Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENINGKATAN JALAN JAMIN GINTING PADA PROYEK


PELEBARAN JALAN SP. UJUNG AJI – KABANJAHE
KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas – Tugas Dan Syarat – Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Disusun Oleh:

PUTRI DILLA INDRYANI (1807210075)


ANGGI WIGUNA SIMBOLON (1807210079)
ELPIYAN SITORUS (1807210093)
M. DICKY ABDILLAH (1807210102)

PROGRAM STUDI TEKNIK


SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

PENINGKATAN JALAN JAMIN GINTING PADA PROYEK


PELEBARAN JALAN SP. UJUNG AJI – KABANJAHE
KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat – Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik


Sipil Pada Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Disusun Oleh:

PUTRI DILLA INDRYANI (1807210075)


ANGGI WIGUNA SIMBOLON (1807210079)
ELPIYAN SITORUS (1807210093)
M. DICKY ABDILLAH (1807210102)

DISETUJUI OLEH:
PEMBIMBING KERJA PRAKTEK

Hj. IRMA DEWI, S.T., M.Si

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Kerja Praktek (KP),
yang dilaksanakan di Proyek Pelebaran Jalan Menambah Lajur Sp. Ujung Aji –
Kabanjahe.
Kerja Praktek ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Teknik Sipil. Laporan Kerja
Praktek ini disusun sebagai pelengkap Kerja Praktek yang telah dilaksanakan
selama 2 bulan di PPK 4.4 Sumatera Utara, pada Proyek Pelebaran Jalan
Menambah Lajur Sp. Ujung Aji – Kabanjahe.
Dalam penulisan laporan ini, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam susunan kalimat yang mana
kami mengharapkan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini.
Dengan selesainya laporan Kerja Praktek ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang memberi saran kepada kami dalam pembuatan laporan ini,
untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih banyak yang sebesar – besarnya
kepada pihak yang telah banyak membantu kami selama Kerja Praktek ini,
terutama kepada:
1. Ibu Hj. Irma Dewi, S.T., M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, nasehat, dukungan serta semangat hingga
selesainya tugas Kerja Praktek ini dan selaku Sekretaris Program Studi
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2. Bapak Dr. Fahrizal Zulkarnain, S.T,.M.Sc., selaku Kepala Program Studi
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Bapak Munawar Alfansury Siregar, S.T.,M.T., selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Seluruh Dosen dan Pegawai Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
khususnya Program Studi Teknik Sipil.

i
5. Kepada PPK 4.4 Provinsi Sumatera Utara selaku Pemilik Proyek
Pelebaran Jalan Menambah Lajur Sp. Ujung Aji – Kabanjahe.
6. Kepada PT. CITRA DIECONA KSO PT. DHANESMANTARA, selaku
Konsultan Supervisi Proyek Pelebaran Jalan Menambah Lajur Sp. Ujung
Aji – Kabanjahe.
7. Kepada PT. Morganda selaku Kontraktor Pelaksa Proyek Pelebaran Jalan
Menambah Lajur Sp. Ujung Aji – Kabanjahe.
8. Kepada Orang Tua dan Keluarga, yang tidak pernah berhenti mendoakan
dan mendukung kami dalam menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
9. Semua teman – teman Kerja Praktek selama di Proyek.

Terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya kami mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami dan
para pembaca. Kepada Allah SWT, kami serahkan segalanya demi tercapainya
keberhasilan yang sepenuhnya kepada kami.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 3 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR vi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Ruang Lingkup 2
1.4 Tujuan 2
1.5 Manfaat Penulisan 3
1.6 Sistematika Penulisan 3

BAB 2 ORGANISASI PROYEK 4


2.1 Struktur Organisasi Proyek 4
2.1.1 Pemilik Proyek (Owner) 4
2.1.2 Konsultan Perencana 5
2.1.3 Pengawas/Direksi 5
2.1.4 Pelaksana/Kontraktor 6
2.2 Proses Pelaksanaan Proyek Pra Konstruksi 7
2.2.1 Deskripsi Proyek 8
2.2.2 Lokasi Proyek 9
2.3 Maksud dan Tujuan Proyek 11
2.3.1 Tujuan Umum 11
2.3.2 Tujuan Khusus 11
2.3.3 Jadwal Pelaksanaan 11
2.4 Data Teknis Proyek 12
2.5 Hubungan Kerja Antara Unsur – Unsur Pelaksanaan Proyek 12
2.5.1 Kedudukan Masing–Masing Pihak Secara Teknis 12
2.5.2 Kedudukan Masing – Masing Pihak Secara Hukum 13
2.6 Ruang Lingkup Pekerjaan Proyek 14

iii
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA 15
3.1 Pekerjaan Tanah 15
3.2 Perkerasan Jalan 16
3.3 Jenis Perkerasan dan Komponennya 17
3.3.1 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) 17
3.3.2 Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 19
3.3.3 Perkerasan Komposit (Composite Pavement) 22
3.4 Penyebab Kerusakan Perkerasan Jalan Lentur 24
3.5 Jenis Kerusakan Perkerasan Lentur 24

BAB 4 PELAKSANAAN PEKERJAAN 25


4.1 Penjelasan Umum 25
4.2 Kegiatan di Lapangan 25
4.2.1 Survey Lapangan 26
4.2.2 Perbaikan Kondisi Tanah Dasar 27
4.2.3 Pekerjaan Pembentukan Badan Jalan 28
4.2.4 Pemadatan Tanah Dasar 28
4.2.5 Lapisan Pondasi Atas Mengunakan Agregat Kelas A 29
4.2.6 Lapisan Pondasi Bawah Menggunakan Agregat Kelas B 29
4.2.7 Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course) 30
4.2.8 Pekerjaan Lapis Pondasi Atas (Base Course) 30
4.2.9 Pekerjaan Hotmix Binder Coarse atau Lapisan Atas 31
ATB
4.2.10 Pekerjaan Surface Course (Lapisan Permukaan) 31
4.2.11 Pekerjaan Finishing 31
4.3 Jenis-jenis Peralatan Pekerjaan Perkerasan Lentur (Flexible 32
Pavement)
4.4 Kendala dalam Perencanaan Pelaksanaan Pekerjaan 37
Perkerasan Jalan Lentur (Flexible Pavement)
4.5 Bagan Alir Kerja Praktek 38
4.6 Bagan Alir Perkerasan Lentur 39

BAB 5 PENUTUP 40

iv
5.1 Kesimpulan 40
5.2 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Lokasi Proyek 9


Gambar 2.2 Peta Lokasi Proyek 10
Gambar 2.3 Peta Lokasi Proyek 10
Gambar 2.4 Skema Hubungan Kerja Secara Teknis 13
Gambar 2.5 Skema Hubungan Kerja Secara Hukum 14
Gambar 3.1 Lapisan Perkerasan Jalan Lentur 23
Gambar 4.1 Dump Truck 32
Gambar 4.2 Excavator 33
Gambar 4.3 Motor Grader 33
Gambar 4.4 Double Drum Roller 34
Gambar 4.5 Asphalt Finisher 34
Gambar 4.6 Tandem Roller 35
Gambar 4.7 Pneumatic Roller 36
Gambar 4.8 Road Milling (Coremilling) 37
Gambar 4.9 Bagan Alir Kerja Praktek 38
Gambar 4.10 Bagan Alir Pekerjaan Perkerasan Lentur 39
(Flexible Pavement)

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang membentuk jaringan


transportasi untuk menghubungkan daerah-daerah, sehingga roda perekonomian
dan pembangunan dapat berputar dengan baik. Oleh sebab itu pembangunan
sebuah jalan haruslah dapat menciptakan keadaan yang nyaman bagi pengendara
dan pejalan kaki yang memakai jalan tersebut. Seiring dengan bertambahnya
kepemilikan kendaraan, serta kemajuan dibidang industri dan perdagangan, serta
distribusi barang dan jasa menyebabkan meningkatnya volume lalu lintas.
Terkadang peningkatan volume lalu lintas ini tidak diikuti dengan peningkatan
jalan yang ada. Dengan meningkatnya perkembangan sektor perekonomian dan
perindustrian, meningkat pula kebutuhan akan sarana dan prasarana transportasi
yang baik dan aman tetapi mempunyai nilai guna dan manfaat untuk masa yang
akan datang. Perencanaan peningkatan jalan merupakan salah satu upaya untuk
mengatasi masalah lalu lintas. Sehubungan dengan permasalahan lalu lintas, maka
diperlukan penambahan kapasitas jalan yang tentu akan memerlukan metoda
efektif dalam perancangan maupun perencanaan agar diperoleh hasil terbaik
dalam memilih suatu perkerasan, tetapi memenuhi unsur kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan pengguna jalan. Untuk mewujudkan rencana tersebut maka
pemerintah membangun jaringan jalan raya. Pembangunan jaringan jalan raya
dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga yang meliputi rehabilitasi,
pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan jalan khususnya menambah lajur.
Dalam rangka peningkatan terhadap pelayanan transportasi masyarakat
Kabupaten Karo melalui Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan
Permukiman memprogramkan untuk melakukan peningkatan kualitas jalan di
Kabupaten Karo. Salah satunya adalah proyek pelebaran jalan menambah lajur
Sp. Ujung Aji – Kabanjahe karena kondisi volume kendaraan semakin hari
semakin bertambah, itu dikarenakan jalan ini merupakan salah satu jalan lintas.
Panjang total dari proyek pelebaran jalan ini adalah 850 meter dengan

1
menggunakan jenis perkerasan lentur (flexible pavement) akan tetapi akibat masih
tersisanya anggaran maka pelebaran jalan ditambah 200 meter lagi, sehingga total
pelebaran jalan menambah lajur Sp. Ujung Aji – Kabanjahe sepanjang 1050
meter. Dengan adanya pelebaran jalan ini diharapkan dapat membantu
meningkatkan pelayanan dan dapat mempelancar pembaharuan fasilitas jalan dari
sarana transportasi (pengangkutan) bagi masyarakat dan pengguna jalan serta
dapat meningkatkan aksesibilitas (kemudahan mencapai tujuan) bagi semua
sarana yang melaluinya.
Berdasarkan petimbangan di atas judul dari laporan ini adalah “Peningkatan
Jalan Jamin Ginting Pada Proyek Pelebaran Jalan Sp. Ujung Aji – Kabanjahe
Kabupaten Karo Sumatera Utara”.

1.2 Rumusan Masalah

Pada waktu pelaksanaan kerja praktek, terdapat beberapa macam jenis


pekerjaan yang dilakukan di lapangan maka dalam pelaksanaan kerja praktek ini
ditentukan rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan pekerjaan perkerasan lentur (flexible pavement)
secara langsung di lapangan?
2. Bagaimana cara mengatasi masalah lebar jalan yang tidak sesuai dengan
perencanaan pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan lentur (flexible
pavement)

1.3 Ruang Lingkup

Dalam proyek pembangunan pelaksanaan pekerjaan perkerasan lentur


(flexible pavement) kami mengikuti semua kegiatan baik mulai dari Galian,
Urugan Pilihan, Base B, Base A, AC-BC, dan AC-WC.

1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah:
1. Untuk menegetahui secara langsung bagaimana pelaksanakan pekerjaan
pekerjaan perkerasan lentur (flexible pavement) secara langsung di lapangan.

2
2. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah lebar jalan yang tidak sesuai
perencanaan di dalam pelaksanaan pekerjaan hingga dapat menghasilkan mutu
kerja yang lebih baik dan bermanfaat.

1.5 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari laporan ini adalah:


1. Hasil laporan ini dapat memberikan ilmu dan wawasan yang lebih dalam
mengerjakan pekerjaan perkerasan lentur (flexible pavement).
2. Hasil dari laporan ini juga diharapkan bisa menjadi referensi dalam
pelaksanaan kerja praktek khususnya proyek perkerasan lentur (flexible
pavement).

1.6 Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN
Menguraikan tentang hal-hal umum seperti mengenai laporan kerja praktek seperti
latar belakang, rumusan masalah, tujuan pelaksanaan kerja praktek, manfaat kerja
praktek, sistematika pembahasan.

BAB 2 ORGANISASI PROYEK


Menjelaskan rencana atau prosedur yang dilakukan penulis untuk memperoleh
jawaban yang sesuai dengan kasus permasalahan.

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA


Pada Bab 3 ini berisikan teori-teori, konsep, dan rumus sesuai dengan acuan judul
laporan kerja praktek ini.

BAB 4 PEKERJAAN LAPANGAN


Menjelaskan tentang pekerjaan perkerasan jalan sesuai dengan yang dilakukan di
lapangan.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


Berisi kesimpulan sesuai dengan analisis terhadap penelitian dan beberapa saran
untuk pengembangan lebih lanjut dan lebih baik di masa yang akan datang.

3
BAB 2

ORGANISASI PROYEK

2.1 Struktur Organisasi Proyek

Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Usaha tersebut
dibatasi oleh tiga variabel proyek, yaitu waktu (time), mutu (quality) dan harga
(cost). Kegiatan-kegiatan ini menghasilkan suatu output, baik software (design),
maupun hardware (pelaksanaan fisik).
Sebuah proyek diawali oleh adanya gagasan atau ide dari pihak pengguna
jasa (owner) yang kemudian dituangkan ke dalam pekerjaan perencanaan dan
direalisasikan menjadi suatu wujud fisik tiga dimensional.

Manajemen proyek merupakan penerapan fungsi-fungsi manajemen


(perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian) secara sistematis pada suatu
proyek dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien,
agar tercapai tujuan proyek secara optimal.
Dimana sebuah proyek konstruksi ini terdapat pihak-pihak yang terkait
sebagai berikut:
1) Owner/Pemilik proyek
2) Konsultan Perencanaan
3) Pengawas/Direksi
4) Pelaksana/Kontraktor
Semua unsur yang terkait didalam suatu organisasi kerja harus terpisah satu
sama lain dalam artian tidak boleh dirangkap. Agar proses diatas berlangsung
dengan baik, dibutuhkan suatu wadah dalam bentuk struktur organisasi.

2.1.1 Pemilik Proyek (Owner)

Pemilik proyek (owner) adalah suatu badan hukum atau instansi atau
perseorangan yang berkeinginan mewujudkan suatu proyek dan memberikan
pekerjaan bangunan serta membayar semua biaya pekerjaan bangunan tersebut

4
kepada pihak yang telah ditetapkan. Adapun hak dan kewajiban owner sebagai
berikut:
1) Menyediakan lahan lokasi pembangunan proyek
2) Menyediakan dana untuk pembangunan proyek
3) Menunjuk penyedia jasa (konsultan perencana, konsultan pengawas dan
kontraktor).
4) Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan proyek.
5) Menghentikan atau menolak hasil pekerjaan jika tidak sesuai dengan
spesifikasi yang telah di tetapkan.
6) Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh
penyedia jasa.

2.1.2 Konsultan Perencana

Konsultan Perencana adalah perusahaan atau badan hukun yang memberikan


jasa perencanaan konstruksi pembangunan secara lengkap baik bidang arsitektur,
sipil, maupun bidang lain yang melekat erat dan membentuk sebuah sistem
bangunan. konsultan perencana mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut:

a) Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana,


rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan bangunan, hitungan struktur dan
rencana anggaran biaya bangunan.
b) Memberi usulan dan pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
c) Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan yang telah
didiskusikan kepada pihak-pihak terkait.

2.1.3 Pengawas/Direksi

Konsultan Pengawas adalah perusahaan atau badan hukum yang memberi


jasa pengawasan pembangunan yang bertugas mengawasi pengelolaan
pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai dari awal hingga berakhirnya
pekerjaan pembangunan meliputi seluruh bidang-bidang keahlian yang
diperlukan. Hak dan Kewajiban Konsultan Pengawas sebagai berikut:

5
a) Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan konstruksi fisik yang disusun
oleh Kontraktor meliputi program-program pencapaian sasaran konstruksi
penyediaan dan penggunaan tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan, bahan
bangunan, informasi, dana, program quality control, dan program Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3).
b) Mengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang timbul dalam
proyek maupun di lapangan.
c) Menghentikan pekerjaan dan pengadaan terhadap hal yang tidak sesuai
dengan rencana.
d) Mengawasi setiap proses pelaksanaan di lapangan apakah sesuai dengan
perencanaan dan perjanjian kontrak.
e) Menerima atau menolak pekerjaan yang tidak sesuai spesifikasi yang telah
ditentukan.
f) Memberikan masukan kepada kontraktor atau koordinasi di lapangan.
g) Mengecek bobot kemajuan pekerjaan dari pelaksana (kontraktor).
h) Membuat laporan kemajuan proyek (harian, mingguan, bulanan).

2.1.4 Pelaksana/Kontraktor

Kontraktor adalah perusahaan atau badan hukum yang di tunjuk atau yang
memberi jasa pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan
berdasarkan gambar rencana dan peraturan dan syarat-syarat yang telah
ditetapkan. Hak dan Kewajiban kontraktor sebagai berikut:
1) Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, spesifikasi teknis, peraturan
dan syarat-syarat pekerjaan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa.
2) Menyediakan material, tenaga kerja dan peralatan sesuai dengan jadwal yang
ada.
3) Memanajemen biaya proyek sesuai dengan rencana anggaran dan cash flow-
nya.
4) Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sesuai dengan kontrak kerja.
5) Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan, bulanan.

6
2.2 Proses Pelaksanaan Proyek Pra Konstruksi

Sebuah proyek sebelum dilaksanakan harus memenuhi beberapa proses dan


tahap yang diadakan oleh owner (Kementerian PUPR Direktorat Jenderal Bina
Marga, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera Utara, Satuan Kerja
Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah IV Provinsi Sumatera Utara, PPK 4.4
(Medan Sumatera Utara, Cs)) sebagai pemilik proyek. Adapun beberapa proses
dan tahap yang dilakukan pada Proyek Pelebaran Jalan Menambah Lajur Sp.
Ujung Aji - Kabanjahe sebagai berikut:
a. Design / Perancangan
Proses Pelebaran Jalan Menambah Lajur Sp. Ujung Aji - Kabanjahe terdiri
dari beberapa tahapan. Adapun tahapannya sebagai berikut:
1) Survey dan pengukuran awal (preliminary survey) mencakup keseluruhan
kegiatan survey dan pengamatan di lapangan yang lengkap untuk memperoleh
kondisi fisik dan data-data akurat yang diperlukan dalam perencanaan teknik,
yaitu kondisi tanah konstruksi, utilitas existing di lokasi proyek dan kondisi
lalu lintas serta manuver kendaraan di sekitar lokasi proyek.
2) Pengumpulan data penunjang (desk study) adalah data-data dasar yang
tersedia, yang diperlukan sebagai referensi pada saat pelaksanaan survey,
meliputi peta lokasi, data dan informasi yang diperlukan.
3) Survey awal bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi fisik lapangan
pada trase jalan rencana, mencakup penentuan titik awal (Sta 0+000) s/d (Sta
0+850), jenis struktur, material, rute material, alat berat dan penempatan
pekerja.
4) Design struktur jalan, berdasarkan data hasil pengukuran lapangan dan
kondisi lapangan.

b. Tender atau Pelelangan


Sebelum melaksanakan proyek, owner (Kementerian PUPR Direktorat
Jenderal Bina Marga, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera Utara,
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah IV Provinsi Sumatera Utara,
PPK 4.4 (Medan Sumatera Utara, Cs)), terlebih dahulu mempersiapkan
pelelangan yang diikuti oleh beberapa kontraktor. Proyek ini ditender atau

7
dilelang secara umum (e-lelang umum) melalui Layanan Pengadaan Secara
Elektronik (LPSE). Berikut adalah tahapan pelelangan pasca kualifikasi:
1) Pengumuman dan Pendaftaran Peserta
2) Pengambilan dokumen pemilihan penyedia barang atau jasa
3) Penjelasan lelang
4) Penyampaian dan pembukaan dokumen penawaran
5) Evaluasi penawaran
6) Pembuktian kualifikasi
7) Pembuatan berita acara hasil pelelangan
8) Penetapan pemenang lelang
9) Pengumuman pemenang lelang
10) Sanggahan peserta lelang dan pengaduan masyarakat
11) Penerbitan surat penunjukan penyedia barang dan jasa
12) Surat perjanjian kerja (kontrak)
Setelah semua tahapan diatas terlaksana dan pemenang tender sudah
ditentukan oleh owner, selanjutnya proyek akan dikerjakan sesuai surat perjanjian
kerja (kontrak) yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Adapun pemenang
tender atau pelelangan Proyek Pelebaran Jalan Menambah Lajur Sp. Ujung Aji -
Kabanjahe adalah PT. Morganda.

2.2.1 Deskripsi Proyek

Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi yang sangat penting
sebagai penunjang berhasilnya berbagai faktor pembangunan. Sebagai sarana
jalan lintas antara Sumatera Utara - Aceh, yang seiring dengan pertumbuhan
transportasi maka dari itu dibutuhkan peningkatan kapasitas jalan raya. Oleh
sebab itu Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui
Direktorat Jenderal Bina Marga, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
Sumatera Utara, Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah IV Provinsi
Sumatera Utara, PPK 4.4 (Medan Sumatera Utara, Cs) merealisasikan Pelebaran
Jalan Menambah Lajur Sp. Ujung Aji – Kabanjahe.
Paket Proyek Pelebaran Jalan Menambah Lajur Sp. Ujung Aji – Kabanjahe
merupakan pembangunan sarana transportasi yang dapat memberikan pelayanan

8
bagi kegiatan masyarakat di masa kini dan yang akan datang. Sejalan dengan
perkembangan ekonomi di bidang pertanian dan perkebunan Kabupaten Karo,
kondisi infrastruktur berupa jalan lintas ditengah kota juga harus ditingkatkan
untuk memenuhi kebutuhan publik.
Melalui Paket Proyek Pelebaran Jalan Menambah Lajur Sp. Ujung Aji –
Kabanjahe diharap dapat memperlancar arus kendaraan, sehingga potensi-potensi
sumber daya ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya dapat meningkat.
Maka dari itu Paket Proyek Pelebaran Jalan Menambah Lajur Sp. Ujung Aji –
Kabanjahe ini dilaksanakan oleh pihak jasa kontraktor PT. MORGANDA, pihak
konsultan supervisi PT. CITRA DIECONA KSO PT. DHANESMANTARA.

2.2.2 Lokasi Proyek

Secara geografis lokasi Proyek Pelebaran Jalan Menambah Lajur Sp. Ujung
Aji – Kabanjahe, sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Kec. Berastagi, Kab.Karo
2. Sebelah Selatan : Kec. Kabanjahe, Kab. Karo

Gambar 2.1: Peta Lokasi Proyek Pelebaran Jalan Menambah Lajur Sp. Ujung Aji
– Kabanjahe, Kabupaten Karo. Sta.0 + 000 s/d Sta.0+850 atau Km. 69+100 s/d
Km.69 + 950 (maps,2020).

9
Gambar 2.2: Peta Lokasi. Penambahan 200 meter akibat sisa anggaran Sta.0 + 000
s/d Sta.- 0+200 atau Km. 68+900 s/d Km.69 + 100. Proyek Pelebaran Jalan
Menambah Lajur Sp.Ujung Aji – Kabanjahe, Kabupaten Karo (maps,2020).

Gambar 2.3: Peta Lokasi. Total Proyek Pelebaran Jalan Menambah Lajur Sp.
Ujung Aji – Kabanjahe, Kabupaten Karo. Sta. 0+000 s/d 0+1050 atau Km.
68+900 s/d Km.69 + 950 (maps,2020).

2.3 Maksud dan Tujuan Proyek

Adapun tujuan Proyek Pelebaran Jalan Menambah Lajur Sp. Ujung Aji –
Kabanjahe, yaitu:

1
2.3.1 Tujuan Umum

Proyek Pelebaran Jalan Menambah Lajur Sp. Ujung Aji – Kabanjahe adalah:
1. Untuk menurunkan tingkat kemacetan lalu lintas dikarenakan Berastagi
adalah kota wisata di Kab.Karo, serta jalan tersebut merupakan jalan lintas
menuju banyak daerah.
2. Untuk meningkatkan aksesibilitas dan menambah kapasitas sistem jaringan
jalan.
3. Untuk memberikan ketenangan dan kenyamanan kepada masyarakat saat
berkenderaan.

2.3.2 Tujuan Khusus

Adapun alasan pemilihan model Pelebaran Jalan Menambah Lajur Sp. Ujung
Aji – Kabanjahe untuk menambah kapasitas jalan pada lokasi ini. Ditinjau
berdasarkan lalu lintas harian, setiap harinya volume kendaraan bertambah
dikarenakan jalan ini merupakan jalan lintas menuju banyak daerah seperti
Kab.Simalungun, Kab.Dairi, Kab.Samosir, hingga Aceh. Jadi, penambahan lajur
sangat diperlukan untuk mengantisipasi kemacetan di wilayah Kab.Karo.

2.3.3 Jadwal Pelaksanaan

Time schedule adalah jadwal pelaksanaan kegiatan pekerjaan. Bila kegiatan


yang dikerjakan lebih lama dari time schedule yang direncanakan maka kontraktor
diwajibkan membayar denda keterlambatan sesuai dengan pasal – pasal yang
tercantum dalam kontrak kerja yang telah disepakati.
Jadwal jam kerja kegiatan adalah sebagai berikut:
 Pagi hari mulai pukul 08.00 Wib s/d 12.00 Wib
 Istirahat mulai pukul 12.00 Wib s/d 13.00 Wib
 Siang hari mulai pukul 13.00 Wib s/d 17.00 Wib
 Libur pada hari Minggu.
Pembayaran dilakukan sesuai dengan kemajuan fisik pekerjaan yang dicapai.
Sistem pembayaran gaji buruh dan pekerja di lapangan setiap selesai pekerjaan
dan kala diberikan pinjaman sebelum proyek selesai.

1
2.4 Data Teknis Proyek

Adapun Data kontrak pada Proyek Pelebaran Jalan Menambah Lajur Sp.
Ujung Aji – Kabanjahe, antara lain:
Owner : Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah IV
Provinsi Sumatera Utara
Kontraktor Pelaksana : PT. MORGANDA
Konsultan Supervisi : PT.CITRA DIECONA KSO PT.DHANESMANTARA

2.5 Hubungan Kerja Antara Unsur – Unsur Pelaksanaan Proyek

Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan, maka perlu adanya hubungan kerja yang cukup baik antara keempat
unsur organisasi yang berperan dalam pekerjaan tersebut. Hubungan ini dapat
dilihat dalam dua kedudukan yaitu:
1. Kedudukan masing–masing pihak secara teknis.
2. Kedudukan masing–masing pihak secara hukum.

2.5.1 Kedudukan Masing–Masing Pihak Secara Teknis

Secara teknis masing–masing pihak mempunyai kedudukan yang sama dan


terikat kontrak sehingga pekerjaan yang di sepakati dapat dilaksanakan sesuai
rencana. Kedudukan masing–masing pihak secara teknis diperlihatkan pada
Gambar 2.4 dibawah ini.

Pemilik
proyek

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Perencana (Konsultan) Pengawas (Supervisi) Pelaksana (Kontraktor)

Gambar 2.4: Skema Hubungan Kerja Secara Teknis

1
Keterangan:

= Jalur konsultasi
= Jalur jalur komando atau jalur perintah

Dalam melaksanakan tugasnya pimpinan proyek dibantu oleh pengawas.


Masalah yang berhubungan dengan segi teknis di lapangan ditangani sepenuhnya
oleh pengawas dan menyampaikan kepada pimpinan proyek mengenai kegiatan di
lapangan dan hal lainnya yang berhubungan dengan proyek.
Pada pelaksanaannya pengawas berkuasa penuh untuk mengatur kontraktor
bila pekerjaan yang dilaksanakan menyimpang dari ketentuan yang ada. Apabila
teguran direksi, baik secara lisan maupun tulisan tidak diindahkan oleh kontraktor
maka direksi dapat menghentikan seluruh pekerjaan.
Perencana tidak dapat menegur atau memerintah secara langsung setiap
pekerjaan tanpa melalui pengawas hal ini disebabkan karena antara perencana
dengan kontraktor tidak ada hubungan kerja, sedangkan antara pengawas dengan
perencana ada garis konsultasi. Maka perlu adanya hubungan kerja yang cukup
baik antara keempat unsur organisasi yang berperan dalam pekerjaan tersebut.

2.5.2 Kedudukan Masing – Masing Pihak Secara Hukum

Secara hukum masing–masing pihak mempunyai kedudukan yang sama dan


terikat kontrak sehingga pekerjaan yang telah disepakati dapat terlaksana sesuai
rencana. Kedudukan masing–masing pihak secara teknis dapat diperhatikan pada
Gambar 2.5 di bawah ini:

Pemilik Proyek

Pejabat
Pemilik Proyek Pemilik Proyek
Pembuat
Pemilik Proyek Komitmen
Gambar 2.5: Skema hubungan kerja secara hukum

1
Pada gambar terlihat pemilik proyek yang bertindak selaku pemberi dan
pengatur jalannya proyek demi keberhasilan dan kelancaran pekerjaan. Bila
volume pekerjaan ini dihitung oleh banyak personil harus dapat diidentifikasi
siapa melakukan perhitungan pekerjaan apa, sesuai gambar/spek yang mana
sehingga saat dikonsolidasi dapat dikompilasi dengan akurat. Melalui pimpinan
proyek ini diadakan perjanjian atas nama pemilik proyek dengan pihak perencana
pengawas dan pelaksana.
Pemilik atau pimpinan proyek, pengawas dan pelaksana mempunyai
kedudukan yang sama secara hukum, dan pengendalian dokumen terhadap
pekerjaan yang dikerjakan oleh pihak ketiga ini merupakan hal yang sangat perlu
diperhatikan. Masing – masing pihak melaksanakan tugas sesuai dengan
kedudukan serta wewenangannya masing – masing dan tidak boleh meyimpang
dari jalur teknis, sehingga tidak ada pihak yang harus disalahkan atau dirugikan.

2.6 Ruang Lingkup Pekerjaan Proyek

Secara garis besar pekerjaan utama yang akan dikerjakan dengan nilai kontrak
di atas, meliputi:
1. Pekerjaan Timbunan Pilihan,
2. Pekerjaan Base B,
3. Pekerjaan Base A,
4. Pekerjaan AC - Base lapisan terakhir tanah,
5. Pekerjaan AC - BC (flexible pavement) lapis pertama,
6. Pekerjaan AC - WC (flexible pavement) lapis kedua.

1
BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pekerjaan Tanah

Pada proyek ini pekerjaan tanah meliputi pekerjaan:


a. Pembersihan Lahan
Pekerjaan pembersihan lapangan lahan di lapangan meliputi pembersihan
benda di lokasi atau bagian yang tidak dibutuhkan dalam pembangunan jalan
untuk kepentingan pekerjaan itu sendiri. Seperti pepohonan, batu – batuan, akar,
pepohonan, rerumputan dan lain lain. Pekerjaan peningkatan jalan ini harus
dilakukan dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan di lapangan dan juga
dilakukan pembersihan di lapangan dapat dilakukan dengan menggunakan
bulldozer dan grader dan alat sejenisnya.
b. Galian Biasa
Pekerjaan galian ini dikerjakan dengan mengunakan alat berat seperti
excavator dan dump truck dimana sebelum pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan
data – data teknis yang meliputi elevasi patok, sebelum dimulai pekerjaan sudah
disepakati bersama dengan direksi perkerasan dan juga design bentuk serta
panjang yang akan dilaksanakan juga sudah disetujui oleh direksi pekerjaan. Dan
semua hasil galian dibuang ke lokasi pembuangan yang sudah disiapkan dengan
mengunakan dump truck.
c. Timbunan Biasa
Material tanah timbunan didatangkan dari lokasi kerja yang sudah memenuhi
spesifikasi teknis, yang diangkut dengan mengunakan motor grader dimana
penghamparan akan dilakukan secara perlayer dengan tebal maksimal 20 cm dan
kemudian diikuti dengan pemadatan oleh vibrator roller dimana selama disepakati
jumlah lintasan pemadatan dan disetujui oleh direksi pekerjaan. Kemudian apabila
penghamparan dilaksanakan pada saat terik matahari yang megakibatkan material
menjadi kering dan terburai oleh hembusan angin maka segera dilakukan
penyiraman air dengan Pneumatic Roller.

1
d. Timbunan Pilihan
Whell Loader dan Excavator memuat material tanah timbunan pilihan ke
dump truck di quarry, material tanah timbunan tersebut dibawa ke lokasi
pekerjaan dan dihamparkan dengan mengunakan motor grader. Pekerjaan ini
mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan tanah dasar. Kalau
perkerasan jalan tidak mempunyai lapisan yang kuat, maka permukaan jalan
mengalami kerusakan untuk jalan kerikil pekerjaan dapat juga mencakup perataan
berat dan motor grader untuk perbaikan bentuk timbunan pilihan dilaksanakan
sesuai spesifikasi teknis penghamparan material agregat tidak boleh dilakukan
apabila cuaca tidak mendukung dan persetujuan direksi.

3.2 Perkerasan Jalan

Pembinaan jaringan jalan di Indonesia mempunyai ciri yaitu penekanan pada


segi efisiensi. Efisiensi merupakan pendayagunaan semaksimal mungkin dari
sumber daya yang ada dan terbatas.
Dalam pekerjaan perkerasan jalan harus juga memperhitungkan penerapannya
secara ekonomis sesuai dengan kondisi setempat tingkat keperluannya,
kemampuan pelaksanaan dan syarat teknis lainnya agar konstruksi jalan yang
direncanakan itu adalah yang optimal.
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai:
- Batu pecah
- Batu belah
- Batu kali
- Hasil samping leburan baja
Bahan ikat yang dipakai:
- Aspal
- Semen
- Tanah liat

1
3.3 Jenis Perkerasan dan Komponennya
Perkerasan jalan merupakan lapis perkerasan yang terletak di antara lapisan
tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada
sarana transportasi dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi
kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang
diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari
bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan.
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai antara lain
adalah batu pecah, batu belah, batu kali dan hasil samping peleburan baja.
Sedangkan bahan ikat yang dipakai antara lain adalah aspal, semen dan tanah liat.
Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dibedakan atas:

3.3.1 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

Perkerasan kaku atau rigid pavement adalah perkerasan yang menggunakan


bahan ikat aspal, yang sifatnya kaku. Perkerasan kaku berupa plat beton dengan
atau tanpa tulangan diatas tanah dasar dengan atau tanpa pondasi bawah. Beban
lalu lintas diteruskan ke atas plat beton. Perkerasan kaku bisa dikelompokkan atas:
1. Perkerasan kaku semen yang terbuat dari beton semen baik yang bertulang atau
pun tanpa tulangan.
2. Perkerasan kaku komposit yang terbuat dari komposit sehingga lebih kuat dari
perkerasan semen, sehingga baik untuk digunakan pada landasan pesawat
udara di bandara.
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku,
terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah
(bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat
beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya
lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi,
akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga
bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri.

1
Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh
dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang
menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan
tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam
kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap
kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa
pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali
terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah
dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan
konstruksi. Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah:
 Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
 Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction
=k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction).
 Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
 Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi.
 Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah
bersama air pada daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir
perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu
lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah plat.
Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan
perkerasan lentur yang sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan, dilakukan
berdasarkan keuntungan dan kerugian masing-masing jenis perkerasan tersebut.
Jenis-jenis perkerasan jalan beton semen berdasarkan adanya sambungan dan
tulangan plat beton perkerasan kaku, dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis
sebagai berikut:
 Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan untuk
kendali retak.
 Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan plat
untuk kendali retak. Untuk kendali retak digunakan wire mesh diantara siar
dan penggunaannya independen terhadap adanya tulangan dowel.

1
 Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton
terdiri dari baja tulangan dengan persentase besi yang relatif cukup banyak
(0,02% dari luas penampang beton).
Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak
digunakan di negara-negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang
menerus.

3.3.2 Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan bahan ikat aspal,


yang sifatnya lentur terutama pada saat panas. Aspal dan agregat ditebar dijalan
pada suhu tinggi (sekitar 100 0C).
Pada umumnya, perkerasan jalan lentur terdiri dari beberapa jenis lapisan
perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas, sebagai berikut:
1. Lapisan tanah dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah bagian terbawah dari perkerasan jalan raya.
Apabila kondisi tanah pada lokasi pembangunan jalan mempunyai spesifikasi
yang direncanakan maka tanah tersebut akan langsung dipadatkan dan digunakan.
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat
perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya.
Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan
jalan setebal 20 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu
yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Pada umumnya
CBR tanah dasar disyaratkan minimum 6%.
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah
aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang
distabilisasi dan lain-lain.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut:
 Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
 Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
 Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat
tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan,
misalnya kepadatan yang kurang baik.

1
2. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase course)

Lapisan ini berada di bawah lapisan pondasi atas dan di atas lapisan tanah
dasar. Lapisan ini berfungsi untuk menyebarkan beban dari lapisan pondasi bawah
ke lapisan tanah dasar, untuk menghemat penggunaan material yang digunakan
pada lapisan pondasi atas, karena biasanya menggunakan material yang lebih
murah. Selain itu lapisan pondasi bawah juga berfungsi untuk mencegah partikel
halus masuk kedalam material perkerasan jalan dan melindungi air agar tidak
masuk kelapisan dibawahnya.
Jenis lapis pondasi bawah yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain:
1) Agregat bergradasi baik dapat dibagi:
 Sirtu atau pitrun kelas A
 Sirtu atau pitrun kelas B
 Sirtu atau pitrun kelas C
2) Stabilitas
 Stabilitas agregat dengan semen
 Stabilitas agregat dengan kapur
 Stabilitas tanah dengan semen
 Stabilitas tanah dengan kapur.

3. Lapisan Pondasi Atas (Base course)

Lapisan ini terletak pada lapisan di bawah lapisan permukaan. Lapisan ini
terutama berfungsi untuk menahan gaya lintang akibat beban roda dan menerus
beban ke lapisan dibawahnya, sebagai bantalan untuk lapisan permukaan dan
lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah. Material yang digunakan untuk
lapisan ini harus material dengan kualitas yang tinggi sehingga kuat menahan
beban yang direncanakan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga
dapat menahan beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal
antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut

2
bahan ke lapangan. Jenis lapis pondasi atas yang umum dipergunakan di
Indonesia antara lain:
a) Agregat bergradasi baik dapat dibagi:
 Batu pecah kelas A
 Batu pecah kelas B
 Batu pecah kelas C
b) Pondasi Macadam
c) Pondasi Telford
d) Penetrasi Macadam (Lapen)
e) Aspal buton pondasi (Asphalt Concrete Base atau Asphalt Treated Base)
f) Stabilitas terdiri atas:
 Stabilitas agregat dengan semen
 Stabilitas agregat dengan kapur
 Stabilitas agregat dengan aspal

4. Lapisan permukaan (Surface course)

Lapisan permukaan terletak paling atas pada suatu jalan raya. Lapisan yang
biasanya kita pijak atau lapisan yang bersentuhan langsung dengan ban kendaraan.
Lapisan ini berfungsi sebagai penahan beban roda. Lapisan ini memiliki stabilitas
yang tinggi, kedap air untuk melindungi lapisan dibawahnya sehingga air
mengalir ke saluran di samping jalan, tahan terhadap keausan akibat gesekan rem
kendaraan dan diperuntukkan untuk meneruskan beban kendaraan ke lapisan
dibawahnya.
Apabila diperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup atau lapis aus
(wearing course) di atas lapis permukaan tersebut.
Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan
untuk mencegah masuknya air dan untuk memberikan kekesatan (skid resistance)
permukaan jalan. Lapis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.
Jenis lapis yang digunakan di Indonesia antara lain:
a. Lapisan bersifat nonstructural, yang berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap
air antara lain:

2
1) Laburan aspal satu lapis (burtu), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam,
dengan tebal maksimum 2 cm.
2) Laburan aspal dua lapis (burda), merupakan lapis penutup yang terdiri lapisan
aspal ditaburi agregat yang dilakukan dua kali berturut–turut dengan tebal
maksimum 3,5 cm.
3) Lapis tipis aspal pasir (latsir), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapis
aspal dan pasir alam bergradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan
pada suhu pada suhu tertentu dengan tebal padat 1-2 cm.
4) Laburan aspal (Buras), merupakan lapisan penutup terdiri dari lapisan aspal
taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8 inch.
5) Lapis tipis asbuton murni (latasbum), merupakan lapisan penutup yang terdiri
dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang
dicampur secara dingin dengan tebal padat maksimum 1 cm.
6) Lapis tipis aspal beton (lataston), dikenal dengan nama hot roll sheet (HRS).

b. Lapis bersifat struktur, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan


menyebarkan beban roda antara lain:
- Penetrasi macadam (lapen)
- Lapis aspal buton agregat (lasbutag)
- Lapis aspal beton (laston)

Gambar 3.1: Lapisan Perkerasan Jalan Lentur

3.3.3 Perkerasan Komposit (Composite Pavement)

Perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku (rigid


pavement) dan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) dapat berupa
perkerasan lentur di atas perkerasan kaku atau sebaliknya dimana kedua jenis

2
perkerasan ini bekerja sama dalam memikul beban lalu lintas. Untuk ini maka
perlu ada persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar mempunyai kekakuan yang
cukup serta dapat mencegah retak refleksi dari perkerasan beton di bawahnya.
Konstruksi ini umumnya mempunyai tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi
pengendara dibandingkan dengan konstruksi perkerasan beton semen sebagai
lapis permukaan tanpa aspal.

3.4 Penyebab Kerusakan Perkerasan Jalan Lentur

Adapun penyebab kerusakan perkerasan jalan lentur, yaitu:


1. Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban.
2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang
tidak baik dan naiknya air akibat kapilaritas.
3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat
material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan
bahan yang tidak baik.
4. Iklim, Indonesia beriklim tropis dimana suhu udara dan curah hujan
umumnya tinggi yang dapat menjadi salah satu penyebab kerusakan jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh
sistem pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh
sifat tanah dasarnya yang memang kurang bagus.
6. Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik.

3.5 Jenis Kerusakan Perkerasan Lentur


Kerusakan fungsional adalah apabila perkerasan tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan yang direncanakan. Pada dasarnya tergantung pada derajat atau
tingkat kekasaran permukaan. Sedangkan kerusakan struktural terjadi ditandai
dengan adanya rusak pada satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan.
Disebabkan oleh laisan tanah dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas, kelelahan
permukaan dan pengaruh kondisi lingkungan sekitar.

2
BAB 4

PELAKSANAAN PEKERJAAN LAPANGAN

4.1 Penjelasan Umum

Pekerjaan yang cepat, mudah di kerjakan, berkualitas dan ekonomis adalah


syarat yang utama bagi seorang kontraktor. Tetapi dalam teknis nya pekerjaan
yang cepat dalam syarat ekonomis biasa nya selalu bermasalah pada kualitas
produk yang dihasilkan, karena dalam pelaksanaannya banyak dilakukan
penyederhanaan - penyederhanaan dalam pekerjaan yang akhirnya akan
menghasilkan mutu yang tidak sesuai dalam persyaratan perencanaan. Agar
pekerjaan di lapangan terlaksana dengan baik dan benar, maka sebelumnya
dilakukan penyesuaian terhadap semua pekerjaan di lapangan. Dengan maksud
semua kebutuhan yang diperlukan untuk pelaksanaan perlu dipersiapkan, agar
nantinya dalam penyelesaian pekerjaan dapat dilakukan dengan sempurna,
sehingga sesuai dengan gambar kerja yang telah ditentukan.
Dari pengalaman yang ada, tidak semua syarat-syarat di atas dapat terlaksana
dengan baik, ini disebabkan oleh beberapa faktor yang terjadi di lapangan seperti
keadaan cuaca yang buruk, keterlambatan bahan, keinginan pemilik, ataupun
faktor -faktor yang lain.

4.2 Kegiatan di Lapangan


Dalam pelaksanan pekerjaan perkerasan lentur (flexible pavement) ada
beberapa tahapan pekerjaan yang dilakukan dilapangan, yaitu:
1. Survey lokasi jalan
2. Perbaikan kondisi tanah dasar
3. Pekerjaan pembentukan badan jalan (Stripping)
4. Pekerjaan pemadatan tanah (sub grade)
5. Pekerjaan lapis pondasi bawah (sub base course)
6. Pekerjaan pondasi atas (base course)
7. Pekerjaan hotmix binder coarse atau Lapisan atas ATB
8. Pekerjaan lapisan permukaan (surface course)

2
9. Pekerjaan (Finishing)
10. Selesai.

4.2.1 Survey Lapangan


Survey lapangan atau survey lokasi adalah tahapan awal yang sangat penting
dalam merencanakan suatu kegiatan perencanaan proyek dimana dalam survey
lokasi tersebut kita dapat mengetahui letak keadaan tanah dan keadaan lingkungan
tersebut sehingga perencana dapat semaksimal mungkin untuk dapat
merencanakan bangunan yang akan didirikan di lokasi tersebut.
Tidak hanya bermanfaat bagi perencana bangunan, dalam tahap survey
lapangan juga harus dilakukan oleh tim manejemen proyek dimana tim ini sangat
menentukan akan kualitas dan waktu pekerja, karena tim ini merencanakan
beberapa hal yang sangat mendukung dalam pelaksanaan pekerjaan.
Survey lapangan sangatlah penting karena perencanaan baik itu penempatan
material dan pengiriman jenis material banyak sedikitnya material dan material
apa saja yang didahulukan itu tergantung dari survey lapangan, penggunaan alat
berat pun dihitung di dalam tahap survey lapangan.
 Jenis Struktur: perencana tidak akan kesulitan untuk memilih jenis struktur
yang akan digunakan karena telah melihat jenis tanah dan lingkungan yang
akan didirikan bangunan.
 Material: penempatan material dan banyaknya material yang ditimbun untuk
melaksanakan pekerjaan, jumlah pengiriman dan jangka waktu pengiriman
harus tepat karena agar material tidak terlalu banyak menimbun sehingga
mengganggu pengguna jalan ataupun lokasi tempat timbunan tersebut.
 Rute material masuk: membuat rute material yang masuk hingga ke lokasi
proyek sangatlah penting karena bila kita menempatkan material terlalu jauh
(lokasi bangunan berada dalam gang sehingga truck atau pickup tidak dapat
masuk) itu akan memboroskan waktu dan tenaga sehingga pekerjaan sangat
molor, atau material terlalu dekat dengan proyek sehingga dapat
mengganggu pekerjaan yang akan dilakukan.

2
 Alat berat: pemilihan alat berat ini sangatlah penting karena harga sewa
yang mahal dan memakan tempat, dalam survey lapangan kita mengetahui
alat berat jenis apa yang cocok untuk proyek yang akan kita kerjakan.
 Penempatan pekerja: penempatan pekerja atau biasa disebut dengan “mess”
kita dapat menempatkan pekerja yang sesuai bila terlalu jauh dari lokasi
proyek yang dikhawatirkan adalah ketepatan waktu para pekerja untuk
masuk kerja.

4.2.2 Perbaikan Kondisi Tanah Dasar

Dalam suatu kasus, ada suatu proyek pembuatan jalan raya. Sebelum
melakukan pekerjaan perkerasan,yang paling awal adalah mengkaji kapasitas
dukung tanah atau biasa disebut CBR (California Bearing Ratio). Setelah dikaji,
diketahui bahwa CBR tanahnya adalah <2%, secara teori sudah jelas bahwa tanah
itu tidak layak untuk dijadikan dasar jalan. Setelah diteliti kembali ternyata
tanahnya “bermasalah” yaitu termasuk tanah lunak. Kalo udah begini hanya ada 2
alternatif solusi, yaitu pertama dengan memindahkan trase jalan atau kedua
dengan cara perbaikan tanah.
Tanah yang bermasalah:
1. Tanah lunak
2. Tanah dispertif
3. Tanah ekspansif
4. Pasir dan kerikil longgar/tidak padat
Adapun teknik perbaikan tanah, yaitu:

1. Secara Mekanis (Fisis)


Perbaikan dilakukan dengan cara pemadatan, mencampur tanah dengan bahan
granuler (butir kasar).
2. Dengan Bahan kimia (Secara Kimiawi)
Mencampur tanah dengan semen, kapur, aspal, abu terbang (fly ash), abu
sekam padi. Bahan ini dapat memperbaiki daya dukung tanah karena
mempunyai unsur silika, kalsium yang mana dapat menyebabkan terjadi
peristiwa agromelasi (butiran menjadi lebih besar)

2
3. Dengan Bahan Perkuatan
Menggunakan cerucuk kayu, tikar bambu, tiang kayu, beton pracetak,
geosintetik.
4. Secara Hidrolis
Dengan cara pemompaan, preloading, drainasi vertikal, atau kombinasi antara
preloading dan drainasi vertical.

4.2.3 Pekerjaan Pembentukan Badan Jalan

Penyiapan badan jalan pada pekerjaan pelebaran jalan meliputi pekerjaan


pembersihan, pembentukan tanah dasar agar elevasinya sesuai degan yang
ditunjukkan gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk direksi pekerjaan,
dan termasuk pekerjaan pemadatan tanah dasar.
Tahapan pekerjaan penyiapan badan jalan yaitu:
 Pembersihan lokasi pekerjaan dari material yang dapat menggangu
pekerjaan seperti semak-semak, pepohonan, batu besar, dan material
lainnya.
 Pekerjaan galian yang diperlukan baik dengan menggunakan alat berat
maupun dengan cara manual untuk membentuk tanah dasar sesuai gambar
atau sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.
 Pemadatan tanah dasar dilakukan dengan menggunakan alat vibratory
roller atau menggunakan Combination Vibratory Roller pada daerah
pelebaran yang tidak terlalu luas atau tidak memungkinkan pengunaan
vibratory roller.

4.2.4 Pemadatan Tanah Dasar

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemadatan adalah:


1. Pemadatan dilakukan segera setelah dilakukan penggalian.
2. Apabila diperlukan lakukan penyiraman terhadap material tanah dasar
Untuk mencapai kadar air optimum sehingga didapatkan kepadatan yang
sesuai dengan spesifikasi.
3. Kecepatan alat harus diperhatikan agar tidak membahayakan pengguna
jalan eksisting.

2
Pemadatan Tanah Untuk Timbunan Tanah:
Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam seksi ini dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan, timbunan pilihan di atas tanah rawa
biasa dan gambut.
Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis perbaikan tanah dasar
(improve subgrade) untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga
digunakan di daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit
dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk
meningkatkan kestabilan lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika
diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk
pekerjaan timbunan lainnya dimana kestabilan timbunan adalah faktor yang kritis.
Timbunan pilihan digunakan di atas tanah rawa atau dataran yang selalu tergenang
oleh air, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau
dikeringkan dengan cara yang diatur dalam Spesifikasi ini.

4.2.5 Lapisan Pondasi Atas Mengunakan Agregat Kelas A

Material untuk lapisan pondasi atau menggunakan agregat kelas A dengan


tebal 20 cm dimana campuran telah disiapkan di base camp antara campuran
agregat kasar dan halus menurut proporsi masing–masing dan diangkut ke lokasi
kerja dengan menggunakan dump truck. Untuk pekerjaan penghamparan
dilakukan dengan motor grader, hamparan agregat dibasahi dengan water tank
truck sebelum dilakukan pemadatan dengan tandem roller atau pneumatic roller
sampai memenuhi kepadatan sesuai dengan spesifikasi teknik, dan untuk
merapikannya akan dikerjakan oleh sekelompok orang dengan menggunakan alat
bantu.

4.2.6 Lapisan Pondasi Bawah Menggunakan Agregat Kelas B

Material untuk lapisan pondasi bawah menggunakan agregat kelas B dengan


tebal 20 cm. Dimana telah disiapkan di dalam base camp antara campuran agregat
kasar dan halus menurut propersi masing–masing dan diangkut ke lokasi kerja
dengan menggunakan dump truck. Untuk penghamparan dilakukan dengan motor
grader, hamparan agregat dibasahi dengan water tank truck selanjutnya

2
dilakukaan pemadatan dengan vibrator roller sampai memenuhi kepadatan sesuai
dengan spesifikasi teknik, dan untuk merapikannya akan dikerjakan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan alat bantu.

4.2.7 Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course)

Setelah lapisan sub grade memenuhi standar kepadatan pekerjaan selanjutnya


adalah penghamparan material pondasi bawah berupa batu kali/batu limstone
menggunakan alat transportasi dump truck kemudian diratakan dan di padatkan
dengan menggunakan alat tandem roller. Untuk ketebalan lapis pondasi sub base
course biasanya 20 cm. Fungsi utama lapisan sub base course adalah:
 Bagian kontruksi jalan yang menyebarkan beban roda ketanah dasar.
 Mengurangi tebal lapisan di atasnya yang lebih mahal.
 Lapis peresapan agar air tidak terkumpul di pondasi.
Proses penghamparan sub base course:
Pertama membuat patok-patok untuk mengukur ketebalan, kemudian
mendatangkan material ke lapangan lalu dibuat dulu kepalanya yaitu antara patok
kanan dan patok kiri. Setelah ada dua kepala kemudian disebarkan material pada
area antara kepala satu dan kepala yang lain. Begitu seterusnya sampai selesai.
Prinsip pemadatan dimulai dari pinggir dan area yang rendah ke area yang
lebih tinggi untuk perataan menggunakan motor grader dan pemadatannya
menggunakan tandem roller. Jika pemadatan sudah terlihat cukup menurut
pelaksana baru dapat dilanjutkan untuk pekerjaan berikutnya.

4.2.8 Pekerjaan Pondasi Atas (Base Course)


Penghamparan material pondasi bawah berupa sirdam sama menggunakan
dump truck dan diratakan lagi dengan tandem roller, lapisan ini dibuat untuk
menyempurnakan daya dukung beban juga sebagai bantalan terhadap lapis
permukaan.
Material terbaik untuk lapis pondasi atas adalah campuran 70% batu pecahan
berwarna abu keputihan ukuran 1 sampai dengan 5 cm,dan 30% lagi campuran
abu batu atau pasir. Cara penghamparaan batu base course sama dengan
penghamparan batu sub base course. Setelah base course terhampar dengan rata

2
barulah dilakukan pemadatan, jika pada saat pemadatan masih terlihat rendah atau
tinggi harus ditambah atau dikurangi. Setelah kelihatan rata selanjutnya
dipadatkan kembali menggunakan tire roller sambil disiram air secukupnya.
Sebelum dihampar lapisan atas (ATB = Asphalt Treated Base) atau ACB
diperlukan lapis resap pengikat antara base course dan ATB yaitu prime coat, dan
untuk membersihkan debu menggunakan air compressor. Fungsi prime coat
diantaranya:
 Memberikan daya ikat antara lapis pondasi agregat dengan campuran
aspal.
 Mencegah lepasnya butiran lapis agregat jika dilewati kendaraan sebelum
dilapis aspal.
 Mencegah lapis agregat dari pengaruh cuaca.

4.2.9 Pekerjaan Hotmix Binder Coarse atau Lapisan Atas ATB

Setelah di cor dengan prime coat kemudian dilakukan pelapisan atas


menggunakan material aspal jenis ATB (Asphalt Treated Base) atau AC-BC dan
pelapisannya menggunakan mesin finisher lalu dipadatkan menggunakan mesin
tandem roller. Sebelum dihampar lapisan permukaan perlu di cor tack coat (lem
perekat antara ATB dengan asphalt hotmix) dan pembersihan debu dengan air
compressor.

4.2.10 Pekerjaan Surface Course (Lapisan Permukaan)

Pekerjaan selanjutnya setelah dicor tack coat adalah penghamparan lapisan


permukaan menggunakan asphalt hotmix penghamparannya sama menggunakan
mesin finisher lalu dipadatkan mengunakan tandem roller.

4.2.11 Pekerjaan Finishing


Untuk pekerjaan finishing dilakukan pemadatan dan perataan jalan dengan
alat pneumatic roller.

3
4.3 Jenis-Jenis Peralatan Pekerjaan Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Dalam setiap pekerjaan konstruksi selalu ada alat yang digunakan untuk
membuat pekerjaan tersebut lebih mudah dan sesuai dengan perencanaan awal.
Adapun alat-alat yang digunakan dan fungsinya dalam pekerjaan konstruksi
perkerasan lentur (flexible pavement).

a. Dump Truck
Dump Truck berfungsi sebagai alat angkut material-material bangunan (tanah,
besi tulangan, semen, batu bata) jarak jauh, namun dapat juga mengangkut
material untuk jarak sedang.

Gambar 4.1: Dump Truck


b. Excavator
Sebelum jalan raya dibangun maka lahan harus dibersihkan terlebih dahulu
dari sampah maupun pepohonan kemudian diratakan. Untuk membersihkan lahan
dan menggali maupun mengurug tanah. Untuk memindahkan tanah bekas galian
maka digunakan dump truck.

3
Gambar 4.2: Excavator
c. Motor Grader
Motor Grader adalah salah satu jenis traktor dengan fungsi sebagai alat perata
bentuk permukaan tanah, biasanya digunakan dalam pekerjaan jalan untuk
membuat kemiringan tertentu suatu ruas jalan. Dengan blade yang dapat diatur
tingkat kemiringannya.

Gambar 4.3: Motor Grader


d. Double Drum Roller
Setelah asphalt berhasil dihamparkan dengan elevasi jalan raya yang sudah
diukur menggunakan theodolit sesuai perancangan pekerjaan selanjutnya adalah
pemadatan dengan double drum roller hingga memenuhi kepadatan dan elevasi
yang direncanakan.

3
Gambar 4.4: Double Drum Roller

e. Asphalt Finisher
Asphalt finisher adalah alat untuk menghamparkan campuran aspal yang
dihasilkan dari alat produksi aspal. Terdapat dua jenis asphalt finisher yaitu jenis
crawler yang menggunakan roda kelabang dan jenis roda karet. Kelebihan dari
asphalt finisher roda kelabang adalah dalam hal daya ambang (flotation), traksi
dan penghamparannya lebih halus serta lebih datar dibandingkan asphalt finisher
yang menggunakan roda karet dengan ukuran yang sama.

Gambar 4.5: Asphalt Finisher

f. Tandem Roller
Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan tersebut perlu
dilakukan pemadatan, maka tandem roller berfungsi sebagai alat untuk pemadat
timbunan, yang mana pada setiap pekerjaan jalan jelas dibutuhkan pemadatan,
baik untuk jalan tanah dan jalan dengan perkerasan lentur maupun perkerasan

3
kaku. Penghamparan material pondasi bawah merupakan batu kali yang di angkut
menggunakan dump truck kemudian diratakan dan dipadatkan menggunakan
tandem roller. Pekerjaan menggunakan tandem roller dilakukan lagi pada saat
penghamparan lapis pondasi atas, dan lapis permukaan. Pada saat penghamparan
material pondasi dilakukan pekerjaan pengukuran elevasi urugan dengan alat
theodolit dan perlengkapannya. Untuk menambah bobot dari wheel roller ini,
maka roda silinder yang kosong diisi dengan zat cair (minyak atau air) atau
kadang-kadang juga diisi dengan pasir. Pada umumnya berat compactor ini
berkisar antara 6-12 ton. Penambahan bobot akibat pengisian zat cair pada roda
silinder dapat meningkatkan beratnya

Gambar 4.6: Tandem Roller

g. Pneumatic Roller
Roda-roda penggilas jenis ini terdiri atas roda-roda ban karet yang dipompa
(pneumatic). Susunan dari roda muka dan roda belakang selang-seling sehingga
bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian depan akan digilas oleh roda bagian
belakang. Roda-roda ini menghasilkan kneading action (tekanan) terhadap tanah
sehingga membantu konsolidasi tanah. Tekanan yang diberikan oleh roda
terhadap permukaan tanah dapat diatur dengan cara mengubah tekanan ban.
Makin besar tekanan ban, makin besar pula tekanan yang terjadi pada tanah.
Sumbu dari roda dapat bergoyang mengikuti perubahan permukaan tanah, hal ini
dapat memperbesar kneading action tadi.
Pneumatic tired roller sangat cocok digunakan pada pekerjaan penggilasan
bahan granular, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai

3
penggilas antara. Efisiensi pemampatan yang dihasilkan sangat baik, karena
adanya gaya dinamis terhadap tanah. alat untuk menghamparkan campuran aspal
yang dihasilkan dari alat produksi aspal butir-butir tanah cenderung akan mengisi
bagian-bagian yang kosong. Sebaiknya tidak digunakan untuk menggilas lapisan
yang berbatu dan tajam karena akan mempercepat kerusakan pada roda-rodanya.
Bobotnya dapat ditingkatkan dengan mengisi zat cair atau pasir pada dinding-
dinding mesin. Jumlah roda biasanya 9 sampai 19 buah, dengan konfigurasi 9
buah (4 roda depan dan 5 roda belakang), 11 buah (5 roda depan dan 6 roda
belakang), 13 buah (6 roda depan dan 7 roda belakang), 15 buah (7 roda depan
dan 8 roda belakang).

Gambar 4.7: Pneumatic Roller

h. Road Milling (Coremilling)


Alat ini berfungsi untuk mengupas lapisan permukaan aspal lama yang
akan diperbaiki menjadi potongan-potongan kecil, kemudian langsung dimuat
ke dalam dump truck. Sedangkan bahan hasil bongkaran ini kemudian dapat
digunakan kembali untuk pembuatan hot mix paving atau untuk memperkuat
tanah labil. Proses pembongkaran/penggilingan permukaan aspal akan
menciptakan kedalaman hasil pemotongan yang seragam, dan permukaan jalan
yang selesai dikupas akan rata dan memudahkan dalam proses pelapisan hot
mix yang baru.

3
Gambar 4.8: Road Milling (Coremilling)

4.4 Kendala dalam Perencanaan Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Jalan


Lentur (Flexible Pavement)
Dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan lentur terdapat beberapa
kendala, seperti kurangnya profesionalisasi pekerja ketika proyek sedang
berlangsung, ketidakstabilan cuaca menjadikan ketidak efektifan dalam proses
pekerjaan, keterlambatan material sampai ke lokasi menjadikan pekerjaan
berhenti sementara, dan ketidaksesuaian hasil pekerjaan di lapangan dengan
perencanaan yang telah direncanakan, contohnya di SPBU Halilintar II, Jl.
Jamin Ginting. Pemkab melalukan negosiasi terhadap masalah lahan yang
akan dibangun dengan pihak SPBU untuk membongkar neon box. Tetapi hasil
dari negosiasi, pihak SPBU tidak bersedia untuk pembongkaran, sehingga
pada +STA 450 - +STA 520(L) jalan tidak lurus tetapi jalan sedikit berbelok
tidak sesuai dengan perencanaan.

3
4.5 Bagan Alir Kerja Praktek

PERIZINAN

PENGAMATAN WAWANCARA STUDI DATA PROYEK

DISKUSI DENGAN PEMBIMBING KP

PELAPORAN DAN ASISTENSI

Gambar 4.9: Bagan Alir Kerja Praktek

3
4.6 Bagan Alir Perkerasan Lentur

Mulai

Survey lokasi jalan

Perbaikan kondisi tanah

Pekerjaan pembentukan badan jalan

Pekerjaan pemadatan tanah (sub

Pekerjaan lapis pondasi bawah (sub base

Pekerjaan pondasi atas (base course)

Pekerjaan hotmix binder course atau lapisan atas

Pekerjaan lapisan permukaan (surface

Pekerjaan finishing

Selesai

Gambar 4.10: Bagan Alir Pekerjaan Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

3
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pengalaman yang telah dilakukan di lapangan dapat


disimpulkan sebagai berikut antara lain:
1. Pelaksanaan pekerjaan perkerasan lentur (flexible pavement) secara langsung di
lapangan meliputi survey lapangan, setelah melakukan survey dapat dilakukan
perbaikan kondisi tanah dasar, lalu dilanjutkan dengan pekerjaan pembentukan
badan jalan, setelah selesai pembentukan badan jalan, selanjutnya bisa
dilaksanakan proses pemadatan tanah dasar, kemudian dilanjutkan lagi dengan
melaksanakan pekerjaan lapis pondasi bawah (Sub Base Course), lalu
dilanjutkan lagi dengan pekerjaan lapis pondasi atas (Base Course), sesudah
pekerjaan lapis pondasi atas dan sebelum melakukan pekerjaan lapisan
permukaan (Surface Course), itu dilakukan dulu pekerjaan lapisan atas ATB
(Asphalt Treated Base) atau bisa di bilang pekerjaan Hotmix Blinder, setelah
semua pekerjaan sudah selesai dilaksanakan, baru masuk pada tahap pekerjaan
finishing yang dilakukan dengan pemadatan dan perataan jalan dengan alat
Pneumatic Roller.
2. Cara mengatasi kendala pekerjaan yang terjadi dalam perencanaan pelaksanaan
pekerjaan perkerasan jalan lentur (flexible pavement) bila terjadi
ketidaksesuaian hasil pekerjaan di lapangan dengan perencanaan yang telah
direncanakan, contohnya di SPBU Halilintar II, Jl. Jamin Ginting, maka
Pemkab melalukan negosiasi terhadap masalah lahan yang akan dibangun
dengan pihak SPBU untuk membongkar neon box. Tetapi hasil dari negosiasi,
pihak SPBU tidak bersedia untuk pembongkaran, sehingga pada +STA 450 -
+STA 520(L) jalan tidak lurus tetapi jalan sedikit berbelok tidak sesuai dengan
perencanaan.

3
5.2 Saran

Dalam pembuatan laporan ini ada beberapa saran yang dapat disampaikan
antara lain:
1. Dalam perencanaan atau pembuatan suatu jalan harus berpedoman pada
standar yang berlaku dan disesuaikan dengan kebutuhan yang tidak melupakan
juga unsur keselamatan.
2. Dalam merencanakan atau menentukan permukaan tanah rencana hendaknya
tidak terlalu banyak memotong kontur sehingga dalam pekerjaan galian dan
timbunan tidak terlalu jauh berbeda dari permukaan tanah asli sehingga dapat
memperkecil biaya pekerjaan.
3. Penentuan kecepatan rencana harus disesuaikan dengan kondisi yang ada di
lapangan.

4
DAFTAR PUSTAKA

Sedamayanti. (2011). Manajemen Resiko Konstruksi. Jakarta: Erlangga.


Direktur Jenderal Bina Marga. (2012). Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor
22.2/KPTS/Db/2012. Direktur Jenderal Bina Marga. Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta

Sastramihardja,Rosjid,Road Engineering. Jenis-Jenis Perkerasan Lentur 1997

Rochmanhadi. 1992. Alat-alat Berat dan Penggunaannya, Yayasan Badan


Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.

Rostiyanti, S.F. 2002. Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi, Riena Cipta Jakarta.

Sukirman, S. 1995. Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung.


LAMPIRAN

Gambar L1: Kunjungan ke AMP (Asphalt Mixing Plant)

Gambar L2: Foto Bersama Kelompok


Gambar L3: Proses Penghamparan Aspal dan Pengecekan Suhu Aspal

Gambar L4: Kondisi Aspal Setelah Penghamparan dan Pemadatan dengan


Tandem Roller
BIODATA

NAMA : PUTRI DILLA INDRYANI


NPM 1807210075
KELAS : B1 PAGI

NAM : ANGGI WIGUNA


A SIMBOLON
NPM : 1807210079
NAMA : ELPIYAN SITORUS
NPM 1807210093
KELAS : B1 PAGI

NAM : M. DICKY
A ABDILLAH
NPM : 1807210102

Anda mungkin juga menyukai