Materi:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Bencana Alam
Secara kebetulan, bencana alam (natural disasters) sering terjadi dan sebagian
besar terjadi di banyak negara berkembang di Asia Pasifik (Watanabe, 2000,
Sidjabat, 2000). Secara umum bencana alam dapat terjadi akibat dari perilaku,
perbuatan, pengaruh manusia maupun akibat anomali peristiwa alam.
Indonesia termasuk negara yang sering tertimpa bencana gempa bumi. Gempa
bumi baik yang skala kecil maupun skala besar pernah terjadi di Indonesia. Letak
geogiafis Indonesia yang berada di pertemuan perbatasan 3(tiga) lempeng
tektonik, yaitu lempeng Australia,lempeng pacific dan lempeng Euroasia,
mengakibatkan Indonesia menjadi daerah yang rawan gempa. Selain di
Indonesia, negara yang sering terkena bencana gempa bumi adalah jepang.
Bahkan bisa dikatakan, jepang adalah negara yang paling sering terkena bencana
gempa bumi. Sekitar 90 persen gempabumi terjadi dibawah air.
Tepatnya,didaerah cincin api yang terletak di lingkaran Lautan pasifik.
tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan, Pada saat itulah
gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan
lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di
perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi
kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam
mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa
bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi.
Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung
berapi. jika gunung tersebut mulai aktif, akan terjadi getaran di permukaan bumi
dan itu termasuk gempa vulkanik.
Pada contoh gambar 1.4 misal terdapat tiga stasiun pencatat gempa yang
memperkirakan radius jarak sumber gempa dari masing-masing stasiun.
Jarak dinyatakan dalam bentuk radius karena data yang didapatkan hanya
bisa dinyatakan nilai jarak saja, sementara lokasi/arah belum bisa di tentukan
secara individual oleh satu stasiun. Dengan suporposisi data radius
(Lingkarang) perkiraan jarak pusat gempa dari beberapa stasiun maka
selanjutnya baru dapat ditentukan lokasi pusat gempa, yaitu berada pada
perpotongan/pertemuan ketiga lingkaran radius jarak tersebut. Data lokasi
pusat gempa tersebut kemudian diterjemahkan dan dilaporkan dalam
bentuk sistem koordinat Bujur Barat/Timur dan Lintang Utara/Selatan.
maksimum yang terjadi pada saat gempa, skala ini diekspresikan dalam
percepatan gravitasi bumi (g ≈ 9,81) m/detik2 Misalnya percepatan
permukaan tanah sebesar 0,2g maka sebesar adalah 0,2.9,81 = 1,96
m/detik2. Percepatan permukaan tanah memiliki nilai yang besar pada
daerah dekat dengan pusat gempa dan mengecil pada daerah yang semakin
jauh dari pusat gempa.
BAB II
ANALISIS BEBAN GEMPA
1.1. SNI Gempa 2019 (1726 : 2019)
Standar Nasional Indonesia (SNI) 1726:2019 dengan judul Tata cara perencanaan
ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan nongedung adalah revisi dari
SNI 1726:2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung. Standar ini menentukan pengaruh gempa rencana yang
harus ditinjau dalam perencanaan struktur Gedung di tetapkan mempunyai periode
ulang 2500 tahun, agar probabilitas probabilitas terjadinya terbatas pada 2% selama
umur Gedung 50 tahun. Dalam SNI 1726 : 2019, di tentukan jenis struktur Gedung
beraturan dan tidak beraturan. Klasifikasi struktur beraturan dan tidak beraturan
pasal 7.3.2.1. Struktur harus diklasifikasikan beraturan atau tidak beraturan
berdasarkan pada kriteria. Klasifikasi tersebut harus didasarkan pada konfigurasi
horizontal dan vertikal dari struktur.
Keterangan :
Cs = koefisien respon seismik
W = Berat Seismik Efektif.
Keterangan :
SDS = parameter percepatan respons spektral desain dalam rentang periode
pendek.
R = koefisien modifikasi respons dalam Tabel 12
Ie = faktor keutamaan gempa
Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan persamaan diatas tidak perlu melebihi berikut
ini:
Untuk T≤ TL
Untuk T ≥ TL
Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi di daerah di mana S1 sama dengan
atau lebih besar dari 0,6g, maka Cs harus tidak kurang dari :
Keterangan:
di mana Ie dan R sebagaimana didefinisikan
SD1 = parameter percepatan respons spektral desain pada periode sebesar 1,0
detik, seperti yang ditentukan.
T = periode fundamental struktur (detik)
S1 = parameter percepatan respons spektral maksimum.
Beban geser dasar nominal tersebut merupakan gaya gempa statik ekuivalen total
yang bekerja pada struktu, yang selanjutnya di distribusikan ke lantai-lantai
bangunan, sesuai ketinggian dan berat lantai yang terkait dengan rumus sebagai
berikut :
BAB III
ANALISIS STATIK EKUIVALEN
Pemodelan struktur dilakukan dengan Program SAP2000 V.22 Struktur
dimodelkan sebagai struktur portal terbuka dengan sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK) pada arah Utara-Selatan atau searah sumbu-y dan dual sistem ganda
dengan rangka pemikul momen khusus (SRPMK) dengan dinding geser beton
bertulang khusus pada arah Barat-Timur searah sumbu-x Pemodelan struktur gedung
12 lantai untuk gedung perkantoran yang akan didesain ditunjukkan pada Gambar
berikut.
3D frames
Define Material Property (Beton fc’ 30 MPa dan Beton fc’ 35 MPa)
Draw balok
0 untuk tanpa kekakuan dan 1 untuk sangat kaku (full rigid). Tidak ada ketentuan
khusus untuk nilai tersebut, sepenuhnya adalah Engineering Judgement. Namun
manual program menyarankan nilai Rigid Zone Factor adalah ≤ 0,5.
Select -Select > Properties > frame Section
Pembebanan
Jenis beban yang bekerja pada gedung meliputi :
a. Beban mati sendiri elemen struktur (Self Weight)
Meliputi : berat balok, kolom, shear wall, dan plat.
b. Beban mati elemen tambahan (Superimposed Dead Load)
Meliputi : dinding, keramik, plesteran, plumbing, mechanical electrical, dll.
c. Beban hidup (Live Load) : berupa beban luasan yang ditinjau berdasarkan
fungsi bangunan.
d. Beban Gempa (Earthquake Load): ditinjau terhadap beban gempa statik dan
dinamik.
Beban mati sendiri elemen struktur (Self Weight) yang terdiri dari kolom, balok
dan plat sudah dihitung secara otomatis dalam SAP2000 dengan memberikan
faktor pengali berat sendiri (self weight multiplier) sama dengan 1, sedangkan
beban mati elemen tambahan yang terdiri dari dinding, keramik, plesteran,
plumbing, dll diberikan faktor pengali sama dengan 0, karena beban tersebut
diinput secara manual.
Beban mati elemen tambahan sebaiknya dibuatkan Load Case tersendiri, misal
Dead untuk beban mati tambahan dan SW untuk beban mati sendiri (Self Weight).
Hal ini untuk menghindari kerancuan antara beban mati tambahan dengan berat
sendiri, dan untuk memisahkan massa bangunan tambahan dengan massa
bangunan itu sendiri.
Jenis beban yang bekerja pada struktur gedung dapat diinput dengan cara Define
– Define Load Patterns..
Keterangan :
D : beban mati (dead load), meliputi berat sendiri gedung (self weight, SW)
dan beban mati tambahan (superimposed dead load, D),
L : beban hidup (live load), tergantung fungsi gedung,
Lr : beban hidup yang boleh direduksi dengan faktor pengali 0,5
E : beban gempa (earthquake load), ditinjau terhadap gempa statik (EQX,
EQY), gempa dinamik respons spektrum (RSPX, RSPY), dan gempa
dinamik time history (THX, THY)
R = “rain load”, atau beban hujan merupakan beban yang akan digunakan
dalam perencanaan atap.
W = “wind load”, atau beban angin,
(a)
(b)
Dari tabel 3.4 beban hidup yang bekerja untuk perkantoran adalah sebagai berikut :
Beban hidup ruang kerja = 2,4 kN/m2
Beban hidup lantai Atap = 0,96 kN/m2
Input beban
Assign-Shell/Area Load-Uniform-Load Case Name-live
FA 1 1
0,8
FV 1.5
0,6
PSA (g) 0.854 0,4
SMS (g) 2.174 0,2
SM1 (g) 1.152 0
0 1 2 3 4 5
SDS (g) 1.449
SD1 (g) 0.768
T0 (detik) 0.106
TS (detik) 0.53
Besarnya beban gempa yang bekerja pada struktur dapat dilakukan secara otomatis
dengan cara Define – Define Load Patterns – Pilih gempa Eqx dan Eqy – Auto Lateral
Load – User Coefficient.
Define-Joint Constraints
Gambar 3.40 Elemen Pelat di setiap lantai yang bekerja sebagai Diafragma.
Periode Pundamental Pendekatan
Pada SNI Gempa 1726:2019, Pasal 7.8.2 Penentuan periode disebutkan Periode
fundamental struktur, T, dalam arah yang ditinjau harus diperoleh menggunakan sifat
struktur dan karakteristik deformasi elemen pemikul dalam analisis yang teruji.
Periode fundamental struktur, T, tidak boleh melebihi hasil perkalian koefisien untuk
batasan atas pada periode yang dihitung (Cu) dari Tabel 17 dan periode fundamental
pendekatan, Ta, yang ditentukan sesuai 7.8.2.1. Sebagai alternatif dalam melakukan
analisis untuk menentukan periode fundamental struktur, T, diizinkan secara
langsung menggunakan periode bangunan pendekatan, Ta, yang dihitung sesuai
7.8.2.1
Keterangan:
hn adalah ketinggian struktur (m), di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur,
dan koefisien Ct dan x ditentukan dari table 18.
Nilai Fundamental (T) yang digunakan memiliki nilai batas maksimum dan batas
minimum, yaitu :
1. Taminimum = Ct.hnx
Taminimum(u-s) = Ct.hnx = (0,0466)(44)0,9 =1,404
Taminimum(B-T) = Ct.hnx = (0,0488)(44)0,75 =0,834
2. Tamaksimum = Cu.Taminimum
Tamaksimum(u-s) = (1,4)( 1,404) =1,966
Tamaksimum(B-T) = (1,4)( 0,834) =1,168
Pada SAP2000 waktu getar alami dapat diketahui secara otomatis dari hasil ragam
getar atau Modal Analysis dengan cara Run, kemudian Display – Show Mode
Shapes.Waktu getar analisis SAP2000 untuk Mode 1 dan Mode 2 ditunjukkan sebagai
berikut :
Gambar 3.41 Waktu Getar Struktur Mode 1 (arah Y atau U-S) dengan T1 = 1,845
Waktu getar struktur Mode 1 (T1) pada arah Y atau u-s adalah sebesar 1,845 detik,
berarti struktur gedung kemungkinan akan mengalami gerakan dengan tipe pada
Gambar 3.38 setiap 1,845 detik.
Perilaku struktur tersebut dapat dilihat dengan cara Start Animation. Dari animasi
yang telah dijalankan dapat dilihat bahwa struktur tersebut dominan mengalami
translasi (tanpa rotasi) pada arah Y pada Mode 1. Control hitungan manual dan
hitungan SAP2000 nilai batas Periode fundamental (T) yang digunakan memiliki
nilai batas maksimum dan minimum, yaitu :
T(U-S) = Yang digunakan adalah :
Gambar 3.42 Waktu Getar Struktur Mode 2 (arah X atau B-T) dengan T1 = 1,159
Waktu getar struktur Mode 2 (T2) pada arah X atau B-T adalah sebesar 1,159 detik,
berarti struktur gedung kemungkinan akan mengalami gerakan dengan tipe pada
Gambar 3.39 setiap 1,159 detik.
Perilaku struktur tersebut dapat dilihat dengan cara Start Animation. Dari
animasi yang telah dijalankan dapat dilihat bahwa struktur tersebut dominan
mengalami translasi (tanpa rotasi) pada arah X pada Mode 2. Control hitungan
manual dan hitungan SAP2000 nilai batas Periode fundamental (T) yang
digunakan memiliki nilai batas maksimum dan minimum, yaitu :
T(B-T) = Yang digunakan adalah :
Klasifikasi Situs
(a)
Define –Load Pattern – Pilih Load EQX dan EQY-Auto Lateral Load Pattern (ASCE 7-16)-
Modify Lateral Load.
(b)
Gambar 3.43 (a) dan (b) Input parameter Beban Gempa Arah X (B-T)
(a)
(b)
Gambar 3.44 (a) dan (b) Input parameter Beban Gempa Arah Y (B-T)
menginput beban gempa nominal static ekuivalen Fx pada pusat massa tiap lantai
Gedung.
Distribusi Vertikal gaya sesimik (Pasal 7.8.3)
Fx = CvxV
Dan
Dinama :
Cvx = faktor distribusi vertikal
V = gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur (kN)
wi dan wx = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang
ditempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x
hi dan hx = tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x (m)
k = eksponen yang terkait dengan periode struktur dengan nilai
sebagai berikut :
untuk struktur dengan T ≤ 0,5 detik, = 1
untuk struktur dengan T ≥ 2,5 detik, = 2
untuk struktur dengan 0,5 < T < 2,5 detik, = 2 atau ditentukan
dengan interpolasi linier antara 1 dan 2
Dimana :
Fi adalah bagian dari geser dasar seismik (V) pada tingkat ke-i (kN)
Geser tingkat desain seismik, Vx (kN), harus didistribusikan pada berbagai elemen
vertikal sistem pemikul gaya seismik di tingkat yang ditinjau berdasarkan pada
kekakuan lateral relatif elemen pemikul vertikal dan diafragma.
Agar gempa statik dapat di input secara manual, maka definisi dari beban gempa
harus diubah dulu dengan cara cara Define –Load Pattern – Pilih Load EQX dan EQY
Berat Gedung tambahan seperti plasteran, dinding, keramik, dll harus dihitung secara
manual ditambah dengan 30% beban hidup.
a. Beban mati tambahan
• Beban Mati tambahan pada pelat lantai 2 sampai lantai 11 (Luas = 1000 m2)
Beban mati yang bekerja pada plat lantai gedung meliputi :
Beban pasir setebal 1 cm = 0,01 x 16 x 1000 = 160 kN
Beban spesi setebal 3 cm = 0,03 x 22 x 1000 = 660 kN
Beban keramik setebal 1 cm = 0,01 x 22 x 1000 = 220 kN
Beban plafon dan penggantung = 0,2 x 1000 = 200 kN
Beban Instalasi ME = 0,25 x 1000 = 250 kN
Beban dinding Pasangan bata ½ batu = 4 x 130 x 2,4= 1248 kN
Beban mati pada plat lantai = 2738 kN
• Beban Mati tambahan pada pelat lantai Dak (Luas = 1000 m2)
Berat waterproofing tebal 2 cm = 0,28 x 1000 = 280 kN
Berat plafon dan penggantung = 0,2 x 1000 = 200 kN
Berat Instalasi ME = 0,25 x 1000 = 250 kN
Total beban mati pada plat atap = 730 kN
b. Beban hidup tambahan
• Beban Mati tambahan pada pelat lantai 2 sampai lantai 11 (Luas = 1000 m2)
Beban hidup untuk Gedung Perkantoran = 2,4 kN/m2
Faktor Reduksi = 0,3
Beban Hidup total = 2,4 x 0,3 x 1000 = 720 kN
• Beban Mati tambahan pada pelat lantai Dak (Luas = 1000 m2)
Beban hidup untuk Gedung Perkantoran = 1 kN/m2
Faktor Reduksi = 0,3
Beban Hidup total = 1 x 0,3 x 1000 = 300 kN
NILAI GAYA LATERAL EKIVALEN UNTUK MASING-MASING ARAH ADALAH :
V(U-S) = CS(U-S) .Wt = (0.064) (63546.432) =
V(B-T) = CS(B-T) . Wt = (0.083) (63546.432) =
Lantai Tinggi (m) Berat (kN) Whk Whk/ƩWhk= (Cvx) Force Fy (kN)
Level 12 44 5321,76 2576594,617 0,199 706,767
Level 11 40 5801,76 2403949,113 0,186 659,410
Level 10 36 5801,76 2023806,424 0,156 555,136
Level 9 32 5801,76 1669546,566 0,129 457,961
Level 8 28 5801,76 1342314,227 0,104 368,201
Level 7 24 5801,76 1043469,779 0,081 286,227
Level 6 20 5801,76 774671,3863 0,060 212,495
Level 5 16 5801,76 538010,5366 0,042 147,578
Level 4 12 5801,76 336257,6087 0,026 92,236
Level 3 8 5801,76 173373,6234 0,013 47,557
Level 2 4 5801,76 55869,56247 0,004 15,325
Total 63339,36 12937863,44 1,000 3548,892
Lantai Tinggi (m) Berat (kN) Whk Whk/ƩWhk= (Cvx) Force Fx (kN)
Level 12 44 5321,76 367696,6669 0,163 1055,336
Level 11 40 5801,76 360300,948 0,160 1034,110
Level 10 36 5801,76 320222,1237 0,142 919,078
Level 9 32 5801,76 280671,86 0,125 805,564
Level 8 28 5801,76 241708,201 0,107 693,733
Level 7 24 5801,76 203404,7974 0,090 583,798
Level 6 20 5801,76 165858,4422 0,074 476,035
Level 5 16 5801,76 129202,5396 0,057 370,828
Beban gempa untuk masing- masing arah harus dianggap penuh (100%) untuk arah
yang ditinjau dan 30% untuk arah tegak lurusnya. Beban gempa yang diinput pada 2
arah tersebut sebagai antisipasi datangnya gempa dari arah yang tidak terduga.
Perhitungan arah gempa statik ekuivalen (Fi) untuk arah U-S dan B-T
Lantai (U-S)-Y (B-T)-X
Fx (kN) 30 % Fx (kN) Fx (kN) 30 % Fx (kN)
Level 12 706,767 212,030 1055,336 316,601
Level 11 659,410 197,823 1034,110 310,233
Level 10 555,136 166,541 919,078 275,723
Level 9 457,961 137,388 805,564 241,669
Level 8 368,201 110,460 693,733 208,120
Level 7 286,227 85,868 583,798 175,139
Level 6 212,495 63,748 476,035 142,810
Level 5 147,578 44,273 370,828 111,248
Level 4 92,236 27,671 268,741 80,622
Level 3 47,557 14,267 170,704 51,211
Level 2 15,325 4,598 78,581 23,574
Input beban Statik Ekuivalen Define –Load Pattern – Pilih Load EQX dan EQY-Lateral Load
Maka massa tambahan yang diinput pada SAP2000 meliputi massa akibat beban
mati tambahan dan beban hidup yang direduksi dengan faktor reduksi 0,25. Define
– Mass Source.
Gambar 3.52. Input Massa Beban mati Tambahan (Dead) dan Beban Hidup
Tabel 3.6 Respon Spektra Percepatan Sa(g) dan Periode Waktu (T)
Periode Sa Periode Sa
0 0.58 2.130 0.344
0.106 1.449 2.230 0.33
0.530 1.449 2.330 0.316
0.530 1.219 2.430 0.304
0.630 1.052 2.530 0.292
0.730 0.925 2.630 0.281
0.830 0.826 2.730 0.271
0.930 0.746 2.830 0.262
1.030 0.68 2.930 0.253
1.130 0.624 3.030 0.245
1.230 0.577 3.130 0.238
1.330 0.537 3.230 0.231
1.430 0.502 3.330 0.224
1.530 0.471 3.430 0.218
1.630 0.444 3.530 0.212
1.730 0.42 3.630 0.206
1.830 0.398 3.730 0.2
1.930 0.378 3.830 0.195
Input data kurva spektrum gempa rencana kedalam SAP2000 dapat dilakukan dengan
2 cara yaitu dengan input manual ke program SAP2000 dan input otomatis dengan
cara mencopy data spektrum dari Excel ke notepad kemudian dimasukkan ke
SAP2000.
a. Input Manual
Input manual nilai spektrum gempa ke dalam SAP2000 dapat dilakukan
dengan cara Define –Functions – Response Spectrum-User Spectrum – Add
New Spectrum.
b. Input Semi-Otomatis
Input Semi-otomatis nilai spektrum gempa dapat dilakukan dengan cara
mencopy data spektrum dari Excel ke notepad kemudian dimasukkan ke
SAP2000 dengan cara Define – Functions – Response Spectrum – Spectrum
From File – Add New Spectrum.
Data akselerogram Gempa dapat diinput otomatis dari SAP2000 dengan cara Define -
Functions - Time History – Define History Functions - From File – Add New Function –
Browse.
Gambar 3.63 Input Akselerogram Gempa Chi-chi Pada SAP2000 Arah Horizontal X
Gambar 3.64 Input Akselerogram Gempa Chi-chi Pada SAP2000 Arah Horizontal Y
Gambar 3.65 Mathed Time History dan Respon Spectrum Arah Horizontal X
Gambar 3.66 Mathed Time History dan Respon Spectrum Arah Horizontal Y
Define - Load Cases - Time History Cases-Add New History untuk arah X dan Y dengan
redaman struktur beton (damping) sebesar 5%.
Waktu getar alami tersebut dapat diketahui dengan SAP2000 dengan cara Run –
Display – Show Table – Analysis Result – Structure Output – Table : Modal Participating
Mass Ratios.
Gambar 3.73 Gempa Arah-x Load Cases Data-Modal Combination Method (SRSS)
Gambar 3.74 Gempa Arah-Y Load Cases Data-Modal Combination Method (SRSS)
Partisipasi Massa.
Jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons harus menghasilkan
partisipasi massa minimum 90%. Dalam SAP2000 besarnya partisipasi massa tersebut
dapat diketahui dengan Run – Display – Show Table – Analysis - Result – Modal Result
– Table : Modal Participating Mass Ratios.
terakhir (dalam contoh ini mode ke-12) nilainya adalah 0.85837 belum memenuhi
syarat minimal 90% dan SumUY untuk mode ke-4 0.91398 Sudah memenuhi syarat
minimum 90%. Langkah selanjutnya menambah mode dari 12 ke 20. Define-Load
Cases-Modal
Dari Tabel tersebut disimpulkan persyaratan gaya geser gempa dinamik sudah
terpenuhi (Vdinamik > Vstatik).
Gambar 3.84 Contoh Input Nilai Persentase Efektifitas Penampang Shear Wall
Gambar 3.85 Diagram Momen dan Gaya Geser Akibat Beban Mati dan Hidup
Gambar 3.86 Diagram Momen dan Gaya Geser Akibat Gempa Statik Arah X
Gambar 3.87 Diagram Momen dan Gaya Geser Akibat Gempa Statik Arah X
Gambar 3.88 Diagram Momen dan Gaya Geser Akibat Gempa Statik Arah Y
Beberapa frame balok yang berwarna merah (Overstress) dapat dimodifikasi dengan
cara : memeriksa kembali pemodelan struktur, meningkatkan mutu material, atau
memperbesar dimensi.
Penulangan Balok
Luas tulangan utama balok secara otomatis dapat diketahui dengan cara Design –
Concrete Frame Design – Display Design Info – Longitudinal Reinforcing. Balok yang
akan dianalisis ditunjukkan pada Gambar berikut.
Digunakan jarak tulangan 300 mm, sehingga dengan tinggi balok 600 mm ada 1 buah
tulangan badan pada masing-masing sisi.
Penulangan Kolom.
Luas tulangan utama kolom secara otomatis dapat diketahui dengan cara Design –
Concrete Frame Design – Display Design Info – Longitudinal Reinforcing. Kolom yang
akan dianalisis ditunjukkan pada gambar berikut.
Luas tulangan geser (sengkang) secara otomatis dapat diketahui dengan cara Design
– Concrete Frame Design – Display Design Info – Shear Reinforcing.
Untuk menampilkan diagram interaksi kolom yang ditinjau, dapat dilakukan dengan
cara klik kanan kolom, kemudian Interaction.
Kuat Kolom
Kulat kolom harus memenuhi persyaratan ƩMc ≥ 1,2 ƩMg
Dimana :
ƩMc = Jumlah Mn dua kolom yang bertemu di join
ƩMg = Jumlah Mn dua Balok yang bertemu di join
Gambar 3.95 Detail Luas Tulangan Kolom dan Balok yang ditinjau untuk Kontrol
Strong Column Weak Beam
Besarnya Mn balok dapat diketahui dari luas tulangan seperti ditunjukkan pada
Gambar 8.67 sebagai berikut :
• Luas tulangan tumpuan balok kiri =1121 + 1034 = 2155 mm
Gambar Detail Penulangan kolom
Detail penulangan kolom berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan ditunjukkan
pada gambar berikut.