PENDAHULUAN
Elastis
Anggapan di dalam design pada baja lebih tepat daripada bahan-bahan
lain, karena baja mengikuti hokum Hooke, sampai dengan tegangan cukup tinggi
Modulus Elastis dari konstruksi baja dapat dihitung dengan tepat tidak
sebagaimana pada beton.
Ductility
Bahan yang mempunyai sifat dapat memberikan perubahan bentuk yang
besar (uluran) sebelum mencapai kehancuran (bila menderita tegangan yang
besar) dikatakan ductility. Jika sebuah batang baja lunak di test tarik, maka pada
I-1
penampang kritis akan terjadi pengurangan luas dan uluran yang cukup besar
sebelum putus.
Untuk bahan bangunan yang tidak mempunyai sifat ini biasanya keras dan
getas, sehinga mudah rusak bila bekerja beban shock.. Pada batang struktur yang
mendapat beban, biasanya akan timbul konsentrasi beban (dengan tegangan yang
besar) di beberapa titik. Bila hal ini terjadi pada batang struktur dari bahan yang
ductile maka memungkinkan terjadinya leleh local pada titik tersebut, dengan
demikian berarti terhindar dari premature failure.
Keuntungan lebih lanjut dari kaonstruksi yang ductile ialah bila mendapat
beban yang over akan terjadi difleksi yang besar yang merupakan tanda terhadap
bahaya keruntuhan, sebelum keruntuhan itu sendiri terjadi.
1.2. Kerugian
Biaya Pemeliharaan
Pada umumnya baja akan gampang berkarat, terlebih-lebih dalam udara
terbuka, didalam air dan didalam lingkungan agresif, sehingga memerlukan
pemeliharaan (pengecatan) berkala.
Pemakaian weathering steels (baja yang lebih tahan karat : chromium
0,3 - 1,25%, menganase 0.6 – 1,5%, copper 0,25 – 0,4%) akan lebih mengurangi
biaya ini.
Ketahanan kebakaran
Walaupun baja bahan yag tidak dapat terbakar, tetapi bila terjadi
kebakaran, temperature tinggi yang biasa terjadi pada kebakaran akan mereduksi
kekutan baja secara drastis. Disamping itu baja juga pengantar panas yang baik,
batang baja yang tidak dilengkapi dengan fire proofing dapat mengalirkan panas
yang tinggi dari bagian yang menderita kebakaran ke bagian lain dan dapat
membakar elemen-elemen lain yang bersentuhan dengannya, pada bagian gedung
yang lain.
Dari kenyataan ini maka seyogyanya bangunan baja dilengkapi dengan fire
proofing untuk mendapatkan keamanan terhadap kebakaran yang memadai.
I-2
Bahaya tekuk
Pada batang-batang yang panjang dan langsing, bahaya tekuk sangat besar.
Batang struktur dari baja biasanya lebih langsing daripada bahan struktur yang
lain, sehingga bahaya tekuk sangat mengancam pada struktur baja.
Keamanan
Suatu kerangka baja tentu saja harus direncanakan cukup kuat untuk
memikul beban yang bekerja padanya, namun juga harus diperhitungkan agar
lendutan dan getaran tidak besar agar didapat rasa aman.
Biaya
Sebagai perencana struktur designer kita harus selalu ingat bahwa
bangunan harus direncanakan dengan biaya semurah-murahnya namun tetap
cukup kuat dan aman. Hal ini dapat dicapai dengan memakai profil-profil yang
tepat, sambungan dan detail yang sederhana, dan penggunaan batang dan bahan
yang tidak memerlukan pemeliharaan yang tidak seyogianya.
Praktis
Adalah kewajiban dari perencana untuk merencanakan bagian-bagian
struktur yang mudah dalam pembuatannya dan pemasangannya. Pada saat
merencana sudah harus dipikirkan kesulitan-kesulitan yang bakal terjadi pada
I-3
pembuatan dan pemasangan dan berusaha untuk mengeliminer kesulitan tersebut
sedapat mungkin dengan menyelesaikan design dan detail yang baik.
Kita harus belajar/mempelajari segala kemungkinan tentang: detailing,
pembuatan, dan pemasangan dilapangan, sehingga dapat dicarikan suatu
penyelesaian yang memudahkan pembuatan, pemasangan yang akhirnya
menghasilkan bangunan yang murah.
Didalam proses mencari penyelesaian ini kita perlu didukung oleh
pengetahuan (infromasi) tentang:
Tingkat kemampuan pembuatan (fabrikasi)
Pengenalan ukuran-ukuran standar dari profil-profil baja
Pengenalan tingkat kemampuan angkutan
Pengenalan tingkat kemampuan pemasangan (erection).
Faktor Keamanan
Yang diartikan dengan factor keamanan ialah perbandingan antara
kekuatan bahan dengan efek yang terjadi akibat pembebanan.
Kekuatan dari bahan yang dipakai didalam penentuan factor keamanan ialah
kekuatan patah dari bahan, tetapi juga sering digunakan harga yang lebih rendah
dari kekuatan patah, yaitu kekuatan leleh. Kehancuran dianggap sudah terjadi bila
suatu batang memberikan deformasi yang berlebihan, dalam hal ini factor
kemanan diartikan sebagai perbandingan antara tegangan leleh dengan tegangan
yang terjadi akibat pembebanan.
Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, maka factor keamanan
biasanya didasarkan pda tegangan leleh untuk bahan yang ductile dan tegangan
patah untuk bahan yang getas.
Faktor keamanan ini sebenarnya disiapkan untuk menampung hal-hal yang
tidak pasti seperti :
1 : Penyimpangan kekuatan bahan dari yang diperhitungkan , dan akan
menjadi lebih besar lagi dengan pengaruh : creep, karat dan leleh.
2 : Penyimpangan pada anggapan-anggapan perhitungan.
I-4
3 : Beban-beban tak terduga dan beban-beban sementara seperti gempa
dan lain sebagainya.
4 : Didalam proses pembuatan dan pemasangan sering timbul tegangan-
tegangan yang cukup besar.
Didalam proses pembuatan dapat mengalami bermacam-macam
perlakuan seperti : dibanting, diluruskan, dipukul, dan lain sebagainya,
demikian juga pada saat pemasangan sering batang-batang dipaksakan
agar dapat terletak pada posisi yang diinginkan terutama didalam
mem-pas-kan lubang-lubang baut dan posisi untuk pengelasan,
perlakuan-perlakuan ini dapat menimbulkan tegangan-tegangan yang
cukup besar.
5 : Perkembangan teknologi yang dapat mempengaruhi beban hidup,
seperti pada jembatan misalnya.
6 : Penentuan besarnya beban hidup dan beban mati.
Penentuan beban mati memang lebih dapat didekati, tetapi didalam
menentukan beban hidup akan jauh lebih sulit.
7 : Hal-hal lain seperti pengaruh residual stress, konsentrasi tegangan,
variasi pada ukuran batang dan lain-lain.
Didalam menentukan factor keamanan disamping menampung hal-hal
tersebut di atas, juga harus memperhatikan hal-hal yang lain seperti :
a. Jenis beban, beban tetap atau beban sementara.
b. Penggunaan bangunan : untuk bangunan umum ataukah untuk pribadi.
c. Fungsi dari bagian struktur yang direncanakan, apakah sebagai
pendukung utama/ataukah pendukung sekundair.
Kegagalan konstruksi
Kegagalan konstruksi bangunan biasanya terjadi karena kurangnya
perhatian pada hal-hal yang kadang-kadang dianggap remeh sperti : detail
sambungan, defleksi, pemasangan dan penurunan pondasi.
Sering dilakukan oleh perencna, setelah menentukan ukuran-ukuran
batang dengan baik, penyelesaian dari sambungan kurang diberi perhatian yang
cukup dan malah penyelesaian detail sambungan ini dibebankan kepada juru
I-5
gambar yang justru tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang beban-
beban yang mungkin bekerja pada sambungan itu. Umumnya kesalahan yan
paling banyak dilakukan didalam mendesign sambungan ialah kelupaan beberapa
gaya yang bekerja pada sambungan seperti momen puntir.
Pada rangka batang misalnya batang-batang direncanakan hanya untuk
beban-beban normal, padahal didalam penyelesaian sambungan beban-beban ini
dapat berupa excentris yang menghasilkan momen dan selanjutnya menambahkan
tegangan. Tidak selalu tegangan sekunder ini kecil, kadang-kadang malah sangat
menentukan, dan dapat menimbulkan kegagalan bila tidak diperhitungkan.
Penurunan pondasi yang tidak sama besarnya banyak juga menimbulkan
kegagalan, terutama pada konstruksi statis tak tentu.
Penyebab-penyebab terjadinya kegagalan yang lain ialah karena
kurangnya perhatian pada : deffleksi, kelelahan dari batang, ikatan-ikatan anti
sway, getaran dan kemungkinan menekuknya batang tekan ataupun flens tekan
balok dan arena gaya-gaya/perbedaan sifat gaya yang timbul pada saat
pemasangn.
I-6
P Elastic yielding
Plastic yielding
A
Strain hardening
Upper yield
E Lower yield
P
A L
0
L
I-7
uluran, maka titik tersebut dinamakan titik leleh dan tegangan
disebut tegangan leleh.
5: Regangan () sebelum mencapai tegangan leleh dinamakan elastic
strain.
6: Regangan yang terjadi sesudah tegangan eleh tanpa adanya
penambahan tegangan dinamakan plastic strain.
7: Menyusuli plastic strain ini strain hardening dimana tambahan
regangan hanya dihasilkan bila da tambahan tegangan.
8: Bila pembebanan melapaui tegangan leleh, maka bila beban
ditiadakan panjang batang tidak akan kembali pada panjang.
Baja Bangunan
Bahan baja bangunan adalah suatu bahan dengan ke serba samaan yang
besar. Baja ini selain terdiri daripada Fe + 98%, mengandung maksimum bahan-
bahan : carbon (C) 1,7% ; Manganese (Mn) 1,65% ; silicon (Si) 0,6% ; tembaga
(Cu) 0,6%.
Sifat baja bergantung sekali kepada kadar carbon, semakin bertambah
kadar zat carbon semakin naik tegangan patahnya dan semakin
menurun regangan patahnya dan juga bersifat getas (rapuh) serta keras,
sehingga bajanya tidak ulet (ductile).
Adanya pospor dan belerang juga menyebabkan kurangnya keuletan.
Karena itu untuk menjamin minimum keuletan (ductile) persentase
maksimum dari C, P dan S perlu ditentukan.
I-8
Tembaga mempuyai pengaruh baik terhadap ketahanan terhadap korosi
dan silicon digunakan terutama untuk mengurangi gas pada molton
metal (leburan logam).
Disamping carbon, Manganese juga menambah kekuatan baja.
Baja dibagi ke dalam 4 golongan :
Baja bercarbon rendah (lebih kecil dari 0,15%), mild carbon
(0,15 - 0,29%) berkarbon sedang (0,30 – 0,59%) dan berkarbon tinggi
(0,60 – 1,7%).
Baja bangunan termasuk dalam mild karbon
Pertambahan kadar karbon didalam baja memang akan menambah
tinggi tegangan leleh, tetapi mengurangi keuletan.
Baja yang kurang ulet menambah persoalan dalam pengelasan seperti
perlu : pre heat atau electrode las yang khusus.
Pengelasan yang ekonomis biasanya dapat dikerjakan pada baja yang
kadar karbon tidak lebih 0,3%.
I-9
diperoleh dengan menambahkan satu atau lebih bahan-bahan campuran lainnya
seperti : columbium, vanadium, silicon, tembaga, nikel dan lain-lain.
Baja high strength low alloy ini bisanya mempunyai ketahanan terhadap
karat yang baik. Pada permukaan baja akan terjadi oksidasi dan membentuk suatu
lapisan film yang melekat erat dan kemudian berfungsi mencegah oksidasi
selanjutnya sehingga dapat mengurangi kebutuhan akan pengecatan.
Tegangan leleh dari baja ini berkisar antara 2800 kg/cm2 s/d 4900 kg/cm2.
I - 10
pemeliharaan, seperti profil I, U yang semua permukaannya mudah
di cat.
I - 11
Kekuatan bahan dapat bervariasi dari perkiraan teori, apalagi
dengan berjalannya waktu timbul creep, korosi, fatique dan
sebagainya.
Tegangan yang dihasilkan dalam pabrik maupun pelaksanaan
Residual Stress.
Tidak pastinya demensi propil.
Metoda analisa struktur yang kemungkinan terjadi kesalahan
anggapan.
Beban yang tidak dapat diperhitungkan secara pasti.
I - 12
Suatu struktur disebut cukup kuat dan mampu-layan bila kemungkinan
terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan kemampuan layan selama masa
hidup yang direncanakan adalah kecil dan dalam batas yang dapat diterima.
Suatu struktur disebut awet bila struktur tersebut dapat menerima keausan
dan kerusakan yang diharapkan terjadi selama umur bangunan yang direncanakan
tanpa pemeliharaan yang berlebihan.
I - 13
BAB II
STRUKTUR TARIK
2.1. Pendahuluan
Struktur tarik adalah bagian dari suatu struktur bangunan yang menerima
beban normal tarik.
Terdapat pada bagian bangunan-bangunan :
Struktur utama :
Jembatan rangka
Jembatan gantung
Rangka kuda-kuda atap
Rangka menara
Struktur sekundair :
Iktan angin atap/jembatan
Ikatan rem pada jembatan
Ikatan penggantung gording
Profil T Profil WF
II - 1
Bisa juga dari propel buatan (bersusun)
Batasan Kekuatan
P u < Rn
Pu – gaya tarik akibat beban berfaktor
Rn – kuat rencana tarik
– faktor reduksi
Kontrol Leleh : Pu fy Ag = 0,90 (DFBK)
(pada tengah batang)
Kontrol Patah : Pu fu Ae = 0,75 (DFBK)
(pada daerah sambungan)
Ag = luasan penampang utuh (gross) fy = tegangan leleh bahan
Ae = luasan penampang efektif fu = tegangan putus bahan
Batasan Kelangsingan
L
Angka kelangsingan : 300 L = panjang batang
r
r = jari-jari kelembaban
I
r=
A
II - 2
Untuk batang bulat
Batasan kekuatan :
Leleh : Pu F y Ag = 0,90 (DFBK)
2
Ag =
4
Patah : Pu Fu Ae = 0,75 (DFBK)
Ae =U. Ag
II - 3
Batas kelangsingan :
L
500 L = panjang batang tarik
D
D = diameter batang
II - 4
Untuk pembutan lubang dengan “BOR”, dianggap tidak terjadi
kerusakan material disekitar lubang.
perlemahan = lubang =baut + 2,0 mm
Untuk pembuatan lubang dengan “POND” (plong) karena pembuatan
ini dengan kekerasan, maka disekitar lubang terjadi kerusakan
sehingga tidak dapat diikutkan memikul beban. Kerusakan ini
1
diperkirakan in 1,00 mm disekeliling lubang, sehingga :
32
perlemahan = lubang + 1,0 mm = baut + 3,0 mm
1
2 h
TU
3
t
S S
II - 5
= jarak beban pada lintasan diagonal
S2
Rumus Umum : An = Ag – n1 p t+ t
4
koreksi lintasan diagonal
n1 – jumlah lubang pada lintasan putus
Contoh : 1
Tentukan luas lintasan kritis dari pelat baja berikut dengan tebal 4 mm.
Baut yang di pasang diameter 19 mm. Pembuatan lubang dengan “Pond”
D A
p= 19 3 22mm
50 mm
E B
50 mm =
F
50 mm
C
G
s s s = 75 mm
S2
Jawaban : An = (h – n . p + )×t
4
Lintasan ABC = (150 – 1×22) × 4 = 512 mm2
75 2
Lintasan DEFG = (150 – 2 × 22 ) 4 (134.1) 4 = 536.4 mm2
4 50
Lintasan KRITIS = Lintasan ABC
II - 6
Contoh : 2
Tentukan luasan netto dari propel C 15 x 33,9 (Ag = 9,96 in2) yang di
sambung dengan baut ¾” seperti tergambar
II - 7
Contoh : 2
Tentukan luasan netto dari propel C 15 x 33,9 (Ag = 9,96 in2) yang di
sambung dengan baut ¾” seperti tergambar
A
1,4 in
B
0,65 in
3 in 1 = (3+2-0,4)=4,60 in
E 3 1 7
p
4 8 8
0,40 in 9 in 2 = 9 in
C
3 in
1 = 4,60 in
G
1,4 in
1,4 2 D H
S = 3 in
7 7
ABCD Anetto = 9,96 – (1) x 0,65 – (1) x 0,4 = 9,04125 in2
8 8
II - 6
A An
x
U 1 0,9
L
dimana :
x = jarak titik berat penampang terhadap sisi luar element
penampang yang disambung
L = jarak antara baut pertama dan terakhir dalam satu baris
L
x1
x
gn L x2
gn T
gn I
dipilih x1 dan x2
mana yang besar!
II - 7
1. Disambung dengan las memanjang saja atau kombinasi dengan las
melintang.
Ae = µA A = Ag
x
U=1-
L
I
Pu
w x
Pu
POT I-I
I
e e
II
PU A
PU
Untuk Pelat :
3. Disambung dengan las memanjang saja, maka panjang las (l) harus lebih
besar dari jarak las.
l>w w - jarak antara las memanjang
e - panjang las memanjang
l > 2w µ = 1,0
w 2w > l > 1,5w µ = 0,87
1,5w > l > w µ = 0,75
II - 8
2.6. Elemen Sambungan pada Batang Tarik
Kalau pelat simpul/buhul dipakai pada batang tarik, kekuatan pelat simpul
harus diperhitungkan cukup untuk menyalurkan beban tarik yang bekerja.
Ru < Rn – faktor reduksi
Rn – kuat nominal
Kekuatan pelat simpul nominal dihitung sebagai berikut :
Kekuatan leleh : Rn = Ag fy
= 0,9 (DFBK)
Kekuatan patah : Rn = An.fu
= 0,75(DFBK)
Luas netto (An) harus diambil lebih kecil dari 0,85 Ag.
An < 0,85 Ag
II - 9
Bid. Geser
Kekuatan nominal “Block Shear”
Bid. Tarik didapat dari bidang tarik dan
bidang geser yang terjadi
a). Propil Siku
Bid. Geser
Bid. Tarik
Bid. Geser
Bid. Tarik
Bid. Tarik
Bid. Geser
Menurut Peraturan
1. Bila “kekuatan patah bidang tarik” lebih besar/sama dengan “kekuatan
patah bidang geser” :
Kekuatan Nominal “Block Shear” :
0,75 (DFBK)
dimana : Ant = luas bidang tarik netto
U bs = 1 (Untuk tegangan tarik merata)
II - 10
Untuk susunan baut berseling :
ada 2 kemungkinan kegagalan “Block
Bid. Tarik
Shear”
PU a. seluruh beban (Pu) dipikul oleh
Bid. Geser “Block Shear”
(a) b. Hanya 4/5 PU dipikul oleh “B S”
Adanya lintasan “diagonal” ada koreksi
Bid.
PU S2
Tarik
t (ingat perhitungan A netto)
Bid. Geser 4
(b) Bid. Geser
II - 11
Contoh : 3
Hitung kekuatan tarik rencana dari profil WF 250×250×9×14 yang
disambung pada masing-masing sayapnya dengan dua baris baut 19 mm.
Setiap baris terdiri dari 3 baut masing-masing berjarak 100 mm.
Mutu Baja BJ 50 (fu = 500 MPa , fy = 290 MPa)
Penyelesaian :
W 250×250×9×14 Ag = 9218 mm2 tf = 14 mm
Profil T 250×1259×14 x 20.8 mm
x
qnT
100 mm 100 mm
II - 11
Contoh : 4
Suatu pelat 1 x 6 in disambung dengan las sudut memanjang ke pelat 1 x 10 in
untuk memikul beban tarik. Berapa kekuatan rencana pelat tersebut bila fy =
50 Ksi dan fu = 65 Ksi
Jawaban : Dilihat pelat terkecil (PL 1 x 6 in)
Kuat Rencana Leleh :
Pu = t fy Ag = 0,9 x 50 x (1 x 6) = 270 Kips
Kuat Rencana Putus :
A = Ag = 1 x 6 = 6 in2 w = 6 in dan l = 8 in
1,5w 1,5 x6 9 in 1,5w e w U 0,75
Ae = AU = 6 x 0,75 = 4,50 in2
Pu = t fu Ae = 0,75 x 65 x 4,50 = 219,4 Kips
Kekuatan Rencana Pu = 219,4 Kips berdasarkan Putus!
Pu
10 in w 6 in
l = 8 in
Contoh : 5
Hitung kekuatan Rencana (Pu) dari suatu propil siku L 8 x 6 x ¾ yang
disambung pada salah satu kakinya dengan las sudut seperti tergambar; bila
fy = 50 Ksi dan fu = 70 Ksi.
x
L8x6x¾
A = 9,94 in2
PU 8 in x = 1,56 in
6 in
II - 12
Jawaban :
Kuat Rencana Leleh :
Pu Fy Ag 0,9 x50 x9,94 447,3 Kips
Kuat Rencana Putus :
x 1,56
U 1 1 0,74
L 6
Ae = AU = 9,94 x 0,74 = 7,36 in2
Pu = fu Ac = (0,75) x 70 x 7,36 = 386,4 Kips (uutus)
Kekuatan Rencana Propil Siku : Pu = 386,4 Kips (berdasarkan putus!)
Contoh : 6
Berapakah beban rencana pelat penyambung (fy = 50 Ksi dan fu = 65 Ksi) yang
dapat diterima, pada sambungan seperti tergambar.
3
Pelat PL x12 Baut
3
PONDS
8 4
3”
8
PU/2
3”
8
PU/2
12”
3 1 7
Jawaban : p
4 8 8
3
Leleh : Pu Fy Ag 0,90 x50 x 2 x12 405 Kips
8
3 7 3
Putus : An 2 x12 2 x x 7,67 in 2
8 8 8
An 7,56 in
3
0,85 Ag 0,85 x12 2 7,65 in 2
8
Pu fu An 0,75 65 7,65 372,9 Kips Pu 372,9 Kips
II - 13
1
Contoh : 7 Suatu propil siku L 6 x 4 xdari Baja GRADE 50 A572 (fy = 50 Ksi dan
2
3
fu = 65 Ksi) disambung seperti tergambar. Baut . (Ponds)
4
3½“ 2½“ Berapakah :
2 in - Kekuatan Geser “Block Shear”
- Kekuatan rencana batang tarik
Bid. Geser
4 in
3 1 7
lubang in (PONDS)
4 8 8
4 in
x = 0,987 in
Bid. Tarik
6 in
II - 14
Jawaban :
1 71
Ag v 10 5,0 in 2 Anv 10 2,5 x 3,91in 2
2 82
1 71
Ag t 2,5 1,25 in Ant 2,5 0,5 x 1,03 in
2 82
Kekuatan Rencana “Block Shear” :
R n 0,6 f u Anv U bs .Fu . Ant 0,6 f y Agv U bs .Fu . Ant
Ae = A
Dari Kontrol Kelangsingan : max < 240 (struktur utuh)
max < 300 (struktur sekunder)
II - 15
L
max = 240
imin
L
imin > (untuk struktur utuh)
240
L
imin > (untuk struktur sekunder)
300
Untuk batang tarik dan baja bulat :
Ae = 0,75 Ag
Dari Kontrol Kekuatan :
Pu
Kuat Leleh : Ag > = 0,90
fy
Pu
Kuat Putus : 0,75 Ag > = 0,75
fu
L
Dari Kontrol Kelangsingan : < 500 L – panjang batang
D
L
D> D – diameter batang
500
Contoh 1 :
RU = 1,4 RD = 7,10t
RD = 5,25 t
RU = 1,2 RD + 1,6 RL = 16,7 ton (menentukan)
RL = 6,50 t
Penyelesaian :
RU 16700
Batang S1 Pu 35813 kg
tan tan 25o
- Batas kelangsingan :
300
struktur utama : imin 1,25 cm (struktur utama)
240 240
- Batas leleh : Pu < fy Ag
II - 16
Pu 35813
Ag 16,58 cm 2
fy 0,9 x 2400
- Batas putus : Pu fu Ae Ae An U
Mis U 0,85
Pu 35813
An 15,183 cm 2
fuU 0,75 x3700 x0,85
Mis : An 0,85 Ag
Au 15,183
Ag 17,86 cm 2
0,85 0,85
Coba Propil : 55 x 75 x 7
x x iy = 1,59 cm
ix = 2,35 cm
40 Pu i = 1,17 cm
35
x = 1,41 cm
40 60 60
Ag = 2 x 8,66 = 17,32 cm2 > 16,58 cm2
(batas leleh memenuhi)
Putus :
An = 2 (8,66 – 1 x 1,9 x 0,7) = 14,66 cm2 Ae = U An = 12,94 cm2
x 1,41
U 1 0,8825 Rn = 0,75 fy Ae
L 12
Rn = 0,75 x 3700 x 12,94 = 35901 kg > Pu = 35813 kg (ok)
II - 17
L
max 240 L < 240 x in
in
L < 240 x 1,17 = 281 cm
Contoh : 2
Rencanakan ikatan angin dengan batang bulat ()
Mutu baja Bj 37 Pu = 5,75 ton
L = 7,60 m
Penyelesaian :
L L 760
Batas kelangsingan : 500 D 1,52 cm
D 500 500
Batas leleh : Pu Ag fy 0,9 Ag fy
Pu 5750
Ag 2,66 cm2
0,9 fy 0,9 2400
Batas putus : Pu = Ae fu = 0,75
Ae = 0,75 Ag
5750
Ag 0,75 fux0,75 2,76 cm2
0,75 3700 0,75
II - 18
(menentukan)
2
Ag D Ag 2,76 cm 2
4
(menentukan)
4 x 2,76
D 1,87 cm
dipakai 19 mm
Contoh : 3
Suatu batang tarik L = 50 feet
Beban PD = 10 Kips
PL = 20 Kips
Rencanakan batang tarik tersebut dari batang bulat ()
mutu baja A 36 (fy = 36 Ksi ; fu = 58 Kips)
Pu 44
Ag 1,358 in 2 (menentukan)
f y 0,9 36
Kontrol Putus : Pu f u Ae Ae = 0,75 Ag
Pu 44
Ag 1,349 in 2
0,75 f y 0,75 0,75 58
4 Ag 4 1,358
Ag D2 D
4
D > 1,32 in (menentukan)
Kontrol Kelangsingan :
L L 12 50
500 D 1,2 in < 1,32 L
D 500 500
3
Dipakai Batang Bulat 1 > 1,32 in
8
II - 19
BAB III
STRUKTUR TEKAN
3.1. Pendahuluan
Struktur tekan adalah bagian struktur yang menerima gaya normal tekan.
Beban yang cenderung membuat batang bertambah pendek akan
menghasilkan tegangan tekan pada batang tersebut.
Struktur tekan terdapat pada bangunan-bangunan
Jembatan rangka
Rangka kuda-kuda atap
Rangka menara/tower
Kolom pada portal bangunan gedung
Sayap tertekan pada balok I (portal, jembatan)
Pada percobaan tekan, menunjukkan bahwa kehancuran batang tekan akan terjadi
P
pada ketegangan dibawah tegangan leleh ( f y pada percobaan tarik).
A
Dengan propil yang sama, semakin panjang batang tersebut akan
semakin cepat mencapai kehancuran, atau semakin kecil beban yang
dapat diterima.
Ini disebabkan semakin langsing batang, semakin besar
kecenderungannya untuk menekuk.
Angka kelangsingan (slenderness ratio) yaitu perbandingan antara
panjang batang dengan jari-jari kelembaman.
I
- angka kelangsingan i=
A
L
l – panjang batang I – momen enersia
i
i – jari-jari kelembaman A – luas penampang
Kecenderungan menukuk suatu batang dipengaruhi hal sebagai
berikut :
Macam kondisi ujung-ujung batang
Ketidak sempurnaan batang
Exsentrisitas beban tekan
Adanya “residual stress” (tegangan sisa)
PROPIL-PROPIL BUATAN :
P E – Elastis limit
f
A ideal P – proportional limit
fy fy – tegangan leleh
E fp – tegangan proportional
fp P
ada residual stress fr – tegangan sisa (residu)
fp = fy - fr
O L
L
P
f
A
fy
L
O i
Dapat dilihat disini, semakin besar angka kelangisngan, semakin kecil beban
yang bisa diterima, atau semakin kecil angka kelangsingannya semakin besar
beban yang dapat diterima.
Keadaan ideal dari suatu batang tekan :
Beban bekerja merata, dan garis kerja beban berimpit sumbu batang.
Sumbu batang betul-betul lurus, dan propil terbuat dari bahan yang homogin.
Tidak ada tegangan sisa/residual stress pada propel.
+ 1
Besarnya tegangan sisa berkisar fy
- - 3
+ Pada peraturan kita diambil fR = 70 MPa
untuk propel buatan pabrik (Roll)
L L
y 2 2
d2y Mx
2
Mx P y
dx EI
P
2
d y P ambil k 2
y0 EI
dx 2 EI
y k 2 y 0 Persamaan Deferensial tingkat 2
Penyelesaian PD y A sin kx B cos kx
Syarat batas : x = 0 y = 0 0 = 0 + B B = 0
x = L y = 0 0 = A sin kl
A 0 dan kL 0 kL n
n P n 2 2
k 2
L EI L
2 EI
n=1 Pcr (Beban Tekuk Kritis EULER)
L2
Biasanya perumusan EULER dinyatakan dalam tegangan.
L
PCR EI 2
i
fCK 2 dengan memasukkan
A LA I
i
A
2E
f CR 2 (Tegangan Kritis EULER)
f
2E
fCR
2
3.5. Revisi Dari Perumusan EULER
f 2E f
Lab Euler
2
fy fy
fx fp P
p O
- Percobaan Tekan
Percobaan Tarik
- Rumus EULER
fy
E = tan
fP
2 x 105 E [MPa]
3.6. Ada 3 Kegagalan Batang Tekan :
1. “ FLEXURAL BUCKLING . ”
Batang akan menjadi tidak stabil karena terjadi tekukan/lenturan
(EULER BUCKLING).
2. “Local Buckling”
Penampang terlalu tipis (perbandingan lebar pelat dengan tebal pelat ( b/t)
terlalu besar) akan menyebabkan terjadi tekuk local, sebelum batang
menekuk.
3. “Torsional Buckling”
Terjadi pada batang dengan bentuk penampang/kontigurasi tertentu.
Kegagalan akibat terjadinya torsi atau kombinasi torsi dan lentur.
b b b b b
b
b b
las b las
Elemen tidak berpengaku
las b las
Elemen Berpengaku
Ada 3 katergori Penampang : (Nilai P dan R Tabel B4.1 Peraturan).
Penampang kompak (“Compac Section”) : b/t < P
Penampang dapat mencapai tegangan plastis, sebelum menekuk.
Penampang tidak kompak (“Non Compact Section”) : P < b/t < R
Penampang dapat mencapai tegangan leleh disebagian tempat
(belum seluruh penampang), sebelum menekuk.
Penampang langsing (“Slender Compressin Element”) : b/t > R
Sangat tidak ekonomis untuk kolom, sehingga tidak boleh dipakai
sebagai kolom.
III - 8
Batas kolom pendek tanpa tekuk
Diambil 20
Daerah antara batas kolom pendek dan kolom panjang merupakan kolom
menengah daerah Inelastis.
fy
fp
+ 20 e
inelastis elastis
Tanpa tekuk
1 LK fy
c fy = tegangan leleh
r E
E = Modulus Elastis
1 fy
c LK = panjang tekuk
E
LK = kC L
L = panjang batang tekan
kc = faktor panjang tekuk
= kelangsingan komponen tekan
r = jari-jari kelembaman (=i)
LK I
r
r A
III - 9
Daya dukung Nominal SNI 03-1729-2002:
Persyaratan kelangsingan :
b
Kelangsingan elemen penampang (Tabel 7.5.1 Peraturan) r
t
Kelangsingan komponen struktur tekan < 200
fy
N n Ag f cr Ag Nn = daya dukung nominal
fy
f cr Ag = luas penampang utuh
fcr = tegangan kritis penampang
fy = tegangan leleh material
Untuk :
c 0,25 1 kolom pendek
1,43
0,25 c 1,2 kolom menengah (inelastis)
1,6 0,67c
fy
f cr
fcr
=1
fy 1,43
1,60 0,67c
fy
= 1,25 c2
1,8
0,25 1,20 C
inelastis elastis
fy
Menurut Tatacara PSBUBG dimana : c
E
III - 10
Kontrol Kekuatan Kolom :
Nu < Nn Nu = gaya normal tekan akibat beban berfaktor
Nn = kuat nominal tekan
Nn = kuat rencana tekan
= factor reduksi 0,9 (DFBK)
Fcr 0,658 Fy / Fe fy
Fcr = 0.877Fe
kolom pendek
(Perumusan-perumusan ini
Fcr kolom kolom panjang
intermidiate memasukkan pengaruh
Fy tegangan sisa FR dan
rumus inelastis
ketidak lurusan batang
0,39 Fy
c=1,5 tekan seperti anggapan
rumus elastis
ideal)
kL
e
i
III - 11
KL
Dimana :
i
2E
Fe 2
Fy Fy
c c
Fe E
Untuk Batas Elastis : Fc = Fp Fp = Fy - FR
Fc = 0,444 Fy FR = 0,556 Fy
Fy Fy
c 1,5
Fe 0,444 Fy
2E E
Fe 0,444 Fy e
2
0,444 Fy
Faktor panjang tekuk (kc) nilainya tergantung pada tahanan rotasi dan tahanan
translasi ujung-ujung batang tekan.
Nilai factor panjang tekuk untuk tahanan ujung-ujung batang “ideal”,
ditunjukkan pada gambar 7.6.1. (Peraturan)
Untuk batang tekan yang merupakan bagian dari suatu rangka yang
bersambungan kaku (portal) nilai factor tekuknya ditentukan dengan
nomogram dari :
- Gambar 7.6.2 (a) (Peraturan) untuk portal tak bergoyang
- Gambar 7.6.2 (b) (Peraturan) untuk portal dapat bergoyang
III - 12
Tak bergoyang tahanan traslasi dianggap
Bergoyang tahanan tahanan translasi dianggap 0
III - 13
(a) Nilai kc untuk komponen struktur tak bergoyang, dan
(b) untuk komponen struktur bergoyang
Contoh : 1
Suatu kolom dari WF 300 x 300 x 11 x 17 dengan tahanan ujung-ujung
jepit-sendi. L = 4000 mm.
Berapakah kekuatan rencana kolom tersebut, bila mutu Baja BJ 41
fy = 250 Mpa
Kontrol Penampang :
(Kelangsingan elemen penampang Tbl. 7.5-1)
III - 14
bf 301
8,85
2t f 2 x17 bf
sayap : r Penampang tidak
2 t
15,83
E 200000
R 0.56 0.56
f
langsing
Fy 250
(ok)
h 234
21,27
t 11 h
badan : r
E 200000 t
R 1.49 1.49 42,14
Fy 250
fy 42,27 250
c 0,476 0,25 c 1,2
E 2 x105
1,43
1,115
1,6 0,67 c
Kuat Nominal :
fy 2500
N n Ag 134,8 302242 kg
1,115
= 2273,81 kg/cm2
Pu = fc Ag Fcr = 0,85 x 134,8 x 2273,81
= 260533 kg
III - 15
Contoh : 2
Suatu kolom dari BJ 37, WF 250 x 175 x 7 x 11
Menerima beban : PD = 30 t
PL = 30 t
Panjang kolom L = 800 cm
Tahanan ujung-ujung kolom jepit-sendi
Pada arah sumbu lemah diberi pengekang sejarak 2,50 m dari ujung sendi dan
3,00 m dari ujung jepit.
Kontrollah kekuatan kolom tersebut.
Jawab :
2,5 m
ky=1 WF 250 x 175 x 7 x 11
Pu = 1,4 PD = 42 ton
III - 15
Kelangsingan komponen struktur :
0,8 800
thd, sb. x : x 61,54 (menentukan)
10,4
1 250
thd. Sb. y : y 59,81
1
4,18
0,8 300
y 57,42
2
4,18
Fy 61,54 2400
c 0,679
E 2 10 6
0,25 < c < 1,2
1,43 1,43
1,249
1,6 0,67 c 1,6 0,67 0,679
fy 2400
Pn Ag 56,24 108067 kg
1,249
Pn = 0,85 x 108067 = 91857 > Pu = 84 ton (ok)
“AISC LRFD”
= 1978,82 kg/cm2
Pu = c Ag Fcr = 0,85 x 56,24 x 1978,82 = 94595 kg
84 ton < 94,595 ton (ok)
III - 16
fy
dari kontrol kekuatan : Pu < Ag
w
wPu
maka didapat : ag >
fy
lk
dari permisalan besar , dimana =
i
lk
maka didapat i =
Sehingga kebutuhan Ad dan I untuk perencana dapat diketahui.
Dengan harga Ag dan I tersebut pemilihan propil bisa dilakukan, sampai didapat
propil yang tepat/ekonomis.
Contoh : 3
Suatu kolom panjang L = 7,00 m dengan tahanan ujung-ujungnya jepit-jepit
Beban dipikul PD = 40 t
PL = 20 t
Rencanakan kolom tersebut dengan propel WF (BJ 37)
fy 100 2400
c 1,1032
E 2 10 8
1,43
0,25 < c < 1,2 1,661
1,6 0,67 c
Pu
fy Pu 1,661 80000
Pu c Ag Ag
c f y 0,85 2400
III - 17
Lk L 455
max imin k 4,55 cm
imin max 100
Coba propil, 200 x 200 x 8 x 12 A = 63,53 cm2 ~ 65,14
h = 200 – 2 (12 + 13) = 150 iy = 5,02 cm > 4,55
ix = 8,62 cm
fy 90,63 2400
c 100 0,25 c 1,2
E 2 10 6
1,43
1,538
1,6 0,67 c
fy 2400
Kekuatan Nominal : Pn Ag 6353 99160 kg
A 1,538
Kekuatan Rencana : c Pn = 0,85 x 99160 = 84286 kg > 80 t (ok)
III - 18
Contoh : 4
5000
5000
DENAH
6000 6000 6000 6000
Bl1 Bl1 Bl1 Bl1 Bl2 Bl2
I
Kl2 Kl2 A Kl2 Kl2 4000 A Kl2 Kl2 Kl2
Bl1 Bl1 Bl1 Bl1 Bl2 Bl2
Ix
Kl1 Kl1 Kl1 Kl1 5000 Kl1 Kl1 Kl1
Kolom A :
Berapakah angkan kelangsingannya () ?
Berapakah Kekuatan Rencana ?
Jawab :
Kolom A :
Tekuk terhadap sumbu x : Ic = Ix Kolom
III - 19
GA
4980 400 0,550
11300 500
k Cx 1,29
(bergoyang)
4980 3790
400 500 1,328
GB
11300 500
1700
400
0,115
2
GA
11100
600
k Cy 0,59
(tak bergoyang)
1700 2940
400 500 0,274
2 11100
GB
600
= x = 61,80 (menentukan !)
fy 61,80 240
c 0,681 0,25 c 1,2
E 2 10 5
1,43
1,25
1,6 0,67 c
Kuat Nominal Kolom :
Fy 2400
Pn Ag 71,53 137337,6 kg
1,25
Kuat Rencana Kolom :
c Pn = 0,85 x 137337,6 = 116736,96 kg
III - 20
BAB IV
STRUKTUR LENTUR (BALOK)
f
y
fy
z
L
Gambar 4.1a Balok diatas dua tumpuan Gambar 4.1b Diagram Tegangan - Regangan
IV - 1
Kalau balok dibebani dengan beban lentur, akan terjadi momen lentur yang
akan menimbulkan tegangan lentur pada penampang propil.
Kalau beban ditambahkan terus, maka tegangan yang terjadi akan berubah
seperti yang digambarkan dibawah ini.
y f < fy fy fy fy
f < fy fy fy fy
a b c d
a. Tegangan max yang terjadi masih lebih kecil tegangan leleh bahan
(fmax < Fy)
b. Tegangan max yang terjadi = tegangan leleh (fmax = Fy) Batas Elastis.
c. Tegangan leleh tidak hanya terjadi dititik ekstrem.
d. Seluruh penampang telah terjadi tegangan leleh Batas Plastis.
Pada “BATAS ELASTIS” (kondisi b.), momen yang terjadi disebut “MOMEN
LELEH” (My), sedangkan pada “BATAS PLASTIS” (kondisi d.) momen yang
terjadi disebut “MOMEN PLASTIS” (Mp).
MOMEN LELEH
y
My f dA y y fy
A f fy
d /2
d f
fy 2 2
2 d
y dA d /2 dA y
O
2 Ix 2 y 2 dA d
O
fy
Ix Ix
d
2 Sx
d
My fy Sx 2 b fy
Sx – Elastis Modulus
IV - 2
MOMEN PLASTIS
y
Mp fy d A y fy
A
d /2 d /2
dA f
fy 2 yd
O
A Zx 2 y d A y
O
d
Mp fy Zx
Zx – Plastis Modulus
fy
b
Zx
Sx
IV - 3
4.4. Perilaku Balok Dibebani beban Gravitasi
Pu y fy fy
- -
x
+ +
Kapusat kelengkungan fy fy
+ + TAMPAK SAMPING
+ + + +
+ +
Sisi atas balok (diatas garis netral) terjadi tegangan tekan, dan akan
berperilaku seperti “KOLOM”.
Balok untuk mendapatkan kemampuan yang besar (maximal), maka Ix >> Iy,
sehingga akan lemah terhadap sumbu y.
Pada sisi atas (daerah tekan) akan menekuk kesamping (tekuk lateral), bila
tidak ada penahan/pengekangnya.
Lb = L
Kegagalan balok akibat “TEKUK LATERAL” ini pada umumnya akan terjadi
pda beban yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan beban yang
mengakibatkan kegagalan lentur vertical.
PENHAN LATERAL
Lb Lb
IV - 4
Lb Lb Lb
Lb Lb Lb Lb Lb Lb
“tekuk lateral”
IV - 5
Mn Zone I Zone II Zone III
plastc buckling inelistic buckling elastic buckling
MP
Nilai Lp dan Lr
MR
di Tabel 8.3.2 Peraturan
Lp Lr Lb
Gambar 4.4 Diagram Mn – Lb
fy fy fy f < fy
fy fy fy f < fy
IV - 6
- Semakin besar Lb, semakin kecil/sedikit penampang yang mencapai
tegangan leleh
- Pada jarak Lb tertentu, hanya titik extreme yang mencapai Fy, jarak ini
disebut Lr
Besarnya Lr tergantung : - Ukuran penampang balok
(Tabel : 8.3.2) - Mutu Baja (Fy)
- Tegangan sisa (fR)
fR = 70 MPa balok buatan pabrik
fR = 115 MPa balok buatan dengan las
IV - 7
pelat pengaku
IV - 8
4.4.1. Kuat Nominal Lentur Penampang, Pengaruh “Tekuk Lokal”
BATASAN :
Momen Leleh : My = Sxc Fy S – modulus penampang elastis
Fy – tegangan leleh baja
Momen Batas : MR = Sxc (Fy – fR) fR – tegangan residu (sisa)
Momen Plastis : Mp = Zx Fy Z – modulus penampang plastis
1. Penampang Kompak :
< p - perbandingan lebar dan tebal elemen plat (b/t)
p , r - harga batas (Tabel 7.5.1 Peraturan)
Mn = Mp Mn - kuat nominal lentur penampang
2. Penampang Tidak Kompak :
p < < r
Mn = M p M p 0.7 Fy S x
p
r p
3. Penampang Langsing
0.9 Ek c S x
<r Mn =
2
h
Untuk elemen badan r termasuk balok “dinding penuh”
t
Mn
kompak tidak kompak langsing
Mp
MR
p R
IV - 9
BATASAN :
Momen Plastis : Mp = Zx Fy
Momen Batas Tekuk : MR = Sxc . (Fy – fR)
fR – tegangan residu (tegangan sisa)
fR = 70 MPa penampang buatan pabrik
fR = 115 MPa penampang buatan dilas
IV - 10
Mmax
MA
MC
MB
Lb Lb Lb Lb
4 4 4 4
IV - 11
4.5. Kuat Nominal Geser : (Vn)
Kuat geser balok tergantung perbandingan antara tinggi bersih pelat badan
(h) dengan tebal pelat badan (tw).
Vn = 0,6 Fy . Aw . Cv
h k E
bila : 1,10 v Cv =1
tw Fy
kv E
1,10
Fy
Cv
h
tw
(-) Pelat badan menekuk Elastis “Elastic Buckling”
h k E 1.51k v E
bila : 1,37 v Cv 2
tw Fy h
Fy
tw
dimana :
h – tinggi bersih pelat badan
tw – tebal pelat badan
a – jarak pengaku transversal plat badan
kv – jarak pengaku transversal plat badan
pengaku transversal: k v 5 5 2
a
h
tanpa pengaku transversal: kv=5
E – modulus Elastis (MPa)
Fy – Tegangan Leleh (MPa)
Aw – luas penampang pelat badan penuh (Aw = d tw)
IV - 11
Dngan memakai nilai E = 200000 MPa, maka perumusan diatas menjadi lebih
sederhana :
h 1100
(-) Plastis : Vn 0,6 f y Aw
tw fy
h 1370 900000 Aw
(-) Elastis : Vn 2
tw fy h
t
w
Kuat rencana geser : Vu = Vn = 0,90
Gaya geser akibat beban berfaktor tidak boleh melebihi kuat rencana geser :
Vu < Vn
Kalau persyaratan ini dilampaui, pelat badan diberi tambahan dikiri dan
kananya (dubler plates).
IV - 12
Untuk “TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK
BANGUNAN GEDUNG” diatur pada Tabel 6.4-1.
Untuk hal-hal yang lain perlu diatur lagi sesuai fungsi dari balok tersebut dan
persyaratannya sesuai dengan peraturan yang ada. (spesifikasi teknis).
Perumusan Defleksi
Untuk menghitung defleksi balok, beban kerja yang dipakai dalam
perhitungan bukan beban berfaktor.
Untuk balok diatas dua perletakan sederhana, untuk menghitung defleksi max
dapat dipakai perumusan :
5 L4
- Ymax untuk beban terbagi rata q penuh pada balok
384 EI
diatas dua tumpuan sederhana.
3
PL
- Ymax untuk beban terpusat P ditengah bentang.
48 EI
Untuk balok diatas beberapa tumpuan/balok statis tak tentu, rumus pendekatan
ini dapat dipakai :
5L2
Ymax M s 0,1M a M b Ma, Mb - momen tumpuan
48EI
Ms - momen ditengah lapangan
Contoh : 1
Balok diatas dua tumpuan.
P P q P P q
D = 150 kg/m’ (belum termasuk berat sendiri balok)
PD = 2000 kg
L = 12 m q
L = 550 kg/m’ PL = 5500 kg
WF 600 x 300 x 12 x 17 BJ 37
Buat q = 137 kg/m’ Ix = 103000 cm4 Sx = 3530 cm3 Zx = 3782 cm3
A = 174,5 cm2 Iy = 7670 cm4 iy = 6,63 cm
d = 582 b = 300 r = 28
IV - 13
L 1200
- Kontrol Lendutan : y 3,333 cm
360 360
IV - 14
Mn = Mp = Zx fy = 3782 x 2400 = 9076800 kg cm
Lateral Buckling
a) LB = 1200 cm
E 2 10 5
L p 1,76 ry 1,76 6,63 337 cm
Fy 240
c = 1 (Profil I simetris ganda)
h0 = 582-17=565 mm
G = 77200 Mpa
1
J = bt 3 plat badan b = d – 2 tf = 582 – 2 x 17 = 548
3
1 1
= (54,8) 1,23 + 2 x (30) 1,73 = 129,825 cm4
3 3
bf 30
rts 7,93
1 ht w 1 49,2 1,2
121 121
6b t 6 30 1,7
f f
Jc 129,825 1
6.5 10 4
S x h0 3530 56,5
E 2000000
1190.5
0.7 Fy 0.7 2400
IV - 15
12,5 M max
Cb 2,30
2,5M max 3M A 4M B 3M C
Pu = 11200 kg
Pu Pu Pu Pu
q4 q4 = 1224,4 kg/m
RA = 2746,4 kg
A B C
Mmax = 66839,2 kg m
L = LB = 12
m
MA = MC = RA . 3 – Pu x 3 – ½ q4 (3)2 = 50219,4
MB = Mmax = 66839,2 kg m
12,5 66839,2
Cb 1,136
2,566839,2 350219,4 466839,2 350219,2
2
E
M cr C b EI y G J I y C w
Lb Lb
2
2 10 7
M cr 1,136 2 10 7670 772000 129,825
7
7670 6121139,375
1200 1200
Mcr = 4994636 kg cm < Mp = 907 6800 kg cm
Mn = Mcr = 49946,4 kg m
Mu max < Mn = 0,9 x 49946,4 kg m
66839,2 kg m > 44951,76 kg m
Balok Tidak Kuat!
b) Lb = 400 cm Lp = 337 cm
Lr = 994,1 cm
Lp < Lb < Lr Bentang Menengah!
Mp = Zx fy = 3782 x 2400 = 9076800 kg cm
Pu = 11200 kg
Pu Pu Pu Pu
qu qu = 1224,4 kg m
A B C
RA = 29746,4 kg = RB
A B
Mmax = 66339,2 kg m
4m 4m 4m
MA = RA x 5 – Pu x 5 – Pu x 1 – ½ qu (5)2 = 66227 kg m = Mc
IV - 16
MB = Mmax = 66839,2 kg m
12,5 66839,2
Cb 1,004
2,5 66839,2 466227 366839,2 4 66227
Lb L p
M n C b M p M p 0.7 Fy S x
Lr L p M p
994.1 400
M n 1,00490768 90768 59304 62569,9 kg m M p
994.1 337
IV - 17 terlentur
1. Lentur Lokal Pelat Sayap
Kuat nominal terhadap lentur local pelat sayap :
Rb = 6,25 Fyf tf2 tf = tebal pelat sayap
= 0,90 (DFBK)
Tidak perlu dikontrol bila :
- Lebar beban kurang dari 0,15 lebar sayap
- Sepasang pengaku vertical pelat badan dipasang dengan tinggi > 0,5 h.
Pu
x>d
k
leleh lipat
2,5k N 2,5k
d
lb 2,5k
leleh
k
Ru
x<d
IV - 18
3. Tekuk Dukung (Lipat) Pelat Badan : (WEB CRIPPLING)
Kuat nominal terhadap lipat pelat badan :
= 0,75
t w
1, 5
E F t
1 3 b
d
a). Rn = 0,80 tw2 yw f
jika x
d t f
tw 2
t w
1, 5
E F t
1 3 b
d
b). Rn = 0,40 tw2 yw f
jika x dan b < 0,20
d t f
tw 2 d
t
1, 5
E F t
c). Rn = 0,40 tw2 1 4 b 0,20 w yw f
jika x
d
d
t f
tw 2
b
dan 0,20
d
h
2
Cr t w t f
3 t
a). Rn 1 0, 4 w untuk pelat sayap dikekang terhadap rotasi dengan :
h2 b
L
b
f
h
t
w 2,3
Lb
b
f
h
tw
Bila 2,3 Tidak perlu dikontrol!
Lb
bf
3
h
Cr t w t f t w
3
b). Rn 0,4 untuk pelat sayap tidak dikekang tidak melawan rotasi dengan
h 2 Lb
b f
:
IV - 19
h
t
w 1,7
Lb
b
f
h
t
Bila w 1,7 Tidak perlu dikontrol!
Lb
b
f
Dimana :
Pu
tw - tebal pelat badan
tf - tebal pelat sayap
h - tinggi bersih pelat badan
(h = d – 2k)
bf - lebar pelat sayap
Lb - jarak pengekang lateral (Lb)
Cr = 6,62 x 106 Mu < My (DFBK) atau 1,5 Ma < My
Cr = 3,31 x 106 Mu > My (DFBK) atau 1,5 Ma ≥ My
Mu – Kekuatan lentur yang diperlukan (DFBK)
Ma – Kekuatan lentur yang diperlukan (DKI)
Akibat beban terpusat berfaktor pada balok tidak boleh terjadi kegagalan-
kegagalan seperti yang dijelaskan diatas.
IV - 20
Beban terpusat berfaktor harus lebih kecil dari kuat nominal dikalikan
factor reduksi ().
Ru < Rn Ru – gaya tumpu (bearing)
Rn – kuat nominal bearing
Kalau persyaratan tersebut tidak dipenuhi, maka perlu diadakan tindakan-
tindakan sebagai berikut :
- Pelat badan diberi pengaku vertical.
- Pelat badan diberi tambahan pelat disampingnya (doubler plates).
- Pelat badan diberi pengaku diagonal.
IV - 21
4.8. Perencanaan Balok
mendapatkan kebutuhan momen enersia propil (Ix) dan kontrol kekuatan momen
5 qL4 PL3
ymax yijin
384 EI x 48EI x
secara menyeluruh. Kalau terlalu kuat propil bisa dikecilkan, kalau tidak kuat
Contoh Soal
1. Suatu balok lantai berjarak 2,50 m satu dengan yang lain, dengan bentang
L = 6,50 m. (anggap tumpuan sederhana)
Tebal pelat beton t = 12 cm
Beban lantai (tegel + spesi) = 100 kg/m2
Beban hidup (lantai) = 250 kg/m2
Rencanakan balok tersebut dengan Propil WF BJ 37, bila pelat beton dianggap
sebagai pengaku lateral secara menerus (LB = 0).
L
Lendutan yang diijinkan ymax =
360
VI - 1
L = 6,50 m 2,5 m 2,5 m
Beban Mati :
Berat sendiri (ditaksir) qd = 60 kg/m’ digeser
Berat pelat beton : (0,12 x 2,5 x 2400 = 720 kg/m’
Berat lantai : 2,5 x 100 = 250 kg/m’
qd = 1030 kg/m’ = 10,30 kg/cm2
Beban Hidup :
qL = 2,5 x 250 = 625 kg/m’ = 6,25 kg/cm’
Kontrol Lendutan :
5 qL4 L 650
ymax y 1,81cm
384 Ex Ix 360 360
VI - 2
Kontrol Penampang Kompak : (Tekuk Lokal)
h = 346 – 2 (9 + 14)
= 300 mm
h E b E
3,76 0,38
tw Fy t Fy
h k E 300 5 200000
1,1 v 1,1
tw Fy 6 240
VI - 3
BAB V
STRUKTUR KOMBINASI NORMAL DAN LENTUR
(Balok Kolom)
V-1
b. penggantung dengan beban tarik sentries dengan beban lateral
c. balok dengan beban gravitari dan beban tarik
wu
wu Pu Pu
(c)
e
Pu Pu
(a) (b)
Pr P 8 M M
Bila 0,20 r rx ry 1,0
Pc Pc 9 M cx M cy
Pr P M M
Bila 0,20 r rx ry 1,0
Pc 2 Pc M cx M cy
V-2
Perumusan interaksi ini juga berlaku untuk kombinasi momen lentur
dengan gaya normal tekan.
5.3. Batang dengan Momen Lentur dan gaya Normal Tekan
(Balok Kolom/beam Column)
Persamaan Interaksi antara gaya normal tekan dengan momen lentur sama
seperti pada kombinasi gaya tarik dan momen lentur.
Pr P 8 M M
Bila 0,20 r rx ry 1,0
Pc Pc 9 M cx M cy
Pr P M M
Bila 0,20 r rx ry 1,0
Pc 2 Pc M cx M cy
V-3
gambar a, tambahan momen ini sebesar Pu.). Tambahan momen ini
akan menambah lendutan, seterusnya akan menambah momen begitu
seterusnya sampai mencapai keseimbangan.
Bila portal mengalami pergoyangan, dimana ujung-ujung kolom akan
mengalami perpindahan lateral relative satu dengan yang lain. Hal ini
akan menimbulkan juga tambahan momen (Pada gambar b, tambahan
momen ini sebesar Pu.)
Pu Pu
M1 = Mnt + Pu M2 = Mlt + Pu
(momen bertambah (momen bertambah
akibat ) akibat )
Pu Pu
V-4
Cm
B1 1
Pr
1
Pe1
2 EI *
Pe1
K 1 L
dengan
α = 1.00 (DFBK) atau 1.6 (DKI)
Cm = koefisien dengan asumsi tanpa translasi lateral
1. Untuk elemen tanpa beban transversal.
M1
Cm 0,6 0,4 1,0
M2
M1, M2 - momen di ujung element
nilai positif bila M1 dan M2 membuat lengkungan yang
berbeda
M1 M2
V-5
L = Panjang komponen struktur
K1 = faktor panjang efektif dalam bidang lentur
V-6
BAB VI
SAMBUNGAN BAUT
6.1. Pendahuluan
Dasar perhitungan untuk sambungan baut dan sambungan paku keling
adalah sama. Hanya saja, cara pelaksanaannya maupun bahan yang dipakai
berbeda. Pada baut, pelaksanaannya lebih sederhana dibanding dengan paku
keling. Karena pada paku keling pemasangannya perlu pemanasan dan
pemukulan, lebih banyak diperlukan waktu dan keahlian teknisinya.
Rata
Keluar
VI - 1
6.2. Tipe Sambungan
Fungsi sambungan, disamping menyatukan element-element pada suatu
konstruksi menjadi satu kesatuan, juga berfungsi sebagai penyalur beban dari satu
bagian kebagian yang lain.
Pada dasarnya tipe sambungan ada 2 macam :
a. Sambungan “Lap” (Gambar a)
Pada sambungan ini terjadi kelemahan akibat tidak segarisnya garis kerja
gaya pada pelat satu terhadap yang lain. Sehingga akan terjadi momen
sebagai beban tambahan. Untuk sambungan tipe ini biasanya hanya
dipakai pada batang-batang kecil.
b. Sambungan “Butt” (Gambar b)
Pada sambungan ini, garis kerja gaya akan terletak pada “satu garis”.
Sambungan ini juga sering disebut “bertampang dua”.
P P
P/2
P/2 P
(a) (b)
VI - 2
(a) (b)
(c) (d)
(e)
S2
S2
S1 S S S1
VI - 3
2 2/3 d < S < 15 tp atau 3 d d – diameter baut nominal
1,5 d < S1 < (4 tp + 100) atau 200 mm tp – tebal plat tertipis
* < S2 < 12 tp atau 150 mm
Tabel J3.4M. Jarak Tepi Minimum, [a] dari pusat Lubang Standar [b] ke
Tepi dari Bagian yang Disambung (*)
VI - 4
6.5. Kekuatan Baut Memikul Beban Geser
Kuat Geser Nominal baut yaitu:
Rn = Fnv Ab Fnv = Tegangan Geser Nominal (Tabel J3.2)
Rn = kuat geser nominal
Ab = Luas Tubuh baut tak-berulir nominal
atau bagian berulir (mm2)
Kuat perlu Geser baut yaitu:
Ru ≤Rn (DFBK), atau Ra ≤Rn/Ω (DKI)
Dimana: dan Ω =2.00
6.7. Pada baut Tipe Tumpu Menerima Beban Kombinasi Geser Dan Tarik
Baut yang memikul beban kombinasi gesar dan tarik, secara bersamaan
harus memenuhi pernyataan sebagai berikut :
Rn Fnt' Ab
Fnt
Fnt' 1.3Fnt f rv Fnt
Fnv
Fnt
Fnt' 1.3Fnt f rv Fnt
Fnv
VI - 5
6.8. Baut Kekuatan Tinggi dalam Sambungan Kritis-Slip
Sambungan kritis-slip harus dirancang untuk mencegah slip dan untuk
keadaan batas dari sambungan tipe-tumpuan. Ketahanan slip yang tersedia untuk
keadaan batas dari slip harus ditentukan sebagai berikut:
Rn = µDu hf Tb ns
Keterangan:
µ = Koefisien slip rata-rata:
a. Kelas A, µ = 0.3
b. Kelas B, µ = 0.5
Du = 1.13
Tb = Gaya tarik minimum pada Tabel J3.1M, kN
hf = Faktor pengisi,
a. Bila tidak ada pengisi atau dimana baut telah
ditambahkan untuk mendistribusikan beban pada
pengisi, hf = 1.00
b. Bila baut tidak ditambahkan untuk mendistribusikan
beban pada pengisi antara bagian tersambung, hf = 1.00
(untuk satu pengisi) dan hf = 0.85 (untuk dua atau lebih
pengisi)
ns = jumlah bidang slip yang diperlukan
Tabel J3.1M. Pratarik Baut Minimum, kN*
VI - 6
dan Ω =1.76, untuk lubang ukuran-berlebih dan lubang slot-
pendek yang parallel terhadap arah beban
dan Ω =2.14, untuk lubang slot-panjang
Bila suatu sambungan kritis-slip menahan suatu gaya tarik yang diterapkan
(kombinasi tarik dan geser) maka reduksi gaya penjepit neto, ketahanan slip yang
tersedia per baut (Rn), harus dikalikan dengan faktor, ksc, sebagai berikut:
Tu
K sc 1 (DFBK)
Du Tb nb
1.5Ta
K sc 1 (DKI)
Du Tb nb
Dengan
Ta = Gaya tarik perlu, dengan kombinasi beban DKI
Tu = Gaya tarik perlu, dengan kombinasi beban DFBK
nb = jumlah baut yang menahan gaya tarik
6.9. Kekuatan tumpuan pada lubang baut
Kekuatan tumpu nominal dari material yang disambung, Rn, ditentukan
sebagai berikut:
1. Untuk baut dalam sambungan dengan standar, ukuran-berlebih dan
lubang slot-pendek, tidak tergantung arah dari beban, atau suatu
lubang slot-panjang dengan slot tersebut paralel terhadap arah dari
gaya tumpuan:
a. Bila deformasi di lubang baut pada beban layan termasuk
perhitungan desain:
Rn 1.2 c tFu 2.4dtFu
b. Bila deformasi di lubang baut pada beban layan tidak
termasuk perhitungan desain:
Rn 1.5 c tFu 3.0dtFu
2. Untuk baut dalam sambungan dengan lubang-lubang slot-panjang
dengan slot tersebut tegak lurus terhadap arah dari gaya:
Rn 1.0 c tFu 2.0dtFu
VI - 7
3. Untuk sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut yang
melewati sampai suatu komponen struktur kotak atau PSB tak-
diperkaku:
Rn 1.8 Fu A pb
dengan
Pu Pu
n n
Pu Pu
VI - 8
Pu R
Vu Ra n (DKI )
n
= 0.75 dan Ω=2.00
Pu - beban befaktor
n – jumlah baut
Ru – kuat rencana baut
Rn – kuat nominal baut
Contoh :
1. Suatu sambungan pelat ukuran 250 x 12 dengan baut tipe tumpu 24, dengan
susunan seperti tergambar. Bila pelat dari baja BJ 37 dan baut dari baja A325,
pembuatan lubang dengan bor dan ulir tidak pada bidang geser baut, serta
deformasi di lubang baut pada beban layan termasuk perhitungan desain,
berapakah beban berfaktor Pu maximum yang dapat dipikul?
50
Pu 70 Pu
70
50
50 70 50
Pu
Pu
VI - 9
Kekuatan Baut
Kuat geser : Ru = ϕ Fnv Ab Ab = 2,42 =4,53 cm2
4
= 0,75 x 4570 x 4,53
Ru = 15527 kg menentukan !
VI - 10
Sebagaimana kita ketahui, saat pemasangan baut dikencangkan kuat-kuat,
sehingga antara plat yang disambung akan terjepit oleh gaya tarik baut,
yang selanjutnya akan memberikan kekuatan gesek pada sambungan
tersebut. Pada cara elastis ini andil gesekan ini tidak diperhatikan.
Pu Pu
e Pu M = Pu x e Pu x e
= = +
A B
Mu
K7
K8
K9
cg
K11
K10
K12
VI - 11
n
M u K ui ri K1 r1 K 2 r2 ........ K12 r12 (1)
i 1
K ui K u 2 K u 3 K
dan dan seterusnya = u12 (2)
r1 r2 r3 r12
Kalau masing-masing beban paku dinyatakan dalam K1
K1r1 Kr Kr Kr
K1 ; K 2 1 2 ; K 3 1 3 ; K12 1 12 (3)
r1 r1 r1 r1
Kalau persmaan (3), dimasukkan persamaan (1)
K u1r12 K u1r2 2 K u1r12
2
Mu ............
1 r r1 r1
K
r
1
2
r2 2 .......... ... r122 K1 n 2
M u u1
r1
ri
r1 i n
(4)
Kalau beban K tadi kita uraikan kearah vertikal dan horizontal, maka
perumusannya adalah sebagai berikut :
y
KUi
yi
Sin i =
ri
ri Ki
yi Kvi xi
Cos i =
ri
i
x
xi
VI - 12
KHi = Ki sin i Kvi = Ki cos i
M u ri yi M u ri xi
= =
r 2 ri r 2 ri
M u yi M u xi
K Hi K Hi
r 2 r 2
dimana : r 2 x 2 y 2
Kalau kita kembali pada contoh, maka
Akibat (A) dan (B), paku memikul beban :
P
Akibat (A) KVA =
n
M y
Akibat (B) K Hi
B r 2
M x
K Vi
B r 2
Total beban yang diterima :
KU K VA KViB
2
K HiB
2
< Rn
Pu Pu
+ eaktual = 6 in eaktual = 5 in
baut 1 baris baut 2 baris
VI - 13
1 2 4 1 3
eefektif = 6 - eefektif = 5 -
4 2
= 3,75 m =3m
Penyelesaian selanjutnya dikerjakan dengan cara elastis, dengan didalam
perhitungan momen torsi memakai eefektif.
e
e’ ?n
d1 d2
R1
R2
d3
O
d6 R4 o : pusat sesat perputaran
R5 cq
R6
Jika pada baut yang terjauh mulai terjadi slip atau leleh, sambungan belum
gagal.
Bila momen bertambah, baut yang lebih dekat akan menahan beban
bertambah besar, dan kegagalan tidak terjadi sebelum semua baut slip atau
leleh.
Pada beban eksentris ini cenderung terjadi baik rotasi maupun translasi
pada bahan sambungan, dan pengaruhnya sama dengan perputaran
sambungan terhadap suatu titik yang disebut pusat sesaat perputaran, pada
gambar terhadap O. Pusat sesaat perputaran ini berjarak e’ dari titik berat
sambungan.
Deformasi dari baut-baut ini dianggap bervariasi tergantung pada jarak
baut dari pusat sesaat perputaran. Beban geser ultimate yang dapat
diterima oleh baut tidak sama dengan Ru baut, tapi tergantung pada
deformasi dari baut.
VI - 14
Crawford dan Kulak mendapatkan hubungan sebagai berikut :
R = Rult (1 - e-10 )0,55
= total deformasi dari baut
Rult = beban ultimate rencana baut : Ru
Baut terjauh deformasinya diambil = 0,34 in dan deformasi baut lainnya
dapat dihitung sebanding dengan jarak d.
Gaya yang diterima oleh masing-masing baut dinyatakan dengan R dengan
arah tegak lurus garis hubung (d).
Titik O ini dicari dengan coba-coba, sehingga didapat keseimbangan :
a). V 0 Pu - Rv 0 (Total gaya vertical = 0)
b). M terhadap O 0 (Total momen thd titik O = 0)
c). H=0 (Total gaya horizontal = 0)
Proses coba mencoba ini dapat dirasakan sangat susah, sehingga perlu
dibantu dengan tabel.
Contoh :
1. Suatu sambungan terdiri dari 4 baut seperti gambar. Ru baut = 27 kip.
Diminta menentukan Pu dengan :
a). cara elastis
b). cara reduksi eksentrisitas
c). cara ultimate
y 2 x 2 4 32 1,52 45in 2
3 in Pu
Pu
akibat Pu Pv b cg
4
3 in
5 Pu 1,5 Pu
Pv D
45 6
akibat Mu 3 in
5 Pu 3 Pu
PH 1,5 in
45 3
VI - 15
1 1
Pv Pu 0,4166666 Pu
4 6
1
Ptotal 0,4166666 Pu Pu 2 0.5335936 Pu 27 Kips
2
3
Pu = 50,6 k
VI - 16
Dari hasil diatas terlihat cara reduksi eksentrisitas memberikan hasil Pu
yang terlalu besar, dibandingkan dengan dua cara lain, ini dapat
dimengerti karena rumus pendekatannya agak kasar, terutama pada
eksentrisitas yang relative kecil.
Spesifikasi LRFD (AISC) hanya menentukan cara menghitung kekuatan
sebuah baut (Ru), tidak menentukan bagaimana cara menghitung beban
baut pada sambungan geser eksentris.
SKSNI mengharuskan beban baut dihitung dengan cara ultimate.
No
x y d R Rv R.d
in in in in Kips Kips Kips cm
1 1,5 3 3,3541 0,211 25,15 11,25 84,36
2 4,5 3 5,4083 0,34 26,50 22,05 143,32
3 1,5 3 3,3541 0,211 25,15 11,25 84,36
4 4,5 3 5,4083 0,34 26,50 22,05 143,32
66,60 455,36
M 0 Pu e e R d
R d 455,36
Pu 56,92 Kips
e e 5 3
V = 0 Pu = RV 56,92 66,60 SALAH
VI - 17
Dari beberapa kali mencoba didapat e’ = 2,40 in
No x y d R Rv R.d
in in in in Kips Kips Kips cm
1 0,9 3 3,1321 0,216 25,24 7,23 79,06
2 3,9 3 4,9204 0,34 26,50 21,00 130,39
3 0,9 3 3,1321 0,216 25,24 7,23 79,06
4 3,9 3 4,9204 0,34 26,50 21,00 130,39
56,46 418,90
Rd 418,90
M 0 Pu 56,61 Kips
e e 5 2,4
V = 0 P u = RV 56,61 56,460 OK
Pu = 56,60 Kips
16 in Pu
1,5 in
3 in
tp = 16 mm
3 in
3 in
3 in
cg
1,5 in
D tf = 18 mm
1,5 in 5,5 in 1,5 in
VI - 18
a). Cara elastis
Mu = 16 Pu
y2 = 4 (32 + 62) = 180 in2
2
5,5
x2 = 5 x 2 x = 75,625 in
2
2
x2 + y2 = 255,625 in2
Pu
akibat Pu : Pv1 = = 0,1 Pu
10
16 Pu 2,75
Pv2 = = 0,1721271 Pu
255,625
Akibat Mu :
16 Pu 6
PH = = 0,3755501 Pu
255,625
Pv = 0,2721271 Pu
VI - 19
c). Cara ultimate : b = 3 ; D = 5,5 ; xo = 16 ; = 0
C = 2,64
Pu = 2,64 . 5,735 = 15,14 ton
d). Bila pada contoh diatas propel baja yang dipakai BJ 37 dan baut yang
dipakai baut tipe tumpu dari BJ 50 ulir tidak pada bidang geser, berapa Pu ?
Ab 22 3,14
Kekuatan Baut : 4
r1 0,50 m 1
VI - 20
Untuk sambungan geser eksentris, jumlah baut paku harus direncanakan
dulu, baru dikontrol kekuatannya. Sebagai penafsiran jumlah paku awal,
bisa dipakai rumus pendekatan :
6 Mu
n
Ru
n - jumlah baut
Mu - momen berfaktor yang diterima
- jarak vertikal antar paku
Ru - kekuatan rencana baut
Rumus ini berlaku untuk beban Mu saja dan baut hanya 1 (satu) deret.
Untuk beban Mu dan Pu, nilai Ru direduksi
Untuk baut lebih dari 1 deret, nilai Ru dinaikkan.
e Pu P
M=Pu.e
Pu
M=Pu.e
= = +
A + B
Untuk sambungan dengan beban (A), maka beban menjadi geser sentries,
Pu
sehingga beban Pu dibagi secara merata pada tiap baut K u .
n
VI - 21
Untuk sambungan pembebanan (B), momen M merupakan momen yang
menyebabkan sambungan melentur, dimana bagian atas akan mendapat tarikan
dan bagian bawah tekanan.
Bila alat penyambung digunakan baut mutu tinggi tipe gesek, maka akibat
dari pengencang baut akan memberikan gaya tekan pada bidang sambungan, tapi
bila digunakan baut biasa (tipe tumpu) maka gaya tekan ini dapat diabaikan.
Untuk sambungan baut tipe tumpu ini, dapat diselesaikan dengan cara
elastis atau ultimate sedangkan sambungan baut tipe geser diselesaikan dengan
memperhitungkan gaya tekan.
Mu=Puxo
Tu1
Tu2
Tu3 d1
d2
Tu4 d3
d4
VI - 22
Kalau persamaan (2) di substitusikan ke persamaan (1) maka didapat :
2 2 2 2
Tu1 d1 Tu1 d 2 T d T d
Mu u1 3 u1 4
d1 d1 d1 d1
Tu1 n 2
Mu di (3)
d1 i 1
Maka beban tarik pada masing-masing paku/baut :
M u d1 M u d2 M u d3 M u d4
Tu1 n
; Tu 2 n
; Tu 3 n
; Tu 4 n
di2 di2 di2 di2
i 1 i 1 i 1 i 1
Kalau diamati, maka beban tarik max akan diterima oleh paku/baut yang
terjauh dari titik putar.
Baut menerima beban geser sebesar :
Pu Vu
Vu f uv r1 f f b m
b
n Ab
M u d max
Beban tarik max : Tumax Td f Tn
d 2
Td = f ft Ab f = 0,75
ft = f1 – r2 fuv < f2 Peraturan 13.2.2.3
Mu
VI - 23
A
be n
ya
y1 h
Luasan
Transpose
yb g.n
yb b
b yb2 = be ya2 e
ya b
ya + yb = h
Dari persamaan (1) dan (2), ya dan yb dapat dihitung.
Momen inertia dari luasan Transpose :
1 1
I be ya b yb
3 3
3 3
M ya
Tegangan tarik max : f max
I
Pada paku/baut yang terjauh dari garis netral (g.n) menerima tegangan :
M u ymax
fu ymax = jarak baut terjauh dari garis netral
I
Baut terjauh memikul beban max tarik :
Tu = Ab . fu < f ft Ab
VI - 24
Pu
Beban geser : Vu
n
Vu
f uv r1 f f b m
b
Ab
ft = f1 – r2 fuv < f2 Peraturan 13.2.2.3
Vu
Nu
4 T
3 T d4
2 T d3
d2 gn
1 a
fy (pelat)
b
- Akibat momen terjadi tegang tekan yang dipikul pelat dan tegangan
tarik yang dipikul oleh baut.
- Garis netral didapat dari keseimbangan gaya tekan = gaya tarik.
fyp . a . b = T T gaya tarik pada 1 baut fyp – tegangan leleh pelat
Baut selain memikul tarik, juga memikul beban geser
V
f uv u f r1 f u
b
kontrol geser
Ab
Kontrol tariknya :
Tu < Td = f ft Ab dimana ft = (1,3 fb – r2 fu < fu
Anggap beban tarik baut = Td (diambil dari Td tarik murni dan
kombinasi geser tarik mana yang
terkecil)
T
Cari garis netral a
f yp b
VI - 25
6.11.2. Baut mutu tinggi : tipe gesek (Friction type)
e Pu
100
ymax
yn 100
100
100
Ab M u yi M u yi
Tbaut = Ab . f =
Ab yi yi
2 2
M u ymak
Tmak = Tu =
y 2
Tu Pu
Vsisa = Vn 1 dimana : Vn = 1,13 m Tb
1,13 Tb n
Contoh : Pu = 20 t e = 50 cm baut 20
Mu = 20000 . 50 = 1000000 kg cm
y2 = 4 (102 + 202) = 2000 cm2
1000000 20
Tu = 10000 kg
2000
20 Tb = 14,5 t
Vn = 1,13 . 0,35 . 1 . 14,5 = 5,73 ton = 0,35 (permukaan bersih)
VI - 26
Tu
Vsisa = Vn 1 = 1 (lubang standard)
1,13 Tb
10
= 1 . 5,73 1
1,13 14,5
Vs = 2,23 ton
20
Vu = = 2 ton
10
Vs > Vu ok
Contoh :
1. Suatu sambungan konsol seperti tergambar
Propil WF 500 x 200 x 10 x 16 dari BJ 37
Baut tipe tumpu (baut biasa) 30 (ulir tidak pada bidang geser), mutu
A325
Kontrollah kehandalan sambungan tersebut dengan :
250 Pu = 75 t
80 Tmax
85
85
85
85
80
35 35
POT. WF
titik putar
WF 500 x 200 x 10 x 16 200
VI - 27
2
Kuat rencana baut : Ab = (3) = 7,065 cm2
4
Geser : Ru = ϕ Fnv Ab
= 0,75 x 4570 x 7,065= 24215,3 kg
Tumpu : Rn = 1,2 lc t Fu ≤2,4 dtFu
= 1,2 x (8,5-3) x 1,6 x 3700 ≤2,4 x 3 x 1,6 x 3700
= 39072 ≤42624 (OK)
Ru = ϕ Rn= 0,75 x 39072 = 29304 kg
Tarik (ulir) : Ru = ϕ Fnt Ab
= 0,75 x 6200 x 7,065= 32852.25 kg
a). Cara Pendekatan Titik Putar :
VI - 28
Kontrol interaksi geser dan tarik :
Vu 7500
Frv = = 1061,6 kg/cm2 < 0,75 x 4750 = 3562,5 kg/cm2
Ab 7.065
Fnt
Fnt' 1,3Fnt f rv Fnt
Fnv
6200
Fnt' 1,3 6200 1061,6 6200
0,75 4570
Fnt' 6139 6200
be
80
85
85 ya
85
85 g.n
80 yb
b=200
200
VI - 36
ya b 20
yb be 1,662
= 3.47
ya = 3.47 yb
ya + yb = 50
yb = 11,2 cm
ya = 38,8 cm
C. Cara Ultimate :
- Beban geser : sama dengan (A)
- Kuat rencana tarik : dari (A)
Pada ulir : Ru(tarik)= 32852,25 kg (menentukan!)
Pada batang baut (interaksi geser dan tarik) :
Ru(tarik+geser) = 32529,03kg < Ru(tarik)
dipakai T = 32529,03kg
akibat momen lentur : Mu = 1875000 kg cm
mencari garis netral : anggap dibawah baut terbawah
T 10 32529,03
a b fy = T a=
bf y 20 2400
VI - 37
a = 6,8 cm < 8 cm (anggapan benar)
Mn = 0,9 ½ ba fy + 2 x T (y)
2
80
2T
85
2T
85
2T
85
2T
85
a 2T c
80 gn
fy
200
VI - 38
6.12. Sambungan Balok
Karena panjang propi dipasaran itu terbatas, kadang-kadang utnuk sebuah
balok perlu disambung. Misalnya pada potongan I sejarak x dari perletakan A.
x q
A I B
Bid. D
DI
Bid. M
MI
Pada potongan I akan terjadi gaya lintang sebesar DI dan momen lentur
sebesar MI.
I
DI
MI
Sambungan Sayap :
VI - 40
Momen yang dipikul sayap, dijadikan sepasang gaya kopel, sehinga
sambungan pada sayap menerima beban geser sentries sebesar gaya
kopel tersebut :
M sayap
T T
h
h
h - tinggi propil
T
Msayap
Sambungan Badan :
Momen pada pelat badan dan gaya lintang, akan bekerja sebagai beban
geser eksentris dan momen puntir pada sambungan pelat badan.
DI Mbadan
Contoh :
Balok dari propil WF 500 x 200 x 9 x 14 BJ 37
Pu Pu
Pu = 14440 kg
A B qu = 120 kg/m’
1,50 m RA = ½`qu l + Pu = ½ (120) 7,5 + 144
VI - 41
= 14890 x 1,5 – ½ (120) 1,52 = 22200 kgm
I bd
1
0,949,63
M u badan Mu 12 22200 4848,92
I prop 41900
Sambungan sayap :
Direncanakan dengan baut biasa 24 (A325) (ulir tidak dibidang geser)
2
Ab = (3) = 4,52 cm2
4
S1 > 1,5 d ; S > 2 2/3 d
Pelat buhul t = 14 mm sama dengan tf
Kuat nominal baut :
Geser Rn = Fnv Ab
= 4570 x 4.52= 20656,4 (menentukan)
Tumpu Rn = 1,2 lc t Fu ≤2,4 dtFu
= 1,2 x (7-2,4) x 1,4 x 3700 ≤2,4 x 2,4 x 1,4 x 3700
= 28593,6≤29836.8 (OK)
Rn (tumpu) > Rn (geser)
Momen sayap Mu = 17351,08 kgm
M u 1735108
Gaya kopel sayap Tu 34982 kg
d 49,6
Tu
Jumlah baut yang diperlukan : n
Rn
34982
n 2.26 dipasang 4 baut
0,75 20656.4
VI - 42
Ulir tidak pada bidang geser
S1 > 1,5 d ; S > 2 2/3 d
Pelat simpul 2 x 6 mm
Ab = (2,7)2 =5,72 cm2
4
Kuat rencana baut :
Geser Ru = ϕ Fnv Ab
= 0,75 x 4570 x 5,72 x 2 = 39210,6 kg >Ru (Tumpu)
Tumpu Rn = 1,2 lc t Fu ≤2,4 dtFu
= 1,2 x (8-2,7) x 0.9 x 3700 ≤2,4 x 2,4 x 0.9 x 3700
= 21178.8≤21578 (OK)
Ru = ϕ Rn= 0,75 x 21178 = 15883.5 kg (menentukan)
Dengan cara elastis :
Momen yang bekerja pada titik berat sambungan badan :
Mu total = Mu bd + Du x e e ~ 100 mm
= 4848,92 + 14710 x 0,09
Mu T = 6172,82 kgm
6 Mu
Perkiraan jumlah baut : n
Ru
Disamping beban momen, sambungan memikul beban
Ru direduksi 0,70
Susunan baut lebih dari 1 deret Ru dinaikkan 1,2
6 617282
n 5.27 dicoba 8 baut
100,70 1.2 15883.5
50 80 50 50 80 50
80
80
80
80 cg
80
VI - 43
Du 14710
Akibat Du : K uv1 1838,75 kg
n 8
Akibat MUT : (x2 + y2) = 8(42) + 4(42 + 122) = 768
M UT x 617282 4
K uv2 3215,01 kg
x y
2 2
768
M UT y 617282 12
K UH 9645,03kg
x y
2 2
768
VI - 44
BAB VII
SAMBUNGAN LAS
electrode
coating
VII - 1
7.2. Macam-macam Sambungan Las
Lack of fusien
tidak seluruh pelat leleh Tidak leleh
Incomplete
penetration
Tidak terisi
las tidak mengisi seluruh ketebalan pelat
VII - 2
7.5.1. Las Tumpul
Las tumpul penetrasi penuh kekuatan rencana sama dengan kapasitas
nominal bagian yang lebih lemah dikalikan faktor reduksi (
Kalau bahan las mutunya > baja dasar
Kekuatannya ditentukan oleh bahan dasar yang disambung.
a b
te
te = 0,707.a a 2 b2
a,b – tebal kaki las sudut
a
a te – tebal efektif las sudut
l – panjang las sudut
kaki las
a b
a : te = 0,707 a
w
a
syarat sambungan
l>4a
l>w
> 40 mm tp – tebal pelat terkecil
w > 32 tp
VII - 3
Masih ingat
l > 2w U=1
2w > l > 1,5w U = 0,87
1,5w > l > w U = 0,75
Bila l < 4a l efektif = 0,25l
Mengapa, karena ujung las pembentukannya tidak sempurna
VII - 4
Tebal Las Maksimum Untuk Kekuatan Berimbang
POT : a – a 2 kekuatan las = 1 kekuatan pelat (t1)
Rn (las) = Rn (logam dasar)
. 2 . Fnw Awe= . fnBM ABM
V
. 2 . 0.6 FEXX (1+0.5sin1.5ϴ) a . 0,707 . l= . 0.6Fu
t1.l
0,6 fu t1
aef max =
b b 2 0,707 0,6 FEXX (1 + 0.5sin 1.5 )
a t1 Fu
twef = 0,707 . . t1
a FEXX (1 + 0.5sin 1.5 )
t2 POT : b – b 1 kekuatan las = 1 kekuatan pelat (t2)
. a . 0,707 . 0,6 . FEXX (1+0.5sin1.5ϴ) = : 0,6 Fu . t2
fu
aef mak =1,41 . t2 fu – tegangan putus pelat
FEXX (1 + 0.5sin 1.5 )
FEXX – tegangan putus las
7.6.1. Geser Sentris beban disebar secara merata pada luas las.
P
Pu
f ............. A = (2b +d) te
A
VII - 5
e P P
P.e
= +
b
M x
fvm
Ip
x My
fHm
Ip
Pu
e Pu Mu = Pue
= +
a b
VII - 6
a akibat beban geser sentris Pu
f vp A Luas Las
A
M uY M u
b akibat momen lentur x fHM
Ix S
y fMH
ftotal fv 2 f H 2
ftotal 0,6 fu = 0,75
Untuk Perencanaan :
dimisalkan : te = 1 cm Hit : A, S, Ip
: Fnw=.0,6 . FEXX(1+0.5sin1.5ϴ)
f total
tebal efektif : t e 1cm
Fnw
te
tebal kaki las : a
0,707
Contoh : 1
PL : 16 x 200
PL : 16 x 100 Baja : BJ : 37
Fu Las : FE70.xx (KSI)
W 100
Fu = kapasitas batang
a=?
100
L
Plat Simpul Dianggap Kuat
Jawab
Kekuatan Batang
Leleh :
Ru = Ag .Fy = 0,9(DFBK) . 1,6 . 10 . 2400 = 34560 kg
VII - 7
10
Putus : L/W = =1 U = 0,75
10
Ae = 0,75 . 10 . 1,6 = 12 cm2
Ru = Fu . Ae = 0,75(DFBK) . 3700 . 12 = 33300 kg < 34560 kg
Kekutan batang : Fu = 33300 kg (putus menentukan)
Sambungan : Misal : te = 1 cm
A = 2 .1.10 = 20 cm2
fh = 33300/20 = 1665 kg/cm2 . < Fnw
< Fnw = . 0,6 . FE70xx = 0,75 . 0,6 . 70 . 70,3
< 2214 kg/cm2
fh
te te > 1665/2214 = 0,7518 cm
Fnw
te 0,7518
a a 1,06 cm
0,707 0,707
syarat : a maks/min
a min > 6 mm
tebal plat : 16 mm
a max < (16 - 2) = 14 mm
3700
a ef mak = 1,41 . 1,6 = 1,55 cm
70 70,3
> a min
a = 1,06 cm < a maks dipakai a = 11 mm
< a ef mak
VII - 8