PSIKOSOSIAL BUDAYA
Dosen Pembimbing:
Dr. Annisa Nurrachmawati, SKM, M.Kes
Di Susun Oleh:
1. Achmad Hafi 4. Wawan Wijarnako
2. Hesti Prawita Widiastuti 5. Sinambela Silvia L
3. Khalid Mustofa 6. Hana Yolanda
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Antropologi Kesehatan”.
Makalah ini dimaksudkan dalam upaya meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai
konsep dasar Antropologi Kesehatan.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan untuk kesempurnaan makalah di masa mendatang.
Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. H. Lamri, M. Kes. Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur.
2. Ismansyah, S.Kp., M.Kep. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Kalimantan Timur.
3. Ns. Parellangi, S. Kep., M. Kep., selaku Ketua Prodi Ners Poltekkes Kemenkes Kalimantan
Timur.
4. Ns. Tini, S.Kep., M.Kep selaku koordinator mata ajar Psikososial dan Budaya dalam
Keperawatan.
5. Dr. Annisa Nurrachmawati, SKM., M.Kes selaku dosen pembimbing mata ajar Psikososial
dan Budaya dalam Keperawatan.
6. Seluruh dosen, tenaga kependidikan dan pustakawan Poltekkes Kemenkes Kaltim.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan instansi terkait serta ilmu pengetahuan.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
C. Tujuan .................................................................................................... 6
D. Manfaat .................................................................................................. 7
E. Sistematika Penulisan ........................................................................... 7
iii
C. Antropologi Kesehatan Etiologi Penyakit di Tinjau dari Budaya ......... 18
1. Hubungan Antara Budaya dan Kesehatan ............................................. 18
2. Perkembangan Budaya Kesehatan Manusia .......................................... 19
3. Hubungan antara Social Budaya dan Biologi yang Merupakan
Perkembangan Antropologi Kesehatan.................................................. 22
A. Kesimpulan ............................................................................................ 24
B. Saran ...................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG
Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan
bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti
kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali
oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan
orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang
dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan
yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal.
Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian
sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah
keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta
bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat
tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari
segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.
Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan
kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik,
mental, dan sosial, maka dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan
mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan
kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru.
Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan
batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur
dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya
dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.
Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang
sudah tidak bekerja (pensiun) atau usia lanjut, berlaku arti produktif secara sosial.
v
Misalnya produktif secara sosial-ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa
adalah mencapai prestasi yang baik, sedang produktif secara sosial-ekonomi bagi
usia lanjut atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan
yang bermanfat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau
masyarakat.
Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam
mewujudkan tingkat kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat.
Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari
segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi adalah
istilah kata bahasa Yunani yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos
berarti manusia dan logos memiliki arti cerita atau kata.
Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa,
kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk
mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan
berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu tentang Konsep Antropologi Kesehatan
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang Antropologi Kesehatan
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini yaitu:
a. Menjelaskan Antropologi Kesehatan Kebudayaan secara umum
b. Menjelaskan Antropologi Kesehatan rumah sakit
c. Menjelaskan Etiologi peyakit ditinjau dari budaya
6
D. MANFAAT
Teoritis
Dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pengembangan mata ajar
keperawatan kritis.
Praktisi
Dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan
kritis pada pasien.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan pada makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu bab I terdiri
dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan,
bab II terdiri dari telaah pustaka, bab III penutup terdiri dari kesimpulan dan
penutup.
7
BAB II
TELAAH PUSTAKA
1. Definisi Antropologi
8
antropologi sendiri tidak terbatas hanya melihat penghayatan masyarakat dan
pengaruh unsur budaya saja.
Antropologi lebih luas lagi kajiannya dari itu seperti Koentjaraningrat
mengatakan bahwa ilmu antropologi mempelajari manusia dari aspek fisik,
sosial, budaya (1984;76).
Pengertian Antropologi kesehatan yang diajukan Foster/Anderson
merupakan konsep yang tepat karena termaktub dalam pengertian ilmu
antropologi seperti disampaikan Koentjaraningrat di atas. Menurut
Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan
dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial
budaya.
Penelitian oleh drg. Yulia Maria dari pascasarjana UI, misalnya yang di
lakukan di daerah manggala, kabupaten Tulang Bawang, provinsi lampung
menunjukkan bahwa terdapat konstribusi yang sangat menentukan antara
seorang dukun beranak dan seorang petugas puskesmas dalam menangani
proses kelahiran seorang anak. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan
masyarakat terhadap peran roh yang bersifat gaib di satu pihak yang masih
melekat dan telah di terimanya pemahaman penting kesehatan dan gizi di lain
pihak .
Antropologi juga dapat memberi kepada para dokter kesehatan
masyarakat yang akan bekerja dan hidup di berbagai daerah dengan aneka
warna kebudayaan, metode-metode, dan cara untuk mengerti serta
menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adat istiadat setempat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan
adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-
budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara
keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi
kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).
9
Dari definisi-definisi yang dibuat oleh ahli-ahli antropologi mengenai
Antropologi Kesehatan seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Antropologi Kesehatan mencakup:
10
Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan
pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut:
11
untuk mencari penyembuhan yang tepat dapat digunakan untuk
mengevaluasi pola perawatan penyakit yang sama.
d. Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan bekerjasama
dengan antropologi untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan
praktek kesehatan.
12
Antropologi kesehatan merupakan bagian dari ilmu antropologi yang
sangat penting sekali, karena di dalam antropologi kesehatan diterangkan
dengan jelas kaitan antara manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita
dapat mengetahui kaitan antara budaya suatu masyarakat dengan kesehatan
masyarakat itu sendiri.
13
B. Antropologi Kesehatan rumah sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Pengertian rumah sakit menurut WHO, Rumah sakit yaitu suatu bahagian
menyeluruh, ( Integrasi ) dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan
pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun
rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan
lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta
untuk penelitian biososial.
14
b) Sejarah Rumah Sakit Dalam Antropologi
Dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan
sangat erat. Salah satu contoh institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir.
Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya memberikan pengobatan kepada
orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa Romawi sebagai
kepercayaan. Kuil Romawi untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291
SM di tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan
kepercayaan Yunani, Institusi yang spesifik untuk pengobatan pertama kali,
ditemukan di India. Rumah sakit Brahmanti pertama kali didirikan di Sri
Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka juga mendirikan 18
rumah sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis dan
perawat yang dibiayai anggaran kerajaan.
15
adalah hôtel-Dieu, yang berarti "hostel of God."). Namun beberapa di
antaranya bisa pula terpisah dari tempat peribadahan. Ditemukan pula rumah
sakit yang terspesialisasi untuk penderita lepra, kaum miskin, atau musafir.
16
Sebagai perwujudan pemenuhan hak kesehatan, pemerintah wajib
menyediakan rumah sakit sesuai kebutuhan masyarakat dan memberikan
jaminan pembiayaan bagi penduduk miskin sesuai peraturan perundang-
undangan. Pemerintah juga bertanggung jawab membina dan mengatur
rumah sakit agar memberikan pelayanan yang bermutu dan profesional.
Mengapa hal-hal tesebut diatas perlu dilakukan?. Karena pelayanan
rumah sakit mempunyai sifat-sifat atau karakteristik tersendiri.
Karakteristik ini diakibatkan oleh karena rumah sakit merupakan suatu
organisasi yang sangat kompleks karena padat sumber daya manusia, padat
modal, padat teknologi dan ilm pengetahuan.
Karakteristik rumah sakit tersebut meliputi :
1. Uncertainty atau ketidakpastian, bahwa kebutuhan akan pelayanan
rumah sakit tidak bisa dipastikan baik waktunya, tempatnya, maupun
besarnya biaya yang dibutuhkan. Sifat inilah yang menyebabkan
timbulnya respons penyelenggaran mekanisme asuransi di dalam
pelayanan kesehatan. Ciri ini pula yang mengundang mekanisme derma
di dalam masyarakat tradisional dan modern. Karena pada akhirnya ciri
ini menurunkan keunikan lain yang menyangkut aspek peri kemanusiaan
(humanitarian) dan etika.
2. Asymetry of information, bahwa konsumen pelayanan rumah sakit
berada pada posisi yang lebih lemah sedangkan Rumah Sakit
mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas pelayanan
yang “dijualnya”. misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir
tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui apakah ia membutuhkan
Kondisi ini sering dikenal dengan consumer ignorance atau konsumen
yang bodoh.
3. Externality, bahwa konsumsi pelayanan kesehatan/rumah sakit tidak
saja mempengaruhi “pembeli” tetapi juga bukan pembeli. Demikian juga
17
risiko kebutuhan pelayanan kesehatan tidak saja mengenai pasien
melainkan juga publik.
18
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Mengacu pada esensi budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang
tak terpisahkan akan keberadaanya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan
merupakan bagian budaya yang ditemukan secara universal. Dari budaya pula,
hidup sehat dapat ditelusuri. Yaitu melalui komponen pemahaman tentang sehat,
sakit, derita akibat penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan
diyakini di masyarakat, serta kebudayaan dan teknologi yang berkembang di
masyarakat.
Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda
di setiap masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa
lalu, ketika pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembang,
kebudayaan memaksa masyarakat untuk menempuh cara “trial and error” guna
menyembuhkan segala jenis penyakit, meskipun resiko untuk mati masih terlalu
besar bagi pasien. Kemudian perpaduan antara pengalaman empiris dengan
konsep kesehatan ditambah juga dengan konsep budaya dalam hal kepercayaan
merupakan konsep sehat tradisional secara kuratif.
Sebagai contoh pengaruh kebudayaan terhadap masalah kesehatan adalah
penggunaan kunyit sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit kuning
(hepatitis) di kalangan masyarakat Indonesia. Masyarakat menganggap bahwa
warna penyakit pasti akan sesuai dengan warna obat yang telah disediakan oleh
alam. Kemudian contoh lainnya adalah ditemukannya system drainase pada
tahun 3000 SM di kebudayaan bangsa Kreta, dan bangsa Minoans. Ini
menunjukkan bahwa kebudayaan dan pengetahuan serta teknologi sangat
berpengaruh terhadap kesehatan.
2. Perkembangan Budaya Kesehatan Manusia
Budaya adalah hasil cipta, karya, dan karsa manusia. Budaya lahir akibat
adanya interaksi dan pemikiran manusia. Manusia akan selalu berkembang
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka
19
hasilkan. Budaya manusia pun juga akan ikut berkembang dan berubah dari
waktu ke waktu. Hal yang sama terjadi budaya kesehatan yang ada di
masyarakat. Budaya kesehatan akan mengalami perubahan. Dengan kemajuan
ilmu pengethuan yang pesat dan teknologi yang semakin canggih, budaya
kesehatan di masa lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa sekarang
dan mendatang.
Salah satu contoh budaya kesehatan adalah tentang cara menjaga
kesehatan personal, seperti mandi, keramas, atau sikat gigi. Pada zaman dahulu
sebelum ditemukannya formula untuk membuat sabun oleh Al-Razi, kimiawan
Persia, manusia di berbagai daerah di belahan bumi ini memiliki cara yang
berbeda dalam membersihkan badan. Penggunaan yang lazim pada masa itu
diantaranya adalah minyak, abu, atau batu apung sesuai dengan kebudayaan
mereka.
Masyarakat Mesir Kuno melakukan ritual mandi dengan menggunakan
kombinasi minyak hewani dan nabati ditambah garam alkali. Ini adalah bahan
pengganti sabun. Ramuan ini pun berfungsi untuk menyembuhkan penyakit
kulit sekaligus untuk membersihkan. Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan
kecantikan dan tidak menggunakan sabun. Mereka membersihkan tubuh dengan
menggunakan balok lilin, pasir, batu apung dan abu. Mereka juga mengoleskan
tubuh dengan minyak dan kadang dicampur abu. Sedangkan orang Sunda kuno
biasa menggunakan tanaman wangi liar sebagai alat mandi mereka.
Ketika peradaban Romawi mulai maju, penduduk jadi sering mandi.
Tempat mandi Romawi yang pertama sangat terkenal. Di pemandian yang
dibangun tahun 312 SM itu terdapat saluran air. Sejak saat itu mandi menjadi
hal yang mewah dan populer.
Di abad-ke 2 Masehi, dokter Yunani, Galen menganjurkan sabun untuk
pengobatan dan pembersih. Akhirnya, mandi dengan memnggunakan sabun
menjadi sebuah kegiatan rutin hingga saat ini.
20
Bukan hanya cara mandi yang berbeda dari masa dahulu dan sekarang,
tapi juga budaya gosok gigi. Pada zaman dahulu masyarakat Jazirah Arab
menggunakan kayu siwak untuk menggosok gigi. Orang Roma menggunakan
pecahan kaca halus sebagai bagian dari pembersih mulut mereka. Sedangkan
masyarakat Indonesia menggunakan halusan genting dan bata. Namun saat ini
manusia beralih menggunakan pasta gigi untuk menggosok gigi. Begitu juga
dengan shampoo yang secara luas digunakan. Dahulu, secara luas masyarakat
menggunakan merang untuk keramas.
Tidak hanya tentang budaya kesehatan individu atau personal yang
mengalami perubahan. Budaya kesehatan masyarakat pun saat ini telah
mengalami perubahan jika dibandingkan dengan masa lalu. Dahulu masyarakat
lebih ke arah paradigma sakit. Namun saat ini seiring dengan perkembangan
zaman, masyarakat cenderung berparadigma sehat dalam memaknai kesehatan
mereka. Penilaian individu terhadap status kesehatan merupakan salah satu
faktor yang menentukan perilakunya, yaitu perilaku sakit jika mereka merasa
sakit dan perilaku sehat jika mereka menganggap sehat.
Perilaku sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu
yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, contohnya mereka akan pergi
ke pusat layanan kesehatan jika sakit saja, karena mereka ingin sakitnya menjadi
sembuh. Sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, misalnya: pencegahan
penyakit, personal hygiene, penjagaan kebugaran dan mengkonsumsi makanan
bergizi. Masyarakat akan selalu menjaga kesehatannya agar tidak menjadi sakit.
Masyarakat menjadi rajin berolah raga, fitness, chek up ke pusat layanan
kesehatan, membudayakan cuci tangan menggunakan sabun, menghindari
makanan berkolesterol tinggi dan lain-lain.
Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor perubahan budaya
kesehatan dalam masyarakat. Contohnya masyarakat dahulu saat persalinan
minta bantuan oleh dukun bayi dengan peralatan sederhana, namun saat ini
21
masyarakat lebih banyak yang ke bidan atau dokter kandungan dengan peralatan
yang serba canggih. Bahkan mereka bisa tahu bagaimana keadaan calon bayi
mereka di dalam kandungan melalui USG.
Saat ini masyarakat lebih memaknai kesehatan. Banyaknya informasi
kesehatan yang diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan membuat
masyarakat mengetahui pentingnya kesehatan. Dengan kesehatan kita bisa
melakukan berbagai macam kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri
maupun orang lain.
Sekarang pola pikir masyarakat kebanyakan lebih ke arah preventif
terhadap adanya suatu penyakit. Yaitu pola pikir bahwa mencegah datangnya
penyakit itu lebih baik daripada mengobati penyakit
3. Hubungan Antara Social Budaya Dan Biologi Yang Merupakan Dasar Dari
Perkembangan Antropologi Kesehatan
Anthropologi berkaitan dengan kebudayaan dan biologi, dimana keduanya
sama-sama meneliti berbagai obyek fisik kebudayaan yang tercipta baik di masa
sekarang maupun di masa lampau sebagai sebuah sarana pemahaman nilai-nilai
budaya.
Sejumlah sub bidang terletak multi bidang (interface) dalam berbagi divisi
di atas, sebagai contoh medical anthropology sering dipandang sebagai sub
bidang anthropologi social budaya ; namun banyak anthropolog yang
mempelajari topic kesehatan sering harus mengambil materi keragaman biologis
disamping harus memperhatikan berbagai interaksi antara budaya dan biologi.
Biocultural anthropology adalah sebuah sub bidang yang digunakan untuk
mendeskripsikan sintesa antara perspektif cultural dan biologi.
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante
dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan
manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health
well being , merupakan resultante dari 4 faktor(3)yaitu :
22
a. Environment atau lingkungan
b. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan
dengan ecological balance
c. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi
penduduk, dan sebagainya
d. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitative
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan
faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya
derajat kesehatan masyarakat.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat
dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa
dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara
klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi
yang berbeda di kalangan pasien.
Misalnya dalam bidang biologi, antropologi kesehatan
menggambarkan teknik dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya,
termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan
epidemiologi.
Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan
biologi yang didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap
faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat tertentu.
Contoh : penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara
Timur ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan diantara
anggota keluarga.
23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Menurut bahasa Yunani, Antropologi berasal dari bahasa latin;
Antrhopos yang berarti manusia, dan Logos yang berarti akal.
Dengan begitu Antropology dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang
berusaha mencapai pengertian tentang makhluk manusia dengan
mempelajari aneka warna bentuk fisik, kepribadian, masyarakat,
serta kebudayaannya.
SEDANGKAN
Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada
aspek-aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang
sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan
penyakit pada manusia.
2. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis
profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang parmanen
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien.
3. Etiologi penyakit ditinjau dari budaya merupakan Tingkah laku sakit,
peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -
faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka
ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis),
bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi
yang berbeda di kalangan pasien.
24
B. SARAN
Dari hasil makalah yang telah dibuat, penulis menyarankan agar
kita lebih mengetahui apa sebenarnya antropolgi itu dalam sistem
budaya untuk meningkatkan cara penanganan kesehatan. Hendaknya kita
peduli akan pentingnya materi ini dalam sistem budaya kita.
25
DAFTAR PUSTAKA
Bethesda.
26
Leiden. Workshop on Health Care in Java.
27