Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MATA KULIAH

PSIKOSOSIAL BUDAYA

“Konsep Antropologi Kesehatan”

Dosen Pembimbing:
Dr. Annisa Nurrachmawati, SKM, M.Kes

Di Susun Oleh:
1. Achmad Hafi 4. Wawan Wijarnako
2. Hesti Prawita Widiastuti 5. Sinambela Silvia L
3. Khalid Mustofa 6. Hana Yolanda

PRODI NERS POLITEKNIK KESEHATAN


KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Antropologi Kesehatan”.
Makalah ini dimaksudkan dalam upaya meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai
konsep dasar Antropologi Kesehatan.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan untuk kesempurnaan makalah di masa mendatang.
Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. H. Lamri, M. Kes. Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur.
2. Ismansyah, S.Kp., M.Kep. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Kalimantan Timur.
3. Ns. Parellangi, S. Kep., M. Kep., selaku Ketua Prodi Ners Poltekkes Kemenkes Kalimantan
Timur.
4. Ns. Tini, S.Kep., M.Kep selaku koordinator mata ajar Psikososial dan Budaya dalam
Keperawatan.
5. Dr. Annisa Nurrachmawati, SKM., M.Kes selaku dosen pembimbing mata ajar Psikososial
dan Budaya dalam Keperawatan.
6. Seluruh dosen, tenaga kependidikan dan pustakawan Poltekkes Kemenkes Kaltim.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan instansi terkait serta ilmu pengetahuan.

Samarinda, Desember 2018

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
Halaman

Halaman Sampul

Halaman Judul .................................................................................................................... i

Kata Pengantar ................................................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
C. Tujuan .................................................................................................... 6
D. Manfaat .................................................................................................. 7
E. Sistematika Penulisan ........................................................................... 7

BAB II TELAAH PUSTAKA

A. Konsep Antropologi Kesehatan Kebudayaan secara umum ................. 8


1. Definisi Antropologi ............................................................................. 8
2. Definisi Antropologi Kesehatan ........................................................... 8
3. Kegunaan Antropologi Bagi Ilmu Kesehatan ....................................... 12
B. Antropologi Kesehatan Rumah Sakit .................................................... 14
1. Pengertian Rumah Sakit ........................................................................ 14
2. Rumah Sakit dalam Pandangan Antropologi Kesehatan ....................... 14

iii
C. Antropologi Kesehatan Etiologi Penyakit di Tinjau dari Budaya ......... 18
1. Hubungan Antara Budaya dan Kesehatan ............................................. 18
2. Perkembangan Budaya Kesehatan Manusia .......................................... 19
3. Hubungan antara Social Budaya dan Biologi yang Merupakan
Perkembangan Antropologi Kesehatan.................................................. 22

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................ 24
B. Saran ...................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG
Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan
bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti
kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali
oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan
orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang
dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan
yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal.
Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian
sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah
keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta
bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat
tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari
segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.
Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan
kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik,
mental, dan sosial, maka dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan
mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan
kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru.
Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan
batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur
dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya
dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.
Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang
sudah tidak bekerja (pensiun) atau usia lanjut, berlaku arti produktif secara sosial.

v
Misalnya produktif secara sosial-ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa
adalah mencapai prestasi yang baik, sedang produktif secara sosial-ekonomi bagi
usia lanjut atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan
yang bermanfat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau
masyarakat.
Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam
mewujudkan tingkat kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat.
Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari
segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi adalah
istilah kata bahasa Yunani yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos
berarti manusia dan logos memiliki arti cerita atau kata.
Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa,
kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk
mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan
berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu tentang Konsep Antropologi Kesehatan

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang Antropologi Kesehatan
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini yaitu:
a. Menjelaskan Antropologi Kesehatan Kebudayaan secara umum
b. Menjelaskan Antropologi Kesehatan rumah sakit
c. Menjelaskan Etiologi peyakit ditinjau dari budaya

6
D. MANFAAT
Teoritis
Dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pengembangan mata ajar
keperawatan kritis.

Praktisi
Dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan
kritis pada pasien.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan pada makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu bab I terdiri
dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan,
bab II terdiri dari telaah pustaka, bab III penutup terdiri dari kesimpulan dan
penutup.

7
BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Konsep Antropologi Kesehatan Kebudayaan secara umum

1. Definisi Antropologi

Menurut bahasa Yunani, Antropologi berasal dari bahasa latin;


Antrhopos yang berarti manusia, dan Logos yang berarti akal. Dengan begitu
Antropology dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang berusaha mencapai
pengertian tentang makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk
fisik, kepribadian, masyarakat, serta kebudayaannya.

Antropology adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia


sebagai makhluk masyarakat. Perhatian ilmu pengetahuan ini di tujukan pada
sifat khusus badani dan cara produksi, tradisi, dan nilai – nilai yang membuat
pergaulan hidup yang satu berbeda dari pergaulan hidup lainnya. Di dalam
antropologi memang terdapat banyak ilmu yang membahas tentang manusia,
seperti ekologi, biologi, anatomi, psikologi, dan sebagainya.

2. Definisi Antropologi Kesehatan

Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada


aspek-aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia, terutama
tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan
manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia.

Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya


terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita
Sarwono, 1993). Definisi yang dibuat Solita ini masih sangat sempit karena

8
antropologi sendiri tidak terbatas hanya melihat penghayatan masyarakat dan
pengaruh unsur budaya saja.
Antropologi lebih luas lagi kajiannya dari itu seperti Koentjaraningrat
mengatakan bahwa ilmu antropologi mempelajari manusia dari aspek fisik,
sosial, budaya (1984;76).
Pengertian Antropologi kesehatan yang diajukan Foster/Anderson
merupakan konsep yang tepat karena termaktub dalam pengertian ilmu
antropologi seperti disampaikan Koentjaraningrat di atas. Menurut
Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan
dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial
budaya.
Penelitian oleh drg. Yulia Maria dari pascasarjana UI, misalnya yang di
lakukan di daerah manggala, kabupaten Tulang Bawang, provinsi lampung
menunjukkan bahwa terdapat konstribusi yang sangat menentukan antara
seorang dukun beranak dan seorang petugas puskesmas dalam menangani
proses kelahiran seorang anak. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan
masyarakat terhadap peran roh yang bersifat gaib di satu pihak yang masih
melekat dan telah di terimanya pemahaman penting kesehatan dan gizi di lain
pihak .
Antropologi juga dapat memberi kepada para dokter kesehatan
masyarakat yang akan bekerja dan hidup di berbagai daerah dengan aneka
warna kebudayaan, metode-metode, dan cara untuk mengerti serta
menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adat istiadat setempat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan
adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-
budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara
keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi
kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).

9
Dari definisi-definisi yang dibuat oleh ahli-ahli antropologi mengenai
Antropologi Kesehatan seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Antropologi Kesehatan mencakup:

1. Mendefinisi secara komprehensif dan interpretasi berbagai macam masalah


tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia
dimasa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa
mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut;

2. Partisipasi profesional mereka dalam program-program yang bertujuan


memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang
hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui
perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan
kesehatan yang lebih baik.

Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi dan saling


berkontribusi dalam memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu lain.
Misalnya dalam bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik
dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi,
biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan epidemiologi. Hal ini
memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang
didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial
dan budaya di masyarakat tertentu. Contoh: penyakit keturunan albinism di
suatu daerah di Nusa Tenggara Timur ditransmisikan melalui gen resesif karena
pernikahan diantara anggota keluarga.

Antropologi bukanlah satu satunya ilmu yang mempelajari manusia. Ilmu-


ilmu lain seperti ilmu Politik yang mempelajari kehidupan politik manusia, ilmu
Ekonomi yang mempelajari ekonomi manusia atau ilmu Fisiologi yang
mempelajari tubuh manusia dan masih banyak lagi ilmuilmu lain, juga
mempelajari manusia.

10
Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan
pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut:

a. Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan


termasuk individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk
memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu
masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang
membangun. Contoh pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme yang
menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu
menyelesaikan masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi
lebih baik.
b. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk
menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan.
c. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam
merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan
interpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.

Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan terhadap antropologi


kesehatan, antara lain:

a. Antropologi fisik/biologi/ragawi, Contoh: nutrisi mempengaruhi


pertumbuhan, bentuk tubuh, variasi penyakit. Selain itu juga mempelajari
evolusi penyakit sebagai akibat faktor budaya, migrasi dan urbanisasi.
b. Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat
primitif atau yang masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan
lebih lanjut stereotipe ini harus dihindari karena pengobatan tradisional tidak
selamanya terbelakang atau salah.
c. Kepribadian dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di
berbagai belahan dunia. Misalnya: perawatan schizophrenia di suatu daerah

11
untuk mencari penyembuhan yang tepat dapat digunakan untuk
mengevaluasi pola perawatan penyakit yang sama.
d. Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan bekerjasama
dengan antropologi untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan
praktek kesehatan.

3. Kegunaan Antropologi Bagi Ilmu-ilmu Kesehatan


Anderson (2006 : 247) menyatakan bahwa kegunaan antropologi bagi
ilmu-ilmu kesehatan terletak dalam 3 kategori utama :
a. Ilmu antropologi memberikan suatu cara yang jelas dalam memandang
masyarakat secara keseluruhan maupun para anggota individual mereka.
Ilmu antropologimenggunakan pendekatan yang menyeluruh atau bersifat
sistem, dimana peneliti secara tetap menanyakan, bagaimana seluruh bagian
dari sistem itu saling menyesuaikan dan bagaimana sistem itu bekerja.
b. Ilmu antropologi memberikan suatu model yang secara operasional berguna
untuk menguraikan proses-proses perubahan sosial dan buaya dan juga
untuk membantu memahami keadaan dimana para warga dari “kelompok
sasaran” melakukan respon terhadap kondisi yang berubah dan adanya
kesempatan baru.
c. Ahli antropologi menawarkan kepada ilmu-ilmu kesehatan suatu metodologi
penelitian yang longgar dan efektif untuk menggali serangkaian masalah
teoritis dan praktis yang sangat luas, yang dihadapi dalam berbagai program
kesehatan.Begitu pula sebaliknya, menurut Anderson (2006 : 244) ilmu-ilmu
kesehatan menawarkan kepada ilmu antropologi berbagai bidang yang
khusus, yang langsung dapat dibandingkan dengan subjek-subjek tradisional
seperti masyarakat rumpun dan desa-desa.

12
Antropologi kesehatan merupakan bagian dari ilmu antropologi yang
sangat penting sekali, karena di dalam antropologi kesehatan diterangkan
dengan jelas kaitan antara manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita
dapat mengetahui kaitan antara budaya suatu masyarakat dengan kesehatan
masyarakat itu sendiri.

Anderson (2006 : 3) menyatakan bahwa antropologi kesehatan adalah


disiplin biobudaya yang memberi perhatian kepada aspek-aspek biologis dan
sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi
ntara keduanya di sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang
mempengaruhi kesehatandanpenyakit.
Antropologi kesehatan ini tidak serta merta muncul dengan sendirinya, akan
tetapi antropologi kesehatan ini mempunyai akar.

Anderson (2006 : 4) menyatakan antropologi kesehatan kontemporer


mempunyai 4 sumber :

a. Perhatian ahli antropologi fisik terhadap topik-topik seperti evolusi,


adaptasi, anatomi, komparatif, tipe-tipe ras genetika, dan serologi.
b. Perhatian etnografi tradisional terhadap pengobatan primitif, termasuk
ilmu sihir dan magis.
c. Gerakan “kebudayaan dan kepribadian” pada akhir 1930-an dan 1940-an
yang merupakan kerjasama antara ahli-ahli psikiatri dan antropologi.
d. Gerakan kesehatan masyarakat internasional setelah perang dunia II.
Untuk menjadi seorang ahli antropologi kesehatan tidaklah mudah,
dibutuhkan pegalaman, naluri dalam menyikapi masalah.

13
B. Antropologi Kesehatan rumah sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Pengertian rumah sakit menurut WHO, Rumah sakit yaitu suatu bahagian
menyeluruh, ( Integrasi ) dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan
pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun
rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan
lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta
untuk penelitian biososial.

Sakit menjadi organisasi padat karya spesialis dan merupakan tempat


dimana terjadi proses pengubahan dari masukan menjadi luaran. Masukan utama
adalah dokter, perawat personil lainnya Rumah sakit adalah suatu organisasi
yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran
yang parmanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan
yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh
pasien.

Adanya kemajuan teknologi disertai dengan penggunaan cara-cara baru


dibidang diagnostik dan terapeutik mengharuskan rumah sakit mempekerjakan
berbagai profesi kedokteran dan profesi lain sehingga rumah, prasarana, sarana
peralatan dan sebagainya merupakan bagian dari rumah sakit
2. Rumah sakit dalam pandangan antropologi kesehatan
a) Pengertian
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis
profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang parmanen
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh
pasien.

14
b) Sejarah Rumah Sakit Dalam Antropologi
Dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan
sangat erat. Salah satu contoh institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir.
Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya memberikan pengobatan kepada
orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa Romawi sebagai
kepercayaan. Kuil Romawi untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291
SM di tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan
kepercayaan Yunani, Institusi yang spesifik untuk pengobatan pertama kali,
ditemukan di India. Rumah sakit Brahmanti pertama kali didirikan di Sri
Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka juga mendirikan 18
rumah sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis dan
perawat yang dibiayai anggaran kerajaan.

Rumah sakit pertama yang melibatkan pula konsep pengajaran


pengobatan, dengan mahasiswa yang diberikan pengajaran oleh tenaga ahli,
adalah Akademi Gundishapur di Kerajaan Persia. Bangsa Romawi
menciptakan valetudinaria untuk pengobatan budak, gladiator, dan prajurit
sekitar 100 SM.

Adopsi kepercayaan Kristiani turut memengaruhi pelayanan medis di


sana. Konsili Nicea Ipada tahun 325 memerintahkan pihak Gereja untuk
juga memberikan pelayanan kepada orang-orang miskin, sakit, janda, dan
musafir. Setiap satu katedral di setiap kota harus menyediakan satu
pelayanan kesehatan. Salah satu yang pertama kali mendirikan adalah Saint
Sampson di Konstantinopel dan Basil, bishop of Caesarea. Bangunan ini
berhubungan langsung dengan bagunan gereja, dan disediakan pula tempat
terpisah untuk penderita lepra.

Rumah sakit abad pertengahan di Eropa juga mengikuti pola


tersebut. Di setiap tempat peribadahan biasanya terdapat pelayanan
kesehatan oleh pendeta dan suster (Frase Perancis untuk rumah sakit

15
adalah hôtel-Dieu, yang berarti "hostel of God."). Namun beberapa di
antaranya bisa pula terpisah dari tempat peribadahan. Ditemukan pula rumah
sakit yang terspesialisasi untuk penderita lepra, kaum miskin, atau musafir.

Rumah sakit dalam sejarah Islam memperkenalkan standar


pengobatan yang tinggi pada abad 8 hingga 12. Rumah sakit pertama
dibangun pada abad 9 hingga 10 mempekerjakan 25 staff pengobatan dan
perlakuan pengobatan berbeda untuk penyakit yang berbeda pula. Rumah
sakit yang didanai pemerintah muncul pula dalam sejarah Tiongkok pada
awal abad 10, Perubahan rumah sakit menjadi lebih sekular di Eropa terjadi
pada abad 16 hingga 17. Tetapi baru pada abad 18 rumah sakit modern
pertama dibangun dengan hanya menyediakan pelayanan dan pembedahan
medis. Inggris pertama kali memperkenalkan konsep ini. Guy's
Hospital didirikan di London pada 1724 atas permintaan seorang saudagar
kaya Thomas Guy. Rumah sakit yang dibiayai swasta seperti ini kemudian
menjamur di seluruh Inggris Raya. Di koloni Inggris di Amerika kemudian
berdiri Pennsylvania General Hospital di Philadelphia pada 1751. setelah
terkumpul sumbangan £2,000. Di Eropa Daratan biasanya rumah sakit
dibiayai dana publik. Namun secara umum pada pertengahan abad 19
hampir seluruh negara di Eropa dan Amerika Utara telah memiliki
keberagaman rumah sakit.
c) Karateristik Rumah sakit Menurut Antropologi
World Health Organization (WHO) mendefinisikan rumah sakit
sebagai sebuah sarana tinggal yang menyediakan pelayanan medik singkat
atau lama, yang meliputi pelayanan pengamatan, diagnostik, pengobatan
dan pemulihan untuk mereka yang menderita penyakit atau cedera dan
untuk yang melahirkan. Rumah sakit dapat menyediakan dan dapat juga
tidak menyediakan pelayanan untuk pasien rawat jalan.

16
Sebagai perwujudan pemenuhan hak kesehatan, pemerintah wajib
menyediakan rumah sakit sesuai kebutuhan masyarakat dan memberikan
jaminan pembiayaan bagi penduduk miskin sesuai peraturan perundang-
undangan. Pemerintah juga bertanggung jawab membina dan mengatur
rumah sakit agar memberikan pelayanan yang bermutu dan profesional.
Mengapa hal-hal tesebut diatas perlu dilakukan?. Karena pelayanan
rumah sakit mempunyai sifat-sifat atau karakteristik tersendiri.
Karakteristik ini diakibatkan oleh karena rumah sakit merupakan suatu
organisasi yang sangat kompleks karena padat sumber daya manusia, padat
modal, padat teknologi dan ilm pengetahuan.
Karakteristik rumah sakit tersebut meliputi :
1. Uncertainty atau ketidakpastian, bahwa kebutuhan akan pelayanan
rumah sakit tidak bisa dipastikan baik waktunya, tempatnya, maupun
besarnya biaya yang dibutuhkan. Sifat inilah yang menyebabkan
timbulnya respons penyelenggaran mekanisme asuransi di dalam
pelayanan kesehatan. Ciri ini pula yang mengundang mekanisme derma
di dalam masyarakat tradisional dan modern. Karena pada akhirnya ciri
ini menurunkan keunikan lain yang menyangkut aspek peri kemanusiaan
(humanitarian) dan etika.
2. Asymetry of information, bahwa konsumen pelayanan rumah sakit
berada pada posisi yang lebih lemah sedangkan Rumah Sakit
mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas pelayanan
yang “dijualnya”. misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir
tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui apakah ia membutuhkan
Kondisi ini sering dikenal dengan consumer ignorance atau konsumen
yang bodoh.
3. Externality, bahwa konsumsi pelayanan kesehatan/rumah sakit tidak
saja mempengaruhi “pembeli” tetapi juga bukan pembeli. Demikian juga

17
risiko kebutuhan pelayanan kesehatan tidak saja mengenai pasien
melainkan juga publik.

C. Antropologi Kesehatan Etiologi peyakit ditinjau dari budaya


1. Hubungan Antara Budaya Dan Kesehatan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu
yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari
satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur
sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan
artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward B. Tylor,
kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya
pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan

18
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Mengacu pada esensi budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang
tak terpisahkan akan keberadaanya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan
merupakan bagian budaya yang ditemukan secara universal. Dari budaya pula,
hidup sehat dapat ditelusuri. Yaitu melalui komponen pemahaman tentang sehat,
sakit, derita akibat penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan
diyakini di masyarakat, serta kebudayaan dan teknologi yang berkembang di
masyarakat.
Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda
di setiap masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa
lalu, ketika pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembang,
kebudayaan memaksa masyarakat untuk menempuh cara “trial and error” guna
menyembuhkan segala jenis penyakit, meskipun resiko untuk mati masih terlalu
besar bagi pasien. Kemudian perpaduan antara pengalaman empiris dengan
konsep kesehatan ditambah juga dengan konsep budaya dalam hal kepercayaan
merupakan konsep sehat tradisional secara kuratif.
Sebagai contoh pengaruh kebudayaan terhadap masalah kesehatan adalah
penggunaan kunyit sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit kuning
(hepatitis) di kalangan masyarakat Indonesia. Masyarakat menganggap bahwa
warna penyakit pasti akan sesuai dengan warna obat yang telah disediakan oleh
alam. Kemudian contoh lainnya adalah ditemukannya system drainase pada
tahun 3000 SM di kebudayaan bangsa Kreta, dan bangsa Minoans. Ini
menunjukkan bahwa kebudayaan dan pengetahuan serta teknologi sangat
berpengaruh terhadap kesehatan.
2. Perkembangan Budaya Kesehatan Manusia
Budaya adalah hasil cipta, karya, dan karsa manusia. Budaya lahir akibat
adanya interaksi dan pemikiran manusia. Manusia akan selalu berkembang
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka

19
hasilkan. Budaya manusia pun juga akan ikut berkembang dan berubah dari
waktu ke waktu. Hal yang sama terjadi budaya kesehatan yang ada di
masyarakat. Budaya kesehatan akan mengalami perubahan. Dengan kemajuan
ilmu pengethuan yang pesat dan teknologi yang semakin canggih, budaya
kesehatan di masa lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa sekarang
dan mendatang.
Salah satu contoh budaya kesehatan adalah tentang cara menjaga
kesehatan personal, seperti mandi, keramas, atau sikat gigi. Pada zaman dahulu
sebelum ditemukannya formula untuk membuat sabun oleh Al-Razi, kimiawan
Persia, manusia di berbagai daerah di belahan bumi ini memiliki cara yang
berbeda dalam membersihkan badan. Penggunaan yang lazim pada masa itu
diantaranya adalah minyak, abu, atau batu apung sesuai dengan kebudayaan
mereka.
Masyarakat Mesir Kuno melakukan ritual mandi dengan menggunakan
kombinasi minyak hewani dan nabati ditambah garam alkali. Ini adalah bahan
pengganti sabun. Ramuan ini pun berfungsi untuk menyembuhkan penyakit
kulit sekaligus untuk membersihkan. Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan
kecantikan dan tidak menggunakan sabun. Mereka membersihkan tubuh dengan
menggunakan balok lilin, pasir, batu apung dan abu. Mereka juga mengoleskan
tubuh dengan minyak dan kadang dicampur abu. Sedangkan orang Sunda kuno
biasa menggunakan tanaman wangi liar sebagai alat mandi mereka.
Ketika peradaban Romawi mulai maju, penduduk jadi sering mandi.
Tempat mandi Romawi yang pertama sangat terkenal. Di pemandian yang
dibangun tahun 312 SM itu terdapat saluran air. Sejak saat itu mandi menjadi
hal yang mewah dan populer.
Di abad-ke 2 Masehi, dokter Yunani, Galen menganjurkan sabun untuk
pengobatan dan pembersih. Akhirnya, mandi dengan memnggunakan sabun
menjadi sebuah kegiatan rutin hingga saat ini.

20
Bukan hanya cara mandi yang berbeda dari masa dahulu dan sekarang,
tapi juga budaya gosok gigi. Pada zaman dahulu masyarakat Jazirah Arab
menggunakan kayu siwak untuk menggosok gigi. Orang Roma menggunakan
pecahan kaca halus sebagai bagian dari pembersih mulut mereka. Sedangkan
masyarakat Indonesia menggunakan halusan genting dan bata. Namun saat ini
manusia beralih menggunakan pasta gigi untuk menggosok gigi. Begitu juga
dengan shampoo yang secara luas digunakan. Dahulu, secara luas masyarakat
menggunakan merang untuk keramas.
Tidak hanya tentang budaya kesehatan individu atau personal yang
mengalami perubahan. Budaya kesehatan masyarakat pun saat ini telah
mengalami perubahan jika dibandingkan dengan masa lalu. Dahulu masyarakat
lebih ke arah paradigma sakit. Namun saat ini seiring dengan perkembangan
zaman, masyarakat cenderung berparadigma sehat dalam memaknai kesehatan
mereka. Penilaian individu terhadap status kesehatan merupakan salah satu
faktor yang menentukan perilakunya, yaitu perilaku sakit jika mereka merasa
sakit dan perilaku sehat jika mereka menganggap sehat.
Perilaku sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu
yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, contohnya mereka akan pergi
ke pusat layanan kesehatan jika sakit saja, karena mereka ingin sakitnya menjadi
sembuh. Sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, misalnya: pencegahan
penyakit, personal hygiene, penjagaan kebugaran dan mengkonsumsi makanan
bergizi. Masyarakat akan selalu menjaga kesehatannya agar tidak menjadi sakit.
Masyarakat menjadi rajin berolah raga, fitness, chek up ke pusat layanan
kesehatan, membudayakan cuci tangan menggunakan sabun, menghindari
makanan berkolesterol tinggi dan lain-lain.
Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor perubahan budaya
kesehatan dalam masyarakat. Contohnya masyarakat dahulu saat persalinan
minta bantuan oleh dukun bayi dengan peralatan sederhana, namun saat ini

21
masyarakat lebih banyak yang ke bidan atau dokter kandungan dengan peralatan
yang serba canggih. Bahkan mereka bisa tahu bagaimana keadaan calon bayi
mereka di dalam kandungan melalui USG.
Saat ini masyarakat lebih memaknai kesehatan. Banyaknya informasi
kesehatan yang diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan membuat
masyarakat mengetahui pentingnya kesehatan. Dengan kesehatan kita bisa
melakukan berbagai macam kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri
maupun orang lain.
Sekarang pola pikir masyarakat kebanyakan lebih ke arah preventif
terhadap adanya suatu penyakit. Yaitu pola pikir bahwa mencegah datangnya
penyakit itu lebih baik daripada mengobati penyakit
3. Hubungan Antara Social Budaya Dan Biologi Yang Merupakan Dasar Dari
Perkembangan Antropologi Kesehatan
Anthropologi berkaitan dengan kebudayaan dan biologi, dimana keduanya
sama-sama meneliti berbagai obyek fisik kebudayaan yang tercipta baik di masa
sekarang maupun di masa lampau sebagai sebuah sarana pemahaman nilai-nilai
budaya.
Sejumlah sub bidang terletak multi bidang (interface) dalam berbagi divisi
di atas, sebagai contoh medical anthropology sering dipandang sebagai sub
bidang anthropologi social budaya ; namun banyak anthropolog yang
mempelajari topic kesehatan sering harus mengambil materi keragaman biologis
disamping harus memperhatikan berbagai interaksi antara budaya dan biologi.
Biocultural anthropology adalah sebuah sub bidang yang digunakan untuk
mendeskripsikan sintesa antara perspektif cultural dan biologi.
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante
dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan
manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health
well being , merupakan resultante dari 4 faktor(3)yaitu :

22
a. Environment atau lingkungan
b. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan
dengan ecological balance
c. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi
penduduk, dan sebagainya
d. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitative
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan
faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya
derajat kesehatan masyarakat.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat
dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa
dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara
klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi
yang berbeda di kalangan pasien.
Misalnya dalam bidang biologi, antropologi kesehatan
menggambarkan teknik dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya,
termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan
epidemiologi.
Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan
biologi yang didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap
faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat tertentu.
Contoh : penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara
Timur ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan diantara
anggota keluarga.

23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Menurut bahasa Yunani, Antropologi berasal dari bahasa latin;
Antrhopos yang berarti manusia, dan Logos yang berarti akal.
Dengan begitu Antropology dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang
berusaha mencapai pengertian tentang makhluk manusia dengan
mempelajari aneka warna bentuk fisik, kepribadian, masyarakat,
serta kebudayaannya.
SEDANGKAN
Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada
aspek-aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang
sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan
penyakit pada manusia.
2. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis
profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang parmanen
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien.
3. Etiologi penyakit ditinjau dari budaya merupakan Tingkah laku sakit,
peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -
faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka
ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis),
bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi
yang berbeda di kalangan pasien.

24
B. SARAN
Dari hasil makalah yang telah dibuat, penulis menyarankan agar
kita lebih mengetahui apa sebenarnya antropolgi itu dalam sistem
budaya untuk meningkatkan cara penanganan kesehatan. Hendaknya kita
peduli akan pentingnya materi ini dalam sistem budaya kita.

25
DAFTAR PUSTAKA

Masinambow, E.K.M (Ed) 1997 Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, Jakarta:

Asosiasi Antropologi Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia.

Suparlan, Pasurdi 1995 Antropologi dalam Pembangunan. Jakarta: UI Press

Foster, Anderson (1986). Antropologi Kesehatan. Jakarta. Grafiti

Glik, L.B. (1967). Medicine as an Ethnographic Category: The Gimi of New

Guinea Highlands. Etnology Buletine.

Joordaan, Roy E. (1985). Folk Medicine In Madura. Dissertation, Faculty of

Social Science, University of Leiden.

Kalangie, Nico S. (1994). Kebudayaan dan Kesehatan: Pengembangan Pelayanan


Kesehatan Primer melalui Pendekatan Sosiobudaya. Jakarta. PT. Kesaint Blanc Indah
Corp.

Keesing, Roger M. (1992) Antropologi Budaya: Suatu Perspektif

Kontemporer. Jilid 1, 2. Jakarta, Erlangga Penerbit.

Koentjaraningrat, (1994) Irian Jaya: Membangun Masyarakat Majemuk. Jakarta.


Jambatan.

Morin, Jack (1998). Profil Masyarakat Towe. Jayapura. Yayasan Kesehatan

Bethesda.

Muzaham, Fauzi. (1995) Sosiologi Kesehatan. Jakarta. UI Press.

Sarwono, R. (1992). Personalistics Belief In Health: A Case of West Java,

26
Leiden. Workshop on Health Care in Java.

Sarwono, S. (1993). Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Beserta

Aplikasinya. Yogyakarta. Gajah Mada Press.

Slamet-Velsink, (1992). Sense And Nonsense of Traditional Healers. Leiden,


Workshop on Health Care in Java.

27

Anda mungkin juga menyukai