Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH DASAR DASAR PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

“ZAT ANTIKOAGULASI, GDS DAN KOLONOSKOPI”

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 :

1. ARDILAN
2. SINTA ARSITA
3. NI KADEK ANDRI ANI PUTRI
4. ATI MULIATI
5. ANITA SARI
6. ALDA YUSPITA
7. ILHAM MAIKAL
8. MUHAMMAD ADHA AFNUR
9. SYELLA ELYANINGSI
10. SEPTA NADIA
11. ANDI NURAENI
12. TRI INDAH LESTARI
13. NUR AFNI SAFITRI
14. DEWI MUTMAINNAH
15. ASRI RAHMAWATI
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai.Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
para pembaca.Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 10 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN

BAB II PEMBAHASAN

PEMERIKSAAN ZAT ANTIKOAGULASI

PEMERIKSAAN GDS

PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemeriksaan diagnostik merupakan penilaian klinis tentang respon individu ,keluarga dan
komunikasi terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual maupun
potensial. Pemeriksaan juga dilakukan dengan prosedur diagnostic, dengan adanya
pemeriksaan prosedur diagnostik dapat membantudalam pengkajian klien.Penting untuk
mengklarifikasi kapan pemeriksaandiagnostik diperlukan sehingga tindakan yang dilakukan
pada pasien akanlebih terarah dan tidak merugikan karena harus mengeluarkan biaya untuk
halyang sebenarnya dapat dihindari.

Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individuterhadap suatu


masalah kesehatan.Hasil suatu pemeriksaan sangat pentingdalam membantu diagnosa,
memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa.

Pemeriksaan diagnostic adalah penilaian klinis tentang respon individu,keluarga,dan


komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan actual maupun potensial.

Terdapat faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
Pra instrumentasi
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter.
Hal ini karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
a.       Pemahaman instruksi dan pengisian formulir
b.      Persiapan penderita
c.       Cara pengambilan sampel
d.      Penanganan awal sampel dan transportasi

B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan pemeriksaan zat antikoagulasi
2. Menjelaskan pemeriksaan GDS
3. Menjelaskan pemeriksaan kolonoskopi

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mampu menjelaskan pemeriksaan zat antikoagulasi
2. Mampu menjelaskan pemeriksaan GDS
3. Mampu menjelaskan pemeriksaan kolonoskopi

BAB II

PEMBAHASAN
PEMERIKSAAN ZAT ANTIKOAGULASI

A. DEFINISI
Obat antikoagulan adalah obat yang perfungsi mencegah pengumpulan darah.obat
ini bekerja dengan cara menghambat kerja protein yang terlibat dalam proses pembekuan
darah. Obat antikoagulan sering disebut sebagai obat pengencer darah , namun
sebenarnya obat antikoagulan tidak mengencerkan darah, tetapi memperpanjang waktu
darah untuk membeku. Proses pembekuan darah berperan pentin g untuk mengentikan
perdarahan jika terjadi luka. Namun darah yang membeku dan menggumpal di otak
,jantung atau paru paru justru berbahaya karena dapat menyumbat atau menghentikan
aliran darah ke organ tersebut.
B. TUJUAN
Untuk membantu mencegah pengumpalan darah menjadi lebih besar dan dapat
digunakan untuk mencegah pembekuan darah vena atau untuk mengobati kondisi ntu
seperti pembuluh darah,jantung atau paru.
C. INDIKASI
Obat antikoagulan bekerja dengan cara menghambat kerja protein yang terlibat dalam
proses pembekuan darah, yang disebut faktor pembekuan darah. Umumnya obat
antikogaulan digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit seperti:
1. Fibrilasi atrium.
2. Serangan jantung.
3. Penyakit jantung bawaan.
4. Stroke dan TIA.
5. Deep vein thrombosis.
6. Emboli paru.
Beberapa keadaan yang memungkinkan darah anda menjadi menggumpal lalu
kemudian dokter mengindikasikan pemberian zat/obat antikoagulan yaitu pada keadaan-
keadaan berikut ini :
1. Baru menjalani operasi penggantian lutut atau panggul.
2. Menjalani operasi penggantian katup jantung.
3. Memiliki kondisi di mana darah cenderung membeku (thrombophilia), seperti
antiphospholipid syndrome.
D. HAL-HAL PENTING YANG HARUS DI PERHATIKAN SEBELUM PEMBERIAN
ANTIKOAGULAN :

1. Konsultasikan kepada dokter bila Anda memerlukan obat antikoagulan saat


kehamilan dan menyusui, dokter akan memberikan obat antikoagulan yang sesuai.
2. Jika akan menjalani pembedahan, endoskopi, maupun tindakan pengobatan dan
diagnosis lainnya, informasikan kepada dokter jika sedang mengonsumsi obat
antikoagulan. Jika diperlukan, obat antikoagulan akan dihentikan selama beberapa
waktu.
3. Jika mengonsumsi warfarin, konsultasikan kepada dokter terkait makanan, minuman,
obat, maupun suplemen yang dapat memengaruhi kinerja warfarin.
4. Diskusikan mengenai penggunaan obat antikoagulan bila Anda memiliki penyakit
ginjal, penyakit liver, gangguan pembekuan darah, diabetes, hipertensi, dan gangguan
keseimbangan.
5. Beberapa jenis antikoagulan membutuhkan pemeriksaan darah secara rutin untuk
memastikan efektivitas dan keamanannya.
6. Diskusikan dengan dokter anak anda untuk penggunaan obat antikoagulan pada anak-
anak, guna mendapat jenis dan dosis yang tepat.
7. Beri tahu dokter semua obat-obatan yang sedang Anda gunakan atau konsumsi, bila
Anda direncanakan untuk menggunakan obat antikoagulan.

E. GOLONGAN OBAT ANTI KOAGULAN

Terdapat beberapa golongan antikoagulan yang sudah diklasifikasikan, yaitu:

1. Fondaparinux

Bentuk obat: suntik

Dosis: 2,5 mg satu kali sehari selama 30-45 hari.

2. Rivaroxaban
Bentuk obat: oral

Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT setelah operasi.

Dosis: 10 mg sekali sehari, dimulai 6-10 jam setelah operasi. Obat dilanjutkan sampai 5
minggu setelah operasi penggantian panggul dan 12-14 hari setelah operasi penggantian
lutut.

Kondisi: Pengobatan DVT dan emboli paru.

Dosis: 15 mg dua kali sehari selama 3 minggu. Setelah itu diikuti dengan 20 mg satu kali
sehari untuk pengobatan lanjutan dan pencegahan kambuhnya penyakit.

3. Apixaban

Bentuk obat: oral

Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT setelah operasi

Dosis: 2,5 mg dua kali sehari, dimulai 12-24 jam setelah operasi. Obat dilanjutkan sampai
32-38 setelah operasi penggantian panggul dan 10-14 hari setelah operasi penggantian
lutut.

Kondisi: Pengobatan DVT dan emboli paru.

Dosis: 2,5 mg dua kali sehari selama 7 hari. Setelah itu diikuti dengan 5 mg dua kali sehari
dan 2,5 mg dua kali sehari selama minimal 6 bulan untuk mencegah kekambuhan.

Kondisi: Pencegahan komplikasi stroke dan penyakit emboli lain pada penyakit fibrilasi
atrium

Dosis: 5 mg dua kali sehari. Usia ≥ 80 tahun dan berat badan ≤ 60 kg: 2,5 mg dua kali
sehari.

4. Heparin

Bentuk obat: suntik

Kondisi: Emboli arteri perifer, serangan jantung, DVT, emboli paru


Dewasa: 75-80 U/kg berat badan (BB) atau 5.000-10.000 disuntikkan melalui pembuluh
darah vena (IV), diikuti dengan 18 U/kgBB atau 1.000-2.000 U/jam melalui infus.

Anak: 50 U/kgBB IV, diikuti dengan infus 15-25 U/kgBB/jam.

Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT setelah operasi

Dosis: 5.000 U secara suntikan SC diberikan 2 jam sebelum operasi, kemudian diberikan 2-
3 kali sehari selama 7 hari atau sampai pasien dapat bergerak aktif.

Kondisi: DVT

Dewasa: 15.000-20.000 U SC dua kali sehari atau 8.000-10.000 U SC tiga kali sehari.

Anak-anak: 250 U/kgBB SC dua kali sehari.

5. Enoxaparin

Bentuk obat: suntik

Kondisi: Serangan jantung

Dewasa: 30 mg (3.000 u) IV diberikan bersama 1 mg/kgBB SC. Lalu dilanjutkan dengan


1mg/kgBB (100 u/kg) melalui SC dua kali sehari selama 8 hari atau sampai keluar dari
rumah sakit. Dua suntikan pertama yang diberikan bersamaan (IV dengan SC) tidak boleh
melebihi 100 mg (10.000 u).

Usia ≥ 75 tahun: 750 mcg/kgBB (75 u/kgBB) dua kali sehari, dengan dosis maksimum 75
mg (7.500 u) pada 2 suntikan pertama.

Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT akibat operasi (Subkutan)

Dewasa: 20-40 mg (2.000-4.000 u) sekali sehari selama 7-14 hari sampai pasien dapat
bergerak aktif, dosis pertama diberikan 10 jam-2 jam sebelum operasi. Untuk operasi
penggantian panggul, pengobatan dilanjutkan sampai 3 minggu setelah operasi dengan
dosis 40 mg (4.000 u) sekali sehari.

Anak: 500-750 mcg/kgBB (50-75 u/kgBB) dua kal sehari.


6. Nadroparin

Bentuk obat: suntik

Kondisi: Serangan jantung

Dewasa: 86 units/kgBB SC dua kali sehari selama 6 hari. Dosis pertama dapat diberikan
melalui IV.

Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT akibat operasi (Subkutan)

Dewasa: 2850 units sekali sehari selama 7 hari atau sampai pasien bergerak aktif, suntikan
pertama diberikan 2-4 jam sebelum operasi (pasien risiko sedang).

Dosis: 85 units/kgBB dua kali sehari atau 171 units/kgBB/hari sekali sehari.

Kondisi: Pencegahan gumpalan darah saat cuci darah

Dewasa: 2.850 units (BB< 50kg), 3.800 units (BB 50-69 kg), 5.700 units (BB ≥ 70 kg),
disuntikan melalui selang arteri yang menuju mesin saat mulai cuci darah.

8. Parnaparin

Bentuk obat: suntik

Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT akibat operasi (Subkutan)

Dewasa: 3.000-4.250 units, diberikan 12 jam-2 jam sebelum operasi sampai dengan 7-10 hari
setelah operasi.

Kondisi: Pengobatan DVT

Dosis: 6.400 units selama 7-10 hari

PEMERIKSAAN HB
A. PENGERTIAN PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
Adalah tindakan klinis yang dilakukan pada pasien untuk mengetahui kadar Hb dalam
darah.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kadar Hb dalam darah
2. Menetapkan kadar Hb dalam darah

C. INDIKASI

Dilakukan pemeriksaan Hb pada pasien yang membutuhkan seperti persiapan operasi,


anemi, pemberian cairan intravena yang berlebihan, penyakit hodgkins, orang yang jarang
mengkonsumsi vitamin dan mineral, menstruasi yang terlalu lama, infeksi atau penyakit
kronik dan penyakit ginjal.

D. PERSIAPAN ALAT DAN PASIEN


1. Darah kapiler
2. Darah EDTA
3. Tissue
4. Larutan HCl 0,1 N
5. Aquadest

E. PROSEDUR TINDAKAN
1. Tabung Hemometer diisi dengan larutan HCl sampai dengan tanda 2
2. Sampel darah (darah kapiler/darah EDTA) dihisap dengan pipet sahli tepat pada tandan
20µL
3. Bagian luar yang terkena darah di usap dengan tisuue
4. Darah yang berada dalam pipet sahli dimasukkan kedalam tabung hemometer yang
berisi HCl
5. Di diamkan pada suhu kamar selama 5 menit. Menunggu terbentuknya asam hematin
6. Asam hematin yang terbentuk diencerkan dengan aquadest tetes demi tetes sambil
diaduk sampai warna yang sama dengan warna standart
7. Dilaporkan dengan angka bulat (11, 11 ½ , 12, 12 ½ , dst....)
Nilai Normal:
Laki laki: 14 – 18 gr/dL
Perempuan: 12 – 16 gr/dL

F. DOKUMENTASI TINDAKAN
a. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
b. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) didalam catatan
c. Dokmentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

GULA DARAH SEWAKTU (GDS)

A. PENGERTIAN
Pemeriksaan GDS adalah Suatu tindakan untuk mengetahui hasil atau nilai gula darah
pada pasien yang dilakukan sewaktu dan tanpa persiapan apapun. Pemeriksaan gula darah
puasa (GDP) adalah tindakan untuk mengetahui hasil gula darah pasien setelah pasien
melakukan puasa minimal 8 - 10 jam. Pemeriksaan gula darah 2 jam post puasa (GD
2jam PP) adalah tindakan untuk mengetahui hasil gula darah pasien 2 jam setelah pasien
makan setelah sebelumnya pasien puasa minimal 8-10 jam.

B. TUJUAN PEMERIKSAAN GDS:

 Pemeriksaan laboratorium harian


 Acuan tidakan medis
 Pengobatan yang tepat
 Pemilihan diit yang tepat
 Pencegahan resiko hiperglikem

C. INDIKASI
1. DM
2. Klien yang tidak mengetahui penyakitnya

D. PERSIAPAN ALAT & PASIEN


1. Alat dan bahan:
a. Mesin gluco test
b. Strip stick GDS
c. Jarum / lancet GDS
d. Alkohol swab
e. Perlak dan pengalas

2. Persiapan Pasien
Puasa semalaman sekitar 10-12 jam pagi sebelum makan untuk diambil darahnya
guna diperiksa kadar gula puasa.

E. PROSEDURE TINDAKAN PEMERIKSAAN GDS :

1) Cek order dokter.


2) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih.
3) Lakukan kontrak / persetujuan dengan pasien. 
4) Bawa alat ke dekat pasien.
5) Pasang sampiran atau privasi.
6) Papan perlak dan pengalas pada bawah jari yang akan ditusuk.
7) Nyalakan mesin Gluco Test dan pastikan sudah menyala dengan baik, kemudian
pasang strip stick GDS nya secara benar dan pastikan sudah bergambar darah
pada layar.
8) Lakukan pemilihan jari untuk pemeriksaan GDS yaitu: jari telunjuk, jari tengah
dan jari manis.
9) Berikan / oleskan swab alkohol pada jari yang akan ditusuk.
10) Tusuk ujung jari pasien secara hati-hati.
11) Tekan daerah sekitar tusukan dengan jari kita agar darah keluar, pastikan darah
keluar secukupnya.
12) Tempelkan ujung stick GDS pada mesin Gluco test ke darah pasien.
13) Setelah cukup tunggulah beberapa detik untuk melihat hasilnya pada layar.
14) Setelah hasil keluar catatlah pada lembar cetatan perawat / petugas laboratorium,

Tahap Terminasi:
1. Cuci tangan dengan prinsip bersih.
2. Berpamitan dengan pasien.
3. Laporkan hasil pemeriksaan pada dokter yang meminta.

F. DOKUMENTASI
1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) didalam catatan
3. Dokmentasikan tindakan dalam bentuk SOAP
PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI

A. PENGERTIAN
Kolonoskopi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya
gangguan atau kelainan pada usus besar (kolon) dan rektum yang sering menimbulkan
gejala berupa sakit perut, darah pada tinja, diare kronis, gangguan buang air besar atau
gambaran abnormal di usus pada pemeriksaan foto Rontgen dan CT scan.
Kolonoskopi atau juga dikenal sebagai tindakan teropong usus, kerap dilakukan untuk
melihat adanya indikasi dari penyebab kanker usus besar.Orang yang berusia 50 tahun ke
atas memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker usus besar. Oleh karena itu, disarankan
untuk melakukan kolonoskopi setiap 10 tahun setelah memasuki usia tersebut guna
mendeteksi kemungkinan kanker usus besar

B. TUJUAN

Untuk memeriksa kondisi usus besar dan bagian akhir dari usus besar (rektum)
guna mendeteksi adanya ketidaknormalan pada usus besar dan rektum, seperti jaringan
usus yang bengkak, iritasi, luka, polip, atau kanker.

C. INDIKASI
Kolonoskopi dilakukan untuk menyelidiki penyebab dari gejala yang terjadi pada
usus besar, seperti buang air besar berdarah, konstipasi kronik, diare kronik, dan nyeri
perut.Selain itu, kolonoskopi juga bisa dilakukan untuk mendeteksi adanya kanker usus
besar. Deteksi ini disarankan bagi orang yang telah berusia di atas 50 tahun, walaupun
tidak memiliki faktor risiko lain selain usia. Bagi seseorang yang memiliki riwayat
kanker usus besar atau polip usus dalam keluarganya, serta terdiagnosis penyakit kolitis
ulseratif dan Crohn’s disease, pemeriksaan dapat dilakukan pada usia yang lebih muda.
Pemeriksaan untuk deteksi kanker usus besar dapat diulang setiap 10 tahun atau lebih
awal, tergantung dari faktor risiko dan hasil dari kolonoskopi sebelumnya.Di samping
mendeteksi kanker usus besar, kolonoskopi juga bisa dilakukan untuk mendeteksi dan
memotong polip usus, serta menghentikan perdarahan bila terjadi perdarahan pada usus
besar.
Kolonoskopi pada saat kehamilan sebaiknya dihindari, karena dapat memicu keguguran,
kecuali kolonoskopi dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa.Kolonoskopi pada pasien
dengan megakolon, serta kolitis ulseratif dan Crohn’s disease dengan luka yang berat
juga dapat meningkatkan risiko robeknya usus.

D. PERSIAPAN ALAT DAN PASIEN


1. PERSIAPAN ALAT
b. Alat kolonoskopi
c. Berupa selang lentur berdiameter kira-kira 1,5 cm yang dilengkapi dengan
kamera
2. PERSIAPAN KLIEN
a. Memakai pakaian yang longgar dapat memudahkan Anda untuk buang air ke
toilet.
b. Tetap berada di dekat toilet karena frekuensi Anda mengunjungi ruangan ini
akan bertambah seiring dengan mendekatnya hari kolonoskopi.
c. Mengoleskan petroleum jelly / krim popok pada daerah pantat agar dapat
mengurangi hingga mencegah iritasi pada anus.

E. PROSEDUR TINDAKAN
1. Prosedur Kolonoskopi
Pelaksanaan kolonoskopi diawali dengan pemberian anestesi atau obat bius
pada pasien melalui pembuluh darah. Obat bius ini akan membuat pasien tenang dan
terkadang mengantuk. Selanjutnya, pasien akan dibaringkan dengan posisi
menghadap samping dan lutut diangkat ke dada.

Pemeriksaan kemudian dilakukan dengan alat kolonoskop, berupa selang


lentur berdiameter kira-kira 1,5 cm yang dilengkapi dengan kamera untuk melihat
kondisi usus besar. Alat tersebut dimasukkan melalui dubur hingga menuju usus
besar.Pada tahap ini, udara digunakan untuk mengembangkan usus sehingga dinding
usus dapat terlihat jelas. Pasien akan merasa sedikit kram pada perut, namun bisa
diredakan dengan menarik napas yang panjang. Saat melaksanakan kolonoskopi,
dokter juga dapat mengambli sampel jaringan dari usus untuk dianalisis lebih lanjut
(biopsi).Pelaksanaan kolonoskopi berlangsung selama 30 menit hingga satu jam.
2. Setelah Kolonoskopi
Setelah pelaksanaan prosedur kolonoskopi, pasien harus tetap di rumah sakit
selama 1-2 jam atau hingga pengaruh anestesi berkurang. Pada tahap ini, pasien
dapat merasa sedikit kram pada perut dan kembung, namun akan mereda dengan
sendirinya. Setelah dinyatakan pulih, pasien dapat pulang ke rumah.

Pasien tidak diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan


konsentrasi seperti menyetir selama 24 jam pasca prosedur. Pasien dapat kembali
makan dan minum seperti biasa segera setelah tindakan dan dapat melakukan
kegiatan setelah beristirahat selama satu hari pasca kolonoskopi.Jika prosedur
kolonoskopi diikuti dengan pengangkatan polip atau biopsi jaringan, maka pasien
dapat mengalami perdarahan dari dubur selama satu hingga dua hari setelah
pelaksanaan kolonoskopi.

F. DOKUMENTASI PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI


1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) didalam catatan
3. Dokmentasikan tindakan dalam bentuk SOAP
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga dan
komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual maupun potensial.
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau
perjalanan penyakit serta menentukan prognosa.Karena itu perlu diketahui faktor yang
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Ganda Soebrata. 2004. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.


Buku petunjuk Pemeriksaan Laboratorium puskesmas departemen kesehatan
RI tahun 1992

http://joesrhan.blogspot.com/2012/02/makalah-pemerisaan-diagnostik.html

file:///C:/Users/ACER/Downloads/BAB%2520II(1).pdf

https://www.alodokter.com/antikoagulan

https://rumahdaunmuda.blogspot.com/2018/04/sop-pemeriksaan-hemoglobin-metode-
sahli.html

Anda mungkin juga menyukai