Anda di halaman 1dari 19

KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DALAM KEBIDANAN

MAKALAH
Disusun oleh:
Kelompok 1

Citra Syifa Khairiyah Ramadhan


Lhara Anggraini
Rike Utami

Makalah Ini Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Critical Analysis dalam Praktik
Kebidanan dengan Dosen Pengampu Rialike Burhan, M.Keb

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN AJARAN 2021/2022
PRAKATA

Tim penulis mengucapkan puji dan syukur kapada Allah Swt. atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
baik.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak akan luput dari kesalahan dan kekurangan.
Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik dari
sebelumnya.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang bersangkutan sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insyaAllah
sesuai dengan yang diharapkan. Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan pengetahuan
yang mendalam kepada kita semua.
Makalah ini masih banyak memiliki kekurangan.Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya.Sebelum dan
sesudahnya kami ucapkan terimakasih.

Bengkulu, 28 Januari 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................i
PRAKATA............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................................2
C. Manfaat...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian Berfikir Kritis................................................................................................3
B. Karakteristik Berfikir Kritis............................................................................................3
C. Metode Berfikir Kritis.....................................................................................................4
D. Manfaat Berfikir Kritis...................................................................................................5
E. Pemecahan Masalah Berfikir Kritis................................................................................6
F. Makna Berfikir Kritis......................................................................................................7
BAB III PENUTUP.............................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial
untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek
kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam
pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah
menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1).

Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu proses pemecahan


masalah dalam kasus kebidanan yang dilakukan secara sistematis. Sebagai
seorang profesi bidan harus memanfaatkan kompetensinya, sumber daya
pikirnya untuk berpikir kritis agar menegakkan suatu diagnosa kebidanan yang
tepat sehingga tercapai pengambilan keputusan dan menghasilkan asuhan yang
bermutu. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis salah satu kemampuan yang
harus dimiliki seorang profesi bidan yaitu berpikir kritis. Metode yang
digunakan dalam kajian ini adalah dengan melakukan analisis dan kajian
pustaka terhadap beberapa referensi yang mendukung. Beberapa referensi
dikutip dan dikaji kemudian dibuat analisisnya terkait dengan topic kajian ini.
Berpikir kritis merupakan seni, gambaran sikap sebagai bidan dalam
menganalisis, mengevaluasi sesuatu yang ia lihat, mengklarifikasi yang di
dengar, metode pengetahuan untuk berfikir logis dan berargumen serta aplikasi
dari ilmu yang dipahami untuk membuat suatu keputusan dan memutuskan
sesuatu setelah hal tersebut ia yakini. Setelah keputusan terbentuk maka bidan
dapat bejalan ketahap tindakan dalam manajemen asuhan kebidanan. Setiap
melakukan tindakan manajemen asuhan kebidanan, seorang profesi bidan
selalu berpikir kritis dan menjelaskan tujuan dari setiap tindakan tersebut.
Asuhan kebidanan pada ibu hamil adalah asuhan yang diberikan
bidan pada ibu hamil untuk mengetahui kesehatan ibu dan janin serta untuk
mencegah dan menangani secara dini kegawatdaruratan yang terjadi pada
saat kehamilan, yang pelaksanaannya dilakukan berdasarkan manajemen
kebidanan. Dalam proses pemberian asuhan, bidan diharapkan mampu
menentukan kebutuhan akan pengumpulan data dasar berdasarkan keluhan

1
klien, dan mampu menginterpretasikan data- data tersebut dengan tepat
sehingga diagnosis yang ditetapkan sesuai dengan keadaan klien. Kemudian
dalam menatalaksana kasus, asuhan-asuhan yang diberikan bidan harus sesuai
dengan bukti ilmiah yang terpercaya. Dalam proses ini, dibutuhkan keahlian
bidan dalam berfikir kritis. Di bawah ini dijelaskan lebih rinci tentang
keterkaitan antara proses berfikir kritis (critical thinking).

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana pengertian critical thinking ( berfikir kritis) ?
2. Bagaimana karakteristik berfikir kritis ?
3. Bagaimana metode berfikir kritis ?
4. Bagaimana manfaat berfikir kritis ?
5. Bagaimana pemecahan

C. TUJUAN
1. Mengetahui Bagaimana pengertian critical thinking ( berfikir kritis) ?
2. Mengetahui Bagaimana karakteristik berfikir kritis ?
3. Mengetahui Bagaimana metode berfikir kritis ?
4. Mengetahui Bagaimana manfaat berfikir kritis ?
5. Mengetahui Bagaimana pemecahan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN CRITICAL THINGKING (BERFIKIR KRITIS)


Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal dari
bahasa Grika yang berarti : bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat
keputusan. Kritein yang berarti “to choose, to decide”.  Krites berarti judge.
Criterion (bahasa Inggris) yang berarti standar, aturan, atau metode. Critical
thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang
terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie).

Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah
yang dilakukan oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan
memaksakan standar yang tinggi atas intelektualitas mereka. Dapat juga diartikan
sebagai proses berfikir secara aktif dalam menerapkan, menganalisis, mensintesis,
dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dan atau dihasilkan melalui
observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai acuan dalam
meyakini suatu konsep dan atau dalam melakukan tindakan. Dalam
pelaksanaannya, hal ini didasarkan pada nilai-nilai universal intelektual yang
melampaui cabang suatu ilmu yang meliputi: kejelasan, akurasi, presisi,
konsistensi, relevansi, bukti suara, alasan yang baik, kedalaman, luasnya ilmu, dan
keadilan.
Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari
konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri
berbagai sudut pandang, selain itu juga membahas tentang komponen berpikir
kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan
standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan
kreatifitas dalam berpikir kritis.

B. KARAKTERISTIK BERFIKIR KRITIS


Karakteristik berpikir kritis adalah :
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep.

3
Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas,
pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya. Dengan
demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi secara
otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.
2. Rasional dan beralasan.
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai
dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
a. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan
waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin
ilmu, fakta dan kejadian.
b. Bagian dari suatu sikap.
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan
selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk
dibanding yang lain.

c. Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima
pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan
secara benar dan dapat dipercaya.
d. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
e. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan. 
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan
yang akan diambil.

C. METODE BERFIKIR KRITIS


Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking
a. Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan
keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses
terjadi perdebatan atau argumentasi.
b. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam
4
proses mengambil keputusan. 
c. Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah dan
masing-masing mengemukakan pendapatnya.

d. Persuasi  : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan,


keyajinan, sikap, dan nilai-nilai orang
lain melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua
bentuk persuasi.
e. Propaganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja
dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar.
f. Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi
untuk memaksakan suatu kehendak.

g. Kombinasi beberapa metode.

D. MANFAAT BERFIKIR KRITIS


Dengan adanya proses berfikir kritis diharapkan dapat:
a. Menimbulkan pertanyaan penting terkait topik/ masalah yang sedang difikirkan,
kemudian dapat merumuskan masalah dengan jelas dan tepat.
b. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, menggunakan ide-ide
abstrak untuk menafsirkan secara efektif terkait kesimpulan yang beralasan dan
solusi pemecahan masalah, menguji alternatif pemecahan masalah terhadap
kriteria dan standar yang relevan.
c. Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran alternatif, mampu mengakui dan
menilai setiap permasalahan dengan asumsi yang beralasan, dapat
menimbulkan implikasi, dan konsekuensi praktis.
d. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi
untuk masalah yang kompleks. Proses berfikir kritis memerlukan
komunikasi yang efektif dan kemampuan pemecahan masalah serta komitmen
untuk mengatasi sikap egois dan tertutup, dengan prosedur :
e. Mengenali masalah untuk menemukan cara-cara yang bisa diterapkan guna
memecahkan masalah tersebut.
f. Memahami pentingnya prioritas dan urutan prioritas dalam pemecahan
masalah.
g. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang terkait (relevan).

5
h. Mengenali asumsi yang tak tertulis dan nilai-nilai.
i. Memahami dan menggunakan bahasa dengan akurat, jelas, dan tajam.
j. Menafsirkan data untuk menilai bukti dan mengevaluasi argument/ pendapat.
k. Menyadari keberadaan hubungan logis antara proposisi.
l. Menarik kesimpulan dan generalisasi yang dibenarkan.
m. Menguji kesimpulan.
n. Merekonstruksi pola yang telah diyakini atas dasar pengalaman yang lebih
luas.
o. Memberikan penilaian yang akurat tentang hal-hal tertentu dan kualitas dalam
kehidupan sehari-hari.
Singkatnya, tiga kunci utama untuk dapat berfikir kritis: RED (Recognize
assumptions, Evaluate arguments dan Draw conclusions) = mengenali masalah,
menilai beberapa pendapat, dan menarik kesimpulan. Dalam menyimpulkan hasil
pemikiran kritis, diperlukan upaya gigih untuk memeriksa setiap keyakinan atau
pemahaman akan pengetahuan berdasarkan dukungan bukti ilmiah (evidence
based) yang mendukung kecenderungan pengambilan kesimpulan tersebut.

Proses berfikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam memberikan


asuhan kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan. Sehingga, apabila bidan
memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan menerapkan prinsip- prinsip
manajemen kebidanan dengan sistematis dan terpola, maka bidan tersebut telah
menerapkan proses berfikir kritis. Penerapan dalam asuhan kebidanan ibu hamil
adalah dengan melaksanakan antenatal care sesuai dengan program yang telah
disepakati sebagai upaya pencegahan dan penanganan secara dini penyulit dan
kegawatdaruratan yang mungkin terjadi pada saat kehamilan, dengan menerapkan
manajemen kebidanan, sehingga diharapkan proses kehamilan dapat berjalan
dengan baik, ibu dapat melahirkan bayinya dengan sehat dan selamat.

E. PEMECAHAN MASALAH DENGAN BERFIKIR KRITIS


Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang
difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat
digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang
seharusnya ada”. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif

6
diprediksi bahwa individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan
mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan role model di lingkungan
kerjanya.

F. MAKNA BERPIKIR KRITIS 


Ketika seorang bidan yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya,
maka bidan professional tetap memberikan asuhan sesuai standar, demi
terpenuhinya kebutuhan klien tersebut. Bidan professional akan berfikir kritis
dalam menangani hal tersebut. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan yang berkualitas
akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk
antar Negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap
tuntutan asuhan.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan kepada klien. Bila
hal tersebut diabaikan, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural
shock  akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana bidan tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi.
Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang
mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang
untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi
karena budaya timur di Indonesia memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya
dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan,
maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka bidan
akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau
malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya.
Kebutaan budaya yang dialami ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial
untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan

7
lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak
1942. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan
atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah
menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada
sasaran, merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka
memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai
kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan
tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.
Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi- mempertimbangkan
kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor
pendukung untuk membuat keputusan. Penekanan kepada proses dan
tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir kritis yaitu proses
intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian
atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi.
Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran,
pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap
dan tindakan (Walker, 2001: 1). Pernyataan tersebut ditegaskan kembali
oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi karakteristik
kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah dan
pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.

Manajemen asuhan kebidanan kehamilan merupakan suatu proses


pemecahan masalah dalam kasus kehamilan yang dilakukan secara
sistematis, diawali dari pengkajian data (data subjektif dan objektif) dianalisis
sehingga didapatkan diagnosa kebidanan aktual dan potensial, masalah dan
kebutuhan, adanya perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi (Varney, 2004.
Manajemen asuhan kebidanan yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan
melalui sistem dokumentasi Subjektif, Objektif, Assesment, Planning (SOAP)
serta catatan perkembangan. Seorang profesi bidan, sangat penting untuk
mempertajam proses berpikir kritis untuk mengantisipasi diagnosa dan masalah
potensial sehingga tercapainya asuhan yang berkualitas dan tepat sasaran.
Manajemen asuhan kebidanan menurut Varney, 2004, terdapat tujuh
langkah langkah pertama adalah pengumpulan data dasar. Pada langkah ini

8
dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan
cara:

a. Anamnesis (biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat


kehamilan, persalinan dan nifas, biopsikospiritual serta pengetahuan klien),
pemeriksaan fisik (data fokus), pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi) dan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium).
b. Langkah kedua adalah interpretasi data dasar. Identifikasi terhadap diagnosa
atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Pada langkah ini bidan harus
berpikir kritis agar diagnosa yang ditegakkan benarbenar tepat.

c. Langkah ketiga adalah mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial. Hal


ini berdasarkan rangkaian masalah dan yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, pada
langkah ini bidan juga melakukan pikiran kritis sehingga bersiapsiap bila
diagnosa/masalah potensial benar-benar terjadi.
d. Langkah keempat yaitu mengidentifikasi kebutuhan dan tindakan segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Manajemen bukan hanya
selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama
wanita tersebut bersama bidan namun berkelanjutan atau terus- menerus.
e. Langkah kelima yaitu intervensi/ perencanaan. Pada langkah ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Pada
langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi
dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah masalah
yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis. Asuhan

9
terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan
semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah
pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena
itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai
dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. Pada langkah ini pikiran kritis
dari bidan untuk meyakinkan klien sangatlah diperlukan karna akan
menentukan langkah selanjutnya.
f. Langkah keenam adalah implementasi/ pelaksanaan. Pada langkah keenam ini
rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini biasa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi
oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan
sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya
(misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama
yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu
dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
g. Langah ketujuh yaitu evaluasi. Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaanya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang
sebagian belum efektif. Pola pikir yang digunakan oleh bidan dalam asuhan
kebidanan mengacu kepada langkah Varney dan proses dokumentasi
manajemen asuhan kebidanan menggunakan Subjectif, Objectif, Assesment,
Planning (SOAP) dengan melampirkan catatan perkembangan.
Pada catatan ini, bidan secara terperinci membuat asuhan yang diberikan

10
dengan melampirkan hari, tanggal, waktu, tanda tangan dan nama petugas yang
melaksanakan. Setiap asuhan yang diberikan harus melampirkan hal tersebut.
Berpikir Kritis Berpikir kritis merupakan seni (Paul and Linda Elder, 2006)
gambaran sikap seseorang dalam menganalisis, mengevaluasi sesuatu yang ia
lihat, mengklarifikasi yang didengar, metode pengetahuan untuk berfikir
logis dan berargumen serta aplikasi dari ilmu yang dipahami untuk
membuat suatu keputusan dan memutuskan sesuatu setelah hal tersebut ia
yakini, (Glaser dalam Alec Fisher, 2001; OU,2008). 
Berpikir kritis memungkinkan bagi bidan untuk memanfaatkan potensi
dirinya melihat, memecahkan masalah dan menciptakan suatu hal baru dalam
manajemen asuhan kebidanan. Berpikir kritis meningkatkan kemampuan
verbal dan analitik yang sistematis sehingga mengeksplorasikan gagasan-
gagasan, menganalisis masalah hingga memahami masalah khususnya dalam
manajemen asuhan kebidanan. Berpikir kritis meningkatkan kreatifitas. Untuk
menghasilkan solusi kreatif terhadap suatu masalah tidak hanya memerlukan
gagasan baru namun dengan berpikir kritis dapat mengevaluasi gagasan
lama dan baru, memilih yang terbaik dan memodifikasi bila perlu. Berpikir
kritis merupakan upaya refleksi diri, evaluasi diri terhadap nilai, keputusan
yang diambil sehingga hasil refleksi dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. (Lai Emily, 2011; Jefford et al, 2011. Penelitian yang dilakukan oleh
Fenech (2015) pada bidan dan perawat yang melakukan refleksi praktik dengan
Protection Motivation Theory (PMT) diyakini bahwa bidan akan dapat bekerja
dalam kemitraan dengan dokter kandungan untuk memberikan perawatan
yang aman dan efektif dalam lingkup praktek dan tidak adanya rasa takut.
Bidan sebagai praktisi maupun dalam pendidikan harus menggunakan unsur-
unsur dasar dalam berpikir kritis agar asuhan kebidanan yang akan diberikan
berkualitas. Unsur-unsur tersebut adalah :
1. Konsep, seorang bidan harus memahami konsep dasar manajemen asuhan
kebidanan, konsepkonsep dasar kebidanan baik definisi, aturan yang
mengikat atau etika profesi dan prinsipprinsip dari konsep kebidanan
tersebut. 

2. Asumsi, yaitu dugaan sementara oleh bidan terhadap kasus kebidanan

11
yang ditangani. asumsi akan menjadi diagnosa nyata setelah bidan
melakukan pengumpulan da subjektif dan objektif secara akurat dan diolah
dengan berpikir kritis, analisis dan logis.
3. Implikasi dan konsekuensi.
Bidan melakukan suatu tindakan dan bertanggung jawab untuk setiap
konsekuensi yang timbul dari masing-masing tindakan yang telah dilakukan
karena setiap tindakan memiliki alasan atau rasionalnya. 
4. Tujuan 
Manajemen asuhan kebidanan harus jelas tujuan dan rasional.
5. Pertanyaan atas isu yang ada. Bidan dalam melakukan manajemen asuhan
kebidanan harus memecahkan semua pertanyaan atau isu yang ada.

6. Informasi akurat, yaitu manajemen asuhan kebidanan harus didapat dari


data yang akurat, jelas sumber, fakta ataupun melakukan observasi
langsung.
7. Interpretasi dan inferensi. Manajemen asuhan kebidanan akan
memberikan hasil akhir sehingga dapat mengambil keputusan terhadap
asuhan kebidanan yang diberikan.

Beberapa ahli penelitian menyatakan bahwa berpikir kritis memiliki


keterkaitan dengan konsep lain, diantaranya metakognitif, motivasi dan
kreatifitas. Menurut Kuhn (1999), Van Gelder (2005) dan Willingham (2007)
menyatakan bahwa berpikir kritis termasuk didalamnya adalah metakognitif
(berfikir tentang dasar pengetahuan), mengetahui metastrategi (berfikir
bagaiman prosedur dalam suatu pengetahuan) serta mengetahui
epistemologi (berfikir bagaimana pengetahuan tersebut dihasilkan) sehingga
harus benar komponen waktu, strategi dan kondisi (Kuhn & Dean, 2004;
Schraw et al, 2006).

Kreatifitas dalam berpikir kritis merupakan proses menemukan sesuatu


yang baru dan memerlukan suatu rangsangan dari lingkungan. Sebagai bidan,
dinyatakan berpikir kreatif jika seorang bidan mampu menemukan hal baru
dengan mempertimbangkan manfaat, tujuan dan melahirkan atau menata
kembali ide yang lama membentuk suatu ide yang baru.

Manajemen asuhan kehamilan yang diberikan kepada sasaran tersebut

12
akan terkait dengan semua konsep diatas. Manajemen tersebut diberikan
sesuai dengan masalah yang ada pada sasaran dan cara nya pun akan berbeda
sehingga menuntut bidan untuk selalu memikirkan hal-hal baru agar tata cara
yang diberikan akan berbeda-beda. Kualitas suatu pelayanan dapat dinilai
dengan cara bagaimana seorang profesi bidan tersebut memberikan suatu
asuhan yang sistematis dan komprehensif, suhan kebidanan yang tepat guna,
sesuai dengan masalah dan kebutuhan dari kondisi klien. Untuk tercapainya ini
semua, maka sebagai seorang profesi bidan harus mampu menganalisis dan
menggunakan pikiran untuk kritis disetiap langkah kegiatan asuhan.
Seorang bidan yang professional harus memiliki karakteristik dalam
berpikir kritis. Hal ini meliputi seorang bidan mampu mempertimbangkan
sesuatu sesuai dengan alasan yang rasional dan logis, bersifat reflektif, mampu
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi bukti-bukti yang ada terkait masalah
yang akan dipecahkan, memiliki kemampuan pemecahan masalah (problem
solvig). Karakteristik lainnya menurut beberapa ahli adalah seorang bidan
mampu membuat suatu kesimpulan dari berbagai informasi yang diperoleh,
dari berbagai hasil pemeriksaan yang telah dikumpulkan dengan adanya
bukti, membuat argument yang beralasan untuk mendukung kesimpulan dan
menjelaskan pola fikir yang telah terbentuk dari hasil kegiatan langkah-langkah
karakteristik sebelumnya. Cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
diantaranya :
1. Membaca dengan kritis.
Membaca kritis berarti menerapkan keterampilan-keterampilan berpikir kritis
seperti mengamati, menghubungkan teks dengan konteksnya, mengevaluasi
teks dari logika dan kredibilitasnya, merefleksika kandungan teks dengan
pendapat sendiri dan membandingkan tes yang satu dengan yang lainnya
yang memiliki keterkaitan.
2. Menulis dengan kritis.
Seorang profesi bidan yang telah melakukan membaca dengan kritis harus
menuliskan semua pemahaman yang ada dalam bentuk tulisan. Salah satu
contohnya adalah dokumentasi dalam manajemen asuhan kebidanan.
3. Meningkatkan analisis dari yang dibaca dan ditulis. Asuhan kebidanan yang
telah dituliskan dapat menjadi bahan diskusi untuk dievaluasi atau mencari
13
penyelesainan

masalah atau mendiskusikan hal terburuk yang mungkin terjadi.

4. Mengembangkan kemampuan observasi. Observasi atau mengamati suatu


kondisi klien akan memudahkan seorang profesi bidan untuk menarik 
kesimpulan dari kondisi klien yang diamati.
5. Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi. Berpikir
kritis memungkinkan bidan untuk memenuhi kebutuhan klien sesuai
dengan data yang ia dapatkan, mampu mempertimbangkan alternatif,
sehingga asuhan kebidanan dan perawatan klien berkualitas tinggi dan
berpikir reflektif berarti bidan bukan hanya menerima laporan dan tugas
melakukan asuhan kebidanan lanjutan tanpa pemahaman yang signifikan
dan evaluasi (Mottola, 2001).
Flow sheet atau lembaran ceklist memungkinkan bidan untuk
mencatat hasil observasi atau pengukuran yang dilakukan secara berulang
yang tidak perlu ditulis secara naratif, termasuk data klinik klien
tentang tandatanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu), berat
badan, jumlah masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam dan pemberian
obat.

14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah
yang dilakukan oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan
memaksakan standar yang tinggi atas intelektualitas mereka. 

Berpikir kritis merupakan dasar bagi setiap bidan untuk melakukan


manajemen asuhan kebidanan, sehingga tepatnya pembuatan keputusan dan
tepatnya asuhan yang diberikan. Berpikir kritis harus diintegrasikan kepada
seluruh profesi bidan dan dimulai pada mahasiswa kebidanan untuk setiap
manajemen asuhan kebidanan yang akan dilakukan sehingga menghasilkan
asuhan yang tepat dan bermutu.

B. SARAN

1. Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan


mengerti tentang clinical thinking, sehingga dapat memberikan
pelayanan seoptimal mungkin.

2. Sebagai mahasiswa, kita harus lebih mengupdate ilmu asuhan kehamilan


khususnya tentang berfikir kritis, agar menambah wawasan, selain itu
kita dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Untuk institusi, agar supaya menambah literature terbaru khususnya


tentang materi berfikir kritis dalam asuhan kehamilan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah,dkk. 2010. Konsep kebidanan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Estiwidani, dkk. 2009. Konsep Kebidanan.


Yogyakarta: Fitramaya

Alec Fisher. 2009. Berfikir Kritis (Sebuah Pengantar). 


Jakarta: Erlangga.

Aldina Ayunda Insani. 2016. Berfikir Kritis Dasar Bidan Dalam Manajemen
 Asuhan Kebidanan. Diakses Tanggal 29 Agustus 2018

Gita Kostania. 2015. Critical Thinking, Clinical Judgment dan Evidence Based Health
Care dalam Asuhan Kehamilan.  Diakses tanggal 29 Agustus 2018.

Khusnul Khotimah. 2017. Critical Thinking dalam Kesehatan Reproduksi dan


KB.Diakses tanggal 29 Agustus 2018.

16

Anda mungkin juga menyukai