Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

OBAT IMUNOLOGI
Mata Kuliah : Farmakologi

Disusun Oleh :
Riana
Sudarni
Partinah
(Kelompok 16)

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN


MAGELANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tubuh manusia rentan terhadap paparan benda asing yang bisa
membahayakan tubuh. Hal tersebut menjadi sesuatu yang tidak bisa di
hindari. Oleh karena itu, manusia memiliki system pertahanan tubuh. Namun,
system pertahanan dalam tubuh memiliki sesifikasi dalam menjalankan
fungsinya. Ada yang harus di picu agar system pertahanan tubuh kita
merespon dengan membentuk kekebalan, ada yang sudah terbentuk di luar
tubuh manusia tanpa perlu melibatkan respon dalam tubuh.
Manusia dan hewan mempunyai sistem pelacakan dan penjagaan terhadap
benda asing yang dikenal dengan sistem imun. Sistem imun melindungi tubuh
terhadap penyebab penyakit pathogen seperti virus, bakteri, parasit, jamur.
Sistem imun terbagi menjadi dua yaitu imun non spesifik (innate immunity)
atau system alamiah dan imun spesifik atau system imun adaptif. Kedua
system ini yang melindungi tubuh dan mengeliminasi agen penyakit. Respon
imun yang diselenggarakan oleh system imun paling tidak memiliki 3 fungsi
utama yaitu untuk pertahanan tubuh, menjaga homeostasis dan melakukan
surveilans atau penjagaan.
2. Manfaat
1. Mengetahui pengertian obat imonologi
2. Mengetahui manfaat obat imunologi
3. Mengetahui farmakodinamika obat imunologi
4. Mengetahui farmakokinetika obat imunologi
5. Mengetahui jenis obat imunologi
6. Mengetahui sediaan obat imunologi
7. Mengetahui kontraindikasi obat imunologi
8. Mengetahui indikasi obat imunologi
9. Mengetahui efek samping obat imunologi

BAB II
ISI

1. Pengertian
Imunologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang system
pertahanan tubuh. Terminology “imunologi” berasal dari kata imunitas dari
bahasa latin yang berarti pengecualian/pembebasan. Imunologi dalam arti luas
adalah studi yang mempelajari respon imun pada sel dan reaksi molekul yang
terjadi saat tubuh menghadapi paparan mikroba dan zat makromolekul asing
lainnya.
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang imunitas atau
kekebalan akibat adanya rangsangan molekul asing baik dari luar maupun dari
dalam tubuh manusia baik infeksius maupun non infeksius. Sederhananya,
ketika sel sehat terpapar oleh zat/makromolekul asing yang tidak dikenal,
maka sel sehat akan menganggap hal tersebut sebagai ancaman. Proses ini
disebut dengan respon imun/system imun. Sistem imun merupakan sistem
koordinasi respons biologik yang bertujuan melindungi integritas dan identitas
individu serta mencegah invasi organisme dan zat yang berbahaya di
lingkungan yang dapat merusak dirinya.
Karakteristik Sistem Imun :
a. Spesifisitas, dapat membedakan berbagai zat asing dan responsnya
terutama jika dibutuhkan.
b. Memori dan amplifikasi, kemampuan untuk mengingat kembali kontak
sebelumnya dengan agen asing tertentu, sehingga berikutnya akan
menimbulkan respons yang lebih cepat dan lebih besar.
c. Pengenalan bagian diri dan bukan bagian diri (asing), Kemampuan untuk
dapat membedakan agen-agen asing, sel-sel tubuh sendiri dan protein.

Bila sistem imun terpapar oleh zat yang dianggap asing, maka akan terjadi
dua jenis respons imun, yaitu respons imun non spesifik dan respons imun
spesifik

Non spesifik: Umumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity),


dalam artian bahwa respons terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh
sebelumnya tidak pernah terpapar oleh zat tersebut. Sebagai contoh dapat
dijelaskan sebagai berikut : salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan
diri terhadap masuknya antigen misalnya, bakteri, adalah dengan cara
menghancurkan bakteri tersebut dengan cara nonspesifik melalui proses
fagositosis.
Imunitas nonspesifik didapat melalui tiga cara berikut.

a. Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Organ Tubuh Tubuh memiliki


daerah-daerah yang rawan terinfeksi oleh kuman penyakit berupa
mikroorganisme, yaitu daerah saluran pernapasan dan saluran pencernaan.
b. Pertahanan dengan Cara Menimbulkan Peradangan (Inflamatori)
c. Pertahanan Menggunakan Protein Pelindung

Spesifik : Merupakan respon imun yang didapat (acquired), yang timbul


akibat dari rangsangan antigen tertentu, sebagai akibat tubuh pernah terpapar
sebelumnya. Respons imun spesifik dimulai dengan adanya aktifitas
makrofag atau antigen precenting cell (APC) yang memproses antigen
sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan interaksi dengan sel-sel imun.
Dengan rangsangan antigen yang telah diproses tadi, sel-sel system imun
berproliferasi dan berdiferensiasi sehingga menjadi sel yang memiliki
kompetensi imunologik dan mampu bereaksi dengan antigen.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap makhluk hidup telah
dibekali dengan sistem kekebalan/imun untuk melindungi diri dari
paparan/serangan zat asing dengan membentuk suatu respon imun. Respon
imun ini dapat dibangkitkan dengan cara non spesifik (bawaan) atau spesifik
(buatan). Peran obat imunologi adalah untuk mengaktifkan respon imun secara
spesifik agar terbentuk kekebalan dari penyakit tertentu.

2. Manfaat
System imun memiliki manfaat sebagai berikut :
a. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan &
menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit,
jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh
b. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak (debris sel) untuk
perbaikan jaringan.
c. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

3. Farmakodinamik
Membahas farmakodinamika obat imunologi, berarti akan mengupas
bagaimana system imun manusia terbentuk secara spesifik. Kita ambil contoh
untuk mengaktifkan kekebalan terhadap penyakit tertentu, maka tubuh harus
“mengenal” antigen spesifik dari penyakit yang bersangkutan. Proses
pembentukan imunitas ini dikembangkan pada mikroba/antigen yang khas
atau spesifik sebagai respon pada infeksi tubuh dan bagaimana tubuh
menghadapi infeksi tersebut. Hal ini di sebut imunitas adaptif. Imunitas
adaptif mengenali dan bereaksi pada subsransi sejumlah besar mikroba dan
nonmikroba. Dengan kata lain, imunitas adaptif akan kita dapatkan dengan
memasukkan antigen spesifik supaya tubuh memperoleh kekebalan.
Kekebalan dapat di peroleh dengan imunisasi.kekebalan yang diperoleh dari
imunisasi biasanya adalah kekebalan dari antigen yang tidak dikenali oleh
system imunitas non spesifik. Kekebalan ini mencakup system kekebalan
humoral dan system kekebalan seluler.
a. Imunitas humoral di mediasi oleh molekul dalam darah dan sekresi
membrane lendir yang di sebut antibody, antibody diproduksi oleh
limfosit B (sel B). Antibody akan mengenali antigen mikroba yang
masuk ke tubuh dan menteralkan infeksi yang di sebabkan oleh mikroba
spesifik yang menginfeksi. Kekebalan humoral mempunyai peran
penting dalam respons kekebalan spesifik terhadap bakteri ekstraselular.
Respons imun alamiah terhadap bakteri ekstraselular terutama melalui
mekanisme fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan.
Resistensi bakteri terhadap fagositosis dan penghancuran dalam
makrofag menunjukkan virulensi bakteri. Aktivasi komplemen tanpa
adanya antibodi juga memegang peranan penting dalam eliminasi
bakteri ekstraselular. Lipopolisakarida (LPS) dalam dinding bakteri
gram negatif dapat mengaktivasi komplemen jalur alternatif tanpa
adanya antibodi. Salah satu hasil aktivasi komplemen ini yaitu C3b
mempunyai efek opsonisasi bakteri serta meningkatkan fagositosis.
Selain itu terjadi lisis bakteri melalui membrane attack complex (MAC)
serta beberapa hasil sampingan aktivasi komplemen dapat menimbulkan
respons inflamasi melalui pengumpulan (recruitment) serta aktivasi
leukosit. Endotoksin yang merupakan LPS merangsang produksi sitokin
oleh makrofag serta sel lain seperti endotel vaskular. Beberapa jenis
sitokin tersebut antara lain tumour necrosis factor (TNF), IL-1, IL-6
serta beberapa sitokin inflamasi dengan berat molekul rendah yang
termasuk golongan IL-8. Fungsi fisiologis yang utama dari sitokin yang
dihasilkan oleh makrofag adalah merangsang inflamasi non-spesifik
serta meningkatkan aktivasi limfosit spesifik oleh antigen bakteri.
Sitokin akan menginduksi adhesi neutrofil dan monosit pada endotel
vaskular pada tempat infeksi yang diikuti migrasi, akumulasi lokal serta
aktivasi sel inflamasi. Kerusakan jaringan yang terjadi adalah akibat
efek samping mekanisme pertahanan untuk eliminasi bakteri tersebut.
Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein fase akut. Banyak
fungsi sitokin yang sama yaitu sebagai ko-stimulator sel limfosit T dan
B yang menghasilkan mekanisme amplifikasi untuk imunitas spesifik.
Lipopolisakarida merupakan komponen yang paling imunogenik dari
dinding sel atau kapsul mikroorganisme serta merupakan antigen yang
thymus independent (dihasilkan sendiri oleh kelenjar timus). Antigen ini
dapat langsung merangsang sel limfosit B yang menghasilkan
imunoglobin (Ig)M spesifik yang kuat. Selain itu produksi IgG juga
dirangsang yang mungkin melalui mekanisme perangsangan oleh
sitokin. Respons sel limfosit T yang utama terhadap bakteri ekstraselular
melalui sel TCD4. Sel TCD4 berfungsi sebagai sel penolong untuk
merangsang pembentukan antibodi, aktivasi fungsi fagosit dan
mikrobisid makrofag.
Ada 3 mekanisme efektor yang dirangsang oleh IgG dan IgM serta
antigen permukaan bakteri
1) Opsonisasi bakteri oleh IgG serta peningkatan fagositosis
dengan mengikat reseptor Fc_ pada monosit, makrofag dan
neutrofil. Antibodi IgG dan IgM mengaktivasi komplemen
jalur klasik yang menghasilkan C3b dan iC3b yang
mengikat reseptor komplemen spesifik tipe 1 dan tipe 3 dan
selanjutnya terjadi peningkatan fagositosis. Pasien
defisiensi C3 sangat rentan terhadap infeksi piogenik yang
hebat.
2) Netralisasi toksin bakteri oleh IgM dan IgG untuk
mencegah penempelan terhadap sel target serta
meningkatkan fagositosis untuk eliminasi toksin tersebut.
3) Aktivasi komplemen oleh IgM dan IgG untuk
menghasilkan mikrobisid MAC serta pelepasan mediator
inflamasi akut.
b. Imunitas seluler. Disebut juga imunitas seluler yang di mediasi
Limfosit T (sel T). mikroba intraseluler seperti virus dan bakteri,
yang berhasil mennyerang dan membelah diri dalam tubuh dan dan
tidak dapat diatasi oleh antibody. Untuk menghadapi infeksi seperti
ini dibutuhkan system imunitas tingkat sel, yang bekerja dengan
menghancurkan mikroba yang berada dalam sel yang terinfeksi
untuk mengeliminasi sumber infeksi. Sel T berkontribusi untuk
mengaktifkan leukosit yang dapat menghancurkan antigen.
4. Cara kerja/farmakokinetik
Ketika tubuh terpapar oleh antigen asing, baik karena di buat (imunisasi,
vaksinasi) atau tidak (tertular, terpapar, terpajan), maka tubuh akan merespon
antigen asing tersebut dengan respon imun adaptif. Kedua respon imun adaptif
baik humoral maupun selular memiliki respon untuk mempertahankan diri
dari serangan antigen asing. Tahapan respon imunitas tubuh yakni :
a. Spesifikasi dan pembedaan.
Respon imun bekerja spesifik terhadap antigen tertentu, bahkan hal ini
berlaku juga untuk sebuah protein kompleks, polisakarida, atau
makromolekul lain. Bagian dari antigen yang dikenali oleh limfosit di
sebut sebagai penentu/epitope. Spesifikasi limfosit mampu mengenali
perbedaan reseptor membrane hingga tingkat struktur antara epitope
pembeda. Sebuah limfosit mampu membedakan antigen dalam jumlah
besar. Diperkirakan sistem imun seseorang dapat mengenali 107 hingga
109 antigen asing. Kemampuan limfosit untuk mengumpulkan dan
mengenali antigen dikarenakan bervariasinya reseptor antigen pada
limfosit. Dengan kata lain, dalam tubuh ada banyak sekali jenis limfosit
yang mampu membedakan antigen sesuai spesifikasi mereka,
b. Mengingat.
Menghadapi serangan antigen asing yang datang kembali akan menambah
kemampuan system imun untuk merespon antigen. Respon kedua untuk
antigen yang sama dalam tubuh di sebut respon imun sekunder yang
biasanya akan terjadi lebih luas, lebih kuat dan secara kualitatif berbeda
dari serangan pertama. Imunologi mampu mengingat paparan antigen
yang sama dikarenakan setiap paparan antigen menghasilkan memori yang
dapat bertahan dalam waktu lama pada sebuah sel dibandingkan pada
sel/individu yang belum terpapar antigen/(contoh pada unimunisasi). Pada
sel yang memiliki memori paparan antigen, akan lebih efektif dan efisien
dalam memrespon dan mengeliminasi antigen serupa dibandingkan pada
individu/sel yang belum terpapar antigen. Sebagai contoh, pada orang
yang telah mendapatkan imunisasi, maka tubuh mengenali vaksin sebagai
antigen asing. Sel B akan menghasilkan antibody yang mengikat antigen
dengan daya ikat yang ebih kuat dari paparan sebelumnya. Sedangkan sel
T akan bereaksi lebih cepat dan lebih reaktif
c. Ekspansi klon
Limfosit spesifik untuk antigen mengalami proliferasi lebih besar setelah
terpapar antigen. Ekspansi klon merujuk pada peningkatan jumlah sel
yang mampu menghadapi antigen dan membelah dalam jumlah banyak
hingga membentuk klon yang identic. Peningkatan jumlah antigen spesifik
memungkinkan respon imun adaptif untuk menghadapi paparan infeksi
pathogen dalam jumlah besar
d. Specialization.
Seperti yang kita tahu respon imun merespon secara berbeda terhadap
mikroba dan antigen yang berbeda pula, memaksimalkan efektivitas
mekanisme anti mikroba.
e. Kontraksi dan homeostasis
Respon imun yang normal akan menyusut setelah menghadapi paparan
antigen. Ini disebut pemulihan kadar respon imun menuju fase istirahat
basal dan di sebut homoestasis. Hal ini terjadi karena respon eliminasi
oleh antigen yang mengeliminasi stimulasi limfosit untuk mengahasilkan
lebih banyak limfosit, sehingga hal ini menyebabkan tubuh akan
menghilangkan stimulus ini.
f. Non reactivity
Salah 1 hal paling mudah dikenali dari system imunologi adalah
bagaimana system imun mampu bertahan, mengenali dan merespon pada
antigen asing tapi tidak membahayakan sel dalam tubuh. Hal ini di sebut
sebagai toleransi pada sel asli atau toleransi diri.

5. Jenis
Untuk mendapatkan imunitas dari paparan antigen tertentu, maka dilakukan
imunisasi.Imunisasi dibedakan menjadi 2, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi
pasif. Imunisasi aktif adalah langkah untuk mendapatkan kekebalan dari
akibat infeksi kuman patogen atau secara buatan melalui pemberian kuman
patogen yang telah dimatikan, dilemahkan atau pemberian produk
metabolisme. Pada imunisasi aktif, disebut sebagai vaksinasi. Sedangkan
imunisasi pasif adalah kekebalan yang diperoleh dengan memberikan
antibodies yang sudah terbentuk ke dalam tubuh. Imunisasi Pasif terdiri atas
pemindahan imunitas kepejamu menggunakan produk imunologik yang siap
pakai. • Imunisasi pasif dengan antibodi dapat dilakukan dengan
menggunakan imunoglobulin binatang atau manusia. Imunisasi pasif
bermanfaat untuk :
a. Individu yang tidak mampu membentuk antibody
b. Mencegah penyakit ketika tidak memungkinkan lagi untuk
dilakukannya imunisasi aktif (pascapajanan)
c. Mengobati penyakit tertentu yang biasa dicegah dengan imunisasi. Cth
: Tetanus
d. Mengobati berbagai kondisi ketika imunisasi aktif tidak tersedia atau
tidak praktis. Cth : gigitan ular
Obat imunologi adalah obat yang mampu menstimulasi respon imun dalam
tubuh. Terdapat 2 jenis obat imunologi yakni vaksin dan serum.

Vaksin adalah sediaan aman dari suatu kuman/bakteri atau virus yang telah
dimatikan atau dilemahkan. Terdapat beberapa jenis vaksin yang aman di
masukkan dalam tubuh.

a. Live Attenuated (bakteri atau virus hidup yang dilemahkan) Contoh :


Virus adalah vaksin campak dan vaksin polio. Bakteri adalah vaskin
BCG dan demam tifoid
b. In activated (bakteri atau virus atau komponen yang dibuat tidak
aktif) Bentuk Utuh : Virus adalah vaksin influenza, rabies, hepatitis
A. Bakteri adalah vaksis pertusis, vaksis kolera dan lepra. Bentuk
Komponen: Bakteri adalah vaksin pneumokokus, Haemophillus
influenza tipe B
c. Vaksin rekombinan Vaksin Hepatitis B Segmen gen virus hepatitis B
kedalam gen sel ragi. Sel ragi yang telah diubah kemudian
menghasilkan antigen permukaan hepatitits B murni.
d. Virus-like particle vaccine Vaksin Human papillomavirus (HPV) tipe
16 protein virus HPV yang diolah sedemikian rupa sehingga
menghasilkan struktur mirip dengan struktur HPV
Contoh vaksin :
a. Vaksin kolera : untuk imunisasi aktif terhadap kolera. Mengandung Vibrio
cholerae yang telah dimatikan
b. Vaksin kotipa : suatu vaksin kombinasi untuk imunisasi aktif terhadap
kolera, tifus dan paratifus A, B dan C. Mengandung kuman Salmonella
typhosa, Salmonella paratyphy A, B dan C dan Vibrio cholerae yang telah
dimatikan
c. Vaksin pertusis : untuk imunisasi aktif terhadap batuk rejan. Mengandung
kuman Bacillus partussis yang telah dimatikan
d. Vaksin pes : untuk imunisasi aktif terhadap pes/sampar. Mengandung
kuman Pasteurella pestis yang telah dilemahkan
e. Vaksin BCG : untuk imunisasi aktif terhadap tuberkulosis. Mengandung
kuman Mycobacterium tuberculosis dari suku Bacillus Calmette Guerin
(BCG)
f. Vaksin rabies : untuk imunisasi aktif terhadap rabies. Mengandung virus
rabies
g. Vaksin TIPA : untuk imunisasi aktif terhadap tifus dan paratifus A, B dan
C. Mengandung kuman mati dari Salmonella typhosa dan Salmonella
parathypi A, B dan C
h. Vaksin poliomyelitis : untuk imunisasi aktif terhadap polio
Ada 2 jenis vaksin polio:
1) Vaksin polio parenteral polivalen. Diberikan dengan jalan injeksi
subkutan atau intra muskuler. Mengandung virus polio yang telah
dimatikan
2) Vaksin polio oral trivalen. Diberikan dengan jalan meneteskan
sebanyak 2 tetes. Mengandung virus polio yang telah dimatikan
i. Vaksin campak : untuk imunisasi aktif terhadap campak. Mengandung
virus campak yang telah dilemahkan
j. Vaksin hepatitis-B : untuk imunisasi aktif terhadap hepatitis B.
Mengandung virus hepatitis B yang diinaktifkan
k. Vaksin difteri : untuk imunisasi aktif terhadap difteri. Mengandung
toksoid dari Corynebacterium diphtheriae
l. Vaksin difteri-pertusis (DP) : untuk imunisasi aktif secara simultan
terhadap difteri dan pertusis. Mengandung toksoid dari Corynebacterium
diphtheriae dan Bacillus partusis
m. Vaksin tetanus : untuk imunisasi aktif terhadap tetanus. Mengandung
toksoid dari Clostridium tetani
n. Vaksin difteri-tetani (DT) : untuk imunisasi aktif secara simultan terhadap
difteri dan tetani. Mengandung toksoid dari Corynebacterium diphtheriae
dan Clostridium tetani
Serum/sera/anti-sera/imuno-sera adalah cairan darah yang telah mengandung
antibodies dan dipisahkan sel-sel darah dan fibrin. Jenis serum :
a. Serum anti rabies : untuk pengobatan terhadap rabies. Diperoleh dari
serum kuda yang telah dikebalkan dengan virus fixe rabies
b. Serum anti bisa ular polivalen : untuk pengobatan terhadap gigitan ular
berbisa. Diperoleh dari plasma kuda yang telah dikebalkan terhadap bisa
ular yang mempunyai efek neurotoksik dan hemolitik
c. Anti HBs imunoglobulin : untuk pencegahan terhadap hepatitis B
d. Serum anti difteri : untuk pencegahan dan pengobatan terhadap difteri.
Globulin dari serum kuda yang telah dikebalkan secara aktif terhadap
Corynebacterium diphtheriae
e. Serum anti tetanus : untuk pencegahan dan pengobatan tetanus. Dibuat
dari plasma kuda yang mengandung antibodies untuk menetralisir toksin
Clostridium tetani
6. Sediaan
Sediaan obat imunologi dapat berupa oral (polio), injeksi (vial, serbuk, one
ject, suspensi), inhalasi (dalam tahap uji klinis ; influenza)
7. Kontraindikasi
Obat imunologi memiliki kontraindikasi pada keadaan yang berkaitan dengan
system imunitas di tubuh, yaitu hipersensitivitas imun (lupus eritromathosus,
DM tipe I), dan defisiensi imun (HIV)
Pada bayi, kontra Indikasi obat imunologi bagi bayi yang mengalami :
a. Sakit keras
b. Dalam masa tunas suatu penyakit
c. Defisiensi imunologi
d. Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti: eksim,
furunkulosis dan sebagainya sedang menderita TBC (kontraindikasi
vaksin BCG)
e. individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena
leukemia, limfoma (kontraindikasi pada vaksin campak)
f. Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-
vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi
berat disertai kejang (kontraindikasi pada vaksin Hepatitis B)
g. Keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius
keabnormalan pada syaraf merupakan (kontraindikasi vaksin pertusis)
8. Indikasi
Indikasi pemberian obat imunologi adalah dengan menyesuaikan kebutuhan
pasien/klien. Pada anak-anak, harus dipenuhi persyaratan berikut agar anak
bisa mendapatkan obat imunologi/vaksinasi. Indikasi utama pemberian obat
imunologi (dalam hal ini vaksin) adalah untuk memberikan kekebalan secara
aktif melalui imunisasi. Anak harus dalam keadaan sehat dan obat imunologi
diberikan pada jadwal yang tepat. Sedangkan indikasi pemberian
immunoglobulin menurut Pusat Informasi Obat Nasional (PIO) BPOM RI
yakni imunodefisiensi humoral primer; purpura trombositopenik idiopatik
(ITP), Ibu hamil yang tidak kebal dan terpajan rubella serta tidak mau
menjalani aborsi terapeutik, orang dewasa yang menjalani transplantasi sum-
sum tulang, orang yang tidak kebal dan berkontak dengan penderita dengan
kasus campak akut.
9. Efek Samping
Efek samping yang timbul dari pemberian obat imunologi sangat spesifik dan
bisa menimbulkan reaksi berbeda pada setiap orang. Umumnya, reaksi yang
timbul setelah pemberian obat imunologi di bagi menjadi dua, yaitu reaksi
local dan reaksi umum. Reaksi local adalah reaksi yang timbul di sekitar
tempat pemberian obat imunologi yang utamanya diberikan melalui jarum
suntik. Efek samping yang timbul yakni : Sakit, kemerahan, rasa panas, gatal
atau pembengkakan selama 1-2 hari dan/atau benjolan keras yang kecil
selama beberapa minggu
Reaksi umum yang terjadi yakni : Demam ringan 38.5˚C yang tidak
berlangsung lama. Efek samping vaksin yang sangat jarang harus segera
ditangani
a. Demam konvulsi: disebabkan oleh demam tinggi, umumnya terjadi pada
anak-anak di bawah usia 3 tahun. Bayi tiba-tiba menjadi pucat, lemas dan
tidak responsif dari 1 sampai 48 jam setelah vaksinasi. Segera setelah bayi
benar-benar pulih.
b. Penyumbatan usus (intususepsi): terjadi jika sebagian dari usus melesap ke
sisi usus laninya, seperti potongan teleskop. Ini dapat terjadi pada bayi
dalam 7 hari setelah diberi vaksin rotavirus dosis pertama dan ke-dua.
Tanda-tanda penyumbatan usus termasuk: – tidak berhenti menangis –
wajah pucat – menarik kaki ke perut.
c. Peradangan pada saraf di lengan (brakialis neuritis): menyebabkan rasa
lemas atau mati rasa di lengan.
d. Reaksi alergi yang parah (anafilaksis) terjadi tiba-tiba, biasanya dalam
waktu 15 menit setelah di vaksin tetapi dapat terjadi dalam sejam setelah di
vaksin. Tanda-tanda awal anafilaksis meliputi: – kemerahan dan gatal-gatal
pada kulit – gangguan pernapasan –rasa tertekan.
e. Sindroma Guillain-Barre: menyebabkan kelumpuhan yang semakin naik
seiring perjalanan penyakit dan kadangkadang mati rasa. Dulu, masalah ini
jarang dihubungkan dengan vaksin influenza ataupun tidak sama sekali

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obat imunologi adalah obat untuk mengaktifkan respon imun baik spesifik
maupun non spesifik. Manfaat obat imunologi adalah mempertahankan tubuh
dari antigen asing, dan melakukan homeostasis dalam tubuh. Sistem imunitas
manusia mampu mengenali dan merespon terhadap antigen asing namun non
reaktif terhadap sel tubuh, oleh karena itu, respon imun bekerja secara spesifik.
Penting untuk diketahui bahwa efek samping, indikasi dan kontraindikasi obat
imunologi juga terjadi secara spesifik, melihat kondisi dan factor lain.
B. Saran
Pemberian obat imunologi harus memperhatikan indikasi, dan kontraindikasi.
Ada obat imunologi yang harus diberikan ulangan dan ada yang tidak, waktu
pemberian yang tepat, dosis yang tepat, serta kondisi yang tepat. Hal tersebut
hendaknya menjadi perhatian untuk di kaji lebih lanjut sebelum memberikan
obat imunologi.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A. Cellular and Molecular Immunology E-Book. Di akses pada 12 Agustus

2019

Diktat Imunologi Dasar, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, 2017


Materi Obat Imunologi, di akses pada 12 Agustus 2019
Materi System Imunologi, Dinus Repository di akses pada 13 Agustus 2019
Modul Imunofarmakologi, di unduh pada 13 Agustus 2019
Pedoman Pelayanan Farmasi Ibu Hamil dan Menyusui, Direktorat Bina Farmasi
Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan R I 2006

Website BPOM divisi Pusat Informasi Obat Nasional di akses pada 12 Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai