Anda di halaman 1dari 199

TUGAS AKHIR

ANALISA PENGARUH BEBAN GEMPA PADA


BANGUNAN BETON BERTINGKAT TINGGI
MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN
OUTRIGGER TRUSS
(Studi Literatur)

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Teknik Sipil Pada Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Disusun Oleh:

SYAHRUL ANDIKA
1207210055

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir ini diajukan oleh:


Nama : Syahrul Andika
NPM : 1207210255
Program Studi : Teknik Sipil
Judul Skripsi : Analisa Pengaruh Beban Gempa Pada Bangunan Beton
Bertingkat Tinggi Menggunakan Dinding Geser dan
Outrigger Truss (Studi Literatur)
Bidang ilmu : Struktur

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai salah
satu syarat yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.

Medan, September 2016

Mengetahui dan menyetujui:

Dosen Pembimbing I / Penguji Dosen Pembimbing II / Peguji

Tondi Amirsyah Putera, ST., MT Dr. Fahrizal Zulkarnain, ST., MSc

Dosen Pembanding I / Penguji Dosen Pembanding II / Peguji

Dr. Ade Faisal, ST., MSc Rhini Wulandari, ST., MT

Program Studi Teknik Sipil


Ketua,

Dr. Ade Faisal, ST, MSc

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Lengkap : Syahrul Andika
Tempat /Tanggal Lahir : Purwodadi/ 02 Maret 1994
NPM : 1207210055
Fakultas : Teknik
Program Studi : Teknik Sipil,
menyatakan dengan sesungguhnya dan sejujurnya, bahwa laporan Tugas Akhir
saya yang berjudul:

“Analisa Pengaruh Beban Gempa Pada Bangunan Beton Bertingkat Tinggi


Menggunkan Dinding Geser dan Outrigger Truss”,

bukan merupakan plagiarisme, pencurian hasil karya milik orang lain, hasil kerja
orang lain untuk kepentingan saya karena hubungan material dan non-material,
ataupun segala kemungkinan lain, yang pada hakekatnya bukan merupakan karya
tulis Tugas Akhir saya secara orisinil dan otentik.
Bila kemudian hari diduga kuat ada ketidaksesuaian antara fakta dengan
kenyataan ini, saya bersedia diproses oleh Tim Fakultas yang dibentuk untuk
melakukan verifikasi, dengan sanksi terberat berupa pembatalan kelulusan/
kesarjanaan saya.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran sendiri dan tidak
atas tekanan ataupun paksaan dari pihak manapun demi menegakkan integritas
akademik di Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.

Medan, September 2016

Saya yang menyatakan,

Materai
Rp.6.000,-
Syahrul Andika

iii
ABSTRAK

ANALISA PENGARUH BEBAN GEMPA PADA BANGUNAN BETON


BERTINGKAT TINGGI MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN
OUTRIGGER TRUSS
(Studi Literatur)

Syahrul Andika
1207210055
Tondi Amirsyah Putera, ST., MT
Dr. Fahrizal Zulkarnain, ST., MSc

Gempa bumi sering terjadi di Indonesia yang menyebabkan kerusakan struktur


bangunan cukup parah dan banyak memakan korban jiwa, karena Indonesia
berada pada empat lempeng tektonik. Dalam membangunan gedung tingkat tinggi
harus mempertimbangkan beban lateral seperti angin dan gempa bumi. Salah satu
sistem struktur yang cukup efektif digunakan untuk menahan beban lateral adalah
dinding geser ditambah outrigger truss. Outrigger dipasang dengan cara
menghubungkan core wall dengan kolom terluar pada suatu bangunan bertingkat
tinggi dengan tujuan mengurangi story drift dan menambah kekakuan struktur.
Outrigger ini dapat dipasang pada beberapa lantai (double) ataupun hanya satu
lantai saja (single) sesuai dengan kebutuhan perencana dan ketinggian gedung.
Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui nilai simpangan yang terjadi pada 5
model yang direncanakan 10 lantai dengan tinggi gedung 36,4 meter berada di
Provinsi Aceh dengan zona gempa tinggi dan berada di tanah lunak. Setiap
gedung dimodelkan dengan berbagai variasi penempatan outrigger, yaitu tanpa
outrigger, outrigger di lantai 10, outrigger di lantai 7, outrigger di lantai 5,
outrigger di lantai 3. Dari hasil yang diperoleh setiap model dapat mengurangi
simpangan antar tingkat, model 1 sebesar 0% karena sebagai acuan, model 2 arah
X sebesar 0,66% arah Y sebesar 10,94%, model 3 arah X sebesar 0,77% arah Y
sebesar 15,28%, model 4 arah X sebesar 0,65% arah Y sebesar 15,15%, model 5
arah X sebesar 0,45% arah Y sebesar 12,26%. Sehingga lokasi optimum
pemasangan outrigger yaitu model 3 berada pada lantai 7.

Kata Kunci: Outrigger, Story drift, Kekakuan, core wall, Gempa bumi.

iv
ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF THE EARTHQUAKE A MULTI-


STOREY BUILDING HIGH USING THE CORE WALL AND
OUTRIGGER TRUSS
(Literature Study)

Syahrul Andika
1207210055
Tondi Amirsyah Putera, ST., MT
Dr. Fahrizal Zulkarnain, ST., MSc

Earthquakes are common in Indonesia is causing quite severe structural damage


to buildings and many casualties, because Indonesia is at four tectonic plates. In
a multi-storey building high should consider the burden of the lateral like the
wind and earthquake. One of the structural system that is effective used to bear
the burden of the lateral is the shear wall plus outrigger truss. Outrigger installed
in a way of connecting core wall with the outermost borders on a multi-storey
building tall with the aim to reduce the story drift and adds structural stiffness.
Outrigger it can be installed on some of the floor (double) or just one of the floor
(single) according to the needs of the planner and the height of the building. This
thesis aims to know story drift which occur in 5 models the planned 10 flors tall
bulidings 36,4 meter located inthe province Aceh with soft ground. Every bulding
modeled by variations placement outrigger, is without outrigger, outrigger on the
10 floor, outrigger on the 7 floor, outrigger on the 5 floor, outrigger on the 3
floor. Of the results obtained aech model can reduce story drift, the model 1 by
0% because as a reference, the model 2 direction X amounting to 0,66% direction
Y amounting to 10,94%, the model 3 direction X amounting to 0,77% direction Y
amounting to 15,28%, the model 4 direction X amounting to 0,65% direction Y
amounting to 15,15%, the model 5 direction X amounting to 0,45% direction Y
amounting to 12,26%. So that the optimum location installation outrigger is
model 3 located on the 7 floor.

Keywords: Outrigger, Story drift, Stiffness, Core wall, Earthquake.

v
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji
dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia
dan nikmat yang tiada terkira. Salah satu dari nikmat tersebut adalah keberhasilan
penulis dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini yang berjudul “Analisa
Pengaruh Beban Gempa Pada Bangunan Beton Bertingkat Tinggi Menggunakan
Dinding Geser dan Outrigger Truss” sebagai syarat untuk meraih gelar akademik
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Medan.

Banyak pihak telah membantu dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini,
untuk itu penulis menghaturkan rasa terimakasih yang tulus dan dalam kepada:

1. Bapak Tondi Amirsyah Putera, ST., MT selaku Dosen Pembimbing I dan


Penguji yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Dr. Fahrizal Zulkarnain, ST., MSc selaku Dosen Pimbimbing II dan
Penguji yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Dr. Ade Faisal, ST., MSc selaku Dosen Pembanding I dan Penguji
yang telah banyak memberikan koreksi dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini, sekaligus sebagai Ketua Program Studi
Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Ibu Rhini Wulandari, ST., MT selaku Dosen Pembanding II dan Penguji yang
telah banyak memberikan koreksi dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Ibu Irma Dewi, ST., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
6. Bapak Rahmatullah ST, MSc selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.

vi
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Teknik Sipil, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu
ketekniksipilan kepada penulis.
8. Orang tua penulis: Mansur, SP dan Almarhumah Juminem, yang telah
bersusah payah membesarkan dan membiayai studi penulis.
9. Bapak/Ibu Staf Administrasi di Biro Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
10. Buat Keluargaku tercinta kakanda Yulia Ningsih, Novita Sari, serta adikku
Afrijal Irfan yang telah memberikan dukungan kepada penulis hingga selesai
Tugas Akhir ini.
11. Terimaksih kepada teman-teman terbaikku Zio, Dasir, Kamal, Hadi, Irsan,
Harun, Dwiki, Andri Boy, Tommy, Nanda, Fikri, Debby, Wahyu, Sahril, Edi,
Desi Mawaddah yang selalu memberikan semangat dan dukungannya pada
penulisan Tugas Akhir ini.

Laporan Tugas Akhir ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis berharap kritik dan masukan yang konstruktif untuk menjadi bahan
pembelajaran berkesinambungan penulis di masa depan. Semoga laporan Tugas
Akhir ini dapat bermanfaat bagi dunia konstruksi teknik sipil.

Medan, September 2016

Syahrul Andika

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PERNYATAN KEASLIAN SKRIPSI iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xviii
DAFTAR NOTASI xxi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Batasan Masalah 4
1.6 Metode Penelitian 4
1.7 Sistematika Pembahasan 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Bangunan Tingkat Tinggi 6
2.1.1 Sejarah dan Perkembangan 6
2.1.2 Kasifikasi Bangunan Tingkat Tinggi 7
2.2 Sistem Outrigger Truss 8
2.2.1 Umum 8
2.2.2 Karakteristik Outrigger Truss 11
2.2.3 Aplikasi 13
2.2.4 Keuntungan Penggunaan Outrigger Truss 13
2.2.5 Permasalahan 14
2.2.6 Contoh Bangunan Menggunakan Outrigger Truss 16
2.3 Analisis Dinamik 17

viii
2.4 Faktor Gempa Pada Struktur 21
2.5 Arah Pembebanan dan Penentuan Respon Spektra 25
2.6 Resiko Struktur Gedung dan Non Gedung 28
2.7 Katagori Desain Gempa 30
2.7.1 Struktur Penahan Gaya Gempa 31
2.7.2 Gaya Geser Dasar Gempa dan Beban Lateral Gempa 31
2.7.3 Pembatasan Waktu Getar Alami 33
2.8 Ketentuan Perencanaan Pembebanan 35
2.8.1 Jenis Beban 35
2.9 Dinding Geser 37
2.9.1 Elemen Struktur Dinding Geser 38
2.9.2 Konsep Perencanaan Dinding Geser 39
2.9.3 Pola Keruntuhan Dinding Geser 42

BAB 3 PEMODELAN STRUKTUR


3.1 Metode Penelitian 44
3.2 Pemodelan Sistem Struktur 45
3.3 Pembebanan Struktur 46
3.3.1 Beban Mati (Dead Load) 46
3.3.2 Beban Hidup (Live Load) 49
3.3.3 Beban Gempa (Eartquake) 49
3.3.4 Kombinasi Pembebanan 50
3.4 Faktor Respon Gempa (C) 51
3.5 Analisa Respon Spektrum 54
3.5.1 Material Properties 55
3.5.2 Balok dan Kolom 55
3.5.3 Pelat 57
3.5.4 Shear Wall 57
3.5.5 Tumpuan 57
3.6 Pemodelan dan Analisa Struktur 58
3.6.1 Model 1 58
3.6.1.1 Data Perencanaan Struktur Model 1 58
3.6.1.2 Faktor Keutamaan Gedung 59

ix
3.6.1.3 Nilai Waktu Getar Alami Fudamental 59
3.6.1.4 Penentuan Waktu Respon Gempa (C) 59
3.6.1.5 Faktor Reduksi Gempa 61
3.6.2 Model 2 62
3.6.2.1 Data Perencanaan Struktur Model 2 62
3.6.2.2 Faktor Keutamaan Gedung 63
3.6.2.3 Nilai Waktu Getar Alami Fudamental 63
3.6.2.4 Penentuan Waktu Respon Gempa (C) 63
3.6.2.5 Faktor Reduksi Gempa 65
3.6.3 Model 3 65
3.6.3.1 Data Perencanaan Struktur Model 3 66
3.6.3.2 Faktor Keutamaan Gedung 66
3.6.3.3 Nilai Waktu Getar Alami Fudamental 66
3.6.3.4 Penentuan Waktu Respon Gempa (C) 67
3.6.3.5 Faktor Reduksi Gempa 69
3.6.4 Model 4 69
3.6.4.1 Data Perencanaan Struktur Model 4 70
3.6.4.2 Faktor Keutamaan Gedung 70
3.6.4.3 Nilai Waktu Getar Alami Fudamental 71
3.6.4.4 Penentuan Waktu Respon Gempa (C) 71
3.6.4.5 Faktor Reduksi Gempa 73
3.6.5 Model 5 73
3.6.5.1 Data Perencanaan Struktur Model 5 74
3.6.5.2 Faktor Keutamaan Gedung 74
3.6.5.3 Nilai Waktu Getar Alami Fudamental 75
3.6.5.4 Penentuan Waktu Respon Gempa (C) 74
3.6.5.5 Faktor Reduksi Gempa 77

BAB 4 HASIL ANALISA STRUKTUR


4.1 Analisa Desain 78
4.2 Hasil Analisa 78
4.2.1 Model 1 78
4.2.1.1 Analisa Respon Spektrum 78

x
4.2.1.2 Gaya Lateral Ekivalen 80
4.2.1.3 Analisis Spektrum Respon Ragam 81
4.2.1.4 Simpangan Antar Lantai (Story Drift) 84
4.2.1.5 Distribusi Kekakuan Antar Tingkat 86
4.2.2 Model 2 88
4.2.2.1 Analisa Respon Spektrum 88
4.2.2.2 Gaya Lateral Ekivalen 90
4.2.2.3 Analisis Spektrum Respon Ragam 91
4.2.2.4 Simpangan Antar Lantai (Story Drift) 94
4.2.2.5 Distribusi Kekakuan Antar Tingkat 96
4.2.3 Model 3 98
4.2.3.1 Analisa Respon Spektrum 98
4.2.3.2 Gaya Lateral Ekivalen 100
4.2.3.3 Analisis Spektrum Respon Ragam 101
4.2.3.4 Simpangan Antar Lantai (Story Drift) 104
4.2.3.5 Distribusi Kekakuan Antar Tingkat 106
4.2.4 Model 4 108
4.2.4.1 Analisa Respon Spektrum 108
4.2.4.2 Gaya Lateral Ekivalen 110
4.2.4.3 Analisis Spektrum Respon Ragam 111
4.2.4.4 Simpangan Antar Lantai (Story Drift) 114
4.2.4.5 Distribusi Kekakuan Antar Tingkat 116
4.2.5 Model 5 118
4.2.5.1 Analisa Respon Spektrum 118
4.2.5.2 Gaya Lateral Ekivalen 120
4.2.5.3 Analisis Spektrum Respon Ragam 121
4.2.5.4 Simpangan Antar Lantai (Story Drift) 124
4.2.5.5 Distribusi Kekakuan Antar Tingkat 126
4.2.6 Perbandingan Story Drift Untuk Semua Model 128
4.2.7 Perbandingan Kekakuan Antar Lantai Untuk Semua
Model 130
4.2.8 Kontrol Kemampuan Dinding Geser 131

xi
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 132
5.2 Saran 133

DAFTAR PUSTAKA 135


LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Koefisien periode pendek, Fa berdasarkan SNI 1726:2012 26


Tabel 2.2 Koefisien periode 1.0 detik, Fv berdasarkan SNI 1726:2012 27
Tabel 2.3 Katagori resiko bangunan dan bangunan lainya untuk
beban gempa 29
Tabel 2.4 Faktor keutamaan gempa 29
Tabel 2.5 Klasifikasi situs 29
Tabel 2.6 Katagori desain seismik berdasarkan parameter respon
percepatan pada perioda pendek 30
Tabel 2.7 Katagori desain seismik berdasarkan parameter respon
percepatan pada peioda 1 detik 31
Tabel 2.8 Nilai parameter periode pendekatan Cr, dan x berdasarkan
SNI 1726:2012 34
Tabel 2.9 Koefisien batas atas untuk periode yang dihitung 34
Tabel 3.1 Berat jenis material 47
Tabel 3.2 Spesifikasi lift produksi hyundai elevator CO. Ltd. 49
Tabel 3.3 Kombinasi pembebanan yang digunakan 50
Tabel 3.4 Spektrum respon untuk wilayah gempa 4 berdasarkan
SNI 1726:2012 51
Tabel 3.5 Pendefinisian profil penampang pada tiap-tiap bangunan 56
Tabel 3.6 Pengecekan T berdasarkan pembatasan waktu getar alami
fundamental gedung sesuai model 1 berdasarkan
SNI 1726:2012 59
Tabel 3.7 Rangkuman nilai Cs dan nilai Cs yang digunakan model 1 61
Tabel 3.8 Faktor reduksi gempa untuk gedung model 1 berdasarkan
SNI 1726:2012 61
Tabel 3.9 Pengecekan T berdasarkan pembatasan waktu getar alami
fundamental gedung sesuai model 2 berdasarkan
SNI 1726:2012 63
Tabel 3.10 Rangkuman nilai Cs dan nilai Cs yang digunakan model 2 65
Tabel 3.11 Faktor reduksi gempa untuk gedung model 2 berdasarkan

xiii
SNI 1726:2012 65
Tabel 3.12 Pengecekan T berdasarkan pembatasan waktu getar alami
fundamental gedung sesuai model 3 berdasarkan
SNI 1726:2012 67
Tabel 3.13 Rangkuman nilai Cs dan nilai Cs yang digunakan model 3 68
Tabel 3.14 Faktor reduksi gempa untuk gedung model 3 berdasarkan
SNI 1726:2012 69
Tabel 3.15 Pengecekan T berdasarkan pembatasan waktu getar alami
fundamental gedung sesuai model 4 berdasarkan
SNI 1726:2012 71
Tabel 3.16 Rangkuman nilai Cs dan nilai Cs yang digunakan model 4 72
Tabel 3.17 Faktor reduksi gempa untuk gedung model 4 berdasarkan
SNI 1726:2012 73
Tabel 3.18 Pengecekan T berdasarkan pembatasan waktu getar alami
fundamental gedung sesuai model 5 berdasarkan
SNI 1726:2012 75
Tabel 3.19 Rangkuman nilai Cs dan nilai Cs yang digunakan model 5 76
Tabel 3.20 Faktor reduksi gempa untuk gedung model 5 berdasarkan
SNI 1726:2012 77
Tabel 4.1 Data perioda output program ETABS ver. 15 model 1 78
Tabel 4.2 Hasil selisih persentase nilai periode model 1 79
Tabel 4.3 Perhitungan distribusi vertikal gaya gempa dan distribusi
horizontal gaya gempa model 1 80
Tabel 4.4 Gaya geser hasil respon spektrum model 1 output ETABS 81
Tabel 4.5 Rekapitulasi faktor skala hasil respons spektrum dengan statik
Ekivalen masing-masing arah model 1 83
Tabel 4.6 Gaya geser hasil analisis respons spektrum arah X dan Y
Model 1 83
Tabel 4.7 Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah X berdasarkan
SNI 1726:2012 model 1 85
Tabel 4.8 Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah Y berdasarkan
SNI 1726:2012 model 1 85

xiv
Tabel 4.9 Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah X
model 1 86
Tabel 4.10 Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah Y
model 1 87
Tabel 4.11 Data perioda output program ETABS ver. 15 model 2 88
Tabel 4.12 Hasil selisih persentase nilai periode model 2 89
Tabel 4.13 Perhitungan distribusi vertikal gaya gempa dan distribusi
horizontal gaya gempa model 2 90
Tabel 4.14 Gaya geser hasil respon spektrum model 2 output ETABS 91
Tabel 4.15 Rekapitulasi faktor skala hasil respons spektrum dengan statik
Ekivalen masing-masing arah model 2 93
Tabel 4.16 Gaya geser hasil analisis respons spektrum arah X dan Y
Model 2 93
Tabel 4.17 Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah X berdasarkan
SNI 1726:2012 model 2 95
Tabel 4.18 Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah Y berdasarkan
SNI 1726:2012 model 2 95
Tabel 4.19 Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah X
model 2 96
Tabel 4.20 Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah Y
model 2 97
Tabel 4.21 Data perioda output program ETABS ver. 15 model 3 98
Tabel 4.22 Hasil selisih persentase nilai periode model 3 99
Tabel 4.23 Perhitungan distribusi vertikal gaya gempa dan distribusi
horizontal gaya gempa model 3 100
Tabel 4.24 Gaya geser hasil respon spektrum model 2 output ETABS 101
Tabel 4.25 Rekapitulasi faktor skala hasil respons spektrum dengan statik
Ekivalen masing-masing arah model 3 103
Tabel 4.26 Gaya geser hasil analisis respons spektrum arah X dan Y
Model 3 103
Tabel 4.27 Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah X berdasarkan
SNI 1726:2012 model 3 105

xv
Tabel 4.28 Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah Y berdasarkan
SNI 1726:2012 model 3 105
Tabel 4.29 Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah X
model 3 106
Tabel 4.30 Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah Y
model 3 107
Tabel 4.31 Data perioda output program ETABS ver. 15 model 4 108
Tabel 4.32 Hasil selisih persentase nilai periode model 4 109
Tabel 4.33 Perhitungan distribusi vertikal gaya gempa dan distribusi
horizontal gaya gempa model 4 110
Tabel 4.34 Gaya geser hasil respon spektrum model 4 output ETABS 111
Tabel 4.35 Rekapitulasi faktor skala hasil respons spektrum dengan statik
Ekivalen masing-masing arah model 4 113
Tabel 4.36 Gaya geser hasil analisis respons spektrum arah X dan Y
Model 4 113
Tabel 4.37 Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah X berdasarkan
SNI 1726:2012 model 4 115
Tabel 4.38 Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah Y berdasarkan
SNI 1726:2012 model 4 115
Tabel 4.39 Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah X
model 4 116
Tabel 4.40 Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah Y
model 4 117
Tabel 4.41 Data perioda output program ETABS ver. 15 model 5 118
Tabel 4.42 Hasil selisih persentase nilai periode model 5 119
Tabel 4.43 Perhitungan distribusi vertikal gaya gempa dan distribusi
horizontal gaya gempa model 5 120
Tabel 4.44 Gaya geser hasil respon spektrum model 4 output ETABS 121
Tabel 4.45 Rekapitulasi faktor skala hasil respons spektrum dengan statik
Ekivalen masing-masing arah model 5 123
Tabel 4.46 Gaya geser hasil analisis respons spektrum arah X dan Y
Model 5 123

xvi
Tabel 4.47 Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah X berdasarkan
SNI 1726:2012 model 5 125
Tabel 4.48 Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah Y berdasarkan
SNI 1726:2012 model 5 125
Tabel 4.49 Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah X
model 5 126
Tabel 4.50 Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah Y
model 5 127
Tabel 4.51 Persentase pengurangan simpangan antar lantai untuk semua
model 129
Tabel 4.52 Persentase penahan gaya gempa semua model 131

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme tarik dan tekan pada kolom luar 9


Gambar 2.2 Bangunan tingkat tinggi dengan sistem outrigger truss yang
konvensional 12
Gambar 2.3 Transfer gaya dalam sistem outrigger truss yang konvensional 12
Gambar 2.4 Shear wall dengan outrigger truss 16
Gambar 2.5 Peta respon spektra percepatan 0 detik di batuan dasar SB
untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun
(redaman 5%) SNI 1726:2012 23
Gambar 2.6 Peta respon spektra percepatan 0,2 detik di batuan dasar SB
untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun
(redaman 5%) SNI 1726:2012 23
Gambar 2.7 Peta respon spektra percepatan 1 detik di batuan dasar SB
untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun
(redaman 5%) SNI 1726:2012 24
Gambar 2.8 Respon spektra wilayah gempa 4 SNI 1726:2012 24
Gambar 2.9 Arah pembebanan gempa 25
Gambar 2.10 Bentuk tipikal respon spektra desain di permukaan tanah
SNI 1726:2012 28
Gambar 2.11 Diagram beban simpangan struktur gedung 31
Gambar 2.12 Konsep shear wall pada bangunan tingkat tinggi 38
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 44
Gambar 3.2 Struktur gedung yang ditinjau: (a) Denah;
(b) Potonganmelintang 45
Gambar 3.3 Variasi model penempatan outrigger truss: (a) Model 1;
(b) Model 2; (c) Model 3; (d) Model 4; (e) Model 5 46
Gambar 3.4 Grafik respon spektrum 54
Gambar 3.5 Pemodelan struktur 3 dimensi tanpa outrigger truss 58
Gambar 3.6 Pemodelan struktur 3 dimensi yang letak outrigger truss
berada pada lantai 10 62
Gambar 3.7 Pemodelan struktur 3 dimensi yang letak outrigger truss

xviii
berada pada lantai 7 66
Gambar 3.8 Pemodelan struktur 3 dimensi yang letak outrigger truss
berada pada lantai 5 70
Gambar 3.9 Pemodelan struktur 3 dimensi yang letak outrigger truss
berada pada lantai 3 74
Gambar 4.1 Diagram gaya geser terhadap ketinggian struktur dengan
gaya lateral ekivalen model 1 81
Gambar 4.2 Gaya geser analisis respon spektrum ragam model 1 84
Gambar 4.3 Diagram total drift terhadap tingkat bangunan arah X dan Y
Model 1 86
Gambar 4.4 Kekakuan antar lantai arah X dan Y model 1 88
Gambar 4.5 Diagram gaya geser terhadap ketinggian struktur dengan
gaya lateral ekivalen model 2 91
Gambar 4.6 Gaya geser analisis respon spektrum ragam model 2 94
Gambar 4.7 Diagram total drift terhadap tingkat bangunan arah X dan Y
Model 2 96
Gambar 4.8 Kekakuan antar lantai arah X dan Y model 2 98
Gambar 4.9 Diagram gaya geser terhadap ketinggian struktur dengan
gaya lateral ekivalen model 3 101
Gambar 4.10 Gaya geser analisis respon spektrum ragam model 3 104
Gambar 4.11 Diagram total drift terhadap tingkat bangunan arah X dan Y
Model 3 106
Gambar 4.12 Kekakuan antar lantai arah X dan Y model 3 108
Gambar 4.13 Diagram gaya geser terhadap ketinggian struktur dengan
gaya lateral ekivalen model 4 111
Gambar 4.14 Gaya geser analisis respon spektrum ragam model 4 114
Gambar 4.15 Diagram total drift terhadap tingkat bangunan arah X dan Y
Model 4 116
Gambar 4.16 Kekakuan antar lantai arah X dan Y model 4 118
Gambar 4.17 Diagram gaya geser terhadap ketinggian struktur dengan
gaya lateral ekivalen model 5 121
Gambar 4.18 Gaya geser analisis respon spektrum ragam model 5 124

xix
Gambar 4.19 Diagram total drift terhadap tingkat bangunan arah X dan Y
Model 5 126
Gambar 4.20 Kekakuan antar lantai arah X dan Y model 5 128
Gambar 4.21 Perbandingan simpangan arah X 128
Gambar 4.22 Perbandingan simpanagn arah Y 129
Gambar 4.23 Perbandingan kekakuan arah X 130
Gambar 4.24 Perbandingan kekakuan arah Y 130

xx
DAFTAR NOTASI

DL Beban mati.
LL Beban hidup.
QE Pengaruh gaya gempa horizontal dari V, yaitu gaya geser desain
total di dasar struktur dalam arah yang ditinjau. Pengaruh
tersebut harus dihasilkan dari peerapan gaya horizontal secara
serentak dalam dua arah tegak lurus atau satu sama lain.
P Faktor redudansi, untuk desain seismik D sampai F nilainya 1,3.
SDS Respon spektra percepatan desain untuk perioda pendek.
Fa koefisien perioda pendek.
SS Nilai spektra percepatan untuk perioda pendek 0,2 detik di
batuan dasar.
Fv koefisien perioda 1 detik.
S1 Parameter percepatan respon desain yag ditetapkan.
SA Klasifikasi site batuan keras.
SB Kalsifikasi site batuan.
SC Klasifikasi site tanah sangat padat dan batuan lunak.
SD Klasifikasi site tanah sedang.
SE Klasifikasi tanah lunak.
SF Klasifikasi tanah khusus.
SS Lokasi yang memerlukan investigasi geoteknik dan analisis
respon site spesifik.
µ Konstanta yang tergantung pada peraturan perencanaan
bangunan yang digunakan, misalnya untuk IBC-2009 dan ASCE
7-10 dengan gempa 2500 tahun menggunakan nilai µ sebesar
2/3 tahun.
SD1 Parameter percepatan respon spektrum pada perioda detik.
Sa Respon spektrum percepatan.
T Perioda struktur dasar (detik).
V Gaya geser seismik.
Cs Koefisien seismik yang ditentukan.

xxi
W Berat seismik efektif.
R Faktor modifikasi dalam.
Ie Faktor keutamaan gempa.
Cvx Faktor distribusi vertikal.
Wi dan wx Bagian berat seismik efektif total struktur yang ditempatkan
pada tingkat i atau x.
Hi dan hx Tinggi (m) dasar sampai tingkat i dan x.
k Eksponen yang terkait dengan perioda.
Fi Bagian dari geser dasar seismik (kN).
Vx geser tingkat desain gempa di semua tingkat (kN).
Ta minimum Nilai batas bawah perioda bangunan.
hn ketingian struktur dalam (m) di atas dasar sampai tingkat tinggi
struktur.
Cr Nilai parameter perioda pendekatan.
Ta maksimum Nilai batas atas perioda bangunan.
Cu Koefisien dari parameter percepatan respon spektral desain pada
1 detik.
MRF Momen resisting frames.
SRPMK Sistem rangka penahan momen khusus.
SRPMB Sistem rangka penahan momen biasa.
SRBKB Sistem rangka Bracing konsentrik biasa.
SRBKK Sistem rangka Bracing konsentrik khusus.
Mn Momen lentur Link.
Mu Momen lentur perlu.
Ø Faktor reduksi lentur.
bf Lebar sayap balok (mm).
d Tinggi balok (mm).
Zb Modulus penampang plastis
Φd Faktor reduksi untuk daktalitas
Vu Gaya geser ultimate balok
ƩM*pb Jumlah momen balok pada pertemuanas balok dan as kolom
Øc Faktor ketahanan tekan

xxii
Nn Kuat tekan nominal komponen struktur
Nu Gaya tekan terfaktor
Ag Luas penampang bruto (mm2)
fcr Tegangan kritis penampang, Mpa
fy Tegangan leleh material
Ae Luas penampang efektif
Mu Momen terfaktor (N,mm)
Ø Faktor reduksi
Mmax Momen maksimum dari bentang yang ditinjau
Mn Kuat lentur nominal balok
Mp Momen lentur yang menyebabkan seluruh penampang
mengalami tegangan leleh (N,mm)
Cb Koefisien pengali momen tekuk torsi lateral
My Momen lentur yang menyebabkan penampang mulai mengalami
tegangan leleh (N,mm)
Mr Momen batas tekuk (N,mm)
Lp Panjang bentang maksimum untuk balok yang mampu
menerima momen plastis (mm)
Lr Panjang bentang minimum untuk balok yang kekuatanya mulai
ditentukan oleh momen kritis tekuk torsi lateral (mm)
Lb Panjang bagian pelat sayap tekan tanpa pengekang lateral
Vn Kuat geser nominal (N)
Vu Gaya geser terfaktor (N)
Fyw Tegangan leleh pelat badan
Aw Luas kotor pelat badan
ADSR Acceleration displacement response spektrum
ATC Applied technology council
C Faktor respons gempa
CCR Redaman keritis
DC Damage control
fc’ Kuat tekan beton
g Percepatan gravitasi

xxiii
K Kekakuan struktur
N Jumlah lantai struktur
X Perpindahan
Wt Berat total gedung termasuk beban hidup yang sesuai
Xroof Perpindahan atap
Xmaks Perpindahan maksimum saat mencapai kondisi di ambang
keruntuhan
ɷ Frekuensi alami atau natural
ξ Koefisien faktor redaman
δi Perpindahan lateral lantai ke-i
γ Faktor beban
μ Faktor daktalitas
φ Rotasi

xxiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inovasi dalam perencanaan struktur terus menerus dikembangkan dalam


mendesain bangunan tingkat tinggi dengan tujuan dapat menahan beban gempa.
Pembangunan gedung bertingkat tinggi di Indonesia terus mengalami
peningkatan. Saat ini, semakin sempitnya lahan di kota-kota besar mengharuskan
pola pembangunan gedung secara vertikal. Pembangunan gedung secara vertikal
sangat rentan terhadap bahaya lateral seperti angin dan gempa. Dimana Indonesia
adalah negara dengan aktifitas gempa bumi tektonik yang sangat tinggi. Gempa-
gempa tersebut mulai dari skala richter yang relatif kecil atau sering disebut
gempa kecil, dan sekala richter sedang atau gempa sedang yang diperbolehkan
rusak hanyalah non struktur saja, sedangkan skala richter besar seperti gempa
besar yang terjadi di Aceh tahun 2004 yang lalu, struktur dan non-struktur
diperbolehkan rusak, tetapi penghuni bangunan tersebut dapat menyelamatkan
diri. Dari segi geologi lokasi Indonesia terletak pada 4 lempeng tektonik utama
yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, Pasifik, dan Filipina. Seiring dengan
perkembangan zaman, banyak sistem desain dan metode perencanaan yang terus
dikembangkan dalam dunia teknik sipil dan dapat digunakan untuk merencanakan
bangunan tingkat tinggi, salah satunya adalah penerapan dan penggunaan sistem
outrigger truss.

Sistem outrigger truss biasanya digunakan sebagai salah satu sistem


struktural yang efektif untuk mengontrol beban yang bekerja secara lateral. Ketika
beban lateral yang tergolong kecil maupun menengah bekerja pada suatu struktur
yaitu gempa yang menimbulkan respon pada bangunan, maka kerusakan struktur
secara struktural maupun non-struktural dapat dihindari. Sistem outrigger ini
umumnya digunakan pada bangunan bertingkat tinggi yang juga terletak pada
daerah yang merupakan zona gempa tinggi yang cukup berdampak pada
bangunan.

1
Sistem outrigger truss merupakan salah satu sistem penahan beban lateral
yang umumnya direncanakan dengan profil baja dan dipasang secara diagonal
(dapat juga berupa struktur dinding beton ataupun struktur komposit). Kolom
bagian terluar dari bangunan tingkat tinggi terhubung dengan core wall yang
terdapat di bagian tengah bangunan dengan batang-batang outrigger truss yang
bersifat sangat kaku pada satu tingkat atau lebih. Ketika beban lateral bekerja pada
bangunan, penekukan pada core wall memutar batang-batang outrigger yang kaku
yang juga terhubung dengan core wall serta mempengaruhi tarik dan tekan pada
kolom. Outrigger truss tidak hanya bisa direncanakan secara independen.
Kenyataannya, untuk merancang suatu bangunan tingkat tinggi yang
menggunakan outrigger truss juga dapat dikombinasikan dengan sistem struktural
lainnya yang juga dikenal dengan belt truss. Belt truss tidak terhubung dengan
core wall yang ada pada bangunan, melainkan dipasang dengan posisi
mengelilingi seluruh bagian terluar dari bangunan yang menghubungkan kolom-
kolom terluar dari bangunan secara horizontal. Belt truss juga hanya dipasang
pada lantai-lantai yang mengunakan outrigger truss saja sebagai penambah
kekakuan dan kekuatan struktur.

Outrigger truss yang digunakan pada bangunan tingkat tinggi tidak dipasang
pada setiap lantai. Pemasangan outrigger truss disesuaikan dengan kebutuhan dan
perencanaan dari bangunan tersebut. Umumnya, outrigger truss dapat dipasang
hanya pada satu lantai saja ataupun lebih pada bangunan.

Penulis sangat tertarik pada sistem Outrigger truss karena merupakan ilmu
dalam dunia konstruksi yang harus dikembangkan dan diterapkan pada bangunan
sekarang ini. Di Indonesia sendiri konsep ini masih sangat jarang diterapkan
karena masih kurangnya pemahaman pada outrigger, padahal sistem ini sangat
efektif diterapkan terlebih lagi Indonesia berada di kawasan yang sering terjadi
gempa besar.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam tugas akhir ini akan dibahas penggunaan sistem outrigger truss yang
akan ditempatkan di beberapa lantai pada bangunan beton setinggi 10 lantai, dan

2
pengaruh respon yang ditimbulkan oleh beban gempa terhadap bangunan tingkat
tinggi yang menggunakan outrigger. Perencanaan beban gempa akan
diperhitungkan secara analitis dengan bantuan program komputer ETABS ver 15
sehingga didapat nilai dari simpangan antar lantai (story drift), kekakuan antar
lantai dan lokasi penempatan outrigger truss yang optimum.

1.3 Tujuan Penelitian

Dari tugas akhir ini penulis ingin mendapatkan beberapa tujuan akhir,
diantaranya:
1. Untuk mengetahui nilai perioda dari setiap model struktur bangunan gedung
yang mengalami gaya lateral.
2. Membandingkan penggunaan outrigger truss terhadap posisi pemasangan
outrigger truss yang efktif pada bangunan tersebut sehingga didapat
persentase pengurangan story drift secara lateral akibat dari beban gempa.
3. Meningkatkan efisiensi dinding geser dengan menggunakan outrigger truss
sebagai penghubung dinding dengan kolom primer sehingga ikut menahan
momen guling akibat gaya lateral serta menunjukkan kekakuan antar lantai.
4. Menunjukkan nilai persentase dinding geser dan outrigger dalam menahan
gaya latera.
5. Menganalisis struktur gedung dengan analisis respon spektrum yang ditinjau
berdasarkan base shear, story drift, perioda struktur, soft story.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:


1. Penelitian ini memberikan manfaat terhadap ilmu pengetahuan khususnya
dalam bidang teknik sipil.
2. Memberikan pemahaman tentang outrigger truss.
3. Mengetahui letak efektif outrigger truss pada bangunan beton setinggi 10
lantai.

3
1.5 Batasan Masalah

Pada penelitian ini permasalahan dibatasin pada:


1. Bangunan tingkat tinggi yang dianalisis adalah bangunan dari beton yang
pemodelannya dalam bentuk 3 dimensi dengan menggunakan struktur rangka
beton bertulang dan dinding geser dan mengacu pada SNI 2847:2013.
2. Outrigger truss yang digunakan adalah dari baja dimana dimensi tiap profil
elemen struktur dari perhitungan yang memenuhi stress check dan mengacu
pada SNI 1729:2015.
3. Tinggi perlantai untuk lantai 1 adalah 4 m dan lantai seterusnya 3,6 m yang
menjadikan tinggi bangunan secara keseluruhan menjadi 36,4 m. Dengan
bangunan yang berukuran 35 m x 30 m yang berada di tengah kota Banda
Aceh dengan masa waktu penggunaan 50 tahun.
4. Outrigger truss yang akan dimodelkan dalam lima bentuk permodelan sesuai
letaknya pada tiap lantai yang ditinjau.
5. Bangunan direncanakan di Provinsi Aceh dengan wilayah KDG D pada tanah
lunak dan mengacu pada SNI 1726:2012.

1.6 Metode Penelitian

Metode pengerjaan dan pembahasan tugas akhir ini adalah secara teoritis dan
analitis, adapun tahapan pengerjaannya antara lain:
1. Pengenalan dan pembahasan teoritis mengenai bangunan tingkat tinggi dan
sistem outrigger truss.
2. Pembahasan respon pada bangunan tingkat tinggi yang ditimbulkan oleh
beban lateral seperti beban gempa.
3. Membandingkan hasil story drift dari bangunan untuk penempatan outrigger
truss pada tiap lantai yang ditinjau.
4. Membandingkan hasil kekakuan antar lantai untuk semua model yang
dianalisis.

4
1.7 Sistematika Pembahasan

Bab 1 Pendahuluan
Menguraikan hal-hal umum mengenai tugas akhir seperti latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, metode
penelitian.

Bab 2 Tinjauan Pustaka


Pada bab 2 ini berisiskan teori-teori, konsep, dan rumus sesuai dengan acuan judul
tugas akhir ini.

Bab 3 Pemodelan Struktur


Menjelaskan rencana atau prosedur yang dilakukan penulis untuk memperoleh
jawaban yang sesuai dengan kasus permasalahan.

Bab 4 Hasil Analisa Struktur


Menguraikan hasil pembahasan analisis desain dan kinerja struktur.

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

Berisi kesimpulan sesuai dengan analisis terhadap penelitian dan beberapa saran
untuk pengembangan lebih lanjut yang lebih baik di masa yang akan datang.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bangunan Tingkat Tinggi

2.1.1 Sejarah dan Perkembangan

Perkembangan dari bangunan tingkat tinggi mengikuti alur dari kemajuan dan
perkembangan kota. Urbanisasi yang dimulai seiring dengan gencarnya
industrialisasi, masih terus berjalan di berbagai tempat di dunia hingga saat ini. Di
Amerika Serikat, proses ini bermula dari abad ke–19. Masyarakat mulai berpindah
dari jalur rural (desa) menuju urban (kota) yang memicu dan memaksa kota untuk
meningkatkan daya tampungnya. Teknologi pembangunan menaggapi hal ini
dengan serius, sehingga pada masa ini baja ringan, eskalator dan lift serta suplai
energi listrik juga dikenal dengan dimulainya daya tampung kota secara vertikal.

Dampak dominan dari bangunan tingkat tinggi terhadap tata kota telah
mengundang banyak kontroversi antara gedung kota dan bangunan kuno yang
bersejarah. Bentuk-bentuk dari bangunan tingkat tinggi telah mengubah dan
membentuk garis-garis langit pada banyak kota di berbagai negara. Namun
demikian, semuanya dibangun dan diciptakan dengan tujuan menyerukan
karakteristik dan pernyataan simbol dari kemakmuran dan kemajuan suatu negara
serta perwakilan dari ambisi prekonomian masyarakat.

Sistem struktural untuk bangunan tingkat tinggi harus mengalami evolusi


yang dramatis dari beberapa dekade yang lalu hingga pada tahun 1990-an.
Perkembangan dan kemajuan dalam bentuk sistem struktural ini telah menjadi
sebuah respon kegerakan menuju tahun 1980-an, mulai dikenal bangunan tingkat
tinggi dengan gaya internasional dan desain-desain modern. Gedung-gedung
tinggi berbentuk prisma, bergeometri vertikal dan gedung tinggi beratap rata
mulai bermunculan dan menjamur di kota-kota besar serta menjadi umum dan
dikenal masyarakat.

Zaman dan teknologi dunia pembangunan terus berkembang sehingga


mengakibatkan gedung-gedung tinggi beragam berbentuk dengan tampilan dan

6
desain yang semakin luar biasa pula. Hal ini mendongkrak kemajuan dari
perkembangan bangunan tingkat tinggi yang telah menjadi kebutuhan masyarakat
sehari-hari (sebagai apartemen, hotel, perkantoran, sekolah, rumah sakit, gedung
serbaguna maupun pusat perbelanjaan), serta meningkatkan perkembangan
estetika dunia arsitektural yang berpengaruh pada tata kota. Sistem struktural yang
inovatif seperti magaframe, interior super diagonal braced frame, hybrid steel,
core dan sistem outrigger telah menjadi perwakilan dari sebuah perkembangan
sistem struktural pada bangunan tingkat tinggi.

2.1.2 Klasifikasi Bangunan Tingkat Tinggi

Bangunan tingkat tinggi didefinisikan sebagai bangunan yang ketinggiannya


menciptakan berbagai kondisi pada desain, pembangunan dan penggunaannya
lebih maksimal daripada bangunan biasa pada waktu dan tempat tertentu. Para
insinyur teknik sipil khususnya ahli struktur harusnya mengetahui dan menyadari
pentingnya suatu sistem dari struktur dapat menahan beban yang bekerja secara
lateral, apalagi telah dikatagorikan jenis dari sistem struktur bangunan tingkat
tinggi.

Pada tahun 1965, Fazlur Khan menyadari bahwa hirarki dari sistem struktur
ini dapat dikatagorikan dengan tujuan dapat menjadi pendekatan yang efektif
untuk penahan beban lateral. Tipe yang pertama merupakan sistem penahan
momen yang efesien untuk gedung yang bertingkat 20 hingga 30 lantai. Tipe
berikutnya merupakan generasi dari sistem tubular dengan efisiensi dari kantilever
yang tinggi. Tampilan bagan dari sistem ini terus dimodernisasikan secara
periodik dalam jangka waktu tertentu apabila ada sistem baru yang ditentukan dan
dikembangkan dalam perencanaan bangunan tingkat tinggi.

Proses pengklasifikasi bangunan tingkat tinggi ini didasarkan pada kriteria


teknik dan sistem yang keduanya menjelaskan aspek fisik dan aspek desain dari
bangunan tersebut, seperti berikut:

7
 Material
 Baja
 Beton
 Komposit
 Sistem penahan beban gravitasi
 Floor Framing (balok, slab)
 Kolom
 Truss
 Pondasi
 Sistem penahan beban lateral
 Dinding
 Frame
 Truss
 Diaphragm
 Tipe beban lateral
 Angin
 Seismik
 Kekuatan dan kebutuhan kenyamanan
 Drift
 Accerelation
 Ductility

2.2 Sistem Outrigger Truss

2.2.1 Umum

Inovasi dalam perencanaan struktur terus menerus berkembang di dalam


perencanaan bangunan tingkat tinggi dengan tujuan dapat menahan beban lateral
berupa beban angin dan beban gempa. Seiring dengan perkembangan zaman
banyak sistem dan metode perencanaan yang dapat digunakan untuk bangunan
tingkat tinggi, salah satunya adalah penggunaan sistem outrigger truss.

8
Ketika outrigger menjadi salah satu bagian dari struktur yang bersatu dengan
bangunan tingkat tinggi dalam dua puluh lima tahun terakhir, outrigger ternyata
mempunyai sejarah tersendiri dalam pemakaian sehari-hari sebagai salah satu
unsur struktural. Salah satu pemakaian sistem outrigger adalah pada kapal layar
yang besar.

Kapal layar besar pada masa lalu maupun masa ini didapati telah
menggunakan sistem outrigger untuk menahan tekanan angin yang bekerja pada
layar kapal. Caranya adalah menyesuaikannya dengan tonggak layar (mast) yang
tinggi dan ramping pada kapal sebaik mungkin.

Sistem outrigger truss digunakan sebagai salah satu sistem struktural yang
efektif untuk mengontrol beban yang bekerja secara lateral. Ketika beban lateral
bekerja pada suatu struktur, baik beban angin ataupun gempa, maka kerusakan
struktur secara struktural maupun non-struktural dapat diminimalkan. Sistem ini
umumnya digunakan pada bangunan bertingkat tinggi yang juga terletak pada
daerah yang merupakan zona gempa ataupun yang beban angin yang cukup besar
pengaruhnya.

Gambar 2.1: Mekanisme tarik dan tekan pada kolom luar.

9
Kerusakan bangunan akibat beban lateral secara konvensional dapat dicegah
dengan memperkuat dan memperkaku struktur bangunan terhadap gaya lateral
yang bekerja padanya. Namun, kerusakan secara non struktural umumnya
disebabkan karena adanya inter-storey drift (perbedaan simpangan antar tingkat).
Usaha memperkecil inter-storey drift dapat dilakukan dengan memperkaku
bangunan dalam arah lateral.

Sistem outrigger truss merupakan salah satu sistem pengaku dan penahan
beban lateral yang umumnya berupa profil baja (bisa juga dari beton ataupun
komposit). Kolom bagian terluar dari bangunan tingkat tinggi terhubung dengan
core wall terdapat di bagian tengah bangunan outrigger truss yang sangat kaku
pada satu tiang atau lebih.

Konsep dari pemakaian outrigger truss telah tersebar luas dewasa ini, apalagi
di dalam perencanaan bangunan bertingkat tinggi. Penggunaan outrigger truss
pada bangunan tingkat tinggi di luar negeri apalagi negara maju sudah sangat
berkembang. Di dalam konsep ini, outrigger truss berfungsi sebagai penahan
beban lateral yang menghubungkan core dengan kolom yang terletak pada bagian
terluar dari bangunan tersebut. Core yang dimaksud dapat berupa shear wall
ataupun braced frame sesuai perencanan.

Serupa dengan yang terjadi pada layar kapal, outrigger mengurangi momen
yang berputar pada core yang juga berfungsi sebagai kantilever murni, dan
mentransfer momen yang telah dikurangi ke kolom yang berada di luar core
secara tarikan ataupun tekanan.

Pada kapal layar, outrigger dapat mengurangi dampak dari sambungan yang
kritis yang menghubungkan tonggak layar dengan balok pada layar kapal (keel
beam). Akibatnya, ukuan dari tonggak layar pun dapat diminimalkan. Keuntungan
ini dapat diaplikasikan pada bangunan tingkat tingi yang didapati sanggup untuk
mengurangi momen yang berputar pada core. Perputaran momen dari penyokong
layer (stay) dan tonggak layar (mast) yang diberikan ke balok kapal (keel beam),
adalah momen yang sama pada bangunan yang ditransfer ke kolom terluar pada
bangunan tingkat tinggi.

10
Penggunaan dan efisiensi dari outrigger berakar baik dalam sejarahnya
tersendiri. Outrigger juga telah menjadi salah satu elemen kunci dalam
perencanaan bangunan tingkat tinggi yang efesian dan ekonomis.

2.2.2 Karakteristik Outrigger Truss

Sistem outrigger truss dapat mengefisienkan penggunaan dari material


struktur. Sistem outrigger truss ini memaksimalkan kekakuan aksial dan
kekakuan dari kolom bagian terluar untuk menahan bagian perputaran momen
yang merupakan efek dari pembebanan lateral. Tidak hanya itu, beberapa masalah
mengenai pembatas ruang dan komplikasi secara struktural dapat terjadi seiring
dengan penggunaan outrigger truss.

Dalam konsep outrigger yang konvensional, outrigger truss dihubungkan


secara langsung dari shear wall ataupun braced frame dengan kolom pada
bangunan tingkat tinggi. Secara umum, kolom yang dimaksud adalah kolom yang
terletak pada sisi luar dari bangunan. Merupakan bagian yang ideal pada sebuah
bangunan tingat tinggi yang menggunakan 2 (dua) set outrigger truss, termasuk
salah satunya yang berada pada puncak bangunan.

Kenyataannya outrigger truss pada bangunan tingkat tinggi tidak dipasang


pada setiap lantai bangunan. Pemasangan outrigger truss disesuaikan dengan
kebutuhan dan perencanaan dari bangunan tersebut. Umumnya, outrigger truss
dapat dipasang setiap 10 atau 20 lantai.

Jumlah penggunaan batang-batang outrigger truss dapat bervariasi


tergantung dari ketinggian dari bangunan yang akan ditinjau.

11
Gambar 2.2: Bangunan tingkat tinggi dengan sistem outrigger truss yang
konvensional.

Cara dari kolom terluar dari bangunan menahan bagian dari perputaran
momen yang dihasilkan oleh angin maupun beban-beban lainnya yang bekerja
pada bangunan digambarkan dalam Gambar 2.1. Outrigger truss yang terhubung
dengan core dan kolom diluar core, meregangkan kembali perputaran pada core
dan mengkonversi bagian dari momen pada core menjadi pasangan gaya vertikal
pada kolom. Pemendekan dan perpanjangan dari kolom serta deformasi dari
outrigger dapat menyebabkan beberapa perputaran pada core. Dalam perencanaan
umum, perputaran terhitung kecil sehingga core membalikkanya ke arah bawah
outrigger truss.

Gambar 2.3: Transfer gaya dalam sistem outrigger truss yang konvensional.

12
2.2.3 Aplikasi

Dalam konsep penggunaan outrigger truss yang konvensional, outrigger


truss terhubung secara langsung dengan core dan kolom terluar dari bangunan
mengkonversi momen pada core menjadi pasangan gaya vertikal pada kolom.
Tetapi di dalam perencanaan dan aplikasi lapangannya, outrigger truss tidak
hanya bisa direncanakan secara independen. Kenyataannya, untuk merencanakan
suatu bangunan tingkat tinggi yang menggunakan outrigger truss juga dapat
dikombinasikan dengan sistem struktural lainnya yang juga dikenal dengan belt
truss.

Belt truss merupakan sistem pengaku yang juga penunjang dan menopang
outrigger truss. Sama halnya dengan perencanaan outrigger truss, belt truss
sendiri hanya juga dipasang pada lantai-lantai tertentu sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat. Jadi, dimana batang-batang outrigger diletakkan, dipasang dan
direncanakan, maka di sana pula terdapat belt truss yang lebih sering berupa profil
dari baja akan mendukung kinerja dari outrigger truss sendiri.

Belt truss tidaklah terhubung dengan core wall yang ada pada bangunan. Belt
truss dipasang dengan posisi mengelilingi seluruh bagian terluar dari struktur
yang menghubungkan kolom-kolom terluar dari bangunan secara horizontal. Belt
truss juga hanya dipasang pada lantai-lantai yang menggunakan outrigger truss
saja sebagai penambahan kekuatan dan kekakuan struktur.

2.2.4 Keuntungan Penggunaan Outrigger Truss

Untuk kebanyakan bangunan tingkat tinggi secara umum, jawaban dari


permasalahan pada struktur core dan sistem tubular adalah daya kerja dari satu
atau lebih dari lantai yang dipasang outrigger. Outrigger menghubungkan core
pada bangunan dengan kolom terluar pada bangunan dengan sistem truss maupun
elemen dinding. Sistem outrigger dapat dibentuk dengan kombinasi baja, beton,
maupun struktur komposit. Ketika outrigger telah dipasang dan diefektifkan
dengan baik, maka dapat memberikan keuntungan secara struktural dan
fungsional bagi keseluruhan perencanaan bangunan, diantaranya:

13
1. Momen yang berputar pada core dan peningkatan deformasi yang terjadi
dapat dikurangi melalui momen yang berputar berlawanan arah yang bekerja
pada core pada masing-masing persimpangan outrigger. Momen ini
ditimbulkan dari pasangan gaya pada kolom terluar yang terhubung dengan
outrigger.
2. Pengurangan yang signifikan dan kemungkinan hilangnya gaya ke atas dan
gaya regang melalui kolom dan pondasi.
3. Penempatan jarak kolom terluar tidak didasarkan pada pertimbangan
struktural saja dan dapat dengan mudah dikaitkan dengan pertimbangan
estetika dan fungsional.
4. Framing terluar dapat berupa balok biasa yang sederhana dan framing kolom
tanpa harus membutuhkan sambungan frame yang kaku, mengakibatkan
perencanaan bangunan lebih ekonomis.

2.2.5 Permasalahan

Setiap sistem perencanaan dan material struktur tentunya memiliki


keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Begitu pula dengan sistem
outrigger truss yang mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya dapat
mengurangi displacement serta inter-storey drift akibat beban lateral. Tetapi, hal
ini juga tidak terluput dari beberapa kelemahan. Ada beberapa masalah yang dapat
ditimbulkan dalam pengunaan outrigger truss. Masalah yang ditimbulkan dapat
membatasi aplikasi dari konsep di dalam lapangan, diantaranya:
1. Ruang yang termakan akibat pemasangan outrigger truss (terutama bagian
yang diagonal); memakan tempat yang cukup banyak pada lantai dimana
outrigger truss dipasang. Bahkan pada lantai penyimpanan mesin dan
perlengkapan, keberadaan outrigger truss merupakan masalah yang paling
utama karena tidak tertutup kemungkinan bahwa satu lantai yang
menggunakan outrigger tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya.
2. Masalah arsitektural dan fungsional dari bangunan tersebut yang dapat
menjadi pertimbangan karena pengaruh dari pemasangan outrigger truss yang
terhubung dengan core wall pada bagian tengah bangunan.

14
3. Cara untuk menghubungkan outrigger truss dengan core wall dapat menjadi
suatu hal yang sangat rumit. Tingkat kesulitan akan semakin tinggi apabila
sistem core yang direncanakan adalah core wall dari beton.
4. Dalam beberapa hal, core dan outrigger truss tidak akan memendek secara
bersamaan karena pengaruh gaya gravitasi. Outrigger truss haruslah sangat
kaku agar dapat berfungsi dengan efektif dan maksimal. Outrigger truss
dapat mengalami tegangan yang cukup signifikan ketika mencoba untuk
mengontrol perbedaan pemendekan antara core dan batang-batang outrigger
truss. Ketelitian yang tinggi dan biaya tambahan juga diperlukan dalam
permasalahan ini. Selain itu, penyelesaian beberapa sambungan truss harus
ditunda hingga bangunan hampir mencapai puncak penyelesaian
pembangunannya karena lantai bangunan yang menggunakan outrigger
haruslah sangat kaku. Semua usaha ini dilakukan untuk mengurangi masalah
yang terjadi akibat perbedaan pemendekan.

Karena masalah utama terletak pada terbatasnya ruang muat dan gerak akibat
penempatan outrigger truss, maka biasanya lantai yang menggunakan outrigger
dimaksimalkan sebaik mungkin agar tidak menjadi bagian dari bangunan megah
dan tinggi yang tidak berfungsi sama sekali. Agar dapat menjadi lantai dari
bangunan yang efektif dan maksimal, adapun langkah yang dapat dilakukan
sebagai solusi adalah menjadikan lantai-lantai yang menggunakan outrigger ini
menjadi ruangan mesin ataupun genset. Caranya adalah dengan menyesuaikan
ukuran mesin yang akan menempati ruangan yang juga sedikit terhimpit oleh
batang-batang outrigger, agar dapat muat dalam petak-petak ruangan yang
terbentuk akibat pemasangan outrigger truss. Alternatif lainnya yang dapat
dijadikan solusi adalah menjadikan ruangan tersebut menjadi gudang
panyimpanan stok barang ataupun tempat penyimpanan barang-barang ataupun
perlengkapan kantor lainnya. Selain itu, bisa dimanfaatkan pula sebagai ruangan
kontrol, ruangan pengawasan keamanan, ruangan kompresor AC ataupun ruangan
panel listrik.

15
Gambar 2.4: Shear wall dengan outrigger truss.

2.2.6 Contoh Bangunan Menggunakan Outrigger Truss

Penggunaan outrigger truss telah berkembang di dalam dunia pembangunan


sejauh ini, apalagi di negara-negara maju seperti di Amerika Serikat, Australia dan
negara industri lainnya. Di Indonesia penggunaan system outrigger truss belum
begitu dikenal karena kurangnya pembangunan gedung bertingkat tinggi yang
signifikan. Berikut merupakan beberapa contoh gedung-gedung tingkat tinggi di
dunia yang menggunakan sistem outrigger truss untuk membuktikan bahwa dunia
pembangunan terus berkembang, diantaranya:
1. Gedung City Spire di New York, Amerika Serikat
- Arsitek : Murphy Jahn
- Struktur : Robert Rosenwasser Associates
- Tahun selesai : 1987
- Ketinggian : 248 m
- Jumlah lantai : 75 tingkat
- Fungsi : Perkantoran dan pemukiman
- Kecepatan angin : 47 m/dtk
- Defleksi lateral maksimum : H/500
- Tipe struktur : Shear wall dengan outrigger pada lantai
transfer dan lantai kantor
- Pondasi : Batu karang, 4 Mpa

16
- Kolom : 56 Mpa
- Core : Dinding beton

2. Gedung Chifley Tower di Sydney, Australia


- Arsitek : Kohn,Pedersen, Fox dan Travis
- Struktur : Flack and Kurtz Australia dan Thornton-
Tomasetti Associates
- Tahun selesai : 1992
- Ketinggian : 215 m
- Jumlah lantai : 50 tingkat
- Fungsi : Perkantoran
- Kecepatan angin : 50 m/dtk
- Defleksi lateral maksimum : H/400
- Tipe struktur : Braced steel core dengan outrigger pada
lantai 5, 29 – 30, 42 – 43
- Pondasi : Batu kali, 5 Mpa
- Kolom : Baja, 250 – 350 Mpa
- Core : Braced Steel Frame

2.3 Analisis Dinamik

Secara umum analisis struktur terhadap beban gempa dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
1. analisis beban statik ekuivalen adalah suatu cara analisis struktur dimana
pengaruh gempa pada struktur dianggap sebagai beban statik horizontal yang
diperoleh dengan hanya memperhitungkan respon ragam getar yang pertama.
Biasanya distribusi gaya geser tingkat ragam getar yang pertama ini
disederhanakan sebagai segitiga terbaik.
2. Analisis dinamik adalah analisa struktur dimana pembagian gaya geser gempa
di seluruh tingkat diperoleh dengan memperhitungkan pengaruh dinamik
gerakan tanah terhadap struktur. Analisis dinamik terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Analisis ragam respon spektrum dimana tebal respon didapat memelalui
superposisi dan respon masing-masing ragam getar.

17
b. Analisis riwayat waktu adalah analisis dinamis dimana pada model
struktur diberikan suatu catatan rekaman gempa dan respon spektrum
dihitung langkah demi langkah pada interval tertentu.

Analisis dinamik untuk perancangan struktur tahan gempa dilakukan jika


diperlukan evaluasi yang lebih akurat dari gaya-gaya gempa yang bekerja pada
struktur, serta untuk mengetahui perilaku dari struktur akibat pengaruh gempa.
pada struktur bangunan tingkat tinggi atau struktur dengan bentuk atau
konfigurasi yang tidak teratur. Analisis dinamik dapat dilakukan dengan cara
elastis maupun inelastis. Pada cara elastis dibedakan Analisis Ragam Riwayat
Waktu (Time History Modal Analysis), dimana pada cara ini dilakukan rekaman
percepatan gempa dan Analisis Ragam Spektrum Respon (Respons Spectrum
Modal Analysis), dimana pada cara ini respon maksimum dari tiap ragam getar
yang terjadi didapat dari Spektrum Respon Rencana (Design Spectra). Pada
analisis dinamis elastis digunakan untuk mendapatkan respon struktur akibat
pengaruh gempa yang sangat kuat dengan cara integrasi langsung (Direct
Integration Method). Analisis dinamik elastis lebih sering digunakan karena lebih
sederhana.

Untuk struktur gedung yang tidak beraturan yang tidak memenuhi struktur
gedung beraturan, pengaruh gempa rencana terhadap struktur gedung tersebut
harus ditentukan melalui analisis respon dinamik 3 dimensi. Untuk mencegah
terjadinya respons spekrtum gedung terhadap pembebanan gempa yang dominan
dalam rotasi dari hasil analisis variabel bebas 3 dimensi, paling tidak gerak ragam
pertama (fundamental) harus dominan dalam translasi.

Analisis dinamik adalah untuk menentukan pembagian gaya geser tingkat


akibat gerakan tanah oleh gempa dan dapat dilakukan dengan cara analisis ragam
spektrum respon. Pembagian gaya geser dasar akibat gempa sepanjang tinggi
gedung pada analisis beban statik ekuivalen. Pada analisis ragam spektrum
respon, sebagai spektrum percepatan respon gempa rencana harus dipakai diagram
koefisien gempa dasar (C) untuk wilayah masing-masing gempa. Nilai C tersebut
tidak berdimensi sehingga respon masing-masing ragam merupakan respon relatif.

18
Untuk struktur gedung tidak beraturan yang memilih waktu-waktu getar
alami yang berdekatan harus dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan
Kombinasi Kuadratik Lengkap (Complete Quadratic Combination atau CQC).
Waktu getar alami harus dianggap berdekatan, apabila selisih nilainya kurang dari
15%. Untuk struktur tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami berjauhan,
penjumlahan reson ragam tersebut dapat dilakukan dengan metode yang dikenal
dengan Akar Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of Square atau SRSS).

Perbedaan antara beban statik dan dinamik (Widodo 2000). Pada ilmu statika
keseimbangan gaya-gaya didasarkan atas kondisi statik, artinya gaya-gaya
tersebut tetap intensitasnya, tetap tempatnya dan tetap arah/garis kerjanya. Gaya-
gaya tersebut dikatagorikan sebagai beban statik. Kondisi seperti ini akan berbeda
dengan beban dinamik dengan pokok-pokok perbedaan sebagai berikut:
1. Beban dinamik adalah beban yang berubah-ubah menurut waktu (time
variying) sehingga beban dinamik merupakan fungsi dari waktu.
2. Beban dinamik umumnya hanya bekerja pada rentang waktu tertentu. Untuk
gempa bumi maka rentang waktu tersebut kadang-kadang hanya bebarapa
detik saja. Walaupun hanya beberapa detik saja namun beban angin dan
baban gempa misalnya dapat merusak struktur dengan kerugian yang sangat
besar.
3. Beban dinamik dapat menimbulkan gaya inersia pada pusat massa yang
arahnya berlawanan dengan arah gerakan.
4. Beban dinamik lebih komplek dibandingkan dengan beban statik, baik dari
bentuk fungsi bebannya maupun akibat yang ditimbulkan. Asumsi-asumsi
kadang perlu diambil untuk mengatasi ketidak pastian mungkin ada pada
beban dinamik.
5. Karena beban dinamik berubah-ubah intensitasnya menurut waktu, maka
pengaruhnya terhadap struktur juga berubah-ubah menurut waktu. Oleh
karena itu penyelesaian tunggal (single solution), maka penyelesaian problem
dinamik bersifat penyelesaian berulang-ulang (multiple solution).
6. Sebagai akibat penyelesaian yang berulang-ulang maka penyelesaian struktur
dengan beban dinamik akan lebih mahal dan lebih lama.

19
Menurut tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung SNI
03-1726-2002 pasal 6, struktur gedung ditetapkan sebagai struktur gedung
beraturan, apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10
tingkat atau 40 m.
2. Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun
mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25% dari
ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah tonjolan tersebut.
3. Denah struktur gedung tidak memiliki coakan sudut dan kalaupun
mempunyai coakan sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari 15%
dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah sisi coakan tersebut.
4. Sistem struktur gedung terbentuk oleh subsistem-subsistem penahan beban
lateral yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan sumbu-sumbu
utama ortogonal denah struktur secara keseluruhan.
5. Sistem struktur gedung tidak menunjukkan loncatan bidang muka dan
kalaupun mempunyai loncatan bidang muka, ukuran dari denah struktur
bagian gedung yang menjulang dalam masing-masing arah, tidak kurang dari
75% dari ukuran terbesar denah struktur bagian gedung sebelah bawahnya.
Dalam hal ini, struktur rumah atap yang tingginya tidak lebih dari 2 tingkat
tidak perlu dianggap menyebabkan adanya loncatan bidang muka.
6. Sistem struktur gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan, tanpa
adanya tingkat lunak. Yang dimaksud dengan tingkat lunak adalah suatu
tingkat, dimana kekakuan lateralnya adalah kurang dari 70% kekauan lateral
tingkat di atasnya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kekakuan lateral
suatu tingkat adalah gaya geser yang bila bekerja pada tingkat itu
menyebabkan satu-satuan simpangan antar tingkat.
7. Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya
setiap lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150% dari berat
lantai tingkat di atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak
perlu memenuhi ketentuan ini.
8. Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem penahan
beban lateral yang menerus tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali bila

20
perpindahan tersebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah
perpindahan tersebut.
9. Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang
atau bukaan yang luasnya leebih dari 50% luas seluruh lantai tingkat.
Kalaupun ada lantai tingkat dengan lubang tau bukaan seperti itu, jumlahnya
tidak boleh melebihi 20% dari jumlah lantai tingkat seluruhnya.

Untuk struktur gedung beraturan, pengaruh gempa rencana dapat ditinjau


sebagai pengaruh beban gempa statik ekuivalen, sehingga menurut standar ini
analisisnya dapat dilakukan berdasarkan analisis statik ekuivalen. Struktur gedung
yang tidak memenuhi ketentuan di atas, ditetapkan sebagai struktur gedung tidak
beraturan, pengaruh gempa rencana harus ditinjau sebagai pengaruh pembebanan
gempa dinamik, sehingga analisisnya harus dilakukan berdasarkan analisis respon
dinamik.

2.4 Faktor Gempa Pada Struktur

Gempa bumi memiliki pengaruh yang sangat besar pada struktur bangunan
melalui intensitas lokal dari gempa yaitu besar kecilnya getaran permukaan di
lokasi bangunan itu berdiri. Intensitas gempa dinyatakan dalam satuan (m/s2). Saat
tanah dalam keadaan diam berat bangunan tersebut ditopang langsung oleh tanah
sesuai dengan percepatan gravitasi. Ketika gempa bumi terjadi permukaan tanah
akan bergerak sesuai dengan percepatan gempa bumi tersebut hal ini
menunjukkan bahwa tanah yang mula-mula diam hingga bergerak mempunyai
kecepatan tertentu. Adanya percepatan tanah yang terjadi akibat gempa akan
menimbulkan akan mengakibatkan daya dorong tanah yang membuat bangunan
di atasnya mendorong kearah belakang (berlawanan degan percepatan tanah)
sehingga berpotensi merusak bangunan, gaya dorong tersebut dinamakan gaya
inersia yang mempunyai kecendrungan agar bangunan tetap berada pada kondisi
semula dengan melawan arah gerakan percepatan tanah akibat gempa.

21
Besarnya gaya inersia yang timbul akibat percepatan tanah tersebut adalah
gaya inersia (Newton) = massa bangunan (kg) × percepatan tanah (m/s2). Semakin
besar massa bangunan maka semakin besar percepatan tanah tersebut, semakin
besar pula gaya inersia yang ditimbulkan oleh karena itu, bangunan yang lebih
ringan akan lebih tahan terhadap guncangan akibat gempa bumi.

Faktor gempa yang berpengaruh pada respon atau reaksi struktur bangunan
adalah lamanya waktu gempa dan rentang frekuensi gempa. Durasi gempa
berpengaruh pada besarnya perpindahan energi dan vibrasi tanah ke energi
struktur (energi desipasi). Gempa dengan percepatan sedang dan durasi yang lama
menyebabkan kerusakan lebih besar dibandingkan dengan gempa yang memiliki
percepatan besar tetapi durasinya singkat.

Pada umumnya, desain struktur bangunan tahan gempa merupakan desain


yang mengatur hubungan antara respon gaya gempa horizontal yang bekerja pada
struktur (faktor kekuatan), kekakuan struktur (stiffness) dan deformasi lateral
struktur. Kekuatan elemen struktur dirancang agar saat terjadi gempa kekuatannya
dapat tercapai (capacity design). Karena struktur mempunyai kekakuan, di dalam
suatu perpindahan yang terjadi pada struktur. Redaman (damping) diperlukan oleh
struktur sebagai penyerap energi gempa. Elemen yang daktail akan mampu
berdeformasi melebihi batas kekakuan elastisnya dan akan terus mampu menahan
beban sehingga mampu menyerap energi gempa yang lebih besar.

Indonesia memiliki wilayah gempa yang berbeda-beda dan dengan kondisi


tanah yang berbeda pula. Akibat pengaruh gempa rencana, struktur gedung secara
keseluruhan masih harus berdiri walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang
keruntuhan. Berdasarkan SNI Gempa 1726:2012, zona peta gempa menggunakan
peta gempa untuk probabilitas 2% terlampaui dalam 50 tahun atau memiliki
periode ulang 2500 tahun.

22
Gambar 2.5: Peta respon spektra percepatan 0 detik di batuan dasar SB untuk
probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun (redaman 5%) (SNI 1726:2012).

Gambar 2.6: Peta respon spektra percepatan 0,2 detik di batuan dasar SB untuk
probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun (redaman 5%) (SNI 1726:2012).

23
Gambar 2.7: Peta respon spektra percepatan 1 detik di batuan dasar SB untuk
probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun (redaman 5%) (SNI 1726:2012).

Struktur bangunan yang direncanakan terletak di Provinsi Aceh. Berdasarkan


SNI 1726:2012 tentang tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa Rumah dan
Gedung. Berikut ini adalah grafik respon spektra pada wilayah 4 untuk kondisi
tanah lunak, tanah sedang, dan tanah keras.

Gambar 2.8: Respon spektra wilayah gempa 4 (SNI 1727:2012).

24
2.5 Arah Pembebanan dan Penentuan Respon Spektra

Dalam perencanaan struktur gedung, arah utama pengaruh gempa rencana


harus ditentukan sedemikian rupa sehingga memberikan pengaruh terbesar
terhadap unsur-unsur subsistem dan sistem struktur gedung secara keseluruhan.

Untuk mensimulasikan pengaruh gempa rencana sembarang terhadap struktur


gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan harus
dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersama dengan pengaruh
pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tadi,
tetapi dengan efektifitas 30%.

Gambar 2.9: Arah pembebanan gempa.

Dengan mengacu pada SNI 1726:2012 untuk kombinasi pembebananya


menggunakan persamaan yang dijelaskan di bawah ini:
1. 1,4DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL
3. 1,2 DL + 1 LL ± 0,3 (ρ QE + 0,2 DL) ± (ρ QE + 0,2 SDS DL)
4. 1,2 DL + 1 LL ± 1 (ρ QE + 0,2 DL) ± 0,3 (ρ QE + 0,2 SDS DL)
5. 0,9 DL ± 0,3 (ρ QE + 0,2 DL) ± 1 (ρ QE + 0,2 SDS DL)
6. 0,9 DL ± 1 (ρ QE + 0,2 DL) ± 0,3 (ρ QE + 0,2 SDS DL)

25
Untuk penentuan parameter respon spektra percepatan di permukaan tanah,
diperlukan faktor amplikasi terkait spektra percepatan untuk periode pendek (Fa)
dan periode 1,0 detik (Fv) . selanjutnya parameter respon spektra percepatan di
permukaan tanah dapat diperoleh dengan cara mengalikan koefisien Fa dan Fv
dengan spektra percepatan untuk perioda pendek (Ss) dan perioda 1,0 detik (S1) di
batuan dasar yangdiperoleh dari peta gempa Indonesia SNI 1727:2012 sesuai
dengan Pers. 2.1 dan 2.2.
SMS = Fa × Ss (2.1)

SM1 = Fv × S1 (2.2)

Keterangan:
Ss = Nilai spektra percepatan untuk periode pendek 0.2 detik di batuan dasar
(SB) mengacu pada peta Gempa SNI 1726:2012
S1 = Nilai spektra percepatan untuk periode 1,0 detik di batuan dasar (SB)
mengacu pada Peta Gempa SNI 1726:2012
Fa = Koefisien perioda pendek
Fv = Koefisien perioda 1,0 detik
Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 memberikan nilai-nilai Fa dan Fv untuk berbagai
klasifikasi site.

Tabel 2.1: Koefisien periode pendek, Fa berdasarkan SNI 1726:2012.

Klasifikasi Site
Ss
(Sesuai Tabel 2.10)
Klasifikasi Site Ss ≤ 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1,0 Ss ≥ 1,25
Batuan Keras (SA) 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Batuan (SB) 1.0 1,0 1,0 1,0 1,0
Tanah Sangat Padat
dan Batuan Lunak 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
(Sc)
Tanah Sedang (SD) 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
Tanah Lunak (SE) 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
Tanah Khusus (SF) SS SS SS SS SS

26
Tabel 2.2: Koefisien periode 1.0 detik, Fv berdasarkan SNI 1726:2012.

Klasifikasi Site
S1
(Sesuai Tabel 2.10)
Klasifikasi Site S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 ≥ 0,5
Batuan Keras (SA) 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Batuan (SB) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Tanah Sangat Padat
dan Batuan Lunak 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
(Sc)
Tanah Sedang (SD) 2,4 2,0 1,8 1.6 1.5
Tanah Lunak (SE) 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
Tanah Khusus (SF) SS SS SS SS SS

SS = lokai yang memerlukan investigasi geoteknik dan analisis respon site


spesifik

Selanjutnya, untuk mendapatkan parameter respon spektra desain, spektra


percepatan desain untuk perioda pendek dan perioda 1.0 detik dapat diperoleh
melalui Pers. 2.3 dan 2.4.
SDS = µ SMS (2.3)
SD1 = µ SM1 (2.4)
Keterangan:
SDS = Respon spektra percepatan desain untuk perioda pendek
SD1 = Respon spekrta percepatan desain untuk perioda 1.0 detik
µ = Konstanta yang tergantung pada peraturan perencana bangunan yang
digunakan, misalnya untuk IBC-2009 dan ASCE 7-10 dengan gempa
2500 tahun menggunakan nilai µ sebesar 2/3 tahun

Selanjutnya respon spektra desain di permukaan tanah yang dapat ditetapkan


sesuai dengan Gambar 2.10.

27
Gambar 2.10: Bentuk tipikal respon spektra desain di permukaan tanah
(SNI 1726:2012).

Keterangan:
1. Untuk periode lebih kecil dari T0, respon spektra perceptan, Sa didapatkan dari
Pers. 2.5.
𝑇
Sa = SDS 0.4 + 0.6 𝑇 (2.5)
0

2. Untuk periode lebih besar atau sama dengan T0, dan lebih kecil atau sama
dengan Ts, respon spektra percepatan, Sa adalah sama dengan SDS.
3. Untuk periode lebih besar dari Ts, respon spektra percepatan, Sa didapatkan
dari Pers. 2.6.
𝑆𝐷𝑆
Sa = (2.6)
𝑇
Untuk nilai T0 dan Ts dapat ditentukan dengan Pers. 2.7 dan 2.8.
T0 = 0,2 Ts (2.7)

𝑆𝐷 1
Ts = (2.8)
𝑆𝐷𝑆

2.6 Resiko Struktur Gedung dan Non Gedung

Sesuai pasal 4.1.2 pada SNI 1726:2012 yang menentukan katagori resiko
struktur bangunan gedung dan non gedung. Pengaruh gempa rencana terhadapnya
harus dikalikan dengan satuan faktor keutamaan. Khususnya untuk struktur

28
bangunan dengan katagori resiko IV bila dibutuhkan pintu masuk untuk
operasional dari struktur bangunan yang bersalahan, maka struktur bangunan yang
bersalah tersebut harus didesain dengan katagori resiko IV.

Tabel 2.3: Katagori resiko bangunan dan bangunan lainnya untuk beban gempa.

Jenis pemanfaatan Ketegari resiko


Gedung dengan resiko rendah terhadap jiwa
I
manusia
Semua gedung lain II
Gedung dengan resiko tinggi terhadap jiwa
III
manusia
Gedung yang ditunjukkan untuk fasilitas
IV
penting

Tabel 2.4: Faktor keutamaan gempa.

Katagori resiko Faktor keutamaan gempa


I dan II 1,0
III 1,25
IV 1,50

Jenis tanah dikelompokkan menjadi 6 bagian, dengan pembagiannya


berdasarkan besaran kecepatan rambat gelombang geser rata-rata (Vs) nilai
penertrasi standar rata-rata (N) dan kuat geser nilai rata-rata.

Tabel 2.5: Klasifikasi situs.

Kelas situs Vs (m/det) N atau Nch Su (kPa)


SA (batuan keras) > 1500 N/A N/A
SB (batuan) 750-1500 N/A N/A
SC (tanah keras) 350-750 > 50 ≥ 100
SD (tanah sedang) 175-350 15-50 50-100

29
Tabel 2.5: Lanjutan.
Kelas situs Vs (m/det) N atau Nch Su (kPa)

SE (tanah lunak) < 175 < 15 < 50


Tanah yang memiliki salah satu karakteria berikut
SF (tanah khusus) (berpotensi gagal saat gempa, lempung sangat organik,
lempung berplastisitas tinggi

2.7 Katagori Desain Gempa

Struktur harus ditetapkan memiliki katagori desain seismik yang mengikuti


pasal 6.5. pada SNI 1726:2012 struktur dengan katagori resiko I, II, atau III yang
berlokasi dimana parameter respon spektra percepatan terpetakan pada perioda 1
detik, S1 lebih besar dari atau sama dengan 0,75 harus ditetapkan sebagai struktur
dengan katagori desain seismik E. Struktur yang beresiko IV yang berlokasi
dimana parameter respon spektra percepatan terpetakan pada periode 1 detik S1
lebih besar atau sama dengan 0,75 harus ditetapkan sebagai struktur katagori
desain seismik F. Semua struktur lainnya harus ditetapkan katagori desain
seismik-nya berdasarkan katagori resikonya dan parameternya respon spektra
percepatan desainnya SDS dan SD1, sesuai pasal 6.3 pada SNI 1726:2012 masing-
masing bangunan harus dimasukkan dalam katagori desain seismik yang lebih
parah, dengan mengacu pada Tabel 6 dan 7 pada SNI 1726:2012. Terlepas dari
nilai perioda fundamental getaran struktur T.

Tabel 2.6: Katagori desain seismik berdasarkan parameter respon percepatan


pada perioda pendek.

Katagori resiko
Nilai SDS
I, II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B C
0,33 ≤ SDS < 0,50 C D
0,50 ≤ SDS D D

30
Tabel 2.7: Katagori desain seismik berdasarkan paremeter respon percepatan pada
perioda 1 detik.

Katagori resiko
Nilai SD1
I, II atau III IV
SD1 < 0,067 A A
0,067 ≤ SDS < 0,133 B C
0,133 ≤ SDS < 0,20 C D
0,20 ≤ SDS D D

2.7.1 Stuktur Penahan Gaya Gempa

Sistem penahan gaya seismik lateral dan vertikal dasar harus memenuhi salah
satu tipe yang telah ditetapkan pada SNI 1726:2012 pasal 7.2. setiap tipe dibagi-
bagi berdasarkan tipe elemen vertikal yang digunakan untuk menahan gaya
seismik lateral. Setiap seismik penahan gaya seismik dipilih harus dirancang dan
didetailkan sesuai dengan persyaratan khusus bagi sistem yang telah ditetapkan.

Gambar 2.11: Diagram beban simpangan struktur gedung.

2.7.2 Gaya Geser Dasar Gempa dan Beban Lateral Gempa

Sesuai pasal 7.8 pada SNI 1726:2012 gaya geser seismik V, dalam arah yang
ditentukan harus sesuai dengan Pers. 2.9.
V = Cs × W (2.9)

31
Keterangan:
Cs = Koefisien respon seismik yang ditentukan
W = Berat seismik efektif
Koefisien respon seismik, Cs harus ditentukan
𝑆𝐷𝑆
Cs = 𝑅 (2.10)
𝐼𝑒

Nilai Cs yang dihitung tidak perlu melebihi berikut ini:


𝑆𝐷 1
Cs = 𝑅 (2.11)
𝑇 𝐼𝑒

Cs harus tidak kurang dari


Cs = 0,044SDSI ≥ 0,01

Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi di daerah dimana S1 sama


dengan atau lebih besar dari 0,6 g maka Cs harus tidak kurang dari:
0,5 × 𝑆1
Cs = 𝑅 (2.12)
𝐼𝐸

Keterangan:
SD1 = Parameter percepatan spektrum respon desain pada perioda sebesar 1,0
(detik)
SDS = Parameter percepatan spektrum respon desain dalam rentang perioda
pendek
S1 = Parameter percepatan spektum respon maksimum yang dipetakan
T = Perioda fondamental struktur (detik)
R = Faktor modifikasi respon dalam
Ie = Faktor keutamaan gempa

Gaya gempa yang timbul di semua tingkat harus ditentukan dari Pers. Berikut
ini, dan sesuai dengan SNI 1726:2012 pada pasal 7.8.3.
Fx = Cvx × V (2.13)
Dan
𝑊
𝑋 ℎ𝐾
𝑋
CVX = 𝑛 𝑊 × ℎ𝐾 (2.14)
𝑖−1 𝐼 𝑋

32
Keterangan:
Cvx = Faktor distribusi vertikal
V = Gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur (kN)
wi dan wx = Bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang ditempatakan
atau dikenakan pada tingkat i atau x
hi dan hx = Tinggi (m) dari dasar sampai tingkat i atau x
k = Eksponen yang terkait dengan perioda struktur sebagai berikut:

untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 0,5 detik atau kurang, k =1 untuk
struktur yang mempunyai perioda sebesar 2,5 detik tau lebih, k = 2 untuk struktur
yang mempunyai perioda antara 0,5 dan 2,5 detik, k harus sebesar 2 atau harus
ditentukan dengan interpolasi linier antara 1 dan 2.

Geser tingkat desain gempa di semua tingkat (Vx) (kN) harus ditentukan dari Pers.
2.15.
𝑛
Vx = 𝑖−𝑥 𝐹𝑖 (2.15)
Keterangan:
Fi = Bagian dari geser dasar seismik (V) (kN) yang timbul di tingkat i

2.7.3 Pembatasan Waktu Getar Alami

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.2, yaitu nilai minimum periode


bangunan (Ta minimum) dan nilai maksimum periode bangunan (Ta maksimum). Nilai
minimum periode bangunan (Ta minimum) ditentukan oleh Pers. 2.16.
Ta minimum = Ct × hnx (2.16)
Keterangan:
Ta minimum = Nilai batas bawah periode bangunan
hn = Ketinggian struktur dalam m diatas dasar sampai tingkat tertinggi
struktur
Ct = Ditentukan dari Tabel 2.8
x = Ditentukan dari Tabel 2.8

33
Tabel 2.8: Nilai parameter periode pendekatan Cr, dan x berdasarkan SNI
1726:2012.

Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen dimana rangka
memikul 100% seismik yang diisyaratkan dan tidak di
lingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang
lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi
jika gaya gempa:
Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
Rangka baja dengan Bracing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan Bracing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75

Nilai maksimum periode bangunan (Ta maksimum) ditentukan oleh Pers. 2.17.
Ta maksimum = Cu× Ta minimum (2.17)
Keterangan:
Ta maksimum = Nilai batas atas periode bangunan
Cu = Ditentukan dari Tabel 2.9

Tabel 2.9: Koefisien batas atas untuk periode yang dihitung.

Parameter percepatan respon spektra


Koefisien Cu
desain pada 1 detik, SD1
≥ 0.4 1,4
0.3 1,4
0.2 1,5
0.15 1,6
≤ 0.1 1,7

34
Periode fundemental pendekatan Ta dalam detik untuk struktur dinding geser
batu bata atau beton diijinkan untuk ditentukan dari Pers. 2.18.
0,0062
Ta = hn (2.18)
𝐶𝑤

Dimana Cw dihitung dari Pers. 2.19. berikut ini:


100 𝑥 ℎ𝑛 𝐴𝑖
Cw = 𝑖=1 ℎ (2.19)
𝐴𝐵 ℎ 2
𝑖 1+0,83 𝐷𝑖
𝑖

Keterangan:
AB = Luas dasar struktur, dinyatakan dalam meter persegi (m2)
Ai = Luas badan dinding geser “i”, dinyatakan dalam meter persegi (m2)
Di = Pajang dinding geser “i” dinyatakan dalam meter (m)
hi = Tinggi dinding geser “i” dinyatakan dalam meter (m)
x = Jumlah dinding geser dalam bangunan yang efektif dalam menahan gaya
dalam arah yang ditinjau

2.8 Ketentuan Perencanan Pembebanan

Perencanaan pembebanan ini digunakan beberapa acuan standar sebagai


berikut:
1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
(SNI 2847:2013).
2. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung (SNI 1726:2012).
3. Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur
Lain (SNI 1727:2013).
4. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung
(PPPURG 1987).

2.8.1 Jenis Beban

Beban yang akan ditanggung oleh suatu struktur atau elemen struktur tidak
selalu dapat diramalkan sebelumnya. Meski beban-beban tersebut telah diketahui
dengan baik pada satu lokasi struktur tertentu, distribusi dari elemen yang satu ke

35
elemen yang lain pada keseluruhan struktur masih membutuhkan asumsi dan
pendekatan. Jenis beban yang biasa digunakan dalam bangunan gedung meliputi:
a. Beban Lateral, yang terdiri atas:
1. Beban Gempa
Besarnya simpangan horizontal (drift) bergantung pada kemampuan
struktur dalam menahan gaya gempa yang terjadi. Apabila struktur
memiliki kekakuan yang besar untuk melawan gaya gempa maka struktur
akan mengalami simpangan horizontal yang lebih kecil dibandingkan
dengan struktur yang tidak memiliki kekakuan yang cukup besar.
Berdasarkan SNI 1729:2015 untuk mensimulasi arah pengaruh gempa
rencana yang sembarang terhadap struktur gedung baja, pengaruh
pembebanan gempa dalam arah utama harus dianggap efektif 100% dan
harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh gempa dalam arah
tegak lurus pada arah utama tetapi efektifitasnya hanya sebesar minimal
30% tapi tidak lebih dari 70%.
2. Beban Angin
Beban angin pada struktur terjadi karena adanya gesekan udara dengan
permukaan struktur dan perbedaan tekanan dibagian depan dan belakang
struktur. Beban angin tidak memberi kontribusi yang besar terhadap
struktur dibandingkann dengan beban yang lainnya. Menurut Schodek
(1999), besarnya tekanan yang diakaibatkan angin pada suatu titik akann
tergantung kecepatan angin, rapat massa udara, lokasi yang ditinjau pada
struktur, perilaku permukaan struktur, bentuk geometri struktur, dimensi
struktur.
b. Beban Gravitasi, yang terdiri atas:
1. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghuni atau
penggunaan suatu gedung dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada
lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat dipindahkan, mesin-
mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tidak dipisahkan
dari gedung dan dapat digantikan selama masa hidup gedung tersebut,
sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan pada lantai dan atap.

36
Beban hidup dapat menimbulkan lendutan pada struktur, sehingga harus
dipertimbangkan menurut peraturan yang berlaku agar struktur tetap
aman. Menurut Schueller (1998), beban yang disebabkan oleh isi benda-
benda di dalam atau di atas suatu bangunan disebut beban penghunian
(occupancy load). Beban ini mencakup beban peluang untuk berat
manusia perabot partisi yang dapat dipindahkan, lemari besi, buku, lemari
arsip, perlengkapan mekanis dan sebagainya.
2. Beban Mati
Beban mati (DL) adalah berat dari semua bagian gedung yang bersifat
tetap. Beban mati terdiri dua jenis, yaitu berat struktur itu sendiri dan
superimpossed deadload (SiDL). Beban superimpossed adalah beban mati
tambahan yang diletakkan pada struktur, dimana dapat berupa lantai
(ubin/keramik), peralatan mekanik elektrikal, langit-langit, dan
sebagainya. Perhitungan besarnya beban mati suatu elemen dilakukan
dengan meninjau berat suatu material tersebut berdasarkan volume
elemen. Berat satuan (unit weight) material secara empiris telah
ditentukan dan telah banyak dicantumkan tabelnya pada sejumlah standar
atau peraturan pebebanan.

2.9 Dinding Geser

Dinding geser merupakan dinding yang dirancang untuk menahan gaya lateral
akibat gempa bumi. Dinding geser yang efektif adalah bersifat kaku dan kuat.
Dalam struktur bertingkat dinding geser sangat penting, karena selain untuk
mencegah kegagalan dinding ekterior, dinding geser juga mendukung beberapa
lantai gedung dan memastikan bahwa struktur tidak runtuh akibat gerakan lateral
dalam gempa bumi. Dinding geser tidak hanya terbuat dari material beton saja
tetapi dewasa ini sudah berkembang dinding geser yang terbuat dari plat baja.
Tentunya kedua jenis dinding geser ini memiliki karakteristik dan sifat yang
berbeda dan hanya diterapkan pada struktur yang sama dengan material masing-
masing.

37
2.9.1 Elemen Struktur Dinding Geser

Dinding geser biasanya dikatagorikan berdasarkan geometrinya, yaitu:


1. Flexural Wall (dinding langsing), yaitu dinding geser yang memiliki rasio
hw/lw ≥ 2 dimana desain dikontrol oleh prilaku lentur.
2. Squart Wall (dinding pendek), yaitu dinding geser yang memiliki rasio hw/lw ≤
2, dimana desain dikontrol oleh prilaku geser.
3. Coupled Shear Wall (dinding berangkat), dimana momen guling yang terjadi
akibat beban gempa ditahan oleh sepasang dinding yang dihubungkan oleh
balok-balok perangkai, sebagai gaya-gaya tarik dan tekan yang bekerja pada
masing-masing dasar pasangan dinding.

Gambar 2.12: Konsep shear wall pada bangunan tingkat tinggi.

Dalam praktek dinding geser selalu dihubungkan dengan sistem rangka


pemikul momen pada gedung. Dinding struktur yang umumnya digunakan pada
gedung tinggi adalah dinding geser kantilever dan dinding geser berangkai.
Berdasarkan SNI 03-1726-2002 (BSN, 2002), dinding geser beton bertulang
kantilever adalah suatu subsistem struktur gedung yang fungsi utamanya adalah
untuk memikul beban geser akibat pengaruh gempa rencana. Kerusakan pada
dinding ini hanya boleh terjadi akibat momen lentur (bukan akibat gaya geser),
melalui pembentukan sendi plastis di dasar dinding. Nilai momen leleh pada
dinding tersebut dapat mengalami peningkatan terbatas akibat pengerasan
regangan (strain hardening). Jadi berdasarkan SNI 03-1726-2002, dinding geser

38
harus direncanakan dengan metode desain kapasitas. Dinding geser kantilever
termasuk dalam kelompok flexural wall, dimana rasio antara tinggi dan panjang
dinding geser tidak boleh kurang dari dua dan dimensi panjang tidak boleh kurang
dari 1,5 m serta tingkat retak beton dinding geser adalah 0,35 (Tavio, 2009).
Untuk menentukan tebal dinding geser minimum direncanakan dengan metode
empiris, yaitu:
1
Tebal dinding geser ≥ hw (2.20)
25
1
Tebal dinding geser ≥ lw (2.21)
25
Dimana:
hw = tinggi bagian dinding
lw = lebar bagian dinding

Kerja sama antara sistem rangka penahan momen dan dinding geser
merupakan suatu keadaan khusus, dimana dua struktur yang berbeda sifatnya
tersebut digabungkan. Dari gabungan kedua diperoleh suatu struktur yang lebih
kuat dan ekonomis. Kerja sama ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
seperti (BSN 2002):
a. Sistem rangaka gedung, yaitu sistem struktur yang pada dasarnya memiliki
rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Pada sistem ini, beban
lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing. Sistem rangka gedung
dengan dinding geser beton bertulang yang bersifat daktail penuh dapat
direncanakan dengan menggunakan nilai faktor modifikasi respon, R sebesar
6,0.
b. Sistem ganda, merupakan gabungan dari sistem pemikul beban lateral berupa
dinding geser atau rangka bresing dengan sistem rangka pemikul momen.
Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampu memikul
sekurang-kurangnya 25% dari seluruh beban lateral yang bekerja. Kedua
sistem ini harus direncanakan untuk memikul secara bersama-sama seluruh
beban lateral gempa, dengan memperhatikan interaksi keduanya.
c. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka. Sistem ini merupakan
gabungan dari sistem dinding beton bertulang biasa dan sistem rangka
pemikul momen biasa.

39
2.9.2 Konsep Perencanaan Dinding Geser

Perencanaan dinding geser sebagai elemen struktur penahan beban gempa


pada gedung bertingkat biasanya dilakukan dengan konsep gaya dalam (yaitu
dengan hanya meninjau gaya-gaya dalam yang terjadi akibat kombinasi beban
gempa) atau dengan konsep desain kapasitas.

a. Konsep Gaya Dalam


Menurut konsep ini dinding geser didesain berdasarkan gaya dalam Vu dan Mu
yang terjadi akibat beban gempa. Konsep desain dinding geser berdasarkan
gaya dalam ini pada dasarnya mengacu pada SNI 03-2847-2006 (Purwono et
al, 2007) dan ACI 318-05. Kuat geser perlu diding struktural (Vu) diperoleh
dari analisis beban lateral dengan faktor beban yang sesuai, sedangkan kuat
geser nominal (Vu) dinding struktural harus memenuhi:
Vn ≤ Acv (ɑc √fc’ + ρn.fy) (2.22)
Dimana:
Acv = Luas penampang total dinding struktural
ɑ = ¼ untuk hw/lw ≤ 1,5
1/6 untuk hw/lw ≥ 2
ρn = Rasio penulangan arah horizontal (tranversal)

Perlu dicatat bahwa pada persamaan di atas pengaruh adanya tegangan aksial
yang bekerja pada dinding geser tidak diperhitungkan. Hal ini bahwa
persamaan di atas tersebut akan menghasilkan nilai kuat geser yang bersifat
konservatif. Selain itu, agar penerapan konsep desain geser berdasarkan gaya
dalam ini berhasil, maka kuat geser berdasarkan gaya dalam ini berhasil,
maka kuat lebih (overstrength) desain lentur dinding struktural yang
dirancang sebaiknya dijaga serendah mungkin. Dalam kaitan dengan hal ini,
SNI 03-2847-2006 mensyaratkan agar beton dan tulangan longitudinal dalam
lebar efektif flens, komponen batas, dan beban dinding harus dianggap efektif
menahan lentur.

40
Dinding juga harus mempunyai tulangan geser tersebar yang memberikan
tahanan dalam dua arah orthogonal pada bidang dinding. Apabila rasio hw/lw
tidak melebihi 2, rasio penulangan ρv (longitudinal) tidak boleh kurang
daripada rasio penulangan ρn (lateral). Selain itu, berdasarkan SNI 03-2847-
2006 (Purwanto et al, 2007), dinding struktural dengan rasio hw/lw tidak
melebihi 2 (yaitu dinding struktural yang perilakunya bersifat brittle)
sebaiknya didesain dengan metoda desain kapasitas. Sebagai alternatif,
bilamana kuat geser nominalnya tetap dipertahankan lebih kecil daripada
gaya geser yang timbul sehubungan dengan pengembangan kuat lentur
nominalnya, maka dinding struktural tersebut dapat didesain dengan faktor
reduksi yang lebih rendah, yaitu 0,55 (SNI 03-2847-2006 pasal 11.3.2.3a).

b. Konsep Desain Kapasitas


Berdasarkan SNI beton yang berlaku (SNI 03-2847-2006), struktur beton
bertulang tahan gempa pada umumnya direncanakan dengan
mengaplikasikan konsep daktalitas. Dengan konsep ini, gaya gempa
elastik dapat direduksi dengan suatu faktor modifikasi response struktur
(faktor R), yang merupakan representasi tingkat daktalitas yang dimiliki
struktur. Dengan penerapan konsep ini, pada saat gempa kuat terjadi,
hanya elemen-elemen struktur bangunan tertentu saja yang diperbolehkan
mengalami plastifikasi sebagai sarana untuk pendidipasian energi gempa
yang diterima struktur. Elemen-elemen tertentu tersebut pada umumnya
adalah elemen-elemen struktur yang keruntuhannya bersifat daktail.
Elemen-elemen struktur lain yang tidak diharapkan mengalami
plastifikasi haruslah tetap berprilaku elastis selama gempa kuat terjadi.
Selain itu, hirarki atau urutan keruntuhan yang terjadi haruslah sesuai
dengan yang direncanakan. Salah satu cara untuk menjamin agar hirarki
keruntuhan yang diinginkan dapat terjadi adalah dengan menggunakan
konsep desain kapasitas. Pada konsep desain kapasitas, tidak semua
elemen struktur dibuat sama kuat terhadap gaya dalam yang direncanaka,
tetapi ada elemen-elemen struktur atau titik pada struktur yang dibuat
lebih lemah dibandingkan dengan yang lain. Hal ini dibuat demikian agar

41
elemn atau titik tersebutlah kegagalan struktur akan terjadi disaat beban
maksimal bekerja pada struktur.

Pada dinding geser kantilever, sendi plastis diharapkan terjadi pada


bagian dasar dinding. Dalam konsep desain kapasitas, kuat geser di dasar
dinding harus didesain lebih kuat dari pada geser maksimal yang mungkin
terjadi pada saat penampang di dasar dinding tersebut mengembangkan
momen plastisnya. Konsep desain kapasitas untuk perencanaan dinding
geser dianut dalam SNI 03-2847-1994 (BSN, 1992). Kuat geser rencana
pada penampang di dasar dinding, sehubungan dengan adanya
pembesaran momen yang meungkin terjadi, dihitung dengan persamaan:

𝑀𝑘𝑎𝑝 ,𝑑
Vu,d,maks = ωd . 0,7 . . VE,d,maks (2.23)
𝑀𝐸,𝑑 ,𝑚𝑎𝑘𝑠

Dimana:
ωd = Koefisien pembesaran dinamis yang memperhitungkan
pengaruh dan terjadinya sendi plastis pada struktur secara
keseluruhan.
Mkap,d = Momen kapasitas pada penampang dasar didnding yang
dihitung berdasarkan luas baja tulangan yang terpasang
dengan tegangan tarik baja tulangan sebesar 1,25 fy
ME,d,maks = Momen lentur maksimum pada penampang dasar dinding
akibat beban gempa tak terfaktor
VE,d,maks = Gaya geser maksimum pada penampang dasar dinding akibat
beban gempa tak terfaktor

2.9.3 Pola Keruntuhan Dinding Geser

Dinding geser sebagai elemen penahan gaya lateral memiliki keuntungan


utama karena menyediakan kontunuitas vertikal pada sistem lateral struktur
gedung. Struktur gedung dengan dinding geser sebagai elemen penahan gaya
lateral pada umumnya memiliki performance yang cukup baik pada saat gempa.
hal ini terbukti dari sedikitnya kegagalan yang terjadi pada sistem struktur dinding
geser dikejadian-kejadian gempa yang lalu (Fintel, 1991). Beberapa kerusakan

42
yang terjadi akibat gempa pada umumnya berupa cracking, yang terjadi pada
dasar dinding dan juga pada bagian coupling beam khususnya untuk sistem
dinding berangkai.

Perilaku batas yang terjadi pada dinding geser dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Pantazopoulou dan Imran, 1992):
a. Flexural behavior, dimana respon yang terjadi pada dinding akibat gaya luar
dibentuk oleh mekanisme kelelehan pada tulang yang menahan lentur.
Keruntuhan jenis ini pada umumnya bersifat daktil.
b. Flexural-shear behavior, dimana kelelehan yang terjadi pada tulangan yang
menahan lentur diikuti dengan kegagalan geser.
c. Shear behavior, dimana dinding runtuh akibat geser tanpa adanya kelelehan
pada tulangan yang menahan lentur. Perilaku batas ini bisa dibagi lagi
menjadi diagonal tension shear failure (yang dapat bersifat daktail, karena
keruntuahan terjadi terlebih dahulu pada baja tulangan) dan diagonal
compression shear failure (yang umumnya bersifat brittle).
d. Sliding shear behavior, dimana dibawah pembebanan siklik bolak-balik,
sliding shear bisa terjadi akibat adanya flexural cracks yang terbuka lebar di
dasar dinding. Keruntuhan jenis ini sifatnya getas dan menghasilkan perilaku
disipasi yang buruk.

Untuk dinding geser yang tergolong flexural wall dimana rasio, hw/lw ≥ 2,
kegagalan lain yang sering terjadi adalah berupa fracture pada tulangan yang
menahan tarik (Fintel, 1991). Hal ini biasanya diamati pada dinding yang
memiliki jumlah tulangan longitudinal yang sedikit, sehingga regangan
terkonsentrasi dan terakumulasi pada bagian yang mengalami crak akibat
pembebanan siklik yang berulang, yang dapat berujung pada terjadinya fracture
pada tulangan.

43
BAB 3

PEMODELAN STRUKTUR

3.1 Metode Penelitian

Langkah-langkah dalam perencanaan dan analisis struktur gedung pada tugas


akhir ini dilakukan dengan beberapa tahapan, adapun langkah-langkah
perencanaan struktur dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Mulai

Pemodelan struktur
+
Pembebanan Pada Program ETABS

Tidak Ok
Run Model Struktur

SNI Gempa Cek Kekuatan


1726:2012
Kolom dan Balok

Ok
Analisa

Story Drift Periode Struktur Story Shear Soft Story

Ulangi Iterasi Di Atas Untuk


Model Struktur Lainnya

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1: Diagram alir penelitian.

44
3.2 Pemodelan Sistem Struktur

Struktur pada tugas akhir ini dimodelkan sebagai struktur rangka yang
menggunakan core wall dan outrigger truss dalam tiga dimensi. Dalam
pemodelan struktur dibantu dengan software ETABS ver. 15. Analisis pemodelan
dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan outrigger dan penempatan
outrigger yang efektif pada struktur. Denah struktur dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:

(a)

(b)

Gambar 3.2: Struktur gedung yang ditinjau: (a) Denah; (b) Potongan melintang.

45
Pada pemodelan struktur direncanakan gedung dengan 10 lantai yang akan
direncanakan sebanyak 5 model dimana terdapat variasi penggunaan outrigger
truss pada gambar di bawah ini:

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 3.3: Variasi model penempatan outrigger truss: (a) Model 1; (b) Model 2;
(c) Model 3; (d) Model 4 dan (e) Model 5.

3.3 Pembebanan Struktur

Beban-beban yang diperhatikan dalam mendesain struktur gedung yang


didefinisikan di atas yaitu:
1. Beban Mati (DL)
2. Beban Hidup (LL)
3. Beban Gempa (E)

3.3.1 Beban Mati (Dead Load)

Beban mati adalah beban yang diakibatkan oleh berat kontruksi permanen,
termasuk dinding, lantai atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan

46
tetap. Berikut beban mati yang didefinisikan akan bekerja pada konstruksi
gedung, yaitu:
a. Berat sendiri struktur
 Berasal dari komponen core wall, outrigger truss, balok, dan kolom
bangunan.
 Berasal dari pelat (dalam tugas ini digunakan pelat dengan ketebalan 120
mm).
 Berat sendiri struktur akan langsung dihitung oleh software yang
digunakan.

Tabel 3.1: Berat jenis material.

Beban Mati Besarnya Beban


Beton bertulang 2400 kg/m2
Baja 7850 kg/m2

b. Superimposed dead load


Adalah beban mati tambahan yang mulai bekerja setelah struktur utama
selesai, seperti:
 Lantai gedung 1-9 untuk ruang perkantoran (h = 0,12 cm)
 Spesi (t = 3 cm) = 3 × 21 kg/m2 = 63 kg/m2
 Penutup lantai keramik = 1× 24 kg/m2 = 24 kg/m2
 Plafon + penggantung = = 18 kg/m2
 M&E = = 25 kg/m2
Total beban mati = 130 kg/m2

 Lantai atap (h = 0,12 m)


 Plafon + penggantung = = 18 kg/m2
 Waterproof = = 5 kg/m2
 Spesi (t = 3 cm) = 3 × 21 kg/m2 = 63 kg/m2
 M&E = = 25 kg/m2
Total beban mati = 111 kg/m2

47
 Pelat tangga lantai 1 (h = 0,16 m)
 Berat anak tangga = 0,0332 × 2400 = 79,68 kg/m2
 Spesi (t = 2 cm) = 2 × 21 kg/m2 = 42 kg/m2
 Penutup lantai keramik = 1 × 24 kg/m2 = 24 kg/m2
 Handrill = = 15 kg/m2
Total beban mati = 160,68 kg/m2

 Pelat bordes lantai 1 (h = 0,14 m)


 Spesi (t = 2 cm) = 2 × 21 kg/m2 = 42 kg/m2
 Penutup lantai keramik = 1 × 24 kg/m2 = 24 kg/m2
Total beban mati = 24,42 kg/m2

 Pelat tangga lantai 2-10 (h = 0,16 m)


 Berat anak tangga = 0,0786 × 2400 = 188,64 kg/m2
 Spesi (t = 2 cm) = 2 × 21 kg/m2 = 42 kg/m2
 Penutup lantai keramik = 1 × 24 kg/m2 = 24 kg/m2
 Handrill = = 15 kg/m2
Total beban mati = 269,64 kg/m2

 Pelat bordes lantai 2-10 (h = 0,14 m)


 Spesi (t= 2 cm) = 2 × 21 kg/m2 = 42 kg/m2
 Penutup lantai keramik = 1 × 24 kg/m2 = 24 kg/m2
Total beban mati = 24,42 kg/m2

 Lantai untuk ruang mesin lift (h = 0,12 m)


 Spesi (t = 3 cm) = 3 × 21 kg/m2 = 63 kg/m2
 Penutup lantai (keramik) = 1 × 24 kg/m2 = 24 kg/m2
 Plafond + penggantung = = 18 kg/m2
Total beban mati = 105 kg/m2

48
 Beban pada balok lift

Tabel 3.2: Spesifikasi Lift Produksi Hyundai Elevator Co. Ltd.

Clear Machine
Car Size Opening Hoistway Pit Room
Per Load OH
A×B OP X×Y P Reaction
son Capacity (cm)
(cm) (cm) (cm) (cm) R1 R2
(kg) (kg)
9 600 kg 140×110 80 180×175 155 460 3500 2700

3.3.2 Beban Hidup (Live Load)

Beban hidup adalah beban yang terjadi secara temporer dan tidak permanen,
artinya tidak pasti terjadi setiap saat. Beban hidup merupakan beban yang terjadi
akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, dan termasuk beban-beban
pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin
serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan
dapat digantikan selama masa layan dari gedung itu, sehingga mengakibatkan
perubahan pembebanan.

Beban hidup yang bekerja pada lantai gedung direncanakan sesuai dengan
pedoman perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung (1987) dan beban
minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain (SNI 1727:2013)
antara lain:
 Pada lantai gedung = 240 kg/m2
 Lantai atap = 100 kg/m2
 Pelat tangga dan bordes = 300 kg/m2
 Lantai ruang mesin lift = 400 kg/m2

3.3.3 Beban Gempa (Eartquake)

Beban gempa adalah beban statik ekuivalen yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang menirukan pengaruh dari permukaan tanah akibat gempa.
beban gempa rencana adalah nilai beban gempa yang peluang dilampauinya

49
selama masa layan gedung 50 tahun adalah 10% atau nilai beban gempa yang
periode ulangnya sebesar 500 tahun.

Beban gempa yang digunakan merupakan beban gempa yang parameternya


disamakan dengan gempa kuat pada wilayah 4 zona gempa Indonesia dengan
kondisi tanah lunak, dengan parameter Ca = 0,34 dan Cv = 0,85 .

3.3.4 Kombinasi Pembebanan

Kombinasi pembebanan diperlukan dalam sebuah perencanaan struktur


bangunan. Pada saat konstruksi, tentunya beban-beban yang bekerja pada struktur
hanyalah beban-beban mati saja dan beban hidup. Sementara akibat dari pekerja
bangunan tidak diperhitungkan. Pada masa layan, beban-beban tersebut akan
ditambah dengan beban-beban hidup permanen dari aktivitas pemakaian gedung
dan barang-barang inventaris yang dapat bergerak di dalam gedung. Hal ini
tentunya akan berdampak pada kekuatan rencana elemen struktur yang
direncanakan berdasarkan kombinasi pembebanan terbesar akibat penjumlahan
beban-beban yang bekerja. Berdasarkan SNI kombinasi pembebanan yang dipakai
pada struktur gedung disajikan dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3: Kombinasi pembebanan yang digunakan.

KOMBINASI PEMBEBANAN
Kombinasi Koefisien Koefisien Koefisien Koefisien
Kombinasi 1 1,4 DL 0 LL 0 EX 0 EY
Kombinasi 2 1,2 DL 1,6 LL 0 EX 0 EY
Kombinasi 3 1,43 DL 1 LL 0,39 EX 1,3 EY
Kombinasi 4 0,97 DL 1 LL -0,39 EX -1,3 EY
Kombinasi 5 1,07 DL 1 LL 0,39 EX -1,3 EY
Kombinasi 6 1,33 DL 1 LL -0,39 EX 1,3 EY
Kombinasi 7 1,43 DL 1 LL 1,3 EX 0,39 EY
Kombinasi 8 0,97 DL 1 LL -1,3 EX -0,39 EY
Kombinasi 9 1,33 DL 1 LL 1,3 EX -0,39 EY

50
Tabel 3.3: Lanjutan.

KOMBINASI PEMBEBANAN
Kombinasi Koefisien Koefisien Koefisien Koefisien
Kombinasi 10 1,07 DL 1 LL -1,3 EX 0,39 EY
Kombinasi 11 1,13 DL 0 LL 0,39 EX 1,3 EY
Kombinasi 12 0,67 DL 0 LL -0,39 EX -1,3 EY
Kombinasi 13 0,77 DL 0 LL 0,39 EX -1,3 EY
Kombinasi 14 1,03 DL 0 LL -0,39 EX 1,3 EY
Kombinasi 15 1,13 DL 0 LL 1,3 EX 0,39 EY
Kombinasi 16 0,67 DL 0 LL -1,3 EX -0,39 EY

Kombinasi pembebanan zona gempa tinggi dengan faktor redudansi 1,3 dan
SDS 0,9.

3.4 Faktor Respon Gempa (C)

Berdasarkan SNI 1726:2012, wilayah gempa Indonesia dengan percepatan


puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun. Kondisi tanah adalah tanah
lunak. Sehingga faktor respon gempa di wilayah 4 dengan kondisi tanah lunak
adalah seperti disajikan dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4: Spektrum respon untuk wilayah gempa 4 berdasarkan SNI 1726:2012.

Waktu
Koefisien Gempa (C)
(detik)
0,000 0,360
0,213 1,067
0,433 1,067
0,633 1,067
0,833 1,067
1,0667 1,067
1,2667 0,671

51
Tabel 3.4: Lanjutan.

1,4667 0,580
1,6667 0,510
1,8667 0,455
2,0667 0,411
2,2667 0,375
2,4667 0,345
2,6667 0,319
2,8667 0,297
3,0667 0,277
3,2667 0,260
3,4667 0,245
3,6667 0,232
3,8667 0,220
4,0667 0,209

Menurut SNI 1726:2012, spektrum respon gempa desain harus dianalisis


terlebih dahulu. Dengan data PGA = 0,8 g (Gambar 2.7), Ss = 1,5 g (Gambar 2.8)
dan S1 = 0,6 g (Gambar 2.9) yang berada di kota Banda Aceh, tahap-tahap yang
perlu dilakukan untuk membuat spektrum respon gempa desain dapat dilakukan
sebagai berikut:
a. Penentuan koefisien Fa
 Koefisien Fa
Koefisien Fa ditentukan berdasarkan beberapa parameter, yaitu nilai Ss
yang terdapat pada Tabel 2.1 dan berdasarkan jenis tanah lunak. Maka
diperoleh nilai Fa di bawah ini.
Fa = 0,9
 Koefisien Fv
Koefisien Fv ditentukan berdasarkan beberapa parameter, yaitu nilai S1
yang terdapat pada Tabel 2.2 dan berdasarkan jenis tanah lunak. Maka
diperoleh nilai Fv di bawah ini.
Fv = 2,4

52
b. Penentuan nilai SMS dan SM1
SMS = Fa x Ss
SMS = 0,9 x 1,5
SMS = 1,35
SM1 = Fv x S1
SM1 = 2,4 x 0,6
SM1 =1,44
c. Penentuan nilai SDS dan SD1
Nilai µ = 2/3
SDS = µ x SMS
SDS = (2/3) x 1,35
SDS = 0,9
SD1 = µ x SM1
SD1 = (2/3) x 1,44
SD1 = 0,96
d. Penentuan nilai Ts dan T0
𝑆𝐷 1
Ts =
𝑆𝐷𝑆
0,96
Ts =
0,9

Ts = 1,067
T0 = 0,2 x Ts
T0 = 0,2 x 1,067
T0 = 0,213
e. Penentuan nilai Sa
 Untuk periode yang lebih kecil dari T0, spektrum respon percepatan
desain (Sa) harus diambil dari Pers. 2.5.
 Untuk periode yang lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil
dari atau sama dengan Ts, spektrum respon desain Sa sama dengan SDS.
 Untuk periode lebih besar dari Ts, spektrum respon percepatan desain Sa
diambil berdasarkan Pers. 2.6.

53
Spektrum respon percepatan disajikan dalam Tabel 3.4 dan grafik spektrum
respon diplot ke dalam Microsoft Excel seperti pada Gambar 3.4.

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0.0000
0.2133
0.4133
0.6133
0.8133
1.0667

1.6667
1.8667
2.0667
2.2667
2.4667
2.6667
2.8667
3.0667
3.2667
3.4667
3.6667
3.8667
4.0667
1.2667
1.4667

Gambar 3.4: Grafik respon spektrum.

3.5 Analisa Respon Spektrum

Prosedur analisis respon spektrum dilakukan menggunakan program ETABS


ver. 15. Analisis respon spektrum ini dilakukan dengan metode kombinasi kuadrat
lengkap (Complate Quadratic Combination/CQC) dengan input gaya gempa
menggunakan respon spektra pada wilayah KDS D dengan tanah lunak dan SNI
1726:2012 seperti pada Gambar 3.4 yang dijelaskan pada Sub Bab 3.4. Metode
kombinasi kuadrat lengkap (Complate Quadratic Combination/CQC) diperoleh
dari hasil selisih nilai perioda yang kurang dari 15%.

Selain itu, penjumlah ragam respon menurut metode CQC atau SRSS harus
sedemikian rupa sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respon total
harus mencapai sekurang-kurangnya 90%. Untuk memperoleh nilai perioda dan
partisipasi massa (Sum UX dan Sum UY) menggunakan program ETABS ver. 15
yaitu pada structure output (Modal Participating Mass Ratios).

54
Nilai akhir respon dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa
nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh
diambil kurang dari 85% nilai respon ragam yang pertama.

Untuk memperoleh nilai gaya geser dasar dari metode analisis respon
spektrum dapat menggunakan program ETABS ver. 15 yaitu nilai base reactions
untuk arah pembebanan gempa.

Komponen struktur yang terdapat pada bangunan ini meliputi balok, kolom,
pelat dan pondasi yang digunakan. Berikut akan direncanakan dimensi awal dari
komponen-komponen struktur bangunan.

3.5.1 Material Properties

Material yang akan digunakan dalam merencanakan dan membangun struktur


bangunan ini adalah material beton dan baja. Dimana mutu beton yang digunakan
untuk kolom adalah fc’ 40 Mpa, balok dan slab adalah fc’ 35 Mpa, rebar yang
digunakan adalah BJTS 40 dengan fy 390 Mpa dan fu 560 Mpa. Untuk outrigger
digunakan baja dimensi 200×200×8×12 mutu baja 41 dengan fu adalah 410 Mpa
dan fy 250 Mpa.

3.5.2 Balok dan Kolom

Balok merupakan elemen struktur penahan gaya lentur dan geser yang
terhubung kaku dengan kolom-kolom pada ujung-ujungnya sehingga memiliki
momen maksimum terdapat pada ujung-ujung balok tempat terjadinya sendi
plastis saat tejadinya gempa.

Desain balok pada tugas akhir ini dibedakan berdasarkan besar beban yang
bekerja secara vertikal terutama beban sendiri struktur, pelat serta beban hidup
saat masa layan. Balok terdiri dari balok utama dan balok anak. Balok utama
adalah balok yang ujung-ujungnya bertumpu langsung pada kolom, sedangkan
balok anak adalah balok-balok yang ujung-ujungnya bertumpu pada balok utama
yang arahnya sejajar dengan arah Y global. Balok anak memiliki penampang yang

55
lebih kecil dari balok utama karena balok anak menumpu pada balok utama yang
tegak lurus terhadapnya.
Kolom merupakan penahan gaya aksial dan lentur yang terhubung kaku
dengan balok-balok di atas dan di bawahnya. Saat terjadi gempa kolom menerima
sebagian beban lateral yang sebelumnya didistribusi lebih besar kepada elemen
core wall. Nilai dari tingkat retak beton pada kolom dan balok adalah sebesar 0,7.

Tabel 3.5: Pendefinisian profil penampang pada tiap-tiap bangunan.

Letak Balok Dimensi


Model Kolom
Outrigger Induk Anak Outrigger
800 × 500 500 × 300 700 × 700
Tanpa 700 × 400 350 × 300 500 × 350
Tanpa
1 300 × 300 500 × 350 400 × 350
Outrigger Outrigger
500 × 300
500 × 350
800 × 500 500 × 300 700 × 700
700 × 400 350 × 300 500 × 350
200 × 200
2 Lantai 10 300 × 300 500 × 350 400 × 350 × 8 ×12
500 × 300
500 × 350
800 × 500 500 × 300 700 × 700
700 × 400 350 × 300 500 × 350
200 × 200
3 Lantai 7 300 × 300 500 × 350 400 × 350 × 8 ×12
500 × 300
500 × 350
800 × 500 500 × 300 700 × 700
700 × 400 350 × 300 500 × 350
200 × 200
4 Lantai 5 300 × 300 500 × 350 400 × 350 × 8 ×12
500 × 300
500 × 350
800 × 500 500 × 300 700 × 700
700 × 400 350 × 300 500 × 350
200 × 200
5 Lantai 3 300 × 300 500 × 350 400 × 350 × 8 ×12
500 × 300
500 × 350

56
3.5.3 Pelat

Pelat yang digunakan pada model struktur bangunan ini yaitu pelat beton.
Pelat beton digunakan sebagai pelat untuk atap dan lantai. Tebal pelat lantai dan
atap adalah t = 13 cm. Sedangkan untuk tebal pelat untuk tangga adalah t = 16 cm
dan bordes adalah t = 14 cm. Nilai tingkat retak beton pada pelat adalah sebesar
0,25.

3.5.4 Shear Wall


Shear wall merupakan elemen struktur berupa dinding struktural untuk
menehan gaya lateral. Pada shear wall terdapat boundary element atau komponen
batas untuk menjaga struktur bersifat daktail saat menerima gaya gempa yang
besar dan memperlihatkan terjadinya sendi plastis pada dinding. Nilai tingkat
retak untuk shear wall adalah 0,35.
Ketebalan shear wall minimum direncanakan dengan metode empiris, yaitu:
1
Tebal shear wall ≥ hw
25
1
≥ 4000 mm
25
≥ 160 mm
1
Tebal shear wall ≥ lw
25
1
≥ 25 6000 mm

≥ 240 mm
Jadi diambil untuk tebal shear wall adalah 350 mm atau 35 cm.

3.5.5 Tumpuan

Pemodelan tumpuan dilakukan dengan menganggap bahwa tumpuan


memberikan kekekangan translasi dan rotasi yang cukup pada semua arah sumbu
bangunan. Berdasarkan asumsi yang digunakan tersebut, tumpuan dimodelkan
sebagai perletakan jepit pada dasar lantai bangunan, yaitu pada ujung-ujung
bawah kolom lantai dasar.

57
3.6 Pemodelan dan Analisa Struktur

Pada tugas akhir ini pemilihan jenis analisa yang digunakan yaitu analisa
dinamik, dimana analisa dinamik yaitu analisa respon spektrum.

3.6.1 Model 1

Model gedung yang pertama atau model 1 dengan jumlah 10 tingkat dengan
panjang denah arah x = 35 m dan arah y = 30 m, memiliki tinggi perlantai untuk
lantai 1 = 4 m dan lantai seterusnya 3,6 m. Untuk pemodelan dari struktur dapat
dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5: Pemodelan struktur 3 dimensi tanpa outrigger truss.

3.6.1.1 Data Perencanaan Struktur Model 1

Pada tugas akhir ini akan dimodelkan suatu struktur bangunan perkantoran 10
lantai dengan lokasi bangunan berada di Provinsi Aceh. Data perencanaan
karakteristik geometri bangunan sebagai berikut:
1. Bangunan perkantoran 10 tingkat.
2. Tinggi lantai dasar adalah 4 meter dan tinggi antar lantai tipikal selanjutnya
adalah 3,6 meter.
3. Provinsi Aceh dengan kondisi tanah lunak.
4. Tanpa adanya Outrigger truss.

58
3.6.1.2 Faktor Keutamaan Gedung

Menurut SNI 1726:2012 dengan katagori resiko bangunan perkantoran


dengan katagori resiko II maka nilai Ie = 1.

3.6.1.3 Nilai Waktu Getar Alami Fudamental

Nilai fundamental memiliki nilai batas minimum dan maksimum seperti yang
telah dijelaskan pada Pers. 2.16 dan 2.17.
Dimana:
Cr = 0,0488 (Tabel 2.8)
hn = 36,4 m (tinggi gedung dari dasar)
x = 0,75 (Tabel 2.8 dengan tipe semua sistem struktur lainya)
Cu = 1,4 (Tabel 2.9 dengan nilai SD1 ≥ 0,4)

Ta minimum = Ct × hnx
= 0,0488 × 36,40,75
= 0,723
Ta maksimum = Ta minimum × Cu
= 1,012

Tabel 3.6: Pengecekan T berdasarkan pembatasan waktu getar alami fundamental


gedung sesuai model 1 berdasarkan SNI 1726:2012.

Syarat Perioda Hasil


Arah Ta Min Ta Mak T Cek Min Cek Mak
Arah X 0,723 1,012 0,849 OK OK
Arah Y 0,723 1,012 0,809 OK OK

3.6.1.4 Penentuan Faktor Respon Gempa (C)

Berdasarkan Sub Bab 2.7.2 untuk peraturan SNI 1726:2012, penentuan nilai
koefisien respon seismik (Cs) berdasarkan Pers . 2.9 ̶ 2 .12 pada Bab 2, yang
dijelaskan di bawah ini:

59
 Model Struktur 1
𝑆𝐷𝑆
Cs maksimum = 𝑅
(𝐼 )

0,9
Cs maksimum arah x = 7 = 0,1286
1

0,9
Cs maksimum arah y = 7 = 0,1286
1

𝑆𝐷1
Cs hitungan = 𝑅
𝑇( 𝐼 )

0,96
Cs hitungan arah x = 7 = 0,1615
0,849( )
1

0,96
Cs hitungan arah y = 7 = 0,1695
0,809(1 )

Cs minimum = 0,044 SDS I ≥ 0,01


Cs minimum arah x = 0,044 × 0,9 × 1 = 0,0396
Cs minimum arah y = 0,044 × 0,9 × 1 = 0,0396
Cs minumum tambahan berdasarkan S1 jika sama dengan atau lebih besar dari
0,6 g.
0,5 × 𝑆1
Cs minimum tambahan = 𝑅
𝐼

0,5 ×0,6
Cs minimum tambahan arah x = 7 = 0,0429
1

0,5 ×0,6
Cs minimum tambahan arah y = 7 = 0,0429
1

Nilai Cs di atas dan nilai Cs yang digunakan dirangkum ke dalam Tabel 3.7.

60
Tabel 3.7: Rangkuman nilai Cs dan nilai Cs yang digunakan model 1.

Cs min Cs yang
Arah Cs mak Cs hitungan Cs min
tambahan digunakan
Arah X 0,1286 0,1621 0,0396 0,0429 0,1286
Arah Y 0,1286 0,1695 0,0396 0,0429 0,1286

Pemilihan nilai Cs di atas didasarkan karena nilai Cs hitung lebih besar dari
nilai Cs maksimum maka yang digunakan Cs maksimum yang sesuai peraturan SNI
1726:2012.

3.6.1.5 Faktor Reduksi Gempa

Untuk model 1 gedung didesain tanpa menggunakan outrigger truss. Nilai


faktor reduksi gempa maksimum untuk struktur yang terletak pada zona gempa
tinggi dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8: Faktor reduksi gempa untuk gedung model 1 berdasarkan SNI
1726:2012.

Arah Sistem penahan gaya seismik R Ω0 Cd Ie


Sistem ganda dengan rangka pemikul
Arah X momen yang mampu menahan paling 7 2,5 5,5 1
sedikit 25 persen gaya gempa yang di
tetapkan
Sistem ganda dengan rangka pemikul
Arah Y momen yang mampu menahan paling 7 2,5 5,5 1
sedikit 25 persen gaya gempa yang di
tetapkan

61
3.6.2 Model 2

Model gedung yang pertama atau model 2 dengan jumlah 10 tingkat dengan
panjang denah arah x = 35 m dan arah y = 30 m, memiliki tinggi perlantai untuk
lantai 1 = 4 m dan lantai seterusnya 3,6 m. Untuk pemodelan dari struktur dapat
dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6: Pemodelan struktur 3 dimensi yang letak outrigger truss berada pada
lantai 10.

3.6.2.1 Data Perencanaan Struktur Model 2

Pada tugas akhir ini akan dimodelkan suatu struktur bangunan perkantoran 10
lantai dengan lokasi bangunan berada di Provinsi Aceh. Data perencanaan
karakteristik geometri bangunan sebagai berikut:
1. Bangunan perkantoran 10 tingkat.
2. Tinggi lantai dasar adalah 4 meter dan tinggi antar lantai tipikal selanjutnya
adalah 3,6 meter.
3. Provinsi Aceh dengan kondisi tanah lunak.
4. Outrigger truss terletak pada lantai 10.

62
3.6.2.2 Faktor Keutamaan Gedung

Menurut SNI 1726:2012 dengan katagori resiko bangunan perkantoran


dengan katagori resiko II maka nilai Ie = 1.

3.6.2.3 Nilai Waktu Getar Alami Fudamental

Nilai fundamental memiliki nilai batas minimum dan maksimum seperti yang
telah dijelaskan pada Pers. 2.16 dan 2.17.
Dimana:
Cr = 0,0488 (Tabel 2.8)
hn = 36,4 m (tinggi gedung dari dasar)
x = 0,75 (Tabel 2.8 dengan tipe semua sistem struktur lainya)
Cu = 1,4 (Tabel 2.9 dengan nilai SD1 ≥ 0,4)

Ta minimum = Ct × hnx
= 0,0488 × 36,40,75
= 0,723
Ta maksimum = Ta minimum × Cu
= 1,012

Tabel 3.9: Pengecekan T berdasarkan pembatasan waktu getar alami fundamental


gedung sesuai model 2 berdasarkan SNI 1726:2012.

Syarat Perioda Hasil


Arah Ta Min Ta Mak T Cek Min Cek Mak
Arah X 0,723 1,012 0,846 OK OK
Arah Y 0,723 1,012 0,779 OK OK

3.6.2.4 Penentuan Faktor Respon Gempa (C)

Berdasarkan Sub Bab 2.7.2 untuk peraturan SNI 1726:2012, penentuan nilai
koefisien respon seismik (Cs) berdasarkan Pers . 2.9, ̶ 2.12 pada Bab 2, yang
dijelaskan di bawah ini:

63
 Model Struktur 2
𝑆𝐷𝑆
Cs maksimum = 𝑅
(𝐼 )

0,9
Cs maksimum arah x = 7 = 0,1286
1

0,9
Cs maksimum arah y = 7 = 0,1286
1

𝑆𝐷1
Cs hitungan = 𝑅
𝑇( 𝐼 )

0,96
Cs hitungan arah x = 7 = 0,1621
0,846( )
1

0,96
Cs hitungan arah y = 7 = 0,1760
0,779(1 )

Cs minimum = 0,044 SDS I ≥ 0,01


Cs minimum arah x = 0,044 × 0,9 × 1 = 0,0396
Cs minimum arah y = 0,044 × 0,9 × 1 = 0,0396
Cs minumum tambahan berdasarkan S1 jika sama dengan atau lebih besar dari
0,6 g.
0,5 × 𝑆1
Cs minimum tambahan = 𝑅
𝐼

0,5 ×0,6
Cs minimum tambahan arah x = 7 = 0,0429
1

0,5 ×0,6
Cs minimum tambahan arah y = 7 = 0,0429
1

Nilai Cs di atas dan nilai Cs yang digunakan dirangkum ke dalam Tabel 3.10.

64
Tabel 3.10: Rangkuman nilai Cs dan nilai Cs yang digunakan model 2.

Cs min Cs yang
Arah Cs mak Cs hitungan Cs min
tambahan digunakan
Arah X 0,1286 0,1621 0,0396 0,0429 0,1286
Arah Y 0,1286 0,1760 0,0396 0,0429 0,1286

Pemilihan nilai Cs di atas didasarkan karena nilai Cs hitung lebih besar dari
nilai Cs maksimum maka yang digunakan Cs maksimum yang sesuai peraturan SNI
1726:2012.

3.6.2.5 Faktor Reduksi Gempa

Untuk model 2 gedung didesain menggunakan outrigger truss pada lantai 10.
Nilai faktor reduksi gempa maksimum untuk struktur yang terletak pada zona
gempa tinggi dapat dilihat pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11: Faktor reduksi gempa untuk gedung model 2 berdasarkan SNI
1726:2012.

Arah Sistem penahan gaya seismik R Ω0 Cd Ie


Sistem ganda dengan rangka pemikul
Arah X momen yang mampu menahan paling 7 2,5 5,5 1
sedikit 25 persen gaya gempa yang di
tetapkan
Sistem ganda dengan rangka pemikul
Arah Y momen yang mampu menahan paling 7 2,5 5,5 1
sedikit 25 persen gaya gempa yang di
tetapkan

3.6.3 Model 3
Model gedung yang kedua atau model 3 dengan jumlah 10 tingkat dengan
panjang denah arah x = 35 m dan arah y = 30 m, memiliki tinggi perlantai untuk
lantai 1 = 4 m dan lantai seterusnya 3,6 m. Untuk pemodelan dari struktur dapat
dilihat pada Gambar 3.7.

65
Gambar 3.7: Pemodelan struktur 3 dimensi yang letak outrigger truss berada
pada lantai 7.

3.6.3.1 Data Perencanaan Struktur Model 3

Pada tugas akhir ini akan dimodelkan suatu struktur bangunan perkantoran 10
lantai dengan lokasi bangunan berada di Provinsi Aceh. Data perencanaan
karakteristik geometri bangunan sebagai berikut:
1. Bangunan perkantoran 10 tingkat.
2. Tinggi lantai dasar adalah 4 meter dan tinggi antar lantai tipikal selanjutnya
adalah 3,6 meter.
3. Provinsi Aceh dengan kondisi tanah lunak.
4. Outrigger truss terletak pada lantai 7.

3.6.3.2 Faktor Keutamaan Gedung

Menurut SNI 1726:2012 dengan katagori resiko bangunan perkantoran


dengan katagori resiko II maka nilai Ie = 1.

3.6.3.3 Nilai Waktu Getar Alami Fudamental

Nilai fundamental memiliki nilai batas minimum dan maksimum seperti yang
telah dijelaskan pada Pers. 2.16 dan 2.17.

66
Dimana:
Cr = 0,0488 (Tabel 2.8)
hn = 36,4 m (tinggi gedung dari dasar)
x = 0,75 (Tabel 2.8 dengan tipe semua sistem struktur lainya)
Cu = 1,4 (Tabel 2.9 dengan nilai SD1 ≥ 0,4)

Ta minimum = Ct × hnx
= 0,0488 × 36,40,75
= 0,723
Ta maksimum = Ta minimum × Cu
= 1,012

Tabel 3.12: Pengecekan T berdasarkan pembatasan waktu getar alami


fundamental gedung sesuai model 3 berdasarkan SNI 1726:2012.

Syarat Perioda Hasil


Arah Ta Min Ta Mak T Cek Min Cek Mak
Arah X 0,723 1,012 0,846 OK OK
Arah Y 0,723 1,012 0,750 OK OK

3.6.2.4. Penentuan Faktor Respon Gempa (C)

Berdasarkan Sub Bab 2.7.2 untuk peraturan SNI 1726:2012, penentuan nilai
koefisien respon seismik (Cs) berdasarkan Pers . 2.9 ̶ 2 .12 pada Bab 2, yang
dijelaskan di bawah ini:

 Model Struktur 3
𝑆𝐷𝑆
Cs maksimum = 𝑅
(𝐼 )

0,9
Cs maksimum arah x = 7 = 0,1286
1

0,9
Cs maksimum arah y = 7 = 0,1286
1

67
𝑆𝐷1
Cs hitungan = 𝑅
𝑇( 𝐼 )

0,96
Cs hitungan arah x = 7 = 0,1621
0,846(1 )

0,96
Cs hitungan arah y = 7 = 0,1829
0,750( )
1

Cs minimum = 0,044 SDS I ≥ 0,01


Cs minimum arah x = 0,044 × 0,9 × 1 = 0,0396
Cs minimum arah y = 0,044 × 0,9 × 1 = 0,0396
Cs minumum tambahan berdasarkan S1 jika sama dengan atau lebih besar dari
0,6 g.
0,5 × 𝑆1
Cs minimum tambahan = 𝑅
𝐼

0,5 ×0,6
Cs minimum tambahan arah x = 7 = 0,0429
1

0,5 ×0,6
Cs minimum tambahan arah y = 7 = 0,0429
1

Nilai Cs di atas dan nilai Cs yang digunakan dirangkum ke dalam Tabel 3.13.

Tabel 3.13: Rangkuman nilai Cs dan nilai Cs yang digunakan model 3.

Cs min Cs yang
Arah Cs mak Cs hitungan Cs min
tambahan digunakan
Arah X 0,1286 0,1621 0,0396 0,0429 0,1286
Arah Y 0,1286 0,1829 0,0396 0,0429 0,1286

Pemilihan nilai Cs di atas didasarkan karena nilai Cs hitung lebih besar dari
nilai Cs maksimum maka yang digunakan Cs maksimum yang sesuai peraturan SNI
1726:2012.

68
3.6.3.5 Faktor Reduksi Gempa

Untuk model 3 gedung didesain menggunakan outrigger truss pada lantai 10.
Nilai faktor reduksi gempa maksimum untuk struktur yang terletak pada zona
gempa tinggi dapat dilihat pada Tabel 3.14.

Tabel 3.14: Faktor reduksi gempa untuk gedung model 3 berdasarkan SNI
1726:2012.

Arah Sistem penahan gaya seismik R Ω0 Cd Ie


Sistem ganda dengan rangka pemikul
Arah X momen yang mampu menahan paling 7 2,5 5,5 1
sedikit 25 persen gaya gempa yang di
tetapkan
Sistem ganda dengan rangka pemikul
Arah Y momen yang mampu menahan paling 7 2,5 5,5 1
sedikit 25 persen gaya gempa yang di
tetapkan

3.6.4 Model 4

Model gedung yang ketiga atau model 4 dengan jumlah 10 tingkat dengan
panjang denah arah x = 35 m dan arah y = 30 m, memiliki tinggi perlantai untuk
lantai 1 = 4 m dan lantai seterusnya 3,6 m. Untuk pemodelan dari struktur dapat
dilihat pada Gambar 3.8.

69
Gambar 3.8: Pemodelan struktur 3 dimensi yang letak outrigger truss berada pada
lantai 5.

3.6.4.1 Data Perencanaan Struktur

Pada tugas akhir ini akan dimodelkan suatu struktur bangunan perkantoran 10
lantai dengan lokasi bangunan berada di Provinsi Aceh. Data perencanaan
karakteristik geometri bangunan sebagai berikut:
1. Bangunan perkantoran 10 tingkat.
2. Tinggi lantai dasar adalah 4 meter dan tinggi antar lantai tipikal selanjutnya
adalah 3,6 meter.
3. Provinsi Aceh dengan kondisi tanah lunak.
4. Outrigger truss terletak pada lantai 5.

3.6.4.2 Faktor Keutamaan Gedung

Menurut SNI 1726:2012 dengan katagori resiko bangunan perkantoran


dengan katagori resiko II maka nilai Ie = 1.

70
3.6.4.3. Nilai Waktu Getar Alami Fudamental

Nilai fundamental memiliki nilai batas minimum dan maksimum seperti yang
telah dijelaskan pada Pers. 2.16 dan 2.17.
Dimana:
Cr = 0,0488 (Tabel 2.8)
hn = 36,4 m (tinggi gedung dari dasar)
x = 0,75 (Tabel 2.8 dengan tipe semua sistem struktur lainya)
Cu = 1,4 (Tabel 2.9 dengan nilai SD1 ≥ 0,4)

Ta minimum = Ct × hnx
= 0,0488 × 36,40,75
= 0,723
Ta maksimum = Ta minimum × Cu
= 1,012

Tabel 3.15: Pengecekan T berdasarkan pembatasan waktu getar alami


fundamental gedung sesuai model 4 berdasarkan SNI 1726:2012.

Syarat Perioda Hasil


Arah Ta Min Ta Mak T Cek Min Cek Mak
Arah X 0,723 1,012 0,846 OK OK
Arah Y 0,723 1,012 0,741 OK OK

3.6.4.4 Penentuan Faktor Respon Gempa (C)

Berdasarkan Sub Bab 2.7.2 untuk peraturan SNI 1726:2012, penentuan nilai
koefisien respon seismik (Cs) berdasarkan Pers . 2.9 ̶ 2 .12 pada Bab 2, yang
dijelaskan di bawah ini:

 Model Struktur 4
𝑆𝐷𝑆
Cs maksimum = 𝑅
(𝐼 )

0,9
Cs maksimum arah x = 7 = 0,1286
1

71
0,9
Cs maksimum arah y = 7 = 0,1286
1

𝑆𝐷1
Cs hitungan = 𝑅
𝑇( )
𝐼

0,96
Cs hitungan arah x = 7 = 0,1621
0,846(1 )

0,96
Cs hitungan arah y = 7 = 0,1851
0,741(1 )

Cs minimum = 0,044 SDS I ≥ 0,01


Cs minimum arah x = 0,044 × 0,9 × 1 = 0,0396
Cs minimum arah y = 0,044 × 0,9 × 1 = 0,0396
Cs minumum tambahan berdasarkan S1 jika sama dengan atau lebih besar dari
0,6 g.
0,5 × 𝑆1
Cs minimum tambahan = 𝑅
𝐼

0,5 ×0,6
Cs minimum tambahan arah x = 7 = 0,0429
1

0,5 ×0,6
Cs minimum tambahan arah y = 7 = 0,0429
1

Nilai Cs di atas dan nilai Cs yang digunakan dirangkum ke dalam Tabel 3.16.

Tabel 3.16: Rangkuman nilai Cs dan nilai Cs yang digunakan model 4.

Cs min Cs yang
Arah Cs mak Cs hitungan Cs min
tambahan digunakan
Arah X 0,1286 0,1621 0,0396 0,0429 0,1286
Arah Y 0,1286 0,1851 0,0396 0,0429 0,1286

72
Pemilihan nilai Cs di atas didasarkan karena nilai Cs hitung lebih besar dari
nilai Cs maksimum maka yang digunakan Cs maksimum yang sesuai peraturan SNI
1726:2012.

3.6.4.5 Faktor Reduksi Gempa

Untuk model 4 gedung didesain menggunakan outrigger truss pada lantai 10.
Nilai faktor reduksi gempa maksimum untuk struktur yang terletak pada zona
gempa tinggi dapat dilihat pada Tabel 3.17.

Tabel 3.17: Faktor reduksi gempa untuk gedung model 4 berdasarkan SNI
1726:2012.

Arah Sistem penahan gaya seismik R Ω0 Cd Ie


Sistem ganda dengan rangka pemikul
Arah X momen yang mampu menahan paling 7 2,5 5,5 1
sedikit 25 persen gaya gempa yang di
tetapkan
Sistem ganda dengan rangka pemikul
Arah Y momen yang mampu menahan paling 7 2,5 5,5 1
sedikit 25 persen gaya gempa yang di
tetapkan

3.6.5 Model 5

Model gedung yang keempat atau model 5 dengan jumlah 10 tingkat dengan
panjang denah arah x = 35 m dan arah y = 30 m, memiliki tinggi perlantai untuk
lantai 1 = 4 m dan lantai seterusnya 3,6 m. Untuk pemodelan dari struktur dapat
dilihat pada Gambar 3.9.

73
Gambar 3.9: Pemodelan struktur 3 dimensi yang letak outrigger truss berada pada
lantai 3.

3.6.5.1 Data Perencanaan Struktur Model 5

Pada tugas akhir ini akan dimodelkan suatu struktur bangunan perkantoran 10
lantai dengan lokasi bangunan berada di Provinsi Aceh. Data perencanaan
karakteristik geometri bangunan sebagai berikut:
1. Bangunan perkantoran 10 tingkat.
2. Tinggi lantai dasar adalah 4 meter dan tinggi antar lantai tipikal selanjutnya
adalah 3,6 meter.
3. Provinsi Aceh dengan kondisi tanah lunak.
4. Outrigger truss terletak pada lantai 3.

3.6.5.2 Faktor Keutamaan Gedung

Menurut SNI 1726:2012 dengan katagori resiko bangunan perkantoran


dengan katagori resiko II maka nilai Ie = 1.

74
3.6.5.3 Nilai Waktu Getar Alami Fudamental

Nilai fundamental memiliki nilai batas minimum dan maksimum seperti yang
telah dijelaskan pada Pers. 2.16 dan 2.17.
Dimana:
Cr = 0,0488 (Tabel 2.8)
hn = 36,4 m (tinggi gedung dari dasar)
x = 0,75 (Tabel 2.8 dengan tipe semua sistem struktur lainya)
Cu = 1,4 (Tabel 2.9 dengan nilai SD1 ≥ 0,4)

Ta minimum = Ct × hnx
= 0,0488 × 36,40,75
= 0,723
Ta maksimum = Ta minimum × Cu
= 1,012

Tabel 3.18: Pengecekan T berdasarkan pembatasan waktu getar alami


fundamental gedung sesuai model 5 berdasarkan SNI 1726:2012.

Syarat Perioda Hasil


Arah Ta Min Ta Mak T Cek Min Cek Mak
Arah X 0,723 1,012 0,847 OK OK
Arah Y 0,723 1,012 0,753 OK OK

3.6.5.4 Penentuan Faktor Respon Gempa (C)

Berdasarkan Sub Bab 2.7.2 untuk peraturan SNI 1726:2012, penentuan nilai
koefisien respon seismik (Cs) berdasarkan Pers . 2.9 ̶ 2 .12 pada Bab 2, yang
dijelaskan di bawah ini:

 Model Struktur 5
𝑆𝐷𝑆
Cs maksimum = 𝑅
( )
𝐼

0,9
Cs maksimum arah x = 7 = 0,1286
1

75
0,9
Cs maksimum arah y = 7 = 0,1286
1

𝑆𝐷1
Cs hitungan = 𝑅
𝑇( )
𝐼

0,96
Cs hitungan arah x = 7 = 0,1619
0,847(1 )

0,96
Cs hitungan arah y = 7 = 0,1821
0,753(1 )

Cs minimum = 0,044 SDS I ≥ 0,01


Cs minimum arah x = 0,044 × 0,9 × 1 = 0,0396
Cs minimum arah y = 0,044 × 0,9 × 1 = 0,0396
Cs minumum tambahan berdasarkan S1 jika sama dengan atau lebih besar dari
0,6 g.
0,5 × 𝑆1
Cs minimum tambahan = 𝑅
𝐼

0,5 ×0,6
Cs minimum tambahan arah x = 7 = 0,0429
1

0,5 ×0,6
Cs minimum tambahan arah y = 7 = 0,0429
1

Nilai Cs di atas dan nilai Cs yang digunakan dirangkum ke dalam Tabel 3.19.

Tabel 3.19: Rangkuman nilai Cs dan nilai Cs yang digunakan model 5.

Cs min Cs yang
Arah Cs mak Cs hitungan Cs min
tambahan digunakan
Arah X 0,1286 0,1619 0,0396 0,0429 0,1286
Arah Y 0,1286 0,1821 0,0396 0,0429 0,1286

76
Pemilihan nilai Cs di atas didasarkan karena nilai Cs hitung lebih besar dari
nilai Cs maksimum maka yang digunakan Cs maksimum yang sesuai peraturan SNI
1726:2012.

3.6.5.5. Faktor Reduksi Gempa

Untuk model 5 gedung didesain menggunakan outrigger truss pada lantai 10.
Nilai faktor reduksi gempa maksimum untuk struktur yang terletak pada zona
gempa tinggi dapat dilihat pada Tabel 3.20.

Tabel 3.20: Faktor reduksi gempa untuk gedung model 5 berdasarkan SNI
1726:2012.

Arah Sistem penahan gaya seismik R Ω0 Cd Ie


Sistem ganda dengan rangka pemikul
Arah X momen yang mampu menahan paling 7 2,5 5,5 1
sedikit 25 persen gaya gempa yang di
tetapkan
Sistem ganda dengan rangka pemikul
Arah Y momen yang mampu menahan paling 7 2,5 5,5 1
sedikit 25 persen gaya gempa yang di
tetapkan

77
BAB 4

HASIL ANALISA STRUKTUR

4.1 Analisa Desain

Pada bab 4 akan dibahas analisa respon spektrum dan hasil simpangan yang
didapat dari pengerjaan menggunakan ETABS ver. 15. Untuk bangunan beton
yang terletak di Provinsi Aceh dengan zona gempa tinggi, wilayah zona gempa
terletak pada KDS D dengan tanah lunak, fungsi gedung sebagai perkantoran
dengan tinggi gedung sekitar 36,4 m, yang memiliki 10 lantai.
Setelah mengidentifikasi ragam elemen yang akan dirancang sesuai dengan
kebutuhan tahan terhadap gaya-gaya dalam yang terjadi pada struktur. Maka,
dilakukan berbagai penyesuaian jenis penampang elemen struktur gedung
tersebut. Namun, tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan SNI 1726:2012
mengenai struktur tahan gempa.

4.2 Hasil Analisa

4.2.1 Model 1

4.2.1.1 Analisa Respon Spektrum

Metode yang digunakan penulis untuk menganalisa respon spektrum adalah


metode CQC dikarenakan perioda yang didapat memiliki waktu getar yang
berdekatan yang kurang dari 15% dari hasil nilai perioda output ETABS ver. 15
untuk wilayah yang terletak pada zona gempa tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1: Data perioda output program ETABS ver. 15 Model 1.

Output Step
Step Type Period Sum UX Sum UY
Case Numb
Modal Mode 1 0,8460 0,7628 0,0002
Modal Mode 2 0,8090 0,7632 0,7592
Modal Mode 3 0,7740 0,7632 0,7592

78
Tabel 4.1: Lanjutan.

Output Step
Step type Period Sum UX Sum UY
Case Numb
Modal Mode 4 0,2530 0,9059 0,7593
Modal Mode 5 0,2430 0,9059 0,7593
Modal Mode 6 0,2400 0,9059 0,9173
Modal Mode 7 0,1340 0,9060 0,9173
Modal Mode 8 0,1330 0,9516 0,9173
Modal Mode 9 0,1290 0,9516 0,9542
Modal Mode 10 0,1140 0,9516 0,9542
Modal Mode 11 0,1130 0,9516 0,9544
Modal Mode 12 0,1110 0,9516 0,9545

Berdasarkan dari Tabel 4.1 data perioda output program ETABS ver. 15 maka
didapat persentase selisih yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2: Hasil selisih persentase nilai perioda Model 1.

SYARAT
Mode (perioda) Selisih Persentase (%) CQC SRSS
Mode 1 – Mode 2 5% OK TIDAK OK
Mode 2 – Mode 3 4% OK TIDAK OK
Mode 3 – Mode 4 67% TIDAK OK OK
Mode 4 – Mode 5 4% OK TIDAK OK
Mode 5 – Mode 6 1% OK TIDAK OK
Mode 6 – Mode 7 44% TIDAK OK OK
Mode 7 – Mode 8 1% OK TIDAK OK
Mode 8 – Mode 9 3% OK TIDAK OK
Mode 9 – Mode 10 12% OK TIDAK OK
Mode 10 – Mode 11 1% OK TIDAK OK
Mode 11 – Mode 12 2% OK TIDAK OK

79
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa nilai persentase selisih rata-
rata kurang dari 15% sehingga pada model 1 ini digunakan metode akar kuadrat
lengkap (Complate Quadratic Combination/CQC).

Metode CQC dilihat dari modal partisipasi massa rasio (Sum UX dan Sum
UY) harus mencapai sekurang-kurangya 90%. Dimana Sum UX adalah partisipasi
massa arah X, sedangkan Sum UY adalah partisipasi massa arah Y.

4.2.1.2 Gaya Lateral Ekivalen

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.3 nilai gaya gempa lateral (Fx) yang
timbul di semua tingkat harus ditentukan dari persamaan 2.13 ̶ 2.15 dari Sub Bab
2.7.2. Nilai yang diperoleh penulis dari hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel
4.3.

Tabel 4.3: Perhitungan distribusi vertikal gaya gempa dan distribusi horizontal
gaya gempa model 1.

Tinggi Berat Force Fx Story Shear


Lantai Whk
(m) (kg) (kg) Vx (kg)
10 36,4 79002,4 5384605,12 23268,29 23268,29
9 32,8 89728,26 4461091,71 19277,55 42545,84
8 29,2 89728,26 3817978,71 16498,49 59044,33
7 25,6 89728,26 3298481,61 14253,61 73297,94
6 22 89728,26 2787098,14 12043,78 85341,72
5 18,4 89728,26 2285006,89 9874,12 95215,84
4 14,8 89728,26 1793824,42 7751,59 102967,43
3 11,2 89728,26 1315918,61 5685,43 108653,86
2 7,6 89728,26 855130,56 3695,24 112349,10
1 4 91096,43 425348,54 1838,04 114187,14
Total 887924,91 26424484,33 114187,14

80
Tabel 4.3 menunjukkan hasil dari perhitungan distribusi vertikal gaya gempa
dimana semakin tinggi bangunan semakin kecil pula nilai dari story shear dan
nilai terbesar terdapat pada daerah bawah atau tumpuan. Untuk lebih jelasnya
diagram distribusi gaya geser berdasarkan ketinggian dengan menggunakan gaya
lateral statik ekuivalen SNI 1726:2012 dapat digambarkan pada Gambar 4.1.

40
35
30
Ketinggian (m)

25
20
15
10
5
0
0.0000 2.0000 4.0000 6.0000 8.0000 10.0000 12.0000

Gaya Geser (Kg)

Gambar 4.1: Diagram gaya geser terhadap ketinggian struktur dengan gaya lateral
ekivalen model 1.

4.2.1.3 Analisis Spektrum Respon Ragam

Berdasarkan SNI 1726:2012, nilai akhir dinamik struktur gedung terhadap


pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu arah
tertentu tidak boleh diambil kurang dari 85% nilai respons ragam yang pertama.
Bila respons dinamik struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal
(Vt), maka persyaratan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 4.4: Gaya geser hasil respons spektrum model 1 output ETABS.

FX FY
Base Reactions
kgf kgf
Gempa Arah X Max 1079397,91 323681,25
Gempa Arah Y Max 324191,21 1077747,3

81
Berikut perhitungan koreksi nilai akhir respons dinamik terhadap respons
ragam pertama:

 Gempa Arah X
V1x = Cs × Wt
= 0,1286 × 887924,91
= 114187,14 Kg (Gaya geser statik ekivalen arah X)
 Gempa Arah Y
V1y = Cs × Wt
= 0,1286 × 887924,91
= 114187,14 Kg (Gaya geser statik ekivalen arah Y)
Berdasarkan SNI 1726:2012
 Arah X
Vtx = 1079397,91 Kg
V1x = 114187,14 Kg
Syarat : Vtx ≥ 0,85 V1x
1079397,91 ≥ 0,85 × 114187,14
1079397,91 ≥ 97059,07 Syarat terpenuhi
0,85 × 𝑉1𝑥
Faktor skala = ≥1
𝑉𝑡𝑥
0,85 ×114187 ,14
=
1079397,91

= 0,09 ≤ 1
 Arah Y
Vty = 1077747,3 Kg
V1y = 114187,14 Kg
Syarat : Vty ≥ 0,85 V1y
1077747,3 ≥ 0,85 × 114187,14
1077747,3 ≥ 97059,07 Syarat terpenuhi
0,85 × 𝑉1𝑦
Faktor skala = ≥1
𝑉𝑡𝑥
0,85 ×114187 ,14
=
1077747 ,3

= 0,09 ≤ 1

82
Tabel 4.5: Rekapitulasi faktor skala hasil respons spektrum dengan statik ekivalen
masing-masing arah model 1.

V1 ELF Vt CQC Faktor Skala


Arah X Arah Y Arah X Arah Y Arah X Arah Y
(kgf) (kgf) (kgf) (kgf) (kgf) (kgf)
114187,14 114187,14 1079397,91 1077747,3 0,09 0,09

Karena faktor skala yang didapat untuk masing-masing arah kurang dari 1,
gaya geser dasar nominal yang didapat dari hasil analisa ragam respons spektrum
yang telah dilakukan dapat digunakan tanpa adanya pekalian dengan faktor skala.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa
respons spektrum ragam dengan metode CQC lebih besar jika dibandingkan
dengan prosedur analisis gaya lateral ekivalen. Ada pun tabel dan diagram analisa
spektrum respons dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 4.6: Gaya geser hasil analisis respons spektrum arah X dan Y model 1.

Elevation X-Dir Y-Dir


Story Location
(m) (kgf) (kgf)
Story 10 36,4 Top 200540,33 60884,11
Bottom 203361,69 61739,43
Story 9 32,8 Top 382283,14 115903,12
Bottom 384741,40 116643,96
Story 8 29,2 Top 539283,68 163016,75
Bottom 541399,38 163646,67
Story 7 25,6 Top 674059,43 202912,98
Bottom 675872,10 203445,27
Story 6 22 Top 788993,69 236547,76
Bottom 790529,13 236995,39
Story 5 18,4 Top 885277,83 264680,07
Bottom 886546,03 265051,53
Story 4 14,8 Top 963221,50 287700,71
Bottom 964221,83 287998,52
Story 3 11,2 Top 1022315,04 305537,99
Bottom 1023033,18 305757,49
Story 2 7,6 Top 1061150,22 317671,98
Bottom 1061566,10 317804,19
Story 1 4 Top 1079281,15 323643,47
Bottom 1079397,91 323681,25

83
Tabel 4.6 menunjukkan hasil dari perhitungan analisis respons spektrum
ragam arah X maupun arah Y berdasarkan SNI 1726:2012 yang digambarkan
pada Gambar 4.2.

40
35
Ketinggian (m)

30
25
20 Arah X
15 Arah Y
10
5
0
0.00 500000.00 1000000.00 1500000.00

Gaya Geser (Kg)

Gambar 4.2: Gaya geser analisis respon spektrum ragam model 1.

4.2.1.4 Simpangan Antar Lantai (Story Drift)

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.6, simpangan antar lantai hanya


terdapat satu kinerja, yaitu pada kinerja batas ultimit. Penentuan simpangan antar
lantai tingkat desain (∆) harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat
massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau apabila pusat massa tidak
terletak garis sejajar dalam arah vertikal, diizinkan untuk menghitung defleksi di
dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa di tingkat atasnya.

Untuk mendapatkan nilai simpangan antar lantai (story drift) penulis


melakukan pengecekan terhadap semua tingkat baik arah X maupun arah Y
apakah sudah memenuhi peraturan yang berlaku menurut SNI 1726:2012, secara
ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.7 untuk arah X dan Tabel 4.8 untuk arah Y.

84
Tabel 4.7: Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah X berdasarkan SNI
1726:2012 model 1.

Total Drift Perpindahan Story Drift Story Drift Story


Lantai
(cm) (cm) (cm) Izin ∆a Drift < ∆a
10 5,3170 0,3850 2,1175 7,2 OK
9 4,9320 0,4552 2,5036 7,2 OK
8 4,4768 0,5185 2,8518 7,2 OK
7 3,9583 0,5756 3,1658 7,2 OK
6 3,3827 0,6187 3,4029 7,2 OK
5 2,7640 0,6418 3,5299 7,2 OK
4 2,1222 0,6381 3,5096 7,2 OK
3 1,4841 0,5995 3,2973 7,2 OK
2 0,8846 0,5144 2,8292 7,2 OK
1 0,3702 0,3702 2,0361 8 OK

Tabel 4.8: Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah Y berdasarkan SNI
1726:2012 model 1.

Total Drift Perpindahan Story Drift Story Drift Story


Lantai
(cm) (cm) (cm) Izin ∆a Drift < ∆a
10 4,8935 0,3922 2,1571 7,2 OK
9 4,5013 0,4543 2,4987 7,2 OK
8 4,0470 0,5005 2,7528 7,2 OK
7 3,5465 0,5372 2,9546 7,2 OK
6 3,0093 0,5603 3,0817 7,2 OK
5 2,4490 0,5667 3,1169 7,2 OK
4 1,8823 0,5537 3,0454 7,2 OK
3 1,3286 0,5177 2,8474 7,2 OK
2 0,8109 0,4556 2,5058 7,2 OK
1 0,3553 0,3553 1,9542 8 OK

85
Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 merupakan nilai dari simpangan antar lantai arah X
dan arah Y dimana akan dijelaskan dalam bentuk diagram perpindahan (total
drift) terhadap tingkat pada struktur gedung model 1 berdasarkan SNI 1726:2012
di bawah ini:

10
9
8
7
Tingkat (m)

6
5 Arah X
4
3 Arah Y
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6
Total Drift (cm)

Gambar 4.3: Diagram total drift terhadap tingkat bangunan arah X dan Y model 1.

4.2.1.5 Distribusi Kekakuan Antar Tingkat

Berdasarkan SNI 1726:2012, bangunan gedung dengan kekakuan vertikal


yang tidak baik adalah bangunan yang dalam tingkatnya terdapat tingkat yang
lemah atau soft story. Nilai kekakuan dari struktur bangunan dapat dilihat pada
Tabel 4.9 untuk arah X dan 4.10 untuk arah Y.

Tabel 4.9: Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah X model 1.

Rata-rata Kek. 3
Lantai Kek. Total ki/ki+1 (%) ki/kr (%) Kontrol
Tingkat (kr)
10 68997611,01
9 112104570 162,4760 107085630
8 140154709 125,0214 137461073,7
7 160123942 114,2480 159161886,7 150 OK

86
Tabel 4.9: Lanjutan.
Rata-rata Kek. 3
Lantai Kek. Total ki/ki+1 (%) ki/kr (%) Kontrol
Tingkat (kr)
6 177207009 110,6687 177520700 129 OK
5 195231149 110,1712 196979632,7 123 OK
4 218500740 111,9190 222984644,3 123 OK
3 255222044 116,8060 255444038 130 OK
2 292609330 114,6489 131 OK
1 412210744 140,8741 161 OK

Tabel 4.10: Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah Y model 1.

Rata-rata Kek.
Lantai Kek. Total ki/ki+1 (%) ki/kr (%) Kontrol
3 Tingkat (kr)
10 69513523,96
9 115180330 165,6949 110981283
8 148249995 128,7112 145770331
7 173880668 117,2888 173018165 157 OK
6 196923832 113,2523 197379424 135 OK
5 221333772 112,3956 222936546,3 128 OK
4 250552035 113,2010 254402999,3 127 OK
3 291323191 116,2725 290416037 131 OK
2 329372885 113,0610 129 OK
1 428922989 130,2241 148 OK

Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 menunjukkan nilai dari kekakuan struktur bangunan
arah X dan arah Y dimana nilai dari kekakuan setiap lantai berbeda-beda sesuai
dengan ketinggiannya. Berikut ini akan dijelaskan dalam bentuk diagram
kekakuan antar lantai terhadap tingkat pada struktur gedung model 1 berdasarkan
SNI 1726:2012.

87
10
9
8
7
6
Tingkat (m)
5 Arah X
4
3 Arah Y
2
1
0
0 20000000 40000000 60000000
Kekakuan (Kg/m)

Gambar 4.4: Kekakuan antar lantai arah X dan Y model 1.

4.2.2 Model 2

4.2.2.1 Analisa Respon Spektrum

Metode yang digunakan penulis untuk menganalisa respon spektrum adalah


metode CQC dikarenakan perioda yang didapat memiliki waktu getar yang
berdekatan yang kurang dari 15% dari hasil nilai perioda output ETABS ver. 15
untuk wilayah yang terletak pada zona gempa tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11: Data perioda output program ETABS ver. 15 Model 2.

Output Step
Step Type Period Sum UX Sum UY
Case Numb
Modal Mode 1 0,8460 0,7641 0,0002
Modal Mode 2 0,7790 0,7643 0,7756
Modal Mode 3 0,7640 0,7643 0,7756
Modal Mode 4 0,2520 0,9061 0,7757
Modal Mode 5 0,2370 0,9061 0,7757
Modal Mode 6 0,2280 0,9061 0,9222
Modal Mode 7 0,1330 0,9516 0,9222
Modal Mode 8 0,1310 0,9516 0,9222

88
Tabel 4.11: Lanjutan.

Output Step
Step Type Period Sum UX Sum UY
Case Numb
Modal Mode 9 0,1240 0,9517 0,9553
Modal Mode 10 0,1140 0,9517 0,9553
Modal Mode 11 0,1130 0,9517 0,9556
Modal Mode 12 0,1110 0,9517 0,9557

Berdasarkan dari Tabel 4.11 data perioda output program ETABS ver. 15
maka didapat persentase selisih yang dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12: Hasil selisih persentase nilai perioda Model 2.

SYARAT
Mode (perioda) Selisih Persentase (%) CQC SRSS
Mode 1 – Mode 2 8% OK TIDAK OK
Mode 2 – Mode 3 2% OK TIDAK OK
Mode 3 – Mode 4 67% TIDAK OK OK
Mode 4 – Mode 5 6% OK TIDAK OK
Mode 5 – Mode 6 4% OK TIDAK OK
Mode 6 – Mode 7 42% TIDAK OK OK
Mode 7 – Mode 8 2% OK TIDAK OK
Mode 8 – Mode 9 5% OK TIDAK OK
Mode 9 – Mode 10 8% OK TIDAK OK
Mode 10 – Mode 11 1% OK TIDAK OK
Mode 11 – Mode 12 2% OK TIDAK OK

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat disimpulkan bahwa nilai persentase selisih


rata-rata kurang dari 15% sehingga pada model 2 ini digunakan metode akar
kuadrat lengkap (Complate Quadratic Combination/CQC).

89
Metode CQC dilihat dari modal partisipasi massa rasio (Sum UX dan Sum
UY) harus mencapai sekurang-kurangya 90%. Dimana Sum UX adalah partisipasi
massa arah X, sedangkan Sum UY adalah partisipasi massa arah Y.

4.2.2.2 Gaya Lateral Ekivalen

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.3 nilai gaya gempa lateral (Fx) yang
timbul di semua tingkat harus ditentukan dari persamaan 2.13 ̶ 2.15 dari Sub Bab
2.7.2. Nilai yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13: Perhitungan distribusi vertikal gaya gempa dan distribusi horizontal
gaya gempa model 2.

Tinggi Berat Force Fx Story Shear


Lantai Whk
(m) (kg) (kg) Vx (kg)
10 36,4 79002,27 5361607,05 23700,69 23700,69
9 32,8 89816,13 3896324,25 17223,44 40924,13
8 29,2 89728,26 3817978,71 16877,16 57801,29
7 25,6 89728,26 3298481,61 14580,76 72382,05
6 22 89728,26 2787098,14 12320,21 84702,26
5 18,4 89728,26 2285006,89 10100,75 94803,01
4 14,8 89728,26 1793824,42 7929,50 102732,51
3 11,2 89728,26 1315918,61 5816,95 108549,46
2 7,6 89728,26 855130,56 3780,06 112329,51
1 4 91096,43 425348,54 1880,23 114209,74
Total 888100,65 25836708,79 114209,74

Tabel 4.13 menunjukkan hasil dari perhitungan distribusi vertikal gaya gempa
dimana semakin tinggi bangunan semakin kecil pula nilai dari story shear dan
nilai terbesar terdapat pada daerah bawah atau tumpuan. Untuk lebih jelasnya
diagram distribusi gaya geser berdasarkan ketinggian dengan menggunakan gaya
lateral statik ekuivalen SNI 1726:2012 dapat digambarkan pada Gambar 4.5.

90
40
35
30
Ketinggian (m) 25
20
15
10
5
0
0.0000 2.0000 4.0000 6.0000 8.0000 10.0000 12.0000

Gaya Geser (Kg)

Gambar 4.5: Diagram gaya geser terhadap ketinggian struktur dengan gaya lateral
ekivalen model 2.

4.2.2.3 Analisis Spektrum Respon Ragam

Berdasarkan SNI 1726:2012, nilai akhir dinamik struktur gedung terhadap


pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu arah
tertentu tidak boleh diambil kurang dari 85% nilai respons ragam yang pertama.
Bila respons dinamik struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal
(Vt), maka persyaratan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 4.14: Gaya geser hasil respons spektrum model 2 output ETABS.

FX FY
Base Reactions
kgf kgf
Gempa Arah X Max 1080885,7 329481,68
Gempa Arah Y Max 324694,07 1096917,3

Berikut perhitungan koreksi nilai akhir respons dinamik terhadap respons


ragam pertama:

 Gempa Arah X
V1x = Cs × Wt

91
= 0,1286 × 888100,65
= 114209,74 Kg (Gaya geser statik ekivalen arah X)
 Gempa Arah Y
V1y = Cs × Wt
= 0,1286 × 888100,65
= 114209,74 Kg (Gaya geser statik ekivalen arah Y)
Berdasarkan SNI 1726:2012
 Arah X
Vtx = 1080885,7 Kg
V1x = 114209,74 Kg
Syarat : Vtx ≥ 0,85 V1x
1080885,7 ≥ 0,85 × 114209,74
1080885,7 ≥ 97078,28 Syarat terpenuhi
0,85 × 𝑉1𝑥
Faktor skala = ≥1
𝑉𝑡𝑥
0,85 ×114209,74
=
1080885 ,7

= 0,09 ≤ 1
 Arah Y
Vty = 1096917,3 Kg
V1y = 114209,74 Kg
Syarat : Vty ≥ 0,85 V1y
1096917,3 ≥ 0,85 × 114209,74
1096917,3 ≥ 97078,28 Syarat terpenuhi
0,85 × 𝑉1𝑦
Faktor skala = ≥1
𝑉𝑡𝑥
0,85 ×114209,74
=
1096917,3

= 0,09 ≤ 1

92
Tabel 4.15: Rekapitulasi faktor skala hasil respons spektrum dengan statik
ekivalen masing-masing arah model 2.

V1 ELF Vt CQC Faktor Skala


Arah X Arah Y Arah X Arah Y Arah X Arah Y
(kgf) (kgf) (kgf) (kgf) (kgf) (kgf)
114209,74 114209,74 1080885,7 1096917,3 0,09 0,09

Karena faktor skala yang didapat untuk masing-masing arah kurang dari 1,
gaya geser dasar nominal yang didapat dari hasil analisa ragam respons spektrum
yang telah dilakukan dapat digunakan tanpa adanya pekalian dengan faktor skala.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dari Tabel 4.15, dapat dilihat bahwa
respons spektrum ragam dengan metode CQC lebih besar jika dibandingkan
dengan prosedur analisis gaya lateral ekivalen. Ada pun tabel dan diagram analisa
spektrum respons dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 4.16: Gaya geser hasil analisis respons spektrum arah X dan Y model 2.

Elevation X-Dir Y-Dir


Story Location
(m) (kgf) (kgf)
Story 10 36,4 Top 200241,43 57666,29
Bottom 203181,21 58540,80
Story 9 32,8 Top 382213,53 113409,34
Bottom 384673,14 114168,56
Story 8 29,2 Top 539407,14 162094,04
Bottom 541526,71 162747,72
Story 7 25,6 Top 674477,23 203634,71
Bottom 676294,50 204189,43
Story 6 22 Top 789718,89 238729,70
Bottom 791258,70 239196,44
Story 5 18,4 Top 886276,17 268077,86
Bottom 887548,03 268464,84
Story 4 14,8 Top 964434,46 292066,98
Bottom 965437,51 292376,65
Story 3 11,2 Top 1023676,56 310626,11
Bottom 1024396,45 310853,84
Story 2 7,6 Top 1062599,35 323236,73
Bottom 1063016,17 323373,59
Story 1 4 Top 1080768,66 329442,88
Bottom 1080885,70 329481,68

93
Tabel 4.16 menunjukkan hasil dari perhitungan analisis respons spektrum
ragam arah X maupun arah Y berdasarkan SNI 1726:2012 yang digambarkan
pada Gambar 4.6.

40
35
30
Ketinggian (m)

25
20 Arah X
15 Arah Y
10
5
0
0.00 500000.00 1000000.00 1500000.00

Gaya Geser (Kg)

Gambar 4.6: Gaya geser analisis respon spektrum ragam model 2.

4.2.2.4 Simpangan Antar Lantai (Story Drift)

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.6, simpangan antar lantai hanya


terdapat satu kinerja, yaitu pada kinerja batas ultimit. Penentuan simpangan antar
lantai tingkat desain (∆) harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat
massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau apabila pusat massa tidak
terletak garis sejajar dalam arah vertikal, diizinkan untuk menghitung defleksi di
dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa di tingkat atasnya.

Untuk mendapatkan nilai simpangan antar lantai (story drift) penulis


melakukan pengecekan terhadap semua tingkat baik arah X maupun arah Y
apakah sudah memenuhi peraturan yang berlaku menurut SNI 1726:2012, secara
ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.17 untuk arah X dan Tabel 4.18 untuk arah Y.

94
Tabel 4.17: Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah X berdasarkan SNI
1726:2012 model 2.

Total Drift Perpindahan Story Drift Story Drift Story


Lantai
(cm) (cm) (cm) Izin ∆a Drift < ∆a
10 5,2805 0,3752 2,0636 7,2 OK
9 4,9053 0,4472 2,4596 7,2 OK
8 4,4581 0,5126 2,8193 7,2 OK
7 3,9455 0,5711 3,1411 7,2 OK
6 3,3744 0,6154 3,3847 7,2 OK
5 2,7590 0,6394 3,5167 7,2 OK
4 2,1196 0,6366 3,5013 7,2 OK
3 1,4830 0,5985 3,2918 7,2 OK
2 0,8845 0,5142 2,8281 7,2 OK
1 0,3703 0,3703 2,0367 8 OK

Tabel 4.18: Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah Y berdasarkan SNI
1726:2012 model 2.

Total Drift Perpindahan Story Drift Story Drift Story


Lantai
(cm) (cm) (cm) Izin ∆a Drift < ∆a
10 4,3583 0,1763 0,9697 7,2 OK
9 4,1820 0,3571 1,9641 7,2 OK
8 3,8249 0,4330 2,3815 7,2 OK
7 3,3919 0,4845 2,6648 7,2 OK
6 2,9074 0,5202 2,8611 7,2 OK
5 2,3872 0,5377 2,9574 7,2 OK
4 1,8495 0,5343 2,9387 7,2 OK
3 1,3152 0,5065 2,7858 7,2 OK
2 0,8087 0,4517 2,4844 7,2 OK
1 0,3570 0,3570 1,9635 8 OK

95
Tabel 4.17 dan Tabel 4.18 merupakan nilai dari simpangan antar lantai arah X
dan arah Y dimana terjadi penurunan simpangan sebesar 0,66% untuk arah X dan
10,94% untuk arah Y yang mana pada model ini letak outrigger berada di lantai
10, akan dijelaskan dalam bentuk diagram perpindahan (total drift) terhadap
tingkat pada struktur gedung model 2 berdasarkan SNI 1726:2012 di bawah ini:

10
9
8
7
6
Tingkat (m)

5 Arah X
4
3 Arah Y
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6
Total Drift (cm)

Gambar 4.7: Diagram total drift terhadap tingkat bangunan arah X dan Y model 2.

4.2.2.5 Distribusi Kekakuan Antar Tingkat

Berdasarkan SNI 1726:2012, bangunan gedung dengan kekakuan vertikal


yang tidak baik adalah bangunan yang dalam tingkatnya terdapat tingkat yang
lemah atau soft story. Nilai kekakuan dari struktur bangunan dapat dilihat pada
Tabel 4.19 untuk arah X dan 4.20 untuk arah Y.

Tabel 4.19: Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah X model 2.

Rata-rata Kek.
Lantai Kek. Total ki/ki+1 (%) ki/kr (%) Kontrol
3 Tingkat (kr)
10 70455379,66
9 113783041 161,4966 108609936,6
8 141591389 124,4398 138899703,3

96
Tabel 4.19: Lanjutan.

Rata-rata Kek.
Lantai Kek. Total ki/ki+1 (%) ki/kr (%) Kontrol
3 Tingkat (kr)
7 161324680 113,9368 160376846,3 149 OK
6 178214470 110,4694 178544486,3 128 OK
5 196094309 110,0328 197844975,7 122 OK
4 219226148 111,7963 223727771 123 OK
3 255862856 116,7118 256088161,3 129 OK
2 293175480 114,5831 131 OK
1 412619935 140,7416 161 OK

Tabel 4.20: Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah Y model 2.

Rata-rata Kek.
Lantai Kek. Total ki/ki+1 (%) ki/kr (%) Kontrol
3 Tingkat (kr)
10 110355022
9 137300568 124,4171 138346529,7
8 167383999 121,9106 165289327,3
7 191183415 114,2185 190249194,7 138 OK
6 212180170 110,9825 212600839,7 128 OK
5 234438934 110,4905 236298946 123 OK
4 262277734 111,8746 266004665,3 123 OK
3 301297328 114,8772 300568436,3 128 OK
2 338130247 112,2248 127 OK
1 434973846 128,6409 145 OK

Tabel 4.19 dan Tabel 4.20 menunjukkan nilai dari kekakuan struktur
bangunan arah X dan arah Y dimana nilai dari kekakuan setiap lantai berbeda-
beda sesuai dengan ketinggiannya dan pada lantai 10 yang dipasang outrigger
lebih kaku tetapi tidak terjadinya soft story . Berikut ini akan dijelaskan dalam
bentuk diagram kekakuan antar lantai terhadap tingkat pada struktur gedung
model 2 berdasarkan SNI 1726:2012.

97
10
9
8
7
6
Tingkat (m)
5 Arah X
4
3 Arah Y
2
1
0
0 20000000 40000000 60000000

Kekakuan (Kg/m)

Gambar 4.8: Kekakuan antar lantai arah X dan Y model 2.

4.2.3 Model 3

4.2.3.1 Analisa Respon Spektrum

Analisa yang digunakan dengan metode CQC dikarenakan perioda yang


didapat memiliki waktu getar yang berdekatan yang kurang dari 15% hasil nilai
perioda output dari ETABS ver. 15 untuk wilayah yang terletak pada zona gempa
tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.21.

Tabel 4.21: Data perioda output program ETABS ver. 15 Model 3.

Output Step
Step Type Period Sum UX Sum UY
Case Numb
Modal Mode 1 0,8460 0,7642 0,0003
Modal Mode 2 0,7500 0,7645 0,7883
Modal Mode 3 0,7490 0,7645 0,7886
Modal Mode 4 0,2530 0,9060 0,7886
Modal Mode 5 0,2330 0,9060 0,7886
Modal Mode 6 0,2250 0,9060 0,9177
Modal Mode 7 0,1340 0,9060 0,9177
Modal Mode 8 0,1330 0,9516 0,9177

98
Tabel 4.21: Lanjutan.

Output Step
Step Type Period Sum UX Sum UY
Case Numb
Modal Mode 9 0,1290 0,9516 0,9565
Modal Mode 10 0,1140 0,9516 0,9565
Modal Mode 11 0,1130 0,9516 0,9567
Modal Mode 12 0,1110 0,9516 0,9568

Berdasarkan dari Tabel 4.21 data perioda output program ETABS ver. 15
maka didapat persentase selisih yang dapat dilihat pada Tabel 4.22.

Tabel 4.22: Hasil selisih persentase nilai perioda Model 3.

SYARAT
Mode (perioda) Selisih Persentase (%) CQC SRSS
Mode 1 – Mode 2 11% OK TIDAK OK
Mode 2 – Mode 3 0% OK TIDAK OK
Mode 3 – Mode 4 66% TIDAK OK OK
Mode 4 – Mode 5 8% OK TIDAK OK
Mode 5 – Mode 6 3% OK TIDAK OK
Mode 6 – Mode 7 40% TIDAK OK OK
Mode 7 – Mode 8 1% OK TIDAK OK
Mode 8 – Mode 9 3% OK TIDAK OK
Mode 9 – Mode 10 12% OK TIDAK OK
Mode 10 – Mode 11 1% OK TIDAK OK
Mode 11 – Mode 12 2% OK TIDAK OK

Berdasarkan Tabel 4.22 dapat disimpulkan bahwa nilai persentase selisih


rata-rata kurang dari 15% sehingga pada model 3 ini digunakan metode akar
kuadrat lengkap (Complate Quadratic Combination/CQC).

99
Metode CQC dilihat dari modal partisipasi massa rasio (Sum UX dan Sum
UY) harus mencapai sekurang-kurangya 90%. Dimana Sum UX adalah partisipasi
massa arah X, sedangkan Sum UY adalah partisipasi massa arah Y.

4.2.3.2 Gaya Lateral Ekivalen

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.3 nilai gaya gempa lateral (Fx) yang
timbul di semua tingkat harus ditentukan dari persamaan 2.13 ̶ 2.15 dari Sub Bab
2.7.2. Nilai yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23: Perhitungan distribusi vertikal gaya gempa dan distribusi horizontal
gaya gempa model 3.

Tinggi Berat Force Fx Story Shear


Lantai Whk
(m) (kg) (kg) Vx (kg)
10 36,4 79002,4 5355650,25 24154,43 24154,43
9 32,8 89728,26 3382803,57 15256,73 39411,15
8 29,2 89728,26 3817978,71 17219,40 56630,56
7 25,6 89816,13 3301711,78 14890,99 71521,55
6 22 89816,13 2789827,52 12582,35 84103,91
5 18,4 89728,26 2285006,89 10305,57 94409,48
4 14,8 89728,26 1793824,42 8090,30 102499,77
3 11,2 89728,26 1315918,61 5934,90 108434,68
2 7,6 89728,26 855130,56 3858,71 112291,39
1 4 91096,43 425348,54 1918,36 114209,74
Total 888100,65 25323200,86 114209,74

Tabel 4.23 menunjukkan hasil dari perhitungan distribusi vertikal gaya gempa
dimana semakin tinggi bangunan semakin kecil pula nilai dari story shear dan
nilai terbesar terdapat pada daerah bawah atau tumpuan. Untuk lebih jelasnya
diagram distribusi gaya geser berdasarkan ketinggian dengan menggunakan gaya
lateral statik ekuivalen SNI 1726:2012 dapat digambarkan pada Gambar 4.9.

100
40
35
30
Tingkat (m) 25
20
15
10
5
0
0.0000 2.0000 4.0000 6.0000 8.0000 10.0000 12.0000

Gaya Geser (Kg)

Gambar 4.9: Diagram gaya geser terhadap ketinggian struktur dengan gaya lateral
ekivalen model 3.

4.2.3.3 Analisis Spektrum Respon Ragam

Berdasarkan SNI 1726:2012, nilai akhir dinamik struktur gedung terhadap


pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu arah
tertentu tidak boleh diambil kurang dari 85% nilai respons ragam yang pertama.
Bila respons dinamik struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal
(Vt), maka persyaratan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 4.24: Gaya geser hasil respons spektrum model 2 output ETABS.

FX FY
Base Reactions
kgf kgf
Gempa Arah X Max 1080911,33 333861,16
Gempa Arah Y Max 325010,61 1110552,71

Berikut perhitungan koreksi nilai akhir respons dinamik terhadap respons


ragam pertama:

 Gempa Arah X
V1x = Cs × Wt

101
= 0,1286 × 888100,65
= 114209,74 Kg (Gaya geser statik ekivalen arah X)
 Gempa Arah Y
V1y = Cs × Wt
= 0,1286 × 888100,65
= 114209,74 Kg (Gaya geser statik ekivalen arah Y)
Berdasarkan SNI 1726:2012
 Arah X
Vtx = 1080911,33 Kg
V1x = 114209,74 Kg
Syarat : Vtx ≥ 0,85 V1x
1080911,33 ≥ 0,85 × 114209,74
1080911,33 ≥ 97078,28 Syarat terpenuhi
0,85 × 𝑉1𝑥
Faktor skala = ≥1
𝑉𝑡𝑥
0,85 ×114209,74
=
1080911 ,33

= 0,09 ≤ 1
 Arah Y
Vty = 1110522,71Kg
V1y = 114209,74 Kg
Syarat : Vty ≥ 0,85 V1y
1110522,71 ≥ 0,85 × 114209,74
1110522,71 ≥ 97078,28 Syarat terpenuhi
0,85 × 𝑉1𝑦
Faktor skala = ≥1
𝑉𝑡𝑥
0,85 ×114209,74
=
1110522 ,71

= 0,09 ≤ 1

102
Tabel 4.25: Rekapitulasi faktor skala hasil respons spektrum dengan statik
ekivalen masing-masing arah model 3.

V1 ELF Vt CQC Faktor Skala


Arah X Arah Y Arah X Arah Y Arah X Arah Y
(kgf) (kgf) (kgf) (kgf) (kgf) (kgf)
114209,74 114209,74 1080911,33 1110522,71 0,09 0,09

Karena faktor skala yang didapat untuk masing-masing arah kurang dari 1,
gaya geser dasar nominal yang didapat dari hasil analisa ragam respons spektrum
yang telah dilakukan dapat digunakan tanpa adanya pekalian dengan faktor skala.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dari Tabel 4.25, dapat dilihat bahwa
respons spektrum ragam dengan metode CQC lebih besar jika dibandingkan
dengan prosedur analisis gaya lateral ekivalen. Ada pun tabel dan diagram analisa
spektrum respons dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 4.26: Gaya geser hasil analisis respons spektrum arah X dan Y model 3.

Elevation X-Dir Y-Dir


Story Location
(m) (kgf) (kgf)
Story 10 36,4 Top 200296,82 60008,78
Bottom 203115,95 60852,67
Story 9 32,8 Top 381948,26 114403,58
Bottom 384406,44 115137,49
Story 8 29,2 Top 539001,53 161210,48
Bottom 541119,37 161839,62
Story 7 25,6 Top 674109,10 201543,31
Bottom 676004,55 202129,64
Story 6 22 Top 789557,67 238642,32
Bottom 791098,26 239139,35
Story 5 18,4 Top 886185,84 269916,91
Bottom 887458,72 270327,31
Story 4 14,8 Top 964405,74 295225,63
Bottom 965409,51 295549,78
Story 3 11,2 Top 1023683,63 314533,45
Bottom 1024403,89 314768,56
Story 2 7,6 Top 1062620,95 327493,37
Bottom 1063037,89 327633,19
Story 1 4 Top 1080794,19 333821,79
Bottom 1080911,33 333861,16

103
Tabel 4.26 menunjukkan hasil dari perhitungan analisis respons spektrum
ragam arah X maupun arah Y berdasarkan SNI 1726:2012 yang digambarkan
pada Gambar 4.10.

40
35
30
Ketinggian (m)

25
20 Arah X
15
Arah Y
10
5
0
0 500000 1000000 1500000

Gaya Geser (Kg)

Gambar 4.10: Gaya geser analisis respon spektrum ragam model 3.

4.2.3.4 Simpangan Antar Lantai (Story Drift)

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.6, simpangan antar lantai hanya


terdapat satu kinerja, yaitu pada kinerja batas ultimit. Penentuan simpangan antar
lantai tingkat desain (∆) harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat
massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau apabila pusat massa tidak
terletak garis sejajar dalam arah vertikal, diizinkan untuk menghitung defleksi di
dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa di tingkat atasnya.

Untuk mendapatkan nilai simpangan antar lantai (story drift) penulis


melakukan pengecekan terhadap semua tingkat baik arah X maupun arah Y
apakah sudah memenuhi peraturan yang berlaku menurut SNI 1726:2012, secara
ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.27 untuk arah X dan Tabel 4.28 untuk arah Y.

104
Tabel 4.27: Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah X berdasarkan SNI
1726:2012 model 3.

Total Drift Perpindahan Story Drift Story Drift Story


Lantai
(cm) (cm) (cm) Izin ∆a Drift < ∆a
10 5,2752 0,3792 2,0856 7,2 OK
9 4,8960 0,4489 2,4690 7,2 OK
8 4,4471 0,5113 2,8122 7,2 OK
7 3,9358 0,5680 3,1240 7,2 OK
6 3,3678 0,6127 3,3699 7,2 OK
5 2,7551 0,6377 3,5074 7,2 OK
4 2,1174 0,6355 3,4953 7,2 OK
3 1,4819 0,5979 3,2885 7,2 OK
2 0,8840 0,5138 2,8259 7,2 OK
1 0,3702 0,3702 2,0361 8 OK

Tabel 4.28: Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah Y berdasarkan SNI
1726:2012 model 3.

Total Drift Perpindahan Story Drift Story Drift Story


Lantai
(cm) (cm) (cm) Izin ∆a Drift < ∆a
10 4,1456 0,3133 1,7232 7,2 OK
9 3,8323 0,3687 2,0279 7,2 OK
8 3,4636 0,3901 2,1456 7,2 OK
7 3,0735 0,2698 1,4839 7,2 OK
6 2,8037 0,4667 2,5669 7,2 OK
5 2,3370 0,5134 2,8237 7,2 OK
4 1,8236 0,5187 2,8529 7,2 OK
3 1,3049 0,4980 2,7390 7,2 OK
2 0,8069 0,4487 2,4679 7,2 OK
1 0,3582 0,3582 1,9701 8 OK

105
Tabel 4.27 dan Tabel 4.28 merupakan nilai dari simpangan antar lantai arah X
dan arah Y dimana terjadi penurunan simpangan sebesar 0,77% untuk arah X dan
15,28% untuk arah Y yang mana pada model ini letak outrigger berada di lantai 7,
akan dijelaskan dalam bentuk diagram perpindahan (total drift) terhadap tingkat
pada struktur gedung model 3 berdasarkan SNI 1726:2012 di bawah ini:

10
9
8
7
Tingkat (cm)

6
5
Arah X
4
3 Arah Y
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6

Total Drift (cm)

Gambar 4.11: Diagram total drift terhadap tingkat bangunan arah X dan Y
model 3.

4.2.3.5 Distribusi Kekakuan Antar Tingkat

Berdasarkan SNI 1726:2012, bangunan gedung dengan kekakuan vertikal


yang tidak baik adalah bangunan yang dalam tingkatnya terdapat tingkat yang
lemah atau soft story. Nilai kekakuan dari struktur bangunan dapat dilihat pada
Tabel 4.29 untuk arah X dan 4.30 untuk arah Y.

Tabel 4.29: Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah X model 3.

Rata-rata Kek.
Lantai Kek. Total ki/ki+1 (%) ki/kr (%) Kontrol
3 tingkat (kr)
10 69914906,78
9 113582918 162,4588 108504181,9
8 142014721 125,0318 139217328,7

106
Tabel 4.29: Lanjutan.

Rata-rata Kek.
Lantai Kek. Total ki/ki+1 (%) ki/kr (%) Kontrol
3 tingkat (kr)
7 162054347 114,1109 160975575,7 149 OK
6 178857659 110,3689 179149341,3 128 OK
5 196536018 109,8840 198318396,3 122 OK
4 219561512 111,7157 224077415,7 123 OK
3 256134717 116,6574 256369636,7 129 OK
2 293412681 114,5540 131 OK
1 412774545 140,6805 161 OK

Tabel 4.30: Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah Y model 3.

Rata-rata Kek.
Lantai Kek. Total ki/ki+1 (%) ki/kr (%) Kontrol
3 Tingkat (kr)
10 84679733,1
9 139819932 165,1162 148808567
8 221926036 158,7227 211419802,3
7 272513439 122,7947 241658865,7 183 OK
6 230537122 84,5966 249496687,3 109 OK
5 245439501 106,4642 249207933 102 OK
4 271647176 110,6779 275337366,7 109 OK
3 308925423 113,7230 308397253,3 124 OK
2 344619161 111,5542 125 OK
1 439165940 127,4351 142 OK

Tabel 4.29 dan Tabel 4.30 menunjukkan nilai dari kekakuan struktur
bangunan arah X dan arah Y dimana nilai dari kekakuan setiap lantai berbeda-
beda sesuai dengan ketinggiannya dan pada lantai 7 yang dipasang outrigger lebih
kaku tetapi tidak terjadi soft story . Berikut ini akan di jelaskan dalam bentuk
diagram kekakuan antar lantai terhadap tingkat pada struktur gedung model 2
berdasarkan SNI 1726:2012.

107
10
9
8
Tingkat (m) 7
6
5 Arah X
4
3 Arah Y
2
1
0
0 20000000 40000000 60000000

Kekakuan (Kg/m)

Gambar 4.12: Kekakuan antar lantai arah X dan Y model 3.

.
4.2.4 Model 4

4.2.4.1 Analisa Respon Spektrum

Metode yang digunakan penulis untuk menganalisa respon spektrum adalah


metode CQC dikarenakan perioda yang didapat memiliki waktu getar yang
berdekatan yang kurang dari 15% dari hasil nilai perioda output ETABS ver. 15
untuk wilayah yang terletak pada zona gempa tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.31.

Tabel 4.31: Data perioda output program ETABS ver. 15 Model 4.

Output Step
Step Type Period Sum UX Sum UY
Case Numb
Modal Mode 1 0,8460 0,7638 0,0002
Modal Mode 2 0,7410 0,7639 0,0002
Modal Mode 3 0,7410 0,7639 0,7759
Modal Mode 4 0,2530 0,9060 0,7759
Modal Mode 5 0,2420 0,9060 0,7759
Modal Mode 6 0,2390 0,9060 0,9211
Modal Mode 7 0,1330 0,9516 0,9211
Modal Mode 8 0,1300 0,9516 0,9211

108
Tabel 4.31: Lanjutan.

Output Step
Step Type Period Sum UX Sum UY
Case Numb
Modal Mode 9 0,1240 0,9516 0,9496
Modal Mode 10 0,1140 0,9516 0,9496
Modal Mode 11 0,1130 0,9516 0,9496
Modal Mode 12 0,1110 0,9516 0,9500

Berdasarkan dari Tabel 4.31 data perioda output program ETABS ver. 15
maka didapat persentase selisih yang dapat dilihat pada Tabel 4.32.

Tabel 4.32: Hasil selisih persentase nilai perioda model 4.

SYARAT
Mode (perioda) Selisih Persentase (%) CQC SRSS
Mode 1 – Mode 2 12% OK TIDAK OK
Mode 2 – Mode 3 0% OK TIDAK OK
Mode 3 – Mode 4 66% TIDAK OK OK
Mode 4 – Mode 5 4% OK TIDAK OK
Mode 5 – Mode 6 1% OK TIDAK OK
Mode 6 – Mode 7 44% TIDAK OK OK
Mode 7 – Mode 8 2% OK TIDAK OK
Mode 8 – Mode 9 5% OK TIDAK OK
Mode 9 – Mode 10 8% OK TIDAK OK
Mode 10 – Mode 11 1% OK TIDAK OK
Mode 11 – Mode 12 2% OK TIDAK OK

Berdasarkan Tabel 4.32 dapat disimpulkan bahwa nilai persentase selisih


rata-rata kurang dari 15% sehingga pada model 4 ini digunakan metode akar
kuadrat lengkap (Complate Quadratic Combination/CQC).

109
Metode CQC dilihat dari modal partisipasi massa rasio (Sum UX dan Sum
UY) harus mencapai sekurang-kurangya 90%. Dimana Sum UX adalah partisipasi
massa arah X, sedangkan Sum UY adalah partisipasi massa arah Y.

4.2.4.2 Gaya Lateral Ekivalen

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.3 nilai gaya gempa lateral (Fx) yang
timbul di semua tingkat harus ditentukan dari persamaan 2.13 ̶ 2.15 dari Sub Bab
2.7.2. Nilai yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.33.

Tabel 4.33: Perhitungan distribusi vertikal gaya gempa dan distribusi horizontal
gaya gempa model 4.

Tinggi Berat Force Fx Story Shear


Lantai Whk
(m) (kg) (kg) Vx (kg)
10 36,4 79002,4 5355650,25 24140,17 24140,17
9 32,8 89728,26 3399214,55 15321,69 39461,86
8 29,2 89728,26 3818113,41 17209,84 56671,70
7 25,6 89816,26 3298593,44 14868,15 71539,85
6 22 89816,26 2787188,22 12563,03 84102,87
5 18,4 89816,13 2287188,22 10309,89 94412,76
4 14,8 89816,13 1795631,69 8093,67 102506,43
3 11,2 89728,26 1315951,85 5931,55 108437,98
2 7,6 89728,26 855148,69 3854,51 112292,49
1 4 91096,43 425354,71 1917,25 114209,74
Total 888100,65 25338161,04 114209,74

Tabel 4.33 menunjukkan hasil dari perhitungan distribusi vertikal gaya gempa
dimana semakin tinggi bangunan semakin kecil pula nilai dari story shear dan
nilai terbesar terdapat pada daerah bawah atau tumpuan. Untuk lebih jelasnya
diagram distribusi gaya geser berdasarkan ketinggian dengan menggunakan gaya
lateral statik ekuivalen SNI 1726:2012 dapat digambarkan pada Gambar 4.13.

110
40
35
30
25
Tingkat (m) 20
15
10
5
0
0.0000 2.0000 4.0000 6.0000 8.0000 10.0000 12.0000

Gaya Geser (cm)

Gambar 4.13: Diagram gaya geser terhadap ketinggian struktur dengan gaya
lateral ekivalen model 4.

4.2.4.3 Analisis Spektrum Respon Ragam

Berdasarkan SNI 1726:2012, nilai akhir dinamik struktur gedung terhadap


pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu arah
tertentu tidak boleh diambil kurang dari 85% nilai respons ragam yang pertama.
Bila respons dinamik struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal
(Vt), maka persyaratan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 4.34: Gaya geser hasil respons spektrum model 2 output ETABS.

FX FY
Base Reactions
kgf Kgf
Gempa Arah X Max 1080419,36 329541,62
Gempa Arah Y Max 324590,86 1097019,1

Berikut perhitungan koreksi nilai akhir respons dinamik terhadap respons


ragam pertama:

 Gempa Arah X
V1x = Cs × Wt

111
= 0,1286 × 888100,65
= 114209,74 Kg (Gaya geser statik ekivalen arah X)
 Gempa Arah Y
V1y = Cs × Wt
= 0,1286 × 888100,65
= 114209,74 Kg (Gaya geser statik ekivalen arah Y)
Berdasarkan SNI 1726:2012
 Arah X
Vtx = 1080419,36 Kg
V1x = 114209,74 Kg
Syarat : Vtx ≥ 0,85 V1x
1080419,36 ≥ 0,85 × 114209,74
1080419,36 ≥ 97078,28 Syarat terpenuhi
0,85 × 𝑉1𝑥
Faktor skala = ≥1
𝑉𝑡𝑥
0,85 ×114209,74
=
1080419 ,36

= 0,09 ≤ 1
 Arah Y
Vty = 1097019,1Kg
V1y = 1097019,1 Kg
Syarat : Vty ≥ 0,85 V1y
1097019,1 ≥ 0,85 × 114209,74
1097019,1 ≥ 97078,28 Syarat terpenuhi
0,85 × 𝑉1𝑦
Faktor skala = ≥1
𝑉𝑡𝑥
0,85 ×114209,74
=
1097019,1

= 0,09 ≤ 1

112
Tabel 4.35: Rekapitulasi faktor skala hasil respons spektrum dengan statik
ekivalen masing-masing arah model 4.

V1 ELF Vt CQC Faktor Skala


Arah X Arah Y Arah X Arah Y Arah X Arah Y
(kgf) (kgf) (kgf) (kgf) (kgf) (kgf)
114209,74 114209,74 1080419,36 1097019,1 0,09 0,09

Karena faktor skala yang didapat untuk masing-masing arah kurang dari 1,
gaya geser dasar nominal yang didapat dari hasil analisa ragam respons spektrum
yang telah dilakukan dapat digunakan tanpa adanya pekalian dengan faktor skala.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dari Tabel 4.35, dapat dilihat bahwa
respons spektrum ragam dengan metode CQC lebih besar jika dibandingkan
dengan prosedur analisis gaya lateral ekivalen. Ada pun tabel dan diagram analisa
spektrum respons dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 4.36: Gaya geser hasil analisis respons spektrum arah X dan Y model 4.

Elevation X-Dir Y-Dir


Story Location
(m) (kgf) (kgf)
Story 10 36,4 Top 200476,59 61189,59
Bottom 203297,63 62050,38
Story 9 32,8 Top 382230,36 116615,36
Bottom 384689,11 117362,05
Story 8 29,2 Top 539288,99 164068,95
Bottom 541405,73 164701,96
Story 7 25,6 Top 674149,22 204014,41
Bottom 675963,22 204544,34
Story 6 22 Top 789183,15 237299,23
Bottom 790720,29 237740,02
Story 5 18,4 Top 885691,45 265103,83
Bottom 887016,86 265505,33
Story 4 14,8 Top 963936,32 290269,97
Bottom 964939,03 290597,35
Story 3 11,2 Top 1023188,07 309895,93
Bottom 1023907,99 310135,28
Story 2 7,6 Top 1062126,00 323082,92
Bottom 1062542,79 323225,00
Story 1 4 Top 1080302,19 329501,67
Bottom 1080419,36 329541,62

113
Tabel 4.36 menunjukkan hasil dari perhitungan analisis respons spektrum
ragam arah X maupun arah Y berdasarkan SNI 1726:2012 yang digambarkan
pada Gambar 4.14.

40
35
Ketinggian (m)

30
25
20 Arah X
15
Arah Y
10
5
0
0.00 500000.00 1000000.00 1500000.00

Gaya Geser (Kg)

Gambar 4.14: Gaya geser analisis respon spektrum ragam model 4.

4.2.4.4 Simpangan Antar Lantai (Story Drift)

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.6, simpangan antar lantai hanya


terdapat satu kinerja, yaitu pada kinerja batas ultimit. Penentuan simpangan antar
lantai tingkat desain (∆) harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat
massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau apabila pusat massa tidak
terletak garis sejajar dalam arah vertikal, diizinkan untuk menghitung defleksi di
dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa di tingkat atasnya.

Untuk mendapatkan nilai simpangan antar lantai (story drift) penulis


melakukan pengecekan terhadap semua tingkat baik arah X maupun arah Y
apakah sudah memenuhi peraturan yang berlaku menurut SNI 1726:2012, secara
ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.37 untuk arah X dan Tabel 4.38 untuk arah Y.

114
Tabel 4.37: Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah X berdasarkan SNI
1726:2012 model 4.

Total Drift Perpindahan Story Drift Story Drift Story


Lantai
(cm) (cm) (cm) Izin ∆a Drift < ∆a
10 5,2822 0,3814 2,0977 7,2 OK
9 4,9008 0,4515 2,4833 7,2 OK
8 4,4493 0,5147 2,8309 7,2 OK
7 3,9346 0,5711 3,1411 7,2 OK
6 3,3635 0,6133 3,3732 7,2 OK
5 2,7502 0,6359 3,4975 7,2 OK
4 2,1143 0,6359 3,4865 7,2 OK
3 1,4804 0,5970 3,2835 7,2 OK
2 0,8834 0,5134 2,8237 7,2 OK
1 0,3700 0,3700 2,0350 8 OK

Tabel 4.38: Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah Y berdasarkan SNI
1726:2012 model 4.

Total Drift Perpindahan Story Drift Story Drift Story


Lantai
(cm) (cm) (cm) Izin ∆a Drift < ∆a
10 4,1523 0,3405 1,8728 7,2 OK
9 3,8118 0,3990 2,1945 7,2 OK
8 3,4128 0,4414 2,4277 7,2 OK
7 2,9714 0,4717 2,5944 7,2 OK
6 2,4997 0,4652 2,5586 7,2 OK
5 2,0345 0,2960 1,6280 7,2 OK
4 1,7385 0,4727 2,5999 7,2 OK
3 1,2658 0,4789 2,6340 7,2 OK
2 0,7869 0,4358 2,3969 7,2 OK
1 0,3511 0,3511 1,9311 8 OK

115
Tabel 4.37 dan Tabel 4.38 merupakan nilai dari simpangan antar lantai arah X
dan arah Y dimana terjadi penurunan simpangan sebesar 0,65% untuk arah X dan
15,15% untuk arah Y yang mana pada model ini letak outrigger berada di lantai 5,
lebih jelasnya akan disajikan dalam bentuk diagram perpindahan (total drift)
terhadap tingkat pada struktur gedung model 4 berdasarkan SNI 1726:2012 di
bawah ini:

10
9
8
7
Tingkat (cm)

6
5 Arah X
4
3 Arah Y
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6
Total Drift (cm)

Gambar 4.15: Diagram total drift terhadap tingkat bangunan arah X dan Y
model 4.

4.2.4.5 Distribusi Kekakuan Antar Tingkat

Berdasarkan SNI 1726:2012, bangunan gedung dengan kekakuan vertikal


yang tidak baik adalah bangunan yang dalam tingkatnya terdapat tingkat yang
lemah atau soft story. Nilai kekakuan dari struktur bangunan dapat dilihat pada
Tabel 4.39 untuk arah X dan 4.40 untuk arah Y.

Tabel 4.39: Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah X model 4.

Rata-rata Kek.
Lantai Kek. Total ki/ki+1 (%) ki/kr (%) Kontrol
3 Tingkat (kr)
10 69558846,73
9 112944335 162,3724 107902261,6

116
Tabel 2.39: Lanjutan.

Rata-rata Kek.
Lantai Kek. Total ki/ki+1 (%) ki/kr (%) Kontrol
3 Tingkat (kr)
8 141203603 125,0205 138535582
7 161458808 114,3447 160503093 150 OK
6 178846868 110,7693 179113301 129 OK
5 197034227 110,1692 198590068,7 123 OK
4 219889111 111,5994 224397094,7 123 OK
3 256267946 116,5442 256545369,7 129 OK
2 293479052 114,5204 131 OK
1 412771952 140,6478 161 OK

Tabel 4.40: Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah Y model 4.

Rata-rata Kek.
Lantai Kek. Total ki/ki+1 (%) ki/kr (%) Kontrol
3 Tingkat (kr)
10 79841178,79
9 131318474 164,4746 126666307,6
8 168839270 128,5724 166832207
7 200338877 118,6566 216880455,7 158 OK
6 281463220 140,4936 274606071 169 OK
5 342016116 121,5136 302795169,7 158 OK
4 284906173 83,3020 314170558 104 OK
3 315589385 110,7696 316928230,7 104 OK
2 350289134 110,9952 111 OK
1 442564714 126,3427 140 OK

Tabel 4.39 dan Tabel 4.40 menunjukkan nilai dari kekakuan struktur
bangunan arah X dan arah Y dimana nilai dari kekakuan setiap lantai berbeda-
beda sesuai dengan ketinggiannya dan pada lantai 5 yang dipasang outrigger lebih
kaku tetapi tidak terjadi soft story. Berikut ini akan dijelaskan dalam bentuk

117
diagram kekakuan antar lantai terhadap tingkat pada struktur gedung model 4
berdasarkan SNI 1726:2012.

10
9
8
7
Tingkat (m)

6
5 Arah X
4
Arah Y
3
2
1
0
0 20000000 40000000 60000000

Kekakuan (Kg/m)

Gambar 4.16: Kekakuan antar lantai arah X dan Y model 4.

4.2.5 Model 5

4.2.5.1 Analisa Respon Spektrum

Metode yang digunakan penulis untuk menganalisa respon spektrum adalah


metode CQC dikarenakan perioda yang didapat memiliki waktu getar yang
berdekatan yang kurang dari 15% dari hasil nilai perioda output ETABS ver. 15
untuk wilayah yang terletak pada zona gempa tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.41.

Tabel 4.41: Data perioda output program ETABS ver. 15 Model 5.

Output Step
Step Type Period Sum UX Sum UY
Case Numb
Modal Mode 1 0,847 0,7631 0,00002335
Modal Mode 2 0,753 0,7631 0,7462
Modal Mode 3 0,742 0,7631 0,7462
Modal Mode 4 0,253 0,9060 0,7463
Modal Mode 5 0,24 0,9060 0,7463

118
Tabel 4.41: Lanjutan.

Output Step
Step Type Period Sum UX Sum UY
Case Numb
Modal Mode 6 0,235 0,9060 0,9272
Modal Mode 7 0,134 0,9061 0,9272
Modal Mode 8 0,133 0,9517 0,9272
Modal Mode 9 0,129 0,9517 0,9613
Modal Mode 10 0,114 0,9517 0,9613
Modal Mode 11 0,113 0,9517 0,9615
Modal Mode 12 0,111 0,9517 0,9616

Berdasarkan dari Tabel 4.41 data perioda output program ETABS ver. 15
maka didapat persentase selisih yang dapat dilihat pada Tabel 4.42.

Tabel 4.42: Hasil selisih persentase nilai perioda Model 5.

SYARAT
Mode (perioda) Selisih Persentase (%) CQC SRSS
Mode 1 – Mode 2 11% OK TIDAK OK
Mode 2 – Mode 3 1% OK TIDAK OK
Mode 3 – Mode 4 66% TIDAK OK OK
Mode 4 – Mode 5 5% OK TIDAK OK
Mode 5 – Mode 6 2% OK TIDAK OK
Mode 6 – Mode 7 43% TIDAK OK OK
Mode 7 – Mode 8 1% OK TIDAK OK
Mode 8 – Mode 9 3% OK TIDAK OK
Mode 9 – Mode 10 12% OK TIDAK OK
Mode 10 – Mode 11 1% OK TIDAK OK
Mode 11 – Mode 12 2% OK TIDAK OK

119
Berdasarkan Tabel 4.42 dapat disimpulkan bahwa nilai persentase selisih
rata-rata kurang dari 15% sehingga pada model 5 ini digunakan metode akar
kuadrat lengkap (Complate Quadratic Combination/CQC).

Metode CQC dilihat dari modal partisipasi massa rasio (Sum UX dan Sum
UY) harus mencapai sekurang-kurangya 90%. Dimana Sum UX adalah partisipasi
massa arah X, sedangkan Sum UY adalah partisipasi massa arah Y.

4.2.5.2 Gaya Lateral Ekivalen

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.3 nilai gaya gempa lateral (Fx) yang
timbul di semua tingkat harus ditentukan dari persamaan 2.13 ̶ 2.15 dari Sub Bab
2.7.2. Nilai yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.43.

Tabel 4.43: Perhitungan distribusi vertikal gaya gempa dan distribusi horizontal
gaya gempa model 5.

Tinggi Berat Force Fx Story Shear


Lantai Whk
(m) (kg) (kg) Vx (kg)
10 36,4 79002,4 5355650,25 24141,95 24141,95
9 32,8 89728,26 3399214,55 15322,82 39464,77
8 29,2 89728,26 3818113,41 17211,11 56675,88
7 25,6 89728,26 3298593,44 14869,24 71545,12
6 22 89728,26 2787188,22 12563,96 84109,08
5 18,4 89728,26 2285076,47 10300,56 94409,64
4 14,8 89728,26 1793874,96 8086,34 102495,98
3 11,2 89816,13 1317240,55 5937,79 108433,78
2 7,6 89816,13 855986,13 3858,57 112292,35
1 4 91096,43 425354,71 1917,39 114209,74
Total 888100,65 25336292,70 114209,74

Tabel 4.43 menunjukkan hasil dari perhitungan distribusi vertikal gaya gempa
dimana semakin tinggi bangunan semakin kecil pula nilai dari story shear dan
nilai terbesar terdapat pada daerah bawah atau tumpuan. Untuk lebih jelasnya

120
diagram distribusi gaya geser berdasarkan ketinggian dengan menggunakan gaya
lateral statik ekuivalen SNI 1726:2012 dapat digambarkan pada Gambar 4.17.

40
35
30
25
Tingkat (m)

20
15
10
5
0
0.0000 2.0000 4.0000 6.0000 8.0000 10.0000 12.0000

Gaya Geser (Kg)

Gambar 4.17: Diagram gaya geser terhadap ketinggian struktur dengan gaya
lateral ekivalen model 5.

4.2.5.3 Analisis Spektrum Respon Ragam

Berdasarkan SNI 1726:2012, nilai akhir dinamik struktur gedung terhadap


pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu arah
tertentu tidak boleh diambil kurang dari 85% nilai respons ragam yang pertama.
Bila respons dinamik struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal
(Vt), maka persyaratan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 4.44: Gaya geser hasil respons spektrum model 2 output ETABS.

FX FY
Base Reactions
kgf Kgf
Gempa Arah X Max 1079619,9 320363,96
Gempa Arah Y Max 323955,69 1067717,93

121
Berikut perhitungan koreksi nilai akhir respons dinamik terhadap respons ragam
pertama:

 Gempa Arah X
V1x = Cs × Wt
= 0,1286 × 888100,65
= 114209,74 Kg (Gaya geser statik ekivalen arah X)
 Gempa Arah Y
V1y = Cs × Wt
= 0,1286 × 888100,65
= 114209,74 Kg (Gaya geser statik ekivalen arah Y)
Berdasarkan SNI 1726:2012
 Arah X
Vtx = 1079619,9 Kg
V1x = 114209,74 Kg
Syarat : Vtx ≥ 0,85 V1x
1079619,9 ≥ 0,85 × 114209,74
1079619,9 ≥ 97078,28 Syarat terpenuhi
0,85 × 𝑉1𝑥
Faktor skala = ≥1
𝑉𝑡𝑥
0,85 ×114209,74
=
1079619,9

= 0,09 ≤ 1
 Arah Y
Vty = 1067717,93 Kg
V1y = 114209,74 Kg
Syarat : Vty ≥ 0,85 V1y
1067717,93 ≥ 0,85 × 114209,74
1067717,93 ≥ 97078,28 Syarat terpenuhi
0,85 × 𝑉1𝑦
Faktor skala = ≥1
𝑉𝑡𝑥
0,85 ×114209,74
=
1067717 ,93

= 0,09 ≤ 1

122
Tabel 4.45: Rekapitulasi faktor skala hasil respons spektrum dengan statik
ekivalen masing-masing arah model 5.

V1 ELF Vt CQC Faktor Skala


Arah X Arah Y Arah X Arah Y Arah X Arah Y
(kgf) (kgf) (kgf) (kgf) (kgf) (kgf)
114209,74 114209,74 1079619,9 1067717,93 0,09 0,09

Karena faktor skala yang didapat untuk masing-masing arah kurang dari 1,
gaya geser dasar nominal yang didapat dari hasil analisa ragam respons spektrum
yang telah dilakukan dapat digunakan tanpa adanya pekalian dengan faktor skala.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dari Tabel 4.45, dapat dilihat bahwa
respons spektrum ragam dengan metode CQC lebih besar jika dibandingkan
dengan prosedur analisis gaya lateral ekivalen. Ada pun Tabel dan Diagram
analisa spektrum respons dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 4.46: Gaya geser hasil analisis respons spektrum arah X dan Y model 5.

Elevation X-Dir Y-Dir


Story Location
(m) (kgf) (kgf)
Story 10 36,4 Top 200601,74 61809,17
Bottom 203423,97 62674,07
Story 9 32,8 Top 382394,22 117208,41
Bottom 384853,07 117950,08
Story 8 29,2 Top 539420,94 164079,00
Bottom 541536,85 164700,81
Story 7 25,6 Top 674195,74 203166,09
Bottom 676008,24 203683,09
Story 6 22 Top 789104,37 235588,46
Bottom 790639,36 236016,30
Story 5 18,4 Top 885346,15 262276,78
Bottom 886613,78 262625,96
Story 4 14,8 Top 963246,82 283703,89
Bottom 964246,86 283978,25
Story 3 11,2 Top 1022387,70 300102,05
Bottom 1023137,31 300328,72
Story 2 7,6 Top 1061329,86 313415,66
Bottom 1061746,43 313565,04
Story 1 4 Top 1079502,73 320320,27
Bottom 1079619,90 320363,96

123
Tabel 4.46 menunjukkan hasil dari perhitungan analisis respons spektrum
ragam arah X maupun arah Y berdasarkan SNI 1726:2012 yang digambarkan
pada Gambar 4.18.

40
35
Ketinggian (m)

30
25
20
Arah X
15
Arah Y
10
5
0
0.00 5000.00 10000.00 15000.00

Gaya Geser (Kg)

Gambar 4.18: Gaya geser analisis respon spektrum ragam model 5.

4.2.5.4 Simpangan Antar Lantai (Story Drift)

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.6, simpangan antar lantai hanya


terdapat satu kinerja, yaitu pada kinerja batas ultimit. Penentuan simpangan antar
lantai tingkat desain (∆) harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat
massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau apabila pusat massa tidak
terletak garis sejajar dalam arah vertikal, diizinkan untuk menghitung defleksi di
dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa di tingkat atasnya.

Untuk mendapatkan nilai simpangan antar lantai (story drift) penulis


melakukan pengecekan terhadap semua tingkat baik arah X maupun arah Y
apakah sudah memenuhi peraturan yang berlaku menurut SNI 1726:2012, secara
ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.47 untuk arah X dan Tabel 4.48 untuk arah Y di
bawah ini:

124
Tabel 4.47: Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah X berdasarkan SNI
1726:2012 model 5.

Total Drift Perpindahan Story Drift Story Drift Story


Lantai
(cm) (cm) (cm) Izin ∆a Drift < ∆a
10 5,2932 0,3833 2,1082 7,2 OK
9 4,9099 0,4536 2,4948 7,2 OK
8 4,4563 0,5167 2,8419 7,2 OK
7 3,9396 0,5735 3,1543 7,2 OK
6 3,3661 0,6164 3,3902 7,2 OK
5 2,7497 0,6389 3,5140 7,2 OK
4 2,1108 0,6344 3,4892 7,2 OK
3 1,4764 0,5953 3,2742 7,2 OK
2 0,8811 0,5118 2,8149 7,2 OK
1 0,3693 0,3693 2,0312 8 OK

Tabel 4.48: Perhitungan story drift kinerja batas ultimit arah Y berdasarkan SNI
1726:2012 model 5.

Total Drift Perpindahan Story Drift Story Drift Story


Lantai
(cm) (cm) (cm) Izin ∆a Drift < ∆a
10 4,2938 0,3653 2,0092 7,2 OK
9 3,9285 0,4255 2,3403 7,2 OK
8 3,5030 0,4697 2,5834 7,2 OK
7 3,0333 0,5028 2,7654 7,2 OK
6 2,5305 0,5204 2,8622 7,2 OK
5 2,0101 0,5196 2,8578 7,2 OK
4 1,4905 0,4784 2,6312 7,2 OK
3 1,0121 0,2780 1,5290 7,2 OK
2 0,7341 0,3959 2,1775 7,2 OK
1 0,3382 0,3382 1,8601 8 OK

125
Tabel 4.47 dan Tabel 4.48 merupakan nilai dari simpangan antar lantai arah X
dan arah Y dimana terjadi penurunan simpangan sebesar 0,45% untuk arah X dan
12,26% untuk arah Y yang mana pada model ini letak outrigger berada di lantai 3,
lebih jelasnya akan sajikan dalam bentuk diagram perpindahan (total drift)
terhadap tingkat pada struktur gedung model 5 berdasarkan SNI 1726:2012 di
bawah ini:

10
9
8
7
Tingkat (cm)

6
5
Arah X
4
3 Arah Y
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6
Total Drift (cm)

Gambar 4.19: Diagram total drift terhadap tingkat bangunan arah X dan Y
model 5.

4.2.5.5 Distribusi Kekakuan Antar Tingkat

Berdasarkan SNI 1726:2012, bangunan gedung dengan kekakuan vertikal


yang tidak baik adalah bangunan yang dalam tingkatnya terdapat tingkat yang
lemah atau soft story. Nilai kekakuan dari struktur bangunan dapat dilihat pada
Tabel 4.49 untuk arah X dan 4.50 untuk arah Y.

Tabel 4.49: Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah X model 5.

Rata-rata Kek.
Lantai Kek. Total ki/ki+1 (%) ki/kr (%) Kontrol
3 Tingkat (kr)
10 69284934,42
9 112527973 162,4133 107491460,1

126
Tabel 4.49: Lanjutan.

Rata-rata Kek.
Lantai Kek. Total ki/ki+1 (%) ki/kr (%) Kontrol
3 Tingkat (kr)
8 140661473 125,0013 137967898,3
7 160714249 114,2561 159768996,3 150 OK
6 177931267 110,7128 178265377 129 OK
5 196150615 110,2395 197998100,7 123 OK
4 219912420 112,1141 224292562,7 123 OK
3 256814653 116,7804 256961855,7 130 OK
2 294158494 114,5412 131 OK
1 413280254 140,4958 161 OK

Tabel 4.50: Nilai hasil perhitungan kekakuan struktur bangunan arah Y model 5.

Rata-rata Kek.
Lantai Kek. Total ki/ki+1 (%) ki/kr (%) Kontrol
3 Tingkat (kr)
10 75500877,45
9 124080485 164,3431 119501705,8
8 158923755 128,0812 156423830,7
7 186267252 117,2054 185671521 156 OK
6 211823556 113,7202 213865641 135 OK
5 243506115 114,9571 264103462 131 OK
4 336980715 138,3870 339270171,3 158 OK
3 437323684 129,7771 383787902,7 166 OK
2 377059309 86,2197 111 OK
1 446865287 118,5133 116 OK

Tabel 4.49 dan Tabel 4.50 menunjukkan nilai dari kekakuan struktur
bangunan arah X dan arah Y dimana nilai dari kekakuan setiap lantai berbeda-
beda sesuai dengan ketinggiannya dan pada lantai 3 yang dipasang outrigger lebih
kaku tetapi tidak terjadi soft story. Berikut ini akan dijelaskan dalam bentuk

127
diagram kekakuan antar lantai terhadap tingkat pada struktur gedung model 5
berdasarkan SNI 1726:2012.

10
9
8
7
Tingkat (m)

6
5
4 Arah X
3 Arah Y
2
1
0
0 20000000 40000000 60000000

Kekakuan (Kg/m)

Gambar 4.20: Kekakuan antar lantai arah X dan Y model 5.

4.2.6 Perbandingan Story Drift Untuk Semua Model

Berikut ini akan dijelaskan perbandingan simpangan antar lantai (story drift)
yang terjadi pada model 1, model 2, model 3, model 4 dan model 5 dimana
perbandingan dilakukan dengan arah yang sama, Gambar 4.21 menjelaskan
perbandingan simpangan arah X dan Gambar 4.22 menjelaskan perbandingan
simpangan arah Y.

10
9
8
7 Arah X Model 1
Tingkat (m)

6
5 Arah X Model 2
4
3 Arah X Model 3
2 Arah X Model 4
1
0 Arah X Model 5
0 2 4 6

Total Drift (cm)

Gambar 4.21: Perbandingan simpangan arah X.

128
10
9
8
7 Arah Y Model 1
Tingkat (m) 6
5 Arah Y Model 2
4 Arah Y Model 3
3
Arah Y Model 4
2
1 Arah Y Model 5
0
0 2 4 6
Total Drift (cm)

Gambar 4.22: Perbandingan simpangan arah Y.

Dari Gambar 4.16 dan 4.17 dapat disimpulkan bahwa simpangan antar lantai
untuk arah X tidak begitu signifikan karena pada arah X tidak dipasang outrigger,
dimana hasil persentase pengurangan simpangan untuk arah X adalah model 1
sebesar 0%, model 2 sebesar 0,66%, model 3 sebesar 0,77%, model 4 sebesar
0,65%, dan model 5 sebesar 0,45% . Simpangan antar lantai untuk arah Y
pengurangan simpangan cukup besar dibandingkan arah X dikarenakan pada arah
Y dipasang outrigger, persentase pengurangan simpangan arah Y adalah model 1
sebesar 0%, model 2 sebesar 10,94%, model 3 sebesar 15,28%, model 4 sebesar
15,15%, dan model 5 sebesar 12,26%. Secara ringkas hasil persentase simpangan
dapat dilihat pada Tabel 4.51.

Tabel 4.51 Persentase pengurangan simpangan antar lantai untuk semua model.

Story Drif Max Tanpa


Story Drift Mak %
No Model Outrigger
X (cm) Y (cm) X (cm) Y (cm) X Y
1. 1 5,3170 4,8935 5,3170 4,8935 0 0
2. 2 5,2805 4,3583 5,3170 4,8935 0,66 10,94
3. 3 5,2752 4,1456 5,3170 4,8935 0,77 15,28
4 4 5,2822 4,1523 5,3170 4,8935 0,65 15,15
5. 5 5,2932 4,2938 5,3170 4,8935 0,45 12,26

129
4.2.7 Perbandingan Kekakuan Antar Lantai Untuk Semua Model

Berikut ini akan dijelaskan perbandingan kekakuan antar lantai yang terjadi
pada model 1, model 2, model 3, model 4 dan model 5 dimana perbandingan
dilakukan dengan arah yang sama, Gambar 4.23 menjelaskan perbandingan
kekakuan arah X dan Gambar 4.24 menjelaskan perbandingan kekakuan arah Y.

10
9
8
7
Tingkat (m)

Arah X Model 1
6
5 Arah X Model 2
4 Arah X Model 3
3
Arah X Model 4
2
1 Arah X Model 5
0
0 20000000 40000000 60000000

Kekakuan (kg/m)

Gambar 4.23: Perbandingan kekakuan arah X.

10
9
8
7 Arah Y Model 1
Tingkat (m)

6
5 Arah Y Model 2
4 Arah Y Model 3
3
Arah Y Model 4
2
1 Arah Y Model 5
0
0 20000000 40000000 60000000

Kekakuan (Kg/m)

Gambar 4.24: Perbandingan kekakuan arah Y.

130
Dari Gambar 4.23 dan Gambar 4.24 kekakuan antar lantai arah X tidak begitu
terlihat karena pada arah X tidak dipasang outrigger, kekakuan antar lantai arah Y
dimana pemasangan outrigger mengalami kekakuan yang lebih dibandingkan
dengan yang tidak dipasang outrigger.

4.2.8 Kontrol Kemampuan Dinding Geser Menerima Gaya Geser

Gedung yang memiliki sistem ganda sesuai dengan SNI 1726:2012 dimana
rangka pemikul momen harus mampu menahan paling sedikit 25% gaya gempa
desain. Tahanan gaya gempa total harus disediakan oleh kombinasi rangka
pemikul momen dan dinding geser atau rangka bracing, dengan distribusi yang
proporsional terhadap kekakuannya. Persentase penahan gempa untuk semua
model disajikan pada Tabel 4.52.

Tabel 4.52: Persentase penahan gaya gempa semua model.

Persentase Penahan Gaya


Gaya Yang Diterima (kgf)
Model Load Case Gempa (%)
SRPMK Sistem Ganda SRPMK Sistem Ganda
Gempa Arah X 646883 1244889,41 32,48 67,52
1
Gempa Arah Y 622381,6 1277665,67 32,76 67,24
Gempa Arah X 648898,9 1346513,26 32,52 67,48
2
Gempa Arah Y 627825 1280417,45 32,90 67,10
Gempa Arah X 649352,5 1348064,44 32,51 67,49
3
Gempa Arah Y 630994,2 1282315,12 32,98 67,02
Gempa Arah X 646439,7 1344025,48 32,48 67,52
4
Gempa Arah Y 622705,7 1261096,68 33,06 66,94
Gempa Arah X 641856,8 1335866,99 32,45 67,52
5
Gempa Arah Y 604106,6 1222939,68 33,06 66,94

131
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dalam pengerjaan tugas akhir ini, penulis dapat mengambil beberapa


kesimpulan setelah menganalisis perilaku struktur 10 lantai dengan berbagai
variasi pemasangan outrigger sebagai berikut:
1. Nilai perioda yang dihasilkan dari 5 model struktur adalah sebagai berikut:
 Periode getar struktur model 1 adalah 0,846 detik arah X dan 0,809 detik
arah Y.
 Periode getar struktur model 2 adalah 0,846 detik arah X dan 0,779 detik
arah Y.
 Periode getar struktur model 3 adalah 0,846 detik arah X dan 0,750 detik
arah Y.
 Periode getar struktur model 4 adalah 0,846 detik arah X dan 0,741 detik
arah Y.
 Periode getar struktur model 5 adalah 0,847 detik arah X dan 0,753 detik
arah Y.
2. Karena pengunaan Outrigger dapat mengurangi story drift yang dianggap
berbahaya untuk sebuah bangunan tingkat tinggi, maka nilai persentase dari 5
model adalah sebagai berikut:
 Model 1 untuk arah x 0% dan untuk arah Y 0% karena sebagai acuan.
 Model 2 untuk arah x 0,66% dan untuk arah Y 10,94%.
 Model 3 untuk arah x 0,77% dan untuk arah Y 15,28%.
 Model 4 untuk arah x 0,65% dan untuk arah Y 15,15%.
 Model 5 untuk arah x 0,45% dan untuk arah Y 12,26%.
Pada model struktur 3 dapat mengurangi story drift sebesar 15,28%, nilai ini
merupakan terbesar dari semua model struktur sehingga penempatan
outrigger yang efektif yaitu pada lantai 7.

132
3. Bangunan tingkat tinggi menggunakan sistem outrigger dapat membantu
dinding geser serta mengurangi story drift secara lateral dibandingkan dengan
bangunan identik yang tidak menggunakannya dan dapat memperkaku daerah
dimana outrigger dipasang.
4. Nilai persentase kemampuan menahan gaya lateral yang dihasilkan dari 5
model struktur adalah sebagai berikut:
 Model 1 untuk arah X (SRPMK) 32,48% dan (Sistem Ganda) 67,52%,
untuk arah Y (SRPMK) 32,76% dan (Sistem Ganda) 67,24%.
 Model 2 untuk arah X (SRPMK) 32,52% dan (Sistem Ganda) 67,48%,
untuk arah Y (SRPMK) 32,90% dan (Sistem Ganda) 67,10%.
 Model 3 untuk arah X (SRPMK) 32,51% dan (Sistem Ganda) 67,49%,
untuk arah Y (SRPMK) 32,98% dan (Sistem Ganda) 67,02%.
 Model 4 untuk arah X (SRPMK) 32,48% dan (Sistem Ganda) 67,52%,
untuk arah Y (SRPMK) 33,06% dan (Sistem Ganda) 66,94%.
 Model 5 untuk arah X (SRPMK) 32,45% dan (Sistem Ganda) 67,52%,
untuk arah Y (SRPMK) 33,06% dan (Sistem Ganda) 66,94%.
5. Setelah melakukan analisis respon spektrum maka terpenuhi hasil yang
ditinjau seperti base shear, story drift, perioda struktur, kekakuan.

5.2 Saran

Berikut ini adalah saran-saran yang dapat penulis sampaikan setelah


menjalani pengerjaan tugas akhir ini, yaitu:
1. Desain outrigger ini dapat digunakan sebagai salah satu teknologi untuk
pengembangan bangunan tingkat tinggi di Indonesia yang penggunaannya
telah banyak di luar negeri.
2. Pada tugas akhir ini penulis menggunakan analisa beban struktur gempa
hanya respon spektrum, maka penulis menyarankan untuk mencoba
menggunakan analisa beban struktur gempanya memakai time his story dan
aplikasi gempa lainnya.

133
3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat sebaiknya tanah yang ditinjau ada
3 jenis yaitu tanah keras, tanah sedang, tanah lunak. Di sini penulis hanya
meninjau pada 1 jenis tanah saja yaitu tanah lunak.

134
LAMPIRAN

A. Perhitungan Tebal Pelat Lantai

Perhitungan tebal pelat lantai utuk semua model sebagai berikut:


𝑓𝑦 𝑓𝑦
𝑙𝑛 (0,8+ ) 𝑙𝑛 ⁡
(0,8+ )
1500 1500
h(mak) ≤ h (min) ≥
36 36+ 9𝛽

Dimana:
h = ketebalan pelat
ln = bentang terpanjang
fy = mutu baja tulangan
β = ly/lx

ly = 6 m

lx = 3,5 m

Gambar L.1: Dimensi pelat lantai.

Lx = 3500 mm

Ly = 6000 mm
420
6000 (0,8 + 1500 )
h(mak) ≤ = 180 mm
36
420
6000 (0,8 +1500 )
h(min) ≥ 6000 = 125 mm
36+9 3500

Dipakai tebal pelat 130 mm = 0,13 m (untuk semua tipe pelat lantai dan atap).

1
B. Perhitungan Dimensi Tangga

B.1 Tangga Tipe 1

Gambar L.2: Tangga tipe 1.

 Data perencanaan tangga:


Tinggi antar lantai : 4,00 m
Lebar Tangga : 1,6 m
Kemiringa (α) : 26,33̊
Panjang Bordes : 3,5 m
Lebar Bordes :2m

 Mencari tinggi optrade dan panjang antrade:


Menurut diktat kontruksi bangunan sipil karangan Ir. Supriyanto

2
2 × Opt + Ant = 61~65
2 × (Ant × tg α) + Ant = 61~65
2 × (Ant × tg 26,33) + Ant = 61~65
0,99 Ant + Ant = 61~65
1,99 Ant = 65
Ant = 33 cm
Nilai antrade 33 cm digunakan pada tiap tingkat tangga tipe 1 dan nilai optrade
menjadi:
Opt = Ant × tg α
Opt = 33 × tg 26,33̊ = 16,33 cm
Sehingga dengan metode pendekatan akan didapatkan:
400
Jumlah Optrade = = 24 buah
16,33
Jumlah Antrade = 24 – 1 = 23 buah

 Menghitung tebal pelat tangga:


Tebal selimut beton : 4 cm
𝐻 200/𝑠𝑖𝑛 26,33
Tebal pelat tangga : hmin = = = 16,70 cm
27 27
Digunakan h = 16 cm = 0,16 m
𝑂𝑝𝑡 16,33
h’ = h + × cos α = 12 + × cos 26,33̊ = 19,32 = 0,1932 m
2 2
Maka ekivalen tebal anak tangga = 0,1932 – 0,16 = 0,0332 m

Gambar L.3: Dimensi anak tangga tipe 1.

3
B.1 Tangga Tipe 2

Gambar L.4: Tangga tipe 2.

 Data perencanaan tangga:


Tinggi antar lantai : 3,60 m
Lebar Tangga : 1,6 m
Kemiringa (α) : 24,13̊
Panjang Bordes : 3,5 m
Lebar Bordes :2m
 Mencari tinggi optrade dan panjang antrade:
Menurut diktat kontruksi bangunan sipil karangan Ir. Supriyanto
2 × Opt + Ant = 61~65
2 × (Ant × tg α) + Ant = 61~65
2 × (Ant × tg 24,13̊) + Ant = 61~65
0,90 Ant + Ant = 61~65
1,90 Ant = 65
Ant = 34 cm
Nilai antrade 34 cm digunakan pada tiap tingkat tangga tipe 2 dan nilai
optrade menjadi:
Opt = Ant × tg α
Opt = 34 × tg 24,13̊ = 15,23 cm
Sehingga dengan metode pendekatan akan didapatkan:
400
Jumlah Optrade = = 26 buah
15,23

Jumlah Antrade = 26 - 1 = 25 buah

 Menghitung tebal pelat tangga:


Tebal selimut beton : 4 cm
𝐻 180/𝑠𝑖𝑛 24,13̊
Tebal pelat tangga : hmin = = = 16,31
27 27
Digunakan h = 16 cm = 0,16 m
𝑂𝑝𝑡 26
h’ = h + × cos α = 12 + × cos 24,13̊ = 23,86 = 0,2386 m
2 2

Maka ekivalen tebal anak tangga = 0,2386 - 0,16 = 0,0786 m

Gambar L.3: Dimensi anak tangga tipe 2.

2
C. Gambar Gaya-Gaya Output ETABS

Gambar L.4: Gaya aksial pada kolom.

Gambar L.5: Grafik momen output etabs pada dinding geser.

3
Gambar L.6: Grafik gaya geser output etabs pada dinding geser.

Gambar L.7: grafik gaya geser pada kolom.

4
D. Cek Dimensi Kolom dan Balok

D.1 Cek Dimensi Kolom

Kolom harus memenuhi syarat komponen struktur lentur SRPMK


berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 21.5.
a. Ag.fc/10 > gaya aksial tekan terfaktor
b. Sisi terpendek kolom tidak kurang dari 300 mm
c. Rasio dimensi penampang tidak kurang dari 0,4
 Diketahui dimensi kolom;
b = 700 mm
h = 700 mm
 Material beton dan tulangan baja;
fc’ = 40 Mpa
fy = 390 Mpa
Selimut beton = 40 mm
Penyelesaian:
a. Gaya aksial pada kolom tidak boleh melebihi Ag.fc/10 (pasal 21.6.1 SNI
2847:2013).
Ag.fc/10 = 1960 KN > Pu = 1784,58 KN OK
Nilai Pu di dapat dari gaya aksial maksimum kombinasi 19 envelope
b. Sisi terpendek kolom tidak kurang dari 300 mm
Sisi terpendek kolom, d = 700 mm
Syarat Ok, d = 700 mm > 300 mm
c. Rasio dimensi penampang tidak kurang dari 0,4
Rasio antara b dan d = 700/700 = 1
Syarat Ok, b/d = 1 > 0,4

D.2 Cek Dimensi Balok

Cek apakah balok memenuhi definisi komponen struktur lentur berdasarkan


SNI 2847:2013 Pasal 21.5.
a. Gaya tekan aksial terfaktor pada komponen struktur lentur dibatasi
maksimum (0,1.Ag.fc).

5
b. Bentang bersih komponen struktur tidak boleh lebih dari 4 kali tinggi
efektifnya.
c. Perbandingan lebar terhadap tinggi tidak boleh kurang dari 0,3.
d. Lebar komponen tidak boleh lebih 250 mm, melebihi lebar komponen
struktur pendukung (diukur pada bidang tegak lurus terhadap sumbu
longitudinal komponen struktur lentur) ditambah jarak pada tiap sisi
komponen struktur pendukung yang tidak melebihi 0,75 (3/4) tinggi
komponen struktur lentur.
 Diketahui dimensi balok;
b = 500 mm
h = 800 mm
 Material beton dan baja
fc’ = 40 Mpa
fy = 390 Mpa
Selimut beton = 40 mm
Penyelesaian:
a. Gaya tekan aksial terfaktor pada komponen struktur lentur dibatasi
maksimum (0,1.Ag.fc).
0,1.Ag.fc = 1600 KN > Nu = 185,32 KN OK
Nilai Nu di dapat dari gaya aksial maksimum kombinasi 19 envelope
b. Bentang bersih komponen struktur tidak boleh lebih dari 4 kali tinggi
efektifnya. Asumsi hanya satu lapis tulangan positif yang perlu dipasang,
selimut beton 40 cm, sengkang menggunakan tulangan D 12 mm, dan baja
tulangan longitudinal yang dipakai adalah D 20 mm.
de = d = 800 mm ̶ (40 mm + 12 mm + 20 mm) = 728 mm
ln/de = 7000 mm/728mm = 9,615 OK
c. Perbandingan lebar terhadap tinggi tidak boleh kurang dari 0,3
b/h = 500/800 = 0,625 > 0,3 OK
d. Lebar komponen tidak boleh kurang dari 250. Melebihi lebar komponen
struktur pendukung (diukur pada bidang tegak lurus terhadap sumbu
longitudinal komponen struktur lentur) ditambah jarak pada pendukung
yang tidak melebihi ¾ tinggi komponen struktur lentur.

6
Lebar balok, b = 500 < lebar kolom = 700 mm OK

E. Analisa dan Syarat Batas Dinding Geser


Refrensi : By Iswandi Imran dan Fajar Hendrik (2009)
Data perencanaa:
Tinggi 36,4 m
Panjang total 4m
Panjang badan 6m
Tebal 350 mm
fc’ 40 Mpa
Fy 390 Mpa
Vu 4993,52 KN
Mu 21949,48 KN.M
Pu 704,41 KN
Φ 0,75
Cd 5,5
Fyh 235 Mpa
Ie 1
Selimut beton 40 mm

1. Tentukan kebutuhan baja tulangan vertikal dan horizontal minimum.


a. Diperiksa apakah dibutuhkan dua lapis tulangan
Baja tulangan vertikal dan horizontal masing-masing harus dipasang dua
lapis apabila gaya geser bidang terfaktor yang bekerja pada dinding
melebihi:
(1/6) Acv √fc’
Acv = 6000 m × 0,35 m
= 2,100 m2
= 2100000 mm2
(1/6) Acv √fc’ = (1/6) × 2100000 × 400,5
= 2213594 N
= 2214 KN

7
Maka cek terhadap dua lapis tuangan: 4994 KN > 2214 KN OK dipakai 2
lapis tulangan.
b. Perhitungan kebutuhan baja tulangan vertikal dan horizontal.
Untuk dinding struktural, ρv dan horizontal ρv minimum = 0,0025
Spasi maksimum masing-masing tulangan adalah = 450 mm
Luas penampang horizontal dan vertikal dinding geser per meter panjang:
= 0,35 m × 1 m
= 0,35 m2
Luas minimum kebutuhan tulangan per meter panjang arah horizontal dan
vertikal:
= 0,35 m2 × 0,0025
= 0,000875 m2
= 875 mm2

Tabel L.1: Baja tulangan D 18.


Dimensi
Jenis
Diameter Luas / bar Jumlah As (mm2)
D (mm) (mm2)
18 18 254 2 509

Karena digunakan dua lapis tulangan, jumlah tulangan yang diperlukan


per meter panjang adalah:
n = 875/509
= 1,72
= 2 Pasang
s = 1000/2
= 500 mm
Tidak Ok (tidak memenuhi syarat batas spasi maksimum, spasi harus
diperkecil dan tidak boleh melebihi 450 mm).
Jadi, digunakan tulangan 2D18-300 mm.

8
2. Tentukan baja tulangan untuk menehan geser
Gunakan konfigurasi tulangan dinding yang diperbolehkan sebelumnya,
yaitu: 2D18-300 mm berdasarkan SNI Beton BSN 2002b, kuat geser
nominal dinding struktural dapat dihitung dengan persamaan berikut, (SNI
Beton pers. 27)
Vn = Acv (ac √fc’ + ρn fy)
Dimana:
hw/lw = tinggi total dinding/panjang dinding
= 36,4 m / 6m
= 6,07 > 2 OK
Karena hw/lw > 2, maka ac = 0,167 = 1/6
Pada dinding terdapat tulangan horizontal dengan konfigurasi 2D18-300
Rasio tulangan horizontal terpasang adalah:
ρn = As/(s × t)
ρn = As/(s × t) = 502/(300 × 350)
= 0,0048
ρn > ρn min = 0,0048 > 0,0025 OK
kuat geser nominal:
Vn = Acv (ac √fc’ + ρn fy)
= 2100000 ((0,1670 × 400,5) + (0,0048 × 390))
= 6185726 N
= 6186 KN
Kuat geser perlu:
φVn = 0,75 × 6186
= 4639 KN
Vu > φVn, OK dinding cukup kuat menahan geser
Kuat geser nominal maksimum:
(5/6) Acv √fc’ = (5/6) × 2100000 ×400,5
= 11067972 N
= 11068 KN
Kuat geser nominal masih di bawah batas kuat geser nominal maksimum

9
Oleh karena itu, konfigurasi tulangan 2D18-300 mm (sebagaimana didapat
langkah 1 dapat digunakan).
Rasio tulangan ρv tidak boleh kurang dari ρn apabila (hw/lw < 2).
Karena hw/lw = 6,07 maka dapat digunakan rasio tulangan minimum
Jadi, gunakan 2D18-300 mm untuk tulangan vertikal

Rangkuman untuk tulangan


Horizontal 2D18-300 mm
Vertikal 2D18-300 mm

3. Tentukan apakah special boundary element (komponen batas) diperlukan?


special boundary element diperlukan apabila kombinasi momen dan gaya
terfaktur yang bekerja pada shear wall melebihi 0,2fc’
a. Special boundary element diperlukan jika:
((Pu / Ag) + (Mu y / I)) > 0,2 fc’
Besar persamaan di atas adalah:
Ag = 1,4 m2
I = (1/12) × 0,35 × 43
= 1,87 m4
= 4/2
=2m
Jadi,
((Pu / Ag) + (Mu y / I)) = (702/1,40) + ((21949 × 2) / 2)
= 24020 KN/m2
= 24,02 Mpa
Sedangkan
0,2 fc’ = 0,2 × 40
= 8 Mpa OK
Jadi, berdasarkan perhitungan tegangan dibutuhkan komponen batas
khusus pada dinding struktur.

10
F. Perhitungan Komponen Outrigger
Perhitungan komponen outrigger menggunakan baja 200 × 200 × 8 × 12
dapat dilihat di bawah ini:
Dimensi profil 200 × 200 × 8 × 12 adalah sebagai berikut:
Ag = 6353 mm2 tw = 8 mm
tf = 12 mm E = 200000 Mpa
ry = 50,2 mm Zy = 160000 mm3
r = 13 mm fu = 410 Mpa
fy = 250 Mpa Ix = 472000000 mm4
rx =862 mm Lb = 6000 mm
Iy = 160000000 mm4 Zx = 472000 mm3
 Cek syarat bahan:
o Cek fy < 350 Mpa (berdasarkan SNI 1729:2015).
250 < 350 Mpa OK
o Cek fy/fu < 0,85
250/410 Mpa = 0,61 <0,85 OK
Di ambil gaya ultimate yang bekerja pada outrigger dengan bantuan
ETABS Ver. 15 adalah sebagai berikut:
Mu = 63,10 KN-m Vu = 54,027 KN
 Untuk pelat sayap:
𝑏𝑓
o λf =
2𝑡𝑓
200
=
2 ×12
= 8,333 mm

𝐸
o λps = 0,3
𝑓𝑦

200000
= 0,3
250

= 8,485
λf < λps OK

11
 Untuk pelat badan

o λw =
𝑡𝑤
250
= = 31,25 mm
8

𝐸
o λps = 3,76
𝑓𝑦

200000
= 3,76
250

= 100,349 mm
λf < λps OK
665
o λr =
𝑓𝑦

665
=
250
= 42,058 mm
λw < λr OK
dengan syarat di atas maka pelat sayap dan pelat badan pada profil 200 × 200
× 8 × 12 memenuhi syarat kelangsingan tekuk lokal dan merupakan penampang
kompak.
 Kapasitas Mp
o Mn = Mp = Zx × fy
o Mn = fy × (𝐴𝑖 × 𝑦𝑖)
1
o Mn = fy × 𝑏 × 𝑡𝑓 × 𝑑 − 𝑡𝑓 + 𝑡𝑤(2 𝑑 − 𝑡𝑓)2
1
200 ×12 × 200−12 +8(2 200−12)2
o Mn = 250 ×
1000000
o Mn = 128,288 KNm
o ƟMn = 0,9 ×128,288 = 115,459 KNm
ƟMn > Mu = 115,459 KNm > 63,10 KNm OK

12
G.1 Model 1

Tabel L.2: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 1 arah X dan Y.

Frame 1 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
12 Arah X 12976,73 6469,78 12 Arah Y 4020,42 11590,25
62 Arah X 11077,1 5115,04 62 Arah Y 3503,57 12652,96
17 Arah X 10256,87 2279,64 17 Arah Y 3080,37 7590,83
22 Arah X 9349,59 2328,59 22 Arah Y 2808,91 7753,5
27 Arah X 9324,51 2329,69 27 Arah Y 2801,42 7756,93
32 Arah X 9425,42 2329,72 32 Arah Y 2831,67 7757,09
37 Arah X 7202,63 2285,21 37 Arah Y 2166,68 7609,61
69612,85 23137,67 21213,04 62711,17
Total 92750,52 Total 83924,21

Tabel L.3: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 2 Arah X dan Y.

Frame 2 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
13 Arah X 15868,27 19301,56 13 Arah Y 4853,68 9446,03
57 Arah X 11190,19 1790,75 57 Arah Y 3360,89 5958,6
18 Arah X 10264,91 2610,68 18 Arah Y 3084,55 8668,01
23 Arah X 9415,06 2785,62 23 Arah Y 2828,35 9268,24
28 Arah X 9385,84 2791,92 28 Arah Y 2819,81 9273,97
33 Arah X 9411,49 2698,52 33 Arah Y 2826,58 8981,6
38 Arah X 7232,81 2951,73 38 Arah Y 2172,43 9828,94
72768,57 34930,78 21946,29 61425,39
Total 107699,35 Total 83371,68

Tabel L.4: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 3 Arah X dan Y.

Frame 3 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
14 Arah X 7463,18 2981,7 14 Arah Y 2261,04 9924,85
19 Arah X 49889,89 24305,08 19 Arah Y 19126,47 63606,08

13
Tabel L.4: Lanjutan

Frame 3 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
108 Arah X 65613,25 1569,39 108 Arah Y 29012,3 5120,53
53 Arah X 55391,19 1083,66 53 Arah Y 27978,09 3415,97
24 Arah X 10775,58 2406,12 24 Arah Y 3288,5 8004,18
29 Arah X 10781,85 2410,06 29 Arah Y 3264,98 8003,79
55 Arah X 55608,86 1091,58 55 Arah Y 27369,29 3407,74
188 Arah X 65777,1 1576,36 188 Arah Y 28133,63 5111,59
34 Arah X 49759,77 23984,74 34 Arah Y 19668,27 63760,54
39 Arah X 7430,76 2944,92 39 Arah Y 2283,55 9806,73
378491,43 64353,61 162386,1 180162
442845,04 342548,12

Tabel L.5: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 4 Arah X dan Y.

Frame 4 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
15 Arah X 7431,07 2943,6 15 Arah Y 2283,73 9801,46
20 Arah X 49759,31 23972,69 20 Arah Y 19668,59 63740,55
111 Arah X 65785 1576,2 111 Arah Y 28125,86 5109,97
48 Arah X 55616,97 1091,57 48 Arah Y 27361,09 3406,69
25 Arah X 10782,59 2409,89 25 Arah Y 3264,99 8002,97
30 Arah X 10776,32 2406,34 30 Arah Y 3288,86 8004,99
50 Arah X 55399,98 1084,12 50 Arah Y 27988,73 3417,03
191 Arah X 65621,72 1569,98 191 Arah Y 29022,73 5122,17
35 Arah X 49889,42 24300,61 35 Arah Y 19125,83 63625,66
40 Arah X 7463,48 2983,14 40 Arah Y 2261,01 9930,28
378525,86 64338,14 162391,4 180161,8
Total 442864 Total 342553,19

14
Tabel L.6: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 5 Arah X dan Y.

Frame 5 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
16 Arah X 7234,02 2950,46 16 Arah Y 2172,72 9823,68
21 Arah X 9413,08 2697,74 21 Arah Y 2826,94 8978,72
26 Arah X 9387,42 2791,72 26 Arah Y 2820,21 9272,96
31 Arah X 9416,61 2785,9 31 Arah Y 2828,74 9269,25
36 Arah X 10266,77 2611,23 36 Arah Y 3085,06 8670,73
46 Arah X 11192,11 1791,42 46 Arah Y 3361,3 5961,44
41 Arah X 16153,02 19178,25 41 Arah Y 4940,19 9398,24
73063,03 34806,72 22035,16 61375,02
Total 107869,75 Total 83410,18

Tabel L.7: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 6 Arah X dan Y.

Frame 6 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
1 Arah X 7204,67 2284,2 1 Arah Y 2167,3 7605,43
3 Arah X 9428,13 2329,11 3 Arah Y 2832,36 7754,56
5 Arah X 9327,19 2329,49 5 Arah Y 2802,11 7756,08
7 Arah X 9352,25 2328,8 7 Arah Y 2809,59 7754,35
9 Arah X 10260,27 2280,32 9 Arah Y 3081,13 7593,54
10 Arah X 11035,18 5127,11 10 Arah Y 3538,23 12671,74
11 Arah X 12996,04 6453,18 11 Arah Y 4053,25 11553,36
69603,73 23132,21 21283,97 62689,06
Total 92735,94 Total 83973,03

Tabel L.8: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 7 Arah X dan Y.

Frame 7 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
12 Arah X 12976,7 6469,78 12 Arah Y 4020,42 11590,3
13 Arah X 15868,3 19301,6 13 Arah Y 4853,68 9446,03
14 Arah X 7463,18 2981,7 14 Arah Y 2261,04 9924,85
15 Arah X 7431,07 2943,6 15 Arah Y 2283,73 9801,46
16 Arah X 7234,02 2950,46 16 Arah Y 2172,72 9823,68
1 Arah X 7204,67 2284,2 1 Arah Y 2167,3 7605,43

15
Tabel L.8: Lanjutan

Frame 7 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
58177,9 36931,3 17758,9 58191,7
Total 95109,24 Total 75950,59

Tabel L.9: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 9 Arah X dan Y.

Frame 8 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
17 Arah X 10256,9 2279,64 17 Arah Y 3080,37 7590,83
18 Arah X 10264,9 2610,68 18 Arah Y 3084,55 8668,01
19 Arah X 49889,9 24305,1 19 Arah Y 19126,5 63606,1
96 Arah X 7430,05 24944,2 96 Arah Y 2232,18 83053,2
20 Arah X 49759,3 23972,7 20 Arah Y 19668,6 63740,6
21 Arah X 9413,08 2697,74 21 Arah Y 2826,94 8978,72
3 Arah X 9428,13 2329,11 3 Arah Y 2832,36 7754,56
146442 83139,1 52851,5 243392
Total 229581,33 Total 296243,44

Tabel L.10: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 9 Arah X dan Y.

Frame 9 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
22 Arah X 9349,59 2328,59 22 Arah Y 2808,91 7753,5
23 Arah X 9415,06 2785,62 23 Arah Y 2828,35 9268,24
24 Arah X 10775,6 2406,12 24 Arah Y 3288,5 8004,18
25 Arah X 10782,6 2409,89 25 Arah Y 3264,99 8002,97
26 Arah X 9387,42 2791,72 26 Arah Y 2820,21 9272,96
5 Arah X 9327,19 2329,49 5 Arah Y 2802,11 7756,08
59037,4 15051,4 17813,1 50057,9
Total 74088,86 Total 67871

16
Tabel L.11: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 10 Arah X dan Y.

Frame 10 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
27 Arah X 9324,51 2329,69 27 Arah Y 2801,42 7756,93
28 Arah X 9385,84 2791,92 28 Arah Y 2819,81 9273,97
29 Arah X 10781,9 2410,06 29 Arah Y 3264,98 8003,79
30 Arah X 10776,3 2406,34 30 Arah Y 3288,86 8004,99
31 Arah X 9416,61 2785,9 31 Arah Y 2828,74 9269,25
7 Arah X 9352,25 2328,8 7 Arah Y 2809,59 7754,35
59037,4 15052,7 17813,4 50063,3
Total 74090,09 Total 67876,68

Tabel L.12: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 11 Arah X dan Y.

Frame 11 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
32 Arah X 9425,42 2329,72 32 Arah Y 2831,67 7757,09
33 Arah X 9411,49 2698,52 33 Arah Y 2826,58 8981,6
34 Arah X 49759,8 23984,7 34 Arah Y 19668,3 63760,5
192 Arah X 7430,05 24950,7 192 Arah Y 2232,18 83081
35 Arah X 49889,4 24300,6 35 Arah Y 19125,8 63625,7
36 Arah X 10266,8 2611,23 36 Arah Y 3085,06 8670,73
9 Arah X 10260,3 2280,32 9 Arah Y 3081,13 7593,54
146443 83155,9 52850,7 243470
Total 229599,04 Total 296320,92

Tabel L.13: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 12 Arah X dan Y.

Frame 12 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
37 Arah X 7202,63 2285,21 37 Arah Y 2166,68 7609,61
38 Arah X 7232,81 2951,73 38 Arah Y 2172,43 9828,94
39 Arah X 7430,76 2944,92 39 Arah Y 2283,55 9806,73
40 Arah X 7463,48 2983,14 40 Arah Y 2261,01 9930,28
41 Arah X 16153 19178,3 41 Arah Y 4940,19 9398,24
11 Arah X 12996 6453,18 11 Arah Y 4053,25 11553,4
58478,7 36796,4 17877,1 58127,2
Total 95275,17 Total 76004,27

17
G.2 Model 2

Tabel L.14: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 1 Arah X dan Y.

Frame 1 SRPMK
Load Load
Joint Case FX FY Joint Case FX FY
12 Arah X 12997,55 6445,74 12 Arah Y 4082,35 11847,28
62 Arah X 11106,42 5098,4 62 Arah Y 3466,55 12885,47
17 Arah X 10266,72 2315,27 17 Arah Y 3085,55 7706,93
22 Arah X 9351,39 2360,64 22 Arah Y 2808,19 7858,79
27 Arah X 9325,33 2361,46 27 Arah Y 2800,73 7861,72
32 Arah X 9432,71 2365,54 32 Arah Y 2832,75 7874,92
37 Arah X 7215,69 2316 37 Arah Y 2167,71 7709,07
69695,81 23263,1 21243,83 63744,18
Total 92958,86 Total 84988,01

Tabel L.15: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 2 Arah X dan Y.

Frame 2 SRPMK
Load Load
Joint Case FX FY Joint Case FX FY
13 Arah X 15903,75 19431,9 13 Arah Y 4915,92 9310,44
57 Arah X 11227,31 1814,22 57 Arah Y 3378,94 6041,5
18 Arah X 10282,09 2633,7 18 Arah Y 3087,8 8763,16
23 Arah X 9408,55 2818,61 23 Arah Y 2825,4 9358,81
28 Arah X 9383,13 2814,17 28 Arah Y 2818,27 9365,38
33 Arah X 9418,52 2730,26 33 Arah Y 2829,36 9070,93
38 Arah X 7247,76 2980,04 38 Arah Y 2176,55 9919,7
72871,11 35222,9 22032,24 61829,92
Total 108093,99 Total 83862,16

Tabel L.16: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 3 Arah X dan Y.

Frame 3 Sistem Ganda


Load Load
Joint Case FX FY Joint Case FX FY
14 Arah X 7462,14 3010,49 14 Arah Y 2272,13 10004,77
19 Arah X 49499,04 23800,5 19 Arah Y 18643,32 64134,42
108 Arah X 65973,11 1606,65 108 Arah Y 28758,37 5203,08

18
Tabel L.16: Lanjutan

Frame 3 Sistem Ganda


Load Load
Joint Case FX FY Joint Case FX FY
53 Arah X 55917,56 1112,65 53 Arah Y 26866,66 3472,7
24 Arah X 10798,14 2438,33 24 Arah Y 3271,22 8093,41
29 Arah X 10789,45 2432,45 29 Arah Y 3279,87 8093,96
55 Arah X 55550,27 1098,8 55 Arah Y 27178,74 3472,57
188 Arah X 65738,65 1593,09 188 Arah Y 28980,69 5203
34 Arah X 49777,23 24299,2 34 Arah Y 18567,57 64102,03
39 Arah X 7439,2 2971,99 39 Arah Y 2268,23 9888,19
378944,8 64364,2 160086,8 181668,1
Total 443308,95 Total 341754,93

Tabel L.17: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 4 Arah X dan Y.

Frame 4 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
15 Arah X 7439,5 2970,72 15 Arah Y 2268,4 9885,34
20 Arah X 49777 24288 20 Arah Y 18567,89 64091,16
111 Arah X 65746,33 1592,93 111 Arah Y 28977,87 5202,14
48 Arah X 55557,93 1098,78 48 Arah Y 27175,49 3472,02
25 Arah X 10790,15 2432,29 25 Arah Y 3280,03 8093,52
30 Arah X 10798,85 2438,55 30 Arah Y 3271,57 8093,86
50 Arah X 55925,8 1113,09 50 Arah Y 26873,55 3473,28
191 Arah X 65981,3 1607,22 191 Arah Y 28765,33 5203,96
35 Arah X 49498,78 23796,5 35 Arah Y 18643,03 64144,69
40 Arah X 7462,44 3011,89 40 Arah Y 2272,19 10007,73
378978,1 64349,9 160095,4 181667,7
Total 443328,01 Total 341763,05

Tabel L.18: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 5 Arah X dan Y.

Frame 5 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
16 Arah X 7248,92 2978,81 16 Arah Y 2176,99 9916,85
21 Arah X 9420,04 2729,52 21 Arah Y 2829,91 9069,36
26 Arah X 9384,64 2813,97 26 Arah Y 2818,82 9364,83

19
Tabel L.18: Lanjutan

Frame 5 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
31 Arah X 9410,04 2818,88 31 Arah Y 2825,97 9359,36
36 Arah X 10283,87 2634,23 36 Arah Y 3088,46 8764,62
46 Arah X 11229,15 1814,87 46 Arah Y 3379,66 6043,16
41 Arah X 16188,74 19307,8 41 Arah Y 5004,26 9260,01
73165,4 35098,1 22124,07 61778,19
Total 108263,52 Total 83902,26

Tabel L.19: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 6 Arah X dan Y.

Frame 6 SRPMK
Load Load
Joint Case FX FY Joint Case FX FY
1 Arah X 7217,64 2315,01 1 Arah Y 2168,53 7706,79
3 Arah X 9435,3 2364,95 3 Arah Y 2833,72 7873,55
5 Arah X 9327,9 2361,26 5 Arah Y 2801,69 7861,26
7 Arah X 9353,93 2360,84 7 Arah Y 2809,17 7859,26
9 Arah X 10270,01 2315,92 9 Arah Y 3086,63 7708,51
10 Arah X 11064,46 5110,3 10 Arah Y 3496,34 12902,52
11 Arah X 13016,73 6429,06 11 Arah Y 4122,37 11807,67
69685,97 23257,3 21318,45 63719,56
Total 92943,31 Total 85038,01

Tabel L.20: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 7 Arah X dan Y.

Frame 7 SRPMK
Load Load
Joint Case FX FY Joint Case FX FY
12 Arah X 12997,6 6445,74 12 Arah Y 4082,35 11847,3
13 Arah X 15903,8 19431,9 13 Arah Y 4915,92 9310,44
14 Arah X 7462,14 3010,49 14 Arah Y 2272,13 10004,8
15 Arah X 7439,5 2970,72 15 Arah Y 2268,4 9885,34
16 Arah X 7248,92 2978,81 16 Arah Y 2176,99 9916,85
1 Arah X 7217,64 2315,01 1 Arah Y 2168,53 7706,79
58269,5 37152,7 17884,3 58671,5
Total 95422,15 Total 76555,79

20
Tabel L.21: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 8 Arah X dan Y.

Frame 8 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
17 Arah X 10266,7 2315,27 17 Arah Y 3085,55 7706,93
18 Arah X 10282,1 2633,7 18 Arah Y 3087,8 8763,16
19 Arah X 49499 23800,5 19 Arah Y 18643,3 64134,4
96 Arah X 7435,49 25682 96 Arah Y 2233,05 85509,3
20 Arah X 49777 24288 20 Arah Y 18567,9 64091,2
21 Arah X 9420,04 2729,52 21 Arah Y 2829,91 9069,36
3 Arah X 9435,3 2364,95 3 Arah Y 2833,72 7873,55
146116 83814 51281,2 247148
Total 229929,64 Total 298429,08

Tabel L.22: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 9 Arah X dan Y.

Frame 9 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
22 Arah X 9351,39 2360,64 22 Arah Y 2808,19 7858,79
23 Arah X 9408,55 2818,61 23 Arah Y 2825,4 9358,81
24 Arah X 10798,1 2438,33 24 Arah Y 3271,22 8093,41
25 Arah X 10790,2 2432,29 25 Arah Y 3280,03 8093,52
26 Arah X 9384,64 2813,97 26 Arah Y 2818,82 9364,83
5 Arah X 9327,9 2361,26 5 Arah Y 2801,69 7861,26
59060,8 15225,1 17805,4 50630,6
Total 74285,87 Total 68435,97

Tabel L.23: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 10 Arah X dan Y.

Frame 10 SRPMK
Load Load
Joint Case FX FY Joint Case FX FY
27 Arah X 9325,33 2361,46 27 Arah Y 2800,73 7861,72
28 Arah X 9383,13 2814,17 28 Arah Y 2818,27 9365,38
29 Arah X 10789,5 2432,45 29 Arah Y 3279,87 8093,96
30 Arah X 10798,9 2438,55 30 Arah Y 3271,57 8093,86
31 Arah X 9410,04 2818,88 31 Arah Y 2825,97 9359,36
7 Arah X 9353,93 2360,84 7 Arah Y 2809,17 7859,26
59060,7 15226,4 17805,6 50633,5
Total 74287,08 Total 68439,12

21
Tabel L.24: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 11 Arah X dan Y.

Frame 11 Sistem Ganda


Load Load
Joint Case FX FY Joint Case FX FY
32 Arah X 9432,71 2365,54 32 Arah Y 2832,75 7874,92
33 Arah X 9418,52 2730,26 33 Arah Y 2829,36 9070,93
34 Arah X 49777,2 24299,2 34 Arah Y 18567,6 64102
192 Arah X 7435,49 25688,4 192 Arah Y 2233,05 85523,8
35 Arah X 49498,8 23796,5 35 Arah Y 18643 64144,7
36 Arah X 10283,9 2634,23 36 Arah Y 3088,46 8764,62
9 Arah X 10270 2315,92 9 Arah Y 3086,63 7708,51
146117 83830,1 51280,9 247190
Total 229946,66 Total 298470,39

Tabel L.25: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 12 Arah X dan Y.

Frame 12 SRPMK
Load Load
Joint Case FX FY Joint Case FX FY
37 Arah X 7215,69 2316 37 Arah Y 2167,71 7709,07
38 Arah X 7247,76 2980,04 38 Arah Y 2176,55 9919,7
39 Arah X 7439,2 2971,99 39 Arah Y 2268,23 9888,19
40 Arah X 7462,44 3011,89 40 Arah Y 2272,19 10007,7
41 Arah X 16188,7 19307,8 41 Arah Y 5004,26 9260,01
11 Arah X 13016,7 6429,06 11 Arah Y 4122,37 11807,7
58570,6 37016,8 18011,3 58592,4
Total 95587,38 Total 76603,68

22
G.3 Model 3

Tabel L.26: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 1 Arah X dan Y.

Frame 1 SRPMK
Load Load
Joint Case FX FY Joint Case FX FY
12 Arah X 12993,35 6430,58 12 Arah Y 4107,51 11945,82
62 Arah X 11108,47 5092,9 62 Arah Y 3451,8 12986,78
17 Arah X 10263,97 2335,69 17 Arah Y 3088,86 7768,48
22 Arah X 9348,73 2382,15 22 Arah Y 2809,09 7923,44
27 Arah X 9322,08 2382,82 27 Arah Y 2802,52 7925,91
32 Arah X 9430,2 2385,46 32 Arah Y 2834,1 7933,53
37 Arah X 7215,6 2336,81 37 Arah Y 2168,55 7770,88
69682,4 23346,4 21262,43 64254,84
Total 93028,81 Total 85517,27

Tabel L.27: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 2 Arah X dan Y.

Frame 2 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
13 Arah X 15901,3 19459 13 Arah Y 4934,31 9301,41
57 Arah X 11235,93 1832,23 57 Arah Y 3388,06 6098,03
18 Arah X 10286,16 2649,51 18 Arah Y 3091,46 8814,84
23 Arah X 9401,6 2841,05 23 Arah Y 2825,07 9418,97
28 Arah X 9377,13 2832,73 28 Arah Y 2819,18 9425,66
33 Arah X 9416,21 2748,52 33 Arah Y 2831,3 9117,83
38 Arah X 7250,68 3000,85 38 Arah Y 2178,76 9979,55
72869,01 35363,8 22068,14 62156,29
Total 108232,85 Total 84224,43

Tabel L.28: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 3 Arah X dan Y.

Frame 3 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
14 Arah X 7458,66 3032,91 14 Arah Y 2275,76 10065,43
19 Arah X 49387,03 23695,6 19 Arah Y 18217,98 64478,72
108 Arah X 66083,42 1630,43 108 Arah Y 28748,36 5265,11

23
Tabel L.28: Lanjutan

Frame 3 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
53 Arah X 56020,7 1130 53 Arah Y 26209,84 3515,74
24 Arah X 10799,11 2461,06 24 Arah Y 3264,43 8156,04
29 Arah X 10785,89 2451,63 29 Arah Y 3281,62 8156,87
55 Arah X 55483,43 1108,42 55 Arah Y 26803,53 3517,88
188 Arah X 65700,07 1609,53 188 Arah Y 29325,79 5267,22
34 Arah X 49761,98 24471,3 34 Arah Y 17954,91 64367,38
39 Arah X 7438,86 2993,3 39 Arah Y 2263,54 9947,94
378919,2 64584,2 158345,8 182738,3
Total 443503,32 Total 341084,09

Tabel L.29: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 4 Arah X dan Y.

Frame 4 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
15 Arah X 7439,36 2992,4 15 Arah Y 2263,73 9946,93
20 Arah X 49763,07 24458,7 20 Arah Y 17955,28 64363,37
111 Arah X 65711,05 1609,6 111 Arah Y 29326,92 5266,95
48 Arah X 55492,94 1108,58 48 Arah Y 26803,71 3517,7
25 Arah X 10786,85 2451,55 25 Arah Y 3281,92 8156,72
30 Arah X 10800,07 2461,23 30 Arah Y 3264,81 8156,19
50 Arah X 56030,54 1130,46 50 Arah Y 26214,05 3515,93
191 Arah X 66094,69 1630,98 191 Arah Y 28752,69 5265,4
35 Arah X 49388,11 23687,6 35 Arah Y 18218,32 64481,93
40 Arah X 7459,15 3033,96 40 Arah Y 2275,91 10066,53
378965,8 64565 158357,3 182737,7
Total 443530,87 Total 341094,99

Tabel L.30: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 5 Arah X dan Y.

Frame 5 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
16 Arah X 7252,48 3000,02 16 Arah Y 2179,4 9978,54
21 Arah X 9418,46 2747,96 21 Arah Y 2832,09 9117,27
26 Arah X 9379,36 2832,62 26 Arah Y 2819,97 9425,46

24
Tabel L.30: Lanjutan

Frame 5 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
31 Arah X 9403,81 2841,26 31 Arah Y 2825,86 9419,17
36 Arah X 10288,61 2649,78 36 Arah Y 3092,31 8815,35
46 Arah X 11238,97 1832,65 46 Arah Y 3389,23 6098,76
41 Arah X 15902,09 19457,1 41 Arah Y 4936,37 9266,2
72883,78 35361,4 22075,23 62120,75
Total 108245,2 Total 84195,98

Tabel L.31: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 6 Arah X dan Y.

Frame 6 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
1 Arah X 7218,61 2336,14 1 Arah Y 2169,65 7770,07
3 Arah X 9434,01 2385,06 3 Arah Y 2835,45 7933,04
5 Arah X 9325,86 2382,69 5 Arah Y 2803,85 7925,74
7 Arah X 9352,49 2382,29 7 Arah Y 2810,43 7923,61
9 Arah X 10268,33 2336,16 9 Arah Y 3090,31 7769,19
10 Arah X 11087,25 5087,48 10 Arah Y 3484,45 13000,06
11 Arah X 13033,05 6423,36 11 Arah Y 4156,68 11906
69719,6 23333,2 21350,82 64227,71
Total 93052,78 Total 85578,53

Tabel L.32: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 7 Arah X dan Y.

Frame 7 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
12 Arah X 12993,4 6430,58 12 Arah Y 4107,51 11945,8
13 Arah X 15901,3 19459 13 Arah Y 4934,31 9301,41
14 Arah X 7458,66 3032,91 14 Arah Y 2275,76 10065,4
15 Arah X 7439,36 2992,4 15 Arah Y 2263,73 9946,93
16 Arah X 7252,48 3000,02 16 Arah Y 2179,4 9978,54
1 Arah X 7218,61 2336,14 1 Arah Y 2169,65 7770,07
58263,8 37251 17930,4 59008,2
Total 95514,76 Total 76938,56

25
Tabel L.33: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 8 Arah X dan Y.

Frame 8 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
17 Arah X 10264 2335,69 17 Arah Y 3088,86 7768,48
18 Arah X 10286,2 2649,51 18 Arah Y 3091,46 8814,84
19 Arah X 49387 23695,6 19 Arah Y 18218 64478,7
96 Arah X 7435,23 26249,1 96 Arah Y 2234,68 87329,6
20 Arah X 49763,1 24458,7 20 Arah Y 17955,3 64363,4
21 Arah X 9418,46 2747,96 21 Arah Y 2832,09 9117,27
3 Arah X 9434,01 2385,06 3 Arah Y 2835,45 7933,04
145988 84521,6 50255,8 249805
Total 230509,57 Total 300061,1

Tabel L.34: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 9 Arah X dan Y.

Frame 9 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
22 Arah X 9348,73 2382,15 22 Arah Y 2809,09 7923,44
23 Arah X 9401,6 2841,05 23 Arah Y 2825,07 9418,97
24 Arah X 10799,1 2461,06 24 Arah Y 3264,43 8156,04
25 Arah X 10786,9 2451,55 25 Arah Y 3281,92 8156,72
26 Arah X 9379,36 2832,62 26 Arah Y 2819,97 9425,46
5 Arah X 9325,86 2382,69 5 Arah Y 2803,85 7925,74
59041,5 15351,1 17804,3 51006,4
Total 74392,63 Total 68810,7

Tabel L.35: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 8 Arah X dan Y.

Frame 10 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
27 Arah X 9322,08 2382,82 27 Arah Y 2802,52 7925,91
28 Arah X 9377,13 2832,73 28 Arah Y 2819,18 9425,66
29 Arah X 10785,9 2451,63 29 Arah Y 3281,62 8156,87
30 Arah X 10800,1 2461,23 30 Arah Y 3264,81 8156,19
31 Arah X 9403,81 2841,26 31 Arah Y 2825,86 9419,17
7 Arah X 9352,49 2382,29 7 Arah Y 2810,43 7923,61
59041,5 15352 17804,4 51007,4
Total 74393,43 Total 68811,83

26
Tabel L.36: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 11 Arah X dan Y.

Frame 11 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
32 Arah X 9430,2 2385,46 32 Arah Y 2834,1 7933,53
33 Arah X 9416,21 2748,52 33 Arah Y 2831,3 9117,83
34 Arah X 49762 24471,3 34 Arah Y 17954,9 64367,4
192 Arah X 7435,23 26253,2 192 Arah Y 2234,68 87333,8
35 Arah X 49388,1 23687,6 35 Arah Y 18218,3 64481,9
36 Arah X 10288,6 2649,78 36 Arah Y 3092,31 8815,35
9 Arah X 10268,3 2336,16 9 Arah Y 3090,31 7769,19
145989 84532 50255,9 249819
Total 230520,68 Total 300074,94

Tabel L.37: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 12 Arah X dan Y.

Frame 12 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
37 Arah X 7215,6 2336,81 37 Arah Y 2168,55 7770,88
38 Arah X 7250,68 3000,85 38 Arah Y 2178,76 9979,55
39 Arah X 7438,86 2993,3 39 Arah Y 2263,54 9947,94
40 Arah X 7459,15 3033,96 40 Arah Y 2275,91 10066,5
41 Arah X 15902,1 19457,1 41 Arah Y 4936,37 9266,2
11 Arah X 13033,1 6423,36 11 Arah Y 4156,68 11906
58299,4 37245,4 17979,8 58937,1
Total 95544,84 Total 76916,91

27
G.4 Model 4

Tabel L.38: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 1 Arah X dan Y.

Frame 1 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
12 Arah X 12978,12 6407,4 12 Arah Y 4088,2 11708,84
62 Arah X 11091,59 5049,01 62 Arah Y 3442,4 12738,83
17 Arah X 10251,35 2294,28 17 Arah Y 3082,86 7638,38
22 Arah X 9337,96 2341,09 22 Arah Y 2804,05 7793,16
27 Arah X 9311,1 2341,96 27 Arah Y 2797,28 7795,52
32 Arah X 9418,57 2343,38 32 Arah Y 2828,62 7797,83
37 Arah X 7206,86 2297,3 37 Arah Y 2165,46 7643,42
69595,55 23074,4 21208,87 63115,98
Total 92669,97 Total 84324,85

Tabel L.39: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 2 Arah X dan Y.

Frame 2 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
13 Arah X 15884,35 19410,4 13 Arah Y 4908,82 9247,83
57 Arah X 11235,5 1802,02 57 Arah Y 3384,71 6002,06
18 Arah X 10285,23 2600,19 18 Arah Y 3089,28 8654,24
23 Arah X 9390,29 2790,58 23 Arah Y 2819,82 9260,91
28 Arah X 9366,92 2783,73 28 Arah Y 2813,99 9267,24
33 Arah X 9408,13 2696,71 33 Arah Y 2826,51 8951,35
38 Arah X 7247,88 2947,61 38 Arah Y 2176,47 9807,54
72818,3 35031,2 22019,6 61191,17
Total 107849,53 Total 83210,77

Tabel L.40: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 3 Arah X dan Y.

Frame 3 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
14 Arah X 7454,98 2977,72 14 Arah Y 2268 9894,8
19 Arah X 49381,63 23449,7 19 Arah Y 17790,82 63266,11
108 Arah X 66040,76 1607,26 108 Arah Y 28378,94 5199,3

28
Tabel L.40: Lanjutan

Frame 3 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
53 Arah X 55939,83 1114,61 53 Arah Y 25526,57 3473,57
24 Arah X 10792,24 2418,52 24 Arah Y 3259,23 8023,13
29 Arah X 10780,02 2410,44 29 Arah Y 3269,08 8023,7
55 Arah X 55459,72 1096,51 55 Arah Y 25913,09 3473,8
188 Arah X 65700,6 1589,95 188 Arah Y 28718,78 5199,3
34 Arah X 49714,36 24130,2 34 Arah Y 17645,86 63196,58
39 Arah X 7434,04 2940,67 39 Arah Y 2260,95 9778,14
378698,2 63735,6 155031,3 179528,4
Total 442433,8 Total 334559,75

Tabel L.41: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 4 Arah X dan Y.

Frame 4 Sistem Ganda


Load Load
Joint Case FX FY Joint Case FX FY
15 Arah X 7437,09 2938,11 15 Arah Y 2261,9 9777,13
20 Arah X 49722,53 24065,1 20 Arah Y 17648,08 63191,26
111 Arah X 65764,72 1591,07 111 Arah Y 28730,97 5199,06
48 Arah X 55513,3 1097,89 48 Arah Y 25922,28 3473,67
25 Arah X 10785,21 2410,34 25 Arah Y 3270,63 8023,54
30 Arah X 10797,4 2419,07 30 Arah Y 3260,83 8023,3
50 Arah X 55993,25 1116,75 50 Arah Y 25538,8 3473,81
191 Arah X 66105,83 1609,63 191 Arah Y 28394,23 5199,63
35 Arah X 49390,81 23396,5 35 Arah Y 17793,08 63267,4
40 Arah X 7444,37 2980,68 40 Arah Y 2264,85 9895,91
378954,5 63625,1 155085,7 179524,7
Total 442579,6 Total 334610,36

Tabel L.42: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 5 Arah X dan Y.

Frame 5 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
16 Arah X 7257,37 2945,41 16 Arah Y 2179,39 9806,54
21 Arah X 9420,33 2694,9 21 Arah Y 2830,24 8950,78
26 Arah X 9378,95 2783,59 26 Arah Y 2817,67 9267,05

29
Tabel L.42: Lanjutan

Frame 5 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
31 Arah X 9402,17 2791,25 31 Arah Y 2823,47 9261,11
36 Arah X 10292,49 2600,47 36 Arah Y 3091,53 8654,74
46 Arah X 11223,5 1802,87 46 Arah Y 3381,74 6002,83
41 Arah X 15485,72 19490,7 41 Arah Y 4794,23 9228,46
72460,53 35109,2 21918,27 61171,51
Total 107569,73 Total 83089,78

Tabel L.43: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 6 Arah X dan Y.

Frame 6 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
1 Arah X 7222,72 2295,52 1 Arah Y 2170,36 7642,57
3 Arah X 9439,2 2342,3 3 Arah Y 2834,95 7797,32
5 Arah X 9331,53 2341,62 5 Arah Y 2803,54 7795,35
7 Arah X 9358,34 2341,43 7 Arah Y 2810,32 7793,34
9 Arah X 10273,17 2295,4 9 Arah Y 3089,46 7639,18
10 Arah X 11085,86 5046,52 10 Arah Y 3477,35 12746,23
11 Arah X 13047,86 6411,79 11 Arah Y 4145 11671,63
69758,68 23074,6 21330,98 63085,62
Total 92833,26 Total 84416,6

Tabel L.44: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 7 Arah X dan Y.

Frame 7 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
12 Arah X 12978,1 6407,4 12 Arah Y 4088,2 11708,8
13 Arah X 15884,4 19410,4 13 Arah Y 4908,82 9247,83
14 Arah X 7454,98 2977,72 14 Arah Y 2268 9894,8
15 Arah X 7437,09 2938,11 15 Arah Y 2261,9 9777,13
16 Arah X 7257,37 2945,41 16 Arah Y 2179,39 9806,54
1 Arah X 7222,72 2295,52 1 Arah Y 2170,36 7642,57
58234,6 36974,6 17876,7 58077,7
Total 95209,18 Total 75954,38

30
Tabel L.45: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 8 Arah X dan Y.

Frame 8 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
17 Arah X 10251,4 2294,28 17 Arah Y 3082,86 7638,38
18 Arah X 10285,2 2600,19 18 Arah Y 3089,28 8654,24
19 Arah X 49381,6 23449,7 19 Arah Y 17790,8 63266,1
96 Arah X 7435,02 26112 96 Arah Y 2232,99 86949,8
20 Arah X 49722,5 24065,1 20 Arah Y 17648,1 63191,3
21 Arah X 9420,33 2694,9 21 Arah Y 2830,24 8950,78
3 Arah X 9439,2 2342,3 3 Arah Y 2834,95 7797,32
145935 83558,4 49509,2 246448
Total 229493,7 Total 295957,09

Tabel L.46: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 9 Arah X dan Y.

Frame 9 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
22 Arah X 9337,96 2341,09 22 Arah Y 2804,05 7793,16
23 Arah X 9390,29 2790,58 23 Arah Y 2819,82 9260,91
24 Arah X 10792,2 2418,52 24 Arah Y 3259,23 8023,13
25 Arah X 10785,2 2410,34 25 Arah Y 3270,63 8023,54
26 Arah X 9378,95 2783,59 26 Arah Y 2817,67 9267,05
5 Arah X 9331,53 2341,62 5 Arah Y 2803,54 7795,35
59016,2 15085,7 17774,9 50163,1
Total 74101,92 Total 67938,08

Tabel L.47: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 10 Arah X dan Y.

Frame 10 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
27 Arah X 9311,1 2341,96 27 Arah Y 2797,28 7795,52
28 Arah X 9366,92 2783,73 28 Arah Y 2813,99 9267,24
29 Arah X 10780 2410,44 29 Arah Y 3269,08 8023,7
30 Arah X 10797,4 2419,07 30 Arah Y 3260,83 8023,3
31 Arah X 9402,17 2791,25 31 Arah Y 2823,47 9261,11
7 Arah X 9358,34 2341,43 7 Arah Y 2810,32 7793,34
59016 15087,9 17775 50164,2
Total 74103,83 Total 67939,18

31
Tabel L.48: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 11 Arah X dan Y.

Frame 11 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
32 Arah X 9418,57 2343,38 32 Arah Y 2828,62 7797,83
33 Arah X 9408,13 2696,71 33 Arah Y 2826,51 8951,35
34 Arah X 49714,4 24130,2 34 Arah Y 17645,9 63196,6
192 Arah X 7435,12 26123 192 Arah Y 2233,01 86954,3
35 Arah X 49390,8 23396,5 35 Arah Y 17793,1 63267,4
36 Arah X 10292,5 2600,47 36 Arah Y 3091,53 8654,74
9 Arah X 10273,2 2295,4 9 Arah Y 3089,46 7639,18
145933 83585,7 49508,1 246461
Total 229518,38 Total 295969,48

Tabel L.49: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 12 Arah X dan Y.

Frame 12 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
37 Arah X 7206,86 2297,3 37 Arah Y 2165,46 7643,42
38 Arah X 7247,88 2947,61 38 Arah Y 2176,47 9807,54
39 Arah X 7434,04 2940,67 39 Arah Y 2260,95 9778,14
40 Arah X 7444,37 2980,68 40 Arah Y 2264,85 9895,91
41 Arah X 15485,7 19490,7 41 Arah Y 4794,23 9228,46
11 Arah X 13047,9 6411,79 11 Arah Y 4145 11671,6
57866,7 37068,8 17807 58025,1
Total 94935,49 Total 75832,06

32
G.5 Model 5

Tabel L.50: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 1 Arah X dan Y.

Frame 1 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
12 Arah X 12962,19 6359,04 12 Arah Y 4039,61 11277,27
62 Arah X 11074,73 4954,71 62 Arah Y 3444,89 12199,99
17 Arah X 10243,04 2179,81 17 Arah Y 3076,09 7265,31
22 Arah X 9333,69 2232,26 22 Arah Y 2801,25 7439,49
27 Arah X 9307,26 2232,97 27 Arah Y 2792,84 7441,91
32 Arah X 9412,33 2225,65 32 Arah Y 2824,21 7416,6
37 Arah X 7201,89 2186,28 37 Arah Y 2164,75 7285,52
69535,13 22370,7 21143,64 60326,09
Total 91905,85 Total 81469,73

Tabel L.51: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 2 Arah X dan Y.

Frame 2 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
13 Arah X 15854,1 19331,8 13 Arah Y 4857,09 9127,48
57 Arah X 11222,95 1683,69 57 Arah Y 3373,64 5611,71
18 Arah X 10281,24 2471,74 18 Arah Y 3085 8233,39
23 Arah X 9380,38 2687,7 23 Arah Y 2814,92 8936,01
28 Arah X 9358,07 2685,75 28 Arah Y 2807,99 8942,38
33 Arah X 9398,57 2567,68 33 Arah Y 2820,19 8545,82
38 Arah X 7243,24 2843,96 38 Arah Y 2173,52 9477,59
72738,55 34272,3 21932,35 58874,38
Total 107010,86 Total 80806,73

Tabel L.52: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 3 Arah X dan Y.

Frame 3 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
14 Arah X 7447,53 2874,59 14 Arah Y 2252,85 9566,41
19 Arah X 49461,03 23113,6 19 Arah Y 17785,45 61042,93
108 Arah X 65914,9 1563,8 108 Arah Y 26651,46 5078,82

33
Tabel L.52: Lanjutan

Frame 3 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
53 Arah X 55700,01 1084,46 53 Arah Y 24506,37 3394,98
24 Arah X 10769,53 2310,29 24 Arah Y 3257,66 7678,82
29 Arah X 10764,2 2306,54 29 Arah Y 3253,32 7678,68
55 Arah X 55425,23 1077,55 55 Arah Y 24409,86 3390,96
188 Arah X 65678,53 1557,04 188 Arah Y 26411,08 5074,31
34 Arah X 49613,92 23404,3 34 Arah Y 17923,64 61087,06
39 Arah X 7423,74 2835,21 39 Arah Y 2259,02 9444,93
378198,6 62127,3 148710,7 173437,9
Total 440325,96 Total 322148,61

Tabel L.53: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 4 Arah X dan Y.

Frame 4 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
15 Arah X 7424,23 2834,25 15 Arah Y 2259,22 9442,45
20 Arah X 49615,14 23390,9 20 Arah Y 17924,16 61077,44
111 Arah X 65689,4 1557,1 111 Arah Y 26409,87 5073,56
48 Arah X 55434,59 1077,72 48 Arah Y 24407,77 3390,48
25 Arah X 10765,16 2306,45 25 Arah Y 3253,55 7678,3
30 Arah X 10770,49 2310,47 30 Arah Y 3258,03 7679,2
50 Arah X 55709,71 1084,95 50 Arah Y 24512,53 3395,49
191 Arah X 65926,06 1564,38 191 Arah Y 26657,76 5079,58
35 Arah X 49462,24 23105,2 35 Arah Y 17785,54 61051,81
40 Arah X 7448,02 2875,71 40 Arah Y 2252,96 9569,01
378245 62107,2 148721,4 173437,3
Total 440352,19 Total 322158,71

Tabel L.54: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 5 Arah X dan Y.

Frame 5 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
16 Arah X 7245,04 2843,07 16 Arah Y 2174,1 9475,12
21 Arah X 9400,85 2567,11 21 Arah Y 2820,89 8544,48
26 Arah X 9360,32 2685,63 26 Arah Y 2808,68 8941,9

34
Tabel L.54: Lanjutan

Frame 5 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
31 Arah X 9382,62 2687,92 31 Arah Y 2815,64 8936,49
36 Arah X 10283,7 2472,07 36 Arah Y 3085,76 8234,64
46 Arah X 11226,02 1684,12 46 Arah Y 3374,59 5613,08
41 Arah X 15854,98 19330,6 41 Arah Y 4858,24 9098,79
72753,53 34270,5 21937,9 58844,5
Total 107024 Total 80782,4

Tabel L.55: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 6 Arah X dan Y.

Frame 6 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
1 Arah X 7204,91 2185,58 1 Arah Y 2165,79 7283,56
3 Arah X 9416,18 2225,22 3 Arah Y 2825,42 7415,42
5 Arah X 9311,09 2232,83 5 Arah Y 2794,01 7441,52
7 Arah X 9337,5 2232,4 7 Arah Y 2802,47 7439,9
9 Arah X 10247,43 2180,26 9 Arah Y 3077,31 7266,76
10 Arah X 11052,93 4948,8 10 Arah Y 3475,68 12214,16
11 Arah X 13002,19 6352,46 11 Arah Y 4081,16 11241,57
69572,23 22357,6 21221,84 60302,89
Total 91929,78 Total 81524,73

Tabel L.56: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 7 Arah X dan Y.

Frame 7 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
12 Arah X 12962,2 6359,04 12 Arah Y 4039,61 11277,3
13 Arah X 15854,1 19331,8 13 Arah Y 4857,09 9127,48
14 Arah X 7447,53 2874,59 14 Arah Y 2252,85 9566,41
15 Arah X 7424,23 2834,25 15 Arah Y 2259,22 9442,45
16 Arah X 7245,04 2843,07 16 Arah Y 2174,1 9475,12
1 Arah X 7204,91 2185,58 1 Arah Y 2165,79 7283,56
58138 36428,3 17748,7 56172,3
Total 94566,32 Total 73920,95

35
Tabel L.57: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 8 Arah X dan Y.

Frame 8 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
17 Arah X 10243 2179,81 17 Arah Y 3076,09 7265,31
18 Arah X 10281,2 2471,74 18 Arah Y 3085 8233,39
19 Arah X 49461 23113,6 19 Arah Y 17785,5 61042,9
96 Arah X 7427,89 25794,7 96 Arah Y 2228,79 85973,3
20 Arah X 49615,1 23390,9 20 Arah Y 17924,2 61077,4
21 Arah X 9400,85 2567,11 21 Arah Y 2820,89 8544,48
3 Arah X 9416,18 2225,22 3 Arah Y 2825,42 7415,42
145845 81743,1 49745,8 239552
Total 227588,47 Total 289298,1

Tabel L.58: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 9 Arah X dan Y.

Frame 9 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
22 Arah X 9333,69 2232,26 22 Arah Y 2801,25 7439,49
23 Arah X 9380,38 2687,7 23 Arah Y 2814,92 8936,01
24 Arah X 10769,5 2310,29 24 Arah Y 3257,66 7678,82
25 Arah X 10765,2 2306,45 25 Arah Y 3253,55 7678,3
26 Arah X 9360,32 2685,63 26 Arah Y 2808,68 8941,9
5 Arah X 9311,09 2232,83 5 Arah Y 2794,01 7441,52
58920,2 14455,2 17730,1 48116
Total 73375,33 Total 65846,11

Tabel L.59: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 10 Arah X dan Y.

Frame 10 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
27 Arah X 9307,26 2232,97 27 Arah Y 2792,84 7441,91
28 Arah X 9358,07 2685,75 28 Arah Y 2807,99 8942,38
29 Arah X 10764,2 2306,54 29 Arah Y 3253,32 7678,68
30 Arah X 10770,5 2310,47 30 Arah Y 3258,03 7679,2
31 Arah X 9382,62 2687,92 31 Arah Y 2815,64 8936,49
7 Arah X 9337,5 2232,4 7 Arah Y 2802,47 7439,9
58920,1 14456,1 17730,3 48118,6
Total 73376,19 Total 65848,85

36
Tabel L.60: Output joint reaction ETABS ver. 15 Frame 11 Arah X dan Y.

Frame 11 Sistem Ganda


Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
32 Arah X 9412,33 2225,65 32 Arah Y 2824,21 7416,6
33 Arah X 9398,57 2567,68 33 Arah Y 2820,19 8545,82
34 Arah X 49613,9 23404,3 34 Arah Y 17923,6 61087,1
192 Arah X 7427,89 25799,1 192 Arah Y 2228,79 85986,1
35 Arah X 49462,2 23105,2 35 Arah Y 17785,5 61051,8
36 Arah X 10283,7 2472,07 36 Arah Y 3085,76 8234,64
9 Arah X 10247,4 2180,26 9 Arah Y 3077,31 7266,76
145846 81754,3 49745,4 239589
Total 227600,37 Total 289334,26

Tabel L.61: Output joint reaction ETABS ver. 12 Frame 3 Arah X dan Y.

Frame 12 SRPMK
Load Load
Joint FX FY Joint FX FY
Case Case
37 Arah X 7201,89 2186,28 37 Arah Y 2164,75 7285,52
38 Arah X 7243,24 2843,96 38 Arah Y 2173,52 9477,59
39 Arah X 7423,74 2835,21 39 Arah Y 2259,02 9444,93
40 Arah X 7448,02 2875,71 40 Arah Y 2252,96 9569,01
41 Arah X 15855 19330,6 41 Arah Y 4858,24 9098,79
11 Arah X 13002,2 6352,46 11 Arah Y 4081,16 11241,6
58174,1 36424,2 17789,7 56117,4
Total 94598,23 Total 73907,06

37
Y

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : SYAHRUL ANDIKA

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tgl Lahir : Purwodadi, 02 Maret 1994

Alamat : Desa Purwodadi, Kecamatan Badar, Kabupaten Aceh


Tenggara, Provinsi Aceh

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : Mansur, SP

Ibu : Almh. Juminem

JENJANG PENDIDIKAN

 SD Negeri 05 Kutacane : Berijazah Tahun 2006

 SMP Negeri 1 Badar : Berijazah Tahun 2009

 SMA Negeri 1 Badar : Berijazah Tahun 2012

 Melanjutkan kuliah di Fakultas Teknik Program Studi Sipil di Universitas


Muhammadiyah Sumatera Utara tahun 2012 hingga selesai.

38

Anda mungkin juga menyukai