Anda di halaman 1dari 29

Nama Dosen: Abdullah S.Kep,. Ns,. M.

Kes
Mata Kuliah: Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan

KONSEP TEORITIS ANTROPOLOGI KESEHATAN DALAM


PEMBERIAN ASUHAN KEPERATAWAN YANG PEKA
BUDAYA KEPADA PASIEN

OLEH :
KELOMPOK 4

SRI AMINA TUKMULY 21212028


VHIO BLEGUR 21212044

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI MAKASSAR


S1 KEPERAWATAN
T.A 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan
Rahmat dan Ridho-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep
Teoritis Antropologi Kesehatan Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Yang Peka
Budaya Kepada Pasien” ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah mendorong kami untuk menyelesaikan makalah ini baik secara
langsung ataupun tidak langsung.
Selanjutnya, perlu kami sampaikan bahwa dalam penyusunan makalah ini
mungkin terdapat kesalahan atau kekurangan yang datangnya dari kami sendiri
sebagai manusia, untuk itu kritik dan juga saran senantiasa akan kami terima demi
tercapainya makalah yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca ataupun bagi kami
sendiri selaku penulis.

Makassar, 11 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
A. Pengertian Antropologi.........................................................................
B. Pengertian Keperawatan.......................................................................
C. Antropologi Keperawatan.....................................................................
D. Hubungan Antara Social Budaya dan Biologi yang merupakan dasar
dari Perkembangan Antropologi Keperawatan.....................................
E. Perkembangan Antropologi Keperawatan dari sisi Biological Pole.....
F. Perkembangan Antropologi Keperawatan dari sisi Sosiocultural Pole
G. Beda antara Perkembangan Antropologi Keperawatan Biological dan
Sosiocultural Pole.................................................................................
H. Kegunaan Antropologi Keperawatan...................................................
I. Konsep Dasar Antropologi (budaya)....................................................
J. Kasus.....................................................................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang
sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa
ditolak meskipun kadang-kadang bisa dicegah atau dihindari.
Secara teoritis dan praktis, antropologi keperawatan sebagai ilmu akan
memberikan suatu sumbangan pada pengemban pelayanan kesehatan, termasuk
didalamnya ocialm ginekologi ocial. Bentuk dasar sumbangan keilmuan tersebut
berupa pola pemikiran, cara pandang atau bahkan membantu dengan ocialm untuk
menganalisis suatu situasi kesehatan, berdasarkan perspektif yang berbeda dengan
sesuatu yang telah dikenal para petugas kesehatan saat ini.
Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan
budaya. Budaya merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan
bagaimana cara memandang dunia, bagaimana mengungkapkan emosionalnya,
dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan supernatural atau Tuhan
serta lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri diturunkan dari suatu generasi ke
generasi selanjutnya dengan cara menggunakan ocial, bahasa, seni, dan ritual
yang dilakukan dalam perwujudan kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, latar
belakang budaya mempunyai pengaruh yang penting dalam berbagai aspek
kehidupan manusia (kepercayaan, perilaku, persepsi, emosi, bahasa, agama, ritual,
struktur keluarga, diet, pakaian, sikap terhadap sakit, dll). Selanjutnya, hal-hal
tersebut tentunya akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola
pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat tersebut.
Sebenarnya bukan hal baru tentang suatu pernyataan bahwa ilmu social
memberikan sumbangan ke ilmu kedokteran. Dimana berdasarkan biomedical
awalnya untuk melihat manusia dari sisi penyakit, sedangkan sociomedicine
untuk melihat manusia dari pasiennya sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah diurakan dalam latar belakang
ini maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan antara social budaya dan biologi yang merupakan dasar
dari perkembangan antropologi keperawatan?
2. Bagaimana perkembangan antropologi keperawatan dari sisi biological pole?
3. Bagaimana perkembangan antropologi keperawatan dari sisi sosiocultural
pole?
4. Bagaimana perbedaan antara perkembangan antropologi keperawatan
biological pole dan sosiocultural pole?
5. Bagaimana kegunaan antropologi keperawatan?
C. Tujuan Penulisan
Hasil pembuatan laporan dapat memberikan :
1. Para pembaca dapat mengerti hubungan antara social budaya dan
biologi yang merupakan dasar dari perkembangan antropologi
keperawatan
2. Informasi tentang perkembangan antropologi keperawatan dari sisi
biological pole
3. Informasi tentang perkembangan antropologi keperawatan dari sisi
sosiocultural pole
4. Informasi perbedaan antara perkembangan antropologi keperawatan
biological pole dan sosiocultural pole
5. Informasi kegunaan antropologi keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Antropologi
Menurut asal kata anthropologi berasal dari kata Yunani (baca: anthropos) yang
berarti " manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian
"bernalar", "berakal"). Anthropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis
sekaligus makhluk sosial.
 Koentjaraningrat: Anthropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia
pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan.
 William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia,
berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia.
 David Hunter: anthropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang
tidak terbatas tentang umat manusia.
 Solita Sarwono: Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-
unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan
kesehatan.
 Menurut Weaver : Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi
terapan yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit.
 Menurut Hasan dan Prasad : Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu
mengenai manusia yang mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan
manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak pandangan untuk memahami
kedokteran (medical), sejarah kedokteran (medico-historical), hukum
kedokteran (medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan
masalahmasalah kesehatan manusia.
 Menurut Hochstrasser : Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya
manusia dan karya - karyanya, yang berhubungan dengan kesehatan dan
pengobatan.
 Menurut Lieban : Antropologi Kesehatan adalah studi tentang fenomena medis
 Menurut Fabrega : Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan:
Berbagai faktor, mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau
mempengaruhi cara-cara dimana individu-individu dan kelompok-kelompok
terkena oleh atau berespons terhadap sakit dan penyakit.
Mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan terhadap
pola-pola tingkahlaku. (Fabrga, 1972;167)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi adalah : Ilmu yang
mempelajari tentang manusia baik deri segi kebudayaan, peran, tingkahlaku,
aspek biologi dan kesehatan
B. Pengertian Keperawatan
Pada dasarnya, inti dari keperawatan adalah memberikan asuhan keperawatan
kepada orang lain dimana asuhan keperawatan tersebut diberikan kepada individu,
keluarga, kelompok, serta masyarakat. Sedangkan tujuan dari keperawatan adalah
untuk meningkatkan kesehata, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, serta
pemulihan kesehatan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa keperawatan merupakan
profesi yang mempunyai tujuan untuk kesejahteraan umat manusia. Dalam
menjalankan keperawatan digunakan ilmu dan seni serta menggunakan proses
keperawatan sebagai metode ilmiah yang dijadikan sebagai pedoman dalam
melaksanakan praktek keperawatan profesional. Asuhan keperawatan adalah faktor
penting dalam survival klien dan dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif, dan
preventif perawatan kesehatan.
C. Antropologi Keperawatan
Merupakan sistem sosial budaya yang memiliki khasanah untuk di kaji baik
berdiri sendiri maupun integrasi dengan bidang profesi lain Seperti Pendidikan bagi
peranan professional Interaksi peran professional Kebebasan wanita dalam peran
professional.
Profesi keperawatan merupakan bidang pengamatan yang menarik bagi
antropologi : metodologinya.
1) Kajian antropologi keperawatan
Dimulai tahun 1936 oleh Brown. Tahun 1968, hanya terdapat 8 orang
antropologi yang berkecimpung dalam pendidikan keperawatan. Tahun 1969,
Leininger menemukan 19 tulisan tentang perawatan dalam konteks antropologi.
Sekarang semakain banyak, antropologi dan tulisan-tulisan antropologi
keperawatan.
2) Pendidikan Keperawatan
Tahun 1976 di Amerika 14 sekolah perawat menawarkan pendidikan PhD.
Tahun 21 sekolah 1980
Tahun 437 Doktor Perawat 1976
Perawat kini lebih berpendidikan
Perawat lebih fokus pada profesionalitasnya
Keingian untuk lebih maju.
3) Masalah Profesi Keperawatan pada aspek perilaku/antropologi
 Proses – proses penerimaan calon perawat
 Latar belakang siswa
 Motivasi
 Pendidikan dan pengalaman pendidikan
 Pola-pola karier
 Peran serta spesialisasi profesional.
 Masalah lain
 Frekuensi frustasi perawat
karena perbedaan citra mereka atas apa yang seharusnya ia lakukan
( memberikan perawatan pada pasien ditempat tidur ), Kenyataan apa
yang mereka lakukan (Administrasi), Hubungan yang kaku antara
perawat dan dokter, Posisi yang tidak jelas dari suatu profesi
A. Hubungan antara social budaya dan biologi yang merupakan dasar dari
perkembangan antropologi keperawatan
Hubungan antara social budaya dan biologi yang merupakan dasar dari
perkembangan antropologi keperawatan, yaitu :
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante
dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan
manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well
being , merupakan resultante dari 4 faktor (3) yaitu :
1. Environment atau lingkungan
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
ecological balance
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk,
dan sebagainya
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitatif

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor
yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat
kesehatan masyarakat.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh
faktor -faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman
kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-
variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Misalnya,dalam bidang biologi, antropologi keperawatan menggambarkan
teknik dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi,
biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan epidemiologi.
Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang
didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosialdan
budaya di masyarakat tertentu. Contoh : penyakit keturunan albinism di suatu daerah
di Nusa Tenggara Timur ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan
diantara anggota keluarga.
B. Perkembangan antropologi keperawatan dari sisi biological pole
Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi dan saling
berkontribusi dalam memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu lain.
Misalnya dalam bidang biologi, antropologi keperawatan menggambarkan teknik dan
penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi,biokimia,
genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan epidemiologi.
Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang
didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosialdan
budaya di masyarakat tertentu. Contoh: penyakit keturunan albinism di suatu daerah
di Nusa Tenggara Timur ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan
diantara anggota keluarga.
Secara umum, antropologi keperawatan senantiasa memberikan sumbangan
padailmu kesehatan lain sebagai berikut:
1. Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakatsecara keseluruhan
termasuk individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk
memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu
masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang
membangun. Contoh pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme yang
menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu
menyelesaikan masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi
lebih baik.
2. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan
proses sosial budaya bidang kesehatan.
3. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam
merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan
interpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.
Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan terhadap antropologi
keperawatan, antara lain :
1. Antropologi fisik/ biologi/ ragawi, Contoh : nutrisi mempengaruhi
pertumbuhan, bentuk tubuh, variasi penyakit. Selain itu juga mempelajari
evolusi penyakit sebagai akibat faktor budaya, migrasi dan urbanisasi.
2. Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat
primitif atau yang masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan
lebih lanjut stereotipe ini harus dihindari karena pengobatan tradisional tidak
selamanya terbelakang atau salah.
3. Kepribadian dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di
berbagai belahan dunia. Misalnya: perawatan schizophrenia di suatu daerah
untuk mencari penyembuhan yang tepat dapat digunakan untuk mengevaluasi
pola perawatan penyakit yang sama.
4. Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan bekerjasama
dengan antropologi untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan
praktek kesehatan.

C. Perkembangan antropologi keperawatan dari sisi sosiocultural pole


Perkembangan antropologi keperawatan dari sisi sosiocultural pole, yaitu :
Antropologi keperawatan membantu mempelajari sosio-kultural dari semua
masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya,
diantaranya :
1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes)
2. Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural
maupun supernatural atau penyihir
3. Kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda di setiap kelompok
masyarakat
4. Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh
5. Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara
individual, terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun masyarakat.
Jika diumpamakan sebagai kewajiban, maka tugas utama ahli antropologi
keperawatan diantaranya: bagaimana individu di masyarakat mempunyai persepsi dan
bereaksi terhadap ill dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang akan dipilih,
untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaan sosial di lingkungantempat
tinggalnya.
D. Beda antara perkembangan antropologi keperawatan biological pole dan
sosiocultural pole
Perbedaan antara perkembangan antropologi keperawatan biological pole dan
sosiocultural pole, adalah : Menurut Foster/Anderson, Antropologi keperawatan
mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu
kutub biologi dan kutub sosial budaya.
Pokok perhatian kutub biologi :
 Pertumbuhan dan perkembangan manusia
 Peranan penyakit dalam evolusi manusia
 Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba)
Pokok perhatian kutub sosial-budaya :
 Sistem medis tradisional (etnomedisin)
 Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka
 Tingkah laku sakit
 Hubungan antara dokter pasien
 Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada
masyarakattradisional.
E. Kegunaan antropologi keperawatan
Kegunaan dari antropologi keperawatan, yaitu : Antropologi mempunyai
pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman
individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia,
bagaimana mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan
orang lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya itu
sendiri diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan cara
menggunakan simbol, bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan dalam perwujudn
kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, latar belakang budaya mempunyai pengaruh yang
penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia (kepercayaan, perilaku, persepsi,
emosi, bahasa, agama, ritual, struktur keluarga, diet, pakaian, sikap terhadap sakit,
dll). Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan mempengaruhi status kesehatan
masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang asa di masyarakat tersebut.
Secara umum, antropologi keperawatan senantiasa memberikan sumbangan
pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut : (1) Memberikan suatu cara untuk
memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk individunya. Dimana cara
pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan kontribusi yang tepat dalam
meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar
kepribadian masyarakat yang membangun. Contoh ; pendekatan sistem, holistik,
emik, relativisme yang menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk
membantu menyelesaikan masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi
lebih baik. (2) Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk
menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan.
Memang tidak secara tepat meramalkan perilaku individu dan masyarakatnya,
tetapi secara tepat bisa memberikan kemungkinan luasnya pilihan yang akan
dilakukan bila masyarakat berada pada situasi yang baru. (3) Sumbangan terhadap
metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu pendekatan
yang tepat maupun membantu analisis dan iterpretasi hasil tentang suatu kondisi yang
ada di masyarakat.
Konsep Dasar Antropologi
A. Budaya
Makna kebudayaan, secara sederhana berarti semua cara hidup (ways of life)
yang telah dikembangkan oleh anggota masyarakat. Dari prespektif lain kita bisa
memandang suatu kebudayaan sebagai perilaku yang dipelajari dan dialami bersama
(pikiran, tindakan, perasaan) dari suatu masyarakat tertentu termasuk artefak-
artefaknya, dipelajari dalam arti bahwa perilaku tersebut disampaikan (transmitted)
secara sosial, bukan diwariskan secara genetis dan dialami bersama dalam arti
dipraktekkan baik oleh seluruh anggota masyarakat atau beberapa kelompok dalam
suatu masyarakat.
Kebudayaan adalah norma kolektif semua pola prilaku ditransparansikan
secara sosial melalui simbol-simbol, dari sini tiap unsur semua kemampuan kelompok
umat manusia yang karakteristik, yang tidak hanya meliputi bahasa, peralatan,
industri, seni, ilmu, hukum, pemerintahan, moral, dan keyakinan-keyakinan saja,
melainkan meliputi juga peralatan material atau artefak yang merupakan penjelmaan
kemampuan budaya yang menghasilkan pemikiran yang berefek praktis dalam bentuk
bangunan, senjata, mesin, media komunikasi, perlengkapan seni, dsb. Tidak ada
kelompok umat manusia yang memiliki maupun yang tidak memiliki bahasa, tradisi,
kebiasaan, dan kelembagaan.
Setiap kebudayaan memiliki konfigurasi yang cocok dengan sikap-sikap dan
kepercayaan dasar dari masyarakat, sehingga pada akhirnya membentuk sistem yang
interdependen, dimana koherensinya lebih dapat dirasakan daripada dipikirkan
pembentuknya. Kebudayaan dapat bersifat sistematis sehingga dapat menjadi selektif,
menciptakan dan menyesuaikan menurut dasar-dasar dari konfigurasi tertentu.
Kebudayaan akan lancar dan berkembang apabila terciptanya suatu integrasi yang
saling berhubungan.
Dalam kebudayaan terdapat subsistem yang paling penting yaitu foci yang
menjadi kumpulan pola perilaku yang menyerap banyak waktu dan tenaga. Apabila
suatu kebudayaan makin terintegrasi maka fokus tersebut akan makin berkuasa
terhadap pola perilaku dan makin berhubungan fokus tersebut satu dengan yang
lainnya dan begitu pula sebaliknya. Kebudayaan akan rusak dan bahkan bisa hancur
apabila perubahan yang terjadi terlalu dipaksakan, sehingga tidak sesuai dengan
keadaan masyarakat tempat kebudayaan tersebut berkembang. Perubahan tersebut
didorong oleh adanya tingkat integrasi yang tinggi dalam kebudayaan. Apabila tidak
terintegrasi maka kebudayaan tersebut akan mudah menyerap serangkaian inovasi
sehingga dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.
Pada dasarnya gejala kebudayaan dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan/
aktivitas, gagasan/ide dan artefak yang diperoleh, dipelajari dan dialami. Kebudayaan
dapat diklasifikasikan atas teknologi sebagai alat-alat yang digunakan, organisasi
sosial sebagai kegiatan institusi kebudayaan dan ideologi yang menjadi pengetahuan
atas kebudayaan tersebut.

Klasifikasi Kebudayaan
Menurut R. Linton, kebudayaan dapat diklasifikasikan atas:
1.Universals: pemikiran-pemikiran, perbuatan, perasaan dan artefak yang
dikenal bagi semua orang dewasa dalam suatu masyarakat.
2.Specialisties: gejala yang dihayati hanya oleh anggota kelompok sosial
tertentu.
3.Alternatives: gejala yang dihayati oleh sejumlah individu tertentu seperti
golongan profesi.

Sifat Kebudayaan:
1.Kebudayaan yang berkembang pada masyarakat memiliki sifat seperti:
Bersifat organik dan superorganik karena berakar pada organ manusia dan
juga karena kebudayaan terus hidup melampaui generasi tertentu.
2.Bersifat terlihat (overt) dan tersembunyi (covert) terlihat dalam tindakan dan
benda, serta bersifat tersembunyi
contoh kasus
Penyakit adalah masalah kesehatan yang dialami setiap manusia. Sepanjang
periode kehidupan tidak ada yang tidak mengalami sakit. Ritual dalam
mengatasi kesurupan lah yang menjadi awal kabar buruk yang dialami oleh
ibu tukiyem (51 tahun) warga desa surenlor kabupaten Trenggalek. Dengan
dalih menjadi pengobatan alternatif yang menjadi kepercayaan anggota
keluarga korban justru membuat korban meninggal duniayi Dalam fenomena
ini ada dua faktor yang saling terkait yaitu faktor biologi (kesehatan) dan
faktor non biologi (kebudayaan). Dari faktor non biologi (kebudayaan) bahwa
para anggota keluarga percaya dengan  ritual yang sudah turun temurun dari
nenek moyang mereka dalam mengatasi gejala-gejala kesurupan . salah
satunya dengan menggelonggong korban dengan air yang "katanya bisa
mengeluarkan rasa sakit dari dalam tubuh korban
Dari faktor kesehatan diketahui sebelumnya korban mengeluh sakit pada
perut. Dua hari sebelum kejadian tersangka dan korban juga melakukan ritual
bersama "menyembelih 5 ayam dan memasak nasi kuning". namun ritual
tersebut tanpa melalui pengetahuan maupun hasil penelitian yang ilmiah
sehingga belum bisa dibuktikan secara nyata dan efektif dalam mengatasi
penyakit yang diderita oleh ibu tukiyem. 

Ini yang menjadi pola perilaku yang terjadi secara terus-menerus tanpa berpikir
dampak yang akan timbul dapat membahayakan nyawa dari seorang manusia dari
pola perilaku yang menyimpang tersebut. Sebaiknya kita sebagai masyarakat harus
mampu memilih dan memilah cara mengobati keluarga yang sedang sakit dan bila
dirasa tidak dapat teratasi lebih baik dan aman jika kita membawa keluarga yang
sedang sakit ke Dokter atau unit pelayanan kesehatan terdekat
K. KASUS
An. A umur 8 tahun suku padang, beragama islam diantarkan
orang tuanya di rumah sakit harapan kita dengan keluhan nyeri pada
tulang keringnya. Bp. A mengatakan nyerinya timbul akibat An. A terjatuh
dari pohon keramat di desanya, kemudian menurut kepercayaan orang
sekitar An. A terjatuh akibat di dorong oleh penunggu pohon keramat tsb.
Menurut cerita yang dikatakan Bp. A saat anaknya jatuh An. A langsung
dii bawa ke dukun, lalu An. A dipijit menggunakan batang sereh yang di
bakar dengan bacaan doa-doa. Bp. A mengatakan An. A dilarang
mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur. Namun An. A
masih lemah, letih, lesu, dan tampak kesakitan, pada saat di berikan perkes
Bp. A masih terlihat kebingungan. Setelah dilakukan pemeriksaan melalui
rontgen, pada hasil rontgen terlihat bahwa terdapat adanya retak pada
tulang kering An. A.

 ASKEP
I. Pengkajian
Identitas klien
Pengkajian dilakukan tanggal : 10 Mei 2012
Jam : 10.00 WIB
Tanggal masuk : 9 Mei 2012
Ruangan : -
1. Identitas pasien
Nama : An. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 8 tahun
Status perkawinan : belum menikah
Agama : islam
Suku bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD
Bahasa yang digunakan : bahasa Indonesia
Pekerjaan : pelajar
Alamat : Jl. samudra 37 Padang sumbar
Diagnosa medis : Fraktur tibia (retak tulang hidung)
2. Penanggung jawab
Nama : Bp. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 35 Tahun
Status perkawinan : menikah
Agama : islam
Suku bangsa : Indonesia
Pendidikan : tamat SD
Bahasa yang digunakan : bahasa Indonesia
Pekerjaan : kuli bangunan
Alamat : Jl. samudra 37 Padang sumbar
Hubungan dengan pasien : ayah klien
3. Pengkajian berdasarkan sunrise model untuk
mengidentifikasi masalah klien sesuai dengan latar
belakang budaya.
1) Faktor tekhnologi
a) Persepsi sehat sakit
Persepsi klien tentang penggunaan dan
pemanfaatan tekhnologi unruk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini adalah jarak
melakukan pemeriksaan kondisi klien ke dokter
maupun rumah sakit, biasanya keluarga klien
cukup datang kedukun selain itu juga sering
mengkonsumsi obat tradisional.
b) Alasan mencari bantuan kesehatan
An. A mengatakan bahwa merasakan nyeri pada
tulang keringnya sehingga klien & keluarga
menggunakan angkot untuk mengantarkan klien
ke fasilitas kesehatan.
c) Alasan klien memilih pengobatan alternative
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien juga
mengkonsumsi obat selain obat yang di
resepkan oleh dokter yaitu An. A di pijit
menggunakan batang sereh yang dibakar dengan
bacaan doa-doa yang di dapatkan dari
pengobatan tradisional. Karena klien merasa
bahwa pengobatan tradisional yang dia lakukan
tidak ada perubahan sehingga keluarga klien
membawa ke Rs Harapan kita, dan dari Rs,
pasien disuruh untuk rawat inap di rumah sakit
pada tanggal 9 mei 2012 di ruang mawar karena
dari hasil pemeriksaan yang telah di dapatkan
klien terdiagnosis medis fraktur tibia (retak
tulang kering).
d) Persepsi penggunaan dan pemanfaatan
tekhnologi
Untuk memmpproses kesembuhan klien
diharuskan mengikuti terapi dari dokter.

2) Faktor agama dan filosofi


Agama yang dianut adalah agama islam, keyakinan
agama tidak bertentangan dengan kesehatan, klien
& keluarga mempunyai pandangan bahwa sakit
yang di derita An. A akibat gangguan dari makhluk
gaib dan klien & keluarga biasanya datang kedukun
dan meminta doa-doa agar penyakitnya berkurang.

3) Faktor sosial dan ikatan kekerabatan


Bp. A mengatakan keadaan anaknya sangat parah
karena tulang pada bagian tulang keringnya retak.
An. A adalah anak dari pasangan Bp. A dari tiga
bersaudara dan An. A tinggal satu rumah dengan
keluarganya.

4) Faktor nilai budaya dan gaya hidup klien


Suku An. A adalah minangkabau, keluarga & klien
percaya bahwa kekuatan supernatural. Mereka juga
sangat percaya bahwa kekuatan dukun sangat
ampuh. Selain itu keluarga juga menggunakan obat
tradisional seperti batang sereh yang di bakar, air
kelapa yang di bakar dan dikampur dengan garam
lalu di minum, serta jeruk nipis yang di campur
kecap lalu di minum.

5) Faktor hukum dan kebijakan yang berlaku


Jam berkunjung klien pukul 09.00 sampai 17. 00,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu
hanya kedua orang tua dan kerabat klien cara
pembayaran untuk klien yang di rawat dengan hasil
kerja kedua orang tua klien.

6) Faktor ekonomi
Bp. A seseorang yang berprofesi sebagai kuli
bangunan. Sumber pembiayaan An. A untuk
kesehatannya berasal dari hasil kerja Bp. A dan
keluarga klien tidak mengikuti asuransi kesehatan.

7) Faktor pendidikan
An. A pada saat ini masih duduk di SD. Klien juga
tidak memahami apa arti sehat dan apa arti sakit
yang sesungguhnya.
II. Diagnosa keperawatan
No DATA ANALISIS Dx.
. DATA KEPERAWATAN,
BIO, PSIKO,
SOSIAL,
CULTURE
1 Ds : An. A P : gangguan rasa Gangguan rasa
mengatakan kurang nyaman kurang nyaman
nyeri pada berupa nyeri berupa nyeri
tulang berhubungan berhubungan dengan
keringnya. dengan pergeseran fragmen
pergeseran tulang.
fragmen tulang
Do : An. A
tampak lemas E : gangguan rasa
dan kesakitan. nyaman berupa
nyeri
berhubungan
dengan Bp. A
mengatakan An.
A terjatuh dari
pohon.

S : An. A tampak
lesu, lemah, dan
meringis
2
Ds : Bp. A kesakitan. Resko terjadinya

mengatakan infeksi pada struktur


dukun desa P : risiko tulang dan jaringan
melarang An. terjadinya infeksi lunak sekitarnya
A berhubungan berhubungan dengan
mengkonsumsi dengan kurangnya kurangnya
ikan, daging, pemenuhan pemenuhan nutrisi.
dan telur. nutrisi.

E : setelah An. A
dibawa kedukun
Bp. A
Do : An. A mengatakan
masih tampak dusun desa
lemah dan melarang An. A
lesu. untuk
mengkonsumsi
ikan, daging, dan
telur.
3
Risiko tinggi cedera
S : An. A masih berhubungan dengan
Ds : Bp. A
tampak kesakitan. diskontinuitas
mengatakan
tulang.
setelah di pijat
P : kurangnya
oleh dukun
pengetahuan
desa An. A
tentang
masih
pengobatan
mengeluh
terhadap tulang
nyeri pada
berhubungan
tulang
dengan setelah
keringnya.
jatuh An. A
dibawa ke dukun
untuk di pijat.
Do : An. A E : An. A masih
tampak merasakan nyeri.
meringis
kesakitan. S : An. A tampak
lemas.

III. Perencanaan keperawatan / intervensi


No Dx. Tujuan Rencana
. Keperawatan Askep/Intervensi
1 Gangguan rasa Setelah 1. Kaji nyeri secara
nyaman dilakukan komprehensif
berupa nyeri asuhan
berhubungan keperawatan
dengan selama 2x 24 2. Observasi reaksi
pergeseran jam tingkat non verbal dari

fragmen kenyamanan ketidaknyamanan.

tulang. klien meningkat,


tingkat nyeri
3. Gunakan tekhnik
terkontrol
komunikasi
dengan kriteria
terapeutik untuk
hasil :
mengetahui
a. Klien
pengalaman nyeri
melaporkan
klien sebelumnya.
nyeri
berkurang
4. Kontrol faktor
dengan skala
lingkungan yang
2 sampai 3.
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
b. Ekspresi
ruangan,
wajah tenang
pencahayaan,
c. Klien dapat kebisingan.
istirahat dan
tidur. 5. Kurangi faktor
presipitasi nyeri,
pilih dan lakukan
penanganan nyeri.

6. Ajarkan tekhnik
non farmakologis
untuk mengatasi
nyeri.

7. Kolaborasi untuk
pemberian
analgesik untuk
mengurangi nyeri.

8. Evaluasi tindakan
peengurang
nyeri/kontrol
nyeri.
2 Risiko
terjadinya Setelah
infeksi dilakukan 1. Kaji nutrisi secara
berhubungan tindakan teratur
dengan keperawatan
kurangnya selama 3 x 24 2. Gunakan
pemenuhan jam, maka komunikasi
nutrisi kebutuhan terapeutik untuk
terhadap An. nutrisi terpenuhi
mengetahui
A dengan kriteria
hasil : pengalaman
a. Klien tidak nutrisi klien.
terlihat
lemah dan 3. Berikan
lesu. penjelasan pada
b. Klien dan klien dan keluarga
keluarga klien mengenai
menerima pentingnya nutrisi
penjelasan bagi proses
dari perawat penyembuhan
tentang fraktur klien.
kebutuhan
nutrisi 4. Berikan

terhadap luka penjelasan kepada

An. A klien dan keluarga


mengenai
c. Tidak terjadi kepercayaan
infeksi keluarga pada
terhadap dukun terhadap
fraktur klien. pemenuhan
nutrisi.
d. Pemenuhan
nutrisi
tercukupi

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegunaan dari antropologi keperawatan, yaitu : Antropologi mempunyai
pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman
individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia,
bagaimana mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan
orang lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya
itu sendiri diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan cara
menggunakan simbol, bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan dalam perwujudn
kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, latar belakang budaya mempunyai pengaruh
yang penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia (kepercayaan, perilaku,
persepsi, emosi, bahasa, agama, ritual, struktur keluarga, diet, pakaian, sikap
terhadap sakit, dll). Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan mempengaruhi
status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang asa di masyarakat
tersebut.
Secara umum, antropologi keperawatan senantiasa memberikan sumbangan
pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut : (1) Memberikan suatu cara untuk
memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk individunya. Dimana cara
pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan kontribusi yang tepat dalam
meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar
kepribadian masyarakat yang membangun. Contoh ; pendekatan sistem, holistik,
emik, relativisme yang menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan
untuk membantu menyelesaikan masalah dan mengembangkan situasi masyarakat
menjadi lebih baik. (2) Memberikan suatu model yang secara operasional berguna
untuk menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan.
Memang tidak secara tepat meramalkan perilaku individu dan
masyarakatnya, tetapi secara tepat bisa memberikan kemungkinan luasnya pilihan
yang akan dilakukan bila masyarakat berada pada situasi yang baru. (3)
Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam
merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan
iterpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.
B. Saran
Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan
bahkan seluruh peradaban manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap
penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan
lingkungannya.
Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan yang selalu
berubah, yang sering membawa serta penyakit baru yang belum dikenal atau
perkembangan/perubahan penyakit yang sudah ada. Kajian mengenai konsekuensi
kesehatan perlu memperhatikan konteks budaya dan sosial masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai