Anda di halaman 1dari 9

KARYA TULIS ILMIAH

PERENCANAAAN PONDASI TIANG PANCANG


Untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester
Mata kuliah : Kolom dan Pondasi Beton Bertulang
Dosen Pengampu : Syahidah Fani Nastiti, S.T., M.T.

Oleh :
WIYANA HENDRI WID
210521618055

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DESEMBER 2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Konstruksi di kota-kota besar di Indonesia meningkat pesat setiap tahunnya. Sebuah
desain perencanaannya harus kuat dan stabil dalam pelaksanaannya. Salah satu hal yang
perlu diperhatikan dalam membangun sebuah bangunan adalah pondasi. Fondasi yang
kokoh mengakomodasi fungsi dan kesesuaian struktur penyangga. Pembuatan pondasi
harus disesuaikan dengan struktur yang dibangun di atasnya sehingga dapat dengan aman
menopang beban yang dipikulnya. Dalam pembangunan bangunan konvensional seperti
rumah cukup menggunakan pondasi dangkal. Namun dalam pembangunan gedung-gedung
tinggi seperti gedung pencakar langit tentunya digunakan pondasi dalam dengan
persyaratan khusus untuk pembangunan.

Pondasi adalah bagian yang mendasari struktur bangunan yang dirancang untuk
mendistribusikan beban bangunan di atasnya ke tanah pada dasar di bawahnya. Secara
umum fondasi dapat dibagi menjadi dua bagian:
1. Pondasi dangkal, yaitu jika kedalaman pondasi kurang atau sama dengan lebar
pondasi (D≤B).
2. Pondasi dalam, yaitu jika kedalaman pondasi dari muka tanah lebih dari lima kali
lebar pondasi (D≤5B).
Pondasi menahan beban yang cukup berat dalam fungsinya sebagai sub-struktur.
Segingga dalam melaksanakan perencanaan pondasi diharapkan selalu memperhitungkan
secara detail dan kompleks.
Selain perhitungan pertimbangkan kekuatan struktural saat merencanakan substruktur
yang akan digunakan, pondasi bangunan juga diharapkan memiliki nilai ekonomis dan
efisiensi. Kekuatan tanah yang menerima beban gaya tersalurkan oleh pondasi juga tidak
lepas dari perhitungan dampak dari dibuatnya pondasi tersebut, sehingga keruntuhan geser
tanah dan terjadinya penurunan settlement dapat dipastikan tidak terjadi secara berlebihan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimana merencanakan pondasi tiang pancang?
1.2.2 Hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam perancangan pondasi tiang
pancang?
1.2.3 Bagaimana langkah pemasangan pondasi tiang pancang?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui bagaimana perencanaan pondasi tiang pancang
1.3.2 Mengetahui hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan pondasi tiang
pancang
1.3.3 Mengetahui langkah pemasangan pondasi tiang pancang
1.3.4 Mengetahui kapan pemancangan tiang dihentikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Bowles dalam Herbiantoro menyatakan “Fondasi bangunan adalah bangunan
bawah yang menyalurkan semua beban konstruksi ke tanah yang menahan beban
atau elemen penghubung antara bangunan atas dan tanah”.

Sardjono dalam Herbiantoro menyatakan “Pondasi tiang adalah struktur


pondasi tiang yang bertumpu pada lapisan tanah pendukung. Sistem kerja pondasi
jenis ini bergantung pada daya dukung tanah, berdasarkan daya dukung ujung tiang
dan daya lekat tanah di sekitar permukaan tiang”.

Secara umum dapat dikatakan pondasi tiang digunakan bila dijumpai


kedalaman atau kondisi sebagai berikut:
1. Apabila kondisi tanah dasar pondasi merupakan tanah yang baik atau tanah
dengan daya dukung tinggi terletak pada kedalaman yang cukup dalam dari
muka tanah (D/B>10) sedangkan kurang mampu mendukung beban yang
bekerja atau merupakan tanah lunak,
2. Pondasi sering tergerus oleh abrasi air, seperti pondasi abutment, sehingga
pondasi harus diletakkan lebih dalam dari pengaruh gerusan yang paling
dalam, yang dapat meningkatkan biaya. Ada dua cara untuk mengatasi
situasi ini, yaitu pondasi tiang pancang dan pondasi galian.
3. Jika struktur mengalami beban horizontal atau tarik yang cukup besar.
Untuk mengimbangi beban-beban tersebut maka dapat dilakukan
pembangunan pondasi tiang pancang, seperti pembangunan bendungan,
pemecah gelombang, dermaga, pondasi tanki minyak, dll.

2.2 JENIS PONDASI TIANG PANCANG


Menurut K. Basah Suryololono (1994), jenis pondasi tiang pancang dapat
dibedakan terhadap cara tiang mentransfer beban yang dihasilkan ke substrat
pondasi. Itu juga tergantung pada jenis pondasi bawah tanah yang membawa beban.
yang bekerja. Adapun jenis-jenisnya dalah :
1. End / Point Bearing Pile. Artinya, ketika bagian atas kolom mencapai tanah
keras atau tanah yang baik dengan daya dukung yang tinggi, beban yang
diterima kolom dipindahkan ke tanah melalui bagian atas kolom.
2. Friction Pile. Dengan kata lain, ketika tiang dipancang di dalam tanah
(bentuk pasir) dengan nilai kuat gesek yang tinggi, maka beban yang
diberikan pada tiang akan ditekan oleh gesekan antara tiang dengan tanah di
sekitar tiang.
3. Adhesive Pile. Dengan kata lain, ketika tiang pancang didorong ke lapisan
tanah yang sangat rekat (berbahan dasar tanah liat), tiang akan melekat pada
tanah dan permukaan tiang di sekitarnya, sehingga mengurangi beban tiang.
Biasanya jenis pondasi yang terlihat di lapangan merupakan gabungan dari
ketiganya. Keadaan ini terjadi karena jenis tanah merupakan campuran/kombinasi
tanah kasar, halus dan kadang-kadang padat, sehingga cara timbunan memindahkan
beban ke lapisan tanah bawah bersifat kombinatorial.

2.3 PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG


2.3.1 Daya Dukung Tanah
Perhitungan daya dukung tiang pancang didasarkan pada data NSPT
terkoreksi untuk muka air tanah dan beban geladak. Setelah dilakukan koreksi,
daya dukung tanah (QULTIMATE) tiang dapat dihitung dari diameter tiang
rencana. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan Meyerhof,
sebagai berikut :

Pada saat kondisi likuifaksi, maka daya lekat tanah (friction) pada
kedalaman ta nah yang mengalami likuifaksi menjadi hilang atau sama dengan
nol.
2.3.2 Kebutuhan Pondasi Tiang Pancang
1. Jenis Tiang Pancang
Pada tahap awal, pondasi direncanakan dengan tiang pancang yang
diperlukan. Namun, jika jenis tiang pancang yang direncanakan
tidak memenuhi persyaratan perhitungan lebih lanjut, maka diganti
dengan jenis pondasi yang memungkinkan penggunaannya.
2. Kedalaman Tiang
Untuk menentukan tinggi tiang, digunakan nilai Q ijin tanah, yang
sesuai dengan ½ Q allowable axial dari bahan poros tiang yang
diketahui .
3. Gaya Reaksi di Perletakan Bangunan
Gaya reaksi perletakan didapatkan berdasarkan joints reaction pada
program bantu analisa SAP 2000. Nilai yang dipakai adalah Fz, Mx,
dan My.
4. Konfigurasi Tiang Pancang
Konfigurasi tiang pancang direncanakan dengan jarak antar tiang
(S) = 2.5D, sedangkan jarak tiang ke tepi pile cap terluar = D, dengan
D adalah diameter tiang.
5. P(rho) MAX dan P(rho) MIN Satu Tiang
Gaya yang terjadi pada 1 tiang akibat beban reaksi perletakan, dapat
dihitung dengan persamaan berikut :

6. Efisiensi Tiang Pancang Grup


Efisiensi tiang pancang grup didapatkan berdasarkan perumusan
Sieler Keeney sebagai berikut :
7. Pijin Tekan dan Pijin Tarik
Setelah didapatkan daya dukung tanah ultimate pada perhitungan
sebelumnya, maka selanjutnya perlu ditentukan Pijin satu tiang yang
berguna sebagai batasan dari Pmax dan Pmin satu tiang yang terjadi.
Pijin satu tiang dapat dihitung sebagai berikut :
1) Pijin = Qultimate / SF
2) Pijin grup = Pijin tekan x Effisiensi
3) Pijin berlebih = Pijin grup x Persentase lebih
8. Kontrol P(rho) MAX dan P(rho) MIN Satu Tiang
Gaya aksial maksimum dan minimum yang terjadi pada satu tiang
harus dikontrol agar tidak melebihi batas ijinnya. PMAX satu tiang
dikontrol terhadap P(rho) IJIN TEKAN BERLEBIH dan PMIN satu
tiang dikontrol terhadap P(rho) IJIN TARIK BERLEBIH. Hasil
kontrol tersebut nantinya akan menentukan jumlah kebutuhan
pondasi tiang pancang.

2.3.3 Daya dukung tiang pancang berdasarkan data sondir (CPT/Cone


Penetration Test)
P = (qc*Ap)/3 + (JHL*Ka)/5 ; dimana ;
P = Daya dukung tiang pancang ijin (kg)
qc = Nilai konus (kg/cm2)
Ap = Luas penampang tiang pancang (cm2)
Ka = Keliling penampang tiang (cm1)
JHL = Jumlah hambatan lekat
SF = Safety factor ; 3 dan 5

2.3.4 Daya dukung tiang pancang berdasarkan Data SPT/ Standart


Penentration Test
Qu = (40*Nb*Ap) dimana ;
Qu = Daya dukung batas pondasi tiang pancang
Nb = nilai N-SPT rata-rata pada elevasi dasar tiang pancang
Nb = (N1+N2)/2 ;
N1 = Nilai SPT pada kedalaman 3D pada ujung tiang ke bawah
N2 = nilai SPT pada kedalaman 8D pada ujung tiang ke atas
Ap = luas penampang dasar tiang pancang (m2)

Qsi = qs*Asi; dimana ;


Qsi = Tahanan limit gesek kulit
qs = 0.2N—– untuk tanah pasir
0.5N—– untuk tanah lempung
Asi = keliling penampang tiang*tebal lapisan

Daya Dukung Tiang Pancang (SPT)


P = (Qu +Qsi)/3
2.3.5 Konfigurasi Tiang Pancang
Jenis pondasi didapatkan berdasarkan perhitungan kebutuhan pondasi tiap
joint yang direncanakan,
2.3.6 Kontrol Ketahanan
Setelah direncanakan untuk dapat menahan gaya-gaya reaksi diperletakan,
pondasi tiang pancang juga perlu dikontrol terhadap gaya horizontal.
Defleksi dan momen yang terjadi pada tiang pancang tidak boleh melebihi
batasan yang telah ditentukan. Berikut adalah perumusan untuk
menentukan defleksi dan momen yang terjadi pada tiang :
• Menentukan nilai T

• Menentukan nilai defleksi (δP) pada tiang

• Menentukan nilai momen (Mp) pada tiang

2.3.7 Kontrol Material


Pada saat terjadi likuifaksi, maka tanah pada lapisan tersebut kehilangan
tegangan antar partikelnya akibat dari meningkatnya tekanan air pori.
Lapisan tanah yang mengalami likuifaksi akan bergerak secara horizontal
dan akan membawa seluruh lapisan tanah yang ada di atasnya. Maka dari
itu perlu dilakukan kontrol terhadap momen yang terjadi pada tiang saat
likuifaksi.

2.4 HAL – HAL DALAM PERANCANGAN PONDASI TIANG PANCANG


Dalam pelaksanaan pondasi tiang pancang, pembangunan setiap (satu) tiang
pancang harus segera dilakukan dan tidak boleh ditunda atau diteruskan sampai
keesokan harinya. Ini karena itu mengarah pada pergeseran tiang. Batang tiang
harus digerakkan dengan hati-hati dan tepat pada titik-titik sesuai dengan gambar
kerja. Menurut hasil survey tanah sebelum memulai pekerjaan pondasi,
pemancangan harus mencapai lapisan tanah yang kokoh. Tumpukan harus didorong
lurus dan akurat, karena lereng berbahaya bagi bangunan.

Untuk memperkuat bangunan di atas tanah, tiang pancang dipancang dengan


mesin diesel, yang secara tradisional menyebabkan polusi udara dan kebisingan.
Namun saat ini, banyak yang dibangun dengan drop hammers atau sistem jacked
pilling sampai menyentuh tanah keras
2.5 LANGKAH PEMASANGAN PONDASI TIANG PANCANG
2.5.1 Persiapan Pemasangan
Sebelum dilakukan pelaksaan pemancangan tiang pancang diperlukan
perencanaan dan perancangan yang lebih matang. Menentukan titik
dimana tiang pancang akan dipasang, setelah penentuan titik
dilaksanakan penggalian tanah untuk tempat tiang pancang dipasang.
2.5.2 Persiapan Peralatan
Persiapan alat dilaksanakan berdasarkan kebutuhan proses
pemancangan tiang. Peralatan utama yang harus disiapkan antara lain
crane dan diesel hammer.
2.5.3 Pendirian Tiang Pancang
Tiang pancang didirikan dan dipasangkan pada diesel hammer
menggunakan bantuan crane. Proses pendirian tiang pancang
membutuhkan perhitungan yang teliti agar dapat meminimalisir resiko
kecelakaan terlebih lagi pada saat pengerjaan pemancangan.
2.5.4 Penancapan Tiang Pancang
Tiang pancang yang sudah terpasang akan dihubungkan dengan
pemukul pada diesel hammer. Pada bagian ujung atas tiang pancang
akan dilapisi dengan material yang mampu melindungi tiang pancang
agar tidak pecah dan rusak saat dilakukan pemukulan.
Untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan tiang dapat
dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir
(final set). Kedalaman pancang ditentukan dari hasil soil test yang
dilakukan pada waktu perencanaan pondasi dilakukan. Pada umumnya
kedalaman pancang dihentikan jika telah mencapai lapisan tanah keras
dengan N-SPT lebih dari 35. Sedangkan penghentian pemancangan jika
didapat penurunan tiang sebanyak 10-20 mm pada 10 pukulan terakhir
2.5.5 Pekerjaan Penyelesaian
Pekerjaan penyelesaian meliputi pekerjaan pengecoran galian tiang
pancang. Fungsi dari pengecoran adalah mempertahankan posisi tiang
pancang agar tidak terjadi disposisi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pondasi adalah bagian yang mendasari struktur bangunan yang
dirancang untuk mendistribusikan beban bangunan di atasnya ke tanah pada
dasar di bawahnya.
Jenis-jenis pondasi tiang pancang :
1. End / Point Bearing Pile. Artinya, ketika bagian atas kolom mencapai
tanah keras atau tanah yang baik dengan daya dukung yang tinggi, beban
yang diterima kolom dipindahkan ke tanah melalui bagian atas kolom.
2. Friction Pile. Dengan kata lain, ketika tiang dipancang di dalam tanah
(bentuk pasir) dengan nilai kuat gesek yang tinggi, maka beban yang
diberikan pada tiang akan ditekan oleh gesekan antara tiang dengan
tanah di sekitar tiang.
3. Adhesive Pile. Dengan kata lain, ketika tiang pancang didorong ke
lapisan tanah yang sangat rekat (berbahan dasar tanah liat), tiang akan
melekat pada tanah dan permukaan tiang di sekitarnya, sehingga
mengurangi beban tiang.
Dalam pelaksanaan pondasi tiang pancang, pembangunan setiap (satu)
tiang pancang harus segera dilakukan dan tidak boleh ditunda atau
diteruskan sampai keesokan harinya. Ini karena itu mengarah pada
pergeseran tiang. Batang tiang harus digerakkan dengan hati-hati dan tepat
pada titik-titik sesuai dengan gambar kerja.
Langkah pemasangan pondasi tiang pancang
1. Persiapan Pemasangan
2. Persiapan Peralatan
3. Pendirian Tiang Pancang
4. Penancapan Tiang Pancang
5. Pekerjaan Penyelesaian
DAFTAR PUSTAKA
Cholid M. Idham, Sigit Winarto, Yosef Cahyo, 2020, PERENCANAAN PONDASI
SUMURAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA BALAI
PEMBANGUNAN SDM DAN PERTANIAN BANTUL DIY, JURMATEKS, Vol. 3,
No. 1
Febriantoro Feri , Yosef Cahyo S. P., Ahmad Ridwan A., 2018, STUDY PERENCANAAN
PONDASI TIANG PANCANG JEMBATAN SEMBAYAT BARU II KECAMATAN
MANYAR, KABUPATEN GRESIK, JURMATEKS, Vol. 1, No. 1
Gumilang Ilham, Indrasurya B. Mochtar, Yudhi Lastiasih, 2016, Perencanaan Pondasi Tiang
Pancang Dengan Memperhitungkan Pengaruh Likuifaksi Pada Proyek Pembangunan
Hotel Di Lombok, JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2,
Hartono, Indrasurya B. Mochtar dan Musta’in Arif, 2015, Perencanaan Pondasi Rakit dan
Pondasi Tiang Dengan Memperhatikan Differential Settlement “Studi Kasus Gedung
Fasilitas Umum Pendidikan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Untag)”, JURNAL
TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1
Jumantoro Rahman, 2015, Perencanaan Pondasi Tiang Pancang,
http://jumantorocivilengiinering.blogspot.com/2015/03/perencanaan-pondasi-tiang-
pancang.html
Nurdiani Nina, 2013, PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG: CARA
PEMANCANGAN, KENDALA DAN TEKNOLOGI TERBARU, ComTech Vol.4 No.
2,
Pt Asiacon, Cara Pemasangan Tiang Pancang Beton, https://asiacon.co.id/blog/cara-
pemasangan-tiang-pancang-beton
Wardani Kusuma Mila, Gati Sri Utami, Hendra Setiaji, 2017, DESAIN PONDASI TIANG
PANCANG UNTUK RUMAH TINGGAL SEDERHANA PADA KOMPLEKS
PERUMAHAN PERSADA MAS BANJARMASIN, KALIMANTAN SELATAN,
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan V 2017 ISBN 978-602-98569-1-0
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Anda mungkin juga menyukai