dari damper.
dan h. Pada penelitiannya dikatakan bahwa standar ukuran antara H dan h yang baik adalah
memiliki hubungan H/h = 10. Sedangkan sudut perpindahan dari frame φ f = ± 0.02 radian.
Jadi, jika struktur memiliki tinggi H = 4 m maka tinggi damper ideal h = 40 cm dan
perpindahan struktur u = 8 cm. Pada penelitiannya juga dijelaskan bahwa nilai SR yang baik
��
�� = �� (3.29)
Dimana SR adalah stiffness ratio atau rasio kekakuan, kf adalah kekakuan frame atau
kekakuan kolom dan ka adalah gabungan brasing dengan damper yang dirumuskan dengan:
�� .��
�� = �� +��
(3.30)
KARET
Kb=kekakuan bracing
Dari gambar dapat diketahui bahwa kb dan kd adalah pegas yang disusun secara
seri.Dengan memisalkan ka adalah total gabungan dari kb dan kd, maka ka dapat dihitung
dengan persamaan:
1 1 1
��
=
��
+
��
(3.31)
1 �� +��
��
=
�� .��
(3.32)
�� .��
�� = (3.33)
�� +��
Dari persamaan diatas maka dapat diperoleh model matematik yang baru, yaitu:
Dari gambar di atas diketahui bahwa kf dan ka adalah pegas yang disusun secara
paralel. Dengan memisalkan K T adalah total gabungan dari kf dan ka, maka ka dapat dihitung
dengan persamaan:
K T =Kf + Ka (3.34)
Dari persamaan diatas maka dapat digambarkan model matematik seperti gambar
berikut ini:
Dari gambar model matematik diatas dapat digambarkan gambar freebody diagram sebagai
berikut:
F I +F D +F S =P(t) (3.35)
Dimana:
F I = m. ӳ
F D = c.ý
F S = k. y
m. ӳ + c.ý + k. y = P (t)
atau
m. ӳ + c.ý + k. y = -m ӳ g (3.36)
KARET
Kb=kekakuan brasing
secara seri. Dengan memisalkan ka1 adalah total gabungan dari k b1 dan k d1 , maka k a1 dapat
1 1 1
�� 1
=
�� 1
+
�� 1
(3.37)
1 �� 1+�� 1
�� 1
=
�� 1.�� 1
(3.38)
�� 1.�� 1
��1 = (3.39)
�� 1+�� 1
Dengan perhitungan seperti diatas maka dapat diperoleh persamaan untuk DOF yang lain.
�� 2.�� 2
��2 = (3.40)
�� 2+�� 3
�� 3.�� 3
��3 = (3.41)
�� 3+�� 3
Dari persamaan diatas dapat digambar model matematik yang baru dengan
secara paralel. Dengan memisalkan kT1 adalah total gabungan dari kf1 dan ka1, maka ka1
Dari persamaan di atas maka dapat digambarkan model matematik seperti berikut ini:
sebagai berikut:
Dengan:
m 1 ӳ 1 + k 1 y 1 + c 1 ý 1 – k 2 (y 2 -y 1 ) – F 1 (t) = 0 (3.45)
m 3 ӳ 3 + k 3 (y 3 -y 2 ) + c 3 (ý 3 - ý 2 ) – F 1 (t) = 0 (3.47)
m 1 ӳ 1 + (c 1 + c 2 ) ý 1 - c 2 ý 2 +( k 1 + k 2 ) y 1 - k 2 y 2 =F 1 (t) (3.48)
m 2 ӳ 2 - c 2 ý 1 +( c 2 + c 3 ) ý 2 - c 3 ý 3 - k 2 y 1 +( k 2 + k 3 ) y 2 - k 3 y 3 =F 2 (t) (3.49)
m1 0 0 ӳ1 c1 + c2 −�2 0 ý1
� 0 m2 ӳ2
0 � � � + � −�2 c2 + c3 −�3� �ý2� +
0 0 �3 ӳ3 0 −�3 �3 ý3
Dari persamaan di atas dapat dituliskan matriks massa, matriks kekakuan dan
matriks redaman untuk struktur MDOF dengan redaman menggunakan damper karet.
bahwa :
kerusakan non-struktural.
3. Bila terjadi gempa besar, akan terjadi deformasi plastis struktur tetapi tidak
terjadi keruntuhan.
Untuk menjamin tidak terjadi keruntuhan sewaktu gempa besar, maka struktur harus
cukup daktail, hal ini dapat dilakukan dengan pembentukan sendi plastis yang cukup daktail
pada lokasi-lokasi tertentu, lokasi pembentukan sendi-sendi plastis biasanya dipilih pada
dengan daktilitas struktur yang kecil, perencanaan yang demikian dikenal dengan
perencanaan kolom kuat dan balok lemah. Pembentukan sendi plastis pada struktur akan
menimbulkan kerusakan-kerusakan, bila kerusakan masih dalam batas tertentu masih dapat
diperbaiki, tapi teknik perbaikan biasanya cukup sulit, memerlukan waktu dan biaya yang
cukup besar.
Dengan memilih pembentukan sendi plastis pada bagian struktur yang mudah
diganti atau memakai struktur tambahan yang direncanakan untuk terjadi kerusakan bila
terjadi gempa besar, maka pada struktur utama tidak akan terjadi kerusakan. Konsep
Untuk struktur yang dipasang damper karet, damper direncanakan sebagi fuse dari
struktur, bila terjadi gempa besar damper akan rusak dengan deformasi plastis yang besar,
struktur utama tetap elastis, walaupun keadaan struktur pasca gempa besar akan terjadi off-
center atau sideway yang tetap karena deformasi plastis di damper, dengan melepaskan
damper yang rusak sewaktu penggantian damper baru, bangunan akan centering kembali ke
keadaan awal.
Garis I (frame)
Pada gambar tampak bahwa struktur (frame) tanpa LRB dengan kekakuan sebesar K f
Hubungan dari gaya,kekauan dan deformasi dapat dituliskan dalam persamaan berikut ini:
F s = k f .u f (3.52)
Garis II (device)
Pada gambar tampak bahwa gabungan LRB dengan brasing dengan kekauan K a diberikan
beban/gaya sebesar f a akan mengalami deformasi sebesar U a . Hubungan dari gaya, kekakuan
F a =K a .U a (3.53)
Pada gambar tampak bahwa gabungan antara damper, brasing dan frame dengan kekakuan
K T diberikan beban/gaya sebesar F y , maka damper dan frame akan mengalami deformasi
Hubungan dari gaya, kekakuan dan deformasi dapat dituliskan dalam persamaan berikut ini:
F y = K T .U a (3.54)
Jika gaya tersebut bertambah maka LRB akan bersifat dari elastis menjadi inelastis, akibat
dari perubahan ini menyebabkan perlawanan damper juga akan semakin mengecil. Dan jika
gaya bertambah terus maka damper akan tidak lagi melakukan perlawanan tetapi gaya
sepenuhnya akan ditanggung oleh frame hingga pada saat frame menerima gaya maksimum
(fp) dan akan berdeformasi sebesar U f . Dan pada saat gaya melebihi gaya maksimum maka
Pada saat damper tidak melakukan perlawanaan lagi, gaya yang diterima oleh struktur
Jika kekakuan frame dan kekakuan total dibandingkan dapat dituliskan dengan hubungan:
K f =K T .� (3.55)
��
�=
��
��
�=
�� + ��
��
�= (3.56)
�
(1 + � )
��
Dimana � = rasio kekakuan setelah mengalami leleh (the post yielding stiffness ratio)
Jika dibuat hubungan gaya saat damper berubah dari elastic-inelastic (f y ) maka dapat
��
�= (3.57)
��
Maka dituliskan :
��
� = � .Ӳ� (3.58)
���
3.5.1 PENDAHULUAN
efek getaran, konstruksi sederhana, biaya perawatan dan pembuatan yang rendah serta
kenyamanan. Berbeda dengan sistem pengontrol aktif dan semi-aktif yang tidak
membutuhkan catu daya eksternal untuk teknologi pendissipasi energi. Dalam beberapa
dekade terakhir ini, banyak jenis-jenis peredam yang telah dikembangkan seperti steel
triangular plate energy dissipator, friction damper, Tapered steel energy dissipator, visco-
elastic damper and viscous damper,lead shear damper dan lain sebagainya. Beberapa telah
digunakan untuk memperbaiki bangunan yang sudah ada ataupun yang baru dibangun,dan
pengaruh serta keuntungan ekonomi dari damper-damper tersebut telah dipelajari oleh Pall
A.S dan Marsh C, dan lain sebagainya(Pall A.S dan Marsh C, 1981, Soong T.T danDargush
G.F,1997, Cherry S dan Filiatrault. A,1993, Skinner R.I, Kelly J.M and Heine A.J, 1975 ,
Tsai K.C, et al, 1993, Tyler R.G,1978 ,Robinson W.H and Greenband L.R,1976,Li H.N dan
Li G,2006,dan lain-lain).
adalah melesapkan energi selama terjadi gempa dan secara substansial mengurangi respon
seismik dari beban-tahan gravitasi dari struktur tersebut. Namun yang terutama seperti yang
disebutkan di atas adalah peredam hanya mengadopsi satu mekanisme pendissipasi energi,
membatasi gaya yang dilesapkan, dan kemampuan meredam energi. Untuk meningkatkan
efektifitas damper, gagasan untuk meningkatkan deformasi dan gaya dalam perangkat
pengontrol pasif digunakan, seperti penggunaan brasing dalam meredam energi bolak balik,
dan peredam komposit. Tetapi konstruksi peredam energi bolak-balik seperti disebutkan
menggunakan bracing dibatasi. Untuk itu diperkenalkan sebuah alat pendissipasi energi yang
baru yang terdiri atas inti timah ditengahnya. Percobaan-percobaan telah banyak dilakukan
dan dipelajari tentang kegunaan dari lead rubber damper tersebut. Hasil-hasil percobaan
tersebut menunjukkan kemampuan dalam melesapkan energi yang sangat bagus dan kinerja
ketahanan leleh serta memberikan keuntungan yang lain dalam menggunakan pengontrol
pasif.
DAMPER(DAMPER KARET)
Seperti diilustrasikan gambar dibawah ini bahwa lead rubber damper terdiri atas
bahan timah ditengahnya, lapisan-lapisan karet, lapisan-lapisan baja, pelat baja penghubung,
pelat baja geser (ekstrusion head), pelat baja penahan (lapisan penutup). Sebagai tambahan
inti timah akan dihubungkan bersama-sama dengan vulkanisasi pada suhu tinggi dan
tekanan tinggi, dan beberapa lubang yang dibuat dipermukaan agar menjaga damper dalam
(1) Memiliki dua macam mekanisme disipasi energi, timah serta hysteresis karet bersama-
sama bekerja dalam melesapkan energi. Jadi lead rubber damper sangatlah efisien.
(2) Menyederhanakan proses pembuatan dan proses instalasi dengan biaya yang murah.
(3) Peredam tersebut dapat meredam energi dalam dua arah, dan kinerja peredam ini tidak
(4) Hal ini dapat secara luas digunakan untuk mengontrol respon getaran bangunan bertingkat
proyek utilitas yang digunakan untuk meningkatkan perilaku bangunan terhadap gaya gempa.
Skema desain asli dari bangunan chaosan-xinhe adalah 22 lantai diatas permukaan tanah dan
satu lantai untuk basement, dan total luas lantai adalah sekitar 27976,8 m2, dan bentuk lantai
direncanakan berbentuk elips. Namun pemilik ingin meningkatkan kinerja tiga lantai pada
prosedur konstruksi, jadi total keseluruhanya menggunakan 28 buah lead rubber damper yang
bangunan adalah 7956m2, dan 28 lantai diatas permukaan tanah dan 3 lantai di basement.
Kesuluruhan proyek terdiri atas dua bangunan tower residen, dimana pada lantai 8 sampai
lantai 28 dan sebuah bangunan podium komersil. untuk itu bangunan tersebut membutuhkan
bentuk struktural yang diadopsi berbeda dalm proyek ini, kekakuan setiap tingkatan, geser
dan gaya yang disalurkan mengganti secara signifikan ketiap tingkat bangunan karena
peralihan lantai berada pada lokasi yang lebih tinggi yaitu dilantai 7. Maka total 24 buah lead
Dongshan-Jinxuan Building
4.1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini sebuah contoh perhitungan pada struktur 4 lantai dimana struktur
yang dianalisa adalah struktur biasa dan struktur menggunakan suatu sistem peredam energi
(damper) akibat gaya gempa. Adapun sistem peredam energi yang digunakan adalah lead
rubber damper bentuk persegi. Analisa dilakukan secara 2 dimensi, dalam pengerjaan analisa
struktur dibantu dengan menggunakan SAP 2000 v11. Adapun data-data yang akan
Pada tugas akhir ini, material baja yang digunakan untuk pemodelan struktur
adalah material baja sebagai berikut: Pada perencanaan struktur digunakan baja yaitu BJ 37
E=2000000 kg/cm2
Untuk ukuran balok dan kolom ditentukan dimensi adalah sebagai berikut:
sama untuk dibandingkan kekuatan terhadap simpangan, momen, dan gaya-gaya yang
bekerja.
Model struktur baik struktur biasa dan struktur yang menggunakan lead rubber
damper terdiri dari 4 lantai dan 2 bentang. Tinggi untuk masing-masing lantai adalah 4 m dan
jepit. Pada pemodelan struktur digunakan analisis struktur 2 dimensi yaitu pada bidang x-z
(pada sap2000) sehingga struktur dianggap tidak dapat bergoyang kearah y. Pada model
struktur dengan menggunakan lead rubber damper tersebut menggunakan brace frame atau
struktur pengaku tempat meletakkan damper yang akan digunakan seperti dijelaskan
Pada kedua model struktur dikerjakan kombinasi pembebanan yang sama. Beban
bekerja pada struktur terdiri dari beban gravitasi (beban mati dan beban hidup) dan beban
gempa. Untuk beban gempa yang bekerja pada struktur digunakan beban respon spektrum.
Beban gravitasi pada struktur terdiri dari beban mati (dead load), beban hidup
(live load), dan super imposed dead loads. Pada pemodelan ini beban mati (berat sendiri)
akan dikalkuasikan secara otomatis oleh program sap2000 v11. Sesuai SKBI-1.3.5.3.1987,
besarnya beban hidup yang direncanakan untuk pelat lantai bangunan adalah 250 kg/m2.
Sedangkan beban hidup untuk atap atau bagian atap yang dapat dicapai orang, harus diambil
minimum sebesar 100 kg/m2 bidang datar. Pada pemodelan ini, pembebanan yang pada
(model 2 dimensi struktur terdapat pada bidang x-z). Dengan demikian, besarnya beban hidup
pada balok adalah sebesar 1000 kg/m untuk lantai 1-2. Sedangkan untuk lantai 3 atau lantai
Lantai 288kg/m2
• Lantai 240kg/m2
Super improses Dead Loads diatas akan menjadi beban merata yang diterima oleh
pelat. Selanjutnya mekanisme transfer beban akan disalurkan berturut-turut pada balok,
U= 1.4 DL
U= 1.2 DL + 1.6 LL
Dengan :
Analisis respon dinamik riwayat waktu digunakan sebagai simulasi gempa, yaitu
sesuai dengan SNI 03-1792-2003. Pada struktur ini digunakan gempa El-cento N-S yang
U= 0.9 DL + 1.0 E
Dengan :
DAMPER KARET
Prosedur perencanaan bangunan tahan gempa dengan lead rubber damper adalah:
Faktor reduksi gempa R, menggambarkan sifat kapasitas struktur antara kekuatan lebih dan
daktalitas. Daktalitas adalah kemampuan sistem struktur untuk berdeformasi pada daerah
plastis sampai patah. Perlakuan daktalitas sangat penting untuk menyerap energi gempa pada
saat lelehnya struktur dan displacement yang terjadi saat gempa tidak membahayakan
2. Nilai faktor reduksi gempa dalam tugas akhir ini diambil R=8.5 karena bangunan
direncanakan bersifat daktail (portal baja daktail). Semakin besar nilai R maka pengaruh
gempanya akan semakin kecil, karena faktor R adalah pembagi terhadap faktor respon
gempa.
waktu, maka nilai C (kondisi jenis tanah) dan T (waktu) tidak diperlukan, karena analis
respons telah tersedia di program SAP2000 yaitu gempa El-Centro pada 15 mei 1940.
4. Kemudian ditinjau perpindahan horizontal setiap lantai dimana drift dari setiap lantai harus
5. Kemudian ditinjau harga momen, lintang dan normal yang terjadi, dan nantinya akan
6. Harga perpindahan pada damper karet harus lebih kecil dari perpindahan yang diizinkan.
7. Perpindahan.
Dalam tugas akhir ini yang dipakai adalah perpindahan mutlak yakni perpindahan oleh massa
Analisis Inelastik Dinamik Riwayat Waktu adalah suatu cara analisis untuk
menentukan riwayat waktu respon dinamik struktur bangunan gedung yang berprilaku non
linier terhadap gerakan tanah akibat gempa rencana sebagai data masukan, dimana respon
dinamik dalam setiap interval waktu dihitung dengan metode integrasi bertahap. Beban
gempa merupakan fungsi dari waktu, sehingga respon yang terjadi pada struktur gedung juga
Akibat beban gempa rencana maka struktur akan berprilaku inelastik. Untuk
mendapatkan respon struktur tiap waktu dengan memperhitungkan perilau nonlinier, maka
dilakukan analisis riwayat waktu inelastic nonlinier dengan analisis langkah demi langkah
(metode integrasi bertahap). Analisis riwayat waktu inelastik adalah analisi dinamik, yang
element non linier digunakan untuk mewakili bagian penting dari struktur, dan sisanya
Elemen dan jenis gaya. Jenis elemen langsung dianggap dengan sifat nonlinier dengan
mengubah kekakuan elemen. Tipe yang tidak langsung mempertimbangkan sifat non linier
dengan mengganti nodal dengan beban tanpa mengubah kekakuan elemen. Untuk elemen non
linier jenis gaya, konvergensi diinduksi melalui berulangkali dengan mengubah beban.
dari gaya lateral, dalam hal ini gaya yang diakibatkan oleh gempa bumi yang bersifat siklis
(bolak-balik) yang dialami oleh struktur. Adapun dalam perencanaan tersebut, struktur harus
dapat memiliki daktilitas yang memadai. Agar struktur-struktur bangunan dapat berdeformasi
maksimum, maka perlu perancangan sendi pastik yang akan terjadi pada daerah-daerah yang
Ketika terjadi deformasi tak terbatas pada bagian struktur tanpa diiringi beban yang
bekerja pada struktur tersebut, maka dapat dikatakan struktur dalam keadaan runtuh. Salah
satu hal yang perlu diperhatikan pada saat struktur mengalami runtuh adalah jumlah sendi
yang cukup telah terbentuk mengubah struktur atau bagian dari struktur tersebut menjadi
suatu bentuk mekanisme keruntuhan. Jumlah sendi plastis yang telah terbentuk dapat
dijadikan suatu patokan apakah struktur telah mengalami keruntuhan atau belum. Hal ini
dapat dikaitkan dengan besarnya redundan pada saat struktur statis tak tentu. Setiap
terbentuknya sendi plastis maka akan diikuti dengan berkurangnya jumlah redundan sampai
struktur menjadi statis tak tentu. Jika jumlah sendi plastis melebihi jumlah redundan maka
kondisi ini menyebabkan keruntuhan pada struktur. Pada kenyataannya kondisi seperti ini
jarang terjadi karena ada beberapa hal saat jumlah sendi plastis yang terjadi tidak melebihi
redundan namun dapat menyebabkan keruntuhan struktur. Hal ini dapat terjadi pada portal
berikut:
1. Keruntuhan lokal adalah keruntuhan yang diakibatkan oleh kegagalan pada saat
elemen struktur yang mengalami sendi plastis. Kegagalan ini terjadi karena kapasitas
penampang dari suatu elemen telah terlampaui. Parameter yang digunakan untuk
(Interstory drift) pada saat deformasi in-elastis yang dibatasi pada nilai tertentu.
Bergantung periode struktur. Keruntuhan ini terjadi jika deformasi lateral suatu
struktur telah melebihi batas maksimum yang telah ditentukan oleh peraturan yang
berlaku. Interstory drift adalah selisih deformasi lateral suatu lantai dengan yang
terletak dibawahnya.
paling mendasar untuk suatu struktur tahan gempa. Pada umumnya kerusakan struktur
diakibatkan oleh besarnya displacement yang terjadi. Oleh karena itu, struktur seharusnya
daktail untuk mengakomodasi besanya displacement yang terjadi. Hal berikutnya yang ikut
menyumbangkan kekuatan untuk menahan beban gempa yang terjadi adalah kekakuan
struktur. Dengan semakin kaku sebuah struktur maka semakin besar gaya yang yang
dihasilkan untuk suatu struktur bangunan tahan gempa terletak pada daktilisasi dan
kekakuannya.
bangunan gedung untuk mengalami simpangan pasca elastik yang besar secara berulangkali
dan siklik akibat beban gempa diatas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan
bangunan gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi plastik.
Daktalitas merupakan fungsi dari faktor kuat lebih (over strength, f atau Ω ) dan
kapasitas komponen struktur secara keseluruhan dalam kondisi daktail. Adapun definisi
faktor kuat lebih yang timbul akibat urutan pelelehan yang terjadi pada elemen struktur
secara random, kuat lebih material, strain hardening, faktor reduksi kapasitas, dan pemilihan
member.
didefinisikan sebagai rasio simpangan maksimum struktur bangunan gedung pada saat
mencapai kondisi plastik terhadap simpangan struktur bangunan gedung pada saat terjadinya
pelelehan pertama.
Kekakuan struktur merupakan gaya yang diperlukan oleh suatu struktur bila
mengalami deformasi. Adapun penilaian kekauan ini berdasarkan bahan-bahan material yang
digunakan, dimensi elemen struktur, penulangan, modulus elastisitas, momen inersia, momen
suatu metode analisis nonlinier karena struktur telah mengalami pelelehan di beberapa
tempat. Metode yang paling baik dan representatif dalam menggambarkan perilaku inelastis
struktur adalah metode analisis riwayat waktu nonlinier atau yang lebih dikenal dengan
Metode analisis riwayat waktu nonlinear karena cara ini dapat memberikan
gambaran perilau inelastik ( gaya geser dasar, simpangan atap, dan rasio simpangan) dari
dari elastis menjadi plastis. Analisis ini sangat penting dalam mendesain sebuah struktur
karena dengan gambaran ini dapat dilihat proses keruntuhan dari sebuah bangunan. Biasanya
proses analisis ini dilakukan dengan bantuan phusover analisis, dimana pada analisis ini akan
terlihat perubahan sifat dari material yang digunakan. Penggunaan analisis ini adalah karena
dengan menggunakan analisis nonlinier time history membutuhkan waktu yang sangat lama.
kekuatan struktur yang besarnya sangat tergantung dari kemampuan momen deformasi dari
masing-masing komponen struktur. Cara termudah untuk membuat kurva ini adalah dengan
mendorong struktur secara bertahap (pushover) dan mencatat hubungan antar gaya geser
dasar (base share) dan perpindahan atap akibat beban lateral yang dikerjakan pada struktur
Beban gempa yang digunakan adalah rekaman percepatan tanah untuk gempa
tertentu, dalam studi kasus ini diambil rekaman gempa El Centro 1940.
Beban gempa adalah fungsi waktu, sehingga respon pada struktur juga
tergantung dari waktu pembebanan. Akibat gempa rencana struktur akan berprilaku inelastik.
Untuk mendapatkan respon strukur tiap waktu dengan memperhitungkan perilaku nonlinier,
maka dilakukan analisis riwayat waktu inelastik nonlinier dengan analisis langkah demi
langkah (metode analisis bertahap) memakai SAP2000-2D. Beban gempa yang digunakan
adalah El Centro 1940. Analisis memakai gempa El Centro yang diskalakan intensitasnya
terhadap amplitudo mas. Percepatan tanah (Ao) pada kurva respons spektrum SNI 1762-
0,3417g.
Beban gempa El-Centro yang dipakai dalam pembebanan pada tugas akhir ini adalah
beban yang diambil dari file rekaman yang telah disediakan pada program SAP2000.
Gempa El-Centro 1940, direkam pada tanggal 15 mei 1940 di California, pada jarak 9
km dari pusat gempa, dengan durasi 13,98 detik. Skala gempa 6,4 Richter. Percepatan tanah
Gambar 4.4 struktur dengan menggunakan damper karet dan tanpa damper karet
pemodelan ini terdapat 2 macam pemodelan struktur yaitu struktur tanpa damper karet dan
struktur yang menggunakan damper karet dengan elemen yang sama, seperti gambar diatas.
sama untuk dibandingkan kekuatan terhadap simpangan, momen, dan gaya-gaya yang
bekerja.
Model struktur baik struktur biasa dan struktur yang menggunakan damper karet
terdiri dari 4 lantai dan 3 bentang. Tinggi untuk masing lantai adalah 4 m dan masing-masing
bentang memiliki panjang bentang 8 m dengan perletakan yang digunakan adalah jepit. Pada
pemodelan struktur digunakan analisis struktur digunakan analissi struktur 2 dimensi yaitu
pada bidang x-z (pada SAP 2000) sehingga struktur dianggap tidak dapat bergoyang kearah
Y. Pada model struktur dengan menggunakan damper karet tersebut menggunakan brace
frame atau struktur pengaku tempat meletakkan damper yang akan digunakan seperti yang
DAMPER KARET
bentang arah sumbu X dan sumbu Z, juga jumlah ketinggian dan jumlah ketinggian arah
sumbu X dan sumbu Z dalam satuan kilogram meter. Variabel-variabel tersebut dapat dilihat
material dipilih penampang baja, kemudian dipilih frame section, lalu pilih baja dengan
profil I.
ke struktur.
5. Mendefinisikan load case, dapat dilihat dibawah ini: Beban mati (dead load)
selfweightmultiplier diberi variabel 1,0 karena berat sendiri struktur nantinya akan dihitung
6. Pembebanan struktur, beban-beban pada struktur adalah beban mati (dead), hidup (live),
dan gempa (quake). Dimana beban-beban ini mengenai struktur, baik pada joint, balok dan
area (lantai dan atap). Dimana pada masing-masing lantai dan atap juga pada masing-masing
balok memiliki pembebanan yang bervariasi pada masing-masing jenis beban (mati dan
hidup). Tandai semua balok, joint, ataupun atap dan lantai yang ingin diberi pembebanan,
kemudian dipilih assign dan pilih area loads, atau joint loads, atau juga frame loads yang
tentunya disesuaikan dengan bagian mana yang ingin diberi beban kemudian dipilih jenis
beban seperti uniform (seragam), gravity (gravitasi), point (terpusat), atau distributed (terbagi
rata). Data beban mati (dead), hidup (live), dan masukkan data-data beban seperti data-data
pemodelan (kombinasi)
link/support properties, kemudian pada link/support properties data dipilih rubber isolator,
dan diberi nama yang sesuai pada masing-masing damper. Kemudian dimasukkan data-data
melakukan run analysis, setelah itu maka perhitungan telah selesai, tapi harus diperhatikan
ada tidak adanya error atau warning pada SAP analisis monitor. Jika tidak ada error atau
warning maka pekerjaan analisa SAP 2000 telah selesai dengan benar.
Kekakuan frame dicari perlantai. Jadi kita mencari kekakuan tiap tingkat sebanyak empat
kali, karena jumlah struktur yang diamati berlantai 4, kolom dianggap jepit.
untuk lantai 1
K 1 =(12.2.106.70900)/(400)3=26587,5 kg/cm
K 2 =(12.2.106.70900)/(400)3=26587,5 kg/cm
K 3 =(12.2.106.70900)/(400)3=26587,5 kg/cm
K 4 =(12.2.106.70900)/(400)3=26587,5 kg/cm
Kekauan total
Kt = K 1 +K 2 +K 3 +K 4
=26587,5+26587,5+26587,5+26587,5
=106350 kg/cm
a) Besaran EI/L
k c1 =354500000/177500000=1,99
k c2 =354500000/177500000=1,99
k c3 =354500000/177500000=1,99
k c4 =354500000/177500000=1,99
k b1 =177500000 /177500000=1
k b2 =177500000 /177500000=1
k b3 =177500000 /177500000=1
c) Nilai K’
k 1 ’=1/1,99=0,5
k 2 ’=(1+1)/1,99=1,001
k 3 ’=(1+1)/1,99=1,001
k 4 ’=1/1,99=0,5
c m2 =(1,001+0,5)/( 1,001+2)=0,5
c m3 =(1,001+0,5)/( 1,001+2)=0,5
e) kekakuan kolom
Km =((0,4+0,4)x26587,5)+)(0,5+0,5)x26587,5)
Kemudian mencari kekauan lantai 2, 3 dan 4 seperti cara diatas. Maka dari perhitungan
diperoleh kekakuan
Kt =47878.99159+28388.65545+15700.2705+9288.809314
=101256.7269 kg/cm
��
�� = ��� 2 (�)
�
32.7�2�106
�� = ��� 2 (45)
570
Kb=57368.42105 kg/cm
Sebelum kita mengetahui koefisien damper yang akan kita pakai, terlebih dahulu kita
mencari dahulu kekakuan struktur (kf) atau kekauan frame dan mencari kekauan bracing
(kb). Dari situ kita akan memperoleh kekakuan yang akan kita gunakan dalam merencanakan
Dalam tugas akhir ini didapat dari perhitungan kekakuan struktur sebesar
101256,7269 kg/cm dan diperoleh kekakuan bracing yaitu dengan profil IWF 125x125x65x9
Menurut penelitian Tsai 1993 bahwa nilai SR(stiffness ratio) atau rasio kekakuan
yang baik itu adalah sekitar 2. Dalam Tugas Akhir ini menggunakan SR yang nilainya
��
�� =
��
Maka :
Ka/kf =2
�����
�� =
�� + ��
2�����
�� =
(�� − 2��)
2 � 101256,7269� 458947.3684
�� =
(458947.3684 − 2�101256,7269)
Kekakuan damper yang diperoleh diatas belumlah kekakuan damper yang akan di
input ke SAP karena itu adalah kekakuan kedua damper . Nilai kekakuan damper diatas harus
dikalikan dengan nilai rasio kekakuan leleh untuk damper yaitu sebesar 0,02 . Sehingga
Kd=7,248886469 KN/mm
Direncakan damper dipasang 1 buah disetiap story atau tingkat, karena dalam Tugas Akhir ini
7,248886469 ��
�� = = 1,8122 ≈ 1,8122
4 ��
Maka dari data jenis-jenis Lead Rubber Bearing diambil jenis LRB-S 650/102-
Ke = 2,68 KN/mm
Untuk 4 damper :
DAMPER
4.7.1.1 KINERJA BATAS LAYAN (∆S) DAN KINERJA BATAS ULTIMATE (∆M)
Displacement
U 1 (meter) U 3 (meter)
Joint Lantai
1 1 0 0
2 2 0.001176 0.001314
3 3 0.001629 0.002242
4 4 0.002297 0.00324
6 1 0 0
7 2 0.000988 0.002543
8 3 0.001717 0.0043
9 4 0.002241 0.006047
11 1 0 0
12 2 0.00087 0.002536
13 3 0.001491 0.004292
14 4 0.00195 0.006037
16 1 0 0
17 2 0.001057 0.001314
18 3 0.001421 0.002241
19 4 0.002003 0.003238
Simpangan antar tingkat =(0,03* tinggi tingkat / R) atau maksimum 30 mm, bergantung yang
Dari data ditentukan nilai R adalah 8,5 dan tinggi tingkat adalah 4000 mm jadi simpangan
Tabel 4.2 :Drift Antar Tingkat maksimum arah x (∆S 1 ) tanpa damper karet
Displacement U1 ΔS ijin
ΔS 1 (meter)
Joint Lantai (meter) (meter)
1 1 0 0 0.0141176
6 1 0 0 0.0141176
11 1 0 0 0.0141176
16 1 0 0 0.0141176
TABEL 4.3 drift Antar Tingkat maksimum arah z (∆S 3 ) tanpa damper karet
Displacement ΔS 3 ΔS ijin
U 3 (meter)
Joint Lantai (meter) (meter)
1 1 0 0 0.0141176
6 1 0 0 0.0141176
11 1 0 0 0.0141176
16 1 0 0 0.0141176
Pada analisa struktur bangunan tanpa damper dengan bantuan program didapat kinerja batas
Jadi pada struktur tanpa damper ini memenuhi peraturan kinerja batas layan, karena nilai
Kinerja batas ultimate struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan
antar tingkat maksimum struktur bangunan gedung akibat pengaruh gempa rencana, yaitu
menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya antar-gedung
atau antar bagian struktur bangunan gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela dilatasi).
dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur bangunan
gedung tidak boleh melampaui 0.02 x tinggi tingkat gedung yang bersangkutan.
Tabel 4.4 Kinerja Batas Ultimit maksimum arah sumbu x (∆m1) tanpa damper karet
Displacement U1
ΔS 1 (meter) ΔM 1 (meter) ΔM ijin (meter)
Joint Lantai (meter)
1 1 0 0 0 0.08
6 1 0 0 0 0.08
11 1 0 0 0 0.08
16 1 0 0 0 0.08
Tabel 4.5 Kinerja Batas Ultimit Maksimum arah z (∆m3) tanpa damper karet
Displacement
U 3 (meter) ΔS 3 (meter) ΔM 3 (meter) ΔM ijin (meter)
Joint Lantai
1 1 0 0 0 0.08
6 1 0 0 0 0.08
11 1 0 0 0 0.08
16 1 0 0 0 0.08
Pada analisa struktur bangunan tanpa damper karet dengan bantuan program dapat kinerja
Jadi pada struktur tanpa menggunakan damper ini memenuhi peraturan kinerja batas ultimate
4.7.2.1 KINERJA BATAS LAYAN (∆S) DAN KINERJA BATAS ULTIMIT (∆M)
Displacement U1 U3
1 1 0 0
2 2 0,00089 0,00073
3 3 0,00142 0,00125
4 4 0,00216 0,0018
7 2 0,00078 0,00154
8 3 0,00147 0,00262
9 4 0,00212 0,00377
11 1 0 0
12 2 0,00071 0,00154
13 3 0,0015 0,00262
14 4 0,0021 0,00376
16 1 0 0
17 2 0,00081 0,00073
18 3 0,00157 0,00125
19 4 0,00211 0,0018
Dalam analisanya struktur harus memenuhi syarat kinerja batas layan dari SNI sebagai
berikut:
Simpangan antar tingkat =(0,03* tinggi tingkat / R) atau maksimum 30 mm, bergantung yang
Dari data ditentukan nilai R adalah 8,5 dan tinggi tingkat adalah 4000 mm jadi simpangan
1 1 0 0 0.0141176
6 1 0 0 0.0141176
11 1 0 0 0.0141176
16 1 0 0 0.0141176
1 1 0 0 0.0141176
6 1 0 0 0.0141176
11 1 0 0 0.0141176
16 1 0 0 0.0141176
Pada analisa struktur bangunan dengan damper dengan bantuan program didapat kinerja batas
Jadi pada struktur dengan damper ini memenuhi peraturan kinerja batas layan, karena nilai
Kinerja batas ultimate struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan antar
tingkat maksimum struktur bangunan gedung akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk
korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya antar-gedung atau antar bagian
struktur bangunan gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela dilatasi).
hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur bangunan gedung tidak
Tabel 4.9 Kinerja Batas Ultimit maksimum arah sumbu x (∆m1) dengan damper karet
1 1 0 0 0 0,08
6 1 0 0 0 0,08
11 1 0 0 0 0,08
16 1 0 0 0 0,08
Tabel 4.10 Kinerja Batas Ultimit Maksimum arah z (∆m3) dengan damper karet
1 1 0 0 0 0,08
6 1 0 0 0 0,08
11 1 0 0 0 0,08
16 1 0 0 0 0,08
Pada analisa struktur bangunan dengan damper karet dengan bantuan program didapat kinerja
Jadi pada struktur dengan menggunkan damper ini memenuhi peraturan kinerja batas ultimit
4.8 Output Momen, Gaya lintang dan gaya Normal tanpa Menggunakan Damper
a. Pada kolom
1 1 -14094.09 25150.36
2 2 -32275.34 34300.49
4 4 -28652.4 24981.38
1 5 -12763.81 6611.49
2 6 -17971.67 18541.98
3 7 -16040.18 11395.16
4 8 -14152.8 17315.74
1 9 -7023.48 13019.6
2 10 -18667.86 18159.82
3 11 -11429.66 16086.94
4 12 -17315.66 14169.35
1 13 -24967.94 13713.95
2 14 -34177.91 32233.5
3 15 -28555.67 21905.88
4 16 -24968.68 28658.9
dari data tabel diperoleh momen maksimum pada kolom tanpa menggunakan damper karet :
b. Pada Balok
1 17 -60981.54 34915.26
2 18 -31508.46 6837.33
3 19 -61188.86 34923.74
1 21 -32804.85 7534.73
2 22 -61257.44 35069.65
3 23 -60006.59 33566.9
4 24 -26632.59 6390.25
1 25 -60034.56 33567.24
2 26 -27222.15 15810.4
3 27 -13170.23 2914.29
4 28 -27234.93 15810.36
dari data tabel diperoleh momen maksimum pada balok tanpa menggunakan damper karet :
a. Pada Kolom
Tabel 4.13 Gaya lintang Kolom pada struktur tanpa damper karet
1 1 -8271.57 9811.11
2 2 -16037.23 16643.96
3 3 -12387.11 12627.99
4 4 -13340.23 13400.75
1 5 4843.83 2986.61
2 6 9128.41 8049.03
4 8 7867.13 7750.52
1 9 -3153.55 5010.77
2 10 -8127.54 9206.92
3 11 -6518.91 6879.15
4 12 -7754.64 7871.25
1 13 9670.47 8130.93
2 14 16602.85 15996.12
3 15 12615.39 12374.51
4 16 13399.2 13338.68
dari data tabel diperoleh gaya lintang pada kolom tanpa menggunakan damper karet :
b. Pada balok
Tabel 4.14 Gaya lintang Balok pada struktur tanpa damper karet
1 17 -45588,125 47161,68
2 18 -28969,91 29455,61
3 19 -46555,55 46194,38
4 20 -45513,96 46757,87
1 21 -30096,11 30400,06
2 22 -46791,15 45958,78
3 23 -45541,63 46371,71
1 25 -46249,34 45663,99
2 26 -20573,66 21202,07
3 27 -12920,37 12945,38
4 28 -21137,84 20637,89
dari data tabel diperoleh momen maksimum pada balok tanpa menggunakan damper karet :
Tabel 4.15 Gaya Normal Kolom pada struktur tanpa damper karet
1 1 162407,38
2 2 115141,45
3 3 67950,49
4 4 21491,53
1 5 304267,1
2 6 212812,84
3 7 117002,16
4 8 35013,63
1 9 303511,03
3 11 116922,3
4 12 35015,83
1 13 162310,13
2 14 115098,18
3 15 67940,46
4 16 21488,46
dari data tabel diperoleh Gaya normal maksimum pada kolom tanpa menggunakan damper
karet :
damper
Momen
Lantai Frame Momen Positif(Kg-m)
Negatif(Kg-m)
1 1 -8327,47 13771,42
2 2 -17479,19 18693,46
3 3 -12030,43 15527,94
4 4 -15314,25 13494,98
2 6 -2345,66 2166,55
3 7 -907,39 810,42
4 8 -942,83 896,45
1 9 -2608,86 2291,38
2 10 -2256,98 2477,71
3 11 -838,82 944,39
4 12 -901,18 954,1
1 13 -13643,08 8073,42
2 14 -18624,94 17469,8
3 15 -15507,86 12023,31
4 16 -13489,56 15320,34
dari data tabel diperoleh momen maksimum pada kolom tanpa menggunakan damper karet :
Momen Negatif(Kg-
Lantai Frame Momen Positif(Kg-m)
m)
1 17 -37042,75 18640,7
2 18 -36007,28 18405,71
4 20 -36581,51 18787,39
1 21 -35524,93 18333,63
2 22 -36648,43 18791,75
3 23 -35191,45 17887,98
4 24 -34311,52 17661,49
1 25 -30771,86 17888,7
2 26 -16187,46 8427,51
3 27 -15634,88 8065,27
4 28 -16192,91 8427,49
dari data tebel diperoleh momen maksimum pada balok tanpa menggunakan damper karet :
Tabel 4.18 Gaya lintang kolom pada struktur dengan damper karet
1 1 -3964,63 5524,72
2 2 -8464,44 9043,16
3 3 -6597,65 6889,59
1 5 -1030,65 983,42
2 6 -1128,05 192,36
3 7 -429,45 144,37
4 8 -459,82 192,54
1 9 -863,73 1150,34
2 10 -136,74 1183,67
3 11 -128,01 445,8
4 12 -196,54 463,82
1 13 -5429,12 3869,03
2 14 -9023,68 8444,96
3 15 -6882,79 6590,85
4 16 -7188,39 7127,98
dari data tabel diperoleh gaya lintang maksimum pada kolom tanpa menggunakan damper
karet :
Tabel 4.19 Gaya lintang kolom pada struktur dengan damper karet
Lintang
Lantai Frame Lintang Positif(Kg)
Negatif(Kg-m)
1 17 -24647,99 4278,65
2 18 -25042,73 3883,9
4 20 -24726,62 26698,51
1 21 -25154,56 25104,21
2 22 -23023,02 24708,8
3 23 -24671,54 25916,99
4 24 -24967,4 25621,14
1 25 -25783,72 24804,81
2 26 -11186,06 11933,68
3 27 -11417,85 11701,88
4 28 -11864,42 11255,32
dari data tabel diperoleh gaya lintang maksimum pada balok tanpa menggunakan damper
karet :
1 1 90421,43
2 2 64095,92
3 3 37692,49
4 4 12103,8
2 6 127368,11
3 7 75421,41
4 8 24247,2
1 9 177980,52
2 10 127186,27
3 11 75380,75
4 12 24247,77
1 13 90367,28
2 14 64074,09
3 15 37688,27
4 16 12102,64
Tabel 4.21 perbandingan Momen, gaya lintang, gaya normal maksimum tanpa damper
(kg)
(kg)
5.1 UMUM
Dari simulasi yang telah penulis lakukan sesuai dengan yang telah dipelajari dari
beberapa literatur dan masukan-masukan dari dosen pembimbing maka penulis mencoba
5.2 KESIMPULAN
Sesuai dengan hasil simulasi yang penulis lakukan dalam menganalisa bangunan
1. Dari hasil analisa dan perhitungan didapatkan bahwa struktur bangunan dengan
menggunakan sistem seismic device yaitu damper karet akan diperoleh besarnya
pada struktur akan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan struktur yang tidak
2. Dari hasil perhitungan besarnya perpindahan tiap lantai dari struktur dengan
menggunakan damper karet masih dalam batas perpindahan izin yang disarankan pada
ultimit =0.009181 m dan yang tidak menggunakan damper karet adalah sebesar
0.015131 m.
2. Untuk study lebih lanjut penting diperhatikan nilai dari SR (stiffness ratio),B/D (rasio
perbandinagan kekauan brasing dan damper) untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik.
3. Dalam hal ini memilih damper perlu diperhatikan perbandingan antara tinggi damper
damper,October 2008:Beijing
sciences,Washington D.C,2003
sciences,Washington D.C,2007
Tehrani,Maalek,The use of passive dampers and conventional strengtehning methods for the
enginerring,October 2006,Taipei,Taiwan.