Anda di halaman 1dari 194

PERENCANAAN

BANGUNAN KOMPOSIT BAJA-BETON BERTINGKAT


TAHAN GEMPA SESUAI PETA GEMPA 2010

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh
Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh :

NASRUL AMIN
06 0404 072

SUBJURUSAN STRUKTUR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Perkembangan teknologi saat ini juga berimbas pada dunia konstruksi yang
juga mengalami kemajuan yang cukup drastis terutama di bidang desain. Kayu dan
beton yang selama ini digunakan penuh dalam setiap pembangunan gedung kini
sudah mulai beralih menggunakan material baja. Karena diharapkan dengan
menggunakan material baja ini dapat mengurangi terciptanya sampah-sampah
konstruksi yang selama ini masih menjadi masalah bagi lingkungan. sebagai hasilnya
terciptalah berbagai metode dalam desain struktur salah satunya sistem struktur
komposit yang terdiri dari gabungan baja dan beton. Dengan adanya sistem ini
bangunan tingkat tinggi bukan lagi menjadi sesuatu yang tabu pada dunia konstruksi
saat ini, tetapi sudah menjamur di setiap kota di setiap negara di dunia disamping
proses pengerjaannya ramah terhadap lingkungan juga proses pengerjaannya lebih
cepat dari konstruksi beton biasa.
Pada tugas akhir ini direncanakan bangunan komposit tahan gempa yang
mengacu pada peta gempa 2010. Bangunan terdiri dari 10 lantai dimana dimensi
bangunan 24 x 24 m2, bangunan direncanakan berada di kota Medan dengan kondisi
tanah lunak. Perhitungan analisa struktur dilakukan dengan program ETABS v 9.5.0,
sedangkan untuk desain elemen struktur dilakukan secara manual dengan metode
LRFD mengacu pada SNI 03-1729-2002. Desain struktur direncanakan Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMMK) dan tetap menggunakan konsep Strong
Coloum Weak Beam (SCWB).
Dari hasil desain yang dilakukan didapatkan bahwa bangunan yang
direncanakan telah memenuhi kriteria tahan gempa sesuai ASCE 7-05 dan juga telah
memenuhi syarat SRPMK dan SCWB sesuai standard SNI 03-1729-2002.
Kata Kunci : Struktur komposit, tahan gempa, SRPMK, SCWB.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahnat dan hidayah, serta innayah-Nya hingga terselesaikannya
tugas akhir ini dengan judul Perencanaan Bangunan Komposit Baja-Beton
Bertingkat Tahan Gempa Sesuai Peta Gempa 2010.
Tugas akhir ini disusun untuk diajukan sebagai syarat dalam ujian sarjana
teknik sipil bidang studi struktur pada fakultas teknik Universitas Sumatera Utara
(USU) Medan. Penulis menyadari bahwa isi dari tugas akhir ini masih banyak
kekurangannya. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya
pemahaman penulis. Untuk penyempurnaannya, saran dan kritik dari bapak dan ibu
dosen serta rekan mahasiswa sangatlah penulis harapkan.
Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, tugas akhir ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang senantiasa penulis cintai yang dalam
keadaan sulit telah memperjuangkan hingga penulis dapat menyelesaikan
perkuliahan ini.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada :
1.

Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan. Selaku dosen pembimbing dan juga
selaku Ketua Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan
dalam menyelesaikan tugas akhir ini

2.

Bapak Ir. Syahrizal, M.Sc. Selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil


Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

3.

Bapak Ir. Daniel Rumbi Teruna, MT ; Bapak Ir. Sanci Barus, MT dan Bapak
Muhammmad Agung Putra Hardana, ST, MT selaku pembanding yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan
yang luar biasa kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4.

Bapak/Ibu staf pengajar jurusan teknik sipil Universitas Sumatera Utara.

5.

Seluruh pegawai administrasi yang telah memberikan bantuan dan kemudahan


dalam penyelesaian administrasi

6.

Kedua orang tua penulis Bapak Ali Sabda dan Ibu Gusbaini tersayang yang
selalu mendoakan dan terus memperjuangkan penulis untuk bisa menyelesaikan
tugas akhir ini, juga abang penulis Ali Saputra yang telah memnbantu penulis
untuk tetap bisa melanjutkan perkuliahan serta adik-adik penulis Tika dan Tina
(si kembar) yang memberi motivasi kepada penulis.

7.

Seluruh rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi jurusan teknik sipil terutama untuk


teman-teman stambuk 2006 diantaranya (MUSTEKER yaitu zainal, hery/si men,
ulil, husni, dicky, fadhly S, Aidil, adri, haikal, fadli M, ichram, hadi, sai,
royhan, septian, wahyudi, khoir, kang maman, syawal, septian), didik, tami,
yusuf, rivan, muhajir, subroto, hotmaster, sami, eka, sintong, tosek, agung, ade,
budi dan diana, ricky, nasib, untung, alex, roby (alumni), sinar, alfi, yosef, afdol,
joki, serta stambuk 2006 lain yang tak tersebutkan penulis minta maaf kalian
merupakan sahabat-sahabat terbaikku yang memberi motivasi tersendiri bagi
penulis. Adik-adik stambuk 2007, martinus, hermanto, yudi, nanda, gina,

rilly, ari, maulana dan lain-lani. Abang/kakak saya stambuk 2002, 2003,
2004, 2005, terima kasih atas masukannya selama ini.

Universitas Sumatera Utara

8.

Anak-anak kos 32 yaitu darly, deni, yogi, anjas, mardi, rangga, restu, bg
irul (togap), bg hariadi, bg kurniawan juga ibu dan bapak kos yaitu bu
neng dan pak manan beserta keluarga (siti, ade, iqbal dan agung) yang
memberikan warna berbeda dalam hidup ini.
Akhir kata penulis mengharapkan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Medan,

Juli 2011

Nasrul Amin
06 0404 072

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Abstrak ..............................................................................................................

Kata Pengantar ...................................................................................................

ii

Daftar Isi ............................................................................................................

Daftar Tabel .......................................................................................................

ix

Daftar Gambar ...................................................................................................

xi

Daftar Notasi....................................................................................................... xiv


BAB

I PENDAHULUAN ..............................................................................

I.1.

Latar Belakang dan Perumusan Masalah ....................................

I.2.

Pembatasan Masalah .................................................................

I.3.

Maksud dan Tujuan ...................................................................

I.4.

Metodologi Pembahasan ............................................................

I.5.

Sistematika Permasalahan .........................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................

10

II.1. Umum .......................................................................................

10

II.2. Struktur Komposit ......................................................................

12

II.2.1. Balok Komposit ..............................................................

13

II.2.1.1. Lebar Efektif Pelat Beton.......................................

15

II.2.1.2. Kekuatan Balok Komposit .....................................

15

II.2.1.3. Menghitung Momen Nominal ................................

16

II.2.1.4. Penghubung Geser (Shear Connector) ...................

19

II.2.1.5. Kontrol Lendutan...................................................

20

II.2.2. Kolom Komposit ............................................................

20

II.2.3. Aksi Komposit ................................................................

24

Universitas Sumatera Utara

II.3. Struktur Tahan Gempa ...............................................................

25

II.3.1. Desain Struktur Tahan Gempa ........................................

27

II.3.1.1. Kategori Hunian dan Faktor Keutamaan ................

27

II.3.1.2. Klasifikasi Site.......................................................

28

II.3.1.3. Peta Percepatan Respon Spectral ...........................

28

II.3.1.4. Spectral Response Coefficient................................

30

II.3.1.5. Kategori Desain Gempa .........................................

32

II.3.1.6. Penentuan Koefisien R, Cd, dan ..........................

33

II.3.1.7. Prosedur Pengerjaan yang Dipergunakan ...............

33

II.3.1.8. Desain Base Shear .................................................

34

II.3.1.9. Periode Struktur Dasar...........................................

35

II.3.1.10. Distribusi Gaya Vertikal ........................................

36

II.3.1.11. Distribusi Gaya Horizontal.....................................

37

II.4. SRPMK dan SCWB ...................................................................

37

II.4.1. Sambungan Balok Kolom ...............................................

39

II.4.1.1. Batasan-Batasan Terhadap Balok Kolom ...............

40

II.4.1.2. Perbandingan Momen Kolom Terhadap Momen


Balok .....................................................................

40

II.4.2. Jenis-Jenis Kombinasi Sambungan..................................

42

II.4.2.1. Sambungan Sederhana (Simple Connections) .........

42

II.4.2.2. Sambungan Momen (Moment Connections)...........

42

BAB III PEMBEBANAN DAN ANALISA STRUKTUR ................................

46

III.1. Pendahuluan ..............................................................................

46

III.1.1. Pemodelan Geometri.......................................................

46

Universitas Sumatera Utara

III.1.2. Asumsi Perencanaan .......................................................

48

III.1.3. Building Code.................................................................

49

III.1.4. Pembebanan ...................................................................

50

III.1.5. Kombinasi Pembebanan .................................................

52

III.1.6. Prosedur Perencanaan .....................................................

52

III.2. Perhitungan Pembebanan .........................................................

53

III.2.1. Struktur Sekunder ...........................................................

53

III.2.1.1. Perencanaan Tangga .............................................

54

III.2.1.2. Perencanaan Struktur Lantai ..................................

74

III.2.1.3. Perencanaan Balok Anak .......................................

80

III.2.1.4. Perencanaan Sambungan Balok Anak dan Balok


Induk .....................................................................

91

III.2.1.5. Perencanaan Balok Lift ..........................................

94

III.2.2. Analisa Beban Gempa..................................................... 111


III.2.2.1. Perhitungan Berat Struktur..................................... 112
III.2.2.2. Analisa Statis Ekivalen .......................................... 115
III.2.2.3. Pusat Massa ........................................................... 115
III.2.2.4. Arah Pembebanan Gempa...................................... 116
III.2.2.5. Eksentrisitas Rencana Bangunan ........................... 116
III.2.2.6. Klasifikasi Site....................................................... 117
III.2.2.7. Parameter Percepatan pada Gempa ........................ 117
III.2.2.8. Koefisien Site ........................................................ 117
III.2.2.9. Parameter Percepatan Spectra Rencana .................. 118
III.2.2.10. Kategori Desain Gempa ......................................... 119

Universitas Sumatera Utara

III.2.2.11. Penentuan koefisien R, Cd dan ........................... 120


III.2.2.12. Penentuan Waktu Getar Alami Fundamental.......... 120
III.2.2.13. Koefisien Gempa Dasar ......................................... 121
III.2.2.14. Gaya Geser Dasar Total Gempa ............................. 121
III.2.2.15. Distribusi Gaya Gempa Vertikal ............................ 122
III.2.2.16. Distribusi Gaya Gempa Horizontal ........................ 122
III.2.2.17. Permodelan Struktur Dengan ETABS .................... 123
III.2.2.18. Kontrol Drift.......................................................... 125
BAB IV APLIKASI DAN DESAIN STRUKTUR ............................................ 128
IV.1. Pendahuluan............................................................................... 128
IV.2. Desain SRPMK dan SCWB........................................................ 128
IV.3. Desain Struktur Utama ............................................................... 130
IV.3.1. Perencanaan Balok Induk................................................ 131
IV.3.1.1. Sebelum Komposit................................................. 131
IV.3.1.2. Sesudah Komposit ................................................. 135
IV.3.2. Perencanaan Kolom Komposit ........................................ 143
IV.3.3. Perencanaan Sambungan ................................................ 151
IV.3.3.1. Sambungan Balok Induk Interior dan Kolom ......... 151
IV.3.3.2. Sambungan Kolom dan Kolom ............................. 162
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 167
V.1. Kesimpulan ................................................................................ 167
V.2. Saran.......................................................................................... 168
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
Tabel.II.1

: Klasifikasi site .........................................................................

28

Tabel.II.2

: Koefisien periode pendek (Fa)..................................................

31

Tabel.II.3

: Koefisien periode 1 detik (Fv)..................................................

31

Tabel.II.4

: Kategori gempa berdasarkan parameter percepatan respon


periode pendek.........................................................................

Tabel.II.5

32

: Kategori gempa berdasarkan parameter percepatan respon


periode 1 detik .........................................................................

33

Tabel.II.6

: Nilai parameter periode pendekatan Ct dan x ...........................

35

Tabel.II.7

: Koefisien untuk batasan atas pada periode yang dihitung .........

36

Tabel.II.8

: Nila perbandingan lebar terhadap tebal pelat untuk elemen


tekan ........................................................................................

40

Tabel.III.1

: Data perencanaan struktur ........................................................

47

Tabel.III.2

: Data penampang komponen struktur bangunan ....................... 111

Tabel.III.3

: Perhitungan berat lantai atap .................................................... 112

Tabel.III.4

: Perhitungan berat lantai 8 dan 9 ............................................... 112

Tabel.III.5

: Perhitungan berat lantai 5 dan 7 ............................................... 113

Tabel.III.6

: Perhitungan berat lantai 2 dan 4 ............................................... 113

Tabel.III.7

: Perhitungan berat lantai 1......................................................... 114

Tabel.III.8

: Perhitungan berat struktur bangunan tiap lantai (WT) ............... 114

Tabel.III.9

: Berat struktur bangunan total (WT)........................................... 115

Tabel.III.10

: Nilai response spectrum rencana .............................................. 118

Tabel.III.11

: Kategori desain gempa berdasarkan Parameter Respon Periode


Pendek (ASCE 7-05) ............................................................... 119

Universitas Sumatera Utara

Tabel.III.12

: Kategori desain gempa berdasarkan Parameter Respon Periode


1 detk (ASCE 7-05).................................................................. 119

Tabel.III.13

: Distribusi gaya gempa vertical (Fx) dan horizontal (Vx) pada


arah x dan y ............................................................................. 122

Tabel.III.14

: Kontrol drift limit pada gempa arah x....................................... 126

Tabel.III.15

: Kontrol drift limit pada gempa arah y....................................... 127

Tabel.IV.1

: Gaya-gaya dalam pada kolom komposit ................................... 145

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Gambar.I.1

: Hubungan tegangan-regangan pada beton dan baja ..................

Gambar I.2

: Peta gempa Indonesia 2010 ......................................................

Gambar I.3

: Denah dan potongan bangunan.................................................

Gambar.II.1

: Pemasangan shear connector pada balok komposit ..................

11

Gambar.II.2

: Model shear connector pada balok komposit ............................

11

Gambar.II.3

: Tipe balok komposit yang diberi bondek ..................................

13

Gambar.II.4

: Penampang balok komposit .....................................................

15

Gambar.II.5

: Disribusi tegangan elastic pada balok .......................................

16

Gambar.II.6

: Disribusi tegangan plastis pada balok .......................................

18

Gambar.II.7

: Tipe-tipe shear connector ........................................................

19

Gambar II.8

: Penampang kolom komposit dari profil baja IWF, persegi dan


O yang dibungkus beton...........................................................

21

: Profil baja King Cross..............................................................

21

Gambar II.10 : Perbandingan defleksi antar balok komposit & nonkomposit....

25

Gambar II.9

Gambar II.11 : Peta percepatan gempa maksimum Indonesia dalam PPTI-UG


1983.........................................................................................

29

Gambar II.12 : Peta percepatan gempa maksimum Indonesia dalam SNI 031726-2002................................................................................

29

Gambar II.13 : Peta Hazard gempa Indonesia 2010 ..........................................

30

Gambar II.14 : Ilustrasi pembentukan sendi plastis pada SCWB ......................

39

Gambar II.15 : Simple Connection...................................................................

44

Gambar II.16 : Moment Connection.................................................................

43

Universitas Sumatera Utara

Gambar II.17 : Sambungan momen pelat ujung................................................

45

Gambar.III.1 : Denah Bangunan......................................................................

47

Gambar.III.2 : Permodelan struktur 3D ...........................................................

48

Gambar.III.3 : Denah tangga ...........................................................................

55

Gambar.III.4 : Potongan A-A tangga...............................................................

55

Gambar.III.5 : Tampak anak tangga ................................................................

56

Gambar.III.6 : Tampak melintang anak tangga ................................................

58

Gambar.III.7 : Sketsa pembebanan anak tangga...............................................

58

Gambar.III.8 : Sketsa pembebanan balok utama tangga...................................

62

Gambar.III.9 : Sketsa momen pada balok tangga.............................................

66

Gambar.III.10 : Sketsa profil canal 260.90.10.14...............................................

67

Gambar.III.11 : Sketsa pembebanan balok penumpu bordes ..............................

69

Gambar.III.12 : Sambungan balok bordes dengan balok penumpu bordes .........

73

Gambar.III.13 : Sambungan balok tangga dengan balok tumpuan tangga ..........

73

Gambar.III.14 : Potongan pelat lantai atap.........................................................

76

Gambar.III.15 : Potongan pelat lantai 1 sampai 10 ............................................

78

Gambar.III.16 : Potongan pelat lantai mesin lift ................................................

80

Gambar.III.17 : Bidang M,D dan N pada balok sebelum komposit ....................

82

Gambar.III.18 : Potongan balok anak ................................................................

87

Gambar.III.19 : Detail sambungan balok anak dengan balok induk ...................

93

Gambar.III.20 : Detail pelat siku pada gelagar...................................................

95

Gambar.III.21 : Denah lift .................................................................................

96

Gambar.III.22:

98

Sketsa mekanika perhitungan balok penggantung lift ...............

Gambar.III.23 : Distribusi tegangan plastis pada balok pengggantung lift.......... 100

Universitas Sumatera Utara

Gambar.III.24 : Sketsa pembebanan.................................................................. 105


Gambar.III.25 : Distribusi tegangan plastis pada balok penumpu lift ................. 108
Gambar.III.26 : Grafik Respon Spektrum Rencana............................................ 119
Gambar.IV.1 : Lokasi contoh perhitungan Strong Column Weak Beam............ 129
Gambar.IV.2 : Distribusi tegangan elastis positif ............................................. 136
Gambar.IV.3 : Distribusi tegangan plastis positif............................................. 138
Gambar.IV.4 : Distribusi tegangan plastis negatif ............................................ 139
Gambar IV.5 : Lokasi kolom yang didesain ..................................................... 143
Gambar IV.6 : Sketsa penampang kolom komposit.......................................... 144
Gambar IV.7 : Pemodelan letak kolom (interior) lantai 1-4.............................. 147
Gambar IV.8 : Lokasi titik sambungan balok dan kolom rencana..................... 151
Gambar IV.9 : Lokasi sendi plastis dan momen rencana pada sambungan ....... 152
Gambar IV.10 : Detail sambungan momen pelat ujung dan model rencana gaya
baut.......................................................................................... 153
Gambar IV.11 : Rencana pelat pengaku............................................................. 156
Gambar IV.12 : Pola garis leleh pada sayap kolom............................................ 158
Gambar IV.13 : Detail sambungan balok dengan kolom .................................... 161
Gambar IV.14 : Lokasi titik sambungan kolom dengan kolom........................... 162
Gambar IV.15 : Detail sambungan pada badan kolom ....................................... 164
Gambar IV.16 : Detail sambungan kolom dengan kolom................................... 166

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR NOTASI

Ag

Luas penampang bruto kolom (mm2)

As

luas penampang beton (mm2)

Ar

Luas penampang tulangan longitudinal (mm2)

Asc

Luas penampang penghubung geser jenis paku (mm2)

c1,c2,c3

Koefisien untuk perhitungan karakteristik material kolom komposit

Cs

Koefisien respon gempa yang ditentukan sesuai dengan pasal 12.8.1.1

Cvx

Faktor distribusi vertikal

dz

Tinggi daerah panel diantara pelat terusan (mm)

Modulua elastisitas baja (MPa)

Ec

Modulus elastisitas beton (MPa)

Em

Modulus elastisitas untuk perhitungan kolom komposit (Mpa)

Fa

Koefisien periode pendek

Fv

Koefisien periode 1.0 detik

Fi

Porsi geser dasar gempa (V) yang timbul di tingkat i

fcr

Tegangan tekan kritis (Mpa)

fL

Tegangan leleh dikurangi tegangan sisa, (Mpa)

fr

Tegangan sisa, (Mpa)

fy

Tegangan leleh penampang (Mpa)

fyc

Tegangan leleh penampang kolom (Mpa)

fym

tegangan leleh untuk perhitungan kolom komposit (Mpa)

fc

Kuat tekan karakteristik beton (Mpa)

fr

Tegangan residu, besarnya 70 Mpa untuk penampang dirol

Universitas Sumatera Utara

Modulus geser baja

Percepatan gravitasi 9.81 m/det2 .

hi / hx

Tinggi (ft atau m) dari dasar sampai Tingkat i atau x

Tinggi penampang

Inersia profil

Faktor keutamaan hunian yang ditentukan sesui pasal 11.5-1

Momen inersia torsi

Kc

Faktor panjang tekuk

kc

Factor panjang efektif kolom

Eksponen yang terkait dengan perioda struktur sebagai berikut:

Panjang bentang

Lb

Panjang bentang antara 2 pengekang yang berdekatan

Lk

Panjang tekuk

Lp

Batas panjang bentang untuk balok yang mampu menerima momen


plastis

Lr

Panjang bentang minimum untuk balok yang kekuatannya mulai

Mcr

Momen kritis terhadap tekuk torsi lateral

Mn

Momen lentur nominal penampang

Mp

Momen plastis penampang

Mu

Momen lentur perlu

Nn

Kuat aksial nominal penampang (N)

Nu

Kuat tekan perlu

Qn

Kapasitas geser untuk penghubung geser (N)

Faktor keutamaan hunian yang ditentukan sesuai pasal 12.2-1

Universitas Sumatera Utara

Faktor reduksi gempa

Jari-jari kelengkungan

rmin

Jari-jari girasi terkecil

rm

jari-jari girasi kolom komposit (mm)

ry

Jari-jari girasi terhadap sumbu y (sumbu lemah)

Ss

Nilai spektra percepatan untuk periode pendek 0.2 detik di batuan


dasar (SB) mengacu pada peta gempa indonesia 2010

S1

Nilai spektra percepatan untk periode 1.0 detik di batuan dasar (SB)
mengacu pada peta gempa indonesia 2010

SDS

Respon spektra percepatan desain untuk perioda pendek.

SD1

Respon spektra percepatan desain untuk perioda 1.0 detik.

Seksion modulus penampang

Te

Waktu getar alami efektif yang memperhitungkan kondisi inelastic

tf

Tebal flens

tw

Tebal web

Gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur

V1

Gaya gempa static ekivalen

Vn

Gaya geser nominal penampang

Vp

Gaya geser plastis penampang

Vu

Gaya geser perlu

Berat gempa efektif menurut pasal 12.7.2

wr

Lebar efektif gelombang pelat baja berprofil (mm)

x1,x2

Koefisien perhitungan momen tekuk torsi lateral

Zx, Zy

Modulus plastis penampang

Universitas Sumatera Utara

*
pb

Jumlah momen-momen balok-balok pada pertemuan as balok dan as


kolom

*
pc

Jumlah momen-momen kolom dibawah dan diatas sambungan pada


pertemuan as balok dan as kolom

Target perpindahan

Parameter kelangsingan elemen tekan

Batas kelangsingan untuk penampang kompak

Batas kelangsingan untuk penampang non kompak

Koefisien/faktor tekuk

Angka Poisson

Tegangan normal

Factor reduksi kekuatan

Perputaran sendi plastis

Perpindahan (story driff) akibat gempa

Factor reduksi beban aksial tekan

Konstanta yang tergantung pada peraturan perencanaan bangunan

yang digunakan, misalnya untuk IBC-2009 dan ASCE 7-10 dengan


gempa 2500 tahun menggunakan nilai sebesar 2/3 tahun

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Perkembangan teknologi saat ini juga berimbas pada dunia konstruksi yang
juga mengalami kemajuan yang cukup drastis terutama di bidang desain. Kayu dan
beton yang selama ini digunakan penuh dalam setiap pembangunan gedung kini
sudah mulai beralih menggunakan material baja. Karena diharapkan dengan
menggunakan material baja ini dapat mengurangi terciptanya sampah-sampah
konstruksi yang selama ini masih menjadi masalah bagi lingkungan. sebagai hasilnya
terciptalah berbagai metode dalam desain struktur salah satunya sistem struktur
komposit yang terdiri dari gabungan baja dan beton. Dengan adanya sistem ini
bangunan tingkat tinggi bukan lagi menjadi sesuatu yang tabu pada dunia konstruksi
saat ini, tetapi sudah menjamur di setiap kota di setiap negara di dunia disamping
proses pengerjaannya ramah terhadap lingkungan juga proses pengerjaannya lebih
cepat dari konstruksi beton biasa.
Pada tugas akhir ini direncanakan bangunan komposit tahan gempa yang
mengacu pada peta gempa 2010. Bangunan terdiri dari 10 lantai dimana dimensi
bangunan 24 x 24 m2, bangunan direncanakan berada di kota Medan dengan kondisi
tanah lunak. Perhitungan analisa struktur dilakukan dengan program ETABS v 9.5.0,
sedangkan untuk desain elemen struktur dilakukan secara manual dengan metode
LRFD mengacu pada SNI 03-1729-2002. Desain struktur direncanakan Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMMK) dan tetap menggunakan konsep Strong
Coloum Weak Beam (SCWB).
Dari hasil desain yang dilakukan didapatkan bahwa bangunan yang
direncanakan telah memenuhi kriteria tahan gempa sesuai ASCE 7-05 dan juga telah
memenuhi syarat SRPMK dan SCWB sesuai standard SNI 03-1729-2002.
Kata Kunci : Struktur komposit, tahan gempa, SRPMK, SCWB.

Universitas Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah


Gempa bumi merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari,
tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan
kerugian baik harta maupun jiwa bagi daerah yang ditimpanya dalam waktu relatif
singkat. Letak Indonesia yang merupakan pertemuan tiga lempeng yaitu lempeng
Indo-Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia, menyebabkan hampir semua
wilayah Indonesia mempunyai resiko gempa tektonik tinggi. Karena letaknya yang
demikian, Indonesia seakan-akan berada di dalam lingkaran api yang terus membara.
Melihat perkembangan konstruksi gedung di Indonesia, perlu dicari suatu
solusi yang mampu mengatasi resiko gempa yang besar di Indonesia, diantaranya
penggunaan baja sebagai salah satu alternatif material bangunan yang dipilih di
Indonesia. Disamping itu, juga perlu adanya perbaikan terhadap peraturan gempa
Indonesia (SNI 03-1726-2002) termasuk pengkajian ulang terahadap Peta Zona
Gempa yang digunakan untuk keperluan perancangan infrastruktur tahan gempa
selama ini karena banyak sudah gempa terjadi dalam satu dekade terakhir sejak
dikeluarkannya peraturan gempa Indonesia (SNI 03-1726-2002), seperti gempa Aceh,
nias, yogya, padang dan yang terakhir gempa mentawai.
Umumnya bangunan tahan gempa direncanakan berdasarkan analisa struktur
elastis yang diberi faktor beban untuk simulasi kondisi ultimite (batas). Namun, pada
kenyataannya perilaku runtuh bangunan saat gempa adalah inelastis.
Baja menjadi material yang dipilih dikarenakan karakteristik keruntuhan yang

Universitas Sumatera Utara

bersifat daktail, dimana daktail adalah suatu sifat yang mempengaruhi mekanisme
keruntuhan pada material baja ketika struktur baja telah berada pada kondisi inelastis
(plastisnya). Ketika mekanisme ini terjadi, baja akan mengalami leleh sebelum
runtuh yang akan memberikan waktu bagi para pengguna gedung untuk
menyelamatkan diri, tidak seperti beton tanpa tulangan baja yang bersifat getas yang
akan runtuh seketika pada saat gaya yang bekerja telah melampaui kemampuan
ultimit beton.

Gambar 1.1. Hubungan tegangan-regangan pada beton dan baja (beban sentris)

Pada tugas akhir ini direncanakan bangunan menggunakan penampang


komposit baja-beton, dimana penampang komposit merupakan penampang yang
terdiri dari profil baja dan beton yang digabung bersama untuk memikul beban tekan
dan lentur. Dan diharapkan dengan menggunakan penampang komposit ini baik dari
segi kualitas dan efisiensi waktu pekerjaan akan lebih menguntungkan.
Keistimewaan yang nyata dari sitem komposit (Charles G.Salmon, 1991)
adalah :

Penghematan berat baja

Universitas Sumatera Utara

Penampang balok baja yang digunakan lebih kecil

Kekakuan lantai meningkat

Kapasitas menahan beban lebih besar

Panjang bentang untuk batnag tertentu dapat lebih besar

Penampang komposit mempunyai kekakuan yang lebih besar dibandingkan


dengan penampang lempeng beton dan gelagar baja yang bekerja sendiri-sendiri dan
dengan demikian dapat menahan beban yang lebih besar atau beban yang sama
dengan lenturan yang lebih kecil pada bentang yang lebih panjang. Apabila untuk
mendapatkan aksi komposit bagian atas gelagar dibungkus dengan lempeng beton,
maka akan didapat pengurangan pada tebal seluruh lantai, dan untuk bangunanbangunan pencakar langit, keadaan ini memberikan penghematan yang cukup besar
dalam volume, pekerjaan pemasangan kabel-kabel, pekerjaan saluran pendingin
ruangan, dinding-dinding, pekerjaan saluran air, dan lain-lainnya. (Amon, Knobloch
& Mazumder,1999).

Gambar1.2 . Peta Gempa Indonesia 2010

Peta Gempa Indonesia 2010 ini digunakan sebagai acuan dasar perencanaan

Universitas Sumatera Utara

dan perancangan infrastruktur tahan gempa termasuk pengganti peta gempa yang ada
di Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Indonesia (SNI-03-1726-2002).
Dalam tugas akhir ini juga akan dibuat contoh perhitungan untuk bangunan
10 lantai dengan ketinggian setiap lantai 3,75 meter. dengan bantuan software
ETABS v.9.5 secara 3 dimensi, dan selanjutnya gaya/beban gempa yang bekerja
dihitung dengan metode statis ekivalen.

375 cm
375 cm
375 cm
375 cm
375 cm

600 cm

375 cm
600 cm
375 cm
375 cm

600 cm

375 cm
600 cm

600 cm

600 cm

600 cm

600 cm

425 cm

600 cm

600 cm

600 cm

600 cm

Gambar 1.3 Denah dan Potongan Bangunan

I.2.

Pembatasan Masalah

Secara garis besar batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah :
1. Perencanaan ini tidak meninjau analisa biaya, manajemen konstuksi, maupun
segi arsitektural;
2. Balok ditahan secara lateral oleh pelat lantai sehingga pengaruh lateral
torsional buckling (LTB) balok tidak diperhitungkan.
3. Analisa Struktur

Universitas Sumatera Utara

a) Beban gempa dihitung dengan menggunakan analisa beban gempa


statik ekuivalen (SNI 03-1726-2002).
b) Perhitungan mekanika struktur (kecuali struktur pelat lantai) untuk
mendapatkan gaya-gaya dalam (bidang M, D dan N) menggunakan
bantuan program ETABS v.9.5.
c) Permodelan struktur dilakukan secara 3 Dimensi (analisa gempa
ditinjau pada dua arah).
d) Model desain yang digunakan adalah Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusu (SRPMK)
e) Simpangan antar tingkat (inter story drift) untuk keadaan layan batas
(servicesability limit state),

I.3. Maksud Dan Tujuan


Tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah :
1. Menentukan dimensi sruktur utama gedung (preliminari desain), baik
penampang struktur primer maupun sekunder..
2. Memodelkan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu
ETABS v.9.5.
3. Bisa merencanakan sambungan pada balok-kolom maupun kolom-kolom
yang memenuhi kriteria perancangan struktur.
Manfaat dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah :
1. Mendapatkan suatu desain bangunan gedung komposit yang mampu menahan
gempa dan memenui persyaratn keamanan struktur.

Universitas Sumatera Utara

2. Diharapkan gedung yang direncanakan dengan metode SRPMK ini mampu


menahan beban gempa yang dimungkinkan akan terjadi, dan memberikan
rasa aman dan nyaman kepada penghuninya.

I.4. Metodologi Pembahasan


Adapun metodologi pembahasan dilakukan dengan metode study literatur yaitu
dengan mengumpulkan data-data dan keterangan dari buku-buku, perpustakaan serta
masukan dari dosen pembimbing. Analisa struktur dilakukan dengan bantuan
program komputer untuk mempercepat perhitungan. Dalam hal ini program yang
akan digunakan adalah ETABS v.9.5.
Untuk perencanaan hitungan gempa digunakan analisis beban statik ekivalen,
dan sebelum perhitungan beban, ada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu
elemen-elemen pada struktur dipilih dengan cara coba-coba (trial and error), dengan
mempertimbangkan kekuatan elemen dan simpangan antar tingkat yang terjadi
kemudian dilakukan perhitungan berat bangunan pada setiap lantainya.
Untuk perencanaan/desain penampang digunakan metode LRFD (Load
Resistance Factor Desain), dan dilakukan dalam beberapa tahap berikut ini:
1) Setelah dilakukan analisa struktur dengan menggunakan program ETABS
v.9.5, maka didapat nilai momen dan gaya geser ultimit

yang terjadi,

dimana momen dan gaya geser ultimit tersebut diambil dari kombinasi yang
paling menentukan.
2) Dengan hasil analisa ETABS, selanjutnya profil yang didesain diawal
dilakukan pengecekan kembali dengan tahapan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Secara garis besar bisa diperhatiukan pada bagan/diagram alir di bawah ini:
Bagan/diagram alir metode penulisan tugas akhir:
Mulai

Pengumpulan dan pencarian data

Pemilihan Kriteria Design

Preliminary design

Beban gravitasi

Beban gempa Statis

Analisa Struktur dengan ETABS ( 3 Dimensi )

Output gaya dalam akibat beban gravitasi dan gempa statis

Menganalisis dan mendesain SRPMK berdasarkan peraturan


SNI 03-1729-2002
Syarat-syarat OK
Jika NOT OK
Selesai

Universitas Sumatera Utara

I.5. Sistematika Pembahasan


Sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara garis
besar isi setiap bab yang akan dibahas pada tugas akhir ini. Sistematika penulisan
tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang dan perumusan masalah, tujuan
penulisan, batasan masalah, dan sistematika pembahasan. Secara umum bab ini
memberikan gambaran secara umum mengenai penyusunan tugas akhir ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi penjelasan dan gambaran umum dari material baja dan beton
sebagai struktur komposit, konsep Sistem Struktur Pemikul Momen Khusus,
konsep mekanisme keruntuhan dan plastisitas struktur portal gedung, serta
konsep perencanaan sesuai peta gempa 2010.
BAB III PEMBEBANAN DAN ANALISA STRUKTUR
Bab ini berisi asumsi-asumsi, aturan-aturan yang dijadikan patokan serta
tahapan/proses perhitungan dalam mendesain struktur komposit tahan gempa
ini. Disamping itu bab ini juga berisi perhitungan beban-beban pada struktur
termasuk beban mati, hidup dan gempa yang kemudian dilakukan pemodelan
struktur bangunan dengan menggunakan bantuan program ETABS v.9.5,
disamping itu juga

Universitas Sumatera Utara

BAB IV APLIKASI DAN DESAIN STRUKTUR


Bab ini berisi tentang proses mendesain struktur utama termasuk balok
komposit, kolom komposit dan rencana sambungan antar balok dan balok serta
antara kolom dan kolom.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh kegiatan tugas akhir
ini dengan menitikberatkan pada kinerja dan perilaku kedua sistem struktur
bangunan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. UMUM
Kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap perkembangan konstruksi
di Indonesia termasuk pemakaian baja menjadi bahan konstruksi. Baja menjadi
sangat penting karena memiliki tingkat daktalitas (ductility) yang sangat tinggi,
dimana ductility merupakan kemampuan untuk berdeformasi secara nyata baik dalam
tegangan maupun regangan sebelum terjadi kegagalan. (Charles G. Salmon, 1991)
Sebelumnya pada struktur komposit, kerangka baja yang menyangga
konstruksi pelat beton bertulang pengaruh komposit dari pelat beton dan baja yang
bekerja bersama-sama tidak diperhitungkan. Hal ini terjadi karena adanya asumsi
pada saat mendesain bahwa pelat beton dan baja dalam menahan beban bekerja
secara terpisah, dan ikatan antara pelat beton dan bagian atas balok baja dianggap
tidak dapat diandalkan.
Namun

dengan

berkembangnya

teknik

pengelasan,

pemakaian

alat

penyambung geser (shear connector) mekanis menjadi praktis untuk menahan gaya
geser horizontal yang timbul ketika batang terlentur. (Charles G. Salmon, 1991)
Karena struktur komposit melibatkan dua macam material yang berbeda,
maka perhitungan kapasitasnya tidak sesederhana bila struktur bukan komposit.
Karakteristik dan dimensi kedua bahan akan menentukan bagaimana pemilihan jenis
profil dan pelat beton yang akan dikomposisikan dan kinerja struktur tersebut.
(Suprobo, 2000)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1 Pemasangan shear connector pada balok komposit

Sistem struktur komposit sendiri terbentuk akibat interaksi antara komponen


struktur baja dan beton yang karakteristik dasar masing-masing bahan dimanfaatkan
secara optimal. Karakteristik penting yang dimiliki oleh struktur baja adalah
kekuatan tinggi, modulus elastisitas tinggi, serta daktalitas tinggi. Sedangkan
karakteristik penting yang dimiliki oleh struktur beton adalah ketahanan yang baik
terhadap api, mudah dibentuk, dan murah. (Dong Keon Kim, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2 Model shear connector pada balok komposit

Struktur komposit dalam aplikasinya dapat merupakan elemen dari bangunan,


baik sebagai balok, kolom, dan pelat. Struktur balok komposit terdiri dari dua tipe
yaitu balok komposit dengan penghubung geser dan balok komposit yang
diselubungi beton. Kolom komposit dapat merupakan tabung atau pipa baja yang
dicor beton atau baja profil yang diselimuti beton dengan tulangan longitudinal dan
diikat dengan tulangan lateral. Pada struktur pelat komposit digunakan pelat beton
yang bagian bawahnya diperkuat dengan dek baja bergelombang. (Ida Bagus Rai
Widiarsa & Putu Deskarta, 2007).

II.2. STRUKTUR KOMPOSIT


Batang komposit adalah batang yang terdiri dari profil baja dan beton yang
digabung bersama untuk memikul beban tekan dan atau lentur. Batang yang memikul
lentur umumnya disebut dengan balok komposit. Sedangkan batang yang memikul
beban tekan umumnya disebut dengan kolom komposit.
Di era modern saat ini banyak gedung-gedung dengan struktur komposit bajabeton untuk elemen baloknya menggunakan balok komposit penuh. Balok komposit

Universitas Sumatera Utara

penuh ini sendiri mempunyai beberapa tipe, diantaranya balok komposit dengan pelat
beton yang dicor tempat (solid in situ), balok komposit yang menggunakan precast
reinforced concrete planks yang bagian atasnya kemudian dicor tempat, balok
komposit yang penghubung gesernya diberi perkuatan, serta balok komposit yang
diberi bondek (gambar 2.3 )

Gambar 2.3 Tipe balok komposit yang diberi bondek

Keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan balok komposit yaitu


penghematan berat baja, penampang balok baja dapat lebih rendah, kekakuan lantai
meningkat, panjang bentang untuk batang tertentu dapat lebih besar, kapasitas
pemikul beban meningkat. Penghematan berat baja sebesar 20 % sampai 30 %
seringkali dapat diperoleh dengan memanfaatkan semua keuntungan dari sistem
komposit. Pengurangan berat pada balok baja ini biasanya memungkinkan
pemakaian penampang yang lebih rendah dan juga lebih ringan. Keuntungan ini bisa
banyak mengurangi tinggi bangunan bertingkat banyak sehingga diperoleh

Universitas Sumatera Utara

penghematan bahan bangunan yang lain seperti dinding luar dan tangga (Salmon &
Johnson, 1991)

III.2.1.Balok Komposit
Balok adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur yang paling banyak
dijumpai pada setiap struktur. Balok adalah elemen struktur yang memikul beban
yang bekerja tegak lurus dengan sumbu longitudinalnya. Hal ini akan menyebabkan
balok melentur (Spiegel & Limbrunner,1998).
Sebuah balok komposit (composite beam) adalah sebuah balok yang
kekuatannya bergantung pada interaksi mekanis diantara dua atau lebih bahan
(Bowles,1980). Beberapa jenis balok komposit antara lain :
a) Balok komposit penuh
Untuk balok komposit penuh, penghubung geser harus disediakan dalam
jumlah yang memadai sehingga balok mampu mencapai kuat lentur
maksimumnya. Pada penentuan distribusi tegangan elastis, slip antara baja
dan beton dianggap tidak terjadi (SNI 03-1729-2002 Ps.12.2.6).
b) Balok komposit parsial
Pada balok komposit parsial, kekuatan balok dalam memikul lentur dibatasi
oleh kekuatan penghubung geser. Perhitungan elastis untuk balok seperti ini,
seperti pada penentuan defleksi atau tegangan akibat beban layan, harus
mempertimbangkan pengaruh adanya slip antara baja dan beton (SNI 031729-2002 Ps. 12.2.7).
c) Balok baja yang diberi selubung beton

Universitas Sumatera Utara

Walaupun tidak diberi angker, balok baja yang diberi selubung beton di
semua permukaannya dianggap bekerja secara komposit dengan beton,
selama hal-hal berikut terpenuhi (SNI 03-1729-2002 Ps.12.2.8)
Tebal minimum selubung beton yang menyelimuti baja tidak kuang
daripada 50 mm, kecuali yang disebutkan pada butir ke-2 di bawah.
Posisi tepi atas balok baja tidak boleh kurang daripada 40 mm di bawah
sisi atas pelat beton dan 50 mm di atas sisi bawah plat.
Selubung beton harus diberi kawat jaring atau baja tulangan dengan
jumlah yang memadai untuk menghindari terlepasnya bagian selubung
tersebut pada saat balok memikul beban.

Gambar 2.4 Penampang balok komposit

III.2.1.1. Lebar efektif pelat beton


Lebar efktif pelat lantai yang membentang pada masing-masing sisi dari
sumbu balok tidak boleh melebihi :
Untuk gelagar interior : bE

L
, dan
4

bE bo (untuk jarak balok yang sama)


Untuk gelagar eksterior: bE

L
8

Universitas Sumatera Utara

bE bo + (jarak dari pusat balok ke pinggir slab)


Dimana : L = bentang balok
bo = bentang antar balok

III.2.1.2. Kekuatan balok komposit dengan Penghubung geser


Kuat lentur positif rencana ditentukan sebagai berikut (LRFD Pasal 12.4,2,1) :

h 1680

, dengan
tw
fy

b = 0,85 dan Mn dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis pada


penampang komposit

b = 0,9 dan Mn dihitung berdasarkan superposisi tegangan-tegangan


elastis yang memperhitungkan pengaruh tumpuan sementara plastis
pada penampang komposit.

Kuat lentur negatif rencana b . Mn harus dihitung untuk penampang baja


saja, dengan mengikuti ketentuan-ketentuan pada butir 8 (LRFD Pasal 12.4.2.2)

III.2.1.3. Menghitung Momen Nominal


Perhitungan Mn berdasar distribusi tegangan elastis :
b eff
b tr

ec = (es/n)

ec
es

tb
?

GN komposit

Es x es

Xe

ya

H/2
H

GN baja
yb

Ea

Ea

ea

Gambar 2.5. Distribusi tegangan elastis pada balok

Universitas Sumatera Utara

Menghitung nilai transformasi beton ke baja


(MPa).untuk beton normal
Dimana : Es = 200000 MPa

n=

beff
Es
; btr =
n
Ec

dan Atr = (btr x ts )

Menentukan letak garis netral penampang transformasi :

Atr .
GNE =

ts
2


d
+ As . ts +
2

( Atr + As )

Menghitung momen inersia penampang transformasi

btf .(ts )

It =

12

ts

+ A GNE + Ix + As + ts + hr GNE
2

tr

Mengitung modulus penampang transformasi

yc = GNE
yt = d + ts + hr GNE
I
I
S tr .c = tr dan S tr .t = tr
yc
yt
Menghitung momen ultimit
Kapasitas momen positif penampang balok komposit penuh
digunakan dari nilai yang terkecil dari :
M n1 = 0.85 . f c' . n . S tr c

dan

M n 2 = f y . S tr t

Jadi : Mu . Mn

Universitas Sumatera Utara

Perhitungan Mn berdasar distribusi tegangan plastis :


b eff
b tr

0.85 fc'

0.85 fc'

tb

0.003

tb

GN pelat

Cc
Cs

d1

GN komposit

d/2
d

GN baja

d 2" d 2'

T'
fy

fy

Pelat memadai

fy

Pelat tidak memadai

Regangan batas

Gambar 2.6 Distribusi tegangan plastis (sumber: Charles G. Salmon, 1996)

Menghitung momen nominal (Mn) positif :


Gaya tekan (C) pada beton

: C = 0,85. fc.tp.beff

Gaya tarik (T) pada baja

: T = As.fy

*Dari hasil diatas dipilih nilai terkecil


Menentukan tinggi balok tekan effektif :
Kekuatan momen nominal

a=

As. fy
0,85. f ' c.beff

: Mn = C..d1 atau T.d1

Kuat nominal dalam bentuk gaya baja :

a
d
Mn = As. fy + ts
2
2

Menghitung momen nominal (Mn) negatif :


Menentukan lokasi gaya tarik pada balok baja
T = n.Ar.fy

dan

Gaya pada sayap ;

Pf = bf .tf . fy

Gaya pada badan ;

Pw =

Pyc = As.fy

Pyc T
Pf
2

aw =

Pw
tw. f y

Menghitung jarak ke centroid

Universitas Sumatera Utara

d1 = hr + tb c
d2 =
d3 =

(Pf .0,5.tf ) + (Pw(tf

+ 0,5.a web ))

Pf + Pw
d
2

Menghitung momen ultimit ;


Mn = T (d1+d2) + Pyc (d3+d2)

III.2.1.4. Penghubung Geser ( Shear Connector )


Gaya geser yang terjadi antara pelat beton dan profil baja harus dipikul oleh
sejumlah penghubung geser, sehingga tidak terjadi slip pada saat masa layan.
Idealnya alat penghubung geser harus cukup kaku untuk menghasilkan interaksi
penuh, namun hal ini akan memerlukan pengaku yang sangat tergar.Adapun jenisjenis alat penghubung geser yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :
-

Alat penyambung stud (stud connector) berkepala dan berbentuk pancing.

Alat peyambung kanal (canal connector)

Alat penyambung spiral (spiral connector)

Alat penyambung siku (angle conector)

Gambar 2.7. Tipe-tipe shear connector

Universitas Sumatera Utara

Pada tugas akhir ini, alat penghubung geser yang digunakan berbentuk stud
berkepala (stud connector). Kekuatan penghubung geser jenis paku (LRFD Pasal
12.6.3)

Qn = 0,5. Asc .
Dimana :

f ' c.Ec .rs Asc . fu

rs untuk balok tegak lurus balok : rs =

rs untuk balok sejajar balok

0,85 wr Hs
.
1 1
.
Nr hr hr

wr Hs
1 1
: rs = 0,6. .

hr hr

Dan untuk perhitungan jumlah penghubung geser (shear connector) yang


dibutuhkan digunakan persamaan : n =

C
Qn

III.2.1.5. Kontrol Lendutan


Batasam lendutan atau deflection pada balok telah diatur dalam SNI 03-17292002. Lendutan diperhitungkan berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
-

Lendutan yang besar dapat mengakibatkan rusaknya barang-barang atau


alat-alat yang didukung oleh balok tersebut .

Lendutan yang terlalu besar akan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi
penghuni

bangunan

tersebut.

Perhitungan

lendutan

pada

balok

berdasarkan beban kerja yang dipakai di dalam perhitungan struktur,


bukan berdasarkan beban terfaktor. Besar lendutan dapat dihiutng dengan
rumus :

f max

5. ql 4
=
, untuk beban terbagi merata, dan
384. E . I

f max =

Pl 4
48. E . I

, untuk beban terpusat di tengah bentang

Universitas Sumatera Utara

III.2.2. Kolom Komposit


Kolom komposit didefinisikan sebagai kolom baja yang dibuat dari
potongan baja giling (rolled) built-up dan di cor di dalam beton struktural atau
terbuat dari tabung atau pipa baja dan diisi dengan beton struktural (Salmon &
Jonson, 1996). Menurut SNI 03-1729-2002 Ada dua tipe kolom komposit, yaitu :
Kolom komposit yang terbuat dari profil baja yang diberi selubung beton di
sekelilingnya (kolom baja berselubung beton).
Kolom komposit terbuat dari penampang baja berongga (kolom baja
berintikan beton).

a)

c)

b)

d)

Gambar 2.8 Penampang Kolom Komposit dari profil baja IWFdan Kingcross yang dibungkus
beton, Persegi dan O yang diisi beton

Pada tugas akhir ini penulis merencanakan kolom komposit dengan


penampang dari profil kingcross yang dibungkus beton seperti yang tampak pada
gambar 2.8.b. Profil kingcross yang digunakan merupakan produk dari PT. Gunung
Garuda, adapun tampaknya dapat dilihat pada gambar berikut.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.9 Profil Baja Kingcross

Pada kolom baja berselubung beton (gambar a dan b) penambahan beton


dapat menunda terjadinya kegagalan lokal buckling pada profil baja serta berfungsi
sebagai material penahan api, sementara itu material baja disini berfungsi sebagai
penahan beban yang terjadi setelah beton gagal. Sedangkan untuk kolom baja
berintikan beton (gambar c dan d) kehadiran material baja dapat meningkatkan
kekuatan dari beton serta beton dapat menghalangi terjadinya lokal buckling pada
baja.
Kolom komposit merupakan suatu solusi hemat untuk kasus dimana kapasitas
beban tambahan yang diinginkan lebih besar dibandingkan dengan penggunaan
kolom baja sendiri. Kolom komposit juga menjadi solusi yang efektif untuk berbagai
permasalahan yang di ada pada desain praktis. Salah satunya, yaitu jika beban yang
terjadi pada struktur kolom sangatlah besar, maka penambahan material beton pada
struktur kolom dapat memikul beban yang terjadi, sehingga ukuran profil baja tidak
perlu diperbesar lagi (Roberto Leon, Larry Griffis,2005).
Kriteria untuk kolom komposit bagi komponen struktur tekan (SNI 03-17292002 Ps.12.3.1) :
1. Luas penampang profil baja minimal sebesar 4 % dari luas penampang
komposit total.

Universitas Sumatera Utara

2. Selubung beton untuk penampang komposit yang berintikan baja harus


diberi tulangan baja longitudinal dan tulangan pengekang lateral.
3. Tulangan baja longitudinal harus menerus pada lantai struktur portal,
kecuali untuk tulangan longitudinal yang hanya berfungsi memberi
kekangan pada beton.
4. Jarak antar pengikat lateral tidak boleh melebihi 2/3 dari dimensi terkecil
penampang kolom komposit. Luas minimum penampang tulangan
transpersal (atau longitudinal) terpasang, tebal bersih selimut beton dari
tepi terluar tulangan longitudinal dan transversal minimum sebesar 40
mm.
5. Mutu beton yang digunakan tidak lebih 55 MPa dan tidak kurang dari 21
MPa untuk beton normal dan tidak kurang dari 28 MPa untk beton
ringan.
6. Tegangan leleh profil dan tulangan baja yang digunakan untuk
perhitungan kekuatan kolomkomposit tidak boleh lebih dari 380 MPa.
7. Tebal minimum dinding pipa baja atau penampang baja berongga yang
untuk

diisi beton adalah


penampang persegi dan

setiap sisi selebar b pada

untuk penampang bulat yang

mempunyai diameter luar D.


Kuat rencana kolom komposit yang menumpu beban aksial adalah cNn
dengan c = 0,85
N u = ( As . f cr ) dan
untuk :

f my

f cr =
w

r 0.25 ...maka w = 1

Universitas Sumatera Utara

0.25 r 1.2 ...maka w =

1.47
1.6 0.67 c

r 1.2 .maka w = 1.25 x 2c


dengan :

c =

kc L
rm

fmy
Em

A
+ c 2 f ' c c

As

A
fmy = fy + c1 fyr r
As
A
E m = E + c 3 Ec c
As
Ec = 0,041 w1, 5

f 'c

III.2.3. Aksi Komposit


Aksi komposit terjadi apabila dua batang struktural pemikul pemikul beban
seperti pada pelat beton dan balok baja sebgai penyangganya dihubungkan secara
menyeluruh dan mengalami defleksi sebagai satu kesatuan.
Pada balok non-komposit pelat beton dan balok baja tidak bekerja bersamasama sebagai satu kesatuan karena tidak terpasang alat penghubung geser, sehinga
masing-masing memikul beban secara terpisah. Apabila balok non-komposit
mengalami defleksi pada saat dibebani, mka permukaan bawah pelat beton akan
tertarik dan mengalami perpanjangan sedangkan permukaan atas dari balok baja akan
tertekan dan mengalami perpendekan.
Karena pengubung geser tidak terpasang pada bidang pertemuan antara pelat
beton dan balok baja maka pada bidang kontak tersebut tidak ada gaya yang
menahan perpanjangan serat bawah pelat dan perpendekan serat atas balok baja.
Dalam hal ini, pada bidang kontak tersebut hanya bekerja gaya geser vertical.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan pada balok komposit, pada bidang pertemuan antara pelat beton
dan balok baja dipasang alat penghubung geser (shear connector) sehingga pelat
beton dan balok baja bekerja sebagai satu kesatuan. Pada bidang kontak tersebut
bekerja gaya geser vertical dan horizontal, dimana gaya geser horizontal tersebut
akan menahan perpanjangan serat bawah pelat dan perpendekan serat atas balok baja.

Gambar 2.10 Perbandingan defleksi antara balok komposit dan non-komposit

Pada dasarnya aksi komposit pada balok komposit dapat tercapai atau
tidaknya tergantung dari penghubung gesernya. Biasanya penghubung geser
diletakkan disayap atas profil baja. Hal ini bertujuan untk mengurangi terjadinya slip
pada pelat beton dengan balok baja. (Qing Quan Liang, 2004)
II.3. STRUKTUR TAHAN GEMPA
Gempa bumi merupakan salah satu bagian dari jenis beban yang dapat
membebani struktur selain beban mati, beban hidup dan beban angin, dimana beban
gempa ini termasuk kepada beban dinamis. Beban dinamis adalah beban yang
berubah-ubah menurut waktu, arah maupun posoisinya. Beban dinamis dapat
dikatagorikan dalam dua hal yaitu beban periodic maupun beban non periodik.
Beban gempa memang tidak selalu diperhitungkan dalam perencanaan atau
analisa struktur. Namun bagi struktur yang dibuat pada suatu lokasi dimana gempa
bumi dapat terjadi maka analisa ini harus dibuat. Gaya gempa tidak dapat diprediksi

Universitas Sumatera Utara

kapan datangnya, sehinga ketika gempa menimpa struktur bangunan maka ada hal
yang dapat dilihat. Bangunan itu tetap kokoh tanpa ada korban jiwa, bangunan rusak
tanpa ada korban jiwa, dan bisa juga bangunan rusak serta terdapat korban jiwa.
Kerusakan bangunan akibat gempa bumi dapat diantisipasi dengan beberapa
metode, baik secara konvensional maupun secara teknologi.
Umumnya ada tiga faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam
mendesain semua struktur yaitu : faktor kekuatan, kekakuan, dan stabilitas.
Pertimbangan kekuatan adalah faktor yang penting untuk bangunan
bertingkat rendah. Akan tetapi dengan semakin bertambah tingginya bangunan,
faktor kekakuan dan stabilitas menjadi lebih penting bahkan menjadi faktor utama
dalam desain.
Ada dua cara untuk memenuhi faktor kekakuan dan stabilitas didalam suatu
struktur. Yang pertama adalah memperbesar ukuran-ukuran elemen dengan
melampaui permintaan kekuatan. Namun hal ini memiliki keterbatasan, dimana pada
suatu tempat menjadi tidak praktis dan tidak ekonomis lagi untuk memperbesar
ukuran elemen. Cara kedua adalah merupakan cara penyelesaian yang lebih baik
adalah dengan mengubah struktur menjadi sesuatu yang lebih kaku dan stabil untuk
membatasi deformasi dan juga untuk meningkatkan stabilitas.
Belum ada laporan yang mengatakan bahwa sebuah bangunan runtuh karena
gaya atau beban angin. Secara analitis dapat ditunjukkan bahwa bangunan tinggi
yang diberi aksi angin pada suatu titik tertentu akan mencapai keruntuhan yang
disebut efek delta P (-P). Karena itu kriteria kestabilan (stabilitas) adalah untuk
memastikan bahwa gaya angin yang akan terjadi dibawah beban yang diperbolehkan
pada batasan stabilitas.

Universitas Sumatera Utara

Pertimbangan kedua adalah pembatasan defleksi lateral agar detail arsitektur


dan dinding penyekat ruangan tidak rusak. Meskipun tidak separah kerusakan /
keruntuhan bangunan secara keseluruhan, tetapi defleksi lantai dengan lantai (tarikan
antar lantai) harus dibatasi dikarenakan biaya untuk mengganti jendela serta elemen
non struktur lainnya adalah besar dan pecahan-pecahan kaca dapat melukai bahkan
membunuh penghuni bangunan tersebut.
II.3.1. Desain Struktur Tahan Gempa
Bagi struktur yang direncanakan dapat menahan beban gempa, maka struktur
tersebut harus dapat memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Pada saat terjadi gempa ringan, maka tidak terjadi kerusakan baik pada elemen
struktural maupun non-srruktural.
2. Pada saat terjadi gempa sedang, elemen structural tidak boleh rusak, sedangkan
elemen non-struktural boleh rusak tetapi masih bisa diperbaiki lagi.
3. Pada saat terjadi gempa kuat, elemen non-struktural dan structural rusak (terjadi
sendi plastis pada struktur) tetapi struktur tidak sampai runtuh (mekanisme runtuh
di desain)
Untuk perencanaan pembebanan gempa ini digunakan analisis beban statik
ekivalen. Karena peta zoning gempa Indonesia terbaru 2010 mengacu pada ASCE 705, maka perhitungannya juga dilakukan dengan metode yang ada pada aturan
tersebut, prosedur pengerjaannya sebagai berikut :
II.3.1.1. Kategori hunian dan factor keutamaan (I)

Universitas Sumatera Utara

Untuk kategori hunian dari bangunan yang akan direncanakan dapat dilihat
pada table 1.1 pada ASCE 7-05, sedangkan factor keutamaan (I) dijelaskan pada
table 11.5-1 ASCE 7-05.
II.3.1.2. Klasifikasi Site
Klasifikasi site merupakan kategori jenis tanah pada tempat bangunan yang
akan direncanakan sesuai kategori-kategori yang sudah ditetapkan pada peta gempa
Indonesia 2010 table 2 ataupun pada ASCE 7-05 table 20.1 sebagai berikut :
Klasifikasi Site
A. Batuan Keras
B. Batuan
C. Tanah Sangat Padat
dan Batuan Lunak
D. Tanah Sedang
E. Tanah Lunak

F.

Lokasi
yang
membutuhkan
penyelidikan
geoteknik
dan
analisis
respon
spesifik (site specific
response analisys)

Vs (m/s)
Vs 1500
750 < Vs
1500

N
N/A

Su (kPa)
N/A

N/A

N/A

350 < Vs 750

N > 50

Su 100

175 < Vs 350


15 N 50
50 Su 100
Vs < 175
N < 15
Su < 50
Atau setiap profil lapisan tanah dengan ketebalan lebih
dari 3 m dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Indeks plaastisitas, PI > 20,
2. Kadar air (w) 40 %, dan
3. Kuat geser tak terdrainase Su < 25 kPa
Setiap profil ;lapisan tanah yang memiliki salah satu
atau lebih dari karakteristik seperti :
- Rentan dan berpotensi gagal terhadap beban
gempa seperti likuifaksi, tanah lempung
sangat sensitive, tanah tersementasi lemah.
- Lempung organic tinggi dan/atau gambut
(dengan ketebalan > 3 m)
- Plastisitas tinggi (ketebalan H > 7.5 m
dengan PI > 75 )
- Lapisan lempung lunak/medium kaku
dengan ketebalan H> 35 m
Tabel 2.1 Klasifikasi Site

Dari table diatas dapat ditentukan jenis tanah sesuai data-data yang sudah
ada. Untuk tugas akhir ini direncanakan berada pada tanah lunak atau kategori E dan
nantinya disesuaikan dengan peta gempa Indonesia 2010.

Universitas Sumatera Utara

II.3.1.3. Peta percepatan respon spectral (Ss dan S1)


Peta percepatan maksimum gempa di batuan dasar mulai digunakan untuk
peraturan perencanaan Indonesia pada tahun 1983 melalui PPTI-UG (Peraturan
Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung) 1983. Pembagian daerah
gempa tersebut adalah seperti pada gambar dibawah ini. Peta gempa ini merupakan
hasil studi oleh Beca Carter dalam kerjasama bilateral Indonesia-New Zealand (Beca
Carter Hollings dan Ferner, 1978).

Gambar 2.11. Peta percepatan gempa maksimum Indonesia dalam PPTI-UG 1983

PPTI-UG 1983 diperbaharui pada tahun 2002 dengan keluarnya Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2002
(Gambar4). Peraturan baru ini disusun dengan mengacu pada UBC 1997.

Gambar 2.12. Peta percepatan gempa maksimum Indonesia dalam SNI 03-1726-2002

Universitas Sumatera Utara

Seiring dengan perkembangan konstruksi gedung di Indonesia dan juga


karena seringnya terjadi gempa besar belakangan ini, maka dikeluarkanlah peta
gempa Indonesia terbaru 2010 , dimana yang menjadi patokan dalam pembuatan peta
gempa ini adalah ASCE 7-10.

Gambar 2.13. Peta hazard gempa Indonesia di batuan dasar pada kondisi spektra T = 0.2 detik
untuk 2% PE 50 tahun.

Berbeda dengan peta zoning gempa Indonesia 1983 dan 2002, peta gempa
Indonesia 2010 secara kuantitatip tidak lagi diberikan dalam bentuk peta zoning
gempa akan tetapi disajikan dalam format dua buah peta kontur percepatan gempa
rencana maximum dari batuan dasar untuk waktu getar pendek 0.2 detik SS dan 1
detik, S1.
II.3.1.4. Spectral response coefficients (SDS dan SD1)
Respon spectra adalah nilai yang menggambrakan respon maksimum dari
system berserajat kebebasan tunggal (SDOF) pada berbagai frekuensi alami (periode
alami) teredam akibat suatu goyangan tanah. Untuk kebutuhan praktis, maka respon
spectra percepatan dibuat dalam bentuk respon spectra yang sudah disederhanakan.

Universitas Sumatera Utara

Untuk penentuan parameter respon spectra percepatan di permukaan tanah,


diperlukan factor ampkasi terkait spectra percepatan untuk periode pendek (Fa) dan
periode 1 detik (Fv). Selanjutnya parameter respon spectra percepatan dipermukaan
tanah dapat diperoleh dengan cara mengalikan koefisien Fa dan Fv (relatip sama
dengan UBC-97 atau SNI 1726) dengan spectra percepatan untuk periode pendek
(Ss) dan Periode 1 detik (S1) di batuan dasar yang diperoleh dari peta gempa
Indonesia 2010 sesuai rumus berikut :
SMS = Fa x Ss ,dan
SMS = Fv x S1
Klasifikasi Site
Batuan keras (SA)
Batuan (SB)
Tanah Sangat Padat dan
Batuan Lunak (Sc)
Tanah Sedang (SD)
Tanah Lunak (SE)
Tanaha Khusus (SF)

SS 0.25

SS = 0.5

Ss
SS = 0.75

SS = 1.0

SS 1.25

0.8
1.0

0.8
1.0

0.8
1.0

0.8
1.0

0.8
1.0

1.2

1.2

1.1

1.0

1.0

1.6
2.5
SS

1.4
1.7
SS

1.2
1.2
SS

1.1
0.9
SS

1.0
0.9
SS

Tabel 2.2 Koefisien periode pendek, Fa

Klasifikasi Site
Batuan keras (SA)
Batuan (SB)
Tanah Sangat Padat dan
Batuan Lunak (Sc)
Tanah Sedang (SD)
Tanah Lunak (SE)
Tanaha Khusus (SF)

SS 0.1

SS = 0.2

SPGA
SS = 0.3

SS = 0.4

SS 0.5

0.8
1.0

0.8
1.0

0.8
1.0

0.8
1.0

0.8
1.0

1.2

1.2

1.2

1.2

1.2

1.6
2.5
SS

1.4
1.7
SS

1.2
1.2
SS

1.1
0.9
SS

1.0
0.9
SS

Tabel 2.3 Koefisien periode 1.0 detik, Fv

SS adalah lokasi yang memerlukan investigasi geoteknik dan analisis respon


site spesifik. Selanjutnya untuk mendapatkan parameter respon spektra desain,

Universitas Sumatera Utara

spektra percepatan desain untuk perioda pendek dan perioda 1.0 detik dapat
diperoleh melalui perumusan berikut ini:
SDS = SMS , dan

SD1 = SM1

II.3.1.5. Kategori Desain Gempa (Seismic Design Category/SDC)


Perhitungan perancangan besarnya gaya gempa rencana untuk desain dan
analisis perhitungan dinyatakan oleh besarnya gaya geser dasar, ketentuan mengenai
syarat kekuatan dan pendetailan tulangan serta fleksibilitas ketidak teraturan bentuk
bangunan dan limitasi tinggi bangunan tidak lagi ditentukan oleh peta zoning gempa
sebagaimana halnya yang telah ditetapkan dalam SNI 1726-02. Pada ASCE 7-05,
ketentuan mengenai hal tersebut di atas telah di gantikan oleh kriteria perancangan
baru yang di sebut Kategori Desain Gempa (Seismic Design Category-SDC) dan
dikaitkan dengan Kategori Hunian atau Occupancy Category. Struktur harus
diperuntukan pada Kategori Desain Gempa sesuai dengan ASCE 7-05, Tabel 11.6-1
dan Tabel 11.6-2.
Nilai SDS
SMS < 0,167
0,167 SDS < 0,33
0,33 SDS < 0,50
0,50 SDS

Kategori Hunian
I atau II
III
A
A
B
B
C
C
D
D

IV
A
C
D
D

Tabel 2.4 Kategori gempa berdasarkan parameter percepatan respon periode pendek

Nilai SDS
SMS < 0,067
0,067 SDS < 0,133
0,133 SDS < 0,20
0,20 SDS

Kategori Hunian
I atau II
III
A
A
B
B
C
C
D
D

IV
A
C
D
D

Tabel 2.5 Kategori gempa berdasarkan parameter percepatan respon periode 1 detik

Universitas Sumatera Utara

II.3.1.6. Penentuan Koefisien R, Cd, dan


Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi pada
salah satu tipe yang ditunjukkan dalam ASCE 7-05, Tabel 12.2-1 atau kombinasi
sistem seperti dalam ASCE 7-05, Pasal 12.2.2, 12.2.3, dan 12.2.4. Setiap tipe dibagibagi oleh tipe elemen vertikal yang digunakan untuk menahan gaya gempa lateral.
Sistem struktur yang digunakan harus sesuai dengan kategori desain gempa
dan batasan ketinggian yang ditunjukkan dalam Tabel, 12.2-1. Koefisien modifikasi
respons yang tepat, R, faktor kuat lebih sistem, , dan faktor pembesaran defleksi,
Cd, ditunjukkan dalam Tabel 12.2-1 harus digunakan dalam penentuan geser dasar,
gaya desain elemen, dan drif tingkat desain
II.3.1.7. Prosedur pengerjaan yang dipergunakan
Analisis struktur yang dibutuhkan terdiri dari salah satu dari tipe yang
diperbolehkan dalam ASCE 7-05, Tabel 12.6-1 berdasar pada kategori desain gempa
struktur, sistem struktural, data dinamik, dan keteraturan, atau dengan persetujuan
otoritas yang mempunyai yurisdiksi, suatu alternatif prosedur yang berlaku umum
boleh digunakan. Prosedur Analisis yang terpilih harus diselesaikan menurut
kebutuhan sesuai dengan subbab yang terkait mengacu pada Tabel 5.6-1.
II.3.1.8. Design base shear (V)
Geser dasar gempa (base shear), V dalam arah yang ditetapkan harus
ditentukan sesuai dengan ASCE 7-05, Pers.12.8-1.
V = Cs W
Koefisien respon gempa dapat dihitung sesai dengan ASCE 7-05, pers 12.8.2.

Universitas Sumatera Utara

Cs =

S DS
R

T

Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan ASCE 7-05, Pers. 12.8-2 tidak perlu melebihi:

Cs =

S D1
untuk T TL
R
T
T

Cs =

S D1 TL
untuk T > TL
2 R
T
T

Cs harus tidak kurang dari 0,01. Dan sebagai tambahan, untuk struktur yang
berlokasi dimana S1 sama dengan atau lebih besar dari 0,6g, Cs harus tidak kurang
dari : C s =

0,5 S1
R

I

II.3.1.9. Periode Struktur Dasar (T)


Perioda struktur dasar (T) dalam arah yang ditinjau harus diperoleh
menggunakan properti struktur dan karateristik deformasi elemen penahan dalam
analisis yang teruji. Perioda dasar (T) tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk
batasan atas pada perioda yang dihitung (Cu) dari ASCE 7-05, Tabel 12.8-1 dan
perioda dasar pendekatan, (Ta) yang ditentukan dari ASCE 7-05, Pers. 12.8-7.
Sebagai alternatif pada pelaksanaan analisis untuk menentukan perioda dasar
(T) diijinkan secara langsung menggunakan perioda bangunan pendekatan, (Ta) yang
dihitung sesuai dengan ASCE 7-05, Pasal 12.8.2.1. Perioda dasar pendekatan (Ta),
dalam detik, harus ditentukan dari ASCE 7-05, Pasal 12.8.2.1, Pers.12.8-7, dimana

Universitas Sumatera Utara

hn adalah tinggi dalam feet di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur dan
koefisien Ct dan x ditentukan dari ASCE 7-05, Tabel 12.8-2.
Tipe Struktur

Ct

Sistem rangka penahan momen dimana rangka


menahan 100% gaya gempa yang disyaratkan dan
tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan
komponen yang lebih kaku dan akan mencegah
rangka dari defleksi bilamana dikenai gaya gempa:

0.028
Rangka penahan momen baja

(0.0724)

0.8

0.016
Rangka momen penahan beton

(0.046)

0.9

0.03
Rangka baja dibres secara eksentris

(0.0731)

0.75

0.02
Semua sistem struktur lainnya

(0.0488)

0.75

Tabel 2.6 Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct dan x

Dimana nilai Perioda dasar ( T) tidak boleh melebihi, T CuTa dengan Cu


sebagai batasan atas pada perioda yang dihitung yang ditentukan dari ASCE 7-05,
Tabel 12.8-1.
Parameter Percepatan Respon
Spektrum Desain pada 1 detik
SD1
0.4
0.3
0.2
0.15
0.1

Koefisien Ct
1.4
1.4
1.5
1.6
1.7

Tabel 2.7 Koefisien untuk batasan atas pada periode yang dihitung

Universitas Sumatera Utara

II.3.1.10. Distribusi gaya Vertikal (Fx)


Gaya gempa lateral (Fx) (kip atau kN) yang timbul di semua tingkat harus
ditentukan dari ASCE 7-05, Pasal 12.8.3:
Fx = C vxV dan C vx =

wx hxk
n

w h
i

k
i

i =1

Dimana :

Cvx

= faktor distribusi vertikal

= gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur

w1 / w2

= porsi berat gempa efektif total struktur (W) yang


ditempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x

hi / hx

= tinggi (ft atau m) dari dasar sampai Tingkat i atau x

= eksponen yang terkait dengan perioda struktur


sebagai berikut:
- k = 1 untuk periode sebesar 0,5 detik
- k = 2 untuk periode sebesar 2,5 detik
- jika 0,5 < T < 2.5, maka harus diinterpolasi.

II.3.1.11. Distribusi gaya Horizontal (Vx)


Geser tingkat desain gempa di semua tingkat (Vx) (kip atau kN) harus
ditentukan dari ASCE 7-05, Pasal 12.8.4:
n

Vx = Fx
i= x

Dimana :

Fi

= Porsi geser dasar gempa (V) yang timbul di tingkat i

Geser tingkat desain gempa (Vx) (kip atau kN) harus didistribusikan pada
berbagai elemen vertikal sistem penahan gaya gempa di tingkat yang ditinjau
berdasarkan pada kekakuan lateral relatif elemen penahan vertikal dan diafragma.

Universitas Sumatera Utara

II.4. SRPMK dan SCWB


Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) merupakan sistem rangka
ruang (yang terbentuk dari balok dan kolom) dimana komponen-komponen struktur
dan join-joinnya menahan beban gravitasi dan beban lateral yang bekerja melalui
aksi lentur, geser dan aksial. Sehingga struktur diharapkan dapat merespon gempa
kuat secara inelastis tanpa mengalami keruntuhan getas, melainkan secara daktail.
Getas ialah sifat bahan atau struktur yang apabila diberi beban luar sampai
melebihi kuat elastisnya maka bahan atau struktur tersebut akan segera pecah atau
rusak. Daktail merupakan sifat bahan atau struktur yang apabila diberi beban luar
sampai melebihi kuat elastisnya tidak langsung pecahatau rusak, namun berubah
bentuk dulu (misalnya memanjang) secara plastis sampai batas tertentu dan akan
pecah atau rusak bila batas kemampuan plastisnya tercapai.
Apabila struktur bersifat getas maka struktur harus kuat menahan beban
gempa tersebut, namun pada struktur yang daktail kekuatannya tidak perlu lebih
besar dari beban gempa tersebut. Hal ini karena pada strukitur yang getas akan segera
runtuh jika beban gempa melebihi kekuatan elastisnya, sedangkan pada struktur yang
daktail tidak akan runtuh, hanya akan mesuk pada kondisi lendutan plastis, hanya
jika lendutan plastis ini mencapai maksimum baru struktur akan runtuh.
Strong Coloum Weak Beam (SCWB) merupakan mekanisme keruntuhan suatu
gedung yang mengharapkan terjadinya pembentukan sendi plastis pada daerah
bentang balok terlebih dahulu sehingga keruntuhan yang ada diprioritaskan untuk
terjadi pada daerah bentang balok. Mekanisme ini digunakan untuk mengurangi
resiko kecelakaan pada pengguna gedung ketika gedung mengalami pembebanan
yang berlebih yang dapat mengakibatkan keruntuhan gedung.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.14. Ilustrasi pembentukan sendi plastis pada SCWB

II.4.1. Sambungan Balok-Kolom


-

Sambungan balok-kolom harus menunjukkan rotasi inelasis sekurangkurangnya sebesar 0.03 rad berdasarkan referensi dari SNI-129-2002.

Sambungan balok-kolom harus memiliki juat lentur sekurang-kurangnya


sama dengan momen nominal (Mp) dimana Mp = fy .Zx , kecuali apabila
sambungan yang ada adalah sambungan antara kolom dan balok dengan
penampang melintang yang direduksi. Balok tersebut akan memiliki nilai
kuat lentur minimum sebesar 0.8 Mp.

Gaya geser terfaktor (Vu) yang dimiliki oleh sambungan balok-kolom


harus ditentukan menggunakan kombinasi bean 1.2 DL + 0.5L ditambah
dengan gaya geser yang dihasilkan dari bekerjanya momen lentur sebesar
1.1 Ry fy Z. Gaya geser tersebut ditinjau pada masing-masing ujung balok.

Universitas Sumatera Utara

II.4.1.1. Batasan-Batasan Terhadap Balok dan Kolom


Tidak diperkenankan terjadi perubahan luas sayap balok yang mendadak pada
daerah sendi plastis. Selain itu, rasio antara lebar terhadap tebal harus memenuhi
persyaratan p pada tabel berikut :
Keterangan Elemen

Perbandingan
Lebar
Terhadap Tebal

Nilai batas
perbandingan
lebar terhadap tebal

Sayap-sayap profil I,
profil hibrida atau profil
tersusun dan profil kanal
dalam lentur

b
t

135
fy

Bila Nu/bNy 0.125


Nu
1365

1 1.54
b N y
fy

Pelat-pelat badan pada


kombinasi lentur dan
aksial tekan

Penampang baja bulat


beraongga dalam aksial
tekasn dan lentur
Penampang baja persegi
berongga dalam aksial
tekan dan lentur

hc
tw

Bila Nu/bNy > 0.125


N u 665
500
2.33

b N y
fy
fy

9000
fy

D
t

b
t

atau hc
tw

290
fy

Tabel 2.8 Nilai Perbandingan lebar tehadap tebal (p) untuk elemen tekan

II.4.1.2. Perbandingan Momen Kolom Terhadap Momen Balok


Sambungan balok-kolom pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
M*column > M*beam
Keterangan :

Universitas Sumatera Utara

M*column

: Jumlah momen-momen kolom dibawah dan diatas sambungan pada


pertemuan antara as kolom dan as balok. Ditentukan dengan
menjumlahkan proyeksi kuat lentur nominal kolom diatas dan
dibawah sambungan pada as balok dengan reduksi akibat gaya
aksial tekan kolom. Diperkenankan untuk mengambil :

N uc
*

M
Z
f
=

pc c yc A
g

M*beam

: Jumlah momen-momen balok pada pertemuan as balok dan as


kolom. Ditentukan dengan menjumlahkan proyeksi kuat lentur
nominal

balok

di

daerah

Diperkenankan mengambil

sendi

*
pb

plastis pada as kolom.

= (1.1 R y M p + M y ), dengan

My adalah momen tambahan akibat amplikasi gaya geser dari


lokasi sendi plasris ke as kolom.
Apabila perbandingan antara jumlah momen kolom terhadap jumlah momen
balok yang lebih besar dari 1.25 dan tetap berada dalam keadaan elastis di luar
daerah panel, maka sambungan balok-kolom hanya perlu dikekang pada daerah
sayap atas balok. Bila suatu kolom tidak menunjukkan keelastisitasannya di luar
daerah panel, maka persyaratan berikut harus dipenuhi :
1. Sayap-sayap kolom perlu dikekang secara lateral pada kedua sisi atas
2. Setiap pengekang lateral sayap kolom direncanakan terhadap gaya
terfaktor sebesar 2% dari kuat nominal 1 sayap balok (Ag.fy)
3. Sayap-sayap kolom dikekang secara langsung maupun tidak langsung
yaitu melalui pelat badan kolom atau pelat-pelat sayap balok

Universitas Sumatera Utara

II.4.2. Jenis-Jenis Kombinasi Sambungan


II.4.2.1. Sambungan Sederhana (Simple Connections)

Gambar 2.15. Simple Connections

Sambungan sederhana (simple connection) biasa dipakai untuk menyambung


suatu balok ke balok lainnya atau ke sayap kolom. Pada tugas akhir ini penulis
menggunakan metode sambungan ini yaitu pada sambungan balok anak dengan
balok induk.

II.4.2.2. Sambungan Momen (Momen Connections)


Sambungan momen (moment connection) dirancang untuk memindahkan
semua momen dan meniadakan rotasi batang pada sambungan karena sayap suatu
balok memikul hampir seluruh momen lentur melalui gaya tarik dan gaya tekan
sayap yang terpisah oleh lengan momen yang kira-kira sama dengan tinggi balok.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.16. Moment Connections

Adapun sambungan momen ini memiliki jenis yang berbeda-beda diantaranya :


1.

Cover Plate Connections


Sambungan ini dibuat dengan menambahkan lempengan baja pada ujung-

ujung balok yaitu pada bagian atas dan bawah bagian sayap balok. Lempengan ini
ditambahkan pada bagian ujung balok dengan mengelas bagian sisi lempengan
tersebut terhadap elemen utama struktur (balok dan kolom).
Dengan penambahan pelat ini diharapkan bagian sambungan akan menjadi
lebih kuat sehingga sendi plastis tidak akan terjadi di sambungan, tetapi diharapkan
terjadi di bagian bentang balok sehingga mekanisme Strong Coloum Weak Beam
(SCWB) bias terpenuhi.

2.

Flange Rib Connections


Sambungan ini dibuat dengan menambahkan 2 buah pelat baja (umumnya)

yang dipasang vertical pada bagian atas dan bawah di wilayah sambungan yang
bertujuan untuk mengurangi kebutuhan pengelasan pada flens kolom dan untuk
menggeser sendi plastis dari daerah muka kolom.
Kemampuan dari kombinasi ini tergantung pada pengelasan flens di ujung
bentang.Sambungan bisa mengalami kegagalan pada bagian flens kolom, walaupun

Universitas Sumatera Utara

seharusnya tahanan terhadap kegagalan semacam itu lebih baik daripada yang
dimiliki oleh cover plate dengan berkurangnya bagian yang di las.
Pada saat pengetesan, ukuran dari benda uji membutuhkan dua ribs yang
dipasang berdiri pada masing-masing bagian flens. Hal ini tentu saja menambah
kebutuhan biaya. Namun, sejumlah tes desain terhadap benda uji yang hanya
menggunakan satu buah rib mengindikasikan terjadinya kegagalan yang lebih cepat
pada bagian las rib di ujung.

3.

Top and Bottom Haunch Connections


Haunch diletakkan pada bagian atas dan bawah flens. Dari hasil tes yang

telah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa sambungan ini telah sukses memenuhi
tujuan yang diinginkan.
Namun, sambungan ini termasuk salah satu sambungan yang paling banyak
memakan biaya. Biaya dapat dikurangi dengan menghilangkan bagian las antara
flens balok dengan kolom. Namun, kemampuan dari jenis sambungan tersebut masih
belum pernah diujikan. Salah satu kelemahan dari sistem ini adalah bahwa
keberadaan haunch diatas girder dapat menimbulkan masalah kearsitekturan.

4. Reduced Beam Section Connections


Pada sambungan jenis ini, bagian balok dengan sengaja mengalami
pengurangan luasan pada bagian tertentu untuk menciptakan zona plastis yang
berlokasi pada bagian bentang balok, jauh dari muka kolom. Salah satu metoda yang
dilakukan adalah dengan mengurangi bagian flens balok secara simetris dari garis
tengah balok ke dalam bentuk yang biasa disebut sebagai profil dog bone.

Universitas Sumatera Utara

5.

Sambungan Pelat Ujung (End Plate Connections)


Sambungan momen plat ujung terdiri dari plat yang dilas pada ujung balok

dan kemudian dibaut di lapangan ke kolom. Sambungan momen plat ujung dapat
dikelompokkan berdasar keadaan ujung luarnya yaitu rata (flush) atau diperluas
(extended). Sambungan momen plat ujung rata bila ujung ujung luar plat rata dengan
sayap balok dan semua baut ada diantara kedua sayap balok. Sambungan momen plat
ujung diperluas bila ujung plat ditambah permukaannya melampaui sayap sayap
balok sehingga memungkinkan adanya baut untuk ditempatkan di daerah perluasan
ini. Baik sambungan momen plat ujung rata atau plat ujung diperluas dapat diberi
perkuatan sehingga lebih kaku seperti ditunjukkan oleh Gambar di bawah ini.

Gambar 2.17 Sambungan Momen Pelat Ujung

Adapun pada tugas akhir ini sambungan yang akan digunakan pada setiap
titik sambungan adalah jenis sambungan momen pelat ujung (End Plate
Connections). Penulis memilih jenis ini dikarenakan sambungan ini selain memiliki
kekakuan yang lebih stabil juga lebih mudah dalam pelaksanaan dilapangan.

Universitas Sumatera Utara

BAB III
PEMBEBANAN DAN ANALISA STRUKTUR

III.1. PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembebanan pada struktur serta
analisa struktur dengan menggunakan program ETABS v 9.5. Disamping itu juga
akan dibahas mengenai metodologi pembahasan serta langkah-langkah pengerjaan
tugas akhir ini. Sebagai langkah awal akan ditampilkan denah bangunan, asumsiasumsi yang digunakan, data-data struktur dan peraturan-peraturan yang digunakan
dalam mendesain.

III.1.1. Permodelan Geometri


Struktur yang ditinjau dalam tugas akhir ini adalah sebuah portal ruang yang
merupakan bagian dari gedung 10 tingkat yang direncanakan dengan menggunakan
program analisa struktur ETABS v 9.5.
Adapun tinggi bangunan adalah 38 meter dan setiap lantai memiliki
ketinggian yang sama yaitu 3.75 meter, kecuali untuk lantai pertama ketinggian
lantai yaitu 4,25 meter. Jarak untuk masing-masing bentang adalah sebesar 6 meter,
dan memiliki denah yang simetris.
Model bangunan yang akan direncanakan dapat dilihat pada sketsa denah
bangunan dibawah ini :

Universitas Sumatera Utara

300 cm

300 cm

600 cm

600 cm

600 cm

500 cm

BALOK ANAK

BALOK INDUK

600 cm

KOLOM
TANGGA

600 cm

600 cm

LIFT

Gambar 3.1. Denah Bangunan

Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan ditampilkan tabel yang menunjukkan
data struktur secara keseluruhan:

Data Struktur
Jumlah Lantai

10 lantai

Luas Tiap Lantai

24 x 24 m2

Tinggi Bangunan

38 m

Tinggi lantai 1

4.25 m

Tinggi Tingkat Lain

3.75 m

Tebal Pelat Atap

9 cm

Tebal Pelat Lantai

10 cm

Mutu baja (fy)

240 MPa

Mutu Beton (fc)

25 MPa

Tabel 3.1 Data Perencanaan Struktur

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.2 Permodelan struktur 3D (ETABS v 9.5)

III.1.2. Asumsi Perencanaan


Asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam perencanaan ini adalah :
Model struktur yang digunakan dalam studi ini adalah bangunan tiga
dimensi struktur rangka komposit baja-beton.
Penutup pada keempat sisi luar bangunan diasumsikan memakai bahan
kaca sehingga besarnya dapat diabaikan.
Pembatas ruangan terbuat dari partisi yang besarnya tidak diperhitungkan.

Universitas Sumatera Utara

Seluruh profil baja pada struktur komposit menggunakan mutu baja


dengan tegangan leleh 240 MPa.
Bangunan direncanakan berada di kota Medan dengan kondisi tanah lunak,
dimana pada peta gempa indonesia 2010 memiliki spektra percepatan
periode pendek 0.2 detik (Sa = 0.5 g) dan periode 1 detik (S1 = 0.3 g)
III.1.3. Building Code
Dalam merencanaan sebuah bangunan setidaknya kita harus memiliki acuan
yang jelas, sehingga nantinya tidak ditemukan kesalahan-kesalahan dalam
perencanaan. Oleh karena itu, penulis menggunakan beberapa building code atau
peraturan-peraturan yang digunakan dalam perencanaan ini, diantaranya :
1. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 (Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, 1983)
2. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Rumah dan Gedung,
SNI 1726-2002 (Badan Standarisasi Nasional, 2002)
3. Tata Cara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI 17292002 (Departemen Pekerjaan Umum, 2002)
4. Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 (Kementrian Pekerjaan Umum).
5. Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung,
SNI 03-2847-2002 (Badan Standarisasi Nasional, 2002)
6. Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures, American
Society of Civil Engineers 2005 ( ASCE 7-05 )

Universitas Sumatera Utara

III.1.4. Pembebanan
Perencanaan Pembebanan pada struktur ini berdasarkan Peraturan
Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG 1983) dan SNI 03-1726-2002.
Pembebanan tersebut adalah :
1.

Beban Mati (PPIUG 1983 Bab 1 pasal 1.1 )


Beban mati ialah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat

tetap termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta


peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu. Yang
nilainya sebagai berikut :
Berat volume beton

2400 kg/m3

(tabel 2.1)

Berat volume baja

7850 kg/m3

(tabel 2.1)

Berat volume spesi

: 2100 kg/m3

(tabel 2.1)

Berat volume tegel

: 2400 kg/m3

(tabel 2.1)

Berat volume pasangan batu bata :

2.

250 kg/m2

(tabel 2.1)

Berat volume plafond

11 kg/m2

(tabel 2.1)

Berat volume Penggantung

7 kg/m2

(tabel 2.1)

Berat volume AC dan perpipaan

10 kg/m2

(tabel 2.1)

Beban Hidup (PPIUG 1983 Bab 1 pasal 1.2 )


Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau

penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang
berasal dari barang -barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatanyang
tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan darigedung dan dapat diganti selama

Universitas Sumatera Utara

masa hidup dari gedung itu,sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan


lantai dan atap tersebut.
Beban hidup pada lantai atap diambil sebesar

100 kg/m2 (pasal 3.2.1)

Beban hidup pada lantai diambil sebesar

250 kg/m2 (pasal 3.1)

Beban hidup pada lantai mesin elevator diambil sebesar 400 kg/m2 (tabel 3.1)
Beban hidup pada tangga diambil sebesar
3.

300 kg/m2 (tabel 3.1)

Beban Gempa (PPIUG 1983 Bab 1 pasal 1.4 )


Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung

atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu.
Dalam hal pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu
analisa dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa disini adalah gaya-gaya
di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu.
4.

Permodelan Perletakan
Untuk struktur ini, dimodelkan perletakannya adalah jepit. Perletakan jepit

berarti bahwa struktur tersebut memiliki fondasi dengan jenis fondasi dalam, bisa
berupa bored pile ataupun spun pile. Pemilihan jenis ini didasarkan pada jenis tanah
yang ada pada daerah pembangunan struktur. Dalam tinjauan ini diasumsikan bahwa
struktur berada pada daerah dengan kondisi tanah lunak. Dengan kondisi tersebut,
maka jenis fondasi bored pile bisa menjadi salah satu alternatif yang cocok agar
struktur dapat berdiri dengan kuat. Selain itu, jenis fondasi dalam lebih baik untuk
dapat menahan beban lateral seperti gempa.

Universitas Sumatera Utara

III.1.5. Kombinasi Pembebanan


Untuk kombinasi pembebanan digunakan kombinasi pembebanan sesuai
dengan LRFD tersebut diatas dengan kombinasi sebagai berikut (metode LRFD) :
Kombinasi 1 :

1.4 D

Kombinasi 2 :

1.2 D + 1.6 L + 0.5 (La atau H)

Kombinasi 3 :

1.2 D + 1.6 (La atau H) + (L L atau 0.8 W)

Kombinasi 4 :

1.2 D + 1.3 W + L L + 0.5 (La atau H)

Kombinasi 5 :

1.2 D + 1.0 E + L L

Kombinasi 6 :

0.9 D (1.3 W atau 1.0 E)

III.1.6. Prosedur Perencanaan


Sebagai garis besar prosedur perencanaan dalam mendesain SRPMK adalah
sebagai berikut :
1. Memperkirakan dimensi profil untruk balok dan kolom
2. Menghitung beban gempa dengan menggunakan metode statik ekivalen
3. Membuat permodelan dan memasukkan beban-beban yang bekerja di ETABS
v 9.5 termasuk beban mati, beban hidup, dan beban gempa.
4. Melakukan pemeriksaan terhadap kinerja batas layan dan kinerja batas ultimit
struktur sesuai dengan SNI 1726-2002.
5. Pemeriksaan awal kapasitas kekuatan struktur terhadap beban yang terjadi
dengan bantuan fasilitas Stress Check Design pada ETABS v 9.5. Peraturan

Universitas Sumatera Utara

yang digunakan dalam Stress Check Design ETABS v 9.5 adalah AISCLRFD 99. Apabila Pemeriksaan menunjukkan nilai interaksi kira-kira 75 %
dari nilai interaksi maksimum, maka komposisi profil sudah cukup optimal
dan dapat digunakan. Bila Stress Check Design

menunjukkan interaksi

yang kurang optimal, dilakukan perencanaan ulang profil balok dan kolom.
6. Setelah komposisi profil balok dan kolom cukup optimal, dilakukan desain
SRPMK sesuai SNI 1726-2002. Apabila balok dan kolom tidak memenuhi
persyaratan desain SRPMK, maka kembali dilakukan perencanaan profil
balok dan kolom.

III.2. PERHITUNGAN PEMBEBANAN


III.2.1. STRUKTUR SEKUNDER
Dalam hal ini beban yang diperhitungkan merupakan beban-beban yang
berasal dari elemen struktur lain selain struktur utama, diantaranya pelat lantai dan
atap, balok anak, tangga, balok lift, serta perencanaan sambungan balok anak dan
balok induk yang disebut sebagai struktur sekunder.
Sebagai bagian dari komponen struktur secara keseluruhan, struktur
sekunder akan memberikan pengaruh terhadap struktur utama sebagai beban. Dalam
perencanaan desain gempa, struktur sekunder merupakan komponen struktur yang
dikomposisikan untuk menerima beban lateral akibat gempa, sehingga dalam
perhitungannya struktur sekunder dapat direncanakan dan dianalisa secara terpisah
dari struktur utama.

Universitas Sumatera Utara

Sebelum struktur sekunder ini bisa dijadikan sebagai beban nantinya, maka
sebelum itu dilakukan perencanaan terhadap elemen struktur sekunder tersebut,
adapun perhitungannya sebagai berikut :

a).

Perencanaan Tangga

Data yang sudah diketahui:


Data

Lantai 1

Lantai > 1

Tinggi antar lantai (cm)

425

375

Tinggi bordes (cm)

212.5

187.5

Lebar injakan (i) (cm)

35

33

Panjang tangga (cm)

350

330

Lebar pegangan tangga (cm)

Untuk merencanakan tangga harus memenuhi persyaratan :


60 cm
250

(2t + i ) 65 cm

400

maka,
65 35
2

= 15 cm

Tinggi injakan (t)

Jumlah tanjakan

212.5
= 15 buah
15

Jumlah injakan (n)

15 - 1 = 14 buah

Lebar bordes

= 150 cm

Lebar tangga

= 120 cm

Panjang tangga

= 350

212.5
o
Kemiringan tangga (a) = tan 1
= 31.26
350

Universitas Sumatera Utara

600 cm
150 cm

300 cm

120 cm

350 cm

35 cm

Gambar 3.3 Denah tangga

15,63 cm

187,5 cm
30 cm
28

150 cm

Gambar 3.4. Potongan A-A tangga

Universitas Sumatera Utara

a). Rencana pelat tangga

350 mm

1200 mm
Pelat Baja t = 4 mm
Profil Siku L 60x60x6

Gambar 3.5 Tampak anak tangga

Diketahui :

Tebal pelat tangga =

0.004 m

Berat jenis baja

7850 kg/m3

Mutu baja Bj 37

2400 kg/m2 (tegangan leleh)

Perhitungan Beban :
Berat pelat = 0.004 x 1.2 x 7850 =

37.65 kg/m

Alat penyambung (10 %)

3.765 kg/m +

Beban Mati (qD)

= 41.448 kg/m

Beban hidup (qL)

= ( 300 x 1.2 )
= 360 kg/m

Perhitungan Momen :

M D = q D L2 = 0.125 x 41.448 x 0.35 2 = 0.635 kgm


8

M L = q L L2 = 0.125 x 360 x 0.35 2 = 5.513 kgm


8

Universitas Sumatera Utara

Kombinasi pembebanan :

M u = (1.4 M D )

= (1.4 x 0.635 kgm )


= 0.889 kgm

M u = (1.2 M D + 1.6 M L )

= (1.2 x 0.635) + (1.6 x 5.513)


= 9.583 kgm.........................( lebih menentukan )

Kontrol momen lentur :


1

Z x = bh 2
4

= 0.25 x 35 x 0.4 2 = 1.4 cm 3

M n = ( . Z x . f y )

= 0.9 x 1.4 x 2400 = (3024 kgcm ) = 30.24 kgm

Syarat : Mn > Mu
30.24 kgm > 9.583 kgm.............OK
Kontrol lendutan :

L 35
f =
=
= 0.097 cm
360 360
1
1

I x = bh 3 = x 120 x 0.4 3 = 0.64 cm 4


12
12

Ymax

Ymax

5 (q D + q L ) l 4
=
384 EI x

<

(0.31086 + 3.60 ) x 35 4
5

x
=

365
2 x 10 6 x 0.64

= 0.063 < 0.097.................... ...OK

Universitas Sumatera Utara

b). Rencana Penyangga Pelat Injak


Direncanakan menggunakan profil siku 60 x 60 x 6,

Profil siku 60 x 60 x 6
Pelat baja (t = 4 mm)

Penyangga pelat injak

ey

ex

6 mm

350 mm

45

60 mm

DETAIL - A
B

Gambar 3.6 Tampak melintang anak tangga

dengan data sebagai berikut :


-

b = 60 mm

Ix = Iy = 22.8 cm4

Zx = 9.83 cm3

tw = 6 mm

A = 6.91 cm2

ex = ey = 1.69 cm

W = 5.42 kg/m

ix = iy = 1.82 cm

I xy = [6 (3 1.69)( 1.69 + 0.3) + 5.4(3.3 1.69)( 1.69 + 0.3)]


= ( 10.925) + ( 12.085)
= 23.01 cm 4

Universitas Sumatera Utara

Perhitungan beban :

P = 100 kg

P = 100 kg

VA

VB
40 cm
120 cm

Gambar 3.7 Sketsa pembebanan pelat tangga

Beban pelat = 0.12 x 0.004 x 7850 =


Berat baja siku (60 x 60 x 6)

3.768

kg/m

5.42

9.188

kg/m

Alat penyambung (10 %)

0.919

kg/m +

Beban mati (qD)

10.107

kg/m

Beban hidup (qL) = (300 x 0.12) =

36

kg/m

Beban hidup terpusat (PL)

100

kg/m +

kg

Perhitungan Momen :
1
M D = qD .l 2
8
= 0.125 x 10.107 x 1.20 2 = 1.819 kgm

1
M L = qL . l 2
8
= 0.125 x 36 x 1.202 = 6.48 kgm

1
1

M L = P. L = x 100 x 1.20 = 40 kgm

3
3

Universitas Sumatera Utara

Perhitungan kombinasi pembebanan Mu :

M u = 1.4 M D

= (1.4 x 1.819)
= 2.547 kgm

M u = 1.2 M D + 1.6 M L

= (1.2 x 1.819 ) + (1.6 x 40 )


= 66.183 kgm.........( yang paling menentukan)

Kontrol momen lentur :


M n = . Z x . f y

= (0.9 x 9.83 x 2400)


= 21232.8 kgcm
= 212.328 kgm

Syarat : Mn > Mu
212.328 kgcm > 66.183 kgm...............OK
Kontrol lendutan :
f =

L
120
=
= 0.5 cm ,
240 240

maka,
Ymax

5 (q D + q L ) l 4
23 pl 3
=
+
EI xy
384
648 EI xy
=

5 (0.09071 + 0.36).120 4
23 (100 + 100) x 120 3
+
384
648 2 x 10 6 x 23.01
2 x 10 6 x 23.01

= 0.026 + 0.27
= 0.293 < 0.5.......... .......OK
c). Desain Bordes
Pelat komposit direncanakan memakai bondek dengan tebal (t) = 0.75 mm
a.

Beban Superimposed (beban berguna)


Beban finishing :

Universitas Sumatera Utara

Spesi lantai (t)

= 1 cm

= 1 x (21 kg/m2) = 21 kg/m2

Lantai Keramik (t) = 1 cm

= 1 x (24 kg/m2) = 24 kg/m2

Sandaran baja

= 20 kg/m2 +
= 65 kg/m2

Total beban finishing


Beban hidup = 300 kg/m2

Jadi, Beban Berguna = Beban hidup + Beban finishing


= (300 kg/m2) + (65 kg/m2)
= 365 kg/m2
Dengan menggunakan tabel perencanaan praktis untuk bentang
menerus tanpa tulangan negatif tanpa penyangga didapatkan data-data
sebagai berikut :
bentang (span)

= 1.5 m

tebal pelat beton

9 cm

b. Beban Mati
Pelat lantai bondek

= 10.1 kg/m2

Pelat beton (t) = 9 cm = 0.09 x (2400 kg/m3) =


qD2

216 kg/m2 +
226.1 kg/m2

d). Desain Balok Utama Tangga


Balok utama tangga dianalisa dengan anggapan terletak diatas dua tumpuan
sederhana dengan menerima beban merata dari berat sendiri dan beban dari anak
tangga. balok utama tangga direncanakan menggunakan profil channel 260 x 90 x 10
x 14, dengan spesifikasi sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

cm2

Ix

= 4820

cm4

W = 37.9

kg/m

Iy

= 317

cm4

ix

= 9.99

cm

x = 371

cm3

iy

= 2.56

cm

y = 47.7

cm3

Zx = 445

cm3

Zy =

cm3

= 48.3

105

Perencanaan Pembebanan :
Beban anak tangga
(qu 1)

Beban bordes
(qu 2)

212,5 cm

31,26

350 cm

150 cm

Gambar 3.8 Sketsa pembebanan balok utama tangga

1. Perencanaan pembebanan anak tangga


Beban mati :
Berat pelat baja = 0.003 x (1.20/2) x 7850 =

14.13 kg/m

Berat profil siku = 5.42 x 2 x (0.6/0.35)

18.58 kg/m

Berat profil

44.34 kg/m

20 kg/m

97.05 kg/m

9.70 kg/m

qD1

106.75 kg/m

300 x (1.20 /2)

180 kg/m

(37.9/cos 31.26)

Berat sandaran besi

Berat alat penyambung (10 %)

Beban hidup :

qL1 =

Universitas Sumatera Utara

2. Perencanaan Pembebanan bordes


Beban mati :
Berat profil
Berat bordes =

37.9

kg/m

436.65

kg/m

474.55

kg/m

47.46

kg/m

qD2 =

522.01

kg/m

450

kg/m

(65 + 226.1) x 1.5

Berat penyambung

Beban hidup :

( 10 % )

qL1 = ( 300 x 1.5 )

Perhitungan gaya-gaya dalam pada tangga :


Akibat beban mati :

(qd x 3.5 x 3.25) + (qd 2 x 1.5 x 0.75)


VDA = 1

(106.75 x 3.5 x 3.25 ) + (522.01 x 1.5 x 0.75)


=
5
1214.28 + 587.26
=
5
= 360.31 kg
(qd x 1.5 x 4.25) + (qd1 x 3.5 x 1.75)
VDC = 2

(522.01 x 1.5 x 4.25) + (106.75 x 3.5 x 1.75 )


=
5
3327.81 + 653.84
=
5
= 796.33 kg

Kontrol :

v=0
(360.31 + 796.33) kg

(106.75 x 3.5) + (522.01 x 1.5)

Universitas Sumatera Utara

1156.64 kg

1156.64 kg............................OK

Akibat beban hidup :

(ql x 3.5 x 3.25) + (ql 2 x 1.5 x 0.75)


VLA = 1

(180 x 3.5 x 3.25) + (450 x 1.5 x 0.75)


=
5
2047.5 + 506.25
=
5
= 510.75 kg
(ql x 1.5 x 4.25) + (ql1 x 3.5 x 1.75)
VLC = 2
= 877.86 kg
5

(450 x 1.5 x 4.25) + (180 x 3.5 x 1.75)


=
5
2868.75 + 1102.5
=
5
= 794.25 kg
Kontrol : v = 0
(510.75 + 794.25) kg

(180 x 3.5) + (450 x 1.5)

1305 kg

1305 kg............................OK

Gaya-gaya dalam ultimit :


qu1 = (1.2 qd1 ) + (1.6 ql1 )

= (1.2 x 106.75) + (1.6 x 180)


= 416.1 kg / m
qu 2 = (1.2 x qd 2 ) + (1.6 x ql 2 )

= (1.2 x 522.01) + (1.6 x 450 )


= 1346.412 kg / m

Universitas Sumatera Utara

VUA = (1.2 VDA ) + (1.6 VLA )

VUC

= (1.2 x 360.31) + (1.6 x 510.75)


= 1249.572 kg
= (1.2 VDC ) + (1.6 V LC )

= (1.2 x 796.33) + (1.6 x 794.25)


= 2226.396 kg

M U BC = (VUC x 1.5) + (qu 2 x 1.5 x 0.75)

= (2226.396 x 1,5) + (1346.412 x 1.5 x 0.75)


= 1824.89 kgm
M U BA = (VUA x 3.5) (qu1 x 3.5 x 1.75)
= (1249.572 x 3.5) (416.1 x 3.5 x 1.75)
= 1824.89 kgm

Kontrol : MUBA = MUBC...............................OK

Batang AB :

2
Mx1 = (VUA x1 ) 1 . qu1 . x1
2
dMx1
= 0 VUA qU 1 . x1 = 0
dx1

x1 =

VUA 1249.572
=
= 3.003 m
qU 1
416.1

x1 = 3.003 m < 3.6 m.................OK


1

Mu max = (VUA .x ) . qu1 . x 2


2

= (1249.572 x 3.003) 0.5 x 416.1 x 3.003 2


= 1876.268 kgm

Universitas Sumatera Utara

B
+

1824.89 kgm
1876.628 kgm

A
300,3 cm

Gambar 3.9 Sketsa momen pada balok tangga

Kontrol kekuatan profil :


Penampang Profil dengan fy = 2400 kg/cm2
sayap :

b 170

tf
fy

90
170

2 x 14
240

3.21 10.97

badan :

h 1680

tw
fy

200 1680

10
240

20 108.44

Dari hasil diatas maka penampang profil termasuk kepada profil yang
kompak, sehingga Mnx = Mpx.
Kontrol Lateral Buckling :
Batang miring:

35
Lb =
0
cos 31.26

= 40.94 cm

E
= 1.76 x 2.56 x
L p = 1.76 . iy .
fy

2 x 10 5
240

= 130.07 cm

Ternyata Lp > Lb , maka Mnx = Mpx.


Balok bordes :
Lb = 0 m

Universitas Sumatera Utara

Lp = 131.082 cm
Ternyata Lp > Lb , maka Mnx = Mpx

Kontrol Momen Lentur :


Mp = ( Zx . fy ) = 445 x 2400
= 1068000 kgcm
= 10680 kgm
1.5 My = ( 1.5 Sx . fy ) = 1.5 x 371 x 2400
= 1335600 kgcm
90 mm
14 mm
y1

260 mm
10 mm

y2

Gambar 3.10 Sketsa profil canal 260.90.10.14

Jadi, Mn = Mp = 1068000 kgcm = 10680 kgm


Syarat : Mu Mn
1876.268 kgm 0.9 x 10680 kgm
1876.268 kgm 9612 kgm...............OK

Kontrol Kuat Rencana Geser :

Universitas Sumatera Utara

h 1100
26 1100
26 < 71.005..........( Plastis )

tw fy
1 240

Vn = 0.6 f y . Aw

dimana : Aw

= ( tw x d )
= (10 x 260)
= 2600 mm2

Vn = 0.6 x 2400 x 26
= 37440 kg
Vn = (0.9 x 37440) = 33696 kg
VUA = 1249.572 kg
Syarat :

Vu Vn
1249.572 kg < 33696 kg....................OK

Jadi profil channel 260 x 90 x 10 x 14 dapat dipakai.


e). Desain Balok Penumpu Bordes
Balok penumpu bordes direncanakan menggunakan profil WF 250 x 125 x 6
x 8 , dengan data sebagai berikut :
B

250 mm

mm

tf

9 mm

= 37.66 cm2

Ix

4050 cm4

tw =
A

125 mm
6

W =

29.6 kg/m

Iy

294 cm4

ix

10.4 cm

Zx =

324 cm3

iy

2.7

Zy =

47 cm3

cm

h = H 2 (tf+r) = 250 2 (9+12) = 208 mm


Perencanaan Pembebanan :
Berat sandaran besi : 20 kg/m

20 kg/m

Universitas Sumatera Utara

Berat sendiri profil :

=
=

Berat ikatan (10 %)

=
qD

qu = 1.2 x 54.56 kg/m

29.6 kg/m +
49.60 kg/m
4.96 kg/m +

54.56 kg/m

65.472 kg/m

P = VUC = 2226.396 kg

qd = 65.472 kg/m'

P = 2226.396 kg

VB

120 cm
180 cm
300 cm

Gambar 3.11 Sketsa pembebanan balok penumpu bordes

MB = 0

VA .3 - P (0 + 1.2 + 1.8 + 3.0) - q D . 3 2 = 0

( )

2226.396 ( 6) + 0.5 (65.472) 3 2


VA =
3

VA = 4551 kg
MA = 0

VB .3 - P (0 + 1.2 + 1.8 + 3.0) - q D . 3 2 = 0

( )

2226.396 (6) + 0.5 (65.472) 3 2


VB =
3

VB = 4551 kg

Kontrol : V = 0
(VA + VB ) (qD . 6 + P .4 ) = 0

Universitas Sumatera Utara

(VA + VB ) = (qD . 3 + P .4 )
4551+ 4551 = (65.472 x 3) + (2226.396 x 4)
9102 = 9102..............................OK
Karena bentang yang ditinjau simetris, maka tentunya Mmaks berada pada
tengah bentang yaitu sejauh x = 1.5 meter.
Maka,

M max

= (VA x 1.5) (P x 1.5) (P x 0.3) - q . 1.52

65.472 x 1.5 2
= (4551 x 1.5) - 2226.396 (1.5 + 0.3) -
2

= 6826.5 4007.51 73.656


= 2745.334 kgm

Kontrol kekuatan profil :


Penampang Profil
sayap :

b 170

tf
fy

125
170

2x9
240

6.94 10.97

badan :

h 1680

tw
fy

208 1680

6
240

34.67 108.44

Dari hasil diatas maka penampang profil termasuk kepada profil yang
kompak, sehingga Mnx = Mpx.

Kontrol momen lentur :


M n = . Z x . f y

= (0.9 x 324 x 2400)


= 699840 kgcm
= 6998.4 kgm

Syarat : Mn > Mu

Universitas Sumatera Utara

6998.4 kgcm > 2745.334 kgm...............OK


Kontrol Lendutan :

f ijin =

L
300
=
= 1.25
240 240

Lendutan yang terjadi (SAP 2000)


f = 2.22 cm fijin.........................OK
Kontrol Kuat Rencana geser :

h 1100

tw
fy

208 1100

240
6

34.67 < 71.00.......(Plastis )

Vn = 0.6 x fy x Aw
= 0.6 x 2400 x (0.9 x 20.8)
= 26956.8 kg
Vn = (0.9 x 26956.8) = 24261.12 kg
Syarat :

Vu Vn
4551 kg < 24261.12 kg

Jadi profil WF 300 x 150 x 9 x 13 dapat digunakan sebagai balok penumpu bordes.
f). Perencanaan Sambungan Profil Tangga
Ada dua sambungan yang akan digunakan pada tangga,yaitu sambungan baut
dan las. Sambungan baut digunakan untuk menyambung balok bordes dengan balok
penumpu tangga. Sambungan las digunakan untuk menyambung balok tangga miring
dengan balok tangga horizontal (bordes).

Universitas Sumatera Utara

Model mekanika tumpuan tangga menggunakan asumsi sendi pada tangga


dan rol pada bordes. Sehingga sambungan baut yang dipakai adalah sambungan
geser.
Sambungan balok bordes dengan balok penumpu bordes diasumsikan bahwa
tumpuan pada bordes adalah rol (balok tangga diletakkan di atas balok penumpu
bordes), sehingga reaksi tumpuan balok bordes langsung diterima balok penompu
bordes. Maka sambungan baut hanya diperlukan praktis. Dipakai 2 buah baut dengan
baut = 12 mm.

Baut ? 12
Balok tangga Channel
260 x 90 x 10 x 14
Balok penumpu bordes
250 x 125 x 6 x 9

A
Balok penumpu bordes
250 x 125 x 6 x 9

Potongan A

Gambar 3.12 Sambungan balok bordes dengan balok penumpu bordes

Sambungan antara balok-balok tangga direncanakan dengan menggunakan


sambungan las, dengan ketentuan sebagai berikut :
Mutu las E70 XX (fuw = 70 ksi = 4921 kg/cm2)
Tebal pelat penyambung (t) = 10 mm

Potongan I-I

Balok tangga Channel


260 x 90 x 10 x 14
Plat penyambung
(t) = 10
mm
Universitas
Sumatera

Utara

Gambar 3.13 Sambungan balok tangga dengan balok tumpuan tangga

Kontrol sambungan las :


Digunakan las mutu E70XX

0.707 . fu . tw 0.707 x 3700 x 1


aeffbadan =
= 0.53 cm
=
4921
E 70 XX
0.707 . fu . tf 0.707 x 3700 x 1.4
aeffsayap =
= 0.74 cm
=
4921
E 70 XX

Dimisalkan dipakai tebal las (tc= 1 cm), maka luasan las adalah (A) :
A = 1.[26 + (9 x 2) + 23.2 + (1.4 x 2 ) + (8 x 2 )]
= 86 cm 2
Akibat Pu :

fr =

Pu 1556.74
=
= 18.1 kg / m 2
A
86

Akibat Mu :

fh =

M u 182489
=
= 491.88 kg / cm 2
Sx
371

f total =
=

fr 2 + fh 2
18.12 + 491..88 2

= 492.21 k / cm 2
Maka,

te perlu =

a perlu =

f total
492.21
=
= 0.296 cm
. fu 0.75 x 0.6 x 3700

te perlu
0.707

0.296
= 0.418 cm < a eff max = 0.74 cm
0.707

Sehingga digunakan a = 0.5 cm = 5 mm.

Universitas Sumatera Utara

b).

Perencanaan Struktur Lantai


Pada perencanaan struktur lantai direncanakan pelat lantai menggunakan

bondex, dimana dalam perencanaan ini bondek yang digunakan merupakan produk
dari LYSAGHT.
a).

Pelat Lantai Atap

Dipakai pelat komposit bondek dengan tebal pelat = 0,75 mm


Beban Superimposed (Berguna)
Beban finishing :
rangka + plafond = (11 + 7) kg/m2

18

kg/m2

ducting AC + pipa

10

kg/m2

Total beban finishing =

28

kg/m2

Beban Hidup = 100 kg/m2


Jadi, Beban superimposed/berguna

= beban hidup + beban finishing


= (100 + 28) kg/m2
= 128 kg/m2

Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang menrerus dengan


tulangan negatif dengan satu baris penyangga didapatkan data-data sebagai
berikut :
Bentang (span)

3.0

Tebal pelat beton =

Tulangan Negatif =

1.71

m
cm
cm2/m

direncanakan memakai tulangan 8 dengan :


(As = 50.24 mm2 = 0.5024 cm2)
banyaknya tulangan yang diperlukan dalam 1 meter (n)

Universitas Sumatera Utara

n=

A
1.71
=
= 3.4 buah 4 buah
As 0.5024

Jarak antar tulangan tarik per meter = 1000/4 = 250 mm


Jadi, dipasang tulangan tarik 8 250

Beban Mati
Pelat lantai bondek

10.5 kg/m2

Pelat beton (t = 9 cm) = ( 0.09 x 2400 ) =

216 kg/m2

= 226.5 kg/m2

Tulangan 8 -250 mm
Plat Bordes (t) = 0.75 mm

90

Balok

Gambar 3.14 Potongan plat lantai atap

b).

Pelat Lantai 1 sampai lantai 10

Dipakai pelat komposit bondek dengan tebal (t) = 0.75 mm.


Beban superimposed
Beban finishing :
Spesi lantai

= (2 cm x 21 kg/m2) =

42

kg/m2

Universitas Sumatera Utara

Lantai keramik

= (1 cm x 24 kg/m2) =

24

kg/m2

Rangka/plafond

( 11 + 7 ) kg/m2 =

18

kg/m2

Ducting AC + pipa

10

kg/m2

Dinding

250

kg/m2

344

kg/m2

Total beban finishing

Beban hidup = 250 kg/m2


Jadi, beban berguna = beban hidup + beban finishing
= ( 250 + 344 ) kg/m2
Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang menerus dengan
tulangan negatif dengan satu baris penyanga didapatkan data-data sebgai
berikut :

Bentang (span)

3.0

Tebal pelat beton

10

cm

Tulangan negatif

3.25

Direncanakan memakai tulangan dengan = 8 mm

cm2/m

(As = 50.24 mm2 = 0.5024 cm2)

Banyaknya tulangan yang diperlukan tiap 1 meter (n)


n=

A
3.25
=
= 6.47 buah = 7 buah
As 0.5024

Jarak antar tulangan tarik per meter = 140 mm

Jadi, dipasang tulangan tarik 8 140

Universitas Sumatera Utara

Beban Mati
Pelat lantai bondex

10.5

kg/m2

Pelat beton = 0.1 m x 2400 kg/m3

240

kg/m2

250.5

kg/m2

Tulangan 8-140 mm
Plat Bordes (t) = 0.75 mm

100 mm

Balok

Gambar 3.15 Potongan plat lantai 1 sampai lantai 10

c).

Pelat Lantai Mesin Lift

Dipakai pelat komposit bondek dengan tebal (t) = 0.75 mm.


Beban superimposed (beban berguna)
Beban finishing :
Spesi lantai

= (1 cm x 21 kg/m2)

Rangka + plafond

21

kg/m2

= ( 11 + 7 ) kg/m2 =

18

kg/m2

10

kg/m2

49

kg/m2

Ducting AC + pipa
Total beban finishing

Universitas Sumatera Utara

Beban hidup = 400 kg/m2


Jadi, beban berguna = beban hidup + beban finishing
= ( 400 + 49 ) kg/m2
= 449 kg/m2
Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang menerus dengan
tulangan negatif dengan satu baris penyanga didapatkan data-data sebgai berikut :

Bentang (span)

2.55

Tebal pelat beton

10

Tulangan negatif

3.11

Direncanakan memakai tulangan dengan = 8 mm

m
cm
cm2/m

(As = 50.24 mm2 = 0.5024 cm2)

Banyaknya tulangan yang diperlukan tiap 1 meter (n)


n=

A
2.86
=
= 5.69 buah = 6 buah
As 0.5024

Jarak antar tulangan tarik per meter = 160 mm

Jadi, dipasang tulangan tarik 8 160

Beban Mati
Pelat lantai bondex

10.5

kg/m2

Pelat beton = 0.10 m x 2400 kg/m3 =

240

kg/m2

250.5

kg/m2

Universitas Sumatera Utara

Tulangan 8 -160 mm
Plat Bordes (t) = 0.75 mm

100 mm

Balok

Gambar 3.16 Potongan pelat lantai mesin lift

c).

Perencanaan Balok Anak


Balok anak berfungsi membagi luasan lantai agar tidak terlalu lebar,

sehingga mempunyai kekauan yang cukup. Balok anak menumpu diatas dua
tumpuan sederhana. pada perencanaan ini, ditunjukkan perhitungan balok anak pada
lantai 2, balok anak direncanakan menggunakan profil WF 350 x 175 x 6 x 9, dengan
data sebagai berikut :
A

= 52.68 cm2

ix =

14.5 cm

iy =

3.88 cm

W =

41.4 kg/m

tw =

6 mm

Sx =

641 cm3

346 mm

tf =

9 mm

14 mm

174 mm

Ix = 11100 cm4

Iy =

792 cm4

= H - 2 (tf+r) = 348 - 2 (9+14) = 302 mm

Zx =

689 cm3

BJ-37

fy = 2400 kg/m2
fu = 3700 kg/cm2

Beton

fr

= 700 kg/m2 (untuk penampang dirol)

fr

= 1150 kg/m2 (untuk penampang dilas)

fL

= fy fr = 2400-700 = 1700 m kg/m2

fc = 250 kg/cm2
Panjang balok anak (L) = 600 cm

Universitas Sumatera Utara

a). Sebelum Komposit


Pembebanan :
Berat pelat bondex

= (10.5 kg/m2 x 3 m)

31.5

kg/m

Berat sendiri pelat beton = ( 0.1 x 2400 x 3 )

720

kg/m

Berat sendiri profil IWF

41.4

kg/m +

792.9

kg/m

79.29

kg/m

Beban mati (qD) = 872.19

kg/m

Berat ikatan : 10 % x 792.9 kg/m

Kombinasi Beban :
qu

= 1.2 qD
= 1.2 x 872.19
= 1046.628 kg/m
= 10.47 kg/cm

Gaya-gaya dalam :
1
. qu . L2
8
1
=
x 10.47 x 6002
8
= 471150 kgcm

Momen yang terjadi :

Mu =

Geser yang terjadi :

Vu =

1
. qu . L
2
1
=
x 10.47 x 600
2
= 3141 kg

Universitas Sumatera Utara

600 cm
3135 kg
+
3135 kg

470250 kgcm

Gambar 3.17 Bidang D dan M pada komposit balok sebelum komposit

Kontrol Lendutan ijin :

f '=

L
600
=
= 1.67 cm
360 360

ymaks =

5 . qu . L4
384 . E . I x

5 x 10.47 x 6004
384 x 2 x 106 x 11100
= 0.796 cm < f '.........................OK
=

Kekuatan Kewkuatan Penampang :

Untuk sayap :

bf
170

2tf
fy

174
170

2x9
240

9.67 < 38.01........OK

Untuk badan :

h 1680

tw
fy

302 1680

6
240

50.33 < 108.44 .......OK

Jadi, profil termasuk penampang kompak maka Mn = Mp

Universitas Sumatera Utara

Kontrol Local Buckling :


Jarak penahan lateral diambil sebesar jarak pemasangan shear connector, maka
diambil (Lb) = 50 cm = 500 mm
790 x i y
Lp =

fy

790 x 38.8
=
= 1978.58 mm

240

1
1
1

J = x b x t 3 = x 174 x 9 3 + x (302 2 x 9 ) x 6 3
3
3
3

= (42282 + 20448)
= 62730 mm 4
d tf
C w = I y
4

302 9
10
6
= 79.2 x 10 5
= 4.25 x 10 mm
4

315000
JA
315000
62730 x 5268
=
X1 =
3

S x ( f yf f r ) 1 + v
1 + 0.1

641 x 10 (240 70)


= 0.0029 x 173326.619
= 50.265 MPa

C
X 2 = 4(1 + v ) 2 w
iy J


4.25 x 1010 3.14

= 4(1 + 0.1)

38.8 2 x 62730 50.265


X1
= 4.4 x 450.039 x 0.0039

1
= 7.72

MPa
Lr = X 1 1 + 1 + X 2 i y = 50.265 1 + 1 + 7.72 38.8

= 3877.56 mm
Sehingga diketahui bahwa Lb.< Lp < Lr Dengan begitu dapat ditentukan
bahwa bentang termasuk dalam kelompok bentang pendek

Untuk komponen

struktur yang memenuhi Lb < Lp (untuk bentang pendek), kuat nominal komponen
struktur adalah :
Mn = Mp = Zx . fy
= 689 x 2400

Universitas Sumatera Utara

= 1653600 kgcm
Persyaratan :

Mu

Mn

471150 kgcm

(0.9 x 1653600) kgcm

471150 kgcm

<

1488240 kgcm........................OK

Jadi, penampang profil baja mampu menahan beban yang terjadi.

Kontrol geser :

h 1100

tw
fy
302 1100

6
240

50.33 71.005...............OK

Vn = (0.6 x fy x Aw)

= 0.6 x 2400 x (34.8 x 0.6 )


= 30067.2 kg

Syarat :

Vn Vu

0.9 x 30067.2 3141 kg


27060.48

3141 kg ..................OK

b). Sesudah Komposit


Pembebanan :
Beban Mati
Berat pelat bondek = 10.5 kg/m2 x 3 m

31.5 kg/m

Berat sendiri pelat beton= 0.1 x 2400 kg/m3 x 3 m

720 kg/m

Berat sendiri profil IWF

41.4 kg/m

Berat spesi 2 cm = 2 x (21 kg/m2 x 3 m)

126 kg/m

Berat keramik 1 cm = 1 (24 kg/m2 x 3 m)

72 kg/m

Universitas Sumatera Utara

Berat rangka + plafond = (11+7) kg/m2 . 3m

54 kg/m

Berat ducting AC + pipa = 10 kg/m2. 3 m

30 kg/m +

= 1074.9 kg/m
Berat ikatan : 10 % x 1074.9

= 107.49 kg/m +
qD

Beban Hidup : qL = 250 kg/m2 . 3 m

= 1182.39 kg/m
=

750 kg/m

qu = 1.2 qD + 1.6 q L

Kombinasi Beban :

= (1.2 x 1182.39 ) + (1.6 x 750)


= 2618.87 kg / m
= 26.19 kg / cm

Gaya-gaya dalam :
Momen yang terjadi :

1
1
M u = . q u . L2 = x 26.19 x 600 2 = 1178550 kgcm
8
8
Geser yang terjadi :

1
1
Vu = . qu . L = x 26.19 x 600 = 7857 kg
2
2
Kontrol :
Kontrol kekuatan penampang (local buckling) :

Untuk sayap :

bf
170

2tf
fy

174
170

2x9
240

9.67 < 10.97........OK

Untuk badan :

h 1680

tw
fy

302 1680

6
240

50.33 < 108.44 .......OK

Universitas Sumatera Utara

Jadi, profil termasuk penampang kompak maka kapasitas momen penampang


dianalisa dengan distribusi tegangan plastis.
Menentukan lebar efektif pelat beton :

1 1
beff . L = x 6000 = 1500 mm 150 cm

4 4
beff S = 3.0 m = 3000 mm
Jadi beff = 1500 mm = 150 cm
Menentukan gaya tekan yang bekerja pada pelat :
C `1 = ( As . fy ) = 52.68 x 2400 = 126432 kg
C 2 = 0.85 f ' c .t plat .beff
= 0.85 x 250 x 10 x 150
= 318750 kg
C3 =

Q
n =1

(C 3 tidak menentukan )

Jadi, C = C1 (terkecil )
= 126432 kg

1500 mm

tb = 46 mm

Ht = 100 mm
hr = 54 mm

t = 350 mm

Gambar 3.18 Potongan Balok anak

Menentukan jarak-jarak dari centroid gaya-gaya yang bekerja :

C
a =
0.85 . f ' c . b
eff

126432

= 3.97 cm
0
.
85
x
250
x
150

Universitas Sumatera Utara

a
3.97

d1 = tb = 4.6
= 2.615 cm
2
2

d 2 = 0 profil baja tidak mengalami tekan


H 34.8
d3 = =
= 17.4 cm
2 2

Menghitung kekuatan nominal penampang komposit :

M n = C . (d1 + d 2 ) + Py (d 3 d 2 ) ,
Dengan : C

= 126432 kg

Py = ( As . fy )
= (52.68 x 2400)
= 126432 kg
M n = 126432 (2.615 + 0 ) + 126432 (17.4 0 )
= 2530536.48 kgcm
Syarat :

Mu Mn
1178550 kgcm 0.85 x 2530536.48 kgcm
1178550 kgcm 2150956.008 kgcm................OK

Kekuatan nominal penampang komposit lebih besar daripada momen akibat


beban terfaktor, sehingga penampang mampu menahan beban yang terjadi.
Kontrol lendutan :
1). Menghitung luasan transformasi beton ke baja :

E c = 0.041 x wc

1.5

= 0.041 x 24001.5 x

fc'

25

= 2.41 x 10 4 MPa

Universitas Sumatera Utara

E s = 2.1 x 10 5 MPa
beff = 150 m ( Balok int erior )
n

E
= s
Ec

2.1 x 10 5
=
4
2.41` x 10

= 8.713

beff 150
=
btr =
= 17.22 cm
n
8
.
713

Atr = (btr . t Pelat beton ) = (17.22 x 10 ) = 172.2 cm 2


2). Menentukan letak garis netral penampang transformasi (y) :

Atr .t platbeton
2

y na =

+ As t pelat beton +
2

( Atr + As )

172.2 x 10
34.8

+ 52.6810 +

2
2

=
(172.2 + 52.68)
= 10.25 cm
3). Menentukan nilai momen inersia penampang transformasi :
btr . (t pb )

I tr =

12

t pb

+ I x + As + t pb Yna
+ Atr Yna
2

17.22 (10 )
10

=
+ 172.2 10.25 + 111000
12
2

34.8

+ 52.68
+ 10 10.25

4
= 118084.72 cm

Lendutan ijin :

f'

L
600
=
=
= 1.667 cm
360
360

Universitas Sumatera Utara

ymaks =

ymaks

5(qDL + qLL ). L4
5(6.133 + 3.75).6004
=
384 . E . I x
384 x 2 x 106 x 118084.72

= 0.0706 cm
< f '.....................OK

Kontrol Geser :
Kuat geser balok tergantung pada perbandingan antara tinggi bersih pelat
badan (h) dengan tebal pelat badan (tw).
kn . E
h
1. 1
tw
fy

dimana : k n = 5 +

(a h )

; untuk balok dengan pengaku vertikal pelat badan

k n = 5 ; untuk balok tanpa pengaku vertikal pelat badan


h

tw

sehingga :

1.1

Kn . E
fy

5 . 2 .10 6
302

1.1
2400
6
50.33 71.005.................OK
Vn = 0.6 . fy . Aw

= 0.6 x 2400 (34.8 x 0.6 )


= 30067.2 kg

syarat :

Vn Vu
0.9 x 30067 .2 kg 7851 kg
27060 .48 kg 7851 kg ..............OK

Perencanaan Penghubung Geser :


Untuk penghubung geser yang dipakai adalah tipe stud dengan :
ds

= 20 mm

Universitas Sumatera Utara

Asc

= 314.29 mm2

fu

= 410 Mpa = 41 kg/mm2

= w1.5 x 0.041 x fc'

Ec

= 24001.5 x 0.041 25
= 2.41 x 10 4 MPa

Qn

= 0.5 . Asc . fc' . E c


= 0.5 x 314.29 x

25 x 2.41 x 10 4

= 121977.32 N
= 12197.732 kg / stud
Qn Asc . f u

Syarat :

12197.732 kg / stud (314.29 x 41) kg / stud


12197.732 kg / stud 12885.89
kg / stud

Cek koefisien reduksi (rs) karena pengaruh gelombang pelat combideck yang
dipasang tegak lurus terhadap balok.
hr

= 54 mm

Wr

= 200 mm : Pelat gelombang combideck

Nr

= 2

Hs

= (hr + 36)

: Setiap gelombang dipasang 2 stud

= 54 + 36
= 90 mm
Maka,
rs =

0.85 Wr

N r hr

H s

1 1
hr

0.85 200 90

1 1
2 54 54
= 1.484

rs =

rs

> 1 diambil rs = 1

Universitas Sumatera Utara

Qn ' = Qn . rs
= 12197.732 x 1
Qn ' = 12197.732 kg < 12571.6 kg .............OK
jumlah stud untuk setengah bentang :

126432
= 5.182 6 buah
N = maks =
Qn 2 x 12197.732
Jadi, dibutuhkan 12 buah stud untuk seluruh bentang
Jarak seragam (P) pada masing-masing lokasi :

L 600
P= =
= 50 cm
N 12
Jarak maksimum (Pmaks) = 8 . tpelat beton
= 8 x 10 cm
= 80 cm
Jarak minimum = 6 . (diameter)
= 6 x 2 cm
= 12 cm
Jadi, shear connector dipasang sejarak 50 cm sebanyak 12 buah untuk masingmasing bentang.

III.2.11. Perencanaan Sambungan balok anak dengan balok induk


Sambungan antara balok anak dengan balok induk direncanakan dengan baut
yang tidak dapat memikul momen, karena disesuaikan dengan anggapan dalam
analisa sebagai sendi. Vu = 7857 kg

Universitas Sumatera Utara

Balok Anak WF 350 x 175 x 6 x 9

Balok Utama WF 500 x 200 x 10 x 16


Baut M 16 mm

Baut M 16 mm

50

50

100

100

50

50

Profil Siku 60 x 60 x6
Balok Utama WF 500 x 200 x 10 x 16

Profil Siku 60 x 60 x6
Balok Utama WF 500 x 200 x 10 x 16

Gambar 3.19 Detail sambungan balok anak dengan balok induk

a). Sanbungan Plat siku dengan balok anak

P = 7857 kg

30
1

70
2

GN

70
3

30
35

25

Direncanakan : Profil siku 60 x60 x 6


Baut M 14 mm (fu = 4100 kg/cm2)
Kuat geser

: V n = f . r1 . f u . Abaut . m

Dimana

r1 = 0.5

- fu = 4100 kg/cm2
- baut = 14 mm (Abaut = 1.54 cm2)
- m = 1 sisi

Universitas Sumatera Utara

maka,

: Vn = (0.75 x 0.5 x 4100 x 1.54 x 1) = 2367.75 kg (menentukan)

Kuat tumpu

: Vn = f . 2.4 . d b . t p . f u
Dimana tebal pelat sayap dipakai tp = 6 mm

Vn

= 0.75 x 2.4 x 1.4 x 0.6 x 4100


= 6199.2 kg

V
n = u
Vn

7857
=
= 3.32
2367.75

Jadi, dipasang 4 buah baut 14 mm (jumlah baut untuk 2 sisi)

b). Sanbungan Plat siku dengan balok induk


P

P = 7857 kg

60

M=Pxe

60

30
1

70
2

GN

70
3

30
35

25

80

Direncanakan : Profil siku 60 x60 x 6


Baut M 14 mm (fu = 4100 kg/cm2)
Kuat geser baut : V d = V ns = f . r1 . f ub . Abaut . m

Vd = (0.75 x 0.5 x 4100 x 1.54 x 1)


= 2367.75 kg / baut
Kuat tarik baut : Td = Tns = f . 0.75 . f ub . Abaut

Universitas Sumatera Utara

Td = (0.75 x 0.75 x 4100 x 1.54 )


= 3551.63 kg / baut
Dengan memperhatikan bahwa setiap baris alat penyambung vertikal
memikul memikul momen sebesar:

M = (7857 x 3.5) / 2 = 13749.75 kgcm


Dan jumlah alat penyambung yang dibutuhkan per baris adalah :
6M
6 (13749.75)
=
= 1.97 (untuk menahan momen)
Td
3551.63

n=

n=

P
7857
=
= 1.66
2Vd 2 (2367.75)

(untuk menahan geser)

Dicoba 6 baut (3 per baris), periksa tegangan :

Ay

[ ]

= 4 (1.54 ) 7 2 = 301.84 cm 2
ft =
fu =

Mxy
7857 x3.5 x 7
=
= 637.74 kg / cm 2 < 3030 kg / cm 2
2
301.84
Ay
P

7857
= 850.32 kg / cm 2
6 (1.54)

Untuk baut A325 diameter 14 mm, Ab / T = 1.54/4100 = 0.000377 , jika harga ini
dimasukkan ke persamaan interaksi :

f A
f u' = 17.5 1 t b (ksi ) atau
Ti

f u' = 1200 (1 637.74 (0.000377 ))

f A
f u' = 120 1 t b
Ti

(Mpa )

= 911.5 kg / cm 2
Karena

f u = 850.32 kg / cm 2 < f ui = 911.5 kg / cm ..Ok

Jadi, digunakan 6 baut A325 diameter 14 mm, dengan 3 baut pada setiap baris

Universitas Sumatera Utara

Kontrol Plat Siku pada Gelagar


Direncanakan : Profil siku 60 x 60 x6 dengan baut M 14 mm ( fu = 4100 kg/cm2)
Luas bidang geser (Anv)

= Lnv . t (siku)
= (200 - (3 x 14)) x 6
= 948 mm2
= 9.48 cm2
30
70

70
30
35

25

Gambar 3.20 Detail pelat siku pada gelagar

Kuat rencana (Rnv) = x 0.6 x fu x An


= 0.75 x 0.6 x 4100 x 9.48
= 17490.6 kg
Karena profil terdiri dari 2 siku, maka :
2 (Rnv) = ( 2 x 17490.6 )
= 34981.2 kg
Persyaratan :

Vu Rn

7851 kg Vn
7851 kg 34981.2 kg.....................OK

Universitas Sumatera Utara

b).

Perencanaan Balok Lift


Perencanaan balok lift meliputi balok-balok yang berkaitan dengan ruang

mesin lift, yaitu terdiri dari balok penumpu dan balok penggantung lift. Untuk lift
pada bangunan ini direncanakan dengan data-data sebagai berikut :
-

Tipe lift

= Duplex

Kapasitas

= 15 orang

Lebar pintu (opening width)

= 900 mm

Dimensi sangkar (car size)

= outside : 1650 x 1665 mm2


inside

: 1600 x 1500 mm2

Dimensi ruang luncur

= 4300 x 2150 mm2

Dimensi ruang mesin

= 4300 x 2150 mm2

Beban reaksi ruang mesin

= R1 = 6150 kg
R2 = 4600 kg

*dimana R1 = berat mesin penggerak + beban kereta + pelengkapan


R2 = Berat bandul pemberat + perlengkapan

Perencanaan Balok Penggantung Lift


1.

Beban yang bekerja pada balok penumpu


Beban yang bekerja merupakan beban akibat dari mesin penggerak lift +

berat kereta luncur + perlengkapan, dan akibat bandul pemberat + perlengkapan.


2.

Koefisien kejut beban hidup oleh keran


Pasal 3.3.(3) PPIUG 1983 menyatakan bahwa beban keran yang membebani

struktur pemikulnya terdiri dari berat sendiri keran ditambah muatan yang
diangkatnya, dalam kedudukan keran induk dan keran angkat yang paling

Universitas Sumatera Utara

menentukan bagi struktur yang ditinjau. sebagai beban rencana harus diambil beban
keran tersebut dengan mengalikannya dengan suatu koefisien kejut yang ditentukan
dengan rumus berikut :

= (1 + k1 . k 2 .v ) 1.15
Dimana :

= Koefisien kejut yang nilainya tidak boleh diambil kurang dari


1.15

= Kecepatan angkat maksimum dalam m/det pada pengangkatan


muatan maksimum dalam kedudukan keran induk dan keran
angkat yang paling menentukan bagi struktur yang ditinjau, dan
nilainya tidak perlu diambil lebih dari 1.00 m/det

k1 = Koefisien yang bergantung pada kekakuan struktur keran induk,


yang untuk keran induk dengan struktur rangka, pada umumnya
nilainya dapat diambil sebesar 0.6
k2 = Koefisien yang bergantung pada sifat mesin angkat dari keran
angkatnya, dan diambil sebesar 1.3
Jadi, beban yang bekerja pada balok adalah :

P = R . = (6150 + 4600 ) x (1 + 0.6 x 1.3 x 1)


= 10750 x 1.78
= 19135 kg

Universitas Sumatera Utara

Balok Penggantung Lift

Balok Penumpu Lift

107,5 cm

250 cm

215 cm

Balok Anak
430 cm

Gambar 3.21 Denah Lift

3.

Data perencanaan
Digunakan profil 300 x 150 x 8 x 13, dengan data-data sebagai berikut :
A = 40.8 cm2

ix = 12.4 cm

W = 32 kg/m

tw = 8 mm

Zx = 455 cm3

H = 298 mm

tf

Zy = 91 cm3

b = 149 mm

Ix = 6320 cm4

Sx = 424 cm3

iy = 3.29 cm

Iy = 442 cm4

Sy = 59.3 cm3

= 13 mm

= 13 mm

h = H-2 (tf + r) = 298-2(13 +13) = 246 mm


BJ-37 : fy = 2400 kg/cm2
fu = 3700 kg/cm2
fr = 700 kg/cm2
fL = (fy fr) = (2500 700) = 1800 kg/cm2

Universitas Sumatera Utara

Beton : fc = 250 kg/cm2


Panjang balok anak (L) = 215 cm = 2.15 m
Pembebanan :
Beban mati :
Berat sendiri profil

32 kg/m

Berat pelat beton atap lift (0.1 x 2400 x 2.15)

516 kg/m

Berat pelat combideck (10.5 kg/m2 x 2.15)

22.58 kg/m

Berat aspal (2 cmm x 14 x 2.15 kg/m2)

60.2 kg/m +

= 630.78 kg/m
Berat ikatan (10 % x 629.92 kg/m)

63.08 kg/m

qD = 693.86 kg/m
Berat terpusat lift (P)

Berat hidup (qL) (100 kg/m2 x 2.15 m)

19135 kg
215 kg/m

Kombinasi Pembebanan :
P
qu

B
1075 mm
2150 mm

Gambar 3.22 Sketsa mekanika perhitungan balok penggantung lift

qu = 1.2 qD + 1.6 qL

Universitas Sumatera Utara

= (1.2 x 693.86) + (1.6 x 215)


= 1176.63 kg/m
= 11.766 kg/cm
1
1
. qu L + . p
2
2
= (0.5 x 11.766 x 215) + (0.5 x 19153)

Vu =

= 1264.85 + 9576.5
= 10841.35 kg

1
1
. qu L2 + . pL
8
4
1
1
2
= . (11.766) (215) + (19135)(215)
8
4
= 1096491.67 kgcm

Mu =

Konrol kekuatan penampang :


-

Untuk Sayap
hf
170
149
170

5.73 < 10.97......OK


2tf
2 x 13
fy
240

Untuk Badan
h 1680
246 1680

30.75 1108.44...........OK
tw
8
fy
240

Profil penampang kompak, sehingga kapasitas momen penampang dianalisa dengan


distribusi tegangan plastis.

Menghitung Momen Nominal :


-

Menentukan lebar efektif pelat beton


Lebar efektif (beff) . L = 537.5 mm = 53.73 cm
beff S

= 1.075 mm = 107.5 cm

Jadi beff = 537.3 mm = 53.73 cm

Universitas Sumatera Utara

Menentukan gaya tekan yang terjadi pada pelat

C1 = ( As . fy ) = (40.8 x 2400 ) = 97920 kg


C 2 = (0.85 . fc' . t plat . beff )
= 0.85 x 250 x 10 x 53.73
= 114176.25 kg
N

C 3 = Qn

, ( Nilai C3 tidak menentukan )

n =1

Jadi, diambil nilai C terkecil yaitu C1 = 97920 kg


-

Menentukan jarak-jarak dari centroid gaya-gaya yang bekerja :

C
a=
0.85 . fc' b
eff

97920
=
= 8.58 cm
0.85 x 250 x 53.73

b eff
b tr
0.85 fc'
tb

GN komposit

GN baja

Py

Gambar 3.23 Distribusi tegangan plastis pada balok penggantung lift

Universitas Sumatera Utara

a
8.58

d1 = tb = 4.6
= 0.31 cm
2
2

d 2 = 0 (karena profil baja tdak mengalami tekan )


H 29.8
d3 = =
= 14.9 cm
2
2

Menentukan kekuatan nominal penampang komposit

M n = C . (d 1 + d 2 ) + Py (d 3 d 2 ) ,

Dimana : C = 97920 kg
Py = As . fy
= 40.8 x 2400
= 97920 kg

M n = 97920 (0.31 + 0 ) + 97920 (14.9 0 )


= 1489363.2 kgcm

Syarat : Mu Mn
1096491.67 kgcm (0.85 x 1489363.2) kgcm
1096491.67 kgcm 1265957.72

kgcm.................OK

Kekuatan nominal penampang komposit lebih besar daripada momen akibat


beban terfaktor, sehingga penampang mampu menahan beban yang terjadi.
Kontrol Lendutan :

L 215
f' =
= 0.896 cm
=
240 240
5 (q D + q L ). l 4 1 Pl 3
f' =
+
384
48 EI x
EI x

5 (6.9291 + 2.15) 215 4 1 19135 x 215 3


=
+
384
48 2 x 10 6 x 7210
2 x 10 6 x 7210
= 0.292 < 0.896..............OK

Perencanaan Penghubung Geser :


Penghubung geser yang dipakai adalah tipe stud dengan :
-

ds = 20 mm

Universitas Sumatera Utara

Asc = 314.29 mm2

Fu = 410 Mpa

E c = 0.041 . Wc . fc'
1.5

= 0.041 x 24001.5 x

25

= 24102.98 MPa
Qn = 0.5 . Asc .

fc' . Ec

= 0.5 x 314.29

25 x 24102.98

= 121984.863 N
= 12198.86 kg

Qn Asc . f u
12198.86
3.1429 x 4100
12198.86 kg 12885.89 kg................OK

Cek koefisien reduksi (rs) karena pengaruh gelombang pelat combideck yang
dipasang tegak lurus terhadap balok.
-

hr = 54 mm

Wr = 200 mm

( untuk pelat gelombang combideck )

Nr = 2

( setiap gelombang dipasang 2 stud )

Hs = ( hr + 36 )
= 54 + 36
= 90 mm
rs =

0.85 Wr

N r hr

H s

1 1

hr

0.85 200 90

1 1
2 54 54
= 1.484 > 1.................., maka diambil rs = 1

Universitas Sumatera Utara

Qn = (Qn . rs ) = 12198.86 x 1
= 12198.86 kg < 12885.89 kg .............OK
Vh = C = 97920 kg
Jumlah stud untuk setengah bentang :

T
97920
N = maks =
= 4.01 = 5 buah
Qn 2 x 12198.86

Jadi, dibutuhkan 10 buah stud untuk seluruh batang.


Jarak seragan (P) pada masing-masing lokasi :

P=

L 215
=
= 21.5 cm
N
10

Jarak maksimum (Pmaks) = 8. tplatbeton


= 8 x 10 cm
= 80 cm
Jarak minimum = ( 6 x diameter ) = ( 6 x 2 cm ) = 12 cm
Jadi, shear connector dipasang sejarak 21.5 cm sebanyak 10 buah untk
masing-masing bentang

Kontrol Geser :
Kuat geser balok bergantung pada perbandingan antara tinggi bersih pelat badan (h)
degan tebal pelat badan (tw).
k .E
h
,
1.1 n
tw
fy

Dimana k n = 5 +

kn = 5

5
, `untuk balok dengan pengaku vertikal pelat badan
(a h )2
, untuk balok tanpa pengaku vertikal pelat badan

Universitas Sumatera Utara

Sehingga

5 2 x 10 6
246
1.1
8
2400
31 71.005...............OK
Vn = 0.6 x fy Aw

) (

= 0.6 x 2400 kg / cm 2 x 29.8 cm x 0.8 cm

= 34329.6 kg
Persyaratn :

Vu

Vn

10840.15 kg

0.9 x 34329.6 kg

10840.15 kg

30896.64 kg..............OK

Perencanaan Balok Penumpu Lift


Digunakan profil WF 350 x 175 x 6 x 9, dengan data sebagai berikut :
-

A = 52.68 cm2

- tf =

W = 41.35 kg/m

- Ix =11100 cm4

- Iy = 792 cm4

H =

346 mm

- ix = 14.52 cm

- iy = 3.88 cm

B =

174 mm

- Zx =

689 cm3

- Zy = 139 cm3

r =

14 mm

- Sx =

642 cm3

- Sy =

BJ -37 : - fy = 2400 kg/cm2

9 mm

- tw =

6 mm

91 cm3

h = 300 mm

- fr = 700 kg/cm2
\

- fL = ( fy fr ) = ( 2400 700 ) = 1700 kg/cm2


- fu = 3700 kg/cm2

Beton : - fc = 250 kg/cm2

Panjang balok anak (L) = 2500 mm = 2.5 m

Pembebanan :

Universitas Sumatera Utara

Beban Mati (qD)


Berat sendiri profil

41.4 kg/m

Berat pelat beton atap lift (0.1 x 2400 x 2.5)

600 kg/m

Berat pelat combideck (10.5 kg/m2 x 2.5)

26.25 kg/m +

= 667.65 kg/m
Berat ikatan (10 % x 667.65 kg/m)

66.77 kg/m

qD = 734.42 kg/m
Beban terpusat akibat reaksi balok pengantung lift (P) = 21680.3 kg
Beban hidup (qL) (100 kg/m2 x 2.50 m)

250 kg/m

Kombinasi beban :
P

X1

qu

X2

B
1075 mm
2500 mm

Gambar 3.24 Sketsa pembebanan

qu = (1.2 x q D ) + (1.6 x q L )

= (1.2 x 734.42) + (1.6 x 250 )


= 1281.304 kg / m

M
(V B x
VB =

= 0

)
)+ (21680.3 x 1.075) =

2.5) 0.5 x q u x l 2 ( P x 1.075) = 0

(0.5 x 1281.3 x 2.5

2.5

10924.154 kg

Universitas Sumatera Utara

= 0

(V A x 2.5) (0.5 x q u

)
(0.5 x 1281.3 x 2.5 ) + (21680.3 x 1.425) = 13959.4 kg
=
x l 2 (P x 1.075) = 0
2

VA

2.5

D x1 = (+ 13959.4 ) q . x1
untuk x1 = 0
x1 = 1.075

D A = 13959.4 kg

Dc = 12582.00 kg

M x1 = (13959.4 . x1 ) (q . x1 . 0.5 . x1 )
untuk x1 = 0
x1 = 1.075

MA = 0

M c = 14266.00 kgm = 1426600 kgcm

D x 2 = ( 10924.15) + q . x 2
untuk x 2 = 0
x 2 = 1.425

DB = 10924.15 kg

Dc = 9098.3 kg

M x 2 = (+ 10924.15 . x 2 ) (q . x 2 . 0.5 . x 2 )
untuk x 2 = 0
x 2 = 1.425

MB = 0

M c = 14266.00 kgm = 1426000 kgcm

Kontrol kekuatan penampang :


Untuk Flens (sayap) :
bf
170

2tf
fy

174
170

2x9
240

9.67 10.97............OK

h 1680

tw
fy

300 1680

6
240

50 108.44............OK

Profil penampang kompak, sehingga kapasitas momen penampang dianalisa


dengan distribusi tegangan plastis.

Menghitung Momen Nominal :


-

Menentukan lebar efektif (beff) pelat beton

Universitas Sumatera Utara

1
250
.L =
= 62.5 cm
4
4

beff
beff

S = 2.15 m = 21.5 cm

Jadi, nilai beff yang digunakan adalah beff = 62.5 cm


-

Menentukan gaya tekan yang terjadi pada pelat


C1 = As . f y = 52.68 x 2400 = 126432 kg
C 2 = 0.85 x fc' x t plat x beff
= 0.85 x 250 x 10 x 62.5
= 132812.5 kg
N

C 3 = Qn

n =1

nilai C 3 tidak menentukan

Jadi, nilai C yang diambil adalah C = C1 (terkecil) = 126432 kg


-

Menentukan jarak-jarak dari centroid gaya-gaya yang bekerja :

C
a=
0.85 x fc' x b
eff

126432
=
= 9.196 cm

0.85 x 250 x 62.5

b eff
b tr
0.85 fc'

tb

GN komposit

GN baja

Py

Gambar 3.25 Distribusi tegangan plastispada balok penumpu lift

Universitas Sumatera Utara

a
9.196
= 10
= 5.24 cm
2
2
d2 = 0
( profil baja tidak mengalami tekanan)
H 34.6
d3 =
=
= 17.3 cm
2
2
d1 = tb

Menghitung kekuatan nominal penampang komposit


M n = C . (d1 + d 2 ) + Py . (d 3 d 2 )

C = 126432 kg

, dimana :

M n = 126432 (5.24 + 0) + 126432 . (17.3 0 )

Py = As . fy
= 52.68 x 2400
= 126432 kg

= 2849777.28 kgcm
Syarat :

Mu Mn
1426000 kgcm 0.85 x 2849777.28 kgcm
1426000 kgcm

2501062.02 kgcm...................Ok

Kekuatan nominal penampang komposit lebih besar daripada momen akibat


beban terfaktor, sehingga penampang mampu menahan beban yang terjadi.
Kontrol lendutan :
f =

L
250
=
= 1.042 cm
240 240

Lendutan yang terjadi yang didapat dari program :


f = 0.172 cm fijin...........OK

Kontrol Kuat Rencana Geser :

Universitas Sumatera Utara

h 1100

tw
fy

300 1100

6
240

50 71.005 .........OK

Vn = 0.6 x fy x Aw

= 0.6 x 2400 x (34.6 x 0.6)


= 29894.4 kg

Vn = (0.9 x 29894.4 ) = 26904.96 kg


Syarat :

Vu Vn
13959.4kg 26904.96 kg...................OK

Perencanaan Penghubung Geser :


Penghubung geser yang dipakai adalah tipe stud dengan :
-

ds = 20 mm

Asc = 314.29 mm2

Fu = 410 Mpa

E c = 0.041 . Wc . fc'
1.5

= 0.041 x 24001.5 x
= 24102.98 MPa
Qn = 0.5 . Asc .

fc' . Ec

= 0.5 x 314.29

25

25 x 24102.98

= 121984.863 N
= 12198.86 kg
Qn Asc . f u
12198.86
3.1429 x 4100
12198.86 kg 12885.89 kg................OK

Cek koefisien reduksi (rs) karena pengaruh gelombang pelat combideck yang
dipasang tegak lurus terhadap balok.

Universitas Sumatera Utara

hr = 54 mm

Wr = 200 mm

( untuk pelat gelombang combideck )

Nr = 2

( setiap gelombang dipasang 2 stud )

Hs = ( hr + 36 )
= 54 + 36
= 90 mm
rs =

0.85 Wr

N r hr

H s

1 1

hr

0.85 200 90

1 1
2 54 54
= 1.484 > 1.................., maka diambil rs = 1

Qn = (Qn . rs ) = 12198.86 x 1
= 12198.86 kg < 12885.89 kg .............OK
Vh = C = 97920 kg

Jumlah stud untuk setengah bentang :


T

126432
N = maks =
= 5.18 = 6 buah
Qn 2 x 12198.86

Jadi, dibutuhkan 12 buah stud untuk seluruh batang.


Jarak seragan (P) pada masing-masing lokasi :

P=

L 215
=
= 17.92 cm
N
12

Jarak maksimum (Pmaks) = 8. tplatbeton


= 8 x 10 cm
= 80 cm
Jarak minimum = ( 6 x diameter ) = ( 6 x 2 cm ) = 12 cm

Universitas Sumatera Utara

Jadi, shear connector dipasang sejarak 17.92 cm sebanyak 10 buah untuk


masing-masing bentang.

III.2.2. ANALISA BEBAN GEMPA


Untuk menghitung beban gempa maka berat struktur secara keseluruhan
harus terlebih dahulu diketahui. Pada kasus ini, dimensi setiap struktur utama gedung
belum diketahui seperti balok dan kolom. Oleh karena itu dilakukan perkiraan
terhadap dimensi struktur utama tersebut. Dalam hal ini dimensi-dimensi struktur
utama yang diambil adalah :
SECTION
BALOK INDUK
BALOK ANAK

KOLOM BAJA EKSTERIOR

KOLOM BAJA INTERIOR

KOLOM BETON EKSTERIOR

KOLOM BETON INTERIOR

LANTAI 1
LANTAI2-4
LANTAI 5-7
LANTAI 8-9
Atap
LANTAI 1
LANTAI 2-4
LANTAI 5-7
LANTAI 8-9
Atap
LANTAI 1
LANTAI2-4
LANTAI 5-7
LANTAI 8-9
Atap
LANTAI 1
LANTAI 2-4
LANTAI 5-7
LANTAI 8-9
Atap

Section
WF 500x200x16x10
WF 350x175x6x9
WF 600x200x12x20
WF 600x200x11x17
WF 600x200x10x15
WF 500x200x10x16
WF 500x200x9x14
WF 600x200x12x20
WF 600x200x12x20
WF 600x200x11x17
WF 600x200x10x15
WF 500x200x10x16
750 x 750
750 x 750
750 x 750
650 x 650
650 x 650
750 x 750
750 x 750
750 x 750
750 x 750
650 x 650

Tabel 3.2. Data penampang komponen struktur bangunan

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan data-data lain yang sudah diketahui sebelumnya untuk


perhitungan berat struktur gedung diantaranya :
-

Tebal pelat bondek lantai 1-9

10

cm

Tebal pelat bondek lantai atap

cm

Profil balok anak

WF 350x175x6x9

III.2.2.1. Perhitungan Berat struktur


1.

Lantai atap
Elemen Struktur
Balok Induk
Kolom (Baja)
Kolom (Beton)
Balok anak
Pelat lantai
Pelat bondek
Plafond
Penggantung
Dinding
Ducting AC / Pipa

Metodologi

6 x 41.4 x 32
(24 x 24 x 0.09) x 2400
(24 x 24) x 10.5
(24 x 24) x 11
(24 x 24) x 7
(24 x 1.875) x 250 x 4
(24 x 24) x 10

Berat
21528
3898.69
47531.25
7948.8
122416
6048
6336
4032
45000
5760

kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg

Berat
21528
8574.75
106402.5
7948.8
138240
6048
6336
4032
13824
24192
90000
5760

kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg

Tabel 3.3 Perhitungan berat lantai atap

2.

Lantai 8-9
Elemen Struktur
Balok Induk
Kolom (Baja)
Kolom (Beton)
Balok anak
Pelat lantai
Pelat bondek
Plafond
Penggantung
Tegel (1 cm)
Spesi (1 cm)
Dinding
Ducting AC / Pipa

Metodologi

6 x 41.4 x 32
(24 x 24 x 0.1) x 2400
(24 x 24) x 10.5
(24 x 24) x 11
(24 x 24) x 7
(24 x 24) x 24
(24 x 24) x 21 x 2
(24 x 3.75) x 250 x 4
(24 x 24) x 10

Tabel 3.4 Perhitungan berat lantai 8-9

Universitas Sumatera Utara

3.

Lantai 5-7
Elemen Struktur
Balok Induk
Kolom (Baja)
Kolom (Beton)
Balok anak
Pelat lantai
Pelat bondek
Plafond
Penggantung
Tegel (1 cm)
Spesi (1 cm)
Dinding
Ducting AC / Pipa

Metodologi

6 x 41.4 x 32
(24 x 24 x 0.1) x 2400
(24 x 24) x 10.5
(24 x 24) x 11
(24 x 24) x 7
(24 x 24) x 24
(24 x 24) x 21 x 2
(24 x 3.75) x 250 x 4
(24 x 24) x 10

Berat
21528
9253.5
126562.5
7948.8
138240
6048
6336
4032
13824
24192
90000
5760

kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg

Berat
21528
10410
126562.5
7948.8
138240
6048
6336
4032
13824
24192
90000
5760

kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg

Berat
21528
12270

kg
kg

Tabel 3.5 Perhitungan berat lantai 5-7

4.

Lantai 2-4
Elemen Struktur
Balok Induk
Kolom (Baja)
Kolom (Beton)
Balok anak
Pelat lantai
Pelat bondek
Plafond
Penggantung
Tegel (1 cm)
Spesi (1 cm)
Dinding
Ducting AC / Pipa

Metodologi

6 x 41.4 x 32
(24 x 24 x 0.1) x 2400
(24 x 24) x 10.5
(24 x 24) x 11
(24 x 24) x 7
(24 x 24) x 24
(24 x 24) x 21 x 2
(24 x 3.75) x 250 x 4
(24 x 24) x 10

Tabel 3.6 Perhitungan berat lantai 2-4

5.

Lantai 1
Elemen Struktur
Balok Induk
Kolom (Baja)

Metodologi

Universitas Sumatera Utara

Kolom (Beton)
Balok anak
Pelat lantai
Pelat bondek
Plafond
Penggantung
Tegel (1 cm)
Spesi (1 cm)
Dinding
Ducting AC / Pipa

143437.5
7948.8
138240
6048
6336
4032
13824
24192
90000
5760

6 x 41.4 x 32
(24 x 24 x 0.1) x 2400
(24 x 24) x 10.5
(24 x 24) x 11
(24 x 24) x 7
(24 x 24) x 24
(24 x 24) x 21 x 2
(24 x 3.75) x 250 x 4
(24 x 24) x 10

kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg

Tabel 3.7 Perhitungan berat lantai 1

Dari perhitungan berat struktur diatas, maka akan didapatkan berat struktur
tiap tingkat serta berat total seluruh bangunan yang berfungsi sebagai beban mati
(WD) dan nantinya sangat berguna untuk perhitungan beban gempa.
Keterangan
Balok Induk
Balok anak
Pelat lantai
Pelat bondek
Kolom baja
Kolom beton
Plafond
Penggantung
Spesi
Tegel
Dinding
Ducting AC dan
Perpipaan
Berat tiap lantai
(kg)

Lantai 1
21528
7948,8
138240
6048
12270
143437,5
6336
4032
24192
13824
96000

Lantai 2-4
21528
7948,8
138240
6048
10410
126562,5
6336
4032
24192
13824
90000

Berat (kg)
Lantai 5-7
21528
7948,8
138240
6048
9253,5
126562,5
6336
4032
24192
13824
90000

5760

5760

5760

5760

5760

479616,30

454881,3

453724,8

432886,05

270498,74

Lantai 8-9
21528
7948,8
138240
6048
8574,75
106402,5
6336
4032
24192
13824
90000

Atap
21528
7948,8
122416
6048
3898,6875
47531,25
6336
4032
45000

Tabel 3.8 Perhitungan berat struktur bangunan tiap lantai (WD)

Universitas Sumatera Utara

Untuk beban hidup pada bangunan perkantoran untuk lantai sebesar 250
kg/m2 dan untuk atap sebesar 100 kg/m2. Sesuai PPIUG 1983 pasal 5.3 maka beban
hidup dapat direduksi dengan mengalikan faktor reduksi sebesar 0.3 untuk gedung
perkantoran, sehingga beban hidup total menjadi (WL) :

W L lantai = Beban hidup x Faktor reduksi x Luas lantai


= 250 x 0.3 x (24 x 24)
= 43200 kg

W L atap = 100 x 0.3 x (24 x 24)


= 17280 kg
Lantai

Elevasi

Atap
lantai 9
lantai 8
lantai 7
lantai 6
lantai 5
lantai 4
lantai 3
lantai 2
lantai 1

38,00
34,25
30,50
26,75
23,00
19,25
15,50
11,75
8,00
4,25

Beban Hidup
(WL)
270498,74
17280
432886,05
43200
432886,05
43200
453724,8
43200
453724,8
43200
453724,8
43200
454881,3
43200
454881,3
43200
454881,3
43200
479616,30
43200
Berat Total (WT)

Beban mati (WD)

Beban Total (Wt)


287778,74
476086,05
476086,05
496924,80
496924,80
496924,80
498081,30
498081,30
498081,30
522816,30
4747785,44

Tabel 3.9 Berat struktur bangunan total (WT)

Jadi berdasarkan perhitungan tabel diatas maka didapatkan beban total


gedung (WT) yaitu sebesar 4747785,44 kg atau sama dengan 4747,785 ton.
III.2.2.2. Analisa Statik Ekivalen
Sebagai langkah awal dalam perhitungan beban gempa statik ekivalen ini,
maka terlebih dahulu harus diketahui
III.2.2.3. Pusat Massa

Universitas Sumatera Utara

Karena bentuk bangunan pada kedua arah setiap lantai simetris, maka pusat
massanya adalah :
Arah X
Arah Y

( X cr ) = 12 m
(Ycr ) = 12 m

dan

III.2.2.4. Arah Pembebanan Gempa


Menurut SNI 03-1726-2002, pasal 5.8.2, untuk mensimulasikan arah gempa
rencana yang sembarang, maka pengaruh pembebanan gempa rencana dalam arah
utama harus dianggap efektif 100 % dan harus dianggap terjadi bersamaan pengaruh
pembebanan gempa yang arahnya tegak lurus dengan arah utama dengan efektifitas
30 %.
-

Gempa statis X : 100 % efektifitas untuk arah X dan 30 % arah Y.

Gempa statis Y : 100 % efektifitas untuk arah Y dan 30 % arah X.

III.2.2.5. Eksentrisitas Rencana Bangunan


Eksentrisitas pada tugas akhir ini diukur dalam denah antara pusat massa
struktur diatas isolation interfase dan pusat kekakuan dari sistem ditambah
eksentrisitas rencana (ed) yang diambil sebesar 5 %

dari dimensi maksimum

bangunan yang tegak lurus dengan arah gaya yang ditinjau. Maka didapatkan suatu
titik koordinat pusat massa, yaitu :
-

Koordinat X : Xcr + edx = 12 + 1.2 = 13.2 meter

Koordinat Y : Ycr + edy = 12 + 1.2 = 13.2 meter

Setelah diketahui koordinat pusat massa, maka massa setiap lantai diletakkan
pada titik koordinat tersebut, kemudian dilakukan analisis.

Universitas Sumatera Utara

III.2.2.6. Klasifikasi Site


Sebelum melakukan perhitungan gaya gempa yang terjadi, terlebih dahulu
dilakukan penentuan klasifikasi site. Klasifikasi site dilakukan berdasarkan kondisi
tanah sesuai SNI 03-1726-2002 tabel 3 atau Peta Hazard Gempa Indonesia 2010
tabel 2. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pada tugas akhir ini daerah gempa yang
ditinjau berada pada tanah lunak sehingga klasifikasi site yang digunakan berada
pada klasifikasi site E yang nantinya disesuaikan dengan peta gempa Indonesia
terbaru.
III.2.2.7. Parameter Percepatan pada Peta
Parameter Ss dan S1 ditentukan dari 0.2 detik dan 1 detik dari percepatan
respon spektrum dan ditentukan berdasarkan Peta Hazard gempa Indonesia terbaru
2010 didapat nilai Ss = 0.4 - 0.5 g dan S1 = 0.25 0.3 g. Untuk tugas akhir
digunakan nilai Ss sebesar 0.5 g dan S1 sebesar 0.25 g.
III.2.2.8. Koefisien Site
Koefisien site ditentukan untuk mencari nilai Maksimum Considered
Earthquake (MCE) pada periode singkat (SMS) dan periode 1 detik (SM1) yang
dihitung dengan persamaan :
SMS = Fa x Ss
SM1 = Fv x S1
Dari tabel 4 dan 5 Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 didapat nilai Fa
sebesar 1.7 dan nilai Fv sebesar 2.8.
Maka, S MS = (Fa x S s ) = (1.7 x 0.5) = 0.85
S M 1 = (Fv x S 1 ) = (2.8 x 0.25) = 0.7

Universitas Sumatera Utara

III.2.2.9. Parameter Percepatan Spektral Rencana


Setelah ditentukan Maximum Considered Earthquake (MCE), kemudian
dilakukan penentuan parameter percepatan spektral rencana pada periode singkat
(SDS) dan periode 1 detik (SD1) yang dihitung dengan persamaan :

2
2
S DS = S MS =
x 0.85 = 0.57

3
3

2
2
S D1 = S M 1 =
x 0.7 = 0.47

3
3

Selanjutnya respon spektra desain dipermukaan tanah dapat digambarkan


dengan ketentuan sebagai berikut :
-

T
Untuk periode lebih kecil dari T0 = 0,2 detik S a = S DS 0, 4 + 0,6
T0

Untuk periode lebih besar atau sama dengan T T0 : S a = S DS

Untuk periode lebih besar dari Ts : S a =

S D1
S
, dimana : Ts = D1
T
S DS

Times
0
0,2
0,5
0,825
1,0
1,2
1,4
1,6
1,8
2,0
2,5
3,0

Acceleration
0,228
0,57
0,57
0,57
0,47
0,392
0,336
0,294
0,261
0,235
0,188
0,157

Tabel 3.10. Nilai response spektrum rencana

Universitas Sumatera Utara

0,2

0,825

Gambar 3.26. Grafik respons spektrum rencana

III.2.2.10.

Kategori Desain Gempa

Struktur yang kita desain harus diperuntukkan pada Kategori Desain Gempa
sesuai dengan ASCE 7-05 tabel 11.6-1 dan tabel 11.6-2 yang menjadi acuan
pembuatan Peta Hazard gempa Indonesia 2010. Dimana SDS = 0.57 dan SD1 = 0.47.
Nilai SDS

Kategori Hunian
I atau II

III

IV

SDS < 0.167

0.167 SDS < 0.33

0.33 SDS < 0.50

0.50 SDS

(D)

Tebel 3.11. Kategori Desain gempa Berdasarkan parameter Percepatan Respon Periode Pendek
(ASCE 7-05 Tabel 11.6-1)

Nilai SD1

Kategori Hunian
I atau II

III

IV

SDS < 0.067

0.067 SDS < 0.133

0.133 SDS < 0.20

0.20 SD1

(D)

Tebel 3.12. Kategori Desain gempa Berdasarkan parameter Percepatan Respon Periode 1 detik
(ASCE 7-05 Tabel 11.6-2)

Universitas Sumatera Utara

Jadi, berdasarkan tabel diatas maka struktur gedung yang didesain pada tugas
akhir ini berada pada Kategori Desain Gempa D.

III.2.2.11. Penentuan Koefisien R, Cd, dan 0


Penentuan koefisien R, Cd dan 0 berdasarkan ASCE 7-05 tabel 12.2-1
sesuai dengan sistem struktur yang digunakan ,
Dimana

R = Koefisien modifikasi respons,


0 = Faktor kuat lebih sistem, dan
Cd = Faktor pembesaran defleksi

Sehingga didapat : R = 8.0


0 = 3.0
Cd = 5.5
III.2.2.12. Penentuan Waktu Getar Alami Fundamental (Ta)
Perkiraan waktu getar alami dari suatu struktur (Ta) dihitung berdasarkan
ASCE 7-05 , pasal 12.8.2.1 :

Ta = Ct (hn )

Dimana : - Tinggi gedung (hn) = 38 meter


-

Ct = 0.0488 (tabel 12.8-2 ASCE 7-05)

- X = 0.75
Maka,

Ta = C t (hn )

0.75

= 0.0488 (38)

0.75

(tabel 12.8-2 ASCE 7-05)

= 0.747 detik

Berdasarkan pasal 12.8.2, ASCE 7-05 periode dasar T tidak boleh melebihi
hasil koefisien untuk batasan atas pada periode yang dihitung (Cu) dari tabel 12.8-1
dan periode dasar pendekatan (Ta) yang ditentukan dari pasal 12.8.2.1. didapatkan

Universitas Sumatera Utara

parameter percepatan respon spektrum desain pada 1 detik ( SD1 ) = 0.47 didapat
(Cu) sebesar 1.4
Maka T < (Ta x C u ) = (0.747 x 1.4) = 1.046 detik...............Ok
III.2.2.13. Koefisien Gempa Dasar
Untuk penentuan koefisien respon gempa (Cs) dijelaskan dalam ASCE 7-05,
pasal 12.8.1.1 dimana Cs dihitung dengan persamaan :

Cs =

S DS
0.57
=
= 0.089
(R I ) (8 1.25)

Dengan koefisien modifikasi respons, R = 8 dan faktor keutamaan, I = 1.25


untuk kategori Hunian III. Nilai Cs diatas tidak boleh melebihi persamaan yang
dirumuskan pada ASCE 7-05, pasal 12.8.1.1 :

Cs =

S D1
0.47
=
= 0.098
R 0.747 (8 1.25)
T
I

dan Cs tidak boleh kurang dari 0.01

0.01 < ( Cs = 0.089) < 0.098 ........................................................ (OK)


Jadi nilai Cs memenuhi persyaratan, maka nilai Cs yang dipakai adalah 0.089
III.2.2.14. Gaya Geser Dasar Total Gempa
Menurut ASCE 7-05 pasal 12.8.1, geser dasar gempa (V) dalam arah yang ditetapkan
harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut :
V = C s x WTotal
Karena dimensi bangunan simetris, maka nilai gaya geser dasar total gempa (V)
sama untuk kedua arah pembebanan ( X dan Y) sebesar :
V = (0.089 x 4757785,4375 kg )
= 422552,90 kg

Universitas Sumatera Utara

III.2.2.15. Distribusi Gaya Gempa Vertikal


Distribusi vertikal beban seismik ditentukan berdasarkan ASCE 7-05, pasal 12.8.3 :
Fx = C vxV dan C vx =

W x hx

W
i =1

hi

Untuk nilai k ditentukan berdasarkan ketentuan berikut :


T 0.5 detik , maka nilai k = 1
T 2.5 detik , maka nilai k = 2
Karena T dari perhitungan sebelumnya adalah 0.747 detik maka nilai k
diperoleh dengan cara interpolasi, sehingga didapat nilai k = 1.124

III.2.2.16. Distribusi Gaya Horizontal


Berdasarkan ASCE 7-05 pasal 12.8-13 distribusi gaya horizontal seismik ditentukan
dengan persamaan :
n

V X = Fi
i=x

Tingkat
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

hx

hxk

Wx

Wxhxk

(m)

(m)

(kg)

(kgm)

38
34.25
30.5
26.75
23
19.25
15.5
11.75
8
4.25
Jumlah

59,55
52,99
46,52
40,14
33,88
27,74
21,74
15,93
10,34
5,08

287778,74
476086,05
476086,05
496924,80
496924,80
496924,80
498081,30
498081,30
498081,30
522816,30
4747785,44

17137425,26
25227639,31
22146052,53
19947521,67
16834177,24
13783153,76
10830235,49
7933919,32
5151359,24
2656709,58
141648193,41

Cvx
0,12
0,18
0,16
0,14
0,12
0,10
0,08
0,06
0,04
0,02
1,00

Fx
(kg)

51122,92
75256,96
66064,23
59505,76
50218,29
41116,74
32307,84
23667,80
15367,10
7925,27
422552,90

Tabel 3.13. Distribusi Gaya Gempa Vertikal (Fx) dan Horizontal (Vx) pada arah X dan Y

Universitas Sumatera Utara

III.2.2.17. Pemodelan Struktur dengan ETABS v.9.5.0


Adapun tahapan dalam pemodelan struktur serta penginputan data-data yang
dibutuhkan dalam perhitungan dengan menggunakan program analisa struktur
ETABS v.9.5.0 adalah :
1. Pilih unit satuan yang akan digunakan dalam perhitungan, dalam hal ini
digunakan satuan kgm.
2. Pilih new model dan No. Setelah keluar box building plan grid sytem and
story data definition
3. Masukkan nilai sesuai dengan geometri struktur bangunan, jika terdapat
bagian yang tidak simetris maka dilakukan pengeditan langsung pada data
yaitu pada custum grid spacing dan custom story data kemudian pilih
grid only.
4. Definisikan material yang digunakan termasuk baja dan beton yang
digunakan melalui define material properties
5. Difinisikan penampang balok dan kolom komposit melalui define frame
sections. Untuk balok komposit pilih A-CompBm dan Add I/Wide flange dan
masukkan data sesuai penampang rencana, dan untuk kolom komposit pilih
Add SD sections section designer dan lakukan penggambaran kolom
komposit sesuai penampang rencana.
6. Lakukan penggambaran kolom, balok induk dan balok anak dengan memilih
perintah

dan

secara berurutan pada toolbar dan mendrop area dari

kiri atas ke kanan bawah, untuk mempercepat penggambaran pilih All stories
sebelum melakukan penggambaran.

Universitas Sumatera Utara

7. Tentukan tipe penjepitan fondasi melalui Assign joint/pint Reinstrain ,


tetapi sebelumnya dipilih terlebih dahulu titik-titik yang akan dijadikan
tumpuan.
8. Definisikan pembebanan melalui define static load case termasuk beban
mati (DL), beban hidup (LL) dan beban gempa (EQkiri dan EQkanan).
9. Definisikan kombinasi pembebanan, dalam hal ini kombinasi-kombinasi yang
digunakan adalah :
-

Kombinasi 1

: 1.4 DL

Kombinasi 2

: 1.2 DL + 1.2 LL

Kombinasi 3

: 1.2 DL + 1.0 EQx + 0.3 EQy + 0.5 LL

Kombinasi 4

: 1.2 DL - 1.0 EQx - 0.3 EQy + 0.5 LL

Kombinasi 5

: 1.2 DL + 1.0 EQy + 0.3 EQx + 0.5 LL

Kombinasi 6

: 1.2 DL - 1.0 EQy - 0.3 EQx + 0.5 LL

10. Definisikan beban-beban yang terjadi melalui Asssign frame/line load


termasuk DL, LL. Untuk beban gempa karena perhitungan secara statis
ekivalen, maka beban gempa Eqx dan Eqy bisa langsung didefinisikan.
Tetapi sebelumnya dpilih terlebih dahulu titik, garis atau area yang akan
diberi beban.
11. Sebelum melakukan Run Analisys, sebelmnya dilakukan penyetingan arah
sumbu lokas setiap penampang yang digunakan sehingga diharapkan
nantinya tekuk (buckle), tegangan serta defleksi yang terjadi akibat
bekerjanya beban ditahan pada posisi dengan momen inersia dan modulus
tampang yang paling besar yaitu melalui Assign frame/line local axes

Universitas Sumatera Utara

dan pilih sumbu utama arah X atau Y jika arah tersebut yang memiliki inersia
terbesar.
12. Lakukan penyetingan analisa melalui Analisys set analisys options full
3D OK. Setelah itu lakukan Run Analisys, tetapi sebaiknya lakukan
pengecekan dulu model sebelum analisys untuk mengetahui apakah terdapat
kesalahan pada pemasukan data.
13. Setelah Run Analisys , maka langsung dapat diketahui Displacement yang
terjadi pada bangunan tersebut yang nantinya akan dikontrol dengan defleksi
maksimum sesuai dengan peraturan ASCE 7-05.

III.2.2.18. Kontrol Drift


Berdasarkan ASCE 7-05, Pasal 12.8.6, drift tingkat desain ( ) harus dihitung
sebagai perbedaan defleksi pada pusat masa di tingkat teratas dan terbawah yang
ditinjau. Bilamana desain tegangan ijin digunakan, harus dihitung menggunakan
gaya gempa tingkat kekuatan yang ditetapkan dalam ASCE 7-05, Pasal 12.8 tanpa
reduksi untuk desain tegangan ijin. Defleksi tingkat x di pusat masa ( x) harus
ditentukan sesuai dengan persamaan berikut :

x =

C d xe
I

Drift diatas tidak boleh melebihi drift limit tingkat yang diijinkan ( a) sesuai
dengan ASCE 7-05, Tabel 12.12-1, dimana nilai story drift (a) yang dijinkan untuk
sistem yang digunakan pada tugas akhir ini tidak boleh melampaui 0,02 kali tinggi
tingkat.

Universitas Sumatera Utara

s < a = 0.02 hsx

= 0.02 (4250)
= 85 mm .............. ( Lantai 1)

s < a = 0.02 hsx

= 0.02 (3750)
= 75 mm .............. ( Lantai 2 10)

ASCE 7-05, Pasal 12.12.2 juga mensyaratkan Defleksi pada bidang


diafragma, seperti ditentukan dengan analisis rekayasa, tidak boleh melebihi defleksi
ijin elemen yang terhubung. Defleksi ijin harus merupakan defleksi yang akan
mengijinkan elemen yang terhubung untuk mempertahankan integritas strukturnya
akibat pembebanan individu dan terus mendukung beban yang ditetapkan.
Dengan menggunakan program analisa struktur, maka didapatkan nilai
defleksi yang terjadi pada setiap tingkat bangunan (xe) akibat beban gempa yang
telah dihitung sebelumnya , setelah itu akan didapatkan nilai defleksi tingkat x di
pusat massa bangunan (x) dengan menggunakan rumus diatas.

Lantai
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

Zi

xe

Drift a antar

Story drift
limit

(m)

(mm)

(mm)

tingkat (mm)

(mm)

38,00
34,25
30,50
26,75
23,00
19,25
15,50
11,75
8,00
4,25

108,07
104,15
97,89
89,02
78,01
65,15
50,81
35,62
20,56
7,49

475,51
458,24
430,72
391,68
343,25
286,66
223,57
156,72
90,46
32,94

17,27
27,53
39,03
48,44
56,59
63,09
66,85
66,27
57,52
32,94

75
75
75
75
75
75
75
75
75
85

Ket
OK
OK
OK
OK
OK
OK
OK
OK
OK
OK

Tabel 3.14. Kontrol drift limit pada gempa arah X

Universitas Sumatera Utara

Lantai
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

Zi

xe

Drift a antar

(m)
38,00
34,25
30,50
26,75
23,00
19,25
15,50
11,75
8,00
4,25

(mm)
107,99
104,07
97,81
88,94
77,93
65,08
50,74
35,57
20,55
7,49

(mm)
475,17
457,91
430,38
391,35
342,91
286,33
223,26
156,52
90,40
32,97

tingkat (mm)
17,27
27,53
39,03
48,44
56,58
63,07
66,73
66,13
57,43
32,97

Story drift
limit
(mm)
75
75
75
75
75
75
75
75
75
85

Ket
OK
OK
OK
OK
OK
OK
OK
OK
OK
OK

Tabel 3.15. Kontrol drift limit pada gempa arah Y

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
APLIKASI DAN DESAIN STRUKTUR

IV.1. PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai contoh perhitungan pada struktur
bangunan tahan gempa termasuk desain balok komposit, kolom komposit, serta
sambungan yang akan digunakan dalam struktur bangunan tahan gempa ini.

IV.2. DESAIN SRPMK DAN SCWB


Pada perencanaan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
dikehendaki agar terjadi mekanisme kolom kuat balok lemah (Strong Coloum Weak
Beam), dengan persyaratan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

M
M
Dimana :

*
pc

> 1

*
pb

*
pc

N
= Z c f yc uc dan

Ag

*
pb

= (1.1 R y M p M y )

Pemeriksaan terhadap SRPMK dilakukan terhadap setiap sambungan karena


harus dipastikan bahwa semua sambungan memenuhi persyaratan sebagai SRPMK.
Namun, dalam penyajiannya scara detail akan dilakukan terhadap satu sambungan
saja untuk penyederhanaan analisis. Sambungan yang diperiksa adalah sambungan
pada lantai pertama kolom ketiga (eksterior) dari kiri (joint 12).

Universitas Sumatera Utara

Sendi plastis balok


sebelah kanan kolom

KOLOM
IWF 400x400x45x70
Nuk = 245276.63 N
Zxc = 12 x 10 mm
Ag = 770.1 mm

32,5

Zx = 1.91 x 10 mm

32,5

Zx = 1.91 x 10 mm

IWF 500x200x10x16

Vp = 73884.3 N

IWF 500x200x10x16

Mp,b = Zx . fy

Vp = 73884.3 N
Mp,b = Zx . fy

KOLOM
IWF 400x400x45x70
Sendi plastis balok
sebelah kiri kolom

Nuk = 2256525.8 N
Zxc = 12 x 10 mm
Ag = 770.1 mm

Gambar 4.1. Lokasi contoh perhitungan Strong Coloum Weak Beam

Adapun perhitungannya sebagai berikut :


Perhitungan jumlah momen pada kolom :
-

fyc = 240 Mpa

Ag atas = Ag bawah = 268.8 cm2

Zc atas = Zc bawah = 3220.301 x 103 mm3

Nuc bawah = 1480919.9 N

Nuc atas = 1223473.4 N

*
pc

N
N
= Z c f yc uc + Z c f yc uc

Ag atas
Ag bawah

1223473.4
1480919.9

6
= 3.22 x 10 6 240
+ 3.22 x 10 240

26880
26880

) (

= 626.3 x 10 6 + 595.45 x 10 6
= 1221.75 x 10

= 1.221 x 10 9 Nmm
Dari perhitungan diatas didapat jumlah momen yang bekerja pada bagian
kolom sambungan sebesar 1.221 x 109 Nmm.

Universitas Sumatera Utara

Perhitungan jumlah momen pada balok :


-

Ry = 1.5

(SNI 03-1729-2002 Ps.15.5.2)

fy = 240 Mpa

Zx kiri = Zx kanan = 1.91 x 106 mm3

Vplastis kanan = Vplastis kiri = 95063.19 N

Vultimit kanan = Vultimit kiri = 95063.19 N

My = Momen tambahan akibat amplifikasi akibat gaya geser dari lokasi


sendi plastis ke as kolom ( 37.5 mm).

*
pb

= (1.1R y f y Z + M y )kiri + (1.1R y f y Z + M y )kanan

(
(
)
)
(1.1 x 1.5 x (240 x1.91 x 10 ) + (0 x 300) )

= 1.1 x 1.5 x 240 x 1.91 x 10 6 + (0 x 300 ) +


6

= (756.36 + 0 + 756.36 + 0 ) x 10 6
= 1512.72 x 10 6
= 1.513 x 10 9 Nmm

Dari perhitungan diatas didapat jumlah momen yang bekerja pada bagian
balok sambungan sebesar 1.513 x 109 Nmm. Sehingga dapat dihitung perbandingan
jumlah momen pada balok dan kolom sebagai berikut :

( M

*
kolom

( M )
*

balok

1.221 x 10 9
=
9
1.513 x 10

= 0.807 < 1 ....................(tidak memenuhi)

IV.3. DESAIN STRUKTUR UTAMA


Untuk perhitungan perencanaan struktur utama diawali dengan penggunaan
program analisa struktur dengan mengambil nilai gaya-gaya dalam yang dihasilkan
oleh program tersebut termasuk momen, lintang dan normal. Dalam hal ini, struktur

Universitas Sumatera Utara

utama dimodelkan sebagai rangka terbuka karena dinding bata tidak diasumsikan
sebagai pemikul beban. Pemikul beban diasumsikan terjadi pada balok induk, balok
anak, kolom, pelat lantai dan pelat atap. Untuk struktur utama, bagian yang akan
direncanakan adalah :
-

Balok Induk

Kolom Komposit

Sambungan balok-kolom dan sambungan kolom-kolom

IV.3.1. Perencanaan Balok Induk


Balok induk yang direncanakan adalah frame 26. Pada perhitungan balok
induk direncanakan dengan menggunakan profil IWF 500x200x16x10. Adapun datadata profil sebagai berikut:
A

= 114.2 cm2

ix =

20.5 cm

iy =

4.33 cm
1910 cm3

W =

89.7 kg/m

tw =

10 mm

x =

500 mm

tf

16 mm

200 mm

Ix = 47800 cm4

= H - 2 (tf+r) = 500 - 2 (16+20) = 428 mm

20 mm

Iy = 2140 cm4

IV.3.1.1. Sebelum Komposit


Pada denah dipilih salah satu balok induk sebagai contoh dalam perhitungan,
dan dari hasil output ETABS v.9.5.0 didapatkan momen ultimit dan gaya-gaya ultimit
yang terjadi yang diambil dari kombinasi yang paling menentukan diantara
kombinasi-kombinasi yang sudah ada :
-

Momen ultimit (Mu) = 2164664.84 kgcm

Universitas Sumatera Utara

Gaya geser ultimit (Vu) = 8091.59 kg

L 600
Kontrol Lendutan : f ' =
= 1.67 cm
=
360 360

Lendutan yang terjadi pada program analisa struktur ETABS :


( f = 0.1 cm ) < ( f = 1.67 cm ) ...................OK
Kontrol Kekuatan Penampang :

Untuk sayap :
bf
170

2tf
fy

200
170

2 x 16
240

6.25 < 38.01........OK

Untuk badan :
h 1680

tw
fy

428 1680

10
240

42.8 < 108.44 .......OK

Jadi, profil termasuk penampang kompak maka Mnx = Mpx


Kontrol Lateral Buckling :
Jarak penahan lateral (Lb) =
790 x i y
Lp =

fy

6000
= 3000 mm
2

790 x 43.3
=
= 2208.05 mm

240

1
1
1

J = x b x t 3 = x 200 x16 3 + x (428 2 x 16) x 10 3


3
3
3

= (273066.67 + 132000)
= 405066.67 mm 4

d tf
C w = I y
4

428 16
11
6
= 214 x 10 5
= 2.27 x 10 mm

315000
405066.67 x 11420
315000
JA

X1 =
=

S ( f f ) 1 + v 191 x 10 4 (240 70)


+
1
0
.
1
x
yf
r


= 0.00097 x 64848.504
= 62.903 MPa

Universitas Sumatera Utara

C
2.27 x 1011
3.14
= 4(1 + 0.1)
X 2 = 4(1 + v ) 2 w

2
43.3 x 405066.67 62.903
iy J X1
= 4.4 x 298.898 x 0.00249
1
= 3.275

MPa

Lr = X 1 1 + 1 + X 2 i y = 62.903 1 + 1 + 3.275 43.3

= 4770.448 mm
Sehingga diketahui bahwa Lp.< Lb < Lr Dengan begitu dapat ditentukan
bahwa bentang termasuk dalam kelompok bentang menengah Untuk komponen
struktur yang memenuhi Lp.< Lb < Lr , maka kuat nominal komponen struktur
adalah:

L Lb
M n = C b M r + (M p M r ) r
Mp
Lr L p

Dimana :

MA = 1082085.50 kgcm
MB

= 55983.86 kgcm

MC

= 1082414.73 kgcm

12.5 M maks
Cb =
2.5 M maks + 3M A + 4 M B + 3M C

Cb

2.3

12.5 x 2164664.84

=
(
)
(
)
(
)
(
)
2
.
5
x
2164664
.
84
+
3
x
1082085
.
50
+
4
x
55983
.
86
+
3
x
1082414
.
73

27058310.5

=
5411662.1 + 3246256.5 + 223935.44 + 3247244.19
27058310.5
=

12129098.23
= 2.23

Cb < 2.3

maka dipakai 2.23

Universitas Sumatera Utara

M y = (S x x fy ) = 1910 x 2400 = 4584000 kgcm


M p = ( fy x Z x ) = (2400 x 2096 ) = 5030400 kgcm

< 1.5 M y

M R = ( fy fr ) S x = (1700 x 1910 ) = 3247000 kgcm

(477.045 300 ) M
M n = 2.23 3247000 + (5030400 3247000)
p
(477.045 220.805)

= 2.23 (3247000 + 1232151.06 )


= 9988506.86 kgcm
Karena Mn > Mp , maka dipakai Mn = Mp = 5030400 kgcm
Persyaratan :

Mu Mn
2164664.84 kgcm 0.9 x 5030400 kgcm
2164664.84 kgcm < 4527360 kgcm..OK

Jadi, penampang profil baja sebelum komposit mampu menahan beban yang terjadi.
Kontrol Geser :
Kontrol geser balok tergantung pada perbandingan antara tinggi bersih pelat
badan (h) dengan tebal pelat badan (tw).
kn x E
h
1. 1
tw
fy

Dimana : k n = 5 +

( h)
a

; untuk balok dengan pengaku vertikal pelat badan

k n = 5 ; untuk balok tanpa pengaku vertikal pelat badan


Sehingga :

h

tw

1.1

Kn . E
fy

5 . 2 .10 6
428

1.1
2400
10
42.8 71.005.................OK

Universitas Sumatera Utara

Vn = 0.6 . fy . Aw

= 0.6 x 2400 (42.8 x 1)


= 61632 kg

Syarat :
Vn Vu
0.9 x 61632 kg 8091.59 kg
55468.8 kg > 8091.59 kg ..............OK

IV.3.1.2. Sesudah Komposit


Zona Momen Positif
Dari hasil perhitungan program ETABS didapatkan momen positif sebesar
Mmaks = 2253532,65 kgcm

Perhitungan momen nominal (Mn) berdasar distribusi tegangan elastis :


b eff
b tr

ec = (es/n)

ec
es

tb
?

GN komposit

Es x es

Xe

ya

H/2
H

GN baja
yb

Ea ea

Ea

Gambar 4.2. Distribusi tegangan elastis positif

Lebar efektif pelat beton ( beff )


beff . L = ( . 600) = 150 cm

Universitas Sumatera Utara

Menghitung nilai transformasi beton ke baja (Ec) :

Ec = 4700 x

) (

fc ' = 4700 x 25 = 23500 Mpa

E s = 200000 Mpa
E
n = s
Ec

200000
=
= 8.51 diambil n = 8
23500

Setelah pelat beton ditransformasikan ke penampang baja, maka :

beff 150
=
btr =
= 18.75 cm
n
8

Menentukan letak garis netral penampang transformasi ( y) :

Pelat Beton
Profil IWF

Luas Transformasi
A (cm2)
187.5
114.2
301.7

Lengan Momen
y (cm)
5
35

A.y
(cm3)
937.5
3997
4934.5

A. y 4934.5
=
Sehingga didapat : y =
= 16.36 cm

301.7
A

Menghitung momen inersia penampang transformasi (Itr) :

Pelat Beton
Profil IWF

A
(cm2)
187.5
114.2

y (cm)
5
35

Io
(cm4)
1562.5
47800

d (cm)

Io + Ad2 (cm4)

11.36
16.64
Itr

25759.30
79420.79
105180.09

Menghitung modulus penampang transformasi (Str) :


Terhadap serat atas : y t = 16.36 cm

I 105180.09
S tr , t = tr =
= 6429.1
y t 16.36
Terhadap serat bawah: y b = (60 16.36 ) = 43.64 cm 3

Universitas Sumatera Utara

I 105180.09
3
S tr , b = tr =
= 2410.18 cm
y
43
.
64

b
-

Menghitung momen ultimit :


M n1 = (0.85 x fc' x n x S tr ,t ) = (0.85 x 250 x 8 x 6429.1) = 10929470 kgcm
M n 2 = ( f y x S tr ,b ) = (2400 x 2410.18) = 5784432 kgcm

Jadi,

Mu Mn
2253532,65 kgcm (0.9 x 5784432) kgcm
2253532,65 kgcm 5205988.8 kgcm....................................... Ok

Dari perhitungan diatas kekuatan nominal penampang komposit lebih besar


dari pada momen akibat beban terfaktor, sehingga penampang mampu menahan
beban yang terjadi.

Perhitungan Mn berdasar distribusi tegangan plastis :

b eff
b tr

0.85 fc'

0.85 fc'

tb

0.003

tb

GN pelat

Cc
Cs

d1

GN komposit

d/2
d

GN baja

d 2" d 2'

T'
fy
Pelat memadai

fy

fy

Pelat tidak memadai

Regangan batas

Gambar 4.3. Distribusi tegangan plastis positif

Lebar efektif pelat beton ( beff ) :

Universitas Sumatera Utara

beff . L = ( . 600) = 150 cm


-

Gaya tekan yang terjadi pada pelat (C) :

(0.85 . fc' . t

plat

. beff ) = 0.85 x 250 x 10 x 150 = 318750 kg

( As . fy ) = (89.7
-

x 2400 ) = 215280 kg

Karena dianggap komposit penh, maka nilai C diambil nilai terkecil diantara

( As . fy ) dan (0.85 . fc ' . t plat . beff ) yaitu C = 215280


-

kg

Menentukan tinggi blok tekan efektif (aeff) :

As . f y
a eff =
0.85 . fc' b
eff

= 89.7 x 2400 = 6.754 cm


0.85 x 250 x 150

Karena aeff < tpelat , maka pelat beton memadai untuk menahan gaya tekan
-

Jarak dari garis netral gaya-gaya yang bekerja (d):


a 50
6.754
d
d 1 = + tb = + 10
= 33.777 cm
2 2
2
2

Menentukan kekuatan nominal penampang komposit

M n = C x d1
= 215280 x 33.777
= 7271512.56 kgcm
Kontrol : Mu Mn
2253532,65 kgcm (0.85 x 7271512.56) kgcm
2253532,65 kgcm 6180785.68 kgcm................................OK
Dari perhitungan diatas kekuatan nominal penampang komposit lebih besar
dari pada momen akibat beban terfaktor, sehingga penampang mampu menahan
beban yang terjadi.
Zona Momen Negatif

Universitas Sumatera Utara

b eff
c

Tc

tb

d1

hr

d2

Ts

aw

GN komposit

d3

H/2
H

GN baja

P yc
yb

fy

fy

Gambar 4.4. Distribusi tegangan plastis negatif

Dari hasil perhitungan program ETABS didapatkan momen negatif sebesar


Mmaks = 2252099.61 kgcm. Dimana lebar efektif (beff) = 150 cm, tebal bondex =
0.75 mm, fy = 240 Mpa, dan tebal pelat (ts) = 100 mm. Pada pelat beton dipasang
tulangan sebanyak 11 buah dengan diameter 8 mm disepanjang beff dengan fyr = 250
Mpa, hal ini dilakukan untuk menambah kekuatan tarik nominal pada pelat beton.
-

Menentukan Gaya Tarik pada Balok Baja (Tc)

Tc = (n x Asr x f yr ) = 11 x 0.25 x 3.14 x 0.8 2 x 2500 = 13816 kg


-

Gaya tekan nominal maksimum dalam penampang baja (Pyc)


Pyc = (As x f y ) = (89.7 x 2400) = 215280 kg

Karena Pyc > Tc maka PNA pada web, dan berlaku persamaan berikut :

Pyc Tc
Ts =
2

215280 13816
=
= 100732 kg
2

Gaya yang bekerja pada sayap (Tf) : T f = (b f x t f x f y )


= (20 x 1.6 x 2400 )
= 76800 kg

Universitas Sumatera Utara

Pyc Tc
T f
Gaya yang bekerja pada sayap (Tf) : Tw =
2
= (100732 76800)
= 23932 kg
Jika sumbu netral plastis (PNA) jatuh di flens, maka jarak sumbu netral
plastis (PNA) dari tepi atas flens adalah sebesar (a) :
Tw 23932
=
= 9.97 cm
aw =
f x t 2400 x 1.0
y w

Jarak dari garis netral gaya-gaya yang bekerja (d):

d1 = (ts c ) = (10 3.4 ) = 6.6 cm


d2 =
=

(T

x 0.5 x t f ) + (Tw (t f + 0.5 aw))

(76800

T f + Tw

x 0.5 x 1.6) + (23932 (1.6 + 0.5 x 9.97 ))


76800 + 23932

61440 + 157592.22
100732
= 2.17 cm
=

H 50
d 3 = = = 25 cm
2 2
-

Menentukan kekuatan nominal penampang komposit


M n = Tc (d 1 + d 2 ) + Pyc (d 3 d 2 )

= 13816 (6.6 + 2.17 ) + 215280 (25 2.23)


= (121166.32 + 4901925.6 )
= 5023091.92 kgcm

Persyaratan :

Mu Mn
2253532,65 Kgcm ( 0.85 x 5023091.92 ) Kgcm
2253532,65 Kgcm 4269628.13

Kgcm Ok

Universitas Sumatera Utara

Perencanaan Penghubung Geser :


Untuk penghubung geser yang dipakai adalah tipe stud dengan :
ds
= 20 mm
Asc
-

= 314.29 mm2

fu
= 410 Mpa = 41 kg/mm2
Modulus elastisitas beton (E):
E c = w1.5 x 0.041 x

fc'

= 24001.5 x 0.041 25
= 2.41 x 10 4 MPa
-

Kuat geser satu buah stud : Q n = 0.5 . Asc . fc' . E c

= 0.5 x 314.29 x

25 x 2.41 x 10 4

= 121977.32 N
= 12197.732 kg / stud
Qn Asc . f u

syarat :

12197.732 kg / stud (314.29 x 41)


12197.732 kg / stud 12885.89 kg / stud .................OK

Jumlah stud untuk setengah bentang (N) :

T
N = maks
Qn

215280
=
= 17.65 18 buah
12197.732

Jadi, dibutuhkan 36 buah stud untuk seluruh bentang, dan jarak seragam (P) dengan
2 stud pada masing-masing lokasi didapat :

L 600
P = =
= 16.67 cm
N 36
- Jarak maksimum (Pmaks ) = (8 x t plat ) = (8 x 10 ) = 80 cm
-

Jarak minimum (Pmin ) = (6 x diameter) = (6 x 2 ) = 12 cm

Jadi, shear connector dipasang sejarak 17 cm sebanyak 36 buah untuk masingmasing bentang.

Universitas Sumatera Utara

IV.3.2. Perencanaan Kolom Komposit


Berikut ini akan disajikan contoh perhitungan salah satu kolom berdasarkan
SNI 1729-2002. Sebagai contoh, diambil salah satu kolom pada lantai dasar.
Lantai 10
Lantai 9
Lantai 8
A

Lantai 7

10

15

20

25

14

19

24

Lantai 6
Kolom 12

Lantai 5
Lantai 4

13

18

23

12

17

22

Lantai 3
Lantai 2

Lantai 1
1

11

16

21

Elevation view - 2

Gambar 4.5. Lokasi kolom yang didesain

Kolom komposit direncanakan dengan menggunakan profil King Cross K600


x 200 x 11 x 17 dengan spesifikasi profil :
=

268.8 cm2

ix = 17.24 cm

iy =

W =

212 kg/m

tw =

11 mm

Sx = 2662.7 cm3

600 mm

tf

17 mm

Sy = 2724.4 cm3

200 mm

22 mm

Ix =

= H - 2 (tf+r) = 600 - 2 (20+22) = 516 mm

17.24 cm

79880 cm4

Iy = 83229 cm4

Universitas Sumatera Utara

Tulangan 12 mm
50 mm

Tulangan Geser
20 mm

750 mm

WF 600x200x11x17

750 mm

Gambar 4.6. Sketsa penampang kolom komposit

Z x = . H 2 . t w + (b t w ). t f . (H t f

2
2
tw
t f b
) + + (H 2t f )
4
2

2
1
1.7 x (20)

2
+
= x 60 x 1.1 + (20 1.1) x 1.7 x (60 1.7 ) +

(60 (2 x1.7))1.1

4
= 990 + (18.9 x 1.7 x 58.3) + 340 + (56.6 x 0.3025)
= 1330 + 1873.179 + 17.122
= 3220.301 cm3
2
2
t f b2

+ (H 2t f ) t w + t w (H + t w ) + (b f t w ) t f (H + t w t f
Z y =

2
4
4

2
1.7 x 20 2
1.12 1.1 x (60 + 1.1)
+ (60 2 x 1.7 )
=
+
2
4
4

(20 1.1) x 1.7 x (60 + 1.1`1.7 )

= (340 + 17.122) + (1026.633 + 1908.522)


= 3295.277 cm 3

Pembebanan pada kolom meliputi momen, gaya geser dan normal. Gaya
geser yang terjadi relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan kapasitas geser kolom,
sehingga interaksi momen dan gaya normal yang paling menentukan. Beban yang

Universitas Sumatera Utara

terjadi diambil dari kombinasi yang paling menentukan diantara kombinasikombinasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan hasil perhitungan program ETABS didapat gaya-gaya dalam
yang bekerja pada kolom tersebut adalah :
Pu

Vu, x

Vu, y

Gaya Dalam

Besar (satuan)

Pu

124759.57 kg

Mux

2824187.68 kgcm

Muy

2801882.40 kgcm

Vux

15076.23 kg

Vuy

14943.08 kg

Mu,y
Mu,x

Kolom 12

Tabel 4.1. Gaya-gaya dalam yang bekerja pada kolom komposit

Kontrol Luas Penampang Profil Baja :

As
305
x 100 % = 5.42 % > 4 %...................................................Ok
=
Ac (75 x 75)
Tulangan Longitudinal :
Jarak spasi tulangan (s) = 750 - (2x50) - 2x12 - 20 = 606 mm
Luas tulangan longitudinal (Ar) = 4 . . .202 = 1256.64 mm2
Ar minimum = 0.18 x 606 = 109.08 mm2 < 1256.64 mm2..........................Ok

Tulangan Lateral :
Sengkang dipasang 12 300 mm
Luas tulangan sengkang = . . 122 = 113.09 mm2

Universitas Sumatera Utara

Luas sengkang minimum = 0.18 x 300 = 54 mm2 < 113.09 mm2...............Ok


Luas Penampang Bersih (Acn) = (75 x 75) (305 + 12.57 + 1.13)
Acn

= 5306.3 cm2 = 530630 mm2

Baja yang Diselubungi Beton :


Untuk profil baja yang diselubungi beton digunakan nilai C1 = 0.7 ; C2 = 0.6 ;
dan C3 = 0.2;

A
A
f my = f y + Ct x f yr x r + C 2 x fc' x cn
As
As

530630
12.57

= 240 + 0.7 x 250 x

+ 0.6 x 25 x
30500
30500

= 240 + 0.072 + 260.966


= 501.038 MPa

Ec = 0.041 x w1.5 x

) (

fc' = 0.041 x 24001.5 x 25 = 24102.98 MPa

E s = 2 x 10 5 MPa

A
E m = E s + C 3 x E c x cn
As

530630

= 200000 + 0.2 x 24102.98 x

30500

= 283867.307 MPa
rm = (0.3 b ) = (0.3 x 75) = 22.5 cm > iy = 17.24 cm...................... ( dipakai rm )
Kuat nominal aksi kolom komposit :

Universitas Sumatera Utara

IWF 600x200x11x17
375 cm

IWF 500x200x16x10

C11

IWF 500x200x16x10

B23

B22
375 cm

IWF 600x200x11x17

600 cm

600 cm

Gambar 4.7. Pemodelan letak kolom (interior) lantai 5-6

Lb = 375 cm = 3750 mm
E
= 1.76 x 225 x
fy

L p = 1.76 x i y x

2 x 10 5
= 11431.535 mm
240

Jadi, Lb < Lp.................................(Bentang pendek)


Karena setiap titik diasumsikan jepit, maka nilai GA = 1 dan perbandingan
kekakuan pada rangka portal arah x dan y sebagai berikut :
G Bx =

G By =

(I x / L )c 2 x (79880 / 425) 375.91


=
=
= 8.80
( I x / L )b 2 x (47800 / 600) 159.33

(I y / L )c

(I x / L )b

2 x (83229 / 425) 391.66


=
= 2.46
2 x (47800 / 600) 159.33

Dari nomograf untuk komponen struktur bergoyang diperoleh nilai faktor


panjang tekuk arah x (kcX) = 1.85 dan arah y (kcY) = 1.5
Parameter kelangsingan kolom :
cX =

L x kc
x rm

f my
Em

dimana :

- c 0.25

maka = 1

- 0.25 < c < 1.2

maka =

- c 1.2

maka = 1.25 c2

1.43
1.6 0.67 c

Universitas Sumatera Utara

Arah X

cX =

4250 x 1.85
x 180

Arah Y

cX =

4250 x 1.5
x 180

501.038
= 13.90 x 0.042 = 0.589
283867.307
501.038
= 11.28 x 0.042 = 0.474
283867.307

Karena nilai c termasuk ke dalam kategori kolom menengah, maka :

1.43
=
1.6 0.67c

1.43
=
= 1.186
1.6 0.67 x 0.589

Pn = ( As x f cr )
f my

= As x

501.038.
2
= 268.8 cm 2 x
N / mm
1.186
= 268.8 cm 2 x 4224.6 kg / cm 2
= 1135573.477 kg
Pn = (0.85 x 1135573.477 kg ) = 965237.456 kg > Pu ................................OK

Karena semua beban desain kolom ditopang oleh kolom komposit (terdiri
dari profil baja dan beton). Persyaratan luas minimal penampang beton yang
menahan beban desain kolom adalah :
-

Kemampuan profil baja menahan beban :


Pns = (0.85 x As x f y ) = (0.85 x 268.8 x 2400) = 548352 kg

Kemampuan penampang beton menahan beban :


Pnc = (Pn Pns ) = (965237.456 548352 ) kg = 416885.456 kg
Syarat yang harus dipenuhi untuk luas penampang beton :
Pn c 1.7 x x fc' x Ab

Universitas Sumatera Utara

416885.456

Pnc
= 1634.845 .............OK
=
Ab
1.7 x x fc' 1.7 x 0.6 x 250
-

Kuat nominal komposit dan aksial kolom komposit :


Luas badan profil (Aw) = (1.1 x 60) + (1.1 x 60) = 132 cm2

C rc = C rt = 375 50 + 12 + x 20 = 303 mm
2

h1 = h2 = 750 mm
C + C rt 303 + 303
C r = rc
=
= 303 mm
2
2

Pu 124759.57
=
= 0.13 < 0.2
Pn 965237.456
A f

1
(h2 2C r )Ar f yr + h2 w y Aw fy
3
2 1.7 fc' h1
1
= (3220.301 x 2400) + (75 2 x 30.3) x 12.57 x 2500 +
3
75 132 x 2500

x 132 x 2400
2 1.7 x 250 x 75

M nx = (Z x f y ) +

= 7728722.4 + (4.8 x 31425) + (27.15 x 316800)


= 7728722.4 + 150840 + 8601120
= 16480682.4 kgcm

A f

1
(h2 2C r )Ar f yr + h2 w y Aw fy
3
2 1.7 fc' h1
1
= (3295.277 x 2400) + (75 2 x 30.3) x 12.57 x 2500 +
3
75 132 x 2500

x 132 x 2400
2 1.7 x 250 x 75

M ny = (Z y f y ) +

= 7908664.8 + (4.8 x 31425) + (27.15 x 316800)


= 7908664.8 + 150840 + 8601120
= 16660624.8 kgcm
Untuk

Pu
< 0.2
Pn

Universitas Sumatera Utara

M ux
M uy
Pu
1
+
+
2c Pn b M nx b M ny

2824187.68
2801882.40
1
0.13 +
+
0
.
85
x
16480682
.
4
0
.
85
x
16660624
.
8

0.53 1.0............OK

Kesimpulan : Kolom komposit yang digunakan King Cros K600x200x11x17

IV.3.3. Perencanaan Sambungan

600 cm

300 cm

IV.3.3.1. Sambungan Balok Induk Interior dan Kolom (SBK)

600 cm

600 cm

Gambar 4.8. Lokasi titik sambungan balok dan kolom rencana

Sambungan balok utama dengan kolom direncanakan dengan sambungan


kaku (Rigid Connection) dimana sambungan memikul beban geser Pu dan momen
Mu. Balok dan kolom direncanakan memakai baja dengan fy = 240 MPa, sedangkan
pelat ujung dan pelat pengaku menggunakan baja fy = 250 MPa serta baut berupa
baut kuat tarik tinggi ASTM A325.

Universitas Sumatera Utara

Sambungan kaku yang merupakan bagian dari Sistem Rangka Pemikul Beban
Gempa mempunyai kuat lentur Mu yang besarnya paling tidak sama dengan :

M u = 1.1 x R y x M p balok
= 1.1 x R y x f y x Z x

= 1.1 x 1.5 (2400 x 2096) kgcm


= 8300160 kgcm
Momen lentur rencana sambungan berdasarkan kemampuan balok. Elemenelemen sambungannya :
-

Balok melintang menggunakan profil IWF 500 x 200 x 10 x 16 (B25)

Kolom menggunakan profil King Cross K600 x 200 x 11 x 17 (C2)

Gambar 4.9. Lokasi sendi plastis dan momen rencana pada sambungan

Menghitung momen pada muka kolom :


Gaya geser terfaktor (Vp) pada sambungan kaku harus diambil berdasarkan
kombinasi pembebanan 1.2D + 0.5L

yaitu sebesar Vu = 9693.75 Kg ditambah

dengan gaya geser yang berasal dari Mp yang dihitung sebelumnya, sehingga gaya
geser terfaktor (Vu) yang didapat sebesar :

Universitas Sumatera Utara

Vu total = Vu + Vu tambahan
2M p
Vu total = Vu + '
L
dim ana L' = (L d c L p )

= (600 60 30 )
= 510 cm

Maka,

2 x 8300160
Vu total = 9693.75 +

510

= 9693.75 + 32549.65
= 42243.4 kg
Sehingga momen pada muka kolom (Mf) adalah :
M f = M p + (Vu . L p ) = 8300160 + (42243.4 x 30 ) = 9567462 kgcm

Gambar 4.10. Detail sambungan momen pelat ujung dan model rencana gaya baut

Direncanakan : - b p = (bbf ) = 200 mm


- g = 100 mm

Universitas Sumatera Utara

- p fi = p f 0 = 50 mm
- pb = 90 mm
- d e = 40 mm
Maka :

t bf

h1 = d b + p f 0 + pb

h2 = d b + p f 0

h3 = d b p fi t bf

h4 = d b t bf p fi p b

t bf
2

= 500 + 50 + 90

= 500 + 50
t bf
2

16
= 542 mm
2

= 500 50 16
t bf
2

16
= 632 mm
2

16
= 426 mm
2

= 500 16 50 90

16
= 336 mm
2

Menghitung diameter baut :


Digunakan baut ASTM A325 Fnt = 90 ksi = 620 MPa; n = 0,75

d b reg 'd =

2M f

n Fnt (h1 + h2 + h3 + h4 )

2 x 9567462
3.14 x 0.75 x 6200 x (63.2 + 54.2 + 42.6 + 33.6 )

19134924
14601 x 193.6

19134924
2826753.6
= 2.602 cm
=

Dicoba baut diameter 30 mm,

pt = (Fnt . Ab ) = 620 x 0.25 x 3.14 x 30 2 x 10 3 = 438.03 KN

M np = 2 Pt . (h1 + h2 + h3 + h4 )
= 2 x 438.03 x (632 + 542 + 426 + 336) x 10 3 = 1696.05 KNm
M np = (0.75 x 1696.05)
1272.04 KNm
1272.04 KNm

> Mf
> 9567462 Kgcm
> 956.75 KNm....................OK

Universitas Sumatera Utara

Menghitung tebal pelat ujung :


1
b p . g untuk d e < s
2
1
s=
200 x 100 = 70.71 mm 72 mm
2

s=

Yp =

bp 1
+ h3 1 + h4 1 +
+ h2
h1

2 2d e
s
pf0
p fi
pb
p
3p
3p
2

2
+ h2 p f 0 + b + h3 p fi + b + h4 s + b + p b + g
h1 d e +
g
4
4
4
4

Yp =

1
200
1
1
1
+ 542 + 426 + 336 +
632
2
50
50
72
2 x 40

3 x 90
3 x 90
2
90
90

632 40 + + 542 50 +
+ 426 50 + + 336 72 +
+ 90 2 + 100
102
4
4
4
4

= 100 (7.9 + 10.84 + 8.52 + 4.67 ) + 0.02(39500 + 63685 + 30885 + 46872 + 8100 ) + 100
= 3193 + 3780.84 + 100
= 7073.84 mm

Dimana : S = 72 mm > Pfi = 50 mm


de = 40 mm < s = 72 mm
maka tebal plat ujung yang diperlukan :

t p reg 'd =

1.11 M f
d Fyp Y p

Dimana : Yp = 7073.84 mm ; d = 0.9; Fyp = 240 Mpa


Maka, t p reg 'd =

1.11 x 9567462
0.9 x 2400 x 7073.84

10619882.82
= 0.695 = 0.83 cm
15279494.4

Diambil tebal pelat ujung tp = 10 mm > tp reg d = 0.83 mm

Menghitung gaya terfaktor pada sayap balok :

Universitas Sumatera Utara

F fu =

Mf
d b t bf

9567462 95674620
F fa =
= 197674.83 Kg 1976.75 KN
=
484
500 16

Menghitung tebal dan panjang dari plat pengaku :

Gambar 4.11. Rencana Pelat Pengaku

F
Dimana : t s min = tbw yb
F
ys
240
t s min = 10 x
= 10 mm
240

hst = ( p f 0 + pb + d e ) = (50 + 90 + 40 ) = 180 mm


h
Lst = st
tan 30
180 180
=
=
= 311.958 mm 310 mm (taksiran awal )
tan 30 0.577
Kontrol kemungkinan tekuk setempat :

hst
E
0.56
ts
Fys
hst
0.56
ts

dimana : E = 200000 Mpa; dan Fys = 240 Mpa

200000
240

180
ts
11.13 mm
16.17

Universitas Sumatera Utara

Jadi, diperlukan ts = 11.13 mm untuk mencegah terjadinya tekuk setempat.


Diambil ts = 12 mm, sehingga dimensi pelat pengaku menjadi 310 x 180 x 12

Kontrol kuat patah geser dari baut pada sayap desak :


Vu < n Rn = n (n b )Fv Ab

dimana : n = 0.75;
Ab = 0.25 x 3.14 x 302 = 706.5 mm
Nb = 8
Fv = 330 Mpa

Vu < n Rn

42243.4 Kg < 0.75 x (8) x 330 x 706.5


422.43 KN < 1398870 N
422.43 KN < 1399.87 KN ..................................................................OK

Kontrol kegagalan tumpu/sobek pada plat ujung dan sayap kolom :


Vu < n Rn = n (n i ) rni + n (n 0 )rn0

dimana : ni = 4
n0 = 4

rni = 1.2 Lc . t . Fu < 2.4 d b . t . Fu


rn 0 = 1.2 Lc .t . Fu < 2.4 d b .t . Fu

dimana : tcf = 17 mm; dan tp = 10 mm


dipakai tp = 10 mm

Untuk baut dengan jarak antar baut (pb) = 90 mm;

Lc = (90 (30 + 2 )) = 58 mm

rni = rn 0 = (1.2 x 58 x10 x 480)10 3 = 334.08 KN / baut

rni = rn 0 < (2.4 x 30 x 10 x 480)10 3 = 345.6 KN / baut....................OK


Vu < n Rn

42243.4 Kg < (0.75 x 4 x 345.6 ) + (0.75 x 4 x 334.08 )


422.43 KN < (1036.8 + 1002.24 )
422.43 KN < 2039.04 KN ...................................................................OK

Universitas Sumatera Utara

Rencana Bagian Kolom :


Periksa sayap kolom yang tidak diperkuat terhadap leleh lentur :
s=

1
b fc x g
2

dan

c = p f 0 + t fb + p fi

1
1
200 x 100 = x 141.42 = 70.71 mm
2
2
c = (50 + 16 + 50) = 116 mm
s=

Gambar 4.12. Pola garis leleh pada sayap kolom

t cf

reg ' d

Yc =

1.11 M f
d Fyc Yc

bcf 1
1
h1 + h4 +

2 s
s
2
c
c
pb c
p

+ + h3 b + + h4
h1 pb + + s + h2
g
2
2
4
2
2

Yc =

g
s +
2

200 1
1
632
+ 336
+

2 70.71
70.71
2
116
100

90 116
90 116
632 90 +
+ 70.71 + 542 +
+ 426 +
+ (336 x 70.71) +

102
2
4
2
2

2
2

= 100 x (8.94 + 4.75) + 0.02 x (138224.72 + 55826 + 43878 + 23758.56) + 50


= 4246.5 + 5233.75 + 50
= 9530.25 mm

Yc = 9530.25 mm ...... (tanpa alat pengaku)

Universitas Sumatera Utara

1.11 M f

t cf reg 'd =

d . Fyc .Yc

1.11 x 95674620
= 515.9 = 22.71 mm > t cf = 17 mm
0.9 x 24 x 9530.25

Ada dua pilihan antara menaikkan ukuran kolom atau memakai pelat menerus
sebagai pengaku, dalam hal ini digunakan alternatif yang kedua yaitu memakai pelat
menerus sebagai pengaku. Dicoba dengan pelat pengaku (ts) = 40 mm
c t s 116 40
p s 0 = p si =
=
= 38 mm
2

2
Yc =

bcf 1
1
1
1
+ h3
+ h4 +
h1 + h2
2 s
s
ps0
p si
2
g

Yc =

3p
3p

pb
p

+ h2 p s 0 + b + h3 p si + b + h4 s + b + p b2 + g
h1 s +
4
4
4
4

200 1
1
1
1
632
+ 542 + 426 + 336
+
2 70.71
38
38


70.71

3 x 90
3 x 90
2
90
90

2
+ 426 38 + + 336 70.71 +
+ 90 + 100
632 70.71 + + 542 38 +
100
4
4
4
4

= 100(8.94 + 14.26 + 11.21 + 4.75) + 0.02(58908.72 + 57181 + 25773 + 46438.56 + 8100) + 100
= 3916 + 3928.03 + 100
= 7944.03 mm

Yc = 7944.03 mm ...... (dengan pelat pengaku)


t cf reg 'd =

1.11 M f
d . Fyc .Yc

1.11 x 95674620
= 618.91 = 24.88 mm > t cf =17 mm
0.9 x 24 x 7944.03

Hitung kekuatan sayap kolom tanpa pengaku :


Dimana : Yc = 9530.25 mm (tanpa pelat pengaku)
Maka : d M cf = d FycYc t cf2

d M cf = 0.9 x 240 x 9530.25 x17 2 x10 6


= 594.92 KNm
Sehingga gaya rencana ekivalen pada sayap kolom adalah :

Universitas Sumatera Utara

d Rn =

d M cf

(d

t bf

594.92
= 1229.17 KN
(500 16) x10 3

d Rn < F ju = 1976.75 KN .......................................................OK

dRn dipakai untuk menentukan gaya desak yang diperlukan untuk


merencanakan plat pengaku.

Hitung kuat leleh lokal badan kolom yang tidak diperkuat pada posisi sayap balok
C t = 1; dan d = 1
Rn = C t (6k c + t bf + 2t p ) F yc t cw

d Rn = 1 x 1 x ((6 x 39 ) + 16 + (2 x 10)) x 240 x 11 x 10 3


= 712.8 KN
d Rn < F ju = 1976.75 KN

*Perlu pelat pengaku pada sayap kolom

Hitung kuat tekuk badan kolom yang tidak diperkuat pada posisi sayap desak
balok
h = (d c 2 k c ) = (600 2 x 39 ) = 522 mm
3
24 t cw
EFyc 24 x 17 3 2 x 10 5 x 240

=
Rn =


h
522

= 1564977.585 N

n Rn = (0.75 x 1564.98) = 1173.74 KN


n Rn < F ju = 1976.75 KN
*Perlu pelat pengaku pada sayap kolom

Hitung web crippling strength dari badan kolom yang tidak diperkuat pada posisi
sayap desak balok

Universitas Sumatera Utara


N
Rn = 0.80 t 1 + 3

dc

2
cw

t cw


t cf

1.5

EF t
yc cf

t cw

Dimana : = 0.75; dan N diambil sama dengan tbf


1.5
5

16 11 2 x 10 x 240 x 17
Rn = 0.80 11 1 + 3

11
600 17

Rn = 96.8 (1 + (3x 0.053 x 0.52)) x 8612.89


= 902660.36 N
= 902.66 KN
n Rn = (0.75 x 902.66 ) = 677 KN ............ < F ju = 1976.75 KN

*Perlu pelat pengaku pada sayap kolom

Bila plat pengaku diperlukan, gaya untuk merancang plat penerus sebagai
pengaku adalah
Fsu = (F fu min Rn ) diambil yang terkecil Rn = 677 KN

Fsu = (1976.75 677 ) = 1299.75 KN

Universitas Sumatera Utara

75
KC 600x200x11x17

75

20

1,2

Balok IWF 500x200x10x16


Baut 30 mm
Pelat pengaku 310x180x12
5,5
9
3,5

50
9
8,1

18

31

75

Gambar 4.13. Gambar detail sambungan balok dengan kolom

IV.3.3.2. Sambungan Kolom dan Kolom

Rencana
sambungan

K2

K7

K12

K17

K22

Gambar 4.14. Lokasi titik sambungan yang akan dilakukan perhitungan

Universitas Sumatera Utara

Sambungan kolom yang akan dibahas dibawah ini merupakan sambungan


pada lantai 6. Gaya-gaya yang bekerja pada kolom tersebut adalah :
-

Pu

= 124759.57 kg

Mux = (1.5 fy Zx) = (1.5 x 2400 x 3220.301) = 11593083.6 kgcm

Pembagian beban Momen :

I
M u badan = badan M u

profil

(1 12 ) x 1.1 x 60 3

=
x 11593083.6 = 2873598.59 kgcm
79880

M u sayap = M u M u badan
= 11593083.6 2873598.59
= 8719485.01 kgcm
Pembagian Beban Aksial :
A
2 x 1.1 x 60

x 124759.57 = 61265.86 kg
Pu badan = badan Pu =
A
268.8

profil
Pu sayap = (Pu Pu badan )= (124759.57 61265.86 ) = 63493.71 kgcm

Kontrol Geser pada Sayap Kolom


Digunakan baut dengan kuat tarik tinggi ASTM A325 dimana Fv = 330 Mpa
dan Fnt = 90 ksi = 620 MPa, diameter rencana 25.4 mm.
Maka , Kuat geser baut

(V ) =
dg

x (r1 x f u ) x 2 Ab

= 0.75 x (0.5 x 6200) x 2 x 5.07


= 23575.5 kg

Kuat tumpu baut (Vdt) :

(V dt ) = f

x 2.4 d b x tp x f u (t p diambil tebal sayap kolom)

Universitas Sumatera Utara

= 0.75 x (2.4 x 2.54 ) x 1.7 x 3700


= 28757.88 kg

Gaya kopel pada sayap (Tu) :

M u sayap
Tu =
d

8719485.01
=
= 435974.25 kg
20

Jumlah gaya total pada sayap = Tu +

Pu sayap
4

63493.71
4
= 435974.25 + 15873.43
= 435974.25 +

Vu = 451847.68 kg

Karena Vdg < Vdt, maka digunakan Vdg = 23575.5 kg


V
n = u
V dt

451847.68
=
= 19.17 .............(dipasang 20 buah baut)
23575
.
5

Kontrol geser pada Badan Kolom

Gambar 4.15 Detail sambungan pada badan kolom

Maka ,
Kuat geser baut

(V ) =
dg

x (r1 x f ub ) x 2 Ab

= 0.75 x (0.5 x 6200) x 2 x 5.07


= 23575.5 kg

Kuat tumpu baut (V dt ) = f x 2.4 d b x tp x f u

(t p diambil tebal badan kolom)

Universitas Sumatera Utara

= 0.75 x (2.4 x 2.54) x 1.1 x 3700


= 18608.04 kg

Diambil nilai yang terkecil, maka dipakai Vdg = 18608.04 kg


Momen yang bekerja pada titik berat sambungan badan :
Mu total = (Mu

badan

+ Pu badan . e)

Mu total = 2873598.59 + (61265.86 x 1.9)


= 2990003.724 kgcm
Dicoba dengan baut sebanyak 12 buah

(x

+ y 2 = 12 (4) + 4 5 2 + 15 2 + 25 2
2

= 192 + 3500
= 3692 cm 2

Akibat Pu

Pu badan
K uV1 =
n

61265.86
=
= 5105.49 kg
12

Akibat Vu

V 15076.23
K u H 1 = ux =
= 1256.35 kg

n 12

Akibat Pu

K u V2 =

Akibat Vu

Ku H 2 =

M u total .x

(x

K u total =
=

+y

M u total . y

(x

+y

2990003.724 x 4
= 3239.44
3692
2990003.724 x 15
= 12147.90
3692

( K V ) + ( K
2

H)

(5105.49 + 3239.44)2 + (1256.35 + 12147.9)2

= 69637856.7 + 179673918.1
= 15789.61 kg

Kontrol :

Ku Total < Vn
15789.61 kg < 18608.04 kg............................................................. Ok

Kontrol jarak baut :

Universitas Sumatera Utara

- Jarak tepi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :


1.75 d b jarak tepi 12 t pelat

(1.75 x 2.54)

5 cm (12 x 1.1)
4.445 cm 5 cm 13.2 cm.................................................Ok

- Jarak antar baut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :


3 d b jarak antarbaut 15 t pelat

(3 x 2.54)

10 cm (15 x 1.1)
7.62 cm 10 cm 16.5 cm.................................................Ok
75

75

I
75

KING CROSS KC 600x200x11x17

POTONGAN I - I

Gambar 4.16 Detail Sambungan kolom dengan kolom

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1.

KESIMPULAN
Dari rangkaian analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab-bab

sebelumnya kemudian disimpulkan dan dirangkum pada bab ini, dengan tujuan agar
dapat secara langsung diketahui bagaimana cara melakukan desain bangunan
komposit tahan gempa sesuai peta gempa 2010 sehingga memenuhi kriteria sebagai
bangunan tahan gempa sebagaimana yang disyaratkan pada ASCE 7-05 yang
menjadi acuan peta gempa 2010 ini.
Sesuai dengan hasil perhitungan yang dilakukan oleh penulis dalam mendesain
struktur bangunan komposit baja-beton tahan gempa yang disesuaikan dengan peta
gempa terbaru 2010 ini, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebelum mendesain struktur tahan gempa sebaiknya dilakukan perkiraan
terhadap dimensi struktur utama terlebih dahulu, sehingga diketahui beban
yang akan terjadi.
2. Suatu prinsip penting yag harus diketahi bahwa struktur sekunder akan
menjadi beban pada struktur utama, dan setelah itu dilakukan analisa
struktur utama dengan bantuan program ETABS v.9.5
3. Terdapat perbedaan yang sangat signifikan pada perhitungan gaya gempa
pada peta gempa 2002 bila dibandingkan dengan peta gempa 2010 yaitu
nilai base shear serta drift yang terjadi akibat gaya gempa .yang dihasilkan
jauh lebih besar.

Universitas Sumatera Utara

4. Dari hasil analisis program ETABS 9.5, didapatkan nilai simpangan


(maksimum) yang terjadi sebesar 70,84 mm, dimana nilai ini masih
memenuhi persyaratan nilai batas ultimit sebesar 75 mm.
5. Rigid connection adalah tipe sambungan yang cocok untuk jenis bangunan
seperti ini, selain memiliki kekakuan yang lebih stabil juga lebih mudah
dalam pelaksanaan dilapangan.

V.2. SARAN
Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan diharapkan dimana hasilnya
mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan, maka perlu adanya pendalaman studi
yang lebih terhadap hal ini. Terutama pertimbangan terhadap aspek-aspek lain yang
sangat mempengaruih kondisi sebenarnya yaitu aspek teknis, ekonomi dan estetika
sehingga diharapkan bangunan yang dihasilkan betul-betul seperti yang sebenarnya
yaitu lebih kuat, ekonomis dan pelaksanaan yang tepat pada waktunya.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
American Society of Civil Engineers, Minimum Design Loads for Buildings and
Other Structures (ASCE/SEI 7-05), United Stated 2006.
Andrianto, H, R. Analisis Struktur Gedung dengan ETABS versi 9.07, Jakarta 2007.
Eng, Nageh Makar. How to Model and Design High Rise Bulding Using ETABS
Program, Cairo 2007
G. Salmon, Charles & E.Johnson, John.1991. Struktur Baja Desain Dan Perilaku
Jilid 2 Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh: Ir. Wira M.S.CE. Jakarta: Erlangga.
Gunawan, R. Tabel Profil Konstruksi Baja, Penerbit : Kanisius, Yogyakarta 1987
Kementerian Pekerjaan Umum, Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 sebagai Acuan
Dasar Perencanaan dan Perancangan Infrastruktur Tahan Gempa, Jakarta,
Juli 2010.
Lui, E.M Structural Steel Design Structural Engineering Handbook Ed. Chen WaiFah, CRC Press LLC, 1999
Moestopo, M. Beberapa Ketentuan Baru Mengenai Design Struktur Baja Tahan
Gempa, Seminar Haki & Pameran Haki, Jakarta 2007
Dierktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Peraturan pembebanan Indonesia
Untuk Gedung 1983, Bandung 1983
Setiawan, A. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD (sesuai SNI 031729-2002), Penerbit Erlangga, Semarang 2008
Standar Nasional Indonesia, Standar Perencanaan ketahanan Gempa Untuk
Bangunan Gedung (SNI-03-1726-2002) , Bandung, 2002
Standar Nasional Indonesia, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung (SNI-03-1729-2002), Bandung, 2002.

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN
DATA OUTPUT STRUKTUR PADA
ETABS V 9.5

Universitas Sumatera Utara

Tabel elemen forces pada balok

Story
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6

Beam
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26

Load
DEAD
DEAD
DEAD
DEAD
DEAD
DEAD
LIVE
LIVE
LIVE
LIVE
LIVE
LIVE
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EY
EY
EY
EY
EY
EY
COMB1 MAX
COMB1 MAX
COMB1 MAX
COMB1 MAX
COMB1 MAX
COMB1 MAX
COMB1 MIN
COMB1 MIN
COMB1 MIN
COMB1 MIN
COMB1 MIN
COMB1 MIN
COMB2 MAX
COMB2 MAX

Loc
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75

V2
-3321,18
-3207,03
-3092,87
3092,25
3206,4
3320,56
-2253,54
-2253,54
-2253,54
2246,46
2246,46
2246,46
8490,35
8490,35
8490,35
8490,35
8490,35
8490,35
0,04
0,04
0,04
0,04
0,04
0,04
-4649,66
-4489,84
-4330,02
4329,14
4488,96
4648,78
-4649,66
-4489,84
-4330,02
4329,14
4488,96
4648,78
-3605,67
-3605,67

M3
-364838,387
63575,451
477006,398
477006,398
63657,656
-364673,978
-253641,823
42135,495
337912,813
337912,813
43065,13
-251782,552
2229241,152
1114882,432
523,711
523,711
-1113835,01
-2228193,73
5,601
0,709
-4,183
-4,183
-9,075
-13,967
-510773,742
89005,631
667808,958
667808,958
89120,718
-510543,569
-510773,742
89005,631
667808,958
667808,958
89120,718
-510543,569
-405826,916
76290,541

Universitas Sumatera Utara

STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6

B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26

COMB2 MAX
COMB2 MAX
COMB2 MAX
COMB2 MAX
COMB2 MIN
COMB2 MIN
COMB2 MIN
COMB2 MIN
COMB2 MIN
COMB2 MIN
COMB3 MAX
COMB3 MAX
COMB3 MAX
COMB3 MAX
COMB3 MAX
COMB3 MAX
COMB3 MIN
COMB3 MIN
COMB3 MIN
COMB3 MIN
COMB3 MIN
COMB3 MIN
COMB4 MAX
COMB4 MAX
COMB4 MAX
COMB4 MAX
COMB4 MAX
COMB4 MAX
COMB4 MIN
COMB4 MIN
COMB4 MIN
COMB4 MIN
COMB4 MIN
COMB4 MIN
COMB5 MAX
COMB5 MAX
COMB5 MAX
COMB5 MAX
COMB5 MAX
COMB5 MAX
COMB5 MIN
COMB5 MIN
COMB5 MIN

300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300

-3605,67
3710,7
3847,68
3984,67
-3985,42
-3848,43
-3711,45
3594,33
3594,33
3594,33
8490,35
8490,35
8490,35
8490,35
8490,35
8490,35
-3985,42
-3848,43
-3711,45
0,01
0,01
0,01
-0,01
-0,01
-0,01
3710,7
3847,68
3984,67
-8490,35
-8490,35
-8490,35
-8490,35
-8490,35
-8490,35
2547,11
2547,11
2547,11
3710,7
3847,68
3984,67
-3985,42
-3848,43
-3711,45

572407,678
572407,678
76389,187
-402852,083
-437806,065
67416,792
540660,5
540660,5
68904,209
-437608,773
2229241,152
1114882,432
572407,678
572407,678
76389,187
-4,19
-437806,065
0,213
-1,255
-1,255
-1113835,01
-2228193,73
-1,68
76290,541
572407,678
572407,678
1113835,01
2228193,73
-2229241,152
-1114882,432
-523,711
-523,711
2,722
-437608,773
668772,346
334464,729
572407,678
572407,678
76389,187
-13,967
-437806,065
0,709
-4,183

Universitas Sumatera Utara

STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5

B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26

COMB5 MIN
COMB5 MIN
COMB5 MIN
COMB6 MAX
COMB6 MAX
COMB6 MAX
COMB6 MAX
COMB6 MAX
COMB6 MAX
COMB6 MIN
COMB6 MIN
COMB6 MIN
COMB6 MIN
COMB6 MIN
COMB6 MIN
DEAD
DEAD
DEAD
DEAD
DEAD
DEAD
LIVE
LIVE
LIVE
LIVE
LIVE
LIVE
EX
EX
EX
EX
EX
EX
EY
EY
EY
EY
EY
EY
COMB1 MAX
COMB1 MAX
COMB1 MAX
COMB1 MAX

300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300

0,04
0,04
0,04
-0,04
-0,04
-0,04
3710,7
3847,68
3984,67
-3985,42
-3848,43
-3711,45
-2547,11
-2547,11
-2547,11
-3321,26
-3207,1
-3092,95
3092,17
3206,33
3320,48
-2253,1
-2253,1
-2253,1
2246,9
2246,9
2246,9
9693,74
9693,74
9693,74
9693,74
9693,74
9693,74
0,03
0,03
0,03
0,03
0,03
0,03
-4649,76
-4489,94
-4330,13
4329,04

-4,183
-334150,503
-668458,119
-5,601
76290,541
572407,678
572407,678
334150,503
668458,119
-668772,346
-334464,729
-157,113
-157,113
9,075
-437608,773
-364878,733
63544,864
476985,571
476985,571
63646,587
-364675,287
-253579,487
42140,47
337860,428
337860,428
42955,385
-251949,657
2544999,808
1272695,841
391,874
391,874
-1271912,093
-2544216,06
5,033
0,713
-3,607
-3,607
-7,928
-12,248
-510830,226
88962,81
667779,799
667779,799

Universitas Sumatera Utara

STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5

B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26

COMB1 MAX
COMB1 MAX
COMB1 MIN
COMB1 MIN
COMB1 MIN
COMB1 MIN
COMB1 MIN
COMB1 MIN
COMB2 MAX
COMB2 MAX
COMB2 MAX
COMB2 MAX
COMB2 MAX
COMB2 MAX
COMB2 MIN
COMB2 MIN
COMB2 MIN
COMB2 MIN
COMB2 MIN
COMB2 MIN
COMB3 MAX
COMB3 MAX
COMB3 MAX
COMB3 MAX
COMB3 MAX
COMB3 MAX
COMB3 MIN
COMB3 MIN
COMB3 MIN
COMB3 MIN
COMB3 MIN
COMB3 MIN
COMB4 MAX
COMB4 MAX
COMB4 MAX
COMB4 MAX
COMB4 MAX
COMB4 MAX
COMB4 MIN
COMB4 MIN
COMB4 MIN
COMB4 MIN
COMB4 MIN

431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25

4488,86
4648,68
-4649,76
-4489,94
-4330,13
4329,04
4488,86
4648,68
-3604,97
-3604,97
-3604,97
3710,61
3847,59
3984,58
-3985,51
-3848,52
-3711,54
3595,03
3595,03
3595,03
9693,74
9693,74
9693,74
9693,74
9693,74
9693,74
-3985,51
-3848,52
-3711,54
0,01
0,01
0,01
-0,01
-0,01
-0,01
3710,61
3847,59
3984,58
-9693,74
-9693,74
-9693,74
-9693,74
-9693,74

89105,222
-510545,402
-510830,226
88962,81
667779,799
667779,799
89105,222
-510545,402
-405727,179
76253,837
572382,685
572382,685
76375,904
-403119,452
-437854,479
67424,753
540576,684
540576,684
68728,616
-437610,345
2544999,808
1272695,841
572382,685
572382,685
76375,904
-3,674
-437854,479
0,214
-1,082
-1,082
-1271912,093
-2544216,06
-1,51
76253,837
572382,685
572382,685
1271912,093
2544216,06
-2544999,808
-1272695,841
-391,874
-391,874
2,378

Universitas Sumatera Utara

STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5

B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26
B26

COMB4 MIN
COMB5 MAX
COMB5 MAX
COMB5 MAX
COMB5 MAX
COMB5 MAX
COMB5 MAX
COMB5 MIN
COMB5 MIN
COMB5 MIN
COMB5 MIN
COMB5 MIN
COMB5 MIN
COMB6 MAX
COMB6 MAX
COMB6 MAX
COMB6 MAX
COMB6 MAX
COMB6 MAX
COMB6 MIN
COMB6 MIN
COMB6 MIN
COMB6 MIN
COMB6 MIN
COMB6 MIN

562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5
37,5
168,75
300
300
431,25
562,5

-9693,74
2908,12
2908,12
2908,12
3710,61
3847,59
3984,58
-3985,51
-3848,52
-3711,54
0,03
0,03
0,03
-0,03
-0,03
-0,03
3710,61
3847,59
3984,58
-3985,51
-3848,52
-3711,54
-2908,12
-2908,12
-2908,12

-437610,345
763499,942
381808,752
572382,685
572382,685
76375,904
-12,248
-437854,479
0,713
-3,607
-3,607
-381573,628
-763264,818
-5,033
76253,837
572382,685
572382,685
381573,628
763264,818
-763499,942
-381808,752
-117,562
-117,562
7,928
-437610,345

Universitas Sumatera Utara

Elemen forces pada kolom komposit


Story
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6

Column
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12

Load
DEAD
DEAD
DEAD
LIVE
LIVE
LIVE
EX
EX
EX
EY
EY
EY
COMB1 MAX
COMB1 MAX
COMB1 MAX
COMB1 MIN
COMB1 MIN
COMB1 MIN
COMB2 MAX
COMB2 MAX
COMB2 MAX
COMB2 MIN
COMB2 MIN
COMB2 MIN
COMB3 MAX
COMB3 MAX
COMB3 MAX
COMB3 MIN
COMB3 MIN
COMB3 MIN
COMB4 MAX
COMB4 MAX
COMB4 MAX
COMB4 MIN
COMB4 MIN
COMB4 MIN
COMB5 MAX
COMB5 MAX

Loc
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5

P
-89113,98
-86689,15
-84264,33
-38724,86
-38724,86
-38724,86
0
0
0
1159,25
1159,25
1159,25
-124759,6
-121364,8
-117970,1
-124759,6
-121364,8
-117970,1
-61959,78
-61959,78
-61959,78
-106936,8
-104027
-101117,2
347,77
347,77
347,77
-106936,8
-104027
-101117,2
0
0
0
-106936,8
-104027
-101117,2
1159,25
1159,25

V3
-24,34
-24,34
-24,34
-133,89
-133,89
-133,89
0
0
0
14943,08
14943,08
14943,08
-34,08
-34,08
-34,08
-34,08
-34,08
-34,08
-29,21
-29,21
-29,21
-214,22
-214,22
-214,22
4482,92
4482,92
4482,92
-66,94
-66,94
-66,94
0
0
0
-4482,92
-4482,92
-4482,92
14943,08
14943,08

M2
-4376,4
-420,72
3534,955
-24536
-2779,26
18977,47
-0,487
-0,071
0,344
2054617
-373633
-2801882
-6126,95
-589,008
4948,937
-6126,95
-589,008
4948,937
-5251,68
-504,864
30363,95
-39257,6
-4446,81
4241,946
616385,2
-0,071
9488,735
-12268
-112090
-840565
0,487
112089,8
840564,7
-616385
-1389,63
-0,344
2054617
-0,021

M3
-233,044
-78,713
75,619
-118,427
-41,496
35,436
2075587
-374300
-2824188
-0,056
-0,041
-0,025
-326,262
-110,198
105,866
-326,262
-110,198
105,866
-189,483
-66,393
90,742
-279,653
-94,455
56,697
2075587
-0,012
90,742
-279,653
-374300
-2824188
0,017
374300,1
2824188
-2075587
-94,455
0,008
622676,2
-0,041

Universitas Sumatera Utara

STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY6
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5

C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12

COMB5 MAX
COMB5 MIN
COMB5 MIN
COMB5 MIN
COMB6 MAX
COMB6 MAX
COMB6 MAX
COMB6 MIN
COMB6 MIN
COMB6 MIN
DEAD
DEAD
DEAD
LIVE
LIVE
LIVE
EX
EX
EX
EY
EY
EY
COMB1 MAX
COMB1 MAX
COMB1 MAX
COMB1 MIN
COMB1 MIN
COMB1 MIN
COMB2 MAX
COMB2 MAX
COMB2 MAX
COMB2 MIN
COMB2 MIN
COMB2 MIN
COMB3 MAX
COMB3 MAX
COMB3 MAX
COMB3 MIN
COMB3 MIN
COMB3 MIN
COMB4 MAX
COMB4 MAX
COMB4 MAX

325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325

1159,25
-106936,8
-104027
-101117,2
0
0
0
-106936,8
-104027
-101117,2
-107865,6
-105440,8
-103015,9
-47574,23
-47574,23
-47574,23
0
0
0
1248,31
1248,31
1248,31
-151011,8
-147617,1
-144222,3
-151011,8
-147617,1
-144222,3
-76118,78
-76118,78
-76118,78
-129438,7
-126528,9
-123619,1
374,49
374,49
374,49
-129438,7
-126528,9
-123619,1
0
0
0

14943,08
-66,94
-66,94
-66,94
0
0
0
-14943,1
-14943,1
-14943,1
-20,21
-20,21
-20,21
-116,01
-116,01
-116,01
0
0
0
16913,08
16913,08
16913,08
-28,3
-28,3
-28,3
-28,3
-28,3
-28,3
-24,25
-24,25
-24,25
-185,62
-185,62
-185,62
5073,92
5073,92
5073,92
-58,01
-58,01
-58,01
0
0
0

9488,735
-12268
-373633
-2801882
0,146
373632,5
2801882
-2054617
-1389,63
-0,103
-3692,65
-408,325
2876,001
-21073,2
-2220,79
16631,58
-0,419
-0,069
0,282
2632431
-115944
-2864319
-5169,71
-571,655
4026,401
-5169,71
-571,655
4026,401
-4431,18
-489,99
26610,53
-33717
-3553,26
3451,201
789729,4
-0,069
8315,79
-10536,6
-34783,1
-859296
0,419
34783,11
859295,6

90,742
-279,653
-112290
-847256
0,056
112290
847256,3
-622676
-94,455
0,025
-220,589
-40,045
140,499
-115,3
-11,695
91,91
2675572
-104456
-2884484
-0,029
-0,025
-0,021
-308,824
-56,063
196,698
-308,824
-56,063
196,698
-184,481
-18,713
168,598
-264,707
-48,054
147,055
2675572
-0,008
168,598
-264,707
-104456
-2884484
0,009
104455,7
2884484

Universitas Sumatera Utara

STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5
STORY5

C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12
C12

COMB4 MIN
COMB4 MIN
COMB4 MIN
COMB5 MAX
COMB5 MAX
COMB5 MAX
COMB5 MIN
COMB5 MIN
COMB5 MIN
COMB6 MAX
COMB6 MAX
COMB6 MAX
COMB6 MIN
COMB6 MIN

0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5
325
0
162,5

-129438,7
-126528,9
-123619,1
1248,31
1248,31
1248,31
-129438,7
-126528,9
-123619,1
0
0
0
-129438,7
-126528,9

-5073,92
-5073,92
-5073,92
16913,08
16913,08
16913,08
-58,01
-58,01
-58,01
0
0
0
-16913,1
-16913,1

-789729
-1110,39
-0,282
2632431
-0,021
8315,79
-10536,6
-115944
-2864319
0,126
115943,7
2864319
-2632431
-1110,39

-2675572
-48,054
0,006
802671,7
-0,025
168,598
-264,707
-31336,7
-865345
0,029
31336,72
865345,2
-802672
-48,054

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai