Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH DOKUMENTASI KEBIDANAN

METODE DOKUMENTASI SOAPIE

Dosen Pengampu :
Anjar Tri Astuti, S.ST., M.Keb.

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Luh Kunti Pradnyawati (2006091003)
Ni Luh Nia Kristina Putri (2006091015)
Ida Ayu Putu Anggarani (2006091018)
Ni Putu Jenita Indrasuari (2006093001)
Tingkat 2A

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Metode Dokumentasi SOAPIE”.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Dokumentasi
Kebidanan. Tanpa karunia-Nya penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Anjar
Tri Astuti, S.ST., M.Keb. selaku dosen pengampu mata kuliah Dokumentasi
Kebidanan yang telah memberikan penugasan, informasi, serta motivasi terkait
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna
baik pada teknis penulisan maupun materi. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Singaraja, 6 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komponen-Komponen Metode Dokumentasi SOAPIE..............................3
2.1.1 Subjektif...............................................................................................3
2.1.2 Objektif.................................................................................................3
2.1.3 Assesment.............................................................................................3
2.1.4 Planning................................................................................................4
2.1.5 Implementasi........................................................................................5
2.1.6 Evaluasi................................................................................................5
2.2 Kelebihan dan Kekurangan dari Metode Dokumentasi SOAPIE................5
2.4 Contoh Kasus dengan Metode Dokumentasi SOAPIE................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................10
3.2 Saran...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diperlukan adanya
sistem pendokumentasian yang baik yaitu segala asuhan atau tindakan yang
diberikan oleh bidan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi, dan keluarga berencana.
Sistem pendokumentasian yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat antara
lain sebagai sarana komunikasi antara tenaga kesehatan, sarana untuk dapat
mengikuti perkembangan dan evaluasi pasien, dapat dijadikan data penelitian dan
pendidikan, mempunyai nilai hukum dan merupakan dokumen yang sah. Dalam
kebidanan banyak hal yang penting yang harus didokumentasikan yaitu segala
asuhan atau tindakan yang diberikan oleh bidan baik pada ibu hamil, bersalin,
nifas, bayi, dan keluarga berencana.
Catatan pasien merupakan dokumen ilegal, yang mencatat status pasien pada
saat lampau, sekarang, dalam bentuk tulisan, yang menggambarkan catatan
kebidanan yang diberikan umumnya catatan pasien berisi informasi yang
mengidentifikasi masalah, diagnosa kebidanan dan kebutuhan klien, respons
pasien terhadap asuhan kebidanan yang diberikan dan respons terhadap
pengobatan serta rencana untuk intervensi lebih lanjut. Keberadaan dokumentasi
soapie baik berbentuk catatan maupun laporan akan sangat membantu komunikasi
antara sesama bidan maupun disiplin ilmu lain dalam rencana pengobatan.
Manajemen kebidanan merupakan metode/bentuk pendekatan yang
digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, dimana bidan harus
membuat suatu catatan perkembangan dari kondisi pasien untuk dapat
memecahkan masalah. Catatan perkembangan kadang-kadang dalam bentuk
kertas polos tanpa kolom yang kemudian lebih dikenal dengan metode SOAPIE
sebagai panduan untuk menampilkan informasi tentang pasien.
Dengan melihat hal tersebut, maka bagi pihak-pihak yang terlibat salah
satunya tenaga kesehatan profesi bidan harus bisa memahami dan mendalami
tentang pendokumentasian dengan metode SOAPIE yang baik dan benar. Oleh

1
karena itu, penulis bermaksud untuk menyusun makalah yang berjudul “Metode
Dokumentasi SOAPIE” ini, yang mana dalam makalah ini dibahas secara khusus
tentang metode dokumentasi SOAPIE yang dapat dijadikan pedoman bagi
seorang bidan dalam menjalankan tugas layanan asuhan kebidanan dengan baik
dan benar sesuai dengan kode etik kebidanan sebagai upaya dalam meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan pemaparan pada latar belakang makalah ini, maka rumusan
masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa saja dan bagaimana komponen-komponen metode dokumentasi
SOAPIE?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode dokumentasi SOAPIE?
3. Bagaimana contoh kasus dengan metode dokumentasi SOAPIE?
1.3 Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan yang
ingin dicapai dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui komponen-komponen metode dokumentasi SOAPIE.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode dokumentasi
SOAPIE.
3. Untuk mengetahui contoh kasus dengan metode dokumentasi SOAPIE.
1.4 Manfaat
Dari tujuan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat diketahui manfaat
dari makalah ini yaitu agar pihak penulis dan pembaca:
1. Dapat menambah wawasan mengenai komponen-komponen metode
dokumentasi SOAPIE.
2. Dapat menambah wawasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari
metode dokumentasi SOAPIE.
3. Dapat menambah wawasan mengenai contoh kasus dengan metode
dokumentasi SOAPIE

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komponen-Komponen Metode Dokumentasi SOAPIE


2.1.1 Subjektif
Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien,
ekspresi klien mengenai kekhawatiran, dan keluhannya dicatat sebagai kutipan
langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada klien yang
mempunyai ketidaksempurnaan dalam wicara, dibagian data di belakang huruf
“S”, diberi tanda huruf “O” atau “X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien
adalah penderita tuna wicara, sedangkan pada bayi atau anak kecil data
subjektif ini dapat diperoleh dari orang tua. Data subjektif ini dapat digunakan
untuk menguatkan diagnosa yang akan dibuat. Catatan ini menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai
langkah I Varney.
2.1.2 Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur,
hasil pemeriksaan fisik klien, dan informasi kajian teknologi (hasil
pemeriksaan laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG, dan lain-lain). Apa
yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen penting dari diagnosa
yang akan ditegakkan. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang
lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini
memberi bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosa. Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium, dan test diagnostik lainnya yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan atau menegakkan
diagnosa sebagai langkah I Varney.
2.1.3 Assesment
Assesment atau analisa pengkajian yaitu masalah atau diagnosa yang
ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif dan objektif yang
dikumpulkan dan disimpulkan. Karena keadaan klien yang setiap saat bisa

3
mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif
maupun data objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka
proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis.
Penting dalam langkah ini untuk menuntut bidan sering melakukan
analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan
klien. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien akan
menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan
diambil keputusan/tindakan yang tepat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan data objektif dalam suatu identifikasi, meliputi :
a. Diagnosa/masalah
b. Antisipasi diagnosa/masalah
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi, atau
rujukan.
Catatan ini sebagai langkah II, III dan IV Varney.
2.1.4 Planning
Planning atau perencanaan yaitu membuat rencana tindakan saat itu atau
yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan
intrepretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraanya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang
ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan
dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu
membantu klien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi
tenaga kesehatan lain, antara lain dokter, bila itu dalam manajemen kolaborasi
atau rujukan. Catatan ini menggambarkan pendokumentasian tindakan dan
evaluasi perencanaan berdasarkan assessment, sebagai langkah V Varney.
Perencanaan ini meliputi:
a. Rencana konsultasi.
b. Rencana tes diagnostik/laboratorium.
c. Rencana rujukan (bila diperlukan).

4
d. Rencana pemberian pendidikan kesehatan/konseling.
e. Rencana follow up/tindak lanjut.
2.1.5 Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana tindakan untuk
mengatasi masalah, keluhan, atau mencapai tujuan pasien (persalinan) yang
telah disusun sesuai dengan keadaan klien. Pelaksanaan tindakan harus
disetujui oleh klien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan
membahayakan keselamatan klien. Sebanyak mungkin klien harus dilibatkan
dalam proses implementasi ini. Bila kondisi klien berubah, analisis juga
berubah, maka rencana asuhan maupun implementasinya pun kemungkinan
besar akan ikut berubah atau harus disesuaikan. Catatan ini sebagai langkah VI
Varney.
2.1.6 Evaluasi
Catatan ini merupakan tafsiran/penilaian dari efek tentang tindakan yang
telah diambil yaitu menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari
hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan. Kalau
kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk
mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Catatan ini sebagai langkah VII Varney.
2.2 Kelebihan dan Kekurangan dari Metode Dokumentasi SOAPIE
A. Kelebihan Metode Dokumentasi SOAPIE
Berikut ini beberapa kelebihan dari pencatatan SOAPIE, yaitu:
1. Pencatatan SOAPIE berstruktur baik. Setiap data yang masuk berisi
informasi dalam format yang sudah ditentukan sebelumnya. Penggunaan
format SOAPIE menambah konsistensi pendokumentasian perawat pasien.
2. Pencatatan SOAPIE mencerminkan proses asuhan yang mencakup
pengkajian, diagnosa, perencanaan, intervensi, dan evaluasi asuhan.
3. Pendekatan yang berorientasi pada masalah lebih mudah digunakan untuk
menulusuri masalah tertentu dalam rangka pemantauan perbaikan mutu.
4. Pencatatan SOAPIE dapat digunakan secara efektif pada standar rencana
asuhan. Masalah pada rencana asuhan dan dapat diberi nomor untuk

5
mempermudah refensi catatan perkembangan. Setiap masalah yang aktif
pada rencana asuhan dapat dilihat di dalam catatan perkembangan di setiap
jam dinas, yang membuktikan bahwa rencana asuhan sudah
diimplementasikan.
5. Pencatatan SOAPIE sering digunakan dalam rekam medis yang
terintegrasi. Catatan perkembangan yang terintegrasi dapat
mengembangkan kolaborasi dan meningkatkan komunikasi antara
profesional kesehatan.
B. Kekurangan Metode Dokumentasi SOAPIE
Berikut ini beberapa kekurangan dari pencatatan SOAPIE, yaitu:
1. Transisi ke pencatatan SOAPIE mengharuskan bidan memikirkan kembali
proses dokumentasi. Bidan harus menentukan informasi yang berhubungan
dengan setiap huruf dalam SOAPIE. Bidan mengalami beberapa kesulitan
dalam menentukan tempat yang paling tepat dalam dokumentasi informasi
tertentu. Pada banyak kasus, satu atau lebih huruf dalam format SOAPIE
dihilangkan jika bidan tidak dapat menentukan di mana seharusnya letak
suatu informasi atau jika bidan tidak mempunyai informasi yang diperlukan
untuk memenuhi catatan tersebut, misalnya bidan dapat
mengimplementasikan sebuah intervensi tetapi tidak mampu
mendokumentasikan evaluasinya pada saat yang sama.
2. Pencatatan SOAPIE jarang diimplementasikan dalam format murni, dan
modifikasi format SOAPIE dapat menghilangkan tujuan asli dari struktur
dan data logis.
3. Jika bidan memakai format SOAPIE, maka akan terdapat kecenderung
pleoonasme, misalnya daftar masalah dan rencana asuhan sama-sama
mengidentifikasi masalah pasien. Rencana dan intervensi dicatat dalam
rencana asuhan dan catatan perkembangan. Jika sistem dokumentasi
memakai alur yang mencakup intervensi dan pengobatan, maka pleonasme
akan terjadi antarlembar alur, rencana asuhan, dan catatan SOAPIE.
4. Pencatatan SOAPIE bukan metode pendokumentasian yang paling efektif
bagi bidan. Setiap masalah membutuhkan masukan data SOAPIE tersendiri.

6
Antara beberapa masalah dan intervensinya dapat terjadi tumpang tidih.
Menuliskan data terpisah untuk setiap masalah yang menimbulkan
pengulangan data pengkajian dan intervensinya. Untuk menghindarinya,
ada bidan yang menggabungkan bebarapa masalah dalam satu catatan
SOAPIE. Hal ini mempersulit dilakukannya penentuan data dan intervensi
yang sesuai dengan masalah yang spesifik. Pada kasus lain, pencatatan
SOAPIE tidak memenuhi kebutuhan bidan yang mencari metode
pendokumentasian yang hemat waktu.
5. Akhirnya, transisi ke catatan perkembangan yang terintegrasi (seperti yang
dianjurkan pada format murni pencatatan SOAP) mendapat hambatan dari
profesional kesehatan lain. Meskipun begitu, hal ini merupakan permulaan
untuk mengubah pendekatan multidisiplin asuhan. Lebih jauh lagi,
penggunaan catatan perkembangan yang terintegrasi dapat menghilangkan
kemungkinan menyimpan catatan perkembangan di samping tempat tidur.
Meskipun pecatatan di samping tempat tidur lebih nyaman bagi bidan,
namun profesional kesehatan lain biasanya lebih memilih untuk
menyimpan catatan perkembangan bersama dengan catatan lainnya di
lokasi sentral.
2.3 Contoh Kasus dengan Metode Dokumentasi SOAPIE
Ny. A berumur 28 tahun datang ke Puskesmas untuk periksa hamil tanggal 7
Maret 2007. Hamil ini adalah kehamilan yang kedua dan belum pernah abortus,
HPHT: 28 Mei 2006. Ibu mengatakan pusing, lemas, pandangan berkunang-
kunang. Dari hasil pemeriksaan ditemukan TD : 100/90 mmHg, S : 36 0 C, N : 80
x/mnt, P : 20 x/mnt, Hb : 9 gram%, kunjungtiva pucat dan DJJ : 144 x/mnt teratur,
terdengar diperut ibu sebelah kiri.
A. Subjektif
1. Ny. A umur 28 tahun, periksa hamil tanggal 7 Maret 2007.
2. Keluhan pusing, lemas, dan pandangan mata berkunang-kunang.
3. Diketahui HPHT : 28 Mei 2006
B. Objektif
1. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis.

7
2. Pemeriksaan TTV
a) TD = 100/90 mmHg
b) N = 80 x/mnt
c) S = 360 C
d) P = 20 x/mnt
3. Pemeriksaan fisik (Head to toe)
4. Pemeriksaan Palpasi
a) Leopold I = TFU : 30 cm, teraba bagian bulat, lunak, tidak ada lentingan
(bokong janin).
b) Leopold II = Sebelah kanan ibu teraba bagan-bagian kecil janin
(eksterminas janin). Sebelah kiri ibu teraba bagian keras, panjang ada
tahanan (punggung janin).
c) Leopold III = Teraba bagian bulat, keras ada lentingan (kepala janin).
d) Leopold IV = Konvergen 5/5 bagian.
5. Pemeriksaan Auskultasi
a) DJJ : 144 x/mnt.
b) PM : terdengar jelas, 2 jam di bawah pusat kiri ibu.
6. Pemeriksaan Laboratorium (Hb : 9 gram%)
C. Assesment
G2P1AO UK 32 minggu Preskep U Puki T/H Intra Uteri, dengan anemia
ringan.
D. Planning
1. Anjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan perkerjaan yang terlalu berat.
2. Anjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang mengandung zat besi dan
makan dilakukan lebihsering dalam jumlah lebih sedikit.
3. Anjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan perjalanan jauh.
4. Anjurkan kepada ibu untuk melakukan konsumsi vitamin setiap hari 1
tablet.
5. Anjurkan kepada ibu untuk minum obat zat besi dan asam sulfat.
6. Anjurkan kepada ibu untuk olahraga ringan di pagi hari sebelum melakukan
aktivitas.

8
7. Anjurkan kepada ibu untuk periksa laboratorium untuk mengetahui apakah
Hbnya sudah naik atau belum.
8. Anjurkan kepada ibu untuk kontrol ulang 2 minggu lagi.
E. Implementasi
1. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan perkerjaan yang terlalu
berat.
Hasil : Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran yang diberikan.
2. Menganjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang mengandung zat
besi dan makan dilakukan lebih sering dalam jumlah lebih sedikit.
Hasil : Ibu mengerti anjuran yang diberikan.
3. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan perjalanan jauh.
Hasil : Ibu menerima anjuran yang diberikan.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan konsumsi vitamin setiap hari 1
tablet.
Hasil :Ibu mengerti dan mau melaksanakan anjuran yang diberikan.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk minum obat zat besi dan asam sulfat.
Hasil : Ibu mengerti dan mau melaksanakan anjuran yang diberikan.
6. Menganjurkan kepada ibu untuk olahraga ringan di pagi hari sebelum
melakukan aktivitas.
Hasil : Ibu mau melaksanakan anjuran yang diberikan.
7. Menganjurkan kepada ibu untuk periksa laboratorium untuk mengetahui
apakah Hbnya sudah naik atau belum.
Hasil : Ibu menerima anjuran yang diberikan.
8. Menganjurkan kepada ibu untuk kontrol ulang 2 minggu lagi.
Hasil : Ibu mau melaksanakan anjuran yang diberikan.
F. Evaluasi
1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan.
2. Ibu bersedia melaksanakan semua anjuran dari bidan.
3. Ibu mau datang dan periksa 2 minggu lagi.
4. Masalah teratasi.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari materi yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Komponen-komponen metode dokumentasi SOAPIE mencakup subjektif,
objektif, assessment, planning, implementasi, serta evaluasi. Masing-masing
dari komponen tersebut memiliki arti serta tindakan tersendiri.
a. Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien,
ekspresi klien mengenai kekhawatiran, dan keluhannya dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Data
subjektif ini dapat digunakan untuk menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.
b. Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil
pemeriksaan fisik klien, dan informasi kajian teknologi (hasil pemeriksaan
laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG, dan lain-lain). Apa yang
diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen penting dari diagnosa yang
akan ditegakkan.
c. Assesment atau analisa pengkajian yaitu masalah atau diagnosa yang
ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif dan objektif yang
dikumpulkan dan disimpulkan.
d. Planning atau perencanaan yaitu membuat rencana tindakan saat itu atau
yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan
intrepretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraanya.
e. Implementasi adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana tindakan untuk
mengatasi masalah, keluhan, atau mencapai tujuan pasien (persalinan) yang
telah disusun sesuai dengan keadaan klien.

10
f. Catatan ini merupakan tafsiran/penilaian dari efek tentang tindakan yang
telah diambil yaitu menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari
hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan.
2. Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode dokumentasi SOAPIE
diantaranya:
a. Kelebihan dari metode dokumentasi SOAPIE, yaitu berstruktur baik, setiap
data yang masuk berisi informasi dalam format yang sudah ditentukan
sebelumnya, lebih mudah digunakan untuk menelusuri masalah tertentu
dalam rangka pemantauan perbaikan mutu, setiap masalah yang aktif pada
rencana asuhan dapat dilihat di dalam catatan perkembangan di setiap jam
dinas yang membuktikan bahwa rencana asuhan sudah diimplementasikan,
dan sering digunakan dalam rekam medis yang terintegrasi.
b. Kekurangan dari metode dokumentasi SOAPIE, yaitu transisi ke pencatatan
SOAPIE mengharuskan memikirkan kembali proses dokumentasi yang
mana bidan mengalami beberapa kesulitan dalam menentukan tempat yang
paling tepat dalam dokumentasi informasi tertentu, modifikasi format
SOAPIE dapat menghilangkan tujuan asli dari struktur dan data logis,
menuliskan data terpisah untuk setiap masalah yang menimbulkan
pengulangan data pengkajian dan intervensinya dan akhirnya transisi ke
catatan perkembangan yang terintegrasi mendapat hambatan dari profesional
kesehatan lain.
3.2 Saran
Melalui makalah ini, pembaca terutama para calon tenaga medis diharapkan
mampu mengerti dan memahami apa saja metode dokumentasi SOAPIE yang
mencakup subjektif, objektif, assesment, planning, implementasi, serta evaluasi.
Sehingga makalah ini sekiranya dapat membantu pembaca dalam menambah
wawasannya terkait metode dokumentasi SOAPIE. Di samping itu, penulis sadar
bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan ataupun kesalahan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan.
.

11
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, N. A. 2020. “Analisis Berbagai Dokumentasi Soap Soapie Soapier


dan Soapied”, https://pdfcoffee.com/makalah-dokumentasi-kebidanan-
soap-soapie-soapier-soapied-pdf-free.html, diakses pada tanggal 5
September 2021 pukul 11.06 WITA.
Handayani, S. R. 2017. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Badan Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Surtinah, N., Sulikah, dan Nuryani. 2019. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan.
Surabaya: Prodi Kebidanan Magetan Poltekkes Kemenkes Surabaya.

12

Anda mungkin juga menyukai