Anda di halaman 1dari 54

PROPOSAL

PENGARUH PEMBERIAN DAUN KUMIS KUCING


TERHADAP KADAR ASAM URAT PADA LANSIA
DENGAN ARTHRITIS GOUT

LITERATURE REVIEW

M. ADI SAPUTRA
18101050017

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Proposal ini diajukan oleh :

Nama : M.Adi Saputra

NIM : 18101050017

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : Pengaruh Pemberian Daun Kumis Kucing

Terhadap Kadar Asam Urat Pada Lansia Dengan

Arthritis Gout

Telah disetujui untuk diseminarkan dan dipertahankan dihadapan Tim Pengguji

Seminar Proposal Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Alifah Padang.

Padang, Desember 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Tomi Jepisa, M.Kep Ns. Helmanis Suci, M.Kep

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang


Ketua,

Dr. Ns. Asmawati, S.Kep., M.Kep

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan kesehatan, kemampuan, kemudahan serta memberikan inspirasi

penuh sehingga penulis dapat menyusun Proposal Literature Review yang

membahas mengenai “Pengaruh Pemberian Daun Kumis Kucing Terhadap

Kadar Asam Urat Pada Lansia Dengan Arthritis Gout”. Shalawat beriring

salam selalu tercurah untuk Nabi Muhammad S.A.W sebagai inspirasi yang tidak

habis sepanjang zaman yang telah memberikan teladan bagi umatnya.

Proposal Literature Review ini telah penulis susun dengan maksimal

dengan mencari informasi dari berbagai sumber. Terlepas dari itu semua, penulis

menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan

kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan

kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki Proposal Literature Review

ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis tujukan kepada:

1. Bapak Ns. Tomi Jepisa, M.Kep selaku pembimbing I.

2. Ibu Ns. Helmanis Suci, S.Kep selaku pembimbing II.

3. Ibu Ns. Ledia Restipa, M.Kep Ketua Prodi Keperawatan STIKes Alifah

Padang.

4. Ibu Dr. Ns.Asmawati, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Alifah Padang.

5. Seluruh staf dan dosen pengajar di STIKes Alifah Padang yang telah banyak

memberikan ilmu kepada peneliti selama perkuliahan

ii
6. Keluarga dan sahabat yang telah memberikan semangat, dorongan dan doa

kepada penulis dalam mempersiapkan diri dalam menyusun Proposal

Literature Review ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga Proposal Literature

Review ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya, serta pembaca. Terakhir,

hanya kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa penulis menyerahkan segalanya.

Aamiin.

Padang, Desember 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... vii

BAB l PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 7

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teoritis ..................................................................... 8
B. Kerangka Teori ......................................................................... 32
C. Kerangka Konsep .................................................................... 33
D. Definisi Operasional ................................................................ 34
E. Hipotesis .................................................................................. 34

BAB lll METODE PENELITIAN


A. Rancangan Strategi Pencarian Literatur Review ..................... 35
B. Kriteria Literatur Review .......................................................... 36
C. Tahapan Literatur Review ....................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Zat – zat dan kegunaan zat yang terkandung di dalam daun kumis
kucing (Orthosiphon aristatus) ........................................................... 12
2.2 Nilai Tujuk Asam .................................................................................. 15
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kadar Asam Urat Serum ......................... 17
2.4 Definisi Operasional .............................................................................. 33

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Daun Kumis Kucing .............................................................................. 9
2.2 Struktur Kimia Asam Urat ...................................................................... 13
2.3 Metabolisme Asam Urat ......................................................................... 15

vi
DAFTAR GAMBAR

Bagan Halaman
2.1 Kerangka Teori ...................................................................................... 32
2.2 Kerangka Konsep ................................................................................... 33
2.3 Proses Pencarian Artikel ......................................................................... 37

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asam urat (Gout) merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita

masyarakat yang terjadi apabila pola makan yang sehat tidak diperhatikan.

Asam urat terjadi ketika kandungan purin pada tubuh diambang batas

kewajaran (Sakinah 2015). Secara umum penyakit ini merupakan proses

penurunan fungsi organ tubuh yang umumnya terjadi pada usia tua, namun

juga bisa terjadi pada usia muda. Akibat yang paling bahaya dari penyakit ini

adalah rasa sakit dan juga sangat menyita biaya terutama saat masa tua, dan

bisa juga akan berakhir dengan kematian (Kementerian Kesehatan RI 2019).

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2020),

asam urat adalah bentuk umum dari radang sendi yang sangat menyakitkan.

Biasanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu (seringkali sendi jempol

kaki). Serangan nyeri asam urat yang berulang dapat menyebabkan artritis

gout yakni suatu bentuk radang sendi yang memburuk. Asam urat merupakan

salah satu jenis rematik yang ditandai dengan tanda-tanda radang seperti nyeri,

bengkak, panas, sakit bila digerakkan, dan kulit diatas sendi yang terkena

tampak kemerahan. Serangan pertama kali memberikan gejala yang khas,

berupa nyeri hebat pada satu persendian yang timbul secara mendadak

menjelang pagi tanpa gejala apapun pada malam hari sebelumnya (Dalimartha

and Dalimartha 2014).

Asam urat adalah molekul yang relatif tidak larut dan dengan mudah

mengendap dari larutan seperti urine atau cairan sinovial. Pada konsentrasi ion

1
hidrogen fisiologis, asam urat terutama berada dalam bentuk terionisasi dan

berada dalam plasma dalam bentuk natrium urat. Peningkatan kadar urat

serum dikenal sebagai hiperurisemia sebagai faktor resiko utama untuk

penyakit gout (Gaw et al. 2012). Hiperurisemia didefinisikan sebagai

konsentrasi urat plasma lebih dari 420 μmol/L (7,0 mg/dL) dan merupakan

petunjuk dari peningkatan produksi urat tubuh total. Hiperurisemia dapat

terjadi akibat peningkatan produksi urat, penurunan ekskresi asam urat atau

kombinasi dari kedua proses (Isselbacher et al. 2013).

Penyebab lain timbul hiperurisemia adalah pembuangan asam urat

yang berkurang, adanya gangguan metabolisme purin bawaan (penyakit

keturunan), mengkonsumsi makanan berkadar purin tinggi, makanan yang

mengandung lemak tinggi, akan menyebabkan lemak tertimbun didalam

tubuh, pembakaran lemak menjadi kalori akan meningkatkan keton darah

ketosis akan menghambat pembuangan asam urat melalui urinsehingga

menyebabkan kadar asam urat dalam darah meningkat, adanya penyakit

kanker atau pengobatan (kemoterapi) (Soekanto 2012).

Prevalensi goat di dunia menurut WHO 2018 (World Health

Organization), mengalami kenaikan dengan jumlah 1370 (33,3%). Prevelensi

gout juga meningkat pada kalangan orang dewasa di Inggris sebesar 3,2% dan

Amerika Serikat sebesar 3,9%. Di Korea preverensi asam urat meningkat dari

3,49% per 1000 orang pada tahun 2007 menjadi 7,58% per 1000 orang pada

tahun 2015 (Nofia, Apriyeni, and Prigawuni 2019). Di negara berkembang

seperti Indonesia, kasus gout makin tahun mengalami peningkatan. Hal

tersebut ditunjang dari data Rikesdas Tahun 2018, prevalensi penyakit asam
urat jika dilihat dari karateristik umur, prevalensi tinggi pada umur ≥ 75 tahun

(54,8%). Penderita wanita juga lebih banyak (8,46%) dibandingkan dengan

pria (6,13%) .

Banyak lansia mengeluhkan sakit pada daerah sendi, seperti sendi pada

daerah tangan, sendi pada daerah tumit dan juga pada sendi daerah kaki, para

lanjut usia juga mengatakan akibat rasa sakit yang ditimbulkan dari asam urat

aktivitas mereka menjadi terganggu dan mereka merasa tidak nyaman

disebabkan kondisi sakit yang dideritanya (Rosyiani 2015). Untuk

penanganan gout arthritis secara farmakologi adalah dengan Obat Anti

Inflamasi Non Steroid (OAINS) salah satunya allopurinol (Wilda and

Panorama 2020). Allopurinol merupakan salah satu obat asam urat, meskipun

tergolong sangat efektif, allopurinol memiliki efek samping yang tidak

diinginkan seperti mual, diare, kulit kemerahan yang disertai gatal, banyak

efek samping yang membahayakan dari obat modern (Kemila 2016).

Arifin (2008) mengemukakan bahwa terapi farmakologis harus

diminimalkan penggunaanya, karena obat-obatan tersebut dapat menyebabkan

ketergantungan dan juga memiliki kontraindikasi, oleh sebab itu terapi secara

non farmakologis lebih utama untuk mencegah atau mungkin bisa mengurangi

angka kejadian gout. Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan cara

salah satunya menggunakan obat herbal (Komariah 2015).

WHO juga merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk

obat herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan

pengobatan penyakit. Hal ini menunjukkan dukungan WHO untuk back to

nature. Obat tradisional yang berasal dari tanaman memiliki efek samping
yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya dibandingkan obat-obatan

kimia.Hal ini disebabkan karena efek dari tanaman obat bersifat alami, tidak

sekeras efek dari obat-obatan kimia (Anggriani and Widaryati 2012). Menurut

Dalimartha & Dalimartha (2014) pengobatan herbal atau berbahan baku

tumbuhan juga bermanfaat untuk mencegah peninggian dan mengontrol kadar

asam urat darah. Dalam dunia pengobatan tradisional Indonesia salah satu

tanaman yang dapat digunakan dalam pengobatan asam urat adalah kumis

kucing.

Kumis kucing dikenal dengan bahasa latin Orthosiphon aristatus

termasuk tanaman family lamiacea. Kumis kucing mengandung zat yang sama

seperti allopurinol dan bermanfaat dalam pengobatan asam urat (Komariyah,

Ilmi, and Rizani 2019) dan dipercaya juga dapat menyembuhkan asam urat

karena mengandung senyawa fenolat yang berperan dalam mengobati asam

urat. Kandungan zat aktif dari kumis kucing dapat menjadi sumber anti-

inflamasi dan antioksidan penting untuk menangkal asam urat. Untuk

mengatasi asam urat dapat digunakan 10 lembar daun kumis kucing, direbus,

dan kemudian air rebusannya diminum setiap hari secara rutin (Marjoni,

Naim, and Trisna 2021).

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan tentang khasiat daun

kumis kucing yang dapat mengobati penyakit asam urat diantaranya yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Anggriani & Widaryati (2012) tentang

Pengaruh Air Rebusan Kumis Kucing Terhadap Kadar Asam Urat Pada

Penderita Arthritis Gout Di Kelurahan Ngampilan yang diketahui hasil bahwa


air rebusan kumis kucing mampu untuk menurunkan kadar asam urat pada

penderita Arhtritis gout di Kelurahan Ngampilan Yogyakarta.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim et al. (2018)

tentang Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Orthosiphoh Aristatus Terhadap

Kadar Asam Urat Pada Penderita Gout Atritis, menunjukkan bahwa pengaruh

pemberian rebusan daun kumis kucing (Orthosiphon Aristatus) terhadap kadar

asam urat pada pasien arthritis gout dengan p-value laki-laki (p = 0,000) dan

p- value perempuan (p = 0,000) dengan terapi ini diberikan 2 kali sehari

dengan takaran 100 ml, waktu diberikan pagi dan sore.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Daryanto (2020) yang diketahui

hasil bahwa senyawa kimia yang terdapat di dalam kumis kucing

(Orthosiphon Stamineus) bermanfaat sebagai anti inflamasi dan memicu

terjadinya inflamasi pada penderita gout arthritis serta meningkatkan diuretik

sehingga menambah jumlah purin yang di ekskresi dan menurunkan kadar

asam urat di dalam tubuh. Dengan latar belakang tersebut diatas peneliti

tertarik untuk melakukan penelurusan literature tentang temuan-temuan yang

dilakukan oeh peneliti sebelumnya tentang Pengaruh Pemberian Daun Kumis

Kucing Terhadap Kadar Asam Urat Pada Lansia Dengan Arthritis Gout dan

membandingkan dari jurnal yang digunakan dalam penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang dapat

diambil yaitu bagaimana pengaruh pemberian daun kumis kucing terhadap

kadar asam urat pada lansia dengan Arthritis Gout berdasarkan penelusuran

artikel ilmiah?
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pemberian daun kumis kucing terhadap kadar asam urat pada lansia

dengan Arthritis Gout berdasarkan penelusuran artikel ilmiah.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui rerata kadar asam urat pada lansia dengan Arthritis

Gout sebelum dilakukan pemberian daun kumis kucing berdasarkan

penelusuran artikel ilmiah.

b. Untuk mengetahui rerata kadar asam urat pada lansia dengan Arthritis

Gout setelah dilakukan pemberian daun kumis kucing berdasarkan

penelusuran artikel ilmiah.

c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian daun kumis kucing terhadap

kadar asam urat pada lansia dengan Arthritis Gout berdasarkan

penelusuran artikel ilmiah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai pengembangan kemampuan sehingga dapat

mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama mengikuti

perkuliahan di masyarakat dan menambah wawasan bagi peneliti tentang

pengaruh pemberian obat tradisonal terhadap kadar asam urat pada

penderita Arthritis Gout terutama lansia khususnya daun kumis kucing.


2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat

Sebagai sumber informasi dan dapat memanfaatkan obat

tradisional, seperti daun kumis kucing untuk menurunkan kadar asam

urat melalui sosialisasi.

b. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding bagi

mahasiswa institusi pendidikan Keperawatan terkait penanganan

secara tradisonal terhadap kadar asam urat pada penderita Arthritis

Gout khususnya lansia.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat telaah

pustaka (literature review) yang diperoleh dari penelusuran artikel penelitian-

penelitian ilmiah dari rentang tahun 2015-2021 dengan menggunakan

database google scholar, pubmed, dan science direct. Metode yang digunakan

dalam literatur review ini diawali dengan pemilihan topik, kemudian

menuliskan kata kunci sesuai yaitu “Orthosiphoh Aristatus leaves, uric acid

levels the elderly dan Gout Arthritis” untuk pencarian jurnal berbahasa Inggris

sedangkan untuk pencarian jurnal berbahasa Indonesia menggunakan kata

kunci “daun kumis kucing (Orthosiphoh Aristatus), kadar asam urat, lansia

dan Arthritis Gout”. Paper atau jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi

diambil untuk selanjutnya di analisa. Data-data yang diperoleh dituangkan ke

dalam sub bab-sub bab sehingga menjawab rumusan masalah penelitian.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Dasar Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)

a. Morfologi

Kumis kucing dikenal dengan bahasa latin Orthosiphon

aristatus termasuk tanaman family lamiacea. Kumis kucing merupakan

tumbuhan semak tahunan yang dapat tumbuh mencapai 50-150 cm.

Kumis kucing memiliki batang berkayu yang berbentuk segi empat,

beruas-ruas, serta bercabang dengan warna coklat kehijauan (Hutapea

2000).

Daun kumis kucing merupakan daun tunggal yang berbentuk

bulat telur, dengan ukuran panjang 7-10 cm dan lebar 8-50 cm. Bagian

tepi daun bergerigi dengan ujung dan panjang runcing. Daun tipis dan

berwarna hijau. Bunga kumis kucing berupa bunga majemuk

berbentuk malai yang terletak di ujung ranting dan cabang dengan

mahkota bunga berbentuk bibir dan berwarna putih (Hutapea, 2000).

Pada bunga terdapat kelopak yang berlekatan dengan ujung

terbagi empat dan berwarna hijau. Benang sari pada bunga berjumlah

empat dengan kepala sari berwarna ungu. Sedangkan putik pada bunga

berjumlah satu dan berwarna putih. Kumis kucing memiliki buah

berbentuk kotak dan bulat telur, yang berwarna hijau ketika masih

muda dan berubah warna menjadi hitam setelah tua. Biji kumis kucing

9
berukuran kecil dan berwarna hijau ketika masih muda yang

menghitam setelah tua. Perakaran kumis kucing merupakan akar

tunggang berwarna putih kotor (Hutapea, 2000).

Gambar 2.1
Daun Kumis Kucing
(sumber: Wikipedia)

b. Khasiat Daun Kumis Kucing

Daun kumis kucing dapat digunakan untuk penderita asam urat

(Arthritis gout) dimana kandungan yang terdapat pada daun kumis

kucing yang bisa menurunkan kadar asam urat yaitu, Orthosiphon

glikosida zat senyawa khusus yang memiliki daya diuteritik dan sedikit

antiinflamasi. Pengolahan daun kumis kucing dengan cara merebus

sebanyak 5 helai daun kumis kucing, dengan air 250 mililiter, didihkan

hingga tersisa 100 mililiter gelas. Setelah di angkat, dinginkan, lalu


disaring, meminum sebanyak 2 kali sehari dengan dosis masing-

masing setengah gelas (Dalimartha and Dalimartha 2014).

c. Kandungan kimia daun Kumis Kucing

Kandungan kimia yaitu zat samak, orthosiphon glikosida,

minyak lemak, sapofonin, garam kalium (0,6-3,5%) dan myoinositol

(Hariana 2005), serta minyak atsiri sebanyak 0,02-0,06 % yang terdiri

dari 6 macam sesquiterpenes dan senyawa fenolik, glikosida flavonol,

turunan asam kaffeat. Hasil ekstraksi daun dan bunga Orthosiphon

stamineus Benth. Ditemukan methylripariochromene A atau 6-(7,8-

dimethoxyethanone). Juga ditemukan 9 macam golongan senyawa

flavon dalam bentuk aglikon, 2 macam glikosida flavonol, 1 macam

senyawa coumarin, scutellarein, 6-hydroxyluteolin, sinensetin

(Yulaikhah 2009)

Daun Kumis Kucing memiliki kandungan mineral hingga 12

%yang komponen utamanya adalah kalium. Selain itu, daun

Orthosiphon aristatus juga mengandung flavonoid lipofil (sinensetin

dan isosinensetin), glikosida orthosifon, asam rosmarinat, asam

kafeat, fitosterol, salvigenin, eupatorin, tanin, minyak atsiri (pimaran,

sisopimaran diterpen staminol A), dan skutelarein tetrametil eter.

Senyawa orthosifol A-E merupakan senyawa lain yang saat ini telah

berhasil diisolasi dari Kumis Kucing.

Daun Kumis Kucing telah diteliti pada hewan coba dan

ternyata terbukti memiliki efek diuretik. Pemberian ekstrak metanol-

air daun Kumis Kucing dengan dosis 2 g/kg dapat meningkatkan


ekskresi natrium dan kalium pada 8 jam pertama pemberian.

Sementara itu ekstrak metalonik daun Kumis Kucing dengan dosis 100

dan 200 mg/kgBB terbukti memiliki efek nefroprotektif dengan

menurunkan kadar kreatinin, urea, protein urin, dan menghambat

terjadinya radikal bebas. Minyak atsiri dari Kumis Kucing memiliki

aktivitas antimikroba seperti terhadap bakteri Vibria parahaemolyticus

dan Streptococcus mutans sehingga bisa digunakan untuk mengobati

infeksi saluran kemih.

Ekstrak daun Orthosiphon aristatus terbukti untuk menghambat

kontraksi otot polos aorta torakalis yang di stimulasi oleh KCl. Selain

itu, aktivitas relaksasi juga muncul pada otot polos trakea guinea pig

dengan atau tanpa stimulasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak

daun Kumis Kucing efektif untuk masalah pada trakea seperti batuk.

Kumis kucing dapat dijumpai hamper diseluruh wilayah

Indonesia karena tanaman ini dipercaya juga dapat menyembuhkan

asam urat karena mengandung senyawa fenolat yang berperan dalam

mengobati asam urat. Kandungan zat aktif dari kumis kucing dapat

menjadi sumber anti-inflamasi dan antioksidan penting untuk

menangkal asam urat. Untuk mengatasi asam urat dapat digunakan 10

lembar daun kumis kucing, direbus, dan kemudian air rebusannya

diminum setiap hari secara rutin (Marjoni, Naim, and Trisna 2021).
Tabel 2.1
Zat – zat dan kegunaan zat yang terkandung di dalam daun kumis
kucing (Orthosiphon aristatus)
Zat Kegunaan
Minyak Atsiri - Anti nyeri
- Anti infeksi
- Pembunuh bakteri
Flavonoid - Melindungi struktur sel
- Meningkatkan efektivitas
vitamin C
- Antiinflamasi
- Mencegah keropos tulang
- Antibiotik
- Antivirus
- Menghambat penyerapan
glukosa di usus
Orthosipon glikosida - Diuretik
- Antiinflamasi
Saponin - Antiseptik
- Menghambat Na+ / D-glucose
cotransport system (SGLUT) di
membran brush border intestinal
Garam Kalium - Metabolisme energi
- Katalisator sintesis glikogen dan
protein
Myoinositol - Aktivitas lipotropik
- Mengatur respon sel terhadap
rangsang dari luar
- Transmisi saraf
- Pengaturan aktivitas enzim
(Sumber: Astuti, 2012)

Ada dua jenis kumis kucing yang dikenal: Orthosiphon

stamineus yang berbunga ungu dan Orthosiphon aristatus yang

berbunga putih. Kandungan senyawa kimia di dalamnya adalah:

saponin, polifenol, flavonoid, sapofonin, myoinositol, orthosipon

glikosida, minyak atsiri, dan garam kalium. Daun kumis kucing

berkhasiat sebagai peluruh air seni, obat batu ginjal, obat kencing

manis, obat tekanan darah tinggi, dan obat encok (Astuti, 2012).
2. Konsep Dasar Lansia

a. Pengertian

Penuaan merupakan proses normal perubahan yang

berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut

sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan

(Fatmah 2010). Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia lanjut

dimulai dari usia 60 tahun (Setyoadi and Kushariyadi 2011).

Sedangkan Departeman kesehatan RI menyebutkan seseorang

dikatakan berusia lanjut usia dimulai dari usia 55 tahun keatas.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2010) dalam Sony (2011), menua

merupakan proses alami yang dihadapi oleh setiap individu dengan

adanya perubahan kondisi fisik, psikologis dan sosial yang saling

berinteraksi satu sama lain. Meningkatnya usia menyebabkan

seseorang menjadi rentan terserang berbagai macam penyakit. Usia

lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses

perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa decade

(Notoatmodjo 2010).

Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur

dan fungsi normalnya sehingga tidak dapate bertahap terhadap jejas

(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan

penyakit degenerative misalnya hipertensi, jantung, arteriosklerosis,

diabetes mellitus dan kanker (Nurrahmani 2012).


b. Batasan Usia Lansia

Menurut WHO dalam Mujahidullah (2012) klasifikasi lansia

digolongkan menjadi 4 yaitu :

1) Usia pertengahan atau middle age yaitu seseorang yang berusia

45-59 tahun.

2) Lanjut usia atau elderly yaitu seseorang yang berusia 60-74 tahun.

3) Lanjut usia tua atau old yaitu orang yang berusia 75-90 tahun.

4) Lanjut usia sangat tua atau very old yaitu seseorang yang berusia

diatas 90 tahun.

c. Perubahan Yang Terjadi Pada Usia Lanjut

Menurut Mujahidullah (2012), beberapa perubahan yang akan

terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan fisik,intlektual, dan

keagamaan.

1) Perubahan fisik

a) Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam

tubuh akan berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran

lebih besar sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu

dan proposi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati

berkurang.

b) Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia

akan mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca

indra. Pada indra pendengaran akan terjadi gangguan

pendengaran seperti hilangnya kemampuan pendengaran pada

telinga. Pada indra penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan


pada kornea, hilangnya daya akomodasi dan menurunnya

lapang pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti respon

terhadap nyeri menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada

indra pembau akan terjadinya seperti menurunnya kekuatan

otot pernafasan, sehingga kemampuan membau juga berkurang.

c) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunya

selara makan, seringnya terjadi konstipasi, menurunya produksi

air liur (Saliva) dan gerak peristaltic usus juga menurun.

d) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami

pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal menurun.

e) Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan

cairan dan makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek,

persendian kaku dan tendon mengerut.

f) Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami

pompa darah yang menurun, ukuran jantung secara kesuruhan

menurun dengan tidaknya penyakit klinis, denyut jantung

menurun, katup jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku

akibat dari akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik meningkat

pada lansia kerana hilangnya distensibility arteri. Tekanan

darah diastolic tetap sama atau meningkat.

2) Perubahan Intelektual

Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah

(2012), akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada

kemampuan otak seperti perubahan intelegenita Quantion (IQ)


yaitu fungsi otak kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan

mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal, pemecehan

masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang.

Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan

kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk

menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga

kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.

3) Perubahan Keagamaan

Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya

lansia akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal

tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan

meninggalkan kehidupan dunia.

d. Karakteristik Penyakit Pada Lansia di Indonesia

Menurut Haryono (2013) terdapat beberapa penyakit pada

lansia diantaranya :

1) Penyakit persendian dan tulang. Misalnya: rematik, osteoporosis,

osteoartritis.

2) Penyakit kardiovaskular. Misalnya: penyakit jantung koroner,

hipertensi, kolesterolemia, angina, cardiac attack, stroke,

trigliserida tinggi, anemia. Penyempitan pembuluh darah jantung

biasanya disebabkan akibat penumpukan lemak (hiperlipidemia) di

pembuluh darah, sehingga aliran darah menuju jantung terganggu.

Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas.

3) Penyakit pencernaan, yaitu gastritis dan ulkus peptikum.


4) Penyakit urogenital, seperti infeksi saluran kemih (ISK)

5) Gagal ginjal akut atau kronis, benign prostat hiperplasia.

6) Penyakit metabolik atau endokrin. Misalnya: diabetes mellitus,

obesitas.

7) Penyakit pernafasan, seperti asma dan tuberkulosis paru.

8) Penyakit keganasan, seperti kanker.

Selain penyakit yang telah disebutkan di atas ada tujuh

penyakit kronik degeneratif yang kerap dialami para lanjut usia

(Haryono, 2013), yaitu:

1) Osteoartritis (OA)

Osteoartritis adalah peradangan sendi yang biasa disebut

juga dengan rematik, terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik

yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi,

dan perkapuran.

2) Osteoporosis

Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang

dimana masa atau kepadatan tulang berkurang.

3) Dimensia

Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan

kehilangan fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan,

sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari.

Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi

pada usia lanjut.


4) Kanker

Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan

fungsi sebuah sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak

sel-sel lainnya yang masih sehat.

5) Diabetes Mellitus

Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi

glukosa dimana gula darah masih tetap normal meskipun dalam

kondisi puasa. Beberapa gejala adalah sering haus dan lapar,

banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus menurun, dan

luka yang sulit sembuh.

6) Penyakit Jantung Koroner

Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah

menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri

dada, sesak napas.

7) Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah

sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan

diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg, yang terjadi karena

menurunnya elastisitas arteri pada proses menua.

3. Konsep dasar Asam Urat

a. Pengertian

Asam urat (C5H4N4O3) merupakan produk akhir metabolisme

purin (bentuk turunan nukleoprotein : adenine dan guanine). Secara


alamiah, purin terdapat dalam tubuh dan dijumpai pada semua

makanan yang berasal dari hewan (jeroan, daging, remis, sarden),

ataupun dari tumbuhan (sayuran seperti kembang kol, bayam, buncis;

buah-buahan seperti durian, nanas; kacang-kacangan) (Sacher and

McPerson 2004).

Asam urat sebenarnya merupakan antioksidan dari manusia dan

hewan, tetapi bila dalam jumlah berlebihan dalam darah akan

mengalami pengkristalan dan dapat menimbulkan gout. Asam urat

mempunyai peran sebagai antioksidan apabila kadarnya tidak

berlebihan dalam darah, namun bila kadarnya berlebih asam urat akan

berperan sebagai prooksidan (Martsiningsi and Otnel 2016).

Gambar 2.2
Struktur Kimia Asam Urat
(Sumber: Sacher & McPerson, 2004)

b. Metabolisme Asam Urat

Asam urat disintesis terutama dalam hati, dalam suatu reaksi

yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat merupakan

produk akhir metabolisme purin. Purin (adenine dan guanine)

merupakan salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti
sel. Dalam tubuh, perputaran purin terjadi secara terus-menerus seiring

dengan sintesis dan penguraian deoxyribonucleic acid (DNA) dan

ribonucleic acid (RNA), sehingga walaupun tidak ada asupan purin,

asam urat tetap terbentuk (Sacher dan Mc-Pherson, 2004).

Nukleotida purin diuraikan melalui metabolisme, dimana gugus

fosfat dibebaskan oleh kerja 5-Nukleotidase, adenilat menghasilkan

adenosine yang kemudian mengalami deaminasi menjadi inosin oleh

enzim adenosine deaminase. Inosin yang dikatalisis oleh enzim

nukleosida purin fosforilase akan melepas senyawa D-Ribosa dan basa

purin hipoksantin. Hipoksantin membentuk xantin dalam reaksi yang

dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Untuk katabolisme Guanosin 5-

Monofosfat (GMP), GMP dihidrolisis menjadi nukleosida guanosin,

kemudian diuraikan menjadi guanin bebas oleh enzim nukleosida purin

fosforilase. Guanin kemudian membentuk xantin dalam reaksi yang

dikatalisis oleh enzim guanin deaminase. Xantin yang terbentuk

kemudian diubah menjadi asam urat dengan bantuan enzim xantin

oksidase (Palupi 2007). Asam urat kemudian mengalir melalui darah

menuju ke ginjal, tempat zat ini akan difiltrasi, direabsorpsi sebagian,

dan diekskresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui urine

(Sacher dan Mc-Pherson, 2004).


Gambar 2.3
Metabolisme Asam Urat
Sumber : Palupi, 2007

c. Nilai Rujukan Asam Urat

Tabel 2.2
Nilai Rujukan Asam
Kategori Nilai Rujukan (mg/dL)
Dewasa pria 3,5 – 8,0
Dewasa wanita 2,8 – 6,8
Anak-anak 2,5 – 5,5
Lansia 3,5 – 8,5

d. Kelainan Kadar Asam Urat

Kadar asam urat di bawah nilai normal tidak bermakna secara

klinik, sedangkan kadar asam urat di atas nilai normal disebut

hiperuresemia (Kemenkes RI 2011). Hiperurisemia didefinisikan


sebagai kadar asam urat serum lebih dari 7 mg/dL pada laki-laki dan

lebih dari 6 mg/dL pada wanita. Hiperurisemia yang lama dapat

merusak sendi, jaringan lunak dan ginjal. Hiperurisemia bisa juga tidak

menampakkan gejala klinis atau asimptomatis (Nasrul 2012).

Peningkatan kadar asam urat bergantung pada fungsi ginjal, laju

metabolisme purin, dan asupan diet dari makanan yang mengandung

purin (Kee 2007).

Kadar asam urat darah yang tinggi sering menyebabkan

pengendapan kristal urat dijaringan lunak, terutama sendi, sindrom

klinis ini disebut gout. Kristal dijaringan menyebabkan respon

peradangan, disertai pembebasan enzim-enzim dari leukosit dan

kerusakan jaringan lokal yang menyebabkan terbentuknya lingkungan

asam yang semakin mempermudah pembentukan lebih banyak kristal

asam urat. Akibatnya sendi akan membengkak, meradang, dan nyeri.

(Sacher dan Mc-Pherson, 2004).

Penurunan dan peningkatan asam urat dalam serum serta

penyebannya dapat dilihat dalam tabel 2.3, sebagai berikut :


Tabel 2.3
Faktor yang Mempengaruhi Kadar Asam Urat Serum
No Kadar Asam Urat Penyebab
1. Peningkatan produksi, Mekanisme idiopatik yang
peningkatan kadar serum berkaitan dengan gout
primer, diet purin yang
berlebihan (jeroan, daging,
sarden, remis, kacang-
kacangan, dll), pengobatan
sitolitik untuk keganasan
terutama leukemia dan
limfoma, polisitemia,
metaplasia myeloid,
psioriasis, anemia sel sabit
2. Penurunan ekskresi, peningkatan Ingesti alkohol, diuretic
kadar serum tiazid, aspirin dosis <2 g/hari,
gagal ginjal
3. Peningkatan ekskresi, penurunan Probenesid, sulfinpirazon,
kadar serum aspirin dosis lebih dari 4
g/hari, estrogen
4. Penurunan produksi, penurunan Penggunaan alopurinol
kadar serum

e. Metode Pemeriksaan Asam Urat

1) Metode Tes Strip

Strip tes UASure menggunakan katalis bersama dengan

teknologi biosensor yang dirancang khusus untuk pemeriksaan

asam urat. Tes strip dirancang sedemikian rupa sehingga ketika

darah dimasukkan ke dalam zona reaksi strip, katalis asam urat

memicu oksidasi asam urat dalam darah. Intensitas elektron yang

terbentuk diukur dengan sensor UASure dan setara dengan kadar

asam urat dalam sampel.

Metode tes strip memiliki kelebihan waktu pemeriksaan

lebih cepat, kurang dari ima menit, tidak memerlukan sampel

dalam jumlah besar, dan pengopedarionalan alat mudah. Tetapi


harga alat dan strip sedikit lebih mahal dan hasil pemeriksaan

dipengaruhi kualitas sampel. Selain itu, limitasi alat hanya mampu

membaca kadar asam urat 3,0 – 20,0 mg/dL, sehingga pada kadar

dibawah 3,0 mg/dL tidak akan mampu terbaca (Palupi, 2007).

2) Metode Enzimatik Fotometri

Pemeriksaan asam urat menggunakan metode pemeriksaan

enzimatis dengan prinsip asam urat dioksidasi oleh urikase menjadi

allantoin dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida dengan

adanya enzim peroksidase, akan bereaksi dengan 4-aminoantipirin

dan N-ethyl-N-(hydroxy-3-sulfopropyl)-m-toluidin (TOOS)

menghasilkan senyawa berwarna biru keunguan (DiaSys, 2015).

Reaksi :
Uric acid + O2 + 2H2O Allantoin + CO2 + H2O2

TOOS + 4-aminoantipirin + 2H2O2 Indamine + 3H2O

Metode enzimatik fotometri mempunyai kelebihan berupa

harga reagen yang lebih murah tetapi, kekurangannya metode

enzimatik fotometri memerlukan sampel dalam jumlah besar

karena menggunakan serum atau plasma (Palupi, 2007).

4. Konsep Dasar Gout Arthritis

a. Definisi Gout Arthritis

Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit

pirai atau penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang
disebabkan oleh tingginya asam urat di dalam darah. Kadar asam urat

yang tinggi di dalam darah melebihi batas normal menyebabkan

penumpukan asam urat di dalam persendian dan organ tubuh lainnya.

Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit, nyeri, dan

meradang (Haryani and Misniarti 2020).

Selain itu asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari

pencernaan protein (terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa

jenis sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa

purin yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal,feses, atau

keringat. Asam urat merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang

sangat membahayakan, karena bukan hanya mengganggu kesehatan

tetapi juga dapat mengakibatkan cacat pada fisik (Haryani and

Misniarti 2020). Kadar asam urat normal pada wanita: 2,6 – 6 mg/dl,

dan pada pria : 3 – 7 mg/dl (Marlinda and Dafriani 2019)

Purin adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan

yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Gout artritis ditandai dengan

peningkatan kadar asam urat, serangan berulang-ulang dari artritis

yang akut, kadang-kadang disertai pembentukan kristal natrium urat

besar yang ditemukan topus, deformitas, sendi dan cedera pada ginjal

(Senocak 2019 dalam Okayanti, 2021). Kelainan ini berkaitan dengan

penimbunan kristal urat monohidrat monosidium dan pada tahap yang

lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi. Insiden penyakit

gout sebesar 1-2%, terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan 20 kali

lebih sering pada pria daripada wanita. Penyakit ini menyerang sendi
tangan dan bagian pergelangan kaki. (Senocak 2019 dalam Okayanti,

2021).

b. Penyebab Gout Arthritis

Penyebab dari artritis gout meliputi usia, jenis kelamin, riwayat

medikasi, obesitas, konsumsi purin dan alkohol. Pria memiliki tingkat

serum asam urat lebih tinggi daripada wanita, yang meningkatkan

resiko mereka terserang artritis gout. Perkembangan artritis gout

sebelum usia 30 tahun lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan

wanita. Namun angka kejadian artritis gout menjadi sama antara kedua

jenis kelamin setelah usia 60 tahun. Prevalensi artritis gout pada pria

meningkat dengan bertambahnya usia dan mencapai puncak antara

usia 75 dan 84 tahun (Widyanto 2014).

Wanita mengalami peningkatan resiko artritis gout setelah

menopause, kemudian resiko mulai meningkat pada usia 45 tahun

dengan penurunan level estrogen karena estrogen memiliki efek

urikosurik, hal ini menyebabkan artritis gout jarang pada wanita muda

(Widyanto, 2014). Pertambahan usia merupakan faktor resiko penting

pada pria dan wanita. Hal ini kemungkinan disebabkan banyak faktor,

seperti peningkatan kadar asam urat serum (penyebab yang paling

sering adalah karena adanya penurunan fungsi ginjal), peningkatan

pemakaian obat diuretik, dan obat lain yang dapat meningkatkan kadar

asam urat serum (Widyanto, 2014).

Kondisi asam urat yang meningkat dalam tubuh akan terjadi

penumpukan asam urat pada sendi akan membentuk kristal yang


ujungnya tajam seperti jarum. Kondisi ini menimbulkan respon

peradangan dan berakhir dengan serangan gout (Kertia, 2009 dalam

Madyaningrum et al., 2020).

c. Tanda dan gejala penyakit Arthritis Gout

Gejala yang dirasakan dan tanda yang sering muncul pada

penderita Gout diantaranya adalah (Vitahealth, 2005 dalam

(Kusumayanti, Wiardani, and Sugiani 2014):

1) Rasa nyeri hebat dan mendadak pada ibu jari kaki dan jari kaki

2) Terganggunya fungsi sendi yang biasanya terjadi di satu tempat,

sekitar 70-80 % pada pangkal ibu jari

3) Terjadi hiperurikemia dan penimbunan kristal asam urat dalam

cairan dan jaringan sendi, ginjal, tulang rawan dan lain-lain;

4) Telah terjadi >1 kali serangan di persendian (arthritis) yang bersifat

akut;

5) Adanya serangan nyeri pada satu sendi, terutama sendi ibu jari

kaki. Serangan juga biasa terjadi di tempat lain seperti pergelangan

kaki, punggung kaki, lutut, siku, pergelangan tangan atau jari-jari

tangan;

6) Sendi tampak kemerahan;

7) Peradangan disertai demam (suhu tubuh >38 oC), dan

pembengkakan tidak simetris pada satu sendi dan terasa panas;

8) Nyeri hebat di pinggang bila terjadi batu ginjal akibat penumpukan

asam urat di ginjal (Madyaningrum et al. 2020).


d. Faktor resiko Gout Arthritis

Menurut Widyanto (2014), faktor resiko yang mempengaruhi

gout arthritis adalah:

1) Usia Pada umumnya serangan gout arthritis yang terjadi pada laki-

laki untuk pertama kalinya pada usia 40-69 tahun, sedangkan pada

wanita serangan gout arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada

laki-laki, biasanya terjadi pada saat menopause. Wanita memiliki

hormon estrogen, hormon inilah yang dapat membantu proses

pengeluaran asam urat melalui urin sehingga asam urat didalam

darah dapat terkontrol.

2) Jenis kelamin Laki-laki memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi

dari pada wanita, sebab wanita memiliki hormon ektrogen.

3) Konsumsi purin yang berlebih Konsumsi purin yang berlebih dapat

meningkatkan kadar asam urat di dalam darah, serta

mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin.

4) Konsumsi alcohol

5) Penyakit dan obat-obatan.

e. Klasifikasi gout arthritis

Ada 3 klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik :

1) Gout artritis stadium akut

Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat.

Lansia tidur tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa

sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat

monoartikular dengan keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa


hangat, merah dengn gejala sistemik berupa demam, menggigil dan

merasa lelah. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena

sendi lain yaitu pergelangan tangan/kaki, lutut, dan siku. Faktor

pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi

purin, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian obat

diuretik dan lain-lain. Pemilihan regimen terapi merekomendasikan

pemberian monoterapi sebagai terapi awal antara lain NSAIDs,

kortikosteroid atau kolkisin oral. Kombinasi diberikan berdasarkan

tingkat keparahan sakitnya, jumlah sendi yang terserang atau

keterlibatan 1-2 sendi besar (Senocak 2019 dalam Okayanti, 2021).

2) Stadium interkritikal

Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana

terjadi periode interkritik. Walaupun secara klinik tidak dapat

ditemukan tanda-tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi

ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses

peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan

(Senocak 2019)

3) Stadium artritis gout kronik

Stadium ini umumnya terdapat pada Lansia yang mampu

mengobati dirinya sendiri (self medication). Sehingga dalam waktu

lama tidak mau berobat secara teratur pada dokter. Gout artritis

menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan poliartikular. Tofi

ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat. Kadang-kadang

dapat timbul infeksi sekunder. Secara umum penanganan gout


artritis adalah memberikan edukasi pengaturan diet, istrahat sendi

dan pengobatan. Pengobatan dilakukan dini agar tidak terjadi

kerusakan sendi ataupun komplikasi lainnya. Tujuan terapi

meliputi terminasi serangan akut, mencegah serangan di masa

depan, mengatasi rasa sakit dan peradangan dengan cepat dan

aman, mencegah komplikasi seperti terbentuknya tofi, batu ginjal,

dan arthropati destruktif (Senocak 2019 dalam Okayanti, 2021).

Klasifikasi berdasarkan penyebabnya :

a) Gout primer

Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan

asam urat berlebihan, penurunan ekskresi asam urat melalui

ginjal. Gout primer disebabkan faktor genetik dan lingkungan.

Faktor genetik adalah faktor yang disebabkan oleh anggota

keluarga yang memiliki penyakit yang sama. Dan buruknya

jika kita mengalami penyakit yang disebabkan dari gen. Sulit

sekali untuk disembuhkan. Makannya untuk keluarga mana

pun, harus menjalankan kehidupan yang sehat, agar penyakit

tidak menyerang pada anggota keluarganya. Masih ada banyak

lagi penyakit yang disebabkan oleh faktor keturunan.

pernyataan ini adalah faktor penyebab asam urat tinggi.

b) Gout sekunder

Gout sekunder disebabkan oleh penyakit maupun obat-

obatan.
(1) Obat-obatan

Obat TBC seperti obat etambutol dan pyrazinamide

dapat menyebabkan kenaikan asam urat pada beberapa

Lansia. Hal ini terjadi karena adanya efek dari obat ini yang

berefek terhambatnya seksresi dari ginjal, termasuk sekresi

asam urat yang menghasilkan terjadinya peningkatan asam

urat pada tubuh.

(2) Penyakit lain

Penyebab asam urat bisa terjadi jika memiliki

tekanan darah yang terlalu tinggi, atau pun memiliki kadar

gula darah yang terlalu tinggi, dan menimbulkan penyakit

hipertensi atau pun penyakit diabetes dan kolesterol dan

penyakit tersebut bisa menyebabkan organ tubuh

menurunkan fungsi nya sehingga tidak dapat mengeluarkan

limbah tubuh dengan baik seperti limbah asam urat, oleh

sebab itu salah satu penyebab asam urat akibat penyakit di

dalam tubuh.

f. Penatalaksanaan Gout Arthritis

Pentalaksanaan pada penderita asam urat dapat dengan edukasi,

pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan (kolaboratif) dengan

pemberian akupresur. Hindari makanan yang mengandung tinggi purin

dengan nilai biologik yang tinggi seperti, hati, ampela ginjal, jeroan,

dan ekstrak ragi. Makanan yang harus dibatasi konsumsinya antara lain

daging sapi, domba, babi, makanan laut tinggi purin (sardine,


kelompok shellfish seperti lobster, tiram, kerang, udang, kepiting,

tiram, skalop). Alkohol dalam bentuk bir, wiski dan fortified wine

meningkatkan risiko serangan gout. Demikian pula dengan fruktosa

yang ditemukan dalam corn syrup, pemanis pada minuman ringan dan

jus buah juga dapat meningkatkan kadar asam urat serum. Sementara

konsumsi vitamin C, dairy product rendah lemak seperti susu dan

yogurt rendah lemak, cherry dan kopi menurunkan risiko serangan

gout.

Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut

secepat mungkin, mencegah serangan berulang dan pencegahan

komplikasi. Menurut Junaidi (2013), penatalaksanaan yang bisa

dilakukan adalah:

1) Medikasi

a) Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO,

Colchine 1,0 – 3,0 mg (dalam Nacl/IV), phenilbutazon,

Indomethacin.

b) Terapi farmakologi (analgetik dan antipiretik).

c) Colchines (oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah

fagositosis dari kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri

berkurang.

d) Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri

dan inflamasi.

e) Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat

dan untuk mencegah serangan.


f) Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan

menghambat akumulasi asam urat.

g) Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat

menggunakan probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone

(Anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau

menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100

mg 2x/hari.

2) Perawatan

a) Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang

mengandung purin yaitu jeroan (jantung, hati, lidah, ginjal,

usus), sarden, kerang, ikan herring, kacang – kacangan, bayam,

udang, dan daun melinjo.

b) Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan

kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh

berdasarkan pada tinggi dan berat badan.

c) Anjurkan asupan tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi,

singkong, roti dan ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita

gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran

asam urat melalui urin.

d) Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak.

e) Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih.

f) Hindari penggunaan alkohol.

Penyakit Gout Arthritis dapat diobati dan dikelola secara

efektif dengan perawatan medis dan strategi manajemen diri.


1) Perawatan untuk serangan asam urat terdiri dari obat antii amasi

nonsteroid (NSAID) seperti :

a) Ibuprofen,

b) Steroid

c) Obat antiinfiamasi colchicine.

2) Pencegahan serangan adalah dengan mengubah pola makan dan

gaya hidup, seperti :

a) menurunkan berat badan,

b) membatasi alkohol,

c) mengurangi makan makanan kaya purin (seperti daging merah

atau jeroan) (Madyaningrum et al. 2020).

Mengubah atau menghentikan obat yang terkait dengan

hiperurisemia (seperti diuretik) juga dapat membantu. Untuk orang

yang sering mengalami serangan asam urat atau asam urat

berkepanjangan dokter dapat merekomendasikan terapi pencegahan

untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah menggunakan obat-

obatan seperti allopurinol, febuxostat, dan pegloticase (Madyaningrum

et al. 2020).

Selain perawatan medis, asam urat dapat dikelola dengan

strategi manajemen diri. Manajemen diri adalah apa yang dilakukan

sehari-hari untuk mengelola kondisi dan tetap sehat (Madyaningrum et

al. 2020).

Menurut Dalimartha & Dalimartha (2014) pengobatan herbal

atau berbahan baku tumbuhan juga bermanfaat untuk mencegah


peninggian dan mengontrol kadar asam urat darah. Dalam dunia

pengobatan tradisional Indonesia salah satu tanaman yang dapat

digunakan dalam pengobatan asam urat adalah kumis kucing.

Daun/herba kumis kucing mengandung orthosiphon glikosida, minyak

asiri, minyak lemak, saponin, sapofonin, sejumlah besar garam kalium,

mionositol, dan sinensetin. Menurut Utami (2017) kandungan

ortosifonin dan garam kalium (terutama pada daunnya), merupakan

komponen utama yang membantu larutnya asam urat, fosfat, dan

oksalat dalam tubuh manusia.

g. Komplikasi Gout Arthritis

Komplikasi dari arthritis gout belum banyak disadari oleh

masyarakat umum. Menurut Sapti (2019) dalam Okayanti (2021),

berikut ini komplikasi yang terjadi akibat tingginya kadar asam urat.

1) Kerusakan sendi

Arthritis gout merupakan penyakit yang cukup ditakuti

sebagian orang karena menimbulkan kerusakan sendi dan

perubahan bentuk tubuh. Kerusakan sendi yang disebabkan

tingginya asam urat dapat terjadi di tangan maupun kaki.

Kerusakan tersebut terjadi karena asam urat menumpuk di dalam

sendi dan menjadi kristal yang menganggu sendi.

Sendi yang tertutup kristal asam urat menyebabkan jari-jari

tangan maupun kakI menjadi kaku dan bengkok tidak beraturan.

Namun yang ditakuti penderita bukan bengkoknya melainkan rasa

sakit yang berkepanjangan (Sapti, 2019 dalam Okayanti 2021).


2) Terbentuk tofi

Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat monohidrat

(MSUM) di sekitar persendian yang sering mengalami serangan

akut atau timbul di sekitar tulang rawan sendi, synovial, bursa, atau

tendon. Di luar sendi, tofi juga bisa ditemukan di jaringan lunak,

otot jantung (miokard), katup bicuspid jantung (katup mitral),

retina mata, dan pangal tenggorokan (laring). Tofi tampak seperti

benjolan kecil (nodul) berwarna pucat, sering teraba pada daun

telinga, bagian punggung (ekstensor) lengan sekitar siku, ibu jari

kaki, bursa di sekitar tempurung lutut (prepatela), dan pada tendon

achilles. Tofi baru ditemukan pada kadar asam urat 10-11 mg/dL.

Pada kadar >11 mg/dL, pembentukan tofi menjadi sangat

progresif. Bila hiperurisemia tidak terkontrol, tofi bisa membesar

dan menyebabkan kerusakan sendi sehingga fungsi sendi

terganggu. Tofi juga bisa menjadi koreng (ulserasi) dan

mengeluarkan cairan kental seperti kapur yang mengandung MSU.

Dengan adanya tofi, kemungkinan sudah terjadi pengendapan Na

urat di ginja (Sapti, 2019 dalam Okayanti, 2021).

3) Penyakit jantung

Kadar asam urat yang tinggi dapat menimbulkan gangguan

jantung. Bila penumpukan asam urat terjadi di pembuluh darah

arteri maka akan mengganggu kerja jantung. Penumpukan asam

urat yang terlalu lama dapat menyebabkan LVH (Left Ventrikel


Hypertropy) yaitu pembengkakan ventrikel kiri pada jantung

(Sapti. 2019 dalam Okayanti, 2021).

4) Batu ginjal

Tingginya kadar asam urat uang terkandung dalam darah

dapat menimbulkan batu ginjal. Batu ginjal terbentuk dari beberapa

zat yang disaring dalam ginjal. Bila zat tersebut mengendap pada

ginjal dan tidak bisa keluar bersama urine maka membentuk batu

ginjal. Batu ginjal yang terbentuk diberi nama sesuai dengan bahan

pembuat batu tersebut. Batu ginjal yang terbentuk dari asam urat

disebut batu asam urat (Sapti, 2019 dalam Okayanti, 2021).

5) Gagal ginjal (nefropati gout)

Komplikasi yang sering terjadi karena arthritis gout adalah

gagal ginjal atau nefropati gout. Tingginya kadar asam urat

berpotensi merusak fungsi ginjal. Adanya kerusakan fungsi ginjal

dapat menyebabkan ginjal tidak bisa menjalankan fungsinya

dengan baik atau mengalami gagal ginjal. Bila gagal ginjal terjadi

ginjal tidak dapat membersihkan darah. Darah yang tidak

dibersihkan mengandung berbagai macam racun yang

menyebabkan pusing, muntah, dan rasa nyeri sekujur tubuh (Sapti.,

2019 dalam Okayanti, 2021).


B. Kerangka Teori

Bagan 2.1
Kerangka Teori

Arthritis Gout

Penyebab Tanda dan Gejala Penatalaksanaan

1. genetik 1. Kesemutan dan Medikasi Perawatan


2. Lingkungan linu
3. Berkurangnya 2. Nyeri (terutama
pengeluaran asam saat malam dan 1. Pembatasan
urat dari tubuh bangun pagi) purin
4. Komplikasi dengan 3. Sendi bengkak, 2. Kalori sesuai
penyakit lain kemerahan, panas, kebutuhan
5. Gaya hidup dan nyeri 3. Tinggi
karbohidrat
kompleks
4. Rendah
Terapi farmakologi protein &
lemak
5. Banyak
cairan
6. Hindari
Terapi non farmakologi/ alkohol
tradisional

Orthosiphon aristatus/
Daun Kumis Kucing

Kandungan zat:
Saponin, polifenol, flavonoid, sapofonin, myoinositol, orthosipon glikosida,
minyak atsiri, dan garam kalium

anti-inflamasi dan antioksidan penting untuk


menangkal asam urat.

(Sumber: Astuti (2012), Junaidi (2013), Dalimartha & Dalimartha (2014)


Madyaningrum et al. (2020), dan Marjoni et al. (2021)).
C. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka konsep dalam literature

review tentang pengaruh pemberian daun kumis kucing terhadap kadar asam

urat pada penderita Arthritis Gout ini digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian daun kumis kadar asam urat pada


kucing penderita Arthritis Gout
i

Bagan 2.2
Kerangka Konsep
D. Definisi Operasional

Definisi operasional dibuat untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-bariabel diamati atau diteliti dan bermanfaat mengarahkan

kepada pengukuran pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan

serta pengembangan instrument atau ukur (Notoatmodjo 2018).

Tabel 2.4
Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran


1 Variabel Dependen
Kadar asam urat Kadar asam urat yang Telaah dan Review
pada penderita diukur dengan alat alat Artikel Ilmiah
Arthritis Gout Glucose Uric Acid (GU)
pada penderita arthritis
gout yang dilakukan
sebelum dan sesudah
eksperimen
2 Variabel Independent
Pemberian daun pemberian daun kumis Telaah dan Review
kumis kucing kucing secara ekstraks Artikel Ilmiah
dan rebusan untuk
mengurangi kadar asam
urat

E. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam literature review ini yakni terdapat pengaruh

pemberian daun kumis kucing terhadap kadar asam urat pada penderita

Arthritis Gout berdasarkan penelusuran artikel ilmiah.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Strategi Pencarian Literatur Review

Metode penelitian ini adalah Literatur Review atau tinjauan pustaka.

Literatur review merupakan penelitian dengan melakukan survey literatur

tentang penemuan-penemuan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang

berhubungan dengan topik penelitian yang diperoleh dari penelusuran artikel

penelitian-penelitian ilmiah dari rentang tahun 2015-2021 dengan

menggunakan database database google scholar, pubmed, dan science

direct..

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pencarian data berdasarkan

judul penelitian engaruh pemberian daun kumis kucing terhadap kadar asam

urat pada lansia dengan Arthritis Gout, maka peneliti melakukan pencarian

data jurnal menggunakan kata kunci “ daun kumis kucing (Orthosiphoh

Aristatus), kadar asam urat, lansia dan Arthritis Gout (“Orthosiphoh Aristatus

leaves, uric acid levels, the elderly dan Gout Arthritis)”.

Kemudian data yang diperoleh dari telaah pustaka dianalisis

menggunakan teknik criticize oleh penulis dengan memberikan kritik artikel

dalam bentuk suatu pendapat atau opini, bisa setuju atau tidak setuju yang

didukung oleh bukti atau evidence. Data-data yang diperoleh dituangkan ke

dalam sub bab-sub bab sehingga menjawab rumusan masalah penelitian.

42
B. Kriteria Literatur Review

Kriteria bahan kajian yang digunakan pada penelitian ini antara lain:

1. Kriteria Inklusi

a. Diakses dari database google scholar dan PubMed.

b. Naskah fulltext.

c. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

d. Tahun terbit 1 Januari 2015 sampai 30 Oktober 2021

e. Selanjutnya menyesuaikan tujuan peneliti.

2. Kriteria eksklusi :

a. Naskah yang tidak dapat diakses.

b. Artikel yang penelitiannya sama.

c. Jurnal atau artikel yang tidak terakreditasi.

C. Tahapan Literatur Review

Pada bagian ini dijelaskan proses setiap tahapan dalam pencarian

Literatur Review dengan tahapan berikut ini:

1. Melakukan pencarian literature, dilakukan melalui basis data: database

google scholar, pubmed, dan science direct.

2. Hasil pencarian akan disaring atas judul, abstrak dan kata kunci.

3. Artikel yang disaring kemudian dilakukan lagi proses penyaringan dengan

melihat keseluruhan teks.

4. Hasil penyaringan yang sesuai dengan kriteria inklusi yang akan dijadikan

bahan literature review.

5. Hasil penyaringan artikel tersebut.


Bagan 3.1
Proses Pencarian Artikel

Pencarian Literatur
Basic data: database google scholar, pubmed, dan science
direct.

Hasil Pencarian Literatur


( n=20)

Artikel yang disaring atas dasar


judul, abstrak dan kata kunci

Hasil pencarian yang akan Hasil pencarian yang tidak


diproses kembali n=15 diproses kembali n=5

Artikel yang disaring kembali atas


dengan melihat keseluruhan teks

Hasil pencarian yang akan Hasil pencarian yang tidak


diproses kembali n=10 diproses kembali n=5

Artikel yang relevan dg penelitian n=10


Dengan daftar referensi minimal 5 tahun terakhir (tahun 2015-2020)
DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, Lia, and Widaryati. 2012. “Pengaruh Air Rebusan Kumis Kucing
Terhadap Kadar Asam Urat Pada Penderita Arthritis Gout Di Kelurahan
Ngampilan.”
Astuti, Victoria Cyntia Yogya. 2012. “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kumis
Kucing (Orthosiphon Aristatus) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa
Darah Tikus Wistar Yang Diinduksi Aloksan.” Jurnal Kedokteran
Diponegoro 1(1): 112493.
Centers for Disease Control and Prevention. 2020. “Gout.” CDC (Centers for
Disease Control and Prevention).
https://www.cdc.gov/arthritis/basics/gout.html.
Dalimartha, Setiawan, and Felix Adrian Dalimartha. 2014. Tumbuhan Sakti Atasi
Asam Urat. I. ed. Sony Nugroho. jakarta Timur: Penebar Swadaya.
Daryanto, Dedi. 2020. “Orthosiphon Stamineus Sebagai Anti Inflamasi Dan
Diuretik Pada Penyakit Gout Arthritis.” Jurnal Penelitian Perawat
Profesional 2(3): 295–300.
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP.
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.
Gaw, Allan et al. 2012. Biokimia Klinis Teks Bergambar. IV. eds. July Manurung,
Novita Salim, and Nella Yesdelita. Jakarta: EGC.
Hariana, Arief. 2005. Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya. 1st ed. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Haryani, Sri, and Misniarti. 2020. “Efektifitas Akupresur Dalam Menurunkan
Skala Nyeri Pasien Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Perumnas.”
Jurnal Keperawatan Raflesia 2(1): 21–30. https://jurnal.poltekkes-
kemenkes-bengkulu.ac.id/index.php/jkr.
Haryono. 2013. Musuh – Musuh Anda Setelah Usia 40 Tahun. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Hutapea, Johnny Ria. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. 1st ed. Jakarta:
Binaputra Aksara.
Ibrahim, Christina Dwi Rahayunigrum, and Indra Lesmana. 2018. “Pengaruh
Pemberian Rebusan Daun ORTHOSIPHOH Aristatus Terhadap Kadar
Asam Urat Pada Penderita Gout Atritis.” Jurnal Kesehatan Saintika
Meditory 1(2): 33–43.
Isselbacher et al. 2013. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. 13th ed. Jakarta:
EGC.
Junaidi, Iskandar. 2013. Rematik Dan Asam Urat. Revisi. Jakarta: Bhuana Ilmu
Populer.
Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemerik Saan Laboratorium Dan
Diagnostik. 6th ed. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Direktorat Bina
Pelayanan Kefarmasian.
________. 2018. RIKESDAS. Jakarta.
https://www.depkes.go.id/www.depkes.go.id › resources › download ›
info-terkini › hasil-riskesda...%0A%0A.
———. 2019. “Penyakit Degeneratif.” Kementerian Kesehatan RI: 1.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19093000001/penyakit-jantung-
penyebab-kematian-terbanyak-ke-2-di-indonesia.html.
Kemila, Mira. 2016. “Asam Urat Dan Cara Bijak Minum Alupurinol.” Klinik
Fakultas Farmasi UGM: 13. https://farmasi.ugm.ac.id/id/asam-urat-dan-
cara-bijak-minum-alopurinol/.
Komariah, Anis. 2015. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
“Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar Asam Urat Pada Lansia
Dengan Gout Di Pos Binaan Terpadu Kelurahan Pisangan Ciputat Timur.”
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Komariyah, Isti, Bahrul Ilmi, and Akhmad Rizani. 2019. “Pengaruh Rebusan
Daun Sirsak Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Dalam Darah Di Desa
Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut.” Jurnal Citra
Keperawatan 6(1): 25–34.
Kusumayanti, G.A. Dewi, Ni Komang Wiardani, and Pande Putu Sri Sugiani.
2014. “Diet Mencegah Dan Mengatasi Gangguan Asam Urat.” Jurnal Ilmu
Gizi V 5(1): 69–78.
Madyaningrum, Ema et al. 2020. Buku Saku Kader Pengontrolan Asam Urat Di
Masyarakat. Yogyakarta: HDSS Sleman bekerja sama dengan Tim
Pengabdian Masyarakat.
Marjoni, Mhd Riza, Ainun Naim, and Mevy Trisna. 2021. “Edukasi Pemakaian
Bahan Obat Alami Untuk Pengobatan Asam Urat Bagi Lansia Di
Posyandu Lansia Aster Ipuh Mandiangin Kota Bukittinggi.” Jurnal Abdi
Masyarakat Indonesia (JAMSI) 1(2): 197–202.
Marlinda, Roza, and Putri Dafriani. 2019. “Pengaruh Pemberian Air Rebusan
Daun Salam Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pasien Arthritis
Gout.” Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 2(June): 62–70.
Martsiningsi, and Otnel. 2016. “Gambaran Kadar Asam Urat Darah Metode
Basah ( Uricase-PAP ) Pada Sampel Serum Dan Plasma.” Jurnal
Teknologi Laboratorium 5(1): 20–26.
https://www.teknolabjournal.com/index.php/Jtl/article/download/72/51/.
Nasrul, Ellyza. 2012. “Tinjauan Pustaka Hiperurisemia Pada Pra Diabetes.” jurnal
fk unand 1(2): 86–91.
Nofia, Vino Rika, Emira Apriyeni, and Fani Prigawuni. 2019. “Pendidikan
Kesehatan Tentang Arthritis Goutdi Puskesmas Dadok Tunggul Hitam
Padang.” Jurnal Abdimas Saintika 1(1): 1–8.
Notoatmodjo. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
__________. 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Edisi Revi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nurrahmani. 2012. Stop Diabetes Mellitus. Yogyakarta: familia.
Okayanti, Ni Putu. 2021. Gambaran Perilaku Lansia Dengan Gout Arthritis Di
Desa Manggis, Kec. Manggis, Kab. Karangasem Tahun 2021. Denpasar:
Poltekkes Denpasar. http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/id/eprint/7433.
Palupi, Retno. 2007. “Perbedaan Hasil Pemeriksaan Asam Urat Metode Test Strip
Dengan Metode Enzymatic Colorimetric Di Brsd Kabupaten Wonosobo.”
Universitas Muhammadiyah Semarang. http://digilib.unimus.ac.id.
Rosyiani, Yunia Eka Tri. 2015. “Gambaran Kualitas Hidup Lanjut Usia Yang
Mengalami Sakit Asam Urat ( Gout ) Di Posyandu Lanjut Usia Desa
Pelemgadung.” Keperawatan Gerontik: 1–20.
http://eprints.ums.ac.id/36520/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf.
Sacher, Ronald A., and Richard A McPerson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium. 1st ed. eds. Brahm U. Pendit and Dewi
Wulandari. Jakarta: EGC.
Sakinah. 2015. “Hubungan Pengetahuan, Persepsi Pasien Dan Peran Keluarga
Terhadap Pencegahan Kejadian Asam Urat (Gout) Di Puskesmas Simpang
IV Sipin Kota Jambi Tahun 2015.” SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA
JAMBI Vol. 4(3): 210–16.
Setyoadi, and Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa Pada
Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
Soekanto. 2012. Asam Urat. Jakarta: Penebar Plus.
Utami, Fadiella. 2017. Hidup Sehat Bebas Diabetes Dan Asam Urat. ed. Puput.
Yogyakarta: Genius Publisher.
Widyanto, Fandi Wahyu. 2014. “Artritis Gout Dan Perkembangannya.” 10(2):
145–52.
https://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/view/4182/4546.
Wilda, Lexy Oktora, and Bentar Panorama. 2020. “Kompres Hangat Jahe
Terhadap Perubahan Nyeri Pada Lansia Dengan Artritis Gout.” Journals
of Ners Community 11(01): 28–34.
http://journal.unigres.ac.id/index.php/JNC/article/view/1043.
Yulaikhah, Y. U. 2009. “Pengaruh Kadar Bahan Pengikat Polivinil Pirolidon
Terhadap Sifat Fisik Tablet Effervescent Campuran Ekstrak Daun Salam
(Syzygium Polyanthum Wight.) Dan Kumis Kucing (Orthosiphon
Aristatus [Blume] Miq.).” Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai