OLEH :
DOSEN:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul ” Perencanaan Bendung Irigasi dan
Bangunan Air”.Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pengajar dan Pembimbing Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air yang telah memberikan
penjelasan mengenai merencanakan suatu bangunan air dan bimbingan dalam penyusunan
Laporan Tugas Irigasi dan Bangunan Air.
Kami sangat berharap laporan ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan
juga wawasan terkait dengan Perencanaan Bendung Irigasi dan Bangunan Air.Kami pun
menyadari bahwa di dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Akhir kata , penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan tugas ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
4.3.Rencana Konstruksi ......................................................................................... 29
4.3.1 Tekanan Air Banjir ................................................................................ 29
4.3.2.Tekanan Air Normal dengan tekanan lumpur........................................ 29
BAB V PERENCANAAN PINTU PENGAMBILAN(INTAKE) ........................ 31
4
DATA PERENCANAAN DAN PEMBAGIAN TUGAS
Kelompok 4
Pembagian Tugas:
Data Perencanaan :
Debit Banjir Lebar Dasar Elevasi Dasar Elevasi Sawah Slope Dasar
Rancangan Sungai Pada Sungai Pada Bagian Hilir Sungai
(m3/det) Lokasi Bendung Dasar Bendung Tertinggi &
(m) (m) Terjauh (m)
260 40 106 109,5 0,0022
Data (m)
Ketinggian air di sawah 0,1
Kehilangan tekanan: 0,1
Dari tersier ke sawah
Dari sekunder ke tersier 0,1
Dari primer ke sekunder 0,2
Akibat Kemiringan Saluran 0,3
Akibat tekanan pada alat ukur 0,3
Akibat tekanan dari sungai ke 0,2
primer
Akibat eksploitasi 0,1
Akibat adanya bangunan 0,3
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Irigasi merupakan hal yang penting di Indonesia mengingat Indonesia merupakan negara
agraris dimana sebagian besar mata pencaharian dari penduduk di Indonesia merupakan
bekerja di bidang pertanian.Selain itu dengan adanya irigasi dapat mendukung kebutuhan
pangan utama di Indonesia yaitu beras.Kegiatan dari irigasi itu sendiri ,meliputi :mencari
sumber air atau asal air, mengumpulkan air, membawa air ke daerah yang akan dilayani,
memberi air ke tanaman, serta membuang air yang sudah terpakai ke tempat lain untuk
diteruskan ke laut.Mengingat irigasi yang memiliki fungsi yang cukup penting bagi
keberlangsungan pangan di Indonesia , maka diperlukan pengetahuan mengenai perancangan
irigasi berupa bendungan serta bangunan pelengkapnya.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana merencanakan bendung yang sesuai persyaratan serta baik, yang meliputi
penentuan tinggi dan elevasi mercu bending, kedalaman muka air minimum, lebar bending,
kedalaman muka air banjir, hidraulika bendung, pintu pembilas,pintu pengambilan(intake) ,
serta kantong lumpur?
2. Bagaimana membuat soft drawing desain bendung,pintu pembilas,intake, serta kanton
lumpur?
1.3.Tujuan
1. Dapat mengetahui langkah langkah perencanaan bending yang sesuai persyaratan serta
baik yang meliputi penentuan tinggi dan elevasi mercu bending, kedalaman muka air
minimum, lebar bending, kedalaman muka air banjir, hidraulika bendung, pintu
pembilas,pintu pengambilan(intake) , serta kantong lumpur
2. Dapat membuat soft drawing desain bendung,pintu pembilas,intake, serta kanton lumpur.
1.4.Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah metode studi literature, yaitu berdasarkan teori yang bersumber
dari buku, jurnal, serta informasi dari dosen pembimbing.
6
BAB II
PERENCANAAN TUBUH BENDUNG
Diketahui :
▪ Kemiringan dasar sungai (I) : 0,0022
▪ Lebar dasar sungai (b) : 40 m
▪ Debit banjir rencana (Qd) : 260 m3/dt
▪ ∂ diambil : 1,5
Rumus :
Q=A.V dimana : Q = debit air (m3/dt)
lllA = luas penampang basah
lllV = Kecepatan air
A = (b + m .d₃)d₃ => m = 1,1
A = b.d₃ + (d₃²)
P = b + 2 . d₃√1 + 𝑚²
= b + 2 . d₃√1 + 1,1²
= b + 2 . √2,21. d₃
𝐴
R = 𝑃
7
......P = Keliling basah
l∂ = Koefisien kekasaran (1,5 – 1,75)
Untuk menentukan tinggi air maksimum pada sungai (d3) digunakan cara coba-coba
sampai mendapatkan Q = Qd.
= 41,905 m
Lebar maksimum bendung (B)
B = 1,2 Bn
,,, = 1,2 . 41,905
,,, = 50,286 m → diambil B = 50 m
Lebar pintu bilas (b1)
8
𝐵 50
Σb1 = = =5m
10 10
= 44,4998 m ≈ 44,5 m
Dari hasil perhitungan kedalaman air maksimum (d3) didapat:
Q = 260 m3/dt
d3 = 1,905
𝑣3 = 2,74 m/dt
𝐿𝑒𝑓𝑓 = 44,5 m
9
1,667m
50 m
10
2.4.Kedalaman Muka Air Minimum
Kedalaman muka air minimum merupakan elevasi minimum dengan memperhitungan
elevasi sawah terjauh dan tertinggi dengan kehilangan air ,persediaan tekanan, serta
persediaan untuk bangunan lain sehinnga nilai kedalaman muka air minimum sama dengan
elevasi mercu bendung yaitu 111, 2 m
11
Gambar 1.4 Grafik DC-12 (C1)
12
Gambar 1.6 Grafik DC-13 B (C3)
TAKSIRAN (He)
RUMUS
2,45 2,46 2,47
Debit Rencana (Qd) 260 260 260
𝑃
2,12 2,11 2,11
𝐻𝑒
𝑃 + 𝐻𝑒
3,122 3,114 3,105
𝐻𝑒
𝑃 + 𝐻𝑒 − 𝑑3
2,345 2,339 2,334
𝐻𝑒
C1 2,152 2,151 2,150
C2 1 1 1
C3 1 1 1
C 2,152 2,151 2,150
Leff 44,5 44,5 44,5
2
𝑄𝑑
He = 𝐶 × 𝐿𝑒𝑓𝑓3 2,46 2,46 2,46
13
Jadi, didapatkan total energi diatas bendung (He) adalah 2,46 m dan kedalaman muka air
banjir (Hd) = p+He-d3 = 5,2 + 2,46 -1,905 = 5,755 m
Taksiran hvo
Rumus
0,030 0,032 0,034
H = He - hvo 2,4300 2,4280 2,4260
Do = H + P 7,6300 7,6280 7,6260
A = Leff . Do 339,535 339,446 339,357
Vo = Qd/A 0,76575316 0,76595394 0,7661548
𝑉𝑜 2
𝐻𝑣𝑜 = 0,030 0,030 0,030
2. 𝑔
Jadi, didapatkan nilai kehilangan energi diatas ambang (hvo) adalah 0,030 m
1 1
𝑞2 3 5,842 3
dc = (𝑔 ) = ( 9,8 ) = 1,52
Mencari harga Ec
𝑞 5,84
Vc = 𝑑𝑐 = 1,52 = 3,84 m/dt
𝑉𝑐 2 3,32 2
hvc = 2𝑔 = 2.9,8 = 0,752 m
Ec = dc + hvc + p
= 1,52 + 0,752 + 5,20
= 7,472 m
Dimana:
dc = kedalaman air kritis (m)
14
Q = debit rencana (m3 /dt)
Leff = lebar efektif bendung (m)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2 )
Vc = kecepatan kritis (m/dt)
Mencari harga 𝐸1
Dihitung dengan cara coba-coba
Perkiraan v1 (m/dt)
Rumus Catatan
11,849 11,850 11,851
𝑉𝑜 2
𝑑1 = 0,314 0,314 0,314
2. 𝑔
𝑉12 E1 = EC
ℎ𝑣1 = 7,156 7,157 7,158
2. 𝑔
E1 = d1 + h1 7,470 7,471 7,472
𝑣2 2 2,052
ℎ𝑣2 = 2.𝑔
= 2 × 9,8 = 0,214 m
15
𝐸3 = 𝑑3 + ℎ𝑣3 = 1,905 + 0,383 = 2,288 m
= 21,75 m
Kedalaman kolam olakan (scouring depth)
4,75
Rumus Scoulish: 𝑇 = . ℎ0,2 . 𝑞0,57
𝑑0,32
16
hvo = 0,030 m
He = 2,46 m H = 2,430 m
dc = 1,52 m
hv1 = 7,158 m
do = 7,63 m
d3 = 1,905 m
d2 = 2,849 m
d1 = 0,314 m
hvo = 0,030 m
H = 2,430 m
dc = 1,52 m
P = 5,20 m
d3 = 1,905 m
+106 m T = 2,97 m
+104,935
17
BAB III
BENTUK PUNCAK BENDUNG
H = 2,43 m
Dari tabel 4-2 hal 55 , kp-02 didapat harga k = 2,0 dan n = 1,80
𝑋0 = 0,139 H = 0,139 × 2,43 = 0,338 m
𝑋1 = 0,237 H = 0,237 × 2,43 = 0,576 m
𝑅0 = 0,68 H = 0,680 × 2,43 = 1,652 m
𝑅1 = 0,210.H = 0,210 × 2,43 = 0,510 m
18
= 111,2 – 104,935 = 6,265 m
Koordinat titik singgung garis parabola dan garis lurus didapat dari turunan:
𝑑𝑦
= 0,235 . 1,85. 𝑥 0,85
𝑑𝑥
1 = 0,435 . 𝑥 0,85
x = 2,663 m
Dimana kemiringan garis lurus adalah 1:1 maka:
𝑑𝑦 1
𝑡𝑔 𝜃 = 𝑑𝑥 = 1 = 1
Y = 0,235 . 𝑥 1,85
= 0,235 . 2,6631,85
= 1,439 m
Perpotongan kurva Y = 0,235 . 𝑥 1,850 dengan garis y = x terletak pada :
x = 2,663 m dari sumbu spillway
y = 1,439 m dari sumbu spillway
Jadi perpotongan garis lengkung mercu spillway bagian down stream :
Y = 0,235 . 𝑥 1,850
X Y ELEVASI
0 0 111,20
0,2 0,012 111,19
0,4 0,043 111,16
0,6 0,091 111,11
0,8 0,156 111,04
1,0 0,235 110,97
1,2 0,329 110,87
1,4 0,438 110,76
1,6 0,561 110,64
1,8 0,697 110,50
2,0 0,847 110,35
2,2 1,011 110,19
2,4 1,187 110,01
19
2,6 1,376 109,82
2,663 1,439 109,76
Data X dan Y di atas dimasukkan kedalam gambar dengan mercu bendung sebagai titik pusat
sumbu.
20
GAMBAR LENGKUNG DOWNSTREAM
X0 = 0,338 m
X1 = 0,576 m
elv.
2,663
+ 111,2
2,0
2,2
2,4
2,6
P = 5,2 m
elv.
+ 106 m
21
POTONGAN MEMANJANG BENDUNG
hvc = 0,752 m
hvo = 0,030
Ec = E1 = 7,472 m
Ec = 7,472 m
dc = 1,52 m
h = 2,43 m
2,45 m
he = 2,46 m
elv.
+ 111,20
c
hv1 = 7,158 m
do = 7,63 m
E3 = 2,288 m
hv3 = 0,383 m
d2 = 2,849 m
d3 = 1,905 m
T = 2,97 m
elv.
+ 106 d1 = 0,314 m elv.
c + 105,249
elv.
+ 104,935
22
3.3.Menentukan Panjang Lantai Depan/APRON.
Untuk menentukan panjang lantai depan, maka yang diperhatikan adalah ∆H terbesar.
∆H ini biasanya terjadi pada saat air di depan setinggi mercu bendung sedang di belakang
bendung adalah kosong.
Seberapa jauh panjang lantai muka ini diperlukan sangat ditentukan oleh Hydroulic
Gradient yang digambarkan ke arah up stream dengan titik yang belakang cenderung
sebagai titik permulaan dengan tekanan sebesar nol. Miring garis ini disesuaikan dengan
kemiringan yang diijinkan untuk suatu tanah dasar tertentu yaitu dengan menggunakan
creep ratio (c).
Data-data:
Untuk pasir kasar, c = 5
Rumus Bligh: L = c.ΔH
𝐿
ΔH = --------- [teori Bligh]
𝐶
Dimana:
∆H = beda tinggi muka air
= elevasi muka air hulu – elevasi muka air hilir
L = panjang creep line
C = creep ratio
Perhitungan:
2,145
∆H A-B = = 0,429 [vertikal]
5
3
∆H B-C = 5 = 0,60 [horisontal]
2
∆H C-D = 5 = 0,40 [vertikal]
1
∆H D-E = 5 = 0,20 [horisontal]
0,5
∆H E-F = = 0,10 [vertikal]
5
1
∆H F-G = 5 = 0,20 [horisontal]
0,5
∆H G-H = = 0,10 [vertikal]
5
1
∆H H-I = 5 = 0,20 [horisontal]
2
∆H I-J =5 = 0,40 [vertikal]
1,5
∆H J-K = = 0,30 [horisontal]
5
1,5
∆H K-L = = 0,30 [vertikal]
5
23
Σ∆H = 3,229 m
Panjang lantai muka:
L = C.∆H
= 5 . 3,229 = 16,145 m
Faktor keamanan = 20% x 16,145 = 3,229 m
Maka:
L total = 16,145 + 3,229 = 19,374 m ≈ 19,5 m
24
Dimana:
L = panjang creep line (m)
Cc = koefisien Bligh (Cc = 5)
Hb = beda tinggi muka air di hulu dan di hilir
= (P + H) – d3
2. Teori Lane
Teori ini merupakan koreksi terhadap teori Bligh dengan menyatakan bahwa
energi yang dibutuhkan oleh air sungai untuk melewati jalan yang vertikal
lebih besar daripada jalan yang horizontal, dengan perbandingan 3:1
L = Cw.Hb
= 3 . 5,725
= 17,175 m
1
Ld = Lv + 𝐿ℎ
3
1
= 12,145 + .18
3
= 18,145 m
Syarat:
L < Ld
17,175 < 18,145 m [OK]
Dimana:
L = panjang creep line (m)
Cw = koefisien Lane (Cw = 3)
Hb = beda tinggi muka air di hulu dan di hilir.
25
POTONGAN MEMANJANG BENDUNG
5,2 m
elv.
+ 106 elv.
+ 104,935
26
BAB IV
PERENCANAAN PINTU PEMBILAS
+ 111,20
+ 111,10
+ 106
Rumus : Vc = 𝐶 √2. 𝑔. 𝑧
Dimana:
H’ = H – 10
= 520 – 10 = 510
C = Koefisien (tergantung lebar pintu)
Diambil C = 0,7 (1,5 ≤ b ≤ 2 )
g = 9,8 m/𝑑𝑡 2
27
𝑦 𝑉𝑐 2
Z = H’ 2 = 𝐶 2 .2.𝑔
1,8972
= 0,72.2.𝑔 = 0,374 m
+ 111,20
+ 111,10
+ 106
Rumus: Q = 𝜇 . b . 𝑑 √2. 𝑔. 𝑧
Ditentukan:
𝜇 = 0,75
A = b.d
1
Z = 3𝐻
2
d = 3𝐻
1
Q = 0,75 𝐴 √2.9,8. 3 𝐻
= 1,917𝐴 √𝐻
𝑄 1,917𝐴 √𝐻
Vc =𝐴= 𝐴
𝑉𝑐 2
H = [1,917 ]
28
1,897 2
= [1,917 ] = 0,979 m
h1 = 7,380 m
h2 = 7,630 m
+ 106
h2 = d0 = 7,63
h1 = h2-h = 7,63-0,25 =7,38
𝑞1 = 𝛾𝑤 . ½(ℎ1 + ℎ2 ). 0,25
= 1 . ½(7,380 + 7,630) . 0,25
= 1,876 t/m
4.3.2 Tekanan Air Normal Dengan Tekanan Lumpur.
+ 111,20
h3 = 4,95 m
4,95 h4 = 5,2 m
+ 106
𝜃
ka = 𝑡𝑔2(45°2 ) θ = 30°
30 1
= 𝑡𝑔2(45° 2 ) = 3
29
1
𝑞2 = γ𝑠 .ka. 2 (ℎ3 + ℎ4 ).0,25
1 1
= 0,6 . 3 . 2(4,95+5,2).0,25
= 0,254 t/m
𝑞𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑞1 + 𝑞2
= 1,876+0,254
= 2,130 t/m
1
M = 8 . 𝑞𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 . 𝑏2
1
= 8 . 2,130 . 1,52
𝑀
̅.𝑙𝑡 = 1
σ
ℎ.𝑡 2
6
59900
150 = 1
25.𝑡 2
6
𝑡2 = 95,84
t = 9,790 ≈ 10 cm.
Keterangan:
P = tekanan air di depan pintu (t/m)
L = panjang pintu pengambilan (m)
M = momen lendutan pada pintu ( tm)
T = tebal pintu pengambilan (cm)
Jadi, didapat tebal pintu pembilas adalah 10 cm
30
BAB V
PERENCANAAN PINTU PENGAMBILAN(INTAKE)
5.1.Data Teknis.
1. Misalkan pintu pengambilan dua sisi dengan debit:
𝑄1 = 1,85 𝑚3 /𝑑𝑡
𝑄2 = 2,65 𝑚3 /𝑑𝑡
2. Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer akibat bocoran, rembesan, dan
lain-lain diperhitungkan 10%, sehingga Q total pengambilan adalah
𝑄1 = 𝑄1 + 𝑄1.10%
= 1,85 + 1,85 . 0,1
= 2,035 𝑚3 /𝑑𝑡
𝑄2 = 𝑄2 + 𝑄2 .10%
= 2,65 + 2,65. 0,1
= 2,915 𝑚3 /𝑑𝑡
3. Tinggi muka air normal = 5,20 m
4. Akibat pengaruh angin atau gelombang diperhitungkan 0,1 m, sehingga tinggi air
menjadi : 5,20 – 0,1 = 5,10 m
5. Kecepatan air : 1-2 m/dt
a. Vmin = 1 m/dt (untuk menghanyutkan pasir)
b. Vmin = 1,5 m/dt (untuk menghanyutkan pasir kasar)
c. Vmin = 2 m/dt (untuk menghanyutkan kerikil)
6. Koefisien (C):
a. C = 0,6 (b<1 m)
b. C = 0,7 (b>1 m)
7. Gravitasi = 9,8 m/𝑑𝑡 2
8. Rumus:
𝑄
𝐴=
𝑉
9. Ukuran perbandingan pintu yang dapat dipilih:
a. b : h = 1 : 1
b. b : h = 1,5 : 1
c. b : h = 2 : 1
31
5.2.Perhitungan dan Konstruksi
5.2.1. Pintu Pengambilan I
Q = 1,85 𝑚3 /𝑑𝑡
V = 1,5 m/dt
g = 9,8 𝑚/𝑑𝑡 2
𝑄
𝐴=
𝑉
1,85
= = 1,233 𝑚2 dimana A = 1,5 ℎ2 [untuk ukuran perbandingan pintu 1,5 :
1,5
1]
1,5 ℎ2 = 1,233
1,233
h =√ = 0,907 m
1,5
b = 1,5.h
= 1,5 . 0,907 = 1,3599 m
Sehingga nilai C yang digunakan adalah 0,7
𝑉2
𝑍= 2
𝐶 . 2𝑔
1,52
= = 0,234 𝑚
0,72 . 2.9,8
Kontrol:
Q = C . b . ℎ√2. 𝑔. 𝑧
= 0,7 . 1,3599 . 0,907√2 . 9,8 . 0,234
= 1,849 𝑚3 /𝑑𝑡 = 𝑄𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = 1,85 [OK]
Tinggi ambang pengambilan =P–h–Z
= 5,2 – 0,907 – 0,234
P’ = 4,059 m
32
Q = 1,85 𝒎𝟑 /𝒅𝒕
+ 111,20
V = 1,5 m/dt
G= 9,81 𝐦𝟐 /𝐝𝐭
h1 = 0,907 m
+ 109,959
P’ = 4,059 m
+ 106
L = 1,5099 m
h1 = 7,380 m
h2 = 7,630 m
33
Dimana:
L = lebar intake
2𝑎
=b+ 2
a = 0,15
2.0,15
L = 1,3599 + = 1,5099 m
2
= 1,877 t/m
1
M = . P . 𝐿2
8
1
= . 1,877 . 1,50992
8
= 0,535 tm
𝑀 𝑀
̅σ.𝑙𝑡 =𝑊=1
ℎ 𝑡2
2
0,535
1000 =1
0,25 𝑡 2
2
t = 0,0654 m ≈ 7 cm
Jadi, tebal pintu pengambilan I adalah 7 cm
1]
1,5 ℎ2 = 1,766
1,766
h =√ = 1,085 m
1,5
34
b = 1,5.h
= 1,5 . 1,085 = 1,628 m
Sehingga nilai C yang digunakan adalah 0,7
𝑉2
𝑍=
𝐶 2 . 2𝑔
1,52
= = 0,234 𝑚
0,72 . 2.9,8
Kontrol:
Q = C . b . ℎ√2. 𝑔. 𝑧
= 0,7 . 1,628 . 1,085 √2 . 9,8 . 0,234
= 2,648 𝑚3 /𝑑𝑡 = 𝑄𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = 2,65 [OK]
Tinggi ambang pengambilan =P–h–Z
= 5,2 – 1,085 – 0,234
P’ = 3,881 m
Q = 2,65 𝒎𝟑
+ 111,20
v = 1,50 m/dt
g = 9,8 𝒎𝟐/dt
h1 = 1,085 m
+ 109,781
P’ = 3881 mm
+ 106
+ 113,730
L = 1,7800 m
h1 = 7,380 m
h2 = 7,630 m
b = 1,6280 m
+ 106
Dimana:
L = lebar intake
2𝑎
=b+
2
a = 0,15
2.0,15
L = 1,6280 + = 1,7800 m
2
= 1,876 t/m
1
M = 8. P . 𝐿2
1
= . 1,876. 1,782
8
= 0,743 tm
𝑀 𝑀
̅σ.𝑙𝑡 =𝑊=1
ℎ 𝑡2
2
0,743
1000 =1
0,25 𝑡 2
2
t = 0,077 m ≈ 8 cm
Jadi, tebal pintu pengambilan II adalah 8 cm
36
BAB VI
PERENCANAAN KANTONG LUMPUR
Data-data:
Debit pengambilan (Q1) = 1,85 m3/dt
Kecepatan Aliran diambil = 1,5 m/dt
Koefisien kekasaran dinding saluran (k) = 60
Kemiringan saluran diambil = 1:1,1
Lebar saluran (B) = 1,3599 m
Rumus:
𝑄
A =𝑉
1,85
= = 1,233 𝑚2
1,5
A = (B + H)H
1,233 = (1,3599 + H)H
1,233 = 1,3599 H + 𝐻 2
H = 0,622 m
P = B + 2√2 . H
= 1,3599 + 2√2 . 0,622 = 3,119 m
𝐴
R =
𝑃
37
1,85
= 3,119 = 0,593 m
Dimana:
A = luas tampang.
P = keliling basah.
I = kemiringan saluran
R = jari-jari hidrolis
2
𝑉
𝐼 =[ 2]
𝑘. 𝑅3
2
1,5
=[ 2 ] = 1,25 × 10−3
60.0,5933
Kontrol:
Qs = A . V
2 1
= (𝐵 + 𝐻 )𝐻. 𝑘. 𝑅3 . 𝐼 2
2 1
= (1,3599 + 0,622)0,622 . 60 . 0,5933 . (1,25 × 10−3 )2
= 1,845 ≈ 1,85 m3 /dt [OK]
Jagaan/freeboard
1
f = 𝑐 + 0,075. 𝑣. 𝐻 3
dimana:
c = Konstanta.
Untuk Q = 1 3,5 𝑚3 /𝑑𝑡 c = 0,3
Untuk Q = 3,5 10 𝑚3 /𝑑𝑡 c = 0,4
v = Kecepatan rata-rata
H = Tinggi air
Maka:
1
f = 𝑐 + 0,075. 𝑣. 𝐻 3
1
= 0,3 + 0,075 . 1,5 . 0,6223
= 0,396 m
38
f = 0,396 m
h = 0,622 m
b = 1,3599 m
Rumus:
𝐴𝐶 (𝐵+𝑚.𝑌𝑐)𝑌𝑐
Dc = 𝑇𝐶 = 𝐵
Keterangan:
Dc = kedalaman hidrolis (m)
Ac = Luas penampang aliran (𝑚2 )
Tc = Lebar permukaan air (m)
B = Lebar dasar sand strap (m)
Yc = Kedalaman kritis (m)
Is = Kemiringan dasar kantong lumpur.
𝑄𝑐 0,75.𝑄
Vc = 𝐴𝑐 = 𝐴𝑐
𝑔.(𝐵+𝑚.𝑌𝑐)𝑌𝑐 0,75.𝑄2
(𝐵+2𝑚.𝑌𝑐)
= (𝐵+𝑚.𝑌𝑐)2 .𝑌𝑐 2
39
9,8(𝐵+𝑚.𝑌𝑐)3 .𝑌𝑐 3
Fr = 1 0,5625.𝑄2 (𝐵+2𝑚.𝑌𝑐)
Dimana:
D = diameter minimum material
∂s = berat jenis material
∂w = berat jenis air
μ = koefisien viscositas pada 25°c
0,0178
= 1+0,0377.𝑇𝑐+0,00022𝑇𝑐2 = 8,556 × 10−3
40
9,8(B+M.Yc)^3.Yc^3 2,032 1,687
B+2M.Yc 2,110 2,073 Fr = 1
0,5625.Q^2(B+2M.Yc) 17,139 16,836
2 B = 1,5099
Fr = 4 ≈ 1 0,119 0,100
Dipakai Yc = 0,324 m
Kecepatan kritis (Vc)
𝑔.(𝐵+𝑚.𝑌𝑐)𝑌𝑐
Vc =√ (𝐵+2𝑚.𝑌𝑐)
= 1,622 m/dt
Ac = (B + m . Yc) Yc
= (1,3599 + 1,1 . 0,324) 0,324
= 0,556 𝑚2
Pc = B + 2 e . Yc
= 1,3599 + 2√2 . 0,324
= 2,276 m
𝐴𝑐 0,556
Rc = 𝑃𝑐 = = 0,244 m
2,276
2 2
𝑉𝑐 1,622
𝐼𝑐 =[ 2 ] =[ 2 ] = 0,00478 = 4,78 x 10−3
𝑘.𝑅𝑐 3 60 .0,244 3
Maka
Dc = Ic . L
= 4,78 x 10−3 . 2,4
= 0,0115 m
41
Lebar pintu penguras = 1,3599 m
Kemiringan dasar saluran kantong lumpur (Is)
As = b . h
1,48 = 1,3599 . h
h = 1,088 m
Ps = b + 2h√2
= 1,3599 + 2 . 1,088. √2= 4,438 m
𝐴𝑠
Rs = 𝑃𝑠
1,48
= 4,438 = 0,334 m
Agar pembilasan dapat dilakukan dengan baik, kecepatan aliran harus dijaga
agar tetap subkritis atau Fr < 1
𝑉𝑠
Fr =
√𝑔 × 𝐻𝑠
1,5
= = 0,44 < 1 [OK]
√9,8 ×1,088
Data-data:
Debit pengambilan (Q1) = 2,65 𝑚3 /dt
Kecepatan Aliran diambil = 1,5 m/dt
Koefisien kekasaran diniding saluran (k) = 60
42
Kemiringan saluran diambil = 1:1,1
Rumus:
𝑄 2,65
A =𝑉= = 1,77 𝑚2
1,5
A = (B + H)H
1,77 = (1,628 + H)H
1,77 = 1,628 H + 𝐻 2
H = 0,746 m
P = B + 2√2 . H
= 1,628+ 2√2 . 0,746 = 3,738 m
𝐴 2,65
R = 𝑃 = 3,738 = 0,709 m
Dimana:
A = luas tampang.
P = keliling basah.
I = kemiringan saluran
R = jari-jari hidrolis
2 2
𝑉 1,5
𝐼 =[ 2 ] =[ 2 ] = 9,88 × 10−4
𝑘.𝑅3 60.0,7093
Kontrol:
Qs = A . V
2 1
= (𝐵 + 𝐻 )𝐻. 𝑘. 𝑅3 . 𝐼 2
2 1
= (1,628 + 0,746)0,746 . 60 . 0,7093 . (9,88 × 10−4 )2
= 2,655 ≈ 2,65 𝑚3 /dt [OK]
Jagaan/freeboard
1
f = 𝑐 + 0,075. 𝑣. 𝐻 3
dimana:
c = Konstanta.
Untuk Q = 1 3,5 𝑚3 /𝑑𝑡 c = 0,3
Untuk Q = 3,5 10 𝑚3 /𝑑𝑡 c = 0,4
43
v = Kecepatan rata-rata
H = Tinggi air
Maka:
1
f = 𝑐 + 0,075. 𝑣. 𝐻 3
1
= 0,3 + 0,075 . 1,5 . 0,7463
= 0,402 m
H = 0,746 m
f = 0,402 m
b = 1,628 m
Rumus:
𝐴𝐶 (𝐵+𝑚.𝑌𝑐)𝑌𝑐
Dc = 𝑇𝐶 = 𝐵
Keterangan:
Dc = kedalaman hidrolis (m)
Ac = Luas penampang aliran (𝑚2 )
Tc = Lebar permukaan air (m)
B = Lebar dasar sand strap (m)
Yc = Kedalaman kritis (m)
Is = Kemiringan dasar kantong lumpur.
44
𝑔.(𝐵+𝑚.𝑌𝑐)𝑌𝑐
Vc = √ (𝐵+2𝑚.𝑌𝑐)
𝑄𝑐 0,75.𝑄
Vc = 𝐴𝑐 = 𝐴𝑐
𝑔.(𝐵+𝑚.𝑌𝑐)𝑌𝑐 0,75.𝑄2
(𝐵+2𝑚.𝑌𝑐)
= (𝐵+𝑚.𝑌𝑐)2 .𝑌𝑐 2
9,8(𝐵+𝑚.𝑌𝑐)3 .𝑌𝑐 3
Fr = 1 0,5625.𝑄2 (𝐵+2𝑚.𝑌𝑐)
Dimana:
D = diameter minimum material
∂s = berat jenis material
∂w = berat jenis air
μ = koefisien viscositas pada 25°c
0,0178
= 1+0,0377.𝑇𝑐+0,00022𝑇𝑐2 = 8,556 × 10−3
45
0,301 0,294
(B+M.Yc)^3 7,519 7,431
m = 1,1
9,8(B+M.Yc)^3.Yc^3 2,012 1,852
B+2M.Yc 2,290 2,275 Fr = 1
0,5625.Q^2(B+2M.Yc) 18,602 18,477
2 B = 1,628
Fr = 4 ≈ 1 0,108 0,100
Dipakai Yc = 0,294
= 1,572 m/dt
Ac = (B + m . Yc) Yc
= (1,628 + 1,1 . 0,294) 0,294
= 0,574 𝑚2
Pc = B + 2 e . Yc
= 1,628 + 2√2 . 0,294
= 2,46 m
𝐴𝑐 0,556
Rc = 𝑃𝑐 = = 0,233 m
2,276
2 2
𝑉𝑐 1,572
𝐼𝑐 =[ 2 ] =[ 2 ] = 0,00478 = 4,78 x 10−3
𝑘.𝑅𝑐 3 60 .0,2333
Maka
Dc = Ic . L
= 4,78 x 10−3 . 2,9
= 0,0139 m
6.2.3 Penentuan Aliran Subkritis Kantong Lumpur II.
Kondisi Perencanaan
Debit (Q) = 2,65 𝑚3 /dt
Kecepatan pembilas = 1,5 m/dt
Debit pembilas (Qs) = 1,2 Q = 3,18 𝑚3 /dt
46
𝑄𝑠
Luas penampang (As) = 𝑉𝑠
3,18
= = 2,12 𝑚2
1,5
Agar pembilasan dapat dilakukan dengan baik, kecepatan aliran harus dijaga
agar tetap subkritis atau Fr < 1
𝑉𝑠
Fr =
√𝑔 × 𝐻𝑠
1,5
= = 0,37 < 1 [OK]
√9,8 ×1,302
47
DAFTAR PUSTAKA
Direktur Jendral Pengairan.1986.Standar Perencanaan Irigasi KP-02.Jakarta
Martana,I Komang.2019.Tugas Irigasi dan Bangunan Air
Sukalaba,Putu,2020.Tugas Irigasi dan Bangunan Air.Program Studi Teknik Sipil,Fakultas
Teknik Universitas Udayana
48