“KALA II LAMA”
1. Jenifer Galomat
2. Lydiana Silvana Candy Solung
3. Ni kadek Sriastiti
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kala II persalinan merupakan fase dalam persalinan yang dimulai ketika dilatasi
serviks lengkap dan berakhir dengan kelahiran janin. Durasi rata-rata sekitar 50 menit
untuk nulipara dan sekitar 20 menit untuk multipara. Kemajuan persalinan yang lambat
atau tidak ada kemajuan merupakan satu dari komplikasi persalinan yang
mengkhawatirkan, rumit dan tidak terduga. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
persalinan yaitu power, passage, passenger, psychologic. Power merupakan kontraksi
otot-otot rahim dan tenaga mengejan. Passage merupakan keadaan dari tulang panggul
yang akan dilewati janin saat proses persalinan. Passanger merupakan keadaan janin yang
akan dilahirkan, sedangkan psychologic merupakan kondisi psikis ibu yang akan
melahirkan (Hidayat dan Sujiatini, 2018).
Faktor-faktor ini dapat berperan sendiri-sendiri atau secara bersama-sama.
Kelainan nyata pada salah satu faktor, atau penyimpangan ringan pada beberapa faktor,
dapat merintangi keberhasilan pengakhiran persalinan. Hal tersebut sangat berhubungan
erat dengan lamanya persalinan. Apabila kerja uterus (power) tidak bekerja secara efisien
maka dapat mengakibatkan partus lama. Salah satu komplikasi pada ibu yang banyak
terjadi 2 pada persalinan kala II salah satunya adalah partus lama (Oxorn dan Forte,
2015).
Insidensi partus lama bervariasi dari 1 hingga 7 persen. Partus lama dapat
menyebabkan berbagai komplikasi atau efek berbahaya baik bagi ibu ataupun bayi.
Beratnya cedera terus meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, risiko
tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam. Semakin lama persalinan, semakin
tinggi morbiditas serta mortalitas. Kala persalinan yang dipengaruhi oleh seluruh faktor
tersebut adalah kala dua persalinan (Oxorn dan Forte, 2015).
Partus lama rata-rata di dunia menyebabkan kematian ibu sebesar 8% dan di
Indonesia sebesar 9%. Jumlah kejadian partus lama di Kabupaten Konawe Utara sebesar
11% (Dinkes Sultra, 2017). Kematian maternal banyak terjadi pada saat persalinan, salah
satu penyebabnya adalah kala II lama (37%) dan kematian perinatal sendiri salah satu
penyebabnya adalah asfiksia pada bayi (28%). Partus lama menjadi salah satu penyebab
kematian ibu karena pada partus lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga,
dehidrasi pada ibu, dan dapat terjadi pendarahan post partum yang sangat membahayakan
keselamatan ibu (Cunningham, 2015).
BAB II
B. Etiologi
Sebab – sebab terjadinya yaitu multikomplek atau bergantung pada pengawasan
selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya.
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan kala II memanjang yaitu dapat
dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forceps, sectio caesaria, dan lain-
lain. Penatalaksanaannya yaitu sebagai berikut :
1. Tetap melakukan Asuhan Sayang Ibu, yaitu :
2. Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan
dan kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua dan kerabat yang disukai
ibu sangat diperlukan dalam menjalani proses persalinan.
Alasan : Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan
dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan (Enkin, et al,
2000).
3. Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu untuk
berganti posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan
minuman, teman bicara dan memberikan dukungan dan semangat selama
persalinan dan melahirkan bayinya.
4. Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan
anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses
persalinan atau kelahiran bayi kepada mereka.
5. Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala II persalinan.
Lakukan bimbingan dan tawarkan bantuan jika diperlukan.
6. Bantu ibu memilih posisi yang nyaman saat meneran.
7. Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan
kuat dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran
berkepanjangan dan menahan nafas
8. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
Alasan : Meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernafas sehingga
terjadi kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan resiko asfiksia pada bayi
sebagai akibat turunnya pasokan oksigen melalui plasenta (Enkin, et al, 2000)
9. Anjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan
Alasan : Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan
dan kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal
tersebut (Enkin, et al, 2000).
10. Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala II persalinan. Berikan rasa
aman dan semangat serta tentramkan hatinya selama proses persalinan
berlangsung. Dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan tegang,
membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayinya. Beri penjelasan
tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap kali penolong akan
melakukannya, jawab aetiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa yang
dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan (misalnya
TD, DJJ, periksa dalam).
Mendiagnosa kala II persalinan dan memulai meneran :
Cuci tangan (Gunakan sabun dan air bersih yang mengalir)
Pakai sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam
Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam
Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah lengkap
(10cm) lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur PI
Jika pembukaan belum lengkap, tentramkan ibu dan bantu ibu mencari posisi nyaman
(bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan disekitar ruang bersalin. Ajarkan cara
bernafas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayinya dan catatkan
semua temuan dalam partograf
Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan belum
saatnya untuk meneran, beri semangat dan ajarkan cara bernafas cepat selama
kontraksi berlangsung. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dan
beritahukan untuk menehan diri untuk meneran hingga penolong memberitahukan
saat yang tepat untuk itu
Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil
posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan
mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu
dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan dalam partograf. Beri cukup
minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat beristirahat disetiap
kontraksi
Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu ibu
untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu, anjurkan untuk berjalan-
jalan). Posisi berdiri dapat membantu penurunan bayi yang berlanjut dengan
dorongan untuk meneran. Ajarkan cara bernafas selama kontraksi berlangsung.
Pantau kondisi ibu dan bayi dan catatkan semua temuan dalam partograf
Berikan cukup cairan dan anjurkan / perbolehkan ibu untuk berkemih sesuai
kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit, stimulasi puting susu mungkin dapat
meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi.
Jika ibu tidak ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan lengkap,
anjurkan ibu untuk mulai meneran disetiap puncak kontraksi. Anjurkan ibu mengubah
posisinya secara teratur, tawarkan untuk minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit.
Lakukan stimulasi puting susu untuk memperkuat kontraksi.
Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika kelahiran bayi
tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala bayi mungkin
disebabkan oleh disproporsi kepala-panggul (CPD).
Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen
ke plasenta. Dianjurkan mengedan secara spontan (mengedan dan menahan nafas
terlalu lama, tidak dianjurkan)
Pasien Baru Masuk via IGD dirujuk bidan dari Puskesmas. Kema dengan hasil
pemeriksaan sebagai berikut
1. Data Subjektif
Nama Pasien : Ny. C. B
Umur : 23 Tahun
Alamat : Desa Kema Jaga 3 , Minahasa Utara
Pekerjaan : IRT
Pendidikan terakhir : SMA
No Tlpn : 081345669890
Berat Badan : 61kg
Tinggi Badan : 161cm
Keluhan : Ibu Merasa Lelah dan haus Ibu mengatakan sudah di pimpin mengedan bidan
dari puskesmas sejak jam 03.45
Ibu mengatakan nyeri perut ingin melahirkan tapi belum teratur.
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama dan tidak pernah keguguran
Ibu mengatakan tgl 22 Januari USG di dr kandungan didapati berat bayi 2800 gram .
Ibu mengatakan ingin melahirkan bayi nya secara normal.
2. Data Objektif
Berdasarkan hasil pemeriksaan Bidan puskesmas
Jam .03.45 didapati VT pembukaan lengkap, kepala H 2-3, ketuban pecah spontan warna
keruh, BJJ 155 - 158 x/m, His 2-3 dalam 10 menit lamanya 15 - 20 detik pergerakan janin
aktif.
Apabila ada his Ibu langsung di pimpin mengejan oleh bidan di puskesmas.
Jam .05.00 Ibu mengeluh lelah kemudian bidan mengambil keputusan utk merujuk ibu ke
RS Hermana.
✔ J. 05.20
Ibu mengeluh lelah, dan haus
ku : cukup
Kesadaran : compos mentis
TTV
TD 110/70mmhg
N : 93 x/m
R : 26 x/m
SB : 36,8oc
✔ Jam. 05.22
VT pembukaan lengkap kepala H2-3, ketuban tidak teraba, BJJ 148-154 x/m, His 2-3x
dalam 10 menit lamanya 20-25 detik, vulva nampak agak odema.
3. Penatalaksaan
Jam 05.25
a. Anjurkan ibu agar di dampingi suami diruang bersalin
b. Anjurkan suami untuk memberi makan ibu dan minum bila tidak ada his
c. Memberikan dukungan kepada ibu
d. Lakukan koborasi dengan DPJP dr Obsgyn
Advis dr
- Guyur D5 1 kolf
- kosong kan kandung kemih
- OD akselerasi Drips 10iuoksitocyn dalam 1 kolf RL 20tpm
- Anjurkan pasien miring kiri sambil, ajarkan teknik mengedan dan anjurkan ibu
mengedan bila ada his,
- Observasi kemajuan persalinan dalam 30 menit atau tanda gawat janin bila BJJ 120 <
160 Stop OD siapkan pasien utk sc cyto
Jam 05.26
Menjelaskan hasil pemeriksaan dan melakukan inform choice dan inform konsent kepada
pasien dan suami
Jam 05.28
Mulai drips 10iu oksi dalam RL 500 20 tpm
Jam 05.50
Vt pembukaan lengkap, nampak kepala bayi jalan lahir, His 3-4 kali lamany 35 - 40 detik
Anjurkan ibu untuk mengambil posisi litotomi, pimpin ibu mengedan
JAM 05.53
Lahir bayi Laki - Laki BBL 2950 gram AS 6-8 PB 49cm, LK 32cm, LD 34cm,
KESIMPULAN