Anda di halaman 1dari 3

Keputusan Bioetik 10 Langkah

1. Analisa situasi yang dihadapai untuk menentukan masalah dan keputusan yang dibutuhkan :
a. Masalah kesehatan dan tersedianya data ilmiah
- ibu tidak mau di epsiotomi padahal proses kala II perineum masih tebal dan kaku
b. Keputusan atau tindakan pertama yang diprioritaskan selama tidak ada keputusan lebih
lanjut
- bidan menjelaskan keadaan agar klien mau d episotomi
c. Individu sebagai peserta atau pemain yang terlibat atau di pengaruhi keputusan
- ibu primpara dengan inpartu tidak mau d epsiotomi dan bidan yang dilema mengambil
keputusan.

2. Informasi tambahan untuk memperjelas situasi


Bidan melakukan pemeriksaan fisik dengan memeriksa tanda-tanda vital,
pemeriksaan anogenital serta pemeriksaan dalam atas indikasi adanya tanda-tanda
inpartu. Didapatkan hasil pemeriksaan Ibu Z sudah dalam persalinan kala II dan
berlangsung lambat. perineum masih tebal dan kaku, djj menunjukkan fetal dan
distress. Namun Ibu Z tidak setuju bila akan dilakukan episiotomy.

3. Mengidentifikasi aspek etis dan masalah yang di hadapi


a. Menggali akar sejarah dari setiap isu

- Seorang ibu hamil bisa jadi tidak menunjukkan masalah apa pun pada saat
kontrol selama kehamilan. Akan tetapi, terjadi perdarahan hebat setelah
persalinan yang akhirnya menyebabkan kematian. Ini adalah penyebab tertinggi
kematian ibu hamil di Indonesia. Masalah lain adalah partus (melahirkan) lama
atau partus macet. Sehingga setiap kehamilan adalah berisiko. dsb

b. Menggali posisi atau kedudukan agama dan falsafat terhadap isu tersebut
- Episiotomi dilakukan harus dengan indikasi, jika ditemukan risiko persalinan
macet karena bahu bayi yang lebar, barulah dilakukan episiotomi

c. Menggali pandangan masyarakat atau larangan terhadap setiap isu


- Salah satu hal yang paling banyak ditakuti oleh para ibu hamil pada saat proses
mela hirkan adalah episiotomi. Saat ini banyak pandangan di masyarakat bahwa
proses persalinan harus dilakukan melalui episiotomi. Kadang ketakutan yang
berlebih ini, justru membuat proses persalinan itu sendiri menjadi tidak berjalan
lancar.

4. Bedakan posisi pribadi dan posisi moral professional


a. Meninjau keterdesakan individu akibat isu tersebut
b. Meninjau kode etik profesi
c. Mengidentifikasi konflik yang sedang terjadi sesuai dengan ketentuan dari profesi
kesehatan
d. Mengidentifikasi tingkat perkembangan moral dalam diri individu

5. Dasar dari konfentikal posisi moral dan keunikan individu berlainan


- Bidan menganjurkan dilakukan episiotomi karena perineum masih kaku dan DJJ sudah
memasuki fetal distress dan bidan berharap bayinya selamat namun ibu tetap menolak
anjuran dari bidan.

6. Identifikasi nilai konflik nilai (jika ada)


a. Mencoba untuk mengerti dasar dari konflik
- satu hal yang paling banyak ditakuti oleh para ibu hamil pada saat proses melahirkan
adalah tindakan episiotomy . dan sebagian masyarakat berfikir bahwa melahirkan
selalu dilakukan dengan tindakan episiotomy. Bayangan akan rasa sakit yang tak
terkira pada saat proses episiotomi selalu menghantui para ibu hamil. Hal ini yang
mengakibatkan ibu tidak mau dilakukan tindakan eposiotomy.

b. Mencoba mencari solusi dari konflik


- Bidan harus melakukan IPE (Interprofessional Edication) agar ibu dapat memahami
situasi ini dan jika ibu masih menolak kita harus tetap mengkuti prosedur yang ada dan
mengikuti pilihan ibu

c. Menantikan bantuan lain yang dibutuhkan untuk mencari solusinya


- Dapat dikonsultasikan kepada dokter obgyn

7. Gali pembuat keputusan

8. Identifikasi jenis-jenis tindakan dengan mengantisipasi hasil dari masing-masing tindakan

- Melakukan anamnesa dan pemeriksaan ttv pada ibu


- Melakukan IPE (Interprofessional Edication) agar ibu dapat memahami situasi ini
- Bidan memberikan pilihan (inform choice) serta menjelaskan resiko dari pilihan yang
diambil
- Bidan mengajukan pernyataan penolakan tindakan (informed consent) untuk
ditandatangani oleh pasien agar bidan tidak digugat suatu saat nanti bila terjadi
komplikasi

9. Tentukan langkah-langkah tindakan


- Melakukan anamnesa dan pemeriksaan ttv pada ibu. Hal ini dilakukan untuk melihat
kemungkinan apa saja yang dapat terjadi atau tindakan apa yang dapat dilakukan
- Melakukan IPE (Interprofessional Edication). Bertujuan untuk menjelaskan dan
memberikan pengertian kepada ibu secara detail agar ibu dapat mengerti bagaimana
prosedur tindakan yang akan diberikan atau dilakukan bidan.
- Bidan memberikan pilihan (inform choice) serta menjelaskan resiko dari pilihan yang
diambil. bertujuan memberikan kebebasan pada Ibu untuk memilih atau membuat
keputusan lain setelah diberikan IPE.
- Bidan mengajukan pernyataan penolakan tindakan (informed consent) untuk
ditandatangani oleh pasien. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman atau
penggugatan bidan oleh Ibu apabila nantinya terjadi komplikasi pada ibu.
- Keempat hal di atas perlu dilakukan dengan cepat agar tidak terjadi keterlambatan
dalam melakukan tindakan sesuai dengan keputusan terakhir ibu.

10 Evaluasi dari keputusan


Bidan telah mengupayakan keputusan yang terbaik untuk klien dengan banyak
pertimbangan terhadap kondisi bayi dan klien. Dan bidan akan melakukan tindakan yang
dirasa tepat untuk kondisi kliennya. Apabila klien tidak mau di epis, seharusnya saat
kehamilan klien dapat mengikuti kelas yoga untuk melenturkan perineum agar mencegah
adanya episiotomy.

• Seorang ibu primpara Z masuk kamar bersalin dalam keadaan inpartu. Ibu Z mengatakan
tidak mau di episitotomi. Ternyata selama kala II kemajuan kala II berlansung lambat,
perineum masih tebal dan kaku. Keadaan ini sudah dijelaskan kepada klien oleh bidan, tetapi
ibu tetap pada pendiriannya menolak di episiotomi. Sementara waktu berjalan terus dan
denyut jantung janin menunjukkan fetal distress, hal ini mengharuskan bidan melakukan
tindakan episiotomy, tetapi ibu tetap tidak menyetujuinya. Bidan berharap bayinya selamat.

Anda mungkin juga menyukai