Anda di halaman 1dari 16

1.

1 KONSEP DASAR POST PARTUM KALA II LAMA

1.1.1 Definisi

Partus lama adalah waktu persalinan yang memanjang karena kemajuan


persalinan yang terhambat. Partus lama juga merupakan perlambatan kecepatan
dilatasi serviks atau penurunan janin. Kala II lama disebut juga dengan kala II
memanjang, yaitu tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin pada
persalinan kala II dengan batasan waktu maksimal 1 jam untuk nulipara dan ½ jam
untuk multipara (Leveno, 2009).

Menurut American Congress of Obstetricians and Gynecologists, kala II


lama didefinisikan sebagai tidak adanya kemajuan pada kala II dengan batasan
waktu dilakukan pimpinan persalinan sebagai berikut: persalinan dengan anestesi
epidural pada nullipara yang berlangsung lebih 3 jam dan multipara berlangsung
lebih 2 jam, sedangkan untuk persalinan tanpa anestesi epidural, nullipara
berlangsung lebih 2 jam dan multipara berlangsung 1 jam (Ness, 2005). 2.1.2

1.1.2 Etiologi

Kala II lama dapat disebabkan oleh berbagai masalah, antara lain:

1) Passage
Abnormalitas sistem reproduksi terjadi pada tumor pelvis, stenosis vagina
kongenital, perineum kaku dan tumor vagina (WHO, 2002).
2) Power
Faktor power adalah his, merupakan indikasi mulainya persalinan, apabila
his yang timbul sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan
mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan serviks dan akan
berpengaruh terhadap kala II lama (Keumalahayati, 2009). Menurut
Sumarni (2012), frekuensi his mempunyai pengaruh terhadap lama kala II,
semakin tinggi frekuensi his maka waktu yang dibutuhkan lamanya kala II
semakin kurang.
3) Passenger
Faktor passenger terdiri atas janin dan plasenta yang akan lahir.
Ketidakmampuan janin melewati pelvis dapat terjadi dengan ukuran kepala
janin besar atau tubuh bayi yang besar (Prawirohardjo, 2009; WHO, 2002).
Berat bayi sangat berpengaruh terhadap proses persalinan dimana bayi
yang besar merupakan faktor pencetus partus lama dan berkaitan dengan
terjadinya malposisi dan malpresentasi. Janin malpresentasi dan malposisi
mempengaruhi kontraksi uterus cenderung lemah dantidak teratur sehingga
dapat mempengaruhi lama kala II. Menurut Sumarni (2012), terdapat
pengaruh berat bayi terhadap lamanya kala II, semakin tinggi berat badan
bayi maka 7 waktu yang dibutuhkan lama kala II semakin lama. Selain itu,
presentasi abnormal dapat terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu
posterior dan kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong. Bila pasien
berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit
kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
(Prawirohardjo, 2009). Abnormalitas janin dapat terjadi bila ada kelainan
pada janin seperti hidrosefalus, pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000
gram, bahu yang lebar dan kembar siam.

1.1.3 Manifestasi Klinis

1) Ibu ingin mengedan bersamaan dengan terjadinya kontraksi atau his. His
atau kontraksi uterus yang semakin kuat dengan interval 2 - 3 menit,
durasi 50 - 100 detik.
2) Pemeriksaan vaginal serviks sudah dilatasi penuh.
3) Perineum terlihat menonjol.
4) Selaput amnion biasanya sudah pecah.
5) Vulva – vagina dan sfingter terlihat membuka.
6) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
7) Kepala telah turun didasar panggul.
8) Meningkatnya tekanan pada rectum dan vaginanya.
9) Ibu mengalami desakan kuat untuk mengejan akan mungkin terdapat
tetesan darah dari vagina.

1.1.4 Patofisiologi

Presentasi janin dapat juga menyebabkan perpanjangan masa persalinan,


misalnya posisi oksipito demikian juga besarnya janin lebih dari 4000 gram tidak
mudah dilahirkan pervaginam, meskipun ukuran panggul normal. (Rohani, 2011)
Faktor penyebab kala II lama yaitu kelahiran jalan lahir yang sering ditemui saat
kepala fetus terlalu besar untuk rongga pelvis, adanya persalin yang tidak efektif
serta dystosia jaringan lunak, maka kondisi tersebut akan menghambat kemajuan
persalinan serta akan menimbulkan komplikasi pada ibu maupun janin.
Pathway
Kala II

Pemnbukaan
serviks 10 cm

Mengeran
involunter

Kepala janin
turun

Pengeluaran darah Menekan saraf/ penekanan


lebih banyak jaringan

Resti kekurangan Nyeri akut


volume cairan

Prawiroharjdo 2007
1.1.5 Diagnosis

Kala II Lama Menurut American College of Obtetricians and Gynecologist,


untuk menegakkan diagnosis kala II lama, wanita harus berada dalam fase kala II
persalinan, dimana fase kala aktif telah selesai yang ditandai dengan pembukaan
lengkap. Kala II lama (Prolonged Second Stage) diartikan sebagai memanjangnya
waktu kala II dimana pada primigravida berlangsung lebih dari 2 jam dan pada
multipara berlangsung lebih dari 1 jam (Leveno, 2009).

1.1.6 Penatalaksanaan Persalinan Kala II

1) Mulai Mengejan
Jika sudah didapatkan tanda pasti kala dua tunggu ibu sampai merasakan
adanya dorongan spontan untuk mengejan. Meneruskan pemantauan ibu
dan bayi.
2) Memantau selama penataksanaan kala dua persalinan
Melanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan
selama kala dua persalinan secara berkala. Memeriksa dan mencatat nadi
ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi selama 30 menit, denyut
jantung janin setiap selesai meneran, penurunan kepala bayi melalui
pemeriksaan abdomen, warna cairan ketuban, apakah ada presentasi
majemuk, putaran paksi luar, adanya kehamilan kembar dan semua
pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.
3) Posisi Ibu saat Mengejan
Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya.
Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua persalinan karena
hal ini sering kali mempercepat kemajuan persalinan.

Posisi Alasan / Rasionalisasi


Duduk atau Semi Lebih mudah bagi bidan untuk
Duduk membimbing kelahiran kepala bayi dan
mengamati/men-support perineum.
Posisi Merangkak Baik untuk persalinan dengan punggung
yang sakit, membantu bayi melakukan
rotasi, peregangan minimal pada
perineum.

Berjongkok atau Membantu penurunan kepala bayi,


Berdiri memperbesar ukuran panggul,
memperbesar dorongan untun meneran.

Berbaring miring Memberi rasa santai bagi ibu yang letih,


kekiri memberi oksigenisasi yang baik bagi
bayi, membantu mencegah terjadinya
laserasi.

(Rohani, dkk, 2011 : 123)

4) Melahirkan kepala
Bimbing ibu untuk mengejan. Saat kepala janin terlihat pada vulva
dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan
janin pada perut ibu. Saat sub occiput tampak dibawah simfisis, tangan
kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan kain dibawah bokong
ibu, sementara tangan kiri menahan puncat kepala agar tidak terjadi
defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir, Mengusapkan kasa/kain
bersih untuk membersihkan muka janin dari lendir dan darah.
5) Memeriksa Tali Pusat
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernapas
cepat. Raba leher bayi, apakah ada leletan tali pusat. Jika ada lilitan
longgar lepaskan melewati kepala bayi.
6) Melahirkan Bahu
Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali
pusat, tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan
kepala bayi. Setelah rotasi eksternal, letakan satu tangan pada setiap sisi
kepala bayi dan beritahukan pada ibu untuk meneran pada kontraksi
berikutnya. Lakukan tarikan perlahan kearah bawah dan luar secara
lembut (Kearah tulang punggung ibu hingga bahu bawah tampak dibawah
arkus pubis. Angkat kepala bayi kearah atas dan luar (mengarah ke langit-
langit) untuk melahirkan bahu posterior bayi.
7) Melahirkan Sisa Tubuh Bayi
(1) Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu
janin bagian posterior dengan ibu jari pada leher (bagian bawah
kepala) dan keempat jari pada bahu dan dada/punggung janin,
sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian
anterior saat badan dan lengan lahir.
(2) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung
kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).
(3) Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan
kanan sedemikian rupa hingga bayi menghadap kearah penolong.
Nilai bayi, kemudian letakan bayi diatas perut ibu dengan posisi
kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakan
bayi di tempat yang memungkinkan.
8) Memotong tali pusat
Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali
tali pusat. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. Memegang tali pusat
diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari
tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem.
1.1.7 Komplikasi

Kala II Lama Komplikasi pada persalinan dengan kala II lama dapat terjadi
pada ibu maupun pada bayi. Pada kala II lama dapat terjadi infeksi sampai sepsis.
Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya, terutama bila
disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion 8 menembus amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis
pada ibu dan janin.Selain itu dapat terjadi dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-
organ, robekan jalan lahir, ruptur uteri (Depkes RI, 2008).

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius


selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka
dengan riwayat bedah sesar. Robekan serta pembentukan fistula pada buli-buli,
vagina, uterus dan rektum. Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu
atas panggul tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan
lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan
berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, maka dapat terjadi nekrosis yang akan jelas
dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal,
vesikoservikal, atau rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini terjadi
setelah persalinan kala dua yang sangat berkepanjangan (Prawihardjo, 2009).

Menurut Myles &Santolaya (2002), kala II lama menimbulkan terjadinya


morbiditas maternal yang meliputi laserasi jalan lahir, dan pendarahan postpartum
sebanding dengan lama kala II berlangsung. Selain itu, prosedur tindakan bedah
obstetri meningkat sesuai dengan lama dari kala II. Brown et al(2011) menemukan
bahwa ibu dengan kala II lama memiliki resiko 1,4 kali terjadinya inkontinesia urine
dibandingkan ibu yang tidak mengalami kala II lama dalam 3 bulan postpartum. 8
9 Komplikasi yang terjadi pada janin akibat kala II lama adalah gawat janin dalam
rahim sampai meninggal. Selain itu, dapat terjadi kelahiran janin dalam asfiksia
berat sehingga menimbulkan cacat otak menetap. Trauma persalinan merupakan
akibat lain dari persalinan kala II lama yang dibantu dengan tindakan operatif per
vaginam. Trauma tersebut meliputi eksoriasi kulit, sefalhematom, perdarahan
subgaleal, ikterus neonatorum berat, dan nekrosis kepala yang akan diikuti alopesia
di kemudian hari. Selain itu dapat terjadi patah tulang dada, lengan, kaki, kepala
karena pertolongan persalinan dengan tindakan (Prawirohardjo, 2009).

2.1 ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN KALA II

2.1.1 Langkah I : Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama : ibu tidak kuat mengejan dalam persalinan

2..1.1 Langkah II : Pemeriksaan Fisik

1) Tanda - tanda vital :


(1) Tekanan darah : Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah
anak dilahirkan, biasanya tekanan darah akan naik kira - kira 10 mmhg.
(2) Suhu, Nadi, dan Pernafasan : Suhu dalam batas normal 36,5 - 37,5oc.
Bila suhu tubuh lebih dari 37,5 dianggap ada kelainan kecuali bagi klien
setelah melahirkan suhu badan 35,5 oC – 37,8 oC masih dianggap
normal karena perlahan keadaan nadi biasanya mengikuti keadaan suhu,
bila suhu naik, keadaan nadi akan bertambah pula, dapat disebabkan
karena adanya perdarahan. Pada klien yang dalam persalinan
pernafasannya agak pendek karena kelelahan. Dan akan kembali normal
setelah persalinan dan periksa tiap 4 jam. peningkatan RR, nadi kurang
dari 100, suhu tubuh dan diaphoresis.
2) Berat Badan dan Tinggi Badan :
Ibu hamil yang tinggi badannya kurang dari 145 cm terlebih pada kehamilan
pertama, tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar memiliki
panggul sempit. Berat badan ibu perlu dikontrol secara teratur dengan
peningkatan berat badan selama hamil antara 10 – 12 kg.
3) Tanda yang menyertai kala II :
Keringat terlihat tiba - tiba diatas bibir, adanya mual, bertambahnya
perdarahan, gerakan ekstremitas, pembukaan serviks, his lebih kuat dan
sering, ibu merasakan tekanan pada rektum, merasa ingin BAB, ketuban +/-
, perineum menonjol, anus dan vulva membuka, gelisah mengatakan saya
ingin BAB usaha keras tanpa disadari, pada waktu his kepala janin tampak
di vulva, meningkatnya pengeluaran darah dan lendir, kepala turun di dasar
panggul, meneran,amnesia, perasaan panas dan tegang pada perineum,
tremor, kelelahan, emosi labil, takut, gelisah, ketidakpercayaan dan
merintih.
4) Melakukan monitoring terhadap :
His ( Kontraksi 2 - 3 menit, intensitas kuat, lamanya 50 - 70 detik
pembukaan servik 10 cm, pendataran 100%, peningkatan pengeluaran darah
dan lendir, cairan amnion, perineum menonjol, keluar feses pada saat
melahirkan dan distensi kandung kemih, keadaan janin ( penurunan janin
melalui vagina ).
5) Posisi yang paling aman saat ibu mengejan :
Posisi Alasan / Rasionalisasi
Duduk atau Semi Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing
Duduk kelahiran kepala bayi dan mengamati/men-
support perineum.
Posisi Merangkak Baik untuk persalinan dengan punggung yang
sakit, membantu bayi melakukan rotasi,
peregangan minimal pada perineum.

Berjongkok atau Membantu penurunan kepala bayi,


Berdiri memperbesar ukuran panggul, memperbesar
dorongan untun meneran.

Berbaring miring Memberi rasa santai bagi ibu yang letih,


kekiri memberi oksigenisasi yang baik bagi bayi,
membantu mencegah terjadinya laserasi.
6) Durasi kala II → kemajuan pada kala II :
Primigravida berlangsung 45 – 60 menit, multipara berlangsung 15 – 30
menit.
7) Nyeri / ketidaknyamanan
(1) Dapat merintih / menangis selama kontraksi
(2) Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
(3) Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
(4) Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
8) Seksualitas
(1) Servik dilatasi penuh ( 10 cm ) dan penonjolan 100%
(2) Peningkatan perdarahan vagina
(3) Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
(4) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
(5) Penonjolan rectal / perineal dengan turunnya janin.

2.1.3 Langkah III : Kebutuhan Pola Kehidupan Sehari – hari pada ibu
persalinan kala II

1) Pola nutrisi
Saat inpartu : makan : nasi, sayur, lauk, Minum : satu gelas teh, satu gelas
susu, segelas air putih.
2) Pola eleminasi
Saat inpartu : BAK: 1x/ hari warna kuning, bau khas, banyaknya. 250cc.

2.1.4 Diagnosa keperawatan, Intervensi dan Rasional

1) Gangguan rasa nyaman nyeri b/d mengedan dan meregangnya perineum.


Tujuan : Ibu dapat mengontrol rasa nyeri yang dialaminya dan
meningkatkan rasa nyaman.

Intervensi:
(1) Anjurkan sebaiknya posisi miring kiri.
(2) Pertahankan kiandung kemih tetap dalam keadaan kosong.
(3) Pertahankan alat tenun dalam keadaan bersih, rapi dan kering.
(4) Anjurkan ibu untuk kumur - kumur atau basahi bibir dengan lemon
gliserin.
(5) Jelaskan pada ibu bahwa relaksasi selama kontraksi sangat penting.
(6) Anjurkan teknik nafas dalam dan ekspirasi melaui hidung.
(7) Lakukan masase (eufflerage/deep back massage/firm counter
pressure/abdominal lifting).
(8) Pertahankan rasa nyaman dengan pengaturan bantal un tuk menyokonh
tubuh

Rasional:

(1) Menghidari penekanan pada vena cava, sehingga meningkatkan


sirkulasi ke ibu maupun janin.
(2) Kandung kemih yang kosong akan memperlancar penurunan bagian
terendah janin dan mengurangi tekanan sehingga sirkulasi lancar.
(3) Meningkatkan rasa nyaman ibu
(4) Ibu merasa segar dan nyaman
(5) Ibu mengerti dan kooperatif
(6) Nafas dalam untuk mengisi paru-paru
(7) Impuls rasa sakit diblok dengan memberikan rangsangan pada syaraf
berdiameter besar sehungga gate kontrol tertutup dan rangsangan sakit
tidak diteruskan kekorteks cerebral
(8) Memberikan posisi yang nyaman pada ibu dan mengurangi tekanan
pada daerah punggung yang dapat menghambat sirkulasi kejaringan.

2) Gangguan konsep diri b/d hilangnya kontrol tubuh BAB


Tujuan :
(1) Persepsi ibu terhadap pengalamannya melahirkan akan bersifat positif
(2) Ibu akan berhenti terhadap kemungkinan bab selama melahirkan
(3) Ibu menerima pergerakan bowel pada saat melahirkan sebagai suatu
yang normal.
Intervensi:

(1) Memberitahukan pada ibu, bahwa bukan merupakan suatu hal yang
biasa bagi ibu untuk memiliki pergerakan bowel selama melahirkan.
(2) Bila tinja keluar, bersihkan secepatnya dan menyumbat bila mungkin,
sementara ubu memberikan timbal balik yang positif dalam usaha
mengedan

Rasional:

(1) Motilitas gastro intestinal menurun dalam persalinan dan usaha yang
ekspulsif, Diiringi penurunan bagian terendah janin menyebabkan
pengeluaran tinja.
(2) Jika perawat tidak beraksi secara negatif, atensi ibu akan teralihkan dari
pergerakan bowelnya ke usaha mengedan.

3) Resiko tinggi cedera pada ibu dab janian b/d penggunaan secara tetap
manuver palpasi, posisi kaki tidak tepat, tindakan yang salah dari penolong
Tujuan : Tidak terjadi cedera padsa ibu maupun janin

Intervensi:
(1) Bantu ibu bentuk posisi yang nyaman yaitu posisi setengah duduk
dengan bahu dan pungung yang ditopang oleh seorang anggota keluarga.
(2) Periksa denyut nadi setiap 15 menit dan ukur tekanan darah.
(3) Periksa DJJ antara tiap-tiap kontraksi.
(4) Yakinkan ibu dengan kata-kata langsung dan dengan cara yang
menyenangkan dan rileks.
(5) Bila perinium menonjol, anus membuka kepal anak mterlihat didepoan
vulva sat kontraksi dan tidak masuk maka penolong akan mulai
memimpin persalinan.
(6) Penolong cuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril.
(7) Jika ada dorongan untuk mengedan bantulah persalinan dengan:
 Melahirkan kepala
 Periksa lilitan tali pusat pada leher
 Melahirkan bahu depan dan belakang
 Melahirkan badan bayi
 Menjepit tali pusat dengan 2 klem dan gunting diantara kedua klem
tersebut.
 Menaikan bayi lebih tinggi dari perut ibu dan menaruh diatas perut
ibu.
 Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui kemungkinan
adanya janin yang lain.
 Injeksi oksitoksin

Rasional:
(1) Memperlancar aliran darah dari ibu ke janin dan memudahkan
penolong untuk membantu melahirkan.
(2) Untuk mengetahui keadaan umum ibu.
(3) Meningkatkan identifikasi awal bahaya pada fetal.
(4) Ibu tenang dan tetap koopretif
(5) Merupakan tanda-tanda yang tepat untuk memimpin dan menolong
persalinan
(6) Mencegah kontaminasi dan transmisi dari mikroorganisme
DAFTAR PUSTAKA

Ackley BJ, Ladwig GB. 2011. Nursing Diagnosis Handbook an Evidence-Based


Guide to Planning Care. United Stated of America : Elsevier.
Bobak LJ. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Carpenito LJ. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC.
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Depkes.2008.Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.Jakarta: USAID.
Doenges EM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC.
Halminton.2005. Asuhan Kebidanan Persalinan&Kelahiran. Jakarta: EGC.
Manuaba IBG. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB. Jakarta: EGC.
Mochtar. 2005. Perawatan Persalinan Ibu. Jakarta:MedikaPustaka.
Waspodo, dkk. 2007. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal.Jakarta : JNPK-KR,
Wiknjosastro G. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Keperawatan Persalinan Normal.
Jakarta : ISBN.

Anda mungkin juga menyukai