Anda di halaman 1dari 31

SEISMIC-RESISTANT

CONCRETE
Group Project

Written by:

1. Patricia Mayang Putri (03111740000012)


2. Udyani Salma Widyaswari (03111740000016)
3. Almira Nafiisa Bilqisaqila (03111740000038)
4. Aulia Budy Velindayanti (03111740000069)
5. Maulina Indah Harvianti (03111740000127)

STRUKTUR BANGUNAN BETON - B


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Kelompok Struktur Bangunan
Beton – Inovasi Beton Tahan Gempa dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam
proses pengerjaan tugas ini, tentu banyak kendala-kendala yang tidak dapat
diselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Wahyuniarsih Sutrisno, ST.,MT. selaku dosen mata kuliah Struktur
Bangunan Beton Teknik Sipil ITS yang telah mengajarkan ilmu pada mata
kuliah Struktur Bangunan Beton.
2. Teman-teman satu kelompok: Patricia Mayang Putri, Almira Nafiisa
Bilqisaqila, Aulia Budy Velindayanti, Udyani Salma Widyaswari dan
Maulina Indah Harvianti yang telah membantu dalam diskusi, pencarian data,
Kelompok ini.
Kami sadar bahwa laporan tugas kelompok ini tentu masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan
laporan mendatang. Diharapkan apa yang telah dibuat dapat bermanfaat bagi
mahasiswa Teknik Sipil dan memotivasi untuk dapat memberikan inovasi inovasi
terbaru khususnya di bidang Struktur Bangunan Beton ini di waktu yang akan
datang.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan memohon maaf apabila
terdapat banyak kesalahan dalam segi penulisan dan pengolahan data.

Surabaya, 8 September 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………….………...1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..…2

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………….……….4
1.1 Latar Belakang……………………………………………….……….4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….……4
1.3. Tujuan…………………………………………………………….….5
1.4. Manfaat………………………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………6
2.1. Penjelasan Teori……………………………………………………...6
2.2. Inovasi Campuran Beton Tahan Gempa……………………………..7

BAB III FIBER REINFORCED CONCRETE…………………………………...8


3.1. Konsep dan Penjelasan……………………………………………….8
3.2. Kekurangan………………………………………………………….12
3.3. Kelebihan……………………………………………………………14

BAB IV HEMPCRETE………………………………………………………….15
4.1. Konsep dan Penjelasan……………………………………………...15
4.2. Kekurangan………………………………………………………….16
4.3. Kelebihan……………………………………………………………17

BAB V BETON RINGAN………………………………………………………18


5.1. Konsep dan Penjelasan……………………………………………...18
5.2. Kekurangan………………………………………………………….21
5.3. Kelebihan……………………………………………………………22

BAB VI ECOFRIENDLY DUCTILE CEMENTITOUS COMPOSITE.……….23


6.1. Konsep dan Penjelasan…………………………………………...…23
6.2. Kekurangan………………………………………………………….25
6.3. Kelebihan……………………………………………………………26

2
BAB VII PENUTUP………………………………....…….…………………..27
7.1. Kesimpulan ………………………………….…….………..……..27
7.2. Saran…………………………………………………………….…27

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….28

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gempa bumi adalah getaran seismik alam yang menghasilkan gerakan
tanah baik arah horisontal dan vertikal, yang dapat disebabkan oleh beberapa
hal seperti bergesernya lempeng dibawah permukaan bumi maupun aktivitas
gunung vulkanik. Sebagai negara yang terletak tepat di pertemuan tiga
lempeng utama dunia yaitu Eurasia, Indoaustralia, dan Pasifik, tidak jarang
Indonesia menjadi negara yang sangat berpotensi terjadi gempa bumi. Posisi
Indonesia juga dikenal berada di Ring of Fire Pasifik sepanjang 40.000 km
yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang
mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Sekitar 81% dari gempa bumi
terbesar terjadi di sepanjang Ring of Fire ini.
Terjadinya gempa bumi ini dapat menimbulkan kerugian di berbagai
aspek, salah satunya pada segi pembangunan. Di sisi lain, penggunaan beton
sebagai komponen utama dalam pembangunan infrastuktur di Indonesia juga
sangat umum dan tergolong banyak. Mengingat pemerintah mulai marak
mengembangkan sayap pada pembangunan infrastruktur, maka para insinyur
teknik mulai mencari gagasan dan inovasi baru untuk memperkuat ketahanan
struktur bangunan terhadap gempa bumi, terutama pada campuran beton.
Sehingga inovasi-inovasi tersebut diharapkan dapat diimplementasikan dalam
pembangunan, baik rumah tinggal hingga gedung bertingkat demi
meminimalisir dampak yang terjadi akibat gempa bumi yang dapat terjadi
sewaktu-waktu.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja inovasi campuran beton yang diharapkan dapat tahan terhadap
gempa?
2. Bagaimanakah penjelasan atau teori lebih lanjut mengenai inovasi
tersebut?

4
3. Apa saja kelebihan dari inovasi campuran beton tahan gempa tersebut?
4. Apa saja kekurangan dari inovasi campuran beton tahan gempa tersebut?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas adalah:
1. Mengetahui apa saja inovasi campuran beton tahan gempa.
2. Mengetahui bagaimana penjelasan dan teori mengenai inovasi tersebut
3. Mengetahui kelebihan dari inovasi campuran beton tahan gempa.
4. Mengetahui kekurangan dari inovasi campuran beton tahan gempa.

1.4. Manfaat
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa khususnya Teknik
Sipil mengenai campuran-campuran beton.
2. Dapat memotivasi mahasiswa khususnya Teknik Sipil untuk menemukan
inovasi/gagasan terbaru yang dapat diterapkan untuk merancang bangunan
beton tahan gempa.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Penjelasan Teori

Material yang banyak digunakan dalam suatu kontruksi bangunan adalah


beton, karena beton memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
material kontruksi lainnya, seperti mudah dalam segi pengerjaan dan dapat
dibentuk sesuai dengan bentuk kontruksi yang dibutuhkan. Dalam desain
struktur tahan gempa, penting untuk memastikan daktilitas dalam struktur,
yaitu struktur harus dapat berubah bentuk tanpa menyebabkan kegagalan.
Kekuatan dan keuletan struktur terutama tergantung pada perincian tulangan
yang tepat dalam sambungan balok-kolom. Aliran gaya dalam sambungan
balok-kolom dapat terganggu jika kekuatan geser sambungan tidak memadai.
Di bawah gaya seismik, wilayah sambungan balok-kolom adalah dikenakan
gaya geser horizontal dan vertikal yang berkali-kali lebih besar daripada yang
ada di balok dan kolom yang berdekatan.
Beton konvensional kehilangan resistensi atau kekuatan tariknya setelah
mengalami keretakan. Jadi, sambungan harus lebih ulet agar efisien
menanggung kekuatan seismik. Sebagian besar kegagalan dalam gempa,
struktur yang terkena dijumpai pada sendi. Sendi konstruksi adalah
ditempatkan di kolom sangat dekat dengan sambungan balok-kolom. Ini
mengarah ke kegagalan geser atau tekuk pada atau sangat dekat dengan
sambungan seperti ditunjukkan pada Gambar 1a. Stres tekan yang tinggi pada
beton juga dapat menyebabkan penghancuran beton seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 1b. Jika beton kurang tulangan, sambungannya bisa hancur dan
betonnya bisa pecah, seperti terlihat pada Gambar 1c. Jika tulangan geser
dalam balok tidak cukup, mungkin akan terjadi keretakan diagonal didekat
sambungan, ditunjukkan pada Gambar 1d. Ini juga dapat menyebabkan
kegagalan sambungan. Momen lentur tinggi dapat menyebabkan leleh atau
tekuk tulangan baja seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1e.

6
2.2. Inovasi Campuran Beton Tahan Gempa

Terdapat beberapa inovasi campuran beton tahan gempa yang akan


dibahas dalam makalah ini, diantaranya:

1. Fiber Reinforced Concrete (FRC)


2. Hempcrete
3. Beton Ringan
4. EDCC

7
BAB III

FIBER REINFORCED CONCRETE (FRC)

3.1. Konsep dan Penjelasan

Material Fiber Reinforced Concrete (FRC) banyak digunakan dalam banyak


aplikasi struktural di mana kemampuan mekaniknya sangat penting. Kekakuan
dan kekuatan komposit ini tergantung pada sifat mekanik konstituen, tetapi
juga pada proses pemindahan stres yang terjadi di antarmuka serat / matriks.
Fiber Reinforced Concrete (FRC) atau komposit beton umumnya didefinisikan
sebagai komposit dengan dua komponen utama (bersifat heterogen), yaitu serat
dan matriks seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2. Bahan
penguat dalam komposit berperan untuk menahan beban yang diterima oleh
material komposit. Sedangkan matriks dalam komposit berfungsi untuk
mendistribusikan beban kedalam seluruh material penguat komposit. Matriks
sendiri dapat berupa: logam, polimer, keramik, dan karbon. Lalu bahan
penguat ini dapat berupa serat karbon dan serat kaca (Fiber).

Gambar 2.1. Komponen Utama FRC

8
Gambar 2.2. Serat antar muka FRC

FRC tidak terpengaruh oleh kerusakan elektro-mekanis dan dapat


menahan efek korosif dari asam, alkali, garam dan agregat serupa di bawah
berbagai suhu. FRC mempunyai keunggulan yang sangat berbeda
dibandingkan baja sebagai tulangan eksternal. FRC sebagai tulangan memiliki
kekuatan spesifik yang tinggi (rasio kekuatan / berat) juga sangat ringan dan
mudah. Oleh karena itu, sambungan dalam tulangan dapat dikurangi dengan
sangat mudah dan korosi pada tulangan dapat dihindari. Beberapa aplikasi
potensial FRC dalam konstruksi tahan gempa ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Pengaplikasian FRC

9
FRC dapat digunakan dalam struktur beton dalam bentuk berikut:
■ Pelat – di permukaan untuk meningkatkan kapasitas tegangan.
■ Batangan - sebagai penguat balok dan pelat yang menggantikan tulangan baja.
■ Kabel - sebagai tendon dan post tension di jembatan balok utama.
■ Pembungkus - di sekitar beton untuk membatasi beton dan meningkatkan
kekuatan tekan

FRC yang umumnya digunakan dalam konstruksi adalah Carbon (C


FRCs), Glass (G FRCs) atau Aramid (A FRCs). Serat ini sangat kuat, bahkan
berkali-kali lebih kuat dari baja arah memanjang, tetapi umumnya lemah secara
lateral. Sifat-sifat serat untuk FRC ditunjukkan pada Gambar 2.4. Gambar 2.5
dan Tabel 1.1 menunjukan perbandingan perilaku mekanik bahan yang tersedia
untuk penguatan struktur.

Gambar 2.4. Sifat sifat serat FRC

10
Gambar 2.1. Perbandingan kekuatan antar material FRC

Tabel 1.1. Pebandingan sifat mekanik antar material FRC

Secara umum, beton kuat terhadap gaya tekan, tetapi lemah terhadap
gaya tarik. Akibatnya elemen beton konvensional cenderung mengalami
kegagalan geser getas. Sambungan kolom balok adalah wilayah kritis untuk
keselamatan seismik bangunan. FRC baru telah dikembangkan dengan serat
polivinil alkohol (PVA) tertanam dalam matriks, yang disebut PVA-ECC.
PVA-ECC memiliki sifat ulet yang unggul dibandingkan dengan FRC
konvensional seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.6, yang membuatnya
lebih cocok untuk membuat bangunan tahan gempa. Dinding PVA-ECC sendiri
menyerap energi dari gempa bumi dan menyelamatkan bangunan dari kekuatan
seismic.

11
Gambar 2.6. Kuat lentur FRC Konvensional dan FRC PVA-ECC

Berikut ini adalah berbagai jenis serat yang umumnya digunakan dalam
industri konstruksi:
1. Steel Fiber Reinforced Concrete
2. Polypropylene Fiber Reinforced (PFR) cement mortar & concrete
3. GFRC Glass Fiber Reinforced Concrete
4. Asbestos Fibers
5. Carbon Fibers
6. Organic Fibers

3.2. Kekurangan

 Tergantung oleh bentuk, dimensi dan panjang serat. Serat tipis dan pendek,
misalnya serat kaca (pendek berbentuk rambut) hanya akan efektif beberapa
jam pertama setelah menuangkan beton (mengurangi retak saat beton
menjadi kaku) tetapi tidak akan meningkatkan kekuatan tarik beton.
 Material serat agak susah menyatu ketika dilakukan mixing agregat. Dan
mixing harus dilakukan dengan hati hati

12
 Jika distribusi serat tidak seragam/merata, akan menurunkan
kemampuan/kekuatan beton.
 Kerentanan terhadap paparan sinar ultraviolet. Jadi, FRC harus dilindungi
dari paparan sinar matahari langsung, dengan menggunakannya khusus
dalam ruangan atau dilapisi dengan cat/resin.

Gambar 2.7.. Pelapisan FRC dengan Epoxy dan Cat

13
3.3. Kelebihan

 Meningkatkan kekuatan tarik beton.


 Menurunkan permeabilitas beton sehingga mengurangi penyerapan air.
 Beberapa jenis serat menghasilkan manfaat yang lebih besar, abrasi dan
ketahanan pecah pada beton.
 Meningkatkan daya tahan beton.
 Beton yang diperkuat dengan serat (yang biasanya baja, kaca, atau serat
"plastik") lebih murah.
 Tergolong ringan dan mudah.

14
BAB IV

HEMPCRETE

4.1. Konsep dan Penjelasan

Hempcrete atau Hemplime adalah bahan bio-komposit, campuran dari


ganja (shives) dan kapur yang digunakan sebagai bahan konstruksi dan isolasi.
Dipasaran dunia dikenal juga dengan nama seperti Canobiote, Canosmose, dan
Isochanvre. Hempcrete dalah sejenis material untuk konstruksi rumah
menyerupai batu bata namun terbuat dari serat tanaman ganja yang dikenal
dengan nama Hemp yang sengaja ditumbuhkan untuk keperluan industry.

Gambar 3.1. Cannabis Sativa L

Bahan baku dasar pembuatan hempcrete ini merupakan jenis yang


berbeda dari tanaman ganja biasa seperti mariyuana, Hemp adalah salah satu
varietas dari pohon Cannabis Sativa L yang digunakan untuk keperluan industri.
Untuk mengubahnya menjadi bahan bangunan, tanaman ganja yang disebut
hemp, terlebih dahulu diubah menjadi serat. Serat dari hemp tersebut kemudian
dicampur dengan air dan lem. Campuran bahan ini kemudian disebut dengan
hemp concrete atau hempcrete. Hempcrete lalu ditekan dan dicetak menjadi
material prefabrikasi. Material inilah yang kemudian dapat digunakan untuk
membangun rumah. Namun sebelum dapat digunakan, hemp prefabrikasi
terlebih dahulu dikeringkan selama tiga bulan. Selain menjadi bahan bangunan,

15
hemp juga dapat diubah menjadi bahan utama pembuatan kertas, pakaian, dan
lain sebagainya.
Tidak seperti jenis ganja lain yang memabukkan dan membuat pemakaianya
kecanduan, jenis ganja yang digunakan untuk keperluan industri ini sama sekali
tidak mengandung zat psikoaktif atau adiktif. Tanaman ganja jenis ini
dibudidayakan oleh petani di wilayah utara Belanda.

Gambar 3.2. Hempcrete

4.2.Kekurangan
 Negara Republik Indonesia melarang budidaya dan produksi semua jenis
tanaman cannabis beserta turunannya melalui UU No. 35 tahun 2009
tentang narkotika; “Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis
dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan
tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.”
Hemp adalah salah satu genus dari tanaman cannabis yang masuk ke dalam
golongan 1 narkotika.

16
4.3. Kelebihan
 Hempcrete sangat ringan, anti pecah dan juga zero carbon.
 Selain ‘eco friendly’ alias ramah lingkungan, hempcrete juga tahan api,
kedap suara, anti toxic, memiliki insulasi termal dan resisten terhadap tikus
dan hama lainnya.
 Hempcrete tidak memiliki kerapuhan beton dan bahan isolasi ringan yang
ideal sehingga tidak mudah pecah.
 Hempcrete juga cocok untuk berbagai macam iklim karena memiliki
penggabungan isolasi dengan massa termal.
 Hempcrete termasuk material dengan kepadatan rendah dan tahan terhadap
tekanan yang membuat keretakan (High Flexural Strength), sehingga
membuatnya sangat sesuai untuk digunakan di daerah rawan gempa
 Hempcrete sangat ramah lingkungan di banding batu bata biasa karena
memiliki Carbon Positive, yang lebih baik dari karbon netral. Selain itu
bahan bangunan ini juga dapat didaur ulang dan digunakan sebagai pupuk.
 Dinding yang terbuat dari hemp tidak mengandung racun, tidak berlumut
atau berjamur, bebas hama serta tahan api.

Gambar 3.3. Manfaat dan Kelebihan Hempcrete

17
BAB V

BETON RINGAN

5.1. Konsep dan Penjelasan

Penggunaan beton pada suatu konstruksi bangunan akan menambah


beban mati struktural bangunan yang disebabkan oleh berat isi beton. Hal ini
akan berdampak buruk apabila terjadi gempa, karena semakin besar berat
beban struktur maka semakin besar gaya gempa yang akan bekerja pada
bangunan tersebut. Dalam mengurangi berat beban struktur akibat penggunaan
beton, maka dibuat beton yang memiliki berat isi beton lebih ringan. Hal
tersebut akan berdampak pada kebutuhan dimensi tampang melintang menjadi
lebih kecil, serta pengurangan ukuran pondasi sebagai akibat dari
berkurangnya beban mati struktural. Selain dari beban mati struktural yang
berlebih, faktor daktilitas (kemampuran struktur menahan lendutan besar tanpa
mengalami keruntuhan) merupakan penyebab utama kerentanan suatu
bangunan.
Ketahanan beton ringan terhadap gaya vertikal dan horizontal gempa
telah berhasil diujikan oleh staff pengajar Rekayasa Struktur Fakultas Teknik
Sipil (ITB). Melalui pengujian perilaku panel dinding dan lantai Hebel berikut
diafragma sambungan terhadap efek lentur, terbukti bahwa panel beton ringan
sanggup menyalurkan beban lentur dan geser gempa.
Beton normal sendiri memiliki berat mencapai 2400 kg per meter kubik.
Sedangkan suatu beton dikatakan sebagai beton ringan apabila memiliki berat
kurang dari 1900 kg per meter kubik, menurut Standar Nasional Indonesia
(SNI) 03-2847 tahun 2002. Beton ringan dapat diperoleh dengan membuat
beton dari agregat ringan, penambahan udara, atau penambahan material yang
mempunyai berat satuan yang kecil. Beton ringan struktural sendiri sangatlah
efektif untuk diaplikasikan di wilayah rawan gempa. Hal ini dikarenakan beton
ringan struktural dapat diproduksi dengan menggunakan agregat ringan alami
dan agregat ringan buatan. Kriteria agregat ringan untuk beton ringan
struktural dijelaskan dalam ASTM 330 bahwa bobot isi kering gembur tidak

18
boleh melampaui 880 kg per meter kubik dan berat jenis agregat tidak boleh
melampaui 2000 kg per meter kubik.
Salah satu contoh agregat ringan alami, yaitu batu apung. Agregat
tersebut selain ramah lingkungan (tidak banyak menimbulkan polusi udara
berupa gas CO2 sehingga tidak memicu global worming) karena dimanfaatkan
tanpa melalui proses pembakaran, tidak seperti agregat ringan buatan yang
membutuhkan proses pembakaran juga memiliki ketahanan terhadap gempa,
ekonomis, dan mudah di dapat. Sedangkan untuk agregat ringan buatan
terdapat styrofoam. Beton dengan campuran styrofoam dapat disebut sebagai
Beton-Styrofoam (Styrofoam-Concrete, disingkat Styrocon). Penggunaan
styrofoam pada beton dianggap sebagai rongga udara yang dapat mengurangi
kekuatan beton. Setiap penambahan udara 1% dari volume udara, maka
kekuatan beton akan berkurang 5.5% (Giri, 2008). Beton dengan bahan pengisi
udara mempunyai kekuatan 10% lebih kecil daripada beton tanpa pemasukan
udara pada kadar semen dan workabilitas yang sama (Murdock dan Brook,
1999). Akan tetapi penggunaan styrofoam ini apabila dibandingkan dengan
rongga udara adalah styrofoam mempunyai kekuatan tarik, sehingga selain
membuat beton menjadi ringan, penggunaan styrofoam juga menambah
kekuatan beton itu sendiri. Selain itu juga terdapat Lightweight Expanded Clay
Aggregate (LECA) yang merupakan agregat ringan dari campuran mineral
vulkanik yang ringan dan dibuat berpori dengan pembakaran diatas 1000 oC
dan lapisan luar tanah lempung tembikar (Rudy, 2016), serta Artifical
Lightweight Aggregat (ALWA).

Gambar 4.1. Batu Apung Gambar 4.2. Styrofoam

19
Menurut bahan pembentuknya beton ringan dapat dibedakan menjadi:

1. Beton Ringan dengan Agregat Ringan


Beton dengan agregat ringan yang memiliki kering udara. Beton
ringan dengan agregat ringan dapat dibagi dalam tiga golongan
berdasarkan tingkat kepadatan dan kekuatan beton yang dihasilkan,
yaitu:
a. Beton Insulasi (Insulting Concrete). Beton ringan dengan berat
(density) antara 300-800 kg per meter kubik dan berkekuatan
tekan sekitar 0.69-6,89 MPa, yang biasa digunakan sebagai beton
penahan panas (insulasi panas) atau disebut low density concrete.
Beton ini banyak digunakan untuk keperluan insulasi, karena
mempunyai kemampuan konduktivitas panas yang rendah, serta
untuk peredam suara. Jenis agregat yang biasa digunakan adalah
perlite dan vermiculite.
b. Beton Ringan dengan Kekuatan Sedang. Beton ringan dengan
berat (density) antara 800-1440 kg per meter kubik dan
berkekuatan tekan sekitar 6.89-17.24 MPa, yang biasa digunakan
sebagai beton struktural ringan atau sebagai pengisi (fill
concrete). Jenis agregat yang biasa digunakan adalah (slag), abu
terbang, batu sabak (slate), lempung, batu serpih (shale), dan
agregat ringan alami, seperti pumice, scoria, dan tufa.
c. Beton Struktural (Structural Concrete). Beton ringan dengan
berat (density) antara 1440-1850 kg per meter kubik dan
memenuhi syarat beton struktural karena pada umur 28 hari kuat
tekan mencapai > 17.42 MPa. Jenis agregat yang biasa digunakan
adalah pumice, expanded shale, clays, slate, dan slag.
2. Beton Ringan Tanpa Pasir (Non Fines Concrete)
Beton tidak menggunakan agregat halus (pasir) pada campurannya
sehingga disebut beton non pasir (Non Fines Concrete). Karena tidak
menggunakan pasir, maka beton yang dihasilkan akan memiliki
rongga banyak.

20
3. Beton Ringan dengan memasukkan udara dalam adukan atau mortar
(Beton Aerasi atau Beton Busa atau Aerated Concrete)
Beton yang dibuat dengan memasukkan udara atau gas yang dibentuk
secara khusus ke dalam pasta semen sehingga setelah mengeras,
beton yang dihasilkan memiliki pori.

Berdasarkan Guide for Structural Lightweight-Aggregate Concrete


ACI-213, pembuatan beton ringan pada prinsipnya membuat rongga udara
di dalam beton. Ada tiga macam cara membuat beton aerasi, yaitu:
1. Memberikan agregat atau campuran isian beton ringan, seperti batu
apung, styrofoam, dan ALWA.
2. Menghilangkan agregat halus, seperti debu atau abu terbang disaring.
3. Meniupkan atau mengisi udara di dalam beton

Menurut kegunaannya beton ringan dapat diklasifikasikan menjadi


tiga golongan, yaitu:

1. Beton ringan struktural dengan kuat tekan karakteristik minimal 17


MPa (ASTM C330-82a)
2. Beton ringan untuk dinding dengan kuat tekan 7-14 MPa (ASTM
C331-81)
3. Beton ringan sebagai insulator jika konduktivitas termalnya < 0.3
J/m2soC/m dengan kuat tekan berkisar 0.7-7 MPa.

5.2. Kekurangan

1. Proses mixing dalam sekala besar membutuhkan treatment khusus, karena


agregat ringan tentu memiliki berat jenis yang lebih kecil daripada air
sehingga apabila tidak dilakukan dengan benar maka agregat ringan akan
mengapung semua diatas permukaan beton dan membuat kuat tekan beton
menjadi semakin rendah apabila dibandingkan dengan beton normal.
2. Beton ringan memiliki kuat tekan lebih kecil dibandingkan dengan beton
normal karena beton dengan bahan pengisi udara atau rongga udara
mempunyai kekuatan 10% lebih kecil daripada beton tanpa pemasukan

21
udara pada kadar semen dan workabilitas yang sama (Murdock dan Brook,
1999)

5.3. Kelebihan

1. Berat jenis beton ringan lebih kecil dibandingkan dengan berat jenis beton
normal. Hal ini berpengaruh terhadap berat sendiri elemen struktur yang
lebih kecil sehingga kebutuhan dimensi tampang melintang dan ukuran
pondasi yang diperlukan akan berkurang. Selain itu resiko pasca terjadinya
gempa bumi juga dapat diminimalisir akibat berat total struktur yang lebih
kecil.
2. Penggunaan batu apung sebagai pengganti agregat kasar dapat mengurangi
polusi udara berupa gas CO2 yang dapat memicu global worming karena
pembuatannya tidak melalui proses pembakaran seperti agregat ringan
buatan.
3. Berat sendiri beton yang ringan meminimalisir biaya transportasi dan tenaga
pekerja.
4. Berat jenis beton yang relatif kecil membuat beton ringan lebih tahan
terhadap panas dan api.

22
BAB VI

ECO-FRIENDLY DUCTILE CEMENTITOUS COMPOSITE

6.1. Konsep dan Penjelasan

EDCC (Eco-friendly Ductile Cementitious Composite) merupakan


hasil dari penelitian dari University of British Columbia. EDCC (Eco-friendly
Ductile Cementitious Composite) merupakan salah satu semen komposit
rekayasa yang cukup baru dikembangan. Komposit ini mengurangi jumlah
penggunaan semen dan menggantikannya dengan fly ash dengan jumlah yang
cukup tinggi. EDCC ini memiliki karakteristik sangat daktail, ketangguhan
tinggi, kapasitas penyerapan energy tinggi, dan memiliki respon elastoplastis
tinggi dalam tegangan murni (pure tension). Karakteristik ini menjadikan
EDCC material yang cukup menjanjikan untuk aplikasi tahan gempa.

EDCC (Eco-Friendly Ductile Cementitious Composite) merupakan


tipe baru dari High Performance Fiber-Reinforced Cementitous Composite
(HPFRCC) dengan 2% fraksi volume fiber yang menunjukkan daktilitas
tinggi. Di bawah beban tarik, EDCC menunjukkan perilaku pengerasan
regangan yang relative signifikan dengan kapasitas ultimate strain yang besar.
Secara umum, terdapat tiga fase dalam campuran FRC (Fiber-Reinforced
Composite), yaitu matriks, fiber, dan agregat. Secara keseluruhan kapasitas
ketahanan benturan dari beton akan meningkat dengan memasukkan fiber yang
didistribusikan secara acak ke dalam campuran. Tetapi, kapasitas ini terbatas
karena ikatan yang buruk dan interaksi antara tiga fase dalam FRC yang buruk.
Selain itu, mekanisme kegagalan dominan lain yang biasa terjadi adalah
debonding fiber-matriks yang disebabkan oleh beban tarik dan deformasi
geser. Oleh karena itu, penggunaan serat polimer dan polyester lebih efektif
dalam meningkatkan energi penyerapan beton karena ikatan yang ditingkatkan
dengan matriks. Saat dimasukkan ke dalam matriks, fiber juga akan membantu
dalam mengurangi berat beton dan meningkatkan daktilitas, ketangguhan, dan
ketahanan retak. Selain itu, peningkatan daya tahan juga disebaban oleh adanya
kandungan fiber yang tinggi, sehingga dapat menyempurnakan pori-pori dan
mengurangi permeabilitas.

Abu terbang atau fly ash merupakan produk sekunder dari pembakaran
batu bara bubuk pembangkit listrik. Menambahkan volume fly ash ke komposit
ini membantu mengurangi kekuatan ikatan antarmuka matriks dan
ketangguhan matriks, sehingga fly ash berkontribusi dalam pencapaian
kapasitas regangan tinggi selama berada di bawah beban tarik. Kapasitas tinggi
ini diperoleh melalui pengembangan multiple cracking. ECC (Engineered

23
Cementitious Composite) merupakan salah satu komposit yang dikembangkan
sebelumnya mencapai multiple cracking menggunakan semen murni dan lebih
dari 2% fiber PVA berlapis minyak untuk mencapai kinerja yang sama.
Sedangkan, EDCC mencapai kapasitas yang mirip dengan ECC melalui
penggantian 60% dari semen dengan fly ash dan hanya menggunakan 1% fiber
PVA tidak berlapis bersamaan dengan 1% fiber PET. Hal ini menyebabkan
EDCC menjadi bahan yang lebih berkelanjutan dan layak secara ekonomi
daripada ECC. Selain itu, untuk memproduksi satu ton semen sama dengan
melepas satu ton karbon dioksida ke atmosfer. Sehingga, penggantian semen
dengan abu terbang akan mengurangi pencemaran udara.

Gambar 5.1 EDCC

EDCC diplester pada dinding yang ada, terdapat tiga metode


berbeda dalam pengaplikasiannya : hand troweled, hopper spray, dan pump
spray. Bahannya bisa dikatakan menyerupai karakteristik baja ketika
lapisan tipis diaplikasikan pada permukaan yang dibutuhkan. Ketebalan
lapisan EDCC, yang diplester di atas ketinggian di permukaan dinding
partisi URM, dapat bervariasi antara 10mm hingga 20mm, diterapkan pada
salah satu atau kedua sisi dinding, tergantung pada variabel desain. Dengan
ketebalan tersebut, dinding yang diperkuat akan mampu menahan gempa
hingga 9,0 skala ritcher.

24
Gambar 5.2 Metode Pengaplikasian EDCC

Penerapan EDCC sendiri sudah ada di Kanada, yaitu di bangunan


Sekolah Dasar Dr. Annie B. Jamieson di Vancouver. Selain di Kanada,
sekolah di India juga ada menggunakan teknologi yang sama. Aplikasi
lainnya terdapat pada rumah untuk komunitas First Nations, saluran pipa,
trotoar, bangunan lepas pantai, bangunan tahan ledakan, dan lantai industry.

6.2. Kekurangan

 Desain dan proses pembuatannya yang lebih rumit dibandingkan dengan


pembuatan beton biasa. EDCC memiliki desain yang rumit menggunakan
pendekatan mikro-mekanis yang memperhitungkan interaksi antara serat
dan matriks serta antarmuka serat-matriks. Proses pembuatannya harus
menyiapkan berbagai bahan sebagai komposisinya yaitu, semen, fly ash,
silica fume, pasir, air, dan super plasticizer yang kemudian harus
ditambahkan fiber dengan sangat perlahan agar mencapai penyebaran fiber
yang tepat.

Gambar 5.3 Peralatan menimbang dan mencampur (kiri);


Campuran fiber PVA dan PET (kanan)

25
Gambar 5.4 Casting, moulding, consolidation, dan demoulded
specimen EDCC (dari kiri ke kanan).

6.3. Kelebihan

 Tidak hanya daktilitas tinggi yang membuat EDCC menjadi pilihan yang
sempurna untuk aplikasi seismik, tetapi juga EDCC ini jauh lebih hemat
biaya, praktis, dan bahan yang jauh lebih berkelanjutan, dibandingkan
dengan yang lain sistem perbaikan berbasis semen konvensional.
 EDCC juga material yang ramah lingkungan dibandingkan dengan ECC
karena penggunaan semen yang digantikan dengan fly ash.

26
BAB VII

PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh mengenai beberapa


inovasi yang sudah melalui proses penelitian, kami dapat menyimpulkan
bahwa dewasa ini semakin banyak dibutuhkan konstruksi bangunan seismic-
resistant, demi meminimalisir dampak dari kerusakan yang ditimbulkan oleh
gempa bumi. Setiap inovasi ini memiliki kelebihan dan kelemahan yang
berbeda-beda, tergantung dengan bagaimana proses yang dilalui oleh material
tersebut. Selain itu, peran manusia dalam pembuatannya dan kualitas dari
bahan campuran beton juga cukup berpengaruh demi menciptakan beton yang
memiliki kuat tekan baik.

7.2. Saran

 Perlu untuk diterapkan di Indonesia walaupun dalam konstruksi


sederhana, bukan hanya sekadar kepentingan penelitian.
 Menggali inovasi baru untuk mencari alternatif bahan campuran beton
yang lain, jika ada beberapa bahan yang sulit ditemukan di Indonesia.

27
DAFTAR PUSTAKA

Subhankar Maity and Kunal Singha: Journal of Textile Science and Technology.
Harayana, India: Department of Textile Technology, Panipat Institute of
Engineering & Technology

Andaryati, Data Iranata, Tavio: Pemodelan Struktur Dinding Beton Ringan


Pracetak untuk Rumah Tinggal Sederhana Tahan Gempa dan Cepat Bangun.
Surabaya, Indonesia: Department of Civil Engineering, Sepuluh Nopember
Institute of Technology

Unnamed Journal: Beton Ringan, Aerated Lightweight Concrete (ALC). Sumatra


Utara, Indonesia: Department of Civil Engineering, Universitas Sumatera Utara

Fitri Sulistyo Sujoko, Slamet Widodo: Pengaruh Partial Replacement Pasir


dengan Breksi Batu Apung terhadap Berat Jenis dan Kuat Tekan Beton Ringan.
Jogjakarta, Indonesia: Department of Civil Engineering, Universitas Negeri
Yogyakarta

Sinta: Proporsi Campuran dan Karakteristik Beton Ringan dengan Agregat Kasar
Lightweight Expanded Clay Agregate (LECA). Bali, Indonesia: Department of Civil
Engineering, Universitas Udayana

I Gusti Agung Neny Purnawirati, I M Alit K Salain, Dharmaputra: Properti


Mekanik Beton Ringan dengan Menggunakan Agregat Batu Apung serta Abu
Terbang sebagai Pengganti Sebagian Sement Portland dan Superplasticizer. Bali,
Indonesia: Department of Civil Engineering, Universitas Udayana

Aris Sutrisno, Slamet Widodo: Analisis Variasi Kandungan Semen Terhadap Kuat
Tekan Beton Ringan Struktural Agregat Pumice. Yogyakarta, Indonesia:
Universitas Negeri Yogyakarta.

https://theconstructor.org/concrete/fiber-reinforced-concrete/150/
(Diakses pada 4 September 2019)

28
https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/indonesia/amp/indonesia-
45086874
(Diakses pada 4 September 2019)

https://interiordesign.id/murah-ramah-lingkungan-hempcrete-material-rumah-
yang-terbuat-dari-serat-tanaman-ganja/
(Diakses pada 4 September 2019)

https://www.propertyinside.id/2018/02/25/selain-ramah-lingkungan-bahan-
bangunan-dari-serat-ganja-juga-tahan-gempa/
(Diakses pada 4 September 2019)

https://kharisibnuayyash.wordpress.com/2012/11/25/bangunan-berbahan-dasar-
serat-ganja-hempcrete/
(Diakses pada 4 September 2019)

https://properti.kompas.com/read/2018/12/10/105253121/pertama-di-dunia-
rumah-dari-serat-ganja?page=all
(Diakses pada 4 September 2019)

http://www.lgn.or.id/negara-produsen-hemp-terbesar-di-dunia/
(Diakses pada 4 September 2019)

https://www.academia.edu/19792225/Jurnal_Beton
(Diakses pada 3 September 2019)

https://www.designindaba.com/articles/creative-work/researchers-develop-edcc-
new-earthquake-resistant-
concrete#targetText=Called%20Eco%2Dfriendly%20Ductile%20Cementitious,ac
cording%20to%20a%20press%20release.
(Diakses pada 6 September 2019)

29
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877705817360472
(Diakses pada 6 September 2019)

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877705817360551
(Diakses pada 6 September 2019)

30

Anda mungkin juga menyukai