Anda di halaman 1dari 6

Sekarat dan Kematian

Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang
memilikibebagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal, kematian (death) merupakan
kondisiterhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respon otak, atau dapat
jugadikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak
secaramenetap. (Hidayat, 2006)

Dunia Kedokteran menetapkan tiga fase kematian. Mulai dari mati klinis, mati otak, hingga fase
final kematian secara biologis di mana jasad jadi kaku dan proses pembusukan dimulai.

1. Fase pertama disebut mati klinis ditandai dengan berhentinya pernapasan dan detak
jantung. Pada fase ini, impuls dari otak memudar dan panca-indera tidak lagi bereaksi.
2. Fase kedua kematian disebut Mati Otak. Pada tahapan ini semua fungsi otak berhenti.
Pasien biasanya masih bisa "hidup" karena dibantu alat-alat kedokteran, seperti alat
pernapasan alat pacu jantung dan lainnya.
3. Fase kematian biologis ditandai dengan kematian milyaran sel-sel tubuh. Karena tidak
ada regenerasi sel, tanda-tanda kematin jelas terlihat. Kulit jasad menunjukkan bercak-
bercak kematian dan jasad menjadi kaku. Proses pembusukan juga dimulai dan
berlangsung cepat. Pada fase ini sudah tidak diragukan lagi. bahwa makhluk hidup sudah
mati.

Perawatan Kepada keluarga yang ditinggalkan

Kehilangan buah hati karena SIDS tentunya sangat berat bagi orang tua, seperti menyalahkan diri
sendiri, tidak bisa menerima kenyataan, hingga depresi berat. Sebagai pasangan atau kerabat
dekat, respon umum berikut ini bisa Anda waspadai dari mereka yang baru saja kehilangan bayi
akibat SIDS:

 Syok berat. Setelah kematian dan kehilangan buah hati, mungkin awalnya orang
tua cenderung mati rasa, ini merupakan respon defensive guna melindungi
perasaannya dari rasa sakit akibat kepergian bayi.
 Tidak menerima kenyataan. Orang tua berpikir bahwa bayinya tidak mungkin
meninggal dunia, sehingga mereka terus melihat putra atau putrinya tidur di
ranjang atau mendengar tangisannya di malam hari.
 Berputar di lingkaran yang sama. Setelah kematian dan kehilangan buah hati,
pikiran orang tua mungkin terus berpusat pada mindset “seandainya kalau”, untuk
mencari skenario terbaik agar anaknya bisa diselamatkan saat itu.
 Kerinduan yang mendalam. Orang tua mungkin bisa menghabiskan waktu lima
menit untuk berdoa agar bisa dipertemukan dengan anaknya kembali, sehingga
mereka dapat memberi tahu sang anak betapa mencintainya mereka.
 Kebingungan. Setelah kematian dan kehilangan anak akibat SIDS, ingatan orang
tua mungkin mengabur. Saat sedang mengemudi, mereka mungkin lupa sehingga
keluar dari rute perjalanan dan tidak mengingat destinasi awalnya. Terkadang
orang tua mempertanyakan kewarasannya sendiri, meskipun sebenarnya mereka
tidak mengalami gangguan jiwa. Rasa sakit yang teramat dalam dapat
memengaruhi sistem emosi dan psikologis sang orang tua pada tingkat yang
ekstrem. 
 Rasa bersalah. Perasaan bersalah tampaknya menjadi salah satu respon yang
paling umum dirasakan orang tua pasca kepergian bayi akibat SIDS. Sebagai
orang tua, mereka mungkin terus mencari cara terbaik yang seharusnya bisa
mereka lakukan pada hari itu untuk mencegah kematian sang buah hati.
 Tidak berdaya. Selain perasaan bersalah, orang tua juga sering mengalami
perasaan tidak berdaya yang berkaitan dengan perasaan bahwa mereka tidak
mampu melindungi anaknya sendiri dari marabahaya.
 Kemarahan. Menjadi emosional dan frustasi juga merupakan salah satu respon
orang tua setelah kehilangan anak akibat SIDS. Orang tua merasa marah karena
kematian anaknya tidak disengaja dan emosi ini dapat meningkat dari waktu ke
waktu. Orang tua juga mungkin marah karena melihat hidup orang lain bersama
anaknya sendiri seolah berjalan dengan baik, tetapi tidak untuk hidupnya.
 Kehilangan harapan. Orang tua tidak hanya berduka untuk anaknya, tetapi juga
untuk harapan dan impian yang sudah mereka rancang untuk kehidupan anaknya
di masa depan. Kesedihannya semakin meningkat saat mereka mengharapkan
anaknya mulai sekolah, lulus, kuliah, menikah, dan lain-lain. Waspadai adanya
pemicu ini di masa mendatang. Biarkan sang orang tua berduka, karena ini adalah
bagian normal dari proses penyembuhan.

Kematian dan kehilangan anak bukan hal yang mudah dilupakan begitu saja. Namun, keluar dari
kesedihan yang berlarut-larut juga menjadi tugas penting untuk menjalani kehidupan dengan
optimis dan realistis. Berikut beberapa cara yang bisa orang tua lakukan sebagai langkah
pemulihan pasca kehilangan anak akibat sudden infant death syndrom (SIDS), di antaranya:

 Percaya bahwa sang orang tua sudah melakukan yang terbaik. Memiliki rasa
bersalah yang teramat dalam merupakan respon yang paling umum dirasakan oleh
orang tua yang kehilangan anak akibat SIDS. Maafkan diri sendiri yang tidak
sempurna, dan percayalah bahwa orang tua sudah melakukan yang terbaik
sebisanya.
 Menerima kebahagiaan. Salah satu rintangan utama yang dialami orang tua
ketika kembali ke kehidupan adalah ketidakmampuan untuk menerima
kebahagiaan. Tidak masalah untuk tertawa di tengah duka, tersenyum dan
berbahagialah. Karena kebahagiaan adalah salah satu pemicu agar orang tua
mampu bertahan hidup. 
 Melangkah ke depan. Sangat penting untuk menata masa depan sang orang tua
sedikit demi sedikit. Fokus pada tugas-tugas lain yang perlu dikerjakan agar tidak
terus tenggelam dalam kesedihan, seperti beres-beres, mencuci pakaian, atau
memberi makan peliharaan. Dari kegiatan sederhana tersebut secara perlahan
akan membuat sang orang tua bangkit dan melangkah ke depan untuk terus
bertahan hidup.
 Ingat hal-hal positif. Fokuslah pada peristiwa positif dan pengalaman baik yang
sang orang tua miliki dengan anaknya daripada momen saat mereka kehilangan
anaknya.
 Sharing dengan orang lain. Banyak orang di sekitar sang orang tua yang ingin
mendukung dan menyemangati pasca kematian anak, tetapi mereka tidak tahu
harus berbuat apa. Tidak ada salahnya ajak bercerita kepada mereka. Biarkan
teman dan keluarga mengetahui apa yang sedang sang orang tua rasakan dan
butuhkan saat ini. Jangan pernah takut untuk meminta bantuan.

Perawat Maternitas adalah tenaga professional dibidang keperawatan sebagai bagian integral
dari pelayanan Kesehatan yang memberikan pelayanan kepada individu pada masa kehamilan,
persalinan dan masa nifas sesuai dengan kebutuhannya. Terdapat 5 komponen keperawatan
maternitas dalam memberikan perawatan pada ibu dan keluarga yang mengalami kehilangan
selama periode perinatal :

1. Perawat melakukan pengkajian untuk memahami apa yang dimaksud dengan kehilangan
dan bagaimana arti dari kehilangan tersebut bagi ibu dan keluarganya.
2. Perawat menerima kondisi ibu dan keluarga yang sedang berduka, memahami berbagai
perasaan dan persepsi yang dialami oleh setiap anggota keluarga.
3. Mengacu pada kegiatan yang dilakukan perawat meliputi perawatan fisik, kenyamanan
dan keamanan ibu beserta keluarganya, seperti melakukan postpartum, mendampingi dan
memberi dukungan pada ibu dan keluarga saat mengalami proses berduka.
4. Upaya perawat dalam menawarkan berbagai alternatif dalam mengatasi masalah yang
sedang dihadapi. Perawat memberikan informasi, bimbingan antisipasi, pilihan dalam
mengambil keputusan dan dukungan selama perawatan di rumah sakit dan setelah pulang
ke rumah sehingga ibu dan keluarga tidak merasa sendirian dan lebih mampu
mengendalikan situasi yang dapat menyebabkan stress.
5. Perawat memberikan dorongan pada ibu dan keluarga agar mempercayai kemampuan
mereka sendiri dalam mengumpulkan kekuatan dan berusaha untuk pulih. Perawat juga
terus meluangkan waktu untuk menemani ibu dan keluarga, menggali kekuatan dan
kemampuan kping serta penerapannya dalam menghadapi peristiwa kehilangan.

Kasus
Stefani, ibu muda yang tengah mengalami defresi berat asyik menggendong dan bahkan
memandikan jasad bayi putranya, Reza Asmara yang berusia 3 bulan. Stefani menolak
menguburkan bayinya yang telah meninggal sejak 2 hari yang lalu. Seperti ditayangkan Liputan
6 Pagi SCTV, Senin (9/3/2015), aparat kepolisian dari Polsekta Banjarmasin Tengah,
Kalimantan Selatan pun terpaksa merebut jasad bayi. Sebab, setelah dibujuk Stefani tidak juga
mau menyerahkan bayinya untuk dikuburkan. Stefani, sang ibu malang yang tidak rela
kehilangan anak akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum, Banjarmasin untuk
mendapat pertolongan. Sedangkan jasad anaknya dibawa ke RSUD Ulin Banjarmasin untuk
divisum. Sebab terdapat tanda biru di leher bayi yang diduga bekas jeratan. Stefani sudah 2 kali
dirawat di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. (Dan/Ans)
DAFTAR PUSTAKA
https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/proses-tubuh-sekarat-hingga-meninggal/#gref

https://www.merdeka.com/sehat/inilah-fase-fase-kematian-menurut-dokter.html

https://hellosehat.com/kehamilan/perawatan-ibu/depresi-kehilangan-bayi-meninggal/#gref

https://www.alomedika.com/menyampaikan-kabar-buruk-kepada-keluarga-pasien

https://www.liputan6.com/news/read/2187531/bayi-mati-2-hari-ibu-depresi-tak-mau-menguburkannya

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-10/126756-Esti%20Budi%20Rahayu.pdf

Anda mungkin juga menyukai