Anda di halaman 1dari 107

STRUKTUR BETON III (HSKB-503)

MATERIAL
BETON PRATEGANG
Beton yang digunakan dalam beton prategang disyaratkan
beton normal dan bermutu tinggi, workability tinggi, dapat mencapai
kekuatan tertentu dalam waktu singkat (kekuatan tekan kubus
sesudah 28 hari antara 30-70 N/mm2), dan kehilangan prategang
(loss of prestressed) kecil.
Kekuatan beton mutu tinggi ini bervariasi di beberapa tempat
(4000-6000 psi). Di Amerika Serikat, beton prategang menggunakan
beton dengan kekuatan silinder beton umur 28 hari sebesar 28-55
MPa.
Sedangkan kekuatan kubus beton yang biasa untuk beton
prategang di Eropa ditentukan kurang lebih sebesar 450 kg/cm2,
berdasarkan atas kubus ukuran 10, 15 atau 20 cm (Lin, 2000).
Menurut IS (Indian Standard Code), kekuatan tekan kubus 28
hari minimum adalah 40 N/mm2 untuk batang pratarik dan 30
N/mm2 untuk batang pascatarik (Raju, 1989).

Macam baja prategang yang digunakan adalah :

MATERIAL BAJA PRATEGANG

MATERIAL BAJA NON PRATEGANG

MATERIAL
BAJA PRATEGANG

KAWAT TUNGGAL (WIRE)

KAWAT BATANGAN (BAR)

UNTAIAN KAWAT (STRAND)

BAJA TULANGAN BIASA

MATERIAL
BETON PRATEGANG

ANGKUR HIDUP

ANGKUR HIDUP

ANGKUR MATI

ANGKUR MATI TIPE P

ANGKUR MATI TYPE H


ANGKUR

ANGKUR FLAT

ANGKUR FLAT

ANGKUR

PENYAMBUNG TENDON / KABEL

PENYAMBUNG TENDON / KABEL


SELONGSONG (DUCT) UNTUK SISTEM PASCATARIK
Menurut SNI, selongsong untuk tendon yang di-grout atau
tanpa lekatan harus kedap air dan tidak reaktif dengan beton, tendon
atau bahan pengisinya. Apabila digunakan kawat majemuk, kawat
untai atau batang tendon yang di-grout, selongsong harus
mempunyai diameter paling sedikit 6 mm lebih besar dari diameter
tendon dan mempunyai luas penampang dalam paling sedikit dua
kali luas dari tendon.

PENYAMBUNG TENDON / KABEL

Ada dua macam selubung (conduit/duct), yaitu untuk sistem


prategang dengan lekatan (bonded) dan yang untuk tanpa lekatan
(unbonded). Jika tendon harus diberi lekatan, umumnya digunakan
selubung yang terbuat dari logam baja yang digalvanisasi, selubung
plastik berulir atau selubung karet. Sedangkan apabila tendon harus
tanpa lekatan, biasanya dipakai plastik atau kertas tebal sebagai
pembungkus dan tendon diberi minyak (grease) untuk
mempermudah penarikan dan mencegah terjadinya karat.

SELONGSONG (DUCT)

\\

SELONGSONG

SELONGSONG (DUCT)

SELONGSONG (DUCT)

SELONGSONG (DUCT)

BAHAN
UNTUK GROUTING
Bahan pengisi selubung tendon disuntikkan ke
selongsong berfungsi antara lain untuk merekatkan tendon ke beton
setelah penarikan (untuk keaadaan pascatarik) dan untuk mencegah
baja berkarat.
Bahan untuk grouting biasanya terdiri dari semen
Portland dan air, sedangkan untuk selubung yang besar sering
ditambah pasir. Bahan tambahan campuran grout yang boleh
digunakan adalah bahan yang tidak mengandung kalsium klorida
dan tidak mempunyai pengaruh buruk terhadap grout, baja atau
beton.

GROUTING

GROUTING

BETON PRATEGANG
STRUKTUR BETON III
(HSKB-503)
KONSEP DASAR BETON PRATEGANG
KONSEP DASAR BETON PRATEGANG

BETON KUAT DALAM MENAHAN TEKAN (fc)

BETON LEMAH DALAM MENAHAN TARIK (8 SD


14%).fc

BETON MUDAH RETAK

ANTISIPASI RETAK DENGAN MEMBERIKAN GAYA


KOSENTRIS ATAU EKSENTRIS DALAM ARAH
LONGITUDINAL ELEMEN STRUKTUR

KAPASITAS LENTUR MENINGKAT DGN PEMBERIAN


GAYA PRATEGANG.

KONSEP DASAR BETON PRATEGANG

KONSEP DASAR BETON PRATEGANG

PERILAKU BETON

BETON NON PRATEGANG

BETON PRATEGANG

PERILAKU BETON

KONSEP DASAR BETON PRATEGANG

KONSEP DASAR BETON PRATEGANG

STRUKTUR BETON III


(HSKB-503)
SISTEM PENARIKAN BETON PRATEGANG

Selanjutnya di antara kabel yang terentang tersebut tentunya


telah disediakan bekisting dari product precast (misalnya untuk pile,
atau balok) , kemudian beton segar di cor khan di atasnya.

Sistem Pratarik ( Pretension) :


Beton prategang dimana tendon prategang ditarik sebelum balok
dicor
Sistem Pascatarik ( Postension) :
Beton prategang dimana tendon prategang ditarik sesudah balok
dicor
SISTEM PRATARIK (PRETENSION)
Pretensioning mengacu pada suatu sistem yang mana kabel
di stressing dengan bantuan suatu alat bantu khusus yang mandiri
disebut pretensioning bed atau casting bed. Jadi yang di stressing itu
bukan baloknya
Pada sistem di atas tidak dijumpai suatu device khusus yang
berkaitan dengan pengangkuran kabel, dan hanya mengandalkan
kekuatan lekatan (bounding) antara kabel dan beton. Jadi kondisi di
atas harus menunggu umur beton tertentu agar kekuatan beton
mencapai kekuatan rencana. Setelah itu maka kabel dapat dipotong.

SISTEM PASCATARIK (POST TENSION)


Adalah sistem lain dari cara prestreesing yang mana tidak
diperlukan casting bead, yang mana untuk itu struktur dicor dengan
jalur kabel diberikan terlebih dahulu duct (pipa alumunium)
sehingga menyisakan lobang yang dapat dimasukin kabel. Jadi
ketika struktur betonnya sudah mengeras maka kabel bisa
dimasukkan di duct tersebut selanjutnya pada ujung-ujung diberikan
angkur (angkur mati-angkur hidup, atau angkur hidup-angkur
hidup). Dari angkur hidup tersebut kabel di tarik.

Pada sistem Post Tension dalam perencanaan awal, gaya


efektif ditentukan lebih dahulu dengan memperkirakan kehilangan
prategang total. Pada sistem post-tensioning, digunakan perkiraan
sebesar 15% - 25%.
Untuk sistem Pre Tension tidak mengalami kehilangan
prategang.

Proses Launching Balok

Memasukkan 7 wire

Wedges angkur
Pemasangan kepala angkur

Penyambung antar segmen balok sebelum Stressing

Setelah Stressing

Hydraulic Jack utk Stressing

Sebelum Stressing

Grouting

ANALISIS LENTUR BETON PRATEGANG


PRINSIP DASAR BETON PRATEGANG

PERENCANAAN BETON PRATEGANG

berdasarkan asumsi bahwa penampang bidang datar selalu


tetap.
2. Beton tidak menerima tegangan tarik.
Hal ini berlaku untuk struktur dengan prategang penuh
(fully prestressed). Pada struktur dengan prategang sebagian
(partially prestressed), tegangan tarik terbatas bisa saja terjadi
pada penampang.
3. Tegangan tekan pada beton dan baja (baik baja tulangan
maupun tendon) didapat dari hubungan tegangan dan regangan
yang aktual atau diidealisasikan.

Pemberian gaya prategang pada beton prategang akan


memberikan tegangan tekan pada penampang.
Tegangan ini memberikan perlawanan terhadap beban luar
yang bekerja.
Gaya prategang diatur sesuai tegangan ijin dari fiber-fiber
kritis.
Pengaturan posisi penegangan pada penampang akan
memberikan keuntungan lebih.

Kabel prategang pada garis netral penampang (e = 0)

Prategang akibat Tegangan :

PENGARUH PRATEGANG
Dalam analisis lentur untuk suatu komponen struktur beton
prategang berlaku asumsi berikut:
1. Variasi regangan pada penampang adalah linear, yaitu
regangan di beton dan baja yang melekat padanya dihitung

P
AC

Tegangan akibat beban luar termasuk berat sendiri :


Tegangan serat atas :

f t=

P M

Ac W

M
W

Tegangan Serat Bawah :

f b :

P M
+
Ac W

utk ffully prestressed

f b=0
Kabel prategang pada garis netral penampang (e < 1/2h)

Prategang akibat Tegangan :

P P e
+
AC W

Tegangan akibat beban luar termasuk berat sendiri :


Tegangan serat atas :
Tegangan serat bawah :

M
W

P P e M
f t=

Ac
W
W
f t=

P P e M
+
+
Ac
W
W

Contoh 1:
Tentukan besarnya beban merata q dari balok pratekan dibawah ini
dengan eksentrisitas e= 0.

Penyelesaian :
Luas penampang beton :

A c =b h=400 700=280.000 mm

Momen Tahanan :
1
1
2
2
2
W = b h = 400 700 =32.667 .000mm
6
6
Momen yang terjadi :

1
2
M= q L
8

Tegangan pada serat bawah beton :


f =0
Prategang penuh b
P M P q L2
f b=
+ =
+
A c W A c 8 W
2

0=

100.000
q 7000
+
0,357+0.187 q=0
280.000 8 32.667 .000
'

'

q=1,909 N /mm =0.1909 ton/m

Contoh 2:
Tentukan besarnya gaya prategang P jika beban merata q=20 kN/m
dari balok pratekan dibawah ini dengan eksentrisitas e= 0.

Tegangan pada serat bawah beton :


f =0
Prategang penuh b
f b=

P M
+
Ac W
6

0=

P
202,5 10
+
2,5 106 . P+3,799=0
400.000 53.300 .000

P=1519600 N=1519,60 kN =151,960 ton

Penyelesaian :
Luas Penampang beton :
A c =b . h=500 .800=400.000 mm 2
Momen Tahanan :
1
1
W = . b .h 2= . 500 .800 2=53.300.000 mm 2
6
6
Momen yang terjadi :
1
1
M = . q . L2= . 20 . 92=202,5 106 N . mm
8
8

Contoh 3:
Tentukan tinggi penampang h jika gaya prategang P=800 kN, dan
beban merata q=15 kN/m dari balok pratekan dibawah ini dengan
eksentrisitas e= 0.

1
400 2
2
W = . b .h =
.h
6
6
Momen yang terjadi :
1
1
M = . q . L2= .15 . 6,52=79,2 106 N .mm
8
8
Tegangan pada serat bawah beton :
f =0
Prategang penuh b
f b=
0=

P M
+
Ac W

800.000 79,2 106 . 6


1.188.000
+
200+
=0
2
400 . h
h
400. h

h=594 mm

Penyelesaian :
Luas penampang beton :
A c =b . h=400 . h
Momen tahanan :

Contoh 4:

Tentukan gaya prategang minimum P dari balok pratekan dibawah


ini dengan eksentrisitas e= 200 mm sehingga tidak ada tegangan
tarik.

A c =b . h=400 .650=260.000 mm2


Momen tahanan :
1
1
2
2
3
W = . b .h = . 400 . 650 =28.160 .000 mm
6
6
Momen yang terjadi :
1
1
2
3
6
M = . q . L = . 20 .12 =360 10 N . mm
8
8
Tegangan pada serat bawah beton :
f =0
Prategangan penuh b
f b=

P P .e M

+
Ac
W W
6

0=

P
P . 200
360 10

+
3,846 106 . P+12,784=0
260.000 28.160 .000 28.160 .000
6

10,948 10 . P+12,784=0
P=1.167 .702 N =1.168 nN =116,80 ton
Tegangan pada serat atas beton :
P P . e M
f 1=
+

Ac W W

Penyelesaian :
Luas penampang beton :

f 1=

1.167 .702 1.167 .702. 200 360 106


+

260.000
28.160.000
28.160 .000

f 1 =4,491+8,29312,784=8,982

N
( tekan)
mm 2

Tegangan pada serat bawah beton :


P P .e M
f b=

+
Ac
W W
f b=

1.167 .702 1.167.702 .200 360 106

+
260.000
28.160 .000
28.160 .000

f b=4,4918,293+12,784=0 N /mm2

Penyelesaian:
Contoh 5:

Contoh 6:

Contoh 7: Metode Beban Kerja

Penyelesaian:

Contoh 8:

Penyelesaian:

Contoh 9:

Contoh 10:

Penyelesaian:

I segitiga =

1
bh3
36

Contoh 11:

Penyelesaian:

Contoh 12:

Penyelesaian:

Pi=Pawal=P e( 100+ LOP )

Pe =gaya prategang efektif atau


gaya prategang pada saat servis .
= =

Penyelesaian:

Contoh 13:

Penyelesaian:

Contoh 14:

Penyelesaian:

Contoh 15:

Contoh Soal 2:
Tentukan besarnya beban hidup yang mampu dipikul balok dengan
gaya prategang efektif Pe=250 ton yang garis kerjanya digeser
sebesar 15 cm dari garis netral, dan mutu beton fc=35 MPa.

Contoh Soal 3:

Contoh Soal 1:
Tentukan besarnya gaya prategang efektif Pe jika beban hidup q=3,5
kN/m dari balok pratekan dibawah ini dengan eksentrisitas e= 0,
dan mutu beton fc=35 MPa.

Contoh Soal 4:

KEHILANGAN PRATEGANG
SKEMA
KEHILANGAN PRATEGANG
Gaya Prategang Sesaat Setelah Transfer
(Initial Force)
Kehilangan Langsung
Pj

Kehilangan Tergantung Waktu


Pi

(Immediate Losses)
Gaya Prategang Awal
(Jacking Force)

Pe
(Time Dependent Losses)k
Gaya Prategang Efektif/ Akhir
(Final/ Effective Force)

Contoh Soal 1:

Penyelesaian:

Contoh Soal 2:

Penyelesaian:

Contoh Soal 3:

Penyelesaian:

Contoh Soal 4:

Penyelesaian:

Contoh Soal 5:

Penyelesaian:

Contoh Soal 6:

Penyelesaian:

Contoh Soal 7:

Contoh Soal 8:

Penyelesaian:

Contoh Soal 9:

Penyelesaian:

Contoh Soal 10:

Penyelesaian:

Contoh Soal 11:

KONSEP DAKTILITAS PADA BETON BERTULANG

DEFINISI DAKTILITAS
Naaman (1986):

Kemampuan elemen struktur untuk menahan deformasi


inelastik tanpa kehilangan kekuatan yang berarti

W.C Vis dan Gideon K. (W.C Vis dan Gideon K. (1993):

Kemampuan struktur untuk berdeformasi sebelum terjadi


keruntuhan akibat beban ultimit.

Kemampuan suatu batang saat menerima pembebanan bolakbalik di atas titik lelehnya, tanpa mengalami pengurangan
kemampuan kapasitas penampangnya

Perbandingan antara deformasi total dan deformasi leleh

Kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami


simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan
bolak-balik akibat beban di atas beban gempa yang
menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil
mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup,
sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun
sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan

Naaman (1986):

Kemampuan elemen struktur untuk menahan deformasi


inlastik tanpa kehilangan kekuatan yang berarti

Kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami


simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan

bolak-balik akibat beban di atas beban gempa yang


menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil
mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup,
sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun
sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan

(angle of curvature) maksimum pada saat ultimit dan sudut


kelengkungan pada saat terjadi leleh pertama pada tulangan
tarik dari suatu elemen struktur akibat beban momen lentur.

JENIS-JENIS DAKTILITAS

Berdasarkan parameter deformasi yang ditinjau, daktilitas


dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Daktilitas regangan (strain ductility), yaitu perbandingan
antara regangan maksimum dan regangan leleh pada balok
yang dibebani aksial tarik/tekan.

Dimana:

2. Daktilitas Kelengkungan/Daktilitas Kurvatur (curvature


ductility), yaitu perbandingan antara sudut kelengkungan
(angle of curvature) maksimum pada saat ultimit dan sudut
kelengkungan pada saat terjadi leleh pertama pada tulangan
tarik dari suatu elemen struktur akibat beban momen lentur.
3. Daktilitas rotasional (rotational ductility), yaitu perbandingan
antara putaran sudut maksimum pada sendi plastis terhadap
putaran sudut leleh.
4. Daktilitas perpindahan (displacement ductility), yaitu
perbandingan antara perpindahan struktur (umumnya dalam
arah lateral) maksimum dalam kondisi post-elastic terhadap
deformasi struktur pada saat leleh.

U
y

= daktilitas kurvatur

= kurvatur ultimit (rad/satuan panjang)

= kurvatur leleh (rad/satuan panjang)

Faktor yang kemungkinan dapat mempengaruhi daktilitas kurvatur


suatu penampang beton (Whittaker,2000),
1.Mutu beton (fc)
2.Mutu baja (fy)
3.Rasio penulangan tarik ()
4.Rasio penulangan tekan ()

DAKTILITAS KURVATUR

Daktilitas Kelengkungan/Daktilitas Kurvatur (curvature


ductility), yaitu perbandingan antara sudut kelengkungan

5.Pengaruh pengekangan (tulangan transversal)


6.Taraf Beban Aksial (P) terutama untuk kolom

Pengaruh sifat-sifat penampang terhadap daktilitas dapat diamati


sebagai berikut (Park dan Paulay (1974):
1. Peningkatan rasio penulangan tarik akan menurunkan tingkat

daktilitas
balok. Posisi garis netral penampang akan
turun ke bawah sehingga
u

akan bertambah besar dan

akan berkurang

2. Peningkatan rasio penulangan tekan akan meningkatkan

daktilitas
balok. Hal ini akan menyebabkan posisi garis

netral cenderung naik ke atas. Akibatnya,


berkurang dan

akan

akan bertambah besar.

3. Peningkatan kekuatan baja/mutu baja akan menurunkan


daktilitas balok. Peningkatan mutu baja akan meningkatkan
regangan leleh baja sehingga posisi garis netral juga semakin
ke bawah seiring dengan bertambahnya kekuatan baja.
y
u
Akibatnya,
akan bertambah dan
akan berkurang.

Beban gravitasi adalah

Beban gempa adalah

4
(13 s.d 16).

Menurut Park dan Dai Ruitong (1988):


b

Jika

'

0,75.

Pengaruh sifat-sifat penampang terhadap daktilitas dapat


diamati sebagai berikut (Park dan Paulay (1974):

Jika

'

0,5.b maka

4. Peningkatan kekuatan beton/mutu beton akan meningkatkan

daktilitas
. Hal ini akan berpengaruh pada posisi garis

Jika

netral penampang yang akan semakin ke bawah seiring


y
bertambahnya mutu beton. Akibatnya,
akan berkurang
dan

akan bertambah.

5. Peningkatan nilai regangan pada serat terluar beton (

pada kondisi pembebanan ultimit, akan menambah daktilitas

u
balok karena besar
juga akan bertambah.
Cara yang paling efektif untuk meningkatkan daktilitas suatu
penampang adalah dengan melakukan pengekangan (Park dan
Paulay).
SYARAT DAKTILITAS KURVATUR
Menurut Park dan Paulay (1974):

'

0,5 maka

maka

Pengekangan Beton

MOMEN KURVATUR


c E
= =
y y

( M . yI )
E
y

M
EI

M
M
slope= =EI
EI

KARAKTERISTIK MOMEN KURVATUR

STRESS-STRAIN TULANGAN BAJA

U
Y

STRESS-STRAIN BETON MUTU NORMAL

MODEL PENGEKANGAN BALOK/ KOLOM

S =

s =

Volume Tulangan Geser


Volume Beton yang Tertekang

mm, dengan data balok 30/50, ds = 25 mm,

= 19 mm,

10 mm, fc=25 MPa, fyh = 240 MPa.

A .L

sk
s
} . {h} ^ {

DAKTILITAS KURVATUR BALOK BERTULANGAN


TUNGGAL BETON MUTU NORMAL (KONDISI
UNCONFINED)

. S sk

KONVERSI SATUAN
1 kN = 0,225 kip

1 MPa = 1 N/mm2

1 kip = 4,448 kN

1 N/mm2 = 10 kg/cm2

1 ton = 10 kN

1 MPa = 10 kg/cm2

1 N = 0,2248 lb

1 kip/ft = 14,59 kN/m

1 ksi = 6,895 MPa

1 kN/m = 68,52 lb/ft

1 MPa = 0,145 ksi

1 ft-kip = 1,356 kN.m

1 psi = 0,006895 MPa

1 kN.m = 0,7376 ft-kip

1 MPa = 145,0326 psi

1 in = 2,54 cm

1 psi = 0,001 ksi

1 in2 = 645,16 mm2

ANALISIS MOMEN KURVATUR BALOK TULANGAN


TUNGGAL BETON MUTU NORMAL
PENURUNAN PERSAMAAN MOMEN-KURVATUR LELEH

Keseimbangan gaya :
C=T

( 12 . f . k .d ) .b= A . f
c

Umpan Balik Modul 4


Soal 1:
Buatlah kurva stress-strain beton menurut Kent-Park (1971) kondisi
tidak terkekang dan tidak terkekang untuk Spasi 100 mm, dan 150

f s 1 k .b.d
= .
fc 2
As

Ec=4700 . fc' MPa


Hukum Hooke :
Baja :

f s=E s . s

Beton :

f c =Ec . c

Berdasarkan diagram regangan, didapat:


s dk . d 1k
=
=
c
k .d
k

k .b . d 1k
=
2 . n . As
k
k
1k
=
2.n.
k
k 2 + ( 2 . n. ) . k2. n . =0
k = ( n. ) +2 . n. n .
2

fs
Es 1k
=
fc
k
Ec

Dengan :

fs
1k
=
n. f c
k

Keseimbangan Momen:
k
M = As . f s . 1 . d
3

Dengan :
n=

Es
Ec

Es=200.000 MPa

As
b.d

( )

( k3 ). d

M =0,5 . f c . b . k . d . 1

Apabila tulangan baja leleh, maka


sehingga:

z s=z y

dan

f s=f y

k
.d
3

( )

M Y =As . f y . 1

maka
Agar satuan
dimensional), maka

MY
MY

tidak terikat dengan dimensi (nondibagi dengan

y . d=

b . d 2 , sehingga

didapat:

tidak terikat dengan dimensi (non-dimensional),

dikalikan dengan d, sehingga didapat:

y
( 1k )

PENURUNAN PERSAMAAN MOMEN-KURVATUR ULTIMIT

( k3 ) . d

As . f y . 1

MY
b .d 2
MY
b .d

Agar satuan

b . d2

( 3k )

= . f y . 1

Dengan :
=

As
b.d

Berdasarkan diagram regangan, pada saat tulangan baja leleh,


maka besar kurvatur yang terjadi adalah:
y
y=
d . ( 1k )
y

dalam satuan rad/satuan panjang

Keseimbangan Gaya:
C=T

0,85 . f 'c .b . a= As . f y

a=

c=

As . f y
'

0,85 . f c . b
. f y . d
0,85 . f 'c . 1

Dengan :

Atau

a=1 . c
=

1
M u=T . d . a
2

As
b.d

1
M u= As . f y . d . a
2

Keseimbangan momen :
1
M u=C . d . a
2

1
M u=0,85 . f 'c . b .a . d . a
2

Agar satuan

Mu

dimensional), maka

Mu

tidak terikat dengan dimensi (non2


dibagi dengan b . d sehingga didapat:

Anda mungkin juga menyukai