PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diketahui bahwa tsunami adalah salah satu ancaman bahaya bencana alam
yang dapat menimbulkan risiko terhadap kehidupan manusia, kerugian harta
benda dan kerusakan lingkungan. Secara umum wilayah indonesia merupakan
wilayah rawan tsunami. Potensi rawan tsunami ini disebabkan oleh posisi
Indonesia yang mempunyai garis pantai yang panjang dan wilayah rawan gempa
bumi yang juga bisa menimbulkan tsunami. (Anhert F, 1996)
Di Aceh, tsunami ini diketahui telah menelan 260 ribu lebih korban tewas dan
hilang. Tsunami ini juga menghancurkan ribuan bangunan rumah tinggal, kantor,
fasilitas kesehatan peribadatan dan pendidikan. Tsunami ini telah menghancurkan
ratusan infrastruktur seperti jalan, jembatan, saluran irigasi, jaringan listrik,
telepon dan pipa air bersih, serta dermaga. Demikian pula tsunami dipangandaran
pada Juli 2006 yang terjadi setelah gempa hebat berkekuatan 7,2 skala Richter.
Tsunami ini tetelah menewaskan sebanyak 557 korban manusia. Disamping itu
terdapat banyak infrastruktur yang rusak akibat tsunami seperti jalan, jembatan,
saluran listrik, saluran irigasi, dermaga dan sebagainya.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengatahuan tentang bencana tsunami?
2. Bagaimana cara mitigasi bencana tsunami?
3. Bagaimana kesiapsiagaan menghadapi bencana tsunami?
4. Bagaimana cara pemulihan bencana tsunami?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian , proses, proses terjadinya, cara perusakan,
Kerusakan, Korban dan Kerugian, Gejala dan Tanda, dan tindankan
penanggulangan Bencana Tsunami.
2. Mengetahui cara mitigasi bencana tsunami
3. Mengetahui kesiapsiagaan menghadapi bencana tsunami
4. Mengetahui cara pemulihan bencana tsunami
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tsunami adalah gelombang laut yang besar dengan periode panjang yang
ditimbulkan oleh adanya tekanan kuat dari dasar laut. Tekanan ini bisa berasal
dari gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran yang terjadi di laut.
Penyebab tsunami ini berupa gempa bumi yang diikuti dengan dislokasi
(perpindahan) massa tanah/bebatuan yang sangat besar di bawah air (laut atau
danau), tanah longsor dibawah laut, letusan gunung api di bawah laut atau letusan
gunung api pulau.( Diposaptono,2006)
Saat air laut mengisi celah ini, permukaan air laut menurun dengan drastis
sehingga pantai yang semula penuh air laut menjadi surut dan kering. Setelah
celah penuh terisi, air laut kemudian berbalik arah dan menyebar ke seluruh
penjuru berupa semburan dan gelombang pasang laut dengan tenaga yang sangat
besar dan kuat. Semburan dan gelombang pasang dari dasar laut ini kemudian
naik ke permukaan laut dan menuju pantai dengan kekuatan, volume dan
kecepatan yang maha dahsyat. Gelombang pasang inilah yang disebut tsunami.
Ketika tiba di pantai tsunami menghancurkan semua yang ada di pantai.
Sebaliknya, air laut yang kembali ke pantai akan menyapu bersih semua yang
dilaluinya.
3
Gambar 1. Tren Kejadian Bencana 10 tahun terakhir dari BNPB
Berdasarkan data dari PNPB terkait bencana tsunami terjadi terakhir kali
pada tahun 2004 yang menimpa Banda Aceh. Maka dari itu untuk bencana
tsunami 10 tahun terakhir belum terjadi kembali, mengingat kerusakan yang
ditimbulkan oleh tsunami yang menimpa Banda aceh tersebut.
2. Penyebab
Ada beberapa penyebab terjadinya tsunami :
Gempa bumi tektonik di dasar laut atau danau yang diikuti dengan
pergeseran atau perpindahan masa tanah atau batuan yang sangat besar.
Tanah longsor di bawah air laut atau danau
Letusan gunung api di bawah laut dang gunung api pulau
3. Proses Kejadian
Secara sederhana proses kejadian tsunami dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gempa bumi, tanah longsor atau letusan gunung api di bawah air (laut atau
danau) membuat dasar air merekah.
Air laut mengisi rekahan sehingga air laut di pantai menjadi surut.
Rekahan atau lubang di dasar laut yang terisi air laut menyemburkan
kelebihan air laut yang mengarah ke segala penjuru termasuk ke arah
pantai.
4
Mengingat besarnya rekahan tadi, air laut yang menyebar kembali juga
sangat besar dan kuat sehingga terjadi gelombang besar dan kuat yang
menerpa pantai dan masuk ke daratan sejauh 5 km, Gelombang besar ini
akan menerjang apa saja yang ada di daratan
4. Cara Perusakan
5
Gambar 3. Setelah diterjang stunami 26 Desember 2004
Kapal mendarat di atap rumah di Lampulo, Banda
6
Dari laut terdengar suara gemuruh yang sangat keras.
Terlihat gelombang tinggi berwarna hitam tebal digaris cakrawala
Gelombang air laut datang secara mendadak dan berulang dengan
energi yang sangat kuat
Terdapat selang waktu antara terjadinya gempa bumi sebagai
sumber tsunami dan waktu tiba tsunami di pantai mengingat
kecepatan gelombang gempa jauh lebih besar dibandingkan
kecepatan tsunami.
Metode untuk pendugaan secara cepat dan akurat memerlukan
teknologi tinggi
Di Indonesia, pada umumnya tsunami terjadi dalam waktu kurang
dari 40 menit setelah terjadinya gempa bumi besar di bawah laut.
7. Tindakan yang dilakukan sebelum, pada saat dan sesudah terjadinya
bencana
Masyarakat harus secara aktif sendiri-sendiri atau bersama-sama
melakukan pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya tsunami.Untuk
masyarakat yang tinggal di wilayah rawan tsunami perlu membentuk
kelompok pemantau tsunami. Kelompok pemantau angin puting beliung
ini harus di bekali dengan pengetahuan dan alat pemantau tsunami.
Masyarakat dan kelompok pemantau tsunami harus tahu dan melakukan
pelatihan untuk mengetahui gejala-gejala tsunami.
a. Pelajari keadaan sekeliling :
Tandai tempat-tempat dan bangunan-bangunan tinggi dan kuat,
menara, serta pohon-pohon tinggi dan kokoh sebagai tujuan evakuasi
tsunami.
Gunakan bangunan tinggi sebagai tujuan evakuasi jika tidak dapat
mencapai dataran tinggi dalam 30 menit.
Pelajari peta evakuasi, berapakah jarak, ketinggian, posisi rumah dan
sekolah dari tepi pantai.
Pelajari program penanggulangan bencana tsunami dari pemerintah
daerah.
b. Tindakan yang dilakukan saat tsunami
Jangan ke pantai dan berusaha menunggu dan ingin melihat
datangnya gelombang tsunami
Segera menjauh dari pantai pada jarak kurang lebih 500 meter dari
garis pantai.
Berjalan atau lari ke tempat yang lebih tinggi dan aman, misalnya
bukit atau yang lainnya.
Tempat aman dapat dicapai dalam waktu kurang dari 30 menit
dengan berjalan kaki.
Berlindung dengan naik ke bangunan yang tinggi, kuat dan kokoh.
7
Jika memungkinkan, segera menuju ke tempat evakuasi.
Pastikan keadaan telah aman baru kembali kerumah.
c. Tindakan setelah terjadi tsunami :
Jangan keluar rumah atau turun dari tempat penyelamatan bila
permukaan air masih tinggi
Jangan kembali ke rumah bila permukaan air masih tinggi dan belum
surut benar.
Keluar dari bangunan rumah dan/atau turun dari tempat
penyelamatan dengan tertib.
Apabila ada korban terluka, segera lakukan P3K.
Minta pertolongan apabila anda/orang lain mengalami luka parah.
Pastikan :
Tidak akan terjadi gempa susulan yang kuat dan tidak akan terjadi
tsunami.
Bagi yang tinggal di daerah pesisir pantai lihat keadaan pantai dan
dengarkan instruksi petugas BMKG untuk memastikan tidak akan
terjadi tsunami lagi
8. Rencana menghadapi Bencana
Untuk menghadapi tsunami setiap orang yang tinggal di daerah
rawan tsunami harus mempunyai rencana.
Rencana ini antara lain meliputi :
Bergabung dengan kegiatan PRB berbasis masyarakat, khususnya
masyarakat siaga bencana tsunami
Dianjurkan untuk membentuk kelompok Pengurangan Risiko Bencana
Berbasis Masyarakat (PRBBK) bagi masyarakat yang belum
memilikinya.
Turut serta dan mendukung pendidikan PRB secara formal dan informal
sejak usia dini
Mengikuti kegiatan pelatihan/penyuluham teknis dan ketrampilan kerja
dalam rangka PRB (Pertukangan, Pertanian, Peternakan, Ketrampilan
usaha, Industri rumah tangga dan sejenisnya). Ini dimaksudkan untuk
8
meningkatkan keadaan ekonomi masyarakat sehingga tidak rentan
dalam menghadapi bencana tsunami.
Pembagian peran ketiks terjadi bencana
Identifikasi kebutuhan pada saat bencana berdasarkan kebutuhan
spesifik laki-laki dan perempuan (gender sensitif)
Seluruh tahapan kegiatan harus sensitif gender.
(Ihsan,2017)
B. MITIGASI TSUNAMI
Upaya mitigasi bencana tsunami dibagi menjadi dua bagian, yaitu upaya
mitigasi non-struktural(bukan upaya pembangunan fisik) dan mitigasi struktural
(upaya pembangunan fisik)
1. Mitigasi non-Struktural
Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami
Melakukan latihan simulasi menghadapi tsunami, khususnya memahami
peta, tempat evakuasi dan cara-cara menuju tempat evakuasi tsunami
Peningkatan pengetahuan masyarakat pantai tentang bahaya tsunami,
pengenalan sifat dan tanda-tanda bahaya tsunami dan cara-cara
penyelamatan diri terhadap bahaya stunami
Memberikan laporan sesegera mungkin jika mengetahui tanda-tanda akan
terjadinya tsunami kepada petugas yang berwenang
Melengkapi diri dengan alat komunikasi dan turut serta dalam penyebaran
peringatan dini tsunami
9
2. Mitigasi Struktural
Pembangunan Sistim Peringatan Dini Tsunami (SPDT)
Pembangunan tembok atau pemecah ombak pada garis pantai yang
berisiko
Penanaman pohon bakau serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai
untuk meredam terjangan air laut Tsunami
Pembangunan tempat-tempat evakuasi disekitar daerah pemukiman yang
cukup tinggi, aman, memiliki jalan yang lebar dan mudah dijangkau untuk
menghindari terjangan tsunami
Pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami
10
Penyediaan air bersih dilokasi evakuasi
Pertolongan pertama, pengobatan darurat dan obat-obatan penting dolokasi
evakuasi.
Adanya layanan medis dilokasi evakuasi.
3. Peringatan dini bencana
Pembangunan, pemasangan, dan pengoperasian peralaan untuk mengamati
gejala bencana tsunami
Metode untuk menganalisa hasil pemngamatan gejala bencana
Proses pembuatan keputusan status becana berdasarkan hasul analisa
Ketersediaan alat penyebaran informasi peringatan dini (telepon, radio,
televisi, dan sebagainya.)
Uji coba latihan sistem peringatan dini.
4. Managemen informasi
Sistem informasi yang dikembangkan untuk peringatan dini bencana
tsunami. Khususnya yang berkaitan dengan akan terjadinya tsunami
Masyarakat dan tiap rumah tangga harus pula memiliki informasi penting
terkini berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana tsunami.
5. Gladi simulasi bencana
Hal ini termasuk dalam simulais kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Khususnya tentang peringatan dini dan evakuasi, harus dilakukan secara
berkala dan rutin dilapangan. Gunanya adalah untuk menguji tingkat
kesiapsiagaan dan membiasakan diri para petugas dan masyarakat menghadapi
bencana
Setalah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati, maka
langkah berikutnnya adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi. Rehabilitasi
merupakan suatu usaha normalisasi, perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
baik pemerintahan maupun kehidupan masyarakat (bersifat sementara).
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua sarana dan prasarana di
wilayah pasca bencana dengan tujuan tumbuh dan berkembangnya kembali
kehidupan masyarakat (bersifat permanen).
11
Prinsip Dasar Untuk Rekonstruksi Daerah Bencana
12
Kegiatan-kegiatan pemulihan ini meliputi:
Melakukan rancana tata ruang dan wilayah (RT RW) berdasarkan analisis
risiko bencana tsunami. Ini termasuk rencana tersruktur, polaruang wilayah, dan
penetapan kawasan dengan mempertimbangkan potensi risiko bencana tsunami
yang telah ditetapkan oleh lembaga berwenang.Yaitu ditetapkan dalam:
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tsunami adalah gelombang laut yang besar dengan periode panjang yang
ditimbulkan oleh adanya tekanan kuat dari dasar laut
Salah satu penyebab terjadinya stunami adalah Gempa bumi tektonik di
dasar laut atau danau yang diikuti dengan pergeseran atau perpindahan
masa tanah atau batuan yang sangat besar.
Masyarakat harus secara aktif sendiri-sendiri atau bersama-sama
melakukan pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya tsunami.
Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi
kemungkinan terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya
yang tidak dapat dihindarkan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana serta Perarturan pemerintah Nomor 11 Tahun
2008, tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca bencana,
adalah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah maupun
masyarakat.
Kesiapsiagaan menghadapi bencana tsunami dilakukan bila upaya
pencegahan dan miigasi bencana tsunami telah dilaksanakan namun
bencana tsunami tidak dapa dielakkan untuk terjadi maka perlu upaya
kesiapsiagaan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Pond, S., and Pickard, G., 1983, Introductory Dynamical Oceanography Second
Edition, Pergamon Press, Great Britain.
15