Disusun Oleh :
UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS TEKNIK
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmatnya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Perkerasan Jalan ini
tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini kami juga tidak lupa berterimakasih kepada Bapak Ir.I
Wayan Muliawan,.MT sebagai dosen pengampu mata kuliah dan Bapak I Wayan
Ariyan Basoka, ST.,M.Eng. sebagai dosen pembimbing, serta Bapak I Wayan Alit
Setiawan sebagai teknisi yang telah membantu kami dalam penyelesaian Laporan
Praktikum Perkerasan Jalan ini. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah memberikan masukan dalam penyusunan Laporan
Praktikum Perkerasan Jalan ini.
Demikian laporan ini kami laporkan agar dapat dipergunkan sesuai dengan
kebutuhan informasi yang diperlukan untuk merencanakan struktur perkerasan
jalan, untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
2.1 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland ....................... 3
3.1 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland ....................... 7
iii
3.3.1 Prosedur Pengujian ......................................................................... 16
4.1. Hasil Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland ........... 20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai seorang mahasiswa sipil kita harus mengetahui dan memahami setidaknya
teori dasar dan tata cara pengujian suatu agregat aspal di laboratorium yang baik di
gunakan di dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan raya.banyak metode
yang dapat di gunakan dalam pengujian agregat aspal yaitu
3. Pengujian daktilitas.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland
2.1.1 Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur suhu dimana aspal mulai dapat
mengeluarkan nyala api dan terbakar akibat pemanasan dengan menggunakan
Cleveland Open Cup. Suhu yang didapatkan ini adalah sebagai stimulasi terhadap
suhu maksimum yang bisa terjadi pada aspal sampai aspal mengalami kerusakan
permanen.
2.1.2 Pendahuluan
Terdapat dua metode praktikum yang umum dipakai untuk menentukan titik
nyala dari bahan aspal. Praktikum untuk Aspal Cair (cutback) biasnaya dilakukan
dengan menggunakan alat tagillabuo Open Cup, sementara untuk bahan aspal
dalam bentuk padat biasanya digunakan alat Cleveland Open Cup. Kedua metode
tersebut pada prinsipnya adalah sama, walau pada metode Cleveland Open Cup,
bahan aspal dipanaskan di dalam tempat besi yang direndam didalam bejana air,
sedangkan pada metode Tagliabue Open Cup, pemanasan dilakukan pada tabung
kaca.
Pada kedua metode tersebut, suhu dari material aspal ditingkatkan secara bertahap
pada jenjang yang tetap. Seiring kenaikan suhu, titik api kecil dilewatkan di atas
permukaan sampel yang dipanaskan tersebut. titik nyala ditentukan sebagai suhu
terendah dimana percikan api pertama kali terjadi sedangkan titik bakar ditentukan
sebagai suhu dimana sampel terbakar.
Misalnya dari hasil pengujian didapatkan temperature titik nyala adalah 344°C dan
titik bakar adalah 354°C yang berarti memenuhi syarat minimum temperature titik
nyala oleh Bina Marga untuk aspal PEN 40-60(200°C) titik nyala dan titik bakar
aspal perlu diketahui karena:
3
• Agar karakteristik aspal tidak berubah (rusak) akibat dipanaskan melebihi
temperature titik bakar
2.2.2 Pendahuluan
Aspal adalah material tempoplastik yang secara bertahap mencari, sesuai
dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu,
prinsipnya membentuk suatu spectrum/beragam, tergantung dari komposisi unsur-
unsur penyusunnya.
Dalam percobaan ini titik lembek ditujukan dengan suhu pada saat bola
baja, dengan berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang
tertahan di dalam cincin berukuran tertentu sehingga aspal atau ter tersebut
menyentuh pelat dasar yang terletak pada tinggi tertentu sebagai akibat kecepatan
pemanasan.
Titik lembek menjadi salah satu batasan dalam penggolongan aspal dan ter.
Titik lembek haruslah diperhatikan saat akan membangun konstruksi pekerjaan
jalan. Titik lembek hendaknya lebih tinggi dari suhu permukaan jalan sehingga
tidak terjadi pelelehan aspal akibat temperatur permukaan jalan, titik lembek aspal
dan ter adalah 30°C-200°C yang artinya masih ada nilai-nilai titik lembek yang
4
hampir sama dengan suhu permukaan jalan pada umumnya.Untuk itu dilakukan
usaha untuk mempertinggi titik lembek ini antara lain dengan menggunakan filter
terhadap campuran beraspal.
Metode Ring and Ball yang umumnya diterapkan pada bahan aspal dan ter
ini dapat mengukur titik lembek bahan semisolid sampai solid. Titik lembek adalah
besarnya suhu dimana aspal mencapai derajat kelembekan (mulai meleleh) dibawah
kondisi spesifik dari tes. Berdasarkan tes/apparatus yang ada disimpulkan bahwa
pengujian titik lembek dipengaruhi banyak faktor/.
Spesifikasi Bina Marg tentang titik lembek untuk aspal keras Pen 40 (Ring
And Ball Test) adalah 51°C (minimum) dan 63°C (maksimum), sedangkan untuk
Pen 60 adalah minimum 48°C dan maksimum 58°C.
5
2.3.2 Pendahuluan
Sifat reologis daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan aspal
terhadap retak dalam penggunaannya sebagai lapis perkerasan. Aspal dengan
daktilitas yang rendah akan mengalami retak-retak dalam penggunaannya karena
lapisan perkerasan mengalami perubahan suhu yang agak tinggi. Oleh karena itu
aspal perlu memiliki dektilitas yang cukup tinggi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui salah satu sifat mekanik bahan
bitumen yaitu kekenyalan yang diwujudkan dalam bentuk kemampuannya untuk
ditarik yang memenuhi syarat jarak tertentu (dalam pemeriksaan ini adalah 100 cm)
tanpa putus. Apabila bahan bitumen tidak putus setelah melewati jarak 100 cm,
maka dianggap bahan ini mempunyai sifat daktilitas yang tinggi.
Mesin uji biasanya mempunyai alat ukur sampai dengan 100 cm. Hal yang
sering terjadi dalam pemeriksaan daktilitas adalah bahwa jarak penarikan sampel
umunya selalu di atas 100 cm yang menunjukan bahwa sampel ini mempunyai
daktilitas tinggi. Permasalahan yang timbul adalah akibat keterbatasan mesin uji
dalam mengukur jarak putus sampel, kita tidak mengetahui seberapa besar daktilitas
yang dimiliki benda uji. Oleh karena itu, masih diperlukan jenis pemeriksaan lain
yang dapat mengukur daktilitas maksimum bahan bitumen yang melewati jarak 100
cm.
6
BAB III
METODELOGI
Waktu pelaksanaan praktikum:
Mulai
Pemanasan aspal
Suhu ke 3150C
selesai
7
3.1.1 Prosedur Pengujian
Pengujian berdasarkan pada SK SNI M-19-1990-F atau yang sejnisnya
adalah dari AASHTO T 48-99: 1990 atau juga ASTM D 92-78. Pada dasarnya
ketiga jenis pengujian ini adalah sama.
Peralatan:
2. Nyala penguji, yaitu nyala api yang dapat diatur dan memberikan
nyala dengan diameter 3,2 sampai 4,8 mm dengan panjang tabung
7,5cm.
8
1. Panaskan contoh aspal antara 148,9°C sampai 176°C sampai cukup
air.
Langkah-langkah pengujian
2. Letakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik
tengah cawan.
9
4. Nyalakan kompor dan atur pemansan sehingga kenaikan suhu
adalah 15°C tiap menit sampai mencapai suhu 56° C di bawah titik
nyala yang diperkirakan untuk selanjutnya kenaikan suhu 5°C
sampai 6°C/menit.
10. Lanjutkan pekerjaan di atas sampai terlihat nyala singkat pada suatu
titik di atas permukaan benda uji.
10
3.2 Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter
Mulai
Pemanasan aspal
Pengujian titik
lembek
Suhu ke 49C0
selesai
3.2.1 Peralatan
1. Cincin kuningan (lihat bag. Gambar alat)
2. Bola baja, diameter 9,53 mm berat 3,45 gr sampai 3,55 gr
3. Dudukan benda uji, lengkap dengan pengarah bola bja dan plat dasar yang
mempunyai jarak tertentu.
4. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak diameter dalam 8,5 cm dengan
tinggi dan tinggi ± 12 cm berkapasitas 900 ml (lihat bag. Gambar alat)
5. Thermometer
6. Penjepit
7. Alat pengarah bola
11
Gambar 3.2.1 Cincin Kuningan
Gambar 3.2.2 Bejana gelas dengan thermometer, cincin kuninga, bola baja dan
pengarah bola
1. Panaskan contoh aspal perlahan-lahan sambil diaduk terus menerus hingga cair
merata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar
gelembung-gelembung udara cepat keluar.
12
2. Setelah cair merata tuanglah contoh ke dalam dua buah cincin. Suhu
pemanasan aspal tidak melebihio 56°C di atas titik lembeknya dan untuk aspal
tidak melebihi 111°C di atas titik lembeknya.
3. Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu tuang conoh, dan letakkan
kedua cincin di atas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari cmapuran
liserin dan jhoson
4. Tuang contoh ke dalam 2 buah cicnin, diamkan pada suhu 5°C di bawah titik
lembeknya 10 sampai 30 menit.
13
5. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang
telah dipanaskan.
Langkah-langkah pengujian
14
3.3 Pengujian Daktilitas Bahan-Bahan Bitumen
Mulai
Pemanasan aspal
Pengujian daktilitas
bahan-bahan bitumen
selesai
15
3.3.1 Prosedur Pengujian
Acuan pengujian yang umum digunakan adalah dari SK SNI.M 18-1990F,
yang mengadopsi dari AASHTO T51-89 dan ASTM D 113-79. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada diagram alir pengujian
3.3.2 Peralatan
1. Cetakan kuningan, cetakan ini terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian yang disebut
clip dengan sebuah lubang pada bagian belakang dan bagian samping cetakan
yang berfungsi sebagai pengunci clip sebelum cetakan ini diuji. Pada saat
pengujian, bagian samping ini harus dilepas
2. Pelat alas cetakan
3. Bak perendam, isi 10 liter yang dapat mempertahankan suhu pemeriksaan
dengan toleransi yang tidak lebih dari 0.5o C dari suhu pemeriksaan.
Kedalaman air pada bak ini tidak boleh kurang dari 100 mm di bawah
permukaan air. Bak tersebut diperlengkapi dengan pelat dasar berlubang yang
diletakkan 50 mm dari dasar bak perendam untuk meletakkan benda uji. Air
di dalam bak perendam harus bebas dari oli dan kotoran lain serta bebas dari
bahan organic lain yang mungkin tumbuh di dalam bak
4. Termometer
5. Mesin uji yang dapat menjaga sampel tetap terendam, tidak menimbulkan
getaran selama pemeriksaan dan dapat menarik benda uji dengan kecepatan
tetap
6. Alat pemanas, untuk mencairkan bitumen keras
7. Methyl alcohol teknik dan sodium klorida teknik
16
Gambar 3.3.2 Mesin Uji Daktilitas
2. Lapisi bagian atas dan bawah cetakan serta permukaan pelat alat cetakan
dengan bahan campuran dextrin dan glycerin atau amalgam
17
3. Pasang cetakan daktilitas di atas pelat dasar
4. Panaskan contoh bitumen kira-kira 100 gram sehingga cair dan dapat
dituang. Untuk menghindarkan pemanasan setempat, lakukan dengan hati-
hati. Pemanasan dilakukan sampai suhu antara 80 sampai 100o C di atas titik
lembek
18
6. Dinginkan cetakan pada suhu ruang 30 sampai 40 menit lalu pindahkan
seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu
pemeriksaan (sesuai dengan spesifikasi) selama 30 menit
7. Ratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau spatula yang panas
sehingga cetakan terisi penuh dan rata
Langkah-langkah Pengujian
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland
Pengujian titik nyala dan titik bakar digunakan untuk menentukan
temperatur maksimum pemanasan aspal sehingga tidak terbakar. Jika terbakar
tentunya akan menyebabkan menurunnya kualitas aspal. (Unitedgank007, 2016)
Titik
No °C Waktu No °C Waktu Titik Nyala
Nyala
1 60 0 10 195 12.46
2 75 04.34 11 210 14.44
3 90 05.20 12 225 15.49
4 105 06.07 13 240 16.31
5 120 07.25 14 255 17.46
6 135 08.01 15 270 19.08
7 150 09.05 16 285 20.20
8 165 10.17 17 300 21.32
9 180 11.26 18 315 23.41 Menyalah
Hasil dari pengujian aspal tersebut didapat bahwa titik nyala dan titik bakar
pada percobaan terjadi pada suhu 315°C. Spesifikasi Bina Marga untuk aspal PEN
40-60 (minimum 200°C). Jadi uji aspal titik nyala dan titik bakar dapat dikatakan
memenuhi syarat.
20
4.2 Hasil Pengujian Titik Lembek Aspal (Softening Point with Ring and
Ball Test)
Pengujian titik lembek digunakan untuk mengetahui suhu dimana aspal mulai
lembek dengan menggunakan alat ring and ball dimana suhu ini akan menjadi
acuan di lapangan atas kemampuan aspal menahan suhu yang terjadi untuk tidak
lembek sehingga dapat mengurangi daya lekat. (Ridho, 2012)
Suhu
waktu (Detik) Titik lembek
yang
No
diamati
I II I II
(⁰C)
1 5 0 0
2 10 05.39 05.39
3 15 15.16 15.16
4 20 20.57 20.57
5 25 26.33 26.33
6 30 32.41 32.41
7 35 40.59 40.59
8 40 48.29 48.29
9 45 58.21 58.21
10 48 63.33 Tercapai
11 49 63.46 Tercapai
21
Hasil dari pengujian aspal tersebut didapat bahwa titik nyala dan titik
bakar pada percobaan terjadi pada suhu 315°C. Spesifikasi Bina Marga untuk
aspal PEN 40-60 (minimum 200°C). Jadi uji aspal titik nyala dan titik bakar
dapat dikatakan memenuhi syarat.
Pada tabel hasil dari penelitian, contoh aspal pertama dan kedua tidak
putus dengan panjang 145 Didapatkan rata- rata aspal 145 cm. Spesifikasi Bina
Marga menyatakan Apabila bahan bitumen tidak putus setelah melewati jarak 100
cm, maka dianggap bahan ini mempunyai sifat daktilitas yang tinggi. Jadi hasil uji
daktilias aspal dapat dikatakan memenuhi syarat daktilitas.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pengujian Titik Lembek, aspal mulai lembek pada suhu 48°C
2. Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar, aspal menyala dan terbakar pada
suhu 315°C
3. Pengujian Daktilitas Bahan Bitumen, aspal tidak mengalami putus dengan
panjang 145 cm
5.2 Saran
Perlunya penambahan alat uji, agar mahasiwa tidak secara bergiliran
melakukan Pengujian, dan dapat melakukan pengujian dengan maksimal
tanpa kendala apapun.
23
LAMPIRAN KEGIATAN
24
Gambar 3. Proses penggorengan aspal
25
Gambar 5. pemadatan aspal
26
DAFTAR PUSTAKA
27