Disusun Oleh :
Kelompok : 1
Kelas : C3
UNIVERSITAS WARMADEWA
2020
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena
berkat rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Metode
Pelaksanaan Proyek Konstruksi Teknik ini.
Kami berharap tugas ini mampu berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang pemahaman untuk Perencanaan Metode Pelaksanaan
Proyek Konstruksi. Kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. I Wayan Jawat, M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah
Perencanaan Pelaksanaan Proyek Kontruksi di Fakultas Teknik dan
Perencanaan Universitas Warmadewa.
2. Semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian tugas ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa tugas yang telah kami selesaikan
ini masih terdapat banyak kekurangan. Mengingat tidak ada sesuatu yang bisa
sempurna tanpa adanya saran yang membangun, kami berharap adanya kritik dan
saran demi perbaikan tugas yang kami buat di masa yang akan datang.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga tugas yang sederhana ini
mampu dipahami dengan baik oleh pembaca. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan yang kurang berkenan.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
ii
3.2 Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 31
3.3 Data dan Jenis Data ........................................................................................... 31
3.3.1 Ketersediaan Sumber Daya Manusia ..................................... 31
3.3.2 Ketersediaan Sumber Daya Alat ............................................ 32
3.3.3 Ketersediaan Sumber Daya Bahan ......................................... 32
3.4 Skema Pekerjaan Pelaksanaan Proyek .............................................................. 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 40
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
6
prestasi guna melengkapi elemen-elemen dalam pelaksanaan suatu proyek.
Semakin baik metode pelaksaan konstruksi yang digunakan, maka proyek dapat
memebuhi kebutuhan akan waktu, biaya, dan mutu. Berdasarkan hal tersebut tugas
ini akan membahas perencanaan metode pelaksanaan proyek Pelebaran Jalan
(Khusus Jalan Kabupaten) Glagahlinggah – Lembean.
9.2 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas ini adalah untuk mengetahui metode pelaksanaan,
OAT, WBS, analisa SWOT, SOP, identifikasi K3, pembiayaan, penjadwalan, dan
7
kurva prestasi dari pekerjaan pada proyek Pelebaran Jalan (Khusus Jalan
Kabupaten) Glagahlinggah – Lembean.
9.3 Manfaat
Manfaat dari penyelesaian perencanaan metode pelaksanaan pada proyek
Pelebaran Jalan (Khusus Jalan Kabupaten) Glagahlinggah – Lembean.
1. Manfaat Akademik
Menambah wawasan serta ilmu bagi penulis dalam merencanakan metode
pelaksanakan suatu proyek konstruksi, sehingga dapat diterapkan di
lapangan kerja
2. Manfaat Praktis
Dapat menjadi pembanding serta masukan bagi pihak penyelenggara proyek
konstruksi khususnya dalam perencanaan metode pelaksanaan khususnya
pada proyek Pelebaran Jalan (Khusus Jalan Kabupaten) Glagahlinggah –
Lembean.
9.4 Batasan
Dalam perencanaan metode pelaksanaan pada proyek Pelebaran Jalan
(Khusus Jalan Kabupaten) Glagahlinggah – Lembean ini, dengan pembatasan
hanya membahas mengenai pekerjaan pelebaran ruas jalan. Hal ini karena
keterbatasan dari data yang didapatkan penulis.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
9
2.2 Analisa Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT)
10
mengambil keputusan, maka diharapkan SWOT juga memungkinkan untuk
dipergunakan sebagai salah satu model yang representatif dalam menganalisis
manajemen risiko suatu perusahaan. Termasuk tentunya akan mampu memberi
masukan dalam mendukung proses pengambilan keputusan (Salim, 2017).
11
2.2.4 Faktor Internal SWOT
Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya Strengthss dan
Weaknesseses (S dan W). Dimana faktor ini berhubungan dengan kondisi yang
terjadi dalam perusahaan, yang mana ini turut mempengaruhi terbentuknya
pembuatan keputusan (decision making) perusahaan. Menurut Mochamad Zaqi,
2005 dalam (Widiatmoko, 2009), faktor- faktor yang berpengaruh bagi kontraktor
untuk dapat bersaing di Industri Jasa Konstruksi adalah sebagai berikut:
1. Modal (Finansial)
Dalam setiap proyek, kontraktor harus menyediakan modal finansial
untuk berbagai macam keperluan, antara lain:
3. Peralatan Kemajuan
Perkembangan teknologi yang sangat cepat berpengaruh juga
terhadap perkembangan peralatan konstruksi. Teknologi tinggi
memudahkan pekerjaan dan user friendly terus dikembangkan.
Penggunaan teknologi tinggi ini harus diperhatikan tingkat efektivitas dan
efisiensinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang tergolong mudah,
terutama dari segi biaya dan waktu karena ada kemungkinan
12
ketidakefektifan dan ketidak efisiensinya peralatan menjadi kerugian
kontraktor.
4. Metode Kerja
Untuk mendapatkan hasil akhir dari suatu kegiatan proyek kontruksi
berupa bangunan maka diperlukan suatu metode yang mengatur agar
rangkaian kegiatan proyek dapat mencapai hasil akhir yang optimum yang
sesuai mutu, biaya, waktu yang diisyaratkan.
5. Material
Adanya persyaratan kualitas yang sesuai dengan spesifikasi menjadi
syarat mutlak eksistensi kontraktor di dunia kontruksi, baik untuk pasar
lokal maupun internasional. Untuk mendapatkan kualitas yang sesuai
diperlukan pula material yang berkualitas.
13
2.2.5 Identifikasi factor internal dan eksternal
Setelah faktor-faktor internal dan eksternal di identifikasi, maka dilakukan
tahapan selanjutnya yaitu penentuan tabel Faktor Strategi Internal (IFS) dan Faktor
Strategi Eksternal (EFE). Untuk menentukan bobot setiap indikator dari faktor-
faktor internal maupun eksternal yaitu dengan menggunakan skala prioritas mulai
dari 4 (sangat penting) sampai dengan 1 (tidak penting) pada variabel bersifat
positif. Sedangkan pada variabel bersifat negatif diberi nilai sebaliknya yaitu dari 1
(sangat penting) sampai dengan 4 (tidak penting). Kemudian Kalikan nilai skala
prioritas (SP) dengan konstanta (K). Penentuan nilai konstanta didasarkan pada
nilai tertinggi yaitu 4 dengan asumsi bahwa semua indikator dianggap baik.
Masingmasing nilai SP x K dibagi dengan total nilai SP x K untuk memperoleh
nilai bobot (Widiatmoko, 2009).
14
d. Kalikan skala prioritas dengan konstanta untuk memperoleh
factor pembobotan.
e. Jumlahkan skor faktor pembobotan untuk memperoleh total
skor bagi metode pelaksanaan yang digunakan.
f. Untuk mendapatkan bobot pada kolom 4, factor pembobotan
dibagi dengan total skor pembobotan.
g. Selanjutnya tentukan peringkat setiap variable tersebut dari 1
sampai dengan 4
h. Kalikan bobot dengan peringkat
i. Hitung selisih antara total kekuatan dan total kelemahan
2. Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFE)
Untuk penentuan bobot pada factor-faktor peluang dan ancaman dapat
dilihat pada table berikut:
15
d. Kalikan skala prioritas dengan konstanta untuk memperoleh
factor pembobotan.
e. Jumlahkan skor faktor pembobotan untuk memperoleh total
skor bagi metode pelaksanaan yang digunakan.
f. Untuk mendapatkan bobot pada kolom 4, factor pembobotan
dibagi dengan total skor factor pembobotan.
g. Selanjutnya tentukan peringkat setiap variable tersebut dari 1
sampai dengan 4
h. Kalikan bobot dengan peringkat
i. Hitung selisih antara total Peluang dan total ancaman
3. Matriks SWOT
Selanjutnya adalah menganalisis IFS dan EFE dengan matriks SWOT.
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor- faktor strategis metode
pelaksanaan pekerjaan adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang ancaman eksternal yang
dihadapi dalam penggunaan metode pelaksanaan dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisis SWOT
membandingkan antara faktor internal kekuatan dan kelemahan dengan
faktor eksternal peluang dan ancaman sehingga dari analisis tersebut dapat
diambil suatu keputusan strategi. Matriks ini dapat menghasilkan empat
set kemungkinan alternatif strategis.
16
1. Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan
berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah progresif,
artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat
dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar
pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
17
2.3 Jabaran Pekerjaan / WBS (Work Break Down Structure)
Work Breakdown Structure (WBS) digunakan untuk memudahkan
perencanaan dan penjadwalan suatu proyek dengan membagi scope pekerjaan
menjadi scope yang lebih detail dan dapat mengetahui kegiatan yang berada
didalam proyek lebih mendalam atau lebih detail sehingga dapat membantu untuk
melakukan perkiraan waktu penyelesaian proyek. Dapat dilihat pada Gambar 2.1
Contoh WBS (Giri Dhamma Wijaya, 2010).
18
2.4 Hierarki Organisasi Proyek
Hierarki organisasi proyek atau organization analysis table (OAT) yang
bertingkat dimulai dari tingkat paling atas seperti pimpinan proyek hingga paling
akhir, misal pelaksana. Hierarki ini disusun dengan tujuan mempermudah
pengelolaan dan alokasi SDM sesuai dengan tanggung jawab dalam organisasi
proyek. Keberhasilan penyelenggaraan proyek biasanya ditunjang oleh organisasi
dengan susunan dan program kerja, yang sasaran serta tujuannya tertata dengan
baik (Ir. Abrar Husen, 2011).
Tingkatan dalam OAT tidak harus sama dengan WBS, tetapi dapat mencakup
manajemen internal dan eksternal dengan susunan organisasi yang bervariasi.
Tanggung jawab personel dibagi berdasar tingkatan pada elemen pekerjaan.
Tanggung jawab ini disesuaikan dengan kemampuannya dalam menangani beban
tugas yang diberikan kepadanya. Biasanya personel tersebut mempunyai
kemampuan dan keterampilan yang cukup terlatih dengan tingkat pendidikan yang
cukup pula, sehingga mereka dapat bekerja untuk tugas-tugas mandiri atau bekerja
sama dalam satu tim proyek untuk memecahkan masalah yang terjadi selama
berlangsungnya proyek. Personel yang bertanggung jawab pada masing-masing
tingkatan tadi telah memahami tugasnya berdasarkan job description dan prosedur
operasional pelaksanaan proyek, sehingga segala penyimpangan yang terjadi dapat
dideteksi lebih awal dan memudahkan tindakan koreksi dengan melokalisasi
personel tersebut serta memungkinkan manajemen melakukan pengendalian
terhadap selumh pekerjaan (Ir. Abrar Husen, 2011).
19
2.5 Pengertian Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Metode pelaksanaan konstruksi pada hakekatnya adalah penjabaran tata
cara dan teknik – teknik pelaksanaan pekerjaan, merupakan inti dari seluruh
kegiatan dalam sistem manajemen konstruksi. Metode pelaksanaan konstruksi
merupakan kunci untuk dapat mewujudkan seluruh perencanaan menjadi bentuk
bangunan fisik. Pada dasarnya metode pelaksanaan konstruksi merupakan
penerapan konsep rekayasa berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam
dokumen pelelangan (dokumen pengadaan), keadaan teknis dan ekonomis yang ada
dilapangan, dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor. Kombinasi
dan keterkaitan ketiga elemen secara interaktif membentuk kerangka gagasan dan
konsep metode optimal yang diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi.
Konsep metode pelaksanaan mencakup pemilihan dan penetapan yang
berkaitan dengan keseluruhan segi pekerjaan termasuk kebutuhan sarana dan
prasarana yang bersifat sementara sekalipun (Istimawan Dipohusodo: 1996:363).
Teknologi konstruksi (Construction technology) mempelajari metode atau teknik
yang digunakan untuk mewujudkan bangunan fisik dalam lokasi proyek.
Technology berasal dari kata techno dan logic, dapat diartikan sebagai urutan dari
setiap langkah kegiatan (prosedur), misalkan kegiatan X harus dilaksanakan lebih
dahulu kemudian baru kegiatan Y, dan seterusnya; sedangkan techno adalah cara
yang harus digunakan secara logic (Jawat, 2015).
Metode pelaksanaan pekerjaan atau yang bisa disingkat „CM‟
(Construction Method), merupakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang logis dan
teknik sehubungan dengan tersedianya sumber daya yang dibutuhkan dan kondisi
medan kerja, guna memperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan efisien. Metode
pelaksanaan pekerjaan tersebut, sebenarnya telah dibuat oleh kontraktor yang
bersangkutan pada waktu membuat ataupun mengajukan penawaran pekerjaan.
Dengan demikian “CM” (Construction Method) tersebut minimal telah “teruji” saat
dilakukan “klarifikasi” atas dokumen tendernya atau terutama Construction Method
(CM)-nya. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan, bahwa pada waktu
menjelang pelaksanaan atau selama pelaksanaan pekerjaan ada ketidaksesuaian.
Jika demikian Construction Method (CM) tersebut perlu atau harus dirubah.
Metode pelaksanaan pekerjaan yang ditampilkan dan diterapkan merupakan
20
cerminan dari profesionalitas sang pelaksana proyek tersebut, atau profesionalitas
dari tim pelaksana proyek, yaitu manajer proyek dan perusahaan yang
bersangkutan. Karena itu dalam penilaian untuk menentukan pemenang tender,
penyajian metode pelaksanaan pekerjaan mempunyai “bobot” penilaian yang
tinggi. Yang diperhatikan bukan rendahnya nilai penawaran harga, meskipun kita
akui bahwa rendahnya nilai penawaran merupakan jalan untuk memperoleh
peluang ditunjuk menjadi pemenang tender/pelelangan. (Jawat, 2015).
21
5. Perhitungan kebutuhan material/ bahan dan jadwal kebutuhan
material/bahan.
6. Perhitungan kebutuhan peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan
peralatan.
7. Dokumen lainnya sebagai penjelasan dan pendukung perhitungan
kelengkapan yang lain.
Apabila metode pelaksanaan pekerjaan merupakan dokumen yang terpisah
(tersendiri), maka harus dilengkapi dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan (Jawat,
2015).
2.7 Standard Operational Procedure (SOP)
Standard Operational Procedure (SOP) adalah dokumen yang berkaitan
dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif dan
efisien. SOP biasanya terdiri dari metode pengerjan serta dilengkapi gambar dan
flowchart di bagian akhir (Laksmi, Fuad, & Budiantoro, 2008).
Tujuan SOP pelaksanaan kegiatan penanganan bangunan adalah untuk
meminimalisasi keragaman dari output sistem pengelolaan data yang dihasilkan,
baik dari segi pelaporan, jenis berkas yang dikumpulkan, hingga tata cara
pengumpulannya. Selain itu penggunaan dan pengembangan SOP juga akan
meningkatkan kualitas output dari sistem pengelolaannya dikarenakan konsistensi
dari pengimplementasian proses atau prosedur yang dilakukan.
22
Keselamatan kerja juga dapat didefinisikan sebagai suatu kemerdekaan atas
risiko celaka yang tidak dapat diterima. Keselamatan kerja merupakan tugas semua
orang yang berda di perusahaan. Dengan demikian, keselamatan kerja adalah dari,
oleh dan untuk setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di perusahaan serta
masyarakat sekotra perusahaan yang mungkin terkena dampak akibat suatu proses
produksi industri. Dengan demikian jelas 13 bahwa, keselamatan kerja adalah
merupakan sarana untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat
menimbulkan kerugian yang berupa luka atau cidera, cacat atau kematian, kerugian
harta benda dan kerusakan peralatan atau mesin dan lingkungan secara luas.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah popular dengan sebutan (K3),
dewasa ini implementasinya telah menyebar secara luas di hampir setiap sektor
industri. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara filosofi, didefinisikan
sebagai upaya dan pemikiran untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohaniah diri manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada
khususnya beserta hasil karyanya dalam rangka menuju masayarakat yang
adil,makmur dan sejahtera. Secara keilmuan, K3 didefinisi sebagai ilmu dan
penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan tehadap
munculnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang
dilakukan. Dari sudut pandang ilmu hukum, K3 didefinisikan sebagai suatu upaya
perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja
senantiasa dalam keadaan yang sehat dan selamat serta sumber-sumber proses
produksi dapat dijalankan secara aman, efisien dan produktif. Unsur-unsur
penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja
2. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja
3. Teliti dalam bekerja
4. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.
23
kecelakaan kerja, bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap
kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.
24
menghasilkan beberapa alternatif biaya juga. Dalam hal ini, alternatif metode
pelaksanaan yang harus dipilih tentunya yang menghasilkan biaya yang paling
rendah. Pemilihan ini dilakukan oleh pihak owner selaku pengguna jasa maupun
pihak Kontraktor selaku penyedia jasa, dengan maksud yang sama, yaitu
menurunkan biaya, hanya tujuannya saja yang berbeda. Bagi owner selaku
pengguna jasa tujuannya agar nilai kontrak proyek, yang akan merupakan investasi
menjadi rendah, sedangkan bagi pihak kontraktor selaku penyedia jasa, bukan
untuk menurunkan nilai kontrak, tetapi untuk menurunkan biaya pelaksanaan.
Dimana metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi, dalam pengembangan
alternatifnya, dipengaruhi oleh hal- hal sebagai berikut (Jawat, 2015):
1. Design bangunan.
2. Medan/lokasi pekerjaan.
3. Ketersediaan tenaga kerja, bahan, dan peralatan.
25
Dalam penyusunan metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi, perlu
pembahasan/diskusi. Oleh karena itu dianjurkan pada perusahaan kontraktor yang
telah mempunyai banyak tenaga kerja dari berbagai disiplin dan agar membuatan
metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi, dengan melibatkan berbagai
pihak yang ahli bidangnya, misal (Jawat, 2015):
1. Menguasai peralatan konstruksi.
2. Mengetahui sumber – sumber material/bahan.
3. Mengerti masalah angkutan.
4. Mengerti masalah jenis – jenis pekerjaan.
5. Menguasai bahasa perbankan.
26
Oleh karena faktor – faktor yang mempengaruhi metode pelaksanaan
seperti: Design bangunan, Medan/lokasi pekerjaan, dan ketersediaan dari tenaga
kerja, bahan, dan peralatan, seperti sudah dijelaskan diatas, maka kadang – kadang
metode pelaksanaan hanya memiliki alternatif yang terbatas (Jawat, 2015).
27
Lapis permukaan (Surface Course) merupakan lapis paling atas dari struktur
perkerasanjalan yang fungsi utamanya sebagai berikut (Suikenu, 2014):
1. Lapis penahan beban vertikal dari kendaraan, oleh karena itu lapisan harus
memiliki stabiitas tinggi selama masa pelayanan.
2. Lapis aus (wearing course) karena menerima gesekan dan getaran roda dari
kendaraan yang mengerem.
3. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatas lapis permukaan tidak
meresap ke lapis dibawahnya yang berakibat rusaknya struktur perkerasan
jalan.
4. Lapis yang menyebarkan beban ke lapis pondasi.
Lapis permukaan perkerasan lentur menggunakan bahan pengikat aspal,
sehingga menghasilkan lapis yang kedap air, berstabilitas tinggi, dan memiliki daya
tahan selama masa pelayanan. Namun demikian, akibat kontak langsung dengan
roda kendaraan, hujan, dingin dan panas, lapis paling atas cepat menjadi aus dan
rusak sehinnga disebut lapis aus. Lapisan dibawah lapisan aus yang menggunakan
aspal sebagai bahan pengikat, disebut lapis permukaan antara (binder course),
berfungsi memikul beban lalulintas dan mendistribusikannya ke lapis pondasi.
Dengan demikian lapis permukaan dapat dapat dibedakan menjadi
(Suikenu, 2014):
1. Lapis Aus (wearing course) yaitu lapis permukaan yang kontak dengan roda
kendaraan dan perubahan cuaca.
2. Lapis Permukaan Antara (binder course) yaitu lapis permukaan yang
terletak di bawah lapis aus dan di atas lapis pondasi.
Lapis Tipis Beton Aspal (Lataston) atau Hot Rolled Sheet (HRS) merupakan
lapis permukaan yang menggunaakan agregat bergradasi senjang dengan ukuran
agregat makksimum 19mm (3/4 inci). Ada dua jenis Lataston yang digunakan yaitu
(Suikenu, 2014):
1. Lataston Lapis Aus, atau Hot Rolled Sheet Wearing Course (HRS-WC),
tebal nominal minimum 30mm dengan tebal toleransi ± 4mm.
2. Lataston Lapis Permukaan Antara, atau Hot Rolled Sheet Base Course
(HRS-BC), tebal minimum 35mm dengan tebal toleransi ± 4mm.
28
HRS-WC memiliki agregat halus dan bahan pengisi (filler) lebih banyak
dari HRS-BC. Lataston sebaiknya digunakan untuk lalulintas < 1 juta lss selama
umur rencana (Suikenu, 2014).
29
BAB III
METODELOGI
30
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam merencanakan metode
pelaksanaan pekerjaan pada Proyek Peningkatan Jalan DAK Pelerbaran (khusus
Jalan Kabupaten), Glagahlinggah - Lembean, Kecamatan Kintamani, Kabupaten
Bangli, Bali ini adalah studi kepustakaan yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi atau data terkait dengan landasan teori yang berkenaan dengan tujuan
penelitian ini yaitu melalui telaah terhadap beberapa sumber di internet (media
elektronik).
31
3.3.2 Ketersediaan Sumber Daya Alat
Berikut adalah daftar data ketersediaan sumber daya alat adalah sebagai
berikut :
32
3 Pasir Halus (untuk HRS) M3 Rp 302.167,78
4 Pasir Urug (ada unsur lempung) M3 Rp 150.000,00
5 Batu Kali M3 Rp 280.000,00
6 Agregat Pecah Kasar M3 Rp 177.295,99
7 Agg. Halus LP A M3 Rp 150.195,53
8 Agregat Lolos # 1 " M3 Rp 193.727,99
9 Lolos screen1 ukuran ( 0 - 5) M3 Rp 150.195,53
10 Lolos screen2 ukuran ( 0 - 5) M3 Rp 226.591,99
11 Lolos screen2 ukuran ( 5 - 9,5) M3 Rp 193.727,99
12 Lolos screen2 ukuran ( 9.5 - 19,0) M3 Rp 167.436,79
13 Filler Kg Rp 1.280,00
14 Batu Belah / Kerakal M3 Rp 728.400,00
15 Gravel M3 Rp 930.700,00
16 Bahan Tanah Timbunan M3 Rp 95.000,00
17 Bahan Pilihan M3 Rp 65.000,00
18 Aspal KG Rp 9.000,00
19 Kerosen / Minyak Tanah LITER Rp 11.325,00
20 Semen / PC (50kg) Zak Rp 64.000,00
21 Semen / PC (kg) Kg Rp 1.280,00
22 Besi Beton Kg Rp 11.000,00
23 Kawat Beton Kg Rp 23.500,00
24 Kawat Bronjong Kg Rp 36.600,00
25 Sirtu M3 Rp 128.000,00
26 Cat Marka (Non Thermoplas) Kg Rp 51.255,00
27 Cat Marka (Thermoplastic) Kg Rp 43.165,00
28 Paku Kg Rp 17.000,00
29 Kayu Perancah M3 Rp 2.000.000,00
30 Bensin LITER Rp 8.050,00
31 Solar LITER Rp 9.200,00
32 Minyak Pelumas / Olie LITER Rp 26.500,00
33 Plastik Filter M2 Rp 30.250,00
34 Pipa Galvanis Dia. 1.6" Batang Rp 386.000,00
35 Pipa Porus M' Rp 40.000,00
36 Agr.Base Kelas A M3 Rp 211.000,00
37 Agr.Base Kelas B M3 Rp 199.500,00
38 Agr.Base Kelas C M3 Rp 147.000,00
39 Agr.Base Kelas C2 M3 Rp -
33
40 Geotextile M2 Rp 31.250,00
41 Aspal Emulsi Kg Rp 10.600,00
42 Gebalan Rumput M2 Rp 7.833,00
43 Thinner LITER Rp 20.600,00
44 Glass Bead Kg Rp 29.830,00
45 Pelat Rambu (Eng. Grade) BH Rp 293.000,00
46 Pelat Rambu (High I. Grade) BH Rp 371.803,00
47 Rel Pengaman M' Rp 577.325,00
48 Beton K-250 M3 Rp 1.533.953,09
49 Baja Tulangan (Polos) U24 Kg Rp 11.120,00
50 Baja Tulangan (Ulir) D32 Kg Rp 12.500,00
51 Kapur M3 Rp 48.000,00
52 Chipping M3 Rp 268.229,00
53 Chipping (kg) Kg Rp 142,31
54 Cat Kg Rp 42.627,00
55 Pemantul Cahaya (Reflector) Bh. Rp 25.367,00
56 Pasir Urug M3 Rp 612.400,00
57 Arbocell Kg. Rp 32.300,00
58 Baja Bergelombang Kg Rp 14.167,00
59 Beton K-125 M3 Rp 940.496,70
60 Baja Struktur Kg Rp 19.850,00
61 Tiang Pancang Baja M' Rp 30.244,00
62 Tiang Pancang Beton Pratekan M3 Rp 473.954,00
63 Kawat Las Dos Rp 22.833,00
64 Pipa Baja Kg Rp 16.400,00
65 Minyak Fluks Liter Rp 7.991,00
66 Bunker Oil Liter Rp 3.433,00
67 Asbuton Halus Ton Rp 345.625,00
68 Baja Prategang Kg Rp 16.067,00
69 Baja Tulangan (Polos) U32 Kg Rp 11.348,00
70 Baja Tulangan (Ulir) D39 Kg Rp 12.863,00
71 Baja Tulangan (Ulir) D48 Kg Rp 22.333,33
72 PCI Girder L=17m Buah Rp 88.150.000,00
73 PCI Girder L=21m Buah Rp 99.425.000,00
74 PCI Girder L=26m Buah Rp 127.100.000,00
75 PCI Girder L=32m Buah Rp 160.925.000,00
76 PCI Girder L=36m Buah Rp 172.200.000,00
34
77 PCI Girder L=41m Buah Rp 196.800.000,00
78 Beton K-300 M3 Rp 1.906.502,72
79 Beton K-175 M3 Rp 1.066.392,06
80 Cerucuk M Rp 15.938,00
81 Elastomer buah Rp 368.750,00
82 Bahan pengawet: kreosot liter Rp 5.000,00
83 Mata Kucing buah Rp 87.500,00
84 Anchorage buah Rp 906.000,00
85 Anti strpping agent Kg Rp 75.467,00
86 Bahan Modifikasi Kg Rp 1.091,00
87 Beton K-500 M3 Rp 2.515.388,73
88 Beton K-400 M3 Rp 2.398.814,11
89 Ducting (Kabel prestress) M' Rp 183.125,00
90 Ducting (Strand prestress) M' Rp 50.000,00
91 Beton K-350 M3 Rp 2.345.335,27
92 Multipleks 12 mm Lbr Rp 187.257,00
93 Elastomer jenis 1 buah Rp 440.146,00
94 Elastomer jenis 2 buah Rp 718.875,00
95 Elastomer jenis 3 buah Rp 935.065,00
96 Expansion Tipe Joint Asphaltic Plug M Rp 1.067.500,00
97 Expansion Join Tipe Rubber M Rp 1.281.000,00
98 Expansion Join Baja Siku M Rp 268.438,00
99 Marmer Buah Rp 435.000,00
100 Kerb Type A Buah Rp 55.813,00
101 Paving Block Buah Rp 65.000,00
102 Mini Timber Pile Buah Rp 28.425,00
103 Expansion Joint Tipe Torma M1 Rp 1.275.000,00
104 Strip Bearing Buah Rp 239.500,00
105 Joint Socket Pile 35x35 Set Rp 622.688,00
106 Joint Socket Pile 16x16x16 Set Rp 70.369,00
107 Mikro Pile 16x16x16 M1 Rp 63.014,00
108 Matras Concrete Buah Rp 422.213,00
109 Assetilline Botol Rp 239.500,00
110 Oxygen Botol Rp 94.750,00
111 Batu Bara Kg Rp 1.100,00
112 Pipa Galvanis Dia 3" M Rp 36.667,00
113 Pipa Galvanis Dia 1,5" M Rp 21.667,00
35
114 Agregat Pecah Mesin 0-5 mm M3 Rp 255.473,00
115 Agregat Pecah Mesin 5-10 & 10-20 mm M3 Rp 250.472,00
116 Agregat Pecah Mesin 20-30 mm M3 Rp 250.472,00
117 Joint Sealent Kg Rp 34.953,00
118 Cat Anti Karat Kg Rp 38.747,00
119 Expansion Cap M2 Rp 8.463,00
120 Polytene 125 mikron Kg Rp 19.731,00
121 Curing Compound Ltr Rp 39.463,00
122 Kayu Acuan M3 Rp 2.612.500,00
123 Additive Ltr Rp 40.136,00
124 Casing M2 Rp 9.725,00
125 Pasir Tailing M3 Rp 265.475,00
126 Polimer Rp 46.125,00
127 Batubara kg Rp 1.100,00
128 Kerb jenis 1 Buah Rp 47.550,00
129 Kerb jenis 2 Buah Rp 52.833,00
130 Kerb jenis 3 Buah Rp 58.117,00
131 Bahan Modifikasi Kg Rp 79.438,00
132 Aditif anti pengelupasan Kg Rp 60.994,00
133 Bahan Pengisi (Filler) Tambahan Kg Rp 1.161,00
134 Asbuton yang diproses Kg Rp 31.275,00
135 Elastomer Alam Kg Rp 31.700,00
136 Elastomer Sintesis Kg Rp 31.275,00
137 Anchorage
138 - hidup bh Rp 813.750,00
139 - mati bh Rp 834.000,00
140 Kabel Prategang Kg
141 - Selongsong M' Rp -
142 - Baja Prategang Kg Rp 15.100,00
143 - Grouting M2 Rp -
144 Angkur Kabel Prategang, Tipe............... M2 Rp -
145 Angkur Kabel Prategang, Tipe............ buah Rp -
146 Baja Profil Kg Rp -
147 Baja Tulangan BJTP 24 (epoxy coated) Kg Rp -
148 Epoxy coated Kg Rp -
149 Cairan Perekat (Epoxy Resin) Kg Rp -
150 Epoxy Bahan Penutup (sealant) Kg Rp 35.805,00
36
151 Alat Penyuntik Anti Gravitasi Kg Rp -
152 Polymer Mortar Kg Rp -
153 Anti Korosif Baja Kg Rp -
154 Acuan/multipleks M3 Rp -
155 Concrete Grouting Kg Rp 70.000,00
156 Acuan/multipleks M3 Rp -
157 Pelat Baja Kg Rp 76.000,00
158 Baut Angkur Kg Rp 55.000,00
159 Pipa Aluminium M' Rp -
160 Cat Galvanis Kg Rp -
161 Baut Mutu Tinggi Buah Rp -
162 Baja Struktur Titik leleh 2500 kg/cm2 Kg Rp -
163 Baja Struktur Titik leleh 2800 kg/cm2 Kg Rp -
164 Baja Struktur Titik leleh 3500 kg/cm2 Kg Rp -
165 Bahan Grouting Kg Rp -
166 Kayu Kelas 1 Kg Rp -
167 Pelat Baja (Klem) Kg Rp 64.500,00
168 Timbunan Porous M3 Rp -
169 Bahan pengaman tebing galian (kayu) M3 Rp -
170 Bahan Curing M2 Rp -
171 Gelagar baja Kg Rp -
172 Fibre jenis e-glass M2 Rp -
173 Bahan Geosynthetic M2 Rp -
174 Bahan Baja Profil Kg Rp 27.500,00
175 Bahan Baja Profil, Mutu BJ 32 Kg Rp -
176 Bahan Baja Profil, Mutu BJ 41 Kg Rp -
177 Bahan Baja Profil, Mutu BJ 52 Kg Rp -
178 Petrolium jelly Kg Rp -
179 Bahan anti rayap Kg Rp -
180 Pelat Baja Galvanis Kg Rp -
181 Baja Struktur Lantai Ortotropik Kg Rp -
182 Aspal Modifikasi kg Rp 12.000,00
183 SBP Tipe U 60/60x120 Buah Rp 828.300,00
184 SBP Tipe U 60/70x120 Buah Rp 965.800,00
185 SBP Tipe U 80/80x120 Buah Rp 1.315.500,00
186 SBP Tipe U 80/100x120 Buah Rp 1.294.700,00
187 SBP Tipe U 100/100x120 Buah Rp 1.752.720,00
37
188 SBP Tipe U 100/120x120 Buah Rp 1.979.161,00
189 Tutup SBP Tipe U 60 untuk beban ringan Buah Rp 261.800,00
190 Tutup SBP Tipe U 80 untuk beban ringan Buah Rp 290.400,00
191 Tutup SBP Tipe U 100 untuk beban ringan Buah Rp 574.200,00
192 Tutup SBP Tipe U 60 untuk beban sedang Buah Rp 339.900,00
193 Tutup SBP Tipe U 80 untuk beban sedang Buah Rp 380.600,00
194 Tutup SBP Tipe U 100 untuk beban sedang Buah Rp 655.600,00
195 SBP U 30/30 Cm M Rp 34.300,00
196 SBP U 30/20 Cm M Rp 147.000,00
197 Frame 111 x 111 cm Buah Rp 660.000,00
198 Tutup SBP Tipe U 30 Cm Buah Rp 198.000,00
199 Coper Buah Rp 900.000,00
200 Box Culvert Pracetak Tipe 80/80x120 Buah Rp 2.631.250,00
201 Box Culvert Pracetak Tipe 80/100x120 Buah Rp 3.443.000,00
202 Box Culvert Pracetak Tipe 100/100x120 Buah Rp 3.955.700,00
203 Box Culvert Pracetak Tipe 120/120x120 Buah Rp 4.945.600,00
204 Box Culvert Pracetak Tipe 200/200x120 Buah Rp 11.372.900,00
205 Tegel/Ubin M2 Rp 59.333,00
206 Pohon Angsana Bh Rp 90.000,00
207 Thiner Ltr Rp 35.000,00
208 Latex Kg Rp 45.000,00
209 Bahan anti pengelupasan Kg Rp 80.000,00
210 Pohon Tabebuya Buah Rp 550.000,00
211 Paving Block t = 6 cm K225 (Ful Warna) m2 Rp 95.000,00
Sumber : Dokumen Pengadaan untuk “Proyek Peningkatan Jalan DAK Pelerbaran
(khusus Jalan Kabupaten), Glagahlinggah - Lembean, Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli, Bali”.
38
3.4 Skema Pekerjaan Pelaksanaan Proyek
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
40
- Pasangan batu dengan mortar
- Pasangan box culvert
2. Pekerjaan tanah
- Galian tanah biasa
- Galian perkerasan tanpa cold milling machine
- Penyiapan badan jalan
3. Perkerasan berbutir
- Lapis pondasi agregat klas A
4. Perkerasan aspal
- Lapis resap pengikat-aspal cair
- Lapis perekat-aspal cair
- Laston lapis AUS – AC WC
- Laston lapis antara AC BC
- Laston lapis Antara AC-BC Leveling/Patching
5. Struktur
- Beton fc 15 mpa
- Pasangan batu kali
6. Pekerjaan pengembalian kondisi dan pekerjaan minor
- Marka jalan Termoplastik
41
No. Tenaga kerja Jumlah Alat
2 Asphalt Finisher
3 Asphalt Sprayer
42
7 Dump Truck 10 Ton
8 Excavator 80-140 Hp
9 Generator Set
43
14 Water Tanker 3000-4500 L.
15 Stamper
16 Jack hammer
44
4.4 Lay Out
45
4.5 Jabaran Pekerjaan/WBS (Work Break Down Structure)
46
4.6 Organisasi Proyek/OAT (Organization Analysis Table)
47
4.7 Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Metode pelaksanaan yang direncanakan terdiri dari metode pelaksanaan
pekerjaan Pekerjaan drainase dan Perkerasan aspal
48
4) Dalam batasan kurun waktu yang disediakan tersebut, peralatan
laboratorium biasanya harus sudah terpasang seluruhnya dalam
jangka waktu 45 hari terhitung sejak SPMK/ COW.
49
prosedur dan persyaratan dalam proses perijinan yang berlaku untuk
mendatangkan peralatan. Kasatker/ PPK harus melakukan pengawasan
kedatangan peralatan dengan daftar peralatan yang tercantum dalam
dokumen penawaran kontraktor saat pelelangan PPK harus memeriksa
Kecukupan & Komposisi armada (fleet) peralatan/ alat-alat berat yang
dimobilisasi oleh kontraktor ke lapangan, Kapasitas alat berat tsb
masing-masing harus sesuai dengan keperluan dan kondisi setempat,
Jenis & Jumlahnya harus mencukupi untuk melaksanakan pekerjaan
konstruksi.
3. Mobilisasi peralatan
Berbagai macam jenis peralatan dengan kapasitas yang berbeda-beda telah
banyak diproduksi untuk digunakan dalam pekerjaan konstruksi sesuai dengan
fungsinya. Dari berbagai macam jenis peralatan dan fungsinya tersebut, dikaitkan
dengan jenis-jenis pelaksanaan pekerjaan yang harus dilakukan, dapat disusun
pengelompokan peralatan untuk tiap-tiap jenis penanganan pekerjaan sebagai
berikut:yang diperlukan, antara lain :
No. Tenaga kerja Satuan Jumlah Alat
1 Asphalt Mixing Plant Unit 1
2 Asphalt Finisher Unit 1
3 Asphalt Sprayer Unit 1
4 Compressor 4000-6500 L\M Unit 1
5 Concrete Mixer 0.3-0.6 M3 Unit 1
6 Dump Truck 3.5 Ton Unit 2
7 Dump Truck 10 Ton Unit 8
8 Excavator 80-140 Hp Unit 1
9 Generator Set Unit 1
10 Motor Grader >100 Hp Unit 1
11 Tandem Roller 6-8 T. Unit 1
12 Tire Roller 8-10 T. Unit 1
13 Vibratory Roller 5-8 T. Unit 1
14 Water Tanker 3000-4500 L. Unit 1
15 Tamper Unit 1
16 Jack Stamper Unit 1
50
4. Mendatangkan alat laboratorium untuk pemeriksaan bahan & mutu, serta
alat-alat Ukur
PPK harus memeriksa bahwa Peralatan yang akan digunakan harus sudah
dikalibrasi terlebih dulu oleh instansi yang berwenang dan dalam kondisi
terpelihara baik. Peralatan laboratorium diperlukan dalam rangka melakukan
pengawasan dan pengendalian mutu atas hasil pelaksanaan pekerjaan konstruksi
yang dilakukan oleh kontraktor.
Peralatan-peralatan laboratorium untuk pengujian-pengujian merupakan
komponen dari sumber daya yang difungsikan dalam rangka pengendalian mutu.
Jenis, jumlah dan waktu diperlukannya peralatan-peralatan laboratorium tersebut
tentunya tergantung pada ruang lingkup kegiatan pengawasan dan pengendalian
atas pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan.
51
dan lancar. Misalnya tempat penimbunan pasir, split dan gudang PC tidak boleh
berjauhan dengan batching plant. Penimbunan pasir dan split tidak boleh terlalu
dekat yang kemungkinan dapat tercampur. Kanan Kiri tempat penimbunan pasir
dan split dibuat saluran drainase kecil supaya air tidak dapat masuk ke daerah
penimbunan tersebut. Penumpukan PC tingginya tidak boleh lebih besar dari 1,50
m (+/ - 13 zak) dalam tempat terlindung dari hujan dan matahari.
52
o) White board/ Papan Tulis, Lemari/ Rak arsip gambar-gambar
p) Perlengkapan dapur
q) Dll. yang dianggap perlu.
IDENTIFIKASI PENGENDALIAN
NO URAIAN PEKERJAAN DAMPAK
BAHAYA RESIKO K3
1 2 3 4 5
I. 1. Mengunkan APD
Luka Berat/ (sediakan Sarung tangan,
1 Mobilisasi - T erlindas
meningal dunia Sepetu Sefty,Helm
Sefty,Baju Rompi)
T erjatuh dari Atas Luka Berat/ 2. Kertersediaan Kotak
- meningal dunia
mobil T railer P3K
Ganguan
3. Bahan/Peralatan K3
- T erjadi Kemacetan terhadap
Pengguna Jalan satandar 1 Set
4. Pengadaan rambu
Kecelakaan Lalu
- peringatan
Lintas
bahaya dilokasi pekerjaan,
6. Memberikan Pengarahan
53
1. Penggalian harus dilaksanakan sesuai dengan ketinggian dan elevasi yang
sudah ditentukan melalui pengukuran uitzet oleh para surveyor yang sudah
mengacu pada gambar atau instruksi pelaksana di lapangan.
2. Dalam pengerjaan galian ini menggunakan alat berat berupa attachment
backhoe yaitu excavator. Dalam galian terdapat 1 excavator saja. Excavator
bertugas menggali tanah sesuai rencana galian ke tempat yang bisa
dijangkau oleh excavator tersebut karena nantinya hasil galian akan
langsung dibereskan ke dump truck dengan excavator juga dengan bantuan
tenaga manual yaitu pekerja dengan menggunakan alat skop untuk
dilakukan proses pembuangan oleh dump truck.
3. Pembuangan hasil galian di buang di area yang sudah ditentukan dan lokasi
tidak jauh dari lokasi galian agar lebih cepat dalam proses pembuangan
maupun pengambilan kembali tanah galian jika dibutuhkan untuk
pengurugan.
4. Setelah pekerjaan galian selesai maka selanjutnya adalah proses
pembersihan dan perapian di daerah galian, ini bertujuan untuk
membersihkan area galian agar pekerjaan tidak terhambat oleh
tumpukan/sisa hasil galian pada lokasi galian drainase yang akan
dilaksanakan pekerjaan selanjutnya.
Identifikasi resiko dan pengendalian K3
IDENTIFIKASI PENGENDALIAN
NO URAIAN PEKERJAAN DAMPAK
BAHAYA RESIKO K3
1 2 3 4 5
1 Galian Untuk Se lokan
Drainase dan Saluran 1.Mengunkan APD
T ertimbun Luka Berat/ (sediakan Sarung tangan,
-
Longsoran Galian ringan Sepetu Sefty,Helm
Sefty,Baju Rompi )
Kecelakaan lalu
T erjatuh ke lubang 2. Kertersediaan Kotak
- intas, luka
Galian P3K
ringan/berat
T erjepit Beton
- 6. Memberikan Pengarahan
Box Culvert
- Kecelakaan lalu
lintas
54
Aspek K3 alat pelindung diri (APD) diantaranya:
a) Sarung tangan
b) Helm
c) Sepatu safety
d) Baju rompi (safety fest)
55
e) Batu yang digunakan dibersihkan dan dibasahi sampai merata selama
beberapa saat agar air dapat meresap
f) Setiap rongga atau celah antar batu diisi dengan bahan adukan dari
semen dan pasir sesuai dengan komposisi campuran yang ditentukan.
Bahan adukan atau mortar dapat disiapkan menggunakan alat concrete
mixer atau secara manual. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan pasir
dan semen anda dapat mengunjungi artikel lain mengenai cara
mengetahui jumlah kebutuhan batu, pasir, dan semen untuk pasangan
batu.
g) Setiap 2 meter dari panjang pasangan batu dibuat lubang sulingan,
kecuali ditentukan lain oleh gambar atau direksi pekerjaan. Lubang
sulingan dapat dibuat dengan memasang pipa pvc yang berdiameter 50
mm.
h) Setiap sambungan antar batu pada permukaan dikerjakan hampir rata
dengan permukaan pekerjaan tetapi tidak menutup permukaan batu
3. Tahap pekerjaan akhir / finishing
a) Pembersihan lokasi pekerjaan dari sisa sisa material pelaksanaan.
b) Jika diperlukan permukaan pasangan batu dapat diberi lapisan acian
untuk memperhalus permukaan dari pasangan batu.
56
Identifikasi resiko dan pengendalian K3
IDENTIFIKASI PENGENDALIAN
NO URAIAN PEKERJAAN DAMPAK
BAHAYA RESIKO K3
1 2 3 4 5
1 Pasangan Batu
dengan Mortar 1.Mengunkan APD
T ertimbun Luka Berat/ (sediakan Sarung tangan,
-
Longsoran Galian ringan Sepetu Sefty,Helm
Sefty,Baju Rompi )
Kecelakaan lalu
T erjatuh ke lubang 2. Kertersediaan Kotak
- intas, luka
Galian P3K
ringan/berat
T erjepit Beton
- 6. Memberikan Pengarahan
Box Culvert
- Kecelakaan lalu
lintas
57
1. Excavasi area kerja
2. Pelapisan tanah
58
Sebaiknya dorongan box dengan mesin dihindari karena dapat merusak
box atau menggeser box dari parit yang sudah disiapkan.
59
Identifikasi resiko dan pengendalian K3
IDENTIFIKASI PENGENDALIAN
NO URAIAN PEKERJAAN DAMPAK
BAHAYA RESIKO K3
1 2 3 4 5
1
1.Mengunkan APD
Box Culvetrt T ertimbun Luka Berat/ (sediakan Sarung tangan,
-
60x60x120 Longsoran Galian ringan Sepetu Sefty,Helm
Sefty,Baju Rompi )
Kecelakaan lalu
T erjatuh ke lubang 2. Kertersediaan Kotak
- intas, luka
Galian P3K
ringan/berat
T erjepit Beton
- 6. Memberikan Pengarahan
Box Culvert
- Kecelakaan lalu
lintas
60
1. Kerja
2. Pengendalian
a) Untuk menjaga kestabilan lereng, dibuat penyokong (shoring) dan
pengaku (bracing) yang memadai agar mampu menahan aktivitas
pekerjaan, struktur dan alat berat disekitarnya.
b) Galian tanah yang lebih dari 5 meter dibuat bertangga/trap dengan lebar
teras 1 meter. Membuat cofferdam atau dinding penahan rembesan (Cut
Wall) sebagai pengalih air genangan yang cukup kuat jika terjadi
keruntuhan mendadak.
c) Menyediakan pompa air untuk mengeringkan air (alkon) jika terdapat
air genangan dalam galian atau membuat drainase sementara dan
dinding penahan rembaesan, sehingga air dapat diatasi.
d) Memeriksa daerah galian yang terdapat utilitas umum dan koordinasi
kepada instansi terkait untuk segera dilakukan relokasi.
3. Pengujian
Melakukan uji DCP (Dynemic Cone Penetration) tanah dasar setelah galian
terdeteksi memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Tanah lunak atau nilai CBR kurang dari 2 %, maka dilakukan
peningkatan tanah dasar (treatment). Material tanah lunak harus
dibuang seluruhnya sampai hasil uji CBR mencapai nilai rancangan 6
% atau paling tidak minimum lebih dari 2%.
61
b) Tanah ekspansif atau berdaya dukung sedang atau nilai CBR diatas 2
% atau kurang dari 6%, dilakukan piningkatan daya dukung tanah
dengan cara stabilisasi atau pamedatan tanah dasar.
4. Pekerjaan Akhir
a) Setelah selesai pekerjaan, maka dilakukan pembersihan atau
pengembalian kondisi semula.
b) Mengajukan proses opname kepada konsultan untuk hasil galian
bersama-sama dapat di periksa dan disetujui, kemudian membuat berita
acara opname pekerjaan.
c) Alat-alat berat dikembalikan lagi atau di demobilisasi.
1 2 3 4 7
DIVISI 3 PEKERJAAN
TANAH
1 Galian Tanah Biasa 1.Mengunkan APD
(sediakan Sarung
T ertimbun Luka Berat/ tangan, Sepetu
-
Longsoran Galian ringan Sefty,Helm
Sefty,Baju Rompi )
62
4.7.6 Pekerjaan Galian perkerasan tanpa cold milling machine
Langkah teknis pada pekerjaan Galian perkerasan tanpa cold milling
machine adalah sebagai berikut:
1 2 3 4 7
DIVIS I 3 PEKERJAAN
TANAH
1 Gal i an Pe rk e rasan 1.Mengunkan AP D
Tan pa Cold Milling (sediakan Sarung
Machine T ert imbun Luka Berat / t angan, Sepet u
-
Longsoran Galian ringan Seft y,Helm
Seft y,Baju Rompi )
63
Aspek K3 alat pelindung diri (APD) diantaranya:
a) Sarung tangan
b) Helm
c) Sepatu safety
d) Baju rompi (safety fest)
64
c) Lakukan penyiraman terhadap material tanah dasar untuk mencapai
kadar air optimum sehingga didapatkan kepadatan yang sesuai dengan
spesifikasi.
d) Kecepatan alat harus diperhatikan agar tidak membahayakan pengguna
jalan eksisting.
1 2 3 4 7
DIVISI 3 PEKERJAAN
TANAH
1 Penyiapan Badan 1.Mengunkan APD
Jalan (sediakan Sarung
T ertimbun Luka Berat/ tangan, Sepetu
-
Longsoran Galian ringan Sefty,Helm
Sefty,Baju Rompi )
65
4.7.8 Pekerjaan Lapis Pondasi Kelas A
Lapisan pondasi Agregat Klas A, biasa kita kenal dengan LPA, digunakan
sebagai lapis pondasi atas, dilaksanakan menyebar sepanjang jalan yang dilebarkan
dan di atas permukaan lapis pondasi bawah (LPB) yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Langkah teknis pada pekerjaan penyiapan badan jalan adalah sebagai
berikut:
1. Persiapan
a) Pembuatan DMF (Design Mix Formula) dilaksanakan Laboratorium
atau di UMPKL Dinas Pekerjaan Umum setempat, bila dianjurkan oleh
Direksi pengawas, contoh semua jenis material diambil dari sumber
quarry dengan lokasi sketsa terlampir, pengambilan contoh material
(batu, abu batu, pasir) dilaksanakan bersama-sama dengan Pengawas
Lapangan dan konsultan Pengawas.
b) Setelah DMF selesai kontraktor akan membuat JMF (Job Mix Formula)
di Laboratorium Kontraktor itu sendiri, didampingi konsultan dan
Direksi teknis.
c) Penyediaan material di stock pile atau lokasi pengadukan khususnya
pemecahan batu dilaksanakan segera setelah hasil uji kekerasan
memenuhi syarat, termasuk penyediaan pasir.
d) Percobaan pelaksanaan : menyangkut komposisi masing-masing jenis
material (mengacu JMF), tebal hamparan gembur sehingga dihasilkan
tebal padat yang disyaratkan (diketahui faktor gembur), kadar air
66
optimal, jumlah lintasan pemadatan sehingga dihasilkan kepadatan
maksimal sesuai spesifikasi teknis. Hasil percobaan pelaksanaan
dilakukan pengujian : ketebalan (pengukuran manual), uji kepadatan
(Sand Cone), uji gradasi lapangan (analisa saringan) dan PI lapangan
(atterberg) dan uji CBR Lapangan (DCP).
e) Staking-out, menentukan lebar dan tebal hamparan sebagai gambar
rencana.
2. Pelaksanaan
a) Pengadukkan material LPA : dilaksanakan di stock pile (lokasi
pengadukan) dengan komposisi berdasarkan JMF dan hasil percobaan
lapangan, pengadukan dilaksanakan setiap maksimal ≤ 50 m3 agar
menghasilkan campuran yang homogen, digunakan peralatan excavator
dan Wheel Loader.
b) Material LPA diangkut dengan menggunakan dump truk, pemuatan
menggunakan wheel Loader, jarak hauling diatur sedemikian rupa
(memeprhatikan faktor gembur dari hasil percobaan pelaksanaan)
sehingga penghamparan dapat dilaksanakan efektif dan efisien.
c) Penghamparan menggunakan Motor Grader, tebal hamparan sesuai
hasil percobaan pelaksanaan, dilaksanakan selebar rencana, perapian
hamparan dilaksanakan dengan tenaga manusia dengan peralatan sesuai
keperluan lapangan. Selama proses penghamparan dilakukan control
kadar air, sehingga akan dihasilkan kadar air optimal pada saat
pemadatan dilaksanakan. Dimensi dan kelandaian permukaan
dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana.
d) Pemadatan menggunakan Vibrator Roller (berat 8-12 ton),
dilaksanakan mulai dari bagian yang rendah berangsur-angsur menuju
bagian yang lebih tinggi, jumlah lintasan sesuai dengan hasil percobaan
pelaksanaan. Pemadatan dihentikan jika diyakini tercapai kepadatan
yang disyaratkan.
67
3. Pengujian dan pengukuran
a) Pengujian mutu : uji gradasi dan PI (di laboratorium), uji kepadatan
(sand cone di lapangan), uji CBR Lapangan (DCP).
b) Pengukuran : dimensi (panjang, lebar dan tebal dilaksanakan secara
manual), kelandaian (menggunakan pesawat waterpass atau
theodolit) dan kerataan permukaan (menggunakan mistar ukur).
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan menyangkut kerataan permukaan, keutuhan dan kekokohan
dilaksanakan sampai pekerjaan tahap selanjutnya (perkerasan dengan aspal) akan
dilaksanakan, sedemikian rupa sehingga dimensi, permukaan dan mutu LPA tetap
sesuai spesifikasi teknis.
1 2 3 4 7
DIVISI 5. PERKERASAN
BERBUTIR
1 Lapis Pondasi Agregat 1.Mengunkan APD
Kelas A (sediakan Sarung
T ertimbun Luka Berat/
- tangan, Sepetu
Longsoran Galian ringan
Sefty,Helm
Sefty,Baju Rompi )
T erjatuh ke lubang 2. Kertersediaan
- Kemacetan
Galian Kotak P3K
4. Pengadaan rambu
T erjadi Ganguan Luka Berat/ peringatan
-
lalu lintas ringan bahaya dilokasi
pekerjaan,
5. Menyusun
- Debu terhisap
Instruksi Kerja
Kecelakaan Lalu
-
Lintas
68
c) Sepatu safety
d) Baju rompi (safety fest)
1. Penyiapan permukaan
a) Debu dan kotoran lain harus dibersihkan dengan compressor
b) Tonjolan benda benda asing harus di buang
c) Permukaan harus dalam keadaan kering atau mendekati kering
2. Pelaksanaan
a) Batas yang akan disemprot harus diukur dan ditandai
b) Masih dimungkinkan lalu lintas satu jalur
c) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan
yang kedap
d) Ada bagian yang tumpang tindih selebar 20 cm sepanjang sisi lajur yang
bersebelahan
e) Aspal yang di semprot harus benar benar merata di seluruh permukaan
f) Lokasi yang disemprot Prime Coat yang menunjukan bahas aspal
berlebih di tutup dengan bahan yang bias menyerapnya sesudah 4 ja
penyemprotan.
g) Lapisan aspal berikutnya dihampar setelah prime coat meresap
sepenuhnya, arus lalu lintas diperbolehkan setelah 4 jam penghamparan
69
h) Penghamparan lapisan aspal berikutnya diatas tack coat di lakukan
sebeluk daya lekat tack coat hilang
i) Apabila lalu lintas di ijinkan melewati Lapis Resap Pengikat maka
harus digunakan bahan penyerap (Blotter material) dari agregat single
size 9,5 mm.
3. Pengendalian Mutu
a) Ambilkan sampel aspal dan sertifikatnya pada saat pegangkutan
b) 2 liter sampel aspal diambil dari asphalt sprayer saat awal dan akhir
penyemprotan
c) Pelapisan harus menutup seluruh permukaan yang disemprot, tanpa ada
bagian bagian yang beralur atau kelebihan aspal
d) Distributor aspal harus di periksa sebelum pelaksanaan pekerjaan dan
setiap 6 bulan skali atau di masa penyemprotan 150.000 lt
e) Agregat penutup/blotter harus mendapat persetujuan dari direksi
pekerjaan.
DIVISI 6 PERKERASAN
ASPAL
Lapis Perekat Aspal- 1.Mengunkan APD
Cair (sediakan Sarung
Luka Berat/
- T erlindas tangan, Sepetu
ringan
Sefty,Helm
Sefty,Baju Rompi )
T erjadi Ganguan
2. Kertersediaan
- lalu lintas Karena Kecelakaan
Kotak P3K
jalan licin
4. Pengadaan rambu
T erkena aspal peringatan
- Luka Bakar
panas bahaya dilokasi
pekerjaan,
5. Menyusun
- T erbakar
Instruksi Kerja
Kecelakaan Lalu 6. Memberikan
-
Lintas Pengarahan
70
Aspek K3 alat pelindung diri (APD) diantaranya:
a) Sarung tangan
b) Helm
c) Sepatu safety
d) Baju rompi (safety fest)
71
finisher, kemudian dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat tandem
roller (initial compaction), pneumatic tire roller (secondary compaction) dan
kembali dengan tandem roller (final compaction).
5. Selama proses penghamparan dan pemadatan, maka sekelompok pekerja
akan merapihkan tepi hamparan/padatan dengan menggunakan alat bantu.
6. Peralatan, tebal gembur dan jumlah lintasan/passing dari alat pemadat akan
mengikuti hasil percobaan (trial compaction) yang dilakukan sebelum
pelaksanaan ACWC dimulai.
7. Water tanker disiapkan untuk mensupply air yang akan digunakan untuk
keperluan di lokasi penghamparan hotmix.
8. Setelah pemadatan selesai, laston lapis aus (ACWC) tersebut akan
diproteksi dari kendaraan lalu-lintas sampai temperature yang diijinkan
(dingin), dan setelah kurang lebih 24 jam, akan dilakukan pemeriksaan
derajat kepadatan dengan mengambil benda uji inti dengan alat coring untuk
kemudian diperiksa di laboratorium.
DIVISI 6 PERKERASAN
ASPAL
Lapis AUS AC WC 1.Mengunkan APD
(sediakan Sarung
Luka Berat/
- T erlindas tangan, Sepetu
ringan
Sefty,Helm
Sefty,Baju Rompi )
T erjadi Ganguan
2. Kertersediaan
- lalu lintas Karena Kecelakaan
Kotak P3K
jalan licin
4. Pengadaan rambu
T erkena aspal peringatan
- Luka Bakar
panas bahaya dilokasi
pekerjaan,
5. Menyusun
- T erbakar
Instruksi Kerja
Kecelakaan Lalu 6. Memberikan
-
Lintas Pengarahan
72
b) Helm
c) Sepatu safety
d) Baju rompi (safety fest)
73
roller (initial compaction), pneumatic tire roller (secondary compaction) dan
kembali dengan tandem roller (final compaction).
5. Selama proses penghamparan dan pemadatan, maka sekelompok pekerja
akan merapihkan tepi hamparan/padatan dengan menggunakan alat bantu.
6. Peralatan, tebal gembur dan jumlah lintasan/passing dari alat pemadat akan
mengikuti hasil percobaan (trial compaction) yang dilakukan sebelum
pelaksanaan AC BC dimulai.
7. Water tanker disiapkan untuk mensupply air yang akan digunakan untuk
keperluan di lokasi penghamparan hotmix.
8. Setelah pemadatan selesai, laston lapis antara perata (AC BC) tersebut akan
diproteksi dari kendaraan lalu-lintas sampai temperature yang diijinkan
(dingin), dan setelah kurang lebih 24 jam, akan dilakukan pemeriksaan
derajat kepadatan dengan mengambil benda uji inti dengan alat coring untuk
kemudian diperiksa di laboratorium.
DIVISI 6 PERKERASAN
ASPAL
Lapis AC BC 1.Mengunkan APD
(sediakan Sarung
Luka Berat/
- T erlindas tangan, Sepetu
ringan
Sefty,Helm
Sefty,Baju Rompi )
T erjadi Ganguan
2. Kertersediaan
- lalu lintas Karena Kecelakaan
Kotak P3K
jalan licin
4. Pengadaan rambu
T erkena aspal peringatan
- Luka Bakar
panas bahaya dilokasi
pekerjaan,
5. Menyusun
- T erbakar
Instruksi Kerja
Kecelakaan Lalu 6. Memberikan
-
Lintas Pengarahan
74
b) Helm
c) Sepatu safety
d) Baju rompi (safety fest)
1. Bahan-bahan untuk campuran beton mutu fc’ 15 mpa K-185 (semen, pasir,
aggregat kasar dan air)
75
Identifikasi resiko dan pengendalian K3
IDENTIFIKASI SKALA
NO URAIAN PEKERJAAN DAMPAK
BAHAYA PRIO RITAS
DIVISI 7 STRUKTUR
T erjatuh Ke 5. Menyusun
- Luka Infeksi
Lunbang Galian Instruksi Kerja
76
4.7.13 Pekerjaan Marka Jalan Termoplastik
Langkah teknis pada pekerjaan marka jalan termoplastik adalah sebagai
berikut:
77
c) Penyedia Jasa harus mengatur dan menandai semua marka jalan pada
permukaan perkerasan dengan dimensi dan penempatan yang presisi
sebelum pelaksanaan pengecatan marka jalan.
d) Pengecatan marka jalan dilaksanakan pada garis sumbu, garis lajur,
garis tepi dan zebra cross dengan bantuan sebuah mesin mekanis yang
disetujui, bergerak dengan mesin sendiri, jenis penyemprotan atau
penghamparan otomatis dengan katup mekanis yang mampu membuat
garis putus-putus dalam pengoperasian yang menerus (tanpa berhenti
dan mulai berjalan lagi) dengan hasil yang dapat diterima Direksi
Pekerjaan. Mesin yang digunakan tersebut harus menghasilkan suatu
lapisan yang rata dan seragam dengan tebal basah minimum 0,38
milimeter untuk “cat bukan termoplastik” dan tebal minimum 1,50 mm
untuk “cat termoplastik” belum termasuk butiran kaca yang juga
ditaburkan secara mekanis, dengan garis tepi yang bersih (tidak
bergerigi) pada lebar ran-cangan yang sesuai. Bilamana tidak
disyaratkan oleh pabrik pembuatnya, maka cat termoplastik harus
dilaksanakan pada temperatur 204°C - 218°C.
e) Bila mana penggunaan mesin tak memungkinkan, maka dapat meminta
izin Direksi Pekerjaan pengecatan marka jalan dengan cara manual,
dikuas, disemprot dan dicetak dengan sesuai dengan konfigurasi marka
jalan dan jenis cat yang disetujui untuk penggunaannya.
f) Butiran kaca harus ditaburkan di atas permukaan cat segera setelah
pelaksanaan penyemprotan atau penghamparan cat. Butiran kaca harus
ditaburkan dengan kadar 450 gram/m2 untuk semua jenis cat, baik
untuk “bukan termoplastik” maupun “termoplastik”.
g) Semua marka jalan harus dilindungi dari lalu lintas sampai marka jalan
ini dapat dilalui oleh lalu lintas tanpa adanya bintik-bintik atau bekas
jejak roda serta kerusakannya lainnya.
h) Semua marka jalan yang tidak menampilkan hasil yang merata dan
memenuhi ketentuan baik siang maupun malam hari harus diperbaiki
oleh Penyedia Jasa atas biayanya sendiri.
78
i) Ketentuan dari Seksi 1.3 Pengaturan Lalu Lintas harus diikuti
sedemikian sehingga menjamin keamanan umum ketika pengecatan
marka jalan sedang dilaksanakan.
j) Semua pemakaian cat secara dingin harus diaduk di lapangan menurut
ketentuan pabrik pembuat sesaat sebelum dipakai agar menjaga bahan
pewarna tercampur merata di dalam suspense.
DIVISI 6 PERKERASAN
ASPAL
Marka Jalan 1.Mengunkan APD
Termoplastik (sediakan Sarung
Luka Berat/
- T erlindas tangan, Sepetu
ringan
Sefty,Helm
Sefty,Baju Rompi )
T erjadi Ganguan
2. Kertersediaan
- lalu lintas Karena Kecelakaan
Kotak P3K
jalan licin
4. Pengadaan rambu
T erkena aspal peringatan
- Luka Bakar
panas bahaya dilokasi
pekerjaan,
5. Menyusun
- T erbakar
Instruksi Kerja
Kecelakaan Lalu 6. Memberikan
-
Lintas Pengarahan
79
4.8.1 Kekuatan
4.8.2 Kelemahan
Adapun kelemahan kontraktor dalam melaksanakan Proyek Konstruksi
adalah pelaksanaan pekerjaan Proyek Peningkatan Jalan DAK Pelerbaran (khusus
Jalan Kabupaten), Glagahlinggah - Lembean, Kecamatan Kintamani, Kabupaten
Bangli, Bali, ini adalah sebgai berikut:
1. Terdapat metode konstruksi yang terlihat masih kurang efektif yg
sebenarnya masih bisa digunakan metode alternatif yang bisa lebih
mengefisiensikan waktu, contohnya pada metode pemasangan box culvert.
80
2. Untuk quality control setiap hasil pekerjaan masih terbilang kurang karena
masih ada hasil pekerjan yang tidak sesuai target seperti terjadi crack pada
pekerjaan bahu jalan.
4.8.3 Ancaman
Adapun kelemahan kontraktor dalam melaksanakan Proyek Konstruksi
adalah pelaksanaan pekerjaan Proyek Peningkatan Jalan DAK Pelerbaran (khusus
Jalan Kabupaten), Glagahlinggah - Lembean, Kecamatan Kintamani, Kabupaten
Bangli, Bali, ini adalah sebgai berikut:
1. Mengenai pajak baru yang tidak lagi seperti yang sebelumnya yang sangat
berpengaruh pada RAB nantinya dalam sebuah persaingan untuk
memperoleh proyek.
2. Mengenai situasi pandemic COVID-19 yang seperti sekarang ini pihak
perusahaan belum sepenuhnya mendapat amprahan dana dari owner selaku
pemilik proyek.
4.8.4 Kesempatan
Adapun peluang yang kontraktor miliki dalam melaksanakan proyek
Pembangunan Gedung Administrasi Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai ini adalah
sebgai berikut:
1. Adanya dukungan pemerintah yang merupakan selaku owner sangat lancar
untuk msaalah dari pembebasan lahan, pendanaan hingga proyek bisa
terselesaikan.
2. Otonomi daerah yang bisa menjadikan peluang untuk kontraktor
memperoleh proyek ini karena dengan seringnya pihak kontraktor
menangani proyek proyek besar Angkasa Pura sehingga peluang untuk
diberikan kepercayaan oleh pihak owner itu lebih besar.
81
Tabel 4. 1 Tabel Matrik IFE (Internal Factor Evaluation).
1. Finansial
2. Kualitas SDM
3. Pengalaman
4. Teamwork
5. Network
1. Metode konstruksi
2. Quality control
3. Peralatan
82
Dari hasil analisis data diatas, didapat faktor-faktor dominan yang
merupakan kesempatan (opportunity) bagi kontraktor yaitu:
1. Dukungan pemerintah
2. Otonomi daerah
Sedangkan faktor-faktor dominan yang merupakan ancaman (threat) bagi
kontraktor adalah:
1. Pajak
2. Pandemi COVID-19
83
DAFTAR PUSTAKA
Giri Dhamma Wijaya, F. M. (2010). Studi Kasus Penjadwalan Proyek pada Proyek
Rumah Toko X menggunakan Microsoft Project 2010. Universitas Kristen
Petra. Retrieved Mei 20, 2018, from
https://media.neliti.com/media/publications/78955-ID-studi-kasus-
penjadwalan-proyek-pada-proy.pdf
Ir. Abrar Husen, M. (2011). Manajemen Proyek. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Ir. Irika Widiasanti, M. L. (2013). Manajemen Konstruksi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
84
85