Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Dosen Pengampuh Mata Kuliah: Ns. Nurhalimah,S.Kep.,M.Kes.

Konsep Antropologi Sosial dan Kesehatan

Di Susun Oleh Akper 1-A Kelompok 1:


1. Rizal Ridwan (219035)
2. Abdur Rahman (219001)
3. Indah Permata Asri (219015)
4. Mutiara Auliyah (219025)
5. Rezky Fatika Sari (219031)
6. Sugeng Irawan (219043)
7. Tiffani Hasan (219045)
8. Wulansari Anwar (219048)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMIK KEPERAWATAN PELAMONIA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Konsep Antropologi Sosial dan Kesehatan” dapat terselesaikan.
Penulis berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada  dosen
pengampuh Bahasa Indonesia Ns. Nurhalimah,S.Kep.,M.Kes. yang telah
memberikan tugas ini kepada penulis sehingga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi penulis.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan penulis.
Tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi baik dari segi waktu maupun
tenaga, tetapi penulis menyadari juga bahwa setiap ikhtiar yang baik
harus diiringi dengan doa yang tulus sehingga kesulitan dapat teratasi.
Kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini tetap
penulis harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas
segala keikhlasan hati dan bantuan dari semua pihak  yang telah
diberikan kepada penulis, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Makassar,   Februari 2020

                                Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN. ...........................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
A. Definisi Antropologi........................................................................3
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi.....................................3
C. Antropologi Dalam Kesehatan.......................................................4
D. Ruang Lingkup dan Peranan Antropologi Kesehatan ................7
E. Ruang Lingkup Kajian Antropologi Kesehatan...........................12
F..Sumbangan Antropologi terhadap Ilmu Kesehatan....................12
G. Unsur-Unsur Kepribadian...............................................................13
H. Konsep Dasar Individu dalam Masyarakat...................................15
I. Manusia dan Kebudayaan ..............................................................17
J. Hubungan Manusia dan Sosial .....................................................19
BAB III PENUTUP ...................................................................................21
A. Kesimpulan ..................................................................................21
B. Saran..............................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia
juga merupakan mahkluk Sosial yang hidupnya saling membutuhkan
satu sama lain. Setiap penduduk yang mendiami suatu wilayah pasti
memiliki ke unikannya masing-masing mulai dari suku, adat, kebiasaan
serta aturan yang berlaku serta berbeda dengan  masyarakat lainnya.
Manusia merupkan mahluk yang sempurna. Akan tetapi, manusia
juga mempunyai banyak permasalahan dalam hidupnya seperti
masalah kesehatan, masalah kehidupan maupun masalah yang
menyangkut dengan antar sesama manusia. Oleh karena itu, para
peneliti dari zaman dahulu banyak yang meneliti tentang manusia, agar
dapat terciptanya kehidupan yang nyaman dan damai.
Antropologi merupakan ilmu penting dalam perjalanan manusia.
Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk
manusia mulai dari fisik, tingkah laku, kebiasaan, bahasa, budaya serta
susunan masyarakat , yang ternyata telah memberikan kita sebuah
pengetahuan tentang perkembangan zaman dan fenomena kehidupan
budaya dan masyarakat dari waktu ke waktu sehingga tentunya kita
tidak akan pernah lupa akan sebuah perjalanan manusia dari masa
lampau hingga sekarang ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi antropologi?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu antropologi?
3. Apa itu antropologi kesehatan?
4. Apa ruang lingkup dan peranan antropologi kesehatan?
5. Bagaimana ruang lingkup kajian antropologi kesehatan?
6. Bagaimana sumbangan antropologi terhadap ilmu kesehatan?
7. Apa unsur-unsur kepribadian?
8. Bagaimana konsep dasar individu dalam masyarakat?

1
9. Apa itu manusia dan kebudayaan?
10. Bagaimana hubungan manusia dan sosial?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi antropologi.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu antropologi.
3. Untuk mengetahui antropologi kesehatan.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup dan peranan antropologi
kesehatan.
5. Untuk mengetahui ruang lingkup kajian antropologi kesehatan.
6. Untuk mengetahui umbangan antropologi terhadap ilmu kesehatan.
7. Untuk mengetahui unsur-unsur kepribadian.
8. Untuk mengetahui konsep dasar individudalam masyarakat.
9. Untuk mengetahui manusia dan kebudayaan.
10. Untuk mengetahui hubungan manusia dan sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Antropologi
Antropologi berasal dari kata antrophos yang berarti manusia; dan
logos yang berarti ilmu atau teori. Antropologi berarti “ilmu tentang
manusia” dan adalah suatu istilah yang sangat tua. Dahulu istilah itu
dipergunakan dalam arti yang lain “ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia”.
Antropologi dibangun berdasarkan ilmu pengetahuan alam, termasuk
penemuan asal dan evolusi Homo sapiens, karakteristik fisik manusia,
perilaku manusia, variasi antara kelompok-kelompok manusia yang
berbeda, dan bagaimana masa lalu telah mempengaruhi evolusi
organisasi sosial dan budaya.
Menurut David Hunter, antropologi merupakan sebuah ilmu yang
lahir dari rasa ingin tahu yang tak terbatas dari umat manusia.
Menurut Koentjaraningrat, antropologi merupakan studi tentang
umat manusia pada umumnya dengan mempelajari berbagai warna,
bentuk fisik masyarakat dan budaya yang dihasilkan.
Menurut William A. Haviland, antropologi merupakan studi
tentang umat manusia, berusaha untuk membuat generalisasi yang
berguna tentang orang-orang dan perilaku mereka dan untuk
mendapatkan pemahaman yang lengkap dari keanekaragaman
manusia.
Menurtut Rifhi Siddiq, antropologi merupakan sebuah ilmu yang
mendalami semua aspek yang terdapat pada manusia yang terdiri atas
berbagai macam konsepsi kebudayaan, ilmu penegetahuan, norma,
seni, linguistic dan lambing, tradisi, teknologi, dan kelembagaan.

B. Sejarah Antropologi
1. Fase pertama (sebelum 1800)

3
Suku-suku bangsa penduduk pribumi Afrika, Asia dan Amerika
mulai didatangi oleh bangsa Eropa. Perhatian terhadap himpunan
pengetahuan tentang masyarakat, adat istiadat dan ciri-ciri fisik
bangsa-bangsa di luar Eropa dari pihak dunia ilmiah menjadi
sangat besar, demikian besarnya sehingga timbul usaha-usaha
pertama dari dunia ilmiah untuk mengintegrasikan seluruh
himpunan bahan pengetahuan etnografi menjadi satu.
2. Fase kedua (pertengahan abad ke-19)
Integrasi yang sungguh-sungguh baru timbul pada pertengahan
abad ke-19. Secara singkat cara berfikir tersebut bahwa
masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan
sangat lambat dalam jangka waktu beribu-ribu tahun lamanya.
Kebanyakan antropolog sependapat bahwa antropologi muncul
sebagaisuatu cabang keilmuan yang jelas batasannya pada sekitar
pertengahan abad ke -19, dimana perhatian orang pada evolusi
manusia berkembang. Antropologi sebagai ilmu pengetahuan baru
dimulai tidak lama setelah itu. Ketika pengangkatan pertama
antropolog professional di universitas,museum, dan kantor-kantor
pemerintahan.
3. Fase ketiga (permulaan abad ke-20)
Dalam fase ini antropologi sebagi suatu ilmu bertujuan untuk
mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar
eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan untuk
mendapatkan suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang
kompleks.
4. Fase keempat (sesudah kira-kira 1930)
Dalam fase ini ilmu antropologi mengalami masa
perkembangan yang paling luas, baik mengenai bertambahnya
bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai
ketajaman dari metode-metode ilmiah.
C. Antropologi dalam Kesehatan

4
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan
universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang
mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Masalah sehat dan
sakit merupakan proses yang berkaitan dengan lingkungan baik secara
biologis, psikologis maupun sosio budaya.
Dalam rangka pembangunan masyarakat desa, para ahli
antropologi sering diminta untuk meneliti atau memberi data mengenai
masalah konsepsi dan sikap penduduk desa tentang kesehatan,
tentang sakit, terhadap dukun, terhadap obat-obatan tradisional,
terhadap kebiasaan-kebiasaan dan pantangan-pantangan makan, dan
sebagainya.dengan demikian timbulah spesialis khusus yaitu
antropologi kesehatan (medical anthropology).
Oleh karena itu para antropolog menyimpulkan bahwa ada dua
penyebab orang sakit yaitu:
1. Secara personalistik (secara personal)
Adalah dimana penyakit disebabkan oleh intervensi dari
suatu agen yang aktif dapat berupa mahluk supranatural (makhluk
gaib atau dewa), mahluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh
leluhur atau roh jahat), maupun mahluk manusia (tukang sihir atau
tukang tenung). Orang yang sakit adalah korbannya, objek dari
agresi atau hukuman yang ditujukan khusus kepadanya untuk
alasan-alasan khusus yang menyangkut dirinya.
2. Secara naturalistic
Sistem-sistem naturalistic mengakui adanya suatu model
keseimbangan, sehat terjadi karena unsur-unsur yang tetap dalam
tubuh, seperti panas, dingin, cairan tubuh (humor atau dosha), yin
dan yang berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan
kondisi individu dalam lingkungan alamia dengan lingkungan
sosialnya. Apabila keseimbangan ini terganggu, maka hasilnya
timbulnya penyakit.

5
Kajian antropologi kesehatan mengarah pada manusia dan
perilaku seputar masalah kesehatan. Bagaimana perilaku
masyarakat yang sampai saat ini masih bertahan dengan
pengobatan tradisional, pelaksanaan keluarga berencana,
pembukaan praktik klinik pengobatan medis, dan sebagainya.
Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-
unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit
dan kesehatan (Solita Sarwono, 1993).
Antropologi lebih luas lagi kajiannya lagi kajiannya seperti
Koentjaraningrat mengatakan bahwa ilmu antropoli mempelajari
manusia dari aspek fisik, sosial, budaya (1984;76).
Pengertian antropologi kesehatan yang diajukan
Foster/Anderson merupakan konsep yang tepat karena termasuk
dalam pengertian ilmu antroplogi seperti yang di sampaikan
Koentjaraningrat. Menurut Foster/Anderson, antropogi kesehatan
mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua
kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi
Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-
aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkahlaku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang
sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan
penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).

 Menurut Weaver :
Antropologi kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan
yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit.
(Weaver,1968; 1)
 Menurut Hasan dan Prasad
Antropologi kesehatan adalah cabang dari ilmu mngenai
manusia yang mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan

6
manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tak pandangan untuk
memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran (medico-
historical), hukum kedokteran (medico-legal),aspek sosial
kedokteran (medico-social) dan masalah-masalah kesehatan
manusia (Hasan dan Prasad, 1959; 21-22)
 Menurut Hochstrasser
Antropologi kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia
dan karya-karyanya, yang berhubungan dengan kesehatan dan
pengobatan (Hochstrasser dan Tapp, 1970; 245).
 Menurut Lieban
Antropologi kesehatan adalah studi tentang fenomena medis
(Lieban 1973,1034)
 Menurut Fabrega
Antropologi kesehatan mempelajari masalah-masalah sakit dan
penyakit dengan penekanan terhadap pola-pola tingkah laku.
(Febrega, 1972;167)

Dari definisi-definii yang dibuat oleh ahli-ahli antropologi


mengenai antropologi kesehatan maka dapat disimpulkan bahwa
antropologi kesehatan mencakup :
1. Mendefinisi secara komprehensif dan interprestasi berbagai
macam masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya,
antara tingkah laku manusia dimasa lalu dan masa kini dengan
derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian
pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut.
2. Partisipasi professional mereka dalam program-program yang
bertujuan mempelajari derajat kesehatan melalui pemahaman
yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-
budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku
sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang
lebih baik.

7
D. Ruang Lingkup dan peranan antropologi kesehatan
Penyakit muncul tidak bersamaan dengan saat munculnya
manusia, tetapi sebagaimana dikemukakan oleh Sigerit (Landy
1977),penyakit adalah bagian dari kehidupan yang ada dibawah kondisi
yang berubah ubah.
Menurut Foster dan Anderson kesehatan berhubungan dengan
perilaku. Perilaku manusia cenderung bersifat adaktif. Terdapat
hubungan antara penyakit, obat-obatan, dan kebudayaan. Menurut
Landy Antropologi kesehatan adalah suatu studi tentang konfrotasi
manusia dengan penyakit serta rasa sakit, dan rencana adaptif yaitu
sistem pengobatan dan obat-obatan yang dibuat oleh kelompok
manusia berkaitan dengan ancaman yang akan datang.
1. Batasan dan ruang lingkup
Munculnya istilah Medicine Anthropology dari tulisan Scotch
dan paul dalam artikel tentang pengobatan dan kesehatan
masyarakat. Atas dasar ini kemudian di Amerika lahirlah
antropologi kesehatan.
Ahli-ahli antropologi tertarik untuk mempelajari faktor-faktor
biologis, dan sosio-budaya yang mempengaruhi munculnya
penyakit pada masa sekarang.
2. Akar antropologi kesehatan
Tipe kajian antropologi kajian budaya yang menjadi akar
antropologi kesehatan:
a. Kajian tentang obat primitif, tukan sihir, dan majik
b. Kajian tentang kepribadaian dan kesehatan diberbagai seting
budaya.
c. Keterlibatan ahli-ahli antropologi dalam program-program
kesehatan intrnasional dan perubahan komunitas yang
terencana.
d. Antropologi ekologi.
e. Teori evolusioner.

8
Akar dari antropologi kesehatan
a. Antropologi fisik
1) Ahli-ahli antropologi fisik, belajar dan melakukan penelitian
di sekolah-sekolah kedokteran (anatomi).
2) Alhi-ahli antropologi fisik adalah ahli antropologi kesehatan.
3) Sejumlah besar ahli antropologi fisik adalah kedokteran.
b. Etnomedisin
Cabang dari etnobotani atau antropologi kesehatan
yang mempelajari pengobatan tradisional, tidak hanyayang
berhubungan dengan sumber-sumber tertulis (contoh
pengobatan tradisional china) tetapi pengetahuan dan
praktek secara oral diturunkan selama beberapa abab.
Kepercayaan dan pratek-praktek yang berkenaan
dengan penyakit yang merupakan hasil dari pengembangan
kebudayaan asli danyang eksplisit yang tidak berasal dari
kerangka kedokteran modern, merupakan urutan langsung
dari karangka konseptual ahli-ahli antropologi mengenai
sistem medis non-barat. Rivers, (medicine, magic, dan
religion).
Sistem pengobatan asli adalah peranata-pranata
sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti
mempelajari pranata-pranata sosial umumnya, dan bahwa
praktek-praktek pengobatan asli adalah rasional bila dilihat
dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab
akibat.
Setelah antropologi kesehatan berkembang, terutama
dalam bidang-bidang yang luas, konsep kesehatan
internasional dan psikiatri lintas bidaya (psikitiatri
transcultural), kepentingan mengenai pengetahuan praktis
maupun teoritis mengenai sistem pengobatan non-barat
semakin tampak.

9
c. Studi-studi tentang kebudayaan dan kepribadian
Sejak pertengahan tahun 1930-an, paraahli
antropologi, psikiater dan ahli ilmu tingkah laku lainnya mulai
mempertanyakan tentang kepribadian orang dewasa, atau
sifat-sifat dan lingkungan sosial-budaya dimana tingkah laku
itu terjadi.
d. Kesehatan masyarakat internasional.
1) WHO
Petugas-petugas kesehatan yang bekerja
dilingkungan yang bersifat lintas budaya, lebih cepat
menemukan masalah daripada mereka yang bekerja
dalam kebudayaan sendiri, dan khususnya mereka yang
terlibat dalam klinik pengobatan melihat bahwa kesehatan
dan penyakit bukan merupakan gejala biologic saja,
melainkan juga gejala sosial-budaya.
Kebutuhan kesehatan dinegara berkembang tidaklah
dapat dipenuhi dengan sekedar memindahkan pelayanan
kesehatan dari Negara-negara industry.
Kumpulan data pokok mengenai kepercayaan dan
praktek pengobatan primitif dan petani yang telah
diperoleh ahli antropologi kebudayaan pada tahun-tahun
sebelumnya, informasi mengenai nilai-nilai budaya dan
bentuk-bentuk soal, serta pengetahuan mereka mengenai
dinamika stabilitas sosial dan peruban, telah memberikan
kunci yang dibutuhkan bagi masalah-masalah yang
dijumpai dalam program-program kesehatan masyarakat
awal tersebut.
Para ahli antropologi dapat menjelaskan padapetugas
kesehatan mengenai bagaimanakepercayaan tradisional
serta prakteknya bertentangan dengan asumsi
pengobatan barat, bagaimana faktor sosial

10
mempengaruhi keoutusan perawatan kesehatan, dan
bagaimana kesehatan dan penyakit semata-mata
merupakan aspek darikeseluruhan pola kebudayaan,
yang berubah bila ada perubahan sosial budayanya yang
mencangkup banyak hal.
e. Batasan antropologi kesehatan
Antropologi kesehatan menurut Landy yaitu
mengkombinasikan dalam satu disiplin ilmu pendekatan-
pendekatan ilmu biologi, ilmu sosial, dan humaniora dalam
menstudi manusia, dalam proses perkembangannya
merupakan perpaduan antara aspek biologi dan aspek sosio-
budaya.
Foster dan Anderson mendefinisikan antropologi
kesehatan adalah suatu disipli biobudaya yang
memperhatikan aspek-aspek biologis dan budaya berkenaan
dengan perilaku manusia, khususnya bagaimana cara kedua
aspek ini berinteraksi sehingga berpengaruh terhadap
kesehatan dan penyakit.
Selain itu mc elroy dan townsend juga mendefinisikan
antropologi kesehatan merupakan studi bagaimana faktor-
faktor sosial dan lingkungan mempengaruhi kesehatan dan
mengetahui tentang cara-cara alternatif untuk mengerti dan
merawat penyakit.
Definisi kerja secara singkat bahwa antropologi
kesehatan adalah istilah yang dipakai oleh ahli-ahli antropologi
yang mendeskripsikan :
1) Secara luas dan interprestasi mengenai hubungan bio-
budaya antara perilaku manusia dimasa lalu dan dimasa
kini, dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa
mengutamakan perhatian pada pengunaan praktis dan
pengetahuan tersebut

11
2) Partisipasi professional dalam program-program yang
bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui
pemahaman yang mendalam mengenai hubungan antara
gejala biososiobudaya dan kesehatan, dan melalui
perubahan perilaku sehat dalam arah yang dipercaya
dapat diperbaiki kesehatan dalam arah yang lebih baik.
3. Peranan Antropologi dalam Ilmu kesehatan
a. Ilmu antropologi memberikan suatu cara yang jelas dalam
memandang masyarakat secara keseluruhan, maupun para
anggota individual. Ilmu antropologi menggunakan
pendekatan yang menyeluruh atau bersifat sistem, dimana
peneliti secara tetap menanyakan bagaimana seluruh bagian
dari sistem itu saling menyesuaikan dan bagaimana sistem
itu bekerja. Ilmu antropologi juga menekankan pentingnya
relativisme budaya dalam menilai cara-cara yang berlainan
dengan cara-cara kita sendiri,yaitu kebutuhan untuk
menginterpresentasikan bentuk-bentuk asli konteks budaya.
b. Ilmu antropologi memberikan suatu model yang secara
operasional berguna untuk menguraikan proses-proses
perubahan sosial dan budaya dan juga untuk membantu
memahami keadaan dimana para warga dari kelompok
sasaran melakukan respons terhadap kondisi yang berubah
dan adanya kesempatan baru.
c. Ahli antropologi menawarkan kepada ilmu-ilmu kesehatan
suatu metodologi penelitian yang longgar dan efektif.
E. Ruang Lingkup Kajian Antropologi Kesehatan
Menurut Foster dan Anderson lapangan kajian antropologi
kesehatan dibagi menjadi dua :
1. Kutub biologis, perhatiannya pada pertumbuhan dan perkembangan
fisik manusia, peranan penyakit dalam evolusi manusia, adaptasi

12
biologis terhadap perubahan lingkungan alam, dan pola penyakit di
kalangan manusia purba.
2. Kutub sosio-budaya perhatiannya pada sistem kesehatan tradisonal
yang mencakup ide, dan praktik pencegahan penyakit, serta peranan
praktisi medis tradisional, masalah keperawatan kesehatan
biomedik, perilaku kesehatan, peranan pasien, perilaku sakit,
interaksi dokter dan pasien dan masalah inovasi kesehatan.
F. Sumbangan Antropologi terhadap Ilmu Kesehatan
Menurut Foster dan Anderson ada empat hal utama yang dapat
disumbangkanoleh antropologi terhadap ilmu kesehatan,yaitu :
1. Perspektif Antropologi
Terdapat dua konsep dalam perpektif antropologi bagi ilmu
kesehatan :
a. Pendekatan Holistik, pendekatan ini memahami gejala sebagai
suatu sistem. Pendekatan ini dimana suatu pranata tidak dapat
dipelajari sendiri-sendiri lepas dari hubungannya dengan pranata
lain dalam keseluruhan sistem.
b. Relativisme budaya
Standar penilaian budaya itu relative, suatu aktivitas budaya yang
oleh pendukungnya dinilai baik, pantas dilakukan mungkin saja
nilainya tidak baik dan tidak pantas bagi masyarakat lainnya.
2. Perubahan: Proses dan Persepsi (Perubahan Terencana)
Suatu perubahan terencana akan berhasil apabila perencanaan
program bertolak dari konsep budaya. Bertolak dari itu,
perencanaan program pembaharuan kesehatan dalam upaya
mengubah perilaku kesehatan tidak hanya memfokuskan diri pada
hal yang tampak, tetapi seharusnya pada aspek psiko-budaya.
3. Metodologi Penelitian
Ahli antropologi menawarkan suatu metode penelitian yang longgar
tetapi efektif untuk menggali serangkaian masalah teoretik dan
praktis yang dihadapi dalam berbagai program kesehatan.

13
4. Premis
Premis atau asumsi atau dalil yang mendasari atau dijadikan
pedoman individu atau kelompok dalam memilih alternative
tindakan. Premis-premis tersebut memainkan peranan dalam
menentukan tindakan individu dan kelompok.
G. Unsur-unsur Kepribadian
1. Pengetahuan
Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seiring manusia yang
sadar, secara nyata terkandung di dalam otak.
Berikut akan di gambarkan proses tersebut dengan menggunakan
wawasan psikologi, ilmu psikologi, yang merupakan salah satu dari
sekian ilmu bantu dalam kajian antropologi, yaitu:
a. Persepsi
Persepsi adalah penggambaran seluruh proses akal tentang
alam dan sekitar dalam keadaan alam sadar.

b. Apersepsi
Apersepsi adalah penggambaran baru dengan lebih banyak
pengertian tentang keadaan lingkungan dan berdasarkan
pemahaman yang bersangkutan.
c. Pengamatan
Pengamatan adalah penggambaran yang lebih berfokus dan
intensif yang di peroleh karena mengadakan suatu
pengamatan. Hasil yang di peroleh bergantung dari seberapa
jauh ketelitian dalam pengamatan.
d. Konsep
Konsep adalah penggambaran abstrak tentang sesuatu objek.
Dalam proses ini tampak adanya unsur subjektif dengan
mengadakan perbandingan.

14
2. Fantasi
Fantasi adalah penggambaran baru dari objek yang sangat berbeda
dari aslinya. Ada kemungkinan penggambaran jenis ini sulit diterima
nalar karena demikian kuatnya daya khayal.
3. Perasaan
Kecuali pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung
berbagai macam “perasaan”. Suatu perasaan yang selalu bersifat
subjektif karena adanya unsur penilaian tadi. Biasanya menimbulkan
suatu kehendak dalam kesadaran seorang individu.
4. Dorongan naluri
Dorongan naluri adalah kemauan yang sudah merupakan naluri
pada setiap makhluk manusia. Kesadaran manusia menurut para
ahli psikologi juga mengandung berbagai perasaan lain yang tidak
ditimbulkan karena pengaruh pengetahuannya, melainkan karena
sudah terkandung dalam organismenya dan khususnya dalam
gennya sebagai naluri. Sedikitnya ada 7 dorongan naluri yaitu :
a. Dorongan untuk mempertahankan hidup
b. Dorongan seks
c. Dorongan mencari makan
d. Dorongan untuk bergaul/berinteraksi dengan sesame
e. Dorongan untuk menirukan tingkah laku sesamanya
f. Dorongan untuk berbakti
g. Dorongan untuk keindahan
H. Konsep Dasar Individu dalam Masyarakat

Sosiologi adalah studi ilmiah mengenai hubungan antara


masyarakat dan individu. individu dalam hal ini merupakan konsep
sosiologik. sehingga tidak boleh diartikan sama dengan konsep sosial
yang kita gunakan sehari-hari. sebab dalam sehari-hari, konsep individu
menunjuk pada orang pribadi tertentu seperti misalnya : silala, silili,
silulu.

15
1. Individu

Individu adalah subjek yang melakukan sesuatu, subjek


yang mempunyai pikiran, subjek yang mempunyai kehendak,
subjek yang mempunyai kebebasan, subjek yang memberi arti
(meaning) pada sesuatu, yang mempu menilai tindakakn dan hasil
tindakannya sendiri. Individu adalah unit terkecil pembentuk
masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu berarti juga bagian terkecil
dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi
bagian yang lebih kecil.

2. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk
sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian
besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut.
Menurut Peter L. Berger mendefinisikan masyarakat
merupakan suatu keseluruan komplek hubungan manusia yang
luas sifatnya. Keseluruhan komplek dalam definisi diatas berarti
bahwa keseluruhan itu berdiri dari bagian-bagian yang membentuk
suatu kesatuan. Contohnya: badan manusia terdiri dari bagian-
bagian yang membentuk satu sistem yang disebut sistem organik
biologik manusia. bagian itu misalnya jantung, perut, hati, sex,
tangan, saraf, otak, dan lain-lain. Kesatuan itu semua membentuk
satu sistem yang disebut manusia. Demikian pula masyarakat
mempunyai bagian-bagian seperti hubungan sosial, misalnya
seperti hubungan seorang anak dan orang tua, hubungan antara
orang muda dan lanjut usia, hubungan suami istri, hubungan pria
wanita, hubungan atas bawahan, hubungan lurah penduduk,
hubungan guru murid dan lain-lain. Oleh karena itu Piter L. Berger
juga mendifinisikan masyarakat “yang menunjuk pada suatu sistem
interaksi”. interaksi yang dimaksud adalah tindakan yang terjadi

16
paling kurang antara dua orang yang saling mempengaruhi
perilakunya.
3. Hubungan Individu dan Masyarakat
Dari pengertian diatas sangat jelas keterkaitan antara
individu dan masyarakat sangatlah jelas, yaitu individu adalah
bagian terkecil dan pembentuk masyarakat serta masyarakat ialah
hasil dari interaksi antara individu yang ada didalamnya.
Peran individu dalam masyarakat dimanapun individu tingal dan
berinteraksi maka akan terjadi hubungan. Contoh kecilnya saja,
individu yang tingal disebuah perumahan akan melakukan gotong
royong atau kerja sama. Gotong royong dalam masyarakat
dibutuhkan kerjasama antar individu untuk tercapainya hal yang
diinginkan biasanya untuk bersih–bersih.
Hubungan individu dan masyarakat yaitu bahwa hidup
bermasyarakat adalah ciptaan dan usaha manusia sendiri. Hidup
bermasyarakat yang diusahakan dan diciptakan sendiri,bertujuan
untuk memungkinkan perkembangannya sebagai manusia. Sebab
tanpa masyarakat tidak ada hidup individual yang manusiawi. Jadi
manusia sekaligus membentuk dan dibentuk oleh hasil karyanya
sendiri, yaitu masyarakat. Manusia tidak bebas dalam arti bahwa ia
bebas memilih antara hidup sendiri atau hidup dengan orang lain,
ia hanya bebas memilih dengan siapa ia ingin berteman dan
melakukan kerja sama, karena pada dasarnya manusia adalah
makhluk sosial yang saling membutuhkan. Jadi ada relasi timbal
balik antara individu dan masyarakat. Disatu pihak individu ikut
membentuk dan menegakkan masyarakat. Di lain pihak
masyarakat menghidupi individu dan oleh karenanya bersifat saling
mengikat.
I. Manusia dan Kebudayaan
Kebudayaan sebenarnya secara khusus dipelajari dan lebih diteliti
oleh antropologi budaya. Seseorang yang meneliti dan memperdalam

17
perhatiannya terhadap sosiologi maka secara tidak langsung juga akan
mempelajari tentang manusia karena keduanya tidak dapat dipisahkan
dan selamanya merupakan dwitunggal. Dalam masyarakat terdapat
sekelompok manusia dimana masyarakat adalah orang yang hidup
bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian tidak ada
manusia yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak ada
kebudayaan tapa masyrakat sebagai wadah dan pendukungnya.
Walaupun secara teoretis dan untuk kepentingan analitis, kedua
persoalan tersebut dapat dibedakan dan dipelajari secara terpisah.
Dua orang antropolog terkemuka, yaitu Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski, mengemukakan bahwa Cultural Determinism
berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan
adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat tersebut. Kemudian
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang super-
organic karena kebudayaan yang turun-menurun dari generasi ke
generasi tetap tetap hidup terus, walaupun orang-orang yang menjadi
anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan
kelahiran.
Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah
yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau
akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan
budi atau akal”.
Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang
sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata Latin colere artinya
mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari
asal arti tersebut, yaitu colere kemudian culture, diartikan sebagai
segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah
alam.
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-

18
kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
Dengan kata lain, kebudayaan mencakup semuanya yang
didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-
pola perilaku yang normative. Artinya, mencakup segala cara-cara atau
pola-pola berpikir, merasakan, dan bertindak.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan
kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan
atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh
manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta
hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.
Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah-
kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-
masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas. Di dalamnya termasuk
misalnya agama, ideology, kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang
merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota
masyarakat. Selanjutnya cipta merupakan kemampuan mental,
kemampuan berpikir orang-orang yang hidup di masyarakat. Cipta
merupakan, baik yang berwujud teori murni, maupun yang telah
tersusun untuk langsung diamalkan dalam kehidupan masyarakat.
Rasa dan cinta dinamakan pula kebudayaan rohaniah (spiritual atau
immaterial culture). Semua karya, rasa, dan cipta dikuasai oleh karsa
orang-orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan
kepentingan sebagaian besar atau dengan seluruh masyarakat.
Untuk kepentingan analitis, maka dari sudut struktur dan tingkatan
dikenal adanya super-culture yang berlaku bagi seluruh masyarakat.
Suatu super-culture yang biasanya dapat dijabarkan ke dalam cultures
yang mungkin didasarkan pada kekhususan daerah, golongan etnik,

19
profesi, dan seterusnya. Di dalam suatu culture mungkin berkembang
lagi kebudayaan-kebudayaan khusus yang tidak bertentangan dengan
kebudayaan “induk” yang lazimnya dinamakan sub-culture. Akan tetapi,
apabila kebudayaan khusus tadi bertentangan dengan kebudayaan
“induk”, gejala tersebut disebut counter culture.
Kalau ada unsur kebudayaan luar ingin diperkenalkan ke dalam
sutu masyarakat, pertama-tama harus dicegah pengualifikasikan unsur
tersebut sebagai penyelewengan. Oleh karena itu, di dalam
memperkenalkan unsur kebudayaan relatif baru, senantiasa harus
ditonjolkan manfaat atau kegunaan riel yang ternyata lebih besar bila
dibandingkan dengan unsur kebudayaan lama [adat-istiadat yang telah
tertanam].
J. Hubungan Manusia dan Sosial
Ilmu antropologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang manusia,
dimana antara manusia dan sosial saling erat kaitannya, manusia
adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Dan sebagai mahluk
sosial ia membutuhkan manusia lain, membutuhkan sebuah kelompok
karena manusia memerlukan kebersamaan dan saling membutuhkan
antara satu dan lainnya.
Sejarah perkembangan ilmu antropologi telah menyebabkan bahwa
ilmu itu sejak mulanya hingga sekarang masih tertuju kepada objek-
objek penelitian dalam masyarakat dan kebudayaan bangsa-bangsa
Eropa dan Amerika Modern. Antropologi telah lama meneliti
kebudayaan suku-suku bangsa penduduk peribumi di Amerika, Asia,
Afrika, dan Oseania. Suku bangsa itu biasanya hidup dalam
masyarakat pedesaan kecil. Sebaliknya, ilmu sosiologi selalu
memusatkan perhatian kepada unsur-unsur atau gejala khusus dalam
masyarakat manusia, dengan menganalisa kelompok-kelompok sosial
yang khusus (social groupings).

20
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Antropologi berarti “ilmu tentang manusia” .
2. Antropologi muncul sebagai suatu cabang keilmuan yang jelas
batasannya pada sekitar pertengahan abad ke 19, dan ilmu
antropologi terus berkembang hingga sampai saat ini dan
mengalami masa perkembangan yang paling luas, baik mengenai
bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun
mengenai ketajaman dari metode-metode ilmiah.
3. Para ahli antropologi sering diminta untuk meneliti atau memberi
data mengenai masalah konsepsi dan sikap penduduk desa
tentang kesehatan, tentang sakit, terhadap dukun, terhadap obat-
obatan tradisional, terhadap kebiasaan-kebiasaan dan pantangan-
pantangan makan, dan sebagainya.dengan demikian timbulah
spesialis khusus yaitu antropologi kesehatan (medical
anthropology).
4. Ruang lingkup antropologi mencakup hubungan antara manusia
dengan penyakit, obat-obatan, dan kebudayaan. Ilmu antropologi
berperan untuk mempelajari tentang manusia dan ilmu kesehatan
yang terkait dengan manusia.
5. Ruang lingkup kajian antropologi kesehatan mencakup Kutub
biologis dan kutub sosio-budaya.
6. Menurut Foster dan Anderson ada empat hal utama yang dapat
disumbangkanoleh antropologi terhadap ilmu kesehatan,yaitu :
Perspektif Antropologi, relativisme budaya, perubahan: Proses dan
Persepsi (Perubahan Terencana), metodologi penelitian, dan
premis.
7. Unsur-unsur kepribadian yaitu pengetahuan, fantasi, perasaan dan
dorongan naluri.

22
8. Konsep dasar individu dalam masyarakat yaitu individu berarti juga
bagian terkecil dari kelompok masyarakat dan dalam suatu
masyarakat adalah sekelompok individu yang membentuk yang
melakukan interaksi dalam kelompok tersebut.
9. Dalam suatu kebudayaan terdapat manusia yang membentuk,
menciptakan, dan melaksanakan kebudayaan tersebut secara turun
temurun.
10. Ilmu antropologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang manusia,
dimana antara manusia dan sosial saling erat kaitannya, manusia
adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Dan sebagai
mahluk sosial ia membutuhkan manusia lain, membutuhkan sebuah
kelompok karena manusia memerlukan kebersamaan dan saling
membutuhkan antara satu dan lainnya.

B. Saran

Dengan adanya penulisan ini diharapkan bagi pembaca khususnya

mahasiwa Stikes Akper Akbid Pelamonia lebih mengetahui lagi

manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran antropologi

sosial dalam kesehatan sehingga dapat meningkatkan motivasi yang

positif untuk terus belajar dengan giat agar dapat meneruskan dan

mengembangakan ilmu-ilmu dari para ilmuan terlebih dahulu kepada

generasi berikutnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyowati, Budi. 2017. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Alfina, Syamsu dan Haeruddin. 2016. Sosiologi dan Antropologi Berbasis


Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Maulana, Nova. 2014. Sosiologi dan Antropologi Kesehatan. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Antropologi Sosial Budaya. Jakarta: PT


Rineka Cipta

Arghubi, Galih. (19 Februari 2011). Hubungan Individu dan Masyarakat.


Dikutip 21 Februari 2020 dari :
http://galiharghubi.blogspot.com/2011/02/hubungan-individu-dan-
masyarakat.html

24

Anda mungkin juga menyukai