Anda di halaman 1dari 44

JEMBATAN

BETON
PRATEGANG
MATA KULIAH JEMBATAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016

PENYUSUN :
Ayu Saputri
Shabrina Bella
Bondan Fariz
M. Iqbal
Aditya Leo
Anggun Restria
Irbah Mahdiah
Mega Raudhatin

135060100111001
135060100111003
135060100111005
135060100111007
135060100111009
135060100111013
135060101111031
135060107111039

J
E
M
B
A
T
A
N

Jembatan merupakan suatu struktur yang digunakan sebagai media


penghubung antar daerah yang terpisahkan oleh rintangan.

Jembatan telah membentuk suatu bagian dalam kehidupan masyarakat,


sebagai media penghubung antar daerah, sarana komunikasi untuk
perdagangan, sarana transportasi dan sarana pertukaran sosial budaya.
Beragam material menjadi pertimbangan dalam pembuatan jembatan.
Material yang umum digunakan dalam pembuatan jembatan bentang
panjang biasanya adalah baja dan beton.

Beton prategang adalah beton bertulang yang diberikan gaya pada arah longitudinal
elemen struktural.

Beton
Prategang
Gaya prategang dapat mencegah berkembangnya retak dengan cara sangat
mengurangi tegangan tarik di bagian tumpuan dan daerah kritis pada kondisi
beban kerja, sehingga dapat meningkatkan kapasitas lentur, geser, dan torsional
penampang tersebut.

Memikul beban lentur yang lebih besar dari beton


bertulang
Dapat digunakan pada bentang yang lebih panjang dengan
mengatur defleksi
Ketahanan geser dan puntir bertambah dengan adanya
penegangan
Keuntungan Beton Prategang
Dapat digunakan pada rekayasa konstruksi tertentu

Berbagai kelebihan pada penggunaan struktur khusus


Dengan diberikan penegangan, tegangan tarik dapat
dieliminasi karena besarnya gaya tekan disesuaikan dengan
beban yang akan diterima
Andri Budiadi (2008), Desain Praktis Beton
Prategang

Komponen-komponen jembatan
tempat kendaraan untuk lewat. Plat lantai
jembatan merupakan struktur pertama yang
menerima beban dan meneruskannya ke
gelagar utama.

Pendukung struktur jembatan sekaligus penerima


beban dari gelagar dan meneruskan nya ke tanah
dasar

Konsep Sistem Prategang:


Sistem prategang yang bisa menjadikan beton sebagai bahan elastis yang
bisa menahan tegangan tarik akibat dari beban luar. Konsep ini
diperkenalkan oleh Eugene Freyssinet, dimana beton yang telah diberikan
tegangan awal terlebih dahulu dapat bertransformasi menjadi bahan yang
elastis. Kondisi ini menunjukan bahwa tegangan tarik pada beton tidak ada.
Pada kondisi ini pun, beton akan mengalami dua (2) kondisi yaitu :
gaya prategang kosentris.
gaya prategang eksentris.

Gaya
Prategang
Kosentris.

Gaya prategang berada pada garis penampang atau


dikenal dengan kondisi dimana c.g.c dan c.g.c saling
berhimpit.

Gaya
Prategang
Eksentris

Gaya prategang tidak berada atau tidak


bekerja pada garis penampang sehingga
dapat disimpulkan bahwa c.g.c dan c.g.s

b. Sistem prategang yang merupakan kombinasi baja mutu tinggi dengan beton
mutu tinggi. Konsep ini merupakan kombinasi dua material yang menggambarkan
bahwa beton merupakan material yang menahan gaya tekan dan baja merupakan
material yang menahan gaya tarik. Kedua gaya tersebut membentuk kopel gaya
yang berfungsi untuk menahan gaya eksternal.

c. Sistem prategang untuk mencapai keseimbangan beban atau yang dikenal


dengan metode Load Balancing. Dalam konsep ini dijelaskan bahwa gaya
prategang berperan untuk menyeimbangkan gaya luar. Konsep ini
diperkenalkan pertama kalinya oleh T.Y.Lin yang menganggap bahwa beton
sebagai benda bebas dimana tendon dan gaya prategang berfungsi untuk
melawan beban yang bekerja.
Beban merata akibat gaya prategang pada kondisi ini dinyatakan dalam :
Wb =

Berdasarkan konsepnya, beton diberikan gaya


prategang berbentuk tendon atau kabel baja.
Pemberian gaya prategang pada beton terdiri
dari dua (2) cara, yaitu:
Pra Tarik (Pre-Tension)
Pasca Tarik (Post- Tension)

Pasca Tarik (Post- Tension)


Prinsip kerja metode ini adalah beton
dicetak terlebih dahulu, kemudian setelah
beton kering kabel ditarik. Awalnya beton
dicetak mengelilingi selongsong atau
selubung tendon dimana kabel prategang
berada
didalam
selongsong selama
pengecoran
kemudian
setalah
beton
mengeras diberi gaya prategang dengan
cara mengangkur kabel prategang ke
abutment. Pada saat itu gaya prategang
ditransfer ke beton sehingga beton akan
tertekan.

Pra Tarik (Pre- Tension)


Prinsip kerja metode ini adalah kabel baja
diregangkan terlebih dahulu sebelum beton
dicetak. Awalnya tendon prategang ditarik
kemudian dilakukan pengangkuran pada
abutment. Setelah tendon terpasang, maka
beton dapat dicetak. Setelah itu, tendon
dapat dipotong sehingga gaya prategang
dapat ditransfer ke beton. Pada kondisi ini,
kuat tekan beton harus sesuai dengan yang
disyaratkan.


Adapun
batas batas tegangan ijin sistem prategang berdasarkan SNI T 122004 tentang Perencanaan Struktur Jembatan Beton adalah sebagai berikut :
Pada kondisi transfer yaitu kondisi dimana belum terjadi kehilangan gaya
prategang, tegangan yang diijinkan adalah sebagai berikut :
ft = -
fb = -

Pada kondisi beban layan yaitu kondisi


dimana telah terjadi kehilangan gaya
pratekan, tegangan yang diijinkan adalah
sebagai berikut :

Standar
Pembebanan
Jembatan
SNI-T-02-2005

Standar Pembebanan Untuk Jembatan, beban


pada jembatan terbagi atas :
Aksi Tetap
Beban Lalu Lintas
Aksi Lingkungan
Aksi Lainnya

Aksi
Tetap

Aksi tetap pada jembatan dipengaruhi oleh


berat sendiri elemen elemen struktural
jembatan, beban mati tambahan berupa
utilitas, dan pengaruh dari penyusutan dan
rangkak.

Beban lalu lintas


Beban lalu lintas pada sistim pembebanan jembatan terdiri atas beban lajur "D"
dan beban truk "T". Beban lajur bekerja pada seluruh lebar jembatan sedangkan
beban truk ditempatkan pada lajur lalu lintas rencana yang ada dilapangan.
Beban Lajur "D"
Beban lajur merupakan gabungan dari beban
merata dan beban garis yang bekerja pada
jembatan. Adapun gambaran beban yang
bekerja seperti pada gambar berikut.

Beban Truk "T"


Beban truk merupakan kendaraan berat yang
ditempatkan di lajur lalu lintas rencana. Di setiap
satu lajur lalu lintas hanya bisa ditempatkan satu
buah truk. Beban truk yang digunakan tidak
melebihi beban yang distandarkan. Beban truk
yang digunakan memiliki berat sebesar 27 ton.

Aksi
Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi


sistim pembebanan jembatan adalah suhu
dari struktur jembatan, drainase atau aliran
air, beban angin, beban gempa dan tekanan
tanah. Faktor faktor diatas mempengaruhi
pembebanan suatu jembatan tetapi untuk
penelitian ini tidak memperhitungkan akibat
beban dari lingkungan.

Aksi Lainnya

Beban beban yang termasuk dalam aksi


lainnya adalah akibat gesekan pada tumpuan
dan akibat getaran yang terjadi pada
jembatan.
Faktor faktor ini juga diperhitungkan di
lapangan. Dari beberapa faktor pembebanan
yang telah dijelaskan diatas, penelitian ini
hanya mempertimbangkan beban akibat
beban lalu lintas secara spesifik yaitu beban
truk "T". Ini dikarenakan pengujian
pembebanan yang dilakukan dilapangan hanya
memperhitungkan akibat beban hidup yang
bekerja.

Analisa
Tegangan
Jembatan

SNI 03 2874 2002

Berdasarkan tegangan yang terjadi pada


suatu konstruksi jembatan perlu ditinjau dari
2 (dua) kondisi, yaitu :
Pada kondisi transfer
Pada kondisi layan

Tahapan
perhitungan
tegangan
pada
gelagar
jembatan

a.

Dimensi penampang balok prategang harus


jelas dan pasti.

b.

Gaya prategang / prategang dinyatakan


dengan P dalam satuan Newton (N)

c.

Hitunglah luas penampang beton


prategang dinyatakan dengan symbol A
dalam satuan mm2. Luas penampang
mempengaruhi penentuan titik berat setiap
segmen.

d.

Momen inersia penampang dihitung


berdasarkan bentuk penampang.

e.

Momen yang bekerja pada beton ditinjau


dari masing masing bagian penampang.

f.

Perhitungan tegangan harus memperhatikan


tegangan ijin tekan dan tegangan ijin tarik
pada beton yang telah disyaratkan


Pengujian
Jembatan

Uji Beban Statik


Uji Beban Dinamik
Uji Beban dengan Metode Terintegrasi

Uji Beban
Statik

Umumnya dilakukan dengan cara


menempatkan beban beban di atas
jembatan. Pada kondisi ini beban tidak
bergerak. Beban yang digunakan adalah
beban truk.
Pengujian ini biasanya dilakukan untuk
mengetahui kapasitas jembatan untuk
menahan beban yang diterima. Besarnya
beban yang diberikan dilakukan secara
bertahap.
Proses pemberian beban disebut dengan
tahap loading sedangkan proses dimana
beban dikurangi disebut tahap unloading.
Pengujian ini menggunakan alat uji yaitu
sensor.

Uji Beban Dinamik


Dilakukan dengan cara melewatkan beban
dalam hal ini kendaraan dari satu sisi ke sisi
lain dari jembatan. Sama halnya dengan uji
statik, uji dinamik jembatan juga dibantu
dengan

alat

mendapatkan

uji
hasil

atau

sensor

pengujian.

untuk
Biasanya

pengujian ini bertujuan untuk mengetahui


besarnya getaran yang terjadi pada jembatan.

Uji Beban
dengan
Metode
Terintegrasi

Dilakukan untuk mendapatkan model yang


sesuai atau dengan kata lain pengujian ini
bertujuan untuk mengkalibrasi model. Model
yang dimaksud adalah jembatan dimana
pemodelan dalam metode ini dibantu oleh
program. Metode ini sendiri merupakan
gabungan dari pengujian yang dilakukan
dilapangan dengan pemodelan yang dilakukan
pada program.

Perhitungan jembatan prategang sama dengan perhitungan jembatan pada


umumnya
Yang membedakan adalah perhitungan jembatan ini memerlukan perhitungan
beton prategang apakah mampu untuk menahan momen yang terjadi pada
jembatan. Apabila mampu, maka akan dilanjutkan pada analisis gelagar pada
jembatan

Sketsa potongan memanjang dan melintang jembatan beton komposit.


Suatu jembatan komposit, balok induk dan balok melintang
beton pratekan precast, sedangkan plat lantai jembatan tebal
25 cm dari beton bertulang dicor setempat

Contoh Perhitungan
Diketahui :
Pelat Lantai Kendaraan : Mutu K-250, tebal 25 cm dicor setempat
Tebal lapisan Aspal : 10 cm
Diafragma : beton pracetak K-400 ukuran 300 x 700 mm
Jarak antar diafragma (L) = 4500 mm
Balok Induk : beton prategang pracetak post tension, mutu K-500
Jarak antara balok induk (B) = 1750 mm
Kehilangan gaya prategang total = 20%

Perhitungan Properti Balok :

Luas A
= 20 x 70
Luas B
= 2 x x 10
Luas C
= 20 x 65
Luas D
= 2 x x 10
Luas E
= 35 x 50
Luas Total (A Balok)

= 1440cm2
x 25
= 250 cm2
= 1300 cm2
x 15
= 150 cm2
= 1750 cm2
= 4850 cm2

Statis Momen terhadap sisi bawah balok :


Sehingga,
yb = 302291,67 / 4850
= 62,33 cm
yt = 120 62,33
= 57,67 cm

Momen Inersia balok terhadap c.g.c :

Perhitungan Properti Balok Komposit :


Lebar pelat efektif :BE L = x
2330 = 582,5 cm
BE B = 175
cm (dipilih)
BE 16t + bf = 16 x 20
+ 70 = 470 cm
Nb: Untuk lebar pelat efektif dipilih yang paling
kecil
Lebar pelat transformasi :BTR= n x BE= 0,707
x 1750 = 123,744 124 cm
Statis momen terhadap sisi bawah balok :
(Apelat+ Abalok) x yb
= Apelatx 132,5 + Abalokx yb
(3100 + 4850) x yb
= (3100 x 132,5) + (4850 x
62,33)
y b
= 89,69 cm
y t
= (120 + 25) 89,69
= 55,31 cm

Kehilangan gaya prategang 20%, jadi :


Pi= 1,20 x PE= 1,20 x 250729,333 = 300875,199 kg
fpy=0,85 xfpu= 0,85 x 1725 = 146,25 MPa = 14662,50
kg/cm2
Ap=Pi/fpy=300875,199 / 14662,50 = 20,52cm2

Kontrol Tegangan pada Saat Prategangan :


Tegangan pada sisi bawah balok :

fcb= -98,055(Tekan)
Jadi, tegangan tekan disisi bawah balok:
fcb=98,055 kg/cm2 Fc= 249 kg/cm2OK

KESIMPULAN : DESAIN PENAMPANG OK, AMAN, DAN DAPAT


DIPAKAI

Metode
Konstruksi
Jembatan
Beton
Prategang

a) Tempat Pencetakan
b) Acuan
c) Perlengkapan Pra-tegang
d) Perakitan Kabel Pra-tegang
e) Selimut Beton
f) Pengecoran Beton
g) Perawatan

1. Tempat Pencetakan
Lokasi setiap tempat pencetakan harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.

2. Acuan

Pipa acuan untuk membentuk lubang melintang dalam pekerjaan akhir atau
perkakas cetak lainnya yang akan membatasi regangan memanjang dalam
elemen acuan harus dilepas sesegera mungkin setelah pengecoran beton
sedemikian rupa sehingga pergerakan akibat penyusutan atau perubahan
temperatur beton dapat dikendalikan.

3. Perlengkapan Pra-Tegang
Perlengkapan penarikan kabel harus disediakan paling sedikit 2 alat pengukur
tekanan dengan permukaan diameter tidak kurang dari 150 mm, satu untuk
membaca lendutan akibat penegangan dan yang satunya untuk membaca
pembebanan selama operasi penegangan akhir. Alat pengukur tekanan harus
akurat sampai ketelitian 1 % kapasitas penuh

4. Perakitan Kabel Pra-Tegang


Sebelum perakitan, maka permukaan baja prategang harus diperiksa terhadap korosi. Karat
lepas harus dibuang dengan tangan, yaitu
dengan lap kain guni atau wol baja halus dan
setiap jenis minyak harus dibersihkan dengan
menggunakan deterjen. Suatu lapisan karat
yang tipis tidak dianggap merusak asalkan
baja tersebut tidak nampak keropos setelah
dibersihkan dari karat.

5.Selimut Beton

6. Pengecoran Beton

Jika tidak ditentukan lain, maka

Pengecoran harus sesuai dengan

selimut beton tidak boleh kurang

ketentuan, beton harus digetar

dari 2 kali diameter kabel atau 3

dengan hati-hati untuk menghindari

cm, diambil yang lebih besar.

pergeseran kabel, kawat,

Selimut beton tersebut harus

selongsong, atau baja tulangan.

ditambah 1,5 cm untuk beton

Untuk bagian yang lebih dalam dan

yang kontak langsung dengan

tipis, penggetar luar yang

permukaan tanah atau 3,0 cm

ditempelkan pada acuan dapat

untuk elemen beton yang


dipasang dalam air asin.

dilaksanakan untuk menambah


getaran di bagian dalam.

7. Perawatn
Perawatan dengan uap air dapat digunakan sesuai dengan yang disyaratkan.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai