Anda di halaman 1dari 75

ANGGOTA KELOMPOK:

M. Irvan Nazmi (14 0404 043)


Tonny (16 0404 074)
Yavier Kristanto (16 0404 074)
Rizal Perdian Purba (16 0404 077)
Timothy Eka Rikky Ginting (16 0404 081)
Popo Hayati Pinem (16 0404 083)
Irfan Gultom (16 0404 085)
Benvalio Rabrageri (16 0404 114)
13.1 Pengantar Rekayasa Pondasi

Pondasi dalam istilah ilmu teknik sipil dapat didefenisikan sebagai bahan dari struktur
bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah yang berfungsi untuk menyalurkan beban-
beban yang diterima dari struktur tanak keatas lapisan tanah.

Proses desain struktur pondasi memerlukan analisis yang cukup lengkap, meliputi
kondisi/ jenis struktur atas, beban-beban kerja pada struktur, profil dari lapisan tanah tempat
bangunan/ struktur tersebut berada, serta kemungkinan terjadinya penurunan (settlement).
Hasil desain struktur pondasi yang optimal dapat menghasilkan biaya konstruksi yang minimal
tanpa mengurangi tingkat keamanan dan kinerja dari struktur tersebut.
Penentuan Beban Rencana

Beban yang harus dipikul oleh struktur pondasi pada umumnya adalah dari hasil
analisis struktur atas yang telah terlebih dahulu dilakukan.
Dalam perencanaan suatu struktur pondasi, perlu diketahui data-data seperti besarnya
beban, arah beban, lokasi beban kerja (sentries atau eksentris terhadap beban pondasi) serta
sumber beban tersebut (beban mati, hidup, gempa, angin tau yang lain).
Seorang perencana struktur menghitung total beban-beban yang bekerja, sehingga
dapat memberikan informasi kepada ahli geoteknik maupun ahli pondasi mengenai besarnya
beban yang harus dipikul oleh suatu elemen pondasi.
Tipe Beban Beban per Lantai
Beban terbagi rata 12 kN/m2 (1200 kg/m2)
Beban Kolom Minimum 100 kN
Beban Kolom Rata-rata 200 kN
Beban Kolom Maksimum 300 kN
TABEL 13.1 Beban Vertikal Tipikal untuk Bangunan Hunian Beton Bertulang Berdinding Bata

Dengan menggunakan tablel 13.1, maka apabila ada sebuah bangunan


bertingkat 20, beban maksimum kolom pada bangunan tersebut dapat ditaksir
sebesar 600 kN (612 ton). Nilai ini dapat berkurang apabila bangunan tersebut
mengaplikasikan material-material ringan seperti dinding gypsum.
Pemilihan Jenis Pondasi
• Berdasarkan informasi yang diperoleh dari penyelidikan tanah, maka dapat dipilih jenis-jenis
pondasi yang memungkinkan untuk digunakan. Pemilihan jenis pondasi yang tepat harus
mempertimbangkan kemudahan dalam pelaksanaan, biaya konstruksi, dan kinerja pondasi tersebut.
Suatu pemilihan jenis pondasi dapat dikatakan optimal apabila dapat dikerjakan dengan mudah
dengan biaya konstruksi yang minimal.

Penentuan Dimensi Pondasi


• Dalam tahap ini ditentukan dimensi dari pondasi, meliputi kedalaman dasar pondasi, daya dukung
pondasi, hingga ukuran penampang. Apabila kedalaman dasar pondasi telah ditentukan maka
selanjutnya ukuran pondasi harus di hitung untuk memikul beban rencana yang disalurkan oleh
sruktur atas.
• Untuk sebuah pondasi telapak beton bertulang, maka dimensi yang diperlukan adalah ukuran
panjang dan lebar serta ketebalan pelat pondasinya. Disamping it juga perlu diperhitungkan jumlah
pembesian yang diperlukan. Sedangkan untuk sebuah pondasi tiang pancang perlu diperhitungkan
dimeni penampang tang, panjang tiang, jumlah tiang pancang dalam suatu pile cap, serta ukuran dari
pile cap itu sendiri meliputi panjang, lebar dan tebalnya.
Tahap konstruksi
• Tahap konstruksi merupakan tahap pelaksanaan semua ide maupun perancanaan yang telah dilakukan
sebelumnya. Kontraktor pada umumnya melaksanakan sendiri pembuataan pondasi dangkal, namun untuk
pembuatan pondasi pada umumnya diperlukan kontraktor yang lebih spesifik.

• Untuk mendapatkan kinerja yang sesungguhnya dari suatu elemen pondasi, maka terkadang dapat dilakukan
uji beban (kenttledge system). Beban diberikan pada satu elemen pondasi dan dilakukan pengukuran
perpindahan vertikal (settlement) dari titik pondasi tersebut. Hasil yang diperoleh dari uji beban berupa
grafik antara beban dan perpindahan yang terjadi. Suatu elemen pondasi dapat diterima apabila dapat
memikul beban rencana tanpa mengalami perpindahan yang besar. Pada umumnya uji beban dilakukan,
hingga dua atau tiga kali dari beban rencana,dengan besar perpindahan dibatasi maksimum 20 mm. Gambar
13.2 menunjukkan setting uji beban di lapangan.
13.2 Jenis dan Tipe-Tipe Pondasi
Suatu elemen pondasi harus mampu mendistribusikan beban-beban mati maupun
beban-beban dinamik dari struktur atas ke lapisan tanah keras, sehingga tidak terjadi
perbedaan penurunan tergantung pada letak kedalaman dari tanah keras. Pada
umumnya jenis pondasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu
pondasi dangkal serta pondasi dalam.

Jenis-Jenis Pondasi Dangkal


Jenis-Jenis Pondasi Dalam
Digunakan pada kondisi lapisan tanah keras sebagai dasar pondasi, terletak cukup
dalam dari lapisan muka tanah. Pondasi tiang pancang serta pondasi tiang bor dapat
dikategorikan sebagai pondasi dalam.
Fungsi dari sebuah pondasi tiang adalah untuk mentransmisikan beban aksial kolom
sertaa beban momen ke lapisan tanah keras.
1. Tiang pancang pada umumnya sudah dicetak di pabrik (precast) dan kemudian
dikirim ke lokasi proyek untuk menjalani proses pemancangan.
2. Jenis pondasi tiang bor
Pada jenis ini tiang dicor di tempat setelah sebelumnya dilakukan proses
pengeboran pada titik tiang.

Pondasi tiang pada umumnya hadir dalam suatu grup tiang yang diikat oleh satu
buah pile cap.
13.3 Daya Dukung Tanah
Persamaan yang sering digunakan untuk menghitung daya dukung tanah pada pondasi
dangkal adalah:
1. Hitung qu
1
• Untuk pondasi lajur/menerus 𝑞𝑢 = 𝑐 ′ 𝑁𝑐 + 𝑞𝑁𝑞 + 𝛾𝐵𝑁𝛾
2
• Untuk pondasi persegi 𝑞𝑢 = 1,3𝑐 ′ 𝑁𝑐 + 𝑞𝑁𝑞 + 0,4 𝛾𝐵𝑁𝛾
• Untuk pondasi bentuk lingkaran 𝑞𝑢 = 1,3𝑐 ′ 𝑁𝑐 + 𝑞𝑁𝑞 + 0,3 𝛾𝐵𝑁𝛾
2. Daya dukung izin (qa)
𝑞
• 𝑞𝑎 = 𝑢
𝑆𝐹
3. Daya dukung ultimit untuk suatu tiang pancang dihitung dengan persamaan berikut:
• 𝑄𝑢 = 𝑄𝑝 + 𝑄𝑠

Nilai Qp dan Qs dihitung dengan persamaan-persamaan berikut:



𝑄𝑝 = 𝐴𝑝 . 𝑞𝑝 = 𝐴𝑝 ( 𝑐 ′ 𝑁𝑐 ∗ + 𝑞 ′ 𝑁𝑞 ) 𝑄𝑠 = Σ𝑝 . ΔL . f
13.4 PONDASI TELAPAK
 Definisi
 Mengalami mekanisme keruntuhan , yaitu :
- keruntuhan geser
- keruntuhan lentur setelah retak dalam arah diagonal terbentuk
- keruntuhan tarik diagonal
- keruntuhan lentur sebelum retak dalam arah diagonal terbentuk

GESER SATU ARAH GESER DUA ARAH


Vc1= 0,17

Vu1 Vc2 = 0,083

bo = keliling dari Vc1= 0,33


penampang kritis pada
βc = rasio sisi panjang
pelat pondasi telapak (mm)
terhadap sisi pendek
d = tinggi efektif pelat
dari beban terpusat
pondasi (mm)
atau daerah tumpuan
Tabel Rasio Tulangan Minimum Terhadap Luas Bruto Penampang Beton
Pelat dengan tulangan ulir bermutu 280 atau 350 MPa 0,002

Pelat dengan tulangan ulir bermutu 420 MPa atau jaring kawat las (wire-mesh) 0,0018

Pelat dengan tulangan ulir bermutu lebih dari 420 MPa 0,0018 x 420/fy

γs=

N1= (0,85 x f’cx A1)


Dengan = o,65 dan A1adalah luas bidang tumpu kolom. Nilai dari persamaan diatas dapat
diperbesar dengan mengalikannya terhadap faktor , apabila permukaan beton penumpu lebih
lebar di ke semua sisinya daripada daerah yang dibebani.
Namun nilai dari tidak boleh diambil lebih dari 2.
N2= (0,85 x f’cx A1) ≤ 2 x (0,85 x f’cx A1)

panjang penyaluran batang tulangan tekan dari kolom ke pelat pondasi :

ldc =
panjang penyaluran batang tulangan tarik dari kolom ke pelat
pondasi :

ld =

Kelebihan gaya yang harus dipukul oleh stek/pasak adalah :


PU lebih = PU – N1

luas tulangan stek/pasak yang dibutuhkan dapat dihitung


Ast =
ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR

GESER SATU MOMEN LENTUR


TEGANGAN
ARAH DAN DUA DAN TULANGAN
TANAH
ARAH TARIK

PANJANG TRANSFER BEBAN


PENYALURAN KOLOM KE GAMBAR
TULANGAN TARIK PONDASI
SOAL 1 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

Analisis pondasi telapak bujur sangkar


ditunjukkan dalam contoh soal berikut,
• Pondasi memikul beban dari kolom akibat
beban mati sebesar 1300 kN dan beban
hidup 700 kN. Mutu beton f’c= 20 Mpa
dan mutu baja tulangan fy = 400 Mpa.
Daya dukung izin tanah sebesar 250 kN/m2.
Pada pondasi terdapat timbunan tanah
setebal 0,6 m dengan berat jenis tanah
dianggap sebesar 16 kN/m3.
SOAL 1 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

PENYELESAIAN:
• Perhitungan tegangan tanah.
Beban kolom = 1300 + 700 = 2000 kN
Berat pondasi = 3(3)(0,6)(24) = 129,6 kN
Berat tanah =(32 – 0,62)(0,6)(16) = 82,944 kN
Beban total pada tanah = 2212,544 kN
2.212,544
Tegangan pada tanah = = 245,83 kN/2 < σall
3𝑥3
SOAL 1 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

• Perhitungan geser satu arah dan dua arah


drerata = tebal pondasi – selimut – 1 diameter tulangan
= 600 – 75 – 19 = 506 mm
1,2 1.300 +1,6(700)
Pult = = 297,78 𝑘𝑁/𝑚2
3𝑥3
Vult = Pult x area efektif = 297,78 x 0,694 x 3 = 619,98 kN
ϕVn=ϕ(0,17 λ 𝑓′𝑐 bd)=0,75(0,17)(1,0)( 20)(1,16x4)(506)
=865.559,55 N
=865,56 kN > Vu
Vult = Pult x area efektif = 297,78 x (32 – 1,1062) = 2.315,76 kN
SOAL 1 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

2 2
Vc1 =0,17(1+ )λ 𝑓′𝑐bod = 0,17(1+ )(1,0) 20(1.160x4)(506)
𝛽𝑐 1
=5.105.647,28 N
𝛼𝑠𝑑
Vc2 = 0,083( + 2) λ 𝑓′𝑐bod
𝑏𝑜
40𝑥506
=0,083( + 2)(1,0) 20 (1.160x4) (506)
4𝑥1.106
=5.463.330,44 N
Vc3 =0,33λ 𝑓′𝑐bod
= 0,33(1,0) 20(1.160x4)(506)
= 3.303.654,12 N
ϕVn = 0,75Vn = 0,75(3.303.654,12) = 2.477.740,59 N
= 2.477,74 > Vu2
SOAL 1 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

• Perhitungan momen lentur dan tulangan tarik


𝑃𝑛𝑒𝑡𝑡𝑜 𝑥 𝑏 𝑥 𝑙 2 297,78 𝑥 3 𝑥 1,22
Mu = = = 643,2 kN.m
𝑀𝑢 2 643,2 𝑥 106 2
Rn = 2 = 2 =0,9342
𝜙𝑏𝑑 0,9𝑥3.000𝑥506

0,85𝑓′ 𝑐 2𝑅𝑛 0,85 𝑥 20 2 𝑥 0,9342


ρperlu = [1- 1− ]= [1- 1− ]
𝑓𝑦 0,85𝑓′ 𝑐 400 0,85 𝑥 20
= 0,0024
Asperlu = 0,0024(3000)(506) = 3.643,2 mm2
Asmin = 0,0018(3000)(600) = 3.240 mm2
dipasang 13 D 19 atau D19 – 225.
SOAL 1 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

• Perhitungan panjang penyaluran tulangan tarik


𝑓𝑦 Ψ 𝑡 Ψ𝑒 Ψ 𝑠
ld = 𝐶𝑏 +𝐾𝑡𝑟 db
1,1 λ 𝑓′ 𝑐 𝑑𝑏

Diperoleh
panjang penyaluran yang dibutuhkan sebesar 809,2 mm.
panjang penyaluran yang tersedia adalah 1200 – 75 = 1125 > ld
SOAL 1 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

• Perhitungan transfer beban kolom ke pondasi.


• Kuat tumpu pada dasar kolom, N1
Pu = 1,2 (1300) + 1,6(700) = 2.680 kN
N1 = ϕ(0,85 x f’c x A1) =0,65(0,85)(20)(600 x 600) = 3.978.000N = 3.978
kN > Pu
• Kuat tumpu pada sisi atas pondasi, N2
A2 = 3000 x 3000 = 9.000.000 mm2
A1 = 600 x 600 = 360.000 mm2
𝐴2
=5
𝐴1
sehingga N2 = 2N1 = 2(3.978) = 7.956 kN > Pu
tidak diperlukan tulangan tambahan berupa stek
SOAL 1 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

SNI 2847:2013 pasal 15.8.2.1 mensyaratkan tulangan minimum


sebesar 0,005 kali luas bruto komponen struktur yang ditumpu, dalam
hal ini ada luasan penampang kolom. Sehingga dibutuhkan luas
tulangan minimum yang besarnya 0,005(600)(600) = 1800 mm2, atau
dapat digunakan tulangan stek 8D19.
SOAL 1 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

• Panjang penyaluran tulangan pasak


0,24 𝑓𝑦 0,24 𝑥 400
Ldc = db = x 19 = 407,86
1,0 𝑥 20
𝜆 𝑓′ 𝑐
Ld = 0,043 . db . fy
= 0,043(19)(400) = 326,8 mm
Ld = 200 mm
Dari ketiga nilai tersebut, maka panjang penyaluran minimum
yang disyaratkan adalah sebesar 407,86 mm. pada kenyataannya
tersedia panjang penyaluran sepanjang tebal pondasi telapak yaitu
600 mm
• Gambar hasil desain
penulangan pondasi
telapak
SOAL 2 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

• Rencanakan suatu pondasi telapak bujur sangkar yang memikul


beban mati 875 kN dan beban hidup 700 kN dari suatu kolom struktur
berukuran 400 x 400 mm2. Tegangan izin tanah σall = 250 kN/m2.
Tinggi timbunan tanah 0,6 m dengan berat jenis tanah sebesar 15
kN/m3. Mutu beton f’c = 20 MPa, mutu baja tulangan fy = 400 Mpa.
SOAL 2 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

Penyelesaian:
• Penentuan dimensi telapak.
diperkirakan dahulu berat sendiri pondasi serta berat timbunan
tanah. beban pada tanah sebesar 0,6(15) = 9 kN/m2.
Sehingga tegangan izin tanah neto adalah
Pneto = 250 – 0,6(24) – 9 = 256,6 kN/m2
875+700
Aperlu = = 6,95 m2
22,6
dipilih ukuran telapak sebesar 2750 x 2750 mm2 (A = 7,56 m2)
SOAL 2 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

dihitung beban terfaktor, Pu:


Pu = 1,2(875) + 1,6(700) = 2.170 kN
2.170
Pult = = 286,94 kN/m2
2,75 𝑥 2,75
• Penentuan tebal pondasi telapak berdasarkan tinjauan geser
drerata = 600 – selimut – 1 diamter = 600 – 75 – 19 = 506mm
geser satu arah:
Vult = Pult x area efektif = 286,94(0,669)(2,75) = 527,89 kN
ϕVn=ϕ(0,17λ 𝑓′𝑐 bd)=0,75(0,17)(1,0)( 20)(2750)(506)=793.429,59
N
=793,43 kN > Vul
SOAL 2 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

geser dua arah:


Vu2 = Pult x area efektif = 286,94 x (2,752 – 0,9062) = 1.934,45 kN
nilai kuat geser pons dua arah untuk beton ditentukan dari nilai terkecil
antara:
Vc1
2 2
=0,17(1+ )λ 𝑓′𝑐bod=0,17(1+ )(1,0) 20(906x4)(506)=4.182.383,76 N
𝛽𝑐 1
𝛼𝑠𝑑
Vc2 = 0,083( + 2)
𝑏𝑜
40𝑥506
λ 𝑓′𝑐bod=0,083( 20(906x4)(506)=5.162.817,21N
)(1,0)
4𝑥 906
Vc3=0,33λ 𝑓′𝑐bod = 0,33(1,0) 20(906x4)(506) = 2.706.248,32 N
SOAL 2 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

ϕVn = 0,75Vn = 0,75(2.706.248,32) = 2.029.686,24 N = 2.029,67 kN > Vu2


dengan demikian tebal pondasi sebesar 600 mm cukup untuk
digunakan dalam kasus ini.
SOAL 2 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

• Transfer beban kolom ke pondasi.


kuat tekan rencana berdasarkan tegangan ultimit beton sebesar
0,85f’c adalah
ϕPn=ϕ(0,85f’c)Ag = 0,65(0,85)(20)(400)2 = 1.768.000 N = 1.768 kN
ϕPn < Pu (= 2.170 kN) perlu tulangan stek
luas tulangan stek yang dibutuhkan sihitung sebagai berikut:
𝑃𝑢 − ϕ𝑃𝑛 2.170−1.768
As perlu = = = 1.546,15 mm2
ϕ𝑓𝑦 0,65 𝑥 400
As min = 0,005(400)2 = 800 mm2
dipasang tulangan stek 8D16 (As = 1.608 mm2).
SOAL 2 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

panjang penyaluran dihitung dari nilai maksimal antara:


0,24 𝑓𝑦 0,24 𝑥 400
• Ldc = db = x 16 = 343,46 mm
1,0 𝑥 20
𝜆 𝑓′ 𝑐

• Ld = 0,043 . db . fy = 0,043(16)(400) = 275,2 mm


• Ld = 200 mm
Dengan demikian, panjang penyaluran yang disyaratkan adalah 343,46
mm, dan hal ini sudah terpenuhi oleh ketebalan pondasi sebesar
600mm.
SOAL 2 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

• Perhitungan pembesian pelat pondasi


1
Mu = (286,94)(2,75)(1,175)2 = 544,72 kN.m
2
𝑀𝑢 544,72 𝑥 106
Rn = = =0,9671
𝜙𝑏𝑑 2 0,9𝑥2.750𝑥5062
0,85𝑓 ′ 𝑐 2𝑅𝑛 0,85 𝑥 20 2 𝑥 0,9671
ρ perlu = [1- 1 − ]= [1- 1 − ] =
𝑓𝑦 0,85𝑓′ 𝑐 400 0,85 𝑥 20
0,00249
As perlu = 0,0024(2750)(506) = 3.466,2 mm2
As min = 0,0018(2750)(600) = 2.970 mm2
dipasang 13D19 atau D19-200 (As = 3.679 mm2).
SOAL 2 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

• Panjang penyaluran tulangan tarik


𝑓𝑦 Ψ 𝑡 Ψ 𝑒 Ψ𝑠
ld = 𝐶𝑏 +𝐾𝑡𝑟 db
1,1 λ 𝑓′ 𝑐 𝑑𝑏

untuk tulangan berdiameter 19 mm dengan mutu beton f’c = 20 Mpa,


diperoleh panjang penyaluran yang dibutuhkan sebesar 809,2 mm.
maka
panjang penyaluran yang tersedia = 1,175 – 75 = 1.100 > ld
SOAL 2 (ANALISIS PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR)

• Sketsa hasil desain ditunjukkan dalam gambar c.13.2.b


SOAL 3 (ANALISIS PONDASI TELAPAK EMPAT PERSEGI
PANJANG)

Rencanakan suatu pondasi persegi empat panjang yang harus memikul


beban mati sebesar 1050 kN dan beban hidup sebesar 500 kN. Ukuran
kolom sebesar 450 x 450 mm2. Lebar pondasi dibatasi sebesar 2,00 m.
Tegangan izin tanah sebesar 260 kN/m2. Pengaruh timbunan tanah
diabaikan dalam contoh ini, sedangkan mutu beton 𝑓 ′ 𝑐 = 20MPa dan
mutu baja 𝑓 y = 400 MPa.
SOAL 3 (ANALISIS PONDASI TELAPAK EMPAT PERSEGI
PANJANG)

1. Menentukan ukuran pondasi.


Sebagai asumsi awal, tebal pondasi dianggap sebesar 600 mm. Maka:
Pneto = 260 – 0,6(24) = 245,6 kN/m2
1.050+500
Aperlu = = = 6,31 m2
245,6
Karena lebar pondasi dibatasi sebesar 2,00 m, maka panjang minimum
yang diperlukan = 6,31/2 = 3,155 m. Dicoba ukuran pondasi 2 x 3,2 m2
(A= 6,4 m2)
SOAL 3 (ANALISIS PONDASI TELAPAK EMPAT PERSEGI
PANJANG)
2. Menentukan tebal pondasi berdasarkan tinjauan geser.
Tebal pondasi akan dicari secara langsung berdasarkan geser satu arah. Beban kolom terfaktor:
Pu = 1,2(1.050)+1,6(500) = 2.060 kN
Tegangan ultimit akibat beban terfaktor adalah
2.060
Pult = = 321,875 kN/m2
2 𝑥 3,2
Dengan menggunakan potongan 1-1 dalam Gambar C.13.3.a dan menyamakan kuat geser
nominal Vn = Vc, maka:
Vu = ϕ(0,17λ 𝑓 ′ 𝑐𝑏𝑑) = 0,75 0,17 1,0 20 2.000 𝑑
321,875.10-3(2000)(1375 – d) = 0,75 0,17 1,0 20 2.000 𝑑
d = 496,12 mm
Diperoleh
Tebal total pondasi = 496,21 + 75 (selimut) + 19(diameter tulangan) = 590,12 mm.
Digunakan tebal pondasi 600 mm. Tebal efektif rata-rata = 600 – 75 – 19 = 506 mm.
SOAL 3 (ANALISIS PONDASI TELAPAK EMPAT PERSEGI
PANJANG)
Cek terhadap geser dua arah:
Vu = 321,875[(3,2)(2)-0,9562] = 1.765,83 kN
Nilai kuat geser pons dua arah untuk beton ditentukan dari nilai terkecil antara:
1+2 2
Vc1 = 0,17 𝜆 𝑓 ′ 𝑐𝑏0 𝑑 = 0,17 1 + 1,0 20 956 𝑥 4 506
𝛽𝑐 1
= 4.413.199,64 𝑁
𝛼𝑠 𝑑 40 𝑥 506
Vc2 = 0,083 +2 𝜆 𝑓 ′ 𝑐𝑏0 𝑑 = 0,083 +2 1,0 20 4 𝑥 956 506
𝑏0 4 𝑥 956
= 5.238.945,52 N
Vc3 = 0,33 𝜆 𝑓 ′ 𝑐𝑏0 𝑑 = 0,33 1,0 20 4 𝑥 956 506 = 2.855.599,7 𝑁
Maka: 𝜙𝑉𝑛 = 0,75 𝑉𝑛 = 0,75 2.855.599,7 = 2.141.699,83 𝑁
= 2.141,69 𝑘𝑁 > 𝑉𝑢2 OK
Dengan demikian tebal pondasi sebesar 600 mm cukup untuk digunakan dalam kasus ini.
SOAL 3 (ANALISIS PONDASI TELAPAK EMPAT PERSEGI
PANJANG)
3. Transfer beban kolom ke pondasi.
𝜙Pn = 𝜙(0,85𝑓 ′ 𝑐)𝐴𝑔 = 0,65(0,85)(20)(450)2 = 2.237.625 N = 2.237,63 kN
𝜙Pn > Pu (= 2060 kN)  pasang tulangan stek minimum
As min = 0,005(450)2 = 1012,5 mm2 Dipasang tulangan stek 4D19 (As= 1132 mm2)

Tulangan stek 4D19 harus memiliki panjang


penyaluran yang mencukupi, dengan panjang
penyaluran dihitung dari nilai maksimal antar:

0,24 𝑓𝑦 0,24 𝑥 400


a. ldc = db = x 19 = 407,86 mm
1,0 𝑥 20
𝜆 𝑓′ 𝑐

b. ld = 0,043 . db . fy = 0,043(19)(400) = 326,8 mm


c. ld = 200 mm
Dengan demikian panjang penyaluran yang
disyaratkan adalah 407,86 mm, dimana hal ini sudah
terpenuhi oleh ketebalan pondasi sebesar 600 mm.
SOAL 3 (ANALISIS PONDASI TELAPAK EMPAT PERSEGI
PANJANG)

4. Desain terhadap momen lentur.


Tulangan lentur arah memanjang didistribusikan merata selebar 2,0 m (lebar pondasi), sedangkan
tulangan arah pendek, sebagian dari tulangan total yang diperlukan harus disebarkan pada suatu jalur
yang lebarnya sama dengan lebar pondasi dalam arah pendek. Jumlah tulangan yang harus disebar
dalam jalur tersebut harus memenuhi persamaan:
𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑗𝑎𝑙𝑢𝑟 2
=
𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘 𝛽 + 1
Sisa tulangan yang dibutuhkan dalam arah pendek harus disebarkan merata di luar lebar jalur tersebut.
Parameter 𝛽 adalah perbandingan antara sis panjang terhadap sisi pendek pondasi. Nilai rasio 2/( 𝛽 +
1) digunakan dengan asumsi bahwa intensitas tulangan pada jalur pusat adalah dua kali lipat daripada
di luar jalur.
SOAL 3 (ANALISIS PONDASI TELAPAK EMPAT PERSEGI
PANJANG)

Dalam arah memanjang:


321,875 𝑥 2 𝑥 1,3752
Mu = = 608,55 kN.m
2
d arah panjang = 600 – 75 – ½(19) = 515,5 mm
𝑀𝑢 608,55 𝑥 106
Rn = = =1,2722
𝜙𝑏𝑑 2 0,9 𝑥 2.000𝑥515,52
0,85𝑓 ′ 𝑐 2𝑅𝑛 0,85 𝑥 20 2 𝑥 1,2722
ρ perlu = [1- 1− ] = [1- 1− ] = 0,00331
𝑓𝑦 0,85𝑓 ′ 𝑐 400 0,85 𝑥 20
As perlu = ρbd = 0,00331(2.000)(515,5) = 3412,61 mm2
As min = 0,0018(2.000)(600) = 2.160 mm2
dipasang 12 D 19 atau D19 – 150 (As = 3.773,3 mm2).
SOAL 3 (ANALISIS PONDASI TELAPAK EMPAT PERSEGI
PANJANG)
Dalam arah pendek:
321,875 𝑥 3,2 𝑥 0,7752
Mu = = 309,32 kN.m
2
d arah panjang = 600 – 75 – 19 – ½(19) = 496,5 mm
𝑀𝑢 309,32 𝑥 106
Rn = = =0,4357
𝜙𝑏𝑑 2 0,9 𝑥 3.200𝑥496,52
0,85𝑓′ 𝑐 2𝑅𝑛 0,85 𝑥 20 2 𝑥 0,4357
ρ perlu = [1- 1− ] = [1- 1− ] = 0,0011
𝑓𝑦 0,85𝑓′ 𝑐 400 0,85 𝑥 20

As perlu = ρbd = 0,0011(3.200)( 496,5) = 1.747,68 mm2


As min = 0,0018(3.200)(600) = 3.456 mm2
dipasang 12 D 19 atau D19 – 250 (As = 3.662,4 mm2).
𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑗𝑎𝑙𝑢𝑟 2
= 3,2 =0,769 = 0,8
𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘 +1
2
Jumlah tulangan dalam jalur 2 meter arah pendek = 0,8 (12) = 9,6 = 10 buah, sisa dua buah tulangan
dipasang pada sisi luar dari arah pendek.
SOAL 3 (ANALISIS PONDASI TELAPAK EMPAT PERSEGI
PANJANG)
5, Perhitungan panjang penyaluran tulangan tarik.
Panjang penyaluran tulangan dihitung dengan menggunakan persamaan 13.22, atau
dengan menggunakan nilai yang telah dirangkumkan pada Tabel 11.2. Dari Tabel 11.2,,
untuk tulangan berdiameter 19 mm dengan mutu beton 𝑓′𝑐= 20 MPa, diperoleh panjang
penyaluran yang dibutuhkan sebesar 809,2 mm. Maka

Panjang penyaluran yang tersedia = ½ (3200 – 450) – 75 = 1300 > ld OK

Sedangkan dalam arah pendek, tersedia panjang penyaluran sebesar ½ (2000 – 450) –
75 = 700 mm < ld. Karena dalam arah pendek yang tidak tersedia jarak yang cukup
untuk panjang penyaluran, maka ujung tulangan dapat dibengkokkan untuk membentuk
kait 90°. Panjang kait yang dibutuhkan minimal sebesar 12db atau sama dengan 12(19)
= 228 mm.
Hasil perencanaan pondasi secara
lengkap ditunjukkan dalam Gambar
13.5 Pondasi Beton Polos
Penggunaan beton polos struktural dibatasi untuk komponen struktur yang di tahan oleh tanah secara
menerus atau di tahan oleh komponen struktural lainnya yang mampu memberikan tumpuan vertikal
secara menerus ( SNI 2847:2013 Pasal 22.2 ). Penggunaan beton polos pada struktur pondasi digunakan
sebagai struktur pemikul dinding, dan terbatas pada kondisi tanah dengan daya dukung yang baik.

Perencanaan penampang beton polos yang memikul beban lentur harus didasarkan pada:
ɸMn ≥ Mu
dengan Mu adalah momen terfaktor dan Mn adalah kuat momen nominal yang dihitung sebagai berikut :

Untuk kondisi yang dikontrol oleh tarik :


Mn = 0,42𝜆 ′ Sm (13.23)
𝑓𝑐
Untuk kondisi yang dikontrol oleh tekan :
Mn = 0.85 .𝑓𝑐′ . Sm (13.24)
Dengan Sm adalah modulus penampang elastis dari pondasi, sedangkan faktor reduksi ɸ untuk beton
polos struktural diambil sebesar 0.60 (SNI 2847:2013, Pasal 9.3.4)
SOAL 4 (ANALISIS PONDASI BETON POLOS)
Lakukan analis terhadap pondasi beton polos pada Gambar C.
13.4 yang memikul beban mati dinding sebesar 275 kN/m dan
beban hidup 100kN/m. Mutu beton 𝑓𝑐′ = 20 𝑀𝑃𝑎 dan tegangan
izin tanah adalah 250kN/m2.

Penyelesaian:
1. Total beban layan = 275 + (0.75)(1.75)(24) + 100
= 406,5 kN/m
406.5
2. Tegangan tanah maks =
1.75
=232,3 kN/m < 𝜎all (= 250 kN/m2)
2 OK
3. Momen lentur terfaktor dihitung pada penampang kritis di muka
dinding:
qu = 1.2(275) + 1.2(0.75)(1.75)(24) + 1.6 (100)
= 527,8 kN/m
527.8
Pult = 1.75 = 301,6 kN/m2

1
Mu = 2 (301.6)(0.725)2 = 79,264 kN.m
SOAL 4 (ANALISIS PONDASI BETON POLOS)

Kuat nominal beton polos dihitung dengan persamaan 13.23 : Mn = 0.42𝜆 𝑓𝑐′ Sm
Dengan Sm adalah modulus penampang pondasi telapak yang besarnya adalah Ig i(h/2),
sedangkan Ig adalah momen inersia penampang. Dengan mengabaikan 5 cm beton terbawah
(dengan asumsi bahwa setebal 5 cm beton terbawah memiliki mutu yang buruk). Maka
1
Ig = x 1000 x 7003 = 2,858. 1010 mm4
12
Sm = Ig i(h/2) = 2,585.1010/(7002) = 81.666.666,67 mm3
Sehingga
Mn = 0,42𝜆 𝑓𝑐′ Sm = 0.41 (1,0) 20 x 81.666.666,67 = 153.394.263,26 N.mm
ɸMn = 0.60(153.394.263,26) = 92.036.557.96 N.mm = 92,04 kN.m > Mu
Kuat geser pondasi dianggap mencukupi sebab penumpang kritis terletak sejarak d dari muka
dinding, yang jatuh dekat tepi pondasi.
SOAL 5 (ANALISIS PONDASI BETON POLOS)
Lakukanlah analisis terhadap pondasi beton polos berikut yang
memikul beban mati sebesar 350 kN/m dan beban hidup 100 kN/m.
Mutu beton 𝑓′𝑐= 35 MPa dan tegangan izin tanah adalah 300
kN/m2.
Penyelesaian:
1. Tegangan beban layan = 350 + 100 + (0,6)(2)(24) = 478,8 kN/m
478,8
2. Tegangan tanah maks =
2
=239,4 kN/m2 < 𝜎all (= 300 kN/m2) OK
1. Momen lentur terfaktor dihitung pada penampang kritis di muka
dinding:
qu = 1.2(350) + 1.2(0.6)(2)(24) + 1.6 (100)
= 925,6 kN/m
925,6
Pult = = 462,8 kN/m2
2
1
Mu = (462,8)(0.75)2 = 130,1625 kN.m
2
SOAL 5 (ANALISIS PONDASI BETON POLOS)

4. Kuat nominal beton polos dihitung dengan persamaan 13.23 : Mn = 0.42𝜆 𝑓𝑐′ Sm
Dengan Sm adalah modulus penampang pondasi telapak yang besarnya adalah Ig i(h/2),
sedangkan Ig adalah momen inersia penampang. Dengan mengabaikan 5 cm beton terbawah
(dengan asumsi bahwa setebal 5 cm beton terbawah memiliki mutu yang buruk). Maka
1
Ig = x 1000 x 5503 = 1,387. 1010 mm4
12
Sm = Ig /(h/2) = 1,387. 1010 /(550/2) = 50.436.363,64 mm3

Sehingga
Mn = 0,42𝜆 𝑓𝑐′ Sm = 0.42 (1,0) 35 x 50.436.363,64 = 125.321.931,5 N.mm
ɸMn = 0.60(125.321.931,5) = 75.193.158,92 N.mm = 75,19 kN.m < Mu TIDAK OK
Kuat geser pondasi dianggap tidak mencukupi.
13.6 Pondasi Gabungan
Pada pondasi yang terletak pada tanah lembek (daya dukung tanah yang
kecil) terkadang diperlukan bar/ ukuran pondasi yang cukup besar., dan hal
ini berakibat terkadang akan ada pondasi yang saling bertumpangan. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, dua titik kolom yang berdekatan dapat
digabung menjadi satu pondasi. Pondasi demikian sering dinamakan

dengan istilah pondasi gabungan. Tegangan tanah yang timbul, qu , akibat beban kolom, akan mengakibatkan
pondasi mengalami lendutan seperti pada Gambar 13.13. Contoh desain pondasi gabungan diberikan dalam
contoh 13.5.

Desain penulangan lentur arah memanjang pada pondasi


gabungan dapat di lakukan dengan menganggap pondasi sebagai
suatu balok yang memikul beban merata qu. Sedangkan untuk arah
pendek, beban dari kolom dianggap disebarkan merata pada suatu
lebar pondasi yang besarnya sama dengan ukuran kolom ditambah
dengan d di kedua sisi kolom. Atau dengan kata lain, beban dari
kolom bekerja pada suatu balok yang memiliki lebar c + 2d, dan
panjang balok tersebut sama dengan lebar dari pondasi gabungan
(Gambar 13.14).
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)

Desainlah penulangan lentur untuk suatu pondasi gabungan


yang memikul dua buah kolom seperti ditunjukkan dalam
Gambar C.13.5.a. Tegangan izin tanah 𝜎all = 260 kN/m2.
Tinggi timbunan tanah adalah 1,5 m dihitung dari
permukaan atas pondasi. (𝛾tanah = 16 kN/m3). Gunakan mutu
beton 𝑓 ′ 𝑐 = 25 𝑀𝑃𝑎, mutu baja tulangan 𝑓 y = 400 MPa.
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)

Penyelesaian:
1. Tentukan lokasi resultan dari beban kolom, dengan cara mengambil jumlahan
momen terhadap pusat dari kolom I:
1.100 + 620 × 4.800
𝑥= = 2.700 𝑚𝑚
1.100 + 620 + 800 + 530
Dari tepi kiri pondasi, maka resultan beban kolom berada sejarak 2.700 +
600 = 3.300 mm. Agar lokasi resultan beban kolom berimpit dengan lokasi
resultan dari tegangan tanah yang timbul pada pondasi gabungan, maka
panjang pondasi gabungan dapat diambil sebesar 2 x 3.300 = 6.600 mm = 6,6
m.
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)
2. Menentukan luas pondasi gabungan. Ketebalan pondasi direncanakan dahulu sebesar 900
mm, sehingga tinggi efektif pondasi, d = 900 – 75 – 19 = 806 mm.
Beban kolom total = 1.330 + 1.720 = 3.050 kN
Pneto = 260 – 0,9(24) – 1,5(16) = 214,4 kN/m2
3.050 14,23
Aperlu = = 14,23 m2Lebar pondasi, 𝐵 = = 2,16 𝑚 ≈ 2,2 𝑚
214,4 6,6

Jadi digunakan ukuran pondasi


gabungan sebesar 6,6 x 2,2 m2
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)
3. Tentukan tegangan tanah ultimit akibat beban kolom terfaktor:
Pu1 = 1,2(800) + 1,6(530) = 1.808 kN
Pu2 = 1,2(1.100) + 1,6(620) = 2.312 kN
Tegangan tanah ultimit:
1.808+2.312
Pult = = 283,75 𝑘𝑁/m2
6,6 ×2,2
4. Gambarkan diagram gaya lintang pada pondasi gabungan, dengan menganggap pondasi
sebagai suatu balok dengan panjang 6,6 m yang ditopang oleh dua buah kolom dan
memikul beban merata, yang besarnya adalah tegangan tanah ultimit dikali dengan lebar
pondasi = 283,75 x 2,2 = 624,5 kN/m (Gambar C.13.5.b). Maka
Vu (di muka kiri kolom I) = 624,25(0,6 – (0,4/2)) = +249,7 kN
Vu (di muka kanan kolom I) = 249,7 + 624,25(0,4) – 1.808 = -1.308 kN
Vu (di muka kiri kolom II) = -1.308,6 kN + 624,25(4,8 – (0,4/2) – (0,5/2)) = +1.406,89 kN
Vu (di muka kanan kolom II) = +1.406,89 + 624,25(0,5) – 2.312 = -592.98 kN
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)

Lokasi titik dengan


gaya lintang Vu = 0
dihitung dari muka
kanan kolom I,
terletak pada:
1.308,6
𝑥=
624,25
= 2,096 𝑚
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)

5. Gambarkan diagram momen lentur pada pondasi gabungan, dengan menganggap


pondasi sebagai suatu balok dengan panjang 6,6 m yang ditopang oleh dua buah kolom
dan memikul beban merata sebesar 624,25 kN/m (Gambar C.13.5.b).
1
Mu1 (di muka kiri kolom I) = × 624,25 × 0.42 = 49,94 kNm
2
1
Mu2 (di muka kiri kolom II)
= × 624,25 × 0.952 = 281,69 kNm
2
Momen maksimum terjadi pada 2,896 m dari tepi kiri pondasi gabungan, yang
besarnya adalah
1
Mmaks = = × 624,25 × 2,8962 – 1.808 (2,896-0,6) = -1.533,43 kNm
2
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)

6. Periksa ketebalan pondasi terhadap kemungkinan kegagalan geser satu arah.


Gaya eser maksimum terjadi pada jarak d (=806 mm) dari sebelah kiri muka
kolom II, yang besarnya adalah Vu1 = 1.406,89 – 0,806(624,25) = 903,74 kN.
Sehingga
ϕVc = ϕ(0,17λ 𝑓′𝑐𝑏𝑑) = 0,75 0,17 1,0 25 2.200 806 =
1.130.415 𝑁 = 1.130,4 𝑘𝑁< Vu1
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)
7. Periksa terhadap geser dua arah (pons) pada kolom II.
bo = 4(c + d) = 4(500 + 806) = 5.224 mm
(c + d) = 500 + 806 = 1.306 mm
Vu2 = Pu2 – qu (c + d)2 = 2.312 – 283,75(1,306)2 = 1.828,03 kN
Nilai kuat geser pons dua arah untuk beton ditentukan dari nilai terkecil antara:
1+2 2
Vc1 = 0,17 𝜆 𝑓 ′ 𝑐𝑏0 𝑑 = 0,17 1 + 1,0 25 5.224 806 =
𝛽𝑐 1
10.736.887,2 𝑁
𝛼𝑠 𝑑 40 𝑥 806
Vc2 = 0,083 + 2 𝜆 𝑓 ′ 𝑐𝑏0 𝑑 = 0,083 +2 1,0 25 5.224 806
𝑏0 5.224
=14.278.709,12 N
Vc3 = 0,33 𝜆 𝑓 ′ 𝑐𝑏0 𝑑 = 0,33 1,0 25 5.224 806 = 6.947.397,6 𝑁
Maka:
𝜙𝑉𝑛 = 0,75 𝑉𝑛 = 0,75 6.947.397,6 = 5.210.548,2 𝑁
= 5.210,55 𝑘𝑁 > 𝑉𝑢2
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)
8. Desain tulangan lentur dalam arah memanjang
Mu = 1.533,43 kN●m
𝑀𝑢 1.533,43 𝑥 106
Rn = = = 1,1921
𝜙𝑏𝑑 2 0,9 𝑥 2.200 𝑥 8062

0,85𝑓 ′ 𝑐 2𝑅𝑛 0,85 𝑥 25 2 𝑥 1,1921


𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 1− 1− ′ = 1− 1− = 0,00307
𝑓𝑦 0,85𝑓 𝑐 400 0,85 𝑥 35
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑏𝑑 = 0,00307 2.200 806
= 5.443,72 𝑚𝑚 2
𝐴𝑠𝑚𝑖𝑛 = 0,0018 2.200 900 = 3.564 𝑚𝑚2
Gunakan 20D19 (As = 5.660 mm2)
Untuk kepraktisan, tulangan ini dapat dipasang di sepanjang sisi atas pondasi gabungan, dan di
sisi bawah dari pondasi dapat diberikan tulangan minimum sebesar 3.564 mm2 (digunakann
13D19 atau D19 – 150).
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)

9. Desain tulangan lentur dalam arah pendek, dilakukan seperti halnya pondasi telapak
setempat biasa. Lebar lajur di bawah masing-masing kolom ditetapkan sebesar lebar
kolom ditambah dengan 2 kali tinggi efektif di kedua sisi kolom.
a. Desain tulangan lentur arah pendek di bawah kolom I
Lebar lajur = lebar kolom + sisi luar kolom + d
= 400 + 400 + 806 = 1.606 mm ≈ 1,6 m
Tegangan tanah ultimit di bawah kolom I =
𝑃𝑢1 1.808
= = 821,82 𝑘𝑁/𝑚2
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑝𝑜𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 2,2

Jarak dari tepi pondasi ke muka kolom I dalam arah pendek adalah
2.200 400
− = 900 mm
2 2
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)

1
Mu (di muka kolom I pada arah pendek) = × 821,82 × 0,92 = 332,84 kN●m
2
𝑀𝑢 332,84 𝑥 106
Rn = = = 0,3558
𝜙𝑏𝑑 2 0,9 𝑥 1600 𝑥 8062

0,85𝑓 ′ 𝑐 2𝑅𝑛 0,85 𝑥 25 2 𝑥 0,3558


𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 1− 1− ′
= 1− 1−
𝑓𝑦 0,85𝑓 𝑐 400 0,85 𝑥 25
= 8,971 𝑥 10−4
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑏𝑑 = 8,971 𝑥 10−4 1.600 806 = 1.156 𝑚𝑚2
𝐴𝑠𝑚𝑖𝑛 = 0,0018 1.600 900 = 2.592 𝑚𝑚2
Gunakan 10 D 19 (As=2.830 mm2)
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)

b. Desain tulangan lentur arah pendek di bawah kolom II


Lebar lajur = lebar kolom + 2 d = 400 + 2(806) = 2.012 mm ≈ 2,0 m

Tegangan tanah ultimit di bawah kolom II =


𝑃𝑢2 2.312
= = 1.050,91 𝑘𝑁/𝑚2
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑝𝑜𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 2,2

Jarak dari tepi pondasi ke muka kolom I dalam arah pendek adalah
2.200 500
− = 850 mm
2 2
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)
1
Mu (di muka kolom I pada arah pendek) = × 1.050,91 × 0,852 = 379,64
2
kN●m
𝑀𝑢 379,64 𝑥 106
Rn = = = 0,325
𝜙𝑏𝑑 2 0,9 𝑥 2.000 𝑥 8062

0,85𝑓 ′ 𝑐 2𝑅𝑛 0,85 𝑥 25 2 𝑥 0,325


𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 1− 1− ′
= 1− 1−
𝑓𝑦 0,85𝑓 𝑐 400 0,85 𝑥 25
= 8,188 𝑥 10−4
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑏𝑑 = 8,188 𝑥 10−4 2.000 806 = 1.319,9 𝑚𝑚2
𝐴𝑠𝑚𝑖𝑛 = 0,0018 2.000 900 = 3.240 𝑚𝑚2
Gunakan 12 D 19 (As=2.830 mm2)
SOAL 6 (DESAIN PONDASI GABUNGAN)

Gambar penulangan pondasi ditunjukkan dalam Gambar C.13.5.c


13.7 Pile Cap Tiang Pancang

Apabila pondasi suatu bangunan terletak pada tanah dengan daya dukung yang jelek, dan didapati
bahwa lokasi kedalaman tanah keras cukup jauh dari muka tanah, maka terkadang digunakan
alternatif solusi berupa penggunaan pondasi dalam berupa tiang pancang.

Untuk memikul suatu beban kolom yang cukup berat, terkadang tidak cukup apabila hanya digunakan
satu buah tiang pancang saja. Guna menyatukan tiang pancang yang jumlahnya lebih dari satu itu,
maka diperlukan suatu struktur pile cap yang fungsinya untuk mendistribusikan beban dari kolom ke
masing-masing tiang pancang.

Perhitungan momen lentur dan gaya geser pada pile cap didasarkan pada asumsi bahwa reaksi dari
masing-masing tiang pancang terpusat pada pusat berat penampang tiang pancang (SNI 2847:2013
Pasal 15.2.3). Ketebalan minimum dari sebuah pile cap ditentukan sebesar 300 mm sesuai dengan
SNI 2847:2013 Pasal 15.7.
SOAL 7 (PERENCANAAN PILE CAP TIANG PANCANG)

Rencanakan penulangan suatu pile


cap yang terdiri dari 4 buah tiang
pancang berukuran 300 x 300 mm2,
dan memikul kolom struktur
berukuran 400 x 400 mm2. Beban
kolom terdiri dari beban mati,
PD=1.100 kN, dan beban hidup PL =
650 kN. Gunakan mutu beton f’c =
35 MPa, mutu baja tulangan fy = 400
MPa.
SOAL 7 (PERENCANAAN PILE CAP TIANG PANCANG)

1. Hitung beban terfaktor yang dipikul oleh kolom. Maka Pu = 1,2


PD + 1,6 PL = 1,2(1.100) + 1,6(650) = 2360 kN.

Sehingga reaksi pada masing-masing tiang pancang adalah


2.360
Vu = = 590 𝑘𝑁
4
SOAL 7 (PERENCANAAN PILE CAP TIANG PANCANG)
2. Periksa terhadap geser dua arah. Estimasikan tebal pile cap adalah h = 750 mm,
dengan 750 – 75 – 22 = 653 mm.
a. Geser dua arah di sekitar kolom
bo = 4 𝑐 + 𝑑 = 4 400 + 653 = 4.212 𝑚𝑚
Nilai kuat geser pons dua arah untuk beton ditentukan dari nilai terkecil antara:
1+2 2
Vc1 = 0,17 𝜆 𝑓 ′ 𝑐𝑏0 𝑑 = 0,17 1 + 1,0 35 4.212 653 =
𝛽𝑐 1
8.298.617,39 𝑁
𝛼𝑠 𝑑 40 𝑥 653
Vc2 = 0,083 +2 𝜆 𝑓 ′ 𝑐𝑏0 𝑑 = 0,083 +2 1,0 35 4.212 653 =
𝑏0 4.212
11.076.381,88 𝑁
Vc3 = 0,33 𝜆 𝑓 ′ 𝑐𝑏0 𝑑 = 0,33 1,0 35 4.212 653 = 5.369.693,61 𝑁
MAKA: 𝜙𝑉𝑛 = 0,75 𝑉𝑛 = 0,75 5.369.693,61 = 4.027.270,21 𝑁
= 4.027,27 𝑘𝑁 > 𝑉𝑢 = 2.360 𝑘𝑁
SOAL 7 (PERENCANAAN PILE CAP TIANG PANCANG)
SOAL 7 (PERENCANAAN PILE CAP TIANG PANCANG)
b. Geser dua arah di sekitar tiang pancang
bo = 2(450 + c/2 + d/2) = 2(450 + 150 + 326,5) = 1.853 mm
Nilai kuat geser pons dua arah untuk beton ditentukan dari nilai terkecil antara:
1+2 2
Vc1 = 0,17 𝜆 𝑓 ′ 𝑐𝑏0 𝑑 = 0,17 1 + 1,0 35 1.853 653
𝛽𝑐 1
= 3.650.839,9 𝑁
𝛼𝑠 𝑑 40 𝑥 653
Vc2 = 0,083 + 2 𝜆 𝑓 ′ 𝑐𝑏0 𝑑 = 0,083 +2 1,0 35 1.853 653
𝑏0 1.853
= 9.563.575 𝑁
Vc3 = 0,33 𝜆 𝑓 ′ 𝑐𝑏0 𝑑 = 0,33 1,0 35 1.853 653 = 2.362.308,22 𝑁

𝑀𝐴𝐾𝐴 ∶ 𝜙𝑉𝑛 = 0,75 𝑉𝑛 = 0,75 2.362.308,22 = 1.771.731 𝑁


= 1.771,73 𝑘𝑁 > 𝑉𝑢 = 590 𝑘𝑁
Geser satu arah tidak terlalu menentukan geser, karena tiang pancang
berada di dalam daerah kritis peninjauan terhadap geser satu arah yang
terletak sejajar d (=653 mm) dari muka kolom.
4. Desain terhadap lentur.

Nilai momen lentur yang digunakan


untuk mendesain penulangan pile
cap diambil dari reaksi tiang
pancang terhadap muka kolom.
Dalam soal ini ada dua buah tiang
pancang yang menimbulkan omen
terhadap muka kolom di masing-
masing arah (Gambar C.13.6.d).
SOAL 7 (PERENCANAAN PILE CAP TIANG PANCANG)

Maka
Mu = 2(590)(0,75 - (0,4/2)) = 649 kN●m
𝑀𝑢 649 𝑥 106
Rn = = = 0,7046
𝜙𝑏𝑑 2 0,9 𝑥 2.400 𝑥 6532

0,85𝑓 ′ 𝑐 2𝑅𝑛 0,85 𝑥 35 2 𝑥 0,7046


𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 1− 1− ′
= 1− 1− = 0,001783
𝑓𝑦 0,85𝑓 𝑐 400 0,85 𝑥 35
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑏𝑑 = 0,001783 2.400 653
= 2.794,32 𝑚𝑚2
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 0,0018 2.400 750 = 3.240 𝑚𝑚2
Gunakan 9D22 (As = 3.420 mm2). Atau dapat juga digunakan tulangan 12D19, As =
3.396 mm2 (D19-200)
SOAL 7 (PERENCANAAN PILE CAP TIANG PANCANG)

Gambar penulangan struktur pile cap ditunjukkan dalam gambar C.13.6.e


SOAL 8 (ANALISIS PONDASI BETON POLOS)
Lakukan analis terhadap pondasi beton polos pada Gambar C.
13.4 yang memikul beban mati dinding sebesar 200 kN/m dan
beban hidup 250 kN/m. Mutu beton 𝑓𝑐′ = 40 𝑀𝑃𝑎 dan tegangan
izin tanah adalah 350 kN/m2.

Penyelesaian:
1. Total beban layan = 200 + (0,8)(1,5)(24) + 250
= 478,8 kN/m
406.5
2. Tegangan tanah maks =
1,5
=319,2 kN/m2 < 𝜎all (= 350 kN/m2) OK
3. Momen lentur terfaktor dihitung pada penampang kritis di muka
dinding:
qu = 1.2(200) + 1.2(0.8)(1.5)(24) + 1.6 (250)
= 674,56 kN/m
674,56
Pult = 1.5 = 449,707 kN/m2

1
Mu = 2 (449,707)(0.55) 2 = 68,018 kN.m
SOAL 8 (ANALISIS PONDASI BETON POLOS)

Kuat nominal beton polos dihitung dengan persamaan 13.23 : Mn = 0.42𝜆 𝑓𝑐′ Sm
Dengan Sm adalah modulus penampang pondasi telapak yang besarnya adalah Ig i(h/2),
sedangkan Ig adalah momen inersia penampang. Dengan mengabaikan 5 cm beton terbawah
(dengan asumsi bahwa setebal 5 cm beton terbawah memiliki mutu yang buruk). Maka
1
Ig = x 1000 x 7503 = 3,516. 1010 mm4
12
Sm = Ig i(h/2) = 3,516.1010/(750) = 46.880.000 mm3
Sehingga
Mn = 0,41𝜆 𝑓𝑐′ Sm = 0.41 (1,0) 40 x 46.880.000 = 121.563.012,9 N.mm
ɸMn = 0.60(121.563.012,9 ) = 72.9373807,74 N.mm = 72,94 kN.m > Mu
Kuat geser pondasi dianggap mencukup.

Anda mungkin juga menyukai