Anda di halaman 1dari 7

Nama : Kamal Hasan Iskandar

Nim : F160053

MAKALAH GEMPABUMI DAN TSUNAMI

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik, terletak di
kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS), Indonesia memiliki 17.504 pulau dengan luas daratan 1.910.931,32 km2 dan
luas lautan 3.544.744 km2, dengan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (BPS
2014).
Berdasarkan letak geografisnya, wilyah Indonesia terletak di antara dua benua yaitu
Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara dua samudra yaitu Samudera Hindia
dan Samudera Pasifik. Secara geologis wilayah Indonesia dilalui oleh dua jalur
pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan
Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur. Indonesia terletak pada pertemuan tiga
lempeng/kulit bumi aktif yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng
Euro-Asia di bagian utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur. Ketiga lempengan
tersebut bergerak dan saling bertumbukan sehingga lempeng Indo-Australia menunjam
ke bawah lempeng EuroAsia dan menimbulkan gempabumi, jalur gunungapi, dan sesar
atau patahan (Bakornas 2007).
Kondisi geografis dan geologis Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai daerah
rawan bencana. Gempabumi merupakan salah satu ancaman bencana alam dengan
intensitas yang tinggi di Indonesia. Pada tahun 2015, di Indonesia berdasarkan data
BMKG tercatat intensitas gempabumi sebanyak 4.917 gempa. Kondisi ini menunjukan
bahwasanya dari tahuan 2013 sampai dengan tahun 2015 intensitas gempabumi di
wilayah Indonesia mengalami peningkatan intensitas gempabumi dari tahun ke tahun.
Selain gempabumi ancaman bencana alam serius lainya adalah bencana tsunami.
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan
oleh gangguan impulsife dari dasar laut. Tsunami dapat disebabkan oleh: (1)
gempabumi diikuti dengan dislokasi /perpindahan massa/batuan yang sangat besar di
bawah air (laut/danau); (2) tanah longsor di dalam laut; (3) letusan gunungapi di bawah
laut atau gunung api pulau (BNPB 2011).
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai 104.000
km, memiliki banyak pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan penduduk yang berada di
wilayah pesisir pantai kondisi tersebut menjadikan tsunami sebagai salah satu bentuk
ancaman bencana dengan tingkat kerawanan (ancaman korban jiwa) yang sangat
tinggi. Dalam tiga dekade terakhir tercatat ada sepuluh kejadian bencana tsunami di
Indonesia. Sembilan diantaranya merupakan tsunami yang merusak dan menimbulkan
korban jiwa serta material, yaitu tsunami di Flores (1992); Banyuwangi, Jawa Timur
(1994); Biak (1996); Maluku (1998); Banggai; Sulawesi Utara (2000); Aceh (2004);
Nias (2005); Jawa Barat (2006); Bengkulu (2007); dan Mentawai (2010). Dampak yang
ditimbulkan tsunami tersebut adalah sekitar 170 ribu orang meninggal dunia (BNPB
2010).

PROSES TERJADINYA GEMPA BUMI


Nama : Kamal Hasan Iskandar
Nim : F160053

Gempa bumi, terutama gerakan tanah yang kuat adalah contoh dari pembebanan
siklik yang tidak beraturan yang meliputi sebuah cakupan yang utuh dari karakteristik
dan regangan geser serta karakteristik perilaku tanah dalam region. Konsekwensi pada
tanah deposit seperti liquifaksi dan kegagalan lereng, atau penurunan yang besar dalam
kaitan dengan lahan densification, dapat mengakibatkan kerusakan yang fatal pada
bangunan didaerah itu. Dengan begitu, didaerah seismic, kebutuhan akan analisis yang
rasional dan perkiraan-perkiraan objektif yang memiliki resiko harta dan kehidupan
bukan hanya kebutuhan akademis. Proses gempa tektonik secara diagramatis terlihat
pada Gambar 1. Pertemuan dua lempenga mengalami subduksi yang menyebakan
terjadinya gempa tektonik (Mustafa 2010).

Empat golongan kerusakan utama akibat gempa


1. Ground shaking – Ini adalah gerakan tanah akibat gempa yang merupakan
unsur utama penyebab keruntuhan struktur
2. Liquefaction – Kehilangan strength pada pasir yang jenuh air akibat
pembebanan siklik. Kondisi ini menyebabkan penurunan dan pergerakan lateral
dari pondasi. Yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi lokasi yang
berpotensi liquefaction dengan menghindari pembangunan diatasnya, atau cara
lain membuat fondasi dalam sehingga terhindar dari liquefaction
3. Bidang patahan (fault rupture) – Ini pergerakan patahan akibat gempa.
Pergerakan dapat vertikal maupun horizontal.
4. Landslide – Sering kali terjadi sebagai akibat dari terjadinya gempa. Perlu
dihindari pembangunan diatas lereng atau dikaki dari lereng.

Gambar 1 Proses terjadinya gempa tektonik


Jenis-Jenis Gempa
Berdasarkan kepada penyebabnya, gempa bumi dapat dikelompokkan sebagai
berikut (Mustafa 2010):
A. Gempa Tektonik
Nama : Kamal Hasan Iskandar
Nim : F160053

Adalah Gempa yang di sebabkan oleh pergeseran lempeng tektonik. Lempeng


tektonik bumi kita ini terus bergerak, ada yang saling mendekat saling menjauh,
atau saling menggeser secara horizontal. Karena tepian lempeng yang tidak
rata, jika terjadi gesekan, maka timbullah friksi. Friksi ini kemudian
mengakumulasi enersi yang kemudian dapat melepaskan energi goncangan
menjadi sebuah gempa.
B. Gempa Vulkanik
Adalah gempa yang disebabkan oleh kegiatan gunung api. Magma yang berada
pada kantong di bawah gunung tersebut mendapat tekanan dan melepaskan
energinya secara tiba-tiba sehingga menimbulkan getaran tanah. Gempa ini
disebabkan oleh kegiatan vulkanik (gunungapi). Magma yang berada pada
kantong di bawah gunung tersebut mendapat tekanan dan melepaskan
energinya secara tiba-tiba sehingga menimbulkan getaran tanah. Gempa
vulkanik dapat menjadi gejala/petunjuk akan terjadinya letusan gunung berapi.
Namun gempa vulkanik ini biasanya tidak merusak karena kekuatannya cukup
kecil, sehingga hanya dirasakan oleh orang-orang yang berada dalam radius
yang kecil saja dari sebuah gunungapi.
C. Gempa Runtuhan
Adalah gempa lokal yang terjadi apabila suatu gua di daerah topografi karst
atau di daerah pertambangan runtuh atau massa batuan yang cukup besar di
sebuah lereng bukit runtuh/longsor. Kekuatan gempa akibat runtuhan massa
batuan ini juga kecil sehingga tidak berbahaya.
D. Gempa Buatan
Adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas manusia, misalnya dalam
kegiatan eksplorasi bahan tambang atau untuk keperluan teknik sipil dalam
rangka mencari batuan dasar (bedrock) sebagai dasar fondasi bangunan.
Kekuatannya juga kecil sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi manusia dan
bangunan. Sebenarnya mekanisme gempa tektonik dan vulkanik sama. Naiknya
magma ke permukaan juga dipicu oleh pergeseran lempeng tektonik pada sesar
bumi. Biasanya ini terjadi pada batas lempeng tektonik yang bersifat konvergen
(saling mendesak). Hanya saja pada gempa vulkanik, efek goncangan lebih
ditimbulkan karena desakan magma, sedangkan pada gempa tektonik, efek
goncangan langsung ditimbulkan oleh benturan kedua lempeng tektonik. Bila
lempeng tektonik yang terlibat adalah lempeng benua.

Tsunami
Pengertian Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang artinya Tsu berati pelabuhan
dan nami berarti gelombang. Kata ini secara mendunia sudah diterima dan secara
harfiah yang berarti gelombang tinggi/besar yang menghantam pantai/pesisir. Tsunami
sendiri terjadi akibat gempa tektonik yang besar dilaut (lebih besar dari 7.5 skala
Richter dan kedalaman episentrum lebih kecil dari 70 km) yang mengakibatkan
terjadinya patahan/rekahan vertical memanjang (kasus Aceh patahan mencapai ribuan
kilometer) sehingga air laut terhisap masuk dalam patahan dan kemudian secara hukum
fisika air laut tadi terlempar kembali setelah patahan tadi mencapai keseimbangan.
Kecepatan air/gelombang yang sangat cepat terjadi. Pada kasus Tsunami di Aceh
Nama : Kamal Hasan Iskandar
Nim : F160053

kecepatannya dapat mencapai ratusan kilometer per jam nya. Antara terjadinya gempa
dan Tsunami ada jeda waktu yang dapat digunakan untuk memberikan peringatan dini
pada masyarakat. Pengalaman di Aceh menunjukkan peringatan dini belum berjalan.
Secara diagramatis terlihat pada Gambar 2 proses terjadinya tsunami.

Gambar 2 Proses terjadinya tsunami

Mitigasi bencana gempa/Tsunami


Jepang telah membangun dinding penahan Tsunami setinggi 4,5 pada daerah pantai
yang padat penduduk. Namun ketika gempa tahun 1993 menimpa Hokaido, tinggi
gelombang Tsunami mencapai 30 m. Dinding penahan terlampaui namun tetap dapat
mengurangi kecepatan dari Tsunami. Korban jiwa tetap tidak terhindarkan. Dinding
semacam ini dapat digunakan di Aceh atau daerah lainnya (Pangandaran) yang rawan
Tsunami, namun efektivitas dinding penahan tersebut perlu dilakukan penelitian.
Pembuatan model dengan alat centrifuge dan melakukan uji di laboratorium dapat
mensimulasikan tinggi gelombang yang dikehendaki. Mitigasi harus memperhatikan
semua tindakan yang diambil untuk mengurangi pengaruh dari bencana dan kondisi
yang peka dalam rangka untuk mengurangi bencana yang lebih besar dikemudian hari.
Karena itu seluruh aktivitas mitigasi difokuskan pada bencana itu sendiri atau
bagian/elemen dari ancaman. Beberapa hal untuk rencana mitigasi (mitigation plan)
pada masa depan dapat dilakukan sebagai berikut (Sinaga 2013):
a) Perencanaan lokasi (land management) dan pengaturan penempatan penduduk
b) Memperkuat bangunan dan infrastruktur serta memperbaiki peraturan (code)
disain yang sesuai.
c) Melakukan usaha preventif dengan merealokasi aktiftas yang tinggi kedaerah
yang lebih aman dengan mengembangkan mikrozonasi
Nama : Kamal Hasan Iskandar
Nim : F160053

d) Melindungi dari kerusakan dengan melakukan upaya perbaikan lingkungan


dengan maksud menyerap energi dari gelombang Tsunami (misalnya dengan
melakukan penanaman mangrove sepanjang pantai)
e) Mensosialisasikan dan melakukan training yang intensif bagi penduduk
didaerah area yang rawan Tsunami
f) Membuat early warning sistem sepanjang daerah pantai/perkotaan yang rawan
Tsunami

Pada Gambar 3 disampaikan diagram dari mitigation planing proses (case study dari
Regional all hazard mitigation Master Plan for Benton, Lane and Liin county, USA )
berupa 7 langkah yang perlu diantisipasi. Dimulai dari asesmen resiko bencana sampai
dengan penyediaan dana untuk pembangunannya. Mitigasi pada langkah keempa
dihentikan jika risk atau toleransi dapat diterima. Jika tidak rencana dilanjutkan sampai
langkah ketujuh yang merupakan prioritas dari mitigasi proyek yang diperlukan yaitu
menyediakan pendanaan untuk mewujudkan. Perkembangan terbaru untuk
meramalkan terjadinya gempa adalah dengan adanya awan diatas daerah terjadinya
gempa.
Menurut Sarmoko (peneliti di LAPAN) awan misterius tersebut tercipta akibat
pergumulan uap air panas yang muncul dari rekahan permukaan bumi dengan udara
dingin di angkasa. Uap air panas yang bertekanan tinggi melesak dari tanah sebagai
dampak aktivitas seismik tingkat tinggi diperut bumi Memang hasilnya baru sekitar
60% kecocokannya dengan gempa yang terjadi. Sebagai contoh ketika terjadi gempa
di Kobe pada tahun 1995 terjadi awan berbentuk seperti angin tornado terlihat dikota
Kobe sebelum gempa terjadi. Meski terbukti kebenarannya para peneliti belum
menggunakan prediksi gempa lewat awan yang terjadi untuk konsumsi publik. Gempa
dapat terjadi 4-5 hari setelah penampakan awan gempa bisa juga terjadi setelah 130
hari kemudian melihat pengalaman yang terjadi di Jepang, AS dan China. Pemantauan
satelit awan gempa merupakan terobosan besar untuk mitigasi bencana gempa.
Penelitian lanjutan masih terus dikembangkan dengan megklarifikasi lewat satelit.
Nama : Kamal Hasan Iskandar
Nim : F160053

Gambar 3 Tujuh langkah proses perencanaan mitigasi


(Sumber : All hazard mitigation Master Plan for Benton, Lane and Liin county, USA)

KESIMPULAN
Indonesia merupak negara yang sering dilanda bencana gempa bumi dan tsunami.
Hal ini dikarenakan letak Indonesia yang berada di atas tiga pertemuan lempeng yaitu
indo-australia, Eurasia dan pasifik. Jenis-jenis gempa adalah gempa tektonik, gempa
vulkanik, gempa reruntuhan, gempa buatan. Gempa tektonik terjadi akibat lempengan
yang mengalami subduksi (penujaman). Sedangkan tsunami adalah akibat dari
pergeseran lapisan bumi secara vertical sehingga menciptakan gelombang air secara
radial. Mititigasi gempa dan tsunami diantaranya adalah pembangunan dinding
penahan ombak, perencanaan lokasi (land management) dan pengaturan penempatan
penduduk, memperkuat bangunan dan infrastruktur serta memperbaiki peraturan
(code) desain yang sesuai, melakukan usaha preventif dengan merealokasi aktiftas
yang tinggi kedaerah yang lebih aman dengan mengembangkan mikrozonasi,
melindungi dari kerusakan dengan melakukan upaya perbaikan lingkungan dengan
maksud menyerap energi dari gelombang Tsunami (misalnya dengan melakukan
penanaman mangrove sepanjang pantai), mensosialisasikan dan melakukan training
yang intensif bagi penduduk didaerah area yang rawan Tsunami.

PUSTAKA
Bakornas PB. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia
Edisi II. Jakarta (ID). Direktorat Mitigasi Lakhar Bakornas PB.
BMKG Padang Panjang. 2016. Laporan Gempabumi Samudara Hindia, 02 Maret 2016.
Padang Panjang (ID): BMKG Stasiun Geofisika Klas I.
Nama : Kamal Hasan Iskandar
Nim : F160053

BNPB. 2010. Data Bencana Indonesia Tahun 2009. Jakarta (ID): Badan
Penanggulangan Bencana Nasional.
BPS. 2014. Perkembangan Beberepa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia Agustus
2014. Jakarta (ID). Subdirektorat Layanan dan Promosi Statistik Badan Pusat
Statistik.

Ilyas T. 2006. Mitigasi Gempa dan tsunami didaerah perkotaan. Seminar Bidang
Kerekayasaan FT Unsrat; Manado, Indonesia. Manado (ID). FT Unsrat. 1-23.
Mustafa B. 2010. Analisis gempa nias dan gempa sumatera barat dan kesamaannya
yang tidak menimbulkan tsunami. Jurnal Ilmu Fisika. 2(1): 44-50.
Sinaga LC. 2013. Problematika Rehabilitasi dan Rekonstruksi Studi Kasus Paska
Bencana Tsunami Mentawai 2010. Jurnal Penanggulangan Bencana. 4 (1): 23
34.

Anda mungkin juga menyukai