Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bagian tubuh dari kepala
sampai kaki. Kehamilan merupakan suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan
keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh normal di dalam rahim
ibu. Pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan : Pandang (inspeksi),
Pemeriksaan raba (palpasi), Periksa dengar (auskultasi), Periksa ketuk (perkusi). Pemeriksaan
dilakukan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, yang dalam pelaksanaannya dilakukan
secara sistematis atau berurutan.
Agar kehamilan berjalan lancar tanpa kendala berarti, maka ibu hamil wajib
memeriksakan diri ke dokter kandungan atau pada tenaga kesehatan lain (perawat atau bidan)
sampai masa persalinan tiba. Pemeriksaan fisik adalah salah satu pemeriksaan yang sebaiknya
dilakukan secara rutin. Sehingga perkembangan ibu hamil dan janin bisa selalu dipantau dengan
baik, termasuk memudahkan saat persalinan dan agar bayi lahir dengan sehat.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini meliputi,
- Bagaimana definisi pemeriksaan fisik pada ibu hamil ?
- Bagaimana prosedur pemeriksaan pada ibu hamil ?
- Bagaimana akurasi dan penentuan waktu pemeriksaan vagina ?
- Bagaimana masalah umum yang sering dialami ibu hamil pada organ genetalia ?
- Bagaimana prosedur pemeriksaan genetalia pada ibu hamil ?

1.3 Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini adalah agar pembaca dapat,
- Mengetahui definisi pemeriksaan fisik pada ibu hamil ?
- Mengetahui prosedur pemeriksaan pada ibu hamil ?
- Mengetahui akurasi dan penentuan waktu pemeriksaan vagina ?
- Mengetahui masalah umum yang sering dialami ibu hamil pada organ genetalia ?
- Mengetahui prosedur pemeriksaan genetalia pada ibu hamil ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan fisik pada ibu hamil


Pemeriksaan fisik pada ibu dilakukan setelah dilakukannya anamnesa. Sebelum memulai
pemeriksaan, perawat atau tenaga kesehatan harus menjelaskan pada ibu dan kelurga apa yang akan
dilakukan. Berikan mereka waktu untuk mengajukan pertanyaan sehingga mereka dapat memahami
pentingnya pemeriksaan tersebut.
Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin serta perubahan
yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya.
Pada pemeriksaan pertama perlu ditentukan apakah ibu sedang hamil, dan bila hamil maka
perlu ditentukan umur kehamilannya. Pada setiap pemeriksaan kehamilan dengan melihat dan meraba
ditentukan apakah ibu sehat dan janin tumbuh dengan baik. Tinggi fundus uteri sesuai dengan
perhitungan umur kehamilan dan pada umur kehamilan lebih lanjut ditentukan letak janin.
Banyak ibu merasa malu membuka bajunya dan memperlihatkan bagian tubuhnya, hal ini
perlu diperhatikan oleh perawat untuk menjaga privasi pasien tutuplah bagian tubuhnya ibu dengan
kain, sehingga hanya bagian tubuh yang diperiksa saja yang terbuka. Ibu hendaknya diperiksa dengan
sentuhan yang hati-hati dengan sikap bersahabat sambil menjelaskan apa yang akan dilakukan dan
alasan melakukannya.
Pemeriksaan Vagina (PV) merupakan intervensi yang umum dilakukan selama persalinan.
Sementara banyak yang mempertanyakan keperluan dan frekuensi runtinya ( Warren, 1999;
Crowther,2000, Walsh, 2000a), PV masih tetap merupakan keterampilan yang dilakukan oleh banyak
bidan.
Penjelasan atau pemberian informasi
a. Diskusikan indikasi pemeriksaan
b. Terangkan bagaimana rasanya dan biasanya berlangsung berapa lama
c. Pada ibu muda, tanyakan apakah ini PV yang pertama kalinya (ternyata sangat sering)

Melakukan dan Mendokumentasikan Pemeriksaan Vagina


Kerendahan hati atau Kenyamanan
a. Jangan meremehkan kemungkinan rasa malu seseorang atau perasaan tidak berdaya (bahkan
saat menunggu persalinan diruangan)
b. Tutuplah bagian bawah ibu dengan selimut atau handuk atau baju
c. Pastikan bahwa pintu atau tirai tertutup
d. Dirumah sakit berikan tanda “silakan mengetuk dan menunggu” pintu.

2.2 Prosedur Pemeriksaan


Sebelum Pemeriksaan
1. Yakinkan kandung kemih ibu kosong.
2. Palpasi abdomen dahulu, ini adalah kebiasaan baik yang harus di kerjakan
3. Jangan pernah malakukan PV selama kontraksi karena sangat sensitif, nyeri, dan
mengimbolisasi ibu
4. Duduklah disebelah ibu dan bercakap dengannya untuk membantu nya reaks sebelum
pemeriksaan

Selama Pemeriksaan
- Beberapa bidan terbiasa melakukan PV ketika ibu berada dalam posisi yang berbeda atau
dalam bak melahirkan air. Bila ibu dalam posisi membungkuk ke depan atau posisi tegak,
maka sudut vagina menjadi curam dan lebih ke arah borong. Kadang sulit untuk mengkaji
secara akurat bagian anterior serviks.

- Bidan harus menerangkan apa yang ia kerjakan dan memeriksa apakah ibu dalam keadaan
baik.

- Semua bidan harus waspada terhadap bahasa tubuhnya sendiri, ketika melakukan PV. Hindari
ekspresi cemas, kecewa, lepas dari apa yang terjadi.

- Waspadalah terhadap bahasa tubuh ibu dan pastikan ia merasa baik-baik saja.

Setelah Pemeriksaan
- Bantulah ibu ke posisi tegak lagi, idealnya jauh dari tempat tidur. ( berbaring posisi sub-
optimal menyebabkan berbagai komplikasi).

- Dengarkan denyut jantung janin (DJJ) ( lagi-lagi pastikan ibu tidak dalam posisi berbaring
terlentang)

- Berilah ucapan selamat karena ia dapat menghadapi pemeriksaan dengan baik dan berilah
kata-kata positif, meskipun bila ada sedikit kelainan

- Diskusikan temuan dengan ibu. Bila dilakukan pendekatan yang sensitif dan temuannya
merupakan berita baik, maka dapat mengangkat semangat ibu dan menenagkannya. Namun,
bisa juga terjadi sebaliknya, bila tidak ditangani dengan sensitif atau berita nya buruk, maka
pemeriksaan bisa terjadi bencana atau pengalaman negative

- Dokumentasi temuan anda

2.3 Akurasi dan penentuan waktu Pemeriksaan Vagina


Warren (1999) menganjurkan bidan untuk menanyakan sendiri “ keputusan apa yang harus
diambil pada saat ini yang mengeluarkan informasi yang hanya diperoleh dari pemeriksaan vagina?
Penentuan waktu PV harus relevan terhadap masing-masing individu ibu supaya mendapat
pengkajian yang akurat mengenai kemajuan dan tidak boleh dilakukan terlalu sering atau hanya demi
rutinitas (crowther, 2000)
Pengkajian ini (biasanya tiap 4 jam) dan definisi kemajuan
 Pengkajian ini biasanya dilkukan tiam 4 jam dan definisi kemajuan sangat bervariasi di antara
unit dan dalam literature
 PV berulang dalam persalinan merupakan intervensi invasive tanpa manfaat yang terbukti
 PV tidak seakurat yang diperkirakan oleh praktisi. Hasilnya bervariasi dari satu praktisi ke
praktisi lain, dan bahkan dari pemeriksa yang sama pada pemeriksaan ulang. Kadang,
temuannya berlebihan dari apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh ibu. Misalnya, sering
terjadi pada ibu multipara yang pembukaan 6 cm beberapa menit yang lalu dan sekarang
mengejan
 PV hanya merupakan bagian dari pengkajian kemajuan persalinan. Semakin banyak bidan
yang kembali ke ketrampilan tradisional untuk menggunakan cara alternative pengkajian
kemajuan dalam persalinan.

2.4 Masalah Umum


Kemajuan buruk
Kemajuan buruk sulit diterima. Bisa sangat meresahkan ibu dan menciptakan keraguan diri
mengenai kemampuannya untuk menjalani persalinan dan kelahiran. Bahkan bila ditemukan
sedikit kelainan atau tidak ada sama sekali, usahakan untuk mengatakan sesuatu yang positif
atau berita positif.

Endema serviks
Endema serviks terjadi bila bagian anterior serviks membengkak, terasa tegang dan membesar,
serta kadang terjadi pada kala akhir persalinan. Bidan selalu mengira bahwa ibu telah
mengejan sebelum dilatasi penuh akan mengalami risiko terbesar pembengkakan serviksnya.
Namun walsh 2000 mengatakan bahwa keinginan mengejan premature, umum terjadi pada
bayi posisi posterior, secara fisiologis memang diharapkan untuk merotasi bayi ke posisi
optimal sebelum dilatasi penuh dan desensi
.
 Bila serviks edema, tindakan tidak berdasar bukti yang sering dilakukan adalah menghilang
tekanan dengan mendukung bu untuk menahan keinginan mengejan dan mengambil posisi
untuk mengurangi rasa ini, seperti berbaring ke samping, all-four atau knee-chest. Serviks
biasanya membuat bibir menjadi kencang yang bila tidak terlalu tegang, kadang tergelincir
melewati bagian presentasi selama pv
 Bila edema serviks tidak mau meghilang, perlu waktu dan dukungan lebih besar kepada ibu
untuk melakukan koping terhadap kontraksi ekspulsif yang sangat menyakitkan tersebut.
Pada beberapa kasus, epidural bisa membantu
 Secara anekdot, bidan yang menemukan serviks yang membengkak di tengah perjalanan
persalinan mengatakan jarang hilang dan akhirnya diperlukan sesaria

Serviks “mengerut”
Isu ini telah menyalakan perdebatan diantara bidan radikal. Dianggap bagian presentasi sedikit
defleksi atau fleksi, memengaruhi tekanan, atau hilang terhadap serviks yang dapat
menyebabkan perubahan di antara tiap pemeriksaan. Bukti anekdot mengatakan bahwa serviks
yang mengerut lebih sering terjadi pada posisi oksipito-posterior dan bisa menjadi tanda
distosia
2.5 Pemeriksaan genetalia pada ibu hamil
1. Minta ijin dan jelaskan pada ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan kemaluan
2. Persilahkan ibu melepas celana dalam, cuci tangan.
3. Pasang perlak di bawah bokong ibu
4. Pakai sarung tangan steril
5. Lakukan vulva hygine
6. Lakukan pemeriksaan genetalia dan kelenjar limfe inguinal:
 Lakukan palpasi pada kelenjar limfe apa ada nyeri atau membesar
 Lakukan inspeksi pada vulva apa ada prolapses uteri, benjolan pada kelenjar bartholini,
pengeluaran pervaginam (secret), bila ada amati warna,bau,nyeri (sebaiknya dilakukan
pada meja ginekologi)
7. Lakukan pemeriksaan inspeksikulo untuk meliht lesi, tanda-tanda infeksi, cairan/darah.
8. Lakukan pemeriksaan/pengukurn panggul dalam (bila perlu)
9. Lakukan pemeriksaan pada anus dengan melakukan inspeksi untuk mengetahui adanya
hemoroid, fistula, dan kebersihan
10. Cuci tangan dengan klorin , lepas dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selam
10 menit.
11. Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir, keringkan dengan handuk kering
12. Rapikan dan beri salam pada pasien

Pemeriksaan genetalia, anus, dan rectum


Inspeksi
 genetalia eksterna : periksa kemungkinanan adanya relaksasi introitus pada para, pembesaran
labia dan klitoris, jaringan parut akibat episiotomy tau laserasi perineal
 anus : adanya hemoroid, dapat mengalami pembengkakan pada masa kehamilan selanjutnya

Palpasi
 kelenjar bartholini dan skene
 periksa adanya retrokel atau sistokel

Pemeriksaan Spekulum
Inspeksi
 serviks : warna bentuk dan laserasi yang menyembuh. Kemungkinan warna keunguan pada
kehamilan, laserasi yang ditimbulkan karena pelahiran sebelumnya
 dinding vaginal : warna kebiruan, rongga dalam, leokorea pada kehamilan normal, iritasi,gatal,
dan rabas pada infeksi vagina

Lakukan pulasan Pap jika diindikasikan . specimen mungkin diperlukan untuk diagnosis infeksi
vagina atau serviks.
Pemeriksaan bimanual
Masukkan dua jari yang dilubrikasi ke dalam introitus, bagian telapak tangan mengarah ke bawah,
dengan sedikit tekanan ke bawah pada area perineum. Masukkan jari hingga ke area kubah vagina
posterior. Pertahankan tekanan mengarah ke bawah, putar perlahan telapak jari ke atas.
 Kaji

Ostium serviks dan derajat penipisan. Letakkan jari anda dengan hati-hati dalam ostium,
kemudian sapukan dengan gerakan memutar di sekeliling permukaan serviks.
Kemungkinan ditemukan : ostium menutup pada ibu nuli para, ostium terbuka sampai seukuran
ujung jari pada ibu multipara
 Ukur

Panjang serviks. Palpasi permukaan lateral dari ujung serviks sampai forniks lateral.
Keungkinan temuan : sebelum usia kehamilan mencapai 34-36 minggu, serviks seharusnya tetap
dengan panjang normal sekitar 1,5-2 cm.
 Palpasi

Uterus untuk ukuran , bentuk, konsistensi dan posisi


Kemungkinan temuan: tanda hegar atau pelunakan dini ismus, uterus berbentuk buah pir sampai
usia 8 minggu, keudin berbentuk globular.
 Tentukan ukuran uterus dengan menggunakan bagian dalam jari anda, letakkan pada sisi
serviks, permukaan telapak tangan ke arah atas, dengan hati-hati menggangkat uterus ke arah
tangan abdominal. Tangkap bagian fundus uterus di antara kedua tangan dan dengan hati-hati
tentukan ukuran
Kemungkinan temuan: bentuk uterus yang tidak teratur dicurigai sebagai miomata uterus atau
uterus bikornu, dua rongga uterus yang nyata dipisahkan oleh septum.
 Palpasi adneksa kiri dan kanan.

Kemungkinan temuan : pada kehamilan dini, penting untuk menyingkirkan kehamilan tuba
(ektropik)
 Lakukan pemeriksaan rektovagina untuk memastikan ukuran uterus atau integritas septum
rektovaginal.

Pemerisaan invasif dan penganiayaan seksual


Memberikan asuhan intim untuk anak korban hidup yang mengalami penganiayaan seksual
atau wanita yang mengalami kekerasan seksual atau perkosaan. Banyak ibu tidak mau terbuka bila
mereka telah mengalami penganiayaan seksual di masa kanak atau sebelumnya pernah mendapa
pelecehan seksual. Gejala yang berhubungan dengan korban sering disalah artikan dan ibu ini diberi
label “pasien sulit”. Ketidak waspadaan professional kesehatan ini dapat berakibat penanganan yang
tidak tepat, mengakibatkan kerusakan lebih jauh ( aldcroft, 2001). Ibu yang mengalami intervensi apa
pun, mulai dari pengambilan sampel darah sammpai PV, sebenarnya sedang menuruti dan
membiarkan seseorang melakukan sesuatu terhadap tubuhnya, yang invasi, tidak nyaman, dan
kemungkinan menyakitkan. “Tunduk” kepada bidan atau dokter dapat mengingatkan kembali
pelecehan di masa lalu. Mereka dibiarkan merasa tidak berdaya, tidak memiliki kekuasaan, di perkosa,
dan kotor (Kitzinge, 1992). Beberapa poin yang perlu diingatkan adalah sebagai berikut.
 Ibu yang pernah menderita panganiayaan seksual sebelumnya kemungkinan besar mengalami
pengalaman melahirkan yang sulit yang menyebabkan tingginya tingkat intervensi obstetric.
(gutridge, 2001)
 20% ibu pernah di hadapkan pada beberapa bentuk kontrak fisik di masa kanak-kanak (riley,
1995).
 Sosiologis telah mengamati bagaimana pemberi asuhan bertindak secara paternalistik, ketika
ibu merasa tidak berdaya dan seperti anak kecil, regresi kembali ke peran sebelumnya sebagai
korban (kitzinger, 1992)

Fobia dan tingkah laku yang berhubungan dengan pengalaman penganiayaan seksual atau perkosaan
di masa lampau.
 Ketakutan atau ketidaksukaan yang jelsa terhadap PV, prosedur invasive, jarum, atau pergi
kedokter gigi.
 Riwayat depresi, rasa rendah diri, dan masalah emosi
 Terdapat hubungan antara ibu yang pernah mendapat penganiayaan seksual semasa kanak-
kanak dan disfungsi psikiatrik/emosi serta depresi pascanatal.
 Menceritakan kepada bidan mengenai penganiayaan sebelumnya.

Tingkah laku sela prosedur intim biasa meliputi:


 “menutup dir” selama prosedur,
 Bisa berteriak atau menjadi sedih akaibat prosedur,
 Tingkah laku regresi atau infantile
 Menjadi tegang atau menolak melanjutkan pemeriksaan

Yang biasa di lakukan bidan untuk membantu :


 Bidan harus berusaha tidak meniru keadaan penganiayaan.
 Tetap dalam kontrol
 Bahasa
 Pemeriksaan realitas
 Hindari kontak mata
 Kehadiran orang lain akan terasa mengingatkan kembali ibu yang dapat dirasa serupa dengan
situasi penganiayaan dahulu. Jadi, minta orang lain keluar dari ruangan, terutama bidan/dokter
pria
 Tanyakan kepada diri sendiri, apakah pemeriksaan ini benar-benar perlu.

Pemecahan ketuban artifisial


Pada kebanyakan ibu yang menjalani persalinan “normal”, selaput ketuban cenderung tetap
utuh selama kala pertama persalinan, seringnya pecah spontan pada sekitar saat dilatasi penuh,
memberi tanda awitan kala kedua. Pemecahan ketuban artifisal merupakan praktek yang banyak
dilakukan dan lebih sering dilakukan pada unit dengan tingkat intervensi tinggi dan pendekatan
manajemen aktif sebagai asuhan rutin.
Manfaat pemecahan ketuban artifisial
 Pemecahan ketuban artifisal mengakibatkan persalinan lebih pendek dengan 60-120 menit dan
penurunan penggunaan oksitosin, terutama pada ibu nulipara.
 Pemecahan ketuban artifisal memungkinkan visualisasi warna dan kualitas liquor

Konsekuensi dan kontraindikasi pemecaha ketuban artifisial.


 Pemecahan ketuban artifisal tidak dilanjutkan selama kala pertama persalinan pada setiap bayi
dengan resiko tinggi kemungkinan kompresi tali pusat atau gangguan janin seperti pada bayi
dengan restriksi pertumbuhan olighoidramnion
 Pemecahan ketuban artifisial meningkatkan variable dan berat resiko deselerasiDJJ.
 Kepala tinggi atau bagian presentasi balotemen positif . pada lebih dari 50% kasus polaps tali
pusat, pemecahan ketuban artifisial merupakan penyebab langsung.
 Pemecahan ketuban artifisial dikontradikasika pada ibu dengan infeksi saluran genital atau ibu
yang dicurigai carrier .
 Ibu yang positif virus imunodefisiensi manusia HIV beresiko tinggi menularkan HIV ke bayi
mereka bila ketuban pecah, terutama bila ruptur melebihi 4 jam . bidan harus selalu ingat
bahwa banyak ibu tidak tahu bahwa mereka positif HIV, dan tetap tidak terdiagnosis.

Pemeriksaan Urogenital
Gambar 3. Urogenital eksterna wanita

Genitalia wanita diperlihatkan pada gambar diatas.Vulva terdiri dari mons veneris, labia mayor,
klitoris, vsetibulum, dan kelenjar-kelenjarnya, meatus uretra, dan introitus vagina.Mons veneris
adalah tonjolam bulat dan jaringan lemak diatas simpisis pubis. Labia mayora adalah dua buah
lipatan kulit lebar yang membentuk batas lateral vulva. Kedua labia mayora bertemu dibagian
anterior di mons veneris untuk membentuk commisura anterior.Labia mayora dan mons veneris
mempunyai folikel rambut dan kelenjar sebasea.Labia minora sesuai dengan skrotum pada
pria.Labia minora adalah lipatan kulit yang sempit dan berpigmen yang antara labia mayora dan
menutupi vestibulum, yang merupakan daerah diantara kedua labia minora.Diantara anterior,
kedua labia minora membentuk preputium klitoris.Klitoris, yang analog dengan penis, terdiri dari
jaringan erektil dan banyak mengandung ujung syaraf, klitoris mempunyai satu glans dan dua
corpora cavernosa.Meatus uretra eksternal terletak dibagian anterior vetibulum dibawah
klitoris.Kelenjar parauretra, atau kelenjar skene, adalah
kelenjar-kelenjar kecil yang bermuara di lateral uretra.Sekresi kelenjar sebasea di daerah ini
melindungi jaringan yang rentan terhadap urin.

Kelenjar-kelenjar vestibulum mayor dikenal sebagai kelenjar bartholini atau kelenjar


vulvovaginal.Kelenjar-kelenjar ini serupa dengan Cowper pada pria.Tiap kelenjar yang berukar
sebesar kacang polong ini terletak postolateral dari orifisium vagina.Selama koitus, kelenjar ini
menghasilkan cairan encer yang berfungsi sebagai lubrikan vagina.

Dibagian inferior labia minora bersatu pada commisura posterior untuk membentuk
fourchette.Perineum adalah daerah diantara fourchette dan anus.

Gejala yang sering dijumpai pada wanita di daerah genitourinarius antara lain :

1. Perdarahan abnormal melalui vagina


2. Dismenorea
3. Massa atau lesi
4. Secret vagina’
5. Gatal di vagina
6. Nyeri perut
7. Dyspareunia
8. Perubahan distribusi rambut
9. Perubahan pola pengeluaran urin
10. Infertilitas

PEMERIKSAAN GENITALIA

Pemeriksaan fisik

Untuk melakukan pemeriksaan fisik, pasien perlu disiapkan terlebih dahulu :

 Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan rectum


 Posisikan pasien litotomi
 Pakailah sarung tangan sebelum melakukan pemeriksaan
 Sebelum melakukan pemeriksaan, informasikan apa yang akan pemeriksa lakukan.

Pemeriksaan Genitalia

1. Genitalia eksterna dan rambut pubis


Pada genitalia eksterna pemeriksa dapat melakukan penilaian antara mons veneris untuk
melihat adanya lesi atau pembengkakan.Rambut pubis untuk melihat polanya. Kulit
vulva untuk melihat adanya kemerahan, ekskoriasi, massa, leukoplakia, dan pigmentasi.
Jika menemukan kelainan harus dilanjutkan dengan palpasi.
2. Labia mayor dan minor
Sampaikan kepada pasien bahwa anda akan membuka labia, dengan tangan kanan, labia
mayor dan minor dibuka terpisah oleh ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan.
Periksalah introitus vagina. Catat setiap lesi peradangan, ulserasi, secret parut, kutil,
trauma, bengkak, perubahan atropik ataupun massa.
3. Klitoris
Diperiksa untuk melihat ukuran dan adanya lesi. Ukuran normal 3-4 mm
4. Meatus uretra
Lihat apakah ada pus atau peradangan
5. Kelenjar bartholini
Sampaikan kepada pasien bahwa nada akan melakukan pemeriksaan palpasi kelenjar
bartholin di labia. Palpasi daerah kelenjar kanan pada posisi jam 7-8 dengan memegang
bagian posterior labia kanan diantara jari telunjuk kanan di dalam vagina dan ibu jari
kanan di luar. Perhatikan adanya keluhan nyeri tekan, bengkak, atau pus. Pakailah tangan
kiri untuk memeriksa daerah kelenjar kiri pada posisi jam 4-5.
6. Perineum
Perineum dan anus diperiksa untuk melihat adanya massa, parut, fisura atau fistel , dan
warna. Periksa pula anus untuk melihat adanya hemorrhoid, iritasi dan fissure.
7. Relaksasi pelvis
Dengan labia terpisah lebar minta pasien untuk mengejan atau batuk. Jika ada relaksasi
vagina, mungkin akan terlihat penggembungan dinding anterior (sistokel) atau posterior
(rektokel). Jika ada inkontenesia stress. Batuk atau mengejan akan menyebabkan
menyemprotnya urin dari uretra
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Untuk pemeriksaan ginekologi dikenal 3 letak penderita :

1. Letak litotomi
Letak ini paling sering dilakukan, diperlukan meja ginekologi dan penyangga bagi kedua
tangkai.
Penderita berbaring diatas meja ginekologi, sambil lipat lututnya diletakkan pada
penyangga dan tungkainya dalam fleksi santai, sehingga penderita dalam posisi
mengangkang.
Dengan penerangan lampus sorot, vulva, anus dan sekitarnya dapat terlihat jelas dan
pemeriksaan baik bimanual maupun dengan speculum dapat dilakukan.Pemeriksaan
inspekulo dilakukan dengan pemeriksaan duduk, sedang pemeriksaan bimanual
sebaiknya dengan berdiri.

2. Letak miring
Pasien diletakkan di pinggir tempat tidur miring ke sebelah kiri, sambil paha dan lututnya
ditekuk dan kedua tungkai sejajar.Posisi ini hanya baik untuk pemeriksaan inspekulo.

3. Letak Simm
Letak ini hampir sama dengan letak miring. Hanya tungkai kiri hampir lurus, tungkai
kanan ditekuk kea rah perut, dan lututnya diletakkan pada alas, sehingga panggul
membuat sudut miring dengan alas, lengan kiri di belakang badan dan bahu sejajar
alas.Dengan demikian penderita berbaring setengah tengkurap.Dengan posisi ini
pemeriksaan inspekulo lebih mudah dilakukan.

Pemeriksaan genitalia eksterna


Dengan inspeksi perlu diperhatikan bentuk, warna, pembengkakan, dsb dari genitalia
eksterna, perineum, anus dan sekitarnya, dan apakah ada flour albu, atau darah.Apakah
hymen masih utuh dan klitoris normal.

Pemeriksaan dengan Spekulum


Setelah dilakukan inspeksi alat genital, pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan dengan
speculum, terutama apabila dilakukan dengan sitology vagina.Namun ada juga yang
memulai dengan pemeriksaan bimanual terlebih dahulu.
Untuk wanita yang belum pernah melahirkan di pilih speculum yang lebih kecil, atau
pada anak kecil apabila memang diperlukan menggunakan speculum paling kecil sesuai
dengan kecilnya introitus vagina.
Cara Pemasangan speculum

Spekulum SIMM
Dipasang terlebih dahulu kedalam vagina bagian belakang (posterior). Mula- mula ujung
speculum dimasukkan agak miring ke dalam introitus vagina, didorong ke dalam sedikit,
dan diletakkan melintang dalam vagina : lalu speculum ditekan ke belakang dan di
dorong lebiih ke dalam lagi, sehingga ujung speculum menyentuk puncak vagina di
fornik posterior. Setelah speculum pertama di pasang makam maka speculum kedua yang
lebih kecil menjadi sangat mudah, ujung diletakkan di fornik anterior dan ditekan sedikit
ke depan. Biasanya portio langsung tampak dengan jelas. Apabila portio menghadap
terlampau ke depan atau ke belakang, maka posisi speculum disesuaikan, sehingga letak
portio tepat ditengah speculum

Spekulum Cocor bebek


Dalam keadaan tertutup, speculum dimasukkan ujungnya kedalam introitus vagina
sedikit miring, kemudian diputar kembali menjadi melintang dalam vagina dan di dorong
masuk lebih dalam kea rah fornik posterior sampai di puncak vagina, lalu speculum di
buka melalui mekanik pada tangkainya. Dengan demikan dinding vagian depan dipisah
dari yang belakang, dan portio tampak jelas. Apabila portio belum tampak jelas, posisi
speculum dapat disesuaikan. Waktu speculum dibuka daun depan tidak menyentuh portio
karena agak lebih pendek dari daun belakang.
Dengan menggunakan speculum, periksa dinding vagina (rugrae, carcinoma, flour albus),
dan portio (bulat, terbelah melintang, mudah berdarah, erosion, peradangan, polip, tumor
atau ulkus, juga diperhatikan warna, dan OUE membuka/menutup)
Selain di pasang speculum dapat dilakukan usap vagina dan usap serviks untuk
pemeriksaan sitology, getah kanalis servikalis untuk pemeriksaan GO, dan getah dari
fornik posterior untuk pemriksaan trikomoniasis dan kandidiasis. Dapat juga digunakan
untuk pelepasan AKDR.
Alat dan Bahan.
Pemeriksaan ginekologi memerlukan alat dan bahan sebagai berikut :
1. Bed Ginekologi
2. Sarung tangan
3. Spekulum simm dan cocor bebek
4. Cunam kapas/ kurentang
5. Kateter nelaton dan kateter logam
6. Kapas lisol
7. Kaca benda untuk pemeriksaan sitology vagina
8. Spatel ayre dan etil alcohol untuk sitology vagina
9. Kapas lidi
10. Cunam portio
11. Sonde uterus
12. Cunam biopsy
13. Mikro kuret
14. Lampu sorot
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik penting dilakukan oleh ibu hamil pada masa kehamilannya, untuk
memantau pekembangan ibu dan janin. Pada ibu hamil, pemeriksaan yang terlebih dahulu dilakukan
adalah mengetahui pasien hamil atau tidak. Pemeriksaan yang dilakaukan harus sesuai prosedur.
Pemeriksaan genetalia merupakan salah satu bdari pemeriksaan fisik pada ibu hamil. Pada
pemeriksaan genetalia dilakukan pemeriksaan genetalia interna, dan eksterna termasuk anus dan
rectum.
DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan : Persalinan & Kelahiran. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates Edisi 5. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC
Kusmiyati, Yuni. 2007. Penuntun Praktikum Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : Fitramaya.

Anda mungkin juga menyukai