Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

PENGUJIAN TITIK NYALA, TITIK BAKAR, TITIK


LEMBEK, DAN DAKTILITAS ASPAL

Disusun Oleh :

I Made Angga Darmawan ( 1661122013)

Putu Adi Darmawan ( 1661122014 )

I Putu Dwika Setiawan ( 1661122016 )

I Wayan Tedi Juliarta ( 1661122017 )

I Made Topik Gunawan ( 1661122018 )

UNIVERSITAS WARMADEWA

FAKULTAS TEKNIK

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmatnya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Perkerasan Jalan ini
tepat pada waktunya.

Pada Praktikum ini kami laksanakan di laboratorium Jurusan Teknik Sipil


Fakultas Teknik Universitas Warmadewa.

Pada kesempatan ini kami juga tidak lupa berterimakasih kepada Bapak Ir.I
Wayan Muliawan,.MT sebagai dosen pengampu mata kuliah dan Bapak I Wayan
Ariyan Basoka, ST.,M.Eng. sebagai dosen pembimbing, serta Bapak I Wayan Alit
Setiawan sebagai teknisi yang telah membantu kami dalam penyelesaian Laporan
Praktikum Perkerasan Jalan ini. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah memberikan masukan dalam penyusunan Laporan
Praktikum Perkerasan Jalan ini.

Demikian laporan ini kami laporkan agar dapat dipergunkan sesuai dengan
kebutuhan informasi yang diperlukan untuk merencanakan struktur perkerasan
jalan, untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Denpasar, 20 Desember 2018

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan Praktikum ..................................................................................... 1

1.3 Manfaat Praktikum ................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 33

2.1 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland ....................... 3

2.1.1 Tujuan Pengujian .............................................................................. 3

2.1.2 Pendahuluan ..................................................................................... 3

2.2 Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter.................................................... 4

2.2.1 Tujuan Pengujian .............................................................................. 4

2.2.2 Pendahuluan ...................................................................................... 4

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi pengujian titik lembek ......................... 5

2.3 Pengujian Daktilitas Bahan-Bahan Bitumen ............................................ 5

2.3.1 Tujuan Pengujian .............................................................................. 5

2.3.2 Pendahuluan ...................................................................................... 6

BAB III METODELOGI ........................................................................................ 7

3.1 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland ....................... 7

3.1.1 Prosedur Pengujian ........................................................................... 8

3.1.2 Penyiapan Benda Uji ......................................................................... 8

3.2 Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter.................................................. 11

3.2.1 Peralatan .......................................................................................... 11

3.3 Pengujian Daktilitas Bahan-Bahan Bitumen .......................................... 15

iii
3.3.1 Prosedur Pengujian ......................................................................... 16

3.3.2 Peralatan .......................................................................................... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 20

4.1. Hasil Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland ........... 20

4.2 Hasil Pengujian Titik Lembek Aspal ..................................................... 21

4.3 Hasil Pengujian Daktilitas Bahan – Bahan Bitumen............................... 22

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 23

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 23

5.2 Saran ....................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aspal merupakan bahan utama dalam perkerasan jalan. Aspal memiliki
beberapa jenis, yaitu aspal alam, aspal keras, aspal cair, dan aspal modifikasi. Aspal
memiliki sifat viskoelastis yaitu sifat untuk mencair pada suhu tinggi dan memadat
pada suhu rendah. Sifat yang dimiliki aspal tersebut merupakan hal utama yang
menjadikan aspal sebagai bahan utama dalam perkerasan jalan karena dapat
mengikat bahan-bahan pencampur perkerasan jalan. Perkerasan jalan yang baik
adalah perkerasan jalan yang mampu menahan bebanlalu lintas. Perkerasan jalan
yang digunakan di Indonesia terdiri dari beberapa jenis. Perkerasan jalan yang
paling banyak digunakan di Indonesia adalah lapisan aspal beton atau Laston
(AC/Asphalt Concrete). Lapisan aspal beton banyak digunakan karena jenis
perkerasan ini memiliki nilai stabilitas dan fleksibilitas yang baik.

Sebagai seorang mahasiswa sipil kita harus mengetahui dan memahami setidaknya
teori dasar dan tata cara pengujian suatu agregat aspal di laboratorium yang baik di
gunakan di dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan raya.banyak metode
yang dapat di gunakan dalam pengujian agregat aspal yaitu

1. Pengujian titik lembek,

2. Pengujian titik nyala dan titik bakar dan

3. Pengujian daktilitas.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari Praktikum Perkerasan Jalan ini adalah mahasiswa nantinya
mampu melaksanakan :

1. Untuk Mengetahui nilai Pengujian Titik nyala dan titik bakar


2. Untuk Mengetahui nilai Pengujian Titik Lembek
3. Untuk Mengetahui nilai Pengujian Daktilitas aspal
1.3 Manfaat Praktikum
Maanfaat praktikum Perkerasan Jalan adalah mahasiswa memiliki
tambahan pengetahuan dan pemahaman tentang teori dasar bahan perkerasan jalan
raya dan proses pengujian aspal di laboratorium.

2
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland
2.1.1 Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur suhu dimana aspal mulai dapat
mengeluarkan nyala api dan terbakar akibat pemanasan dengan menggunakan
Cleveland Open Cup. Suhu yang didapatkan ini adalah sebagai stimulasi terhadap
suhu maksimum yang bisa terjadi pada aspal sampai aspal mengalami kerusakan
permanen.

2.1.2 Pendahuluan
Terdapat dua metode praktikum yang umum dipakai untuk menentukan titik
nyala dari bahan aspal. Praktikum untuk Aspal Cair (cutback) biasnaya dilakukan
dengan menggunakan alat tagillabuo Open Cup, sementara untuk bahan aspal
dalam bentuk padat biasanya digunakan alat Cleveland Open Cup. Kedua metode
tersebut pada prinsipnya adalah sama, walau pada metode Cleveland Open Cup,
bahan aspal dipanaskan di dalam tempat besi yang direndam didalam bejana air,
sedangkan pada metode Tagliabue Open Cup, pemanasan dilakukan pada tabung
kaca.

Pada kedua metode tersebut, suhu dari material aspal ditingkatkan secara bertahap
pada jenjang yang tetap. Seiring kenaikan suhu, titik api kecil dilewatkan di atas
permukaan sampel yang dipanaskan tersebut. titik nyala ditentukan sebagai suhu
terendah dimana percikan api pertama kali terjadi sedangkan titik bakar ditentukan
sebagai suhu dimana sampel terbakar.

Misalnya dari hasil pengujian didapatkan temperature titik nyala adalah 344°C dan
titik bakar adalah 354°C yang berarti memenuhi syarat minimum temperature titik
nyala oleh Bina Marga untuk aspal PEN 40-60(200°C) titik nyala dan titik bakar
aspal perlu diketahui karena:

• Sebagai indikasi temperature pemanasan maksimum dimana masih dalam


batas-batas aman pengerjaan.

3
• Agar karakteristik aspal tidak berubah (rusak) akibat dipanaskan melebihi
temperature titik bakar

2.2 Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter


2.2.1 Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui suhu dimana aspal dan juga tar
mulai lembek dan dapat digunakan dengan menggunakan alat Ring and Ball. Suhu
yang diuji di lab inilah nantinya dijadikan acuan di lapangan untuk kemampuan
aspal dan juga tar menahan suhu permukaan yang terjadi di lapangan supaya tidak
lembek sehingga dapat mengurangi daya lekatnya.

2.2.2 Pendahuluan
Aspal adalah material tempoplastik yang secara bertahap mencari, sesuai
dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu,
prinsipnya membentuk suatu spectrum/beragam, tergantung dari komposisi unsur-
unsur penyusunnya.

Percobaan ini diciptakan karena pelembekan (softening) bahan-bahan aspal


dan ter, tidak terjadi secara sekejap pada suhu tertentu, tetapi lebih merupakan
perubahan gradual seiring penambahan suhu. Oleh sebab itu, setiap prosedur yang
dipergunakan/diadopt untuk menentukan titik lembek aspal atau ter, hendaknya
mengikuti sifat dasar tersebut, artinya penambahan suhu pada percobaan hendaknya
berlangsung secara gradual dalam jenjang yang halus.

Dalam percobaan ini titik lembek ditujukan dengan suhu pada saat bola
baja, dengan berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang
tertahan di dalam cincin berukuran tertentu sehingga aspal atau ter tersebut
menyentuh pelat dasar yang terletak pada tinggi tertentu sebagai akibat kecepatan
pemanasan.

Titik lembek menjadi salah satu batasan dalam penggolongan aspal dan ter.
Titik lembek haruslah diperhatikan saat akan membangun konstruksi pekerjaan
jalan. Titik lembek hendaknya lebih tinggi dari suhu permukaan jalan sehingga
tidak terjadi pelelehan aspal akibat temperatur permukaan jalan, titik lembek aspal
dan ter adalah 30°C-200°C yang artinya masih ada nilai-nilai titik lembek yang

4
hampir sama dengan suhu permukaan jalan pada umumnya.Untuk itu dilakukan
usaha untuk mempertinggi titik lembek ini antara lain dengan menggunakan filter
terhadap campuran beraspal.

Metode Ring and Ball yang umumnya diterapkan pada bahan aspal dan ter
ini dapat mengukur titik lembek bahan semisolid sampai solid. Titik lembek adalah
besarnya suhu dimana aspal mencapai derajat kelembekan (mulai meleleh) dibawah
kondisi spesifik dari tes. Berdasarkan tes/apparatus yang ada disimpulkan bahwa
pengujian titik lembek dipengaruhi banyak faktor/.

Spesifikasi Bina Marg tentang titik lembek untuk aspal keras Pen 40 (Ring
And Ball Test) adalah 51°C (minimum) dan 63°C (maksimum), sedangkan untuk
Pen 60 adalah minimum 48°C dan maksimum 58°C.

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi pengujian titik lembek


- Kualitas dan jenis cairan penghantar

- Berat bola besi

- Jarak antara ring dengan dasar plat besi

- Besarnya suhu pemanasan

Aplikasi nilai titik lembek:

- Bersama-sama dengan nilai penetrasi digunakan untuk menentukan


PI (Penetration Index) yang merupakan tingkat kepekaan aspal
terhadap temperature.

- Menentukan Modulus bahan aspal dengan menggunakan nomogram


Van Der Poel.

- Menentukan sifat kelelehan dari lapisan aspal dan agregat.

2.3 Pengujian Daktilitas Bahan-Bahan Bitumen


2.3.1 Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kekenyalan aspal yang
dinyatakan dengan panjang pemuluran aspal yang dapat tercapai hingga sebelum
putus. Daktilitas ini tidak menyatakan kekuatan tarik aspal.

5
2.3.2 Pendahuluan
Sifat reologis daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan aspal
terhadap retak dalam penggunaannya sebagai lapis perkerasan. Aspal dengan
daktilitas yang rendah akan mengalami retak-retak dalam penggunaannya karena
lapisan perkerasan mengalami perubahan suhu yang agak tinggi. Oleh karena itu
aspal perlu memiliki dektilitas yang cukup tinggi.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengukur jarak terpanjang yang


dapat terbentuk dari bahan bitumen pada 2 cetakan kuningan, akibat penarikan
dengan mesin uji, sebelum bahan bitumen tersebut putus. Pemeriksaan ini
dilakukan pada suhu 25 + 0.5o dan dengan kecepatan Tarik mesin 50 mm per
menit (dengan toleransi + 5%)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui salah satu sifat mekanik bahan
bitumen yaitu kekenyalan yang diwujudkan dalam bentuk kemampuannya untuk
ditarik yang memenuhi syarat jarak tertentu (dalam pemeriksaan ini adalah 100 cm)
tanpa putus. Apabila bahan bitumen tidak putus setelah melewati jarak 100 cm,
maka dianggap bahan ini mempunyai sifat daktilitas yang tinggi.

Mesin uji biasanya mempunyai alat ukur sampai dengan 100 cm. Hal yang
sering terjadi dalam pemeriksaan daktilitas adalah bahwa jarak penarikan sampel
umunya selalu di atas 100 cm yang menunjukan bahwa sampel ini mempunyai
daktilitas tinggi. Permasalahan yang timbul adalah akibat keterbatasan mesin uji
dalam mengukur jarak putus sampel, kita tidak mengetahui seberapa besar daktilitas
yang dimiliki benda uji. Oleh karena itu, masih diperlukan jenis pemeriksaan lain
yang dapat mengukur daktilitas maksimum bahan bitumen yang melewati jarak 100
cm.

6
BAB III

METODELOGI
Waktu pelaksanaan praktikum:

Hari/tangal : Sabtu, 15 Desember 2018

Waktu : 08.00 Wita

Tempat : Lab Fakultas Teknik Sipil Universitas Warmadewa

3.1 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland

Mulai

Cawan kuningan, tungku listrik, Nyala penguji,


Penahan dingin,aspal

Pemanasan aspal

Pengujian titik nyala dan


titik bakar

Suhu ke 3150C

selesai

7
3.1.1 Prosedur Pengujian
Pengujian berdasarkan pada SK SNI M-19-1990-F atau yang sejnisnya
adalah dari AASHTO T 48-99: 1990 atau juga ASTM D 92-78. Pada dasarnya
ketiga jenis pengujian ini adalah sama.

Peralatan:

1. Cawan kuningan (Cleveland cup) dengan bentuk dan ukuran


tertentu thermometer.

2. Nyala penguji, yaitu nyala api yang dapat diatur dan memberikan
nyala dengan diameter 3,2 sampai 4,8 mm dengan panjang tabung
7,5cm.

3. Pemamas terdiri dari logam untuk meletakkan cawan Cleveland.

4. Pembakaran gas atau tungku listrik atau pembakar alcohol yang


tidak menimbulkan asap atau nyala di sekitar atas cawan.

5. Penahan dingin, alat yang menahan angin apabila sebagai


pemanasan

Gambar 3.1.1 satu set alat cleveland

3.1.2 Penyiapan Benda Uji


Benda uji adalah contoh aspal ± 100 gram

8
1. Panaskan contoh aspal antara 148,9°C sampai 176°C sampai cukup
air.

Gambar 3.1.2 Pemanasan Aspal

2. Kemudian isikan cawan Cleveland sampai garis dan hilangkan


(pecahkan) gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.

Gambar 3.1.3 Penuangan Benda Uji ke Dalam Cawan Cleveland

Langkah-langkah pengujian

1. Letakkan cawan di atas kompor pemanas tetap di bawah titik tengah


cawan.

2. Letakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik
tengah cawan.

3. Pasanglah thermometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak


6,4 mm di atas dasar cawan dan terletak satu garis yang
menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji.
Kemudian aturlah titik poros thermometer sehingga terletak pada
jarak ¾ diameter cawan dari tepi.

9
4. Nyalakan kompor dan atur pemansan sehingga kenaikan suhu
adalah 15°C tiap menit sampai mencapai suhu 56° C di bawah titik
nyala yang diperkirakan untuk selanjutnya kenaikan suhu 5°C
sampai 6°C/menit.

5. Tetapkan penahanan angin di depan nyala penguji.

6. Nyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanas sehingga kenaikan


suhu menjadi (15 ±1) per menit sampai benda uji mencapai 56°C di
bawah titik nyala perkiraan.

7. Kemudian aturlah kecepatan pemanasan 5°C sampai 6°C permenit


pada suhu antara 56°C dan 28°C di bawah titik perkiraan.

8. Nyalakan nyala penguji dan aturlah agar diameter nyala penguji


tersebut menjadi 3,2 mm.

9. Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari


tepi ke tepi cawan) dalam satu detik. Ulangi pekerjaan tersebut
setiap kenaikan 2°C.

10. Lanjutkan pekerjaan di atas sampai terlihat nyala singkat pada suatu
titik di atas permukaan benda uji.

11. Bacalah suhu pada thermometer dan catat.

12. Lanjutkan pekerjaan pembacaan suhu sampai telriaht nyala yang


agak lama sekurang-kurangnya 5 detik di atas permukaan bedna uji.
Bacalah suhu pada thermometer dan catat.

10
3.2 Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter

Mulai

Cincin kuningan, Bola baja, Bejana gelas,


Thermometer, Alat pengarah bola, Penjepit,aspal

Pemanasan aspal

Pengujian titik
lembek

Suhu ke 49C0

selesai

3.2.1 Peralatan
1. Cincin kuningan (lihat bag. Gambar alat)
2. Bola baja, diameter 9,53 mm berat 3,45 gr sampai 3,55 gr
3. Dudukan benda uji, lengkap dengan pengarah bola bja dan plat dasar yang
mempunyai jarak tertentu.
4. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak diameter dalam 8,5 cm dengan
tinggi dan tinggi ± 12 cm berkapasitas 900 ml (lihat bag. Gambar alat)
5. Thermometer
6. Penjepit
7. Alat pengarah bola

11
Gambar 3.2.1 Cincin Kuningan

Gambar 3.2.2 Bejana gelas dengan thermometer, cincin kuninga, bola baja dan
pengarah bola

Penyiapan Benda Uji

1. Panaskan contoh aspal perlahan-lahan sambil diaduk terus menerus hingga cair
merata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar
gelembung-gelembung udara cepat keluar.

Gambar 3.2.3 Pemanasan Aspal

12
2. Setelah cair merata tuanglah contoh ke dalam dua buah cincin. Suhu
pemanasan aspal tidak melebihio 56°C di atas titik lembeknya dan untuk aspal
tidak melebihi 111°C di atas titik lembeknya.

Gambar 3.2.4 Penuangan Aspal ke Cincin Kuningan

3. Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu tuang conoh, dan letakkan
kedua cincin di atas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari cmapuran
liserin dan jhoson

Gambar 3.2.5 Campuran Liserin dan Jhoson

4. Tuang contoh ke dalam 2 buah cicnin, diamkan pada suhu 5°C di bawah titik
lembeknya 10 sampai 30 menit.

Gambar 3.2.6 Benda Uji Direndam di Suhu 5°C

13
5. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang
telah dipanaskan.
Langkah-langkah pengujian

1. Benda uji adalah aspal atau ter sebanyak ± 250 gram


2. Pasang dan aturlah kedua benda uji di atas kedudukan dan letakkan pengarah
bola di atasnya. Kemudian masukan seluruh peralatan tersebut ke dalam bejana
gelas.
3. Isilah bejana dengan air suling baru, dengan suhu (5± 1)°C sehingga tinggi
permukaan air berkisar antara 101,6 sampai 108 mm.
4. Letakkan thermometer yang sesuai untuk pekerjaan ini diantara kedua benda
uji (kurang lebih dari 12,7 mm dari tiap cincin)
5. Periksalah dan aturalh jarak antara permukaan pelat dasar benda uji sehingga
menjadi 25,4 mm
6. Letakkan bola-bola baja yang bersuhu 5°C di atas dan di tengah permukaan
masing-masing bedna uji yang bersuhu 5°C menggunakan penjepit dengan
memasang kembali pengarah bola.
7. Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5°C permenit. Kecepatan
pemanasan rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini. Untuk 3 menit pertama
perbedaan kecepatan pemansan tidak boleh melebihi 0,56C.

14
3.3 Pengujian Daktilitas Bahan-Bahan Bitumen

Mulai

Cetakan kuningan, Pelat alas cetakan, Bak perendam,


Termometer, Mesin uji, Alat pemanas, Methyl alcohol
teknik dan sodium klorida Teknik,aspal

Pemanasan aspal

Pengujian daktilitas
bahan-bahan bitumen

Rata rata 145 cm

selesai

15
3.3.1 Prosedur Pengujian
Acuan pengujian yang umum digunakan adalah dari SK SNI.M 18-1990F,
yang mengadopsi dari AASHTO T51-89 dan ASTM D 113-79. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada diagram alir pengujian

3.3.2 Peralatan
1. Cetakan kuningan, cetakan ini terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian yang disebut
clip dengan sebuah lubang pada bagian belakang dan bagian samping cetakan
yang berfungsi sebagai pengunci clip sebelum cetakan ini diuji. Pada saat
pengujian, bagian samping ini harus dilepas
2. Pelat alas cetakan
3. Bak perendam, isi 10 liter yang dapat mempertahankan suhu pemeriksaan
dengan toleransi yang tidak lebih dari 0.5o C dari suhu pemeriksaan.
Kedalaman air pada bak ini tidak boleh kurang dari 100 mm di bawah
permukaan air. Bak tersebut diperlengkapi dengan pelat dasar berlubang yang
diletakkan 50 mm dari dasar bak perendam untuk meletakkan benda uji. Air
di dalam bak perendam harus bebas dari oli dan kotoran lain serta bebas dari
bahan organic lain yang mungkin tumbuh di dalam bak
4. Termometer
5. Mesin uji yang dapat menjaga sampel tetap terendam, tidak menimbulkan
getaran selama pemeriksaan dan dapat menarik benda uji dengan kecepatan
tetap
6. Alat pemanas, untuk mencairkan bitumen keras
7. Methyl alcohol teknik dan sodium klorida teknik

Gambar 3.3.1 Cetakan Kuningan

16
Gambar 3.3.2 Mesin Uji Daktilitas

Persiapan Benda Uji


1. Susun bagian-bagian cetakan kuningan

Gambar 3.3.3 Penyusunan Bagian-Bagian Cetakan Kuningan

2. Lapisi bagian atas dan bawah cetakan serta permukaan pelat alat cetakan
dengan bahan campuran dextrin dan glycerin atau amalgam

Gambar 3.3.4 Campuran Dextrin dan Glycerin

17
3. Pasang cetakan daktilitas di atas pelat dasar

Gambar 3.3.5 Pemasangan Cetakan Daktilitas di Atas Pelat Dasar

4. Panaskan contoh bitumen kira-kira 100 gram sehingga cair dan dapat
dituang. Untuk menghindarkan pemanasan setempat, lakukan dengan hati-
hati. Pemanasan dilakukan sampai suhu antara 80 sampai 100o C di atas titik
lembek

Gambar 3.3.6 Pemanasan Bitumen

5. Tuangkan contoh bitumen dengan hati-hati ke dalam cetakan daktilitas dari


ujung ke ujung hingga penuh berlebihan

Gambar 3.3.7 Penuangan Bitumen kedalam Cetakan Daktilitas

18
6. Dinginkan cetakan pada suhu ruang 30 sampai 40 menit lalu pindahkan
seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu
pemeriksaan (sesuai dengan spesifikasi) selama 30 menit

7. Ratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau spatula yang panas
sehingga cetakan terisi penuh dan rata

Gambar 3.3.7 Perataan Benda Uji

Langkah-langkah Pengujian

1. Sampel didiamkan pada suhu 25o C dalam baik perendam selama 85


sampai 95 menit, kemudian lepaskan bagian samping dari cetakan
2. Pasang cetakan daktilitas yang telah terisi sampel pada alat mesin uji
dan jalannya mesin uji sehingga akan menarik sampel secara teratur
dengan kecepatan 5 cm/menit samapai sampel putus. Perbedaan
kecepatan + 5% masih diizinkan
3. Bacalah jarak antara pemegang cetakan, pada saat sampel putus
(dalam cm). Selama percobaan berlangsung sampel harus terendam
sekurang-kurangnya 2.5 cm di bawah permukaan air dan suhu harus
dipertahankan tetap (25 + 0.5)o C

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland
Pengujian titik nyala dan titik bakar digunakan untuk menentukan
temperatur maksimum pemanasan aspal sehingga tidak terbakar. Jika terbakar
tentunya akan menyebabkan menurunnya kualitas aspal. (Unitedgank007, 2016)

1. Sampel atau contoh aspal dipanaskan menggunakan api kompor melalui


bagian bawah wadah. Pemanasan contoh aspal ini dimulai pada pukul
08.57- 09.03 Wita. Selesainya contoh aspal tersebut dipanaskan ditandai
dengan pembacaan suhu 100⁰C pada termometer.
2. Setelah dipanaskan, contoh aspal dicetak pada cawan Cleveland dan
didinginkan hingga agak mengeras. Pendinginan ini dilakukan dalam
suhu ruang 25⁰C yang dimulai dari pukul 09.04 – 09.53 Wita.
3. Dalam pengujian titik nyala dan titik bakar ini digunakan satu sampel,
berikut adalah data hasil pengujian titik nyala dan titik bakar:

Tabel 4.1 Hasil Uji Titik Nyala Dan Titik Bakar

Titik
No °C Waktu No °C Waktu Titik Nyala
Nyala
1 60 0 10 195 12.46
2 75 04.34 11 210 14.44
3 90 05.20 12 225 15.49
4 105 06.07 13 240 16.31
5 120 07.25 14 255 17.46
6 135 08.01 15 270 19.08
7 150 09.05 16 285 20.20
8 165 10.17 17 300 21.32
9 180 11.26 18 315 23.41 Menyalah

Hasil dari pengujian aspal tersebut didapat bahwa titik nyala dan titik bakar
pada percobaan terjadi pada suhu 315°C. Spesifikasi Bina Marga untuk aspal PEN
40-60 (minimum 200°C). Jadi uji aspal titik nyala dan titik bakar dapat dikatakan
memenuhi syarat.

20
4.2 Hasil Pengujian Titik Lembek Aspal (Softening Point with Ring and
Ball Test)
Pengujian titik lembek digunakan untuk mengetahui suhu dimana aspal mulai
lembek dengan menggunakan alat ring and ball dimana suhu ini akan menjadi
acuan di lapangan atas kemampuan aspal menahan suhu yang terjadi untuk tidak
lembek sehingga dapat mengurangi daya lekat. (Ridho, 2012)

1. Sampel atau contoh aspal dipanaskan menggunakan api kompor


melalui bagian bawah wadah. Pemanasan contoh aspal ini dimulai pada
pukul 08.57 – 09.03 Wita. Selesainya contoh aspal tersebut dipanaskan
ditandai dengan pembacaan suhu 100⁰C pada termometer.
2. Setelah dipanaskan, contoh aspal dicetak pada cincin kuningan dan
didinginkan hingga agak mengeras. Pendinginan ini dilakukan dalam
suhu ruang 25⁰C yang dimulai dari pukul 09.04 – 09.53 Wita.
3. Dalam pengujian titik lembek ini digunakan dua sampel, berikut adalah
data hasil pengujian titik lembek :

Tabel 4.2 Hasil Uji Titik Lembek Aspal

Suhu
waktu (Detik) Titik lembek
yang
No
diamati
I II I II
(⁰C)
1 5 0 0
2 10 05.39 05.39
3 15 15.16 15.16
4 20 20.57 20.57
5 25 26.33 26.33
6 30 32.41 32.41
7 35 40.59 40.59
8 40 48.29 48.29
9 45 58.21 58.21
10 48 63.33 Tercapai
11 49 63.46 Tercapai

21
Hasil dari pengujian aspal tersebut didapat bahwa titik nyala dan titik
bakar pada percobaan terjadi pada suhu 315°C. Spesifikasi Bina Marga untuk
aspal PEN 40-60 (minimum 200°C). Jadi uji aspal titik nyala dan titik bakar
dapat dikatakan memenuhi syarat.

4.3 Hasil Pengujian Daktilitas Bahan – Bahan Bitumen


Pengujian daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan aspal terhadap
retak dalam penggunaannya sebagai lapis perkerasan. Aspal dengan daktilitas
yang rendah akan mengalami retak-retak dalam penggunaannya karena lapisan
perkerasan mengalami perubahan suhu yang agak tinggi. Oleh karena itu aspal
perlu memiliki daktilitas yang tinggi. (Prisma, 2015)

1. Sampel atau contoh aspal dipanaskan menggunakan api kompor melalui


bagian bawah wadah. Pemanasan contoh aspal ini dimulai pada pukul
08.57- 09.03 Wita. Selesainya contoh aspal tersebut dipanaskan ditandai
dengan pembacaan suhu 100⁰C pada termometer.
2. Setelah dipanaskan, contoh aspal dicetak pada cincin kuningan dan
didinginkan hingga agak mengeras. Pendinginan ini dilakukan dalam
suhu ruang 25⁰C yang dimulai dari pukul 09.04 – 09.53 Wita.
3. Dalam pengujian daktilitas ini digunakan dua sampel, berikut adalah
data hasil pengujian daktilita
Tabel 4.3 Hasil Uji Daktilitas

Daktilitas pada 25⁰C, 5 cm per unit Pembacaan pengukuran pada alat


Pengamatan I 145 cm
Pengamatan II 145 cm
Rata-rata 145cm

Pada tabel hasil dari penelitian, contoh aspal pertama dan kedua tidak
putus dengan panjang 145 Didapatkan rata- rata aspal 145 cm. Spesifikasi Bina
Marga menyatakan Apabila bahan bitumen tidak putus setelah melewati jarak 100
cm, maka dianggap bahan ini mempunyai sifat daktilitas yang tinggi. Jadi hasil uji
daktilias aspal dapat dikatakan memenuhi syarat daktilitas.

22
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pengujian Titik Lembek, aspal mulai lembek pada suhu 48°C
2. Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar, aspal menyala dan terbakar pada
suhu 315°C
3. Pengujian Daktilitas Bahan Bitumen, aspal tidak mengalami putus dengan
panjang 145 cm
5.2 Saran
Perlunya penambahan alat uji, agar mahasiwa tidak secara bergiliran
melakukan Pengujian, dan dapat melakukan pengujian dengan maksimal
tanpa kendala apapun.

23
LAMPIRAN KEGIATAN

Gambar 1. penuangan aspal ke cincin kuning

Gambar 2. pemasangan bola baja

24
Gambar 3. Proses penggorengan aspal

Gambar 4. Proses pemasangan alat pemadat aspal

25
Gambar 5. pemadatan aspal

Gambar 6. peserta praktikum

26
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. (2017, Maret 30). BAB I. Retrieved from


Scrib:https://www.scribd.com/document/343513732/BAB-I
Prisma, D. (2015, Februari 6). Daktilitas Bahan- Bahan Bitumen. Retrieved from
Ilmu Sipil UM Malang:
http://ilmusipilummalang.blogspot.co.id/2015/02/pengujian-daktilitas.html
Ridho, M. (2012, Januari 29). Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter. Retrieved
from Blogspot: http://em-ridho.blogspot.co.id/2012/01/laporan-praktikum-
pengujian-titik.html
Unitedgank007. (2016). Titik Nyala dan Titik Bakar. Retrieved from Blogspot:
http://unitedgank007.blogspot.co.id/2016/05/titik-nyala-dan-titik-
bakar.html
Wikipedia. (2016, Juni 29). Aspal. Retrieved from Wikipedia Ensiklopedia Bebas:
https://id.wikipedia.org/wiki/Aspal

27

Anda mungkin juga menyukai