Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugrahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan dari
praktikum untuk mata kuliah “Perencanaan Perkerasan Jalan” ini dengan baik.
Laporan ini berisi tentang hasil pengujian dan perhitungan bahan perkerasan jalan.

Laporan ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan
berbagai pihak diantaranya; asisten dosen selaku pembimbing kami selama praktikum
berlangsung, Bapak Muhammad Isradi ST, MT selaku dosen pengampu mata kuliah
Perencanaan Perkerasan Jalan jurusan teknik sipil Universitas Mercubuana Jakarta
Kampus D. Kelompok 2 yang telah berkontribusi secara maksimal. Oleh karena itu kami
sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan fikirannya yang telah diberikan.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan


praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Akhir kata Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk kelompok
kami khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya.

Bekasi, 4 Januari 2019

penyusun

1
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ............................................................................................. i


Kata Pengantar...................................................................................................... 1
Daftar isi ................................................................................................................ 2

Pendahuluan ......................................................................................................... 3

Pelaksanaan Praktikum

I. Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen............................................................. 4

II. Berat Jenis Bitumen Keras dan Ter.......................................................... 9

III. Daktilitas Bahan-Bahan Bitumen ............................................................. 14

IV. Keausan Agregat dengan Mesin Los Angles ........................................... 18

V. Titik Lembek Aspal ................................................................................... 25

VI. Campuran Aspal dengan Alat Marshal .................................................... 31

Penutup ................................................................................................................. 38

2
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila di panaskan dan


akan membeku/mengental apabila didinginkan, namun demikian prinsip material
tersebut terhadap suhu prinsipnya membentuk sautu sprektum/beragam
tergantung komposisi unsur unsur penyusunnya.

Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau


dapat ditemukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam
yang ditemukan bersama sama material lain. Aspal dapat pula diartikan sebagai
bahan pengikat pada campuran beraspal yang terbentuk dari senyawa-
senyawa komplek seperti Asphaltenese, Resins dan Oils. Aspal mempunyai sifat
visco-elastis dan tergantung dari waktu pembebanan.
Pada penelitian ini kami akan melakukan percobaan untuk mengetahui
berat jenis, aspal, pengujuan penetrasi pada aspal, menghitung titik lembek
aspal dan mix design untuk mengetahui kriteria aspal yang baik untuk
diimplementasikan pada konstruksi perkerasan jalan.

2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Dapat memahami prosedur pelaksanaan pengujian penetrasi bahan –


bahan bitumen

2. Sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian untuk


menentukan berat jenis bitumen keras dan ter.

3. Mengetahui jenis bahan / asphal dan pelaksanaan penerapan


perkerasan jalan yang benar untuk di implementasikan sebenarnya.

3
(A-1)
PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
(SNI-06-2456-1991)
(AASHTO T-49-68)
(ASTM D-5-71)

1.1. Maksud dan Tujuan

 Metode ini dimaksudkan untuk menentukan nilai kekerasan aspal dengan


melakukan uji penetrasi bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid)
yang mana akan dijadikan acuan dalam penggunaan aspal di lapangan
dengan menggunakan alat penetrometer.
 Tujuan metode ini adalah :
1 Dapat memahami prosedur pelaksanaan pengujian penetrasi bahan
– bahan bitumen
2 Dapat terampil menggunakan peralatan pengujian penetrasi aspal
dengan baik dan benar.
3 Dapat melakukan pencatatan dan analisa data pengujian yang
diperoleh
4 Dapat menyimpulan besarnya nilai aspal yang diuji berdasarkan
standar yang diacu
1.2. Dasar Teori
 Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila di panaskan dan
akan membeku/mengental apabila didinginkan, namun demikian prinsip
material tersebut terhadap suhu prinsipnya membentuk sautu
sprektum/beragam tergantung komposisi unsur unsur penyusunnya.
 Penetrasi adalah masuknya jarum penetrasi ukuran tertentu, beban
tertentu dan waktu tertentu ke dalam aspal pada suhu tertentu.

1.3. Alat dan Bahan


1.3.1. Alat Praktikum
1. Asphalt enetrometer, berfungsi sebagai pengukur penetrasi aspal
2. Jarum Penetrasi, merupakan bagian dari penetrometer yang
berfungsi sebagi alat untuk menentukan nilai penetrasi pada
aspal
3. Stopwatch, sebagai penghitung waktu penetrasi.

4
Gambar 1.3.1.1 (Asphalt penetrometer)

Gambar 1.3.1.2 (Jarum penetrasi terbuat dari stainless steel)

1.3.2. Bahan Praktikum


1. Bitumen keras
2. Gliserin

Gambar 1.3.2.1 (Bitumen keras )

5
1.4. Pelaksanaan Pengujian

Hari : Sabtu
Tanggal : 20 Oktober 2018
Tempat : Lab Sipil Mercu Buana Bekasi
Jam : 11:30 – 12:30
Langkah =
1. Oleskan gliserin pada jarum penetrometer, hal ini berfungsi supaya
jarum tidak melekat dengan bahan uji.
2. Letakkan benda uji I ( bitumen ) ke atas alat penetrasi tepat di bawah
jarum yang sudah dipasang pada alat penetrometer.
3. Kalibrasi penetrometer hingga jarum berada tepat di titik 0

4. Lalu nyalakan alat dengan menekan tombol power dan tekan tombol
start, diamkan 5 detik sampai terdengar bunyi dari penetrometer, lalu
lepaskan pemegang jarum bersamaan dengan bunyi dari tombol
otomatis.

5. Jarum akan menunjukkan angga hasil pengujian dari bitumen.


Kemudian catatlah hasil dari penetrasi/penurunan tersebut. Lakukan
5 kali percobaan di titk yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan hasil rata-rata pengujian pada permukaan bitumen.

6
1.5. Rumus Pengujian
Hasil penetrasi rata rata dari kedua benda uji :

𝑨𝟏+𝑨𝟐+𝑨𝟑+𝑨𝟒+𝑨𝟓
Benda Uji 1 = = A‘
𝒏

𝑩𝟏+𝑩𝟐+𝑩𝟑+𝑩𝟒+𝑩𝟓
Benda Uji 2 = = B‘
𝒏

1.6. Sketsa dan Tabel Data


Pemeriksaan penetrasi pada Sampel
1 2
25° 100 gram 5 detik
1 168 186
2 169 184
3 172 185
4 170 187
5 174 180

1.7. Hitungan dan Grafik Hasil Pengujian


Berdasarkan SNI 06 – 2456 – 1991 nilai penetrasi dinyatakan sebagai
rata-rata sekurang-kurangnya dari tiga pembacaan dengan ketentuan
bahwa hasil pembacaan tidak melampaui ketentuan dibawah ini :
Hasil Penetrasi 0 - 49 50 – 149 150 - 249 >250
Toleransi atau maksimum
perbedaan nilai penetrasi antara
yang tertinggi dengan yang terendah 2 4 6 8

𝟏𝟔𝟖+𝟏𝟔𝟗+𝟏𝟕𝟐+𝟏𝟕𝟎+𝟏𝟕𝟒
Benda Uji 1 = = 170,6
𝟓

Toleransi = ( rata rata – angka toleransi ) = 170,6 – 60 = 110,6

7
𝟏𝟖𝟔+𝟏𝟖𝟒+𝟏𝟖𝟓+𝟏𝟖𝟕+𝟏𝟖𝟎
Benda Uji 2 = = 184,4
𝟓
Toleransi = ( rata rata – angka toleransi ) = 184,4 – 60 = 124,4

Pembagian Kekerasan dan Kekenyalan (SNI 06-2456-1991)


Aspal Pen 40/50 = jarum penetrasi benda pada range 40 – 59
Aspal Pen 60/70 = jarum penetrasi benda pada range 60 – 79
Aspal Pen 85/100 = jarum penetrasi benda pada range 85 – 100
Aspal Pen 120/150 = jarum penetrasi benda pada range 120 – 150
Aspal Pen 200/300 = jarum penetrasi benda pada range 200 – 300
Dilihat dari kekerasan dan kekenyalan aspal benda uji digolongkan kedalam
aspal pen 120/150 dengan penurunan jarum antara 200 – 300 mm.

1.8. Tabel Rekapitulasi


Pemeriksaan penetrasi pada Sampel
1 2
25° 100 gram 5 detik
1 168 186
2 169 184
3 172 185
4 170 187
5 174 180
Rata – rata 170,6 184,4
Toleransi 110,6 124,4

1.9. Kesimpulan
Hasil dari data praktikum yang di dapat adalah sebagai berikut :
Dari nilai penetrasi rata-rata yang di dapat pada kedua sampel aspal atau
bitumen tersebut di dapat :
1. Sampel I : 170,6
2. Sampel II : 184,4
Dari praktikum ini dapat kita katakan bahwa bahan tersebut diatas
memenuhi syarat sesuai Tabel Aspal Pen SNI 06-2456-1991 namun hanya
digunakan untuk daerah bercuaca dingin dan lalu lintas rendah dan sangat
tidak dianjurkan untuk daerah bercuaca panas dan volume lalu lintas tinggi.
Karena jika ingin digunakan untuk daerah bercuaca panas, hasil
pemeriksaan aspal penetrasi maksimal 60/70 Laston, yaitu dengan
spesifikasi minimal 60 mm dan maksimal 79 mm.

8
(A-2)
BERAT JENIS BITUMEN KERAS DAN TER

(SNI-06-2432-1991)

(AASHTO T-51-74)

(ASTM D-113-69)

2.1 Maksud Dan Tujuan

Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan


pengujian untuk menentukan berat jenis bitumen keras dan ter.

2.2 Dasar Teori

Berat jenis bitumen dan ter adalah perbandingan antara berat bitumen dan
berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.

2.3 Alat Dan Bahan

2.3.1. Alat Praktikum :

1. Piknometer

2. Timbangan

Gambar 2.3.1.1 (Piknometer)

9
Gambar 2.3.1.2 (Timbangan)

2.3.1. Bahan Praktikum


1. Bahan Uji
2. Air
3. Glicerin

Gambar 2.3.1.3 (Benda Uji)

2.4. Pelaksanaan Pengujian


Hari : Sabtu
Tanggal : 20 Oktober 2018
Tempat : Lab Sipil Mercu Buana Bekasi
Jam : 12:30 – 13:30
Langkah =

10
1. Timbang piknometer
2. Isi piknometer dengan air hingga batas leher piknometer,
kemudian ditimbang lagi. Setelah itu buang air yang ada di dalam
piknometer. Hal ini bertujuan untuk mengetahui berat
piknometer dan berat air.

3. Siapkan bola-bola aspal dengan diameter kurang lebih 0,5 cm


(agar aspal mudah dikeluarkan setelahnya), lalu masukan ke
dalam piknometer hingga terisi separuh dari piknometer

11
4. Timbang piknometer yang sudah terisi bola bola aspal

5. Isi piknometer yang terisi bola-bola dengan air hingga leher


piknometer, lalu timbang kembali.

2.5. Rumus Pengujian


Berat jenis aspal dapat dihitung dengan rumus :
(𝐶−𝐴)
BJ = (𝐵−𝐴)−(𝐷−𝐶)
Dimana :
A : berat piknometer (gr)
B : berat piknometer berisi air (gr)
C : berat piknometer berisi bola bola aspal (gr)
D : berat piknometer berisi bol bola aspal dan air (gr)

12
2.6. Sketsa dan Tabel Data

No Uraian Sample

1 Berat piknometer 67 gr
2 Berat piknometer + benda uji 88 gr
3 Berat piknometer + air 160 gr
4 Berat piknometer + benda uji + air 158 gr

2.7. Hitungan dan Grafik Hasil Pengujian


(88−67)
BJ = (160−67)−(158−88)
= 0,91 gr/ml

2.8. Tabel Rekapitulasi

No Uraian Sample

1 Berat piknometer 67 gr
2 Berat piknometer + benda uji 88 gr
3 Berat piknometer + air 160 gr
4 Berat piknometer + benda uji + air 158 gr
Berat Jenis Aspal Keras 0,91 gr
2.9. Kesimpulan
Dari pengujian berat jenis bitumen didapat sebesar 0,91 gr, jadi aspal
yang diuji tidak termasuk kedalam berat jenis aspal yang diizinkan dan
aspal yang diuji tidak baik digunakan untuk kontruksi bangunan dan
perkerasan jalan karena tidak sesuai dengan syarat minimum SNI 06-
2488-1991 yaitu min 1 gr.

13
(A-3)
DAKTILITAS BAHAN – BAHAN BITUMEN

(SNI-06-2432-1991)

(AASHTO T-51-74)

(ASTM D-113-69)

3.1.Maksud dan Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengukur jarak terpanjang yang dapat


ditarik antara dua cetakan yang berisi bitumen keras sebelum putus pada suhu
dan kecepatan tarik tertentu.
3.2. Dasar Teori
Daktilitas adalah sifat pemuluran aspal yang dapat diukur pada saat putus.

3.3. Alat dan Bahan


3.3.1 Alat Praktikum
1. Thermometer
2. Cetakan daktilitas kuningan
3. Mesin Uji
4. Stopwatch

Gambar 3.3.1.1 (Termometer)

Gambar 3.3.1.2 (Cetakan daktilitas kuningan)

14
Gambar 3.3.1.c (Mesin uji)

Gambar 3.3.1.3 (Stopwatch)


3.3.2 Bahan Praktikum

1. Gliserin

2. Aspal

3. Air
3.4. Pelaksanaan Pengujian
Hari : Sabtu
Tanggal : 27 Oktober 2018
Tempat : Lab Sipil Mercu Buana Bekasi
Jam : 12:15 – 13:00
Langkah =
1. Lapisi cetakan daktilitas dengan gliserin, kemudian pasang cetakan
daktilitas diatas plat.
2. Panaskan aspal sehingga cair dan dapat dituang.
3. Pada waktu mengisi cetakan, tuang hati hati dari ujung ke ujung
cetakan.
4. Dinginkan cetakan.

15
5. (Gambar 3.4.1) Lepaskan benda uji dari plat dasar dan sisi cetaknya,
dan pasang pada alat mesin uji yang berisi air.

6. (Gambar 3.4.2) Tarik benda uji secara teratur dengan alat penguji
otomatis, sampai benda uji putus. Dan catatlah pertambahan
panjang setiap menitnya.

16
3.5. Tabel Rekaptulasi
Menit Panjang

1 15,5 cm
2 29 cm

3 42 cm

4 55 cm

5 67,5 cm

6 79,5 cm

7 92 cm

8 105 cm

9 117 cm

3.6. Kesimpulan
Menurut SNI 06–2432–1991, AASHTO T–51–74 , dan ASTM D–113–71 jarak
minimum putus pada aspal ialah 100 cm. Dari praktikum yang kami lakukan,
pada saat mencapai tarikan sepanjang 117 cm, aspal sudah terputus. Sehingga
daktilitas aspal tersebut memenuhi syarat untuk digunakan dalam perkerasan
jalan.

17
(A-4)
KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN LOS ANGELES

(SNI-M-02-1990-F)

(AASHTO T-96-74*)

(ASTM C-535-9*)

4.1. Maksud dan Tujuan


Praktikum ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan agregat kasar
terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles. Keausan tersebut
dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan No.
12 terhadap berat semula, dalam persen.

4.2. Alat dan Bahan


4.2.1. Alat Praktikum

Gambar 4.2.1.1 ( Mesin Los Angeles )

18
Gambar 4.2.1.2 ( Bola Baja )

Gambar 4.2.1.3 ( Timbangan )

Gambar 4.2.1.4 ( Saringan 3“, 2“, dan 1,5“ )

19
4.2.2. Bahan Praktikum

Gambar 4.2.2.1 ( agregat kasar )

4.3. Pelaksanaan Pengujian

Hari : Sabtu
Tanggal : 27 Oktober 2018
Tempat : Lab Sipil Mercu Buana Bekasi
Jam : 13:00 – 14:00
Langkah =
1. Siapkan alat dan bahan

2. (Gambar 4.3.1) Pecahkan agregat kasar hingga dapat lolos saringan

20
3. (Gambar 4.3.2) Timbang agregat dengan total berat 10 kg yang dibagi
menjadi : (Gradasi E)
i. Saringan 3“ = 2500 gr
ii. Saringan 2“ = 2500 gr
iii. Saringan 1,5“ = 5000 gr

4. (Gambar 4.3.3) Masukan semua agregat yang telah ditimbang


bersamaan dengan 12 bola baja ke dalam mesin los angeles. Lalu
tutup mesin dengan rapat.

21
5. (Gambar 4.3.4) Nyalakan mesin los angeles, dan atur mesin. Mesin
akan berputar sebanyak 1500 putaran. Untuk 1 menit dapat mencapai
kurang lebih 45 putaran.

6. (Gambar 4.3.5) Setelah mesin berhenti berputar, buka penutup mesin


lalu keluarkan agregat beserta bola baja. Arahkan agregat atau benda
uji kebawah agar dapat dikeluarkan dengan mudah.

22
7. (Gambar 4.3.6) Ambil bola baja dan agregat

8. (Gambar 4.3.7) Pisahkan agregat yang tertahan saringan no.12. Lalu


ditimbang.

4.4. Rumus Pengujian


Berat jenis aspal dapat dihitung dengan rumus :
𝑎−𝑏
Keausan = x 100%
𝑎
Dimana :
a : berat benda uji semula (gr)
b : berat benda uji tertahan saringan No. 12 (gr)

4.5. Data Rekapitulasi


Berat agregat kasar = 9710 gr
Berat agregat yang tertahan saringan No.12 = 8890 gr

23
4.6. Hitungan Rekapitulasi
9710−8890
Keausan = x 100%
9710

= 8,4 %

4.7. Kesimpulan
Berdasarkan SNI 03-2417-1991 bahwa, nilai keausan agregat kasar yang baik
itu adalah kurang dari 40 %. Jika nilai keausan lebih besar dari 40 % maka
dinyatakan bahwa nilai keausan agregat kasar kurang baik. Dari hasil
praktikum yang telah dilakukan, didapat nilai keausan agregat yaitu 8,4 %. Jadi,
nilai keausan agregat kasar pada praktikum ini baik karena memenuhi SNI.

24
(A-5)
TITIK LEMBEK ASPAL
PA. 0302. 76
(AASHTO T-53-74)

5.1. Maksud dan Tujuan


Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
pelaksanaan untuk menentukan nilai titik lembek yang berkisar antara
30°C sampai 200°C.

5.2. Dasar Teori


Titik lembek aspal adalah kondisi dimana aspal mengalami lembek
pada suhu tertentu ditandai dengan bola baja dengan berat tertentu
turun mendesak lapisan aspal yang ada pada cincin cetakan turun
menyentuh pelat dasar dibawah cincin pada tinggi 25,4 mm akibat
kecepatan pemanasan dengan suhu tertentu.

5.3. Alat dan Bahan


5.3.1. Alat Praktikum
1. Thermometer
2. Pelat kuningan
3. Cincin kuningan dan bola baja
4. Bejana
5. Kompor listrik

Gambar 5.3.1.1 (Thermometer)

25
Gambar 5.3.1.2 (Pelat Kuningan)

Gambar 5.3.1.3 (Cincin Kuningan dan Bola baja)

Gambar 5.3.1.4 (Gelas Bejana)

26
Gambar 5.3.1.5 (Dudukan benda uji)

Gambar 5.3.1.6 (Kompor Listrik)

5.3.2. Bahan Praktikum


1. Air
2. Benda uji

5.4. Pelaksanaan Pengujian


Hari : Sabtu
Tanggal : 01 Desember 2018
Tempat : Lab Sipil Mercu Buana Bekasi
Jam : 13:00 – 13:40
Langkah =

27
1. (Gambar 5.4.1) Bejana diisi air hingga penuh.
2. Siapkan kompor
3. Letakan tatakan bejana diatas kompor. Dan letakkan bejana yang
sudah terisi air diatas kompor.
4. Lalu letakan 2 bola baja di tengah tengah cincin kuningan. Setelah
itu dimasukkan ke dalam bejana yang telah diisi air.
5. Nyalakan kompor, ukur suhu dengan termometer. Suhu awal 26ᵒC
6. Perhatikan bola baja kanan dan kiri, kapan akan jatuh.
7. Cek suhu dan catat setiap menit

8. (Gambar 5.4.2) Setelah jatuh, catat suhu dan waktunya di menit


keberapa bola baja itu jatuh.

28
5.5. Sketsa dan Tabel Data
Suhu yang
Waktu (detik) Titik Lembek °C
No
di amati
°C °F I II Sample kanan Sample Kiri
1 27° 1 1
2 27,5° 2 2
3 27,7° 3 3
4 28° 4 4
5 29° 5 5
6 30,3° 6 6
7 32,3° 7 7
8 34,7° 8 8
9 37,2° 9 9
10 39,7° 10 10
11 42° 11 11
12 44,8° 12 12
13 46,5° 13 13
14 48,2° 14 14
15 50° 15 15
16 51,8° 16 16
17 53,1° 17 17 17 menit 30 detik
18 53,4° 18 18 18 menit
19 55,4° 19 19

5.6. Hitungan dan Grafik Hasil Pengujian


Jenis Pengujian Metode Pengujian Min Max

Titik Lembek Aspal SNI 06-2434-1991 30°C 200°C

29
5.7. Tabel Rekapitulasi
Suhu yang
Waktu (detik) Titik Lembek °C
No
di amati
°C °F I II Sample kanan Sample Kiri
1 27° 1 1
2 27,5° 2 2
3 27,7° 3 3
4 28° 4 4
5 29° 5 5
6 30,3° 6 6
7 32,3° 7 7
8 34,7° 8 8
9 37,2° 9 9
10 39,7° 10 10
11 42° 11 11
12 44,8° 12 12
13 46,5° 13 13
14 48,2° 14 14
15 50° 15 15
16 51,8° 16 16
17 53,1° 17 17 17 menit 30 detik
18 53,4° 18 18 18 menit
19 55,4° 19 19

5.8. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, bahan uji bitumen yang
digunakan merupakan jenis bitumen yang cukup baik untuk digunakan untuk
perkerasan jalan, karena bola baja jatuh di suhu yang masih dalam rentang
48° - 58°.

30
(A-6)
CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHAL
(AASHTO T-245-74)
(ASTM D-1559-62T)

6.1. Maksud Dan Tujuan


Praktikum ini dimaksudkan untuk mempersiapkan sampel yang digunakan
untuk kegiatan praktikum selanjutnya, yaitu campuran aspal dengan marshall.
Dengan mencampurkan semua agregat aspal yang disediakan menurut
presentase kadar aspal masing – masing.

6.2. Alat dan Bahan


6.2.1. Alat Praktikum
1. Cawan
2. Kompor / pemanas aspal
3. Wajan
4. Spatula
5. Hammer
6. Extruder
7. Mold
8. Timbangan

Gambar 6.2.1.1 ( Cawan )

Gambar 6.2.1.2 ( Kompor )

31
Gambar 6.2.1.3 ( Wajan )

Gambar 6.2.1.4 ( Spatula )

Gambar 6.2.1.5 ( Hammer )

Gambar 6.2.1.6 ( Extruder )

32
Gambar 6.2.1.7 ( Mold )

Gambar 6.2.1.8 ( Timbangan )

6.2.2. Bahan Praktikum

(Gambar 6.2.2.1) Agregat dan Aspal

33
6.3. Pelaksanaan Pengujian
Hari : Sabtu
Tanggal : 22 Desember 2018
Tempat : Lab Sipil Mercu Buana Bekasi
Jam : 11:30 – 13:00
Langkah =

(Atur timbangan sesuai tabel 11.5 kolom agregat)

(Timbang agregrat sesuai saringan yang telah ditentukan)

(Letakan aspal di dalam wajan)

34
(Letakan agregat didalam wajan diantara aspal bitumen yang berada di tengah
wajan, panaskan hingga bitumen mencair diantara agregat sampai suhu 150
derajat)

( Siapkan 2 kertas lingkaran seukuran cetakan mold. Taruhkan 1 kertas


dibawah cetakan dan satu lagi untuk penutup atas )

( Setelah aspal mencair kemudian diaduk dengan agregat hingga rata )

35
( Masukan cetakan tersebut keatas alat cetakan dan dipadatkan dengan
cara ditumbuk sebanyak 75 kali tumbukan. Lakukan pada sisi atas dan
bawah. Kemudian hasil tumbukan dalam cetakan tersebut di diamkan selama
24 jam.)

( Rendam sampel dalam air kurang lebih 24 jam. Timbang berat dan catat
hasilnya. )

6.4. Rumus Perhitungan


Berat aspal = kadar aspal x 1000 gr
Berat agregat = 1000 gr – berat aspal

36
6.5. Sketsa dan Tabel Data

Titik % Berat agregat


No Saringan % lolos
tengah Tertahan %
1 - 100 100 - -
2 ½ 85-100 92,5 7,5 68,625
3 3/8 65-85 75 17,5 160,125
4 4 45-65 59 16 146,4
5 8 34-45 39,5 19,5 178,425
7 30 20-34 27 12,5 114,375
8 50 16-26 21 6 54,9
9 100 10-18 14 7 64,05
10 200 5-10 7,5 6,5 59,475
PAN - - 7,5 68,625
Jumlah - - 100 % 915
6.6. Penghitungan Berat Agregat
Berat Aspal = kadar aspal x 1000 gr
= 8,5 % x 1000 gr
= 85 gr
Berat agregat total = 1000 – berat aspal
= 1000 gr – 65 gr
= 915 gr

6.7. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan yang kami lakukan, kami menyimpulkan bahwa
semakin besar kadar aspalnya, dia akan semakin melekatkan agregat –
agregatnya sehingga beratnya semakin ringan tetapi lebih kuat.

37
PENUTUP

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hikmat-Nya selama kami menyusun laporan ini.
Dengan tersusunnya laporan ini berarti telah terpenuhi tugas kami dalam
praktikum serta penyusunan laporan untuk mata kuliah Perencanaan
Perkerasan Jalan. Kami menyadari bahwa laporan kami masih belum sempurna
dan masih banyak kekurangan. Namun berkat bimbingan dan pengarah dosen
juga asisten dosen serta beberapa pihak yang telah banyak membantu, maka
kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Kami mohon maaf yang sebesar besarnya bila dalam penyusunan
laporan ini masih banyak kekurangan. Dari kami berharap laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

38

Anda mungkin juga menyukai