Anda di halaman 1dari 439

Perencanaan

Struktur Baja
dengan Metode

LR II
F
(Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)
PERENCAATAAAT
STRUKTUR BAJA
DENGAN METODE LRFD
(Sesuai SNI 03-1729-2002)
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 19 TAHUN 2002

TENTANG HAK CIPTA

PASAL 72
KETENTUAN PIDANA

SANKSI PELANGGARAN

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak

suatu Ciptaan atau memberikan izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit

Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama

7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp5.000.000.000.00 (lima miliar rupiah).


2. Barangsiapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,

atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang

hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama

5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).


PERENCANAAN
STRUKTUR BAJA
DENGAIV METODE
LRFD
Sesuai SNI 03-1729-2002)

AGUS SETIAWAN

.4$
PENERBIT ERLANGGA JI. H. Baping Raya No. 100 Ciracas, Jakarta 13740
http://www.erlangga.co.id e-mail: editor@erlangga.net (Anggota IKAPI)
Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD
(Sesuai SNI 03-1729-2002)

Agus Setiawan
Hak Cipta © 2008 pada pengarang. Hak terbit pada Penerbit Erlangga Editor:

Lemeda Simarmata

Buku ini diset dan dilayout olch Bagian Produksi Penerbit Erlangga dengan
Power Macintosh G4 (Adobe Garamond 10 pt)

Setting oleh: Bagian Produksi PT Penerbit Erlangga

Dicetak olch: PT Gelora Aksara Pratama

12 11 10 09 9 8 6 5 4 3 2

Dilarang keras mengutip, tnenjiplak, tnettzlotokva. at,zu dalam bentuk apa pun,
baik sebagian atau keseluruhan isi buku int seira tertztlis dart
Penerbit Erlangga.

© HAK CIPTA DILINDUN GI OLEH UND ANG-UND A_NG


PRAKATA

Metode ASD (Allowable Stress Design) dalam struktur baja telah


cukup lama digunakan, namun beberapa tahun terakhir metode
desain dalam struktur baja mulai beralih ke metode lain yang lebih
rasional, yakni metode LRFD (Load Resistance and Factor Design).
Metode ini didasarkan pada ilmu probabilitas, sehingga dapat
mengantisipasi segala ketidakpastian dari material maupun beban.
Oleh karena itu, metode LRFD ini dianggap cukup andal. Peraturan
Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI 1987) telah diganti
dengan Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-1729-2002 yang tier-basis pada metode LRFD.
Buku ini mencoba memberikan penjelasan mengenai
perencanaan struktur baja dengan menggunakan konsep LRFD
tersebut. Beberapa contoh coal yang diberikan telah dilengkapi
dengan langkah-langkah penyelesaiannya. Dan dalam perencanaan
struktur baja metode LRFD yang digunakan dalam buku ini,
semuanya berpedoman pada SNI 031729-2002 yang telah
disebutkan sebelumnya.
Sebagai bahan perkuliahan buku ini dapat diberikan dalam dua
semester pada mata kuliah Struktur Baja. Semester pertama
mahasiswa mempelajari tentang konsep dasar LRFD, pengenalan
material baja, batang tarik dan tekan, sambungan (baut dan las),
komponen struktur balok-kolom, komponen struktur komposit serta
jenis-jenis sambungan pada konstruksi bangunan baja.
Selain dapat digunakan oleh mahasiswa Teknik Sipil, buku ini
juga dapat dijadikan pedoman perencanaan bagi konsultan maupun
praktisi yang banyak berkecimpung di dunia struktur baja.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam buku ini, sehingga saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan guna perbaikan bukku ini pada edisi mendatang. Akhir
kata, penulis berharap agar buku ini dapat memacu perkembangan
implementasi metode LRFD dalam perencanaan struktur baja
khususnya di Indonesia.

Semarang, November 2008

Agus Setiawan
DAFTAR ISI

Prakata
Daftar Isi vii

B a b 1 P E N D A H U LUA N 1

1.1 Perencanaan Struktur 1


1.2 Behan 3
1.3 Konsep Dasar LRFD 5
1.4 Peluang Kegagalan 8
1.5 Indeks Keandalan 9
1.6 Desain LRFD Struktur Baja 11

Bab 2 MATERIAL BAJA DAN SITAT—SIFATNYA 15

2.1 Sejarah Penggunaan Material Baja 15


2.2 Material Baja 17
2.3 Sifat—sifat Mekanik Baja 18
2.4 Keuletan Material21
2.5 Tegangan Multiaksial 22
2.6 Perilaku Baja pada Temperatur Tinggi 23
2.7 Pengerjaan Dingin dan Penguatan Regangan 25
2.8 Keruntuhan Getas 28
2.9 Sobekan La melar27
2.10 Keruntuhan Lelah 28

B a b 3 B ATA N G TA R N 2 9

3.1 Pe n d a h u l u a n 2 9
3.2 Tahanan Nominal 31
3.3 Luas Netto 32
3.4 Efek Lubang Berselang—Seling pada Luas Netto 33
3.5 Luas Netto Efektif36
3.6 Geser Blok (Block Shear) 41
3.7 Kelangsingan Struktur Tarik 44
3.8 Transfer Gaya Pada Sambungan 46
Soal—soal Latihan 47
viii DAFTAR ISI

B a b 4 B ATAN G T E K A N 5 0

4.1 Pen da hu l ua n 5 0
4.2 Tekuk Elastik Euler 50
4.3 Kekuatan Kolom 51
4.4 Pengaruh Tegangan Sisa 52
4.5 Kurva Kekuatan Kolom Akibat Tegangan Sisa 52
4.6 Tahanan Tekan Nominal 56
4.7 Panjang Tekuk 57
4.8 Masalah Tekuk Lokal 61
4.9 Komponen Struktur Tekan Tersusun 61
4.10 Tekuk Torsi dan Tekuk Lentur Torsi 66
Soal-soal Latihan 79

Ba b 5 KO MPONEN STRUKTUR LENTUR 8 1

5.1 Pendahuluan 81
5.2 Lentur Sederhana Profil Simetris 81
5.3 Perilaku Balok Terkekang Lateral 82
5.4 Desain Balok Terkekang Lateral 85
5.5 Lendutan Balok 88
5.6 Geser pada Penampang Gilas 91
5.7 Beban Terpusat Pada Balok 94
5.8 Teori Umum Lentur 99
Soal-soal Latihan 107

Bab 6 SAMBUNGAN BAUT 109

6. 1 Pen d a hu l ua n 1 0 9
6.2 Tahanan Nominal Baut 110
6.3 Geser Eksentris 115
6.4 Kombinasi Geser dan Tarik 123
6.5 Sambungan yang Mengalami Beban Tarik Aksial 127
6.6 Geser dan Thik Akibat Beban Eksentris 128
Soal-soal Latihan 132

Bab 7 SAMBUNGAN LAS 137

7. 1 Pen d a hu l ua n 1 3 7
7.2 Jen is-jenis Sambungan 138
7.3 Jenis-jenis Las 138
7.4 Pembatasan Ukuran Las Sudut 139
7.5 Luas Efektif Las 140
7.6 Tahanan Nominal Sambungan Las 141
7.7 Geser Eksentris-Metoda Elastik 146
7.8 Geser Eksentris-Metoda Plastis 148
7.9 Behan Eksentris Normal pada Bidang Las 152
Soal-soal Latihan 153
DAFTAR ISI ix

Bab 8 TORSI 156

8.1 Pendahuluan 156


8.2 Torsi Murni pada Penampang Homogen 156
8.3 Pusat Geser (Shear Center) 159
8.4 Tegangan Puntir Pada Profit I 165
8.5 Anatogi Torsi dengan Lentur 172
Soal—soal Latihan 176

Bab 9 TE KU K TOR SI LATE RA L 178

9.1 Pendahuluan 178


9.2 Perilaku Balok I Akibat Beban Momen Seragam 178
9.3 Tekuk Torsi Lateral Elastis 180
9.4 Tekuk Torsi Inelastis 184
9.5 Desain LRFD Balok I 186
9.6 Lentur Dua Arah 200
Soal—soal Latihan 204

Bab 10 B A L OK P E LAT B E R D IN DI NG PE NU H ( PE LAT G IR DE R) 2 0 6

10.1 Pendahuluan 206


10.2 Persyaratan Balok Pelat Berdinding Penuh 208
10.3 Kuat Momen Nominal Balok Pelat Berdinding Penuh 210
10.4 Kuat Geser Nominal 213
10.5 Kuat Geser Nominal dengan Pengaruh Aksi Medan Tarik 216
10.6 lnteraksi Geser dan Lentur 221
10.7 Pengaku Vertikal 222
10.8 Pengaku Penahan Gaya Tumpu 224
10.9 Desain Balok Pelat Berdinding Penuh 233
Soal—coal Latihan 244

B a b 11 B A L O K — K O L O M 2 4 6

11.1 P end ah ul ua n 246


11.2 Persamaan Diferensial untuk Kombinasi Gaya Aksial dan Lentur 248
11.3 Faktor Perbesaran Momen 252
11.4 Desain LRFD Komponen Struktur Balok—Kolom 254
11.5 Perbesaran Momen untuk Struktur Tak Bergoyang 255
11.6 Perbesaran Momen untuk Struktur Bergoyang 255
11.7 Tekuk Lokal Web pada Komponen Struktur Balok—Kolom 256
Soal—soal Latihan 277

Bab 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT 280

12.1 Struktur Komposit 280


12.2 Tegangan Elastis dalam Balok Komposit 282
x DAFTAR ISI

12.3 Lebar
Efektif Balok
Komposit
284
12.4 Sistem
Pelaksanaan
Komponen
Struktur
Komposit
288
12.5 Kuat
Lentur
Nominal
292
12.6
Penghubung
Gescr
295
1
2
.
7

B
a
l
o
k

K
o
m
p
o
s
i
t

p
a
d
a

D
a
e
r
a
h

M
o
m
e
n

N
e
g
a
t
i
f

3
0
4

1
2
.
8

L
e
n
d
u
t
a
n

3
0
6
12.9 Dek Baja
Gelombang
309
12.10 Kolom
Komposit
315
Soal—
soal
Latihan
320

Bab 13
SAMBUNGA
N PADA
KONSTRUK
SI
BANGUNAN
GEDUNG
322

13.1
Sambungan
Balok Induk
dengan Balok
Anak
322
13.2
Sambungan
Balok—Kolom
324
13.3
Sambungan
Balok—Kolom
Diperkaku
325
13.4
Sambungan
Penahan
Momen
327
13.5
Sambungan
Balok—Kolom
dengan
Pengaku
329
Soal—
soal
Latihan
332

LAMPIRAN
JAWABAN SOAL
—SOAL
LATIHAN
DAFTAR
PUSTAKA
1NDEKS
Pendahuluan
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, rnahasiswa diharapkan dapat:
Mendefinisikan semua jenis beban yang bekerja pada suatu
struktur bangunan
Menyusun kombinasi pembebanan berdasarkan konsep LRFD

Pokok-pokok Pembahasan Bab


1.1 Perencanaan Struktur
1.2 Beban
1.3 Konsep Dasar LRFD
1.4 Peluang Kegagalan
1.5 Indeks Keandalan
1.6 Desain LRFD Struktur Baja

1.1 PERENCANAAN STRUKTUR


Perencanaan struktur dapat didefinisikan sebagai campuran antara
seni dan ilmu pengetahuan yang dikombinasikan dengan intuisi
seorang ahli struktur mengenai perilaku struktur dengan dasar-
dasar pengetahuan dalam statika, dinamika, mekanika bahan, dan
analisa struktur, untuk menghasilkan suatu struktur yang ekonomis
dan aman, selama masa layannya.
Hingga tahun 1850 perencanaan struktur merupakan suatu seni
yang berdasarkan pada intuisi untuk menentukan ukuran dan
susunan elemen struktur. Dengan berkembangnya pengetahuan
mengenai perilaku struktur dan material, maka perencanaan struktur
menjadi lebih ilmiah.
Perhitungan yang melibatkan prinsip-prinsip ilmiah harus
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan, namun tidak diikuti
secara membabi buta. Pengalaman intuisi seorang ahli struktur
digabungkan dengan hasil-hasil perhitungan ilmiah akan menjadi
suatu dasar proses pengambilan keputusan yang balk.
Tujuan dari perencanaan struktur menurut Tata Cara
Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-
2002) adalah menghasilkan suatu struktur yang stabil, cukup kuat,
mampu layan, awet, dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya seperti
ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. Suatu struktur disebut stabil
jika tidak mudab terguling, miring, atau tergeser selama umur
rencana bangunan. Risiko terhadap kegagalan struktur dan hilangnya
kemampulayanan selama umur rencananya juga harus diminimalisir
dalam batas-batas yang masih dapat diterima. Suatu struktur yang
awet semestinya tidak memerlukan biaya perawatan yang terlalu
berlebihan selama umur layannya.
Perencanaan adalah sebuah proses untuk mendapatkan suatu
hasil yang optimum. Suatu struktur dikatakan optimum apabila
memenuhi kriteria-kriteria berikut:
a.Biaya minimum
b.Berat minimum
c.Waktu konstruksi minimum
2 BAB 1 PENDAHULUAN

d.Tenaga kerja minimum


e.Biaya manufaktur minimum
f.Manfaat maksimum pada saat masa layan

Kerangka perencanaan struktur adalah pemilihan susunan dan


ukuran dari elemen struktur sehingga beban yang bekerja dapat
dipikul secara aman, dan perpindahan yang terjadi masih dalam
batas-batas yang disyaratkan. Prosedur perencanaan struktur secara
iterasi dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Perancangan. Penetapan fungsi dari struktur
b. Penetapan konfigurasi struktur awal (preliminary) sesuai
langkah 1 termasuk pemilihan jenis material yang akan
digunakan
c. Penetapan beban kerja struktur
d. Pemilihan awal bentuk dan ukuran elemen struktur
berdasarkan langkah 1, 2, 3
e. Analisa struktur. Untuk memperoleh gaya-gaya dalam dan
perpindahan elemen
f. Evaluasi. Apakah perancangan sudah optimum sesuai yang
diharapkan
g. Perencanaan ulang langkah 1 hingga 6
h. Perencanaan akhir, apakah langkah 1 hingga 7 sudah
memberikan hasil optimum

Salah satu tahapan penting dalam perencanaan suatu struktur


bangunan adalah pemilihan jenis material yang akan digunakan.
Jenis-jenis material yang selama ini dikenal dalam dunia konstruksi
antara lain adalah baja, beton bertulang, serta kayu. Material baja
sebagai bahan konstruksi telah digunakan sejak lama mengingat
beberapa keunggulannya dibandingkan material yang lain. Beberapa
keunggulan baja sebagai material konstruksi, antara lain adalah:
1.Mempunyai kekuatan yang tinggi, sehingga dapat mengurangi
ukuran struktur serta mengurangi pula berat sendiri dari
struktur. Hal ini cukup menguntungkan bagi struktur-
struktur jembatan yang panjang, gedung yang tinggi atau
juga bangunan-bangunan yang berada pada kondisi tanah
yang buruk
2.Keseragaman dan keawetan yang tinggi, tidak seperti halnya
material beton bertulang yang terdiri dari berbagai macam
bahan penyusun, material baja jauh lebih seragam/homogen
serta mempunyai tingkat keawetan yang jauh lebih tinggi
jika prosedur perawatan dilakukan secara semestinya
3.Sifat elastis, baja mempunyai perilaku yang cukup dekat
dengan asumsi—asumsi yang digunakan untuk melakukan
analisa, sebab baja dapat berperilaku elastis hingga
tegangan yang cukup tinggi mengikuti Hukum Hooke.
Momen inersia dari suatu profil baja juga dapat dihitung
dengan pasti sehingga memudahkan dalam melakukan
proses analisa struktur
4.Daktilitas baja cukup tinggi, karena suatu batang baja yang
menerima tegangan tarik yang tinggi akan mengalami
regangan tarik cukup besar sebelum terjadi keruntuhan
5.Beberapa keuntungan lain pemakaian baja sebagai material
konstruksi adalah kemudahan penyambungan antarelemen
yang satu dengan lainnya menggunakan alat sambung las
atau baut. Pembuatan baja melalui proses gilas panas meng-
akibatkan baja menjadi mudah dibentuk menjadi
penampang-penampang yang diinginkan. Kecepatan
pelaksaan konstruksi baja juga menjadi suatu keunggulan
material baja

Selain keuntungan-keuntungan yang disebutkan tersebut,


material baja juga memiliki beberapa kekurangan, terutama dari sisi
pemeliharaan. Konstruksi baja yang berhubungan
1.2 BEBAN 3

Gambar 1.1 Konstruksi Bangunan Rangka Baja (Sumber: Koleksi Pribadi)

langsung dengan udara atau air, secara periodik harus dicat.


Perlindungan terhadap bahaya kebakaran juga harus menjadi
perhatian yang serius, sebab material baja akan mengalami
penurunan kekuatan secara drastis akibat kenaikan temperatur yang
cukup tinggi, di samping itu baja juga merupakan konduktor panas
yang balk, sehingga nyala api dalam suatu bangunan justru dapat
menyebar dengan lebih cepat. Kclemahan lain dari struktur baja
adalah masalah tekuk yang merupakan fungsi dari kelangsingan
suatu penampang.

1.2 BEBAN

Behan adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur.


Penentuan secara pasti besarnya beban yang bekerja pada suatu
struktur selama umur layannya merupakan salah satu pekerjaan
yang cukup sulit. Dan pada umumnya pencntuan besarnya beban
hanya merupakan suatu estimasi raja. Meskipun beban yang bekerja
pada suatu lokasi dari struktur dapat diketahui secara pasti, namun
distribusi beban dari elemen ke elemen, dalam suatu struktur
umumnya memerlukan asumsi dan pendekatan. Jika beban-beban
yang bekerja pada suatu struktur telah diestimasi, maka masalah
bcrikutnya adalah menentukan kombinasi-kombinasi beban yang
paling dominan yang mungkin bekerja pada struktur tersebut. Besar
beban yang bekerja pada suatu struktur diatur oleh peraturan
pembebanan yang berlaku, sedangkan masalah kombinasi dari
beban-beban yang bekerja telah diatur dalam SNI 03-1729-2002
pasal 6.2.2 yang akan dibahas kemudian. Beberapa jenis beban yang
sering dijumpai antara lain:
a. Beban Mati, adalah berat dari semua bagian suatu
gedung/bangunan yang bersifat tetap selama masa layan
struktur, termasuk unsur-unsur tambahan,finishing, mesin-
mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari gedung/bangunan tersebut. Termasuk dalam
beban ini adalah berat struktur, pipapipa, saluran listrik, AC,
lampu-lampu, penutup lantai, dan plafon. Beberapa contoh
berat dari beberapa komponen bangunan penting yang
digunakan untuk
4 BAB 1 PENDAHULUAN

menentukan bcsarnya beban mati suatu gedung/bangunan


diperliharkan dalam Tabel 1.1 berikut ini:

TABEL 1.1 BERAT SENDIRI BAHAN BANGUNAN DAN KOMPONEN GEDUNG


Bahan Bangunan Berat
Baja 7850 kg/m'
Beton 2200 kg/m'
Beton bertulang 2400 kg/m'
Kayu (kelas I) 1000 kg/m3
Pasir (kering udara) 1600 kg/m3
Komponen Gedung
Spcsi dart semen, per cm tehal 21 kg/m2
Dinding Bata merah 1/2 barn 250 kg/m=
Penutup asap genring 50 kg/m'
Penutup lantai ubin semen per cm tebal 24 kg/m'
(Somber: Pc:ran:it - an Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, 1983)

b. Beban Hidup, adalah beban gravitasi yang hekerja pada


struktur dalam masa layannya, dan timbul akibat
penggunaan suatu gedung. Termasuk beban ini adalah berat
manusia, perabotan yang dapat dipindah-pindah,
kendaraan, dan barang-barang lain. Karena besar dan lokasi
beban yang senantiasa berubahubah, maka pcnentuan
beban hidup secara pasti adalah merupakan suatu hal yang
cukup sulit. Beberapa contoh beban hidup menurut
kegunaan suatu bangunan, ditampilkan dalam Taipei 1.2.

TABEL 1.2 BEBAN HIDUP PADA LANTAI GEDUNG


Kegunaan Bangunan Berat
Lantai dan rangga rumah tinggal sederhana 125 kg/m=
Lantai sekolah, ruang kulialt, kanror, toko, roserba,
restoran, hotel, asrama, dan rumah sakit 250 kg/m'
Lantai ruang olah raga 400 kg/m=
Lantai pabrik, bengkel, gudang,
perpustakaan, ruang arsip, toko
buku, ruang mesin, dan
lain-lain 400
kg/m'

Lantai gedung parkir bertingkat, untuk lantai bawah


800 kg/m'
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, 1983)

c. Beban Angin, adalah beban yang hekerja pada struktur akibat


tekanan—tekanan dart gerakan angin. Beban angin sangat
tergantung dart lokasi dan ketinggian dart struktur. Besarnya
tekanan tiup harus diambil minimum sebesar 25 kg/m 2,
kecuali untuk bangunan-bangunan berikut:
1.Tekanan tiup di tepi laut hingga 5 km dart pantai harus
diambil minimum 40 kg/m-
2.Untuk bangunan di daerah lain yang kemungkinan tekanan
tiupnya lehih dart 40 kg/m2, harus diambil sebesar p =
V2/16 (kg/m2), dengan V adalah kecepatan angin dalam
m/s
3.Untuk cerobong, tekanan tiup dalam kg/m 2 harus
ditentukan dengan rumus (42,5 + 0,6h), dengan h
adalah tinggi cerobong seluruhnya dalam meter
1.3 KONSEP DASAR LRFD 5

Gambar 1.2 Konstruksi Rangka Atap dari Baja Ringan


(Smart Truss). (Swisher: Koleksi Pribadi)

Nilai tekanan tiup yang diperoleh dari hi tungan di atas harts


dikalikan dengan suatu koefisien angin, untuk rnendapatkan
gaya resultan yang bekerja pada biclang kontak tersehut.
d. Beban Gempa. adalah scmua beban statik ekivalen yang
bekerja pada struktur akibat adanya pergerakan tanah oleh
gempa bumi, baik pergerakan arah vertikal maupun
horizontal. Namun pada umumnya percepatan tanah arab
horizontal lebih besar daripada arah vcrtikalnya, sebingga
pengaruh gempa horizontal jauh lebih menentukan daripada
gempa vertikal. Besarnya gaya geser dasar (statik
ekivalen) ditentukan berdasarkan persamaan V - ( f

dengan C adalah
faktor respon gempa yang ditcntukan berdasarkan lokasi
bangunan dan jenis tanahnya, I adalah faktor keutamaan
gedung, R adalah faktor reduksi gempa yang tergantung pada
jenis struktur yang bersangkutan, sedangkan W, adalah berat
total bangunan termasuk beban hidup yang bersesuaian.

1.3 KONSEP DASAR LRFD

Dua filosofi yang sering digunakan dalam perencanaan struktur baja


adalah perencanaan berdasarkan tegangan kerjal working stress
design (Allowable Stress Design/ASD) dan perencanaan kondisi
batasilimit states design (Load and Resistance Factor
Design/LRFD). Metode ASD dalam perencanaan struktur baja telah
digunakan dalam kurun waktu kurang lebih 100 tahun. Dan dalam
20 tahun terakhir prinsip perencanaan struktur baja mulai beralih
ke konsep LRFD yang jauh lebih rasional dengan berdasarkan pada
konsep probabilitas. Untuk lebih memahami latar belakang
pengembangan metode LRFD dengan ilmu probabilitas, maka
berikut akan sedikit dibahas mengenai prinsip-prinsip dasar dalam
ilmu probabilitas. Dalam metode I,RFD tidak diperlukan analisa
probabilitas sccara penuh, terkecuali untuk situasi-situasi tidak
11111LIITI s ang tidak diatur dalam peraturan.
6 B A B 1 PEN D A HU LU A N

Ada beberapa tingkatan dalam desain probabilitas. Metode


Probabilitas Penuh (Fully Probabilistic Method) merupakan tingkat
III, dan merupakan cara analisa yang paling kompleks. Metode
Probabilitas Penuh memerlukan data-data tentang distribusi
probabilitas dari tiap-tiap variabel acak (seperti tahanan, beban,
dan lain-lain) serta korelasi antar variabel tersebut. Data-data ini
biasanya tidak tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga
umumnya metode Probabilitas Penuh ini jarang digunakan dalam
praktek.
Tingkat II dalam desain probabilitas dinamakan metode First-
Order Second Moment (FOSM) yang menggunakan karakteristik
statistik yang lebih mudah dari tahanan dan beban. Metode ini
mengasumsikan bahwa beban Q dan tahanan R saling bebas secara
statistik. Metode LRFD untuk perencanaan struktur baja yang diatur
dalam SNI 03-17292002, berdasarkan pada metode FOSM ini.
Beberapa istilah dalam ilmu statistik yang sering dijumpai, di
antaranya:
1.Nilai rerata
Nilai rerata dari sekumpulan data, dapat dihitung dengan
persamaan:
x.
x = _______________________________________________________1.1

dengan x adalah nilai rerata, x, adalah data ke-i dan N


Ar — 1
1.2
Standar Deviasi, 6 diperoleh dengan mencari akar
kuadrat dari Varian adalah jumlah data.
2. Standar Deviasi
o-
Variasi data terhadap nilai rerata 1.3
=
ditentukan dengan menjumlahkan
kuadrat selisih antara masing—masing data dengan nilai
rerata dan membaginya dengan jumlah data minus satu.

Varian

1(x —
N —1
3.Fungsi Kerapatan Probabilitas
Fungsi Kerapatan Probabilitas (Probability Density
Function/PDF) merupakan fungsi yang terdcfinisi pada suatu
selang interval kontinu, sehingga luas daerah di bawah kurva
(yang didefinisikan oleh fungsi tersebut) dan di atas sumbu x
adalah sama dengan satu. Untuk suatu variabel acak yang
terdistribusi normal (Gaussian), maka kurva PDF akan
mempunyai bentuk seperti suatu genta/lonceng, dan
mempunyai persamaan:
1 1fx —
m —00<x<a 1.4
P(x)=
427 exp
2 1 a
dengan p(x) merupakan peluang terjadinya variabel x sebagai
fungsi dari nilai rerata in = x dan Standard Deviasi 6, dari
suatu data yang terdistribusi normal. Bentuk kurva PDF
tidak selalu terpusat pada sumbu koordinat namun tergan-
tung dari perubahan m dan 6. Beberapa bentuk kurva PDF
untuk m dan 6 yang berbeda ditunjukkan dalam Gambar 1.3.
Selanjutnya didefinisikan pula fungsi distribusi
probabilitas, P(x) yang dirumuskan sebagai:

p(x) = f p(x)dx 1.5


1.3 KONSEP DASAR LRFD 7

Gambar 1.3 Kurva Fungsi Kerapatan Probabilitas

Nilai P(x) terletak antara 0 hingga 1, sehingga:

Prob <x < 00) = p(x)dx =1 1.6

Jika distribusi data tidak simetri, maka kurva fungsi


kerapatan probabilitas logaritmik normal (lognormal) sering
digunakan. Dinyatakan secara matematis, jika Y = ln(x)
terdistribusi normal, maka x dikatakan lognormal. Fungsi log-
normal digunakan dalam metode LRFD. Karena ln(x)
terdistribusi normal, maka
nilai reratanya dan Standar Deviasi dapat ditentukan dengan
transformasi

logaritmik dari fungsi distribusi normalnya.

A = In 1.7
:\11
+
= Vin(1+ V2) 1.8

dengan V = 6 / x adalah koefisien variasi serta x dan 6


didefinisikan seperti pada persamaan 1.1 dan 1.3.
4.Koefisien Variasi
Untuk dapat memberikan gambaran terhadap penyebaran data,
maka biasanya digunakan Kocfisien Variasi (V) yang diperoleh
dari pembagian antara Standar Deviasi (G) dengan nilai rerata
(x).
5.Faktor Bias
Faktor bias, X merupakan rasio antara nilai rerata dengan
nilai nominal.

A= 1.9
8 BAB 1 PENDAHULUAN

1.4 PELUANG KEGAGALAN

Dalam konteks analisa keandalan suatu struktur, yang dimaksud


dengan istilah kegagalan (failure) adalah terjadinya salah satu dari
sejumlah kondisi batas yang telah ditentukan sebelumnya. Faktor
behan dan tahanan dipilih sedemikian rupa sehingga peluang
kegagalan suatu struktur adalah kecil sekali atau masih dalam batas-
batas yang dapat diterima. Peluang kegagalan suatu struktur dapar
ditentukan jika tersedia data-data statistik (seperti nilai re-rata dan
standar deviasi) dari tahanan dan tersedia pula fungsi distribusi dari
beban.
Untuk mengilustrasikan prosedur analisa keandalan suatu
struktur, perhatikan kurva fungsi kerapatan probabilitas / PDF dalam
Gambar 1.4 dari variabel acak beban Q serta tahanan R. Jika tahanan
R lebih besar dari behan yang bekerja Q, maka struktur tersebut
dapar dikatakan masih aman (survive). Karena nilai R dan Q
bervariasi, maka akan ada kemungkinan kecil bahwa pada suatu saat
beban Q lebih besar daripada tahanan R. Siruasi ini
direpresentasikan dengan dacrah berarsir pada Gambar 1.4. Hal
inilah yang disebut dengan kegagalan (failure), dengan peluang suatu
kegagalan didefinisikan sebagai:
p(R < Q) 1.10

ft/r)

Vq)

Q , R
R

Q R
Gambar 1.4 Fungsi Kerapatan Probabilitas Tahanan dan Bcban

Fungsi kerapatan probabilitas dari R dan Q dalam Gambar 1.4


digambarkan untuk menunjukkan perbedaan nilai kocfisien variasi dari
tahanan dan beban, yaitu V r dan 1 7 „. Daerah di bawah masing-masing
kurva mempunyai luas sama dengan satu, namun rerlihat bahwa tahanan R
memiliki pcnyebaran data yang lebih lebar daripada beban Q. Daerah yang
terarsir menunjukkan daerah kegagalan (fa' ilure) di mana nilai tahanan
lebih kecil dari beban. Namun demikian, luas dari daerah terarsir tersebut
tidak sama dengan besarnya peluang kegagalan, sebab daerah tersebut
merupakan gabungan dari dua buah fungsi kerapatan yang memiliki
standar deviasi serta nilai rerata yang berbeda. Untuk mencari nilai
peluang kegagalan p t, biasanya lebih sering digunakan sebuah kurva fungsi
kerapatan g,(R, Q) yang dapat digunakan secara langsung untuk
menentukan peluang kegagalan serta indeks keandalan suatu struktur. Jika
R dan Q terdistribusi normal, maka fungsi kerapatan g(gQ) dapat dituliskan
menjadi:
g(R,Q) =R-Q 1.11
Jika R dan Q terdistribusi secara lognormal, maka g(R,Q) dapar dituliskan:

g(R,Q) = 1n(R) - In(Q) = In 1.12


Q )
1.5 INDEKS KEANDALAN 9

Dalam kedua kasus di atas, kondisi batas tercapai jika R = Q dan


kegagalan terjadi pada saat g(R,Q) < 0. Teori probabilitas
la
menyatakan bahwa jika dua buah variabel acak yang terdistribusi
n :
normal digabungkan, maka akan menghasilkan fungsi kerapatan
an yang normal pula. Atau dengan kata lain jika R dan Q terdistribusi
an normal maka g(R,Q) juga akan terdistribusi normal. Hal serupa
ng dapat pula dinyarakan jika R dan Q terdistribusi lognormal, maka
re- g(R,Q) juga terdistribusi lognormal.
V2
Peluang kegagalan dari I? dan Q yang terdistribusi normal dapat
-
t a R -Q
= F 1.13
t i s
a
i s i Q.
Jr
Sedangkan untuk R dan Q terdistribusi lognormal peluang
yang kegagalannya:
0 ( ■
= 1- 17,, 1.14
Vi? V02

adalah
dengan R dan nilai rerata,
a alah
koefisien variasi dari tahanandan dan
(7 () adalah
beban, standar
serta F(deviasi,
) adalahV R fungsi
distribusi kumulatif. Fungsi distribusi kumulatif adalah integrasi
dari f(x) dengan batas integrasi adalah dari -00 hingga u dan akan
menghasilkan nilai peluang di mana x lebih kecil daripada u. Hasil
integrasi ini diperlihatkan dengan daerah yang berarsir dalam
Gambar 1.5.

1.5 INDEKS KEANDALAN

Alternatif lain yang lebih mudah untuk menentukan peluang


kegagalan adalah dengan menggunakan indeks keandalan (3.
Prosedur ini akan dibahas dengan menggunakan distribusi
lognormal sesuai persamaan 1.11, sebab distribusi lognormal akan
dapat menccrminkan distribusi aktual serta R dan Q secara lebih
akurat daripada distribusi normal. Selain itu, perhitungan secara
numerik untuk fungsi g(R,Q) akan lebih stabil dengan menggunakan
rasio R/Q daripada selisih R - Q.

- 0 0
• x
Gambar 1.5 Definisi

Jika fungsi g(R,Q) dalam persamaan 1.12 mempunyai distribusi


lognormal, maka distribusi frekuensinya akan mempunyai bentuk
seperti kurva dalam Gambar 1.6. Kurva ini adalah kurva distribusi
frekuensi tunggal yang merupakan kombinasi dari R dan Q. Kondisi
batas pada saat R < Q sama dengan probabilitas pada saat In (R/Q)
< 0, yang ditunjukkan dengan daerah berarsir dalam Gambar 1.6
tersebut.
Jarak antara nilai rerata terhadap titik pusar adalah sama dengan
dan menjadi

ukuran dari keamanan dan koefisien dari standar deviasi, /3, sering
disebut sebagai indeks keandalan.
10 BAB 1 PENDAHULUAN

f(g)

Daerah kegagalan
Luas daerah = pf

g = In(R Q)
- In[ g
Gambar 1.6 Indeks Keandalan p umiak R dan Q Lognormal.

Jika tahanan R dan beban Q keduanya terdistribusi lognormal serta tidak sating
terkorelasi, maka nilai rerata dari
g(R,Q) adalah:

g=In Q 1.14

serta standar deyiasinya adalah:

= V1/1„2 + V,2 1.15

dengan R dan Q
adalah nilai rerata, V V dan 1/ Q
adalah koefisien variasi dari
R dan
Dengan menyamakan /3.6 dengan maka diperoleh hubungan:

1.17

1.16
Hubungan antara p1 dcngan /3 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: p1 =
1.18
460.exp(-4,30)

in 460
Pf ,
atau 10 ' < p f <10-9
4,3

TABEL 1.3 HUBUNGAN ANTARA PELUANG KEGAGALAN DAN


INDEKS KEANDALAN

0 Pf P1 0
2,50 0,99E-02 1,00E-02 2,50
3,00 1,15E-03 1,00E-03 3,03
3,50 1,34E-04 1,00E-04 3,57
4,00 1,56E-05 1,00E-05 4,10
4,50 1,82E-06 1,00E-06 4,64
5,00 2,12E-07 1,00E-07 5,17
5,50 2,46E-08 1,00E-08 5,71
1 . 6 D E S A I N L R F D S T R U K T U R B A J A 11

1111 CONTOH 1.1


Sebuah balok jembatan dari beton prategang dengan panjang bentang 27
m dan jarak antar balok sepanjang 2,4 m memiliki data—data statistik
sebagai berikut:
Efek beban : Q = 4870 kN.m aQ • = 415 kN.m

Tahanan : R = 7040 kN.m CT„ = 1,05 VR = 0,075


Hitunglah indeks keandalan balok beton prategang tersebut.
JAWAB:
Indeks keandalan, /3, dapat dihitung menggunakan persamaan 1.16,
terlebih dahulu harus
dihitung R dan V Q :
= XR.R„ = 1,05(7040) = 7390 kN.m

V = (7(2 = 415 =
0,085 Q Q 4870
Gunakan persamaan 1.16 :
,
3 = I nR// Q
(
in 739
,9/4/ 870)
— 3,68
\ IV R
2
+V2
N10,075 +0,058
2

Peluang kegagalan dari balok beton prategang ini kurang lebih 1 :


10000.

1.6 DESAIN LRFD STRUKTUR BAJA

Secara umum, suatu struktur dikatakan aman apabila memenuhi


persyaratan sebagai berikut:
0R„ > E7 Q, 1.19
Bagian kiri dari persamaan 1.19 merepresentasikan tahanan atau
kekuatan dari sebuah komponen atau sistem struktur. Dan bagian
kanan persamaan menyatakan beban yang harus dipikul struktur
tersebut. Jika tahanan nominal R dikalikan suatu faktor tahanan 0
maka akan diperoleh tahanan rencana. Namun demikian, berbagai
macam beban (beban mati, beban hidup, gempa, dan lain-lain) pada
bagian kanan persamaan 1.19 dikalikan suatu faktor beban y untuk
mendapatkan jumlah beban terfaktor

Faktor Beban dan Kombinasi Beban


Dalam persamaan 1.19 tampak bahwa tahanan rencana harus
melebihi jumlah dari bebanbeban kerja dikalikan dengan suatu
faktor beban. Penjumlahan beban-beban kerja ini yang dinamakan
sebagai kombinasi pembebanan. Menurut peraturan baja Indonesia,
SNI 03-1729-2002 pasal 6.2.2 mengenai kombinasi pembebanan,
dinyatakan bahwa dalam perencanaan suatu struktur baja haruslah
diperhatikan jenis-jenis kombinasi pembebanan berikut ini:
a.1,4D 1.20.a
b.1,2D + 1,6L + 0,5(E, atau H) 1.20.6
c.1,2D + 1,6(11 atau 11) + (71.1, atau 0,8W) 1.20.c
d.1,2D + 1,3W + y.L + 0,5(E atau H) 1.20.d
e.1,2D ± 1,0E + yL.L 1.20.e
f.0,9D ± (1,3W atau 1,0_E) 1.20.f
12 BAB 1 PENDAHULUAN

dengan:
1) adalah beban mad yang diakibatkan oleh berat konstruksi
permanen, termasuk dinding, lantai atap, plafon, partisi temp,
tangga dan peralatan layan temp
L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung,
termasuk kejut,

tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain
—lain
L adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan
oleh pekerja, peralatan,

dan material atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda
bergerak
H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan
air
W adalah beban angin
E adalah beban gempa yang ditcntukan dad peraturan gempa y, =
0,5 bila L < 5 kPa, dan y , = 1 bila L > 5 kPa. Faktor beban
untuk L harus sama dengan 1,0 untuk garasi parkin, daerah
yang digunakan untuk pertemuan umum dan semua daerah
yang memikul beban hidup lehih besar dari 5 kPa.

TABEL 1.4 HUBUNGAN KOMBINASI BEBAN DENGAN INDEKS KEANDALAN

Kombinasi Beban D & Indeks Keandalan, /3


3,0 untuk komponen struktur 4.5 untuk
D, L, dan W D, L, dan sambungan
E 2.5 untuk komponen struktur 1,75 untuk
komponen struktur

n CONTOH 1.2:
Suatu struktur pclat lantai dipikul oleh balok dari profil WF
450.200.9.14 dengan jarak
antar balok adalah sebesar 2,5 m (as ke as). Behan mati pelat lantai
sebesar 2,5 kN/

m' dan beban hidup 4 kN/m2. Hitunglah beban terfaktor yang harus
dipikul oleh balok tersebut sesuai kombinasi I.RFD (SNI 03-1729-2002)!

JAWAB:
Tiap balok harus memikul berat sendiri ditambah beban dari pelat
selebar 2,5 m. D = 0,76 + 2,5(2,5) = 7,01 kN/m
L = 2,5(4) = 10 kN/in
Karena hanya ada 2 jenis beban yakni beban mati dan beban hidup, maka
hanya perlu diperiksa terhadap kombinasi beban 1.1 dan 1.2 :
(1.20.a) U = 1,4D = = 9,814
(I.20.b) U = 1,2D + 1,4(7,01)
1,6L + ataukN/m
= 1,2(7,01) + 1,6(10) + 0,5(0) = 24,412
kN/m Jadi, beban terfaktor yang menentukan adalah
sebesar 24,412 kN/m.

n CONTOH 1.3:
Suatu sistem struktur atap dari profil WF 400.200.8.13 yang
diletakkan setiap jarak 3 m, digunakan untuk memikul beban mati
sebesar 2 kN/m 2 , beban hidup atap 1,5 kN/m - ' serta beban angin 1
kN/m 2 . Hitunglah beban terfaktor yang harus dipikul oleh profil
tersebut!

JAWAB:
Beban—beban yang harus dipikul profil tersebut adalah:
D =0,66 + 3(2) = 6,66 kN/m
L = 0 kN/m
L =3(1,5) = 4,5 kN/m
1,6 DESAIN LFRD STRUKTUR BAJA 13

W = 3(1) = 3 kN/m
Periksa terhadap kombinasi pembebanan 1.1 hingga 1.5:
(1.20.a) U = 1,4D = 1,4(6,66) = 9,324 kN/m
(1.20.b) U = 1,2D + 1,6L + 0,5(L„ atau H)
= 1,2(6,66) + 1,6(0) + 0,5(4,5) = 10,242 kN/m
(1.20.c) U = 1,2D + 1,6(L atau H) + (y 1 .L atau 0,8 W)
= 1,2(6,66) + 1,6(4,5) + 0,8(3) = 17,592 kN/m
(1.20.d) U = 1,2D + 1,3W + y,.L + 0,5(L atau H)
= 1,2(6,66) + 1,3(3) + 0 + 0,5(4,5) = 14,142 kN/m
( 1. 2 0 . e ) U = 0 , 9D + 1, 3 W
= 0,9(6,66) + 1,3(3) = 9,894 kN/m atau 2,094 kN/m
Jadi, beban terfaktor yang hams dipikul profil tersebut adalah
sebesar 17,592 kN/m

nCONTOH 1.4:
Sebuah kolom baja dari suatu struktur bangunan gedung, memikul
beban-beban aksial sebagai berikut: beban coati 85 ton, beban hidup
(far; atap 25 ton, beban hidup dari lantai bangunan 110 ton, beban
angin + 35 ton, beban gempa + 30 ton. Hitunglah beban desain
kolom sesuai kombinasi LRFD!

JAWAB:
Beban-beban yang harus dipikul profit tersebut adalah:
D = 85 ton W = + 5 ton
L = 25 ton E = + 30 ton
L = 110 ton misalkan diambil yl =
0,5

Periksa terhadap kombinasi pembebanan 1.1


hingga 1.6:

(1.20.a) U = 1,4D = 1,4(85) = 119


ton

(1.20.b) U = 1,2D + 1,6L + 0,5L, +


= 1,2(85) + 1,6(110) 0,5(25) = 290,5 ton
(1.20.c) U = 1,2D + 1,6L, + 0,5/,
= 1,2(85) + 1,6(25) + 0,5(110) = 197 ton
( 1. 20. c ) U = 1, 2D + 1, 6L + 0, 8W
= 1,2(85) + 1,6(25) + 0,8(35) = 170 ton
(1.20.d) U = 1,2D + 1,3W + 0,5L + 0,5L,
= 1,2(85) + 1,3(35) + 0,5(110) + 0,5(25) = 215 ton
(1.20.e) U = 1,2D + 1,OF + 0,5L
= 1,2(85) ± 30 + 0,5(110) = 187 ton atau 127 ton
( 1. 20. f) U = 0, 9D ± 1, 3 W
= 0,9(85) ± 1,3(35) = 122 ton atau 31 ton
( 1. 20. f) U = 0, 9D + 1, OF
= 0,9(85) + 1,0(30) = 106,5 ton atau 46,5 ton
Jadi, beban terfaktor yang harus dipikul oleh kolom tersebut adalah
sebesar 290,5 ton.

Faktor Tahanan
Faktor tahanan dalam perencanaan struktur berdasarkan metode LRFD,
ditentukan dalam tabel 6.4-2 SNI 03-1729-2002, sebagai berikut:
a.Komponen struktur yang memikul lentur 0 = 0,90
b.Komponen struktur yang memikul gaga tekan aksial0 = 0,85
c.Komponen struktur yang memikul gava tank
1)Terhadap kuat tank leleh 0 = 0,90
2)Terhadap kuat tank fraktur 0 = 0,75
14 BAB 1 PENDAHULUAN

d . Komponen struktur yang memikul gaya aksial 0= 0,9


e . dan lentur Komponen struktur komposit 0
1) Kuat tekan = 0,8
2) Kuat tumpu beton = 5
0,6
3) Kuat lentur dengan distribusi tegangan 0 = 0
0,8
plastis
4) Kuat lentur dengan distribusi tegangan 0 = 5
0,9
f . elastic
Sambungan 0 = 0
0,7
g . baut 5
Sambungan
1) Las tumpul penetrasi penuh = 0,9
2) Las sudut, las tumpul penetrasi sebagian, 0= 0,7
las pengisi 5
2
Material Baja dan
Sifat-sifatnya
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
Memahami unsur-unsur penyusun material baja
Sifat-sifat mekanik dan perilaku material baja

Pokok-pokok Pembahasan Bab


1.1 Sejarah Penggunaan Material Baja
1.2 Material Baja
1.3 Sifat-silat Mekanik Baja
1.4 Keuletan Material
1.5 Tegangan Multiaksial
1.6 Perilaku Baja pada Temperatur Tinggi
1.7 Pengerjaan Dingin dan Penguatan Regatigan
1.8 Keruntuhan Getas
1.9 Sobekan Lamelar
1.10 Keruntuhan Lelah

2.1 SEJARAH PENGGUNAAN MATERIAL BAJA

Pada masa awal penggunaannya sekitar tahun 4000 SM, besi


(komponen utama penyusun baja) digunakan untuk membuat
peralatan-peralatan sederhana. Material ini dibuat dalam bentuk besi
tempa, yang diperoleh dengan mernanaskan bijih-bijih besi dengan
menggunakan arang. Sekitar akhir abad ke-18 dan permulaan abad
ke-19, besi Luang dan besi tempa sudah mulai banyak digunakan
untuk pembuatan struktur jembatan. Jembatan Lengkung
Coalbrookdale yang melintang di atas Sungai Severn (Inggris) adalah
jembatan pertama yang terbuat dari besi twang. Jembatan dengan
panjang bentang sekitar 30 m ini dibangun oleh Abraham Darby III.

Gambar 2.1 Coalbrookdale Arch Bridge (Sumber: www.grearbuildings.com )


16 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA

Gambar 2.2 Eads Bridge, Sc. Louis, USA (Sumter: www.bridgepos.com )

Pada abad ke-19 muncul material baru yang dinamakan dengan


baja yang merupakan logam paduan antara besi dan karbon.
Material baja mengandung kadar karbon yang lebih sedikit daripada
besi tuang, dan mulai digunakan dalam konstruksi-konstruksi berat.
Pembuatan baja dalam volume besar dilakukan pertama kali oleh Sir
Henry Bessemer dari Inggris. Sir Henry menerima hak paten dari
pemerintah Inggris pada tahun 1855 atas temuannya tersebut.
Beliau mempelajari bahwa dengan menghembuskan aliran udara di
atas besi cair panas akan membakar kotoran-kotoran yang ada
dalam besi tersebut, namun secara bersarnaan proses ini juga
menghilangkan komponen-komponen penting seperti karbon dan
mangan. Selanjurnya komponen-komponen penting ini dapat
digantikan dengan suatu logam paduan antara besi, karbon dan
mangan, di samping itu juga mulai ditambahkan batu kapur yang
dapat mengikat senyawa fosfor dan sulfur. Dengan ditemukannya
proses Bessemer, maka di tahun 1870 baja karbon mulai dapat
diproduksi dalam Skala besar dan secara perlahan material baja
mulai menggantikan besi tuang sebagai elemen konstruksi.
Gambar 2.3 Home Insurance Company Building,
Chicago. (Somber WWW. ar.utexas.edu)
2.2 MATERIAL BAJA 17

Di Amerika Serikat jetnbatan kereta api pertama yang dibuat


dari baja adalah jembatan Eads, yang diselesaikan pada tahun 1874.
Jembatan yang memakan biaya sekitar $10.000.000 ini terdiri dari
tiga buah hentangan, hentangan tengah sepanjang 520 ft sedangkan
dua hentangan yang lain sepanjang 500 ft.
Struktur portal rangka baja pertama adalah Home Insurance
Company Building di Chicago yang dibangun oleh William I,e
Baron Jenny. Jenny menggunakan kolom dari besi twang yang
dibungkus dengan bata, balok-balok untuk enam lantai pertama
terbuat dari besi tempa, sedangkan balok-balok di lantai atasnya
terbuat dari balok baja struktural.

2. 2 M ATE RI AL B AJ A

Baja yang akan digunakan dalam struktur dapat diklasifikasikan


menjadi baja karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja
paduan. Sifat-sifat mekanik dari baja tersebut seperti tegangan leleh
dan tegangan putusnya diatur dalam ASTM A6/A6M.
a.Baja karbon
Baja karbon dibagi menjadi 3 kategori tergantung dari
persentase kandungan karbonnya, yaitu: baja karbon rendah
(C = 0,03-0,35%), baja karbon medium (C = 0,35-0,50%),
dan baja karbon tinggi (C = 0,55-1,70%). Baja yang sering
digunakan dalam struktur adalah baja karbon medium,
misalnya baja BJ 37. Kandungan karbon baja medium
bervariasi dari 0,25-0,29% tergantung kctebalan. Selain
karbon, unsur lain yang juga terdapat dalam baja karbon
adalah mangan (0,25-1,50%), Silikon (0,25-0,30%), fosfor
(maksimal 0,04%) dan sulfur (0,05%). Baja karbon
menunjukkan titik peralihan leleh yang jelas, seperti nampak
dalam Gambar 2.4, kurva. a. Naiknya persentase karbon
mcningkatkan tegangan leleh namun menurunkan daktilitas,
salah sate dampaknya adalah membuat pekerjaan las
menjadi lebih sulit. Baja karbon umumnya memiliki tegangan
leleh (f) antara 210-250 MPa
b.Baja paduan rendah mum tinggi
Yang tcrmasuk dalam kategori baja paduan rendah mutu
tinggi (high-strength low-alloy steel/HSLA) mempunyai
tegangan leleh berkisar antara 290-550 MPa dengan
tegangan putus (f) antara 415-700 MPa. Titik peralihan leleh
dari baja ini nampak dengan jelas (Gambar 2.4 kurva b).
Penambahan sedikit bahan-bahan paduan seperti chromium,
columbium, mangan, molybden, nikel, fosfor, vanadium atau
zirkonium dapat memperbaiki sifat-sifat mekaniknya. Jika
baja karbon mendapatkan kekuatannya seiring dengan
penambahan persentase karbon, maka bahan-bahan paduan
ini mampu memperbaiki sifat mekanik baja dengan
membentuk mikrostruktur dalam bahan baja yang lebih
halus.
c.Baja paduan
Baja paduan rendah (low alloy) dapat ditempa dan
dipanaskan untuk memperoleh tegangan leleh antara 550-
760 MPa. Titik peralihan leleh tidak tampak dengan jelas
(Gambar 2.4 kurva c). Tegangan leleh dari baja paduan
biasanya ditentukan sebagai tegangan yang terjadi saat
timbul regangan permanen sebesar 0,2%, atau dapat
ditentukan pula sebagai tegangan pada saat regangan
mencapai 0,5%.

Baut yang biasa digunakan sebagai alat pengencang mempunyai


tegangan putus minimum 415 MPa hingga 700 MPa. Baut mutu tinggi
mempunyai kandungan karbon maksimum 0,30%, dengan tegangan
putus berkisar antara 733 hingga 838 MPa.
18 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA

Tegangan, MPa
tegangan leleh akibat regangan 0,5%
800

tegangan leleh akibat regangan permanen 0,2%


700
100
baja dengan f y > 700 MPa;
tipikal untuk baja dengan f y > 450 MPa
600

80

500

regangan permanen sebesar 0,2% (0,002 inci/inci)

baja dengan f y = 345 MPa; tipikal untuk baja —400


dengan f < 450 MPa

tegangan leleh atas 300


Kemiringan
40 Baja BJ37
Esc
tegangan leleh bawah
200
batas elastis
20 daerah plastis daerah penguatan regangan
- 100

Kemiringan E
4 I I I 4
0 0,005 0,010 0,015 0,020 0,025

Regangan e, inci/inci

Gambar 2.4 Hubungan tegangan—regangan tipikal. (Sumber: Salmon & Johnson, Steel
Structures Design and Behavior, 4' ed.)

2.3 SIFAT—SIFAT MEKANIK BAJA


Agar dapat memahami perilaku suatu struktur baja, maka seorang
ahli struktur harus memahami pula sifat-sifat mekanik dari baja.
Model pengujian yang paling tepat untuk mendapatkan sifat-sifat
mekanik dari material baja adalah dengan melakukan uji tarik
terhadap suatu benda uji baja. Uji tekan tidak dapat memberikan
data yang akurat terhadap sifat-sifat mekanik material baja, karena
disebabkan beberapa hal antara lain adanya potensi tekuk pada
benda uji yang mengakibatkan ketidakstabilan dari benda uji
tersebut, selain itu perhitungan tegangan yang terjadi di dalam
benda uji lebih mudah dilakukan untuk uji tarik daripada uji tekan.
Gambar 2.5 dan 2.6 mcnunjukkan suatu hasil uji tarik material baja
yang dilakukan pada suhu kamar serta dengan memberikan laju
regangan yang normal. Tegangan nominal (fi yang terjadi dalam
benda uji diplot pada sumbu vertikal, sedangkan regangan (e)
yang merupakan perbandingan antara pertambahan panjang
dengan panjang mula-mula (AL/L) diplot pada sumbu horizontal.
Gambar 2.5 merupakan hasil uji tarik dari suatu benda uji baja
yang dilakukan hingga benda uji mengalami keruntuhan,
sedangkan Gambar 2.6 menunjukkan gambaran yang lebih detail
dari perilaku benda uji hingga mencapai regangan sebesar ± 2%.
2.3 SIFAT-SIFAT MATERIAL BAJA 19

Gambar 2.5 Kurva Hubungan Tegangan (5 vs Regangan (e)

f A
daerah daerah
elastis plastis

y u

f p

2%
regangan
permanen

Gambar 2.6 Bagian Kurva Tegangan — Regangan yang I)iperbesar

Titik—titik penting dalam kurva tegangan—regangan antara


lain adalah:
f : batas
proporsional

f
, : batas elastis
,, 4 : tegangan leleh atas dan bawah
f
20 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA

: tegangan putus
: regangan saat mulai terjadi efek strain–hardening
(penguatan regangan) : regangan saat tercapainya
tegangan putus

Titik–titik penting ini membagi kurva tegangan–regangan


menjadi beberapa daerah sebagai berikut:
1.Daerah linear antara 0 dan f, dalam dacrah ini herlaku Hukum
Hooke, kemiringan dari bagian kurva yang lurus ini disebut
sebagai Modulus Elastisitas atau Modulus Young, Ef/E)
2.Daerah elastis antara 0 danf pada daerah ini jika beban
dihilangkan maka benda uji akan kembali ke bentuk semula
atau dikatakan bahwa benda uji tersebut masih bersifat
elastis
3.Daerah plastis yang dibatasi olch regangan antara 2% hingga
1,2-1,5%, pada bagian ini regangan mengalami kenaikan
akibat tegangan konstan sebesar Daerah ini dapat
menunjukkan pula tingkat daktilitas dari material baja
terse-but. Pada baja mutu tinggi terdapat pula daerah
plastis, namun pada dacrah ini tegangan masih mengalami
kenaikan. Karena itu baja jenis ini tidak mempunyai daerah
plastis yang benar-benar datar sehingga tak dapat dipakai
dalam analisa plastis
4.Daerah penguatan regangan (strain–hardening) antara E, dan
Untuk regangan

lebih besar dari 15 hingga 20 kali regangan elastis


maksimum, tegangan kernbali mengalami kenaikan namun
dengan kemiringan yang lebih kecil daripada kemiringan
daerah elastis. Daerah ini dinamakan daerah penguatan
regangan (strain–hardening), yang berlanjut hingga
mencapai tegangan putus. Kemiringan daerah ini dinamakan
modulus penguatan regangan (F,)

Dalam perencanaan struktur baja, SNI 03-1729-2002 mengambil


beberapa sifat–sifat mekanik dari material baja yang sama yaitu:
Modulus Elastisitas, = 200.000 MPa
E
Modulus Geser, G = 80.000 MPa
Angka poisson = 0,30
Koefisien muai = 12.10 - (1`'C
panjang, a
Sedangkan berdasarkan tegangan leleh dan tegangan putusnya,
SNI 03-1729-2002 mengklasifikasikan mutu dari material baja
menjadi 5 kelas mutu sebagai berikut:

TABEL 2.1 SIFAT–SIFAT MEKANIS BAJA STRUKTURAL


Jenis Tegangan Putus Tegangan Leleh Regangan
Baja minimum, 4 minimum, f minimum
(MPa) (MPa) (%)
Iii 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Menurut Kuzmanovic dan Willems (1977), mendefinisikan daktilitas
material baja
sebagai rasio antara dengan £7.
t' = — 2.1
2 . 3 K E U L E TAN MATE R I A L 21

Nilai daktilitas dari berbagai material baja berbeda-beda. Baja


mum tinggi memiliki nilai daktilitas yang lebih rendah
dibandingkan misalnya moat 13 .1 37. Beberapa baja mum tinggi
bahkan memiliki nilai daktilitas mendekati satu, atau dcngan kata
lain hampir tidak ada bagian yang mendatar pada kurva tegangan-
regangan. Untuk baja mum tinggi ini juga tidak menunjukkan nilai
tegangan leleh (4) yang jelas, sehingga nilai tegangan leleh dari
baja mum tinggi didefinisikan sebagai besarnya tegangan yang
dapat menimbulkan regangan permanen scbesar 0,2%. Rendahnya
daktilitas juga membuat material baja menjadi lebih sensitif akibat
adanya tegangan sisa yang terjadi selama proses pcmbuatan baja
terscbut. Proses pahrikasi baja mutu tinggi juga harus diawasi
dengan lebih cermat, terutama pada saat pengelasan yang dapat
menimbulkan sobckan lamelar (dibabas dalam sub bab 2.9).

2.4 KEULETAN MATERIAL


Penggunaan material baja dengan mutu yang lebih tinggi dart B J
37 tanpa ada perlakuan panas (heat treatment) akan mengakibatkan
bahan tidak memiliki daktilitas yang baik dan bahan yang
getas/mudah patah, sehingga penggunaan material yang demikian
perlu mendapat perhatian yang lebih dari seorang perencana
struktur. Dalam perencanaan struktur baja, keuletan material
(toughness) adalah ukuran dari suatu material untuk menahan
terjadinya putus (fracture) atau dengan kata lain adalah
kemampuan untuk menyerap energi. Keuletan material juga dapat
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menahan terjadinya
perambatan retak akibat adanya takikan pada badan material. Retak
yang mcrambat akan mengakibatkan keruntuhan getas pada
material.
Dalam uji tank uniaksial, keuletan material dapat dihitung
sebagai luas total dari kurva tegangan-regangan hingga titik putus
benda uji (pada saat kurva tegangan—regangan berakhir). Karena
kondisi tank uniaksial jarang dijumpai pada struktur yang
scbenarnya, maka indeks keuletan bahan dapat diukur berdasarkan
kondisi tegangan yang lebih kompicks yang terjadi pada suatu
takikan.
Salah satu cara untuk mengukur keuletan dari material adalah
dengan mclakukan eksperimen Charpy (Charpy V-notch Test). Uji
Charpy ini menggunakan benda uji balok heton persegi yang
tertumpu sederhana dan memiliki takikan berbentuk V pada bagian
tengah bentang. Balok ini kemudian dipukul dengan suatu bandul
berayun hingga patah. Energi yang diserap oleh benda uji dapat
dihitung dari tinggi jatuh bandul hingga benda uji patah. Energi yang
dapat diserap suatu benda uji akan bertambah seiring dengan ke-
naikan suhu pada saat pengujian dilakukan.
Gambar 2.7 Hasil U i Charpy pada Bcrbagai Temperatur

-
4
-200 -100 0 100 200
T drop ratu re rrf oj
H igh Carbon steel . • Lt tA l G ar b o r st e e l
orked Errms A l er , r o r ur ,
eppQ1 Aunten din Stain s Steel
A nnealed eras
22 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA

Daerah transisi antara perilaku daktail dan Betas dari suatu


material dapat diperoleh dengan melakukan uji Charpy pada
berbagai temperatur. Benda uji dapat didinginkan dengan
menggunakan nitrogen cair pada suhu —196 °C. Cara lain untuk
mendapatkan suhu rendah adalah dengan membuat campuran
antara nitrogen cair, alkohol, es (H,0), dan es kering (C0 7). Untuk
menaikkan temperatur dapat ditempuh dengan cara direndam pada
air mendidih atau dengan dipanaskan pada suatu tungku pembakar.
Hasil uji Charpy untuk berbagai jenis material baja pada berbagai
temperatur pengujian ditunjukkan dalam Gambar 2.7.

2.5 TEGANGAN MULTIAKSIAL

Untuk tiap kondisi tegangan multiaksial, diperlukan definisi leleh


yang jelas, definisi ini dinamakan kondisi leleh (atau teori
keruntuhan) yang merupakan suatu persamaan interaksi antara
tegangan—tegangan yang bekerja.

Kriteria Leleh (Huber — Von Mises — Hencky)


Kriteria leleh untuk kondisi tegangan triaksial menurut Huber — von
Mises — Hencky adalah:

2.2

Dengan 6 i, a„ a, adalah
merupakan tegangan— 2.3
tegangan utama,
sedangkan CT
adalah < 1
tegangan efektif.
Dalam banyak
perencanaan
struktur mendekati nol atau cukup kecil

sehingga dapat diabaikan. Dan persamaan 2.2 dapat direduksi


menjadi:
0- 2 = a12
+.,a 0- 0-
2 2
f
2 y

Atau dapat dituliskan pula sebagai:


2 2
+ 0-2 CT 10- 2

f2 fy2 2.4 fy 2

Persamaan 2.3 dapat digambarkan sebagai kurva seperti dalam


Gambar 2.8.

Tegangan Geser Leleh


Titik leleh untuk kondisi geser murni, dapat ditentukan dari kurva
tegangan—regangan dengan beban geser, atau dengan menggunakan
persamaan 2.3. Geser murni terjadi pada bidang 45 ° dari bidang
utama, atau pada saat 6, = —6i, dan tegangan geser T = a,. Sub-
stitusikan G, —6 ke persamaan 2.3 sehingga diperoleh:
2
= a12 +a, a,(—a1)= 3a,' = 3y 2
= f2 2.5
1
Atau: T = _____f = 0,6f 2.6
Ni3

Modulus Geser (G), dirumuskan sebagai G = 20+p)


Dengan E adalah modulus elastis bahan dan µ adalah angka Poisson.
Untuk baja, nilai modulus geser, G ---- 80000 MPa

E
2.6 PERILAKU BAJA PADA TEMPERATUR TINGGI
23
leh
an
an
)),
im
PY

ni
. r-

:y

h
it

Gamhar 2.8 Kriteria Leleh Encrgi Distorsi


3 untuk Tegangan Bidang

2.6 PERILAKU BAJA PADA TEMPERATUR TINGGI

Proses desain suatu struktur untuk


suatu beban layan pada temperatur
normal, biasanya jarang sekali
memperhitungkan perilaku material
pada temperatur tinggi. Pengetahuan
mengenai sifat-sifatlperilaku material
baja pada temperatur tinggi sangat
diperlukan terutama pada saat
melakukan proses pengelasan atau
pada saat struktur terekspose di dalam
api.
Pada temperatur sekitar 93 ° C,
kurva tcgangan-regangan akan
berubah menjadi tak linear lagi, dan
secara bersamaan titik leleh material
tidak tampak dengan jelas. Modulus
elastisitas, tegangan leleh dan
tegangan tarik semuanya akan
tereduksi seiring dengan naiknya
temperatur material. Pada temperatur
antara 430 - 540 ° C laju penurunan
sifat-sifat mekanik dari baja mencapai
tingkat maksimum. Tiap material baja
memiliki kandungan kimia dan
mikrostruktur yang berbeda-beda,
namun secara umum hubungar, antara
kenaikan temperatur dengan reduksi
sifat-sifat mekaniknya ditunjukkan
dalam Gambar 2.9. Baja dengan
kandungan karbon yang cukup,
seperti BJ 37, menunjukkan perilaku
"strain aging" pada kisaran
temperatur 150 - 370 ° C. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya sedikit
kenaikan dari tegangan leleh dan
tegangan tariknya. Tegangan tarik
mengalami kenaikan sekitar 10% pada
temperatur tersebut dan pada
temperatur 260 - 320 ° C tegangan
leleh naik kembali seperti pada
kondisi temperatur ruangan normal.
"Strain aging" akan mengurangi
daktilicas material baja.
Modulus elastisitas baja tereduksi
secara cepat pada temperatur di atas
540°C. Ketika temperatur mencapai 260 -
320°C, baja mengalami deformasi sciring
dengan pertambahan
24 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA

waktu di bawah beban yang dikerjakan. Fenomena ini


disebut dengan istilah rangkak (creep) yang biasanya
dijumpai pada material beton, pada temperatur normal
fenomena rangkak tidak dijumpai pada material baja.

Temperatur, °C
200 400 600 800 1000
1,2
1

1,0

0,8

0,6

0,4

0,2

0 400 800
1200 1600
2000
Temperatur, °F

(a) Efek Temperatur terhadap


Tegangan Leleh
co a)
1,0

io
 o_

0. a) 1,0
cf)

o_ E a- co -• o o
0,8
co-te• am A- -0
 4-
-c) 0_ CZ
o_ c E 1:7) 0,6
 0 _ 0 , 8s) .
2E
E •-5
cci °- 0,4
co)
cl as co c
o c co 0,2

2 • a.) 2

E es) co CC CD Q.) 2

0 400 800 1200 1600


2000
Temperatur, °F
(b)Efek Temperatur terhadap Tegangan Putus
0

0 200 1
0 400 600 801 1

0 1000
Temperatur, °F

(c)Efek Temperatur terhadap Modulus


Elastisitas

Gambar 2.9 Eta Kenaikan Temperatur [el-ha-lap Sitar-sifat Mekanik


Material Baja. (Sumber: Salmon & Johnson, Steel Structures Design and
Behavior.
2.7 PENGERJAAN DINGIN DAN PENGUATAN REGANGAN 25

ak Efek lain yang terjadi pada material baja akibat kenaikan


na temperatur antara lain adalah naiknya tahanan impak pada takikan
pada temperatur 65 — 95 ° C, meningkatnya sifat getas material
akibat perubahan metalurgi dari material, dan naiknya ketahanan
baja terhadap korosi pada temperatur 540 ° C.

2.7 PENGERJAAN DINGIN DAN PENGUATAN REGANGAN

Setelah regangan leleh E = f/E pada leleh pertama terlampaui, dan


benda uji dibebasbebankan, pembebanan kembali akan
memberikan hubungan tegangan—regangan yang berbeda dari
hubungan semula. Dalarn gambar 2.10 proses pembebasbebanan
terjadi dari lintasan A ke B, timhul regangan permanen OB.
Kapasitas daktilitas berkurang dari regangan OF ke BE
Pembebanan kembali dimulai dari titik B hingga mencapai daerah
penguatan regangan (titik C). Dari titik C dibebas-bebankan
kembali sampai ke titik D.

Tegangan Tank

Hubungan tegangan-
E (tegangan
regangan elastis-plastis
putus)
a
C7 r
) t
peningkatan
a
tegangan
leleh
akibat
Kemiringan
penguatan
elastis
regangan

__________Daerah plastis penguatan regangan


__ Regangan
Daerah elastis

Regangan permanen

Gambar 2.10 hfek Penguatan Regangan

Bila material baja yang mengalami pembebanan hingga mencapai daerah


penguatan : - egangan dan kemudian beban dilepaskan beberapa saat, maka
material itu akan menam:akkan sifat yang berbeda. Hubungan tegangan—
regangan tidak lagi melalui lintasan D, C dalam Gambar 2.11, namun titik
leleh baja akan meningkat. Fenomena ini disebut strain Baja yang
mengalami strain aging akan mengalami kenaikan tegangan leleh, tegangan
ririk dan tegangan putusnya, daerah plastis dengan tegangan konstan juga
mengalami ,Ltnaikan, namun daktilitas material ini mengalami penurunan.
Beban mulai diberikan kembali dari titik D, panjang lintasan DC lebih
panjang dari :ntasan BA yang mengindikasikan pula terjadi kenaikan titik
leleh, peristiwa ini disebut efek penguatan regangan. Proses pembebanan
di luar daerah elastis yang berakibat pe7.,:hahan daktilitas bahan, dan
dilakukan pada temperatur ruangan dikenal dengan istilah pengerjaan
dingin (cold form).
26 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATN YA

peningkatan
ct, tegangan
peningkatan akibat strain
akibat aging
penguatan
regangan

D
Regangan
Daktilitas setelah
penguatan regangan
dan strain aging

Gambar 2.11 Efek Strain Aging

2.8 KERUNTUHAN GETAS

Meskipun keruntuhan struktur baja pada umumnya merupakan


keruntuhan daktail, namun dalam bermacam variasi kondisi,
keruntuhan baja dapat merupakan keruntuhan getas. Keruntuhan
getas adalah merupakan suatu keruntuhan yang terjadi secara tiba-
tiba tanpa didahului deformasi plastis, terjadi dengan kecepatan yang
sangat tinggi. Keruntuhan ini dipengaruhi oleh temperatur,
kecepatan pembebanan, tingkat tegangan, tebal pelat, dan sistem
pengerjaan. Secara garis besar, faktor-faktor yang dapat
menimbulkan keruntuhan getas pada suatu elemen struktur
ditampilkan dalam Tabc1 2.2 berikut ini:

TABEL 2.2 FAKTOR—FAKTOR YANG POTENSIAL MENIMBULKAN KERUNTUHAN


GETAS
No Faktor Pengaruh Efek
1 Tcrnperatur Makin tinggi temperatur makin besar peluang
rerjadinya keruntuhan gctas
2 Tcgangan tarik Keruntuhan gctas hanya dapat- terjadi
di bawah tegangan tarik
3 Ketebalan material Makin tebal material baja, makin besar peluang
terjadinya keruntuhan gctas
4 Kontinuitas 3 Menimbulkan cfck tegangan multiaksial yang
dimensi cenderung mengekang proses lelch baja dan
meningkatkan kecenderungan terjadinya
5 Takikan keruntuhan
Adanya gems
takikan akan meningkatkan potensi
keruntuhan getas
6 Kcccpatan Makin cepat kelajuan pembebanan, makin
pembebanan besar Pula peluang terjadinya keruntuhan
Pcrubahan laju getas
Naiknya kelajuan tegangan akan
regangan meningkatkan potensi keruntuhan gems
8 Las Retakan pada las akan dapat beraksi sebagai
suatu takikan
2 . 9 S O B E KA N L A M E L A R 27

2.9 SOBEKAN LAMELAR


Pembuatan profil baja umumnya dilakukan dengan proses gilas
panas. Proses ini mengakibatkan profil mempunyai sifat yang
berbeda dalam arah gilas, arah transversal dan arah ketebalan.
Dalam daerah clastis sifat-sifat baja dalam arah gilas dan
transversal hampir sama. Namun daktilitas dalam arah ketebalan
jauh lebih kecil daripada daktilitas dalam arah gilasnya.
Sohekan lamelar merupakan keruntuhan getas yang terjadi pada
bidang gilas akibat gaya tank besar yang bekerja tegak lurus
ketebalan elemen pelat profil. Karena regangan yang diakibatkan
oleh beban layan biasanya lebih kecil dari regangan leleh, maka
Behan-Behan layan tak diperhatikan sebagai penyebab sobekan
lamelar. Pada sambungan las dengan kekangan tinggi, sobekan
lamelar disebabkan oleh penyusutan las yang mengakibatkan
timbulnya regangan yang beberapa kali lebih besar daripada
regangan lelehnya. Keruntuhan akibat sobekan lamelar dikategorikan
sebagai kcruntuhan getas. Sobekan lamelar umumnya dijumpai pada
sambungan-sambungan las berbentuk T seperti pada Gambar 2.13. Di
samping itu ukuran las juga mempengaruhi terjadinya sobekan
lamelar, sebaiknya ukuran las tidak melebihi 20 mm untuk
menghindari terjadinya sobekan lamelar.

„.---"Arah
,/transversal
t o
)a
Arah penggilingan
in
in Z = Arah ketebalan
tit
Gambar 2.12 Arah Gilas, Arah Transversal, dan Arah Ketebalan

a Gambar 2.13 Sobekan Lamelar pada Sambungan T da Las Sudut


Gambar 2.14 Sohekan Lamelar Akibat Susut Sambungan Las
28 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA

Gambar 2.15 Pemzeriaan Las untuk Menghindari Sobekan Lamelar

Bagian pelat baja yang mengalami sobekan lamelar akan menjadi


berserabut (Gambar 2.14), hal ini mengindikasikan bahwa pelat
tersebut mcmiliki daktilitas yang rendah dalam arch ketebalan.
Salah satu cara mencegah terjadinya sobekan lamelar adalah
dengan memperbaiki detail sambungan las. Beberapa cara perbaikan
diperhhatkan dalam Gambar 2.15.

2.10 KERUNTUHAN LELAH

Pembebanan yang bersifat siklik (khususnya beban tank) dapat


menyebabkan keruntuhan, meskipun tegangan !etch baja tak pernah
tercapai. Keruntuhan ini dinamakan keruntuhan lelah (fatigue fa'
ilure). Keruntuhan lelah dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni:
a.junilah siklus pembebanan
b.daerah tegangan layan (perbedaan antara tegangan
maksimum dan minimum)
c.cacat-cacat dalam material tersebut, seperti retak-retak kecil

Pada proses pengelasan cacat dapat diartikan sebagai takikan


pada pertemuan antara dua elemen yang disambung. Lubang baut
yang mengakibatkan dikontinuitas pada elemen juga dapat
dikategorikan sebagai cacat pada elemen tersebut. Cacat-cacat kecil
dalam suatu elemen dapat diabaikan dalam suatu proses desain
struktur, namun pada struktur yang mengalami beban-beban siklik,
maka retakan akan makin bertambah panjang untuk tiap siklus
pembebanan sehingga akan mengurangi kapasitas elemen untuk
memikul beban layan. Mum baja tidak terlalu mempengaruhi
keruntuhan lelah ini.
3
Batang Tarik
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
Mengetahui perilaku keruntuhan suatu batang tarik
Melakukan proses desain penampang suatu komponen struktur
tarik

Pokok-pokok Pembahasan Bab


1.1 Pendahuluan
1.2 Tahanan Nominal
1.3 Luas Netto
1.4 Efek Lubang Berselang-seling pada Luas Netto
1.5 Luas Netto Efektif
1.6 Geser Blok (Block Shear)
1.7 Kelangsingan Struktur Tarik
1.8 Transfer Gaya pada Sambungan
bar
am
3.1 PENDAHULU AN

iiki Batang tarik banyak dijumpai dalam banyak struktur baja, seperti
struktur-struktur jembatan, rangka atap, menara transmisi, ikatan
angin, dan lain sebagainya. Batang tarik ini sangat efektif dalam
memikul beban. Batang ini dapat terdiri dari profit tunggal ataupun
profil-profil tersusun. Contoh-contoh penampang batang tarik adalah
profil bulat, pelat, siku, siku ganda, siku bintang, kanal, WF, dan lain-
lain. Gambar 3.1 menunjukkan beberapa penampang dari batang
tarik yang umum digunakan.

tn
,
an

ra (a) pelat
1E
(h) profil kanal ganda
(b) bulat pejal
I
(i) profil S
(c) prof!! kanal
L
(d) profil siku

tl JL
(e) profil siku ganda (f) profil siku bintang (g) profil WF
g
Gambar 3.1 Beberapa Penampang Batang Tarik
3 0 B A B 3 B A TA N G TA R I K

Gambar 3.2 Struktur Rangka Atap Baja dengan Meng—,unakan


Profil Siku. (Somber: Koleksi Pribadi)

Struktur rangka atap biasanya menggunakan profil siku tunggal


atau dapat pula digunakan dua buah profil siku yang diletakkan
sating membelakangi satu sama lain. Jarak di antara dua buah profil
siku tersebut harus cukup agar dapat diselipkan sebuah pelat (biasa
dinamakan pelat buhul) yang digunakan sebagai tempat
penyambungan antar batang. Siku tunggal dan siku ganda mungkin
merupakan profil batang tarik yang paling banyak digunakan. Profil
T biasanya juga dapat digunakan dalam struktur rangka atap sebagai
alternatif dari profil siku.

Gambar 3.3 Struktur Rangka Jembaran Kercta Api. (.Somber.• Koleksi Pribadi)

Pada struktur rangka jembatan dan rangka atap yang berbentang


besar, umum digunakan profil—profil WP atau profil kanal.
3 . 2 TA H A N A N N O M I N A L 3 1

2 TAHANAN NOMINAL

Dalam menentukan tahanan nominal suatu batang tarik, harus diperiksa terhadap tiga macam
kondisi keruntuhan yang menentukan, yaitu:
a.leleh dari luas penampang kotor, di daerah yang jauh dari sambungan
b.fraktur dari luas penampang efektif pada daerah sambungan
c.geser blok pada sambungan

Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 10.1 dinyatakan bahwa semua komponen struktur yang
memikul gaya tarik aksial terfaktor sebesar T, maka harus memenuhi:

< 0. T, 3.1
SNI 03-1729-2002 menggunakan notasi N. untuk menyatakan gaya tarik aksial ter -
faktor, namun dalam buku ini digunakan notasi T untuk membedakan dengan notasi
untuk gaya tekan aksial yang akan dibahas dalam bab selanjutnya. T adalah tahanan
nominal dari penampang yang ditentukan berdasarkan tiga macam kondisi keruntuhan
batang tarik seperti telah disebutkan sebelumnya.
Besarnya tahanan nominal, T, suatu batang tank untuk ripe keruntuhan leleh dan fraktur
ditentukan sebagai berikut:

u-
*.xldisi Leleh dari Luas Penampang Kotor
di
sa Bila kondisi leleh yang menentukan, maka tahanan nominal, T., dari batang tank memenuhi
g. persamaan:
tk T = AA .f f 3.2
ai
Dengan A g = luas penampang kotor, mm `
f= kuat leleh material, MPa

+Condisi Fraktur dari Luas Penampang Efektif pada Sambungan


Untuk batang tank yang mempunyai lubang, misalnya untuk penempatan baut, maka luas
penampangnya tereduksi, dan dinamakan luas netto (A). Lubang pada batang me-
nimbulkan konsentrasi tegangan akibat beban kerja. Teori elastisitas menunjukkan bahwa
tegangan tank di sekitar lubang baut tersebut adalah sekitar 3 kali tegangan rerata pada
penampang netto. Namun saat serat dalam material mencapai regangan leleh = fy/E,

tegangan menjadi konstan sebesar f, dengan deformasi yang masih berlanjut sehingga semua
serat dalam material mencapai e), atau lebih. Tegangan yang terkonsentrasi di sekitar lubang
tersebut menimbulkan fraktur pada sambungan.

0--

f 3f
max rerata

(a) Tegangan elastis (b) Keadaan batas

Gambar 3.4 Distribusi Tegangan Akibat Adanya Lubang pada Penampang


3 2 B A B 3 B A TA N G TA R I K

Bila kondisi fraktur pada sambungan yang menentukan, maka


tahanan nominal, T dari batang tersebut memenuhi persamaan :
T
ri 1 4
3 1 f
3.3
Dengan A = luas penampang efektif = UA,
7 = luas netto penampang, mm 2
U = koefi sien reduksi ( akan dijelaskan lebih
lanjut )
tegangan tank putus, MPa
Dengan 0 adalah faktor tahanan, yang besarnya adalah:
0 = 0,90 untuk kondisi leleh, dan
0 = 0,75 untuk kondisi fraktur
Faktor tahanan untuk kondisi fraktur diambil lebih kecil
daripada untuk kondisi leleh, sebab kondisi fraktur lebih
getas/berbahaya, dan sehaiknya tipe keruntuhan jenis n i dihindari.

3.3 LUAS NETTO


Lubang yang dibuat pada sambungan untuk menempatkan alat
pcngencang seperti baut atau paku keling, mengurangi luas
penampang sehingga mengurangi pula tahanan penampang tersebut.
Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 17.3.5 mengenai peluhangan untuk
baut, dinyatakan bahwa suatu lubang bulat untuk baut hams
dipotong dengan mesin pemotong dengan api, atau dibor ukuran
pcnuh, atau dipons 3 mm lebih kecil dan kemudian di perbesar, atau
dipons penuh. Selain itu, dinyatakan pula bahwa suatu lubang yang
dipons hanya diijinkan pada material dengan tegangan leleh (f) tidak
lebih dari 360 MPa dan ketebalannya tidak melebihi 5600/f mm.
Sclanjutnya dalam pasal 17.3.6 diatur pula mengenai ukuran
lubang suatu baut, dinyatakan bahwa diameter nominal dari suatu
lubang yang sudah jadi, harus 2 mm lebih besar dari diameter
nominal baut untuk suatu baut yang diameternya tidak lebih dari 24
mm. Untuk baut yang diameternya lebih dari 24 mm, maka ukuran
lubang hams diambil 3 mm lebih besar.
Luas netto penampang batang tank tidak botch diambil lebih besar
daripada 85% luas bruttonya, Ajt < 0,85 A.

CONTOH 3.1:
Hitting luas netto, An dari batang tank berikut ini. Baut yang digunakan
berdiameter 19 mm. Lubang dibuat dengan metode punching.

Lubang baut 019mm

Pelat 6 x 100 mm

JAWAB:
Luas kotor,= 6 x 100 = 600
mm 2 Lebar lubang` = 19 + 2
= 21 mm
A = A — ( lebar lubang x tebal pelat )
7
= 600 — 6(21) = 474 mm2 < 85%.A 510 mm2)
OK
3.4 EFEK LUBANG BERSELANG-SELING .. 33

3.4 EFEK LUBANG BERSELANG—SELING PADA LUAS NETTO

Lubang baut dapat diletakkan berselang-seling seperti dalam Gambar 3.5. Dalam SN1 03 -
3. 3 1729-2002 pasal 10.2.1 diatur mengenai cara perhitungan luas netto penampang dengan
lubang yang diletakkan berselang-seling, dinyatakan bahwa luas netto hares dihitung
berdasarkan luas minimum antara potongan 1 dan potongan 2.

T T

isi
lis
Ga mbar 3.5 Kerun tuhan P ot on gan 1 -1 c lan

Dari potongan 1-1 diperoleh: An = A — n.d.t


ut
n-
Potongan 1- 2: An = A — + 4,'

lg
Dengan: A = luas penampang kotor
1 -

-is A. = luas penampang netto


in t = Leh] penampang
d = diameter lubang
,t, n = banyak lubang dalam satu potongan
ih s,u = jarak antar sumbu lubang pada arah sejajar dan tegak lurus sumbu komponen struktur
!zi
dl
n CONTOH 3.2:
Tentukan A n ,,, ) minimum dari batang tank berikut ini, baut = 19 mm, tebal pelat 60 mm
JAWAB:

H 55
9

60

T 60

100
C 1
--e-
75
34 B A B 3 B A TA N G T AR I K

Luas kotor, A g = 6 x ( 60 + 60 + 100 + 75) = 1770 mm 2


Lebar lubang = 19 + 2 = 21 mm
Potongan AD:
An = 1770— 2(21)(6)=1518 mm 2
Potongan ABD: 2

A n = 1 7 70 - 3 ( 2 1 ) ( 6 ) + 55 x 6 + 5 5 x 6 = 1 5 1 3 m m 2
4x60 4x100
Potongan ABC:
An = 1770-3(21)(6)+ 55 2 x 6 50 2 x 6 = 1505,125 mm 2
4x60 4x100
Periksa terhadap syarat A„ < 0,85.Ag
0,85.A = 0,85(1770) = 1504,5 mm 2
Jadi A„ minimum adalah 1504,5 mm 2 .

Jika sambungan yang diletakkan berselang-seling tersebut dijumpai pada


sebuah profil
siku, kanal atau WF, maka penentuan nilai u dapat dilakukan
sebagai berikut:
a. Profi l siku sama kaki atau tak sama kaki

O
g, + 92 -
t
O

c. Frotil W
 CONTOH
3.3:

0
An =
0

0
3.4 EFEK LUBANG BERSELANG-SELING ...
35

Hitung A, minimum dari batang tarik berikut, yang terbuat dari profil
siku L 100.150.10. Dengan 0 lubang = 25 mm.
JAWAB:

______________
6
0Luas kotor, 0 ____________
= 2420 mm ( tabel profil baja )
2

it Lebar
A g = 25 + 2 = 27
5
lubang mm
Potongan
5 A n = 2420 - = 1880
AC: 2(27)00) mm2
75 75 2
Potongan 60ABC: A n = 2420 - 3(27)00) + 75 x10 - mm2

Periksa terhadap syarat An < 0,85.A g + 75' x10 1978,3


0,85•Ag = 0,85(2420) = 2057
mm2

Jadi An minimum adalah 1880 mm2.

 CONTOH 3.4:
Hitunglah luas netto dari profil CNP 20 berikut ini, jika baut yang
digunakan berdiameter 16 mm.
JAWAB:

50 + 30
50 8,5
= 71,5

100 O00°(
0
:) °
50
O
I IIII
4 @ 50
1 2
Ukuran lubang = 16 + 2 = 18
Potongan 1: An = - 2(18)mm- 8,5(18) = 2653 mm 2
3220 (11,5)
50 2 x(11,5+8,5)/2 50 2 x8,5
Potongan 2: An = - 2(18) -2(18)(8,5) +
3220 (11,5) 4x 71, 5 4x 100
= 2640,54 mm2
36 B A B 3 B A TA N G TA R I K

Periksa terhadap syarat A < 0,85 A


0,85(3220) = 2737 mm 2
Jadi A minimum adalah 2640,54 mm 2 .

3.5 LUAS NETTO EFEKTIF

Kinerja suatu batang tank dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,


namun hal yang perlu diperhatikan adalah masalah sambungan
karena adanya sambungan pada suatu batang tank akan
mcmperlemah batang tersebut. Efisiensi suatu sambungan
merupakan fungsi dari daktilitas material, jarak antar alat
pengcncang, konsentrasi tegangan pada lubang baut serta suatu
renomena yang sering disebut dengan istilah shear lag.
Shear lag timbul jika suatu komponen struktur tank hanya
disambung scbagian saja, sebagai contoh adalah sambungan untuk
profil siku dalam Gambar 3.6. Profil siku tersebut hanya disambung
pada salah satu kakinya saja, sehingga bagian yang disambung akan
mengalami beban yang berlebihan sedangkan bagian lainnya tidak
menerima tegangan yang sama bcsarnya. Salah satu cara mengatasi
masalah shear lag adalah dengan memperpanjang sambungan.
Masalah shear lag dalam perhitungan diantisipasi dengan
menggunakan istilah luas netto efektif, yang dapat diterapkan pada
sambungan baut maupun las. Pasal 10.2 SNI 03-1729-2002 mengatur
masalah perhitungan luas netto efektif. Dinyatakan bahwa luas
penampang efektif komponen struktur yang mengalami gaya tank
hares ditentukan sebagai berikut:
A= 3.4

Dengan: A = luas efektif penampang


A, = luas netto penampang
U = koefi sien reduksi = 1— — 0,9
x = eksentrisitas sambungan
L = panjang sambungan dalam arah gaya tank

Garis berat — penampang siku dan pelat

H
xl
H Hi
x = [max(x 1 , x 2 )] x x

Gambar 3.6 Nil unruk Profil Siku

Apabila gaya tank disalurkan dengan mcnggunakan alat sambung las, maka
akan ada 3 macam kondisi yang dijumpai, yaitu:
1.bila gaya tank disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen bukan
pelat, atau oleh kombinasi las memanjang dan melintang, maka: A = A
2.bila gaya tank disalurkan oleh las melintang saja:
A = luas penampang yang disambung las (U =
1)
3.bila gaya tank disalurkan ke elemen pelat oleh las memanjang sepanjang
kedua nisi bagian ujung, elemen: A, = (IA
3.5 LUAS NETTO EFEKTIF 37

Dengan: U = 1,00 untuk / > 2u ,


U = 0,87 unruk. 2u, > I _>
U = 0,75 untuk 1,5w > I > w
I = panjang las
= jarak antar las mcmanjang debar pelat)

perlu garis berat = penampang WF


Data
ng
fungs
i
uban
g

1 Sala,
sebut
-

a kan
yang
ljang ; Gambar 3.7 Eksentrisitas Sambungan, untuk
tilah Profit WI'
10.2
shwa
Akan

Gambar 3.8 Samhungan Las

Selain ketentuan di atas, koefisien


reduksi U untuk beberapa penampang
menurut manual dari AISC, adalah:
1.Penampang-1 dengan h/h > 2/3
atau penampang T yang
dipotong dari penampang 1,
dan sambungan pada pelat
sayap dengan jumlah baut lebih
atau sama dengan 3 buah per
baris (arah gaya)
U = 0,90
2.Untuk pcnampang yang
lain (termasuk
penampang tersusun)
dengan jumlah alat
pengencang minimal 3
buah per bark U = 0,85
,a 3. Semua penampang
dengan banyak baut
= 2 per bark ( arah
gaya )

U = 0,75

nCONTOH 3.5:
Sebuah pelat 10 x 150 mm dihubungkan
dengan pelat berukuran 10 x 250 mm
menggunakan sambungan las seperti
pada gambar. Hitunglah tahanan tank
rencana dari struktur tersebut jika
mutu baja adalah BJ 41 (f = 250 MPa. f
= 410 MPa)
38 BAB 3 BATANG TARIK

pelat 10 x 250 mm

pelat 10 x 150 mm
J
A
W
A
B
:

K
o
n
d
i
s
i

I
e
l
e
h
:
OTC = OAK"; =
0,90(10)(150)
(250) = 33,75 ton
Kondisi fraktur:
1
,
5
w

2
2
5

m
m

>

/
=

2
0
0
m
m

>

1
5
0

m
m


>

0
,
7
5

A
,

U
.
A

0
,
7
5
(
1
0
)
0

5
0
)
=

1
1
2
5

m
m
2

OT = O.A , f =
0,75(1125)(410)
= 34,6 ton
Jadi, tahanan tarik
rencana dari
komponen struktur
tersebut adalah
sebesar 33,75 ton.

 CONTOH 3.6:
Hitunglah tahanan
tarik rencana dari
profil siku 50.50.5
yang dihubungkan
pada suatu pelat
buhul seperti pada
gambar berikut.
Mutu baja adalah BJ
37

t x = 14 mm
Tu

50 <" Ag = 480 mm2

50

JAWAB:
Karena pada ujung
profil siku juga
terdapat sambungan
las, maka nilai U
harus dihitung
b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

p
e
r
s
a
m
a
a
n

1
-
-

0
,
9

K
o
n
d
i
s
i

I
e
l
e
h
:
OT , = tpA g fy =
0,90(480)(240) =
10,368 ton
Kondisi fraktur:
14

U = 1--z▪ = 1—

To = 0,72 <0,9
(OK)

OT = 0-A e f u =
0,75(345,6)(370)
= 9,59 ton
Jadi, tahanan tarik
rencana dari
komponen struktur
tersebut adalah
sebesar 9,59 ton.

• CONTOH 3.7:
Tentukan tahanan
tarik rencana dari
profil WF
300.150.6,5.9 pada
gambar berikut ini,
jika baut yang
digunakan mempunyai
diameter 19 mm.
3.5 LUAS NETTO EFEKTIF 39

14180 a
0
65
— 80 +100— =136,75
1-100 2 2
by

6, 0

0d

40 40

000 I 0 0
____________________________________________—jl.
I
---------------)
atu A, = 0,85.A 9 Ae = 0,75.A 9

(a) siku atau siku ganda (b) siku atau siku ganda

tog

A, = 0,85-A n

(c) profit kanal (d) WF, blh < 2/3

A. = 0,90-A n A. = 0,90-A n

(e) WF, blh > 2/3 (f) T, blh > 2/3 (untuk profit WF induk)

Gambar 3.9 Nilai U untuk Berbagai Macam Tipe


Sambungan
4 0 B A B 3 B ATAN G TAR I K

JAWAB:
Menghitung luas :retro profit:
Potongan
= 4678 - 4(9)(19+2) = 3922 mm -1
Potongan
A 4678 - 4(9)(19+2) 2(6,5)(19+2) + 2 • 40i(6,5+9)/2
4x136,75
= 3694,34 mm`
85% A = 0,85(4678) = 3976,3 mm 2
Jadi, A =: 3694,34 mm 2
Karena tiap bagian profit tersambung, maka distribusi tegangan terjadi
secara merata pada bagian Hens dan web, sehingga nilai 1.i dapat
diambil sama dengan 1,0.
Kondisi
rhT = {1)A,.f = 0,90(4678)(240) = 101,04 ton

Kondisi fraktur:
A = U. A = 1,0(3694,34) = 3694,34 mm 2
= 0,75(3694,34)(370) = 102,52 ton
Jadi, tahanan tank rencana dari komponen struktur tersebut adalah
sebesar 101,04 ton.

CONTOH 3.8:
Suatu pelat baja setebal 20 mm disambungkan ke sebnah pelat
buhul dengan alat sambung baut berdiameter 19 mm. Tika mute
baja BT 37, hitunglah beban kerja maksimum yang dapat dipikul
oleh pelat tersebut (beban kerja terdiri dari 20% beban marl dan
80% beban hidup)

JAWAB:
Menghitung luas
netto, A.: Pot.1-2-3:
A,, 20(320 - 3(19 + 2)) = 5140 mm 2

01

04
4 @ 6 0 60 02 320

05

0 3

1-50--h- 80 --,

Pot. 1-4-2-5-3:
= 20(320 - 5(19 + 2)) + 4. 80 2 x 20 = 6433,3 mm :
4 x 60
Pot. 1-4-5-3:
A = 20(320 - 4(19 + 2)) + 2-802 x20 = 5786,6 mm2
4 x 60
3.6 GESER BLOK 41

Pot. 1-4-6:
Arr - -
= 20( 320 - 3( 19 + 2)) + 80 x 20 50 2 x 20 5881, 63 mm
4x60 4x60
85% A = 0,85(320)(20) = 5440 mm 2
Jadi, A rr min - 5140 mm'
Koefisien reduksi U = 1 - ATIL = 1 - ( 1/2•2011.30 ) = 0,923 > 0,9
—> U = 0,9 Kondisi leleh:
OT „ = 0/1J; = 0,90(6400)(240) = 138,24 ton
Kondisi fraktur:
A, = LTA , = 0,9(5140) = 4626 M I T I -

)ada = 0,75(4626)(370)128,3715 ton


yhT > ( = 1,2D + 1,6L)
128,3715 = 1,2(0,27) + 1,6(0,87)
128,3715 = 0,247 + 1,281" = 84,45 ton
Jadi, beban kerja maksimum yang boleh bckerja adalah sebesar
84,45 ton.

m. 6 GESER BLOK (BLOCK SHEAR)


Sebuah elemen pelat tipis menerima beban tarik, dan disambungkan
dengan alat pengencang, tahanan dad komponen tank tersebut
kadang ditentukan oleh kondisi Batas sobek, atau sering disebut
utn geser blok. Dalam Gambar 3.10 profil siku dcngan beban tank, yang
0%
dihubungkan dengan alat pengencang, dapat mengalami keruntuhan
geser blok sepanjang potongan a-b-c. Bagian yang terarsir dalam
gambar akin terlepas/sobek. Keruntuhan jenis ini dapat pula tcrjadi
pada sambungan pendek yang menggunakan dua alat pengencang
atau kurang pada garis searah bekerjanya gaya.
Pengujian menunjukkan bahwa keruntuhan geser blok merupakan
penjumlahan tank leleh (atau tank fraktur) pada satu irisan dengan geser
fraktur (atau geser Mehl pada irisan lainnya yang sating tegak lurus. Dan
tahanan nominal tank dalam keruntuhan geser blok diberikan oleh
persamaan:
1.Geser Leleh - Tarik Fraktur ( fz/Am > )
T = 0 , 6 f , A + . f r r ' A r r r 3 . 5 . a
2.Geser Fraktur - Tarik Leleh (1,•< 0,6 k A,n, )
Tn = 0 6/ +f 3.5.b

Dengan:
A = Luas kotor akibat geser
A Luas kotor akibat
tank

= Luas nett° akibat


geser
A = Luas netto akibat
tank

kuat tank
f = kuat leleh

Gambar 3.10 Keruntuhan Geser Blok


42 BAB 3 BATANG TARIK

Tahanan nominal
suatu struktur tarik
ditentukan oleh tiga
macam tipe
keruntuhan yakni
leleh dari
penampang brutto,
fraktur dari
penampang efektif
dan geser blok pada
sambungan. Sedapat
mungkin dalam
mendisain suatu
komponen struktur
tarik, keruntuhan
yang terjadi adalah
leleh dari
penampang
bruttonya, agar
diperoleh tipe
keruntuhan yang
daktail.

 CONTOH 3.9:
Bila rasio beban
hidup dengan beban
coati adalah sama
dengan 3, LID = 3,
hitunglah beban kerja
yang dapat dipikul
oleh profil L
100.100.10, dengan
baut berdiameter 16
mm yang disusun
seperti dalam gambar
berikut. BJ baja 37 (f
= 240, f = 370 )

5 x 50

N N N N V A
J
A 0 0
T :40
W 0 0 0
A
B
:

K
o
n
d
i
s
i

l
e
l
e
h
:
=

=
0,9(19
20)
(240) =
41,472
ton
Kondisi fraktur:
A nt = 1920
- 10(16 +
2) = 1740
mm 2 (90,6
% A g)
A n , = 1920
- 2(10)(16
+ 2) + 50 2
x10 _
1716,25
A g) mm 2 (89,4 %
4 x 40
A
menentuka
n = 85% Ag
= 0,85 x
1920 =
1632 mm2
2,
2
U = 1- .V = 1
8

- 0,86
4
x
5
0
A, = U.A n =
0,86 x
1632 =
1403,52
mm 2
0
.
T
n

0
,
7
5
(
1
4
0
3
,
5
2
)
3
7
0

3
8
,
9
5

t
o
n

J
a
d
i
,

t
a
h
a
n
a
n

r
e
n
c
a
n
a
,

T
d

3
8
,
9
5

t
o
n

7
'
d

>

1
,
2
D

+
1
,
6

L
38,95 =
1,2D +
1,6(3D) =
6D
Diperoleh D =
6,49 ton dan L
= 19,47 ton.
Beban kerja, D
+ L = 6,49 +
19,47 = 25, 96
ton.
Bila digunakan
baut berukuran
besar
(jumlahnya
menjadi lebih
sedikit) atau
bila tebal
pelat sayap
cukup tipis,
maka perlu
ditinjau
keruntuhan
geser blok.

CONTOH
3.10:
Hitunglah
tahanan
rencana
komponen
struktur tank
berikut, yang
terhuat dari
profil L
80.80.8. Mutu
baja BJ 37.
Diameter baut
19 mm.
3.6 GESER BLOK 43

akn
i
;am
-
tha
n

tgla
h = 22 6
mm JAWAB: Kondisi
leleh:
0A gi f = 0,9(1230)(240) = 26,568 ton
Kondisi fraktur:
A = 1230 - 8(19 + 2) = 1062 mm
2
n

0,85.Ag = 0,85(1230) = 1045,5 mm 2


6
U = 1-- - 1 2290__ =0,75

A, = UA, = 0,75(1045,5) = 784,125 mm 2


0.7; 2 = = 0,75(784,125)(370) = 21,76 ton

Periksa terhadap geser blok:


0,6154„, = 0,6(370)(120 - 3,5(19 + 2))(8) = 8,26 ton
f.Ant = 370(30 - 0,5(19 + 2))(8) = 5,77 ton
Karena 4.4„, < 0,6.4.A ny, gunakan persamaan 3.5.b, sehingga
T = 0,6,fu.Am, + fy.Ag, = 8,26 + (240)(30)(8) = 14,02 ton

0. T = 0,75 x 14,02 = 10,515 ton


Sehingga tahanan rencana, T d = 9,945 ton. Keruntuhan geser blok terjadi
karena jarak antar baut yang kecil, Peraturan Baja Indonesia SNI
mensyaratkan jarak minimal antar alat pengencang adalah 3 kali diameter
nominalnya.

 CONTOH 3.11:
Hitunglah tahanan rencana dari profil siku 100.100.10 pada sambungan berikut,
jika mutu baja yang digunakan adalah BJ 41. Perhitungkan pula terhadap geser
blok!

JAWAB: Kondisi
L leleh:
tebal
0.T = 0.A g f = 0,9(1920)(250) = 43,2 ton
Kondisi fraktur:
A n = 1920 mm 2
profi l
852
U = 1- — - 1 27_ - 0,624
44 B A B 3 B A TA N G TA R I K

Ay = 1920 mm2 x
= 28.2 mm

Pelat 10 mm

A = (I , 4 7 0, 624 (192 0) = 1198, 08 m m 2


= 0,75(1198,08)(410) = 36,84 ton

Periksa terhadap geser blok:


A = (200)(10) + (75)(10) = 2750 mm 2
A g r = 100(10) = 1000 mm 2
A = 2750 mm2
A = 1000 mm2
0,6(410)(2750) = 67,65 ton
= 410(1000) = 41 ton
> terjadi geser fraktur — tank lelch
= 0,61;.A + 4.A gi = 0,6(410)(2750) + (250)(1000) =
69,4875 ton

(p.1" = 0,75 x 69,4875 = 10,515 ton

Jadi, tahanan tank rencana dari profi l terscbut adalah sebesar 36,84
ton.

3.7 KELANGSINGAN STRUKTUR TARIK

Untuk mengurangi problem yang terkait dengan lendutan bcsar dan


vibrasi, maka komponen struktur tarik harus memenuhi syarat
kekakuan. Syarat ini berdasarkan pada rasio kelangsingan, k = L/r.
1)engan 2 adalah angka kelangsingan struktur, L adalah panjang

komponen struktur, sedangkan r adalah jari-jari girasi (r = A). Nilai. diambil


maksi-
nmm 240 untuk batang tank utama, dan 300 untuk batang tank
sekunder.

nCONTOH 3.12:
Suatu struktur rangka batang dengan pembebanan scperti pada
gambar berikut: Periksalah apakah batang AB cukup kuat menahan
gaya tank yang bekerja padanya, jika beban kerja merupakan
kombinasi dari 20%D dan 80%L. Asumsikan banyak baut adalah
1 bans baut = 19 mm). Mutu baja BJ 37.
3. 7 K E L A N G S I N G A N S TR U K TU R TAR I K 45

4111111k.
.
7.5 ton

A
1 5 ton
70 70 7

15ton 15ton 15ton

JAWAB:
Tcrlebih dahulu hams dicari besar reaksi pada titik B serta gaya batang AB,
dengan menggunakan rumus-rumus dasar ihnu statika.
=0
- R,,(1.2) + 15(3 + 6 + 9) + 7,5(6) + 15(4)
= 0 R,. = 31,25 ton

Dengan cam Ritter melalui potongan 1, dapat dicari bcsarnya gaya


barang AB:
D15 ton /.; Al
p =0
0 4
:
S 13 (4) — 31,25(3) = 0
S = 23,4375 ton

Pada batang AB bekerja gaya tarik terfaktor, 7 - , sebesar:


= 1,2(0,2)(23,4375) + 1,6(0,8)
(23,4375) = 35,625 ton
koma Pcrilcsa syarat kelangsingan batang tarik:
rasio L 300
anjan - - = 141,5 < 240 OK
7,12
g

maksi Kondisi lelch:


- 0.7;= Q f.A o = 0,90(240)(2)(940) = 40,608 ton

Kondisi fraktur:
A = 2(940 - 7(21)) = 1586
mm 2

jik
a Ambil U = 0,85
adala
46 BAB 3 BATANG TARIK

3.8 TRANSFER GAYA PADA SAMBUNGAN

Pada umumnya lubang pada batang tarik digunakan oleh alat


pengencang, baut, atau paku keling, untuk mentransfer gaya dari
satu batang tarik ke batang tarik lainnya.
Anggapan dasar: Alat pengencang dengan ukuran yang sama akan
menyalurkan gaya yang sama besarnya bila diletakkan secara
simetri terhadap garis netral komponen struktur tarik.

CONTOH 3.12:
Hitunglah gaya tarik nominal maksimum dari komponen struktur
tarik berikut ini. Bila tebal pelat 6 mm, diameter baut 19 mm, dan
mutu baja BJ 37.

1 50

0
100
3
o 0
g 100

50

I-60+60+60H

JAWAB:
a. potongan 1-3-1: (Gaya 100% T )
A, = 6(300 - 3(19 + = 1422 mm2
= Aef„ =
2)) (79%.Ag)
= 1-
0,5 x 6
U 3 x 60 '0,9 U 0,9

T = 0,9(1422)(370) = 47,35 ton


b.potongan 1-2-3-2-1: ( Gaya 100% T„ )
A„ = 6(300 - 5(19 + 2)) + 4. 6 0 ' x
4 x 50 1602 mm2
(89%.Ag)
T = U.A„f„
= 0,9(0,85)(1800)(370) = 50,95 ton
c.potongan 1-2-2-1: ( Gaya 90% T,)

A = 6(300 - 4(19 + 2)) + 2.60' x 6 4 x 50 - 1512 mm2 (84%.Ag)


=
= 0,9(1483,2)(370) =
50,35 ton T, = 50,35 10,9 =
55,94 ton
Jadi, T maksimum adalah 47,35 ton. P.:
SOAL-SOAL LATIHAN 47

SOAL-SOAL LATIHAN

pak =2 1 Sebuah batang tarik berukuran 10 mm x 175 mm disambung


ameter 25 mm. Mutu baja yang digunakan adalah BJ 37. Hitunglah
gay tahanan tarik rencana
batang tersebut dengan mengasumsikan Ae = A„.
a
ikt 10 mm X 175 mm

Bila 0 0 0

Gambar P.3.1

= 3.2 Sebuah batang tarik dari pelat berukuran 10 min x 190 mm, harus
memikul beban coati
sebesar 110 kN dan beban hidup 200 kN. Mutu baja BJ 41 dan
diameter baut 25 mm.
Dengan mengasumsikan An, periksalah kecukupan batang
tersebut!

10 mm x 190 mm

0 0
0 0

Gambar P3.2
125 125
16 mm x 125 mm 16 mm x 125
mm_ mm  is mm
I

= 3.3 Hitunglah besamya luas efektif, A& pada tiap—tiap komponen struktur
tarik berikut ini!

(a) las (b) las

Gambar P3.3
3.4 Scbuah batang tarik dari profil siku tunggal seperti pada gambar (dari
baja dengan mutu
BJ 41). Jika baut yang digunakan berdiameter 22 mm, hitunglah
tahanan tarik rencana dari batang tersebut!
48 BAB 3 BATANG TARIK

L 75.75.7

40 75 40

Gambar P 3.4

P.3.5 Profit siku 100.150.10 dari baja BJ 37 disambungkan ke sebttab pelat


simpul dengan baut
berdiameter 25 mm. Batang ini memikul beban mad 200 kN, beban
hidup 400 kN serta beban angin 150 kN. Periksalah apakah profil
siku 100.150.10 tersebut mencukupi untuk memikul beban-beban
yang bekerja!

55
150
Gambar P.3.5
60

P.3.6 Batang tank yang terbuat dad pelat berukuran 6 mm x 125 mm


disambung dengan las
memanjang di kedua sisinya. Panjang las yang digunakan adalah 175
mm. Jika mutu baja adalah BJ 41, hitunglah tahanan tank rencananya!

P.3.7 Sebuah pelat berukuran 10 mm x 250 mm dari baja bermutu BJ 37


disambungkan dengan
baut berdiameter 22 mm. Hitunglah tahanan tank rencana dari
batang tersebut!

Gambar P3.7
SOAL-SOAL LAT1H AN 49

3.8 Profit siku 100.100.12 disambung dengan baut berdiameter 19 mm seperti pada
gambar.
Jika mum baja yang digunakan adalah BJ 37. berapakah tahanan tarik

50 50 50 50

:65

Gambar 3. 8

rencana dari batang tersebut?

=.3.9 Hitunglah tahanan geser blok dari suatu komponen struktur tarik berikut, jika
mum baja
bau BJ 41 dan diameter baut yang dipakai adalah 22 mm!
t
Serr
a
ntu
k

= 3.10Hitunglah beban tarik terfakmr maksimum yang dapat dipikul oleh batang tarik
4 0 7 5 7 5 4 0
CNP 20
______•

n 60
las
baja
100

nga 50
n
t = 10 mm
Gambar P.3.10

berikut,
dengan mernpertimbangkan pengaruh geser blok. Mum baja yang
digunakan adalah BJ 37 dan diameter baut 19 mm.

Pilihlah profi t siku yang cukup ekonomis yang dapat digunakan untuk
batang bawah dari suatu konstruksi kuda-kuda baja (BJ 37) berikut
ini. Semua batang disambung dengan menggunakan las memanjang.

= 50 kN (tipikal)
4 8 @ 2,75 m = 22 m
2.75 m
4
Batang Tekan
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
Memahami kondisi-kondisi dalam merencanakan suatu komponen
struktur tekan
Memahami pengaruh tegangan sisa, panjang tekuk dan tekuk
lokal dalam merencanakan komponen struktur tekan
Melakukan analisis dan desain penampang untuk memikul beban
tekan aksial

Pokok--pokok Pembahasan Bab 4.1 Pendahuluan


4.2 Batang Tekan 4.3 Kekuatan Kolom 4.4 Pengaruh Tegangan Sisa 4.5 Kurva Kekuatan
Kolom Akibat Tegangan Sisa
4.6 Tahanan Tekan Nominal 4.7
Panjang Tekuk
4.8 Masalah Tekuk Lokal
4.9 Kornponen Struktur
Tekan Tersusun 4.10
Tekuk Torsi clan Tekuk Lentur
Torsi

4.1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas
mengenai komponen-komponen struktur yang mengalami gaya aksial
tekan. Batang-batang tekan yang banyak dijumpai yaitu kolom dan
batangbatang tekan dalam struktur rangka batang. Komponen
struktur tekan dapat terdiri dari profil tunggal atau profil tersusun
yang digabung dcngan menggunakan pelat kopel.
Syarat kestabilan dalam mendisain komponen struktur tekan
sangat perlu diperhatikan, mengingat adanya bahaya tekuk
(buckling) pada komponen-komponen tekan yang langsing.

4.2 TEKUK ELASTIK EULER

Teori tekuk kolom pertama kali diperkenalkan olch Leonhard Euler


di tahun 1744. Komponen struktur yang dibebani secara
konsentris, di many seluruh serat bahan masih dalam kondisi
elastik hingga terjadinya tekuk, perlahan-lahan melengkung.
Perhatikan Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Kolom Euler


4 . 3 K EK U ATAN K O L O M 51

Akibat terlenturnya batang tersebut, maka titnbul momen lentur


sekunder yang besarnya:
M(x) = Py(x) 4.1

Dengan mengingat bahwa:


cr y M(x)
d x` EI
4.2
Sehingga dari 4.1 dan 4.2 diperoleh suatu persamaan diferensial linear
orde dua dengan koefisien konstan:
cr y P
to
dx' EI +—y
4.3
Dengan mengubah K 2 = P/EI, maka solusi persamaan 4.3 adalah:
y(x) = A.sin Kx + B.cos Kx 4.4
Dari kondisi Batas:
y(0). 0 0 = 0 +B --)B= 0 4.5.a
y(L) = 0 0 = A sin KL 4.5.b
Solusi dari 4.5.b ada tiga kemungkinan, A = 0 yang berarti tak ada
lendutan, KL = 0 yang berarti tak ada beban, serta KL = N.7r (N =
1,2,3,...). Sehingga diperoleh:
N 2 . 7 2 P

K 2 = _______ =
L2 EI 4.6
Atau dari 4.6, dengan N = 1 (N ditctapkan sedemikian hingga P
memberikan tingkat energi
yang minimum), diperoleh: 4.7
EI
L 2
4.8
ami Dan tegangan tekan yang
ng- terjadi:
dar 7 2E
I = =
i (LI r )

pe Pendekatan Euler pada umumnya diabaikan dalam disain karena


r- hasil dari percobaanpercobaan yang dilakukan tak sesuai dengannya.
Pendekatan Euler hanya mungkin terjadi bila nilai 1 yang cukup besar
(1 > 110). Untuk nilai 1 yang lebih kecil, akan terjadi tekuk inelastis. Dan bila nilai 1 < 20
akan terjadi leleh pada seluruh penampang. Pada kenyataannya, keruntuhan kolom lebih
banyak terjadi akibat tekuk inelastis.

3 KEKUATAN KOLOM

Kolom ideal yang memenuhi persamaan Euler, harus memenuhi anggapan–anggapan se-
)m- bagai berikut:
Lam 1. kurva hubungan tegangan-regangan tekan yang sama di
seluruh penampang
bar 2. tak ada tcgangan sisa
3.kolom benar-benar lurus dan prismatis
4.beban bekerja pada titik berat penampang, hingga batang
melentur
5.kondisi tumpuan harus ditentukan secara pasti
6.berlakunya teori lendutan keen (small deflection theory)
7.tak ada puntir pada penampang, selama terjadi lcntur
Bila asumsi–asumsi di atas dipenuhi, maka kekuatan kolom dapat
ditentukan bcrdasarkan:
5 2 B A B 4 B A TA N G T E K A N

= _______________________E'A=.A
(LI r)2
4. 9

dengan:
E t = tangen Modulus Elatisitas ada
tegangan P A = luas kotor
penampang batang kL/r = rasio
kelangsingan efektif
k = faktor panjang
efektif

panjang batang
r = jari-jari girasi
Komponen tekan yang panjang akan mengalami keruntuhan
elastik, sedangkan komponen tekan yang cukup pendek dapat
dibebani hingga lcleh atau bahkan hingga memasuki daerah
penguatan regangan. Namun, dalam kebanyakan kasus keruntuhan
tekuk terjadi sctelah sebagian dari penampang melintang batang
mengalami lcleh. Kejadian ini dinamakan tekuk inelastik

4.4 PENGARUH TEGANGAN SISA


Tegangan sisa (residual stress) adalah tegangan yang masih tinggal
dalam suatu komponen struktur yang dapat diakibatkan oleh beberapa
hal seperti
1.proses pcndinginan yang tak mcrata akibat proses gilas panas
2.pcngerjaan dingin
3.pembuatan lubang atau pemotongan saat fabrikasi
4.proses pengelasan

Pada umumnya tegangan sisa banyak dihasilkan akibat proses 1


dan 3. Besarnya tegangan sisa tak tcrgantung pada kuat leleh
bahan, namun bergantung pada dimcnsi dan konfigurasi penampang,
karena faktor-faktor tersebut mempengaruhi kecepatan pen-
dinginan. Profit WF atau profil H setelah dibcntuk melalui proses
gilas panas, maka bagian sayap menjadi lebih tebal dari bagian
badannya, mendingin lebih lambat daripada bagian hadan. Bagian
ujung sayap mempunyai daerah sentuh dengan udara yang lebih luas
dibandingkan daerah pertemuannya dengan badan. Konsekuensinya,
tegangan tekan sisa terjadi pada ujung sayap dan pada daerah
tengah dari hadan. Sedangkan tegangan sisa tarik terjadi pada
daerah pertemuan antara sayap dan hadan.

4.5 KURVA KEKUATAN KOLOM AKIBAT TEGANGAN SISA


Akibat pengaruh tegangan sisa, kurva tegangan regangan seperti
diperlihatkan pada Gambar 4.2.

P/A
P/A

P/A -
akibat tegangan leleh
sisa inelastik
Pp/A
elastik
(a) (b)
4.5 KURVA KEKUATAN KOLOM 53

daerah leleh (f,„ = f„)


4.9 A

fy 72E
inelastik f- \2

elastik
can
s;ga 2
E

ini

0 20 90 110

Gambar 4.2 Pengaruh "tegangan Sisa

Untuk memperhitungkan efek dari


leleh awal yang diakibatkan oleh tegangan sisa, perhatikan saw serat
pada penampang sejarak x dari sumbu dengan regangan nol yang
diakibatkan oleh lentur.
Iy
a
ns sumbu dengan regangan nol
i

tk
a :egangan = Et.E)

da
)ih
jarak ke serat terluar

I;arnbar 4.3 tegangan pada Serat Sejarak x dati Sumbn Regangan Nol Akibat Lentur
,ar
:aka kontribusi momen lentur dari tegangan pada satu sera adalah:
ITT = (tegangan)(luas)(lengan momen) = (9.E ix)(dA)(x) 4.10

pada seluruh penampang:

JI = fO.E,.x2dA = H f 0.E•.x'tIA 4.11

_ teori lenturan balok, bahwa jari—jari


kelengkungan:
4.12
R= 1
5 4 B A B 4 B ATAN G T E K A N

1 M
= R = E'•I 4.13
Sehingga:

E' •I = —2 m = E - 4.14
x d4 0
1
= I — SEI •x`dA 4.15
A

Lihat kembali kurva


tegangan regangan
ideal (garis putus)
pada Gambar 4.2,
untuk f < f , maka E
= E, dan untuk f = f
4.17
E = 0, maka 4.15
menjadi:

E = —E •x2c/A = E
4.18
4.16
1
A (lastik)

7 E'2
7r2E I
A' I
Atau
 E
•(I II)
P =

= f •A
(k•L 10'

g '
g

Bila tak ada tegangan


sisa dalam komponen
struktur tekan, pada
scat I = I, dan f - 1‘,„
berlaku:

7"E
atau A = E 4.19
= =
fr

fy
0 =
2

tr
Gambar 4.4 Komponen
Struktur ekan Tanpa
Tegangan Sisa

Tegangan sisa pada


komponen struktur
tekan mempengaruhi
bentuk kurva pada
daerah 11 < 1 < 12 ,
di maim 0 < le < I.
Pada daerah 0 < 1 <
11, scr = fy.

 CONTOH 4.1:
Gambarkan kurva
(f„ vs 2) untuk tekuk
arah sumbu lemah,
dari profi l I berikut
ini, yang
mempunyai
Profi l hasil gilas
panas ini mempunyai
kurva tegangan sisa

yang sudah
disederhanakan
seperti pada gambar.
Abaikan konrribusi
dari bagian badan
(web). Hasil pengujian
menunjukkan kurva
tegangan regangan
material elastoplastik,
E = 200.000 MPa.
4.5 KURVA KEKUATAN KOLOM .. 55

JAWAB:
4.13 Akibat beban luar, regangan yang timbul dalam nap serat bahan adalah sama. Hingga
ter-

capainya regangan leleh ey yang pertama kali, beban yang bekerja


4.14 diekspresikan dengan:
P= fa.d.A=
4.15
Setelah sebagian dari penampang mengalami leleh, maka beban
k f 11
kerja menjadi: P (A— 4,) fy+ff •clA
diabaikan

<
11

4.16 b/4 b/2 b/4

=
fy/3

4.1 Saat bekerja beban I = P/A < 2f/3, fseluruh penampang masih elastik, sehingga E = E,
8 : y

atau mengingat persamaan 4.16 menghasilkan E' = E (karena fe = I), sehingga:


4. 1 9
I= 2(1/12)(f )(b / 2)3 . (b I 2)-' 1
_______ =
I 2(1/12)()(b) 3
b 3
8
atau ___ 7x' (200000)
k •L = A = 111,072 ( t i t i k 1)
(2 /3)(240)

Bila bekerja gaga f. = P/A > 2f/3, ujung Hens akan mulai mengalami
leleh, yang berakibat < I, sehingga:
/ 2(1/12)(ff')(b / 2)3 (b 12)3 1
_
I 2(1 I 12)(tf)(b)3 b' 8

72E(I, I I) E
=
(k•L I r) 2
8(k•I. I r)2

k .L= = 72(200000)
r (titik
(2 / 3)(8)(240) = 39, 27 2)
Dan ketika bekerja gaya = P/A = f, maka:
E
ng
isa : = 8(k• L I r) 2
an 71'2(200000)
k. = 32,06
____ = A = (8)(240)
r (titik
56 B A B 4 B A TA N G T E K A N

Dan bila tak ada pengaruh tegangan sisa, akan diperoleh

k.L 7 2
(200000)
____ = A =
r 240 = 90,69 (titik
4)
f„

fy

kurva Euler
2/3 f

32,06 39,27 90,69 111,072

I I
0 0,35 0,433 1 1,225

4.6 TAHANAN TEKAN NOMINAL

Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris, akibat


beban terfaktor Nu, menurut SNI 03-1729-2002, pasal 9.1 harus
memenuhi:
< 0,N 4.20

D e n g a n : 0 ‘ = 0, 8 5
/V„ = beban terfaktor
= kuat tekan nominal komponen struktur = A f

Tegangan kritis untuk daerah clastik, dituliskan


sebagai:
4.21
f, _ 77'E _
1

sehingga =
4.22

Daya dukung nominal Ar i, struktur tekan dihitung sebagai berikut:

N = A -f =A 4.23
4 . 7 PAN J A N G T E K U K 5 7

D e n ga n be sa r n ya w d it e n tu ka n ole h A, ya i tu :

Untuk A < 0,25 maka =1 4.24.a


Untuk 0,25 < A 1,43
( titik 4) < 1,2 maka = _____________________________________________4.24.b
1,6-0,67A

Untuk > 1,2 maka Lv = 1, 25A2 4.24.c

PANJANG TEKUK

Kolom de nga n ke kangan ya ng besar terha dap r ota si dan translasi pada uj ung—ujungn ya
(contohn ya tumpua n jepit) a ka n ma mpu menaha n be ban ya ng le bih besar diba ndingkan
dengan kolom ya ng mengala mi r ota si ser ta tra nsla si pada ba gia n tumpua n ujungn ya (c on -
tohn ya adala h tumpuan se ndi). Sela in kondisi tumpuan ujung, besar be ban ya ng da pat
diter ima ole h suatu komponen str uktur te kan juga tergantung dari panjang efe ktifn ya .
Se ma kin ke cil pa njang efektif sua tu komp one n struktur te kan, ma ka se ma kin kec il pula
r risikonya terhadap masalah tekuk.

Garis putus
menu nj u kkan
posisi kolom
pada saat 1
tertekuk

terfakto
li

4.20

Varga 1,0 1,0


0,5 0,7 2,0 2,0
K teoretis

K desain 0,65 0. 80 1,2 1,0 2,10 2,0

4.21
jepit

sendi

4.22 Keterangan 1.T1 rol tanpa rotasi

ujung bebas

4.2:
Gambar 4.5 P a n j an g Teku k un tu k B e be r a pa K on d i s i Lr Ic la ka n 'G a mba r - . 6 -1 S N 1 0 3 -17 29 -20 02 )
58 BA B 4 B ATAN G TEKA N

Panjang efektif
suatu kolom secara
sederhana dapat
didefinisikan sebagai
jarak di antara dua
titik pada kolom
tersebut yang
mempunyai momen
sama dengan nol, atau
didefinisikan pula
sebagai jarak di
antara dua titik belok
dari kelengkungan
kolom. Dalam
perhitungan
kelangsingan
komponen struktur
tekan
komponen struktur

yang digunakan harus


dikalikan suatu faktor
panjang tekuk k untuk
memperoleh panjang
efektif dari kolom
tersebut. Besarnya
faktor panjang efektif
sangat tergantung
dari kondisi
perletakan pada
ujung-ujung
komponen struktur
tersebut. Prosedur
penentuan nilai k
dilakukan dengan
analisa tekuk
terhadap suatu kolom,
dan cara analisa
tersebut tidak dibahas
dalam buku ini.
SNI 03-1729-2002
pasal 7.6.3.1
memberikan daftar
nilai faktor panjang
tekuk untuk berbagai
kondisi tumpuan
ujung dari suatu
kolom. Nilai k ini
diperoleh dengan
mengasumsikan
bahwa kolom tidak
mengalami goyangan
atau translasi pada
ujung-ujung
tumpuannya.
Nilai k untuk
komponen struktur
tekan dengan dengan
kondisi-kondisi
tumpuan ujung yang
ideal seperti dalam
Gambar 4.5 dapat
ditentukan secara
mudah dengan meng-
gunakan ketentuan-
ketentuan di atas,
namun untuk suatu
komponen struktur
tekan yang
merupakan bagian
dari suatu struktur
portal kaku seperti
dalam Gambar 4.6,
maka nilai k harus
dihitung berdasarkan
suatu nomogram.
Tumpuan-tumpuan
pada ujung kolom
tersebut ditentukan
oleh hubungan antara
balok dengan kolom-
kolom lainnya. Portal
dalam Gambar 4.6.a
dinamakan sebagai
portal bergoyang
sedangkan portal
dalam Gambar 4.6.6
disebut sebagai portal
tak bergoyang
(goyangan dicegah
dengan mekanisme
kerja dari bresing-
bresing yang
dipasang).
(
a
)
(
b
)
Gambar 4.6
Portal Kaku
Bergoyang dan
Tanpa Goyangan

Nilai k
untuk masing
—masing
sistem portal
tersebut
dapat dicari
dari
nomogram
dalam
Gambar 4.7.
Terlihat
dalam
Gambar 4.7
bahwa nilai k
merupakan
fungsi dari GA
dan G8 yang
merupakan
perbandingan
antara
kekakuan
komponen
struktur yang
dominan
terhadap
tekan (kolom)
dengan
kekakuan
komponen
struktur yang
relatif bebas
terhadap
gaya tekan
(balok). Nilai
G ditetapkan
berdasarkan
persamaan:
'
-
L

G=_______
L
L b

4.25
4 . 7 PAN J A N G TE K U K 5 9

ak di Persamaan 4.25 dapat dikecualikan untuk kondisi--kondisi berikur:


atau a. untuk komponen struktur tekan yang dasarnya tidak terhubungkan
) secara kaku pada pondasi (contohnya tumpuan sendi), nilai G tidak boleh diambil
alam kurang dari 10, kecuali bila dilakukan analisa secara khusus untuk mendapatkan
uktu nilai G tersebut
r b. untuk komponen struktur tckan yang dasarnya terhubungkan secara kaku
njan pada pondasi (tumpuan jepit), nilai G tidak boleh diambil kurang dari 1, kecuali
g dilakukan analisa secara khusus untuk mendapatkan nilai G tersebut-
3ndi
\
si
ilai k Besaran\L dihitung dengan menjumlahkan kekakuan scmua komponen struktur
tidak tekan (kolom)—dengan bidang lentur yang sama—yang terhubungkan secara
kaku pada
teku ujung komponen struktur yang sedang ditinjau. r
k en
Besarandihitung dengan menjumlahkan kekakuan semua komponen struktur
gan
ujun lentur (balok)—dengan bidang lentur yang sama_yang terhubungkan secara kaku pada
g

tpua
n
men
g-
yang
a
nilai
kolo
m
Po r t a
l
amba
r
kerja

Gambar 4.7 Nomogram Faktor Pan jang 'rank, k (S N1 03-1729-2002


G1).7.6-2)
n CONTOH 4.2:
Hitunglah nilai k untuk masing–masing kolom dalam
oogra
struktur berikut:
m iari
G,1 JAWAB:
omina 3 m
n
K
ujung komponen struktur yang sedang ditinjau.

G G GA K G
A B
x- 0
–x
soot — 59.0 —
10
0 10 100 130 0 --
50 0
10.0
100.
5.0- – 30— — 5.0 0
—30
— 9
0 5.0 20— —
20
3.0 —3
0
- -40

10 0 — — 30 —

—0.8 90 —90
10.0
—8 80
1.0
— —1 700 — — 7.0
0 60— —60
08: — 0.
50— –50
8
06 =07 40— —20 –40
— - 0.7
0 —04
30— –
C.4
— 3.0
0
3 20— –2.0
—0 —15
6 —0
2
1 0 –. —1. 0
01- —
0.1

0 —0.5 —0 — –0
— a) Kornponen Struktur lak
bergoyang (5)Komponen Struktur bergoyang
6 0 B A B 4 B ATAN G TE K A N

Faktor kekakuan masing—masing elemen:

Elemen Profil I (cm') L (cm) ILL

AB WF 200.200.8.12 4720 350 13,486


BC WF 200.200.8.12 4720 300 15,73
DE WF 250.125.6.9 4050 350 11,57
EF WF 250.125.6.9 4050 300 13,5
GH WF 200.200.8.12 4720 350 13,486
HI WF 200.200.8.12 4720 300 15,73
BE WF 450.200.9.14 33500 600 55,83
CF WF 400.200.8.13 23700 600 39,5
EH WF 450.300.11.18 56100 900 62,33
H WF 400.300.10.16 38700 900 43

Faktor G tiap—tiap joint:

Joint S (I/L)c / S (I/L)b


A 10
B (13,486+15,73) 155,83 0,523
C 15,73 / 39,5 0,398
D 10
E (11,57+13,5) / (55,83+62,33) 0,212
F 13,5 / (39,5+43) 0,164
G 10
H (13,486+15,73) / 62,33 0,469
I 15,73 / 43 0,366

Faktor panjang efektif, k, masing—masing kolom:

Kolom GA GB k
AB 10 0,523 1,80
BC 0,523 0,398 1,15
DE 10 0,212 1,72
EF 0,212 0,164 1,07
GH 10 0,469 1,79
HI 0,469 0,366 1,18
4. 9 K O MP O N E N S TR U K T U R TE K A N TE R S U S U N 61

=8 MASALAH TEKUK LOKAL

Jika penampang melintang suatu komponen struktur tekan cukup


tipis, maka akan ada kemungkinan timbul tekuk lokal. Jika tekuk lokal
terjadi maka komponen struktur tersebut tidak akan lagi mampu
memikul beban tekan secara penuh, dan ada kemungkinan pula
struktur tersebut akan mengalami keruntuhan. Profil-profil WF
dengan tebal Hens yang tipis cukup rawan terhadap bahaya tekuk
lokal, sehingga penggunaan profil-profil demikian sebaiknya
dihindari.
SNI 03-1729-2002 membatasi rasio antara lebar dengan
ketebalan suatu elemen, dan penampang suatu komponen struktur
dapat diklasifikasikan menjadi penampang kompak, tak kompak dan
langsing. Suatu penampang yang menerima beban aksial tekan
murni, kekuatannya harus direduksi jika penampang tersebut
termasuk penampang yang langsing. Rasio antara lebar dengan tebal
suatu elemen biasanya dinotasikan dengan simbol
Untuk profil WF maka kelangsingan flens dan web dapat
dihitung berdasarkan rasio bf /2ti dan h/t dengan bf dan tf adalah
lebar dan tebal dari liens sedangkan h dan tw adalah tinggi dan
tebal dari web. Jika nilai I lebih besar dari suatu batas yang
ditentukan, Ar, maka penampang dikategorikan sebagai penampang
langsing dan sangat potensial mengalami tekuk lokal. Batasan-
batasan A. untuk berbagai tipe penampang ditunjukkan dalam
Gambar 4.8.

x. KOMPONEN STRUKTUR TEKAN TERSUSUN


Komponen struktur tekan dapat tersusun dari dua atau lebih
profil, yang dilakukan dengan menggunakan pelat kopel. Analisis
kekuatannya harus dihitung terhadap sumbu bahan dan sumbu 4.2
bebas bahan. Sumbu bahan adalah sumbu yang memotong 6
semua elemen komponen struktur tersebut, sedangkan sumbu
bebas bahan adalah sumbu yang sama sekali tidak, atau hanya
memotong sebagian dari elemen komponen struktur tersebut.
Analisis dilakukan sebagai berikut: 4.2
Kelangsingan pada arah sumbu bahan (sumbu x) 7
dihitung dengan:
k•Lx
r

Dan pada arah sumbu bebas bahan harus dihitung kelangsingan ideal4.2
A:
zy

= .A'Y + A 2 71 2

2 '

da n
k•L
A = ______ dan A =
1
r r .

Dengan:
LL = panjang komponen struktur tekan arah x dan
arah y
k = faktor panjang tekuk
i
x" y, rni n
= jari—jari girasi komponen struktur
rn i
konstanta yang besarnya ditentukan dalam
=
peraturan
L1 = jarak antar pelat kopel pada arah komponen
struktur tekan
Pelat kopel yang digunakan harus cukup kaku sehingga memenuhi
persamaan:
6 2 BA B 4 BATAN G TEKAN

612 1
>10- 4.29
t, 1

Den ga n: / p = m om en ine s ia pelat kopel , untu k pelat kopel di mu ka dan di

t t t
_________L_. L__ _1
d

b11.250/NIfy
d I t 335Af y

bF / 2t, 250/NifrT,

h I t, 5_ 6654(

b b

°
h
-4- DIt5 22000 f
t„

1•••-• b-.4•J It 1 -s

blt< 6251
- b I t 625/ /f
b/t5..250/&, b I t 200/ f: - b t 250/ If y
h / .665/NiTy

h 1 t„ 5_ 665/1(
Gambar 4.8 Nilai Batasuntuk Berbagai Tipc PenanTAT::
4.9 K O M P O N E N S T R U K T U R TE K A N T E R S U S U N 6 3

belakang yang tebalnya t dengan tinggi h, maka


4.29 //= momen inersia minimum sate buah profi l
a = jarak antar dua pusat titik berat elemen komponen
struktur

Selain ketentuan tersebut di atas, unruk menjaga kestabilan clemen


—elemen penam-
pang komponcn struktur tersusun, maka harga Ay, dan 21, harus
memenuhi:

 1,2 2., 4.30

A' • 50

Pelat kopel harus dihitung dengan rnengar• i ip bahwa pada


seluruh panjang komponen struktur tersusun rersebur bekerja gava
lintang yang besarnya:
D = 0,02 N 4.31

nCONTOH 4.3:
Rencanakan komponen struktur retain berikut .rcmakai profil disi perle-
,

takan jcpit scndi. Beban aksial tekan terfaktor = 120 toys.


7
Mutu = 240
iMPa, = 370 NIPa). Panjang batang L = 45(;)

Gambar 4.9 Pelat Kopel pada Batang Tckan Tersusiin

C o b a p r o fi l W F 3 0 0 . 2 0 0 . 9 . 1 4 a' = 298 mm
b = 201 mm t = 9
inm

 t A

V
64 B A B 4 B ATA N G T E K A N

t = 14 mm
r = 18 rnm
h = d-2(t f + r o ) = 234 mm
r = 126 mm
ry = 47,7 mm
A = 8336 mm2

JAWAB:
Periksa kelangsingan penampang:
b/2 201
Fl e n s = 7,18
t 2x14
250 250
= 16,14
f J240 612
<A OK
tf

Web h234

 = = 26

t 9 OK
665 665
= 42,92
f, N/240
— h <
tw

Kondisi tumpuan jepit—sendi, k = 0,8.


Arah sumbu kuat (sumbu x):
k.L 0,8x4500
= 28,57
r 126
1,6-0,67k
A \ if 28,57 \ I

= A240 =Y 0,3149
=
71 E 7r 200000

0,25<k<1,2-3W= 1,43
— _________________
120
1,43 u.) ____________ = 0,73<1 OK
1,0295 =
' 1,6—(0,67x0,3149)
4.f= =A 240 = 8336 =194,3
ton
1,0295

0,85x194,3
Arah sumbu lemah (sumbu y):
4 . 9 K O MP O N E N S TR U K T U R TE K A N TE R S U S U N 65

k.L 0,8x4500
A = ___Y = = 75,47
47,7

A = Ay \t if y 75,47 \ I 240 = 0,832


` ) E 7 2 0 0 0 0 0
1, 43
0,25 < A <1,2 —› (.L.;
=
= 1,43
1,6— (0,67x0,832)
=
N=A.f =A = 1,372 240
cv. 1,372 =145,82 ton
N 120
_ ____________
= 0,97<1
.N 0,85x145,82 OK
OK Jadi, profil WF 300.200.9.14 cukup untuk memikul beban tekan
terfaktor 120 ton.

CONTOH 4.4:
Rencanakan komponen struktur tekan berikut, yang menerima beban
aksial tekan terfaktor, N = 60 ton. Gunakan profil T. Panjang batang 4000
mm, dengan kondisi tumpuan
jepit—jepit. Mutu baja BJ 37. Coba
profi l T125.250 d = 125
mm b = 250 mm
OK t W = 9 mm
t = 14 mm
A = 4609 mm2
rg
= 29,8 mm
= 62,9 mm

JAWAB:
Periksa kelangsingan penampang:

Flens bt 250
= 8,93
2.t f — 2 x14
250 250
= 16 , 1 4
f -s/2.40 bt
2.t r
OK
d125
We b = =13,88
OK t 9
3 3 5 3 3=
5 21,62
\ Ty V240
d <A

OK
Kondisi tumpuan jepit—jepit, faktor panjang tekuk k = 0,65.
66 B A B 4 B A TA N G T E K A N

Arah sumbu lemah (sumbu x):


k.L 0,65x4000
= 87, '5
29,8
f 87, 25 240
= ___\ 7 200000 = 0,9617
\ I
1,43
0 , 2 5 < A < 1, 2
1,6-
1,43 0 , 67A,
_____________ = 1,4963
1,6— (0,67x0,9617)
240
= A f = A = 4609. 1, 4963 = 73,93 ton

60
______ = _____________ = 0,95-5 <1 OK
0•N 0,85x73,93
Arah sumbu kuat (sumbu y):
4•L 0 65 v4000
62 9= 41,335
,
=
A y er 41,335
240 0,
=
200000 4556
1,43
0,25 < A <1,2 = ____________
1,6-0,67A
1, 43
= = 1,1043
1,6—(0,67.0,4556)

=A =A = 4609_2 40 =100 16 ton


1,1043
N. 120
0 •AT = 0,705 <1
0,85x100,16 OK

jadi, profil T 125.250 cukup untuk memikul beban terfaktor N = 60

ton. 4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR TORSI

Jika sebuah komponen struktur tekan dibebani beban aksial tekan


sehingga terjadi tekuk terhadap keseluruhan elemen tersebut (bukan
tekuk lokal), maka ada tiga macam potensi tekuk yang mungkin
terjadi di antaranya:
a.Tekuk lentur, pada umumnya kekuatan komponen struktur
dengan beban aksial tekan murni ditentukan oleh tekuk lentur.
Hing,ga kini komponen struktur tekan yang dibahas adalah komponen
struktur tekan yang mengalami tekuk lentur. Tekuk lentur
mengakibatkan defleksi tehadap sumbu lemah (sumbu dengan rasio
kelangsingan terbesar). Setiap komponen struktur tekan dapat
mengalarni kegagalan akibat tekuk lemur,
b.Tekuk torsi, model tekuk ini terjadi akibat adanya puntir dalam
sumbu memanjang komponen struktur tekan. Tekuk torsi hanya terjadi
pada elemen-elemen yang langsing dengan sumbu simetri ganda.
Benruk profil standar hasil gilas panas umumnya ridak mempunyai
resiko terhadap tekuk torsi, namun profil yang tersusun dari pelat-
pelat tipis harus diperhitungkan terhadap tekuk torsi. Sebagai contoh,
penampang yang riskan terhadap tekuk torsi adalah penampang
berbentuk silang dalam Gambar 4.10.h. Penampang ini dapat disusun
dari empat buah profil siku yang diletakkan saling membelakangi.
4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR ... 67

c. Tekuk lemur torsi, yang terjadi al:1).dt kombinasi da.ri tekuk


lentur dan tekuk
torsi. Batang akan terlentur dan terpuntir secara bersamaan. Tekuk
lentur torsi dapat terjadi pada penampang-penampang dengan sate
sumbu simetri saja seperti profil kanal, T, siku ganda, dan siku
tunggal sama kaki. Selain itu juga dapat terjadi pada penampang-
penampang tanpa sumbu simetri seperti profit siku tunggal tak sama
kaki dan profil Z.
Gambar 4.11.a menunjukkan sebuah komponen struktur tekan
dengan penampang melintang berbentuk silang, sedangkan Gambar
4.11.b adalah sebuah potongan sepanjang 4 dari komponen struktur
tersebut. Pada suatu potongan elemen dA bekerja gaya tekan fdil.
Pada awainva tegangan yang terjadi adalah scragam pada seluruh
panjang elemen

)K

• •

k
Gambar 4.10 Tiga Macam Model Tekuk Komponen Struktur Tekan \\
K
sebab beban tekan (a) yang bekerja
Tekuk Lentur adalah konsentris.
(b) Tekuk Torsi Akibat beban
(c) Tekuk Lentur
yang bekerja akhirnya suatu titik yang tcrletak sejarak Torsi
z dari ujung
r elemen akan tertekuk seperti pada Gambar 4.11.c. Perpindahan pada
titik tersebut dari posisi awalnya adalah sebesar u + du. Dar; Gambar
4.11.a diperoleh hubungan:
u = r•0 4.32
dengan f adalah sudut puntir dan r adalah jarak dari pusat geser ke
dA.

Jumlahkan momen-momen terhadap sumbu z dalam Gambar 4.9.b:


dTv = r.dQ.dr = 0 4.33
Jumlahkan pula momen-momen dalam Gambar 4.11.d:
dM•dr + Qdr.dz + fdA.du = 0 4.34
Dari persamaan 4.34, selesaikan untuk Q dan kemudian
diferensialkan ke-z:
dNI du
4.35
68 B A B 4 B ATAN G T E K A N

(c)
(d)

Gambar 4.11 Tekuk


Lentur Torsi pada
Penampang Berbentuk
Silang u + du

dQ  2

dr = d' M
61 (a)
____
dr f
dA ti
_____
dz 4.36
dz2
dz2
Bagilah persamaan fdA
M.dr
4.33 dengan dz, dan Q.dr
substitusikan .4 3.
hasilnya ke dalam
persamaan dz
4.36:
dT,, + dQ (Q + dQ) dry
(M+dM)dr t)
f r. .dr

0 (M + dM)dr dA
dz A dz
dT, ( d2 M
d'uj
___dz' +
.1- dz: dr f 614 dz2
= 04.38 2

dT, + i r '612 M
dr f i —rd u .dA
=0 4.39
d z .I ., dz2
2
A dz

Karena
M
adalah
momen
per
satuan
r, maka
momen
pada
elemen
dA (=
t.dr)
adalah
M.dr,
sehingg
a:
4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR ... 69

d2u •dr u
M•dr = ________= E • 4.40
dz2 12 dz2
Dengan I = t 3 .drI12 adalah momen inersia dari elemen dA.
Diferensiasikan persamaan 4.40 dua kali ke-z dan substitusikan
d 2 M/dz 2 ke dalam persamaan 4.39, sehingga diperoleh hubungan:
dT, 3
tr d4 u u
+ E• =0
4.41
dz 12J A el.c r.dr+ f fr-dz,r•dA
4 .

dT d20Substitusikan dTv/dz
Karena = G•J•- do , ke dalam per-
sehingga
samaan 4.41: az; =G•I dz2 •
E.t3
-G• J .0" + 4.42
12  f •dr + f .0" j r2 dA = 0
Dengan mengingat
bahwa:
1
r 2 •dr = 4x -.r 3 = 4.b
3
4.43
A 3 3
dan f r2.di4 = I, (Ii, adalah Inersia polar) 4.44
A

Maka persamaan 4.42 dapat disederhanakan


Imenjadi:
E . ? 4 . 6 3

-G.J.0"+ + f .0". p =
0 4.45
12 3
0'•
4.b3
4.46
12 C) 3 +(f I n -G J).0" = 0

E.1-3
4.47
atau 9 .0' +(f •I - G . J ) . 0 " = 0
Faktor b 3 .t3 /9 disebut sebagai konstanta torsi warping, C u , untuk
penampang berbentuk silang. Masalah konstanta torsi warping ini
akan dibahas lebih lanjut dalam bab VIII tentang torsi. Persamaan
4.47 dapat disederhanakan menjadi:
4.36 f•I -G•J
cyv ±___________
E•C • 0" = 0 4.48
imaan
atau 0' K2 • r" = 0 4.49
f•I -G-J
dengan K2 = P
4.50
E•C,,
Persamaan 4.49 merupakan suatu persamaan diferensial linear
homogen orde kcempat,
4.38 yang mempunyai solusi:
4.39
0= Kz + B.cos Kz + Cz + D 4.51
idal
ah Konstanta A, B, C, dan D dapat ditentukan dengan menggunakan kondisi
batas yang ada. Jika tumpuan pada ujung-ujung kolom adalah jepit,
maka dapat digunakan empat buah kondisi batas sebagai berikut:
0z= 0 = 0 0 =B+ D
dtz = L = 0 0 = A.sin KZ + B.cos KL + CL + D
du\ z 0 = 0 0 = A.K + C

dz1
70 B A B 4 B ATAN G TE K A N

du z = L = 0 0
= A.Kcos KI. —
B.Ksin KL + C
dz

Eliminasikan C dan D
dari keempat
persamaan tersebut
sehingga diperolch dua
bud, persamaan linear:
A(sin KL — KL) +
B(cos KL — 1) = 0

A(cos KL — 1) —
B.sin KL

Solusi dari sistem


persamaan linear
tersebut eksis jika
determinan dari
persamaan tersebut
sama dengan nol, jika
evaluasi terhadap
determinan dilakukan
dan disamakan
dengan nol, maka
akan diperoleh
persamaan:
la (
sin— • 2.sin________________

• KL
cos
=0
4.5
3
2 2
2)
Persamaan 4.53
terpenuhi, jika K112 =
TC atau KLI2 = 4,49.
Substitusikan nilai akar
terkecil ke dalam
persamaan 4.50,
sehingga didapatkan
tegangan kritis
minimum:

f +
I \2__
P (1/ X L)
2 LP
4.54
Jika ujung-ujung kolom
adalah tumpuan sendi,
maka kondisi batas
yang ada adalah
d2u/dz2 = 0 pada z = 0
dan z = L, serta 0 = 0
pada kedua ujung
kolom, maka diperoleh
besar tegangan kritis:

G • J 7 2 E.C„
f, =
4.55
L2 .1

Secara umum f c , dapat


dituliskan menjadi:
G•J 72.E.C„.
f, 4.56
1p (KLy.ip

Dengan k adalah
faktor panjang efektif
yang tergantung pada
tumpuan ujung kolom,
k = 1/2 untuk jepit dan
k = 1 untuk sendi.
Persamaan 4.56
berlaku untuk profil-
profil dengan dua
sumbu simetri
(sebagai contoh
adalah profil silang
dan profil WF).
Selanjutnya dapat
ditentukan jari-jari
girasi profil yang
dapat menimbulkan
tekuk lentur torsi,
yaitu dengan cara
menyamakan f r dari
persamaan 4.8 dan f c ,
dari persamaan 4.56:
7 EGI 72E-6
2 ' 4.56
= ____+
______
kg,/ I
P (K0 2
LP 4.57

,
C„ +0,041(k1)
2

Lps

Jika r, dari persamaan


4.57 lebih kccil dari
atau r profil, maka
keruntuhan profil akan
ditentukan oleh tekuk
lentur torsi. / ti dalam
persamaan 4.57 adalah
momen inersia polar
terhadap pusat geser.
4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR . 71

CONTOH 4.5:
Tentukan ripe keruntuhan komponen struktur tekan berikut ini, jika
diketahui bahwa panjang kolom tersebut adalah 4,5 m dan pada ujung-
ujung kolom tidak terjadi momen torsi (kekangan jepit).
uah
JAWAB:
2.a I=I= ,
2.b —1 3
b = 15 cm 2x15 3 x1,2
an = 2700 cm
3
:an
b = 15 cm Ip s = I + I = 5400 cm 4
j = 4. 1 .6 3 .t = 4. 1 .15(12) 3
53 3 3
L15 cm -1-15 cm -J
= 34,56 cm4
cil
b34-3 (15x1,2)3 C — = =648 cin6
9 9

=
54
= ,\12700

6,124
cm 72
rz 2648 + 0,04(34,56)(450/2)2
2 rt = 13,08 cm2
ar 5400
= 3,62 cm
5 Jadi, profil tersebut akan mengalami keruntuhan akibat tekuk lentur
torsi.

CONTOH 4.6:
6 Periksalah apakah keruntuhan tekuk lentur torsi dapat terjadi pada
profil WF 400.200.8.13
berikut ini:

n J AWAB :
it r — — b = 200 —1 1itf= 13 1
J z- - —12(200)(13) 3 + (3708) 3 ]
L____, ,....-1 ---1— 3
i =2140576=1 4
w= 8
h = 400 Cu =h2.1) /4

.... —1
13) 2
(1740.104)/4 I = (400 —
n. ■—
=65149515.10 4 mm 4

= Ix + I = (23700 + 1740).104 = 25440.104 mm 4


C 0, 04 J-L 2 = 65149515.10 4 0,04 x 2140576 x L 2
r t
25440 + 10 25440.104

= V2560,91+0,0003361 2
r, min = 50,60 mm (dicapai jika L = 0 mm)
karena rt min > ry, (= 45,4 mm), maka profil ini ridak akan mengalami
tekuk lentur torsi, dan keruntuhannya akan ditentukan oleh tekuk lentur
terhadap sumbu y.
72 BAB 4 BATANG TEKAN

SNI 03-1729-2002
pasal 9.2 mensyaratkan
pemeriksaan terhadap
tekuk lentur torsi untuk
profil-profil siku ganda
dan profil T. Dinyatakan
bahwa kuat tekan
rencana akibat
tekuk lentur torsi,
komponen struktur
tekan yang terdiri dari
siku ganda atau

berbentuk T, harus
memenuhi:
< 4.58

N,21,
Dengan: _
= 0,85 4 f„, H
1 4.59
Ni,.n=
fit Ag ',dt
(1,,,+4, ) 2
2H

Dan:
GJ
2 4.60
kr °
Iy 2 2
1)2
1
= 4.61
A +xo + Yo
( 2 2\
H =1 X0 +Yo
_2 4.62
ro
Keteranga

a.x0, yo merupakan koordinat pusat geser terhadap titik berat, x 0 =


ganda
n CONTOH 4.7: dan profil T. 0 untuk siku
b .
Periksalah apakahf = f / ( 0
crY Y
profi l L 60.90.10G adalah modulus F.
c. G =
berikut cukup kuat 2(1+ v)
menahan beban
d.
aksial terfaktor J adalah
= 30 konstanta puntir, J 1 3
ton, jika panjang
batang 3 m dan
kondisi perletakan
jepit-sendi. Mutu
baja BJ 37.
Data profil
A = 1410
mm2 ex =
30,5 mm e
y= 15,6 mm
I =112.104
mm`'
= 39,6.10 4 mm 4
r = 28,2
mm x
r = 16,8
mm r q =
12,8 mm t
= 8 mm

tp
A

L 10

V L
ie eY
I._
60—]
4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR ... 73

orsi JAWAB:
Periksakelangsingan penampang b 90 n
ibat
Flens
 =
.tau
t 10
200200
— 12,91
1-f y A.1240
penampang tak kompak
b 200
—___<
.59
t 114,

Web Tak ada syarat

60
Kondisi tumpuan jepit—sendi, k = 0,8
Dicoba menggunakan 6 buah pelat kopel:
61 3000

Al OK

62

ku
OK

1.875.331,2 mm4

= 6-1 =600 L,= 600


_____________ = 46,875<50
t;„i„ 12,8

or Arah sumbu bahan (sumbu x):


BJ 0 8x3000
=____' = ' = 85,10
/7 28,2 ,

(= 85,10) > 1,2 Al (= 56,25)

Arah sumbu bebas bahan (sumbu y):

Ay = 2 (Ay, + Ag(ey + tp12)2)

A = 2 (39,6.104 + 1410 (15,6+4)2) =

Ap,op= 2 x 1410 = 2820 mm2

-_________ = /1875331'2 = 25,7878 mm


P y = A r ri
poin
' 2820
= k.L y = 0,8x3000
_________ = 93,06
Y
25,7878
Kelangsingan ideal:
2 _Fri2
Al

46,8752 = 104,1989
Ary = 93,06 +22
2

A ty ( = 104,1989) > 1,2 A, ( = 48,696 )

Karena A. > Ax, tekuk terjadi pada sumbu bebas


bahan

fy 104,1989 240
= 1,1489
TC 200000

Y
2
7 4 B A B 4 B A TA N G T E K A N

1,43
0,25< <1,2 cU = _______________
1,6-0,67/1
1,43
________________ = 1,722
1,6—(0,67x1,1489)

N„ = Ag.f. = A,.______ =2820240


w.. 1,722 = 39,3
ton
Periksa terhadap tekuk lentur torsi: A» it
A
g /It

,y+frz
2H = 1
_ (f,y+f-J2

2H ft = 1 I1 f Y+
( ,

frz)2

G.J A.ro
G= E 200000
= 76923 MPa
2(1+ v) 2(1+0,3)
= 93333,3
J = 1 b.t 3 = 2 3
1
.60.10 3 + 1 3 .(90-10).10 3
3 mm4
y0 = e - t/2 = 30,5 - (10/2) = 25,5 mm x 0 =0

_ 2 (112 +39,6).104 +0+25,52 =


co,1,722 1187,84 mm2 2820

f a t = 1 3 4 , 41 M Pa = 2143,314 MPa
+1, 2 2
N1,. =g fit = =2820xo x+.Y0
134,41 = 37,9 ton
= 1 0+25 ,5` = 0,4526
H 1187,84
3acti, tekuk lentur torsi
menentukan. 0c.Nf, nit = 0,85 x
= 139,373 MPa
37,9 = 32,2 ton
_30
— _____ = 0,93<1
o.N „it 32,2
= +x,+y,
Profil J L 60.90.10 cukup kuat.
4 '0 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR .. 75

nCONTOH 4.8:
Sebttah komponen struktur tekan dengan beban aksial terfaktor = 80 ton clan memiliki

panjang batang 4,5 m. Rencanakan komponen struktur tersebut dari dua buah profil kanal tersusun,
rencanakan pula dimcnsi pelat kopelnya. Mum baja BJ 37.

JAWAB: 75 10 75
Dicoba profil kanal CNP 20:
Data CNP 20 A = 3220 mm 2
w , ;
\ e ~ = 2 0 , 1 m m
I = 1910. 10' m m
148.10' mm`'
L r = 77 mm 200
21,4 mm
t f =11,5 mrn
t = 8,5 mm
t - 10 mm

Kondisi tumpuan jepit-sendi, k = 0,65


Periksa kelangsingan penampang:
I) 75 .
Fl ens 6,52
t 11,5
250 250
______= _____
= 16,137
A1240
b 250
OK
t

h 200
We b ____ = 23,53
t .,, 8,5
665 665
= 42,92
r7,
.V240
-11'
OK
< OK
t„

Dicoba pasang 10 pelat kopek


4500
L = 5 0 0
10-1
L, 500
= ______ -= = 23,36<50 OK
21,4

Arab sumbu x.
0,653:4500
k.L,
= = = 37,99
77
(= 37,99) > 1,22(= OK
28,032)
76 B A B 4 B ATAN G TE K A N

Arah sumbu y:
I = 2 (l y, + Ag(e),
+ t/2)2 )
y = 2 (148.104 +
3220

= V _________
A p „, / ,„ 6440 = 33,01

A = kl, = 0,65x4500
= 88,61 mm
ri 33,01
Kelangsingan ideal:

= Ai 2 188,612+-223,362
OK
= 91,64
Karena Iry> tekuk terjadi pada sumbu bebas
bahan
fy = 91,64 AI 240
E 7r200000 = 1,0105

1,4
0,25 < 1,2 co , = 3
1,6-0,67 A. c y

(20,1 + 5)2) =
7.017.264,4 mm4
A p4/ = 2 x 3220 =
6440 mm 2

Co = 1 , 4 3
1,6— OK
(0,67x1,0105)
N = =1,549
6440A = 99,78
= A ___=
ton

gr
2
4
0
g

1,5
49
0,.N„= 0,85 x
99,78 = 84,8 ton
Nu_ ______
=0,94<1
.N 84,8

Perhitungan dimensi
pelat kopel:
Syarat kekakuan pelat
kopel, adalah harus
dipenuhinya:
IP I
a Li
= I yr.y =
148.104 mm4
L / = 500 mm
a

(2

0,

1)

0,

1,
I
P 11)
I _?_10.148.104 50,2
P
500
/, >1485920 mm 4
4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR ... 77

Bila Ir = 2.112t.h3 , dengan tebal pelat (t = 8 mm), diperoleh h > 103,6 mm.

Gunakan h = 110 mm.

Cek kekuatan pelat kopel:


D u = 0,02 N = 0,02 x 80 ton = 1,6 ton

Gaya sebesar 1,6 ton dibagi untuk 10 pelat kopel, sehingga masing—
masing kopel memikul 0,16 ton.

Kuat geser pelat


kopel:
110
== ______________ =13,75
t 8
5 = 29
k = 5+__________ = 5+ 5
OK
(alh)2 (50,2/1/ 10 )2

k„.E _ 29x200000
1,1 _____11 = 171
fy k .E 240
k,<1,1 ' sehingga
fy
V = 2.0,6fy.21„,= 2(0,6)(240)(110)(8) =
25,344 ton 0V, = 0,9 V = 0,9(25,344) =

22,8 ton
OK
V„ = 0,16 = 0,009 <1

n CONTOH 4.9:
Sebuah kolom dari profil baja (BJ 37) dengan panjang batang 5 m,
OK mempunyai tumpuan ujung sendi-sendi. Pada arah sumbu lemah diberi
sokongan lateral di tengah bentang. Beban aksial terfaktor, N = 75 ton.
Pilihlah profil WF yang mencukupi kebutuhan kolom tersebut.

JAWAB:

r--
Coba profil INP 30:
Data INP
b
I
30: d =
I 300 mm b
I 2500 t=a , 125 mmmm
= 10,8
tf= 16,2 mm
h = 241 mm
I
I 2500 A = 6910 mm
I
I = 9800.10 4 mm 4
I I = 451.10 4 mm 4
A r, = 119 mm
r = 25,6 mm
7 8 B A B 4 B A TA N G T E K A N

Periksa
kelangsingan
penampang:
/712

125
Flens
2
x
1
6,
2
170

170

_
1
0
,
9
7

\
2
4
0
b/2
170
<
______
pena
mpan
g
komp
ak
Ad
i
W e b h 2 4 1
=
______
=
22,31
t,„

10,8
1680

1689=108,44
f,

1,
240
h
1
6
8
0
<
t,,,- \ /f,

penamp
ang
kompak

Arab sumbu bahan


(sumbu
5
=
__________
000
017 = 42
,
11
9

Arah
s
u
m
b
u

b
e
b
a
s

b
a
h
a
n

(
s
u
m
b
u

y
)
:

.
=

2
5
0
0

,
7

> A (barang
menekuk ke
arah sumbu
lemah)

E
IT
AI

2
0
0
0
0
0

97,
656

=
1,0
768
0,25 < A < 1,2

w = 1,6 —
0,672„
1,43

1
,
4
3
( 0 , =
=
1 , 6 2 7 7
1,6 —
(0,67x1,0
768
240
N
n

n
N

5
_____ =
_____
=0,866<1
1p,..N„ 86,6
SOAL-SOAL LATIHAN 79

3AL-SOAL LATIHAN

=1 1 — P.4.3
Hitunglah tahanan tekan rencana dari masing-masing komponen
struktur tekan yang ditunjukkan dalam Gambar P.4.1 — P4.3!

/MY

WF 400.400.13.21
(BJ 37) WF 300.300.10.15
(BJ 41)

Gambar P.4.1 Gambar P.4.2

WF 250.250.9.14 (BJ 55)

Gambar P.4.3

— P.4.6
Periksalah bahaya tekuk lokal dari masing-masing komponen struktur
tekan dalam soal P.4.1 — P4.3!

- P.4.9
Iika masing-masing komponen struktur tekan dalam soal P.4.1 — P.4.3
diberi pengekang lateral dalam arah sumbu leinah, hitunglah besamya
tahanan tekan rencananya !

Profil WF 350.175.7.11 digunakan sebagai suatu komponen struktur tekan


dengan panjang
m. Pada tiap interval 3 m dipasang pengekang lateral dalam arah
sumbu lemah. Ujungujung komponen struktur tekan tersebut berupa
tumpuan sendi dan mutu baja BJ 37. Jika rasio DIL = 0,5, hitunglah
beban kerja yang dapat dipikul oleh komponen struktur tekan tersebut!
8 0 B A B 4 B A TA N G T E K A N

P.4.11Sebuah komponen struktur tekan didesain agar mampu menahan beban


tekan aksial yang
terdiri dari beban mati 500 kN dan beban hidup 1000 kN. Batang ini
memiliki panjang 8,5 m dan pada jarak 3,5 m dari tepi atas dipasang
pengekang lateral dalam arah sumbu lemah. Dengan menggunakan
mutu baja BJ 41 pilihlah profil WF yang ekonomis ! (turnpuan ujung
adalah sendi).

P.4.12 Suatu portal bergoyang terdiri dari kolom WF 200.200.8.12 dan balok
WF 250.125.6.9,
mutu baja BJ 37. Tiap batang disusun sedemikian rupa sehingga
lentur terjadi dalam arah sumbu kuat. Asumsikan k = 1,0. Hitunglah
besarnya k untuk kolom-kolom portal tersebut dengan menggunakan
nomogram yang add. Hitunglah pula tahanan tekan rencana dari
kolom tersebut!

5
Gambar P.4. 1 2
5
1
yang
mjan
g
umbu
(turn
- Komponen Struktur Lentur
TUJUAN PEMBELAJARAN
5.6.9. Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
Jalam Melakukan analisis dan desain komponen struktur lemur yang
memiliki kekangan lateral secara menerus pada bagian sayap
tekan
Memahami perilaku balok akibat lentur dua arah
Pokok-pokok
Pembahasan Bah 1.1
Pendahuluan
1.2 T.entur Scderhana Profil
Simetris 1.3 Perilaku Balok
Terkekang Lateral 1.4
Desain Balok Terkekang
Lateral 1.5 Lendutan Balok
1.6 Geser pada
Penampang Gilas 1.7
Beban Terpusat pada
Balok 1.8 Teori Umum
Lentur

E . • PENDAHULUAN

Balok adalah komponen struktur yang memikul beban-beban


gravitasi, seperti beban mati dan beban hidup. Komponen struktur
balok merupakan kombinasi dari elemen tekan dan elemen tarik,
sehingga konsep dari komponen struktur tarik dan tekan yang telah
dipelajari dalam bab terdahulu, akan dikombinasikan dalam bab ini.
Pembahasan dalam bab ini diasumsikan bahwa balok tak akan
tertekuk, karena bagian elemen yang mengalami tekan, sepenuhnya
terkekang baik dalam arah sumbu kuat ataupun sumbu lemahnya.
Asumsi ini mendekati kenyataan, sebab dalam banyak kasus balok
cukup terkekang secara lateral, sehingga masalah stabilitas tidak
perlu mendapat penekanan lebih.

2 LENTUR SEDERHANA PROFIL SIMETRIS


Rumus umum perhitungan tegangan akibat momen lentur, seperti
dipelajari dalam mata kuliah Mekanika Bahan (G = M. c/1) dapat
digunakan dalam kondisi yang umum. Tegangan lentur pada
penampang profit yang mempunyai minimal satu sumbu simetri, dan
dibebani pada pusat gesernya, dapat dihitung dari persamaan:
M M
A Y

f= 5.1
S,
Iy
dengan Sy. = dan Sy = 5.2

M . c, M, . c ,
sehingga f = _______________________________________________________5.3
Dengan:

M.

= tegangan lentur
momen lentur arah x dan y
82 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

M
o
d
u
l
u
s

p
e
n
a
m
p
a
n
g

a
r
a
h

d
a
n

M
o
m
e
n

I
n
e
r
s
i
a

a
r
a
h

x
d
a
n

y
= jarak dari titik berar
ke tepi serat arah x dan
y

Gambar 5.1 menunjukkan


beberapa penampang yang
mempunyai minimal satu bu.1.-
sumbu simetri.

S = 1T
C cy
x x
Gambar 5.1 Modulus
Penampang Berbagat Tipe Profi l
Simetri

5 S =
Y c
5.3 PERILAKU BALOK TERKEKANG
LATERAL

Distribusi tegangan pada


sebuah penampang WF
akibat momen lentur,
diperlihatkan dalam
Gambar 5.2. Pada daerah
beban layan, penampang
masih elastik (Gambar.
5.2.a kondisi elastik
berlangsung hingga
tegangan pada serat
terluar mencapai kuat
lelehnya (f Setelah
mencapai regangan leleh
(E y ), regangan akan
M x _ terus naik tanpa
diikuti kenaikar tegangan
(Gambar 5.3).
Ketika kuat leleh
tercapai pada serat
terluar (Gambar 5.2.b),
tahanan momen nomina:
sama dengan momen leleh
dan besarnya adalah:
YY

M =M =Sf 5.4

Dan pada saat kondisi pada


Gambar 5.2.d tercapai,
semua serat dalam
penampang melampaui
regangan lelehnya, dan
dinamakan kondisi plastis.
Tahanan momen nominal
dalam kondisi ini dinamakan
momen plastis Mr, yang
besarnya:

= f,-'f dA = 4.7
5.5

Dengan Z dikenal sebagai


modulus plastis.

e<s, a<f y
E=E 6 f E>E1, 6=f y E» E
Y

M M
M < My, M = Myx „< < Mp M=M
Gambar 5.2 Distribusi Tegangan pada
(a) (b) (c) (d)
Level Behan lierbed
5 . 3 P E R I L A K U B A L O K TE R K E K A N G L ATE R A L 83

Daerah elastis 1+. Daerah plastis

Gambar 5.3 Diagram Tegangan—Regangan Material Baja

6=f
Selanjutnya diperkenalkan istilah faktor bentuk (shape factor, SF),
yang merupakan perbandingan antara modulus plastis dengan modulus
tampang, yaitu:
SF = = M ________= Z
5.6
M. S
Untuk profil WF dalam lentur arah sumbu kuat (sumbu x), faktor bentuk
berkisar antara 1,09 sampai 1,18 (umumnya 1,12). Dalam arah sumbu
lernah (sumbu y) nilai faktor bentuk bisa mencapai 1,5.

 CONTOH 5.1:
Tentukan faktor bentuk penampang persegi berikut, dalam arah

sumbu kuat (sumbu x)! JAWAB:


,
Z,--=2[b- , =
h

h /= 2 4=
1
1
S = -b.h3 =
12 1 6
________
1
=1
b SF h/2 12 . b . h - = 3 =1,5
2

1 .12. 2
, 11
6

n CONTOH 5.2:
Tentukan faktor bentuk dari profil WF berikut, terhadap sumbu y!
d

i t-
J L
84 BAB 5

Z
=
2
(d

-2t

•".t

4 )
4)
2
4
1
Z
=

,
+
4
-.

(d-
2t
„. 2

I .

2
'
=
2[1
1,.
93
+
I____
.
(d 2
1
/,.
=
1
f.

1
(d

2t t

).t
,
6
S.

I.

1
=

_____
=
11.17
H- .(d
2t t)
_______

b/2
6
b

D
a
n
fa
kt
or
b
e
nt
u
k
1.
z t

201
-

SF
=
2

=
1,
5
S

t3
.
t
+ 6
.

P
a
d
a
sa
at
ta
h
a
n
a
n
m
o
m
e
n
pl
as
ti
s
M
te
rc
a
p
ai
,
p
e
n
a
m
p
a
n
g
b
al
o
k
ak
a
n
te
ru
s
b
e
r-
d
ef
or
m
as
i
d
e
n
g
a
n
ta
h
a
n
a
n
le
nt
ur
k
o
ns
ta
n
/I/
,
k
o
n
di
si
in
i
di
n
a
m
ak
a
n
se
n
di
pl
a
st
is
.
P
a
d
a
su
at
u
b
al
o
k
te
rt
u
m
p
u
se
d
er
h
a
n
a
(s
e
n
di
ro
l),
m
u
nc
ul
n
ya
se
n
di
pl
as
ti
s
di
d
ae
ra
h
te
n
g
a
h
b
e
nt
a
n
g
ak
a
n
m
e
ni
m
b
ul
ka
n
si
tu
as
i
ke
ti
d
ak
st
a
bi
la
n,
ya
n
g
di
n
a
m
ak
a
n
m
e
k
a
ni
s
m
e
k
er
u
n-
tu
h
a
n.
S
ec
ar
a
u
m
u
m
,
k
o
m
bi
n
as
i
a
nt
ar
a
3
se
n
di
(s
e
n
di
se
b
e
n
ar
n
ya
d
a
n
se
n
di
pl
as
ti
s)
ak
a
n
m
e
n
g
ak
ib
at
ka
n
m
ck
a
ni
s
m
e
ke
ru
nt
u
h
a
n.
D
al
a
m
G
a
m
ba
r
5.
4
su
d
ut
ro
ta
si
e
el
as
ti
k
da
la
m
da
er
ah
be
ba
n
la
ya
n
M,
hi
n
g
ga
se
ra
t
te
rl
u
ar
m
e
nc
a
p
ai
k
u
at
le
le
h
fy
p
a
d
a
sa
at
S
u
d
ut
ro
ta
si
ke
m
u
di
a
n
m
e
nj
a
di
in
el
as
ri
k

p
ar
si
al
hi
n
g
g
a
m
o
m
e
n
pl
as
ti
s
M
p
te
rc
a
p
ai
.
K
et
ik
a
se
n
di
pl
as
ti
s
te
rc
a
p
ai
,
k
ur
va
M
-O
m
e
nj
a
di
h
or
iz
o
nt
al
d
a
n
le
n
d
ut
a
n
b
al
ok
te
ta
p
bc
rt
a
m
b
a
h.
D
a
n
p
a
d
a
te
n
g
a
h
b
e
nt
a
n
g
ti
m
b
ul
ro
ta
si
O,
,
ya
n
g
m
e
n
g
ak
ib
at
ka
n
le
n
d
ut
a
n
b
al
ok
ta
k
la
gi
ko
nt
in
u.
A
g
ar
p
e
n
a
m
p
a
n
g
m
a
m
p
u
m
e
nc
a
p
ai
O,
ta
n
p
a
m
e
ni
m
b
ul
ka
n
ke
ru
nt
u
h
a
n
ak
ib
at
ke
ti
d
ak
st
a
bi
la
n
in
i,
m
ak
a
h
ar
us
di
pc
n
u
hi
ke
ti
g
a
m
ac
a
m
sy
ar
at
ya
k
ni
ke
ka
n
g
a
n
la
te
ra
l.
p
er
b
a
n
di
n
g
a
n
le
b
ar
d
a
n
te
b
al
H
e
ns
(b
/tf
),
p
er
b
a
n
di
n
g
a
n
ti
n
g
gi
d
a
n
te
b
al
w
e
b
(h
/c
).

q=
beb
an
laya
n
Dak
tilit
as
Kel
eng
kun
gan
u=
010
p

M (a)
karakteristi
k momen-
rotasi

Gambar
= beban layan terfaktor
5.4 Sendi
Planis
dan
Kurva
MM
5.4 DESAIN BALOK TERKEKANG LATERAL 85 4

DESAIN BALOK TERKEKANG LATERAL

Tahanan balok dalam desain LRFD harus memenuhi


persyaratan: 0b-M, 5.7
Dengan: o h = 0, 90
M n = tahanan momen nominal
= momen nlentur akibat beban
M terfaktor

Dalam perhitungan tahanan momen nominal dibedakan antara


penampang kompak, tak kompak, dan langsing seperti halnya saat
membahas batang tekan. Batasan penampang kompak, tak kompak, dan
langsing adalah:
1 . Penampang : <
2 . kompak
Penampang tak : < <X
3 . kompak
Langsing : >

M

kompak tak kompak
MP____

ber-  __________________

lacla
igah
7111 M r
1-
ikan

3erat
istik 10- = b/t

ijadi
Gambar 5.5 Tahanan Momen Nominal Penampang Kompak dan Tak Kompak
Masi
: ESAMPANG KOMPAK
:
that Tahanan momen nominal untuk balok terkekang lateral dengan
penampang kompak:
=M= Zf 5.8
Dengan: M p = tahanan
momen plastis Z =
modulus plastis
kuat leleh

: ESAMPANG TAK KOMPAK


Tahanan momen nominal pada saat = adalah:
M = mr. = f ).s 5.9
Dengan: f = tahanan leleh
f, = t eg an ga n si sa
S = modul us penampang

Besarnya tegangan sisa f = 70 MPa untuk penampang gilas panas, dan


115 MPa untuk penampang yang dilas.
Bagi penampang tak kompak yang mempunyai <X<
maka besarnya tahanan
momen nominal dicari dengan melakukan interpolasi linear,
sehingga diperoleh:
8 6 B A B 5 K O M P O N E N S T R U K T U R L EN T U R

-/1. A
M + _______M. 5.10

Dengan: X = kelangsingan penampang balok (= b/21--)


X , tahel 7.5-1 Peraturan Baja
Untuk balok-balok hibrida di mana fyi.> f maka perhitungan /1// hams
didasarkan pada nilai terkecil antara (1)1,f-f) dengan'4,„.

n CONTOH 5.3:
Rcncanakan balok untuk memikul beban coati, D = 350 kg/m dan beban
hidup, L = 1500 kg/m. Bentang balok, L = 12 m. Sisi tekan flens
terkekang lateral. Gunakan profil baja WF dengan f, = 240 MPa dan f =
450 MPa.

JAWAB:

11111111111111111111111111111110 = 1,2D+1,6L=
1,2(350)+1,6(1500)
2820 kg/m = 2,82 ton/m

12 m

I 2 1
•2 82.122 = 50,76 ton.m
M
t - —.
8

M "" 50,76 - 56,4


d ton.m " Ob 0,90
1
Z„= b-t f (d-t 1 .)+ 4 -t„,.(d-2t f ) 2
ZY = .tj - ")
b 4 •(d-2t .)
h 2 =d-
2(ro+tf)

Untuk f = 240 MPa


Coba profil WF 350.350.12.19
b 350
%f = =7 =9,21
x19

h 350-2(20+19)
=22,67
12

170 170 370 - 370 - 28,37


? , = 10,97 ,
f, A12 \ if, -f. A/ 240-70
40
2550
16
80 — = = 164,6
2550
= 1
6 = 108,44
,
80

A124 f A/240
i f,,
\d
1,

0
5 , 4 D E S A I N B A L O K TE R K E K A N G L ATE R A L 87

Penampang kompak!
10
Z. = b.t f -(d—t I )+ 1 .t ,.(d-21 1 -) 2

Z = 350(19)(350 — 19) + I (12)(350 — 2(19)) 2 = 2493182 mm 3


4
.da
M = Z a . f = 2493182(240) = 59,84 ton.m
M (= 59,84 ton.m) > /14,45 (= 56,4 ton.m) OK

Untuk f; = 450
) fi t MPa Coba profil
350.350.12.19
b 350
= =
=9,21
24( 2x19
h 350-2(20 +19)
= = = 22,67
t 12

xp
170170 370 370
= = 8 , 0 1 — 1 8 , 9 8
f y A450 Alf} -\/450-70

16801680 25502550
= _______________=79,2 — —120,2
A/450
,\Ify -\450

Penampang tak kompak!


Mp = Z = 2493182(450) = 112,19 ton.m

M. = (4-4
= —f) d/2

M = = (450 — 70) • 40300.10 4 = 87,5 ton.m


350/2
(profil terlalu kuat, coba profil lain yang

lebih kecil) Coba WF 300.300.10.15

b 300 =10
— 2 x 1 5

h 300-2(18+15)
== 23,4
10
170 170
— -\1450
370 370
8 , 0 1 = 1 8 , 9 8
A1450-70
2550 2550
1680 1680 =
79,2 — j450____________________120,2
A1450
88 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

Penampang tak kompak!


1
Z = b.t f .(d—t1)+ 4.c.(d-2t f)2
Z = 300(15)(300 — 15) + —(10)(3003 — 2(15)) 2 =
1464750 mm 4

M = Z.. f = 1464750(450) =

65,91 ton.m =(f-f).s x = (;y-

fr) d72
101
= ( 450 — 70 ) . 20400=
51, 68 t on . m
300/2

M '____M +-~ M P

18,98-10 .65,91+ 10-8,01 51,68= 63,32 ton.m


18,98-8,01 18,98-8,01
M (= 63,32 ton.m) > Mu / (1) (= 56,4 ton.m) OK

5.5 LENDUTAN BALOK


SNI 03-1729-2002 pasal 6.4.3 membatasi besarnya lendutan yang
timbul pada balok. Dalam pasal ini disyaratkan lendutan maksimum
untuk balok pemikul dinding atau finishing yang getas adalah
sebesar L/360, sedangkan untuk balok biasa lendutan tidak boleh
lebih dari L/240. Pembatasan ini dimaksudkan agar balok
memberikan kemampulayanan yang baik (serviceability). Besar
lendutan pada beberapa jenis pembebanan balok yang umum terjadi
ditunjukkan sebagai berikut:


A L/2
■ ■

=
16.E./

A 10 1 ' 4 _ 5 ( 1 L 2 \ L 2 _ 5 M G -L 2
5

1 1 2
- 384.EI 488q0.iEI 48 El.

A
2 P.b(3L2 —4b2)

A L / 2 L/2
_ L =i
4
5 m8 . MI
H - 3 M 2)
-

2 mi .L 2 m-2.L 2
5 m .L

L 48 El 16H
5 . 5 L E N D U TA N B A L O K 8 9

Karena M o = M + 0, 5( M, + M 2 ), maka

5..L 2 (iv
48-ET \—s —0,1.M,)

Dalam beberapa kasus tertentu, terkadang masalah batasan


lendutan lebih menentukan dalam pemilihan profil balok daripada
tahanan momennya.

nCONTOH 5.4:
Rencanakan komponen struktur balok berikut yang memikul beban
mati, D = 200 kg/m dan beban hidup L = 1200 kg/m. Panjang

JAWAB:
OK
qu = 1,2 D + 1,6L
111111111111 q, = 1,2(200) + 1,6(1200) = 2,16 t/m
111111111 A 1
= .a _. (2,16)(8)2
8 i" 8
balo L
= 17,28 ton.m
k.
atau
tidak
amp bentang balok L = 8 m. Mutu baja BJ 37. Disyaratkan batas lendutan
u- tak melebihi L/300.

Asumsikan penampang adalah kompak, maka tahanan rencana

46.M„ adalah: 06.M„ = Ob'Mp = 01,'Zxfy

M 17 ,28.10 7
Perh , =
O - f 0,90X240 = 800000 mm3 = 800 cm3
h

Coba profil WF 300.200.8.12 = 822,60 cm3)


Cek kelangsingan penampang:
b 200
= = =8,33
2.t 2x12
h 294-2(12+18)
= = = 29,25
t 8

170 170 370 370 =


f) /240-70

168 1680 = 10,97 2550 = 255


0 A1 240 0
N, If A/24
0
90 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

Penampang kompak!
Selanjutnya dihitung I perlu untuk memenuhi syarat lendutan.

M L = 1 -1200.872 = 18,75 ton.m =


18,75.10 Nmm 8
(untuk memeriksa syarat lendutan, hanya beban hidup saja yang
dipertimbangkan)
5-q.L 4 5.M.L 2
A=
384.EI 48.E/
5.M.L2 5x9,6.107 x80002
Ix perlu = _______________________________
48.. - 12000.10 4 mm 4 =
E(
48 x 200000 x 8000 12000 cm'
300

Profi t WF 300.200.8.12 tak mencukupi karena memiliki I = 11300


cm 4 . Selanjutnya profi l diganti dengan WF 350.175.7.11 yang
memiliki I = 13600 cm'' dan Z t = 840,85
CM-3
.

Cek lendutan:

A _ 5.q.L4 5-M.L2 5x9,6.10x80002


384.EI 48.E/ 48 x 200000 x 13600.104
= 23,53 mm < L ( = 26,67 mm)
300
Dalam contoh soal ini tampak bahwa kondisi batas layan (lendutan) lebih
menentukan daripada kondisi batas tahanan, dalam proses desain profil
yang aman.

n CONTOH 5.5: 5.
Rencanakanlah komponen struktur balok baja berikut ini dengan
menggunakan profil WF seekonomis mungkin. Asumsikan terdapat
kekangan lateral yang cukup pada bagian flens
tekan profit. Disyaratkan pula bahwa lendutan
tidak botch melebihi L/300. Gunakan mutu baja BJ 37!
P (D = 4 ton;L = 10 ton)
4m

8 m

JAWAB:
Asumsikan profil kompak! = 1,2(4) +
M 41 640'
M = M = _______= - 46,22.10
p n
0 , 9 Nmm
1,6(10) = 20,8 ton
Pu4 4 x 20,8x8
M - 41,6 ton.m = 41,6.10 Nmm

5 .6 G E SE R PA DA PE N A M PA N G G I L A S
91

M
46,22.10
p
Z, perlu ________________ - 1925,83cm3
f1, 240

Gunakan profit WF 500.200.10.16 (4 = 2096,36


cm3 ; I, = 47800 cm4) Akibat berat scndiri profil,
momen lentur bertambah menjadi:

M = 1,2( .(0,0897)(8)) +
41,6 = 42, 4611
ton. m 8

Periksa syarat
kelangsingan profil:
ijut nya 170
840,85 h
b1500 200
— 2(16+20) < =1680 10,97
- 6,25 - 42,8 < P - ____ - 108,44
tu, 10
2.t. 2 x 16 All

Pcnampang kompak!
M = z,f ) , = 2096,36,103(240) = 50,31 ton.m
= 0,90(50,31) = 45,281 ton.m > 42,4611 ton.m

48E/
Periksa terhadap 48 x lendutan:
syarat 200000 x 47800 x 10000
entukar P.13
10.104 X 8 00 03
Amax
an profi t = 11,16 mm < 300 (= 26,66 mm)
la bagian
Gunakan 6 GESER PADA PENAMPANG GILAS

Perencanaan balok yang memiliki bentang panjang


biasanya lebih ditentukan oleh syarat lendutan
daripada syarat tahanan. Balok dengan bentang-
bentang menengah, ukuran profil lebih ditentukan
akibat lentur pada balok. Namun demikian, pada
balok-balok dengan bentang pendek, tahanan geser
lebih menentukan dalam pemilihan profil.
Untuk menurunkan persamaan tegangan geser
untuk penampang simetri, lihat potongan dz dari
balok pada Gambar 5.6, dengan free body-nya dalam
Gambar 5.6.a. Bila tegangan geser satuan v, bekerja
sejarak y 1 dari sumbu netral, maka dari Gambar
5.6.c diperoleh hubungan:
dC' = v.t.dz 5.11

Dan gaya horizontal akibat momen lentur adalah:


C y 2
-= f.dA 5.12

+ dC' = f( f -Pdf)dA 5.13


92 B AB 5 KO MPO N EN STR UK TU R LE N TU R

f f+df

(a)
(b) wrirs C
um
dA ____ yt

dz

(c)
Gambar 5.6 Penurunan Persamaan
tegangan Geser

Mengurangkan persamaan 5.13


dengan persamaan 5.12 diperoleh:
r2

dC '
= df.cM 5.14

df = dM y
5.15
I

Y2 m-
dC' = d
5.16

Dari persamaan 5.16 dan 5.12


diperoleh hubungan:

LIM 1 ' 2
5.17
V = f .dA
dz t . I
1,1
y2

dengan mengingat bahwa V = dM/dz,


serta Q = f y.dA, maka diperoleh
persamaan bagi tegangan geser yang
sangat familiar bagi kita:

V.
v= Q 5.18
/.t
Dengan V adalah gaya geser, dan Q
adalah statis momen terhadap garis
netral. Terkadang untuk menghitung
tegangan geser, digunakan rumus
pendekatan yang merupakan harga
5.6 GESER PADA PENAMPANG GILAS 93

rata-rata luas penampang web, dengan mengabaikan efek dari lubang alat pengencang,
"-F dC yaitu:
= =
Ad.t„,
V
5.19

n CONTOH 5.5:
Hitung distribusi tegangan geser elastik pada profi l WF
350.350.12.19 yang memikul
beban geser layan sebesar 95 ton. Hitung pula berapa besar gaya
geser yang dipikul oleh
flens dan berapa yang dipikul oleh pelat web.
Tegangan pada pertemuan antara flens dan web:
V = 95 ton = 95.10 4 N
Q = 350( 19)( 175 - 9,5) = 1100575 mm 3
i - d C " 9 5 . 1 0 4
x 1 1 0 0 5 7 5
l
cueb
- 216,2 MPa
40300.10 4 x 12

95.1(6:1100575
v - _________________ - 7,41 MPa
fien
40300.10 4 x 350

Tegangan pada sumbu netral:


Q = 1100575 +
1/2 (175-19) 2 (12)
= 1246591 mm 3
216,2 MPa
95.10 4 x1246
591

5.16 244,88 MPa

5.1
- 244,88 MPa
40300.10 4 x12
5.14
7

bag 5.15 350__—


1______119

t- 1____
175
i
___________ 1 2

175
7,41 MPa
(a) (b) Tegangan geser

Gaya geser yang dipikul oleh flens dan web, masing-masing adalah: Vans = 2
(1/2)(7,41)(19)(350) = 4,927 ton
f
V web = 95 - 4,927 = 90,073 ton
Tampak bahwa 94% gaya geser dipikul oleh web.
Bila digunakan rumus pendekatan dari persamaan 5.19:
94 BAB 5 KO MPONEN STRUKTUR LENTUR

, V 95.104
- 226,19 MPa (7,34% di bawah harga
maksimum)
d.t„, 350x12

TAHANAN GESER NOMINAL PENAMPANG GILAS


Dalam contoh 5.5 tampak bahwa gaya geser sebagian besar dipikul
oleh web jika web dalam kondisi stabil (artinya ketidakstabilan akibat
kombinasi geser dan lentur tak terjadi). Kuat geser nominal pelat
web ditentukan oleh SNT 03-1729-2002 pasal 8,8.3, yaitu:
= 0,60.4A, 5.20
De ng an : f = k uat le l e h w eb
2=1„, = luas penampang web

Persamaan 5.20 dapat digunakan bila dipenuhi syarat kelangsingan


untuk tebal pelat web sebagai berikut:
h 1100
t
5.21
" J

Dan kuat geser rencana harus memenuhi

persamaan: 5.22

n CONTOH 5.6:
Tentukan tahanan geser rencana profil WF 300.300.10.15, data
profil:
d = 300 mm Mutu baja BJ 37 (f = 240 MPa, f u 370 =
MPa)
b = 300
mm =
15 mm t
= 10
mm
h = d-2 (r 0 + t 1 ) 300- 2 (18+15) = 234 mm

Cek persamaan 5.21:


1100 1100
h
— = 23,4
234
= 71
t„, 10 fy / 240

Karena persamaan 5.21 terpenuhi, maka:


17 = = 0,6(240)(234)(10) = 33,69 ton
V d = 0,90.17„ = 0,90(43,2) = 30,321 ton

5.7 BEBAN TERPUSAT PADA BALOK


Bila balok dikenai beban terpusat, leleh lokal akibat
tegangan tekan yang tinggi diikuti dengan tekuk
inelastik pada daerah web akan terjadi di sekitar
lokasi beban terpusat itu. Gaya tumpu perlu (R) pada
pelat web harus memenuhi:
< 0.R n

5.23
Dengan: (/) = faktor reduksi
R = kuat tumpu nominal pelat web akibat beban
terpusat
5 . 7 B E B A N T E R P U S AT PAD A B A L O K 95

Bila persamaan 5.23 dipenuhi, maka tak diperlukan pengaku


(stiffener) pada pelat web. Besarnya R, ditentukan mcnurut SNI 03-
1729-2002 pasal 8.10:
1.Lentur lokal pada Bens
R = 6,254U 5.24
web
adi)
. = 0,90
5. 25
2.Leleh lokal pada web
R„ = (ix.k + N)f.y.w.t,

web 5 .7>d = 12,5

k = 1,0
adalah tebal pelat sayap ditambah jari-jari
peralihan, mm
/V adalah dimensi longitudinal pelat perIcrakan, minimal
sebesar k , turn
5.21

k
________
T — —
N+5k ___01
I—N+2,5k---1 45'

N = panjang dukung > k


k = jarak dari muka
sayap terluar ke
kaki lengkungan
badan (yang
diberikan dalam)
AISC Manual

5.26
bersama dengan
dimensi
(penampang)
cud R = beban terpusat yang disalurkan ke gelegar
_
itu. Gambar 5.7 Balok dengan Behan Terpusat

3. Lipat pada web


( Ri=0,',•t„,2 1+77
tf
0,79 j> d 12;n =
3N/d = 3N
0,39 j . 112 4 N bila:N/d
—0,2 >0,2
se
=
96 BA B 5 K O MP O NE N S TR U K TUR LEN TU R

4. Tekuk web
R
Gambar 5.8 Tekuk Web Bergoyang
t ,
Ada dua kasus pada
tekuk web
bergoyang:
a.bila sisi tekan
Hens dikekang

\3
h b f
1+0,4 5.27
n= R
b2 Lb
terhadap rotasi
R
pada posisi kerja
Ru:
h b
untuk <2,3
tu , L b
C .E.tn 3 .t
r

5.28
Jika - b> 2 3 t„, Lb
b.Jika sisi tekan
Hens tak dikekang
terhadap
rotasi untuk:

untuk h b M<_M1

f <17
tu, Lb
Cr.E.tu,3 .t f
3 - (

h2
, b
0,4 h
f
Jika h •bf >1,7 tw Lb t L
wLb
3,25
1,62
 R1

0 = 0,85
5 . L entur p ad a pel a t
w eb
R =24,084
3 ____________
WE
5.28 71

= 0,90

CONTOH 5.7:
P,
=
60
ton

P
„.
60
ton

1
1
:3
,2
=
60

to

T 3
h

u2 =

60

to

300 3000
6000
3000
300
5 . 7 B E B A N TE R P U S AT PAD A B A L O K 97

Periksa apakah komponen struktur tersebut perlu stiffener atau tidak!


Gunakan profil WF 300.800.14.26, k = 54 mm, f = 240 MPa, N = 200 mm.

JAWAB:
1.Leleh lokal pada web
Daerah lapangan (j
> d)
0.1?, = 0 (a.k + N)• fr;w.tw
= 1,0(5(54) + 200)(240)(14)
= 157,92 ton (> P ul = 60 ton, tak perlu stiffener)

Daerah tumpuan (j
< d) = (a.k +
N). f j w •t„
= 1,0(2,5(54) + 200)(240)(14)
5.2 = 112,56 ton (< P u1 +P ii2 = 120 ton, perlu stiffener)
7
2.Lentur lokal pada
flens OR, = 0-
6,25•tiff
= 0,90(6,25)(262)(240)
= 91,26 ton (> .1),„ = 60 ton, tak perlu stiffener)

3. Lipat pada web


Daerah lapangan (j > d/2)
( .1,
5  f
t
5.2 0-Rn= 0.0c.tw2 1+71 yf •tf

= 0,75(0,79)(14)2 [1:4x200 )(14 (200000 x 240 x 26


, 800 0 , 2 26 14

= 142,14 ton (> P 1 =


I E• fl f. t f 60
0-Rn= 0.a.tu, 1+71
2

ton, tak perlu stiffener)

Daerah tumpuan (j < d/2)


,5
t,„
\
1 (800 sz.)
A
= 0,75(0,39)(14)2 h •bf = 2 300
Lb 14 6000
= 71,24 ton (< P b1 -FPu2 = 120 ton, perlu stiffener)

4. Tekuk web bergoyang (asumsikan nisi tekan flens terkekang


terhadap rotasi)

_____________ 8 0 0
___________________ 54
300
14 6000

1
,
7 bf
2,47 > 2,3
Lb
98 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

n CONTOH 5.8:
Tentukan dimensi bearing plat untuk tumpuan balok, bila diketahui
reaksi tumpuan akibat beban mati, D = 10 ton, dan reaksi akibat
beban hidup, L = 20 ton. Balok yang digunakan WF 350.350.12.19 (k
= 39 mm). Balok ini terletak di atas beton yang mempunyai
f 22,5 MPa.

JAWAB:
1,2D + 1,6L = 1,2(10) + 1,6(20) = 44 ton
R n = R„/(1) = 44/1,0 = 44 ton

Panjang hearing plat harus memenuhi persamaan 5.25 dan 5.26.


Dari persamaan 5.25:

Rr = (2,5k + N)1: yu ,.t u ,

' 440000
R
N= 2,5k = (2,5x39) = 55,27 mm 60 mm
fy„,.tu, 240x12

Tahanan tumpu nominal


dari beton: P = 0,85.f .
Al

440000
P_______________ - 23000 mm2
Al
P erbi
— 0,85.f', 0,85x22,5
Lebar pelat, B = 23000/60 = 383 mm 390 mm

Periksa lipat pada web:


N/d = 60/350 = 0,17 < 0,2
\ 1,5
2 t t„,
R n = 0,39. 1 ;
1+3__________

60 ( 12 y 5 1-
R„ = 0,39x12 2 1+3 200000x240x1
350 19
9
O.R u = 0,75 x 61,5 = 46,1 ton (> 44 ton, OK!)

Sehingga dimensi pelat, N = 60 mm x B = 390 mm. Selanjutnya


adalah menentukan tebal pelat.
Tegangan tumpu merata, p = 440000 18,8 MPa
60x390
Daerah kritis bagi lentur diambil sepanjang ujung luar Hens hingga
sejarak k dari tengah web.

Ar M=
8/2—
2
Mu 1884195-39) .N
= = 228758,4.N
2
5.8 TEORI UMUM LENTUR 99

(P.Z.f; >
tt
0.X.AT42..fy
M 4
t2 > , masukkan harga-harga yang
0,9 xfy xN
sudah diketahui, diperoleh t > 65 mm.

ai

Karena ukuran bearing plat terlalu tebal, maka dimensinya perlu


diperbesar. Dicoba, memakai N = 200 mm clan B = 360 mm. Dan bila
dihitung kembali akan ditemukan persyaratan t > 33,5 mm. Ambil t = 35
mm.
Secara umum tebal pelat dapat dihitung melalui persamaan:

5.8 TEORI UMUM LENTURt =

Sejauh ini pembahasan hanya terbatas pada bentuk-bentuk profil


simetris, sehingga rumus f = Mr/I dapat digunakan untuk menghitung
tegangan lentur elastik. Pembahasan berikut akan lebih memperurnum
lenturan pada batang prismatic (batang yang mempunyai bentuk
penampang melintang sama di setiap potongannya). Diasumsikan pula
dalam balok ini tak terjadi puntir.
Perhatikan balok dengan penampang seragam pada Gambar 5.9 yang
dikenai momen pada bidang ABCD. Bidang ABCD membentuk sudut y
terhadap bidang xz. Momen ini direpresentasikan dengan vektor normal
terhadap ABCD.

bidang
Gambar 5.9 Balok Prismatis dengan Lemur Murni
M = M cos yl beban
m, = M sin y
sumbu
Akan
n gah y
potongan a-anetral
Perhatikan pula potongan sejarak z pada Gambar 5.10. Syarat kesetimbangan dalam free
body dipenuhi bila:

0 fa-dA = 0 5.29
A
10 0 B A B 5 KOM P O N EN S T R U K T U R L EN T U R

EM,= 0 —> M = fy .17 .dA 5.30


A

EM = 0 —) = 5.31
fx.a.d
A. A
Momen M dan M positif bila menghasilkan lentur positif, artinya
lentur yang mengakibatkan tekan pada bagian atas balok dan tarik pada
bagian bawah.

LENTUR DALAM BIDANG YZ

Jika lentur terjadi dalam bidang yz, tegangan 6 proporsional


5. 32
terhadap y, sehingga:
6 = k 1 .y
Gunakan persamaan 5.29 hingga 5.31 memberi hasil: 5. 33

k, f y.dA = 0 A 5. 34
M = k, f y2 =
A 5. 35
= k, xy.dA = k y l
A
y

Y
Gambar 5.10 Free Body Balok pada Potongan Sejarak z

Persamaan 5.33 menunjukkan bahwa x haruslah sumbu berat. Dari persamaan 5.34 dan 5.35
memberikan:
MM Y
k= ' =________ 5.36

I Dan sudut y dapat ditentukan

sebagai: 5.37

tang= ____ =

Bila penampang memiliki minimal satu sumbu simetri = 0, y = it/2)


maka beban
dan lentur terjadi dalam bidang yz.

LENTUR DALAM BIDANG XZ


Bila lentur terjadi dalam bidang xz, tegangan 6 proporsional
terhadap x, sehingga:
5 .8 TEORI UMUM LENTUR 101

5.38
5.30
hingga 5.31 memberi hasil:
5.39

5.40

5.41

G = k,.y

Gunakan persamaan 5.29


5.42
5.31

5.33 k 2 fx.dA=0

5.34
Leng-

5.35
Mx= k 2 xy = k 2 .1 x y

M y = f x 2 . d A = k 2 1,
A

Dan
sud
ut y
har
usla
h:
5.32
M
t
a
n
g
=
_
'
Ian =
5.34 M Y I

Dalam kasus
5.36 penampang yang
memiliki paling
sedikit satu
sumbu simetri I y
5.37 = 0 dan tan y =
0, maka beban
ka dan lentur
terjadi dalam
bidang xz.
;ga:
LENTUR DI LUAR BIDANG
XZ DAN YZ
Tegangan total a
merupakan
penjumlahan dari
tegangan akibat
lentur dalam
bidang xz dan yz.

6 = k + kyx
5.43
M
k2 =
9, k •I +

.
1

5
.
4
4
x .
M = k .1 + k2
5.45
y xy

Menyelesaika
n persamaan 5.44
dan 5.45 serta
substitusi ke
persamaan 5.43
akan diperoleh:
M •I -My •I"2
CT = _______________________________________
'
x
Persamaan
5.46 merupakan
persamaan umum
lentur, dengan
mengasumsikan:
balok lurus,
prismatis, sumbu
x dan y adalah
dua sumbu berat
saling tegak
lurus, material
elastik linear, tak
ada pengaruh
puntir.
Bila penampang
mempunyai setidaknya
satu sumbu simctri,
maka dengan mensub-
stitusikan I y = 0,
persamaan 5.46
menjadi:
0.= _Mx M Y

X
Y
x I + I v

Dari
persamaan
5.37 dan
5.42
didefinisikan
tang =________________
My
Bila
tegangan dalam
sumbu netral
sama dengan nol,
6 dalam
persamaan 5.46
dapat disubstitusi
dengan nol,
selesaikan untuk
-
x/y akan
diperoleh bentuk:

x
y / ./ -1
2 x
M -m .1
" Y

5.47

5.48
102 B A B 5 K O M P O N E N S T R U K T U R L E N T U R

Dari Gambar 5.9 tampak bahwa tan


a = –x/y, sehingga persamaan 5.48
dapat ditulis sebagai:
M'
M Y
tan a = - t a l l y — / 5.49
xy
tang
I –

Jika penampang memiliki paling


tidak saw buah sumbu simetri I = 0): 5.50
I
tana = —tany

n CONTOH 5.9:
Sebuah profil WF 400.400.13.21
dikenai beban yang membentuk sudut
50 terhadap sumbu vertikal. Hitung
kemiringan sumbu netral!
DataprofilWF400.400.13.21:
mm. = 66600.10mm4 dan/=
22400.104
4

tang=tan85°

tana = —tany
/,

tana = 22400
.tan(85° )
66600

a= 5°
s u75,42°
mbu netral bidang
beban

n CONTOH 5.10:
Balok dengan bentang 3 m memikul
beban merata 0,75 ton/m (termasuk
berat sendiri). Digunakan profil siku tak
sama kaki L 75.170.10. Hitung
tegangan pada titik A, B, dan C, bila
profil dapat melentur dalam arah
sembarang dan hitung pula bila profit
diasumsikan hanya melentur pada
bidang vertikal saja.
I = [170(85 – 62,1)(-15,2 + 5)
+ 65(-62,1 + 5)(32,5 + 10 –
15,2)110

I = –1410325,5 ram/1
/

0
4

m
4

0
4

m
4
=

m
5.8 TEORI UMUM LENTUR 103

ulis
75

.49

170

.50
AB

.dap

q = 0,75 tonim

4 1 1 Mill I

_____________L - 3 m -
M.

= 1 = 0,84375 tm
8
M. = 0,84375.107
Nmm
M= 0

Lentur terjadi pada arah


sembaran g:

(/
0,84375.10 7
488,
2.104.107,9 - (-
1410325,5x
-15,2))
fA= Y 2 -
IY -I

(7
09
x8
8,
2.
10
8
)

(-
1
4
1
0
3
2
5,
5)
2

=
+
1
4
5,
8
8
M
P
a

M (/ -/„.,.x)

0,84375.10

488,2.104.107,9 -

(-1410325,5x-

5,2))
fB _________
I./ 2-/
(7
0
9
x
8
,2
-)1
8
0
(4
-1
0
3
2
5
)xY
2
y
=
+
17
3,7
9
MP
a

111„(1,,.y- 0
fc =
1„, .x
I • I:y - I y
2

(709x
Lentur dalam bidan g
vertikal raja:

M, .y

0,84375.10 7
.107,9 _
tA = tB = =
709.104
128,4 MPa
x

=
fc1V1 709.104,-Y
0,84375-107-62,1
= - 7 3 ' 9 M Pa
Persamaan-persamaan
umum lentur di atas
berlaku hanya untuk
material yan g elastik linear
(G < 4). Bila material telah
mencapai batas plastis,
maka persamaan berikut
dapat dipakai untuk
material yan g memiliki
palin g tidak satu sumbu
simetri.
M
____________+M'<1
Ob'itc Ob.Mn
Den g an: M
a
d
a
l
a
h

m
o
m
e
n

t
e
diri) r
. f
a
dan k
t
o
r

a
d
a
l
a
h
t
a
h
a
n
a
n

l
e
n
t
u
r

n
o
m
i
n
a
l

0
,
9
0
104 BAB 5 KO MPONEN STRUKTUR LENTUR

n CONTOH 5.11:
Rencanakanlah struktur gording pada suatu rangka atap dengan ketentuan
sebagai berikut: —ketentuan
Jarak antar gording = 1,25 m
Jarak antar kuda-kuda = 4 m
Sudut kemiringan atap = 25°
Penutup atap genteng, berat = 50
kg/m 2
Tekanan tiup angin = 40
kg/m2
lip channel 150.65.20.3,2, dengan
JAWAB: data—data:
Coba menggunakan profil
light

Ix = 332.104 mm4
I = 54.104 mm4
150
Z = 44,331.10 mm Z
3 3

= 12,268.10 mm 3 3

Beban mati:
Berat gording =7,51 kg/m
Berat atap = 1,25(50) =62,5 kg/m
q =70,01 kg/m
Beban hidup:
Di tengah—tengah = 100 kg
gording P = 0,1
Beban angin:
Tekanan angin = 40 kg/m2 = 5 kg/m
Koefisien angin tekan =0,02a — 0,4 = —20
= 0,02(25) — kg/m
Koefisien angin hisap 0,4
=—0,4
w
tekan =0,1(40)
(1,25)
=—0,4(40)
(i)
Insap
(1,25)
Mencari momen—momen pada
gording:
Pada arah sumbu lemah dipasang
trekstang pada tengah bentang
sehingga L = 12 x jarak kuda—kuda =
2 m.

Akibat beban
mad:
q = 70,01 kg/m
qx = q.cos 25 = 70,01(cos 25) =
63,45 kg/m qy = q.sin 25 =
70,01(sin 25) = 29,59 kg/m
5.8 TEORI UMUM LENTUR 105

M = - 1 (63,45)(4)2 = 126,9 kg.m


fltuan 8

(29,59)(2)2 = 14,795 kg.m


8
Akibat beban hidup: P = 100 kg

M = _ 1 (P-cos = 1 _ (100)(cos
25)(4) = 90,631 kg.m
4 4

M = 4 (P•sin ot).L 4 (100)(sin 25)(2) = 21,131 kg.m


Y

Akibat angin:
Karena beban angin bekerja tegak lurus
sumbu x sehingga hanya ada angin tekan: M
= (5)(4)2 = 10 kg.m

1
angin hisap: - 8 (-20)(4) 2 = -40 kg.m
Kombinasi Beban:
Kombinasi Behan Arah x (kg.m)
Arah y (kg.m)
1.U= 1,4 D 177,66 20,713
2.U = 1,2D + 0,5L„ 197,5955 28,3195
3. U = 1, 2D + 1 ,6 L 297,2896 51,5636
U = 1,2D + 1,6L, + 0,8W 305,2896 51,5636
4.U = 1,2D + 1,3 W + 210,5955 28,3195
5.U = 0,9D ± 1,3 W 127,21 13,3155
74,21 13,3155

Jadi M = 305,2896 kg.m = 305,2896.10 4 N.mm


Muy = 51,5636 kg.m = 51,5636.104 N.mm

x Asumsikan penampang kompak:


jarak
M „ = Zx • Y f = 44,331 . 10 3 (240) 10639440 N.mm
M
"Y Y Z = 12,268.10 3 (240) = 2944320 N.mm

Untuk mengantisipasi masalah puntir maka M ny dapat


dibagi 2 sehingga:
M_____+
M's, <1,0

Ob'Mnx
Ob'Mny /2
305,2896.104 51,5636.104
- 0,32 + 0,39 = 0,71 < 1,0 OK
0,9 x 10639440 Y 2 -0,9-2944320
10 6 B A B 5 K O M P O N E N S T R U K T U R L E N T U R

Untuk struktur berpenampang I


dengan rasio h/ ./d < 1' 0 dan
merupakan bagian dari
-
struktur dengan kekangan
lateral penuh maka harus
dipenuhi persyaratan seperti
pada SNI 03-1729-2002 pasal
11.3.1 sebagai berikut:
lc (
<1,0
5.52
0b.A/I pc ,s(1)1,'M py

D: vn
C, .1t4" C±.A1my
no,
as <1,0
Dengan ketentuan:
(1)
b J
. 11/

Untuk b /d < 0,5


01/ 114 :
ny c = 1,0
Untuk 0,5 < < 1,0 : c = 1,6
Untuk b r /d < 0,3 : = 1,0
Untuk 0,3 < b f /d < : B = 0,4 + b ./d
1,0
>

1,0 f '
n CONTOH 5.12:
Periksalah kekuatan profil WF
250.250.9.14 untuk memikul
momen akibat beban mati M D,
= 2 ton.m, M D = 0,6 ton.m
serta momen akibat beban
hidup M L „ = 6 ton.m dan /11
= 2,8 ton.m. Asumsikan
terdapat sokongan lateral
yang cukup untuk menjaga
kestabila - n struktur. Gunakan
mutu baja BJ 37!

JAWAB:
Hitung momen terfaktor dalam
arah x dan y:
M

1
,
2
(
2
)

1
,
6
(
6
)

1
2

t
o
n
.
m

M
u

1
,
2
(
0
,
6
)

1
,
6
(
2
,
8
)

=
5
,
2

t
o
n
.
m

Periksa kelangsingan
penampang:
h= 250
= 8,93 < 17 0
(-
10,97)
2t1 2x14
AlfY
h 250-2(14+16)_
1680
- 21,1 (= 108,44)
t,„ 9

P
e
n
a
m
p
a
n
g

k
o
m
p
a
k
!

H
i
t
u
n
g

r
a
s
i
o

b
f
/
d
:
b l = 250
- =- 1 - p e r i ks a d e n g a n
p e r s a m a a n 5. 5 2 da n 5. 53
d 250
Mx.
= MX
=
Z„ I f y
=
936,
89.1
03(2
40) =
22,4
8536
ton.
m M
= My
= ZJ;
=
442.
103(
240)
=
10,6
08
ton.
m
ny

Karena M„, = M re M il ) , = M pj
serta dengan mengambil
nilai C = C = 1,0 dan (0,4 +
b/d) = 1,4, maka persamaan
5.53 lebih menentukan!
 ,1,4 ( .A/ )
1,4
tlX + ________UY
<1 ,0
.
\. Ob M 7/), ,/ 011.11 / iny
1,0x12 \ 1,4
02 1,0
x 5,2

0,9 x22,48536, +1
\ ,0,9x10,608

Jadi, profil WF 250.250.9.14 cukup


kuat untuk memikul beban momen
lentur tersebut.

= 0,9086 < 1,0 OK


SOAL-SOAL LATIHAN 107

lari
SOAL—SOAL LATIHAN
NI = 5.1 Suatu komponen struktur lentur terbuat dari dua buah pelat sayap
ukuran 12 mm x 190
mm dan pelat badan ukuran 9 mm x 425 mm. Mum baja yang
.52 digunakan adalah BJ 41.
a)Hitunglah modulus plastis penampang (Z) dan momen plastis (Al)
dalam arah sumbu kuat
.53 b)Hitunglah besarnya modulus penampang elastis (5) dan momen
leleh (M) dalam arab sumbu kuat

= 5.2 Suatu komponen struktur lentur terbuat dari dua buah pelat sayap yang
berbeda, yaitu
12 mm x 300 mm (sayap atas) dan 12 mm x 175 mm (sayap bawah)
serta pelat badan ukuran 9 mm x 400 mm. Hitunglah besarnya
modulus plastis penampang dalam arah sumbu kuat dan hitung
pula besarnya momen plastis yang bersangkutan. Gunakan mum
baja BJ 37!
-
nati
dan
esta = 5.3 Suatu balok baja seperti pada gambar terbuat dari profil WF
- 500.200.10.16 (dari baja
BJ 37), dengan kekangan lateral menerus pada sisi liens tekan.
Periksalah apakah profil tersebut mencukupi untuk memikul beban
seperti pada gambar!

P, = 50 kN
= 20 kN/
INUMMINUIMINUMMINUMMI
A
4,5 m 4,5 m

Gambar P.5.3

= 5.4 Sebuah balok dengan panjang 7,5 m tertumpu dengan sendi pada
ujung kanan, dan
tertumpu dengan rol pada jarak 1,5 m dari ujung kiri seperti pada
gambar. Hens tekan balok terkekang lateral secara menerus.
Periksalah apakah profil WF 250.125.6.9 dari baja BJ 41 mencukupi
untuk memikul beban-beban tersebut! (beban sudah termasuk berat
sendiri profil)

= 5 kN/m; = 20 kN/m


1111111111111111111111111111119011111111111
I/7

t 1,5 m 6 m
(0,4
Gambar P.5.4

but. = 5.5Profil WF 400.200.8.13 sepanjang 10 m ditumpu sederhana pada kedua


ujungnya, dan
digunakan sebagai suatu komponen struktur lentur. Bagian sayap
tckan terkekang lateral
OK secara menerus dan mutu baja yang digunakan adalah BJ 37.
Jika rasio LID = 3, hitunglah

beban kerja total yang diperbolehkan bekerja (dalam kN/m) pada


balok tersebut!
1 0 8 B A B 5 K O MP O N E N S T R U K T U R L E N T U R

P.5.6 Rencanakanlah balok baja dengan profil WF pada struktur berikut


dengan seekonomis
mungkin. Disyaratkan pula batas lendutan tidak boleh melebihi L/300
(mutu baja BJ 37). Perhitungkan pula berat sendiri profit!
PD = 40 kN/m; P L = 50 kN/m

7fr
4m 4m

Gambar P.5.6

P.5.7 Hitunglah besarnya tahanan geser rencana dari profil—profil


berikut:
a)WF 700.300.13.24, f = 250 MPa
b)WF 400.400.13.21, f = 290 MPa
c)WF 250.250.9.14, f = 410 MPa

P.5.8 Desainlah ukuran bearing plat yang diperlukan untuk


mendistribusikan reaksi dari balok
WF 500.200.10.16 yang memiliki panjang bentang 4,8 m diukur
dari as ke as tumpuan. Balok memikul beban mati sebesar 50 kN/m
dan beban hidup 50 kN/m. Balok menumpu pada Binding beton
bertulang dengan f', = 25 MPa. Mutu baja dan bearing plat adalah BJ
37.

P.5.9 Profil WF 400.200.8.13 memikul beban yang membentuk sudut 10 0


terhadap sumbu
vertikal. Hitunglah sudut kemiringan sumbu netral profil tersebut,
diukur dari sumbu vertikal penampang.

P.5.10 Desainlah profit WF yang dapat memikul momen lentur dua arch
sebagai berikut:
Mr,„ = 80 Nmm M10 = 175 Nmm
M D) , = 5 Nmm M L = 15 Nmm
Asumsikan terdapat pengekang lateral menerus pada balok tersebut,
gunakan mutu baja BJ 37!

P.5.11 Rencanakan struktur gording dari suatu rangka atap dengan data
berikut:
Jarak antar gording = 1,5 m
Jarak antar kuda- = 3,75 m
kuda Sudut = 200
kemiringan atap = 25
Berat penutup atap kg/m2 =
Tekanan tiup angin 20 kg/m2
Gunakan mum baja
aomi
s J
37).
6
Sambungan Baut
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
Menghitung kapasitas baut sebagai alat sambung dalam suatu
konstruksi baja
Melakukan proses analisis dan desain sambungan baja yang
menggunakan baut sebagai alat sambungnya

Pokok-pokok Pembahasan Bab


1.1 Pendahuluan
1.2 Tahanan Nominal Baut
1.3 Geser Eksentris
1.4 Kombinasi Geser dan Tarik
balok 1.5 Sambungan yang Mengalami Beban Tarik Aksial
puan. 1.6 Geser dan Tarik Akibat Beban Eksentris
umpu
adala
h
1 PENDAHULUAN

Setiap struktur baja merupakan gabungan dari beberapa komponen


. batang yang disatukan dengan alat pengencang. Salah satu alat
umbu pengencang di samping las (akan dibahas dalam bab VII) yang
;umb cukup populer adalah baut terutama baut mutu tinggi. Baut mutu
u tinggi menggeser penggunaan paku keling sebagai alat pengencang
karena beberapa kelebihan yang dimilikinya dibandingkan paku
keling, seperti jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit, kemampuan
menerima gaya yang lebih besar, dan secara keseluruhan dapat
menghemat biaya konstruksi. Selain mutu tinggi ada pula baut mutu
normal A307 terbuat dari baja kadar karbon rendah.
u Dua tipe dasar baut mutu tinggi yang distandarkan oleh ASTM
baja adalah tipe A325 dan A490. Baut ini mempunyai kepala berbentuk
segi enam. Baut A325 terbuat dari baja karbon yang memiliki kuat
leleh 560 — 630 MPa, baut A490 terbuat dari baja alloy dengan kuat
leleh 790 — 900 MPa, tergantung pada diameternya. Diameter baut
mutu tinggi berkisar antara 1/2 - 11/2 in, yang sering digunakan
dalam struktur bangunan berdiameter /4 dan 7/8 in, dalam desain
3

jembatan antara 7/8 hingga 1 in.


Dalam pemasangan baut mutu tinggi memerlukan gaya tarik awal
yang cukup yang diperoleh dari pengencangan awal. Gaya ini akan
memberikan friksi sehingga cukup kuat untuk memikul beban yang
bekerja. Gaya ini dinamakan proof load. Proof load diperoleh dengan
mengalikan luas daerah tegangan tarik (A) dengan kuat leleh yang
diperoleh dengan metoda 0,2% tangen atau 0,5% regangan (lihat bab
f
II) yang besarnya 70% untuk A325, dan 80% f untuk A490.

A = 4 —ff[d 0,974312
6.1
n
Dengan: d b adalah diameter nominal baut
n adalah jumlah ulir per mm
1 1 0 BA B 6 S A M BU NG A N B A U T

Baut mutu normal dipasang kencang tangan. Baut mum tinggi


mula-mula dipasang kencang tangan, dan kemudian diikuti 1/2
putaran lagi (turn-of-the-nut method). Dalam Tabel 6.1 ditampilkan
ripe-ripe baut dengan diameter, proof load dan kuat tank
minimumnya.

TABEL 6.1 TIPE — TIPE BAUT


Tipe Baut Diameter Proof Stress Kuat Tarik Min.
(mm) (MPa) (MPa)
A307 6.35 - 104 - 60
A325 12.7 — 25.4 585 825
28.6 — 38.1 510 725
A490 12.7 — 38.1 825 1035

Sambungan baut mutu tinggi dapat didesain sebagai sambungan tipe


friksi (jika dikehendaki tak ada slip) atau juga sebagai sambungan
ripe tumpu.

6.2 TAHANAN NOMINAL BAUT


Suatu baut yang memikul beban terfaktor, R„, sesuai persyaratan
LRFD harus memenuhi:
I? < cb.R„ 6.2
Dengan Rn adalah tahanan nominal baut sedangkan Q adalah faktor
reduksi yang diambil
sebesar 0,75. Besarnya Ry berbeda—beda untuk masing-masing ripe
sambungan.

Tahanan Geser Baut


Tahanan nominal satu buah baut yang memikul gaya geser
memenuhi persamaan:
R„ =ln rb•Ah 6.3
Dengan: r = 0,50 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser
r = 0,40 untuk baut dengan ulir pada bidang geser
f b adalah kuat tank baut (MPa)
Ab adalah luas bruto penampang baut pada daerah
tak berulir rra adalah jumlah bidang geser

Tahanan Tarik Baut


Baut yang memikul gaya tank tahanan nominalnya dihitung
menurut:
R= 0,754b.45
6.4

Dengan: f„ h adalah kuat tank baut (MPa) 6.5


A b adalah luas bruto penampang baut
pada daerah tak berulir

Tahanan Tumpu Baut


Tahanan tumpu nominal tergantung kondisi yang
terlemah dari baut atau komponcn pelat yang
disambung. Besarnya ditentukan sebagai berikut:
R = 2 4.d '
p t f
Dengan: d h adalah diameter baut pada daerah tak berulir
t adalah tebal pelat
kuat tank putus rerendah dari baut atau pelat
6.2 TAHANAN NOMINAL BAUT 111

Persamaan 6.4 berlaku untuk semua baut, sedangkan untuk lubang


baut selot panjang tegak lurus arah gaya berlaku:

Rr = 6.6

Tata letak baut diatur dalam SN1 pasal 13.4. Jarak antar pusat
lubang baut harus diambil tidak kurang dari 3 kali diameter
.(MPa) nominal baut, dan jarak antara baut tepi dengan ujung pelat haws
sekurang-kurangnya 1,5 diameter nominal baut. Dan jarak
maksimum
antar pusat lubang baut tak botch melebihi 15tp maksimum t adalah
tebal pelat lapis tertipis

za dikeht:- dalam sambungan) atau


200 mm, sedangkan jarak
tepi aksimum hams tidak
melehihi (4t + 100 mm)
atau 200 mm.

harus

6.:
3d b < S < 15t atau 200 mm
yang diaml‘ 1,5d, < S 1 < ( 4t p + 100mm ) atau 200 mm
;an.

Gambar 6.1 Tata Letak Baut


amaan:

CONTOH 6.1:
Hitung beban kerja tank
maksimum untuk sambungan tipe
tumpu berikut, yang menyatu- kan
dua buah pelat (BJ 37)
berukuran 16 x 200 mm. Baut
yang digunakan berdiameter 22
mm, f, b = 825 MPa dan tanpa 2 0 0 ulir
dalam bidang geser. Behan
hidup yang bekerja 3
besarnya kali beban mad. 1

40 1•—•••-75 40

6.- 0
T

0 0
kompone
n CrT I
6. i! ! 11110-T
1
64-J T t 16
112 B A B 6 S AM BU N G A N B AU T

JAWAB:
Periksa kekuatan pelat terlebih dahulu, lakukan analisa seperti batang tarik!
A = 16(200) = 3200 mm 2
A = 3200 - 2•( 22 + 3,2 ).16 = 2393,6 mm 2
Ae = An = 2393,6 mm 2
Leleh: 0.T = df A = 0,90(240)(3200) = 69,12 ton
0.T = = 0,75(370)(2393,6) = 66,42 ton
Fraktur:

Tinjau tahanan baut:


= 0.0,54h.m.Ab = 0,75(0,5)(825)(1)( /4-Tc-22 )= 11,76
1 2
Geser:
ton/baut 0,75(2,4)(22)(16)(370) =
Tumpu: 0.R„ = 0.2,4.db.tpf 23,44 ton/baut
Tahanan geser menentukan, tahanan untuk 4
sehingga 0.T„ = 4 x 11,76 baut:
= 47,04 ton
Dari 3 kemungkinan tersebut, 0. T = 47,04 ton yang menentukan.
> Tt,
47,04 > 1,2D + 1,6L
47,04 > 1,2D + 1,6(3D) = 6D
D < 7,84 ton dan L < 23,52 ton
Jadi, beban hidup yang boleh terjadi sebesar D + L = 7,84 + 23,53 = 31,36
ton.

nCONTOH 6.2:
Rencanakan sambungan baut sekuat pelat yang disambung bagi
komponen struktur tarik berikut ini. Pelat dari baja BJ 55 (f = 410
MPa, f t , = 550 MPa). Gunakan baut diameter 19 mm (tanpa ulir di
bidang geser, f, b = 825 MPa). Rencanakan baut diatur dalam dua
baris.
6 x150
T/2 4111-1________________________________________
■■■11110- T
T / 2 4
10 x 150

JAWAB:
Jumlah luas dua pelat luar lebih besar dari luas pelat tengah, sehingga
perhitungan didasarkan pada pelat yang tengah.
Ag = 10(150) = 1500 mm 2
A = [ 150 - 2( 19 + 3,2) ](10) = 1056 mm 2
Max.A, = 0,85 A g = 0,85 (1500) = 1275 mm 2
A = A = 1056 mm 2
Leleh: 0.T, = 0.f y .A g = 0,90(410)(1500) =
55,35 ton Fraktur: 0.T, = 01„.A, =
0,75(550)(1056) = 43,56 ton
Jadi, jumlah baut dihitung berdasarkan gaya 43,56 ton.

Tinjau tahanan baut:


Geser: 0.0,5.4b.m.Ab = 0,75(0,5)(825)(2)(1/4.n.19 2)= 17,54 ton/baut
Tumpu: 0.R„ = 0.2,4.d b .t p f = 0,75(2,4)(19)(10)(550) = 18,81 ton/baut
6.2 TAHANAN NOMINAL BAUT 113

Tahanan geser menentukan!


43,56
baut diperlukan -
4 baut
17,54

30 60 30

 CONTOH 6.3: 115 0


Hitung jumlah baut yang
diperlukan oleh komponen
struktur berikut yang
memikul beban mati (D = 3
ton) dan beban hidup (L =
15 ton). Gunakan baut
tanpa ulir di bidang geser,
d b = 19 mm, f bb = 825 MPa.
Pelat yang disambung dari
baja BJ 37. Aturlah baut
tari dalam 2 baris.
k
met
6 x 250
er T/2 -411
T
T/2 ■III-- _____________________________
6 x 250

JAWAB:
Hitung beban tarik
terfaktor,
T
,

1,

1,

6
L

1,

2(

3)

1,

6(

5)

7,

to

Pe

la

te

nt

ka
n

al

er

hi

tu

ke

at

n:
A = 6 x 250 =
1500 mm 2
A = [ 250 - 2.
(19+3,2)].6 = 1233,6
mm 2
an di-
Max A„ = 0,85•A g =
0,85 x 1500 = 1275 mm 2
Ae = A = 1233,6
mm2
Lel
eh:

T
=
Of
yA
g=
0,9
0(2
40)
(15
00)
=
32,
4
ton

Fra
ktu
r:
0.
T„
=
01
..A
e=
0,7
5(3
70)
(12
33,
6)
=
34,
23
ton

O.T.( = 32,4
ton ) > T. (= 27,6 ton)
OK

Perencanaan baut:
Geser: O.R =
0.0,5fub
-m-Ab =
0,75(0,
5)(825)
(2)
(1/4• i
•192)

=
17,54
ton/bau
t
Tumpu: = 0.2,44.-
tpf! =
0,75(2,4)(19)
(6)(370) =
7,59 ton/baut

27,6
baut diperlukan ___= 3,6
-= 4 baut
L 59

1,5db = 28,5 --- 30 mm


3db = 57 = 60 mm
114 BA B 6 SA M BU NGA N
B AU T

30

190

30

30

Cek keruntuhan geser blok!


+ 3,2)
A = 24 90 — 19
1(6) =
1,54
680,4 Are = 24 30 — 19
mm 2 0,5•(
+ 3,2) 1(6) = 226,8 mm 2
0
,
6
4
.
A
.

,
=

0
,
6
(
3
7
0
)
(
6
8
0
,
4
)

=
1
5
,
1

t
o
n

4
.

A
n

3
7
0
(
2
2
6
,
8
)

8
,
3
9

t
o
n

Karena 4. , maka
kondisi geser fraktur tank
leleh menentukan:

(1).R b. , = (0,64-24.,+
.f7 Age)

= 0,75
( 0,6(370)
(680,4) +
240(60)(6) ) =
17,80 ton

Ternyata keruntuhan geser


blok lebih menentukan
daripada keruntuhan lelch
ataupun
fraktur, bahkan
mengatasinya, maka jarak
baut perlu diubah!
50 80
i. 3

An = 2.[ 130 — 1,54


19 + 3,2 ) 1(6) = 1160,4
mm 2
A
ll

50
=

__9
150
5 0
50
0

0
,
5
4
1
9
+

3
,
2
)
1
(
6
)
=

4
6
6
,
8
m
m
2

0
,
6
4
,

A

=

0
,
6
(
3
7
0
)
(
1
1
6
0
,
4
)
=

2
5
,
7
6
t
o
n
f,. Ane = 370(466,8)
= 17,27 ton

Karena 0,64 ,A.,> 4• maka


kondisi geser fraktur tank
leleh menentukan:

0.Rhs = 0. (0,64-A.,+
Ag)
= 0,75 ( 0,6(370)
(1160,4) +
240(100)(6) ) =
30,12 ton > T
6. 3 T G E S E R E K S E N TR I S 115

Sambungan Tipe Friksi


Sem ua contoh di atas didisain sebagai sambungan tipe rumpu,
apabila dikehendaki sambungan tanpa slip (tipe friksi), maka satu baut
yang hanya memikul gaya geser terfaktor, 1,7„, dalam bidang
permukaan friksi harus memenuhi
(= 6.7
Kuat rencana, Vd = 0. V , adalah kuat geser satu baut dalam
sambungan tipe friksi yang besarnya dihitung menurut:
Vd = = p• in. proof load 6.8
Dengan: p koefisien gesek = 0,35
rn adalah jumlah bidang geser
0 = 1,0 untuk lubang standar
0 = 0,85 untuk lubang selot pendek dan lubang besar
= 0,70 untuk lubang selot panjang tegak lurus arah gaya
0 = 0,60 untuk lubang selot panjang sejajar arah gaya

3 GESER EKSENTRIS

Apabila gaya P bekerja pada garis kerja yang tidak melewati titik berat kelompok
baut, maka akan timbul efek akibat gaya eksentris tersebut. Beban P yang
mempunyai eksentrisitas sebesar e, adalah ekuivalen static dengan momen P
itaupu dikali e ditambab dengan sebuah gaya konsentris P yang bekerja pada
i sambungan. Karena baik momen maupun beban konsentris tersebut memberi
efek geser pada kelompok baut, kondisi ini sering disebut sebagai geser eksentris.
Dalam mendisain sambungan seperti ini, dapat dilakukan dua macam
pendekatan yaitu:
1. analisa elastik, yang mengasumsikan tak ada gesekan antara pelat yang
kaku dan alat pengencang yang elastik
2. analisa plastis, yang mengasumsikan bahwa kelompok alat pengencang
dengan beban eksentris P berputar terhadap pusat rotasi sesaat dan
deformasi di setiap alat penyambung sebanding dengan jaraknya dari
pusat rotasi.

Gambar 6.2 Contoh Sambungan Gcscr Eksentris

Gambar 6.3 Kombinasi Momcn dan Geser

M = Pe

Oh
 •

116 BAB 6 S AMBUNGAN BAUT

Analisa Elastik
Prosedur analisa ini didasarkan pada konsep mekanika bahan sederhana, dan digunakan
sebagai prosedur konservatif. Untuk menurunkan persamaan yang digunakan dalam analisa
ini, perhatikan sambungan yang menerima beban momen M dalam Gambar 6.4.a. Abaikan
gesekan antara pelat, momen sama dengan jumlah gaya dalam Gambar 6.4.b dikalikan
jaraknya ke titik berat kelompok baut.

M= + R2.d2 + + Rod6 = 1 R.d 6.9

R4
Gambar 6.4 Sambungan dengan Beban Momen
R3 ./ %
..41
■ Rs
Jika tiap baut dianggap elastik dan mempunyai luas yang sama, maka gaya R dari tiap baut
d3 d
juga proporsional terhadap jarak ke titik berat kelompok baut tersebut.
R R2
=-= — 6.10
d, d, • d6
Atau ... R dapat dituliskan dalam
6 bentuk:

=; R,= d2; ...........; R =•d,' 6.11


d, - d
Substitusikan 6.10 ke persamaan 6.8:
, R
M= .d- R +=.d -
d d d
R R ,
.114 = d + .........., -1= 6.12
d,
Sehingga gaya pada baut 1:
M.d
6.13
R =
I
Id'
Dengan cara yang sama, maka gaya pada baut–baut yang lain adalah:
M•d R, =M-d , – M.(16
R,= , 6.1-t
'
Atau secara umum dituliskan:
R = M.d 6.1
6.3 GESER EKSENTRIS 117

Apabila gaya R, diuraikan dalam arah x dan y seperti dalam Gambar 6.5,
aka:- maka dapat dituliskan komponen gaya dalam arah x dan y:
x
. R •R R = .1? 6.16
d d
Substitusikan 6.15 ke 6.14 diperoleh:
lika:- M•y M.x
R= _____________R =_____ 6.17
6.''

Gambar 6.5 Gaya R Diuraikan dalam Arah x dan y


tari
Karena d2 = x2 + y2 maka persamaan 6.17 secara umum dapat
dituliskan lagi:
6.1' M•y M•x 6.18
R =________________ R=____________
+If lx2 y`

Dengan hukum penjumlahan vektor, maka gaya R


didapatkan dari: 6.19

6.1 • R= IR +R 2

Untuk menghitung gaya total akibat beban eksentris seperti pada


Gambar 6.2.a, maka pengaruh gaya R,, memberikan kontribusi gaya
kepada tiap baut sebesar:

R= 6.20

6.1_
Dengan N adalah jumlah baut. Dan total resultan gaya pada tiap baut yang mengalami gaya
eksentris adalah:
6.1 R= (R + R)
6.21

CONTOH 6.4:
6.1 Hitunglah gaya maksimal yang bekerja dalam satu baut,
untuk suatu komponen struktur
b e r i k u t y a n g m e m i k u l g a y a e k s e n t r i s s e p e r t i p a d a g a m b a r.
J AWA B :
6.1' Baut yang menerima gaya terbesar adalah baut nomor 1, 3, 4, dan 6.
Pada baut nomor

4 bekerja gaya—gaya:
118 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

M.y 1500)(75
R= =__________=3 ton
Lx2+1 y2 37500
100

e = 75 + 50 = 125 mm
M.x1500x50
R —____________=________
Ix) +1.y 2 ton M = 12(125) = 1500 ton
37500
mm
„ 12
R - P -- = = 2 C011 1 +I y2 = 6(50)2 +
N 6
4(75)2 =
Gaya
37500 mm2
total pada
baut
nomor 4:

R= +(R + R) = V3 2
+ (2 + 2) 2 = 5 ton

nCONTOH 6.5:
Hitung gaya R yang
bekerja pada baut
nomor 4 berikut ini, bila
kelompok baut tersebut
memikul beban P 1, = 5
ton yang membentuk
sudut a terhadap sumbu
horizontal, di mana
besarnya tan a =

JAWAB:
e = 160 mm
M = 5 (160) = 800 ton
mm

x
2

+
=

)
2

)
2

m
2
G

b
a

:
R ______________
M. y

= 1,85800x75
ton —>
2 7 +1y2
. X 2

32500
M.x800x50
R
__________,
__________= ,_1,23
ton 1
L +I y-
32500
R_ P. c o s a 5 x 0 , 8
Kii -
4 = 4 = 1 ton
—>
P. s i n a 5 x 0 , 6
R =____4 4=
_= 0,75 ton
6 . 3 G E S E R E K S E N TR I S 119

160

150

Pu = 5 ton

Total gaya R pada baut 2:

R= AR+ RHY +(R, +

R= \10,85Rv+
) 1)2 +(1,23 + 0,75) \2 = 3,47 ton

nCONTOH 6.6:
Dua buah profil CNP 24 dihubungkan dengan pelat setebal 10 mm,
sebagai alat sambung digunakan baut A325 db = 22 mm (tanpa ulis
dalam bidang geser). Tersedia dua pola baut seperti dalam gambar,
yaitu pola I dan pola II. Pada kondis tersebut bekerja beban terfaktor
P. yang sama besar dan berlawanan arah. Jika diketahui
terseb perbandingan beban hidup dengan beban mad adalah 3 (L = 3D):
ut a.tentukan pola mana yang lebih balk
ontal, b.dengan pola yang lebih baik tersebut, hitung beban kerja
PU

140

220 220
120 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

JAWAB:
Pola baut I: baut yang menerima gaya terbesar adalah baut—baut
atas dan bawah M = Pu.( 184 + 72 + 184 ) = 440 Pu

r, = V36 2 +60 2 = 70 mm

R= M.r, = 440.Pu.70
1
1r (4x70 )+(2x362)
2 2
1,3879.P,
Pola baut II : semua baut menerima gaya yang sama besar
M = Pu.( 220 + 220 ) =
440 Pu

r = 70 mm
M•r 440.P •70
R=_____=_______, =1,0476.P u
r2 6x70 -
S.
Ternyata pola baut II lebih baik, gaya yang dipikul tiap baut sama besar
dan lebih kecil daripada gaya maksimum baut 1 pada pola I.
Selanjutnya menghitung tahanan satu buah baut:
Geser: O.Ru = 0.0,5fub.m.A6 = 0,75(0,5)(825)(2)(1/41E-22 2)= 23,52 ton

Tumpu:O.R u = 0.2,4.d b .t p f? = 0,75(2,4)(22)(10)(370) = 14,652 ton


Tahanan tumpu menentukan!
1,0476.P < 14,652 ton
< 13,986 ton
13,986 > 1,2D + 1,6L
13,986 > 1,2D + 1,6(3D) = 6D
D < 2,331 ton L < 6,993 ton
Beban kerja yang boleh bekerja D + L < 9,324 ton (= 2,331 + 6,993)

Analisa Plastis
Cara analisa ini dianggap lebih rasional dibandingkan dengan cara
elastik. Beban P yang bekerja dapat menimbulkan translasi dan rotasi
pada kelompok baut. Translasi dan rotasi ini dapat direduksi menjadi
rotasi murni terhadap pusat rotasi sesaat. Lihat gambar 6.6.
P

x
CG

Titik berat kelompok alat


penyambung (C.G.)

Pusat rotasi
sesaat (I.C.)
Gambar 6.6 Pusat Rotasi Sesaat
6.3 GESER EKSENTRIS 121

Dari persamaan kesetimbangan diperoleh hubungan:

)awah • =0 — Psino = 0 6.22


i=1

 =0 IR.cosei —Peas =0 6.23


i=1

=0 R..di— P(e + xn .c.os + y„ .sin 5) = 0 6.24


i=i
Dengan substitusi: r o = x o .cos 6 + y o -sin 8, persamaan 6.24 menjadi:
M= R.d — P(e+ = 0 6.25
i=1
Di mana o adalah jarak terdekat antara pusat rotasi sesaat (IC)
dengan titik berat (CG).
lebih kecil
Sambungan Tipe Tumpu
Untuk sambungan tipe tumpu, slip diabaikan dan deformasi tiap alat
pengencang proN 7- sional terhadap jaraknya ke pusat rotasi sesaat.
Analisa dilakukan sebagai 0,55
berikut:
= R„ Ei- exp(-0,4 6.26

Dengan: R I adalah tahanan nominal


satu baut A, adalah deformasi
baut i dalam mm,
A dari hasil eksperimental adalah sama dengan 8,6 mm
max

n CONTOH 6.7:
Hitung P n yang boleh bekerja pada sambungan berikut ini, lakukan
analisa plastic. A=a7 sambung yang digunakan adalah baut A325
(d b = 22 mm, f u b = 825 MPa) tanpa dalam bidang geser.

JAWAB:
e = 75 + 50 = 125 mm
Beban P yang
R ni = 0,54 b .A b .m = 0,5(825)('/4 1- = 15,68
Iasi dan rotasi ton
22 2 )(1)
gambar 6.6.
122 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

Behan bekerja pada


sumbu y, 8 = 0, dengan
mengganti y/d untuk sin 0
serta x/d, untuk cos maka Op

persamaan 6.22, 6.23, 6.25


menjadi:

ER,..--3d1= 0 6.26

R
, = /3, 6.27
d,

=Pje+r) 6.28

Ingat juga asumsi: = d.


d
=

d.
' • d

.8,6

Persamaan 6.25 hingga 6.27


diselesaikan dengan trial and
error.
1. Misalkan r 0 diambil
sama dengan 75
mm, proses
hitungan ditabelkan
sebagai berikut:

No. baut x i yi d. A. R. (R x i / d.) Ri.di


1 25 75 79,057 4,664 14,295 4,520 1130,090
2 25 0 25,000 1,475 10,053 10,053 251,323
3 25 -75 79,057 4,664 14,295 4,520 1130,090
4 125 75 145,774 8,600 15,401 13,207 2245,127
5 125 0 125,000 7,374 15,223 15,223 1902,883
6 125 -75 145,774 8,600 15,401 13,207 2245,127

60,730 8904,640

Dari persamaan 6.27


didapat P„= 60,730
ton
8904,640
Dari persamaan 6.28
didapat P =
= 44,5232 ton
(125 + 75)
Karena basil tidak
cocok, proses diulangi
lagi.

2. Coba r o = 51,46 mm
No. baut x. y. d. A. R. (R..x. / d.) Ri.d,
1 1,46 75 75,014 5,113 14,530 0,283 1089,942
2 1,46 0 1,460 0,100 2,634 2,634 3,845
3 1,46 -75 75,014 5,113 14,530 0,283 1089,942
4 101,46 75 126,171 8,600 15,401 12,385 1943,217
5 101,46 0 101,460 6,916 15,130 15,130 1535,055
6 101,46 -75 126,171 8,600 15,401 12,385 1943,217

43,099 7605,219

Dan persamaan 6.27 didapat P,, = 43,099 ton


7605, 219
OK
Dari persamaan 6.28 didapat P ' = (125 + 51, 46) = 43,0988 ton
6.4 KOMBINASI GESER DAN TARIK 123

Sambungan Tipe Friksi


Analisa hampir sama dengan tipe tumpu hanya saja R = konstan yaitu:

6.2t R. = 1,13x /I x Proof Load x 6.29

nCONTOH 6.8:
6.2- Kerjakan kembali contoh 6.7 sebagai sambungan tipe friksi. Karena R,
konstan, maka

persamaan 6.25, 6.26, dan 6.27 menjadi:

6.2:! RI21=0 6.30

R x= P 6.31
d.
eb az
Rld= P(e+ro) 6.32

JAWAB:
Dengan cara trial and error, diperoleh ro = 59,569 mm.
.d. No. Baut xi Yi di xi/di
0,09( 1 9,569 75 75,60797 0,12656
1,323 2 9,569 0 9,56900 0,00000
0,091 3 9,569 -75 75,60797 0,12656
5,12- 4 109,569 75 132,77939 0,82520
12,88--. 5 109,569 0 109,56900 1,00000
15,12 - 6 109,569 -75 132,77939 0,82520

535,91272 2,90351

Dari 6.31: P, = R,.2,90351


R(535,91272)
Dari 6.32: P =____________= R .2,90359
(125+59,569)
Karena R t = 1,13 x 0,35 x 1 /4.ir.22 2 x 0,75 x 585 x 1 = 6,5963 ton
(digunakan baut A325, d b = 22 mm), sehingga P„ = 2,90359 x
6,5963 = 19,153 ton.

Rcd 4 KOMBINASI GESER DAN TARIK


89,942 Pada umumnya sambungan yang ada merupakan kombinasi geser
dan tarik. Contoh
3,845 sambungan yang merupakan kombinasi geser dan tarik terlihat pada
Gambar 6.7. Pada
69,942 sambungan (a) akibat momen maka baut tepi atas akan mengalami
tarik yang sebanding
)43,217 dengan momen yang bekerja. Sambungan ini digunakan bila momen
tidak terlalu besar,
)35,055 dan untuk momen yang besar biasanya digunakan sambungan, (b)
momen disalurkan
)43,21 7 melalui sayap dan diterima oleh baut-baut pada sayap tersebut.
Sambungan Tipe Tumpu
Persamaan interaksi geser dan tarik dari berbagai stud: eksperimental, dapat
direpresentasikan sebaga persamaan lingkaran berikut ini:
Ole 2
12
+ ' Rnvi

[R„ <-1
6.33

305,2 1
9
124 BA B 6 SA M B U N G AN BA U T

Dengan: Rut adalah beban tank terfaktor pada baut


1?„, adalah beban geser terfaktor pada baut
adalah tahanan rencana pada baut dalam
tank saja adalah tahanan rencana pada
baut dalam geser saja = 0,75

Rnt dan 12 2 , masing—masing adalah tahanan nominal tank dan geser


yang besarnya:
R
ut = 075f4b-Ab 6.34

R 7 2 = m.0,51L •Ab
b
6.35.a
7 , a t a u m.0,41:b•Ab 6.35.b
R

2 profil siku (b)

Profil
struktural

11

2 profit siku

siku

(a)

(c)
(d)
Gambar 6.7 Sambungan Kombinasi Geser dan Tank

Persamaan 6.35.a untuk baut tanpa ulir dalam


bidang geser, sedangkan 6.35.b untuk baut dengan ulir pada bidang geser.
Peraturan menyederhanakan persamaan interaksi geser-tarik pada 6.32,
menjadi sebuah •R
persamaan garis lurus:
tnt Ov nv

[O•R 1 22
+[
6 .3 6
Dengan C adalah suatu konstanta.
Persamaan 6.36 dapat dituliskan
sebagai:

R _C•(/) •R • R12 6 .3 7
6.4 KOMBINASI GESER DAN TARIK 125

R
____ tarik
o t.R,

Gambar 6.8 Kurva Interaksi Tahanan Geser—


1,0
Tarik (Sambungan Tipe Tumpu)

Bagi baut), dan substitusikan R rtt dan R


T1 Z ,
ya:
6.34
6.38
6.35.a

6.35.1)
6.39

persamaan 6.37 dengan Ab (luas penampang


dari persamaan 6.34 dan 6.35. diperoleh:
R„ < 0(0,75.f! ).A, 0(0, 75.f,'
).211 ,
4 0,75.(0,5-
f!)-A b A 5

ft < r of = 0.(9,75f,b.c — 2/;)/

Untuk baut dengan ulir pada


bidang geser diperoleh:
ft< [of = (I).(0,754b-C —
2,5f)]
6.40

Nilai konstanta C dalam


peraturan ditetapkan
besarnya adalah 1,3. Nilai 2
dan 2,5 (koefisien f ur ) dalam
peraturan direduksi menjadi
1,5 dan 1,9.Besarnya nilai 4
f untuk masing-masing mutu
baut ditabelkan berikut ini
dalam Tabel 6.2.
Dalam perencanaan
sambungan yang memikul
kombinasi geser dan tarik, ada
dua persyaratan yang harus
dipenuhi:

Tanpa ulir di bidang geserfb .m


1. f = V <6 . 4 1
.Ab
,
5.b untul Dengan ulir2 di
. (bidang
P i 0,
c n-A
=geser
b
o f t .m
4.0..f!

adi sebual
TABEL 6.2 NILAI Oft UN

Tipe Baut
6.3(
A325 dengan ulir 04807 —
di bidang geser 1,9f) < 0.621
A325 tanpa ulir di 0-(807 —
bidang geser A490 1,54) < 0.621
dengan ulir di 0.0010 —
bidang geser A490 1,9f) < 0.779
tanpa ulir di 0.(1010 —
bidang geser 1,5f.) < 0.779

6.3-
126 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

Sambungan Tipe Friksi


Untuk sambungan
tipe friksi berlaku
hubungan:
n

1,13x proofload
.0.y 1
_____________
/n
_____________
6.43
Dengan:
V

1
,
1
3
.
p
p
r
o
o
f

l
o
a
d
.
m

P
r
o
o
f

l
o
a
d
=

0
,
6.5 F.
7
5

A
h

p
r
o
o
f

s
t
r
e
s
s
Ab

adalah luas
bruto baut
T

adalah
beban tarik
terfaktor
Pd

adalah
jumlah
baut

nCONTOH 6.9:
Hitung
kecukupan
jumlah baut bagi
sambungan
berikut ini (tipe
tumpu dan tipe
friksi), diketahui
beban terdiri dari
10% beban mad
dan 90% beban
hidup. Baut A325
tanpa ulir di
bidang geser.

P = 1,2(0,1)(35) +
1,6(0,9)(35) P.= 54,6
ton
= P x = 0,8 x 54,6 =
43,68 ton V = P y = 0,6

JAWAB:

x 54,6 = 32,76 ton

35 ton

a . Sambungan tipe tumpu:


V 32, 76
Geser: f,„ = = = 143,634
MPa
n. A, 6. 1/4 .g.222
b
0,5.0.f .m = 0,5 x 0,75 x 825 x 1 = 309,375 MPa

T
a
r
i
k
:
f
=
8
0
7

1
,
5
1
;

,
=
8
0
7

(
1
,
5
x
1
4
3
,
6
3
4
)
=
5
9
1
,
5
4
9
M
P
a
(
1
).
R
,

=
c
l
)
.
4
-
A
b

=
0
,
7
5
x
5
9
1
,
5
4
9
x
1
/
4
.
T
c
.
2
2
2

=
1
6
,
8
6
5
t
o
n
7
.
/
n

4
3
,
6
8
/
6
=
7
,
2
8
t
o
n
T./n <

b. Sambungan
ripe friksi
V = 1,13 x p
x proof load
x m
= 1,13 x
0,35 x 1 x
proof
load =
0,3955
p
r
o
o
f

l
o
a
d

.
n
.
2
2
2

0
,
7
5

5
8
5

1
6
,
6
8

t
o
n

O
.
V

1
x

0
,
3
9
5
5

1
6
,
6
8

6
,
5
9
7

t
o
n

1
7

.
I
n

3
2
,
7
6
/
6
=

5
,
4
6

t
o
n
6.5 SAMBUNGAN YANG MENGALAMI BEBAN... 127

(
43,86/
0.17,, 1—__ = 6,597 1 ____________________ = 4,038 ton
T„n

1,13.proofbad 1,13x16,68
6.43
Kin > 0. V (baut tak mencukupi untuk sambungan tipe friksi!!)

5 SAMBUNGAN YANG MENGALAMI BEBAN TARIK AKSIAL

Tarik aksial yang terjadi tak bersamaan dengan geser, dijumpai


pada batang-batang tarik seperti penggantung (hanger) atau
elemen struktur lain yang garis kerja bebannya tegak lurus dengan
batang yang disambungnya. Untuk memahami efek akibat beban
eksternal pada baut mutu tinggi yang diberi gaya tarik awal,
perhatikan sebuah baut dan daerah pengaruhnya pada pelat yang
disambung. Pelat yang disambung mempunyai ketebalan t dan luas
tanp kontak antara pelat adalah A.

P (beban luar)

Gambar 6.9 Pengaruh Pratar k Awal Ak bar Beban Tank Aksial

Pada saat pemasangan awal, baut mutu tinggi sudah diberi gaya pra tarik
awal T6, hal ini mengakibatkan pelat tertekan sebesar C., dari
keseimbangan gaya:
O K Th 6.44
Beban luar akhirnya bekerja, sehingga keseimbangan gaya sekarang seperti tampak dalam
Gambar 6.9.c.: Tb = pratarik awal 7
-
,
P + C./ = 6.45

O K Gaya
3
P mengakibatkan baut memanjang sebesar:
1, = f -t
T —T
4.Eb 6.46

Pada saat yang sama tekanan di antara pelat mengakibatkan pelat memendek sebesar:
C —C
8 =_____
P A ..Er .t 6.47
P

Dengan: Eb, E adalah modulus elastisitas baut dan pelat


P
Tt adalah gaya akhir yang bekerja pada baut setelah beban bekerja
Cf adalah gaya tekan akhir antara pelat setelah beban bekerja
128 BA B 6 SA M B U N G AN BA U T

Menyamakan 5b dan 6 diperoleh hubungan:


_C,—Cf 6.48
Ah.E„ Ap.E p

Substitusikan C., dari 6.44 dan C f dari 6.45 ke persamaan 6.48


didapatkan:
Tf —T T, —T f + P 6.49
A,.Eb Ap.Ep

T T + Karena E b dan E sama untuk material baja, maka 6.49


dapat ditulis dalam bentuk:
P
6.50
1+AlTb
, Ab

nCONTOH 6.10:
Baut A325 berdiameter 22 mm menerima gaya tarik aksial seperti
dalam gambar. Jika A = 6000 mm2. Hitung gaya tarik akhir pada baut
(Tf) bila beban kerja terdiri dari 20% beban mati dan 80% beban
hidup.

JAWAB:
O.Rn = 0,754b.0,75.Ab = 0,75(825)(0,75)(1/41c.222). 17,64 ton
Ru = 1,2(0,2R) + 1,6(0,8R) = 1,52 R = 17,64 ton
R = 11,61 ton
Tb = proof stress x 0,75 Ab = 585(0,75)(1/4-Tc.222)= 16,678 ton

AP 6000
=15,784
A
b ) 4 7 .7.22 2

T =T6+ —A_________________=16,678+1+15,78
p
1+ Ab

= 17,37 ton

6.6 GESER DAN TARIK AKIBAT BEBAN EKSENTRIS


Perhatikan momen M yang bekerja pada sambungan konsol dalam
Gambar 6.10 yang mengakibatkan tarik pada baut atas. Jika
digunakan baut mutu tinggi yang mempunyai gaya pra tarik awal,
maka gaya ini akan menekan pelat atau penampang yang disambung .
Sumbu netral akibat beban momen M akan terjadi di titik berat
daerah kontak.
Tekanan tumpu awal fb, akibat gaya pratarik, dianggap seragam
sepanjang daerah kontak b.d yang sama dengan:
fb — b . d
T
b 6.51
6.6 GESER DAN TARIK AKIBAT BEBAN ... 129

Gambar 6.10 Geser dan Tarik Akibat Beban Eksentris


6.4


• d
Dengan ET adalah proof load kali•jumlah
6 • baut. Tegangan tarik f th /
• • M, adalah:
padabagianatasbidangkontakakibat momen
6.4 • •

d
/
c
b-
6.52
1
6.5(
M.d 12 6.M
fbi
fb =________
I b.d2
Beban T pada baut teratas sama dengan
perkalian antara daerah pengaruhnya (lebar
lika
b kali jarak antara baut, p) dengan fth, atau:
i 6.54
d2

6.55

T = fth.bp

Substitusikan persamaan 6.52 ke 6.53 diperoleh hubungan: T —


6.M.p

Jika baut terluar berjarak p/2 terhadap bagian


L
atas bidang kontak, maka T menjadi:

T — 6.M.p (
. d — p)
d2 d

 CONTOH 6.11:
Hitung beban kerja P dalam sambungan berikut
ini, jika digunakan baut A325, db = 19 mm
(tanpa ulir di bidang geser). Beban yang bekerja
terdiri dari 20% beban mati dan 80% beban
hidup.

;.10
yang

2mpuny
ai

6.51
130 BAB 6 SAM BU N GAN BAUT

- 75

40

• •
IN
I
3@80

40
•4

JAWAB:
P = 1,2(0,2P) +
1,6(0,8P) = 1,52.P

6.M .p[d -
p1 = 6x1,52.Px75
x801 320-
801 = 0,40.P
-
d
2

3
2
0
2

3
2
0

1
,
5
2
.
P
________ 0,19-
P

c/9.1?,„, = 0,75(0,5
41') m. Ab = 0,75(0,5)
(825)(1)(1/4.1 -c-192)=
8,77 ton
0.A b .( 807
- 1,5 . f ) <
0.621.4,
=
0,75(807)A b
- 0,75(1,5-
4.A b )<
0,75(621)4,
= 0,75(807)
(t/4)0'0(19 2 )-
0,75(1,5.4,.A
b)

<
0,75(621)e/41
c-192)
m
a
x

1
7
,
1
6

1
,
1
2
5
.
V

<

1
3
,
2

t
o
n

S
a
m
a
k
a
n

d
e
n
g
a
n

m
a
x

T
u
:
0,4.P = 17,16 -
1,125( 0,19 P)
P = 27,96 ton
Periksa max V dan batas
atas T (13,2 ton):
V = 0,19.P =
0,19(27,96) =
5,3124 ton < 8,77
ton
= 0,4.P =
0,4(27,96) = 11,184 ton
< 13,2 ton

Sehingga beban kerja P


adalah 27,96 ton.

Cara lain untuk


menganalisa
sambungan kombinasi
geser dan tarik yang
menerima beban
eksentris dilakukan
dengan menghitung
tegangan tarik dalam
baut dengan memakai
teori lentur f = My/I,
atau:
= M.y =
f ________
6.56
/ L A b .y 2
Jika semua baut
memiliki ukuran sama,
maka gaga tank T dalam
sebuah baut adalah:

T Abf - 6.57

Y
6.6 GESER DAN TARIK AKIBAT BEBAN ... 131

Persamaan 6.57 sebenarnya identik dengan 6.55, jika d dalam 6.55


sama dengan n.p, di mana n adalah jumlah baut dalam satu baris, maka
6.55 menjadi:

T =6-M.p[n.p— pi 12.M [p(n-1) 6.58


n2-132 n.p n'.p2 2

Perhatikan bahwa p(n — 1)/2 adalah jarak baut terluar terhadap


setengah tinggi kontak area, yang identik dengan y dalam 6.57. Satu
baris baut dengan jarak p dapat diasumsikan sebagai tampang
persegi dengan
lebar A/p dan 6.59
tinggi n.p.
Momen inersia penampang ini adalah:
1
1= A .3—.—(n.p)
12 p
Prosedur pendekatan yang terakhirmudah daripada cara analisa yang
ter-
dahulu.

75
CONTOH 6.12:
Hitung jumlah baut (A325, db = 22 mm) untuk
sambungan berikut ini, yang menerima beban
40 mati D = 3,5 ton dan beban hidup L = 25 ton.

n @ 80

4 •
OK

JAWAB:
ierir P = 1,2(3,5) + 1,6(25) = 44,2 ton
na :
O.Rn, = 0,75(0,54 b)m.Ab = 0,75(0,5)(825)(1)(1/4.n.22 2)= 11,76 ton
mak
a.
Coba pakai 10 baut (5 buah per baris):
Ey e = 4 [160 2 + 80 2 ] = 128000 mm 2
=
M4=
„.y8,2875
= 44,2x150x160
ton
6./
y2 128000
s l a h : P 4 4 2
V = " =______= 4,42 ton < 0-Rb, (= 11,76 ton)
n 10

OK
132 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

Periksa interaksi geser dan tarik: P.


= (807 — 1,5.f,D) < 621
= (807 — 1,5. ) < 621
4
4, 42404
= 807 1,5 632,58 MPa
1
4 .n.22
2

Gunakan f = 621 MPa


0.R„, (Af.Ab = 0,75(621)(1/4.7t.222)= 17,705 ton
(= 8,2875 ton) < 0.Rm (= 17,705 ton) OK

SOAL—SOAL LATIHAN

P.6.1 Hitunglah beban kerja layan yang dapat dipikul oleh komponen struktur
tarik berikut
ini, jika baut yang digunakan adalah baut mutu tinggi A325
berdiameter 3 /4" dengan ulir di luar bidang geser, sedangkan mutu
pelat baja adalah BJ 37. Diketahui pula bahwa perbandingan beban
hidup dan beban mati adalah 3 (LID = 3).
t = 10
mm
60 60 1.4.4.1
50 1.
-

60
50'

Gambar P.6.1

P.6.2 Dua buah pelat setebal 20 mm disambung dengan suatu pelat sambung
setebal 10 mm
seperti tampak dalam gambar. Baut yang dipakai sebagai alat
pengencang adalah baut A325 berdiameter 5/8" dengan ulir di luar
bidang geser. Mutu pelat baja adalah BJ 37 . Hitunglah tahanan tarik
rencana yang diperbolehkan bekerja pada komponen struktur
tersebut!
40 50 50 40

60_

40 t
I I I 1
 _______

t 2 0 m m
t = 1 0 m m
G a m b a r
P. 6 . 2
SOAL-SOAL LATIHAN 133

P.6.3Tentukan jumlah baut yang diperlukan untuk menahan gaya tarik sekuat
profil iL
100.100.10 seperti tampak dalam gambar, untuk beberapa tipe
sambungan sebagai berikut:

Kasus Mutu baja 0 baut Tipe sambungan


a BJ 37 /4 " - A 325
3
Ulir di luar bidang
b BJ 37 /4 " - A 325
3
Sambungan tanpa
BJ 37 7
/8 " - A 325 Ulir di dalam bidang
slip
d BJ 37 7
/8 " - A 325 Sambungan tanpageser
slip

K t = 12 mm
Gambar P.6.3

P.6.4 Sebuah batang tarik dari siku tunggal 120.120.12 (BJ 37) digunakan untuk menahan
gaya
: tarik yang terdiri dari 40 kN beban mati dan 120 kN beban hidup.
ut Asumsikan tebal pelat sambung adalah 12 mm. Jika digunakan baut
ili A325 berdiameter 1/2" dengan ulir di luar bidang geser, hitunglah
r jumlah baut yang dibutuhkan
wa
Hitunglah besarnya beban layan yang dapat dipikul oleh profil
2CNP20 dari baja BJ 37 seperti pada gambar berikut. Baut yang
digunakan adalah A325 berdiameter 7/8 " dengan ulir di luar bidang
geser. Beban terdiri dari 25% beban mati dan 75% beban hidup.

m m t = 15 mm
b a u t
3 7 .
i k t u r
60

4)- 0 4 -0- 80

4 0 4 4 60

401 4 @ 75 0.1 40
4
1 4 _________________•

Gambar P.6.5
BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

6.6
besarnya beban
layan maksimum, P,
yang menimbulkan
geser eksentris pada
sambungan
dalam Gambar
P.6.6. Beban
terdiri dari
25% beban
mati dan 75%
beban hidup.
Baut yang
digunakan
adalah A325
berdiameter
7/8" dengan
ulir di luar
bidang geser.
Asumsikan
pelat cukup
kuat menahan
beban
tersebut (BJ
37)
a)Gunakan
metode elastis
b)Gunakan
metode plastis

Gambar P.6.6

P.6.7
besarnya beban
layan, P, yang terdiri
dari 20% beban mati
150
dan 80% beban
hidup, pada
sambungan
yang terlihat t = 10 mm

dalam
Gambar
P.6.7,
gunakan
baut A325
berdiameter
7 "
/8 dengan
ulir di dalam
bidang geser.
Mutu baja BJ
37
a)Gunakan
metode
elastis
b)Gunakan
metode
plastis

Gambar 26.7

150

3@75

Pelat, t = 12 mm
SOAL-SOAL LATIHAN 135

Rencanakan sambungan geser eksentris dalam Gambar P.6.8 dengan


baut A325 berdiameter /8". Disyaratkan bahwa baut disusun dalam
dua lajur dengan jarak vertikal antar baut adalah 75 mm. Beban
terdiri dari 40% beban mati dan 60% beban hidup. Gunakan metode
elastis. Mutu baja BJ 37.

Posisi baut teratas

130 kN

t = 10 mm

Gambar P6.8

ban 6.9 Sambungan geser eksentris (sambungan A) dalam Gambar P.6.9 berikut
ini menggunakan
am baut A325 berdiameter 7/8" dengan ulir di luar bidang geser. Beban
terdiri dari 30 kN

beban mati dan 150 kN beban hidup. Hitunglah jumlah baut yang
dibutuhkan dengan cara elastis. Berikutnya rencanakan pula
sambungan profil L 100.100.10 ke flens kolom (sambungan B), t flens =
20 mm.

200

55

sambunganB t - 10 mm
Gambar P.6.9

Sambungan A
6.10 Hitunglah jumlah baut yang dibutuhkan pada sambungan dalam Gambar P.6.10,
jika sambungan A direncakan sebagai sambungan sekuat profil. Gunakan baut
A325 berdiameter 1/2" dengan ulir di luar bidang geser.
136 BA B 6 SA M B U N G AN BA U T

tf = 20 mm

tw = 20 mm
Sambungan B —

Sambungan A

Gam bar
P.6.I0
7
Sambungan Las
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah Mempelalari hab ini,.mahasiswa diharapkan dapat:
Mampu membedakan jenis-jenis sambungan las
Merighitung kapasitas las dari masing-masing jenis las
Melakukan proses analiiis dan desain sambungan konstruksi baja dengan
menggurialcan berbagai jenis las yang ada

POkok-pokok Pembahasan Bab


1.1 Peridahuluan
1.2 jenis-jenis Sambungan
1.3 jenis-jenis Las
1.4 Pembatasan Ukuran Las Sudut
1.5 • Luas Efektif Las
1.6 Tahanan Nominal Sambungan Las
1.7 Geser Eksentris •—• Metode Elastik
1.8 Geser Eksentris — Metode Plastis
1.9 Beban Eksentris Normal pada Bidang Las

1 PENDAHULUAN

Pengelasan adalah suatu proses penyambungan bahan logam yang menghasilkan peleburan
bahan dengan memanasinya hingga suhu yang tepat dengan atau tanpa pemberian tekanan
dan dengan atau tanpa pemakaian bahan pengisi. Meskipun pengetahuan tentang las sudah
ada sejak beberapa ribu tahun silam, namun pemakaian las dalam bidang konstruksi dapat
terbilang masih baru, hal ini antara lain disebabkan pemikiran para ahli mengenai beberapa
kerugian las yaitu bahwa las dapat mengurangi tahanan lelah bahan (fatigue strength)
dibandingkan paku keling dan mereka juga berpendapat bahwa tidak mungkin untuk
memastikan kualitas las yang baik.
Melalui banyak penelitian tentang las, belakangan las mulai banyak digunakan dalam
bidang konstruksi. Hal ini antara lain karena proses penyambungan dengan las memberikan
beberapa keuntungan, yakni:
1.dari segi ekonomi, harga konstruksi dengan menggunakan las lebih murah dibandingkan
dengan pemakaian baut atau keling, hal ini dikarenakan pemakaian pelat—pelat
sambungan maupun pelat buhul dapat dikurangi. Pada konstruksi rangka jembatan
bahkan dapat mengurangi berat baja hingga 15% jika dipakai sambungan las
2.pada beberapa jenis elemen struktur tertentu, tidak mungkin memakai baut atau keling
untuk menyambungnya, seperti contoh adalah proses penyambungan kolom
bundar, tentu lebih memungkinkan untuk memakai las
3.struktur yang disambung dengan las akan lebih kaku daripada baut/keling
4.komponen struktur dapat tersambung secara kontinu
5.mudah untuk membuat perubahan desain dalam struktur
6.tingkat kebisingan dalam pekerjaan las lebih rendah daripada baut/keling
138 BAB 7 SAMBUNGAN LAS

7.2 JENIS—JENIS SAMBUNGAN


Beberapa jenis sambungan yang sering ditemui dalam sambungan las
adalah:
1.Sambungan sebidang (butt joint), sambungan ini umumnya
dipakai untuk -

pelat datar dengan ketebalan sama atau hampir sama,


keuntungan sambur:,z.r ini adalah tak adanya eksentrisitas.
Ujung-ujung yang hendak disambung dipersiapkan terlebih
dulu (diratakan atau dimiringkan) dan elemen yang
sambung harus dipertemukan secara hati-hati.
2.Sambungan lewatan (lap joint), jenis sambungan ini paling
banyak karena sambungan ini mudah disesuaikan keadaan
di lapangan dan juga penyar- bungannya relatif lebih
mudah. Juga cocok untuk tebal pelat yang berlainar.
3.Sambungan tegak (tee joint), sambungan ini banyak
dipakai terutama membuat penampang tersusun
seperti bentuk I, pelat girder, stiffener,
4.Sambungan sudut (corner joint), dipakai untuk penampang
tersusun berben:-_z kotak yang digunakan untuk kolom atau
balok yang menerima gaya torsi var-L besar .

5.Sambungan sisi (edge joint), sambungan ini bukan jenis


struktural dan digunak,- untuk menjaga agar dua atau lebih
pelat tidak bergeser satu dengan lainnya

* ° -
- r •

(a) butt joint (b) lap joint

(c) tee joint d) corner joint (e) edge joint

Gambar 7.1 Tipe—tipe Sambungan Las

7.3 JENIS—JENIS LAS


Jenis—jenis las yang sering dijumpai antara lain:
1.Las tumpul (groove welds), las ini dipakai untuk menyambung
batangbatang sebidang, karena las ini harus menyalurkan
secara penuh beban yang bekerja, maka las ini harus
memiliki kekuatan yang sama dengan batang yang
disambungnya. Las tumpul di maim terdapat penyatuan
antara las dan bahan induk sepanjang tebal penuh
sambungan dinamakan las tumpul penetrasi penuh.
Sedangkan bila tebal penetrasi lebih kecil daripada tebal
penuh sambungan. dinamakan las tumpul penetrasi
sebagian.
2.Las sudut (fillet welds), tipe las ini paling banyak dijumpai
dibandingkan tipe las yang lain, 80% sambungan las
menggunakan ripe las sudut. Tidak memerlukan presisi
tinggi dalam pengerjaannya.
3.Las baji dan pasak (slot and plug welds), jenis las ini biasanya
digunakan bersamasama dengan las sudut. Manfaat
utamanya adalah menyalurkan gaya geser pada sambungan
lewatan bila ukuran panjang las terbatas oleh panjang yang
tersedia untuk las sudut.
7.4 PEMBATASAN UKURAN LAS SUDUT 139

at
—;a
n
rus
di-

pai
A


lm-
1. A L A

tuk
L
tuk (a) groove welds (b) fillet welds
ang
Irisan A-A
kan _____________e f r
(d) plug welds
Irisan A-A
I _______■ I K
(c) slot welds

Gambar 7.2 Jenis—jenis Sambungan Las

-
.4 PEMBATASAN UKURAN LAS SUDUT

Ukuran las sudut ditentukan oleh panjang


kaki. Panjang kaki harus ditentukan sebagai
panjang a, dan a2 (Gambar 7.3). Bila kakinya
sama panjang, ukurannya adalah tw. Ukuran
minimum las sudut, ditetapkan dalam Tabel
7.1.

mg-
Pa n
g
a2
ran
g
han a2

tuh. (a) Las sudut konkaf (b)


las sudut konveks

Gambar 7.3 Ukuran Las Sudut

TABEL 7.1 UKURAN MINIMUM LAS SUDUT


Tebal Pelat (t, mm) Paling Tebal Ukuran
Minimum Las Sudut (a, mm)
t<7
7 < < 10
10 < t < 15
las

15 < t

kan
Sedangkan pembatasan ukuran ma
ma) a.Untuk komponen dengan tebal
ada setebal komponen
edi b.Untuk komponen dengan tebal 6,4
a kurang dari tebal komponen
140 BAB 7 SAMBUNGAN LAS

Panjang efektif las sudut adalah seluruh panjang las sudut


berukuran penuh dan paling tidak harus 4 kali ukuran las, jika kurang
maka ukuran las untuk perencanaan dianggap sebesar 'A kali panjang
t < 6,4
t > 6,4
mm
mm a,ai„= t-
1,6

(a) (b)
Gambar 7.4 Ukuran Maksimum Las

efektif.
7.5 LUAS EFEKTIF LAS
Kekuatan dari berbagai jenis las yang telah dibahas di depan,
berdasarkan pada luas efektif las. Luas efektif las sudut dan las
tumpul adalah hasil perkalian antara tebal efektif (t) dengan panjang
las. Tebal efektif las tergantung dari ukuran dan bentuk dari las
tersebut. dan dapat dianggap sebagai lebar minimum bidang
keruntuhan.

Las Tumpul
Tebal efektif las tumpul penetrasi penuh adalah tebal pelat yang
tertipis dari komponen
yang disambung. Untuk las tumpul penetrasi sebagian perhatikan
Gambar 7.5.

Las Sudut
Tebal efektif las sudut adalah jarak nominal terkecil dari kemiringan
las dengan titik sudut di depannya. T T Asumsikan
bahwa las sudut mempunyai ukuran kaki yang
sama, a, maka tebal efektif to adalah 0,707a. Jika
ukuran las tak sama panjang, maka (b) T = T, + T 2 te = tebal efektif
harus dihitung dengan memakai T hukum-
hukum trigonometri.

T2

( a ) T, < T 2 ; t e = T 1
(d) = D

45° < a < 60°

Tidak ada celah


(c) t = D — 3,2 mm

Gambar 7.5 Tebal Efektif Las Tumpul


7 . 6 TA H A N A N N O M I N A L S A M B U N G A N L A S 1 4 1

qr
lin ;
10
gap
t—
___________________

a.b

.1a2 +b2
Gambar 7.6 Tebal Efektif Las Sudut
F !
but.
6 TAHANAN NOMINAL SAMBUNGAN
LAS
Filosofi umum dari LRFD
ones terhadap persyaratan keamanan
suatu struktur, dalam hal ini
terutama untuk las, adalah
terpenuhinya persamaan:
cp•R nu, R to

Dengan: 0 adalah faktor


tahanan
R adalah tahanan
nominal per satuan
panjang las
R adalah beban terfaktor
per satuan panjang las

mdur -as Tumpul


maka Kuat las tumpul penetrasi
penuh ditetapkan sebagai berikut:
haru, a. Bila
sambungan
dibebani dengan
gaya tarik atau
gaya tekan aksial
terhadap luas

efektif, maka:
= 0,90.t1;
(bahan
dasar)
(P.R.= 0,90.1-4
(las)
b. Bila sambungan
dibebani dengan gaya
geser terhadap luas
efektif, maka:
0,90.t,.
(0,64)
(bahan
dasar)

0,80.t;
(0,6f„)
(las)
Dengan f dan f
adalah kuat leleh
dan kuat tarik
putus.

_as Sudut
Kuat rencana per satuan
panjang las sudut,
ditentukan sebagai berikut:
0.1?„. = 0,75.t;
(0,6L) (las)
O.R„. = 0,75.1-;
(0,6f) (bahan
dasar) 7.4.b

as Baji dan Pasak


Kuat rencana bagi las baji
dan pasak ditentukan:
0.R„. =

Dengan
A
.

a
d
a
l
a
h

l
u
a
s

g
e
s
e
r

e
f
e
k
t
i
f

l
a
s

a
d
a
l
a
h

k
u
a
t

t
a
r
i
k

p
u
t
u
s

l
o
g
a
m

l
a
s
142 BAB 7 SAMBUNGAN LAS

n CONTOH 7.1:
Tentukan ukuran dan
tebal las sudut pada
sambungan lewatan
berikut ini. Sambungar
menahan beban tank D =
10 ton dan L = 30 ton.
Diketahui f„ , = 490
MPa; = 40( MPa.
16 x 180

4 0 to n

a.b
a2 + b2

JAWAB:
Persyaratan ukuran las:
Maksimum = tebal
pelat — 1,6 = 16 — 1,6
= 14,4 mm
Minimum = 6 mm
(Tabel 7.1)
Gunakan las ukuran 10 mm
t = 0,707.a = 0,707 x 10 =
7,07 mm
Kuat rencana las sudut
ukuran 10 mm per mm
panjang:
= 04.(0,60-4) = 0,75(7,07)
(0,60 x 490) = 1558,935
N/mm
Dan
kapasita
s las ini
tak
boleh
melebihi
kuat
runtuh
geser
pelat:
Max 0-
1?, =
4•t•(0,6
0 f) =
0,75(16)
(0,60 x
400) =
2880
N/mm
Beban tank terfaktor,
T = 1,2D + 1,6L =
1,2(10) + 1,6(30) =
60 ton
Panjang total las
dibutuhkan,
60.104L =___________ = 384,8 mm
390 mm
1558,935
Jika las sudut yang
digunakan hanya berupa
las memanjang saja pada
batang tank datar, panjang
tiap las sudut tidak boleh
kurang dari jarak tegak
lurus di antara keduanya,
dan panjang total tidak
melebihi 1,5 kali panjang
yang dibutuhkan. Oleh
karena itu, untuk
persoalan di am, maka
diambil panjang las tiap
nisi adalah 250 mm
(Gambar (a)). Dapat pula
digabung antara las
memanjang dan las
melintang, yang dapat
mengurangi panjang
sambungan lewatan
(Gambar (b)).
7.6 TAHANAN NO MINAL SAMBUN GAN LAS 143

Sambungan Seimbang (Balanced Connection)


igan Dalam beberapa kasus, batang menerima tank aksial yang memiliki eksentrisitas terhadap
400 sambungan las. Perhatikan profil siku yang menerima beban tank aksial dalam Gambar
7.7 dan disambung dengan memakai las sudut. Gaya T bekerja pada
titik berat profil siku. Beban T ini akan ditahan oleh gaya F 1 , F,, dan
F 1 dari sambungan las. Gaya F, dan F diasumsikan bekerja tepat pada
3

sisi profil siku. Gaya F, akan bekerja pada titik berat las 2 yang
berjarak d/2 dari sisi profil siku. Ambil keseimbangan momen
terhadap titik A:
1MA = —FI•d—F2.c112.+T-e= 0 7.6
atau:
F =T.eF2 7.7
d
F,= cb-RnA, 2

7.9

7.10

Gaya F, dihitung berdasarkan tahanan las (P.R kali panjang las, L :


nu■

7.8
Dari keseimbangan gaya horizontal diperoleh:
= =0
Selesaikan persamaan 7.6 dan 7.9 didapatkan:
F
=T 1--
d 2
Gambar 7.7 Penyeimbangan Sambungan Las

T_____
e

:ang Selanjutnya panjang las 1 dan 3 dihitung


tank
n CONTOH 7.2 : sebagai berikut:
eetuan Lwl =___1sambungan F3
150 Rencanakan .1
las
Fw3 sudut
—____ untuk menahan gaya tank sekuat 7. 1 1
ya itu, profil siku0L?„,, 0.1?nu,
untus.
1.)). 100.100.10 dari BJ
37. Mutu las f w =
490 MPa.

75-
1 TETo
7
1 44 B A B 7 S A M B U N G A N L A S

JAWAB:
Hitung tahanan rencana dari profil siku, diambil harga
terkecil dari:
0.7 = 0,90o g = 0,90(240)(1920) = 41,472 ton
= 0,75.f,A= 0,75(370)(0,85 x 1920) = 45,288 ton
Sambungan akan didesain terhadap 0.T.
41,472 ton Pilih ukuran las dan hitung
Ukuran minimum = 4 mm (Tabel 7.1)
Ukuran maksimum = 10 — 1,6 = 8,4 mm
Pakai ukuran las 4 mm
= (p.t.0,60L = 0,75(0,707 x 4 )(0,60)(490) =
623,6 N/mm
= 00,60.4
Menentukan ukuran las = 0,75(10)(0,60)(370) = 1665
F2 = = 623,6 x 100 =
6,236 ton ton

= T. e F 2 4 1 , 4 7 2 x 2 8 , 2 6 , 2 3 6 = 8,58
d 2 100 2
F3 = 41,472 — 8,58 — 6,236 = 26,656 ton
F 8,58 x104
L = 1________ = ___________137,58 140 mm
O.Rnw 623,6
26,656 x104
L = 3 = 427,45 430 mm
O.Ra. 623,6
w3

nCONTOH 7.3:
Rencanakan kembali contoh 7.2, namun tanpa las ujung (las 2).

JAWAB:
=
T.e F 2 41,472 x 28,2
= 11, 7 ton
F
d 2 1 0 0
= 41,472 — 11,7 = 29,772 ton

Te F 2 41,472 x 28,2
F= — = 137,58 ..= 140 mm
d4
1
2 3 0 m100
m
,,,,,
F=8' ' 5 8 x 4
w=
1
L 1
R ---
623,610 = 427,45
7 . 6 TAH A N A N N O MI N A L S A MB U N G A N L A S 1 4 5

n CONTOH 7.4:
Hitung beban kerja yang boleh bekerja pada sambungan berikut ini,
jika diketahui persentase beban mati adalah 20% dan beban hidup
80%. Pelat yang disambung terbuat dari baja BJ 37 dan mutu las f w =
490 MPa.
Pelat 15 x 250
JAWAB:
Hitung kuat rencana dari las sudut
berukuran 10 mm dengan panjang 120 mm
= = 0,75(0,707 x 10)
(0,60) (490) = 1558,935 N/mm
max O.R„„ = 04.0,60.4
Las sudut 10 mm, L i,, = 120 mm
= 0,75(15)(0,60) Las pasak (I) 35
(370) =
2497,5 N/mm

Lw1.0.Rnu, 2(120)(1558,935) = 37,41 ton Kuat


rencana yang diberikan oleh las pasak
berdiameter 35 mm:
T2 = 0 ,7 5X 4 .71-.352 X 0,60 X 490 =

21,21 ton

= Ti + T2 = 37,41 + 21,21 = 58,62 ton


Periksa kekuatan pelat:

 = 0,901;A g = 0,9(240)(15)(250) = 81 ton


0.7 • = 0,75:f„.4, = 0,75(370)(15)(250) =
104,1 ton Kuat rencana las menentukan!!

• = 58,62 > 1,2D + 1,6 L

>1,2(0,27) + 1,6(0,87)
>1,52T
T < 38,56
ton

n CONTOH 7.5:
Hitung beban kerja sambungan las sudut dan baji berikut ini. Bila
diketahui perbandingan beban mati dan hidup adalah 1 : 5 (D/L =
1/5). Pelat yang disambung dari baja BJ 37 dan mutu las f = 490
MPa.

Las sudut, a = 5 mm, L„ = 100 mm


50 mm

Pelat 10 x 200
146 BAB 7 SAMBUNGAN LAS

JAWAB:
Kuat rencana las sudut:
O . R„„ = 04,(0,60f) = 0,75(0,707 x 5 )(0,60)(490) = 779,4675
N/mm
T, = 2(100)(779,4675) = 15,58 ton
Kuat rencana las baji:
A, = (50 — 10).20 + 1/8.7[.20 2 = 957 mm 2
T, = 0,75(957)(0,60)(490) = 21,1 ton
= + = 15,58 + 21,1 = 36,68 ton
Periksa kekuatan pelat:
= 0,90f..A g = 0,90(240)(10)(200) = 43,2 ton
0.7 2 = = 0,75(370)(10)(200) = 55,5 ton
Sehingga 0. 7, = 36,68 ton > 1,2D + 1,6 L
> + 1,6(5D)
> 1,2D

Didapat D < 3,98 ton dan L < 19,9 ton. Beban kerja T < 3,98 + 19,9 (=

23,88 ton). 7.7 GESER EKSENTRIS — METODA ELASTIK

Analisa (tegangan akibat geser langsung) 7.12

didasarkanpadaprinsipmekanikabahanhomogen,menggabungkanantarageselangsung
denganpuntir.Teganganpadapenampanghomogen:A =

, = T . r ( t e g a n g a n
f 'a k i b a t m o m e n p u n t i r )
7 . 1 3
I P
Dengan r adalah jarak dari titik berat ke titik tegangan
adalah momen inersia polar
P

Untuk kasus dalam Gambar 7.8, komponen tegangan yang


diakibatkan oleh geser lan. , :
sung adalah:
fx = P 7. 1+
A
(a) Sambungan
(b) Penampang lintang efektif
Gambar 7.8 Sambungan Konsol dengan Geser Eksentris
7.7 GESER EKSENTRIS - METODA ELASTIK 147

Dan tegangan akibat


puntiran:
T „ (P .e, +P .e)-y 7.15.
f" = _____ a
T . y = x Y Y ). e.yx
I
A P 7.15.b
T.x. (P,...e y-
FP,.ex ).x
f" =___.
1 1
P P
Dengan:
I=I+ +1A.5,2+1/
+14.:V.2 7.16

Momen Inersia polar, I, untuk las


dalam Gambar 7.8.b adalah: 7.17
L -t
e
te "le
3

= 2 +
ton). 12 12
2[L,.t,..y21+ 2
= .t
6
ira Untuk keperluan praktis suku pertama dalam 7.17 diabaikan karena t
cukup kecil, sehingga persamaan 7.17 dapat dituliskan kembali sebagai :
7.12
/ = [12.L .y72+L 31 7.18

n CONTOH 7.6:
Hitung beban rnaksimum (N/mm) pada 305
b

1051
I konfigurasi las
ser L - 3 0berikut ini.
lang- Asumsikan ketebalan
• pelat tak
mempengaruhi. Jika
diketahui pula beban
terdiri dari beban
mati 20% dan beban hidup 80%,
rencanakan ukuran las yang
mencukupi
490 MPa)

P=6,5 ton


f
100
JAWAB:
Hitung letak titik berat kelompok las, ambil statis momen
terhadap las tegak:
2_ x150x 75
x —_____________=45 mm
148 BAB 7 SAMBUN GAN LAS

Panjang las, L w = ( 2 x 150 ) + 200 = 500 mm


=
1 1 3
___.2003 + (150.1002.2)+ 2.____.150 + (2.150.302)+ 200.452
12 12
= 4904166,67 rnm'
Komponen Gaya pada las di titik A dan B akibat geser langsung:
P 6,5.104 130 N/mm
RV = L
500
Komponen gaya akibat torsi terhadap titik berat las:
T. y 6,5.104 X 305 x 100
k = = ___= 4 0 4 , 2 5 N / m m

- I P 4 7 0 1 6 6 6 , 6 6 7 T.x 6 , 5 . 1 0 4 x 3 0 5
x105
R= =________________= 424,46 N/mm L
Y iP 4701666,667
Resultan gaya, R:

R = V421,66 2+ (442,74+130 2 ) = 686,18 N/mm

Gaya terfaktor, / 3 :
= 1,2D + 1,6L = 1,2(0,2 x 6,5) + 1,6(0,8 x 6,5) = 9,88 ton

Gaya terfaktor yang bekerja pada las, k:


R = R.(P/P) = 711,216 (9,88/6,5) = 1042,99 N/mm

Tahanan oleh las, 0.1?,,,„:

0,754 ; 0,60.f,,,,= 0,75 (0,707.a) 0,60 x 490 = 155,8935 a

Untuk mencari ukuran las, samakan~•R ttw dengan


155,8935.a = 1042,99 ---> a = 6,69 mm = 7 mm

7.8 GESER EKSENTRIS — METODA PLASTIS


Metoda ini jauh lebih rumit daripada metoda elastik, seperti halnya pada saat pembahasan
geser eksentris pada sambungan baut. Beban dianggap berputar terhadap pusat rotasi
sesaat. Dalam analisa plastis ini kelompok las dibagi-bagi menjadi segmen-segmen yang
lebih kecil. Dan tahanan R, dari masing-masing segmen las ini proporsional terhadap
jaraknya ke pusat rotasi sesaat. Arah kerja R diasumsikan tegak lurus terhadap garis jarak
titik berat segmen las ke pusat rotasi sesaat.
Tahanan rencana dari segmen las per satuan panjang adalah:
= 0-t.0,60L;(1 + 0,50.sini50) 7.19

Dengan 0 = 0,75
0 adalah sudut beban diukur dari sumbu memanjang arah las
Jika segmen
eksentris, las merupakan bagian
5 dari suatumenjadi:
konfigurasi yang terkena beban geser
R. = maka persamaan
0,601L.t/1 7.19 dimodifikasi
+ 0,50.sin' 0)_
_
A
_____ 19 09._____

A 7.20
A m A , ,
7.8 GESER EKSENTRIS — METODA PLASTIS 149

Dengan:
R r adalah tahanan nominal segmen las, N/mm
0 adalah sudut beban diukur dari sumbu memanjang las,
derajat

A, adalah deformasi elemen ke — i = r . . CA L/ min


= 5,31.(0 + 2) -03 2 .a mm
A = 2 7, 6 1 . ( 0 + 6) - " ' a < 4, 3 1 8 . a , m m
a adalah panjang kaki las sudut, mm

Langkah-langkah dalam menyelesaikan soal geser eksentris


sambungan las (metoda plastis) adalah sebagai berikut:
1. Bagilah konfigurasi las menjadi segmen-segmen yang lebih
kecil
2. Tentukan letak pusat rotasi sesaat (coba-coba)
3. Asumsikan gaya R dan R. dari tiap segmen las bekerja dalam
arah tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan pusat
rotasi sesaat dengan titik berat segmen las
4. Hitung 0, dalam derajat
5. Hitung d m , d u dan kemudian cari harga Air minimum
6. Hitung Ai
7. Hitung R. dari persamaan 7.20
8. Dari persamaan kesetimbangan:

EM= P(e + ro) ERir + 7.21


P = ___________j• i ER.r 7.22
e + ro

E F=0 P = I(Ri)y+ E(R)y 7.23

P = ER i ,cos 0 i+ ER -sin 0i 7.24

hasa
n
esaa
t.
lebi
h
Ikny
a
bera
t

7.19

ro e
Gambar 7.9 Tahanan R dari Segmen
Las Sudut
150 BAB 7 SAMBUNGAN LAS

n CONTOH 7.7:
Kerjakan kembali contoh
7.6, dengan metoda
plastis. Dengan ukuran
las a = 6,935 mm.
hitunglah P yang boleh
bekerja pada sambungan
tersebut, bandingkan
hasilnya dengan metoda
elastik.
50 50 50

1 3 # 2. 11
I

50
4

50
5

PRS CG

r e

JAWAB:
Las mendatar akan
dibagi tiga segmen @ 50
mm, dan las tegak akan
dibagi menjadi segmen
@50 mm. Perhitungan
hanya dilakukan
setengah bagian saja,
mengingat konfigurasi
las yang simetris.

Perhitungan
ditampilkan dalam tabel
berikut, diperoleh P r =
18,57 ton.
Dari basil analisa
elastik, dengan ukuran
las yang sama (= 6,935
mm) diperoleh P = 6.:
ton (± 35% analisa
plastis).
Segmen 0 A. A,/A R (R)y

1 121.7231 100 157.5326 50.59564 10.36184 13.89325 0.088193 13.89325 1.340809 1889.17 1459.734 297605.9
2 71.7231 100 123.0618 35.64926 11.53185 16.95775 0.137799 10.85317 0.941148 1757.412 1024.258 216270.3
3 21.7231 100 102.3323 12.256 15.73482 28.98673 0.283261 9.024978 0.573567 1410.733 299.4705 144363.5
4 -3.2769 75 75.07155 87.49822 8.740985 10.02515 0.133541 6.620777 0.757441 2109.739 -92.0909 158381.4
5 -3.2769 25 25.21385 82.53247 8.90212 10.38714 0.411962 2.223682 0.249792 1657.889 -215.466 41801.77
min 0.088193 setengah 2475.905 858422.8
total 4951.811 1716846

-41.7231 mm Dari persamaan 7.22 diperoleh:


e 305 mm
a 6.935 mm P., = 1716846/(305 + 41,7231) = 4951,63 N/mm
f, 490 MPa Dari persamaan 7.24 diperoleh:
L 50 mm
GE
e 305 mm P = 4951,811 N/mm SE
R
P 18.57 ton EK
jadi, nilai r sudah henar SE
NT
RIS
-
ME
TO
DA
PLA
TIS
152 BAB 7 SAMBUNGAN LAS

7.9 BEBAN EKSENTRIS NORMAL PADA BIDANG LAS


Perhatikan sambungan konsol menggunakan las, yang dikenai beban eksentris normal. dalam
Gambar 7.10.

3 P 2 V P Mc _M
2teL,, I W
A 2 e c

E
Gambar 7.10 Tegangan pada Las Vertikal Akibat Geser dan Lentur
C

n CONTOH 7.8:
Hitung ukuran las yang diperlukan bagi sambungan pada Gambar 7.10 tersebut, bila
diketahui beban kerja P = 4,5 ton terdiri dari 20% beban man dan 80% beban hidup.
Eksentrisitas, e = 150 mm dan panjang las 250 mm. (f, u, = 490 MPa)

JAWAB:
Beban kerja terfaktor,
P = 1, 24 0, 20 x 4, 5 ) + 1, 64 0, 8 x 4, 5 ) = 6, 84 ton
Akibat geser P
langsung:P
4
6,84.10 = 136,8 N/mm
(1? )
"' A = 2x1xL,, 2x1x250

Akibat momen Pe:


M-c 6,84.10 4 .150.125
(R),= ________________________= 492,48 N/mm
2. 1 x1x2503
12
Gaya Resultan:
OR, per ,” = j136,8 2 +492,48 2 = 511,127 N/mm

Tahanan las:
= 0.t.0,60L = 0,75 x 0,707.a x 0,6 x 490 = 155,8935.a
nw

511,127
= =3,278 mm = 4 mm
a
155,8935
peril,
_A

SOAL-SOAL LATIHAN 153

SOAL—SOAL LATIHAN

norma Tentukan besarnya beban maksimum terfaktor, To yang dapat bekerja


.
pada sambungan seperti dalam Gambar P.7.1. Mutu baja yang
digunakan adalah BJ 37, sedangkan mutu las f = 490 MPa, dengan
ukuran 6 mm.
1. 150 mm Pelat 100 mm x 12 mm

Gambar P7.1

. 7" 7 .2 Jika sambungan dalam soal P.7.1 harus memikul beban mati sebesar 75
kN dan beban
hidup sebesar 175 kN, tentukan panjang las yang diperlukan,
gunakan mutu las f =
f
490 MPa.

= 7.3 Tentukan besarnya beban layan maksimum, T, yang dapat dipikul


oleh sambungan pada

Gambar P7.3. Kedua batang tersebut terbuat dari pelat berukuran


175 mm x 19 mm. Las yang digunakan berukuran 10 mm (fu, = 490
MPa) dan mutu baja adalah BJ . (LID = 4)

)ut,
bila
T hidup.
Gambar P.7.3

2
7.4Hitunglah panjang las sudut Ll dan L2 pada sambungan yang direncanakan sekuat profil
L 50.50.5. Gunakan ukuran minimum las dengan mutu fuw = 490 MPa dan mutu baja BJ
37.

Gambar P.7.4
154 BAB 7 SAMBUNGAN LAS

R7.5 Hitunglah beban terfaktor maksimum yang diperbolehkan bekerja pada


sambungan dengar
menggunakan las pasak dan las sudut dalam Gambar P7.5.
Gunakan mum baja BJ dan mum las f = 490 MPa. Diketahui pula
bahwa ukuran las sudut 6 mm.

Pelat 200 x 10

50 mm Las pasak 0 20 mm

Gambar P.7.5

P.7.6 Hitunglah beban layan, T, yang dapat dipikul oleh batang tarik yang
disambung denga:-
Pelat 2 @ 75 x 8

-44— 75 mm Pelat 150 x 12

 _
r ________________

menggunakan las sudut ukuran 6 mm (fnw= 490 MPa) seperti dalam


Gambar P.7.6. Mur.. baja yang digunakan adalah BJ 41. (LID = 4)

Gambar P.7.6
120kn

250
250
Pelat 250x12
Pelat 250 x 12

14-150-041-150-04

P.7.7 Gunakan analisa elastis untuk menentukan beban maksimum pada


las (dalam N/mm
untuk sambungan yang terdapat dalam Gambar P.7.7.

Gambar P.7.7
SOAL-SOAL LATIHAN 155

ngan P.7.8 Gunakan analisa elastis untuk menentukan beban maksimum pada las (dalam N/mm)
37 untuk sambungan yang terdapat dalam Gambar P.7.8.

120kn

75

250 250

Pelat 250 x 9 Pelat 250x9

141-125-1441-175-0.1

Gambar P.7.8

!ngan P.7.9 — P.7.10


Vluul Kerjakan kembali soal P.7.7 dan P.7.8 dengan menggunakan metode plastic!

mm
8
Torsi
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa
diharapkan dapat: Mempelajari perilaku balok
yang memikul beban momen torsi
Menentukan besarnya tegangan-tegangan yang terjadi pada
penampang profil
Melakukan desain penampang berdasarkan momen torsi yang
bekerja

Pokok-pokok Pembahasan Bab


1.1 Pendahuluan
1.2 Torsi Murni pada Penampang Homogen
1.3 Pusar Geser (Shear Center)
1.4 Tegangan Puntir pada Profit 1
1.5 Analogi Torsi dengan Lentur

8.1 PENDAHULUAN
Pengaruh torsi/puntir terkadang sangat berperan penting dalam
disain struktur. Kasus to sering dijumpai pada balok induk yang
memiliki balok-balok anak dengan bentang tak sama panjang. Profit
yang paling efisien dalam memikul torsi adalah profit buncL-
berongga (seperti cincin). Penampang ini lebih kuat memikul torsi
daripada penampan.: bentuk I, kanal, T, siku atau Z dengan luas
yang sama.
Suatu batang pejal bulat bila dipuntir, maka tegangan geser
pada penampang di titik akan bervariasi sesuai jaraknya dart pusat
batang, dan penampang yang semula datLakan tetap datar serta
hanya berputar terhadap sumbu batang.
Pada tahun 1853 muncul teori klasik torsi dart Saint–Venant, is
mengatakan bahv._ jika batang dengan penampang bukan lingkaran,
bila dipuntir maka penampang semula datar tidak akan menjadi
datar lagi setetah dipuntir, penampang ini menjadi (warping) keluar
bidang.

8.2 TORSI MURNI PADA PENAMPANG HOMOGEN


Perhatikan momen torsi, T, yang bekerja pada batang pejal homogen.
Asumsikan tak ac__ pemilinan keluar bidang.
Kelengkungan torsi, 0, diekspresikan sebagai:
d0
B= — 8.:
dz
Dan regangan geser, y, dart suatu elemen sejarak r dart
pusat adalah:
8.:
y=r 44)
=r•0
dz
Dart hukum Hooke, tegangan geser 8.3
akibat torsi: = 7.G
8.2 TORSI MURNI PADA PENAMPANG HOMOGEN 157

Gambar 8.1 Torsi pada Batang Pejal

To r s i T adalah sedemikian sehingga:

dT = T-dA.r = y.G-dA•r = r 2 . 8 . 4
(d0/dz).G.dA
Mengintegralkan persamaan 8.4 akan
diperoleh: 8 . 5

T
= fdO r2 .G•= .Gfr2.dA=
Adz
dz

E
Dengan: G adalah Modulus
J t o r s i , a t a u m o2m( 1
a d a l a h k o n sGt ea snet ra = e+n vi n
) ersia polar (untuk penampang

lingkaran)

Te g a n g a n g e s e r, ' c , d a r i p e r s a m a a n 8 . 2 d a n 8 . 3 a d a l a h :
Tr
= r.______dz (3-

Dari persamaan 8.6 dapat disimpulkan bahwa tegangan geser


akibat torsi sebanding dengan jarak dari titik pusat torsi.

enampang Lingkaran
Pe rhat i kan pe na mp an g b e rb e nt uk l in g ka ran d e ng an jar i- jar i r 1 dan

r2, di

= 1 4 r, r. 1 f 4 4)
2 = 2 . 7 r r 2

= 171.. (r,2_rilr,2,±r 12), . ( r2 _ X r,


2
mana rl < rz
r
2

= r 2
•del = f2.7r.r 3 .dr
158 BAB 8 TORSI

Jika r2 = ri + t maka r22. = ( + t )2 = ri2 + 2 rit + t2


TC
Maka J= .t I
+2.ri.t+t2)
2
Untuk.tr=
1 = 0, maka:
=____
J , TC.1- 3 7r t4

= jr
(2 04 = 1
qr.d4

2 2 32 32 T .(d
t
12)= 16.T
maks = 1
___.rc.d 4 71-44

32
Untuk t 0, maka:
i i
t t t2 1 (2.r,)3
J= __.r. 2+ r )4.1 . 2+2—+ 2 :=--22r.t '
jr.t 2
2
■ 1 \ r1 r 1 j 8
1
J = 4.g. t.d 3

(—d +t
T. 2 i =
t
. a k , = I • 3
4

Penampang Persegi
Perhatikan penampang persegi yang mengalami geser akibat torsi,
pada Gambar 8.2. Regangan geser = 7
regangan geser =

t/2

Gambar 8.2 Torsi pada Penampang Persegi

Regangan geser, y adalah:

=2.dO t \ = t—
d0
8-
dz \2) dz

Berdasarkan hukum Hooke, tegangan geser,


diekspresikan
sebagai:
T = y.G=t.G.dz =
d t p T. t
J E.
8 . 3 P U S AT G E S E R ( S H E A R C E N T E R ) 15 9

Dari teori elastisitas, Teak terjadi di tengah dari sisi panjang


penampang persegi dan bekerja sejajar sisi panjang tersebut.
Besarnya merupakan fungsi dari rasio b/t dan dirumuskan sebagai:
ki.T
T i„ = ______________________________________________________________________________ 8.9
M a r. b

Dan konstanta torsi penampang persegi adalah:


J= 8.10

Besarnya k, dan k2 tergantung dari rasio b/t, dan ditampilkan dalam


Tabel 8.1.

TABEL 8.1 HARGA K 1 DAN K, UNTUK PERS AMA AN 8.9 DAN 8.10

b/t 1,0 1,2 1,5 2,0 2,5 3,0 4,0 5,0 00

4,81 4,57 4,33 3,88 3,88 3,75 3,55 3,44 3,0


k, 0,141 0,166 0,196 0,229 0,249 0,263 0,281 0,291 0,333

Drofi l I, Kanal, T dan Siku


Dari Tabel 8.1 tampak untuk b/t yang besar maka harga k, dan k2
akan cenderung konstan. Untuk penampang-penampang berbentuk
I, kanal, T dan Siku, maka perhitungan konstanta torsinya diambil
dari penjumlahan konstanta torsi masing-masing komponennya yang
berbentuk persegi, sehingga dalam hal ini:
J= 3
1
.b-t3 8.11

5.3 P U S AT G E S E R ( SHE AR C ENT ER)

Perhatikan elemen pada Gambar 8.3 berikut ini.


Gambar 8.3 Tegangan pada Penampang ipis Terbuka Akibat Lentur

Titik

8.-
y

(a (b
) )
160 BAB 8 TORSI

Kesetimbangan gaya dalam arah z adalah:


D(Tr) , .dz t +ao-
as 2dzds=0 8.12
as az
atau
t acrz 8.13
as az

Dari persamaan 5.46:


M x .I y —M y •I x y M y •I x —M x •I x y
az=
— I2 Y + I•I—I2_____________-X
y x.y x y x7

aa V • I —V x •• I
z x.yy Maka: y y .x
8.14
az ix.iy—Ixy2 1+T 2
Ix T .'y
V .I —V. I S .I S
Dan Tt= xYY AY. Sytdc _________2
Y fxtds. 8.15
2
Ix•Iy— Ixy 0 Ix.1 y—Ixy 0

Dari Gambar 8.3.b, maka momen terhadap titik 0 (CG) adalah:

V-X — = f(rt)r.ds = fr x(zt________)615. 8.16

Karena: r = xi + yj maka dr = dxi +

dyj 77. x dr = (x.dy — y.dx) k

Sehingga V.x, — 174 = frt(x.dy — y.dc) 8.17

Mengingat persamaan 8.15, maka:


V .1 —V .I S V .1 —V
yy xxy xx yxy.rxt. ,
124x.dy— y.dx) = ds .(x.dy — y.dx) =
2 j 2
„. 1 y—I . j
x y 0 Ix•Iy—Ixy 0

1
nr
V[I xy-iXt-dc — V, (x. dy — y-dx) 8.18
f yt.dsj+(
1 „
— ..fxt.ds
-1172
Ix.Iy
xY
\ 0 0

Dari persamaan 8.17 dan 8.18, maka 8 .1 9 .a


diperoleh:

—1_____________
2 ds f I jyt. — xt.ols x.4
Yo = — y.dx)

n[
Titik (x,y) merupakan pusat geser penampang.
8.3 PUSAT GESER (SHEAR CENTER) 161

n CONTOH 8.1:
Tentukan koordinat geser bagi penampang
12 pusat berikut ini:
b x 0 = q + ab
13 a=
2.b4 . + d.tw
- d. t w
2a 1=
ab d/2 212.6 +
d.tw

(1 - a) b
14
d/2

15
 

1,1

Mencari
n S 5
-
/ = 0, maka:
'9 f
0 = — 1 . fy t. ch
X

—/ x y . fx t. ci s (x . d y - y. dx )
I„..Iy-1,3,2 0_ 0
nS
X
0 =___.5 Yt.CIS(X.4
Y )
.dX

x 00
0<s<b
S Sid

1s Syt.ds =.dri= —2
2
si = 0 —> = — (1 —
a).1> SI =x+
s = b —> = ctb
sd

s
yt. = yff'.(x+ (1— a)b) untuk
x = ab Jryt.cis = —dff '
jdc

..b
o

2
nS ab d

i i yt ai(x.aji - y.dx)= 5 `=-2 .9c.


(x + (1— WO — (1
2 .dx
00 - (1-a)b
d` •ff. arb
= ______________ i
4 (x + (1 -
a)b)clx

d2 4 2 8i

•[ .b
2
`J ]= —!

•d2 .0".62

9 .a
-(1-a )b

d2
4 2 -[1 x2 + (1- oc).b.x( ab
).b —(1— a)b
d2 .9` [1 ct2 b2 ± (1 a) •b 2 .a

4 2 1
2 - (1- a)2 .b2 + (1- a)2 .b21
162 BAB 8 TORSI

b<s<b+d
s

S2
Syt.ds.=-d.9'4+
5H2+-d).tw.ds2 y = - s2 + d/2 = - y + dI2
2
2
o

o
S2 = 0

-y
=
dI2
S2 =

d
-> y
= -
dI2
.ab.dy
S2
jyt.ds=-d

1(-s2+-
d
).tw.ds2
2
2
0
1 2 d
tf . --
2.s2 +27'2
1)+t.w

= -d1.tw.(-

y+-61\2

-y+
22
22
2

Untuk y = -
dI2 fyt.cis=-d
2
5
1
di 1
d
yt.ds(x.dy-
y.dx) = - y+
+ -.d .tw - y
+
2
0 0
d/2
2

dl 1
r 2d 1 I
d
= i -2..b-=.tw y2
-d.y+—
+-.d.twHy+-111\
.ab.dy
2
42
2,
2 1
-ly2 + —d.y-d12 ai,
+2 2 2 d/2

=
2

m
e
.
b
.

(
2 \
- =
\ ti Y dI2 24w.
d
[i
d .4..b._-dl2)_1
)

_
1

3
3

v
+

.
d
.
t
u
f

j
]

[
= 1 174
H-2...2-
1
.tw.d3 ab
1
2
1
1
= -ab[--
t
w
-
d
3

+
-
2
-.
-
1
7
4

I2
1
=
-
a
.
b
.

1
2

b + d < s < 2b + d
S
3
syt.ds d r

a 4..ds3
J
o

d
-

2 2

=--1.'.b-'14'.(-
x+ab)
2 2
n S

-(1-a)b ,
fsyt.ds(x.dy y.dx.)_
f [a .4.4 d . _.,
x+a12)1.-
J
6
L-dx
2
/
2
2
oo

ab
[
_
4 d2 w.b.x—
(1—a
4 )b

d2 . .r 2
f+abx
_1 . ,
..
(1-a)b'\
'''

ab

ab
8.3 PUSAT GESER (SHEAR CENTER) 163

21 2 2
— 4— 1
.d .d
8 = — —8.d .y'.12-

Sehingga:
2' 2
1 .,, .b2 = 1 el' .y..62 +ab.I,
x„ = — 1 — —1.d .b — ab.I,--8.d2
I,, 8 / 4
x = y..(bd)2 +a.b—. q —
y'.(b.d)2
0
4.1, 4.1„
Mencari y .:

= ___________2-1 yt.ds — I fxt — y.dx)


o o
s
1"
I = 0, maka: Yo = --ifxt.ds(x.dy—y.dx)
I
y 00
0<s<b

f xr.ds = s,
0 0

= 22 — (1 — 0)12.S i

2.(x +(1—a)b)2 —(1—a).(x +(l—a)b).61


=
xr

i
S

nS
Untuk
ab x = — 0. xt(.dsx= 2 2 .(2a
+ —1)( 1 —
62
a ) b ) 2 — ( 1 —
ffx-t.ds(x.dy —y.dx)a.b
= a ) . (d x + ( 1 — a ) b ) . b 1 .
00 — — . d x 2 1 \
.(1—a).(x + (1—a)b)2 .b ab
( t
d . v e ab— —(1—a)b , 2 —(1—a)b
2 6
1
.63 1.b3+ .a.b3
6 2 2
1 d2
1a
.b'+ .a.b' 2
3 2 • 3+ 2

_______ d.tf [ d . t w ) + 3 . b . Y .
2 • 6(2.b.+ d.tw)
[ b.+2.d.tw 12 L2.b.+d.tw

b<s<b+d
S
b2 2

fx.t.ds = / r x.tw.ds2
2
0
164 BA B 8 TOR S I

-1)+ a .b.ti
2

=b 2 f - y + —d\
2 2

Untuk y = - d/2 ixt.ds = ______2 .(2a -1) + a .b.tw.d


0
rb2.
f f x t . d s ( x . d y - y. d x ) =
fi o
f2 [
X2
2 .(2a-1)+ .b.tw. - y+— .ab.dy
.b 3 . tf
2 _______.(2a-1) -e1/2 a .bz 2.1.w. __.,2
d
-d/2]
d/
 Y
d 12 2 2
j
2

c t ' • b 3 - - 2 2 d
= . ( 2 a 1 ) . ( d ) + a . b

=—2
2 2
(Lb .d.(2a a .b . t w. d
2

2 2
a .b 2
.d - d .tw
b. .d.tw
+_____________________________
2 + d.tw d.tw

2
a.b .d
c
.d.tw+ b.q .d .twi = 0

2 2. + d.tw

b + d < s < 2h + d

b2 53
f xt.ds = . ( 2 a - 1 ) + a . b . t w. d + f x .ds3
0 2 0
b2
2 1 2
.(2a -1)+ a . b . t w. d 2

-
1)+ a . b . t w. d --
2 4 '.(-x +a b) 2 + a.b. q` .(-x +a b)
nS

= f f xt .ds(x .dy — y.dx) =


oo
-(1-a)b ,r
b2____:1
.(2a -1)+a.b.tw.d -14'.(-x+ab) +a.b..(-x+ab) . 2 - d-
2 .dx
ab
2

( 1,2 tf -
( 1 -
a ) b
I - -
( 1
_ . •_______________- +
a b a . b . t w. d . x a ) b `
i
-
1).x
- -
a b ( 1
d -
1
.tf .(- x + ab)3 -(1- a)b -1
.a.b.v
e
.(- x + ab)
2
a ) b \

(
2
.6 2 a b
ab
[
b2
2 . t f
- 2 - .a.b. .b2
1
' . ( 2 a - 1 ) ( - b ) + a . b . t w. d ( - b ) + -1
.' .63
2 6
8.4 TE GANGAN PUNTIR PADA PROFIL I 165

1 1
2
d .b2 [
— b (2a –1)+a.tw.d –
2 6
d . .d.tw .d.tw 1 b.vc(2.b.+ d (b .v92
2 [ 2(2b.+ d .tw) + d .tw 6.tw)2.6 + d .tw 2(2.b.+ d
.tw)
2 d.b2 2.6 .d .tw (b .vc)2
6(2.b.+ d.tw) 6(2.b.ve-F d .tw)
d.b2
____________(2.d.tw+b.0
2 6(2.b.+d.tw)

d b.ff + 2.d awl


12 L2.b.-Fd.tw]
Sehingga:
l[dyYo = / 12 ,2.b.+d.tw

.123 b +2.d .tul+o d 1 +2.d .tw

12 2.b.+d.tw
yo= 0
Dan pusat geser adalah:
2
(b .d)
koordin ) +ab ;0
at 4.I„

3.4 TEGANGAN PUNTIR PADA PROFIL I

Pembebanan pada bidang yang tak melalui pusat geser akan


mengakibatkan batang terpuntir jika tak ditahan oleh pengekang
luar. Tegangan puntir akibat torsi terdiri dari tegangan lentur dan
geser. Tegangan ini harus digabungkan dengan tegangan lentur dan
geser yang bukan disebabkan oleh torsi.
Torsi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni torsi murni (pure
torsionl Saint–Venant's Torsion) dan torsi terpilin (warping torsion).
k+q Torsi
murni
PH
Pusat
Pusat

geser
■ geser
Pusat Titik
berat
geser
(SC) _____________—1
PH
T = PH T = Pe T = P(k+q)

(a) (b) (c)

Gambar 8.4 Penampang dengan


Behan Torsi
mengasumsikan bahwa penampang melintang yang datar akan tetap
datar setelah mengalami torsi dan hanya terjadi rotasi raja.
Penampang bulat adalah satu-satunya keadaan torsi murni. Torsi
terpilin timbul bila flens berpindah secara lateral selama terjadi torsi.
166 BAB 8 TORSI

Torsi Murni (Saint-Venant's Torsion)


Seperti halnya kelengkungan lentur (perubahan kemiringan per
satuan panjang) dapat diekspresikan sebagai M/EI = d2y/dz2, yakni
momen dibagi kekakuan lentur sama dengan kelengkungan, maka
dalam torsi murni momen M dibagi kekakuan torsi GJ sama dengan
kelengkungan torsi (perubahan sudut puntir 0 per satuan panjang).
d0
M, = Gj— 8.20
dz
Dengan: M adalah momen torsi murni (Saint—
Venant's Torsion) G adalah modulus geser
J adalah konstanta torsi
Menurut persamaan 8.6 tegangan akibat M sebanding dengan

jarak ke pusat torsi. Torsi Terpilin (warping)


Sebuah balok yang memikul torsi M, maka bagian flens tekan akan
melengkung ke sa.Lsatu sisi lateral, sedang flens tarik melengkung
ke sisi lateral lainnya. Penampang pac.. Gambar 8.5 memperlihatkan
balok yang puntirannya ditahan di ujung-ujung, namun flea bagian
atas berdeformasi ke samping (arah lateral) sebesar 141 Lenturan ini
menimbulkategangan normal lentur (tarik dan tekan) serta tegangan
geser sepanjang flens.
Secara umum torsi pada balok dianggap sebagai gabungan
antara torsi murni torsi terpilin.

Gambar 8.5 Torsi pada Profil I

8.2:
Persamaan Diferensial untuk Torsi pada Profil I
Dari Gambar 8.5, untuk sudut 0 yang kecil
akan diperoleh:
8.2:
u f = 0.—
2
Bila of didiferensialkan 3 kali ke-z, maka:
d 3 uf h d 30
dz3
Dari hubungan momen dan kelengkungan:
d ' u
f _ Mf
dz 2
E.I f
8.4 TEGANGAN PUNTIR PADA PROFIL I

167 Dengan M1 adalah momen lentur pada satu flens. It. adalah momen Inersia satu

ipa: flens terhadap sumbu-y dari balok. Karena V = dM/dz, maka:


gar d3u1 V
I – f
8.24
g a r. dz3 E-I f
Dan menyamakan persamaan 8.22 dengan 8.24 akan
1.20
diperoleh bentuk: dz330
If. h
Vf = –E 2 . d 8.25
Dalam Gambar 8.5, komponen momen torsi yang menyebabkan
lenturan lateral
dari flens, sama dengan gaya geser flens dikalikan h, sehingga:
h2 d30 0
M = V h = –E I = –E.0 . d 3 8.26
3
f.
2 dz
.
dz3
alaE Dengan C = 1/./92/2, disebut sebagai konstanta torsi terpilin (torsi
)ada warping).
E'en
, Momen torsi total yang
I ka r bekerja pada balok adalah
. jumlah dari M dan M 4 , yakni:
Mz d,
M, 8.28
+M,=G.J—dq)–E.C„, 8.27
dz dz3
Jika persamaan 8.27 dibagi dengan – EC„:
d30 G.J Mz
dz3 E.C„. dz E.C„

Dengan mensubstitusikan X 2 = G.J/E.C, akan didapatkan suatu PD


Linear Tak Homogen:
d30 dO = M,
dz3
E.C„,

dz E.C„ 8.29

Solusi PD ini adalah:


0 = 0h + OP =(A1.e + + ) +(.f,(z)) 8.30.a
Atau 0 = A.sinh + Bcosh + C + f(z) 8.30.b

Dengan)= I G.J

CONTOH 8.2:
Turunkan persamaan bagi sudut puntir 0, hitung pula turunan
pertama, kedua dan ketiganya, untuk balok dengan momen torsi T
pada tengah bentang. Balok tertumpu sederhana.
8.21

0 = 0 0 = 0

8.22

8.23 C M, = T/2
M,= Ms + = T/2
168 BAB 8 TORSI

TI

JAWAB:
Momen M adalah konstan yaitu T/2, misalkan
Op = C, +
Substitusikan O p ke dalam persamaan 8.28:
1 T
.c2 =
2
_____. -->
E.C, C2 = 2 2.G.J
Sehingga solusi umum PD adalah:
0 = A sinh + B cosh kz + C + T
.z
2.G. J
Konstanta A, B, dan C diperoleh dari Boundary Condition
berikut ini:
P(z = 0)= 0 dan
(

0(z. L) = 0
0 d a n 0 "
(z = L) = 0

Dalam kasus ini, PD tak kontinu di L/2, sehingga pada L/2


kemiringan sama
atau 0 1 = = O. L12)

Dari ,=
o

0:

0=B+
C
Dan dari 0") =0
(z. 0)
0 = A.V.sinh Xz + B.X .cosh
" 2

0 =B
A= Sehingga didapatkan pula C = 0
Dari 0 f_,2) = 0:

0 = A.A.coshAL/2+
2. G. J
T 1
2.G. J coshAL/2

Sehingga solusi khusus PD adalah:


0 = ________
T sinhAz
2.G.JA[ coshAL/2
Az __________
Diperoleh pula:
T [1 cosh2.z
o' =
2.G. JL coshAL/2]

,51011111111111
 • 1 • III • • I I I

8.4 TEGANGAN PUNTIR PADA PROFIL I 169

,
0 TA, [ —sinhAz
2.G.J[ cosh21/2
122 r —coshA.z
2.G.J[coshAL/2_
egangan Torsi
Tegangan geser
SaintVenant adalah:
akibat torsi
= Ms " 8.31
dz

Tegangan geser akibat torsi warping


T = Vf -Qf
8.32
If .t f
Besarnya Q1 diambil sebagai berikut
b.t f :
Qf = A..)7= . 1 f 8.33
2 4
=
—.12
Dan V f dari persamaan8.2 2
.t 8
610 5: 3

V I
f
= —E 1.. — .
h

• 2 dz 3

Sehingga dengan mengambil hargamutlaknya:


b
ens- 8.34
r' =1 d23

Gambar 8.6 Perhitungan Scads Momen Q .

Tegangan tarik dan tekan akibat lentur lateral dari flens adalah:

= M f .x
8.35
If
Tegangan ini bervariasi secara linear sepanjang sayap, dan mencapai
maksimal pada x b/2. Nilai Mf diperoleh dari substitusi persamaan 8.21
ke
hjd 20 = E.C„ d20 8.36
M = E.I
I f • 2 dz2 h
8.23, yaitu:
170 BAB 8 TORSI

Dan pada x = b/2:

Cr = E.If
11

d20 b
— 8.3 -
2 ) dz 2
2.1f
E.b.h d 0 2

ab. - • 8.38
4 dz2
Secara ringkas, 3 macam tegangan yang timbul pada profil I
akibat torsi adalah:
a.tegangan geser T pada web dan Hens (Torsi Saint Venant,
,

b.tegangan geserpada Hens akibat lentur lateral (torsi warping,


NI„,)
c.tegangan normal (tarik dan tekan) G , akibat lentur lateral
bu

Hens (Mt)

n CONTOH 8.3:
Sebuah balok WF 500.200.10.16 tertumpu sederhana menerima
beban terpusat di tengaF bentang (P = 10 ton) dengan eksentrisitas
5 cm. Hitunglah kombinasi tegangan yang timbul akibat lentur dan
torsi.

T =10 x = 0,5 ton m= 5.10' Nmm


0,05 2,6 = v 0,3
untuk
E 2.E.(1+v)
1 50
= 0
3 -.[2.(200).16 + (500 -16).10 ] =
3 3

J = 1-
1 -4000________
1 702133,33 mm 4 1= 1,24936.10'
(500-16) 2 2 mm'
.b.t 3
_____________ 8000
.2003.16.
2 12 2
Data
profil : G.J = 702133,33 = 4,649.10-4/mm
= 47800 2,6
cm4 Sx = x1,24936.1012
a. Torsi Murni (Saint Venant's Torsion)

T. = = G.t. T [1 cosh,.z
dz 2.G.J coshAL/2
8.4 TEGANGAN PUNTIR PADA PROFIL I 171

2 . , . T 1 1 1 c o s h A z 1 2 . J L
c o s h a / 2
5.10 6 .t coshAz
= __________. 1 ______ = 3,561.41 coshAz
2 x 702133,33 3,288 _ 3,288
Tegangan geser maksimum pada z = 0, dan nol pada z = L/2
coshOl
"C = 3,561 x1611 = 39,65 MPa
3,288

[ cosh°
T
.,(,,,t) pd.,,,o) = 3,561x10.[1 ___ = 24,78 MPa
3,288

b. Torsi
Warping
Tegangan
geser
= E.
b2.h (1'0

16 dz 3
= E.b2'hT*A2[ —coshAz 16
2.G. J coshAL/2_
2,6 x 2002.(500 —16) x 5.106x (4,649.10-4)2 —
coshAz
zw = 2,421. r,, = _________________
32 x 702133,33 3,288
—coshAz
3,288
Tegangan geser ini bekerja pada tengah tebal flens dan nilai
maksimum terjadi
pada z = L/2, sedangkan minimum pada z = 0.
t
tu , ( Hens, z L/2 ) = 2,421 MPa
u, ens, -0

= 2,421. 1
— 0,736 MPa
fl7 )
3,288

Tegangan normal
E.b.h d 2 0
bu = ___
4 dz2
E.b.h T.A —sinhAz
47
1224,
4 .
coshAI/ —
sinhAz
2.G.
2—
Cr
bu, =
J
8.J  GcoshAL/
sinhAz
5.10 6
x4 ,649 .10 -4
x200 2 .(500- 16)
2 6. _______
ab , = ___________________________________________
le

8x702133,33 cosha/2_
Tegangan ini mencapai maksimum di z = L/2 dan nol di z = 0.
3 131
'
= 10415_____ = 99,18 MPa
3,288
172 BAB 8 TORSI

c. Lentur Biasa
Tegangan
normal
P.L 105.8000
Crb = ___ — ___________ = 104,712 MPa
4.S„ 4 x1910.103

Tegangan geser akibat lentur, konstan dari z = 0


sampai 5.10
z = 4L/2
.Q V .Q =
= _____
I.t 47800.104.t
Tegangan geser maksimum di
flens: = 367840 mm 3
Q = (200 —16
2 x 16
16 x(500-
, 4

flens, 7. = o L/2 )d==


5.10 .367840
4

47800.104x16 = 2,4 MPa

Tegangan geser maksimum di web

Q = [200x16.
(
500-16 1 0500-32) (
500-31
x10. _______ = 1048180 mm
2 2 4
5.10 .1048180
4
= 10,96 MPa
web, z = 0 clan z - L/2 )
47800.10 4 x 10

Rangkuman:
Jenis Tegangan Tumpuan Lapangan

(z = 0) (z = L/2)
Tegangan normal
- Lentur vertikal, a b 0 104,712
- Lentur torsi, Ghw 0 99,18

203,892

Tegangan Geser, Web


- Saint Venant, T , 24,78 0
- Lentur vertikal, 10,96 10,96

35,74

Tegangan Geser, Flens


- Saint Venant, 39,65 0
- Torsi Warping, 0,736 2,421
- Lentur vertikal, T 2,4 2,4
42,786

8.5 ANALOGI TORSI DENGAN LENTUR


Penyelesaian masalah torsi dengan menggunakan persamaan
diferensial, memakan wat,-_ yang cukup banyak, dan cukup
digunakan dalam analisa saja. Untuk keperluan prak: disain,
digunakan analogi antara torsi dan lentur biasa. Misalkan beban
torsi T dalaGambar 8.7 dikonversikan menjadi momen kopel P H kali
h, maka gaya P H dapat dianua: sebagai beban lateral yang bekerja
pada flens balok.
8.5 ANALOGI TORSI DENGAN LENTUR 173

Sistem struktur pengganti mempunyai gaya geser konstan


sepanjang setengah bentang balok, padahal distribusi gaya geser
yang menimbulkan lenturan lateral hanyalah akibat
warping/pemilinan raja. Sehingga struktur pengganti ini akan
menimbulkan gaya lateral yang lebih besar dan akibatnya momen
lentur Mf yang menimbulkan tegangan normal juga lebih besar dari
keadaan sebenarnya.

I • e••••■•JP H

eN,a
T
h pH .%
r‘,

r---* ---1 PH

PH/2 PH/2
H I L/2 ■
L/2_______________________________L/2

14
Gambar 8.7 Analogi Torsi dan Lentur

n CONTOH 8.4:
Hitung tegangan pada profil WF 500.200.10.16 (coal 8.3) dengan
memakai analogi lentur.
4000 m PH= 5.106/484 = 10330,58 N

1 A

A V f V f

JAWAB:

Mf = Vf L/2 L/2 = 1033058


.4000 = 20661160 Nmm (untuk satu flens)

Cr 2.M 2 x20661160 = 193,1 MPa


'=S
b
214.103
Tegangan geser akibat torsi, dengan M = T12 = 2,5.106 Nmm
M .t 2,5.1(6(16
=______= = 56,97 MPa (flens)
J 702133,33
174 BAB 8
TORSI

M .t 2,5.106x10
= 35,6 MPa (web)
Zf _________________________________

J 702133,33
Tegangan geser pada Hens akibat
lentur lateral: Vf.Qf =
(10330,58/2)x 80000 =
If .tf 1 2,42 MPa
— .2003.16 x16
12
Dengan Qf =°.16.2 = 80000 mm3
20 00
2 4
Rangkuman:

Jenis Tegangan Analogi Lentur Pers. Diferensial


Teg. Normal: 6b + 104,71 + 193,1 = 297,812 203,892 MPa
Tampak hasil
Teg. Geser Web:hitungan den10,9
gan memakai metoda analogi lentur
+ 35,6 = 46,56 MPa 35,74 MPa
memberikan
'c + ti yang lebih besar, untuk
6
2, + 56,97itu
+ dilakukan suatu 42,786 MPa
2,42 = 61,79
modifikasi sebaFlens:
Teg. Geser gai berikut:
"C + 4 MPa
Dari persamaan 8.25, untuk kasus pada contoh 8.2, maka
V dapat dituliskan bentuk: 8.3'

later
V=
f 2.1;\coshAL/2T(
Den g an T/h merupakan beban lateral, dan T/2h a
adalah g aya g eser akibat lentur Momen lentur
coshAzdapat diekspresikan seba g ai : T L \
lateral
Mf = _ 8.4

coshAL/2 .

2.h 2
Dengan /3 = 8.4
\
M f .h = p x T .L coshAz 1
4

Persamaan 8.40 dapat dimodifikasi la gi menjadi bentuk:

Di mana TL/4 mirip dengan momen lentur biasa untuk beban


terpusat pada balok tctumpu sederhana. Harga [3 untuk berbagai
tipe pembebanan dapat dibaca dalam lampir 1 yang terdapat pada
akhir buku ini.

CONTOH 8.5:
Hitung kembali tegangan akibat torsi dari contoh 8.4 dengan
menggunakan metoc_ analogi lentur yang dimodifikasi.
M f = 20661160 Nmm
XL = 4,649.10' x 8000 = 3,72
Dan tabel dengan a = 0,5 dan AL = 3,72 diperoleh
/3 = 0,5136 Mf = 0,5136 x 20661160 =
10611571,78 Nmm
2.M f 2 x10611571,78
= ____________________= 99,17 MPa
b
' S 214.103
8. 5 ANALOGI TORSI DENGAN LENTUR 175

Bandingkan dengan basil dari Persamaan Diferensial yang


memberikan 0 6 , = 99,18 MPa

Untuk keperluan disain, maka dengan menggunakan persamaan


lentur biaksial dan mengkonversikan momen torsi menjadi sepasang
momen lentur lateral yang bekerja pada masing-masing flens, harus
dipenuhi persamaan berikut:
_______ M" Ob.fy 8.43
S, S
Dengan: M adalah momen lentur vertikal
M (akibat
adalah torsi)
momen uylentur lateral
S S adalah tahanan momen terhadap sumbu x
dan y adalah faktor reduksi = 0,90
f adalah kuat leleh material

n CONTOH 8.6:
Rencanakan profil bagi balok berikut ini yang memikul beban mati
D = 5 kN/m dan beban hidup L = 10 kN/m. Beban bekerja dengan
eksentrisitas 8 cm dari sumbu profil. Panjang balok L = 8 m dan
balok tertumpu sederhana di kedua ujungnya. BJ37.

D. 5
kN/m; L
= 10
kN/m
 1111111111•10•••••••111111111111111111•1 A•

to-200--01
JAWAB:
Misalkan digunakan profil WF 500.200.10.16 (berat sendiri = 0,897 kN/m) q. =
1,2(5) + 1,6(10) = 22 kN/m

Mti = —81.q.L2 = -1-8.(22 + 1,2(0,897)).82 = 184,6112 kN.m

Mom en torsi te rbagi rata, m adalah: m = 22


x 0, 08 = 1, 76 m. kN/m

Dari analogi lentur, momen lentur lateral M f yang bekerja pada satu flens adalah:
1m 11,76 2
M = — x_______x8 = 29,1 kNm
f
8h 8 0,484
176 BAB 8 TORSI

Dengan memakai modifikasi analogi lentur, untuk a = 0,5 dan AL = 3,72;


maka C_- tabel diperoleh /3 = 0,4092, sehingga momen
lentur lateral menjadi:
Mf = 0,4092 x 29,1 = 11,91 kNm Dari
persamaan 8.43:
M
SS uY
54bf;
v
184,6112.10 6 2x11,91.10 6
+ __________.0,90x 240
1910.10' 214.103
OK
207,965 MPa < 216 MPa

SOAL—SOAL LATIHAN

P.8.1 — P.8.3
Hitunglah nilai—nilai maksimum dari tegangan normal (G n), tegangan
geser web/bada: (^c,, b) dan tegangan geser flens/sayap ('r n) dari balok
dalam Gambar P8.1 — P.8.3 berikuini!

U2
___
1

Gambar P.8.1 — P8.3

Soal Profil P (kN) L (m) e (mm)


P.8.1 WF 600.200.11.17 50 10 100
P8.2 WF 350.350.12.19 40 8 150
P8.3 WF 250.250.9.14 20 6 10

P.8.4 — P.8.6
Kerjakan kembali soal P.8.1 — P8.3 dengan menggunakan metode
analogi lentur modifikasi!

P.8.7 Periksalah apakah profil WF 400.200.8.13 cukup untuk digunakan dalam


komponen
struktur dalam Gambar P8.7. Gunakan cara analogi lentur modifikasi,
dengan menganggap mutu baja adalah BJ 37!
SOAL-SOAL LATIHAN 177

mak _
P = 120 kN

112 1J2

Sebuah balok dengan bentang 12 m tertumpu sederhana, memikul


sebuah beban terpusat di tengah bentang sebesar 40 kN (20% D dan
80% L) . Jika beban membentuk eksentrisitas sebesar 10 cm dari
sumbu badan profil, disainlah dimensi balok seekonomis mungkin
eb/b, _ (dari IWF BJ 37) dengan menggunakan metode analogi lentur
modifikasi (abaikan berat
3 be:. • sendiri balok)

40 kN (20% D; 80% L)

112 112
1110,1
9
Tekuk Torsi Lateral
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, rnahasiswa diharapkan dapat:
Melakukan analisis dan desain komponen struktur lentur
Memahami pengaruh tekuk torsi lateral akibat tidak
adanya kekangan menerus pada sisi sayap tekan

Pokok-pokok Pembahasan Bab


1.1 Pendahuluan
1.2 Perilaku Balok I Akibat Beban Momen Seragam
1.3 Tekuk Torsi Lateral Elastis
1.4 Tekuk Torsi Inelastis
1.5 Desain LRFD Balok I
1.6 Lentur Dua Arah

9.1 PENDAHULUAN

Perhatikan struktur balok tanpa kekangan lateral dalam Gambar


9.1. Pembebana:-. : bidang web balok akan menghasilkan
tegangan yang sama besar antara titik A c_ - (menurut teori umum
balok). Namun adanya ketidaksempurnaan balok dan eksen::
beban, maka akan mengakibatkan perbedaan tegangan antara A
dan B. Tegangan juga mengakibatkan distribusi tegangan yang
tidak sama sepanjang lebar sayap.
Flens tekan dari balok dapat dianggap sebagai kolom. Sayap
yang diasumsikan _

kolom ini akan tertekuk dalam arah lemahnya akibat lentur terhadap
suatu sumbu sepen Namun karena web balok memberikan sokongan
untuk mencegah tekuk dalam arah ini. — flens akan cenderung
tertekuk oleh lentur pada sumbu 2-2. Karena bagian tank dari
berada dalam kondisi stabil, maka proses tekuk lentur dalam arah
lateral tersebut akan dibi_- dengan proses torsi sehingga terjadilah
tekuk lentur torsi (Lateral Torsional Buckling).
Ada dua macam kategori sokongan lateral, yakni:
1. sokongan lateral menerus yang diperoleh dengan
menanamkan flens tekan 7 ke dalam pelat lantai beton
2. sokongan lateral pada jarak-jarak tertentu yang diberikan
oleh balok atau _

melintang dengan kekakuan yang cukup

9.2 PERILAKU BALOK I AKIBAT BEBAN MOMEN SERAGAM

Untuk menurunkan persamaan desain bagi balok yang mengalami


tekuk torsi laterL gunakan ilustrasi sebuah balok yang menerima
beban momen seragam yang tidak terk,_ secara lateral. Beban
momen seragam tersebut menyebabkan tekanan konstan pad,.
flens sepanjang bentang tak terkekang. Jika ada variasi momen,
maka gaya tekan flens bervariasi sepanjang bentang tak terkekang.
Hal ini mengakibatkan gaya tekan
rata yang lebih rendah sepanjang bentang tersebut. Gaya tekan
rata-rata yang lebih _

ini mengurangi peluang terjadinya tekuk torsi lateral.


9.2 PERILAKU BALOK I AKIBAT BEBAN ... 179

Titik A Lendutan lateral


dari flens tekan

------ — — — ‘3-'Th---7- ,-------,,,— - - -


B
Lendutan lateral
Tampak atas
dari flens tekan

Pembebanan pada bidang badan


Flens tekan

ffilimmmum A

111111Mumni ib

Tampak samping
Tampak samping

Gambar 9.1 Balok Terkekang Lateral pada lijung - ujungnya

Tekuk torsi lateral adalah kondisi batas yang menentukan


kekuatan sebuah balok. Sebuah balok mampu memikul momen
maksimum hingga mencapai momen plastis (M1). Tercapai atau
tidaknya momen plastis, keruntuhan dari sebuah struktur balok
adalah salah satu dari peristiwa berikut:
1. Tekuk lokal dari Hens tekan
2. Tekuk lokal dari web dalam tekan lentur
3. Tekuk torsi lateral

Ketiga macam keruntuhan tersebut dapat terjadi pada kondisi


elastis maupun inelastis. Gambar 9.2 menunjukkan perilaku dari
sebuah balok yang dibebani momen konstan M dengan bentang
tak terkekang L. Empat kategori dari perilaku balok tersebut
adalah:
1. Jika L cukup kecil (L < L )' maka momen plastis, M, tercapai
dengan deformasi yang besar. Deformasi yang besar
ditunjukkan oleh kapasitas rotasi R.AH, dengan R > 3 adalah
faktor daktilitas. Kemampuan berdeformasi (kapasitas
rotasi) adalah kemampuan menerima regangan Hens yang
besar dengan stabil. Perilaku ini ditunjukkan oleh kurva 1
pada Gambar 9.2
2. Jika L diperbesar sehingga L pd < L < L , maka balok dapat
mencapai namun

dengan kapasitas rotasi yang lebih kecil (R < 3). Hal ini
dikarenakan kurang cukupnya kekakuan Hens dan/atau
web untuk menahan tekuk lokal, atau kurangnya sokongan
lateral untuk menahan tekuk torsi lateral. Perilaku
inelastis ini ditunjukkan oleh kurva 2 pada Gambar 9.2
3. Bila panjang bentang tak terkekang diperbesar lagi (L < L <
L), maka M hanya mampu mencapai M , dengan kapasitas
rotasi yang sangat terbatas. Tekuk lokal Hens dan web
serta tekuk torsi lateral mencegah tercapainya
4. Perilaku elastis (L < dengan tahanan momen M ditentukan
oleh tekuk

elastis, serta tekuk lokal flens, tekuk lokal web dan tekuk
torsi lateral
180 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Gambar 9.2 Balok dengan Behan


Momen Konstan Tanpa Kekangan
Lateral

b
,
Inelastis

M
Mp
Gambar 9.3 Hubungan I
C
Deformasi dengan Momen Rey —,
Plastis,RAl
Op I
P
1
Batasan untukL0 B es, Amax est
y
L
s
,dao
p
Rotasi Regangan flans rata-rata
n
L
ak
an
di
ba
ha
s
da
la
m
su
bb
ab
9.
4.
'

9.3 TEKUK TORSI LATERAL


ELASTIS
Untuk menurunkan
persamaan pada
balok I yang
mengalami tekuk
torsi lateral e._
akibat beban
momen seragam
M, perhatikan
gambar 9.4 yang
menunjukkan
posisi se: _ balok I
yang tertekuk.
Beban momen
Mo yang
diberikan pada
bidang yz dapat
diuraikan
terhadap Su--
x dan z menjadi
komponen-
komponennya yaitu
dan Mz'.
Dengan rt-_,

asumsikan
deformasi kecil,
maka
kelengkungan pada
bidang y' z dapat
dituliskan 7 jadi:
dv
2

E dz2 =M,
Demikian juga pada
bidang x z:
du 2

E-I ____=M ,=M


-0
y dz2 y 0
9.3 TEKUK TORSI LATERAL ELASTIS 181

Persamaan diferensial untuk balok I yang menerima beban torsi


telah diturunkan dalam bab VIII (persamaan 8.27):

Mz,=GJ_____ E.C, d2o 9.


dz dz 3

Dari Gambar 9.4 (a) diperoleh hubungan:


MZ d, u
=- 9.
dz 4
Jika persamaan 9.3 dan 9.4 disamakan
akan diperoleh:
3 9.
du (10 0 5
- .M =GJ E.0

(a) Tampak atas

dv -v

dz
(b) Tampak samping

ir:-
7 Gambar 9.4 Balok I dengan Beban
Momen Seragam,

Mendiferensialkan persamaan 9.5 ke-z


didapatkan:
d 40 9.
2u
= Gd2o E.0 _______ 6
dz2 Jz2 w dz4

Dari persamaan 9.2 dapat dituliskan


hubungan: 9.
7
d2u M-
1 82 B A B 9 T EK U K TOR S I LATE R A L

Selanjutnya substitusikan persamaan 9.7 ke dalam persamaan


9.6:
2 9
E.0 d4 0 -GJ___________ mo0=0
dz4 d z 2 E .1

Dengan memisalkan:
c,
2a=__GJ dan /3= _A102
2
E.0 E .0
maka persamaan 9.8 dapat ditulis kembali menjadi:
9..
c/40
-2a_______-R0J30 = 0
dz4
Untuk memperoleh solusi dari persamaan 9.10, maka dapat 9.11
dimisalkan: =A•errrx
el 9.11
_____ = A.m2.e mz -
dz2
d4
_____ = Am4-e "`.4 9. 1

dz4

Substitusikan persamaan 9.11 ke dalam persamaan 9.10 untuk


9.12
mendapatkan: A•m4.e"' - 2a.A•)n2.e"`z - P.A•emz = 0
9.1_
A.e" (m 4 - 2a•m 2 - f3) = 0
Karena emz dan A # 0, maka persamaan 9.12.b hanya
terpenuhi bila m4 - 2a.M2 - 13 = 0
Akar-akar dari persamaan 9.13
9.1-
adalah: M2 = a + il3+a2 A

9.1-
atau m = ± A la±- \ /P+a 2

Dari persamaan 9.14.b tampak bahwa m dapat berupa dua akar real dan
dua •
kompleks sebab \ii3+ > a.
Misalkan: 2
n = a + VP+a- (2 akar real) 9.1=
q2 = + tij f3 + a' (2 akar kompleks) 9.1 z

maka solusi dari persamaan 9.10 adalah:


= Al.e"z + + A3e ufz + -

Dengan mengingat persamaan Euler yang


menyatakan: e rqz = cos qz + i sin qz
e cos qz - i sin qz, 9.: -
maka persamaan 9.16 dapat dituliskan
kembali menjadi: 0 = Are' + A,.e-"z + A3-
cos qz + A3.i•sin qz
+ A4.cos qz - qz
= Ai.el" + + (A3 + A4)cos qz + (A3 - A4)•i- sin qz 9.1.
0 = Ai.e' + + A5-cos qz + A6.sin qz 9.:
9.3 TEK UK TORSI LATE RAL ELASTIS 183

serta diperoleh turunan kedua 0 terhadap z


yaitu:
d20 9.19
dz2
= A1 n, 2.e n, A2 ., 2 . e- .L- A 5 .q 2 -cos qz -
A 6 -,92 -sin qz

Selanjutnya konstanta A 1, A2 , A5, dan A G


diperoleh dari kondisi batas yang me-
nyatakan:
0=0 d0 =
0 pada z = 0 dan z
9
9.20
=L
dz -2

Untuk 0 = 0 pada z = 0, diperoleh:


0 = A 1 + A2 + AS
2

__d 0
Untuk = 0 pada z = 0, diperoleh:
dz2
0 = A1•n2 + A2.n2 - A5.q2 9.21

Dari persamaan 9.20 dan 9.21 diperoleh persamaan:


0 = A5.(n2 + q2) = A5 = 0 9.22

sehingga persamaan 9.20 menjadi:


dz
2
Al = - A2 9.23

dan persamaan 9.18.c dapat dituliskan menjadi:


0 = Ar(en` - e-") + A6.sin qz 9.24.a
atau 0 = 2.A1•sinh nz + A6.sin qz 9.24.b
__2
dand 0 = 2.A •n 2 .sinh nz - A 6 1 2 -sin qz
9.24.c
Dari9.18.c
Akhirnya persamaan kondisi batas
dapat 0 = 0 pada z menjadi:
disederhanakan = L
17 . diperoleh: 0
0 = A6.sin qz = 2.A c sinh nL + A 6 .sin qL 9.29 9.25
s- Pada = 0 maka 0 = 0:
dan untuk " = 0 pada z = L
is diperoleh
0 = A6.sin qL pula: dz 2 9.30
lr 0 = 2.A 1•n .sinh nL - A 6.q .sin qL
2 2
9.26
1'
Kalikan persamaan 9.25 dengan q2serta jumlahkan hasilnya dengan
persamaan 9.26 untuk mcndapatkan:
2.Ar(n2 + q2)•sinh nL = 0 9.27

Karena (n 2 + q 2 ) # 0 dan sinh nL = 0 hanya jika n = 0, sehingga A l


harus sama
. dengan nol, dan persamaan 9.13 menjadi:
- Al = - A2 = 0 9.28
1 84 B A B 9 T E K U K T O R S I L ATE R A L

Karena A 6 # 0, maka
sin qL = 0 =qL=Nit
atau q =
N•ir
L
Substitusikan persamaan 9.31.b dan 9.9 ke dalam persamaan
9.15.b untuk peroleh:
M 2 (
N2.n2 GJ GJ \z
E 2 . 0
2 •/-
untuk nilai N = 1
(
n2 GJ L2+ M2 GJ \2
2.E.C1,

atau (TC2 2 TC2


GJ E 2 .,/ y2
r

L2

Untuk M = M„, maka:

.72 { 2 E 22
—7rz.E .0.1 +________y
atau ( L22\—L2__C u , +E•G•J•I
n2E21 y-G/ M 2
L 2 Y
L2•E cr
Akhirnya persamaan
9.36 dapat disusun
menjadi:
2

G.J+ inE\ I . 0w
MC =r
L

Persamaan 9.37 merupakan persamaan yang


menyatakan besarnya momen yar__ ditahan oleh profit I
akibat tekuk torsi lateral. Untuk memperhitungkan pengaru:-
momen tak seragam, SNI 03-1729-2002 (pasal 8.3.1)
menyatakan bahwa momcuntuk kondisi tekuk torsi lateral
untuk profit I dan kanal ganda, adalah:

IrE 2
M„= C b . 71
L E.I y .G.J+ L ) IY. 0w

9. 4 T E KUK TORS I I NE L AS T I S

Sekarang perhatikan Gambar 9.3, ketika serat tekan


mencapai regangan sebesar lebih besar dari E (e > f/E).
Pada keadaan ini cukup potensial untuk terjadin, _ torsi
lateral inelastic. Meskipun kekakuan torsi tidak terlalu
terpengaruh oleh residu, namun tegangan residu ini
memberi pengaruh cukup besar terhadap tahar-- tekan.
Akibat adanya tegangan residu tahanan momen elastic
maksimum, M adalar

= Vicy-
9 . 4 T E KU K T O R S I I N E L A S T I S 1 8 5

Pada umumnya sokongan lateral dipasang pada lokasi yang


direncanakan mampu mencapai momen plastis, M p , dan jarak antar
sokongan lateral relatif pendek. Dengan mengabaikan kekakuan
torsi, GI, maka
persamaan 9.37 9.40
menjadi:
Mr = L2 .I
.r

Karena M„ harus mencapai M , 9.41


substitusikan M = Z f untuk M„
Substitusikan

9.42
fy
P y
juga Cw = ly.h2/4, ly= A. r 2
y , serta L adalah panjang bentang tak

Lp = 1,76 E
fy

terkekang, maka persamaan


9.41 dapat dituliskan
kembali menjadi:
L 7r2EhA
9.44

ry 2. fy Zx
Dengan menganggap hA/Zr, = 1,5, maka:

2.f y
'_5
=272\1—E
L ir2E•1
<
Untuk dapat mencapai kapasitas rotasi R < 3, SNI 03-1729-2002
(Tabel 8.3-2) mengambil harga yang lebih rendah, yaitu:

9.43

Bila diinginkan kapasitas rotasi yang lebih besar (R 3) untuk


digunakan dalam
analisis plastis, SNI 03-1729-2002 (pasal 7.5.2) mensyaratkan:

25000+15000(m/
L„ / M2
ry fy
Dengan:
f adalah tegangan leleh material, MPa
k
adalah momen ujung yang terkecil,
N-mm M2 adalah momen ujung yang
terbesar, N-mm
r adalah jari-jari girasi terhadap sumbu lemah, mm
k 1/M2 bertanda positif untuk kasus kelengkungan ganda dan
negatif untuk kelengkungan tunggal

Jika hanya dikehendaki M= Mr, maka panjang bentang talc


terkekang diatur sedemikian rupa agar L = Lr, sehingga:

L, = X, - 1 - I 2
v 1+ v 1+ X,. fL 9.45

Dengan:
fL. =4 -f

EGJA
2
I
t

GJ I r

XL =

X2 = 4
186 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL 9.5

DESAIN LRFD BALOK I


Setiap komponen struktur yang memikul momen lentur, harus
memenuhi pers.._ - (/),M > /14-
t ; —

Dengan:
adalah faktor reduksi untuk lentur = 0,90
b

M n adalah kuat nominal momen lentur dari


penampang M adalah beban momen lentur
terfaktor

Besarnya kuat nominal momen lentur dari penampang ditentukan


sebagai -

Kasus 1: M = M (R 3)
Agar penampang dapat mencapai kuat nominal M J = M p ,
maka penampar - .: kompak untuk mencegah terjadinya tekuk
lokal. Syarat penampang kompak sesuai dengan Tabel 7.5-1
SNI 03-1729-2002, yaitu . untuk flens (b/2t f ) dan url: _
(hlt ) tidak boleh melebihi . Batasan nilai untuk A ditampilkan pad a Tabel 9.:
harus kompak, pengaku lateral harus diberikan sehingga panjang
bentang tak .

L, tidak melebihi LPd yang diperoleh dari persamaan 9.47.


7/ \
25000 +15000 M
l
Lpd= X YY
-fy

TABEL 9.1 BATASAN RASIO KELANGSINGAN Ap UNTUK PENAMPANG K2'


BALOK I
(Modulus Elastisitas, E = 200000 MPa)

Tegangan
Fekuk Lokal Flens Te k u k L o k a l Tekuk Torsi
b We b L 79,

Leleh f)
Al t
(MPa) 170
210 11,73 115,93 54,52
240 10,97 108,44 50,99
250 10,75 106,25 49,96
290 9,98 98,65 46,39
410 8,4 82,97 39,02

Kasus 2: M n = M (R < 3)
Agar penampang d P apat mencapai momen plastis M dengan
kapasitas rotasi R < penampang harus kompak dan tidak
terjadi tekuk lokal (b/2t t dan h/t u , < X r ). lateral harus diberikan
sehingga panjang bentang tak terkekang L tidak melebihi
ditentukan oleh persamaan 9.43 (untuk C 5 = 1).
L 790 (untuk E = 200000 MPa)

K a s u s 3: M >
Dalam kasus 3 tejadi tekuk torsi lateral untuk penampang kompak
(X. 5.. Xp). Kuat :- nominal didekati dengan hubungan linear antara
titik 1 (L , M) dengan titik 2 (L pada Gambar 9.5. Kuat momen lentur
nominal dalam kasusP 3 ditentukan dala 03-1729-2002 (pasal 8.3.4).
9.5 DESAIN LRFD BALOK I 187

M= M +(M –M )L M 9.49
Lr–Lp adalah kuat
G„.
nominal yang tersedia
untuk beban layan ketika
serat terluar penampang
mencapai tegangan f
(termasuk tegangan
residu) dan dapat
diekspresikan sebagai:
M
r
=

S
x
(
f 9.51
y

9.52.
f
p
a
)

9 9.52.
.
5
0 b
Dengan:
fY adalah tegangan
leleh profil
fr adalah tegangan
residu (70 MPa
untuk penampang
dirol & 115 MPa
untuk penampang
dilas)
adalah modulus
penampang

Panjang Lr diperoleh
dari persamaan 9.52:
.r
L = X1_________Y N11+ \11+X2.k2
r

f
l

D
e
n
g
a
n
:
fi =
f fr
TC EGJA
S„ V 2
2
I
2 s `6'
X = 4 = —
Iy
Kasus 1, = M p (Analisis Plastis)

Gambar 9.5 Kuat


Momen Lentur
Nominal Akibat
Tekuk Torsi
Lateral Kasus
4: M >
Kasus ini terjadi jika:
1. L < L < L
2. A p <= b/2.1 1 ) <
A r (flens tak kompak)
3. < (A = h/c) < Ar
(web tak kompak)

Pers. 9.48
Pers. 9.49 Pers. 9.50
Kasus 2, MI = M P I
(Tanpa Analfsis Plas
- - - - Pers. 9.52
- - - -
I -
h I 1
I Kasus 3 & 4, Mn =
1
M
1
1 4(Perilaku Inelastis) vp 1
a, K sus 5
I I (Perilaku Elastis)
i I

Pd LP Lr
188 B A B 9 T EK U K TOR S I L ATER A L

Kuat momen lentur nominal dalam kasus 4 harus dihitung


berdasarkan kead yang paling kritis dari tekuk lokal flens, tekuk
lokal web serta tekuk torsi lateral. Ur:- _ membatasi terhadap tekuk
lokal flens serta tekuk lokal web, SNI 03-1729-2002 I p_ 8.2.4)
merumuskan:

M= Mp— (Mp— M) A,p

Sedangkan kondisi batas untuk tekuk torsi lateral ditentukan


berdasarkan
M= Cb. [Mr + (M. —M, L'—L M
Lr —LP J P
Dengan faktor pengali momen, Cb, ditentukan oleh persamaan:
m.
= _________125M <
2,3
2,5Mma. +3-M A+ 4.MB+3.Mc
Dengan:
Mmaxadalah momen maksimum pada bentang yang ditinjau
M A adalah momen pada /4 bentang tak terkekang
1

MB adalah momen pada tengah bentang tak


terkekang Mc adalah momen pada 3A
bentang tak terkekang

Kuat momen lentur nominal dalam kasus 4 ini diambil dari nilai
yang terkecil
persamaan 9.54 dan 9.55. Batasan rasio kelangsingan penampang,
untuk penam:r

tak kompak ditampilkan dalam Tabel 9.2.

TABEL 9.2 BATASAN RASIO KELANGSINGAN AR UNTUK


PENAMPANG -- KOMPAK BALOK I
(Modulus Elastisitas, E = 200000 MPa)
Tegangan Leleh Tekuk Lokal Flens Tekuk Lokal
Web
(MPa)
370 h 2550
2.ti fy— t„, fy
210 2,64 175,97
240 2,18 164,60
250 2,06 161,28
290 1,68 149,74
410 1,09 125,94

Kasus 5: M. <
Kasus 5 terjadi bila L> Lr dan kelangsingan dari flens serta web tak
melebihi 2r (pena:--7_ kompak). Kuat nominal momen lentur dalam
kondisi ini ditentukan sebagai beriL-
rE\2
M = M
cr = C
hr E.I .G.J+ ____ IY .0w
L
Persamaan9.56dapatpuladituliskandenganmenggunakanvariabelX1 dandalam
persamaan9.52.bdanc,sehinggamenjadi: C •S
"yi = b . X• x 1
n
Lir
Y

1+ X12 •X2
2(Liry)2
9.5 DESAIN LRFD BALOK I 189

=NM CONTOH 9.1:


'i.ebuah balok tertumpu sederhana dengan beban seperti dalam
gambar di bawah ini.
P = 150 kN

= 15 kN/m
1111111111111111
111111111111
A

L 1 I. 1. .1
2,25 m 2,25 m 2,25 m 2,25 m

Beban merata terdiri dari 15% D dan 85% L, beban terpusat terdiri
dari 40% D serta 60% L. Balok tersebut diberi sokongan lateral pada
ujung-ujungnya serta setiap jarak 2,25 m. Mutu baja adalah BJ 37.

JAWAB:
qu = 1,2(0,15) + 1,6(0,85) = 2, + 20,4 = 23,1 kN/m
(15)
Pu = 1,2(0,4) (15)
+ 1,6(0,6) 7 + 144 = 216 kN
= 72
(150) (150)
M y = (23,1)(9) 2 + - 1 (216)(9) = 233,8875 + 486 = 719,8875
kN.m

8 Perin = 719,8875 10,9 = 799,875 kN.m

Estimasikan apakah sokongan lateral cukup dekat untuk mendesain


balok agar dapat mencapai momen plastis, M (tanpa analisa plastis).
Asumsikan penampang kompak untuk mencegah tekuk lokal, dan balok
berada dalam kasus 2 (M, = Mr).
Panjang maksimal bentang tak terkekang adalah:
790.r 790.r
= ,__Y = 50,99.r
fy N/240
M perlu = M perlu = 799,875 kN.m
MP er bs 799 875.10 6
Z perlu = P
= = .332.812,5 mm 3
fy 240
Penampang terkecil yang memiliki Z > 3.332.812,5 mm 3 adalah
400.400.13.21 (Z = 3600,13 cm3).
Periksa kuat momen lentur nominal dari penampang, dengan
menyertakan berat sendiri balok:

M (berat sendiri) = 1,2. 3 (1,72)(9) 2 = 20,898 kN.m

M = 719,8875 + 20,898 = 740,7855 kN.m


M = M = 44 = 3600,13.10 3 (240) = 864,0312 kN.m
= 0,9 x 864,0312 = 777,628 kN.m > M S (= 740,7855
kNm)
190 BA B 9 TEK UK TORS I LATER AL

Cek kelangsingan
penampang:

b
_
4
0
0

1
7
0

2
.
t
f

111111111111111111111N
2 111111111111111111 A
x
2
1
8,5 m 8,5 m

= Al
9,52 <
(- 10,97)
fY
h 400 — 2(21)1680
___________
= 27,53 < (- 108,44)
t„„ 13 Alf),
Y= 50,99.r =
50,99(101) = 5149,99
mm = 5,14999 m
P
LP > L (= 2,25 m) —›
sesuai asumsi awal,
termasuk kasus 2.

n CONTOH 9.2:
Periksa apakah profil WF
700.300.12.24 cukup kuat
untuk memikul beban Jaya:-
pada gambar berikut ini, jika
pada balok diberi sokongan
lateral pada tengah serta
pada tumpuan-tumpuan.
(mutu baja BJ 37)

q0 = 5 kN/m qL = 15 kN/m
JAWAB:
Berat profil WF 700.300.12.24 = 1,85
sendiri
kN/m
q„ = 1,2(5 +1,85) + 1,6(15) = 32,22

M
kN/m

= _ 1.q n -L 2 = 1(32,22)(17) 2 =
1163,9475 kN.m 3,457
L fy Y V240 m

X —I Jr 2.105x8.104x324,23.104x23550
S„ 5760.103 2
=
13480,141 MPa
06 1 \2
2 =4 5760.103 12338352.106
X2 - 4
8.104 10800.104
= 4
x324,23.10 ,
2,2535.10- mm4
4
/N2
Lr =r • \ G • J J I— I A i l - F A l l + X 2 V,
Y f f f, ) 2

=67,8,

(13480,14106)I________________________________
-4
1+V1+2,2535.10 (240—

2
70)
24
0-
70
=
10398,342
mm =
10,398 m
L (= 3,457 m)
< L (= 8,5 m)
< L r (= 10,398
m)
9.5 DESAIN LRFD BALOK I 191

Cek
kelangsingan: Penampang Kompak
2.t f 2 x 24 p Kasus 3

h 700-2(24)
=50,15 < 2 (= 108,4
t„, 13 4)

C6
=
25.M.,+3.MA+4.MB+3.Mc.

M
a x
= 1163,9475 kN.m
raio
ms, M A = 509,227 kN.m
M B = 872,96 kN.m
M c = 1091,2 kN.m
12,5x1163,9475
C I, — =
, , 1,
(2,5 x1163,9475)+(3 x 509,227) + (4 x 872,96) + (3 3
x1091,2)
Mr = Sif y — f) = 5760.10 3 4240 — 70) = 979,2 kN.m
M = Z x f y = 6248,79-10 3 .240 = 1499,7096 kN.m
L, —L
[
M = Cb
Mr+(Mp—MI_Lp

= 1,3
= 1458,027 kN.m < M (=1499,7096 kN.m) OK
= 0,9 x 1458,027 = 1312,2243 kN.m > OK
1163,9475 kN.m

nCONTOH 9.3:
Pilihlah penampang WF yang ekonomis bagi balok pada struktur di
bawah ini. Sokongan lateral dipasang pada kedua tumpuan serta
pada kedua lokasi beban terpusat. (mutu baja BJ 37)

= 25 kN(D); P2 = 15
kN(D);
30 kn(L)
A 90 kn(L)
B C
7,5 m 8,5 m 6 ,5 m

JAWAB:
P ia = 1,2(25) + 1,6(90) =
174 kN P 2 = 1,2(15) -F
1,6(30) = 66 kN
192 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

—492 kNm

D i c o b a m e n g g u n a k a n p r o fi l W F

6 0 0 . 2 0 0 . 1 1 . 1 7 .

C e k k e l a n g s i n g a n p e n a m p a n g :

Bidang Momen Ultimit

492,1875 kNm

b _ 2 0 0 _
-=
5 , 8 8 < 1 0 , 9 7
S e g m e n A d a n
2 .
C
t f
:
2x17
M

M „ p e r l
h u = „
6 0 0
= 4 9 2
, 1
8 7 5
1 P e n a m p a n g K o m p a k

= = 5 4 , 5 4 < 1 0 8 , 4 4

1 1
t„
= 5 4 6 , 8 7 5 k N . m
0 , 9

L = 7 , 5 m

L =— r = 790 790

____________________
x41,2 = 2 1 0 0 , 9 6 m m

P A l f ) , Y
A / 2 4 0

X
TC

2.1
05
X8.
104
X9
0,6
2.1
04
X1
34,
4-
102
S 2 2590.103 2
= 1 1 9 7 7 , 9 2 3 4 6 M P a

2
j2_______= 4

2590.103_________j 1926037,67 .106


X = 2 4

G.
1 y 8.104 X

90,62.104 2280.104

= 4 , 3 1 2 8 2 . 1 0 - 4 mm4/N2
(
Lr = r. ________
X
jf
y–
f
r)
2
f r f
r

= 41,2• [11977,92346

2
1
+
-

v
1
+
4
,
3
1
2
8
2
.
1
0
-
4

(
2
4
0
-

7
0

)
2 4 0 -
7 0

= 6272,73 m m =

6 , 2 7 3 m

K a r e n a L (= 7 , 5 m ) >

Lr(= 6 , 2 7 3 m ) d a n

p e n a m p a n g k o m p a k , m a k a

m a s u k k a s u s 5 .

M p = Zxfy =
2 8 6 3 , 1 8 . 1
0 3
( 2 4 0 ) = 6 8 7 , 1 6 k N . m

(
7r•E2
= M „ - = C b E . I . G. J +  C'
L \ w
9.5 DESAIN LRFD BALOK I 193

Karena Mi/M2 = 0, maka Cb = 1,67

M =1,67
7
2105 x 2,28.10' x M .2,28.10 x1926037,67
7500\ 7500 .106
= 8.10 4
x kN.m < j
90,62.10
559,4244 4
+
O
Mb .M = 0,9(559,4244) = 503,482 kNm > M (= 492,1875
kN.m)

Segmen B:
L (= 8,5 m) > L r (= 6,273 m) —3 kasus 5
C
2,5Mmux + 3M, + 4/1/B+ 3M, 12,5Mmx

Mmax = 492,1875 kNm


M A = 261,890625
kNm M B =
31,59375
Cb kNm M c =
198,703125
kNm
1 2 , 5 x 4 9 2 , 1 8 7 5
(2,5 x 492,1875) + (3 x 261,890625) + (4 x 31,59375) + (3
x198,703125) = 2,24

( \2

5`2 M n = E.I y .G.J


M =2,24 ic IV. 2TX2-10 4
2.105x +
2,28.10 7 4
Ex 8.10 x 90,62.10 + .
7
2,28.10 x1926037,67.10 6

8500 \ 8500 i
Mu = 625,702 kN.m < Mp OK
Pb'Ma = 0,9(625,702) = 563,1315 kN.m > M (= 492,1875
(

kN.m)

n CONTOH 9.4:
Sebuah penampang tersusun berbentuk I yang dilas seperti dalam
gambar, digunakan sebagai balok tertumpu
sederhana sepanjang 13,5 m. Hitunglah beban
hidup layan yang diijinkan bagi balok tersebut, jika
diketahui beban mati = 20 kN/m (sudah termasuk
berat sendiri). Mutu baja yang digunakan adalah BJ 55
(f = 410 MPa)
flens 16 x 400

Sokongan lateral diberikan pada setiap 1/3 bentang dan


pada kedua tumpuan.
web 8 x 700

111111111111111111111111111111111111111111
A

_______________ 4,5m __________ 4,5m 4,5 m

Ct-
194 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

JAWAB:
Hitung properti dari penampang:
A = (2 x 16 x 400) + (8 x 700) = 18400 mm 2
= (8)(700) + 2. 1 (400)(16) + 2(400)(16)2
3 3

(350+8)
= 12

s - 12 /
186946638933
3
I = 2
2.1.16.(400) 3 + 1 48) 3 .700 =
/ = 96,3171
= mm
r = 11170696533,3
A 18400
= 2(16)(400)(350+8) + 2(8)(350) (350 \ = 5562400
mm 3
2
J = 1 -[2(400)(16) 3 + 70048)3 ] = 1211733,33 mm 4
3
2 1_x16 X 400 X NO +16) 3 2

C — _______________- 12 - 21873322,67.106
mm6
2 2
IE-G-J.A 71-

_
\

Xi = 2.105x8.104x1211733,33x18400
S2 =
5107756,648 2

= 8217,73 MPa

4(sx'\ 2 = 4

5107756,648 \ 21873322,67.10 2 6

G. I,8.10 x1211733,33,170696533,3
4

= 1,423.10-3 mm4/N2
Periksa terhadap tekuk lokal flens dan tekuk lokal web
Flens: k = ______= = 12,5
b 400
2.t f2x 16

p170
420 420
170
V(fy—fr)lk, V(410-115)/0,4276

X < < X - - > ta k k om pa k


= ____
f y '1410
= "957

700
= 87,5
8
4 4

Vhaw A/87,5

ke = 0,4276 -3 0,35 < ke < 0,763


OK!!
4

9 .5 DES AIN LR FD BALOK I 195

Web: 2t, = —h = —700 =87,5


tu, 8
1680 1680
= = - 82,97
ify A/410
A

2550 2550
= 125,935
f y i410
2t. p < < k b —) tak kompak
= Zr.fy = 5562400(410) = 2280,584 kN.m
Mr= = 5107756,648.(410 - 115) = 1506,788 kN.m
Hitung M berdasarkan batasan untuk tekuk lokal
Hens:

M = mp mr) A,r
( 12,5-8,3957
= 2280,584 - (2280,584 - 1506,788)
15,9903 -
= 1862,406 kNm 8,3957

Hitun g M berdasarkan batasan


untuk tekuk lokal web:
-Ap
87,5-82,97
Mn =M —(M — Mr) Ap

= 2198,999 kNm
Periksa terhadap tekuk torsi lateral:
790 790
_________x96,3171 = 3757,842 mm =
= 2280,584 3,757842 m - 1506,788)
- (2280,584
125,935-82,97
= r •

A/410
X, I
- v 1+ A/ 1+X, -f)
fY
= 96,3171.
8217,73 `V1+.v I
410-115 1+1,423.10-3(410-115)2
= 9275,96 mm = 9,27596 m
Karena Lp(= 3,757842 m) < L (= 4,5 m) < (= 9,27596 m) dan penampan g
tak kompak
maka soal ini termasuk dalam kasus 4.
Kuat momen lemur nominal ditentukan berdasarkan persamaan:
L —L
untuk M
seg= C ten ah <sehin
M gga:
M +(m —m ) r
Besarnya nilai C b men g adalahL,1,01,
-
Lp
b.
P

M = 1,01.[1506,788+(2280,584 -1506,788)
\ 9275,96-4500
= 1924,411 kN.m < M (= 2280,584)

9275,96-
3,757842
OK
196 B A B 9 T EK U K TOR S I L ATER A L

Kesimpulan:
Tekuk lokal Hens : M = 1862,406 kN.m
Tekuk lokal web : M„ = 2198,999 kN.m
Tekuk torsi lateral : M = 1924,411 kN.m

Kuat momen nominal M profil diambil yang terkecil, M =


1862,406 kN.m
ob.mn = 0,9(1862,406) =
1676,1654 kN.m

max Mn = ob.mn= 1676,1654


kN.m
M„ = 1,2.MD + 1,6.ML
1676,1654 = 1,2.1(20)(13,5) 2
+ 1,6.M L 8
ML = 705,885 kNm
8xM„ = 8x705,885 =
, 30,985 kN/m
L 2 1 3 5 2

nCONTOH 9.5:
Profil WF 200.200.8.12 digunakan sebagai balok tertumpu
sederhana dengan benta 8 m dan sokongan lateral pada kedua
ujungnya. Balok ini diperlukan untuk beban mati merata sebesar
2 kN/m. Hitunglah beban hidup layan yang diijinkan beke: pada
balok tersebut jika mutu baja yang digunakan adalah BJ 37!
Hitunglah pula bera: persentase kenaikan beban hidup yang
diijinkan jika mutu baja adalah BJ 55!
XL
JAWAB:
Untuk mutu baja BJ 37
790 790
L r = 50,2 = 2559,913 mm
Vfy V240

, K LEG. J.A = x 2.105x8-104x26,04.10 4x63,53.102


S„ 2 472. 103
2

= 24213,79 MPa
X2 = 4 ( Sx )2 Cz, = 4
(
472-10 3 '\

2
141376.10 6

\ G.J I ) , \ 8.10x26,04.10 ) 1600-10 4 =


1,8144.10 -5 mm 4 /N 2
Lr = Y r (• X .. i __________________

' All-F\11+ X2(1,— f.)2


f

V1+ V1+1,8144-101240 — 70)2


= 50,2. (24213,79

X240-70)
= 10688,64 mm = 10,68864 m
Lp 2,559 m) < L (= 8 m) < L r (= 10,68864 m)
(=
200
8,33 < 10,9
2x12 7
200-
= 22 <
2(12)
8 108,4

b
f

h
t„,
9.5 DESAIN LRFD BALOK I 197

M = S x (f y —f) = 472.10 3 (240 — 70) = 80,24 kN.m


M = Z xi f y = 513,15.10 3 (240) = 123,156 kN.m
M= C
b. [M (111 P—M ) Lr r—L
P
L —L
\ 10688,64-8000
= 1,14[8 0 ,24+023,156-8024)
10688,64-2559,913 = 107,656
kNm
M = 0-M„ = 0,9(107,656) = 96,8904 kN.m
M = 1,2MD + 1,6ML
96,8904 = 1,2.1•(2)(8) 2 + 1,6M L
8
ML
= 48,5565 kN.m
RL 8xM, = 8x48,5565 = 6,07 kN/m
L2 82

untuk mutu baja BJ 55


790 790
L= r =__ -50,2 = 1958,57 mm
Y
\1410
} Penampang
L, = r. _________ All+All+X2(fy—fr)2 Kompak Kasus
3
[fY—fr

= 50,2-(24213,79 \11+V1+1,8144.10-5(410- )2
70 410-70 ,
= 5939,347 mm = 5,939347 m
L (= 8 m) > LT (= 5,939347 m) —› kasus 5

y ir.12
M = M„ = E.I-GI+ 1.
L •Y.0 w

lr X
Mn =1,148000
ir 2.105x1,6407x 8-104 x 26,04.104+
2105
8000
1,6102x141376.106
= 127,108 kN.m
M s = 0.M„ = 0,9(127,108) = 114,3972 kN.m
M = 1,2Mp + 1,6ML
114,3972= 1,2.- 1
.(2)(8)2 + 1,6ML
8 8x ML _8x=
59,7,437
2 49825
kN/m
ML = L2
8
59,49825 kN.m

Persentase tambahan beban hidup yang dapat bekerja jika mutu


baja diubah dari
BJ 37 menjadi BJ 41 adalah sebesar 7 ' 437-6 ' 07 x100%= 22,52%.
6,07
198 B A B 9 T EK U K TOR S I L ATER A L

CONTOH 9.6:
P i l i h l a h p r o fi t W F y a n g e k o n o m i s u n t u k d i g u n a k a n s e b a g a i b a l o k l a n t a i
perpustaL yang tertumpu sederhana. Sokongan lateral dipasang pada
kedua ujungnya dan pada lo,__ beban-beban terpusat. Lendutan akibat
beban hidup tak boleh melebihi L/300. Gun2,_ mutu baja BJ 37!

JAWAB:
= 1,2(30) + 1,6(30) = 84 kN
qu = 1,2(5) + 1,6(15) = 30 kN/m

D i c o b a m e n g g u n a k a n p r o fi l W F 6 0 0 . 3 0 0 . 1 2 . 2 0
790 790
L _ _____. 1 " = x68,5. 3493,11 mm
Af; 11240

P = 30 kN(D)
q = 5 kN/m(D)
dan 30 kN(L) I illibih...
::!!" 11M 11
.I1U
Akibat beban
ffIll dan 15 kN/m(L)

Akibatbeban D

B C BMD
472,5 kN.m 472,5 kN.m
3,5m
F-4,5 m ____4,5 m--.1

378 kN.m 378 kN.m

_ KIEGJA___— \12.105x8.104x191,56.104x192,5.102
S2 4020.103 2

=13422,598 MPa
2

4020.10 3 \ 7259040.106
,8•104 x191,56•104, 9020.104

= 2,2151.10-`' mm4/N2

X \2
r
2
Cw = 4r
X2 —4
GI ,
\ 1y
n frfll 2 —f )
7
13422,598
= 68,5. + V1+ 2,2151.101240 — 70)2 =
240— 70
10432,405 mm
= r •
9.5 DESAIN LRFD BALOK I
199

Cek

} Penampang

penampang:
Kasus
3 Kompakb= 300
170
2.tf 2x20 =7'5 < —
(= 10,"
h 588-2(20) – Aify
45,67 <
16 80
__
(
=
1
0
8
,
4
4
)
c 12
"NifY

Segmen AB = CD (L =
4,5 m)
L (= 3,493 m) < L (=
4,5 m) < L (= 10,432
m)
Penampang Kompak

Menghitung nilai Cb:


MA
=
269,
578
125
kN.
m
MB
=
501,
187
5
kN.
m
Mc
=
694,
828
125
kN.
m
Mmax. = 850,5 kN.m
Cb = ________________________________
~2,5x850,5)+ (3 x
269,578125) + (4 x
501,1875)+ (3 x
694,828125)
= 1,5135
Mp = Z f =
4308,91.10 3 (2
40) =
12,5x85 1034,1384
0,5
kN.m M r = 5 .
„.(f y – jc) =
4020.10 3 (240
– 70) = 683,4
kN.m

M = Ch. M r-F(M,

M )L–Li L,–L
P
\
10432,4
05-4500
= 1,5135-
[6 8 3,4+(1034,1384
-683,4)
10432,4
5–
3493,11

=
1488,1
94
kN.m >
Mp (=
1034,1
384
kN.m)
gunaka
nM=
Mp=
1034,1
384
kN.m
(P.M = 0,9(1034,1384) =
930,725 kN.m > M max (=
850,5 kN.m)

Segmen BC (L = 2,5 m)
L (= 2,5 m) < Lp (=
3,493 m)
M = M p = 1034,1384
kN.m
0.
Mb

0,
9(
10
34
,1
38
4)
=
93
0,
72
5
kN
.m

0.
M
<
M
u
max

(=
87
3,
93
75
kN
.m
)

Cek terhadap syarat


lendutan:
8
– Pa ( 3 L 2 – 4 a 2 ) +
5
q14
24E.I

384E./
dengan:
P

3
0

k
N

3
0
0
0
0

1
5

k
N
/
m

1
5

N
/
m
m
200 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

a = 4,5 m = 4500 m
E = 200000 MPa
I = 1,18.10 9 mm4
L = 11,5 m = 1150
30000 x 45
(5
24x2.

= 7,526 + 14
<

9.6 LENTUR DUA ARAN

Jika
pena
mpan
g
bentu
kI
dibeb
ani
oleh
mome
nM
yang
meng
akiba
tkan
lent:-
sumb
u
kuat,
serta
mome
nM
yang
meng
akiba
tkan
lentu
r
pada
sumb
u
lema
h, rn
disi
batas
kekua
tan
komp
onen
strukt
ur
terse
but
ditent
ukan
oleh
leleh
akiba
t
komb
inasi
yang
beker
ja
atau
oleh
tekuk
torsi
latera
l.
Conto
h
komp
onen
yang
me7:_
lentu
r
dala
m
dua
arah
adala
h
strukt
ur
gordi
ng
atau
strukt
ur
balok
keran
(cran
e
girde
r).
P
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n

s
t
r
u
k
t
u
r

b
a
j
a

m
e
t
o
d
e

L
R
F
D

u
n
t
u
k

b
a
l
o
k

y
a
n
g

m
e
n
g
a
l
a
m
i

d
u
a

a
r
a
h
,

m
e
n
s
y
a
r
a
t
k
a
n

p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

t
e
r
h
a
d
a
p
:
1.kondisi
batas leleh:
f u n M
M” Y

Ob fy

2.kondisi
batas tekuk
torsi lateral:
(
PiiMnx
M
ux

Dengan:
M
f
u
n

a
d
a
l
a
h

t
e
g
a
n
g
a
n

n
o
r
m
a
l

(
t
a
r
i
k

a
t
a
u

t
e
k
a
n
)

a
k
i
b
a
t

b
e
b
a
n

t
e
r
f
a
k
t
o
r

M
u
x

a
d
a
l
a
h

m
o
m
e
n

t
e
r
f
a
k
t
o
r

t
e
r
h
a
d
a
p

s
u
m
b
u
-
x

(
s
u
m
b
u

k
u
a
t
)

M
y

a
d
a
l
a
h

m
o
m
e
n

t
e
r
f
a
k
t
o
r

t
e
r
h
a
d
a
p

s
u
m
b
u
-
y

(
s
u
m
b
u

l
e
m
a
h
)

a
d
a
l
a
h

f
a
k
t
o
r

r
e
d
u
k
s
i

u
n
t
u
k
l
e
n
t
u
r

0
,
9
0
Mrx
adalah
kuat
momen
nominal
penamp
ang
(dihitung seperti pada
pemeriksaan tekuk torsi
lateral)

nCONTOH 9.7:
Re
nc
an
ak
anl
ah
seb
ua
h
ko
mp
on
en
str
ukt
ur
bal
ok
ker
an
(BJ
37)
dal
am
ga
mb
ar
ber
jik
a
dik
eta
hui
dat
a-
dat
a
seb
ag
ai
ber
iku
t:
Bentang
bangunan =
18 m
K
a
p
a
s
i
t
a
s

k
e
r
a
n

2
0

t
o
n

B
e
r
a
t

s
e
n
d
i
r
i

k
e
r
a
n

1
6

t
o
n
Berat takel

= 7 ton
Berat sendiri
rel

= 30 kg/m
Jarak roda—
roda

= 3,8 m
Jarak antar
kolom = 6
m
Jarak
minimum
lokasi takel
terhadap rel
=1
9.6 LENTUR DUA ARAH 201

e
min = 1 m

18 — 2(0,5) = 17,5 m L
JAWAB:
Menentukan reaksi pada roda—
roda1 m
keran:
p = 20 + 7 = 27 ton
berat keran = 16 ton

111•11111111MMINIIII2111111M11

17,5 ton

Berat takel + kapasitas keran = 7 +


20 = 27 ton

R A = 1,6(27 1 6 5 + 16 = 53,5312

ton
RA = 58,88432 ton
Tinjau balok keran bentang 6 m

3,95 m 2,05 m

58,88432 ton

29,4422 ton 29,4422 ton

0,95 m 0,95 m

3 m

202 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

R 1 = 58,88432 x 2,0
6 5 = 20,1188 ton

R2 = 58,88432x 3
' 95 = 38,7615 ton
6
Akibat beban hidup:
Momen maksimum akibat beban hidup tercapai jika titik tengah
dari salah satu 1- dengan gaya resultan berada tepat pada
tengah-tengah bentang balok. Dari gambar atas, momen
maksimum akan terjadi di titik a atau di titik b.
Momen maksimum di a = 20,1188(3 — 0,95) =
41,24354 ton.m Momen maksimum di b =
38,7655(2,05 — 1,9) = 5,814825 ton.m

Dari basil perhitungan di atas, diperoleh momen maksimum


sebesar 41,24354 : m, dengan mempertimbangkan koefisien kejut
sebesar 1,15, maka momen maksirr. _pada balok keran akibat
beban hidup adalah sebesar 1,15(41,24354) = 47,43 ton.m.

Akibat beban mati:


Berat sendiri rel = 30 kg/m

Berat sendiri balok keran = 150


kg/m +
Total = 180 kg/m

MIL= 1 1,2. (180)(6)2 = 972 kg.m = 0,972 ton.m

Sehingga momen total:


= 47,73 ton.m + 0,972 ton.m = 48,402 ton.m = 484,02 kN.m

Momen akibat gaya rem melintang:


Gaya rem melintang biasanya diambil sebesar 1/15 dari beban kapasitas keran + bz-
takel (untuk 2 roda). Sehingga:
beban lateral per roda = x 1
2 15 (20+7)(1,6) = 1,44 ton
Telah dihitung sebelumnya bahwa akibat beban roda 29,4422 ton menimbu_.._
momen maksimum sebesar 41,24354 ton.m. Sehingga dapat dihitung momen
akibat
lateral sebesar 1,44 ton adalah:

M 1,44 x41,24354 =
f u n 2,0172 ton.m = 20,172
kN.m
"Y
29,4422
Sebagai balok keran dicoba profil WF
400.400A3.21. Selanjutnya profil ini diperiksa
terhadap kondisi batas leleh dan kondisi tekuk
torsi lateral.
i) Pemeriksaan terhadap kondisi batas leleh
M M
= uY

Sx Sy
_ 484,02.10 6 20,172.10 6
3330.103 1120.103
= 163,36 MPa < ( P b f y (= 0,9(240) = 216 MPa)

9.6 LENTUR DUAARAH 203

ii) terhadap tekuk torsi


lateral
Pemeriksa = 790 790
an fy V240

7c 2•105x8.10 4
x273,18-
xi =7 104x218,7•102
S, 2 3330.103 v 2
= 20633,56 MPa
\2
= C 8043896.16
X2 4
- 4( 0
GI ) wy 22400.10
4
= 3,30374. 10 -4 nurn 4 N2
(

LT • x,
= y A i l 1-F-v1+x 2 (f ) ,-
\ fY
fr)2
= 101 (2063351
A/141+3,30374.101240-70)
2
18983,8 mm
240-70
L (= 5,1504 m ) < L (= 6 m) < Ly(= 18,9838 m) Cek

penampang:
b 400 170
2.t,
= 9,524 < _____(= 10,97)
2x21

h 4 0 0 - 2 ( 2 1 ) 1 6 8 0
= 27,54 < (=
tu, 13 lf; 108,44)

M r = sx. (4, = 3330.103(240 - 70) = 566,1 kN.m


= 1.
M = Z f = 3600,13.103(240) = 864,03 kN.m

M
n= Ch. m r± ( m \ L,-L1
Lr—Lp

566,1+(864,03-566,1 18983,8-6000 )
18983,8 -5150,4

= 845,73 kNm < M (= 864,03 kN.m)


O b .M= 0,9(845,73) = 761,157 kNm < M (= 484,02 kN.m)

Jadi, WF 400.400.13.21 dapat dipakai sebagai balok keran tersebut.


204 B A B 9 T EK U K TOR S I L ATER A L

SOAL—SOAL LATIHAN

P.9.1 — P.9.3
Tentukan besar beban layan terpusat maksimum, yang dapat bekerja di tengah
bentang balok tertumpu sederhana, dalam masing-masing kasus berikut:

Soal Penampang Bentang (m) f . (MPa)


P.9.1 WF 400.200.8.13 6 240
P.9.2 WF 450.200.9.14 7,25 250
P.9.3 WF 500.200.10.16 9 410

Kekangan lateral dipasang pada kedua ujung tumpuan, sedangkan beban layan terc
- 65% beban hidup dan 35% beban mad.

P.9.4 - P.9.6
Tentukan/pilihlah profil WF yang ekonomis untuk digunakan sebagai balok yang rr -rbeban
merata sebagai berikut :

Soal qD (kN/m) qL (kN/m) Bentang (m) f (MPa) Kekangan lateral

P.9.4 8.75 20 6 240 Menerus


P.9.5 8.75 20 6 240 Ujung & tengah ben-.:.-
P.9.5 3 8.5 9 410 Tiap 3 m dan pada ujur, .

Asumsikan bahwa semua beban sudah termasuk berat sendiri profil!

P.9.7 Pilihlah profil WF yang ekonomis untuk digunakan sebagai balok dalam struktur 7 -
ini: (gunakan baja BJ 37)

semsommumesemma
A

F-4,5 m 4,5 m 4,5 m

Kekangan lateral diberikan pada ujung-ujung balok dan pada lokasi beban terp_

P.9.8 Periksalah apakah profil WF 350.175.7.11 terhadap lentur dan geser jika mutu = .
dipakai BJ 41. Kekangan lateral hanya dipasang pada kedua tumpuan
dan pa dari kantilever.

PO' P
L

qc P D = 10 kN

3m 3m 2,5 m
 •

PL. 45 kN qp= 4 kN/m


(termasuk berat se-m.,-

qL= 15 kN/m

Gambar P.9.8
SOAL-SOAL LATIHAN 205
Sebuah penampang tersusun berbentuk I seperti pada Gambar P.9.9,
digunakan sebagai balok tertumpu sederhana sepanjang 15 m.
Hitunglah beban Iayan maksimum, qmaks, yang dapat dipikul oleh
rZLL,LI balok tersebut, jika mutu baja yang digunakan adalah BJ 37, dan
L. perbandingan beban hidup dengan beban mati adalah tiga (LID = 3).
Sokongan lateral dipasang tiap jarak 1/3 L.

300mmx12mm

ImmSO° x 6 mm 3 m________3 m_______3 m

11111111111111111111M1111111MUM111111

Gambar P.9.9

10 Rencanakanlah sebuah struktur balok keran dengan menggunakan


profil WF (BJ 37)
dengan data-data sebagai berikut:
Bentang bangunan = 20 m
Kapasitas keran = 25 ton
Berat sendiri keran = 15 ton
Berat takel = 8 ton
Berat sendiri rel = 30 kg/m
Jarak roda—roda = 3,5 m
Jarak antar kolom =5m
Jarak minimum lokasi takel terhadap rel = 1 m
_

Lt
10
Balok Pelat Berdinding
Penuh (Pelat Girder)
TUJUAN PEMBELAJARAN
SSesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat.:
Mernahami perilaku suatu balok pelat berdinding penuh,
termasuk perilaku len= geser, aksi medan tank serta
pengaku vertikalnya
Melakukan analisis dan desain suatu komponen struktur
lemur bentang panianc dengan menggunakan balok pelat
berdinding penuh
Pokok-pokok Pembahasan Bab
1.1 Pendahuluan
1.2 Persyaratan Balok Pelat Berdinding Penuh
1.3 .Kuat Momen Nominal Balok Pelat Berdinding Penuh
1.4 Kuat Geser Nominal
1.5 Kuat Geser Nominal dengan Pengaruh Aksi Medan Tarik
1.6 Interaksi Geser dan Lentur
1.7 Pengaku Vertikal
1.8 Pengaku Penahan Gaya Tumpu
1.9 Desain Balok Pelat Berdinding Penuh

10.1 PENDAHULUAN
Balok pelat berdinding penuh atau yang lebih sering disebut
pelat girder adalah komponen struktur lentur yang tersusun
dari beberapa elemen pelat. Balok pelat be-_ ding penuh pada
dasarnya adalah sebuah balok dengan ukuran penampang
melintang _ besar serta bentang yang panjang. Penampang
melintang yang besar tersebut merur konsekuensi dari
panjangnya bentang balok. Jika profit baja gilas panas yang ter:,
masih kurang cukup untuk memikul beban yang bekerja akibat
panjangnya ber.7_ - maka alternatif pertama yang ditempuh
adalah dengan menambahkan elemen pelat salah satu atau
kedua flens profit. Jika alternatif ini masih belum mampu
membetahanan momen yang mencukupi, maka biasanya dibuat
sebuah balok yang tersusur. _ elemen—elemen pelat yang
disambung satu dengan yang lainnya (balok pelat berdirpenuh).
Jika bentang yang diperlukan sangat panjang, maka tinggi dan
berat balok berdinding penuh akan cukup besar pula, sehingga
alternatif lain adalah dengan : - gunakan struktur rangka
batang.
Beberapa penampang melintang dari balok pelat berdinding
penuh dalam Gambar 10.1. Bentuk penampang yang sering
digunakan terdiri dari sebuah badan (web) dengan dua buah
pelat sayap (flens) yang dihubungkan satu sama lain der _ las
(Gambar 10.1.a). Jenis penampang kotak (Gambar 10.1.b) yang
mempunyai dua 7 _ pelat badan dan dua buah pelat sayap, adalah
bentuk penampang yang mempunyai tar._ torsi cukup baik dan
dapat digunakan untuk panjang bentang tak terkekang yang
10.1 PENDAHULUAN 207

(a) (b) (c)

Gambar 10.1 Penampang Balok Pelat Berdinding Penuh

Sebelum dikenal metode pengelasan maka


digunakan sambungan baut atau paku keling
seperti pada Gambar 10.1.c. Jenis lain dari
balok pelat berdinding penuh adalah balok
hibrida yang terdiri dari pelat badan dan pelat
sayap dengan mutu baja yang berbeda.
Pada dasarnya balok pelat berdinding penuh
adalah merupakan sebuah balok yang tinggi.
Batasan yang digunakan bagi sebuah balok
seperti dibahas dalam Bab IX, masih akan
digunakan.
Gambar 10.2 M Cb =1 (a) Batasan Tekuk Torsi Lateral
P
menunjukkan
kurva Mr
hubungan
antara kuat
momen nomi- ;..=L/ry
nal M vs rasio /I, =1,76 =
kelangsingan Lr/ry
A. Batasan
(b) Batasan Tekuk Lokal Flens
untuk tekuk Tak kompak
torsi lateral
(Gambar
10.2.a) hanya
berlaku untuk
penampang
yang kompak. A= b/2t,
170 4 2 0
= __________
\Po. —115)/Ic

Gambar 10.2 (c) Batasan Tekuk Lokal Web


Kondisi Batas Tak kompak
n:= untuk Balok
Tedentur
Balok pelat berdinding penuh

=
A 1680 2550 hlt„„
p
208 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

Kuat momen nominal, 111, untuk penampang yang tak


kompak (A, < 7 < harus ditentukan berdasarkan ketiga macam
kondisi batas, yaitu tekuk torsi lateral,
lokal flens serta tekuk lokal web. Nilai Mn yang terkecil dari
ketiganya adalah nilai _

menentukan besarnya kuat momen nominal dari suatu komponen


struktur terlentur.
Profil baja dengan web yang langsing, 2L (= hitt) < 9
(.25501\14,), dikategon., - sebagai balok pelat berdinding penuh.
Penampang dengan nilai A tidak melebihi
mampu mencapai f tanpa mengalami tekuk elastis. Kuat lentur dan
geser dari _

balok pelat berdinding penuh sangat tergantung dari web profil,


web yang langsing menimbulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. tekuk akibat lentur pada bidang web, akan mengurangi
efisiensi dari web un-_, memikul momen lentur
2. tekuk pada flens tekan dalam arah vertikal akibat kurang
kakunya web
3. tekuk akibat geser

Hal khusus yang dijumpai pada komponen struktur balok pelat


berdinding per-___- ialah adanya pemasangan pengaku melintang
(stiffener). Perencanaan pengaku yang dapat meningkatkan kuat
geser pasca tekuk (post buckling strength) dari balok pc-_
berdinding penuh. Pengaku yang dipasang pada balok pelat
berdinding penuh aim mengakibatkan balok tersebut memiliki
perilaku seperti rangka batang, bagian web ark- memikul gaya
tarik diagonal sedangkan pengaku akan memikul gaya tekan.
Perilaku .- disebut sebagai aksi medan tarik (tension-field action).

10.2 PERSYARATAN BALOK PELAT BERDINDING PENUH

Komponen struktur
dapat dikategorikan
sebagai balok biasa
atau sebagai balok pc
_ berdinding penuh,
tergantung dari rasio
kelangsingan web, hl
t,,,, dengan h adalah
tinz_
bersih bagian web dan
tw adalah tebal dari
web. Jika <25501 J fY maka kompor,-
struktur tersebut dikategorikan sebagai balok biasa, dan jika nilai
h/t. > 2550/ maka dalam perencanaannya harus dikategorikan
sebagai balok pelat berdinding pen__-
Untuk balok hibrida maka ini nilai f diambil
disebabkan karcdari
Y nilai f flens, hal
stabilitas dari web untuk menahan tekuk lentur tergantung pada
regangan yang ten-
dalam Hens.
Batas atas dari kelangsingan web, harus ditetapkan untuk
mencegah terjadinya tek_ vertikal dari Hens. Batas atas dari hit.)
merupakan fungsi dari perbandingan a/h, denL-_-


tv„

potongan 1-1
a —

a adalah jarak antar pengaku vertikal, dan h adalah tinggi bersih dari
web.
210 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

Gambar 10.5 Komponen Gaya Vertikal dari Flens


Tegangan tekuk elastic untuk elemen pelat didefinisikan sebagai:

fr 1 1—V 2)(b/t)2

Untuk b =h, t=tw sertanilai k =1,maka: 71.2.E

.fcr
12(1- v1(h/c)
Dengan menyamakan persamaan 10.3 dan 10.5 maka diperoleh:
2
2.61 .Af .E f 7r .E

— 1 1— v Xh/0 2 2
tie")
mengingat bahwa t w .b = Aw , maka persamaan 10.6 dapat diselesaikan untuk h/r .
V
IT2 E it 1
h 24(1— v2) A f e f

ta, Besarnya of harus mencapai tegangan leleh liens fyf dan jika
tegangan residu diperr kan maka:
Ef = (f +9/E

Substitusikan 6 f . = E f dari persamaan 10.8 serta mengambil nilai E = _


MPa dan v = 0,3, maka diperoleh:

h 1 3 4 5 0 0 VA w / A f

t- ( fyf
Nilai Aw/Af umumnya di bawah 0,5, dan besarnya tegangan residu untuk penampang adalah
115 MPa, sehingga persamaan 10.9 menjadi:
h 95110
+115
ilf)f(fyf )
10
Untuk perencanaan besarnya bltz , maksimum diambil sebesar:
h 95000
c f f f y f + 115 )
10.:

Persamaan 10.11 berlaku untuk nilai a/h > 1,5, sedangkan


untuk a/h < 1,5 nilai h - maksimum dapat diambil sebesar:
h 5250
10.11
tw Aifyj

10.3 KUAT MOMEN NOMINAL BALOK PELAT BERDINDING PENUH

Kuat momen nominal dari komponen struktur balok pelat berdinding penuh, ditentukar. dalam SNI
03-1729-2002 pasal 8.4.1:

M = K.SL 10.13
10.3 KUAT MOMEN NOMINAL BALOK PELAT ... 211

Dengan:
fer adalah tegangan kritis yang besarnya akan ditentukan
kemudian S adalah modulus penampang
K adalah koefi sien balok pelat berdinding penuh

Koefisien balok pelat berdinding penuh, K, diambil sebesar:

K—1 ar h 2550 < 1 10.14


1200+300-a, _t,,

Dengan a, adalah perbandingan lugs pelat badan terhadap pelat


sayap (a, = A u,/Ad. Kuat momen nominal dari balok pelat berdinding
penuh diambil dari nilai terkecil dari keruntuhan tekuk torsi lateral
(yang tergantung panjang bentang) dan tekuk lokal Hens (yang
tergantung pada tebal Hens tekan).

De Keruntuhan Tekuk Torsi Lateral


Kelangsingan yang diperhitungkan adalah kelangsingan dari bagian
balok pelat berdinding penuh yang mengalami tekan.
= 10.15.a
rT

= 1,76 10.15.b

= 4,40 IE 10.15.c

Dengan L adalah panjang bentang tak terkekang, dan 17- adalah jari—jari
girasi daerah pelat sayap ditambah sepertiga bagian web yang
mengalami tekan.

Jika 2< li p keruntuhan akan terjadi akibat leleh, sehingga:


1:1 10.16.a

Jika A < A < keruntuhan yang terjadi adalah tekuk


1 torsi lateral inelastis:
f. = Cbf. 1 10.16.b
2
s
.
Jika A c > A, maka keruntuhan yang terjadi adalah tekuk torsi
( lateral elastis:
fr 10.16.c
\ G

Dengan:
f = < 10.16.d
2

De Keruntuhan Tekuk Lokal Flens Tekan
Faktor kelangsingan yang diperhitungkan adalah berdasarkan
perbandingan lobar dengan
tebal Hens tekan.
10.17.a
A = f
2.t f
212 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

= 10.: "3

0,38.
k, . 10
E

4 0,35 < le e < 0,763

= 1,35
10.: ■
dengan:

ke I h
1
Jika kG _s kp keruntuhan akan terjadi akibat leleh, sehingga:

fr =4,
Jika X < X _<keruntuhan yang terjadi adalah tekuk lokal flens inelastis:
fr = 1___________ s fy
( P 10.1!
Jika X G >maka keruntuhan yang terjadi adalah tekuk lokal flens elastis,
10.1'!
fr r = f. A
G /

Dengan:
f = f
2

fy
(a)

0,5Cb.ff yy 1 1( A,„11 2
f =1,35
.
A p =0,38. A ,k o—
.E Ap

0,5fy f 7 Ay ‘,2
y

2 \, AG
Cambar 10.6 Batasan Balok Pelat Berdinding Penuh (a) Tekuk Torsi Lateral, (b)Tekuk Lokal Flens
As —4/2/, (b)
10.4 K UAT G ES ER NO MIN A L 213

Balok pelat berdinding penuh dengan kuat leleh yang berbeda


antara Hens dengan web, sering dinamakan sebagai balok hibrida.
Pada umumnya kuat leleh bagian flens lebih tinggi daripada
bagian web, sehingga bagian web akan mengalami leleh terlebih
dahulu sebelum kuat maksimum Hens tercapai. Kuat momen
nominal dari balok hibrida adalah:
Mn = Kg.S.L.R,
Dengan
: 10.19
R,
12+a,(3m—m 3 )
dan: ar = AjAf = rasio antara luas penampang melintang
web dengan penampang melintang Hens
= y f = rasio antara kuat leleh web dengan kuat leleh
fl ens

).4 KUAT GESER NOMINAL


Kuat geser desain dari balok pelat berdinding penuh adalah 0„1 7n,
dengan 0v = 0,9. Kuat geser balok pelat berdinding penuh
merupakan fungsi dari rasio tinggi dan tebal web (h/c) serta
dipengaruhi pula oleh jarak di antara pengaku vertikal yang
dipasang. Kuat geser balok pelat berdinding penuh dapat
dibedakan menjadi kuat geser pratekuk dan kuat geser pasta
tekuk yang dihasilkan dari aksi medan tank. Aksi medan tank
hanya terjadi jika pada balok pelat berdinding penuh dipasang
pengaku vertikal. Jika tak ada pengaku vertikal, atau bila jarak
antara pengaku vertikal cukup jauh, maka kuat geser balok
berdinding penuh hanya disumbang oleh kuat geser pratekuk.
Perhatikan sebuah panel pada balok pelat berdinding penuh yang
memiliki jarak antar pengaku vertikal sebesar a dan tinggi bersih
sebesar h, pada Gambar 10.7. Dalam
f C r
daerah yang memikul gaya geser besar
1 serta momen lentur yang kecil, maka
dapat diasumsikan bahwa panel tersebut
akan memikul geser murni (Gambar 10.7.c).

Tekuk Elastis Akibat Geser Murni


Tegangan tekuk elastis untuk sebuah elemen pelat adalah:
= k. Tt.E 10.21
1 2)(b/ )
—V t2

Untuk kasus geser murni pada balok pelat berdinding penuh,


maka persamaan 10.21 dapat dituliskan menjadi:

Jika didefinisikan besaran baru tanpa dimensi, C, sebagai rasio


antara tegangan tekuk geser'Lcrdengan tegangan geser leleh Ty maka:
ir2.E.k„
12(1— v2Xh/02
Nilai merupakan fungsi dari rasio a/h, dalam SNI 03-1729-2002 pasal
8.8.2, ditetap-
kan:
kn = 5 + 5 10.23

(/ ) 2

10.22
T
er
214 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

7r2
C=________________________________ 1
' -
T Ty. 12f 2
1— V hit —

. 1 1 0 . ■ ■ • ■ • •

n 1111■•■■■■

(a)Geser murni dalam elemen
Gambar 10.7 Teori Geser pada Balok Pelat Berdinding Pcnuh

Dengan mensubstitusikan 'Ey = 0,6.f


serta v = 0,3 maka diperoleh nilai daerah
a
tekuk elastis: •
= 1,5 k " .E_1 (SNI 03-1729-2002,
________a__________iv]
pasal 8.8.5) (b) Tegangan utama pada panel
fr (NO' akibat mengalami geser murni
(b)Tegangan utama dalam elemen
Tekuk Inelastisakibat geserGeser
Akibat murni Murni

Pada daerah transisi antara tekuk elastis dengan


leleh, besarnya T adalah:
I(
T, — kT proporsional)'( 1

7r2 .E.k
Jika ,• ,
0,8r
12(1—v2XhIt„,)
persamaan 10.26 dibagi dengan ti serta
mengambil nilai
pm
por
sio
nal
maka diperoleh bentuk:
(12 v , _
C= r
10

Dengan mengambil Zv = 0,6.f serta v = 0,3


maka diperoleh nilai C untuk tekuk inelastis:
.E ,
C = 1,10. " (SN1 03-1729-2002, pasal 8.8.4)

Kuat geser nominal dari balok pelat berdinding


penuh ditentukan sebagai her:.
V =
Nilai ditentukan dalam persamaan 10.25 untuk
tekuk elastis (C, < 0,8) dan
tekuk inelastis nilai C t , ditentukan dalam
persamaan 10.28 (C > 0,8).
10.4 KUAT GESER NOMINAL 215

1. UntuknilaiC=1,makapersamaan10.28dapatdituliskandalambentuk: —= 1,10.

10.30
Jika nilai tidak
melebihi batas
tersebut maka kuat geser nominal balok
pelat berdinding penuh adalah:

17 = 0,61;.4„ (SNI 03-1729-2002, pers. 8.8-3.a) 10.31

2. Batas antara tekuk inelastis dengan tekuk elastis dicapai untuk


nilai Cr= 0,8, sehingga persamaan 10.28 dapat dituliskan dalam
bentuk:

—h = 1,37. 10.32

Jika 1,10. ____ < (WO< 1,37. k


, maka kuat geser nominal
n' E
fy
balok
pelat berdinding penuh adalah:

V= k„ . 1
1,10.
E (hlt„,)

(SNI 03-1729-2002, pers. 8.8-4.a) 10.33

3. Untuk — > 1,37. I k , maka kuat geser nominal balok pelat


berdinding

penuh adalah:

V= .k„.E (SNI 03-1729-2002,pers.8.8-5.a) 10.34


(hlt„,)2

Gambar 10.8 Tekuk pada Web Balok Pelax Berdinding Penuh Akibat Geser Murni
216 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

10.5 KUAT GESER NOMINAL DENGAN PENGARUH AKSI MEDAN TARIK


Gaya geser yang bekerja pada balok pelat berdinding penuh
dapat menimbulkan (elastic dan inelastis). Tahanan pasca
tekuk yang timbul dari mekanisme rangka yang bekerja pada
panel balok pelat berdinding penuh yang dibatasi oleh
pengaku-per vertikal. Mekanisme rangka batang ini dinamakan
sebagai aksi medan tarik, gay tekan dipikul oleh pengaku
vertikal sedangkan gaya-gaya tarik diterima oleh pelat
(Gambar 10.9).

tiny vc.cik *,:k N:A


vv:k
I +  ,:k vl%

Gambar 10.9 Aksi Medan Tarik Balok Pelat Berdinding Penuh

Kapasitas geser balok pelat berdinding penuh dengan


mempertimbangkan ta.._ pasca tekuk akibat medan tarik ditunjukkan
dalam Gambar 10.10.

C, T c/

Ty
Pergeseran regangan, C , > 1
1,0
boleh tanpa B pengaku vertikal perlu
0,8 pengaku J _ very

Pasca tekuk
(pakai pengaku vertikal)

__________________ D
h/t„,
k .E
260
1,10 k'.E 1,37

Gambar 10.10 Kapasitas Geser dengan Aksi Medan Tarik

Aksi medan tarik boleh disertakan dalam perhitungan kuat geser


balok pelat ding penuh apabila a/h < 3 dan a/h < [260/h/c)12. Selain itu
aksi medan tarik tak = diperhitungkan untuk balok hibrida serta pada
panel-panel ujung (panel A pada GI-10.9) balok pelat berdinding penuh.
10.5 KUAT GESER NOMINAL DENGAN PENGARUH ... 217

Kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh dengan


mempertimbangkan aksi medan tarik dapat diekspresikan sebagai:
= ± V!/' 10.35
Dengan V er = c.(0,6f iv ).A sesuai persamaan 10.29. Nilai C
ditentukan dalam persamaan 10.25 dan 10.28 untuk tekuk elastis
dan inelastic. V f . merupakan sumbangan dari aksi medan tarik yang
akan diturunkan dalam bab ini.

Optimum Aksi Medan Tank


Perhatikan tegangan tarik at yang timbul pada suatu panel balok pclat
berdinding penuh dengan membentuk sudut y terhadap bidang
horizontal, pada Gambar 10.11. Besarnya gaya tarik diagonal total, T
yang timbul sepanjang tinggi web adalah:
T =t.tw.h.cos y 10.36

Gambar 10.11 Tegangan Tank pada Web Akibat Aksi Medan Tank

Komponen gaya dalam arah vertikal merupakan gaya geser V yang


besarnya:
V = Tsin y =t11V.h-cos y•sin 10.37

Jika gaya tarik diagonal, T, ini timbul pada Hens maka


diperlukan pengaku vertikal, sebab kekakuan vertikal dari Hens
cukup kecil do Hens telah bekerja untuk memikul momen lentur
yang diterima oleh balok pelat berdinding penuh. Dalam keadaan
ini biasanya diberi pengaku vertikal yang dapat didisain untuk
menahan komponen vertikal dari gaya tarik tersebut. Gaya gcscr A
V .yang timbul pada pengaku vertikal adalah:
AV, = 6r s t sin y 10.38
Gambar 10.12 Gaya yang Timbul Akibat Aksi Medan Tank

_____a_____I

Anda mungkin juga menyukai