Anda di halaman 1dari 13

RESUME KMB II

“Anatomi Fisiologi Sistem Imunitas”

DISUSUN OLEH :

NAMA : RISKA AMELIA


NIM : PO71200190006
TINGKAT : II B

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. DEBBIE NOMIKO, M.Kep

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


A. PENGERTIAN SISTEM IMUNITAS

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika system kekebalan bekerja
dengan benar, system ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika system kekebalan melemah,
kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk
virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor,dan terhambatnya system ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker. Sedangkan imunologi adalah ilmu yang
mempelajari struktur dan fungsi imunitas. Imunologi berasal dari ilmu kedokteran dan penelitian
awal akibat dari imunitas sampai penyakit. Sebutan imunitas yang pertama kali diketahui adalah
selama wabah Athena tahun 430 SM. Thucydides mencatat bahwa orang yang sembuh dari
penyakit sebelumnya dapat mengobati penyakit tanpa terkena penyakit sekali lagi.

B. FUNGSI SISTEM IMUNITAS

1. Pembentuk kekebalan tubuh.


2. Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam tubuh (bakteri,
parasit, jamur, dan virus)
3. Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang membahayakan (Tumor)
4. Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh.

C. ORGAN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM KEKEBALAN TUBUH


Sistem imunitas manusia berhubungan erat dengan sistem limfatik, karena itu organ
organ yang berperan disini adalah organ-organ sistem limfatik. Dibagi menjadi dua, yaitu :

I. Organ limfatik primer

1.Timus
Suatu jaringan limfatik yang terletak di sepanjang trakea di rongga dada bagian atas. Fungsinya
memproses limfosit muda menjadi T limfosit.

2. Sumsum Tulang

Jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang merupakan tempat
produksi sebagian besar sel darah baru. Sumsum tulang merupakan jaringan limfatik karena
memproduksi limfosit muda yang akan diproses pada timus atau tempat-tempat lainnya untuk
menjadi limfosit T atau limfosit B.
II. Organ limfatik sekunder

1. Tonsil

Jaringan lymphatic yang terdiri dari kumpulan-kumpulan limposit .

Fungsi : Memproduksi lymphatic dan antibodi yang kemudian akan masuk ke dalam cairan
lympah.

Tonsil terletak pada :

1)Dinding dalam nosopharynx (tonsila pharingea )

2)Fosa tonsilaris di samping-belakang lidah (tonsil palatina)

3)Di bawah lidah (tonsila liqualis)

Tonsil bukan merupakan kelenjar karena tidak memiliki pembuluh lymph afferent, oleh
sebab itu tonsil tidak menyaring cairan lympha.

2. Nodus Limfa
Adalah titik di sepanjang pembuluh limfa yang memiliki ruang (sinus) yang mengandung
limfosit dan makrofag.

Nodus limfa berfungsi sebagai penyaring mikroorganisme dalam limfe ketika cairan
tersebut melewati nodus. Jadi bila jaringan terinfeksi, nodus limfatik bisa menjadi bengkak dan
nyeri bila ditekan. Apabila infeksinya ringan, imfeksi tersebut akan diatasi oleh sel-sel nodus
sehinggar nyeri serta bengkak mereda. Apabila infeksinya berat, organesme penyebab infeksi
akan menyebabkan peradangan akut dan destruksi sehingga terbentuklah abses di dalam nodus
tersebut. Apabila bakteri tidak berhasil dirusak oleh nodus, bakteria tersebut dapat masuk ke
dalam aliran limfe dan menginfeksi sirkulasi sistemik dan menimbulkan septikemia.

1. Memproduksi limfosit baru untuk aliran darah. Sel-sel di dalam nodus bermultiplikasi secara
konstan dan sel-sel yang baru terbentuk akan dibawa oleh cairan limfe.

2. Nodus dapat memproduksi beberapa antibodi dan antitoksin untuk mencegah infeksi. (10)
Limpa ialah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah kiri abdomen di
daerah hipogastrium kiri di bawah iga kesembilan, sepuluh, dan sebelas. Limpa berdekatan pada
fundus dan permukaan luarnya menyentuh diafragma. Limpa menyentuh ginjal kiri, kelokan
kolon di kiri atas, dan ekor pankreas.

Limpa terdiri atas struktur jaringan ikat . Diantara jalinan-jalinan itu terbentuk isi limpa
atau pulpa yang terdiri atas jaringan limfe dan sejumlah besar sel darah. Limpa dibungkus oleh
kapsul yang terdiri atas jaringan kolagen dan elastis yang terdiri dan beberapa serabut otot halus.
Serabut otot halus ini berperram- seandainya ada- sangat kecil bagi limpa manusia. Dari kapsul
itu keluar tajuk-tajuk trabekulae yang masuk ke dalam jaringan limpa dan membaginya ke dalam
beberapa bagian.

Pembuluh darah limpa masuk dan keluar melalui hilum yang berada di permukaan dalam.
Pembuluh-pembuluh darah itu menuangkan isinya langsung ke dalam pulpa, sehingga darahnya
dapat bercampur dengan unsur-unsur limpa dan tidak seperti pada organ-organ yang lain
dipisahkan oleh pembuluh darah. Disini tidak terdapat sistem kapiler biasa. Tetapi langsung
berhubungan dengan sel-sel limpa. Darah yang mengalir dalam limpa dikumpulkan lagi oleh
sistem sinus yang bekerja seperti vena dan yang mengantarkannya ke dalam cabang-cabang
vena. Cabang-cabang ini bersatu dan membentuk vena limpa (vena lenalis). Vena ini membawa
darahnya masuk ke peredaran gerbang (peredaran portal) dan diantarkan ke hati.

Fungsi limpa :

1. Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan mungkin pada orang dewasa juga
masih mengerjakannya bila sumsum tulang rusak.

2. Sel darah merah yang sudah rusak dipisahkan dari sirkulasi.

3. Limpa juga menghasilkan limfosit.

4. Diperkirakan juga limpa bertuigas menghancurkan sel darah putih dan trombosit.

5. Sebagai bagian dari sistema retikulo endoteleal ,limpa juga terlibat dalam perlindungan
terhadap penyakit dan menghasilkan zat-zat antibodi.
D. SISTEM PERTAHAN TUBUH

Pertahanan tubuh ada 2 yaitu pertahanan tubuh non spesifik dan pertahanan tubuh spesifik.

1. Pertahanan tubuh non spesifik (Natural / Imunitas Bawaan)

Dikatakan tidak spesifik karena berlaku untuk semua organisme dan memberikan
perlindungan umum terhadap berbagai jenis agent. Secara umum pertahanan tubuh non spesifik
ini terbagi menjadi pertahanan fisik, mekanik dan kimiawi.

Lapisan pertahanan tubuh non spesifik dibagi menjadi dua, yaitu :

I. Lapisan Pertama

A. Pertahanan fisik

Pertahanan tubuh non spesifik dengan pertahanan fisik dalam tubuh manusia antara lain
adalah:

a) Kulit, kulit yang utuh menjadi salah satu garis pertahanan pertama karena sifatnya yang
permeable terhadap infeksi berbagai organisme.

b)Asam laktat, dalam keringat dan sekresi sebasea dalam mempertahankan pH kulit tetap rendah,
sehingga sebagian besar mikroorganisme tidak mampu bertahan hidup dalam kondisi ini.
c)Cilia, mikroorganisme yang masuk saluran nafas diangkut keluar oleh gerakan silia yang
melekat pada sel epitel.

d)Mukus, membrane mukosa mensekresi mucus untuk menjebak mikroba dan partikel asing
lainnya serta menutup masuk jalurnya bakteri/virus.

e)Granulosit, mengenali mikroba organisme sebagai musuh dan menelan serta menghancurkan
mereka.

f) Proses inflamasi, invasi jaringan oleh mikroorganisme merangsang respon inflamasi pada
tubuh dengan tanda inflamasi yaitu kemerahan, panas,pembengkakan, nyeri, hilangnya fungsi
dan granulosit dan mikroorganisme nosit keluar.

B. Pertahanan mekanik

Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara pertahanan mekanik antara lain adalah:

a.Bersin, reaksi tubuh karena ada benda asing (bakteri, virus, benda dan lain-lain yang masuk
hidung) reaksi tubuh untuk mengeluarkan dengan bersin.

b.Bilasan air mata, saat ada benda asing produksi air mata berlebih untuk mengeluarkan benda
tersebut.

c.Bilasan saliva, kalau ada zat berbahaya produksi saliva berlebih untuk menetralkan.

d.Urin dan feses, jika berlebih maka respon tubuh untuk segera mengeluarkannya.\

C. Pertahanan kimiawi

Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara kimiawi antara lain adalah:

a.Enzim dan asam dalam cairan pencernaan berfungsi sebagai pelindung bagi tubuh.
b.HCL lambung, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.

c.Asiditas vagina, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.

d.Cairan empedu, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.

II. Lapisan kedua

A. Seluler

a.Natural Kiler

Adalah leukosit yang berjaga di sistem peredaran darah dan limfatik. Sel ini mampu
melisis sel kanker dan sel terinfeksi virus.

b.Sel fagosit

Sel fagosit terdiri atas neutrofil, monosit dan makrofag. Sel fagosit menghancurkan
antigen dengan mekanisme fagositosis.

B. Interferon

Interferon adalah protein yang dihasilkan sel tubuh yang diserang virus. Interferon
berfungsi memperingatkan sel lain di sekitarnya akan bahaya suatu antigen. Interferon mampu
menghambat jumlah sel yang terinfeksi, karena mengubah sel di sekitarnya menjadi tidak
dikenali antigen

C. Inflamasi

Adalah peradangan jaringan yang merupakan reaksi cepat terhadap suatu kerusakan.

Fungsi inflamasi:

1.Membunuh antigen yang masuk.

2.Mencegah penyebaran infeksi.

3.Mempercepat proses penyembuhan

2. Pertahanan tubuh spesifik (Pertahanan Tubuh Didapat)

Dikatakan spesifik karena hanya terbatas pada satu mikroorganisme dan tidak
memberikan proteksi terhadap mikroorganisme yang tidak berkaitan. Pertahanan ini di dapat
melalui pejanan terhadap agen infeksi spesifik sehingga jaringan tubuh membentuk system imun.

Komponen sistem imun yang paling utama adalah pada bagian ini yaitu leukosit.
Kekebalan tubuh yang didapat dibagi menjadi dua , yaitu :

A. Kekebalan Humoral

Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B dengan atau tanpa
bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan oleh imunoglobulin yang
disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima kelas imunoglobulin yang kita kenal, yaitu IgM, IgG,
IgA, IgD, dan IgE.

Pembentukan kekebalan humoral dilakukan setelah respon imun non-spesifik berhasil dilakukan.

1)Fragmen antigen yang telah difagositosis tidak dicerna oleh sel fagosit.

2)Fragmen tersebut kemudian ditampilkan pada sel fagosit untuk diambil pesannya oleh sel T
helper melalui molekul MHC kelas II.

3)Pesan mengenai fragmen antigen kemudian dikirimkan oleh sel T helper kepada sel B. Sel
limfosit B akan membentuk kekebalan humoral dengan membelah diri.

Macam-macam sel limfosit B:

1)Sel B memori, diprogram untuk mengingat dan mengenali antigen spesifik apabila menyerang
tubuh sewaktu-waktu.

2) Sel B plasma, mensekresikan antibodi dan hidup selama 4-5 hari.

B. Kekebalan Dimediasi Sel

Pembentukan kekebalan diperantarai sel dilakukan jika respon imun non-spesifik gagal
menahan antigen masuk ke tubuh.

Kekebalan diperantarai sel dibentuk dari mekanisme penghancuran antigen oleh sel limfosit T.

1) Antigen yang lolos dari sel fagosit akan difagositosis oleh sel-sel tubuh.

2) yang telah difagositosis tidak dicerna oleh sel-sel tubuh.

3) Fragmen tersebut kemudian ditampilkan pada sel tubuh untuk diambil pesannya oleh sel T
sitotoksik melalui molekul MHC kelas I.

Sel limfosit T akan membentuk kekebalan diperantarai sel dengan melisis sel tubuh yang
diserang sehingga mengalami apoptosis. Kekebalan ini tidak menghasilkan antibodi.

Macam-macam sel limfosit T:

1)Sel T memori, diprogram untuk mengingat dan mengenali antigen spesifik apabila menyerang
tubuh sewaktu-waktu.
2)Sel T helper , mengontrol pembelahan sel B, pembentukan antibodi dan aktivasi sel T.

3)Sel T sitotoksik (pembunuh), melisis sel tubuh yang diserang antigen.

4)Sel T supresor, menurunkan respon imun yang lebih dari cukup. (5)

E. REAKSI HIPERSENSITIVITAS

Adalah suatu respon imun yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan kerusakan
jaringan sebagai akibat paparan (antigen) terhadap substrat yang secara intrinsik sebenarnya
tidak berbahaya.

F. PENYAKIT YANG MENYERANG SISTEM KEKEBALAN TUBUH

a) HIV-AIDS

AIDS, merupakan suatu sindrom atau penyakit yang disebabkan oleh virus HIV(Human
Immunodeficiency Virus). Pada tubuh manusia, virus HIV hanya menyerang sel yang memiliki
protein tertentu. Protein itu ialah yang terdapat pada sel darah putih T4, yaitu sel darah putih
yang berperan menjaga system kekebalan tubuh. Apabila virus HIV menginfeksi tubuh, manusia
akan mengalami penurunan system kekebalan tubuh. Akibatnya, para penderita HIVAIDS akan
mudah terinfeksi berbagai jenis penyakit. Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup
dengan normal dan tampak sehat, tetapi dapat menularkan virus HIV.

Penderita AIDS adalah penderita HIV positif yang telah menunjukkan gejala penyakit
AIDS. Waktu yang dibutuhkan seorang penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS
relative lama, yaitu antara 5-10 tahun. Bahkan ada penderita HIV positif yang seumur hidupnya
tidak menjadi penderita AIDS. Hal tersebut dikarenakan virus HIV didalam tubuh membutuhkan
waktu untuk menghancurkan system kekebalan tubuh penderita. Ketika system kekebalan tubuh
sudah hancur, penderita HIV positif akan menunjukkan gejala penyakit AIDS.

Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel dalam hal ini sel darah putih.
Materi genetik virus yang dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus
berkembang biak pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru.
Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya. Virus
menempel pada limfosit yang memiliki satu reseptor protein yang disebut CD4 yang terdapat di
selaput bagian luar.

Sel-sel yang memiliki reseptor biasanya, disebut sel CD4+ atau limfosit penolong.
Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lain pada sistem kekebalan
(misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik) yang semuanya membantu
menghancurkan sel-sel ganas dan organesme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya
limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap
infeksi dan kanker.
Penularan AIDS:

Dari tekniknya, virus AIDS sulit berpindah. Kontak secara kebetulan di dudukan toilet,
bersentuhan, berjabat tangan, memencet tombol pintu, setelah ditengarai menjadi saluran
penularan AIDS. Padahal pengertian ini salah besar. AIDS ditularkan melalui transfusi darah.
Virus ditemukan di darah, mani, kelenjar vagina, urin, air susu, air ludah dan air mata. Biasanya
kulit sudah cukup untuk menghentikan masuknya virus. Tapi jika cairan di tubuh anda, virus
langsung masuk ke tubuh anda dan untuk itu bisa menular.

Meskipun virus AIDS ditemukan pada kelenjar air ludah, ciuman dipertimbangkan
bukanlah faktor beresiko penularan AIDS. Tidak ada catatan penularan dengan cara ini. Cairan
yang beresiko tinggi adalah darah dan mani, dan pada tingkat yang lebih rendah, kelenjar vagina.
Jika kulit anda luka, itu bisa menjadi tempat masuknya virus AIDS.

Pencegahan :

1.Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

2.Tidak bergonta-ganti pasangan.

3. Menghindari pemakaiaan obat-obatan terlarang.

4. Penggunaan jarum suntik hanya sekali pakai.

5. Ibu yang positif HIV dianjurkan untuk tidak menyusui bayinya.

6. Penderita HIV jangan melakukan donor darah.

7. Setiap melakukan transfusi darah, darah dipastikan benar-benar terbebas dari HIV

b) Lupus

Penyakit lupus atau lupus eritematosus adalah penyakit autoimun kronis yang dapat


menyebabkan peradangan di beberapa bagian tubuh, termasuk kulit, sendi, ginjal, hingga otak. Lupus
bisa dialami oleh siapa saja, tetapi lebih sering dialami oleh wanita.
Pada kondisi normal, sistem imun akan melindungi tubuh dari infeksi atau cedera.
Namun, saat seseorang mengalami penyakit autoimun, seperti lupus, sistem imun justru
menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh yang sehat.Lupus memiliki beberapa jenis, yaitu SLE
(systemic lupus erythematosus), cutaneus lupus (lupus pada kulit), drug induced lupus (lupus
akibat obat), dan neonatal lupus.
Penyebab lupus belum diketahui secara pasti. Kombinasi dari faktor genetik dan
lingkungan sering dikaitkan dengan terjadinya lupus. Beberapa pemicu dari munculnya gejala
lupus adalah paparan sinar matahari, penyakit infeksi, atau obat-obatan tertentu.Risiko terjadinya
lupus juga meningkat jika seseorang berjenis kelamin wanita, berusia 15–45 tahun, dan memiliki
anggota keluarga dengan penyakit lupus. Perlu diingat, lupus bukanlah penyakit menular. Lupus
dapat menyebabkan peradangan di berbagai organ dan bagian tubuh. Hal ini menyebabkan gejala
lupus bisa sangat beragam dan berbeda antara satu penderita dengan penderita lain. Meski
demikian, terdapat sejumlah umum yang bisa terjadi, yaitu:
 Nyeri dan kaku sendi
 Ruam di kulit, sering terjadi di pipi dan hidung

 Kelelahan yang tidak diketahui sebabnya


 Kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari
 Penurunan berat badan
 Demam tanpa sebab yang jelas
 Pucat pada jari tangan atau jari kaki
 Sariawan

Beberapa pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan untuk memastikan lupus adalah
tes lab (tes darah, tes urine, biopsi), dan pemindaian, seperti Rontgen. Pemeriksaan darah juga
dilakukan untuk memastikan adanya antibodi ANA (antinuclear antibody) yang meningkat
nilainya pada penderita penyakit autoimun.
Lupus tidak bisa disembuhkan. Pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk meredakan
keluhan, mencegah munculnya gejala, dan menghambat perkembangan penyakit. Pengobatan
akan dilakukan dengan beberapa cara, antara lain pemberian obat-obatan, penerapan pola hidup
sehat, dan pengelolaan stres dengan cara yang positif.
Lupus tidak dapat dicegah. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
menurukan risiko terkena lupus atau mencegah kambuhnya keluhan dan gejala, misalnya dengan
menerapkan gaya hidup sehat, menghindari pemicu lupus, dan melakukan kontrol kesehatan ke
dokter secara berkala.

Anda mungkin juga menyukai