Pondasi dalam istilah ilmu teknik sipil dapat didefenisikan sebagai bahan dari struktur
bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah yang berfungsi untuk menyalurkan beban-
beban yang diterima dari struktur tanak keatas lapisan tanah.
Proses desain struktur pondasi memerlukan analisis yang cukup lengkap, meliputi
kondisi/ jenis struktur atas, beban-beban kerja pada struktur, profil dari lapisan tanah tempat
bangunan/ struktur tersebut berada, serta kemungkinan terjadinya penurunan (settlement).
Hasil desain struktur pondasi yang optimal dapat menghasilkan biaya konstruksi yang minimal
tanpa mengurangi tingkat keamanan dan kinerja dari struktur tersebut.
Penentuan Beban Rencana
Beban yang harus dipikul oleh struktur pondasi pada umumnya adalah dari hasil
analisis struktur atas yang telah terlebih dahulu dilakukan.
Dalam perencanaan suatu struktur pondasi, perlu diketahui data-data seperti besarnya
beban, arah beban, lokasi beban kerja (sentries atau eksentris terhadap beban pondasi) serta
sumber beban tersebut (beban mati, hidup, gempa, angin tau yang lain).
Seorang perencana struktur menghitung total beban-beban yang bekerja, sehingga
dapat memberikan informasi kepada ahli geoteknik maupun ahli pondasi mengenai besarnya
beban yang harus dipikul oleh suatu elemen pondasi.
Tipe Beban Beban per Lantai
Beban terbagi rata 12 kN/m2 (1200 kg/m2)
Beban Kolom Minimum 100 kN
Beban Kolom Rata-rata 200 kN
Beban Kolom Maksimum 300 kN
TABEL 13.1 Beban Vertikal Tipikal untuk Bangunan Hunian Beton Bertulang Berdinding Bata
• Untuk mendapatkan kinerja yang sesungguhnya dari suatu elemen pondasi, maka terkadang dapat dilakukan
uji beban (kenttledge system). Beban diberikan pada satu elemen pondasi dan dilakukan pengukuran
perpindahan vertikal (settlement) dari titik pondasi tersebut. Hasil yang diperoleh dari uji beban berupa
grafik antara beban dan perpindahan yang terjadi. Suatu elemen pondasi dapat diterima apabila dapat
memikul beban rencana tanpa mengalami perpindahan yang besar. Pada umumnya uji beban dilakukan,
hingga dua atau tiga kali dari beban rencana,dengan besar perpindahan dibatasi maksimum 20 mm. Gambar
13.2 menunjukkan setting uji beban di lapangan.
13.2 Jenis dan Tipe-Tipe Pondasi
Suatu elemen pondasi harus mampu mendistribusikan beban-beban mati maupun
beban-beban dinamik dari struktur atas ke lapisan tanah keras, sehingga tidak terjadi
perbedaan penurunan tergantung pada letak kedalaman dari tanah keras. Pada
umumnya jenis pondasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu
pondasi dangkal serta pondasi dalam.
Pondasi tiang pada umumnya hadir dalam suatu grup tiang yang diikat oleh satu
buah pile cap.
13.3 Daya Dukung Tanah
Persamaan yang sering digunakan untuk menghitung daya dukung tanah pada pondasi
dangkal adalah:
1. Hitung qu
1
• Untuk pondasi lajur/menerus 𝑞𝑢 = 𝑐 ′ 𝑁𝑐 + 𝑞𝑁𝑞 + 𝛾𝐵𝑁𝛾
2
• Untuk pondasi persegi 𝑞𝑢 = 1,3𝑐 ′ 𝑁𝑐 + 𝑞𝑁𝑞 + 0,4 𝛾𝐵𝑁𝛾
• Untuk pondasi bentuk lingkaran 𝑞𝑢 = 1,3𝑐 ′ 𝑁𝑐 + 𝑞𝑁𝑞 + 0,3 𝛾𝐵𝑁𝛾
2. Daya dukung izin (qa)
𝑞
• 𝑞𝑎 = 𝑢
𝑆𝐹
3. Daya dukung ultimit untuk suatu tiang pancang dihitung dengan persamaan berikut:
• 𝑄𝑢 = 𝑄𝑝 + 𝑄𝑠
Pelat dengan tulangan ulir bermutu 420 MPa atau jaring kawat las (wire-mesh) 0,0018
Pelat dengan tulangan ulir bermutu lebih dari 420 MPa 0,0018 x 420/fy
γs=
ldc =
panjang penyaluran batang tulangan tarik dari kolom ke pelat
pondasi :
ld =
PENYELESAIAN:
• Perhitungan tegangan tanah.
Beban kolom = 1300 + 700 = 2000 kN
Berat pondasi = 3(3)(0,6)(24) = 129,6 kN
Berat tanah =(32 – 0,62)(0,6)(16) = 82,944 kN
Beban total pada tanah = 2212,544 kN
2.212,544
Tegangan pada tanah = = 245,83 kN/2 < σall
3𝑥3
SOAL 1 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)
2 2
Vc1 =0,17(1+ )λ 𝑓′𝑐bod = 0,17(1+ )(1,0) 20(1.160x4)(506)
𝛽𝑐 1
=5.105.647,28 N
𝛼𝑠𝑑
Vc2 = 0,083( + 2) λ 𝑓′𝑐bod
𝑏𝑜
40𝑥506
=0,083( + 2)(1,0) 20 (1.160x4) (506)
4𝑥1.106
=5.463.330,44 N
Vc3 =0,33λ 𝑓′𝑐bod
= 0,33(1,0) 20(1.160x4)(506)
= 3.303.654,12 N
ϕVn = 0,75Vn = 0,75(3.303.654,12) = 2.477.740,59 N
= 2.477,74 > Vu2
SOAL 1 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)
Diperoleh
panjang penyaluran yang dibutuhkan sebesar 809,2 mm.
panjang penyaluran yang tersedia adalah 1200 – 75 = 1125 > ld
SOAL 1 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)
Penyelesaian:
• Penentuan dimensi telapak.
diperkirakan dahulu berat sendiri pondasi serta berat timbunan
tanah. beban pada tanah sebesar 0,6(15) = 9 kN/m2.
Sehingga tegangan izin tanah neto adalah
Pneto = 250 – 0,6(24) – 9 = 256,6 kN/m2
875+700
Aperlu = = 6,95 m2
22,6
dipilih ukuran telapak sebesar 2750 x 2750 mm2 (A = 7,56 m2)
SOAL 2 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)
Sedangkan dalam arah pendek, tersedia panjang penyaluran sebesar ½ (2000 – 450) –
75 = 700 mm < ld. Karena dalam arah pendek yang tidak tersedia jarak yang cukup
untuk panjang penyaluran, maka ujung tulangan dapat dibengkokkan untuk membentuk
kait 90°. Panjang kait yang dibutuhkan minimal sebesar 12db atau sama dengan 12(19)
= 228 mm.
Hasil perencanaan pondasi secara
lengkap ditunjukkan dalam Gambar
13.5 Pondasi Beton Polos
Penggunaan beton polos struktural dibatasi untuk komponen struktur yang di tahan oleh tanah secara
menerus atau di tahan oleh komponen struktural lainnya yang mampu memberikan tumpuan vertikal
secara menerus ( SNI 2847:2013 Pasal 22.2 ). Penggunaan beton polos pada struktur pondasi digunakan
sebagai struktur pemikul dinding, dan terbatas pada kondisi tanah dengan daya dukung yang baik.
Perencanaan penampang beton polos yang memikul beban lentur harus didasarkan pada:
ɸMn ≥ Mu
dengan Mu adalah momen terfaktor dan Mn adalah kuat momen nominal yang dihitung sebagai berikut :
Penyelesaian:
1. Total beban layan = 275 + (0.75)(1.75)(24) + 100
= 406,5 kN/m
406.5
2. Tegangan tanah maks =
1.75
=232,3 kN/m < 𝜎all (= 250 kN/m2)
2 OK
3. Momen lentur terfaktor dihitung pada penampang kritis di muka
dinding:
qu = 1.2(275) + 1.2(0.75)(1.75)(24) + 1.6 (100)
= 527,8 kN/m
527.8
Pult = 1.75 = 301,6 kN/m2
1
Mu = 2 (301.6)(0.725)2 = 79,264 kN.m
SOAL 4 (ANALISIS PONDASI BETON POLOS)
Kuat nominal beton polos dihitung dengan persamaan 13.23 : Mn = 0.42𝜆 𝑓𝑐′ Sm
Dengan Sm adalah modulus penampang pondasi telapak yang besarnya adalah Ig i(h/2),
sedangkan Ig adalah momen inersia penampang. Dengan mengabaikan 5 cm beton terbawah
(dengan asumsi bahwa setebal 5 cm beton terbawah memiliki mutu yang buruk). Maka
1
Ig = x 1000 x 7003 = 2,858. 1010 mm4
12
Sm = Ig i(h/2) = 2,585.1010/(7002) = 81.666.666,67 mm3
Sehingga
Mn = 0,42𝜆 𝑓𝑐′ Sm = 0.41 (1,0) 20 x 81.666.666,67 = 153.394.263,26 N.mm
ɸMn = 0.60(153.394.263,26) = 92.036.557.96 N.mm = 92,04 kN.m > Mu
Kuat geser pondasi dianggap mencukupi sebab penumpang kritis terletak sejarak d dari muka
dinding, yang jatuh dekat tepi pondasi.
SOAL 5 (ANALISIS PONDASI BETON POLOS)
Lakukanlah analisis terhadap pondasi beton polos berikut yang
memikul beban mati sebesar 350 kN/m dan beban hidup 100 kN/m.
Mutu beton 𝑓′𝑐= 35 MPa dan tegangan izin tanah adalah 300
kN/m2.
Penyelesaian:
1. Tegangan beban layan = 350 + 100 + (0,6)(2)(24) = 478,8 kN/m
478,8
2. Tegangan tanah maks =
2
=239,4 kN/m2 < 𝜎all (= 300 kN/m2) OK
1. Momen lentur terfaktor dihitung pada penampang kritis di muka
dinding:
qu = 1.2(350) + 1.2(0.6)(2)(24) + 1.6 (100)
= 925,6 kN/m
925,6
Pult = = 462,8 kN/m2
2
1
Mu = (462,8)(0.75)2 = 130,1625 kN.m
2
SOAL 5 (ANALISIS PONDASI BETON POLOS)
4. Kuat nominal beton polos dihitung dengan persamaan 13.23 : Mn = 0.42𝜆 𝑓𝑐′ Sm
Dengan Sm adalah modulus penampang pondasi telapak yang besarnya adalah Ig i(h/2),
sedangkan Ig adalah momen inersia penampang. Dengan mengabaikan 5 cm beton terbawah
(dengan asumsi bahwa setebal 5 cm beton terbawah memiliki mutu yang buruk). Maka
1
Ig = x 1000 x 5503 = 1,387. 1010 mm4
12
Sm = Ig /(h/2) = 1,387. 1010 /(550/2) = 50.436.363,64 mm3
Sehingga
Mn = 0,42𝜆 𝑓𝑐′ Sm = 0.42 (1,0) 35 x 50.436.363,64 = 125.321.931,5 N.mm
ɸMn = 0.60(125.321.931,5) = 75.193.158,92 N.mm = 75,19 kN.m < Mu TIDAK OK
Kuat geser pondasi dianggap tidak mencukupi.
13.6 Pondasi Gabungan
Pada pondasi yang terletak pada tanah lembek (daya dukung tanah yang
kecil) terkadang diperlukan bar/ ukuran pondasi yang cukup besar., dan hal
ini berakibat terkadang akan ada pondasi yang saling bertumpangan. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, dua titik kolom yang berdekatan dapat
digabung menjadi satu pondasi. Pondasi demikian sering dinamakan
dengan istilah pondasi gabungan. Tegangan tanah yang timbul, qu , akibat beban kolom, akan mengakibatkan
pondasi mengalami lendutan seperti pada Gambar 13.13. Contoh desain pondasi gabungan diberikan dalam
contoh 13.5.
Penyelesaian:
1. Tentukan lokasi resultan dari beban kolom, dengan cara mengambil jumlahan
momen terhadap pusat dari kolom I:
1.100 + 620 × 4.800
𝑥= = 2.700 𝑚𝑚
1.100 + 620 + 800 + 530
Dari tepi kiri pondasi, maka resultan beban kolom berada sejarak 2.700 +
600 = 3.300 mm. Agar lokasi resultan beban kolom berimpit dengan lokasi
resultan dari tegangan tanah yang timbul pada pondasi gabungan, maka
panjang pondasi gabungan dapat diambil sebesar 2 x 3.300 = 6.600 mm = 6,6
m.
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)
2. Menentukan luas pondasi gabungan. Ketebalan pondasi direncanakan dahulu sebesar 900
mm, sehingga tinggi efektif pondasi, d = 900 – 75 – 19 = 806 mm.
Beban kolom total = 1.330 + 1.720 = 3.050 kN
Pneto = 260 – 0,9(24) – 1,5(16) = 214,4 kN/m2
3.050 14,23
Aperlu = = 14,23 m2Lebar pondasi, 𝐵 = = 2,16 𝑚 ≈ 2,2 𝑚
214,4 6,6
9. Desain tulangan lentur dalam arah pendek, dilakukan seperti halnya pondasi telapak
setempat biasa. Lebar lajur di bawah masing-masing kolom ditetapkan sebesar lebar
kolom ditambah dengan 2 kali tinggi efektif di kedua sisi kolom.
a. Desain tulangan lentur arah pendek di bawah kolom I
Lebar lajur = lebar kolom + sisi luar kolom + d
= 400 + 400 + 806 = 1.606 mm ≈ 1,6 m
Tegangan tanah ultimit di bawah kolom I =
𝑃𝑢1 1.808
= = 821,82 𝑘𝑁/𝑚2
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑝𝑜𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 2,2
Jarak dari tepi pondasi ke muka kolom I dalam arah pendek adalah
2.200 400
− = 900 mm
2 2
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)
1
Mu (di muka kolom I pada arah pendek) = × 821,82 × 0,92 = 332,84 kN●m
2
𝑀𝑢 332,84 𝑥 106
Rn = = = 0,3558
𝜙𝑏𝑑 2 0,9 𝑥 1600 𝑥 8062
Jarak dari tepi pondasi ke muka kolom I dalam arah pendek adalah
2.200 500
− = 850 mm
2 2
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)
1
Mu (di muka kolom I pada arah pendek) = × 1.050,91 × 0,852 = 379,64
2
kN●m
𝑀𝑢 379,64 𝑥 106
Rn = = = 0,325
𝜙𝑏𝑑 2 0,9 𝑥 2.000 𝑥 8062
Apabila pondasi suatu bangunan terletak pada tanah dengan daya dukung yang jelek, dan didapati
bahwa lokasi kedalaman tanah keras cukup jauh dari muka tanah, maka terkadang digunakan
alternatif solusi berupa penggunaan pondasi dalam berupa tiang pancang.
Untuk memikul suatu beban kolom yang cukup berat, terkadang tidak cukup apabila hanya digunakan
satu buah tiang pancang saja. Guna menyatukan tiang pancang yang jumlahnya lebih dari satu itu,
maka diperlukan suatu struktur pile cap yang fungsinya untuk mendistribusikan beban dari kolom ke
masing-masing tiang pancang.
Perhitungan momen lentur dan gaya geser pada pile cap didasarkan pada asumsi bahwa reaksi dari
masing-masing tiang pancang terpusat pada pusat berat penampang tiang pancang (SNI 2847:2013
Pasal 15.2.3). Ketebalan minimum dari sebuah pile cap ditentukan sebesar 300 mm sesuai dengan
SNI 2847:2013 Pasal 15.7.
SOAL 7 (PERENCANAAN PILE CAP TIANG PANCANG)
Maka
Mu = 2(590)(0,75 - (0,4/2)) = 649 kN●m
𝑀𝑢 649 𝑥 106
Rn = = = 0,7046
𝜙𝑏𝑑 2 0,9 𝑥 2.400 𝑥 6532
Penyelesaian:
1. Total beban layan = 200 + (0,8)(1,5)(24) + 250
= 478,8 kN/m
406.5
2. Tegangan tanah maks =
1,5
=319,2 kN/m2 < 𝜎all (= 350 kN/m2) OK
3. Momen lentur terfaktor dihitung pada penampang kritis di muka
dinding:
qu = 1.2(200) + 1.2(0.8)(1.5)(24) + 1.6 (250)
= 674,56 kN/m
674,56
Pult = 1.5 = 449,707 kN/m2
1
Mu = 2 (449,707)(0.55) 2 = 68,018 kN.m
SOAL 8 (ANALISIS PONDASI BETON POLOS)
Kuat nominal beton polos dihitung dengan persamaan 13.23 : Mn = 0.42𝜆 𝑓𝑐′ Sm
Dengan Sm adalah modulus penampang pondasi telapak yang besarnya adalah Ig i(h/2),
sedangkan Ig adalah momen inersia penampang. Dengan mengabaikan 5 cm beton terbawah
(dengan asumsi bahwa setebal 5 cm beton terbawah memiliki mutu yang buruk). Maka
1
Ig = x 1000 x 7503 = 3,516. 1010 mm4
12
Sm = Ig i(h/2) = 3,516.1010/(750) = 46.880.000 mm3
Sehingga
Mn = 0,41𝜆 𝑓𝑐′ Sm = 0.41 (1,0) 40 x 46.880.000 = 121.563.012,9 N.mm
ɸMn = 0.60(121.563.012,9 ) = 72.9373807,74 N.mm = 72,94 kN.m > Mu
Kuat geser pondasi dianggap mencukup.