NIM : 1641320033
KELAS : 3 MRK 2
Akibat stressing, maka pada ujung balok terjadi tegangan yang besar dan untuk
mendistribusikan gaya prategang tersebut pada seluruh penampang balok, perlu suatu
bagian ujung blok yang panjangnya sama dengan tinggi balok dengan seluruhnya
merata selebar flens balok.
Gambar 1.2 Balok Beton Prategang (a) End Block pada Ujung Kiri (b) Detail End Block
[Winarni Hadipratomo, 2008].
Sistem Perencanaan End block (Daerah Ujung balok), Pembebanan pada Ujung
Balok:
(1) Transfer Prategang pada Batang Pratarik
(2) Sistem pascatarik daerah pengangkuran
(3) Profil Baja Prategang
(4) Distribusi Tegangan pada Beton Pascatarik
(5) Penulangan Daerah Ujungdan Dapped-end
Tegangan-tegangan pada block akhir, mempunyai karakter tersendiri yang
bersifat sangat kompleks. Penyederhanaannya adalah sebagai uraian berikut :
A B
p a
N
x x
A B b
p
a
x x
D
z T
Dengan idealisasi seperti pada gambar, ternyata pada block akhir terjadi
momen yang menimbulkan tegangan (gaya) tarik melintang (T).
Gaya tarik tersebut bisa berbahaya dan perlu mendapat perhatian khusus
(diberikan tulangan). Momen sebesar M, harus diimbangi oleh kopel yang terjadi
tegak lurus oleh sepasang gaya T dan D dengan berlengan kopel = z.
Menurut percobaan :
sehingga :
M M
T = = .......................................................................... (1.2)
z 0,42 h
dimana :
2
a
M = ½ (b’ . b) (h1) – ½ (p . a) .............................................. (1.3)
2
z
Kemudian :
N = p . a2 = b’ . b . h
atau
σb ' . b . h
p =
a2
dengan :
b = lebar balok
Gaya tarik melintang (T) menimbulkan tegangan tarik melintang. Karena beton lemah
terhadap tarik maka harus diberikan tulangan sebesar :
T
A=
σa
Tulangan ini harus disebar melintang (seperti sengkang geser) sepanjang block
akhir, dengan a adalah tegangan izin baja (umumnya dipakai baja lunak).
Pada bagian end block terdapat 2 macam tegangan yaitu Tegangan tarik yang
disebut bursting zone terdapat pada pusat penampang di sepanjang garis beban. Tegangan
tarik yang tinggi yang terdapat pada permukaan ujung end block yang disebut spelling
zone (daerah terkelupas). Perhitungan untuk mencari gaya yang bekerja pada end block
adalah pendekatan dengan rumus:
2. Bursting Steel
Tegangan tarik yang disebut bursting terdapat pada pusat penampang di sepanjang
garis beban. Berupa rangkaian tulangan besi dipasang dan tertanam di belakang casting.
Berfungsi sebagai perkuatan untuk menahan penyebaran gaya arah radial yang terjadi
akibat gaya prategang yang bekerja pada casting. (Standar Bangunan Atas Jembatan,
Dirjen Bina Marga)
3. Spalling Zone
Tegangan tarik yang tinggi yang terdapat pada permukaan ujung end block yang
disebut Spalling Zone (daerah yang terkelupas).
Untuk menahan tegangan tarik di daerah Bursting Zone digunakan sengkang atau
tulangan spiral longitudinal. Sedangkan untuk tegangan tarik di daerah Spalling Zone
digunakan Wiremesh atau tulang biasa yang dianyam agar tidak terjadi retakan.
6. Whooble Effect
Melendutnya letak saluran tendon (tidak tepatnya tracee saluran),biasanya disebut
dengan ”Wobble-effect”.
Kehilangan prategang terjadi pada komponen struktur pascatarik akibat adanya
gesekan antara beton dengan tendon disekitarnya. Besarnya kehilangan ini merupakan
fungsi dari elinyemen tendon, yang disebut efek kelengkungan. Selain itu juga terdapat
deviasi lokal dalam elinyemen tendon yang tak dapat dihindari atau tidak disengaja,
disebut sebagai efek wobble.
Tabel Koefisien efek kelengkungan dan efek wobble:
Koefisien
Jenis tendon Koefisien wobble (K)
kelengkungan (μ)
Tendon diselubungi
0,0010-0,0015 0,15-0,25
metal fleksibel
Tendon kawat
Strand 7 kawat 0,0005-0,0020 0,15-0,25
batang mutu tinggi 0,0001-0,0006 0,08-0,30
Tendon di saluran metal
0,0002 0,15-0,25
yang rigid
Strand 7 kawat
Tendon yang dilapisi
0,0010-0,0020 0,05-0,15
mastic
Tendon kawat dan strand 7 kawat
Tendon yang dilumasi
0,0003-0,0020 0,05-0,15
dahulu
Tendon kawat dan strand 7 kawat
Karena rasio tinggi balok terhadap bentangnya biasa relatif kecil, maka
panjang proyeksi tendon dapat digunakan untuk menghitung α. Dengan
mengasumsikan bahwa kelengkungan tendon sesuai dengan bususr lingkaran, maka
sudut pusat α di sepanjang segmen yang melengkung seperti pada gambar 3.5,
besarnya 2 kali kemiringan di ujung segmen.