Oleh :
Kelompok 10
Anggota Kelompok:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
dengan judul “Pengendalian dan Percepatan Pelaksanaan pada Proyek Konstruksi
dengan Menggunakan Metode Least Cost Analysis” tepat pada waktunya guna
memenuhi tugas mata kuliah Rekayasa Pengendalian Proyek Konstruksi, serta
menerapkan ilmu yang telah didapat dalam perkuliahan.
1. Dr. Ir. Putu Ika Wahyuni, S.T., M.Si., M.T. selaku dosen Pengampu yang
telah membimbing hingga selesainya tugas ini.
2. Teman-teman yang telah banyak membantu sehingga tugas ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL................................................................................................. vi
2.2.3 Criteria Sistem Pengendalian Biaya dan Jadwal (Cost and Schedule
Control System Criteria-C/S-CSC) ................................................................16
iii
2.3 Monitoring dan Updating ........................................................................18
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengekspresikan komitmen terhadap proyek dengan menerapkan Triple C +
Komitmen + suksek proyek dimana Triple C adalah:
2
1.3 Manfaat Pengendalian
Adapaun manfaat dari pengendalian pada Proyek Pembangunan Gedung
Kantor SMAN 1 Abang pada waktu proyek dalam tahap pelaksanaan adalah
untuk dapat mengurangi terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang tidak
diinginkan, Seperti:
1. Terjadinya keterlambatan pelaksanaan.
2. Terjadinya penyimpangan mutu.
3. Terjadinya pembengkakan biaya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengendalian Proyek Konstruksi
Pengendalian merupakan usaha yang sistematis untuk menentukan standar
yang sesuai sasaran perencanaan, merancang suatu informasi, membandingkan
antara pelaksanaan dengan rencana, menganalisis kemungkinan adanya
penyimpangan antara pelaksanaan dengan rencana, kemudian mengambil tindakan
pembetulan yang diperlukan sumberdaya yang digunaka menjadi efektif dan efisien
dalam rangka sasaran dan tujuan (Husen, A. 2008: 161 dan Soeharto. I. 1995: 117)
4
2.1.3 Fungsi Pengendalian Proyek Konstruksi
Pengendalian proyek konstruksi pada dasarnya memiliki 2 (dua) fungsi
yang sangat penting (Wulfram I. E., 2004: 3) yaitu :
1. Fungsi Pemantauan
Dengan pemantauan yang baik terhadap semua kegiatan proyek akan
memaksa unsur-unsur pelaksanaan untuk pekerja secara cakap dan
jujur. Pemantauan yang baik ini akan menjadi motivasi utama untuk
mencapai performa yang tinggi, misalnya dengan memeberi penjelasan
kepada pekerja mengenai apa saja yang harus mereka lakukan untuk
mencapai performa yang tinggi kemudian memberikan umpan balik
terhadap performa yang telah dicapai. Sehingga, masing-masing
mengetahui sejauh apa prestasi yang telah dicapai.
2. Fungsi Manajerial
Pada proyek-proyek yang komplek dan mudah terjadi perubahan
(dinamis) pemakaian pengendalian proyek konstruksi dan sistem
informasi yang baik akan memudahkan manajer untuk segera
mengetahui bagian-bagian pekerjaan yang mengalami kejanggalan atau
memeiliki performa yang kurang baik. Dengan demikian dapat segera
dilakukan usaha mengatasi atau meminimalkan kejanggalan tersebut.
5
2. Faktor Tenaga Kerja
Pengawas atau inspektur yang kurang ahli dibidangnya atau kurang
berpengalaman dapat menyebabkan pengendalian proyek menjadi tidak
efektif dan kurang akurat
3. Faktor Sistem Pengendalian
Penerapan sistem informasi dan pengawasan yang terlalu formal
dengan mengabaikan hubungan kemanusiaan akan timbul kekakuan
dan keterpaksaan. Oleh karena itu, perlu juga diterapkan cara-cara
tertentu untuk mendapat informasi secara tidak formal (resmi),
misalnya ketika makan bersama, saling mengunjungi, komunikasi
lewat telpon, dan lain sebagainya.
6
4. Data dan informasi yang dapat dipercaya
Masalah ini menyangkut kejujuran dan kedisiplinan semua pihak yang
terlibat dalam proyek. Semua perjanjian dan kesepakatan yang telah
dibuat seperti waktu pengiriman peralatan dan bahan serta waktu
pembayaran harus benar-benar ditepati.
5. Obyektifitas data
Data yang diperoleh harus sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan.
Pemakaian asumsi, kira-kira atau pendapat pribadi tidak boleh
dimasukkan sebagai data hasil pengamatan.
6. Aspek yang berkaitan dengan Pengndalian Proyek Konstruksi
Proses pengendalian proyek konstruksi terkait dengan banyak faktor
yang saling mempengaruhi (Wulfram I. E., 2004: 5). Faktor-faktor
tersebut seperti dalam Gambar II.1, berikut:
7
Yang diharapkan oleh manajemen adalah tercapainya kualitas pekerjaan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan, proyek dapat diselesaikan dalam waktu yang
telah diteteapkan, dan masih dalam batas anggaran yang disediakan. Ketiga aspek
tersebut diatas, adalah saling terkait satu dengan yang lain, dan terakhir adalah
bermuara ke biaya. Artinya, kualitas dan waktu pelaksanaan berisiko terhadap
membangkaknya biaya, bila tidak dikendalikan dengan baik.
8
hasil evaluasi ini pula tindak lanjut pelaksanaan pekerjaan dapat diputuskan dengan
tepat dengan melakukan koreksi terhadap performa yang telah dicapai. Proses
diatas diperlihatkan secara skematis pada Gambar II-2, (Wulfram I. E., 2004: 2),
berikut:
9
3. Kriteria sistem pengendalian biaya dan jadwal (cost and Schedule
Control System Criteria-C/S-CSC), untuk biaya, jadwal dan kinerja
terpadu.
4. Rekayasa Nilai (value engineering)
2.2.1 Analisis Varian
Menjelang saat pelaporan dikumpulkan informasi mengenai status akhir
kemajuan proyek dengan menghitrung jumlah unit yang diselesaikan kemudian
membandingkan dengan perencanaan, atau melihat catatan penggunaan sumber
daya, misalnya jam-orang dan membandingkan dengan anggaran. Teknik demikian
dikenal sebagai analisis varian (Soeharto, I., 1995: 264).
Adapun cara untuk memperagakan adanya varian adalah dengan
mengunakan grafik. Grafik dibuat dengan sumbu-X sebagai nilai kumulatif biaya
atau jam-orang yang telah digunakan atau persentase (%) penyelesaian pekerjaan,
sedangkan sumbu-Y menunjukkan parameter waktu. Ini berarti menggambarkan
kemajuan volume pekerjaan yang diselesaikan sepanjang siklus proyek.
Bila grafik tersebut dibandingkan dengan grafik serupa yang disusun
berdasarkan perencanan dasar (kumulatif pengeluaran berdasarkan anggaran
uang/jam-orang) maka akan segera terlihat jika terjadi penyimpangan.
Dengan memiliki sifat seperti tersebut dan pembuatannya yang relative
cepat dan mudah, maka metode penyajian dengan Grafik “S” dijumpai secara luas
dalam penyelenggaraan proyek, seperti gambar 2.3, berikut :
10
Grafik yang dibuat dengan sumbu vertical sebagai nilai kumulatif biaya atau
jam-orang atau penyelesaian pekerjaan dan sumbu horizontal sebagai waktu
kelender masing-masing dari angka 0 sampai 100 ini, umumnya akan berbentuk S,
ini disebabkan kegiatan proyek berlangsung sebagai berikut:
1. Kemajuan pada awalnya bergerak lambat
2. Diikuti oleh kegiatan yang bergerak cepat dalam kurun waktu yang
lebih lama.
3. Akhir kecepatan kemajuan menurun dan berhenti pada titik akhir.
Penggunaan grafik S dijumpai dalam hal-hal berikut:
1. Pada analisis kemajuan proyek secara keseluruhan
2. Penggunaan sama dengan butir diatas, tetapi untuk satuan unit
pekerjaan atau elemen-elemennya
3. Pada kegiatan engineering dan pembelian untuk menganalisis
persentase (%) penyelesaian pekerjaan, misalnya jam orang untuk
menyiapkan rancangan, produksi gambar, menyusun pengajuan
pembelian, terhadap waktu.
4. Pada kegiatan konstruksi, yaitu untuk menganalisis pemakaian tenaga
kerja atau jam-oranbg dan untuk menganalisis persentase (%)
penyelesaian pekerjaan-pekerjaan lain yang diukur (dinyatakan) dalam
unit versus waktu. Grafik “S” sangat berkaedah untuk dipakai sebagai
laporan bulanan dan laporan kepada pimpinan proyek perusahaan
karena grafik ini dapat dengan jelas menunjukkan kemajuan proyek
dalam bentuk yang mudah dipahami.
Penggunaan grafik “S” adalah untuk menunjukkan varian biaya terhadap
waktu, dimana pada gamabar berikut menunjukan pelaksanaan konstruksi dengan
angka anggaran = Rp. 5000,00 dan angka pengaluaran = Rp. 840,00. Bila suatu data
angka anggaran dan pengeuaran dianalisisi dengan metode grafik ”S”, maka terlihat
jelas menunjukan kecenderungan “membengkak” nya varians biaya sebesar = Rp.
500,00 – Rp. 840,00 = - Rp. 340, akibat dari pengeluaran lebih besar dari anggaran,
seperti terlihat pada Gambar 2.4 (Soeharto, I., 1995: 266-267) berikut:
11
Gambar II-4 Menganalisis varians dengan grafik “S”
(Sumber: Soeharto, I., 1995: 267)
2.2.2 Konsep Nilai Hasil (Earned Value Concept)
Metode ini menjawab peranyaan, apakah proyek pada saat ini (saat
pelaporan) masih seusai dengan anggaran atau jadwal. Dengan memakai dasar
asumsi tertentu, metode ini dapat dikembangkan untuk membuat prakiraan atau
proyeksi keadaan masa depan proyek, misalnya untuk menjawab pertanyaan,
(Soeharto, I., 1995: 268-270). Sebagai berikut:
1. Dapatkah proyek diselesaikan dengan dana sisa yang ada?
2. Berapa besar perkiraan biaya untuk menyelesaikan proyek?
3. Berapa besar proyeksi keterlambatan pada akhir proyek, bila kondisi
masih seperti saat pelaporan?
12
1. Misal suatu pekerjaan mengecor pondasi dengan volume 3003,
anggaran untuk pekerjaan ini sebesar Rp. 80.000.000,00
2. Pada minggu pertama dilaporkan sebanyak 75 m 3, pengecoran telah
diselesaikan. Ditanyakan berapa nilai hasil (earned value) pada saat
pelaporan.
Nilai hasil (earned value) adalah biaya yang dianggarkan dari pekerjaan yag telah
diselesaikan dan dapat dihitung dengan rumus:
Jadi Nilai pada gambar diatas adalah dapat dihitung dengen perincian sebagai
berikut:
13
pengeluaran biaya actual dari paket kerja atau kode akuntansi termasuk
perhitungan overhead dan lain – lain
2. BCWP (Budgeted Cost of Work Performance), yaitujumlah anggaran
yang senilai untuk kegiatan yan telah dilaksankan dalam kurun waktu
tertentu.
3. BCWS (Budgeted Cost of Work Schedule), yaitu anggaran yang
direncanakan untuk kegiatan yang dilaksanakan. Jadi disini terjadi
perpaduan antara biaya, jadwal dan lingkup kerja, dimana setiap
pekerjaan telah diberi alokasi biaya dan jadwal yag jadi tolak ukur
dalam pelaksanaan
2.2.2.3 Perhitungan BCWS, BCWP, dan ACWP
Berdasarkan data laporan Akuntansi, maka dapat dikelompokan Actual
Cost of Work Performance (ACWP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan data Budgeted Actual Cost (BAC), data renacana kemajuan proyek,
data realisasi kemajuan proyek pada suatu saat dilakukan evaluasi, maka dapat
dihitung Budged Cost of Work (BCWS) dan Budgeted Cost of Work Performance
(BCWP) dengan rumus:
BCWS = (Bobot Renc – BCWS – Ke n / Bobot Renc – BAC) × BAC
BCWP = (Bobot Real – BCWP – Ke n / Bobot Renc – BAC) × BAC
SV = BCWP - BCWS
CV = BCWP - ACWP
14
Bila CV (Cost Variance) = 0 → Biaya proyek sesuai rencana
Penyimpanan yang terjadi baik jadwal ataupun biaya yang lebih besar dari
recana, harus didentifikasikan factor penyebabnya seperti keslahan estimasi,
kesulitan teknis akibat medan yang berat, biaya material, tenaga dan lain – lain.
Sebagai contoh diperlihatkan terjadinya Perbedaan Jadwal (Schedule Variance) dan
Perbedaan Biaya (Cost Variance), saat pelaporan pada bulan Mei, bila nila BCWS
(Budgeted Cost of Work Schedule), = Rp. 500,00 dan nilai ACWP (Actual Cost of
Work Performance), = Rp. 840,00 serta nilai BCWP (Budgeted of Work
Performance), = Rp. 270,00 yaitu seperti diperlihatkan Gambar II-5 berikut:
15
Bila SPI (Schedule Performance Index) = 1 → Proyek tepat waktu
≥ 1 → Proyek lebih tepat
≤ 1→ Proyek terlambat
2. Indeks Prestasi Biaya (Cost Performance Index), dihitung dengan
rumus:
16
2.2.3.2 Proyeksi Biaya dan Jadwal
Menurut pemikiran biaya dan jadwal penyelesaian proyek yang didasarkan
atas hasil analissi indikator yang diperoleh pada saat pelaporan, akan memberi
petunjuk besarnya biaya untuk pekerjaan tersisa (Estimate Temporary Cost– ETC)
dan besarnya prakiraan total biaya proyek (Estimate All Cost – EAC) serta besarnya
prakiraan waktu untuk pekekerjaan tersisa (Estimate All Schedule – EAS) pada
akhir proyek. Prakiraan tidak dapat memberikan jawaban dengan angka yang tepat,
karena didasarkan atas berbagai asumsi, jadi tergantung dari akurasi asumsi yang
dipakai. Bila dianggap kinerja biaya pada pekerjaan tersisa adalah tetap seperti pada
saat pelaporan, maka nilai prakiraan biaya untuk tersisa (Estimate Temporary Cost
–ETC) dan besarnya prakiraan total biaya proyek (Estimate All Cost – EAC) serta
nilai prakiraan waktu untuk pekerjaan tersisa (Estimate Tenporary Shedule – EAS)
dan besarnya prakiraan total proyek (Estimate All Shedule – EAS) pada akhir
proyek. Dalam mebuat proyekasi diatas dapat ditentukan (Soeharto, I,. 1995: 278
dan Adzuha Desmi, 2011) yaitu :
1. Besarnya prakiraan biaya untuk pekerjaan tersisa (Estimate Temporary
Cost the Project – ETC), dapat dihitung dengan rumus:
Hubungan antara indicator ACWP, BCWS, dan BCWP terhadap biaya dan
penyelesaian proyek, dapat pada gambar di bawah dimana gambar tersebut terlihat,
17
bahwa kenaikan biaya anggaran ditunjukan oleh garis CB, dan keterlibatan
penyelesaian konstruksi ditunjukan oleh garis AB. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar II.6, berikut.
Gambar II-6 Prakiraan Jadwal dan Biaya (EAS dan EAC) pada akhir
proyek
18
ini adalah bagian dari kegiatan rescheduling. Pada umumnya rescheduling
dilakukan bersama – sama dengan updating.
Proses updating diperlukan terutam untuk mengetahui pengaruh yang terjadi
akibat pelaksaan dilapangan terhdap rencana schedule penyelesaian
pekerjaan/proyek. Perubahan ini kemukinan dapat menimbulkan perubahan
rangkaian kagiatan atau terjadinya prestasi/progress pekerjaan dari durasi rencana.
Rescheduling dilakukan dengan cara menyesuaikan original schedule dengan
kondisi saat ini dan bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya pergeseran
konsep dan untuk melakukan analisis delay, (Ervianto, 2005: 7)
19
2.3.2 Metode Updating
Terdapat 2 metode yang dapat dipergunakan dalam melakukan updating,
yaitu antara lain:
a. Updating Bar Chart
Proses yang selalu berkaitan dengan updating adalah penyesuaian bar
chart didasarkan pada kegiatan yang telah dilaksanakan dan sisa
pekerjaan yang belum dilaksanakan. Proses ini akan memberikan
informasi mengenai float yang masih tersedia.
20
3. Merencanakan jadwal dengan metode diagram batang (bar Chart)
4. Merencanakan jadwal dengan metode Diagram jaring Preseden
(Precedence Diagram Method-PDM).
5. Merencanakan Rencana Biaya Pelaksanaan (RBP)
Untuk merencanakan Rencana Biaya Pelaksanaan, dapat dilakukan
dengan langkah – langkah sebagai berikut :
a. Menghitung produktivitas pekerjaan
Untuk mengghitung besarnya produktivitas untuk masing – masing
kegiatan pada saat dilakukan pelaporan (minggu ken), maka dapat
dengan rumus:
21
1. Menghitung masing – masing jumlah harga pekerjaan dengan
rumus:
22
yang baik dapat menghemat ± 40% dari biaya proyek, sedangkan perencanaan yang
kurang baik dapat menimbulkan kebocoran anggaran sampai ± 400%. Dimana
jenis-jenis penjadwalan yang sering digunakan diantaranya (Ervianto, 2002: 161),
yaitu :
1. Diagram batang (bar chat)
2. Diagram jaring panah (Arrow Diagram)
3. Diagram jarring Perseden (PDM-Precedence Diagram Method)
2.6.1 Diagram Batang (Bar Charts)
Rencana kerja yang paling sering dan banyak digunakan adalah diagram
batang (bar charts) atau Gant charts. Diagram batang (bar charts) digunakan
secara luas dalam proyek konstruksi karena sederhana, mudah pembuatannya dan
mudah dimengerti oleh pemakainya (Ervianto, 2002: 162).
1. Daftar item kegiatan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang
ada dalam rencana pelaksanaan pembangunan.
2. Urutan pekerjaan, dari daftar item kegiatan tersebut diatas, disusun
urutan pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan yang
akan dilaksanakan lebih dahulu dan item kegiatan yang akan
dilaksanakan kemudian, tanpa mengesampingkan kemungkinan
pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.
3. Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan dari
seluruh kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai dengan
seluruh kegiatan berakhir. Waktu pelaksanaan pekerjaan diperoleh dari
penjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap item
pekerjaan.
23
Bentuk dari contoh diagram batang (bar charts) dari sebuah proyek
konstruksi dapat dilihat pada gambar II.7 berikut.
Gambar II-7 Bentuk Dari Bar Charts Dari Sebuah Proyek Konstruksi
Keunggulan dari diagram batang (bar charts) adalah mudah dibuat dan
dipahami. Sangat berfaedah sebagai alat perencanaan dan komunikasi, disamping
itu diagram batang (bar charts) juga mempunyai kelemahan (Soeharto, 1999: 238),
yaitu sebagai berikut :
24
proyek yang bersangkutan. Informasi yang dihasilkan adalah mengenai sumber
daya yang dibutuhkan beserta jadwalnya. (Tubagus H. A, 1990: 4)
Diagram aring. Panah (Arrow Diagram) atau activity on arrow (AOA)
terdiri dari anak panah dan lingkaran/segi empat. Anak panah menggambarkan
kegiatan/ aktifitas sedangkan lingkaran. segi empat menggambarkan kejadian
(event). Kejadian (event) diawali dari anak panah disebut “I”, sengkan kejadian
(event) di akhir anak panah disebut node “J”. Setiap diagram jaring panah (Arrow
Diagram) merupakan satu kesatuan dari seluruh kegiatan sehingga kejadian (event)
“J” kegiatan sebelumnya juga merupakan kejadian (event) “I” kegiatan berikutnya.
Bentuk diagram ini disebut dengan I-J diagram (Wulfram I. E, 2002: 161).
2.6.2.2 Manfaat Network Planning
Dalam Pelaksanaan proyek konstruksi Network planning sangat
bermanfaat untuk (Soegeng. D. 2005 :144):
1. Mengetahui logika ketergantungan dar kegiatan yang satu dengan yang
lain.
2. Menunjukan dengan jelas waktu-waktu penyelesaian yang kritis dan
yang tidak kritis, sehingga memungkinkan untuk mengatur pembagian
usaha dan perhatian.
3. Memberi bantuan yang sangat berharga dalam komunikasi.
4. Memungkinkan dapai dicapainya pelaksanaan proyek yang lebih
ekenomis dipandang dari segi pembiayaan.
Terdapatnya kepastian dalam pengunaan sumberdaya tenaga, bahan, alat.
2.6.2.3 Simbol
Penggambaran network planning menggunakan simbol-simbol yang
dapat berbentuk lingkaran/segi emapat dan digunakn asal disertai legenda yang
menjelaskan tentang apa yang dimaksud oleh pembuatnya (Wulfram I. E,
2002:161). Jumlah simbol yang digunakan dalam sebuah diagram jaringan kerja
(network planning), minimum dua macam dan maksimum tiga macam (Tubagus,
H. A,1990: 8), yaitu:
25
1. Anak Panah (→)
Anak panah melambangkan kegiatan. Sebauah kegiatan hanya
dilambangakan sebuah anaka panah dan pada umumnya kegiatan
dicantumkan di atas anak panah dan lamanya kegiatan di tulis dibawah
anak panah. Pada umumnya nama kegiatan dicantumkan di atas anak
panah dan lama kegiatan dituliskan dibawah anak panah. Ada beberapa
alternatif cara penggambaran anak panah, seperti terlihat pada Gambar
II-8
2. Lingkaran ( )
Lingkaran yang melambangkan peristiwa selalu digambarkan dengan
lingkaran yang terbagi atas tiga ruangan yaitu:
26
Nomor hari tersebut dapat diterjemahkan ke dalam bentuk tanggal
hari yang bersangkutan, seperti terlihat pada Gambar 2.10.b.
c. Ruangan kanan bawah merupakan tempat bilangan yang
menyatakan nomor hari (satuan waktu hari) yang merupakan saat
paling lambat peristiwa yang bersangkutan boleh terjadi seperti
terlihat pada Gambar 2.9
27
3. Bila terjadi keterlambatan, bagaimana pengaruhnya terhadap sasaran
jadwal penyelesaian proyek secara meneyeluruh.
Usaha menyusun urutan kegiatan yang mengikuti logika ketergantungan
akan dipermudah dengan mencoba menjawab pertanyaan (Soeharto, I.1995:191),
sebagai berikut:
1. Kegiatan apa yang dimulai terlebih dahulu.
2. Mana kegiatan berikutnya yang akan dikerjaan.
3. Adakah kegiatan-kegiatan yang dapat berlangsung sejajajar.
4. Perlukah dimulainya kegiatan tertentu dengan menunggu yang lain.
Dalam menyusun urutan kegiatan pada diagram jaring panah (Arrow
Diagram) atau Activity on arrow (AOA) harus memperhatikan beberapa
persyaratan, (Wulfram I. E, 2002: 162), yaitu:
1. Dalam penggambarannya, diagram jaring panah (Arrow Diagram)
harus jelas dan mudah dibaca.
2. Harus dimulai dan diakhiri padan event/kejadian.
3. Kegiatan disimbolkan dengan anak panah yang dapat digambarkan
dengan garis lurus atau panah.
4. Sedapat mungkin terjadi perpotongan antar anak panah harus dihindari.
5. Diantara dua kejadian hanya boleh ada satu anak panah.
6. Kegiatan semu digunakan garis putus-putusdan jumlahnya seperlunya
saja.
28
mungkin selesai pada waktu yang telah direncanakan. Untuk menghitung nilai dari
suatu kejadian paling lambat/Latest Event Time (LET), dapat dihitung dengan
rumus (Syah, M.S. 2004: 95), berikut:
2 EET = EET + D Dimana: EET = Diisikan yang memberikan
I I ij
nilai paling besar
Dij = Durasi kegiatan I ke j
29
3. Independent Float (IF) = Ambang Mandiri.
Independent Float adalah besarnya tegangan waktu yang masih
dimungkinkan pada suatu kegiatan/pekerjaan untuk dilakukan
penundaan atau diperlambatan seleainya pekerjaan tersebut (boleh
tertunda), tanpa mempengaruhi waktu dimulainya kegiatan berikutnya,
meskipun dari saat peling dini (EET/SPD) yang seharusnya. Mandiri
maksudnya mengatur sendiri waktu mulai kegiatan tersebut, tetapi tidak
melewati LET/SPL. Free Float dapat dihitung dengan rumus:
30
Misalkan setelah diteliti untuk mempersingkat waktu, komponen kegiatan
proyek dilaksanakan secara tumpang tindih, yaitu pekerjaan meletakkan pipa
dimulai setelah pekerjaan menggali tanah selesai 40% dari pekerjaan keseluruhan,
jadi tidak perlu menunggu 100%, begitu juga dengan pekerjaan berikutnya. Untuk
maksud tersebut bila dipakai metode CPM kegiatan harus dikelompokkan menjadi
beberapa bagian, yang dalam contoh diatas ditunjukkan dengan angka-angka
bagian 40% dan 60%. Terlihat bahwa contoh jaringan kerja yang dihasilkan seperti
terlihat pada gambar 2.11 sebagai berikut (Soeharto, 1999: 279-280) :
31
2.6.3.3 Kegiatan, Peristiwa, dan Atribut
Kegiatan dan peristiwa pada PDM ditulis dalam node yang brbentuk kotak
segi empat. Deinisi kegiatan dan peristiwa sama seperti CPM. Hanya perluh
ditekankan disini bahwa dalam PDM kotak tersebut menandai suatu kegiatan,
dengan demikian di cantumkan idsentitas kegiatan dan kurun waktunya.
Adapun peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node
mempunyai dua peristiwa awal dan akhir. Ruagan dalam node dibagi menjadi
bagian-bagian kecil yang berisi keterangan spesifik dari kegiatan dan peristiwa
yang bersangkutan dan di namakan atribut.
Pengaturan denah dan macam jumlah atribut yang hendak dicantunkan
bervariasi sesuai dengan keperluan dan keinginan pemakai. Beberapa atribut yang
sering dicantumkan diataranya kurun waktu kegiatan (D), identitas kegiatan (no dan
nama), mulai dan selesainya kegiatan (ES, LS, EF, LF dan TF). Terlihat bahwa
denah yang lazin pada Precedence diagram method/PDM (Soeharto, I. 1995 : 242),
yaitu sebagai berikut :
Keterangan:
ES = Early Start (Mulai Paling Awal)
EF = Early Finishi (Selesai Paling Awal)
LS = Last Start (Mulai Paling Lambat)
LF = Last Finish (Selesai Paling Lambat)
TF = Total float (pengembangan total), yang menunjukan jumlah waktu yang
diperkenankan suatu kegiatan boleh ditunda, tanpa mempengaruhi jadwal
penyelesaian proyek secara keseluruhan.
2.6.3.4 Konstrain, Lead and Lag
Konstrain menunjukan hubungan antara kegiatan dengan satu garis dari
node yang terdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat
menghubungkan dua node. Karena setiap node mempunyai dua ujung yaitu ujung
awal atau mulai (S) dan ujung akhir (F) maka ada empat macam konstrain yaitu
32
awal ke awal (SS), awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF) da akhir ke awal (FS).
Pada garis konstrain dibutuhkn penjelasan mengenai waltu mendahului (led) atau
lambat tertunda (lag). Bil kegiatan (i) mendahului (j) dan satuan waktu adalah hari
maka penjelasan lebih lanjut (Soeharto, I 1995: 243) adalah sebagai berikut :
1. Konstrain selesai ke mulai – FS
Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan anatara mulainya suatu
kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai FS
(i– j) = a yang berari kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang
mendahuluinya (i) selesai.
33
4. Konstarain mulai ke selesai – SF
Menjelaskan hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya
kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF (i-j) =d yng berarti suatu
kegiatan (j) selesai setelah d hari kegiatan terdahulu mulai.
Catatan :
a dan c disebut lag timeb dan d disebut lead time
34
2.6.3.5 Menyusun Jaringan PDM
Suatu proyek terdiri 3 kegiatan yang semula disajikan dalam bentuk
diagram jaringan panah (arrow Diagram) atau activity on arrow (AOA), (Soeharto,
I. 1995:245) seperti terlihat pada gambar 2.13, berikut:
35
2.6.3.6 Indentifikasi Jalur Kritis
Dengan adanya parameter yang bertambah banyak, perhitungan untuk
mengidentifkasi kegiatan dan jalur kritis akan lebih kompleks karena lebih banyak
factor yang perluh diperhatikan. Untuk maksud tersebut, dikerjakan analisis serupa
dengan metode AOA /CPM (Soeharto, I . 1995:246) yaitu:
a. Hitungan Maju
Berlaku dan ditujukan untuk hal – hal sebagai berikut :
1. Menghasilkn ES, EF dan kurun waktu penyelesaian proyek
2. Diambil angka ES terbesar bila lebih satu kegiatan berlangsung
3. Notasi (i) bagi kegiatan terdahulu (predesesor) dan (j) kegiatan
yang sedang ditinjau
4. Waktu wal dianggap nol
i. Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang di tinjau
ES (j) adalah sama dengan angka terbesar dari jumlah angka
kegiatan terdahulu ES(i) atau EF(i) ditambah konstrain yang
bersangkutan. Karena terdapat empat konstrain, maka bila
ditulis dengan rumus menjadi :
Catatan :
ES = ES + (i-j) atau
ES = ES + (i) + SF (i-j) – DJ atau Pilih angka terbesar
ES = EF + FS(i-J)) atau dari persamaan tersebut
ES = EF(i) + FF(i-j) – D(J)
ii. Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang sedang ditinjau
EF(j) adalah sama dengan angka waktu mulai paling awal
kegiatan tersebut ES(j), ditambah kurun waktu kegiatan yang
bersangkutan D(j). atau tulis dengan rumus menjadi :
b. Hitungan Mundur
Berlaku dan ditunjukan untuk hal – hal berikut :
1. Menentuka LS, LF dan kurung waktu float.
2. Bila lebih dari satu kegiatan bergabung diambil LS terkecil.
36
3. Notasi (i) bagi kegiatan yang sedang ditinjau sedangkan (j) adalah
kegiatan berikutnya
i. hitung LF(i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang sedang
ditinjau, yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS
dan LF plus konstrain yang bersangkutan.
LF(i) = LF(j) – FF(i-j) atau Catatan :
LF(i) = LS(j) – FS(i-j) atau
Pilih angka terkecil
LF(i) = LF(j) – SF(i-j) + D(i) atau
dari persamaan tersebut
LF(i) = LS(j) – SS(i-j) + D(j)
ii. waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau LS(i),
adalah sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut
LF(i), dikurangi kurun waktu yang bersangkutan, atau
37
Total Float adalah besarnya tenggang waktu yang masih
dimungkinkan pada suatu kegiatan / pekerjaan untuk terjadi
keterlambatan selesainya pekerjaan tersebut (boleh tertunda), tanpa
mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek tersebut. Total Float dapat
dihitung :
3. Link Lag
Link Lag adalah garis keberuntungan antara kegiatan dalam suatu
network planning, dan dapat dihitung dengan rumus :
38
2.7.2 Pengertian Percepatan Pelaksanaan Pekerjaan (Crash Program)
Percepatan Pelaksanan Pekerjaan (Crash program) berarti memperpendek
umur (pelaksanaan) proyek. besarnya (jumlah) umur proyek sama dengan besarnya
(jumlah) waktu yang ada pada suatu lintasan kritis. Dengan demikian, percepatan
pelaksanaan pekerjaan, berarti memperpendek lintasan kritis pada jaringan rencana
kerja proyek yang bersangkutan, (Syah, M.S.2004: 100).
39
Gambar II-16 Hubungan Waktu dan Biaya dalam Project Crashing
Keterangan:
Tn = Normal Time
Tc = Crash Time
Cn = Normal Cost
Cc = Crash Cost
Bila waktu penyelesaian proyek lebih besar dari waktu normal dimana t >
tn, maka proyek akan terlambat, yang berarti biaya bertambah dan penggunaan
sumber daya menjadi tidak efektif. Bila waktu dipercepat dengan waktu
penyelesaian kurang dari waktu normal, dimana t < tn, maka biaya juga akan
meningkat karena jumlah sumber daya ditambah sesuai kebutuhan. Untuk
mendapatkan keadaan demikian diperlukan project Crashing (crashing Program)
terhadap kegiatan – kegiatan yang berada dalam lintasan kritis.
Prosedur Project Crashing (cash program) dengan menambakan sumber
daya adalah sebagai berikut:
1. Tentukan Lintasan kritis yang sangat berpengaruh pada waktu akhir
proyek.
2. Tentukan biaya normal masing – masing kegiatan.
3. Menghitung penambahan (sloop) biaya masing – masing kegiatan.
Penambahan (sloop) biaya masing – masing kegiatan pada Project
Crashing (Crash Program) dapat dihitung dengan rumus, sebagai
berikut:
40
Dimana:
Tn = Normal Time = waktu normal
Tc = Crash Time = waktu dipercepat
Cn = Normal Cost = biaya normal
Cc = Crash Cost = biaya dipercepat
Duration Cost Trade Off terdiri dari dua analisis, yaitu Analisis
project crashing dan Analis Least Cost Analysis, (Husen, A. 2008 :
158, 180).
2.7.4.1 Project Crashing (Crash Program)
Project Crashing dilakukan agar pekerjaan selesai lebih cepat dengan
melakukan pertukaran silang antar waktu dan biaya dan dengan menambah jumlah
shift kerja, jumlah tenaga kerja (over time), jumlah jam kerja, jumlah ketersediaan
bahan, serta memakai peralatan yang lebih produktif atau metode instalansi yang
lebih cepat. Project Crashing atau Crash Program dilakukan pada lintasan kritis.
Konsekuensi Project Crashing atau Crash Program adalah meningkatnya
biaya langsung (direct cost). Disini sumber daya yang berada dilintasan tidak kritis
dapat dioptimalkan dengan memindahkannya ke lintasan kritis. pemindahan
sumber dayanya dibatasi pada titik jenuh.
Acuan project crashing atau crash program dilakukan pada kegiatan
dengan Cost Slope terkecil yang berada pada lintasan kritis. Durasi Proyek yang
diinginkan diperpendek dan pertukaran silang antara pembiayaan biaya langsung
(Direct Cost) dengan menambah jumlah Shift kerja, jumlah tenaga kerja (over time),
jimlah jam kerja, (Husen, A. 2008 : 195,181).
2.7.4.2 Least Cost Analysis
Least Cost Analysis adalah suatu analisis untuk memperoleh Durasi
proyek yang optimal, yaitu durasi dengan biaya total proyek yang minimal. Pada
analisis ini, bila durasi proyek dipersingkat biasanya biaya langsung (direct cost)
akan naik dan biaya tidak langsung (indirect cost) akan turun. Sering pula
diperhitung adanya bonus bila hal ini dapat empersingkat waktu penyelesaian
proyek, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.17, (Husen, A. 2008 : 160 ) berikut
41
Gambar II-17 Total Project Cost
Dari gambar 2.17, biaya total proyek adalah biaya langsung (direct cost)
ditambah biaya tidak langsung (indirect cost), dimana nilai optimum yang diambil
adalah nilai total proyek terkecil sehingga durasi proyek yang lebih singkat didapat
sebagai hasil dari proses Least Cost Analysis.
Dalam proses ini juga dapat ditunjukan bahwa biaya langsung (direct cost)
akan cendrung naik, sebaluknya biaya tidak langsung (indirect cost) akan cendrung
menurun seiring dengan berkurangnya durasi proyek. Untuk mendapatkan keadaan
tersebut, setelah melakukan tindakan project crashing atau crash program
dilanjutkan dengan proses Least Cost Analysis pada kegiatan yang berada dalam
lintasan kritis.
42
6. Pengubahan metode konstruksi dilapangan yang lebih cepat
43
Biaya lembur/jam = 1,5 upah normal per jam untuk jam kerja lembur
kerja
n = Lama lembur
44
Tabel II-1 Koefisien Penurunan Produktifitas
Jam Lembur Penurunan Prestasi
Produktifitas (%)
1 0.1 90
2 0.2 80
3 0.3 70
4 0.4 60
Dari uraian di atas dapat ditulis bahwa produktivitas normal per hari dan per jam
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Produktivitas Normal per hari = Volume / durasi normal (stn vol/stn waktu)
Produktivitas percepatan per hari dan per jam dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
45
BAB III
METODELOGI
3.1 Lokasi Proyek
Proyek Pembangunan Gedung Kantor SMAN 1 Abang berlokasi di Jalan Patih
Jelantik, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Povinsi Bali. Lokasi proyek dapat
dilihat pada gambar berikut:
1. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan untuk survei langsung ke lapangan guna
melihat situasi dan kondisi dari lokasi perencanaan pelaksanaan proyek
konstruksi pada Pembangunan Gedung Kantor SMAN 1 Abang.
46
2. Metode Kepustakaan
Metode pustaka adalah metode pengumpulan data dengan mencari
literatur yang terkait dalam perencanaan pelaksanaan proyek konstruksi
pada Pembangunan Gedung Kantor SMAN 1 Abang.
3. Metode Dokumentasi
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait atau pihak
yang berkaitan dengan obyek yang diangkat sebagai topik pembahasan. Data
sekunder dalam perencanaan pelaksanaan proyek ini antara lain :
47
a. Gambar dan RKS data di dapat dari kontraktor PT. Dawan Sakti.
b. Data daftar Analisa didapat dari PT. Dawan Sakti.
c. Data harga upah, material dan alat didapat dari PT. Dawan Sakti.
48
2. Dari data pelaksanaan yang berupa laporan, mingguan, dapat diketahui
volume rencana dan realisasi, durasi rencana dan realisasi, prestasi
(bobot) rencana dan realisasi. Pekerjaan yang telah terselesaikan dalam
waktu tertentu dan sumber daya yang digunakan, sehingga ACWP dan
BCWP dapat dihitung yang nantinya dapat digambarkan dalam Kurva
Prestasi.
3. Proses Evaluasi pada minggu ke-14, dilakukan dengan
membandingkan data perencanaan dengan data pelaksanaan.
49
50
DAFTAR PUSTAKA
Syah, M. (2004). Manajemen Proyek Kiat Sukses Mengelola Proyek, Cetakan Pertama.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
51
LAMPIRAN
Gambar Kerja Proyek Gedung Kantor
SMAN 1 Abang. Tinjauan Khusus
Pondasi, Sloof Dan Kolom
52