Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori

1. Persalinan

a. Pengertian persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (Sulistyawati dan Nugaraheny, 2010).

Persalinan preterm ialah persalinan yang berlangsung pada

umur kehamilan ibu antara 20-37 minggu dihitung dari haid terakhir.

Kehamilan aterm ialah usia kehamilan ibu 37-40 minggu (Runggu,

2012).

b. Macam-macam persalinan

1) Partus prematurus adalah berakhirnya kehamilan setelah janin

mampu hidup tetapi belum cukup bulan. Bayi dengan berat 1.000

sampai 2.499 gram dianggap prematur (Hakimi, 2010).

2) Partus aterm adalah persalinan antara usia kehamilan 37 dan 42

minggu, berat janin di atas 2500 gram (Manuaba dkk, 2012).

3) Partus post matures (serotinus) adalah persalinan melampaui usia

kehamilan 42 minggu. Pada janin terdapat tanda postmaturitas

(Manuaba dkk, 2012).


c. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

1) Power (Kontraksi atau HIS)

Adalah tenaga yang mendorong keluar janin. Kekuatan

yang berguna untuk mendorong keluar janin adalah his, kontraksi

otototot perut, kontraksi diagfragma dan aksi ligamamnet, ada dua

power yang bekerja dalam proses persalinan. Yaitu HIS dan

Tenaga mengejan ibu. HIS merupakan kontraksi uterus karena

otototot polos bekerja dengan baik dan sempurna, pada saat

kontraksi, otototot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan

lebih pendek. Kavum uteri lebih kecil mendorong janin dan kantong

amnion ke arah bawah rahim dan serviks. Sedangkan tenaga

mengejan ibu adalah tenaga selain HIS yang membantu

pengeluaran (Varney, 2007).

2) Passanger (Keadaan janin)

Faktor yang juga sangat mempengaruhi persalinan adalah faktor

janin. Meliputi sikap janin, letak janin, dan bagian terendah. Sikap

janin menunjukkan hubungan bagianbagian janin dengan sumbu

tubuh janin, misalnya bagaimana sikap fleksi kepala, kaki, dan

lengan. Ini berarti seorang janin dapat dikatakan letak longitudinal

(preskep dan presbo), letak lintang, serta letak oblik. Bagian

terbawah adalah istilah untuk menunjukkan bagian janin apa yang

paling bawah (Varney, 2007).


3) Passage (Keadaan jalan lahir)

Merupakan faktor jalan lahir, terbagi menjadi 2 yaitu : Bagian keras,

bagian ini terdiri dari tulang panggul, dan Artikulasi (Simphisis

pubis, Artikulasi sakro-iliaka, artikulasi sakro-kosigiu) (Varney,

2007).

d. Tahapan proses persalinan

1) Kala I (tahap Pembukaan)

In partu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur darah,

karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari

pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar karnalis servikalis karena

pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Pada kala ini

terbagi atas dua fase yaitu: Fase Laten : dimana pembukaan

serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm. Fase aktif :

yang terbagi atas 3 subfase yaitu akselerasi, steady dan

deselerasi. Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam

untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam untuk kehamilan

berikutnya. Pada tahap ini mulut rahim akan menjadi tipis dan

terbuka karena adanya kontraksi rahim secara berkala untuk

mendorong bayi ke jalan lahir. Pada setiap kontraksi rahim, bayi

akan semakin terdorong ke bawah sehingga menyebabkan

pembukaan jalan lahir.

Kala I persalinan di sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir

menjadi 10 cm, yang berarti pembukaan sempurna dan bayi siap

keluar dari rahim. Masa transisi ini menjadi masa yang paling
sangat sulit bagi ibu. Menjelang berakhirnya kala I, pembukaan

jalan lahir sudah hampir sempurna. Kontraksi yang terjadi akan

semakin sering dan semakin kuat. Anda mungkin mengalami rasa

sakit yang hebat, kebanyakan wanita yang pernah mengalami

masa inilah yang merasakan masa yang paling berat. Anda akan

merasakan datangnya rasa mulas yang sangat hebat dan terasa

seperti ada tekanan yang sangat besar ke arah bawah, seperti

ingin buang air besar. Menjelang akhir kala pertama, kontraksi

semakin sering dan kuat, dan bila pembukaan jalan lahir sudah 10

cm berarti bayi siap dilahirkan dan proses persalinan memasuki

kala II.

2) Kala II (Tahap Pengeluaran Bayi)

Pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat, cepat

dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin turun masuk

ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar

panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.

Anda merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus

terbuka. Pada waku mengedan, kepala janin mulai kelihatan, vulva

(bagian luar vagina) membuka dan perineum (daerah antara anus-

vagina) meregang. Dengan mengedan terpimpin, akan lahirlah

kepala diikuti oleh seluruh badan janin.

3) Kala III (Tahap Pengeluaran Plasenta)

Dimulai setelah bayi lahir, dan plasenta akan keluar dengan

sendirinya. Proses melahirkan plasenta berlangsung antara 5-30

menit. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah


kira-kira 100-200 cc. Dengan adanya kontraksi rahim, plasenta

akan terlepas. Setelah itu dokter/bidan akan memeriksa apakah

plasenta sudah terlepas dari dinding rahim. Setelah itu barulah

dokter/bidan membersihkan segalanya termasuk memberikan

jahitan bila tindakan episiotomi dilakukan

4) Kala IV (Tahap Pengawasan)

Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasa terhadap

bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih

dua jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari

vagina, tapi tidak banyak, yang berasal dari pembuluh darah yang

ada di dinding rahim tempat terlepasnya plasenta, dan setelah

beberapa hari anda akan mengeluarkan cairan sedikit darah yang

disebut lokia yang berasal dari sisasisa jaringan. Pada beberapa

keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran menjadi

banyak. Ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi

atau tidak berkontraksi otot-otot rahim (Sari, 2007).

2. Kala I memanjang

a. Pengertian Kala I memanjang

Persalinan dengan kala I memanjang adalah persalinan yang fase

latennya berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju

pembukaannya tidak adekuat atau bervariasi; kurang dari 1 cm setiap

jam selama sekurang-kurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan;

kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan kurang dari 1,5 per

jam pada multipara; lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 sampai


pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm per jam). Insiden ini terjadi pada

5 persen persalinan dan pada primigravida insidensinya dua kali lebih

besar daripada multigravida (Saifuddin, 2009).

b. Etiologi

Menurut Mochtar (2011), sebab-sebab terjadinya partus lama yaitu:

1) Kelainan letak janin.

2) Kelainan-kelainan panggul.

3) Kelainan his.

4) Janin besar atau ada kelainan kongenital.

5) Primitua.

c. Klasifikasi

Kala I memanjang diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

1) Fase Laten Memanjang (Prolonged latent phase).

Adalah fase pembukaan serviks yang tidak melewati 3 cm setelah 8

jam inpartu (Saifuddin,2009).

2) Fase aktif memanjang (Prolonged Active Phase).

Adalah fase yang lebih panjang dari 12 jam dengan pembukaan

serviks kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan 6 jam rata-

rata 2,5 jam dengan laju dilatasi serviks kurang dari 1,5 cm per jam

pada multigravida (Oxorn, 2010).

d. Patofisiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kala I lama meliputi

kelainan letak janin seperti letak sungsang, letak lintang, presentasi


muka, dahi dan puncak kepala, kelainan panggul seperti pelvis terlalu

kecil dan CPD (cephalopelvic disproportion), kelainan his seperti

inersiauteri, incoordinate uteri action. Kelainan-kelainan tersebut dapat

mengakibatkan pembukaan serviks berjalan sangat lambat, akibatnya

kala I menjadi lama (Saifuddin, 2009).

e. Faktor Predisposisi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kala I lama antara lain:

1) Kelainan letak janin

Meliputi presentasi puncak kepala, presentasi muka, presentasi

dahi, letak sungsang, letak melintang, dan presentasi ganda. Pada

kelainan letak janin dapat menyebabkan partus lama dan ketuban

pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.

Sementara pada janin dapat berakibat adanya trauma partus dan

hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus (Mochtar, 2011).

2) Kelainan his

Menurut Wiknjosastro (2010) kelainan his antara lain :

a) Inertia Uteri

Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak

adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong

janin keluar.Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya

jarang.Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum

kurangbaik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang

misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembaratau

makrosomia,grandemultipara atau primipara, serta para


penderita dengankeadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi

pada kala pembukaanserviks, fase laten atau fase aktif maupun

pada kala pengeluaran (Sarwono, 2007).

b) His terlampau kuat (hypertonic uterine contraction)

His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan

persalinan selesai dalam waktu yang singkat. Partus yang

sudah selesai kurang dari tiga jam, dinamakan partus

presipitatus: sifat his normal, tonus otot di luar his juga biasa,

kelainan terletak pada kekuatan his. Bahaya partus presipitatus

bagi ibu adalah terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir,

khususnya serviks uteri, vagina, dan perineum, sedangkan bayi

bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian

tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.

f. Manifestasi Klinis

Menurut Mochtar (2011) tanda klinis kala I lama terjadi pada ibu dan

juga pada janin meliputi:

1) Pada ibu

Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,

pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering

dijumpai edema vulva, edema serviks, cairan ketuban yang berbau,

terdapat mekonium.

2) Pada janin

a) Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif; air

ketuban terdapat mekonium, kental kehijauhijauan, berbau.


b) Kaput suksedaneum yang besar.

c) Moulage kepala yang hebat.

d) Kematian janin dalam kandungan.

e) Kematian janin intra partal.

g. Komplikasi

1) Bagi ibu

a) Ketuban pecah dini

Apabila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga

dari uterus diarahkan ke bagian membran yang meyentuh os

internal. Akibatnya, ketuban pecah dini lebih mudah terjadi

infeksi (Wijayarini, 2008).

b) Sepsis Puerperalis

Infeksi merupakan bahaya serius bagi ibu dan janin pada kasus

persalinan lama, terutama karena selaput ketuban pecah dini.

Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina

yang berulang-ulang (Wijayarini, 2008).

c) Ruptur Uterus

Penipisan segmen bawah rahim yang abnormal menimbulkan

bahaya serius selama persalinan lama. Jika disproporsi sangat

jelas sehingga tidak ada engagement atau penurunan, segmen

bawah rahim menjadi sangat teregang, dan dapat diikuti oleh

ruptur (Cunningham, 2013).


d) Cedera dasar panggul

Cedera pada otot dasar panggul, persarafan, atau fasia

penghubung adalah konsekuensi pelahiran pervaginam yang

sering terjadi, terutama apabila pelahirannya sulit (Cunningham,

2013).

e) Dehidrasi

Ibu nampak kelelahan, nadi meningkat, tensi mungkin normal

atau telah turun, temperatur meningkat (Manuaba, 2011).

2) Bagi janin

Persalinan dengan kala I memanjang dapat menyebabkan detak

jantung janin mengalami gangguan, dapat terjadi takikardi sampai

bradikardi. Pada pemeriksaan dengan menggunakan NST atau

OCT menunjukkan asfiksia intrauterin. Dan pada pemeriksaan

sampel darah kulit kepala menuju pada anaerobik metabolisme

dan asidosis. Selain itu, persalinan lama juga dapat berakibat

adanya kaput suksidaneum yang besar (pembengkakan kulit

kepala) seringkali terbentuk pada bagian kepala yang paling

dependen, dan molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium)

pada kranium janin mengakibatkan perubahan bentuk kepala

(Manuaba, 2013).

3. Induksi Persalinan

a. Pengertian induksi persalinan

Induksi persalinan adalah tindakan / langkah untuk memulai

persalinan yang sebelumnya belum terjadi, bisa secara mekanik


maupun kimiawi (farmakologik) (Nugroho, 2012).

Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin

menjelang aterm, dalam keadaan belum terdapat tanda-tanda

persalinan atau belum in partu, dengan kemungkinan janin dapat hidup

di luar kandungan (umur di atas 28 minggu) (Manuaba dkk, 2012).

b. Obat induksi

Oksitosin adalah obat yang merangsang uterus untuk

berkontraksi. Dalam menimbulkan kontraksi uterus, oksitosin dianggap

bekerja pada membran sel myometrium. Oksitosin meningkatkan daya

pacu normal otot tersebut (Hakimi, 2010).

c. Syarat induksi persalinan

Menurut Hakimi (2010) syarat dilakukanya induksi persalinan, yaitu :

1) Presentasi

Presentasi harus kepala. Induksi persalinan tidak boleh dilakukan

bila ada letak lintang, presentasi majemuk dan sikap ekstensi pada

janin, dan hampir tidak boleh dilakukan kalau bayinya presentasi

bokong.

2) Stadium kehamilan

Semakin kehamilan mendekati aterm, semakin mudah pelaksanaan

induksi.

3) Stasiun

Kepala bayi harus sudah masuk panggul, semakin rendah kepala

bayi semakin mudah dan semakin aman prosedur tersebut.


4) Kematangan cervix

Cervix sudah harus mendatar, panjangnya kurang dari 1,3 cm (0,5

inchi), lunak, bisa dilebarkan dan sudah membuka untuk dimasuki

sedikitnya satu jari tangan dan sebaiknya du ajri tangan.

5) Paritas

Induksi pada mulitipara jauh lebih mudah dan lebih aman

ketimbang pada primigravida, dan angka keberhasilan meningkat

bersama-sama paritas

6) Maturitas janin

Umumnya semakin kehamilan mendekati 40 minggu, semakin baik

hasilnya bagi janin.

4. Asuhan Keperawatan

a. Pengakajian data

1) Biodata Pasien : Nama, Jenis Kelamin, Umur, Tanggal lahir,

Alamat,dan lain lain.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama : Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada

daerah pinggang menjalar keperut, adanya his yang makin selalu

ingin buang air kemih. (Manuaba. 1998).

2) Riwayat kesehatan sekarang : Dalam pengkajian di temukan ibu

hamil dengan usia kehamilan antara 38 - 42 minggu. Mulai timbul

his, nyeri dan keluarnya darah serta lendir dan kadang ketuban

pecah dengan sendirinya.


3) Riwayat Kesehatan Dahulu : Adanya penyakit yang dapat

menyebabkan resiko tinggi saat persalinan, seperti penyakit

jantung, HT, TB, DM, penyakit kelamin, dan lain - lain.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga : Anamese tentang penyakit keluarga

ada hubungannya dan penyakit yang diderita keluarga ada yang

menderita penyakit menular, menurun / menahun, seperti DM, dan

lain - lain.

5) Riwayat Kebidanan :

a) Riwayat kehamilan sekarang : HPHT ( hari pertama hari

terakhir )Untuk menafsirkan (+7) (-3) (+1) / kapan merasakan

gerak janin (primigravida ) ada usia kehamilan ( 9 - 20

minggu ), rasa pusing, mual muntah dan lain lain, ( carey

ragbaur : 2000 ).

b) Riwayat kehamilan yang lalu : mengalami perdarahan/tidak,

ada keluhan pada hamil mudah / tidak.

c) Pemeriksaaan kehamilan berapakah pada trimester pertama

(umumnya 1 kali pertama trimester I ) penyuluhan yang pernah

didapatkan ( pola nutrisi, pola istirahat, pola efektifitas).

c. Pemeriksaan Fisik

1) Memeriksa tanda - tanda vital ( TD, Nadi, Pernafasan, dan Suhu ).

2) Kepala dan leher : Biasanya terdapat doasma gravidarum,

terkadang ada pembengkakan kelopak mata, pucat pada

konjungtiva, sklera kuning, stomatitis dan lain - lain.

3) Dada : Terdapat pembesaran payudara, hiperpigmentasi areora

mamae dan penonjolan pada papila mamae, keluarnya colostrum.


4) Pemeriksaan fisik, dilatasi uteri 0 - 3 cm posisi fetus, his anatara 5 -

30 menit dan berlangsung selama 10 - 30 menit vagina

mengeluarkan cairan pink, coklat, keluhan, DJJ terdengar lebih

jelas di umbilicus.

5) Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi serviks dan penurunan

karakteristik yang mengambarkan kontraksi uterus :

a) Frekwensi : adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya

permenit atau per 10 menit.

b) Internal : jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya

his datang tiap 2 3 menit.

c) Intensitas : kekuatan his (adekuat atau lemah).

d) Durasi (lama his) : lamanya setiap his berlangsung dan

ditentukan dengan detik, misalnya 50 detik.

e) Datangnya his : apakah sering, teratur atau tidak.

6) Penipisan serviks, evasemen mendahului dilatasi cerviks pada

kehamilan pertama dan sering diikuti pembukaan dalam kehamilan

berikutnya.

7) Pembukaan cerviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang

menentukan bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan

kemajuan persalinan.

8) Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah

fetus, letak janin, penurunan janin : usia kehamilan aterm 3 jari

bawah prosesus xypoideus. Usia kehamilan prematur pertengahan

pusat dan prosesus xypoideus, belum atau sudah kepala masuk

PAP, adanya his yang mungkin sering dan kuat. ( Leopold I : untuk
menentukan TFU dan bagian janin dalam fundus, Leopold II : untuk

menentukan batas samping rahim kanan / kiri, letak punggung

janin, Leopold III : untuk menentukan bagian terbawah janin

apakah sudah masuk PAP, dan Leopold IV : untuk menentukan

bagian terbawah janin seberapa jauh sudah masuk PAP

).Auskultasi : Ada tidak DJJ dan frekuensi normalnya 120 160 x /

menit.(Asuhan Persalinan Normal 2008).

9) Pemeriksaan Vagina : Pengeluaran darah campur lendir, terdapat

pembukaan cervix, serta kelenturan pada serviks.

10) Ekstremitas : Biasanya terjadi odema pada tungkai dan kadang

varices karena adanya penekanan dan pembesaran vena

abdomen.

d. Kebutuhan Pola Kehidupan Sehari hari pada ibu persalinan kala I

1) Pola nutrisi

a) Sebelum hamil : makan : 2-3X/ hari dengan nasi, sayur, ikan,

Minum : 7-8 gelas dengan air putih.

b) Saat hamil : makan : 3X/ hari dengan nasi, sayur, ikan, buah,

Minum : 8 gelas air putih, satu gelas susu/hari.

2) Pola eleminasi

a) Sebelum hamil : BAK: lancar 5x/ hari, warna kuning, bau khas,

BAB: 1x /hari warna kuning, konsistensi lunak, bau khas.

b) Saat hamil : BAK: 6-7x/hari warna kuning, bau khas, BAB : 1x/

hari warna kuning, konsistensi lunak, bau khas.


e. Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Rasional

1) Nyeri b/d intensitas kontraksi.

Tujuan : Klien mampu beradaptasi dengan nyeri.

Intervensi Rasional

Menggunakan teknik pernapasan. Tehnik pernapasan dapat

Melakukan masage atau gosokan meningkatkan relaksasi otot otot

pada pinggang (teori abdomen dengan demikian

gate controlterhadap nyeri). menambah ukuran kapasitas

Menganjurkan untuk memberikan abdomen sehingga mengurangi

air hangat untuk mengomprtes gesekan (priksi) antara uterus dan

pinggang bawah. dinding abdomen.

Memberikan HE pada klien bahwa Merupakan suatu tehnik untuk

respon nyeri ini sudah indikasi mengkanter dan digunakan untuk

positif dan memang harus ada mengalihkan perhatian ibu dari

untuk mengakhiri kala I dan nyeri.

mendekati kala transisi Membantu relaksasi, meningkatkan

kenyamanan.

Informasi yang cukup dapat

mengurangi kecemasan dan

merupakan salah satu aspek

sayang ibu
2). Defisit volume cairan b/d intake cairan yang tidak adekuat

Tujuan : Klien akan menunjukkan defisit voleme cairan adekuat

Intervensi Rasional

Pertahankan kalori dan elekrolit. Kalori dibutuhkan sebagai sumber

Anjurkan minum air putih selama energi selama proses

proses persalinan jika tidak ada persalinanuntuk mencegah

mual dan muntah. dehidrasi.

Berikan cairan IV secara rutin Cairan lebih cepat diabsorbsi

(dextrosa 5 % dan RL) melalui lambung dibandingkan

dengan makanan padat dan untuk

mencegah dehidrasi.

Memenuhi kebutuhan tubuh akan

cairan dan elekrolit


3). Cemas b/d ketidaktahuan tentang situasi persalinan, nyeri pada

persalinan

Tujuan : Klien akan mengungkapkan cemas teratasi

Intervensi Rasional

Jelaskan prosedur sebelum Mengingatkan pasien untuk

memulai melakukan tindakan . mengendalikan dan mempersiapkan

Beri gambaran yang jelas tentang mentalnya, hal ini akan mengurangi

proses persalinan kecemasan yang dialami.

Gambaran yang jelas tentang

persalinan, ibu akan lebih memahami

dan mengerti tentang proses

persalinan sehingga akan mengurangi

perasaan takut dan pasien akan

tenang
4). Defisit perawatan diri b/d gangguan energi dan nyeri dalam

persalinan.

Tujuan : Klien mampu merawat diri setelah proses persalinan

Intervensi Rasional

Lakukan teknik effleurage. Meningkatkan relaksasi dan

Anjurkan ambulasi dan posisi yang kenyamanan.

nyaman. Ambulasi dan posisi yang nyaman

Anjurkan klien untuk beristirahat. merupakan salah satu cara dalam

Anjurkan suami untuk memberikan melakukan rawat diri pada ibu untuk

bantuan dalam hal perawatan diri. mencegah kekakuan.

Berikan support dalam melakukan Istirahat merupakan hal yang

perawatan diri penting bagi ibu hamil dalam

mengatasi kelelahan sehingga ibu

tetap segar dan kuat.

Suami adalah orang yang terdekat,

diharapkakan mampu dalam

membantu merawat istrinya.

Support yang diberikan akan

menambah semangat ibu dalam

melakukan dan meningkatkan

perawatan terhadap dirinya


5). Resiko gawat janin berhubungan dengan kala 1 memanjang

Tujuan : Tidak terjadi gawat janin, detak jantung janin dalam

rentang normal

Intervensi Rasional

Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri Untuk membantu mempercepat

Pantau tekanan darah ibu pembukaan jalan lahir

Memantau bunyi jantung ibu Memantau kondisi ibu agar tidak

Anjurkan ibu tehnik relaksasi terjadi syok

dengan napas dalam Memantau agar tidak terjadi gawat

janin

Membantu ibu agar tetap tenang

dan tidak terjadi distress pada janin

d
6). Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (NANDA, 2013)

Tujuan : Klien tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi

Intervensi Rasional

Monitor suhu, nadi tiap 2 jam Memantau tanda gejala infeksi agar

Dilakukan vulva higiene sebelum tidak terjadi

tindakan intra vaginal Membersihkan area vagina agar

Penggunaan sarung tangan steril terhindar dari mikroorganisme yang

serta teknik yang baik dan benar dapat menjadi peenyebab infeksi

selama tindakan intra vaginal Mencegah infeksi saat melakukan

Perlakukan terhadap intra vaginal tindakan

jika ada indikasi Meminimalisir resiko infeksi

Anda mungkin juga menyukai