Anda di halaman 1dari 9

NAMA : ELSA AMALIA MAGHFIROH

NIM : 1641320033
KELAS : 3 MRK 2

1. Anchorage dan Blok Akhir (End Block)


Bagian dari komponen struktur prategang yang mengelilingi angkur tendon
seringkali disebut blok akhir (end block). Pada seluruh panjang blok akhir, gaya prategang
dialihkan dari luas yang kurang lebih terpusat dan didistribusikan melalui seluruh
penampang beton. Panjang blok akhir tergantung dari penyebaran kabel di ujung dan
sistem penjangkarannya. Namun berdasarkan pengamatan secara teoritis dan eksperimen
bahwa panjang blok akhir ini tidak lebih besar dari tinggi balok dan seringkali lebih kecil.

Gambar 1.1 Block akhir

Akibat stressing, maka pada ujung balok terjadi tegangan yang besar dan untuk
mendistribusikan gaya prategang tersebut pada seluruh penampang balok, perlu suatu
bagian ujung blok yang panjangnya sama dengan tinggi balok dengan seluruhnya
merata selebar flens balok.

Daerah end blockatau Anchorage zone memiliki konsentrasi tegangan yang


sangat tinggi dan sangat berpotensi terjadinya bahaya retak. Diperluakan analisa
khusus pada penulangan ujung balok untuk memikul gaya pencar (bursting), belah dan
pecah (spalling) yang timbul akibat pengangkuran tendon.Tendon yang ditinjau
merupakan tendon lurus dan tendon melengkung (drapped).Untuk mengukur
tegangan-tegangan yang cukup rumit, metode analisis linear yang diberikan oleh
Guyon, Magnel, dan Zeilensky dan Roe cukup dapat digunakan untuk memahami
tingkat tegangan yang terjadi pada end block.
Elemen struktur yang akan dianalisis pada studi ini adalah daerah
pengangkuran (anchorage zone) atau end block pada beton prategang Pemindahan
gaya dari tendon kepada beton dilakukan dengan mentransfer gaya pada beton atau
dengan pengangkuran. Daerah di ujung balok sepanjang h yaitu tinggi balok,
merupakan daerah terganggu yang merupakan daerah peralihan dari gaya prategang
terpusat menjadi tegangan normal di daerah EF, sedangkan daerah CDEF disebut
daerah end block.

Gambar 1.2 Balok Beton Prategang (a) End Block pada Ujung Kiri (b) Detail End Block
[Winarni Hadipratomo, 2008].

Distribusi tengangan disekitar endblock pada dasarnya sangat kompleks,


Berdasarkan prinsip Saint Venant’s, bahwa tegangan menjadi seragam dilokasi sejauh
kira-kira sama dengan tinggi penampang (h) diukur dari lokasi pengangkeran Daerah
dengan konsentrasi tegangan yang sangat tinggi dan sangat berpotensi terjadinya
bahaya retak pada bagian ujung balok posttension disebut dengan “anchorage zone”
atau “end zone”. (Antoine E. Naaman: 1976).
Secara umum zona ini terdiri atas dua bagian:
 Sistem Perencanaan End block (Daerah Ujung balok)
Daerah pengangkuran merupakan salah satu contoh daerah terganggu,
sebagaimana teori balok tradisional seperti teori Bernoulli mengenai bidang datar
akan tetap datar setelah lentur, tidak berlaku pada daerah terganggu. Panjang
daerah zona angkur adalah sama dengan dimensi terbesar penampang.
Sedangkan, untuk perangkat angkur tengah, zona angkur mencakup daerah
terganggu di depan dan di belakang perangkat angkur tersebut.
Secara umum, zona angkur dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Zona angkur lokal, yang berbentuk prisma persegi yang berada di sekitar
angkur dan tulangan-tulangan pengekang. Zona ini mempunyai bentuk
prisma persegi dan berada disekitar angkur dan tulangan-tulangan
kekangan.
b. Zona angkur global, yang merupakan daerah pengangkuran sejauh
dimensi terbesar penampang yang juga mencakup zona angkur global.
Untuk perencanaan daerah pengangkuran lokal dan global, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
(1) Didasarkan pada gaya tendon terfaktor,
(2) Faktor beban = 1.2 terhadap gaya penarikan tendon maksimum
(3) Faktor reduksi untuk zona pengangkuran pascatarik= 0.85
(4) Pada zona pengangkuran harus dipasang tulangan untuk memikul gaya pencar
(bursting), belah dan pecah (spalling) yang timbul akibat pengangkuran tendon.
(5) Tulangan minimum dengan kuat Tarik nominal sama dengan 2% dari masing –
masing gaya tendon terfaktor harus dipasang pada arah-arah ortagonal yang
sejajar dengan sisi belakang dari daerah pengangkuran untuk membatasi spalling
(pecah).

Sistem Perencanaan End block (Daerah Ujung balok), Pembebanan pada Ujung
Balok:
(1) Transfer Prategang pada Batang Pratarik
(2) Sistem pascatarik daerah pengangkuran
(3) Profil Baja Prategang
(4) Distribusi Tegangan pada Beton Pascatarik
(5) Penulangan Daerah Ujungdan Dapped-end
Tegangan-tegangan pada block akhir, mempunyai karakter tersendiri yang
bersifat sangat kompleks. Penyederhanaannya adalah sebagai uraian berikut :

A B

p a
N
x x 
A B b

p
a
x x
D

z T

Gambar 1.3 Tegangan-tegangan pada block akhir

Dengan idealisasi seperti pada gambar, ternyata pada block akhir terjadi
momen yang menimbulkan tegangan (gaya) tarik melintang (T).

Gaya tarik tersebut bisa berbahaya dan perlu mendapat perhatian khusus
(diberikan tulangan). Momen sebesar M, harus diimbangi oleh kopel yang terjadi
tegak lurus oleh sepasang gaya T dan D dengan berlengan kopel = z.

Menurut percobaan :

z = 0,42 h ........................................................................................... (1.1)

sehingga :

M M
T = = .......................................................................... (1.2)
z 0,42 h

dimana :

M = Mx (momen terhadap serat x-x)

2
a
M = ½ (b’ . b) (h1) – ½ (p . a)   .............................................. (1.3)
2
z
Kemudian :

N = p . a2 = b’ . b . h

atau

σb ' . b . h
p =
a2

dengan :

b = lebar balok

axa = ukuran plat bantalan

Gaya tarik melintang (T) menimbulkan tegangan tarik melintang. Karena beton lemah
terhadap tarik maka harus diberikan tulangan sebesar :

T
A=
σa

Tulangan ini harus disebar melintang (seperti sengkang geser) sepanjang block
akhir, dengan  a adalah tegangan izin baja (umumnya dipakai baja lunak).

Pada bagian end block terdapat 2 macam tegangan yaitu Tegangan tarik yang
disebut bursting zone terdapat pada pusat penampang di sepanjang garis beban. Tegangan
tarik yang tinggi yang terdapat pada permukaan ujung end block yang disebut spelling
zone (daerah terkelupas). Perhitungan untuk mencari gaya yang bekerja pada end block
adalah pendekatan dengan rumus:

(1) Untuk angkur tunggal


𝑇0 = 0,04 𝐹 + 0.2 [ 𝑏2 − 𝑏1 𝑏2 + 𝑏1 ] 3 .𝐹

(2) Untuk angkur majemuk


𝑇0 = 0.2 [ 2 − 𝑏1 /𝑏2 + 𝑏1 ] 3 .𝐹
𝑇𝑠 = 𝐹 3 (1 − 𝛾)
𝛾 = 2𝑎/ 2𝑏
Dimana:
T0 = gaya pada spelling zone
Ts = gaya pada bursting zone
F = gaya prategang
b1,b2 = bagian-bagian dari prisma.

2. Bursting Steel
Tegangan tarik yang disebut bursting terdapat pada pusat penampang di sepanjang
garis beban. Berupa rangkaian tulangan besi dipasang dan tertanam di belakang casting.
Berfungsi sebagai perkuatan untuk menahan penyebaran gaya arah radial yang terjadi
akibat gaya prategang yang bekerja pada casting. (Standar Bangunan Atas Jembatan,
Dirjen Bina Marga)

3. Spalling Zone
Tegangan tarik yang tinggi yang terdapat pada permukaan ujung end block yang
disebut Spalling Zone (daerah yang terkelupas).
Untuk menahan tegangan tarik di daerah Bursting Zone digunakan sengkang atau
tulangan spiral longitudinal. Sedangkan untuk tegangan tarik di daerah Spalling Zone
digunakan Wiremesh atau tulang biasa yang dianyam agar tidak terjadi retakan.

4. Prategang Penuh (Fully Prestressed)


Suatu sistem yang dibuat sedemikian rupa,sehingga tegangan yang terjadi adala
tekan pada selurih tampang. Scara teoritis sistem ini tidak memerlukan tulangan pasif.
Untuk komponen-kompenen struktur dari beton prategang penuh, maka komponen
tersebut direncanakan untuk tidak mengalami retak pada beban layan, jadi pada komponen
tersebut ditetapkan tegangan tarik yang terjadi = nol ( σtt =σts = 0 ).
Dimana : σtt : tegangan tarik ijin pada saat transfer gaya prategang
σts : tegangan tarik ijin pada saat servis
5. Prategang Sebagian ( Partially Prestressed )
Dalam memikul beban, kabel baja prategang bekerja bersama tulangan pasif
dengan tujuan agar strukturnya berperilaku lebih daktil.
Untuk kompomen struktur yang direncanakan sebagai beton prategang sebagian,
maka komponen tersebut dapat didesain untuk mengalami retak pada beban layan dengan
batasan tegangan tarik pada saat layan diperbolehkan maksimum :
σts = 0,50√𝒇҆𝒄
Dimana :
fc : kuat tekan beton

Oleh karena itu konstruksi beton prategang harus didesain sedemikian


sehingga mempunyai kekuatan yang cukup dan mempunyai kemampuan layan yang
sesuai kebutuhan.
Disamping itu konstruksi harus awet, tahan terhadap api, tahan terhadap
kelelahan ( untuk beban yang berulang-ulang dan berubah-ubah), dan memenuhi
persyaratan lain yang berhubungan dengan kegunaannya.

6. Whooble Effect
Melendutnya letak saluran tendon (tidak tepatnya tracee saluran),biasanya disebut
dengan ”Wobble-effect”.
Kehilangan prategang terjadi pada komponen struktur pascatarik akibat adanya
gesekan antara beton dengan tendon disekitarnya. Besarnya kehilangan ini merupakan
fungsi dari elinyemen tendon, yang disebut efek kelengkungan. Selain itu juga terdapat
deviasi lokal dalam elinyemen tendon yang tak dapat dihindari atau tidak disengaja,
disebut sebagai efek wobble.
Tabel Koefisien efek kelengkungan dan efek wobble:
Koefisien
Jenis tendon Koefisien wobble (K)
kelengkungan (μ)
Tendon diselubungi
0,0010-0,0015 0,15-0,25
metal fleksibel
Tendon kawat
Strand 7 kawat 0,0005-0,0020 0,15-0,25
batang mutu tinggi 0,0001-0,0006 0,08-0,30
Tendon di saluran metal
0,0002 0,15-0,25
yang rigid
Strand 7 kawat
Tendon yang dilapisi
0,0010-0,0020 0,05-0,15
mastic
Tendon kawat dan strand 7 kawat
Tendon yang dilumasi
0,0003-0,0020 0,05-0,15
dahulu
Tendon kawat dan strand 7 kawat

Karena rasio tinggi balok terhadap bentangnya biasa relatif kecil, maka
panjang proyeksi tendon dapat digunakan untuk menghitung α. Dengan
mengasumsikan bahwa kelengkungan tendon sesuai dengan bususr lingkaran, maka
sudut pusat α di sepanjang segmen yang melengkung seperti pada gambar 3.5,
besarnya 2 kali kemiringan di ujung segmen.

Gambar 1.3 Evaluasi pendekatan pusat sudut tendon


Sumber : Beton Prategang Suatu Pendekatan Mendasar Jilid 1 (G. Nawy. 2001)
maka, sudut α dihitung dengan persamaan :
∝ = 8𝑦𝑥 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛
Kemudian kehilangan prategang akibat kelengkingan dapat menggunakan persamaan
berikut :
Δ𝑓𝑝𝐹=𝑓1(𝜇∝+𝐾𝐿) (3.17)
Dimana :
f1 = tegangan yang terjadi akibat gaya prategang awal Pi
μ = koefisien kelengkungan
K = koefisien wobble

Anda mungkin juga menyukai