Yogyakarta: pustakabarupress
PERSALINAN
A. PENGERTIAN PERSALINAN
Menurut Mochtar dalam Walyani & Puwoastuti 2016 persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau
jalan lain.
Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala dnegan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan dimulai (inpaertu) pada saat uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (mmebuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta (Walyani & Puwoastuti, 2016)
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belaknag kepala yang berlangsung selama 18 jam
produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat
(Walyani & Puwoastuti, 2016)
persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan
pada manusia setiap saat teranca, penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga
memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Walyani
& Puwoastuti, 2016).
Sebab terjadinya persalinan sampai saat ini masih merupakan teori-teori yang komplek. Factor
factor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan
nutrisi disebut sebagai factor yang memngakibatkan partus mulai. Perubahan-perubahan dalam
biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus, antara
lain penurunan kadar hormone estrogen dan progesteron. Menurunnya kadar kedua hormone
ini terjadi kira-kira 1 sampai 2 minggu sebelum partus dimulai. Kadar progesterone dalam
kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm meningkat. Plasenta menjadi tua, dengan tuanya
kehamilan. Villi korialis mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar esterogen dan
progesterone menurun. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini merupakan faktor yang dapat mengganggu
sirkulasi uteroplasenter, sehingga plasenta akan mengalami degenerasi. Berkurangnya nutrisi
pada janin, maka hasil konsepsi akan segera dikelaurkan (Walyani & Puwoastuti, 2016).