Anda di halaman 1dari 17

PERBANDINGAN TIGA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN

(SRPM) DI KAWASAN DENGAN KATEGORI DESAIN SEISMIK


(KDS) B

Azzuri, Hendri Warman, Robby Permata


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universtas Bung Hatta
E-mail : 4zzuri@gmail.com, warman_hendri@yahoo.com, robby.permata@bunghatta.ac.id

Abstrak
Sistem Rangka Pemikul Momen adalah pilihan dalam mendesain gedung tahan gempa,
Sistem Rangka Pemikul Momen sendiri terbagai 3 yaitu SRPMK, SRPMM, dan SRPMB, di
karenakan Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap gempa, Standar Nasional
Indonesia (SNI) mengeluarkan peraturan beberapa diantaranya yaitu SNI 1726-2012 tentang
Gempa dan SNI 2847-2013 tentang Struktur Gedung. Pada tabel 9 SNI 1726-2012 tidak ada
batasan dalam mendesain SRPMK, SRPMM, SRPMB tepatnya pada wilayah KDS B.
Dengan membandingkan ketiga Sistem Rangka tersebut diharapkan dapat memberikan
masukkan kepada pengguna Jasa Konstruksi dalam mendesain gedung tahan gempa di
wilayah KDS B. Perhitungan Struktur dibantu softwere ETABS untuk mendapatkan momen
desain, Hasil analisa yang di dapat meninjau sebuah balok B38 didapatkan perbedaan
penampang yaitu untuk SRPMK 30/50, SRPMM 30/60, dan SRPMB 40/60, dan untuk rasio
tulangan SRPMK dan SRPMM didapatkan hasil yang sama yaitu 5D16 , dan rasio tulangan
SRPMB adalah 7D16. Untuk Rencana Anggaran Biaya sistem gedung SRPMM adalah
gedung yang memiliki nilai gedung termurah dibandingkan dari dua gedung lainnya yaitu Rp.
4.497.519.000 dan untuk SRPMK memdapatkan kenaikan harga sebesar 0,67% sedangkan
SRPMB dengan kenaikan harga gedung 1,14%. Sehingga Sistem Rangka Pemikul Momen
Menengah (SRPMM) merupakan pilihan yang tepat untuk mendesain gedung tahan Gempa
di wilayah KDS B.
Kata kunci: Perbandingan, Gedung, SRPM, Harga
COMPARISON OF THREE MOMENT RESERVATION
FRAMEWORK SYSTEMS (MFBS) IN AREA WITH SEISMIC DESIGN
CATEGORY (SDC) B

Azzuri, Hendri Warman, Robby Permata

Department of Civil Engineering, Faculty of Civil Engineering and Planning, Bung Hatta
University
E-mail : 4zzuri@gmail.com, warman_hendri@yahoo.com, robby.permata@bunghatta.ac.id

Abstract
Frame System bearers moment is the choice in designing earthquake resistant building,
Frame System bearer moment itself divided 3 that SMRFS, IMRFS, and OMRFS, because
Indonesia is a country prone to earthquakes, the Indonesian National Standard (SNI) Issued
rules some of which are ISO 1726 -2012 on Earthquake and ISO 2847-2013 on Building
Structure. In Table 9 ISO 1726-2012 there is no limitation in designing SMRFS, IMRFS,
OMRFS, precisely in the region B. By comparing the third SDC Frame System is expected to
provide to the user enter Construction Services in designing earthquake-resistant buildings in
the area assisted SDC B. Structure Calculations softwere ETABS to get a moment of design,
The results of the analysis on beam B38 can be obtained consider a cross-sectional
differences are to SMRFS 30/50, 30/60 IMFBS, and OMRFS 40/60, and for the
reinforcement ratio SMRFS IMRFS and obtained the same result, namely 5D16 and 7D16
reinforcement ratio is OMRFS . For Budget Plan IMRFS building cost system is a building
that has the cheapest building value compared to the other two buildings is Rp. 4.497519
billion and for SMRFS clearance can rise in price by 0.67% while OMRFS with 1.14% price
rise building. So that the Intermediate Moment Frame System bearer (IMRFS) is choice the
right to design earthquake-resistant buildings in the area SDC B.
Key Word: Comparison, Building, MRFS, Price
PERBANDINGAN TIGA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN
(SRPM) DI KAWASAN DENGAN KATEGORI DESAIN SEISMIK
(KDS) B

Azzuri, Hendri Warman, Robby Permata


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universtas Bung Hatta
E-mail : 4zzuri@gmail.com, warman_hendri@yahoo.com, robby.permata@bunghatta.ac.id

PENDAHULUAN bertulang akibat lentur, kombinasi lentur dan


aksial, maupun geser dan torsi.
Dalam perencangan struktur gedung,
Sistem rangka pemikul momen
pengaruh gempa merupakan salah satu hal
adalah sistem rangka ruang dalam dimana
yang penting untuk dianalisa, terutama
komponen–komponen struktur dan join–
bangunan-bangunan yang berada dalam
joinnya menahan gaya–gaya dalam yang
wilayah yang sering dilanda gempa besar.
bekerja melalui aksi lentur, geser dan aksial,
Mengingat bahwa wilayah kepulauan
dimana perhitungan struktur dengan Sistem
Indonesia yang terletak di daerah patahan
Rangka Pemikul Momen Khusus dirancang
lempeng asia dan eurosia menjadikan
dengan menggunakan konsep Strong
Indonesia salah satu Negara yang rawan
Column Weak Beam yang merancang kolom
terhadap gempa. Oleh karna itu, diperlukan
sedemikian rupa agar bangunan dapat
suatu perancangan yang baik terhadap
berespon terhadap beban gempa dengan
bahaya gempa agar tidak terjadi tingkat
mengembangkan mekanisme sendi plastis
kecelakaan dan kerugian yang besar.
pada balok–baloknya dan dasar kolom.
Badan standarisasi nasional Indonesia
(Rambe, 2009)
mengeluarkan persyaratan-persyaratan
Sistem Rangka Pemikul Momem
mengenangi pembangunan konstruksi yang
(SRPM) merupakan Istilah yang sering di
tahan tehadap gempa, yaitu ; (1) SNI – 1726
dengar pada pembahasan mengenai struktur
- 2012, Tata cara perancangan ketahan
gedung tahan gempa. SRPM merupakan
gempa untuk struktur bangunan gedung dan
salah satu "pilihan" sewaktu merencanakan
non gedung, (2) SNI – 2847 - 2013,
sebuah bangunan tahan gempa. SRPM
Persyaratan beton struktural untuk bangunan
merupakan Sistem struktur yang pada
gedung. Kedua peraturan yang baru tersebut
dasarnya memiliki rangka ruang pemikul
membahas perhitungan mengenai
beban gravitasi secara lengkap, sedangkan
penampang komponen struktur beton
beban lateral yang diakibatkan oleh gempa awal desain seorang perencana harus
dipikul oleh rangka pemikul momen melalui mementukan pilihan dalam meerncanakan
mekanisme lentur. (SNI-1726-2012). struktur gedung yang menggunakan sistem
Sistem Rangka Pemikul Momen di rangka pemikul momen tersebut.
dalam SNI 1726-2012 terbagi atas tiga yaitu Tujuan penelitian ini adalah utuk
; (1) Sistem rangka pemikul momen biasa mengetahui perbedaan antara ketiga Sistem
(SRPMB), (2) Sistem rangka pemikul Rangka Pemikul Momen tersebut, berapa
moemn menengah (SRPMM), (3) Sistem saja hasil perhitungan yang didapat baik dari
rangka pemikul momen khusus (SRPMK). segi penampang dan rasio tulangan, beserta
Dan sebutkan juga bahwa ada perbedaan persentase perbedaan antara harga ketiga
faktor reduksi Gempa pada masing masing gedung tersebut. Yang selanjutnya dapat
ketiga struktur gedung tersebut, dimna untuk dipergunakan sebagai referensi untuk
SRPMK mempunyai nilai reduksi R = 8, pembaca dalam mendesain gedung di
SRPMM dengan reduksi R = 5, dan SRPMB kawasan dengan Kategori Desain Seismik B.
mempunyai nilai reduksi R = 3.
METODOLOGI
Berikut adalah tabel SNI 1726-2012
yang menyebutkan nilai-nilai tersebut : Standar-standar yang digunakan
Tabel 1. Faktor R, C dan Ω untuk sistem penahan dalam perencaanaan adalah peraturan-
gaya gempa (Sumber SNI-1726-2012) peraturan yang berlaku di Indonesia
mengenai pedoman dan ketentuan
pembangunan, meliputi:
1. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung (PPIUG 1987)
2. Persyaratan Beton Struktural untuk
Bangunan Gedung (SNI 03 – 2847 –
2013).
Catatan : TB = Tidak Dibatasi
3. Tata Cara Perencanaan Ketahanan
TI = Tidak Diijinkan
Gedung untuk Struktur Bangunan
Dalam kasusnya untuk daerah resiko
Gedung dan Non Gedung (SNI 1726 –
gempa besar (KDS D, E dan F) sistem yang
2012).
diijinkan hanyalah SRPMK. Pada wilayah
Tahap awal yang perlu dilakukan
dengan KDS B ketiga sistem rangka pemikul
sebelum analisa pembebanan terhadap suatu
momen tersebut tidak mempunyai batasan
struktur yang akan direncanakan adalah
dalam perencanaannya sehingga pada tahap
perencanaan awal terhadap dimensi dari
penampang kolom, balok dan pelat yang DL) ± 1 (ρ QE – 0,2 SDS DL)
dikenal dengan nama preliminary design.
 0,9 DL + 1 (ρ QE – 0,2 SDS DL)
Perencanaan dimensi pelat, balok dan kolom ± 0,3 (ρ QE – 0,2 SDS DL)
mengacu kepada standar Persyaratan Beton
Untuk Ketiga Struktur Gedung
Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
Dengan Sistem Rangka Pemikul Momen
2847-2013).
perlu adanya perhitungan pengaruh beban
Beban-beban yang bekerja pada
gempa, adapun langkang-langkah dalam
struktur utama berupa beban mati, beban
perhitungan beban gempa adalah sebagai
hidup, dan beban gempa. Perhitungan
berikut:
penulangan struktur berdasarkan SNI 03-
2847-2013 meliputi penulangan kolom, 1. Tentukan kategori resiko bangunan
penulangan balok dan penulangan pelat. 2. Tentukan parameter Ss dan S1
Perhitungan penulangan berdasarkan hasil 3. Tentukan kelas situs (klasifikasi situs)
pemodelan analisis ETABS. 4. Tentukan parameter rspons spektra Sms
Perencanaan pembebanan pada Tugas dan Sm1
Akhir ini sesuai dengan Peraturan 5. Hitung parameter percepatan spektral
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung desain
(PPIGU 1987). Seluruh beban yang akan 6. Menggambar respons spektra desain
bekerja pada sturktur banguan ini antara lain: 7. Hitung berat struktur per lantai
1. Beban Mati 8. Hitung periode natural (waktu getar
2. Beban hidup pada pelat lentai alami) struktur
3. Beban hidup pada pelat atap 9. Hitung koefisien raspons seismik
4. Beban gempa 10. Hitung gaya lateral Ekuivalen
Adapun kombinasi pembebanan yang
Dalam analisa struktur analisa
dipakai pada tugas akhir ini adalah :
penulangna pelat, analisa penulangan balok,
 1,4 DL
analisa penulangan kolom. Berikut adalah
 1,2 DL + 1,6 LL langkah perhitungan komponen struktur

 1,2 DL +1 LL ± 0,3 (ρ QE + 0,2 tersebut :


SDS DL) ± 1 (ρ QE + 0,2 SDS DL)

 1,2 DL +1 LL ± 1 (ρ QE + 0,2
SDS DL) ± 0,3 (ρ QE + 0,2 SDS
DL)

 0,9 DL + 0,3 (ρ QE – 0,2 SDS


Mulai
Hitung Momen Nominal (dari analisa
ETABS) Berdasarkan Persentase Luas
Tulangan Tarik dan Tekan
Hitung Wu (Mn = Mn1 + Mn2)

Perkirakan Luas Tulangan Tarik (As)


Hitung Mn = Mu/Ø Dengan mengasumsikan tinggi
Hitung Rn = Mn/b.d2 lengan momen (jd)
1 Rn 
Hitung   1  1  2 m 
m  fy 
Check As terhadap Asmin
Dimana : m =
Asmin= b.d Ambil yg

 0,85. . fc '   600 


b     600  fy  Asmin= b.d terbesar
 fy  
As >Asmin(ok)
min = 1,4/fy
max = 0,75.b
Nilai juga dapat ditentukan
menggunakan tabel berdasarkan nilai
Rn
Cek tulangan asumsi tulangan

Tentukan Nilai dengan Ketentuan Check ρ terhadap ρmin


 min <<max
atau
ρ= , ρ’ =
<min  0,85. . fc '   600 
b     600  fy 
 fy  
max = (0,75.b) + ρ’ . (fs’/fy)

Hitung Luas Tulangan Tarik (As) As >Asmin(ok)


As =  b . d
Hitung Mn Penampang balok
Syarat : ØMn  Mu
Selesai

Gambar 1. Flow chart analisa pelat Selesai

Gambar 2. Flow chart analisa balok


sebagai perletakan jepit pada lantai dasar
Mulai
bangunan pada ETABS sofewere, yaitu pada
ujung-ujung bawah kolom lantai dasar.
Tentukan
Fc’, fy, Pu, Mux, Muy, h/b Pondasi yang direncanakan menggunakan
Pondasi tiang pancang beton bertulang pra
tegang (Pre Stressed Concrete Pile) dan
Hitung eksentrisitas yang
dipancang hingga kedalaman tanah keras,
terjadi
Pu’ = Pu/Ø sehingga pada perhitungan gaya gempa,
Muy
ex= diasumsikan kondisi tanah diatas pondasi
Pu '
Mux adalah tanah keras dan tidak mengalami
e y=
Pu ' pergerakan.
e = ex  ey
2 2
Dan juga ada tahapan menentukan
baya ketiga struktur gedung tesebut adalah

Hitung rasio tulangan sebagai berikut :


Pu' 1. Hitung kuantitas pembetonan dan
. Agr.0,85. fc ' penulangan pelat, balok, kolom ketiga
Pu'.e
. Agr.0,85. fc '.h sistem
(dari grafik dan perhitungan beton 2. Analisa biaya berdasarkan harga satuan
bertulang)
3. Hasil rencana anggaran biaya.
= r . 
min = 1% - 6%
Informasi mengenai gedung :
 Tinggi lantai dasar 4,5 m
Hitung Luas Tulangan (As)
 Tinggi tipikal lantai diatasnya 3,7 m
As = Agr
 Kuat tekan beton, fc’ = 30 Mpa
 Tegangan leleh baja, fy = 400Mpa
Selesai
 Dimensi Struktur bangunan yang
Gambar 3. Flow chart analisa kolom direncanakan adalah 20m arah sumbu y
dan 21 m arah sumbu x
Dan untuk analisa perhitungan poondasi
 Berat Jenis Beton, γ = 2400 kg/m3
dilakukan dengan menganggap bahwa
 Lokasi Pembangunan terletak pada
pondasi memberikan kekangan translasi dan
wilayah dengan KDS B tepatnya pada
rotasi yang cukup pada semua arah sumbu
daerah Palembang dengan kondisi tanah
bangunan. Berdasarkan asumsi yang
sedang.
digunakan tersebut pondasi dimodelkan
 Fungsi bangunan adalah perkantoran
Pondasi dimodelkan sebagai perletakan jepit Lt. 4 1560 60x60 30x60 16
pada lantai dasar bangunan, yaitu pada Lt. 3 1190 60x60 30x60 16
ujung-ujung bawah kolom lantai dasar.
Lt. 2 820 60x60 30x60 16
B38
Lt. 1 450 60x60 30x60 16

7M
Setelah dimensi preliminari struktur
selanjutnya akan di program ETABS dan
dalam pemodelan dalan aplikasi tersubut
21 M 7M
akan di input gaya gempa yang bekerja pada
ketiga sistem rangka tersebut, berikut adalah
analisa perhitungan gaya gempa yang
 7M

dianalisa :
2O M

1. Nilai Faktor Keutamaan Gempa


Gambar 4. Layout Lantai Tipikal Struktur Pemanfaatanya sebagai bagunan
perkantoran berdasarkan tabel SNI
1726-2012 struktur gedung dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN
dikategorikan kedalam sruktur dengan
Komonen struktur yang terdapat pada kategori resiko gempa II, dengan faktor
bangunan ini meliputi balok, kolom, pelat, keutamaan gempa, Ie, struktur = 1,0
dan pondasi akan direncanakan terlebih 2. Tentukan Parameter Ss dan S1
dahulu dimensi awal dari komponen struktur Berdasarkan peta zonasi gempa
bangunan (Pra Perencanaan). Indonesia seperti yang terlihat di bawah
ini maka didapatkan nilai spektral
Berikut adalah hasil perhitungan preliminari
percepatan periode pendek 0,20 detik
struktur :
(Ss) dan spektral percepatan perioda
Tabel 2. Perhitungan gaya aksial pada kolom akibat panjang 1,0 detik (S1). Berdasarkan peta
beban gravitasi
pada gambar 42 dan gambar 4.3 dalam
SNI gempa 2012 adalah :
Dimensi
Tinggi Dimensi Dimensi
Tebal Ss = 0.262 g.
Lantai Lantai Kolom Balok
Pelat
(cm) (cm) (cm)
(cm) S1 = 0.164 g

Lt. 5
1930 40x40 30x60 12
(Atap)
masing nilai Fa = 1,61 dan nilai Fv =
2.144 (interpolasi), dengan
menggunakan nilai-nilai tersebut,
parameter respon spektra dapat dihitung
sebagai berikut :

Gambar 5. Parameter Ss MCER untuk


SMS = Fa Ss
Lokasi Situs = 1,61 . 0,262
= 0,42
SM1 = Fv S1
= 2,144 . 0,164
= 0,351
Parameter percepatan spectral desain
untuk perioda pendek (SDS) dan perioda
1,0 detik (SD1) ditentukan seperti di
Gambar 6. Parameter S1 MCER untuk
bawah ini :
Lokasi Situs
SDS = 2/3 SMS
3. Tentukan Kelas Situs = 2/3 x 0,42
Untuk menentukan jenis tanah atau = 0,28 g
klasifikasi situs dilakukan melalui SD1 = 2/3 SM1
pengukuran standar penetration = 2/3 x 0,351
resistance (uji penetrasi standar SPT), = 0,234
Berdasarkan hasil hitungan, situs Menentukan nilai T0 dan Ts
dilokasi konstruksi bangunan dapat T0 = 0,2 x ( SD1/SDS )
dikategorikan ke dalam situs kelas SD = 0,2 x ( 0,234/0,28 )
4. Tentukan parameter – parameter = 0,05 detik
pergerakan tanah Ts = SD1/SDS
Kedua Parameter dasar Ss dan S1 tidak = 0,235/0,28
dapat digunakan langsung untuk setiap = 0,835 detik
situs tanah. Masih diperlukan faktor Menentukan spectra percepatan Sa (g)
aplifikasi seismik pada periode 0,2 detik  Jika T < T0, maka Sa = SDS [0,4 +
dan 1 detik, berdasarkan tabel 4 dan 5 (0,6 x (T/T0)]
(SNI 1727-2012), untuk situs SD dengan  Jika T0 ≤ T ≤ TS, maka Sa = SDS
Ss = 0,262 g dan S1 = 0,164 g, masing  Jika T > TS, maka Sa = SD1/T
Tabel 3. Ordinat Spektral Desain Elastik (untuk R = 1 3 11,9 3618,4
dan Ie = 1,0) untuk Situs Kelas SD di Lokasi
2 8,2 3618,4
Pembangunan Gedung
1 4,5 4076,3
Percepatan
Periode, T (s) Ʃ 17655,4
Spektral, Sa (g)
0 0,112
0,167 ( = T0) 0,280 7. Hitung periode natural (wahtu
0,835 ( = Ts) 0,280 getar alami) struktur
1,068 0,219
Waktu getar alami struktur dapat dihitung
2,068 0,113
3,068 0,076 dengan mangacu pada ketentuan 7.8.2.1
4,068 0,058 SNI Gempa. Sistem struktur yang
direncanakan merupakan rangka beton
pemikul momenn sehingga :
Ta-minimum = 0,1 N
Ta-minimum = 0,1 (5)
Ta- minimum = 0,5 detik
Ta-maksimum = Cu Ta-minimum
Ta-maksimum = (1,7)(0,67) = 1,139
Gambar 7. Respon Spektra Desain Elastis untuk ( R
Cu ditentukan pada tabel 14 SNI Gempa
= 1 dan Ie = 1,0 ) untuk Situs dengan Ss = 0,262 g,
T yang didapat dari analisis vibrasi 3
dan S1 = 0,164 g
5. Menentukan Kategori Desain dimensi ETABS, yaitu :
Seismik (KDS) Ta-x = 0,5520 Ta-y = 0,6353
Berdasarkan tabel 6 dan tabel 7 SNI
1726:2012 dengan nilai SDS = 0,28 g
untuk perioda pendek, SD1 = 0,234 untuk
perioda 1,0 detik dan dengan kategori
resiko II maka didapatkan Katagori
Desain Seismik B (KDS-B).
6. Hitung berat struktur per lantai Gambar 8. Perioda Gedung Arah x dan y
hasil analisis ETABS.
Tabel 4. Rangkuman Berat Struktur per Lantai
Tinggi lantai Berat lantai Syarat penggunaan perioda dalam
Lantai analisis :
dari dasar, Zi (m) Wi (kN)
• Jia T yang lebih akurat tidak dimiliki
5 19,3 2723,9
(ETABS analisis) gunakan T =
4 15,6 3618,4
Taminimum
• Jika T yang lebih akurat dari analisis Cs tidak boleh kurang dari :
ETABS (¬Ta) dimiliki, maka : Cs = 0,044.SDS.I ≥ 0,01
o Jika Ta > Ta maksimum gunakan Ta
= 0,044 (0,28) (1,0)
maksimum
o Jika Taminimum < Ta < Ta = 0,012

maksimum gunakan T = Ta OK, ketentuan batas bawah koef.


o Jika Ta < Taminimum gunakan T = Respons seismik, Cs, terpenuhi
Taminimum 9. Hitung gaya geser dasar nominal
Dengan demikian untuk pengunaan T (statik lateral ekuivalen).
dalam analisa berikutnya adalah : Gaya geser dasar seismik dapat dihitung
menurut persamaan (27), SNI gempa.
Ta-x = 0,5520 Geser dasar seismik, V, dalam arah
Ta-y = 0,6354 yang ditinjau dihitung dengan
menggunakan persmaan :
8. Hitung koefisien respons seismik V = Cs . W
Berdasarkan SNI Gempa pasal 7.8.1.1,
koefisien repons seismik dihitung Gaya geser dasar seismik, V
berdasarkan persamaan :
V = Cs W
Untuk T ≤ Ts Untuk T ˃ Ts
SRPMK
= 0,035x 17655,4
Cs = Cs =
Dan
= 617,94 Kn
Dengan demikian Cs, untuk :
V = Cs W

0,28 SRPMM = 0,056 x 17655,4


Cs = = 0,035
SRMPK  8 
  = 988,70 Kn
 1,0 

V = Cs W
0,28
Cs = = 0,056
SRPMM  5  SRPMB = 0,093 x 17655,4
 
 1,0  = 1647,84 Kn

0,28 10. Hitung gaya lateral ekuivalen.


Cs = = 0,093
SRMPB  3 
  Beban gempa nominal statik ekuivalen
 1,0 
yang bekerja pada pusat masa lantai di
tingkat “i” dihitung dengan Tabel 6. Gaya Lateral Ekuivalen dan Gaya Geser
menggunakan persamaan Komulatif Ekuivalen per Lantai untuk SRPMM

Lateral Fx Lateral Fy
Fi = V (kN) (kN)
SRPMM SRPMM
k adala faktor eksponen yang terkait
260,98 267,23
dengan T,
279,56 282,82
k = 1,0 untuk T < 0,5 detik
212,62 211,84
k = 2,0 untuk T > 2,5 detik
k = interpolasi linear untuk 0,5 > T 145,92 142,33

> 2,5 89,61 84,49


(0,5220  0,5) 988,70 988,70
k-x = 1 + (2-1)
Tx = 0,5220 (2,5  0,5)
k-x = 1,011 Tabel 7. Gaya Lateral Ekuivalen dan Gaya Geser
(0,6354  0,5) Komulatif Ekuivalen per Lantai untuk SRPMB
k-y = 1 + (2-1)
Ty = 0,6354 (2,5  0,5)
k-y = 1,0677 Lateral Fx Lateral Fy
Analisa Perhitungan gaya lateral Ekuivalen (kN) (kN)
SRPMB SRPMB
dan gaya geser ekuivalen per-lantai akan di
tabelkan sebagaimana berikut ini : 434,97 445,38

465,94 471,40
Tabel 5. Gaya Lateral Ekuivalen dan Gaya Geser
354,37 353,04
Komulatif Ekuivalen per Lantai untuk SRPMK
243,19 237,22
Lateral Fx Lateral Fy
(kN) (kN) 149,36 140,81
SRPMK SRPMK 1647,84 1647,84
163,11 167,02
Setelah pengimputan gaya gempa ketiga
174,73 176,76
sistem gedung tersebut yang dilakkan
132,89 132,40
selanjutnya adalah menshortir momen desain
91,20 88,95
yang bekerja di masing-masing komponen
56,01 52,81
struktur untuk selanjutnya akan dilakukan
617,94 617,94
analisa penulangan penampang pelat, balok,
dan kolom.
= 0,024
1. Pelat
fy
m =
Pada analisanya untuk analisa penulangan 0,85 . fc '

komponen-komponen struktur tersebut 400


=
0,85 x30
berdasarkan flow chart yang ada pada
= 15,69
metodologi diatas, dan setelah dilakukan
1 Rn 
analisa didapatkan tulangan pelat D10-200 ρ = 1  1  2 m 

m fy 
mm  As = 332,5 mm2. Untuk arah y, dan
1  2,11 
D10-150 mm  As = 332,5 mm2 arah x = 1  1  2 x15,69 x 
15,69  400 

= 0,0054

2. Balok ρmin < ρ < ρmax (Syarat)


0,0035 < 0,0054 < 0,024
Sedangkan untuk analisa penulangan balok
Maka digunakan ρ = 0,0054
B38 didapatkan hasil sebagai berikut :
Luas tulangan tarik (As)
Mu negatif maximum = -111,28 kN.m
Asperlu =ρxbxd
Dimana :
Asperlu = 0,0054 x 300 x 442
Mn = Mu/ø
= 730,9 mm2
111,28  10 6
= = 123,64 x 106 N-mm Asperlu
0 .9 n = 1 x  x D2
Rn = Mn/bd2 4
730,9
123,64 x 10 6
= = 1 x 3,14 x 16 2
300  442 2 4
= 2,11 N/mm2 = 4 buah tulangan tarik D16
fc '  600  Luas tulangan tekan (As’)
ρb = 0,85.β1 x x  
fy  600  fy  As’ = 0,5 x As
30  600  As’ = 0,5 x 730,9
= 0,85 x 0,85 x x  600  400 
400 = 365,5 mm2
= 0,033 As
n = 1 x x D2
ρmin = 1,4/fy 4

= 1,4/400 365,5
= 1 x 3,14 x 16 2
= 0,0035 4
ρmax = 0,75 ρb = 2 buah tulangan tekan D16
= 0,75 x 0,0317
Dengan perhitungan yang sama untuk kedua
3. HASIL PERHITUNGAN SRPMB
sistem rangka lainnya akan diunyikan saja 5D16
hasil desain penampang yang didapat,
adapun hasil disain penampang tersebut
adlah sebagai berikut :

3D16
1. HASIL PERHITUNGAN SRPMK

4D16

Gambar 10. Detail penampang SRPMBdengan


dimensi 40/60

2D16 3. Kolom
Dan untuk perhitungan kolom berikut adalah
hasil analisa yang dilakukan berdasarkan
flow chart yang ada pada metodologi diatas
Gambar 9. Detail penampang SRPMK dengan adalah sebagai berikiut :
dimensi 30/50 mm
5D10 – 100 (As = 392,5 mm2 )

2. HASIL PERHITUNGAN SRPMM di sepanjang lo,


SRPMK 1D10 – 120 (As = mm2)
4D16
di tengah bentang

1D10 – 150 (As = 78,5 mm2 )


di sepanjang lo ,
SRPMM
2D16 1D10 – 250 di tengah bentang
kolom
1D10 – 300 (As = 78,54mm2)
SRPMB
di sepanjang bentang.
Gambar 10. Detail penampang SRPMM dengan
dimensi 30/60 Perhitungan penulangan kolom dibantu oleh
program SpCoulomb, berikut adalah hasil
yang didapat dari program tersebut :
 4 buah tiang pancang dalam satu pile
P ( kN)
12000

cap,
 Dimensi tiang 35 cm,
(Pmax)

 Dimensi pile cap 160 x 160 cm dengan

1 3
tinggi 70 cm.

0 1000
 Penurunan pondasi sebesar 2,39 cm
M (65°) ( k N m)

(Pmin)

-4000

4 3
Gambar 11. Diagram Interaksi Kolom SRPMK
P ( kN)
12000

1 2

(Pmax)

1 3

0 900

M (65°) ( k N m)

-2000 (Pmin)

Gambar 12. Diagram Interaksi Kolom SRPMM

P ( kN)
12000

(Pmax)

Gambar 12 Detail penulangan pile cap dan tiang


1 3
pancang

0 900

M (65°) ( k N m) Dan masuk pada analisa harga gedung


-2000 (Pmin)

dengan menghitung kuantitas dari semua


Gambar 13. Diagram Interaksi Kolom SRPMB
total pembetonan dan penulangan yang ada
pada masing-masing gedung yang nantinya
4. Pondasi akan di kalikan dengan harga satuan
Masuk pada perhitungan pondasi yang pekerjaan untuk pembetonan dan
direncanakan adalah tinang pancang, adapun penulangan, maka didapatkan hasil
hasil analisa yang dilakukan didapatkan data dinataranya :
sebagai berikut :
Tabel 7. RAB SRPMK
sedangkan untuk sistem rangka pemikul
momen biasa (SRPMB) mempunyai
kenaikan harga sebesar 1,14% jika
dibandingan dengan sistem rangka pemikul
momen menengah (SRPMM).

KESIMPULAN
Tabel 7. RAB SRPMM
Berdasarkan hasil perbandingan
bangunan dengan sturktur gedung SRPMK,
SRPMM dan SRPMB, dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dimensi Balok Preliminary Desaign
berubah akibat nilai momen yang di
dapat dari analisis ETABS program,
adapun perubahan dimensi tersebut
Tabel 7. RAB SRPMB adalah sebagai berikut :
 SRPMK  dari 30/60 mm
menjadi 30/50 mm
 SRPMM  dari 30/60 mm
menjadi 30/60 mm
 SRPMK  dari 30/60 mm
menjadi 40/60 mm
2. Pada perhitungan tulangan longotudinal
balok B38 lantai 2 pada daerah tumpuan,
Dapat dilihat bahwasanya struktur gedung didapatkan hasil sebagai berikut :
beton bertulang yang menggunakan sistem Model Arah x Arah y

rangka pemikul momen mengengah Struktur Tarik Tekan Tarik Tekan

(SRPMM) mempunyai anggaran biaya yang SRPMK 3D16 2D16 4D16 2D16
SRPMM 3D16 2D16 4D16 2D16
paling kecil, san ada peninggkatan sebesar
SRPMB 4D16 2D16 5D16 3D16
0,61% untuk gedung dengan sistem rangka
pemikul momen khusus (SRPMK)
3. Sedangkan untuk nilai ke-ekonomisan Gempa Menggunakan SNI 03-1726-
struktur gedung yang ditunjau dari 2002 dan RSNI 03-1726-201x “.
vulume beton dan volume tulangan, Bandung: ITB
hasil analisa harga yang penulis
Imran, Iswandi dan Zulkifli Ediansjah. 2014.
dapatkan adalah sebagai berikut :
“Perencanaan Dasar Struktur Gedung
Harga Komponen
Model Struktur Beton ”. Bandung: ITB.
Gedung

SRPMK Rp. 4.527.787.000 Imran, Iswandi dan Hendrik Fajar. 2014.


“Perencanaan Lanjut Struktur Gedung
SRPMM Rp. 4.497.519.000
Beton”. Bandung: ITB.
SRPMB Rp. 4.548.757.000
McCormac, Jack C. 2004. “Desain Beton
Dengan hasil diatas dapat disimpulkan Bertulang Edisi Kelima Jilid 1”. Jakarta:
bahwa SRPMM merupakan gedung yang Erlangga.
paling ekonomis diadung da sistem lainnya
Vis W.C. dan Kusuma Gideon. 1993. “Dasar-
yaitu SRPMK dan SRPMB dan ada kenaikan
Dasar Perencanaan Beton Bertulang
harga sebesar 0,67% untuk Sistem Rangka berdasarkan SKSNI T-15-1991-03”. Jakarta:
Pemikul Momen Kusus (SRPMK), dan 1,14 Erlangga.
% untuk Sistem Rangka Pemikul Momen
Biasa (SRPMB).

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. “Persyaratan
Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung, SNI-2847-2013”. Bandung:
2012.

Badan Standardisasi Nasional. “Tata Cara


Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung”. Bandung: 2011.

Budiono, Bambang dan Supritna Lucky.


2011. “Studi Komparasi Begunan Tahan

Anda mungkin juga menyukai