Oleh :
WIYANA HENDRI WID
210521618055
Pondasi adalah bagian yang mendasari struktur bangunan yang dirancang untuk
mendistribusikan beban bangunan di atasnya ke tanah pada dasar di bawahnya. Secara
umum fondasi dapat dibagi menjadi dua bagian:
1. Pondasi dangkal, yaitu jika kedalaman pondasi kurang atau sama dengan lebar
pondasi (D≤B).
2. Pondasi dalam, yaitu jika kedalaman pondasi dari muka tanah lebih dari lima kali
lebar pondasi (D≤5B).
Pondasi menahan beban yang cukup berat dalam fungsinya sebagai sub-struktur.
Segingga dalam melaksanakan perencanaan pondasi diharapkan selalu memperhitungkan
secara detail dan kompleks.
Selain perhitungan pertimbangkan kekuatan struktural saat merencanakan substruktur
yang akan digunakan, pondasi bangunan juga diharapkan memiliki nilai ekonomis dan
efisiensi. Kekuatan tanah yang menerima beban gaya tersalurkan oleh pondasi juga tidak
lepas dari perhitungan dampak dari dibuatnya pondasi tersebut, sehingga keruntuhan geser
tanah dan terjadinya penurunan settlement dapat dipastikan tidak terjadi secara berlebihan.
1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui bagaimana perencanaan pondasi tiang pancang
1.3.2 Mengetahui hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan pondasi tiang
pancang
1.3.3 Mengetahui langkah pemasangan pondasi tiang pancang
1.3.4 Mengetahui kapan pemancangan tiang dihentikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Bowles dalam Herbiantoro menyatakan “Fondasi bangunan adalah bangunan
bawah yang menyalurkan semua beban konstruksi ke tanah yang menahan beban
atau elemen penghubung antara bangunan atas dan tanah”.
Pada saat kondisi likuifaksi, maka daya lekat tanah (friction) pada
kedalaman ta nah yang mengalami likuifaksi menjadi hilang atau sama dengan
nol.
2.3.2 Kebutuhan Pondasi Tiang Pancang
1. Jenis Tiang Pancang
Pada tahap awal, pondasi direncanakan dengan tiang pancang yang
diperlukan. Namun, jika jenis tiang pancang yang direncanakan
tidak memenuhi persyaratan perhitungan lebih lanjut, maka diganti
dengan jenis pondasi yang memungkinkan penggunaannya.
2. Kedalaman Tiang
Untuk menentukan tinggi tiang, digunakan nilai Q ijin tanah, yang
sesuai dengan ½ Q allowable axial dari bahan poros tiang yang
diketahui .
3. Gaya Reaksi di Perletakan Bangunan
Gaya reaksi perletakan didapatkan berdasarkan joints reaction pada
program bantu analisa SAP 2000. Nilai yang dipakai adalah Fz, Mx,
dan My.
4. Konfigurasi Tiang Pancang
Konfigurasi tiang pancang direncanakan dengan jarak antar tiang
(S) = 2.5D, sedangkan jarak tiang ke tepi pile cap terluar = D, dengan
D adalah diameter tiang.
5. P(rho) MAX dan P(rho) MIN Satu Tiang
Gaya yang terjadi pada 1 tiang akibat beban reaksi perletakan, dapat
dihitung dengan persamaan berikut :