Anda di halaman 1dari 13

Dilema Moral pada

Kehamilan dan Persalinan

Nama Anggota :
Ranindya Dwi Noviyanti ( P17311191006 )
Maulida Khofifah Meiriyantika ( P17311191007 )
Maylinda Rahmawati ( P17311191008 )
Sherly Apriliandita ( P17311191011 )
Ria Khabiba Ibadati ( P17311191012 )
Rizky Ramadhani ( P17311193013 )
Pengertian Dilema Moral pada
Kehamilan dan Persalinan

Isu moral adalah merupakan topik - Ketika mencari solusi atau pemecahan masalah
yang penting berhubungan dengan Dilema moral menurut harus mengingat akan tanggung jawab profesinal,
benar dan salah dalam kehidupan Campbell adalah suatu keadaan yaitu :
sehari-hari, sebagai contoh nilai- dimana dihadapkan pada dua • Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan
nilai yang berhubungan dengan kenyamanan, kesejahteraan pasien atau klien.
alternative pilihan , yang • Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang
kehidupan orang sehari-hari kelihatannya sama atau hampir
menyangkut kasus abortus, menghilangkan sesuatu bagian (omission),
sama dan membutuhkan disertai dengan rasa tanggung jawab,
euthanasia, keputusan untuk
terminasis kehamilan. pemecahan masalah. memperhatikan kondisi dan keamanan pasien
atau klien.
Seorang ibu primpara Z masuk kamar bersalin dalam
keadaan inpartu. Ibu Z mengatakan tidak mau di
episitotomi. Ternyata selama kala II kemajuan kala II
KASUS KEJADIAN
berlansung lambat, perineum masih tebal dan kaku.
DILEMA MORAL Keadaan ini sudah dijelaskan kepada klien oleh
bidan, tetapi ibu tetap pada pendiriannya menolak
PADA di episiotomi. Sementara waktu berjalan terus dan
denyut jantung janin menunjukkan fetal distress, hal
KEHAMILAN DAN ini mengharuskan bidan melakukan tindakan
PERSALINAN episiotomy, tetapi ibu tetap tidak menyetujuinya.
Bidan berharap bayinya selamat.
10 LANGKAH PENYELESAIAN
1. Analisa situasi yang dihadapai untuk
menentukan masalah dan keputusan yang
dibutuhkan :
b. Keputusan atau
tindakan pertama yang
diprioritaskan selama
• ibu tidak mau di tidak ada keputusan • - ibu primpara dengan
epsiotomi padahal lebih lanjut inpartu tidak mau d
proses kala II perineum epsiotomi dan bidan
masih tebal dan kaku yang dilema
• bidan menjelaskan mengambil keputusan.
keadaan agar klien
a. Masalah kesehatan mau d episotomi c. Individu sebagai peserta
atau pemain yang terlibat
dan tersedianya data atau di pengaruhi
ilmiah keputusan
2. Analisa situasi • Bidan melakukan pemeriksaan fisik
dengan memeriksa tanda-tanda vital,
yang dihadapai pemeriksaan anogenital serta
pemeriksaan dalam atas indikasi adanya
untuk tanda-tanda inpartu. Didapatkan hasil
menentukan pemeriksaan Ibu Z sudah dalam
persalinan kala II dan berlangsung
masalah dan lambat. perineum masih tebal dan kaku,
djj menunjukkan fetal dan distress.
keputusan yang Namun Ibu Z tidak setuju bila akan
dibutuhkan : dilakukan episiotomy
3. Mengidentifikasi aspek etis dan masalah yang di
hadapi

a. Menggali akar b. Menggali posisi atau c. Menggali pandangan


sejarah dari setiap isu kedudukan agama dan masyarakat atau
falsafat terhadap isu larangan terhadap
tersebut setiap isu

Seorang ibu hamil bisa jadi tidak Episiotomi dilakukan harus Salah satu hal yang paling banyak
menunjukkan masalah apa pun pada ditakuti oleh para ibu hamil pada
saat kontrol selama kehamilan. Akan
dengan indikasi, jika ditemukan
risiko persalinan macet karena saat proses mela hirkan adalah
tetapi, terjadi perdarahan hebat episiotomi. Saat ini banyak
setelah persalinan yang akhirnya bahu bayi yang lebar, barulah pandangan di masyarakat bahwa
menyebabkan kematian. Ini adalah dilakukan episiotomi proses persalinan harus dilakukan
penyebab tertinggi kematian ibu hamil
melalui episiotomi. Kadang
di Indonesia. Masalah lain adalah
partus (melahirkan) lama atau partus ketakutan yang berlebih ini, justru
macet. Sehingga setiap kehamilan membuat proses persalinan itu
adalah berisiko. dsb sendiri menjadi tidak berjalan
lancar.
4. Bedakan posisi pribadi dan posisi moral professional

a. Meninjau keterdesakan ●
Menanyakan kejelasan dan kepastian dari titik tolaknya
individu akibat isu tersebut

b. Meninjau kode etik •● Bidan


Bidanmenganjurkan
mempunyai kewenangan melakukan
tindakan episiotomi karena sudah memasuki
keadaan darurat namun klien tetap menolak.syarat
episiotomi atas indikasi yang terjadi dengan
profesi persetujuan klien.

c. Mengidentifikasi konflik yang


Ibu masih tetap berpegang teguh pada isu moral pada diri

sedang terjadi sesuai dengan
ketentuan dari profesi kesehatan dan lingkungannya.

d. Mengidentifikasi tingkat
perkembangan moral dalam diri
individu
5. Dasar dari konfentikal posisi
moral dan keunikan individu
berlainan
• Bidan menganjurkan dilakukan episiotomi karena perineum masih
kaku dan DJJ sudah memasuki fetal distress dan bidan berharap
bayinya selamat namun ibu tetap menolak anjuran dari bidan.
6. Identifikasi nilai konflik nilai
a. Mencoba untuk mengerti b. Mencoba mencari solusi c. Menantikan bantuan lain
dasar dari konflik dari konflik yang dibutuhkan untuk
mencari solusinya

• Bidan harus • Dapat dikonsultasikan


• satu hal yang paling banyak kepada dokter obgyn
ditakuti oleh para ibu hamil melakukan IPE
pada saat proses (Interprofessional
melahirkan adalah Edication) agar ibu
tindakan episiotomy . dan dapat memahami
sebagian masyarakat situasi ini dan jika ibu
berfikir bahwa melahirkan masih menolak kita
selalu dilakukan dengan harus tetap mengkuti
tindakan episiotomy.
Bayangan akan rasa sakit prosedur yang ada
yang tak terkira pada saat dan mengikuti pilihan
proses episiotomi selalu ibu
menghantui para ibu hamil.
Hal ini yang mengakibatkan
ibu tidak mau dilakukan
tindakan eposiotomy.
• Memberikan IPE pada
7. Gali klien dan menuntunnya
pembuat dalam mengambil
keputusan yang terbaik
keputusa bagi kondisinya. Tetapi
keputusan mutlak berada
n di tangan klien.
8. Identifikasi jenis-jenis tindakan dengan mengantisipasi hasil dari masing-
masing tindakan

- Melakukan anamnesa dan pemeriksaan ttv pada ibu


- Melakukan IPE (Interprofessional Edication) agar ibu dapat
memahami situasi ini
- Bidan memberikan pilihan (inform choice) serta menjelaskan
resiko dari pilihan yang diambil
- Bidan mengajukan pernyataan penolakan tindakan
(informed consent) untuk ditandatangani oleh pasien agar
bidan tidak digugat suatu saat nanti bila terjadi komplikasi
9. langkah-langkah tindakan

• Melakukan anamnesa dan pemeriksaan ttv pada ibu. Hal ini dilakukan untuk melihat
kemungkinan apa saja yang dapat terjadi atau tindakan apa yang dapat dilakukan
• Melakukan IPE (Interprofessional Edication). Bertujuan untuk menjelaskan dan
memberikan pengertian kepada ibu secara detail agar ibu dapat mengerti bagaimana
prosedur tindakan yang akan diberikan atau dilakukan bidan.
• Bidan memberikan pilihan (inform choice) serta menjelaskan resiko dari pilihan yang
diambil. bertujuan memberikan kebebasan pada Ibu untuk memilih atau membuat
keputusan lain setelah diberikan IPE
• Bidan mengajukan pernyataan penolakan tindakan (informed consent) untuk
ditandatangani oleh pasien. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman atau
penggugatan bidan oleh Ibu apabila nantinya terjadi komplikasi pada ibu.
Keempat hal di atas perlu dilakukan dengan cepat agar tidak terjadi keterlambatan dalam
melakukan tindakan sesuai dengan keputusan terakhir ibu.
10. Evaluasi dari keputusan
• Bidan telah mengupayakan keputusan yang terbaik untuk klien dengan banyak
pertimbangan terhadap kondisi bayi dan klien. Dan bidan akan melakukan
tindakan yang dirasa tepat untuk kondisi kliennya. Apabila klien tidak mau di epis,
seharusnya saat kehamilan klien dapat mengikuti kelas yoga untuk melenturkan
perineum agar mencegah adanya episiotomy.
• Seorang ibu primpara Z masuk kamar bersalin dalam keadaan inpartu. Ibu Z
mengatakan tidak mau di episitotomi. Ternyata selama kala II kemajuan kala II
berlansung lambat, perineum masih tebal dan kaku. Keadaan ini sudah dijelaskan
kepada klien oleh bidan, tetapi ibu tetap pada pendiriannya menolak di episiotomi.
Sementara waktu berjalan terus dan denyut jantung janin menunjukkan fetal
distress, hal ini mengharuskan bidan melakukan tindakan episiotomy, tetapi ibu
tetap tidak menyetujuinya. Bidan berharap bayinya selamat.

Anda mungkin juga menyukai