DISUSUN OLEH:
NURYANTO ST., MT
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat-Nya, penyusunan Buku Ajar Struktur Beton Bertulang 1 dapat diselesaikan. Buku
Ajar ini disusun untuk menunjang proses belajar mengajar mata kuliah Beton Bertulang
1 sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta pada akhirnya
tujuan instruksional umum dari mata kuliah ini dapat dicapai.
Diktat ini bukanlah satu-satunya pegangan mahasiswa untuk mata kuliah ini,
terdapat banyak buku yang bisa digunakan sebagai acuan pustaka. Diharapkan mahasiswa
bisa mendapatkan materi dari sumber lain.
Penulis menyadari bahwa diktat ini masih banyak kelemahan dan kekurangannya.
Oleh karena itu kritik dan saran pembaca dan juga rekan sejawat terutama yang mengasuh
mata kuliah ini, sangat kami perlukan untuk kesempurnaan tulisan ini. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih.
i
Perancangan Struktur Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN .................................................................................................. 01
1.1 Definis Beton ....................................................................................................... 01
1.2 Definis Beton Bertulang ....................................................................................... 01
1.3 Sifat Mekanis Beton Bertulang ............................................................................. 01
1.4 Kriteria Standar Perencanaan Beton...................................................................... 03
2. PRINSIP DASAR BETON BERTULANG............................................................. 04
2.1 Kriteria Standar Perencanaan Beton...................................................................... 05
2.2 Faktor Keamanan ................................................................................................. 07
2.3 Kekuatan Beton Bertulang .................................................................................... 09
2.4 Pemasangan Tulangan .......................................................................................... 11
3. BALOK TULANGAN TUNGGAL ........................................................................ 16
3.1 Dasar Perencanaan................................................................................................ 16
ii
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
1. Sifat jangka pendek, seperti kuat tekan, tarik, dan geser, serta modulus
elastisitas.
2. Sifat jangka panjang, seperti rangkak dan susut.
a) Kuat Tekan
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar,
menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat
pada benda uji silinder beton (diameter 150mm, tinggi 300mm) sampai
hancur. Tata cara pengujian yang umum dipakai adalah standar ASTM
(American Society for Testing Materials) C39-86. Kuat tekan beton umur
28 hari berkisar antara 10 – 65 MPa. Untuk beton bertulang pada umumnya
menggunakan beton dengan kuat tekan berkisar 17 – 30 Mpa.
b) Kuat Tarik
Kuat tarik beton yang tepat sulit untuk diukur. Selama bertahun-tahun, sifat
tarik beton diukur dengan memakai modulus keruntuhan (modulus of
rupture). Baru-baru ini, hasil dari percobaan split silinder beton, umumnya
memberikan hasil yang lebih baik dan mencerminkan kuat tarik sebenarnya.
c) Kuat Geser
Kekuatan geser lebih sulit diperoleh, karena sulitnya mengisolasi geser dari
tegangan-tegangan lainnya. Ini merupakan salah satu sebab banyaknya
variasi kekuatan geser yang dituliskan dalam berbagai literature, mulai dari
20% dari kekuatan tekan pada pembebanan normal, sampai sebesar 85%
dari kekuatan tekan, dalam hal terjadi kombinasi geser dan tekan.
d) Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas, merupakan kemiringan dari bagian awal grafik yang
lurus dari diagram regangan-tegangan, yang akan bertambah besar dengan
bertambahnya kekuatan beton.
e) Rangkak
Rangkak (creep) adalah sifat di mana beton mengalami perubahan bentuk
(deformasi) permanen akibat beban tetap yang bekerja padanya. Rangkak
timbul dengan intesitas yang semakin berkurang untuk selang waktu
tertentu dan akan berakhir setelah beberapa tahun berjalan. Besarnya
deformasi rangkak sebanding dengan besarnya beban yang ditahan dan juga
2
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
3
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
4
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
BAB 2
PRINSIP DASAR BETON BERTULANG
5
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
Karena sifat beton yang tidak kuat terhadap tarik, maka bagian balok yang
menahan tarik (dibawah garis netral) akan ditahan oleh tulangan, sedangkan
bagian yang menahan tekan (diatas garis netral) tetap ditahan oleh beton.
6
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
7
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
c) Jika berupa kombinasi beban mati D, beban hidup L dan beban angina W,
maka diambil pengaruh yang berasal dari dua macam rumus berikut:
U = 1,2D + 1,0L ± 1,6W + 0,5 (A atau R)
U = 0,9D ± 1,6W
d) Jika pengaruh beban gempa E diperhitungkan, maka diambil yang besar dari
dua macam rumus berikut:
U = 1,2D + 1,0L ± 1,0E
U = 0,9D + 1,0E
dengan:
U = kombinasi beban terfaktor, kN, kN/m atau kNm
D = beban mati (Dead Load), kN, kN/m atau kNm
L = beban hidup (Life Load), kN, kN/m atau kNm
A = beban hidup atap, kN, kN/m atau kNm
R = beban air hujan, kN, kN/m atau kNm
W = beban angin (Wind Load), kN, kN/m atau kNm
E = beban gempa (Earth Quake Load), kN, kN/m atau kNm, ditetapkan
berdasarkan ketentuan SNI 03-1726-1989-F, Tatacara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Rumah dan Gedung, atau penggantinya.
Untuk kombinasi beban terfaktor lainnya dapat dilihat pada pasal berikut:
1) Pasal 11.2.4 SNI 03-2847-2002, untuk kombinasi dengan tekanan tanah
lateral.
2) Pasal 11.2.5 SNI 03-2847-2002, untuk kombinasi dengan tekanan hidraulik.
3) Pasal 11.2.6 SNI 03-2847-2002, untuk pengaruh beban kejut.
4) Pasal 11.2.4 SNI 03-2847-2002, untuk pengaruh suhu (T), rangkak, susut
dan settlement ()
8
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
9
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
10
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
11
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
sengkang/begel. Jika sebagian penahan gaya geser hanya digunakan begel saja,
maka pada daerah dengan gaya geser besar (misalnya pada ujung balok yang
dekat dengan tumpuan) dipasang begel geser kecil (daerah lapangan/tengah
bentang balok) dapat dipasang begel dengan jarak yang lebih besar/renggang.
Contoh pemasangan tulangan miring dan begel balok dapat dilihat pada
gambar berikut
Keterangan
Sb = tebal penutup beton minimal (9-7-1 SNI 03-2847-2002). Jika berhubungan
dengan tanah/cuaca:
Untuk D ≥ 16 mm, tebal Sb = 50 mm.
Untuk D < 16 mm, tebal Sb = 40 mm.
12
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
Keterangan
As = luas tulangan tarik, mm2
As’ = luas tulangan tekan, mm2
13
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
Karena lebar balok terbatas pada nilai b, maka jumlah tulangan yang dapat
dipasang pada 1 baris (m) juga terbatas. Jika dari hasil hitungan tulangan total
(n) yang ternyata lebih besar daripada nilai m, maka terpaksa tulangan tersebut
harus dipasang pada baris berikutnya. Jumlah tulangan maksimal pada baris 1
(m) tersebut ditentukan dengan persamaan berikut:
𝑏 − 2𝑑𝑠1
𝑚= +1
𝐷 + 𝑆𝑛
dengan
M = jumlah tulangan maksimal yang dapat dipasang pada 1 baris.
Nilai m dibulatkan ke bawah, tetapi jika angka decimal lebih besar daripada
0,86 maka dapat dibulatkan ke atas.
B = lebar penampang balok, mm
Ds1= jarak antara titik berat tulangan tarik baris pertama dan tepi serat beton
tarik, mm.
D = diameter tulangan longitudinal balok, mm
Sn = jarak bersih antar tulangan pada arah mendatar, dengan syarat lebih besar
dari D dan lebih besar dari 40 mm (dipilih nilai yang besar).
Pada persamaan tersebut, jika ternyata jumlah tulangan balok (n) > jumlah
tulangan per baris (m), maka kelebihan tulangan (n-m) tersebut harus
dipasang pada baris berikutnya.
14
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
Contoh:
Balok beton bertulang berukuran 300 mm x 500 mm terletak di atas tumpuan
sederhana seperti tampak pada gambar berikut. Di atas balok tersebut bekerja
beban mati plat qDplat = 2 kN/m dan beban hidup q L = 2 kN/m. Jika berat beton
diperhitungkan sebesar c = 25 kN/m3, hitnglah momen perlu dan momen
nominal untuk peencanaan balok tersebut.
15
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
Bab 3
BALOK TULANGAN TUNGGAL
16
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
Keterangan
a = tinggi balok tegangan beton tekan persegi ekivalen = 1 . c, dalam mm.
As = luas tulangan tarik,mm2
b = lebar penampang balok, mm
c = jarak antara garis netral dan tepi serat beton tekan, mm
Cc = gaya tekan beton, kN
d = tinggi efektif penampang balok, mm
17
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
ds = jarak antara titik berat tulangan tarik dan tepi serat beton tarik, mm
fc’ = tegangan tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari, MPa
Es = modulus elastisitas baja tulangan, diambil sebesar 200.000 MPa
fs = tegangan tarik baja tulangan s . Es dalam MPa
fy = tegangan tarik baja tulangan pada saat leleh, MPa
h = tinggi penampang balok, mm
Mn = momen nominal actual, kNm
Ts = gaya tarik baja tulangan, kNm
1 = faktor pembentuk tegangan beton tekan persegi ekivalen, bergantung pada
mutu beton (fc’) sebagai berikut:
Untuk fc’ ≤ 30 MPa, maka 1 = 0,85
0,05.(𝑓𝑐 ′ −30)
Untuk fc’ > 30 MPa, maka 1 = 0,85 − 7
Tetapi 1 ≥ 0,65
c’ = regangan tekan beton, dengan c’ maksimal (cu’) = 0,003
s = regangan tarik baja tulangan
y = regangan tarik baja tulangan pada saat leleh = fy/Es = fy/200000
d. Perencanaan Batas
Dalam perencanaan elemen beton bertulang ada beberapa kondisi batas
yang dapat dijadikan constraint, yaitu:
1) Kondisi batas ultimit, dapat disebabkan beberapa faktor berikut:
a) Hialangnya keseimbangan local atau global
b) Rupture, yaitu hilangnya ketahanan lentir dan geser elemen –
elemen struktur
c) Keruntuhan progressive akibat adanya keruntuhan local pada
daerah sekitarnya
d) Pembentukan sendi plastis
e) Ketidakstabilan struktur
2) Kondisi batas kemampuan layanan yang menyangkut berkurangnya
fungsi struktur, dapat berupa:
a) Defleksi yang berlebihan pada kondisi layan.
18
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
19
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
0,85. 𝑓𝑐 ′ . 𝑎. 𝑏
𝐴𝑠 =
𝑓𝑦
20
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
𝑀𝑛 𝑀𝑢
𝐾= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾 =
𝑏𝑑 2 𝑏𝑑 2
Mn = Cc (d-a/2) atau Mn = 0,85 fc’ a b (d-a/2)
K = 0,85 fc’ a b (d-a/2)/(b d2) atau K = 0,85 fc’ a (d-a/2)/d2
Selanjutnya
𝐾𝑑 2 𝐾𝑑 2
= 𝑎. 𝑑 − 0,5. 𝑎2 𝑎𝑡𝑎𝑢 0,5. 𝑎 − 𝑑. 𝑎 + =0
0,85 𝑓𝑐′ 0,85𝑓𝑐 ′
4.0,5𝐾𝑑2
−(−𝑑)±√𝑑2 − 𝐾𝑑2 2.𝐾
0,85 𝑓𝑐′
a1,2 = = 𝑑 ± (√1 − 0,85.𝑓𝑐′) 𝑑
2.0,5
Karena nilai a selalu lebih kecil daripada tinggi efektif balok d, maka diperoleh nilai
a berikut:
2.𝐾
a = (1 − √1 − 0,85.𝑓𝑐′) 𝑑
21
Struktur Beton Bertulang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
22
Perancangan Struktur Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas Gunadarma
DAFTAR PUSTAKA
iii