Anda di halaman 1dari 21

Dilema Moral pada Kehamilan dan Persalinan

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika profesi dan
Perundang-undangan

Dosen Pengampu:
Reni Wahyu T, S.SiT .,M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Nama Anggota :
Ranindya Dwi Noviyanti ( P17311191006 )
Maulida Khofifah Meiriyantika ( P17311191007 )
Maylinda Rahmawati ( P17311191008 )
Sherly Apriliandita ( P17311191011 )
Ria Khabiba Ibadati ( P17311191012 )
Rizky Ramadhani ( P17311193013 )

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul "Dilema Moral pada Kehamilan dan
Persalinan" dengan semaksimal mungkin.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
serta membantu tersusunnya makalah ini. Kepada teman-teman serta dosen
pembimbing kami ucapkan banyak terima kasih.

Karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, kami menyadari


bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Kami mohon
maaf atas segala kekurangan yang ada, baik isi maupun penulisan. Oleh karena
itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun agar kami lebih baik lagi
dalam meyusun makalah.

Akhir kata kami berharap makalah ini bisa memberi manfaat untuk para
pembaca.

Malang, 18 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………...………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1


1.2 Rumusan Masalah………………..…………………….…...…….….……1

1.3 Tujuan………….. ……………………………….……..………………....2

BAB II ISI

2.1 Pengertian Dilema Moral pada Kehamilan dan


Persalinan………….....................................................................................3

2.2 Contoh Kasus Kejadian yang Sedang Hangat di Masyarakat…….


…......................................................................................5

2.3 Keputusan Bioetik 10 Langkah……………………..…………………….5

2.4 Langkah-langkah Penyelesaian Sesuai dengan Etik

Kebidanan dan UU yang Mengatur Praktik Bidan………………….….…8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......…………………………….…………………..….……..13

3.2 Saran.....………………………………………..…………..………......…13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………..…………………….15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Etika merupakan bagian dari filosofi yang berhungan erat dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan
apakah penyelesaiannya baik atau buruk (jones,1994). Moral merupakan
pengetahuan atau keyakinan tentang adanya hal yang baik dan buruk serta
mempengeruhi sikap seseorang. Kesadaran tentang adanya baik dan buruk
berkembang pada diri seseorng seiring dengan pengaruh lingkungan,
pendidikan, sosial budaya, agama dsb, hal inilah yang disebut kesadaran
moral atau kesadaran etik. Moral juga merupakan keyakinan individu
mutlak baik atau buruk pada situasi yang berbeda.
Kesadaran moral erat kaitannya dengan nilai-nilai, keyakinan seseorang
dan pada prinsipnya semua manusia dewasa tahu akan hal yang baik dan
buruk. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi berdampak pada
perubahan pola pikir manusia. Masyarakat semakin kritis sehingga terjadi
penguatan tuntunan terhadap mutu pelayanan kebidanan. Mutu pelayanan
kebidanan yang baik perlu landasan komitmen yang kuat dengan basis etik
dan moral yang baik.
Dalam promosi kesehatan seringkali bidan dihadapkan pada beberapa
permasalahan yang dilematik, artinya pengambilan keputusan yang sulit
berkaitan dengan etika. Dilema muncul karena terbentuk pada konflik moral,
pertentangan batin atau pertentangan antara nilai-nilai yang diyakinkan
bidan dengan kenyataan yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan dilema moral pada kehamilan dan persalinan ?
2. Apa contoh kasus kejadian dilema moral pada kehamilan dan persalinan
yang sedang hangat di masyarakat ?

1
3. Bagaimana langkah-langkah penyelesaian kasus dilemma moral pada
kehamilan dan persalinan sesuai dengan etik kebidanan dan UU yang
mengatur praktik bidan ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami dilemma moral pada kehamilan dan


persalinan.
2. Dapat memecahkan isu dilema moral pada kehamilan dan persalinan yang
beredar di masyarakat.
3. Mengetahui langkah-langkah penyelesaian isu dilema moral pada
kehamilan dan persalinan sesuai dengan etik kebidanan dan UU yang
mengatur praktik bidan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dilema Moral pada Kehamilan dan


Persalinan

Isu moral adalah merupakan topik yang penting


berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan
sehari-hari, sebagai contoh nilai-nilai yang berhubungan
dengan kehidupan orang sehari-hari menyangkut kasus
abortus, euthanasia, keputusan untuk terminasis
kehamilan. Isu moral juga berhubungan dengan kejadian
yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari, seperti
menyangkut konflik, malpraktik, dsb.

Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan


dimana dihadapkan pada dua alternative pilihan , yang
kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan
pemecahan masalah. Ketika mencari solusi atau
pemecahan masalah harus mengingat akan tanggung
jawab profesinal, yaitu :

1. Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan,


kesejahteraan pasien atau klien.
2. Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan
sesuatu bagian (omission), disertai dengan rasa tanggung
jawab, memperhatikan kondisi dan keamanan pasien atau
klien.

UU yang mengatur praktik bidan


1. Pasal 53 pada UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
menetapkan sebagai berikut
a. Ayat 2, Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya
berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien.
b. Ayat 4, Ketentuan mengenai standar profesi dan hak
pasien sebagaimana dimaksudkan dalam Ayat (2)
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Penjelasan Pasal
53 UU No. 23/92 Tentang Kesehatan.
c. Ayat 2, Standar profesi adalah pedoman yang harus
3
dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi
secara baik. Tenaga kesehatan yang berhadapan dengan
pasiendalam melaksanakan tugasnya harus menghormati
hak pasien.Yang dimaksud dengan hak pasien adalah hak
atas informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak
atas rahasia kedokteran dan hak atas pendapat kedua.
(Wahyuningsih. 2008: 63)

2. Diatur juga dalam Registrasi dan Praktik bidan pada


KepMenKes No. 900/2002 Pasal 25 ayat 2, tentang kewaji
ban bidan dalammenjalankan kewenangannya yaitu :
a. Memberikan informasi. Informasi mengenai pelayanan
atau tindakan yang diberikan dan efek samping yang
ditimbulkan perlu diberikan secara jelas, sehingga
memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengambil
keputusan yang terbaik bagi dirinya.
b. Meminta persetujuan yang akan dilakukan. Pasien berhak
mengetahui dan mendapat penjelasan mengenai semua
tindakan yang dilakukan kepadanya. Persetujuan dari
pasien dan orang terdekat dalam keluarga perlu
dimintakan sebelum tindakan dilakukan. (Wahyuningsih.
2008 : 63).
3. Pada KepMenKes No. 900/2002, Bab IX, Sanksi, Pasal 42
menyebutkan bahawa bidan yang dengan sengaja ;
Melakukan praktik kebidanan tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 25 ayat
(1) dan (2); dipidana sesuai ketentuan Pasal 35 Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga.

2.2 Kasus kejadian dilema moral pada kehamilan dan


persalinan yang sedang hangat di masyarakat

1 Ibu hamil Y datang ke BPS untuk memeriksaan kehamilannya. Setelah diperiksa , ibu Y


4
mempunyai penyakit kelainan jantung. Bidan mengatakan pada ibu bahwa kehamilan ini
beresiko tinggi. Karena penyakit jantung ibu tersebut dapat menyebabkan kematian saat ibu
bersalinan. Bidan menyarankan kepada ibu Y untuk menggugurkan kandungannya ke dokter
Obstetri dan Ginekology tapi ibu menolak.  Ibu dan keluarga sangat menginginkan bayi ini
karena ini merupakan anak pertama dan sangat dinanti dalam keluarga.

2 Seorang ibu primpara Z masuk kamar bersalin dalam keadaan inpartu. Ibu Z mengatakan
tidak mau di episitotomi. Ternyata selama kala II kemajuan kala II berlansung lambat,
perineum masih tebal dan kaku. Keadaan ini sudah dijelaskan kepada klien oleh bidan, tetapi
ibu tetap pada pendiriannya menolak di episiotomi. Sementara waktu berjalan terus dan
denyut jantung janin menunjukkan fetal distress, hal ini mengharuskan bidan melakukan
tindakan episiotomy, tetapi ibu tetap tidak menyetujuinya. Bidan berharap bayinya selamat.

2.3 Keputusan Bioetik 10 Langkah

1. Analisa situasi yang dihadapai untuk menentukan masalah


dan keputusan yang dibutuhkan :
a. Masalah kesehatan dan tersedianya data ilmiah
- ibu tidak mau di epsiotomi padahal proses kala II
perineum masih tebal dan kaku
b. Keputusan atau tindakan pertama yang diprioritaskan
selama tidak ada keputusan lebih
lanjut
- bidan menjelaskan keadaan agar klien mau d episotomi
c. Individu sebagai peserta atau pemain yang terlibat atau di
pengaruhi keputusan
- ibu primpara dengan inpartu tidak mau d epsiotomi dan
bidan yang dilema mengambil keputusan.

2. Informasi tambahan untuk memperjelas situasi


Bidan melakukan pemeriksaan fisik dengan memeriksa
tanda-tanda vital, pemeriksaan anogenital serta
pemeriksaan dalam atas indikasi adanya tanda-tanda
inpartu. Didapatkan hasil pemeriksaan Ibu Z sudah dalam
persalinan kala II dan berlangsung lambat. perineum
masih tebal dan kaku, djj menunjukkan fetal dan distress.
Namun Ibu Z tidak setuju bila akan dilakukan episiotomy.

3. Mengidentifikasi aspek etis dan masalah yang di hadapi


a. Menggali akar sejarah dari setiap isu
- Seorang ibu hamil bisa jadi tidak menunjukkan masalah
apa pun pada saat kontrol selama kehamilan. Akan tetapi,
terjadi perdarahan hebat setelah persalinan yang akhirnya
menyebabkan kematian. Ini adalah penyebab tertinggi
kematian ibu hamil di Indonesia. Masalah lain adalah
partus (melahirkan) lama atau partus macet. Sehingga
setiap kehamilan adalah berisiko. dsb

b. Menggali posisi atau kedudukan agama dan falsafat


terhadap isu tersebut
- Episiotomi dilakukan harus dengan indikasi, jika
ditemukan risiko persalinan macet karena bahu bayi yang
lebar, barulah dilakukan episiotomi

c. Menggali pandangan masyarakat atau larangan terhadap


setiap isu
- Salah satu hal yang paling banyak ditakuti oleh para ibu
hamil pada saat proses mela hirkan adalah episiotomi. Saat
ini banyak pandangan di masyarakat bahwa proses
persalinan harus dilakukan melalui episiotomi. Kadang
ketakutan yang berlebih ini, justru membuat proses
persalinan itu sendiri menjadi tidak berjalan lancar.

4. Bedakan posisi pribadi dan posisi moral professional


a. Meninjau keterdesakan individu akibat isu tersebut
- Menanyakan kejelasan dan kepastian dari titik tolaknya
b. Meninjau kode etik profesi
- Bidan mempunyai kewenangan melakukan episiotomi
atas indikasi yang terjadi dengan syarat persetujuan klien.
c. Mengidentifikasi konflik yang sedang terjadi sesuai
dengan ketentuan dari profesi kesehatan
- Bidan menganjurkan tindakan episiotomi karena sudah
memasuki keadaan darurat namun klien tetap menolak
d. Mengidentifikasi tingkat perkembangan moral dalam diri
individu
- Ibu masih tetap berpegang teguh pada isu moral pada diri dan
lingkungannya

5. Dasar dari konfentikal posisi moral dan keunikan individu


berlainan
- Bidan menganjurkan dilakukan episiotomi karena
perineum masih kaku dan DJJ sudah memasuki fetal
distress dan bidan berharap bayinya selamat namun ibu
tetap menolak anjuran dari bidan.

6. Identifikasi nilai konflik nilai (jika ada)


a. Mencoba untuk mengerti dasar dari konflik
- satu hal yang paling banyak ditakuti oleh para ibu hamil
pada saat proses melahirkan adalah tindakan episiotomy .
dan sebagian masyarakat berfikir bahwa melahirkan selalu
dilakukan dengan tindakan episiotomy. Bayangan akan
rasa sakit yang tak terkira pada saat proses episiotomi
selalu menghantui para ibu hamil. Hal ini yang
mengakibatkan ibu tidak mau dilakukan tindakan
eposiotomy.

b. Mencoba mencari solusi dari konflik


- Bidan harus melakukan IPE (Interprofessional Edication)
agar ibu dapat memahami situasi ini dan jika ibu masih
menolak kita harus tetap mengkuti prosedur yang ada dan
mengikuti pilihan ibu

c. Menantikan bantuan lain yang dibutuhkan untuk mencari


solusinya
- Dapat dikonsultasikan kepada dokter obgyn

7. Gali pembuat keputusan


- Memberikan IPE pada klien dan menuntunnya dalam
mengambil keputusan yang terbaik bagi kondisinya.
Tetapi keputusan mutlak berada di tangan klien.

8. Identifikasi jenis-jenis tindakan dengan mengantisipasi


hasil dari masing-masing tindakan

- Melakukan anamnesa dan pemeriksaan ttv pada ibu


- Melakukan IPE (Interprofessional Edication) agar ibu
dapat memahami situasi ini
- Bidan memberikan pilihan (inform choice) serta
menjelaskan resiko dari pilihan yang diambil
- Bidan mengajukan pernyataan penolakan tindakan
(informed consent) untuk ditandatangani oleh pasien agar
bidan tidak digugat suatu saat nanti bila terjadi komplikasi

9. Tentukan langkah-langkah tindakan


- Melakukan anamnesa dan pemeriksaan ttv pada ibu. Hal
ini dilakukan untuk melihat
kemungkinan apa saja yang dapat terjadi atau tindakan apa
yang dapat dilakukan
- Melakukan IPE (Interprofessional Edication). Bertujuan
untuk menjelaskan dan memberikan pengertian kepada ibu
secara detail agar ibu dapat mengerti bagaimana prosedur
tindakan yang akan diberikan atau dilakukan bidan.
- Bidan memberikan pilihan (inform choice) serta
menjelaskan resiko dari pilihan yang diambil. bertujuan
memberikan kebebasan pada Ibu untuk memilih atau
membuat keputusan lain setelah diberikan IPE.
- Bidan mengajukan pernyataan penolakan tindakan
(informed consent) untuk ditandatangani oleh pasien. Hal
ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman atau
penggugatan bidan oleh Ibu apabila nantinya terjadi
komplikasi pada ibu.
- Keempat hal di atas perlu dilakukan dengan cepat agar
tidak terjadi keterlambatan dalam melakukan tindakan
sesuai dengan keputusan terakhir ibu.

10 Evaluasi dari keputusan


Bidan telah mengupayakan keputusan yang terbaik untuk
klien dengan banyak pertimbangan terhadap kondisi bayi
dan klien. Dan bidan akan melakukan tindakan yang
dirasa tepat untuk kondisi kliennya. Apabila klien tidak
mau di epis, seharusnya saat kehamilan klien dapat
mengikuti kelas yoga untuk melenturkan perineum agar
mencegah adanya episiotomy.

2.4 Langkah-langkah penyelesaian kasus dilema moral


pada kehamilan dan persalinan sesuai dengan etik
kebidanan dan UU yang mengatur praktik bidan

Tahap I Diskusi Kelompok Tugas Fasilitator

KATA BARU Dokter Obstetri & Ginekology

(KATA BARU adalah


kata yang menurut
anggota kelompok
sebagai kata yang baru
diketahui)

IDENTIFIKASI FAKTA  Pasien ibu hamil dating ke


(identifikasi fakta adalah BPS.
fakta-fakta dari pemicu
yang dianggap menjadi  Bidan menemukan kelainan
masalah atau bagian dari jantung pada ibu.
masalah)
 Bidan menyarankan ibu
menggugurkan
kandungannya ke Dokter
Obstetri & Ginekology.

 Ibu menolak usulan Bidan.

 Ibu & Keluarga


menginginkan anak karena
ini anak pertama.
MASALAH UTAMA Ibu hamil dengan kelainan
(yang menjadi inti utama jantung menolak menggugurkan
dari masalah pada kandungannya.
pemicu)

RUMUSAN MASALAH Apakah resiko yang ditimbulkan


(yaitu kalimat bertanya jika ibu tidak menggugurkan
yang dirumuskan dengan kandungannya?
mengacu pada
MASALAH UTAMA
dan data lain sebagai
PEMICU)

DATA TAMBAHAN -
(dapat ditanyakan pada
fasilitator)

LARNING ISSUE YANG 1. Bidan fasilitator


MUNGKIN mengarahkan
TERJARING (kelompok Mengapa ibu tidak mau mahasiswa unuk
membuat pertanyaan- menggugurkan kandungannya? dapat membuat list
pertanyaan yang 2. Dokter Obgyn pertanyaan dan
bertujuan untuk &Ginekology meminta
menjawab/menyelesaikan mahasiswa
masalah pada pemicu) Apakah resiko yang ditimbulkan mencoba
jika ibu tidak menggugurkan menjawab learning
kandungannya? issue .

3. Psikologi

Apa dampak kejiwaan ibu jika


kandungannya digugurkan?
6

ANALISIS MASALAH Fasilitator


Pasien ibu hamil datang ke
(yaitu kelompok diminta
BPS, periksa kehamilan
mengarahkan
membuat diagram kelompok untuk
alur/peta konsep dari mebuat analisis
penyebab dan proses maslah dalam
terjadinya masalah adanya
Bidan menemukan bentuk peta
tersebut
kelainanberdssarkan
jantung pada ibu konsep/diagram
pengetahuan yang sudah alur terjadinya
dimiliki dan diskusi masalah tersebut.
kelompok)
Bidan menjelaskan resiko
kelainan jantung pada ibu
dan janin

Bidan menyarankan
menggugurkan kandungan
ke Dokter Obgyn dan
Ginekology

Ibu menolak saran bidan


karena janin anak pertama

HIPOTESIS Jika kandungan tidak


digugurkan akan mengancam
keselamatan ibu dan bayi dan
apabila digugurkan akan
mengganggu kejiwaan ibu.

REFERENSI TERKAIT Komunikasi,etika dan profesi

REFLEKSI Pertanyaan untuk refleksi :


7 1. Apakah ada pengetahuan
baru yang diperoleh?

 Ada. Jika ibu


menggugurkan bayi, akan
mengalami gangguan
kejiwaan.

2. Apakah ada pengetahuan


yang sudah kamu miliki
dapat digunakan/bermanfaat
dalam penyelesaian kasus
ini?

 Ada. Kelainan jantung


beresiko tinggi pada
kehamilan ibu.

3. Apakah ada informasi/ilmu


yang tidak diketahui oleh
kelompok?

 Ada. Saat ibu


menggugurkan
kandungan, akan
menggangu kejiwaan ibu.

4. Apakah semua anggota tim


memahami keilmuan atau
profesi masing-masing?

 Ya

5. Apakah ada tumpang tindih


keilmuan/peran profesi?

 Tidak ada

Tahap II Diskusi Kelompok Tugas Fasilitator

KATA BARU Primipara, bersalin, inpartu,


episiotomi, perenium, fetal 8
(KATA BARU adalah distress
kata yang menurut
anggota kelompok
sebagai kata yang baru
diketahui)

IDENTIFIKASI FAKTA 1. Ibu primipara masuk kamar


(identifikasi fakta adalah bersalin dalam keadaan
fakta-fakta dari pemicu inpartu
yang dianggap menjadi
masalah atau bagian dari 2. Ibu tidak mau dilakukan
masalah) episiotomy

3. Kemajuan kala II
berlangsung lambat,
perineum masih tebal dan
kaku

4. DJJ menunjukkan fetal


distress

MASALAH UTAMA Ibu tidak mau dilakukan


(yang menjadi inti utama episiotomy
dari masalah pada
pemicu)

RUMUSAN MASALAH 1. Mengapa ibu tidak mau


(yaitu kalimat bertanya dilakukan episiotomy ?
yang dirumuskan dengan
mengacu pada 2. Apa resiko yang
MASALAH UTAMA ditimbulkan bila tidak
dan data lain sebagai dilakukan episiotomy ?
PEMICU) 3. Bagaiman Bidan
meyakinkan ibu agar
tersedia dilakukan tindakan
episiotomy ?

DATA TAMBAHAN DJJ menunjukkan fetal distress


(dapat ditanyakan pada
fasilitator)

LARNING ISSUE YANG Etikolegal Profesi Fasilitator


MUNGKIN 9 mengarahkan
TERJARING (kelompok 1. Mengapa harus dilakukan mahasiswa unuk
membuat pertanyaan- tindakan episiotomy ? dapat membuat list
pertanyaan yang 2. Mengapa ibu tidak bersedia pertanyaan dan
bertujuan untuk dilakukan episiotomy ? meminta mahasiswa
menjawab/menyelesaikan mencoba menjawab
masalah pada pemicu) 3. Apa dampak yang terjadi learning issue .
jika tidak dilakukan
episiotomy ?

Bidan

1. Mengapa kemajuan kala II


berlangsung lambat ?

2. Apa penyebab DJJ janin


menunjukkan fetal distress?

ANALISIS MASALAH Fasilitator


Ibu primpara, keadaan
(yaitu kelompok diminta mengarahkan
inpartu, tidak mau dilakukan
membuat diagram kelompok untuk
episiotomi.
alur/peta konsep dari mebuat analisis
penyebab dan proses maslah dalam
terjadinya masalah bentuk peta
tersebut berdssarkan
Kemajuan kala II konsep/diagram alur
pengetahuan
berlangsungyang sudah
lambat, terjadinya masalah
dimiliki dan masi
perineum diskusi
tebal dan tersebut.
kelompok)
kaku .

Ibu tetap pada pendiriannya


menolak untuk dilakukan
episiotomi.

Waktu terus berjalan dan


DJJ menunjukkan fetal
distress.

10
Bidan berharap ibu dan bayi
dapat selamat.

HIPOTESIS Bidan menganjurkan dilakukan


episiotomi karena kemajuan
kala II berlangsung lambat dan
DJJ menunjukkan fetal
distress. Bila mana perineum
masih tebal dan kaku maka
akan menutup jalan lahir,
persalinan akan macet dan
berlangsung lama sehingga
timbul komplikasi pada ibu
dan bayi serta di sisi lain DJJ
sudah menunjukkan fetal
distress yang ditakutkan bayi
tidak akan tertolong.
Sedangkan bidan berharap bayi
dapat lahir dengan selamat dan
sehat serta ibu juga sehat.

REFERENSI TERKAIT Penanganan kedaruratan,


komunikasi, etika dan profesi.

REFLRKSI Pertanyaan untuk refleksi :

1. Apakah ada pengetahuan


baru yang diperoleh?

 Ada. Bidan melakukan


episiotomi tanpa
persetujuan klien, maka
bidan akan dihadapkan
pada tuntutan dari klien.

2. Apakah ada pengetahuan


yang sudah kamu miliki
dapat digunakan/bermanfaat
dalam penyelesaian kasus
ini?

 Ada. Selama melakukan


tindakan sesuai dengan
11 SOP, maka tindakan
yang dilakukan bidan
dapat
dipertanggungjawabkan

3. Apakah ada informasi/ilmu


yang tidak diketahui oleh
kelompok?

 Ada. Jika melakukan


tindakan tanpa
persetujuan klien, maka
bidan dapat dihadapkan
pada tuntutan dari klien.

4. Apakah semua anggota tim


memahami keilmuan atau
profesi masing-masing?

 Ya

5. Apakah ada tumpang tindih


keilmuan/peran profesi?

 Tidak. Semua bertindak


sesuai SOP dan memiliki
prinsip yang sama.

BAB III
12
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat,


dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan
kebidanan terhadap etika. Etika adalah penerapan dari proses dan teori filsafat
moral pada situasi nyata. Etika berpusat pada prinsip dasar dan konsep bahwa
manusia dalam berfikir dan tindakannya didasari nilai-nilai.
Moral merupakan pengetahuan atau keyakinan tentang adanya hal yang
baik dan buruk serta mempengaruhi sikap seseorang. Kesadaran tentang
adanya baik dan buruk berkembang pada diri seseorang seiring dengan
pengaruh lingkungan, pendidikan, sosial budaya, agama dsb, hal inilah yang
disebut kesadaran moral atau kesadaran etik. Moral juga merupakan
keyakinan individu bahwa sesuatu adalah mutlak baik atau buruk walaupun
situasi berada.

Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana


dihadapkan pada dua alternatif pilihan, yang kelihatanya sama atau hampir
sama dan membutuhkan pemecahan masalah harus mengigat akan tanggung
jawab profesional sebagai seorang bidan. Dilema ini sering kita jumpai pada
masalah kehamilan, persalinan, KB , dan neonatal yang menjadi suatu hal
yang membingungkan bagi seorang bidan.

3.2 Saran

a. Seorang Bidan harus mengetahui tentang dilema moral dalam lingkungan


kebidannanya.
b. Bidan perlu mengetahui bagaimana mengambil keputusan yang sulit
berkaitan dengan etika.
c. Bidan juga harus mengetahui bahwa dalam layanan kebidanan seringkali
muncul masalah dan dilema di masyarakat berkaitan dengan etik dan
moral, serta konflik yang dihadapi bidan sebagai praktisi kebidanan.
13
DAFTAR PUSTAKA
14

Scribd.com “Dilema Dan Konflik Moral” 23 Mei 2013


<https://www.scribd.com/doc/143212210/Dilema-Dan-Konflik-Moral> [diakses pada 4
Maret 2019]

Wahyuningsih, Heni Puji. 2008. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta :


Fitramaya.

15

Anda mungkin juga menyukai