Disusun Oleh:
1. Diajeng Citra Aprilia (1440121002)
2. Diky Wiyadi (1440121006)
3. Elin Lutfitasari (1440121015)
4. Nailul Chusna (1440121032)
5. Tri Wanda Aprilia (1440121052)
Puji syukur penulis kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya serta memberikan perlindungan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyusun
makalah dengan judul ”Konsep Dasar Ilmu Antropologi”. Dimana makalah ini sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi tugas Antropologi.
Dalam kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, yaitu :
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya, Terima Kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Tujuan.......................................................................................................................5
1.3 Manfaat.....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Antropologi.................................................................................................
2.2 Tokoh - Tokoh Antropologi....................................................................................
2.3 Hubungan Antropologi dengan Ilmu Lainnya......................................................
2.4 Antropologi dalam Ilmu Kesehatan.....................................................................
BAB III PENUTUPAN
3.1 Simpulan...................................................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Definisi Antropologi
Menurut asal kata anthropologi berasal dari kata Yunani (baca: anthropos) yang
berarti " manusia" atau "orang" dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian
"bernalar", "berakal").Anthropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis
sekaligus makhluk sosial. Koentjaraningrat: Anthropologi adalah ilmu yang
mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk
fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. William A. Havilland:
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi
yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh
pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. David Hunter:
anthropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang
umat manusia. Antropologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang seluk
beluk manusia dan juga budayanya.Menurut Koentjaraningrat (1981: 11) antropologi
berarti “ilmu tentang manusia. ” Ilmu antropologi telah berkembang dengan luas,
ruang lingkup dan batas lapangan perhatiannya yang luas ini yang menyebabkan
timbulnya paling sedikit 5 masalah penelitian.Koentjaraningrat (1981: 12)
mengemukakan tentang 5 masalah ini: masalah sejarah asal dan perkembangan
manusia secara biologi, masalah sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia,
dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya masalah sejarah asal, perkembangan dan
penyebaran aneka warna bahasa yang diucapkan manusia di seluruh dunia. Masalah
perkembangan,penyebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di
seluruh dunia. Masalah mengenai azas-azas dari kebudayaan manusia dalam
kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi
masa kini. Dengan melihat masalah di atas, sudah dapat dipastikan terdapat ilmu-ilmu
yang terdapat dalam ilmu antropologi yang membahas tentang ke-5 masalah tersebut.
Untuk memecahkan suatu masalah sudah dapat dipastikan dibutuhkan beberapa
penelitian untuk mengetahui sumber masalah itu sendiri dan pemecahannya. Menurut
Anderson (2006: 256) ahli antropologi melaksanakan penelitian mereka dengan cara
eksplorasi yang relatif tanpa struktur dan meliputi masalah-masalah yang sangat luas.
Seorang ahli antropologi tidak terlalu mempersoalkan untuk memisahkan antara
masalah-masalah penelitian yang kecil dan ketat yang dapat mereka kerjakan dengan
5
disain-disain penelitian yang dari segi estetika memuaskan, dengan masalah-masalah
umum yang luas, yang akan mengarahkan peneliti kepada banyak jalur penemuan.
7
1. Hal itu terlepas dari arti antropologi sebagai “ilmu filsafat dan teologi tentang
manusia. Menurut Foster dan Anderson (1978) ada empat hal utama yang dapat
disumbangkan oleh antropologi terhadap ilmu kesehatan. Perspektif antropologi
a) Pendekatan Holistik. Memahami suatu gejala sebagai suatu system. Pendekatan
ini dilandasi oleh pengalaman lapangan bahwa batas pranata-pranata budaya tidak
jelas,bahwa suatu pranata tidak dapat dipelajari sendiri-sendiri lepas dari
hubungannya dengan pranata lain dalam 1. Hal itu terlepas dari arti antropologi
sebagai “ilmu filsafat dan teologi tentang manusia. Menurut Foster dan Anderson
(1978) ada empat hal utama yang dapat disumbangkan oleh antropologi terhadap
ilmu kesehatan.
8
3. Marcel Mauss (1872-1950)
Mauss adalah seorang sosiolog Prancis dan keponakan dari Emile Durkheim,
“pendiri sosiologi modern”. Mauss mengikuti jejak pamannya dan membantunya
dalam menyelesaikan proyek-proyek sosiologisnya yang terkenal. Marcel Mauss
terinspirasi oleh gagasan untuk menganalisis agama dari perspektif sosial, yang
membuat Mauss menjadi pendukung utama “etnologi sosial.” Dia paling dikenal
karena teorinya tentang pertukaran hadiah (pemberian) di antara berbagai
kelompok di seluruh dunia.Karyanya, “The Gift,” menggambarkan hubungan yang
terjalin antara pemberi dan penerima hadiah.Dia menjelaskan bahwa hadiah lebih
dari sekadar objek, namun juga mewakili hubungan moral antara orang per orang.
Hadiah menjadi kewajiban (entah baik atau buruk) dan timbal balik yang
mengikutinya berfungsi sebagai dasar hubungan sosial.
4. Margaret Mead (1901 – 1978)
Margaret Mead adalah seorang pelopor antropologi budaya, lahir pada tanggal 16
Desember 1901 di Philadelphia.Mead banyak memberikan kontribusi dalam
memahami konsep-konsep modern tentang budaya barat dan Amerika.Mead
menerbitkan beberapa buku tentang isu-isu kontemporer dan masyarakat primitif.
Dia juga seorang pendukung kuat hak-hak perempuan.Karyanya yang paling
terkenal adalah Coming of Age in Samoa (1928), Growing Up in New Guinea
(1930), Sex and Temperament in Three Primitive Societies (1935), dan Blackberry
Winter: My Earlier Years (1972).
5. Ruth Benedict (1877 – 1948)
Ruth Benedict adalah seorang antropolog budaya terkenal dari Amerika
Serikat.Antropolog ini lahir pada tanggal 5 Juni 1877 di New York City.Dia
adalah seorang murid Franz Boas, orang yang mempengaruhi ideologinya dalam
melakukan pekerjaannya. Karya Benedict paling terkenal adalah Patterns of
Culture (1934) dimana dia menyatakan bahwa setiap kebudayaan berasal dari
potensi manusia selama periode waktu tertentu.Dia dikenang sebagai salah satu
pelopor penerapan antropologi dalam mempelajari aspek masyarakat maju.Karya
penting lainnya termasuk Zuni Mithology (1935), Race: Science and Politics
(1940), dan The Chrysanthemum and the Sword: Patterns of Japanese Culture
(1946).
6. Ralph Linton (1893 – 1953)
9
Ralph Linton merupakan salah satu antropolog budaya terkenal. Linton lahir pada
tanggal 27 Februari 1893 di Philadelphia.Dia memulai karirnya sebagai seorang
arkeolog dan melakukan penelitian yang luas terhadap etnografi berbagai daerah,
termasuk Madagaskar. The Tanala, a Hill Tribe of Madagascar diterbitkan Linton
pada tahun 1933 setelah dia menerima gelar doktor.Dia menguraikan perbedaan
antara status dan peran yang merupakan salah satu penunjuk utama dalam
antropologi.Karya Linton yang paling terkenal termasuk The Study of Man (1936)
dan The Tree of Culture (1955).
7. Claude Lévi-Strauss (1908-2009)
Lahir pada tanggal 28 November 1908 di Paris, Claude Lévi-Strauss belajar
tentang hukum dan filsafat.Meskipun ia melanjutkan studi lebih lanjut dalam
bidang filsafat, antropologi struktural menjadi minat utamanya.Karya besarnya
meliputi Structural Anthropology (1958), Totemism (1962), The Raw and the
Cooked (1969), dan The Savage Mind (1972).Levi-Strauss mengembangkan teori
berlawanan biner, misalnya, baik vs buruk, mentah vs matang, dan lainnya.Claude
Lévi-Strauss menyatakan bahwa budaya adalah sistem komunikasi dalam
masyarakat.Dia menafsirkan budaya manusia atas dasar teori linguistik, informasi,
dan cybernetics.
8. Eric Wolf (1923-1999)
Wolf dipengaruhi oleh cita-cita Marxis. Dia dikirim untuk mengumpulkan data di
daerah pedesaan Puerto Rico.Penelitian lanjutan kemudian membawanya ke
Meksiko dan Eropa, di mana dia mengamati masyarakat petani.Wolf berpendapat
bahwa budaya perlu dipelajari dari perspektif global dan juga menekankan bahwa
budaya, termasuk orang-orang non-Barat, bersifat dinamis. Dalam bukunya,
“Europe and the People Without History,” Wolf berteori bahwa ketika masyarakat
Eropa tumbuh, mempengaruhi penduduk asli di banyak wilayah seperti Afrika dan
Amerika, perilaku dan praktik komunitas pribumi juga berubah. Dia berargumen
bahwa ketika negara-negara kuat (kapitalistik) berekspansi ke tanah-tanah baru,
ekspansi itu pasti menimbulkan reaksi di dalam penduduk asli dan akhirnya
mengubah kebiasaan dan cara mereka berhubungan satu sama lain.
9. Clifford Geertz (1926-2006)
Clifford Geertz adalah seorang antropolog Amerika yang mendapatkan ketenaran
untuk karyanya pada antropologi simbolis (atau interpretatif). Fokus uniknya
10
adalah untuk menganalisis tidak hanya bentuk benda budaya, tetapi apa arti benda-
benda tersebut bagi kelompok orang tertentu. Pekerjaan lapangan Geertz mengarah
pada teorinya bahwa “hal-hal” dalam suatu budaya dapat memiliki makna simbolis
yang penting dan membantu membentuk perspektif tentang dunia sekitarnya.
1.3. HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI DAN ILU-ILMU SOSIAL
LAINNYA
1. Hubungan Antropologi dengan Sosiologi
Sejak lahirnya sosiologi oleh auguste Comte, ilmu tersebut bercirikan
positivistic yang objek kajiannya adalah masyarakat dan perilaku sosial manusia
dengan meneliti kelompok-kelompoknya. Kelompok tersebut menyangkut
keluarga, etnis, suku, bangsa,komunitas pemerintahan, sebagai organisasi sosial,
agama, politik, budaya, bisnis, dan organisasi lainnya. Sosiologo pun mempelajari
perilaku dan interaksi kelompok,menelusuri asal-usul pertumbuhannta, serta
menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap para anggotanya. Dengan
demikian objek kajian sosiologi adalah masyarakat manusia terutama dari sudut
hubungan antarmanusia dan proses-proses yang timbul dari hubungan manusia
dalam masyarakat.Demikian juga antropologi, yang berarti ilmu tentang manusia.
Dalam antropologi budaya mempelajari gambaran tentang perilaku manusia dan
konteks sosial budayanya.Ilmu Antropologi.
2. Hubungan Antropologi dengan Psikologi
Hal itu tampak karena dalam psikologi pada hakikatnya mempelajari perilaku
manusia dan proses-proses mentalnya. Dengan demikian, psikologi membahas
factor-faktor penyebab perilaku manusia secara internal, seperti motivasi, minat,
sikap, konsep diri, dan lain-lain. Sedangkan dalam antropologi, khususnya
antropologi budaya lebih bersifat factor eksternal, yaitu lingkungan fisik,
lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial dalam arti luas. Kedua unsure itu
saling berinteraksi satu sama lain yang menghasilkan suatu kebudayaan melalui
proses belajar. Dengan demikian, keduanya memerlukan interaksi yang intens
untuk memahami pola-pola budaya masyarakat tertentu secara bijak.
3. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Sejarah
Antropolohi member bahan prehistory sebagai pangkal bagi tiap penulis
sejarah dari tiap bangsa di dunia. Selain itu banyak persoalan dalam historiografi
dari sejarah suatu bangsa dapat dipecahkan dengan metode-metode antropologi.
11
Konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat yang dikembangkan oleh
antropologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya,akan memberi pengertian banyak kepada
seorang ahli sejarah untuk mengisi latar belakang dari peristiwa politik dalam
sejarah yang menjadi objek penyelidikannya. Demikian juga sebaliknya, bagi para
ahli antropologi jelas memerlukan sejarah, terutama sekali sejarah dari suku-suku
bangsa dalam daerah yang didatanginya. Selain itu, untuk mengetahui tentang
sejarah tersebut masih harus direkonstruksi sendiri oleh seorang peneliti. Dengan
demikian, seorang sarjana antropologi sering kali harus memilki pengetahuan
tentang metode-metode sejarah untuk merekonstruksi suatu sejarah dari suatu
rangkaian peristiwa sejarah. Antropologi memberikan bahan prehistori sebagai
dasar dan pangkal penulisan sejarah dari tiap-tiap bangsa di dunia. Banyak
persoalan dari historiografi dari sejarah suatu bangsa yang dapat dipecahkan
dengan menggunakan metode-metode antropologi. Banyak sumber sejarah yang
berupa dokumen, prasasti, arsip kuno, dan lain-lain seringkali hanya berperan
sebatas memberikan penjelasan tentang peristiwa-peristiwa tertentu saja,
sedangkan latar belakang sosial dari peristiwa-peristiwa tersebut sulit diketahui
hanya dari sumber-sumber Ilmu Antropologi sejarah tersebut. Konsep tentang
kehidupan masyarakat yang dikembangkan oleh ilmu antropologi, akan
memberikan banyak pengertian kepada ahli sejarah untuk mengisi atau mengetahui
latar belakang dari peristiwa-peristiwa tertentu dari sumber-sumber sejarah
tersebut yang menjadi obyek penelitiannya. Demikian juga sebaliknya, para ahli
antropologi juga memerlukan sejarah, khususnya sejarah dari suku bangsa-suku
bangsa yang sedang ditelitinya. Sejarah diperlukan dalam antropologi, yaitu :
a. Untuk digunakan dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi karena
masyarakat yang ditelitinya telah tercemar atau terpengaruh dengan suatu
kebudayaan dari luar.
b. Untuk mengetahui tentang sejarah dari suatu proses perpaduan kebudayaan,
karena seringkali terjadi sejarah suatu suku bangsa harus direkonstruksi sendiri
oleh seorang peneliti. Seorang ahli antropologi seringkali harus harus memiliki
pengetahuan tentang metode-metode sejarah untuk merekonstruksi suatu
sejarah dari suatu rangkaian peristiwa sejarah. Hubungan antropologi dengan
sejarah ini menyerupai hubungan antara antropologi dengan arkeologi.
12
c. Hubungan antropologi dengan Ilmu Geografi
Dalam hal in, kita dapat melihat bahwa geografi atau ilmu bumi itu mencoba
mencapai pengertian tentang keruangan [alam dunia] in dengan memberi
gambaran tentang bumi serta karakteristik dari segala macam bentuk hidup
yang menduduki muka bumi. Di sinilah antropologi berusaha menyelami
keanekaragaman manusia jika dilihat dari ras, etnis, maupun budayanya.
Begitu pun sebaliknya, seorang sarjana antropologi sangat memerlukan ilmu
geografi, karena tidak sedikit masala-masalah manusia, baik fisik maupun
kebudayaannya tidak lepas dari pengaruh lingkungan alamnya.
d. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Ekonomi
Seorang ahli ilmu ekonomi yang akan membangun ekonomi suatu Negara,
tentu akan memerlukan bahan komparatif mengenai, misalnya sikap terhadap
kerja, sikap terhadap kekayaan, sistem gotong royong, dan sebagainya yang
menyangkut bahan komparatif tentang berbagai unsure dari sistem
kemasyarakatan di Negara-negara tersebut. Ilmu Antropologi Untuk
pengumpulan keterangan komparatif tersebut, ilmu antropologi memilki
manfaat tinggi bagi seorang ekonom. Ilmu ekonomi yang berkembang
sekarang ini merupakan kajian dari ekonomi modern yang didasarkan pada
pemikiran-pemikiran Barat (Eropa), yang dalam beberapa bidang lebih maju
dibandingkan negara-negara lain di luar negara-negara Eropa. Akan terjadi
banyak permasalahan apabila pemikiran-pemikiran ekonomi modern tersebut
diterapkan pada masyarakat atau negara yang sedang berkembang atau bahkan
di Negara negara dunia ketiga. Pemikiran-pemikiran ekonomi modern tersebut
belum tentu dapat diterapkan di negara-negara tersebut yang berada di luar
negara-negara Eropa. Pada kondisi tersebutlah, antropologi mempunyai peran,
yaitu menjembatani pemikiran ekonomi modern dengan pemikiran ekonomi
lokal.
e. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Politik
Agar dapat memahami latar belakang dan adat istiadat tradisional dari suku
bangsa,maka metode analisis antropologi menjadi penting bagi seorang ahli
ilmu politik untuk mendapat pengertian untuk mendapat pengertian dari
tingkah laiku partai politik yang ditelitinya. Seorang ahli antropologi dalam hal
mempelajari suatu masyarakat untuk menulis sebuah deskripsi etnografi
13
tentang masyarakat itu, pasti akan mengahadapi sendiri pengaruh kekuatan-
kekuatan dan proses politik local serta aktivitas dari cabang-cabang partai
politik nasional. Dalam menganalisis fenomena-fenomena tersebut, ia perlu
mengetahui konsep-konsep dan teori-teori dalam ilmu politik yang ada.
Antropologi menyumbangkan pengertian dan teori tentang kedudukan serta
peran sebagai satuan sosial budaya yang lebih kecil dan sederhana. Bedanya
dengan sosiologi adalah sosiologi lebih memusatkan perhatian kepada
kehidupan masyarakat kota yang jauh lebih banyak dipengaruhi oleh
perkembangan ekonomi dan teknologi modern. Sedangkan antropologi lebih
banyak memusatkan perhatian kepada masyarakat dan kebudayaan di desa-
desa dan di pedalaman. Sebagai ilmu yang mempelajari kebudayaan
masyarakat, maka hasil-hasil penyelidikan antropologi bermanfaat bagi ilmu
politik, terutama hasil-hasil penyelidikan kebudayaan di masa lampau yang
meliputi semua aspek kultural masyarakat, termasuk ide-ide dan lembaga-
lembaga politik masa lampau yang merupakan konsep antropologi budaya
yang termasuk dalam konsep kebudayaan secara umum. Konsep tersebut
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kebudayaan suatu
masyarakat dengan kepribadian individu-individu dari masyarakat itu, antara
kebudayaan dengan lembaga-lembaga dan ide-ide yang terdapat dalam
masyarakat tersebut. Kebudayaan memberikan corak dan ragam pada lembaga-
lembaga dan ide-ide dalam masyarakat. Antroplogi telah berpengaruh dalam
bidang metodologi penelitian ilmu politik.
1.4. ANTROPOLOGI DALAM ILMU KESEHATAN
Antropologi kesehatan adalah salah satu cabang ilmu sosial yang di
kelompokkan dalam cabang ilmu humaniora karena kajiannya terfokus pada manusia
dan membahas tentang kesehatan. Antropologi kesehatan medical antropology adalah
ilmu yang mempelajari perilaku atau budaya masyarakat dalam bidang kesehatan.
Antropologi yang membahas tentang manusia dari segi keragaman fisik masyarakat
serta budaya setempat, dan dikembangkan dengan kesehatan mulai dari sehat sakit
sampai sembuh.(Listiyawati 2018).
Dalam ilmu kesehatan, antropologi memiliki peran yang cukup penting. Dengan
mengombinasikan antropologi dengan ilmu kesehatan, diperoleh berbagai manfaat
dari praktik ilmu kesehatan itu sendiri. Kombinasi tersebut juga diharapkan mampu
14
mengatasi berbagai persoalan kesehatan yang ada di tengah masyarakat hal itu
diupayakan demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Spesialisasi antropologi lain
baru berkembang pesat setelah Perang Dunia II. Kala itu antropologi banyak
dihubungkan dengan berbagai permasalahan pembangunan di negara-negara
berkembang. Misalnya saja, antropologi pembangunan. Pada spesialisasi ini,metode,
konsep, dan teori-teori antropologi digunakan mempelajari hal-hal yang berkaitan
dengan pembangunan masyarakat desa, masalah sikap petani terhadap teknologi baru,
dan sebagainya. Sejak saat itu, aspek masalah pembangunan masyarakat desa menjadi
topik hangat untuk penelitian-penelitian bermutu. Pada masa itu tu, para ahli
antropologi banyak mendapat permintaan dari para dokter Kesehatan Masyarakat atau
para dokter ahli gizi untuk membantu pekerjaan mereka. Para ahli antropologi
biasanya diminta membantu meneliti atau dimintai data mengenai konsepsi dan jika
penduduk desa tentang kesehatan. Mulai dari pembahasan sikap penduduk tentang
sakit, sikap terhadap dukun, terhadap obat-obatan tradisional, tentang kebiasaan-
kebiasaan atau pantangan-pantangan makan, dan sebagainya beberapa manfaat yang
diperoleh dengan dihubungkannya antropologi dengan ilmu kesehatan antara lain:
1. Antropologi sangat dibutuhkan dalam merancang sistem pelayanan kesehatan
modern yang bisa diterima masyarakat tradisional.
2. Dengan antropologi petugas kesehatan bisa merumuskan program perilaku sehat
dan pemberdayaan masyarakat.
3. Penanganan kebiasaan buruk yang menyebabkan sakit bisa dilakukan dengan lebih
mudah dan tepat.
4. Pengetahuan dalam antropologi dapat memberikan masukan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk menunjang pembangunan kesehatan, mendukung perumusan
kebijakan masalah kesehatan, dan mengatasi kendala dalam pelaksanaan program
kesehatan melalui pendekatan kebudayaan.
5. Antropologi memberikan satu cara untuk memandang masyarakat secara
keseluruhan, termasuk individual nya di mana cara pandang yang tepat dapat
meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap pula dengan bertumpu
pada akar kepribadian masyarakat yang terbangun.
6. Memberikan suatu modal yang secara operasional berguna untuk menguraikan
proses sosial budaya di bidang kesehatan.
15
7. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian, baik dalam
merumuskan suatu pendekatan yang dapat maupun membantu analisis dan
interpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Antropologi kesehatan merupakan bagian dari ilmu antropologi yang sangat penting
sekali, karena di dalam antropologi kesehatan diterangkan dengan jelas kaitan antara
manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita dapat mengetahui kaitan antara budaya
suatu masyarakat dengan kesehatan masyarakat itu sendiri.
2. Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari
berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia,
social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
3.2 Saran
Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
budaya. Untuk melakukan pendekatan perubahan perilaku kesehatan, petugas
16
kesehatan harus menguasai berbagai macam latar belakang sosial budaya masyarakat
yang bersangkutan. Oleh sebab itu petugas kesehatan harus menguasai antropologi,
khususnya antropologi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Foster, George M. dan Barbara G. Anderson. 2009. Antropologi Kesehatan . Jakarta: UI-Press
17
Allan Yooung. 1980. An Anthropological Perspective on Medical
Knowledge. The Journal of Medicine and Philosophy.
18
Oregon: Gloucester, Mass.
Goode, William. 1991. Sosiologi Keluarga Jakarta: Bumi Aksara.
Graves, Desmond. 1986. Coorporate Culture-Diagnosis and Change.
New York: The Free Press.
Gudykunst, William B. , Kim, Young Yun, 1984. Methods For
Intercultural Communication Research. Sage Publications.
Hilman, Cecil. 1985 Culture, Heallt and Illnes. Bristol. Wright.
Herr, Edmin 1989. Counseling in a Dynamic Society: opportunities
and chalenges. American Association for Counseling and
healthness.
Hochstrasser, Donald L dan Jesse W. Tapp, Jr. 1970. Social
and Health Science. Pittburgh. University of Pitsburgh Press.
19