KATA PENGANTAR..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
Latar belakang................................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................................4
1.3 Rumusan masalah...................................................................................................4
1.4 Metode Penulisan...................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
2. 1 Aborsi......................................................................................................................5
2.2 Transplansi...............................................................................................................7
2.3 Inseminasi................................................................................................................8
2.4 Bayi tabung............................................................................................................10
2.5 Bedah Plastik..........................................................................................................15
2.6 Keluarga Berencana (KB)........................................................................................16
2.7 Euthanasia..............................................................................................................18
BAB III..............................................................................................................................21
PENUTUP.........................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan............................................................................................................21
3.2 Saran.....................................................................................................................21
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat & ridho-Nya. Saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
PANDANGAN AGAMA DI INDONESIA TERHADAP TINDAKAN MEDIS “ABORSI,
TRANSPLATASI, INSEMINASI, BAYI TABUNG, BEDAH PLASTIK, KB, EUTHANASIA”
ini dengan baik dan tepat waktu.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bpk. Safari Hasan
S.IP.,M.M.R selaku dosen pengampu Pendidikan Agama. Saya sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan . Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi.
Untuk itu, saya berharap adanya kritik dan saran dari semua pihak demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini yang selanjutnya akan saya terima
dengan tangan terbuka, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dari saya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Rumusan masalah
penulisan yang kami gunakan dalam materi makalah iniadalah metode pustaka
yaitu buku-buku tentang tindakan kesehatan mengenai aborsi, transplantasi ,
inseminasi ,bedah plastic, euthanasia serta mengaitkannya dengan buku-buku
dari berbagai sumber agama yang ada di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Aborsi
1. Pengertian
Aborsi dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
“abortus”. Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh
Institute for Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan
aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur
(ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus)
mencapai 20 minggu. Aborsi atau gugur kandungan dapat dilakukan secara
sengaja maupun tidak sengaja. Alasan Wanita Melakukan Aborsi :
1. Pemerkosaan.
2. Incest.
3. Alasan medis.
4. Alasan ekonomi.
5. Alasan sosial
2.2 Transplansi
A. Pengertian
Transplansi organ adalah pemindahan seluruh atau sebagian organ dari
satu ketubuh ke satu tubuh yang lain,atau dari suatu tempat ke tempat lain pada
tubuh yang sama.Transplansi ditunjukan untuk menggantikan organ yang rusak
atau tak berfungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari
donor.Donor organ dapat berdasarkan orang yang masih hidup ataupun sudah
meninggal dunia.
B. Pandangan berbagai agama terhadap Transplansi
1. Islam
Dalam Perspektif global,khusus di Negeri muslim,memperbolehkan
melakukan transplansi organ sesuai dengan ketentuan dan kondisi darurat dan
tidak untuk diperjual belikan.Pada umumnya syarat diperbolehkanya transplansi
organ terdiri atas:
1. Jika seorang pendonor telah meninggal maka,harus dengan
persetujuanorang tua mayit atau walinya dan juga sesuai wasiat
almarhum/almarhumah.
2. Hanya boleh dilakukan dalam kondisi yang yang benar-benar
memerlukan atau darurat (mendesak).
3. Tidak menginginkan imbalan berupa materi,harta karena islam melarang
menjual belikan organ tubuh.
2. Kristen Katolik
Dalam ajaran katolik menganjurkan organ tubuh sekalipun jantung
mereka untuk di donorkan,asalkan ketika menjadi pendonor keadaan pendonor
sudah benar-benar mati artinya bukan mati mati secara medis(koma).
Sesuai oleh ajaran Gk umat katolik yang ingin mendonorkan organ
tubuhnya harus menunggu ketika ia sudah wafat dan benar-benar ingin
menyumbangkan organ tubuhnya untuk orang lain.
3. Kristen Protestan
Di Alkitab tidak dituliskan mengenai mendonorkan organ tubuh,selama
niatnya tulus dan tujuannya kebaikan itu boleh-boleh saja terutama untuk
membantu kelangsungan hidup suatu nyawa (nyawa orang yang membutuhkan
donor organ) bukan karena mendonorkan untuk suatu imbalan berupa
materi,uang untuk si pendonor organ.Dianjurkan apabila si pendonor wafat
daripada saat pendonor belum mati karena saat masih hidup organ tubuh
sangatlah penting.
4. Hindu
Transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan, dengan alasan ,bahwa
pengorbanan(yajna) kepada orang yang menderita,agar ia bebas dari
penderitaan dan dapat menikmati kesehatan dan kebahagiaan,jauh lebih penting
utama,mulia,dan luhur dari keutuhan organ tubuh manusia yang telah
wafat.Tetapi sekali lagi,perbuataan ini harus dilakukan diatas prinsip yajna yaitu
pengorbanan tulus ikhlas,tanpa pamrih dan bukan dilakukan untuk maksud
mendapatkan keuntungan material.
Kepentingan kemanusiaan ajaran agama hindu tidak melarang bahkan
menganjurkan umatnya untuk melaksanakan transplantasi organ tubuh dengan
dasar yajna(pengorbanan tulus ikhlas tanpa pamrih)dan untuk kesejahteraan
umat manusia.
5. Budha
Dalam pengertian budhis,seseorang terlahir kembali dengan badan yang
baru,oleh karena itun patilah organ tubuh yang telah di donorkanpada
kehidupan yang lampau tidak lagi berhubungan dengan tubuh yang
sekarang.Artinya yaitu seseorang yang telah mendonorkan anggota tubuh
tertentu tetap akan terlahir kembali dengan organ tubuh yang lengkap dan
normal.
Dalam ajaran budha seseorang pendonor adalah salah satu bentuk
kamma baik,ketika seseorang yang meninggal dunia mendonorkan kedua kornea
matanya maka dipercaya dalam kelahiran berikutnya(Akhirat),maka seseorang
itu akan mempunyai mata yang lebih sehat dan indah dari pada mata yang ia
miliki dalam kehidupan sekarang.
2.3 Inseminasi
A. Pengertian
Inseminasi adalah merekayasa,yaitu proses menyutikkan sperma kedalam
Rahim wanita tanpa harus melakukan hubungan badan,dengan tujuan agar bisa
mendapatkan keturunan.Inseminasaimerupakan yang membantu wanita untuk
mengatasi kemandulan dimana sel telur wanita tersebut tidak ada bahkan
mengalami kelainan,proses teknologi inseminasi buatan yaitu dengan cara
merekayasa fertilasi (pembuahan diluar Rahim) menyuntikan sperma kedalam
ovarium wanita.
4. Budha
Dalam pandangan agama budha,perkawinan adalah suatu pilihan hidup
dan bukan keewajiban,artinya seseorang dalam menjalani kehidupanya boleh
memilih untuk hidup berumah tangga atau sendiri.Termasuk dalam melakukan
inseminasi buatan,agama budha tidak melarang umatnya untuk melakukan
inseminasi buatan karena hal tersebut adalah pilihan.
5. Hindu
Inseminasi buatan (bayi tabung) dapat diterima atas persetujuan suami
istri.Namun jika inseminasi atau pembuahan yang dilakukan dengan menyutikan
sperma ke ovum perempuan lain yang bukan istri sah nya bagi umat hindu tidak
sesuai dengan tata kehidupan agama hindu,karena tidak melalui samskara dan
menyulitkan dalam hukum kemasyarakatan umat hindu.
Fatma MUI
1) Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang
sah
hukumnya mubah (boleh) sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah-
kaidah agama.
2) Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang
lain (misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama/ hukumnya
haram
berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah
yang rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya antara anak
yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang
mengandung
kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
3) Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal
dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az- zari’ah, sebab hal ini
akan menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan
penentuan nasab maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.
4) Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan
suami
isteri yang sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan
hubungan kelamin antar lawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina)
dan berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, yaitu untuk menghindarkan
terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.
Hukum senada juga difatwakan oleh Nahdlatul Ulama (NU)sebagai hasil dari
forum Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada 1981. Hanya saja NU
memberikan penekanan bahwa apabila sperma yang ditabung tersebut milik
suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga
haram. “Mani muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara yang
tidak dilarang oleh syara’.
‘Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan
beronani) dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri
memang tempat atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang.
Persatuan cinta suami istri berlansung secara jasmaniah sedangkan bayi tabung
mengingkari kodrat perkawinan.
Seorang suami karena ingin memiliki anak lalu dia ingin menikah lagi dengan
wanita lain sangat dilarang oleh agama katolik. Karena pernikahan dilakukan
untuk seumur hidup baik suka maupun duka.
Praktek IVF bayi tabung dan ET itu tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik,
karena beberapa alasan, diantaranya :
a. Umumnya IVF melibatkan aborsi, karena embryo yang tidak berguna
dihancurkan/dibuang.
b. IVF adalah percobaan yang tidak mempertimbangkan harkat sang bayi
sebagai manusia, melainkan hanya untuk memenuhi keinginan orang tua.
c. Pengambilan sperma dilakukan dengan masturbasi. Masturbasi selalu
dianggap sebagai perbuatan dosa, dan tidak pernah dibenarkan.
d. Persatuan sel telur dan sperma dilakukan di luar hubungan suami istri
yang normal.
e. Praktek IVF atau bayi tabung menghilangkan hak sang anak untuk
dikandung dengan normal, melalui hubungan perkawinan suami istri. Jika
melibatkan ‘Ibu angkat’, ini juga berarti menghilangkan haknya untuk
dikandung oleh ibunya yang asli.
Menurut agama Hindu program bayi tabung tidak disetujui karena sudah
melanggar ketentuan. Diartikan melanggar ketentuan karena sudah melanggar
kewajaran Tuhan (Ranying Hatalla) untuk menciptakan manusia.
Bayi Tabung :
1. Bayi tabung dapat diterima atas persetujuan suami-isteri.
Bayi tabung dilakukan oleh pasangan suami isteri yang siap dan
mengingini
seorang anak. tidak ada satupun yang bisa meiarang termasuk hukum.
Karena hak ini terdapat dalam UUD bab XA Pasal 28B ayat l yaitu setiap
orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
2. Insemi atau pembuahan secara suntik bagi umat hindu dipandang tidak
sesuai dengan tata kehidupan agama hindu, karena tidak melalui ciptaan
Tuhan.
Walaupun bayi tabung bisa dilakukan oleh pasangan suami isteri yang siap
dan mengingini anak, Agama hindu kaharingan tidak mengizinkan atau
memperbolehkan teknologi fertilisasi ini. Karena perbuatan ini sudah melanggar
hak cipta yang yang dilakukan oleh Ranying Hatalla.
Seperti yang diakui oleh umat hindu bahwa Ranying Hatala Katamparan yaitu
Ranyaing Hatala yang telah menciptakan manusia. Pada mulanya ranying
menciptakan nenek moyang (disebut Raja Bunu) di Pantai danum Sangiang,
sebelum diturunkan ke Pantai Danum Kalunen Ranying Hatalla terlebih dahulu
membekali Raja Bunu dengan segala aturan, tata cara, bahkan pengalaman
langsung untuk menuju ke kehidupan sempurna yang abadi.
A. Pengertian
Bedah plastik berarti membentuk. Bedah plastik merupakan bagian dari
ilmu kedokteran bedah. Tujuan dari bedah plastik dilaksanakan untuk tujuan
perbaikan kecacatan fisik dan fungsi organ tubuh, dan untuk tujuan
penyempurnaan bentuk anggota tubuh yang secara fisik normal dan sehat
menjadi lebih indah. Salah satu contoh jelas kasus kecacatan fisik yang layak
mendapat bantuan penanganan bedah plastik, antara lain : kasus-kasus korban
luka bakar dan luka trauma panas, anak-anak bibir sumbing, kelainan bentuk dan
jumlah jari-jemari.Tapi Kenyataanya sekarang Bedah plastic semata-mata
digunakan wanita maupun laki-laki untuk mempercantik diri dan membuat tubuh
yang ideal .
2. Kristen Protestan
Ada 2 tujuan dilakukannya bedah plastik, agama Kristen melihatnya
dengan bijak yaitu:Bedah plastik Rekontruksi yang tujuan untuk memperbaiki
dikarenakan cacat tubuh dan fungsi organ tubuh. Agama Kristen sangat setuju
sebab hal itu dilakukan untuk memulihkan fisik dan trauma.
Bedah plastik Estetika yang tujuan untuk menyempurnakan bentuk tubuh
atau agar tampil cantik dengan cara bedah. Agama Kristen tidak setuju, karena
diajarkan bagaimana setiap manusia bisa menghargai tubuhnya sebagai
anugerah Tuhan. Jikalau seseorang tidak puas dengan keadaan fisiknya yang
tidak sempurna maka sama saja ia tidak menghargai apa yang di karuniakan
Tuhan baginya.
3. Kristen Katolik
Ajaran agama katolik,sejujurnya gereja katolik tidak membahas hal bedah
plastic secara khusus di dalam dokumen-dokumen Magisetrum.Namun
katekismus gereja katolik hanya mengajarkan prinsip dasarnya,yaitu:KGK
2288:Kehidupan dan kesehatan merupakan hal-hal yang bernilai,yang
dipercayakan tuhan kepada kita,kita harus merwatnya dengan cara bijaksana dan
bersama itu juga memperhatikan kebutuhan orang lain dan kesejahteraan
umum.
Bedah plastic dapat dikatakan dibenarkan jika dapat menjadi langkah
penyembuhan ,entah secara fisik maupun mental asal berdasarkan prosedur-
prosedur yang tepat dan tidak menyakiti orang lain.
4. Budha
Pandangan buddhisme,bedah plastic tidak melanggar sila sepanjang
memiliki tujuan yang positifatau bukan untuk penipuan dan pengobatan,
misalnya: bibir sumbing,luka bakar,atau penyakit akibat dari kecelakaan bawaan.
Agama budha melarang operasi plastic atas dasar untuk mempercantik diri dan
membuat tubuh ideal karena menurut pandangannya hal
tersebut lobha (keserakahan) yang akan menimbulkan dosa(kebencian) jika
operasi tidak berjalan dengan lancer apabila hal tersebut telah terjadi akan
timbul MOHA atau kebodohan batin yang membuat manusia tidak pernah
mensyukuri nikmatnya.
5. Hindu
Seperti agama yang lainya, sesungguhnya agama hindu tidak
mengajurkan atau memperbolehkan umatnya merubah apa yang telah di
berikan brahma kepadanya.kepercayaan itu berlangsung karena dalam theology
hinduisme dilarang untuk menyakiti tubuh sendiri atau merubah ciptaan
tuhannya.
Bedah plastic dalam agama hindu dapat dilakukan asalkan benar-benar
atas unsur kesehatan seorang umat,mereka tidak akan melarang umatnya
karena itu merupakan suatu keadaan yang memang wajib dilakukan,jika tidak
dilakukan akan membahayakan kondisi seseorang umat.
2.7 Euthanasia
A. Pengertian
Euthanasia merupakan tindakan penghentian kehidupan manusia baik
dengan cara menyuntikkan zat tertentu atau dengan meminum pil atau dengan
cara lainnya. Tindakan ini muncul akibat terjadinya penderitaan yang
berkepanjangan dari pasien. Di beberapa negara eropa dan sebagian Amerika
Serikat, tindakan euthanasia ini telah mendapat izin dan legalitas negara. Pada
umumnya mereka beranggapan bahwa menentukan hidup dan mati seseorang
adalah hak asasi yang harus dijunjung tinggi.
2. Kristen Protestan
Seorang kristiani percaya bahwa mereka berada dalam suatu posisi yang
unik untuk melepaskan pemberian kehidupan dari Tuhan karena mereka percaya
bahwa kematian tubuh adalah merupakan suatu awal perjalanan menuju ke
kehidupan.
Pemimpin gereja Katolik dan Protestan mengakui bahwa apabila tindakan
mengakhiri kehidupan ini dilegalisasi maka berarti suatu pemaaf untuk
perbuatan dosa, juga dimasa depan merupakan suatu racun bagi dunia
perawatan kesehatan, memusnahkan harapan mereka atas pengobatan yang
sedang berlangsung.
Sejak awalnya, cara pandang yang dilakukan kaum kristiani dalam
menanggapi masalah “bunuh diri” dan “pembunuhan berdasarkan belas kasihan
(mercy killing) adalah dari sudut “kekudusan kehidupan” sebagai suatu
pemberian Tuhan. Mengakhiri hidup dengan alasan apapun juga adalah
bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian tersebut.
3. KristenKatolik.
Eutanasia secara harfiah diterjemahkan sebagai kematian yang baik atau
kematian tanpa penderitaan, adalah “tindakan atau pantang tindakan menurut
hakikatnya atau dengan maksud sengaja mendatangkan kematian, dengan
demikian menghentikan setiap rasa sakit” (Declaratio de Euthanasia).
Dengan kata lain, eutanasia menyangkut mengakhiri hidup dengan
sengaja melalui suatu tindakan langsung, seperti suntik mati, atau dengan suatu
pantang, seperti membiarkan kelaparan atau kehausan. Perlu dicatat bahwa
eutanasia biasa dikenal sebagai “membunuh karena kasihan”; istilah ini paling
tepat sebab tindakan yang dilakukan bertujuan untuk membunuh dengan
sengaja, tak peduli betapa baik tujuannya, misalnya, untuk mengakhiri
penderitaan.
Agama kristen katolik berpendapat bahwa eutanasia itu pelanggaran
berat hukum Allah, karena berarti pembunuhan manusia yang disengaja dan dari
sudut moril tidak dapat diterima” .
4. Hindu
Pandangan agama Hindu terhadap euthanasia didasarkan pada ajaran
tentang karma, moksa dan ahimsa. Karma merupakan suatu konsekwensi murni
dari semua jenis kehendak dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang
buruk, lahir atau bathin dengan pikiran kata-kata atau tindakan. Sebagai
akumulasi terus menerus dari “karma” yang buruk adalah menjadi penghalang
“moksa” yaitu suatu kebebasan dari siklus reinkarnasi yang menjadi suatu tujuan
utama dari penganut ajaran Hindu. Ahimsa merupakan prinsip “anti kekerasan”
atau pantang menyakitisiapapun.
Bunuh diri adalah suatu perbuatan yang terlarang didalam ajaran Hindu
dengan pemikiran bahwa perbuatan tersebut dapat menjadi suatu factor yang
mengganggu pada saat reinkarnasi oleh karena menghasilkan “karma” buruk.
Kehidupan manusia merupakan suatu kesempatan yang sangat berharga
untuk meraih tingkat yang lebih baik dalam kehidupan kembali. Berdasarkan
kepercayaan umat Hindu, apabila seseorang melakukan bunuh diri, maka rohnya
tidak akan masuk neraka ataupun surga melainkan tetap berada didunia fana
sebagai roh jahat dan berkelana tanpa tujuan hingga ia mencapai masa waktu
dimana seharusnya ia menjalani kehidupan .
5. Budha
Euthanasia atau mercy killing tidak dibenarkan dalam agama Buddha
karena perbuatan membunuh atau mengakhiri kehidupan seseorang ini,
walaupun dengan alasan kasih sayang, tetap melanggar sila pertama dari
Pancasila Buddhis. Perbuatan membunuh atau mengakhiri hidup seseorang ini
sesungguhnya tidak mungkin dapat dilakukan dengan kasih sayang atau karuna.
Sang Buddha bersabda sebagai berikut: “Orang itu, jika meninggal dunia
pada saat itu, pasti tumimbal lahir di alam dewa, sebab batin orang itu tenang.
Orang itu, jika meninggal dunia pada saat itu, pasti tumimbal lahir di alam
neraka, sebab batin orang itu gelisah”.
Dari sabda Sang Buddha tersebut di atas, jelas bahwa batin atau pikiran
seseorang pada saat ia akan meninggal dunia sangat menentukan keadaan
kehidupannya yang akan datang. Jika seseorang yang akan meninggal dunia itu
mempunyai pikiran yang tenang dan penuh cinta kasih, maka ia akan terlahir
kembali di alam yang menyenangkan. Namun, sebaliknya jika mempunyai pikiran
yang tidak tenang dan penuh dengan kebencian, maka ia akan terlahir kembali di
alam yang menyedihkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Apapun yang telah di ciptakan oleh tuhan patut di syukuri dengan sebaik-
baiknya.jika akan melakukan tindakan medis sebaiknya harus memperhatikan
keadaan fisik,norma-norma agama yang dianut dan apa tujuan serta manfaat
untuk melakukan tindakan tersebut.
Daftar Pustaka
https://asuhankebidanan29.blogspot.com/2017/10/aborsitransplansiinseminasibe
dah.html
Listianti Asri Basuki, 2015. Bayi Tabung Menurut 5 Agama
Dimas Rendy Fambudi, 2016. Makalah KB