Anda di halaman 1dari 14

Buku : walyani & purwoastuti. 2016. Asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir.

Yogyakarta: pustakabarupress

PERSALINAN

A. PENGERTIAN PERSALINAN

Menurut Mochtar dalam Walyani & Puwoastuti 2016 persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau
jalan lain.

Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala dnegan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan dimulai (inpaertu) pada saat uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (mmebuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta (Walyani & Puwoastuti, 2016)

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belaknag kepala yang berlangsung selama 18 jam
produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat
(Walyani & Puwoastuti, 2016)

persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan
pada manusia setiap saat teranca, penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga
memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Walyani
& Puwoastuti, 2016).

B. SEBAB- SEBAB TERJADINYA PERSALINAN

Sebab terjadinya persalinan sampai saat ini masih merupakan teori-teori yang komplek. Factor
factor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan
nutrisi disebut sebagai factor yang memngakibatkan partus mulai. Perubahan-perubahan dalam
biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus, antara
lain penurunan kadar hormone estrogen dan progesteron. Menurunnya kadar kedua hormone
ini terjadi kira-kira 1 sampai 2 minggu sebelum partus dimulai. Kadar progesterone dalam
kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm meningkat. Plasenta menjadi tua, dengan tuanya
kehamilan. Villi korialis mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar esterogen dan
progesterone menurun. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini merupakan faktor yang dapat mengganggu
sirkulasi uteroplasenter, sehingga plasenta akan mengalami degenerasi. Berkurangnya nutrisi
pada janin, maka hasil konsepsi akan segera dikelaurkan (Walyani & Puwoastuti, 2016).

1. Tanda tanda persalinan


Tanda awal bahwa ibu hamil akan melahirkan adalah mengejangnya rahim atau dikenal
dnegan istilah kontraksi. Kontraksi tersebut berirama, gteratur, dan involuter, umunya
kontraksi bertujuan untuk menyiapkan mulut lahir untuk membesar dan meningkatkan
aliran darah kedalam plasenta. Kontraksi uterus memiliki periode relaksasi yang memiliki
fungsi penting untuk mengistirahatkan otot uterus, memberi kesempatan bagi wanita, dan
mempertahankan kesejahteraan bayi. Setiap kali otot berkontraksi, rongga uterus menjadi
lebih kecil dan bagian prsentasi atau kantong amnion didorong kebawah ke dalam serviks.
Serviks pertama-tama menipis, mendatar, dan kemudian terbuka, dan otot pada fundus
menjadi lebih tebal.
2. Keluarnya lendir bercampur darah
Lendir disekresi sebagai hasil poliferasi kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan. Lendir
mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas,
sehingga menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan yang bercampur darah
dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim yang menandakan bahwa
mulut rahim menjadi lunak dan membuka, lendir inilah yang disebut sebagai bloody slim.
3. Keluarnya air-air ( ketuban)
Jika ketuban yang menjadi tempat perlindungan bayi sudah pecah, maka sudah saatnya
bayi harus keluar. Bila ibu hamil merasa ada cairan yang merembes keluar dari vagina dan
keluarnya tidak dapat ditahan lagi, tetapi tidak disertai rasa mules tanpa sakit, merupakan
tanda ketuban pecah dini, sesudah itu akan terasa sakit karena ada kemungkinan kontraksi.
Jika pemecahan ketuban tersebut disertai dengan ketuban yang berwarna coklat kehijauan,
berbau tidak enak, dan jika ditemukan berarti bayi sudah buang air besar didalam rahim.
Yang menandakan bayi mengalami distress.
4. Pembukaan serviks
Penipisan mendahului dilatasi servik, pertama-tama aktivitas uterus dimulai untuk
mencapai penipisan, setelah penipisan kemudian uterus akan menghasilkan dilatasi servik
yang cepat. Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontraksi yang
berkembang. Serviks menjadi matang pada periode yang berbeda-beda sebelum
persalinan, kematangan servik mengindikasikan kesiapan untuk persalinan.
C. Tahapan persalinan
Menurut mochtar dalam (Walyani & Puwoastuti, 2016) proses persalinan dibagi menjadi 4
kala yaitu:
1. Kala 1: kala pembukaan
waktu untuk pembukaan serviks menjadi pembukaan lengkap (10cm). dalam kala
pembukaan dibagi menjadi dua fase:
a. Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap.
1) Pembukaan kurang dari 4 cm
2) Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam
b. Fase aktif
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat (kontraksi adekuat/3 kali
atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
2) Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1 cm/lebih
perjam hingga pembukaan lengkap
3) Berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 fase berdasarkan kurva
friedman:
a) Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4
cm
b) Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm
c) Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan
9 cm menjadi 10 cm/lengkap.
2. Kala II: Kala pengeluaran janin
Waktu uterus dengan kekuatan HIS ditambah kekuatan mengejan mendorong janin
hingga keluar.
Pada kala II memiliki ciri khas:
a. His terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih alama kira-kira 2-3 menit sekali
b. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara refelktoris menimbulkan
rasa ingin mengejan
c. Tekanan pada rectum, ibu merasa ingin BAB
d. Anus membuka
Lama kala II pada primi dan multipara berbeda yaitu:
a. Primipara kala II berlangsung 1,5 jam-2 jam
b. Multipara kala II berlangsung 0,5 jam - 1 jam
3. Kala III: kala Uri
Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi lahir kongraksi
rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan
berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul
his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1-5 menit plasenta terlepas dan
terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedkiti dorongan.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Dan pada
pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200cc.
4. Kala IV
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya perdarahan.
Penngawasan ini dilakukan kurang lebih 2 jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan
darah dari vagina, tapi tidak banyak, yang berasal dari pembuluh darah yang ada
didinding rahim tempat terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari ibu akan
mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lokia yang berasal dari sisa-sisa
jaringan. Pada beberapa keadaan pengeluaran darah setelah proses kelahiran menjadi
banyak. Ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi otot-otot
rahim. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan semakin
hebat dapat dialukan tindakan secepatnya.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
1. Passage
Jalan lahir dibagi atas:
a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
b. Bagian lunak: oto-otot, jaringan-jaringan, ligament-ligamen.
2. Power (His dan Mengejan)
Kekutan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-otot perut,
kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament. Pada waktu kontraksi, otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna. Otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi
menebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan
kantong amnion kea rah segmen bawah rahim dan servik. Yang pegang kendali dan yang
paling menentukan dalam tahapan ini adalah proses menngejan ibu yang dilakukan
dengan benar, baik dari segi kekuatan maupun keteraturan.
3. Passenger
Terdiri dari:
a. Janin
b.
c. Plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm, tebal 2-3 cm,
berat 500-600 gram
d. Air ketuban
Sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan janin, air ketuban
berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi janin dari infeksi, menstabilkan
perubahan suhu, menjadi sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas.
E. Kebutuhan dasar ibu dalam proses persalinan
1. Dukungan fisik dan psikologis
Hasil penelitian (RCT) telah memperlihatkan ekektifnya dukungan fisik, emosional dan
psikologis selama persalinan dan kelahiran. Kehadiran seorang pendamping secara terus
menerus selama persalinan dan kelahiran kan menghasilkan
a. Kelahiran dengan tindakan forceps, vacuum, dan SC menjadi berkurang
b. Bersifat sayan ibu
c. Lamanya persalinan menjadi semakin pendek
d. Kepuasan ibu semakin besar dalam pengalaman melahirkan
2. Kebutuhan makanan dan cairan
Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan aktif, oleh karena makanan
padat lebih lama tinggal dalam lambung dari pada makanan cair, sehingga proses
pencernaan lebih lambat selama persalinan. Pasien dapat diberikan banyak minuman
segar selama proses persalinan, namun bila mual/muntahdapat diberikan cairan IV (RL).
3. Kebutuhan eliminasi
Kandung kemih dikosongkan setiap 2 jm selama proses persalinan. Bila pasien tidak
dapat berkemih sendiri dapat dilakukan kateterisasi oleh karena kandung kemih yang
penuh akan menghambat penurunan bagian terbawah janin dan dapat meningkatkan
rasa tidak nyaman yang tidak dikenali pasien karena bersama dengan munculnya
kontraksi uterus.
4. Posisioning dan aktifitas
Posisi untuk persalinan
a. Duduk atau setengah duduk lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran
kepala bayi dan mengamati perineum
b. Posisi merangkak baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit
1) Membantu bayi melakukan rotasi
2) Peregangan minimal pada perineum
c. Berjongkok atau berdiri membantu penurunan.
F. Perubahan fisiologis dan psikologis pada kala I
1. Perubahan fisiologis
a. Perubahan tekanan darah
Perubahan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastolic rata-rata 5-10
mmHg diantara kontraksi, tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk
persalinan dan akan naik lagi bila terjadi kontraksi. Posisi tidur terlentang
selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus terhadap oembuluh
darah besar (aorta) yang akan menyebabkan sirkulasi darah baik untuk ibu
maupun janin akan terganggu, ibu dapat terjadi hiptensi dan janin dapat
asfiksia.
b. Perubahan meatabolisme
Selama persalinan baik metabolism karbohidrat aerobic dan anaerobic
akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar diakibatkan karena
kecemasan serta kegiatan otot rangka tubuh.
c. Perubahan suhu badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, keadaan dianggap
normal asal tidak melebihi 0,5-10c .
d. Denyut jantung
Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibandingkan
selama periode persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme
yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik merupakan hal
yang normal.
e. Pernafasan
Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya nyeri,
kekhawatiran serta penggunaan teknik pernafasan yang tidak benar
f. Perubahan renal
Polyuria sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh kardiak
output yang meningkat serta glomerulus serta aliran plasma ke renal. Polyuria
tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang, yang mempunyai efek
mengurangi aliran urin selama persalinan.
g. Perubahan gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat
berkurangn akan menyebabkan pencernaan hamper berhenti selama
persalinan dan akan menyebabkan konstipasi
2. Perubahan psikologis
a. Perasaan tidak enak
b. Takut dan ragu akan persalinan yang dihadapi
c. Sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal
d. Mengaggap persalinan sebagai bahan percobaan
e. Ibu merasa cemas
G. Perubahan fisiologis daan psikologis pada kala II persalinan
Perubahan fisiologis
1. Kontraksi uterus
Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot
tekanan pada ganglia dalam serviks dan segmen bawah rahim, regangan dari
serviks, regangan dan tarikan pada peritoneum, itu semua terjadi saat terjadi
kontraksi.
2. Perubahan uterus
Keadaan segmen atas rahim (SAR) dan segmen bawah rahim (SBR). Dalam
persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas, dimana SAR dibentuk
oleh korpus uteri dan bersifat memegang peranan aktif (berkontraksi).
3. Perubahan pada serviks
Perubahan pada serviks kala II ditandai dengan pembukaan lengkap, pada
pemeriksaan dalam tidak teraba bibir portio, SBR dan serviks
4. Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi perubahan, terutama
pada dasar panggul yang diregangkan oleh bagian depan janin sehingga menjadi
saluran yang dinding-dindingnya tipis karena suatu regangan dan kepala sampai
vulva, lubang vulva menghadap kedepan atas dan anus menjadi terbuka, perineum
menonjol dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva.
H. Perubahan fisiologis pada kala III
Perubahan uterus dan plasenta
Tempat implantasi plasenta mengalami pengkerutan akibat pengosongan kavum uteri
dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari perlekatannya dan
pengumpulan darah pada ruang utero plasenter akan mendorong plasenta keluar.

Otot uterus (myometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus


setelah lahirnya bayi. Penyusutan ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian
lepas dari dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan turun kebagian bawah uterus
atau kedalam vagina.
I. fisiologi pada kala 4
Menurut Sumara dalam Walyani & Puwoastuti 2016 kala 4 adalah kala pengawasan
dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
kontraksi uterus kembali dalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan
rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Perlu
juga dipastikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa dalam
uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut.

BAYI BARU LAHIR


A. Adaptasi fisiologis bayi baru lahir terjadap kehidupan diluar uterus
1. Adaptasi ekstra uteri yang terjadi cepat
a. Perubahan pernafasan
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan yang
tinggi pada thoraknya, dan tekanan ini akan hilang setalah bayi lahir. Proses
ini menyebabkan cairan yang ada di dalam paru-paru hilang karena
terdorong kebagian perifer paru untuk kemudian diabsorbsi. Karena
terstimulus oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis akhirnya bayi memulai
aktivitas nafas untuk pertama kali.
Tekanann intratoraks yang negative disertai dengan aktivasi nafas yang
pertama memungkinkan adanya udara masuk ke dalam paru-paru. Setelah
beberapa kali napas pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan napas pada
trakea dan bronkus, akhirnya semua alveolus mengembang karena terisi
udara. Fungsi alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi terdapat
surfaktan yang adekuat yang membantu menstabilkan dinding alveolus
sehingga alveolus tidak kolaps saat akhir napas.
1) Perubahan sirkulasi
Karena tali pusat diklem, system tekanan rendah yang berada pada unit
janin plasenta terputus sehingga berubah menjadii system sirkulasi
tertutup, bertekanan tinggi, dan berdidir sendiri. efek yang terjadi
segera setelah tali pusat diklem adalah peningkatan tahanan pembuluh
darah sistemik. Hal yang paling penting adalah peningkatan tahanan
pembuluh darah dan tarikan napas pertama terjadi secra bersamaan.
Oksigen dari nafas pertama tersebut menyebabkan system pembuluh
darah paru berelaksasi dan terbuka sehingga paru-paru menjadi system
bertekanan rendah.
Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi sistemik dan
menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran
darah dalam jantung. Tekanan akibat peningkatan alira darah disisi kiri
jantung menyebabkan darah teroksigenasi ke otak janin kiri taklagi
diperlukan. Dalam 48 jam, duktus ini akan mengecil dan secara
fungsional menutup akibat penurunan kadar prostaglandin E 2, yang
sebelumnya disuplai pleh plasenta. Darah teroksigenasi yang secara
rutin mengalr melalui duktus arteriosus serta voramen ovale melengkapi
perubahan radikal pada anatomi dan fisiologi jantung, darah yang tidak
kaya akan oksigen masuk kejantung bayi menjadi teroksigenasi
sepenuhnya didalam paru, kemudian dipompa ke sluruh tubuh.
2) Termoregulasi
- Konveksi
Hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara disekeliling bayi,
missal BBL diletakkan dekat pintu atau dekat jendela.
- Konduksi
Pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak
dengan permukaan yang lebih dingin, missal popok atau celana
basah tidak langsung diganti.
- Radiasi
Panas tubuh bayi memancar dilingkungan sekitar bayi yang lebih
dingin, missal BBL diletakkan ditempat dingin
- Evaporasi
Cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi dan meguap, missal
BBL tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.
3 faktor yang paling berperan dalam kehilangan panas tubuh bayi
 Luasnya permukaan tubuh bayi
 Pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum berfungsi secara
sempurna
 Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan
panas
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa
menggigil ini merupakan hasil lemak coklat yang terdapat diseluruh
tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%.
Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi menggunakan glukosa untuk
mendapatkan energy yang akan mengubah lemak menjadi panas.
2. Adaptasi ekstra uteri yang terjadi secara kontinu
a. Perubahan pada darah
1) Kadar Hb
Bayi dilahirkan dnegan kadar Hb yang tinggi. Konsentrasi Hb normal
denngan rentang 13,7-20%. Kadar Hb selanjutnya mengalami penurunan
secara terus menerus selama 7-9 minggu. Kadar Hb bayi usia 2 bulan
normal adalah 12%
2) Sel darah merah
Sel farah merah bayi baru lahir memiliki usia yang sangat singkat (80
hari) jika dibandingkan dengan orang dewasa (120 hari).
3) Sel darah putih
Jumlah sel darah putih rata-rata pada BBL memiliki rentang mulai dari
10.000-30.000/mm2. Peningkatan lebih lanjut akan terjadi selama 24
jam pertama kehidupan.
b. Perubahan pada gastrointestinal
Kemmapuan BBL cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan selain
susu masih terbatas. Hubungan anatara esophagus bawah dan lambung
masih belum sempurna sehingga mengakibtkan gumoh pada BBL dan
neonates. Kapasitas lambung sangat terbatas dan akan bertambah
bersamaan dengan pertumbuhan
c. Perubahan pada system imun
System imunitas BBL masih belum matang, sehingga menyebabkan neonates
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. System imunitas yang matang
akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat.
d. Perubahan pafda system ginjal
BBL cukup bulan memilki beberapa deficit structural dan fungsional pada
system ginjal. Banyak dari kejadian deficit akan membaik pada bulan
pertama kehidupan. BBL tidak dapat mengonsentrasikan urin dengan baik,
tercermin dari berat jenis urin (1,004) dan osmolitas urin yang rendah.
Semua keterbatasan ini akan lebih buruk pada bayi kurang bulan.
3. Pemeliharaan pernafasan
a. Stimulasi taktil
Dengan mengeringkan badan bayi segera setelah lahir dan melakukan masase
pada punggung, jika observasi nafas bayi belum maksimal lakukan stimulasi
pada telapak kaki dengan menjentikan ujung jari tangan penolong
b. Mempertahakan suhu tubuh hangat untuj bayi
Letakkan bayi diatas tubuh ibu kemudian tuutpi keduanya dengan selimut
4. Pemotongan tali pusat
a. Penjepitan tali pusat segera setelah bayi lahir
Praktik ini didukung oleh komunitas obstetric namun tidak digunakan di
beberapa Negara. Para pendukung praktik ini menghawatirkan adanya efek
samping pada bayi jika penjepitan tali pusat ditunda seperti adanya gawat
pernafasan, polisitemia, hiperbilirubinemia dll.
b. Penundaan penjempitan tali pusat
Para pendukung penundaan penjepitan tali pusat yakin bahwa peningkatan
volume darah menguntungkan dan mendukung proses fisiologis alami pada
transisi kehidupan ekstrauterus yaitu:
1) Volume yang besar meningkatkan perfusi kapiler-kapiler paru-paru
2) Pencapaian oksigenasi adekuat yang lebih cepat membuat penutupan
struktur janin seperti duktus arteriosus
3) Berlanjtunya bolus/aliran darah teroksigenasi selama nifas pertama
yang tidak teratur.
c. Mengikat tali pusat
Setelah dipotong tali pusat diikat menggunakan benang dengan kuat.
Namun dengan perkembangan teknologi pengikatan tali pusat menggunakan
penjepitan untuk satu kali pakai sampai dengan tali pusat terlepas.
5. Evaluasi awal bayi baru lahir
Evaluasi nilai apgar
Kata apgar berasal dari nama belakang penemunya yaitu virginia apgar, seorang
ahli anak sekaligus ahli anestesi tahun 1952, dan pada tahun 1962 seorang ahli
anak bernama Dr. Josep Butterfield membuat akronomi dari kata APGAR yaitu
Appearance (warna kulit), Pulse (denyut jantung), Grimace (reflek), Activity
(tonus otot) dan Respiration (Pernapasan). Evaluasi ini dilakukan mulai 5 menit
pertama sampai 10 menit

Anda mungkin juga menyukai