Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

HIDROGRAF SATUAN

OLEH :

NAMA : MULIADI
NIM : 19.023.22.201.110
DOSEN : HAERIANTI, ST.,MT.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA
PALOPO
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Pencipta dan
Pemelihara alam semesta ini, atas karunianya kami dapat menyelesaikan
makalah keluwuaan yang berjudul Hidrograf satuan. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan bagi nabi Muhammad SAW, keluarga dan para pengikutnya
yang setia hingga akhir zaman termasuk kita semua.
Makalah ini kami susun sebagai bahan diskusi bagi mahasiswa sipil dan diharapkan
dengan disusunnya makalah ini akan menjadi acuan untuk mendukung proses
pembelajaran hidrologi secara sederhana dan mengena pada permasalahan yang
ada di masyarakat.
Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan
makalah ini dari teknis penulisan sampai dengan pembahasan materi untuk itu
besar harapan kami akan saran dan masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan ke
depannya.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing
pada mata kuliah hidrologi yang telah memberi arahan untuk membuat Makalah
ini dan tidak lupa untuk rekan rekan mahasiswa Teknik Sipil kami ucapkan terima
kasih semoga apa yang saya susun bermanfaat

Palopo,21 Januari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1


1.1 Latar Belakang ......................................................... 1
1.2 Tujuan dan manfaat .................................................. 2

1.3 batasan masalah ....................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .............................................................. 4

2.1 Hidrograf satuan ....................................................... 5


BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Hidrograf merupakan hubungan antara waktu dan aliran, baik berupa


kedalaman aliran maupun debit aliran. Data hidrograf aliran sangat berguna
dalam perencanaan sumber air dan perencanaan perkiraan banjir. Sebab akibat
antara hujan dan debit aliran sungai pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat
digambarkan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Skema Jaringan DAS


Pemahaman dan penerapan ilmu hidrologi menyangkut pemahaman proses
pengalihragaman (transformation) dari satu set masukan menjadi satu set
keluaran melalui satu proses dalam sistem hidrologi. Skema sederhana tersebut
menyangkut pengukuran pengukuran variabel dan parameter yang cukup
banyak, karena hanya dengan data dan informasi yang terkumpul tersebut
proses hidrologi dapat dipahami secara menyeluruh. Pemahaman secara detail
membutuhkan pengukuran dan pengamatan yang menyeluruh dan cermat.
Kebutuhan ini didasarkan pada kebutuhan informasi, baik

besaran maupun penyebarannya sebagai fungsi waktu dan ruang (time and
spacial distribution). Dalam perencanaan sumber daya air dibutuhkan data debit
banjir rencana yang realistis. Banjir rencana dapat dihitung dengan
menggunakan data hujan dan data banjir rencana. Apabila data debit banjir yang
tersedia cukup panjang (>20 tahun), debit banjir dapat langsung dihitung dengan
metoda analisis probabilitas. Sedang apabila data tersedia hanya berupa data
hujan dan karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS), salah satu metoda yang
disarankan adalah menghitung debit banjir dan data hujan maksimum harian
rencana dengan superposisi hidrograf satuan (Subramanya,1984;Harto,
1993;Ramirez, 2000). Apabila diperhatikan keadaan DAS di Indonesia, banyak
dijumpai DAS yang kurang atau tidak memiliki stasiun pengukur debit, atau
apabila tersedia maka hanya terbatas pada DAS yang dianggap penting. Oleh
karena itu disarankan perlu adanya suatu penelitian yang dapat menerangkan
hubungan antara DAS yang memiliki stasiun pengukur debit (DAS terukur)
dengan yang tidak memiliki stasiun pengukur debit (DAS tidak terukur), dengan
cara mengembangkan analisis hidrograf satuan (unit hydrograph) berdasarkan
parameter fisik DAS. Dari hubungan yang dikembangkan diharapkan diperoleh
cara analisis untuk menentukan hidrograf satuan sintetik (synthetic unit
hydrograph) dari DAS berdasarkan nilai parameter fisik DAS yang bersangkutan.
Pada penelitian ini penulis mengambil contoh data dari DAS Batang Anai, Kota
Padang Pariaman.

Konsep hidrograf satuan, yang banyak digunakan untuk melakukan transformasi


dari hujan menjadi debit aliran. Konsep ini diperkenalkan pada tahun 1932 oleh
Sherman (Subramanya, 1984). Data yang diperlukan untuk menurunkan
hidrograf satuan terukur di DAS yang ditinjau adalah data hujan otomatis dan
pencatatan debit di titik pengamatan tertentu. Namun jika data hujan yang
diperlukan untuk menyusun hidrograf satuan terukur tidak tersedia digunakan
analisis hidrograf banjir sintetis. Metoda hidrograf satuan sintetis yang saat ini
umum digunakan di Indonesia antara lain adalah metoda Snyder-SCS, Snyder-
Alexeyev, Nakayasu, GAMA-1, HSS-αβγ dan Limantara. Metoda Snyder-SCS,
Snyder-Alexeyev, Nakayasu dikembangkan diluar negeri, sedang metoda
perhitungan hidrograf satuan sintetis yang pertama dikembangkan di Indonesia
adalah metoda HSS GAMA-1 yang dikembangkan di Universitas Gajah Mada
(Harto, 1993). Selanjutnya dikembangkan metode HSS αβγ di Institut Teknologi
10 November (Lasidi et.al, 2003) dan HSS Limantara di Universitas Brawijaya
(Lily, 2008) serta metode ITB-1 dan metode ITB-II yang dikembangkan oleh
Institut Teknologi Bandung.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menghitung hidrograf satuan berdasarkan sifat fisik DAS dengan


menggunakan pendekatan analitik dan empiric.

2. Menentukan hidrograf satuan sintetik DAS berdasarkan parameter fisik dari


DAS Batang Anai.

3. Membandingkan hasil dari hidrograf satuan sintetik DAS yang telah dihitung
dalam penelitian dengan data hidrograf satuan DAS yang telah terukur.

Manfaat dari penelitian ini adalah agar pembaca dapat mengetahui dan
menerapkan perhitungan hidrograf satuan sintetis di daerah dimana data
hidrologi tidak tersedia untuk menurunkan hidrograf satuan, sehingga dapat
diketahui data hidologi dari DAS Batang Anai.

1.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis akan membatasi masalah yang akan dibahas yaitu
perhitungan hidrograf satuan sintetis dari DAS Batang Anai menggunakan
metode Nakayasu, Snyder, ITB-I dan ITB-II. Data-data yang dibutuhkan untuk
menghitung hidrograf satuan sintetis dari Batang Anai adalah sebagai berikut :

1. Data hujan jam-jaman DAS Batang Anai pada tanggal 21- 23 Maret 2019.

2. Data Automatic Water Level Recorder (AWLR) DAS Batang Anai pada
tanggal 21-23 Maret 2019.

3. Peta Topografi DAS Batang Anai

4. Data Karakteristik DAS Batang Anai


BAB II

PEMBAHASAN

Sebelum masuk pada pembahasan hidrograf satuan, sebenarnya apakah itu


hidrograf? Hidrograf adalah kurva yang memberi hubungan antara parameter
aliran dan waktu. Parameter dalam hidrograf dapat berupa kedalaman air
(elevasi) dan debit aliran. Sehingga terdapat dua macam hidrograf yaitu hidrograf
muka air dan hidrograf debit.

Contoh Skema Hidrograf

2.1 Hidrograf Satuan


Pada tahun 1932, L.K. Sherman mengenalkan konsep hidrograf satuan, yang
banyak digunakan untuk melakukan transformasi dari hujan menjadi debit
aliran. Hidrograf satuan didefinisikan sebagai hidrograf limpasan langsung (tanpa
aliran dasar) yang tercatat di ujung hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
ditimbulkan oleh hujan efektif sebesar 1 mm yang terjadi secara merata di
permukaan DAS dengan intensitas tetap dalam suatu durasi tertentu.

Metode hidrograf satuan banyak digunakan untuk memperkirakan banjir


rancangan. Metode ini relatif sederhana, mudah penerapannya, tidak
memerlukan data kompleks dan memberikan hasil rancangan yang cukup teliti.
Data yang diperlukan untuk menurunkan hidrograf satuan terukur di DAS yang
ditinjau adalah data hujan otomatis dan pencatatan debit di titik kontrol.
Beberapa anggapan dalam penggunaan hidrograf satuan antara lain
sebagai berikut :
1. Hujan efektif mempunyai intensitas konstan selama durasi hujan efektif.
Untuk memenuhi anggapan ini maka hujan deras yang dipilih untuk analisis
adalah hujan dengan durasi singkat.
2. Hujan efektif terdistribusi secara merata pada seluruh DAS. Dengan
anggapan ini maka hidrograf satuan tidak berlaku untuk DAS yang sangat
luas, karena sulit untuk mendapatkan hujan merata di seluruh DAS.
Penggunaan pada DAS yang sangat luas dapat dilakukan dengan membagi
DAS menjadi sejumlah sub DAS, dan pada setiap sub DAS dilakukan analisis
hidrograf satuan.
Dari data hujan dan hidrograf limpasan langsung yang tercatat setiap interval waktu
tertentu (misalnya tiap jam), selanjutnya dilakukan pemilihan data untuk analisis
selanjutnya. Untuk penurunan hidrograf satuan, dipilih kasus banjir dan hujan
penyebab banjir dengan kriteria sebagai berikut.
1. Hidrograf banjir berpuncak tunggal, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
analisis.
2. Hujan penyebab banjir terjadi merata di seluruh DAS, hal ini dipilih untuk
memenuhi kriteria teori hidrograf satuan.
3. Dipilih kasus banjir dengan debit puncak yang relatif cukup besar.
Berdasarkan kriteria tersebut maka akan terdapat beberapa kasus banjir. Untuk
masing-masing kasus banjir diturunkan hidrograf satuannya. Hidrograf satuan yang
dianggap dapat mewakili DAS yang ditinjau adalah hidrograf satuan rerata yang
diperoleh dari beberapa kasus banjir tersebut.

Anda mungkin juga menyukai