Anda di halaman 1dari 27

RESUME

ANTROPOLOGI KESEHATAN

Disusun oleh:
Annisa Nurulisah
18001002

Dosen:
Fahmy Rezkiah, S.K.M., MMRS

PROGRAM STUDI STRATA 1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AWAL BROS PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan resume
antropologi kesehatan.

Adapun resume antropologi kesehatan ini telah saya usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak. Namun tidak lepas dari semua itu, saya
menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya
maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka saya
membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik.
Akhirnya saya mengharapkan semoga dari resume antropologi kesehatan dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap
pembaca.

Pekanbaru, 15 Oktober 2018


Hormat saya,

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I TEORI DAN KONSEP ANTROPOLOGI SOSIAL ........................................ 1
A. Definisi Antropologi ........................................................................................ 1
B. Sejarah Antropologi ......................................................................................... 2
C. Definisi Antropologi Sosial ............................................................................. 3
D. Sejarah Antropologi Sosial .............................................................................. 3
E. Pendekatan Antropologi Sosial ........................................................................ 4
F. Jenis-Jenis Antropologi Sosial ......................................................................... 4
G. Teori Antropologi dan Antropologi Sosial ...................................................... 6
BAB II TEORI DAN KONSEP ANTROPOLOGI KESEHATAN ............................ 7
A. Definisi Antropologi Kesehatan ....................................................................... 7
B. Sejarah Antropologi Kesehatan........................................................................ 7
C. Ruang Lingkup Antropologi Kesehatan........................................................... 8
D. Hubungan Antropologi Kesehatan dengan Ekologi ......................................... 9
BAB III KONSEP SEHAT, SAKIT DAN PENYAKIT ............................................ 11
A. Definisi Sehat, Sakit dan Penyakit ................................................................. 11
B. Perilaku Sehat, Sakit dan Penyakit................................................................. 11
C. Hubungan Sehat dan Sakit ............................................................................. 11
D. Sistem Medis Modern dan Medis Tradisional ............................................... 12
E. Profesionalisme Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan .................................. 13
BAB IV ASPEK BUDAYA DAN PEMBANGUNAN KESEHATAN .................... 16
A. Konsep Kebudayaan....................................................................................... 17
B. Wujud Kebudayaan ........................................................................................ 17
C. Unsur Kebudayaan ......................................................................................... 18
D. Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan ............................................... 19
E. Masyarakat Sebagai Agen Kesehatan ............................................................ 20
BAB V PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL .......................................... 22
A. Definisi Proses Sosial dan Interaksi Sosial .................................................... 22
B. Ciri-Ciri Proses Sosial dan Interaksi Sosial ................................................... 22
C. Jenis-Jenis Proses Sosial ................................................................................ 22
D. Jenis-Jenis Interaksi Sosial............................................................................. 24

ii
BAB I
TEORI DAN KONSEP ANTROPOLOGI SOSIAL

A. Definisi Antropologi
1. Secara umum
Antropologi adalah ilmu tentang manusia. Kata antropologi berasal dari bahasa
Yunani, yakni anthropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti ilmu. Jadi
secara etimologis, maka antropologi adalah cabang ilmu yang mempelajari
tentang manusia. Antropologi adalah bagian atau cabang dari ilmu sosial.
Antropologi lahir karena adanya minat yang tinggi dari bangsa Eropa terkait
perbedaan karakteristik fisik, budaya, perilaku, dan tradisi yang berlaku antara
satu daerah dengan daerah lainnya.

2. Menurut para ahli


a. Conrad Phillip Kottak
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari keragaman manusia secara holistik
meliputi aspek sosial budaya, biologis, kebahasaan dan lingkungannya dalam
dimensi waktu lampau, saat ini, dan di masa yang akan datang. Kottak
membagi antropologi dalam empat subdisiplin, yaitu antropologi sosial
budaya, arkeologi, antropologi biologi dan linguistik antropologi.
b. William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
c. David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas
tentang umat manusia.
d. Koentjaraningrat
Antropologi ialah ilmu yang mengkaji tentang manusia secara umum dengan
cara memperhatikan dan meneliti terkai warna dan bentuk fisik
masyarakatnya, dan kebudayaan yang telah dihasilkan.
e. Rifhi Siddiq
Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari segala aspek yang terdapat
pada kehidupan manusia meliputi konsepsi tradisi, norma atau nilai, seni,
kebudayaan, ilmu pengetahuan, kelembagaan, symbol atau lambang, linguistic
atau bahasa, dan juga teknologi.
f. Ralfh L. Beals dan Harry Hoijen
Menurut Ralfh dan Hoijen, antropologi ialah ilmu yang mengkaji tentang
manusia lengkap dengan segala perilakunya.
g. Tulian Darwin
Tulian Darwin menjelaskan bahwa Antropologi ialah ilmu yang asalnya dari
keinginan untuk membuktikan awal mula perkembangan yang terjadi pada

1
manusia dengan cara melaksanakan penelitian terhadap monyet dan kera yang
ada di segala penjuru dunia.

B. Sejarah Antropologi
1. Fase pertama (sebelum 1800an)
Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suku-suku bangsa di benua Asia,
Afrika, Amerika, dan Oseania mulai kedatangan orang-orang Eropa Barat selama
kurang lebih 4 abad. Orang-orang eropa tersebut, yang antara lain terdiri dari para
musafir, pelaut, pendeta, kaum nasrani, maupun para pegawai pemerintahan
jajahan, mulai menerbitkan buku-buku kisah perjalanan, laporan dan lain-lain
yang mendeskripsikan kondisi dari bangsa-bangsa yang mereka kunjungi.
Deskripsi tersebut berupa adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, atau ciri-ciri
fisik. Deskripsi tersebut kemudian disebut sebagai "etnografi" (dari kata
etnosberarti bahasa).

2. Fase kedua (tahun 1800an)


Pada awal abad ke-18, ada usaha-usaha untuk mengintegrasikan secara serius
beberapa karangan-karangan yang membahas masyarakat dan kebudayaan di
dunia pada berbagai tingkat evolusi. Masyarakat dan kebudayaan di dunia tersebut
menyangkut masyarakat yang dianggap "primitiv" yang tingkat evolusinya sangat
lambat, maupun masyarakat yang tingkatannya sudah dianggap maju. Pada sekitar
1860, lahirlah antropologi setelah terdapat bebarapa karangan yang
mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam
berbagai tingkat evolusi.

3. Fase ketiga
Pada awal abad ke-20, sebagian besar Negara penjajah di Eropa berhasil
memantapkan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan mereka. Dalam era kolonial
tersebut, ilmu Antropologi menjadi semakin penting bagi kepentingan
kolonialisme. Pada fase ini dimulai ada anggapan bahwa mempelajari bangsa-
bangsa non Eropa ternyata makin penting karena masyarakat tersebut pada
umumnya belum sekompleks bangsa-bangsa Eropa. Dengan pemahaman
mengenai masyarakat yang tidak kompleks, maka hal itu akan menambah
pemahaman tentang masyarakat yang kompleks.

4. Fase keempat
Pada fase ini, antropologi berkembang pesat dan lebih berorientasi akademik.
Pengembangannya meliputi ketelitian bahan pengetahuannya maupun metode-
metode ilmiahnya. Di lain pihak muncul pula sikap anti kolonialisme dan gejala
makin berkurangnya bangsa-bangsa primitive (yaitu bangsa-bangsa yang tidak
memperoleh pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika) setelah Perang Dunia II.
Menyebabkan bahwa antropologi kemudian seolah-olah kehilangan lapangan.
Oleh karena itu sasaran dan objek penelitian para ahli antropologi sejak tahun
1930 telah beralih dari suku-suku bangsa primitiv non Eropa kepada penduduk

2
pedesaan, termasuk daerah-daerah pedesaan Eropa dan Amerika. Secara akademik
perkembangan antropologi pada fase ini ditandai dengan symposium internasional
pada tahun 1950-an, guna membahas tujuan dan ruang lingkup antropologi oleh
para ahli dari Amerika dan Eropa.

C. Definisi Antropologi Sosial


Antropologi sosial adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari
segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi,
nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda. Mempelajari yang terjadi dalam kehidupan manusia, yang
menghadirkan orang lain baik secara nyata maupun imajiner dalam etnis kebudayaan
tertentu.

D. Sejarah Antropologi Sosial


Sejarah antropologi sosial tidak lepas dengan sejarah antropologi itu sendiri, pada
abad ke 18 yang lahir dari zaman Enlightenment. Di Prancis sejarah antropologi sosial
bermula dengan munculnya tokoh Montesquieu (1688-1755) dengan bukunya yang
berjudul De L‟Esprit des Lois (1748) mengenai polotik, sosial, falsafah. Setelah itu
muncul D‟Alembert, Condercet, Turgot, pengikut Encyclopaedist dan Phisiocrat
hingga kepada Saint Simon (1760-1825). Saint Simon sebagai anggota Elightment
menyarankan bahwa ilmuan harus menganalisa fakta bukan konsep dalam kajian.

Selanjutnya Auguste Comte (1798-1857) merupakan pengikut Simon namun berbeda


pendapat dengannya. Comte ahli fikir yang lebih sistematis namun tetap menanamkan
disiplin ilmu kemasyarakatan yang dirancang sebagai “sosilogi”. Jadi aliran
rasionalisme falsafah perancis mempengaruhi bidang antropologi inggris dengan kuat,
terutama melalui penulisan Durkheim dan para pengikutnya serta Levy-Bruhl yang
mempunyai pemikiran sama dengan Simon. Dua orang penulis yang telah menarik
perhatian para antropolog sosial berkenaan dengan analiasa mengenai fungsi ialah
Hubert Spencer dan Emile Durkheim. Keduanya mencoba merangkum seluruh
pengetahuan manusia dan mencoba membentuk suatu ilmu kemasyarakatan yang
lengkap dan disebut super organic (manusia merupakan suatu evolusi alami dan
merupakan lanjutan evolusi organik yang tidak dapat dihindarkan).

Penulisan Emile Durkheim menimbulkan pengaruh lebih tepat dan mendalam


terhadap antropologi sosial. Karena teori-teori sosiologi umum yang dikemukakan
dalam pengkajian mengenai masyarakat primitive secara menyakinkan. Pendapat
Durkheim “Fakta-fakta sosial tidak dapat diterangkan dari segi psikologi individu
kalau ia berada di luar dan terpisah dari pemikiran individu tersebut.misalnya bahasa
yang merupakan sui generis. Fakta-fakta dicirikan dengan bentuk yang umum, dapat
diturunkan dan beberapa paksaan. Semua anggota masyarakat umumnya mempunyai
kebiasaan, adat istiadat, bahasa dan moral yang sama. Mereka juga takhluk pada suatu
kerangka institusi politik, hukum dan ekonomi. Semua hal tersebut membentuk suatu

3
struktur yang dapat dikatakan stabil karena dibutuhkan dalam jangkau yang lama dari
satu generasi ke generasi selanjutnya”.

Profesor Radcliffe-Brown telah menyatakan konsep bahwa konsep fungsi yang


digunakan bagi masyarakat manusia adalah kepada analogi antara kehidupan sosial
dan organik. Penekanan antropologi fungsional terhadap konsep sistem sosial dan
selanjutnya mengenai pentingnya pengkajian yang sistematis tentang kehidupan sosial
masyarakat primitive yang ada sekarang bukan saja telah mimisahkan disiplin
antropologi sosial dari etnografi bahkan menggabungkan pengkajian teorikal
mengenai institusi dengan pengkajian bercorak penelitian lapangan mengenai
kehidupan sosial masyarakat primitive.

E. Pendekatan Antropologi Sosial


1. Positivistik & naturalistik
Positivisme berasal dari kata “positif” yang artinya faktual, sesuatu yang berdasar
fakta atau kenyataan, menurut positivisme, pengetahuan kita tidak boleh melebihi
fakta-fakta yang ada, sehingga dalam bidang pengetahuan, ilmu pengetahuan
empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan.

Pendekatan positivistik mengandalkan kemampuan pengamatan secara langsung


(empiris) penalaran yang digunakan induktif. Ilmu pengetahuan juga filsafat yang
menyelidiki fakta dan hubungan yang terdapat antara fakta-fakta. Model
pendekatan positivistik terilhami dari gerakan keilmuan masa modern, yang
mengharuskan adanya kepastian dalam suatu kebenaran. Nilai-nilai sosial menurut
positivisme dapat digeneralisasikan berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dari
penyelidikan terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri.

2. Relativistik & komparatif


Menurut Kapplan dan Manners dalam antropologi pun dikenal pendekatan
relativistik dan komparatif. Pendekatan relativistik memandang bahwa setiap
kebudayaan merupakan konfigurasi unik yang memiliki cita rasa khas, gaya, serta
kemampuan tersendiri. Sedangkan kaum komparativis berpendapat bahwa suatu
institusi, proses, kompleks, atau ihwal suatu hal, haruslah terlebih dahulu dicopot
dari matriks budaya yang lebih besar dengan cara tertentu sehingga dapat
dibandingkan dengan institusi, proses, kompleks, atau ihwa-ihwal dalam konteks
sosiokultural lain. Adapun metode penilitian antropologi yang dapat digunakan,
yaitu deskriptif, komparatif, studi kasus, etnografis, dan survei. Metode
komparatif antropologi adalah metode penelitian yang mencabut unsur-unsur
kebudayaan dari konteks masyarakat yang hidup dan dibandingkan dengan
sebanyak mungkin unsur-unsur dan aspek suatu kebudayaan.

F. Jenis-Jenis Antropologi Sosial


1. Antropologi fisik

4
Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organisme biologis yang melacak
perkembangan manusia menurut evolusinya dan menyelidiki variasi biologisnya
dalam berbagai jenis. Keistimewaan yang dianggap melekat pada dirinya yang
dimiliki manusia, mereka digolongkan pada binatang menyusui, khususnya
primata.

2. Antropologi budaya
Antropologi budaya memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan manusia
ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. Menurut Havilan cabang antropologi
budaya ini dibagi-bagi lagi menjadi tiga bagian, yakni arkeologi, antropologi
linguistik, dan etologi. Untuk memahami pekerjaan para ahli antropologi budaya,
kita harus tahu tentang hakikat kabudayaan, menyangkut konsep kabudayaan, dan
karakteristiknya serta kebudayaan dan kepribadian.

3. Antropologi medis
Antropologis medis merupakan subdisiplin yang sekarang paling populer di
Amerika serikat, bahkan tumbuh pesat. Antropologis medis ini banyak membahas
hubungan antara penyakit dan kebudayaan yang tampak mempengaruhi evolusi
manusia, terutama berdasarkan hasil-hasil penemuan paleopatologi. Beberapa
dokter yang menjadi ahli antropologi medis pada masa-masa awal adalah W.H.R.
Rivers yang merasa tertarik pada reaksi penduduk pribumi terhadap penyakit, para
penduduk berkeyakinan bahwa datangnya penyakit sebagai kejadian alam yang
tidak berhubungan dengan kebudayaan.

4. Antropologi psikologi
Antropologis psikologi bidang ini merupakan wilayah antropologi yang mengkaji
tentang hubungan antara individu dengan makna dan nilai dengan kebiasaan sosial
dari sistem budaya yang ada. Adapun ruang lingkup antropologi psikologi tersebut
sangat luas dan menggunakan berbagai pendekatan pada masalah kemunculan
dalam interaksi antara pikiran, nilai, dan kebiasaan sosial. Kajian ini dibentuk
secara khusus oleh percakapan interdisipliner antara antropologi dan ruang
lingkup lain dalam ilmu-ilmu sosial serta humaniora (Schawartz, 1992).
Sedangkan fokus kajian bidang ini terpusat pada individu dalam masyarakat
makin mendekatkan hubungan dengan psikologi dan psikistri dibanding dengan
mainstream antropologi. Namun, secara historis bidang antropologi psikologi
tersebut lebih dekat pada psikoalanisasi daripada psikologi eksperimental.

5. Antropologi sosial
Antropologi sosial bidang ini mulai dikembangkan oleh James George Frazer di
Amerika serikat pada awal abad ke-20. Dalam kajiannya, antropologi sosial
mendeskripsikan proyek evolusionis yang bertujuan untuk merekontruksi
masyarakat primitif asli dan mencatat perkembangannya melalui berbagai tingkat
peradaban.

5
G. Teori Antropologi dan Antropologi Sosial
Antropologi semakin ramai diperbincangkan karena adanya teori-teori yang
bermunculan serta berkembang. Berikut teori antropologi yg berkembang di
masyarakat:
1. Teori Evolusionisme Deterministik bisa dikatakan merupakan bagian dari teori
tertua diantara teori antropologi lainnya. Teori ini dikembangkan oleh Lewis
Henry Morgan serta Edward Burnet Tylor. Teori ini berhasil memunculkan
adanya hukum universal, hukum ini yang mengendalikan perkembangan
keseluruhan kebudayaan manusia. Teori ini yang mendasari setiap kebudayaan
serta mengalami fase-fase dan juga evolusi.
2. Lewis Henry Morgan sendiri menggambarkan proses evolusi yang terjadi pada
masyarakat serta kebudayaan kedalam delapan tahap evolusi universal. Gagasan
ini dituangkan kedalam karyanya yang berjudul Ancient Society. Delapan
tahapan ini terdiri atas zaman liar, zaman liar madya, zaman liar muda, zaman
barbar tua, zaman barbar madya, zaman barbar muda, zaman peradaban purba
serta zaman peradaban masa kini.

Dalam antropologi sosial atau budaya, suatu pembedaan sering kali dibuat antara
„etnografi‟ dan „teori‟. Etnografi secara harfiah adalah praktik penulisan mengenai
suatu masyarakat. Etnografi sebagai cara kita untuk manjadikan masuk akal mode
pemikiran orang lain, karena ahli antropologi biasanya mempelajari budaya lain
ketimbang kebudayaannya sendiri. Oleh karena itu, teori dan etnografi menjadi satu
kesatuan. Tidak mungkin kita membicarakan etnografi tanpa gagasan tertentu tentang
apa yang penting dan yang tidak penting.

Etnografi adalah berasal dari kata “ethnos” yang berarti bangsa dan graphein yang
berarti tulisan atau uraian. Jadi berdasarkan asal katanya, etnografi berarti tulisan
tentang/ mengenai bangsa. Namun pengertian tentang etnografi tidak hanya sampai
sebatas itu. Burhan Bungin (2008:220) mengatakan etnografi merupakan embrio dari
antropologi. Artinya etnografi lahir dari antropologi. Jika kita berbicara etnografi
maka kita tidak lepas dari antropologi setidaknya kita sudah mempelajari dasar dari
antropologi. Etnografi merupakan ciri khas antropologi artinya etnografi merupakan
metode penelitian lapangan asli dari antropologi (Marzali 2005:42).

Etnografi biasanya berisikan/menceritakan tentang suku bangsa atau suatu masyarakat


yang biasanya diceritakan yaitu mengenai kebudayaan suku atau masyarakat tersebut.
Dalam membuat sebuah etnografi, seorang penulis etnografi (etnografer) selalu hidup
atau tinggal bersama dengan masyarakat yang ditelitinya yang lamanya tidak dapat
dipastikan. Sewaktu meneliti masyarakat seorang etnografer biasanya melakukan
pendekatan secara holistik dan mendiskripsikannya secara mendalam atau rinci untuk
memproleh native’s point of view. Serta metode pengumpulan data yang digunakan
biasanya wawancara mendalam dan obserpasi partisipasi pada metode pengumpulan
data ini sangat sesuai dengan tujuan awal yaitu mendeskripsiakan secara mendalam.

6
BAB II
TEORI DAN KONSEP ANTROPOLOGI KESEHATAN

A. Definisi Antropologi Kesehatan


1. Secara umum
Antropologi kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek
biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara
interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia.

2. Menurut para ahli


1. Lieban (1977)
Antropologi kesehatan adalah studi tentang fenomena medis yang dipengaruhi
oleh sosial dan kultural, dan fenomena sosial dan cultural diterangi oleh aspek-
aspek medis.
2. Landy (1977)
Antropologi kesehatan adalah studi mengenai konfrontasi manusia dengan
penyakit dan keadaan sakit, dan mengenai sususan adaptif (yaitu sistem medis
dan obat-obatan).
3. Hasan dan Prasad (1959)
Antropolgi kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang
mempelajari aspek-aspek biologis dan kebudayaan manusia.
4. Weaver (1968)
Antropologi kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang
menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit.

B. Sejarah Antropologi Kesehatan


Tahun 1849 Rudolf Virchow, menulis apabila kedokteran adalah ilmu mengenai
manusia yang sehat maupun yang sakit, maka ilmu yang merumuskan hukum-hukum
sebagai dasar struktur sosial, untuk menjadikan efektif hal-hal yang inheren dalam
manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat melihat struktur sosial yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapat ditetapkan sebagai
antropologi.

Tahun 1953 sejarah pertama tentang timbulnya perhatian antropologi kesehatan


terdapat pada tulisan yang ditulis berjudul “Applied Anthopology”. Tulisan ini
merupakan tour the force yang cemerlang, tetapi meskipun telah menimbulkan
antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan suatu subdisiplin baru.

Tahun 1963, Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan”
dan membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai
kedokteran dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika

7
benar-benar menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan
penyakit bagi ilmu antropologi.

Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah dengan
munculnya tulisan yang dibuat Pearsal (1963) yang berjudul “Medical Behaviour
Sciene” yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang terdaftar
dalam bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya sistem medis
bagi antropologi.

C. Ruang Lingkup Antropologi Kesehatan


1. Kutub Biologi
Biologis atau antropologi fisik (Biological or physical anthropology), berusaha
untuk memahami jasad/fisik manusia melalui evolusi, kemampuan adaptasi,
genetika populasi, dan primatologi (studi tentang makhuk primata / binatang yang
menyerupai manusia). Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi
dan saling berkontribusi dalam memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu
lain. Dalam bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik dan
penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia,
genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan epidemiologi.

Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang


didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial dan
budaya pada masyarakat tertentu.

Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu


kesehatan antara lain sebagai berikut:
1) Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan
termasuk individunya. Cara pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan
kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat
dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang membangun.
Contoh pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme yang menjadi dasar
pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan
masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik.
2) Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan
proses sosial budaya bidang kesehatan.
3) Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam
merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan
interpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.

Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan terhadap antropologi kesehatan,


antara lain:
1) Antropologi fisik/biologi/ragawi. Contohnya adalah nutrisi mempengaruhi
pertumbuhan, bentuk tubuh, variasi penyakit.

8
2) Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat
primitif atau yang masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan lebih
lanjut stereotipe ini harus dihindari karena pengobatan tradisional tidak
selamanya terbelakang atau salah.
3) Kepribadian dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di
berbagai belahan dunia. Misalnya: perawatan schizophrenia di suatu daerah
untuk mencari penyembuhan yang tepat dapat digunakan untuk mengevaluasi
pola perawatan penyakit yang sama.
4) Kesehatan masyarakat, beberapa program kesehatan bekerjasama dengan
antropologi untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan praktek
kesehatan.

2. Kutub Sosial-Budaya
Antropologi kesehatan membantu mempelajari sosio-budaya dari semua
masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya,
diantaranya:
1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes).
2. Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural
maupun supernatural atau penyihir.
3. Kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda di setiap kelompok
masyarakat.
4. Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh.
5. Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara
individual, terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun masyarakat.

D. Hubungan Antropologi Kesehatan dengan Ekologi


Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan organisme dengan lingkungannya.
Ekologi kesehatan merupakan pendekatan baru dalam antropologi kesehatan, yang
memandang kesehatan dan penyakit sebagai refleksi hubungan ekologi dengan
masyarakat dan hubungan diantara bentuk-bentuk kehidupan dengan komponen fisik
dan habitatnya.

Ahli antropologi kesehatan berorientasi ekologi, menaruh perhatian pada hubungan


timbal balik antara manusia dengan lingkungan alamnya, tingkah laku, penyakit dan
cara-cara tingkah laku penyakit mempengaruhi evolusi serta kebudayaan melalui
proses umpan balik.

Lingkungan manusia bersifat alamiah dan sosial budaya, semua kelompok harus
berdaptasi dengan lingkungan geografi dan iklim, belajar mengeksploitasi sumber
yang tersedia untuk kehidupan dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
diciptakan sendiri dan mereka hidup. Manusia menderita penyakit selain karena
patologinya juga karena sosial psikologi dan faktor budayanya.
1. Paleopatologi

9
Merupakan studi mengenai penyakit manusia purba, yang menjelaskan manusia
dulu dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka hidup dan mengenai cara hidup.
Misalnya kerangka pada kuburan Anglo-Saxonditemuka fraktur pada tulang betis
oleh karena sering jatuh (tanah keras dan bukit terjal), sedangkan pada suku
Nubia di zaman Mesir kuno ditemukan patah yang sering pada lengan
diperkirakan karena menahan pukulan (karakteristik suku yang gampang marah
dan suka memukul).
2. Penyakit dan evolusi
Penyakit infeksi merupakan faktor penting dalam evolusi manusia melalui proses
evolusi dari proteksi genetik, makanya nenek moyang kita dapat mengatasi
ancaman penyakit dalam kehidupan individu dan kelompok. Misal adanya gen
anti malaria (sel darah merah berbentuk sabit pada penduduk Afrika Barat). Pada
penduduk kulit hitam di Amerika sel sabit menimbulkan Penyakit Anemia sel
sabit (Sickle-cell Anemia).

10
BAB III
KONSEP SEHAT, SAKIT DAN PENYAKIT

A. Definisi Sehat, Sakit dan Penyakit


1. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pengertian sehat adalah
suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu
kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
2. Sakit adalah persepsi seseorang bila merasa kesehatannya terganggu. Penyakit
adalah proses fisik dan patofisiologis yang sedang berlangsung dan dapat
menyebabkan keadaan tubuh atau pikiran menjadi abnormal.
3. Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang
menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang
dipengaruhinya.

B. Perilaku Sehat dan Sakit


Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi cara seseorang
memantau tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gajala yang dialami,
melakukan upaya penyembuhan, dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu
yang sedang sakit agar memperolah kesembuhan

Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memilihara dan
meingkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan
diri, menjaga kebugaran melalui olahraga dan makanan yang bergizi. Perilaku sehat
diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum
tentu mereka betul-betul sehat. Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit ini sangatlah
dipengaruhi oleh sosial pengalaman masa lalu disamping sosial budaya.

C. Hubungan Sehat, Sakit dan Penyakit


Hubungan antara konsep sehat sakit dan penyakit pada dasarnya merupakan keadaan
sehat sakit, yaitu:
1. Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan.
2. Sebagai manifetasi keberhasilan atau kegagalan dalam beradaptasi dengan
lingkungan.
3. Gangguan kesehatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku sehat. Sehat sakit berada pada setiap
orang bergerak sepanjang kehidupannya, yaitu:
1. Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur ke dalam sehat atau kesehatan
seseorang.
2. Kedudukannya : dinamis, dan bersifat individual.
3. Jarak dalam skala ukur yaitu keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan
kemauan pada titik yang lain.

11
D. Sistem Medis Modern dan Medis Tradisional
Menurut Dunn (1976) yang dikutip dari Anne (2007) sistem medis adalah pola-
pola dari pranata sosial dan tradisi-tradisi yang menyangkut perilaku yang
disengaja untuk meningkatkan kesehatan, meskipun hasil dari tingkah laku
khusus tersebut belum tentu menghasilkan kesehatan yang baik. Sistem medis
juga merupakan suatu kompleks luar dari pengetahuan, kepercayaan, teknik, peran,
norma-norma, nilai-nilai, ideologi, sikap, adat istiadat, upacara-upacara dan lain-lain.
Secara singkat sistem medis mencakup semua kepercayaan dalam usaha untuk
meningkatkan kesehatan dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun
keterampilan anggota-anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut.
1. Medis tradisional
Pengobatan tradisional adalah cara pengobatan atau perawatan yang
diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan
yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan
yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli
maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang
berlaku dalam masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).

Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih


tinggi di Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya
masyarakat menguntungkan pengobatan tradisional.
3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan modern.
4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa
penyakit tertentu.
5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat)
yang berasal dari alam.
6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.
7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
10. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tradisional.

Pengobatan alternatif adalah cara pengobatan atau perawatan yang


diselenggarakan dengan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu
keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan yang diperoleh secara turun-temurun atau berguru melalui
pendidikan, baik asli maupun dari luar Indonesia. Pengobatan alternatif bisa
dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional, yaitu bahan atau ramuan
bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau

12
campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman.
1. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat, yaitu pengobatan tradisional
dengan menggunakan ramuan asli Indonesia, pengobatan tradisional dengan
ramuan obat Cina, pengobatan dengan ramuan obat India.
2. Pengobatan tradisional spiritual/kebatinan, yaitu pengobatan yang dilakukan
atas dasar kepercayaan agama, dan dengan dasar getaran magnetis yaitu
orang itu bisa memakai pengaruh dari luar dunia manusia untuk membantu
orang sakit.
3. Pengobatan tradisional dengan memakai peralatan/perangsangan yaitu seperti
akupuntur, pengobatan atas dasar ilmu pengobatan tradisional Cina yang
menggunakan penusukan jarum dan penghangatan moxa (daun arthamesia
vulgaris yang dikeringkan) termasuk juga pengobatan urut pijat, pengobatan
patah tulang, pengobatan patah tulang, pengobatan dengan peralatan
(tajam/keras), dan benda tumpul.
4. Pengobatan tradisional yang telah mendapatkan pengarahan dan pengaturan
pemerintah yaitu, seperti dukun beranak, tukang gigi tradisional

2. Medis modern
Pengobatan modern merupakan cara-cara pengobatan yang dilakukan
berdasarkan penelitian ilmiah dan berdasarkan pengetahuan dari berbagai aspek.
Biasanya pengobatan medis menggunakan beberapa terapan disiplin ilmu
pengetahuan dalam mengobati sebuah penyakit, cara pemeriksaan dan diagnosa
penyakit pun lebih akurat daripada pengobatan tradisional.

Selain itu obat yang gunakan dalam pengobatan medis semuanya merupakan hasil
uji klinis yang mendalam dan memiliki fungsi yang dapat dibuktikan secara
ilmiah. Pengobatan modern memiliki sebuah prosedur yang sesuai dan terus di
tingkatkan seiring dengan kemajuan teknologi.

Saat ini, obat modern memiliki jawaban untuk mendeteksi dan mengobati
sejumlah besar dari berbagai kondisi medis, terutama yang di picu oleh bakteri,
virus dan jenis lain dari penyebab infeksi atau penyakit. Banyak penyakit yang
dulunya tidak dapat disembuhkan dan berakhir pada kematian tetapi sekarang
mudah untuk disembuhkan antara lain batuk rejan, difteri, cacar, dan penyakit
lainnya.

E. Profesionalisme Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan


1. Profesionalisme Kesehatan
Dalam peningkatan pelayanan kesehatan yang optimal salah satu aspek penting
yang mendukung adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) kesehatan
yang mengacu kepada tenaga kesehatan. Para tenaga kesehatan merupakan orang
yang harus bekerja secara aktif dan profesional dalam bidang kesehatan.
Profesional sendiri diartikan sebagai tindakan yang dapat dipertanggung

13
jawabkan, didasari oleh keyakinan, kompeten, tepat atau taat asas, cermat,
intelektual atau cerdas, etos kerja, percaya diri atas kemampuan, optimistik,
bermoral, dan bersikap serta berpikir positif.

American Board Council of Internal Medicine lebih lanjut lagi menyatakan


bahwa perilaku profesional tenaga kesehatan dicerminkan dari
profesionalismenya. Ada enam unsur profesionalisme yang harus dimiliki tenaga
kesehatan yakni alturisme (alturism), akuntabilitas (accountability), keunggulan
(exellence), tugas atau kewajiban (duty), kehormatan dan integritas (honor and
integrity) serta menghormati orang lain (respect to others).

Seluruh tenaga kesehatan penting memiliki perilaku profesional dalam


melaksanakan profesinya. Hal itu dikarenakan profesi tenaga kesehatan
berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang menyangkut kehidupan manusia.
Selain itu setiap tindakan yang di ambil oleh tenaga kesehatan memiliki tanggung
jawab besar terhadap diri sendiri, pasien, Tuhan, terhadap teman seprofesi
kesehatan mereka, serta terhadap pihak ketiga seperti pusat pelayanan kesehatan
diantaranya puskesmas maupun rumah sakit dan keluarga pasien.

2. Pelayanan Kesehatan
1. Pengertian pelayanan kesehatan
Menurut Levey dan Loomba (1973)
Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan peroorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.

2. Bentuk Pelayanan Berdasarkan Kesehatan Berdasarkan Tingkatannya


a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer)
Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang
sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan.
Contohnya : Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)
Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan
inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga ( tersier)
Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak
dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.
Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.

3. Perbedaan Jenis Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan dibedakan menjadi 2 yaitu :

14
a. Pelayanan Kedokteran
Ditandai dengan cara pengorganisasian yang bersifat sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta utamanya
adalah perseorangan dan keluarga.
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Ditandai dengan cara pengorganisasian yang umunnya secara bersama-
sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya yaitu untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasaran
utamanya adalah kelompok dan masyarakat.

4. Syarat-syarat Pokok Pelayanan Kesehatan


a. Tersedia dan berkesinambungan
Pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia dimasyarakat serta bersifat
berkesinambungan artinya semua pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
masyarakat tidak sulit ditemukan.
b. Dapat diterima dan wajar
Artinya pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat.
c. Mudah dicapai
Dipandang sudut lokasi untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan
yang baik pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.
d. Mudah dijangkau
Dari sudut biaya untuk mewujudkan keadaan yang harus dapat
diupayakan biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan
ekonomi masyarakat.
e. Bermutu
Menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa
pelayanan dan dipihak lain tata cara penyelenggaraanya sesuai dengan
kode etik serta standart yang telah ditetapkan.

5. Sistem Rujukan
Menurut SK Menteri Kesehatan RI No 32 tahun 1972 sistem rujukan adalah
suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus masalah
kesehatan secara vertikal .
Dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih
mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat
kemampuanya.
Sistem Kesehatan Nasional membedakannya menjadi dua macam yaitu:
a. Rujukan Kesehatan
Upaya pelayanan kesehatan dalam pencegahan penyakit dan peningkatan
derajat kesehatan. Rujukan ini dibedakan menjadi tiga yaitu :

15
 Rujukan teknologi
 Rujukan sarana
 Rujukan Operasional
b. Rujukan Medik
Upaya pelayanan kedokteran dalam penyembuhan penyakit serta
pemulihan kesehatan. Rujukan medic terdiri dari penderita, pengetahuan,
dan bahan laboratorium.

16
BAB IV
ASPEK BUDAYA DAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

A. Konsep Kebudayaan
1. Secara umum
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan.

2. Menurut para ahli


a. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan adalah buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia
terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti
kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran
didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
b. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
c. Kluckhohn dan Kelly
Kebudayaan adalah semua rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik
yang tersurat maupun yang tersirat, rasional, irasional yang ada pada suatu
waktu sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia.

B. Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan,
aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya
abstrak yaitu tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak
dalam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan
gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu
berada dalam karangan, dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat
tersebut.
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola
tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati, dan didokumentasikan.

17
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret
di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat,
antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan
yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur, dan memberi arah
kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Sedangkan menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan dibagi menjadi nilai


budaya, sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik.
1. Nilai-nilai Budaya
Istilah ini, merujuk kepada penyebutan unsur-unsur kebudayaan yang merupakan
pusat dari semua unsur yang lain. Nilai-nilai kebudayaan yaitu gagasan-gagasan
yang telah dipelajari oleh warga sejak usia dini, sehingga sukar diubah. Gagasan
inilah yang kemudian menghasilkan berbagai benda yang diciptakan oleh manusia
berdasarkan nilai-nilai, pikiran, dan tingkah lakunya.
2. Sistem Budaya
Dalam wujud ini, kebudayaan bersifat abstrak sehingga hanya dapat diketahui dan
dipahami. Kebudayaan dalam wujud ini juga berpola dan berdasarkan sistem-
sistem tertentu.
3. Sistem Sosial
Sistem sosial merupakan pola-pola tingkah laku manusia yang menggambarkan
wujud tingkah laku manusia yang dilakukan berdasarkan sistem. Kebudayaan
dalam wujud ini bersifat konkret sehingga dapat diabadikan.
4. Kebudayaan Fisik
Kebudayaan fisik ini merupakan wujud terbesar dan juga bersifat konkret.
Misalnya bangunan megah seperti candi Borobudur, benda-benda bergerak seperti
kapal tangki, komputer, piring, gelas, kancing baju, dan lain-lain

C. Unsur Kebudayaan
Makna tentang budaya dan kebudayaan tidak pernah lepas dari unsur-unsur
kebudayaan secara universal. Guru besar antropologi Universitas Indonesia
Koentjaraningrat membagi unsur kebudayaan universal ini menjadi tujuh bagian
yakni:
1. Bahasa
Suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan sekaligus menjadi
alat perantara yang utama bagi manusia untuk meneruskan atau mengadaptasikan
kebudayaan. Ada dua bentuk bahasa yaitu lisan dan tulisan.
2. Sistem Pengetahuan
Unsur ini berkisar pada pengetahuan tentang kondisi alam sekelilingnya dan sifat-
sifat peralatan yang dipakainya. Sistem pengetahuan meliputi ruang pengetahuan
tentang alam sekitar, flora dan fauna, waktu, ruang dan bilangan, sifat-sifat dan
tingkah laku sesama manusia, tubuh manusia.

18
3. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial
Dimaknai sebagai sekelompok masyarakat yang anggotanya merasa satu dengan
sesamanya. Meliputi: kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, sistem kenegaraan,
sistem kesatuan hidup, perkumpulan.
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
Teknologi di sini dimaknai sebagai jumlah keseluruhan teknik yang dimiliki oleh
para anggota suatu masyarakat, meliputi keseluruhan cara bertindak dan berbuat
dalam hubungannya dengan pengumpulan bahan-bahan mentah, pemrosesan
bahan-bahan itu untuk dibuat menjadi alat kerja, penyimpanan, pakaian,
perumahan, alat transportasi dan kebutuhan lain yang berupa benda material.
5. Sistem pencarian hidup
Ini merupakan segala usaha manusia untuk mendapatkan barang dan jasa yang
dibutuhkan. Sistem ekonomi ini meliputi, berburu dan mengumpulkan makanan,
bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan perdagangan.
6. Sistem religi
Perpaduan antara keyakinan dan praktek keagamaan yang berhubungan dengan
hal-hal suci dan tidak terjangkau oleh akal. Sistem ini meliputi, sistem
kepercayaan, sistem nilai dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan, dan
upacara keagamaan.
7. Kesenian
Kesenian dapat dimaknai sebagai segala hasrat manusia terhadap keindahan.
Bentuk keindahan yang beraneka ragam itu timbul dari imajinasi kreatif yang
dapat memberikan kepuasan batin bagi manusia. Pemetaan bentuk kesenian dapat
terbagi menjadi tiga garis besar, yaitu; seni rupa, seni suara dan seni tari

D. Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan


Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan
masyarakat atau perorangan. Adapun 4 factor tersebut yaitu:
a. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas
kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat berfariasi dan memiliki kategori
yaitu, Yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial.
 Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah,
air, udara, tanah, iklim, perumahan.
 Lingkungan sosial meupakan hasil interaksi antar manusia seperti
kebudayaan, pendidikan, ekonomi.
b. Perilaku
Perilaku merupakan factor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri.
Di samping itu juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan,
kepercayaan, pendidikan social ekonomi, dan perilaku- perilaku yang melekat
pada dirinya.
c. Pelayanan Kesehatan

19
Merupakan faktor ke 3 yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan
pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan
perawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan
kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi dan tenaga
kesehatan.
d. Keturunan (genetik)
Faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya
dari golongan penyakit keturunan, asma.Hendrik L Blum juga menyebutkan
12 indicator yang berhubngan dengan derajat kesehatan, yaitu:
 Life Spam, yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat,
atau dapat juga dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang
bukan karena mati tua.
 Disease Or Infirmity, yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis
dan anatomis dari masyarakat.
 Discomfort Or Ilness, yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang
keadaan somatic, kejiwaan maupun social dari dirinya.
 Disability Or Incapacity yaitu ketidakmampuan seseorang dalam
masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peranan
sosialnya karena sakit.
 Participation In Healt Care, yaitu kemampuan dan kemauan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu
dalam keadaan sehat.
 Health Behaviour, yaitu perilaku manusia yang nyata dari anggota
masyarakat secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan.
 Ecologic behavior, yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan,
spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem
 Sosial Behavior, yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap
sesamanya, keluarga, komunitas dan bangsanya.
 Interpersonal Relationship, yaitu kualitas komunikasi anggota
masyarakat terhadap sesamanya.
 Reserve or Positive Health, yaitu daya tahan anggota masyarakat
terhadap penyakit atau kapasitas anggota masyarakat dalam
menghadapi tekanan-tekanan somatic, kejiwaan, dan social.
 External Satisfaction, yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat
terhadap lingkungan sosialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaaan,
rekreasi, transportasi.
 Internal Satisfaction, yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap
seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri.

E. Masyarakat Sebagai Agen Kesehatan


Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor perubahan budaya kesehatan
dalam masyarakat. Masyarakat dahulu saat persalinan minta bantuan dukun beranak

20
namun sekarang masyarakat lebih memilih pergi ke bidan atau pun dokter kandungan
dengan peralatan yang canggih. Artinya saat ini masyarakat lebih memaknai
kesehatan. Banyaknya informasi kesehatan yang diberikan melalui penyuluhan dan
promosi kesehatan membuat masyarakat mengetahui pentingnya kesehatan. Sekarang
pola pikir masyarakat kebanyakan lebih ke arah preventif terhadap adanya suatu
penyakit, yaitu pola pikir bahwa mencegah datangnya penyakit itu lebih baik daripada
mengobati penyakit. Artinya sejak dulu masyarakat sudah mengambil andil dalam
peran sebagai agen kesehatan, karena sejak dulu manusia sudah memiliki pemikiran
cara agar sembuh dari penyakit serta pada zaman saat ini pemikiran manusia
mengenai budaya kesehatan sudah lebih maju diiringi dengan perkembangan IPTEK
oleh karena itulah masyarakat sebagai agen kesehatan disini sangat berperan untuk
menciptakan serta menghidupkan budaya kesehatan .

Pada kualitas tenaga kesehatan yang memadai yang berguna untuk memberikan
pelayanan kesehatan secara optimal kepada masyarakat. Salah satu agen SDM disini
adalah “Mahasiswa”. Karena mahasiwa memiliki ilmu pengetahuan yang lebih
dibandingkan masyarakat awam oleh karena itulah peran mahasiswa disini sangat
membantu dalam mensosialisasikan kesehatan kepada masyarakat. Namun tidak
hanya yang bergelar “mahasiswa” saja yang dapat menjadi agen kesehatan melainkan
yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan juga bisa menjadi
agen kesehatan.

21
BAB V
PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

A. Definisi Proses Sosial dan Interaksi Sosial


Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk
hubungan tersebut atau yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang
menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada.

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan


antarindividu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan
bersama.

B. Ciri-Ciri Proses Sosial dan Interaksi Sosial


A. Ciri proses sosial
 Mengandung Unsur Dinamika
 Terdiri dari sederet kegiatan yg sambung menyambung dan berakhir pada
suatu ujung yang merupakan hasil akhir dari perjalanan itu.
 Mengikuti pola tingkah laku sendiri.
 Dalam proses sosial tidak mengenal waktu dan tempat tertentu.
 Proses sosial berada di bawah kontrol sosial yg ketat.
 Fenomena proses sosial bersifat universal
B. Ciri interaksi sosial
 Tidak mengandung unsur dinamika
 Terjadi berdasarkan status atau kedudukan sosial
 Terjadi berdasarkan peranan dan fungsi yg dipegang setiap orang.
 Bersifat statis dan pada umumnya tdk menimbulkan konflik yg
membahayakan masyarakat.

C. Jenis-Jenis Proses Sosial


Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka,
ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial:
1. Proses asosiatif
Proses asosiatif adalah bentuk interaksi social yang dapat meningkatkan hubungan
solidaritas antarindividu. Kerjasama merupakan bentuk interaksi social yang
utama. Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara perorangan
atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
 Kerja Sama, adalah suatu kegiatan yang dilakukan paling sedikit oleh dua
individu untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kerja sama individu
dengan individu lain akan saling mendukung serta membantu dan
membangun sinergi dalam mencapai tujuan bersama tersebut. Kerja sama
sendiri memiliki beberapa bentuk sebagai berikut.

22
 Kerukunan, merupakan salah satu bentuk dari kerja sama yang paling
sederhana serta paling mudah untuk kita wujudkan dalam kehidupan
bermasyarakat.Contoh kerukunan antara lain gotong royong untuk
membangun masjid, jembatan, membantu korban bencana alam, dan
sebagainya.
 Kooptasi, merupakan suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
sebuah kepemimpinan atau sebuah pelaksanaan politik suatu organisasi
kelompok masyarakat guna mencegah terjadinya guncangan ataupun
perpecahan dalam organisasi tersebut.
 Bergaining, merupakan suatu bentuk kerjasama yang dihasilkan dari
tindakan tawar menawar yang terjadi pada dua individu atau lebih untuk
mencapai kesepakatan bersama. Contoh bergaining sendiri biasa kita
temukan dalam kehidupan sehari-hari seperti kegiatan tawar menawar
yang terjadi antara penjual dan pembeli utnuk mencapai kesepakatan
bersama.
 Koalisi (coalition), yaitu merupakan perpaduan antara dua kubu yang
berbeda untuk mencapai tujuan bersama. Contohnya koalisi antara dua
partai politik untuk memenangkan tokoh yang dicalonkan dalam pemilihan
kepala daerah.
 Join Venture, merupakan kerjasama antara beberapa pihak dalam waktu
tertentu untuk menyelengggarakan usaha bersama. Biasanya kerja sama
berakhir ketika tujuan bersama telah tercapai atau selesai. Contoh kerja
sama antara dua perusahaan untuk mengembang suatu proyek.
 Akomodasi, sebagai keadaan akomodasi merupakan bentuk keseimbangan
yang berkaitan dengan norma sosial dan nilai sosial dalam interaksi antar
individu atau kelompok. Sebagai proses akomodasi dapat diartikan sebagi
bentuk atau tindakan untuk meredakan suatu konflik atau permasalahan
yang terjadi baik antar individu atau kelompok sehingga terwujud suatu
kestabilan.
 Akulturasi, merupakan proses penerimaan kebudayaan-kebudayaan lain ke
dalam kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan kepribadian asli ataupun
ciri khas dari kebuyaan sendiri.
 Asimilasi, yaitu peleburan dua unsur kebudayaan atau lebih menjadi satu
kebudayaan milik bersama. Asimilasi mengarah pada hilangnya
perbedaan.
 Amalgamasi, peleburan dua kelompok budaya atau lebih menjadi satu
kelompok budaya baru.

2. Proses disosiatif
Proses disosiatif adalah proses yang menjurus pada yang dapat mengakibatkan
perpecahan dalam kelompok masyarakat ( bersifat negatif).
 Persaingan atau kompetisi, suatu proses sosial yang dilakukan individu
untuk mencapai kemenangan secara kompetitif serta menghindari benturan

23
fisik. Contoh Persaingan atau kompetisi yaitu persaingan antara Andi dan
Tono untuk menjadi Rangking 1 di kelas.
 Pertentangan / Perselisihan / Konflik, suatu proses sosial individu atau
kelompok melakukan ancaman atau benturan fisik berupa kekerasan untuk
mencapai tujuannya. Contoh Pertentangan / Perselisihan / Konflik yaitu
Peristiwa Rengas dengklok merupakan pertentangan golongan muda
dengan golongan tua tentang waktu pelaksanaan proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
 Kontravensi, adalah usaha untuk menghalangi atau menggagalkan
tercapainya tujuan dari individu lain dengan cara memfitnah, provokasi,
atau melakukan intimidasi. Contoh kontravensi yaitu usaha menjatuhkan
nama baik salah satu capres agar masyarakat enggan memilihnya.

D. Jenis-Jenis Interaksi Sosial


1. Interaksi Sosial Individu dengan Individu
Sesuai dengan namanya, salah satu dari jenis-jenis interaksi sosial ini terjadi
antara dua individu dan biasanya bersifat langsung. Interaksi sosial antar-individu
terjadi ketika masing-masing individu bertemu dan melakukan interaksi sosial
satu sama lain. Interaksi sosial antar-individu bisa terjadi dari hal yang paling
sederhana, seperti misalnya saling menyapa dan melemparkan senyum ketika
berpapasan di jalan. (Baca juga: Komunikasi Islam)
2. Interaksi Sosial Individu dengan Kelompok
Jenis interaksi sosial lainnya individu dengan kelompok terjadi ketika seseorang
harus berinteraksi dengan sekelompok orang, yang jumlahnya lebih dari tiga.
Hal ini bisa terjadi ketika seseorang tersebut merupakan bagian dari suatu
kelompok dan ia berinteraksi dengan anggota-anggota lain dalam kelompok
tersebut. Atau bisa juga terjadi ketika ia berhadapan dengan banyak orang,
misalnya seorang pembicara yang menyampaikan pidato di podium kepada
masyarakat luas.
3. Interaksi Sosial Kelompok dengan Kelompok
Interaksi ini terjadi ketika terdapat dua kelompok yang berbeda, kemudian
bertemu dan melakukan interaksi. Pada interaksi ini, masing-masing anggota
bukan lagi berinteraksi secara individu namun sudah menyangkut kelompok.
Tentunya interaksi sosial yang menyangkut antar-kelompok harus dilakukan
dengan lebih berhati-hati, karena jika tidak tepat cara melakukannya akan
menyebabkan konflik atau bahkan permusuhan.

24

Anda mungkin juga menyukai