Anda di halaman 1dari 54

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Kehamilan

a. Definisi

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi

dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi

sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke empat sampai 6

bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan

(Saifuddin, 2009;h. 89).

b. Adaptasi pada Kehamilan

Berikut merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu

selama masa kehamilan Trimester III :

1) Adaptasi fisiologis pada masa kehamilan

Pada sistem reproduksi terjadi perubahan yaitu uterus

semakin membesar dari sebesar buah pir kemudian seperti bola

dan menjadi kantung yang lebih besar. Karena tingginya kadar

estrogen juga membuat servik menjadi lebar dan lunak. Serta

pada vulva dan vagina lebih merah sehingga tampak kebiruan.

Pada payudara juga mengalami pertumbuhan menjadi lebih

9
10

besar, areola mammae menjadi lebih lebar dan berwarna hitam

sebagai persiapan masa laktasi.

Pada system kardiovaskuler dan hemodinamik juga

mengalami peningkatan pada volume darah yaitu meningkat 30-

50% pada kehamilan tunggal dan 50% pada kehamilan ganda.

Kenaikan berat badan pada ibu hamil juga mengalami

perubahan yang signifikan yaitu sekitar 0,7-1,4 kg pada

trimester satu, sedangkan pada trimester selanjutnya

peningkatan berat badan per minggu 0,35-0,5 kg.

2) Adaptasi psikologis pada masa kehamilan

Trimester tiga disebut juga masa penantian, dimana ibu

mulai menantikan kelahiran bayi yang diakndungnya penuh

dengan kewaspadaan. Merupakan kombinasi antara perasaan

bangga dan cemas tentang apa yang akan terjadi saat persalinan.

Wanita akan lebih protektif terhadap bayinya, menghindari

keramaian dan apapun yang dirasa berbahaya. Ibu juga akan

melakukan upaya beberapa hal untuk menyambut bayinya

(Yuliani,2017;h. 46).

c. Ketidaknyamanan Yang Dapat Terjadi Pada Masa Kehamilan

Akibat perubahan kondisi fisik dan psikologis ibu selama hamil,

timbul ketidaknyamanan yang terjadi dalam masa kehamilan,

berikut ini ketidaknyamanan yang terjadi selama hamil :


11

Tabel 2.1 Ketidaknyamanan pada masa kehamilan


1) Rasa nyeri, lembek dan rasa 2) Leukorea
geli pada payudara
3) Hidung tersumbat dan 4) Peningkatan pigmentasi
kadang mimisan
5) Hemoroid 6) Varises

7) Tidak nafsu makan 8) Braxton hicks


9) Mual dan muntah 10) Kesemutan dan baal
pada jari
11) Pitialisme (saliva berlebihan) 12) konstipasi
13) Sering kencing 14) Sesak nafas
15) Mudah lelah 16) Kaki bengkak
(Yuliani,2017;h. 124-137)

2. Persalinan

a. Definisi

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan


plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai
dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan
perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran
plasenta (Sulistyawati, 2010;h. 4).
b. Tahapan persalinan

Tabel 2.2 Tahapan Persalinan


Fase Penjelasan
Kala I Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan 0-10 cm ( pembukaan lengkap). Proses ini terbagi
menjadi dua fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks
membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7jam) dimana serviks
membuka dari 4-10 cm. Kontraksi adekuat/ 3 kali atau lebih
dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih..
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan Kurve
Friedman, periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan
menjadi 4 cm. Periode dilatasi maksimal, berlangsung 2 jam
pembukaan dari 4 menjadi 9 cm. periode diselesrasi,
berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan 9 menjadi 10
12

cm
Kala II Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan
lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya
ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1
jam pada multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan
dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5-6 cm.
Kala III Kala III adalah waktu pelepasan dan pengeluaran plasenta.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus
teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi
plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat
kemudan timbul his pengeluaran dan pelepasan plasenta, dalam
waktu 1-5 menit plasanta terlepas dan terdorong ke dalam
vagina dan akan lahir spontan atau sedikit dorongan. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5-30 menit setlah bayi lahir. Dan
pada pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan
pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
Kala IV Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap
bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selama kurang
lebih dua jam.. Pada beberapa keadaan, pengeluaran perdarahn
setelah proses kelahiran menjadi banyak. Ini disebabkan
beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak
berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat dapat
dilakukan tindakan secepatnya.
(Yuliani, 2017;h. 13-16)
c. Tanda-tanda persalinan

Tanda-tanda persalinan adalah sebagai berikut :


1) Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek.

2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :

a) Pengeluaran lender

b) Lendir bercampur darah

3) Dapat disertai ketuban pecah dini.

4) Pada pemeriksaan dalam terdapat perubahan serviks :


13

a) Perlunakan serviks

b) Perdarahan serviks

c) Terjadi pembukaan serviks (Yuliani, 2017;h.17-18).

3. Masa nifas

a. Definisi

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya

plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil

dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40

hari (Elisabeth, dkk,2015; h.1).

b. Tahapan Masa Nifas

Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu:

1) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu diperbolehkan

berdiri dan berjalan.

2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genital.

3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna. Waktu untuk sehat sempurna mungkin

beberapa minggu, bulan, atau tahun (Elisabeth, dkk,2015; h.2-3)

c. Perubahan Masa Nifas

1) Perubahan fisik masa nifas:


14

a) Rasa kram dan mules di bagian bawah perut akibat penciutan

rahim (involusi)

b) Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea)

c) Kelelahan karena proses melahirkan

d) Pembentukan ASI sehingga payudara membesar

e) Kesulitan buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK)

f) Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)

g) Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan

2) Perubahan psikis masa nifas:

a) Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah

melahirkan sampai hari ke 2 (fase taking in)

b) Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi,

muncul perasaan sedih (baby blues) disebut fase taking hold

(hari ke 3-10)

c) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya

disebut fase letting go ( hari ke 10-akhir masa nifas)

(Elisabeth, dkk,2015; h.3)

d. Kunjungan dan Tujuan Masa Nifas

Tabel 2.3 : Kunjungan Masa Nifas


Kunjungan I (6 a. Memastikan involusi uterus
jam s/d 3 hari b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
pasca salin) perdarahan
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan,
dan istirahat
d. Mamastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada
tanda-tanda infeksi
e. Bagaimana perawatan bayi sehari-hari
Kunjungan II a. Bagaimana persepsi ibu tentang persalinan dan
(hari ke 4 s/d 28 kelahiran bayi
hari pasca salin) b. Kondisi payudara
15

c. Ketidaknyaman yang dirasakan ibu


d. Istirahat ibu
Kunjungan III a. Permulaan hubungan seksual
(harui ke 29 s/d b. Metode KB yang digunakan
42 hari pasca c. Latihan pengencangan otot perut
salin) d. Fungsi pencernaan, konstipasi, dan bagaimana
penangananya
e. Hubungan bidan ,dokter dan RS dengan masalah
yang ada
f. Menanyakan pada ibu apakah sudah haid.
(Gavi, 2015;h.138-139)

4. Keluarga Berencana

a. Definisi

Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan

peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan

kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia

dan sejahtera.

b. Macam-macam alat kontrasepsi

1) Metode Amenorea Laktiasi (MAL) : Metode amenorea laktasi

adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu

(ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa

tambahan makanan atau minuman apapun lainya. Cara kerjanya

adalahpenundaan/penekanan ovulasi (Saiffudin, 2010;h. MK 1-

MK 2).

2) Kondom : kondom meurupakan selubung karet yang dapat

terbuat dari berbagai bahan diantaranya karet, plasitik, dan

bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat


16

hubungan seksual.Cara kerjanya yaitu kondom menghalangi

terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara

membungkus sperma diujung sleubung karet yang dipasang

pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam

saluran reproduksi perempuan (Saiffudin, 2010;h. MK 17- MK

19).

3) Kontrasepsi Suntikan Progestin : Cocok untuk masa laktasi

karena tidak menekan ovulasi, Cara kerja : mencegah ovulasi,

mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan

penetrasi sperma, menjadi selaput lendir rahim tipis dan atrofi,

menghambat transportasi gamet oleh tuba (Saiffudin, 2010;h.

MK 41- MK 42).

4) Kontrasepsi pil progestin (minipil) : Cocok untuk perempuan

menyusui yang ingin memakai pil KBCara kerja : menekan

sekresi gonadotropin dan sintesis streoid seks di ovarium ,

endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga

implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks sehingga

menghambat penetrasi sperma, mengubah motilitas tuba

sehingga transportasi sperma terganggu (Saiffudin, 2010;h. MK

48- MK 50).

5) Implan : Cara kerjanya yaitu lendir serviks menjadi kental,

mengganggu proses pembentukan endometrum sehingga sulit

terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma, menekan


17

ovulasi.daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai

5 tahun), pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah

pencabutan, tidka memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari

pengaruh esterogen, tidak mengganggu kegiatan senggama,

tidak menganggu ASI, klien hanya perlu kembali ke klinik jika

ada keluhan, dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan

(Saiffudin, 2010;h. MK 53- MK 54).

6) AKDR dengan Progestin : Cara kerjanya yaitu mencegah

terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum

dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba

falopii, menginaktifkan sperma.efektif dengan proteksi jangka

panjang (satu tahun), tidak mengganggu hubungan suami istri,

tidak berpengaruh terhadap ASI, kesburuan segera kembali

sesudah AKDR diangkat, efek sampingnya sangat kecil,

memiliki efek sistemik yang sangat kecil (Saiffudin, 2010;h.

MK 63- MK 64).

5. Bayi Baru Lahir

a. Definisi

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan

berat badan 2500-4000 gram (Rukiyah, 2010;h.2), dengan

penilaian awalbayi baru lahir yaitu bayi cukup bulan, air ketuban
18

jernih, bayi menangis kuat dan tonus otot bayi baik (JNPK-KR,

2008;h.124).

b. Penampilan Bayi Baru Lahir

Tabel 2.4 : Penampilan Bayi Baru Lahir


Penampilan Bayi Penjelasan
Kesadaran dan Perlu dikenali kurangnya reaksi terhadap rayuan,
reaksi terhadap rangsangan sakit, atau suara keras yang mengejutkan
sekeliling atau suara mainan
Keaktifan Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan
kaki yang simetri pada waktu bangun. Adanya tremor
pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis
adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu
tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Simetris Apakah secara keseluruhan badan seimbang
Kepala Apakah tidak simetris, berupa tumor lunak dibelakang
atas yang menyebabkan kepala tampak lebih panjang,
sebagai akibat proses kelahiran, atau tumor lunak hanya
di belahan kiri atau kanan saja, atua disisi kiri dan kanan
tetapi melampaui garis tengah bujur kepala, ukur lingkar
kepala
Muka Wajah Bayi tanpa ekspresi
Mata Diperhatikan adanya tanda-tanda perdarahan berupa
bercak merah yang akan menghilang dalam waktu 6
minggu (Saifuddin, 2009;h.137).
Mulut Penampilanya harus simetris, mulut tidak mencucu
seperti mukut ikan, tidak ada kebiruan pada mulut bayi,
saliba tidak terdapat pada bayi normal, bila terdapat
sekret yang berlebihan kemungkinanan ada kelainan
bawaan saluran cerna.
Leher, dada, Melihat adanya cidera akibat persalinan, perhatikan ada
abdomen tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena bayi
biasanya masih menggunakan pernapasan perut
Punggung Adanya benjolan atau tumor atua tulang punggung
dengan lekukan kurang sempurna
Bahu, tangan, Perlu diperhatikan bentuk, gerakanya, fraktur (bila
sendi, tungkai ekstremitas lunglai/kurang gerak). Varices
Kulit dan kuku Dalam keadaan normal, kulit berwarna kemerahan,
kadang-kadang didapatkan kulit yang mengelupas
ringan, pengelupasan yang berlebihan harus
diperhatikan kemungkinan adanya kelainan, waspada
timbulnya kulit dengan warna yang tidak rata ini dapat
19

disebabkan karena temperatur dingin, telapak tangan,


telapak kaki atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi
pucat dan kuning, bercak-bercak besar biru yang yang
sering terdapat disekitar bokong akan menghilang pada
umur 1-5 tahun
Kelancaran Harus diperhatikan, tinja dan kemih diharapkan keluar
menghisap dan dalam 24 jam pertama waspada bila terjadi perut yang
pencernaan tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai
muntah, dan mungkin dengan kulit kebiruan.
Reflek Reflek rooting: bayi menoleh kearah benda
yangmenyentuh pipi, reflek isap: terjadi apabila
terdapat benda menyentuh bibir, yang disertai reflek
menelan, reflek moro: ialah timbulnya pergerakan
tangan yang simetris seperti merangkul apabila tiba-tiba
digerakkan, reflek mengeluarkan lidah: terjadi apabila
diletakan benda didalam mulut, yang sering ditafsirkan
bayi menolak makanan/minuman.
Berat badan Sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan
lebih dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukan
kekurangan cairan (Rukiyah, 2010;h. 4-5).

B. Teori Asuhan Kebidanan


1. Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Definisi
Menurut IBI (50 tahun IBI), manajememn kebidanan adalah

pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode

pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis

data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

(Mangkuji dkk, 2012, h.04).

b. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Varney


Tabel 2.5 7 Langkah Varney
Manajemen Penjelasan
Varney
1) Langkah 1 Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah
(Pengumpul pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
an Data diperlukan untuk mengevaluasi klien secara lengkap.
Dasar) Data yang dikumpulkan antara lain:
1) Keluhan klien
a) Riwayat kesehatan klien
b) Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan
20

kebutuhan
c) Meninjau catatan terbaru atau sebelumnya
d) Meninjau data laboratorium
2) Langkah 2 Kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan
(Intepretasi semua data dasar yang telah dikumpulkan sehingga
Data Dasar) ditemukan diagnosis atau masalah
3) Langkah 3 Kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan
(Identifikasi semua data dasar yang telah dikumpulkan sehingga
Masalah atau ditemukan diagnosis atau masalah
Diagnosa
Potensial)
4) Langkah 4 Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
(Idenfikasi atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani
Perlunya bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
Penanganan dengan kondisi klien.
Segera
5) Langkah 5 Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang
(Perencanaan menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-
Asuhan langkah sebelumnya data yang tidak lengkap dapat
Menyeluruh) dilengkapi

6) Langkah 6 Yang perlu dilakukan adalah melaksanakan rencana


(Pelaksanaan asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-5 secara
Rencana) aman dan efisien

7) Langkah 7 Yang perlu dilakukan adalah melakukan evaluasi


(Evaluasi) keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang
mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai
apakah asuhan sudah benar-benar terlaksana sesuai
dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam
masalah atau diagnosis.
(Mangkuji dkk, 2012, h.05 – 06).

c. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan SOAP

Tabel 2.6 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan SOAP


Subyektif (S) 1) Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesis
2) Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
klien
Obyektif (O) 1) Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien
2) Hasil pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
diagnostik lainnya
3) Informasi dari keluarga atau orang lain
Analisa (A) 1) Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) data subjektif dan objektif.
2) Diagnosis/masalah
3) Diagnosis/ masalah potensial
4) Antisipasi diagnosis/masalah potensial/kebutuhan
segera
Planning (P) Pendokumentasian tindakan dan evaluasi meliputi :
asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium,
konseling, dan tindak lanjut
(Mangkuji dkk, 2012, h.08).
21

C. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

1. Asuhan Kebidanan Ibu hamil Kunjungan Awal

a. Pengkajian Data

Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang

akurat, lengkap dan berasal dari sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien (Yuliani dkk,2017).

1) Anamnesis

a) Nama : Nama yang jelas dan lengkap. Bila perlu

ditanyakan nama panggilan sehari-hari. Bagi pasien anak,

ditanyakan nama orang tua atau wali (Estiwidani dkk,

2008;h.140).

b) Umur : Dicatat dalam hitungan tahun. Usia 16-35 tahun

merupakan rentang usia reproduksi sehat. Usia <16 tahun dan

>35 tahun banyak ditemukan penyulit pada kehamilan

(Yuliani,2017;h.176).

c) Agama : dinyatakan untuk mengetahui kemungkinana

pengaruh terhadap kebiasaan kesehatan klien

(Estiwidani,2008;h. 141).

d) Suku dan Bangsa : Untuk menentukan adat istiadat atau

budayanya (Marmi,2012;h.179).

e) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektualnya.

Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan

sesorang (Estiwidani,2008;h.141).
22

f) Pekerjaan : untuk mengetahui kemungkinan pengaruh

pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan klien

(Estiwidani,2008;h.141).

g) Alamat : untuk mempermudah hubungan bila

diperlukan dalam keadaan mendesak. Dengan mengetahui

alamat, bidan juga dapat mengetahui tempat tinggal dan

lingkungannya (Estiwidani, 2008;h.141).

2) Alasan datang : alasan wanita mengunjungi bidan ke BPM,

puskesmas, RS atau rumah yang diungkapkan dengan kata-kata

sendiri (Yuliani dkk,2017;h. 176).

3) Keluhan utama : sesuatu yang dikeluhkan wanita yang dapat

berhubungan dengan system tubuh, meliputi kapan mulainya,

bentuknya seperti apa, factor pencetus, perjalanan penyakit

termasuk durasi dan kekambuhan, lokasi, jenis, aktifitas, factor

yang memperparah, dan terapi yang pernah diberikan (Yuliani

dkk,2017;h. 176).

4) Riwayat kesehatan

a) Penyakit yang diderita ibu dahulu dan sekarang :

Dinyatakan untukmengetahui apakah ada hubungannya

dengan masalah yang dihadapi oleh klien. Misal penyakit

jantung, hipertensi, TBC, dll. Apakah pernah dirawat di RS?

Kapan? Berapa lama? Penyakit apa? Apakah pernah

dioperasi?. (Estiwidani, 2008;h.142).


23

b) Riwayat Kesehatan Keluarga

Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit

keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien. Seperti jantung,

hipertensi, diabetes dan asma (Estiwidani, 2008;h.143).

5) Riwayat Obstetri

a) Riwayat Haid

(1)Menarche:Menarche adalah usia pertama kali mengalami

menstruasi. Wanita Indonesia pada umumnya mengalami

menarche sekitar 12 sampai 16 tahun (Sulistyawati, 2009; h.

167).

(2)Siklus : Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari (Sulistyawati,

2009; h. 167).

(3)Lama : Lama menstruasi idealnya terjadi dalam 4-7 hari

(Yuliani,2017;h.180).

(4)Dismennorrhea : Untuk mengetahui apakah klien

menderita nyeri atau tidak di tiap haidnya. Nyeri haid juga

menjadi tanda bahwa kontraksi uterus klien begitu hebat

sehingga menimbulkan nyeri haid (Walyani, 2015; h.120).

(5)Jumlah darah : menjelaskan seberapa banyak darah

menstruasi yang dikleuarkan. Jawaban yang diberikan

pasien biasanya bersifat subjektif, namun kita dapat kaji

lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung,


24

misalnya sampai berapa kali mengganti pembalut dalam

sehari (Sulistyawati,2009;h.179).

(6)Sifat darah : sifat darah yang dikaji adalah

kekentalan, warna dan bau, umumnya darah menstruasi

encer warna kehitaman danberbau amis

(Yuliani,2017;h.181).

b) Riwayat Kehamilan Sekarang

(1)Gravida, Para, dan Abortus

Dituliskan dengan G...P...A... , dimana G (Gravida)

adalah jumlah kehamilan yang pernah dialami wanita,ibu

yang hamil satu kali tapi keguguran statusnya tetap G1. P

(Para) adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan

kelahiran bayi. A (Abortus) adalah jumlah kehamilan

dengan kelahiran konsepsi sebelum usia kehamilan 20

minggu (Yuliani dkk,2017;h.177).

(2)Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)

Dikaji untuk menentukan usia kehamilan dan HPL.

HPHT dikaji dari tanggal pada hari pertama periode

menstruasi yang terakhir (Yuliani dkk,2017;h.177).

(3)Hari Perkiraan Lahir (HPL)

Menghitung HPL dapat menggunakan Rumus Neagle :

hari pertama haid terkhir + 7 – 3 bulan + 1 = tanggal

persalinan (untuk bulan baru atatu bulan maret ke atas) dan


25

+ 7 + 9 = tanggal persalinan (januari s/d maret) (Rukiyah

dkk, 2009;h.145).

(4)Usia Kehamilan dituliskan dalam minggu

(Sulistyawati,2009;h.178).

(5)Antenatal Care (ANC)

Semua ibu hamil wajib mendapatkan pelayanan terpadu

dan komprehensif sesuai standar minimal 4 kali selama

kehamilan. 1 kali pada trimester pertama, yaitu sebelum

usia kehamilan 14 minggu. 1 kali pada trimester kedua,

umur kehamilan 14-28 minggu. Dan 2 kali pada trimester

ketiga, yaitu selama kehamilan 28 – 36 minggu dan setelah

umur kehamilan 36 minggu (Pusdiklatnakes,2015;h.55).

(6)Gerakan Janin

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada bulan ke-5

atau ke-6. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam

periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih terasa jika ibu

berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum

dengan baik (Rukiyah dkk,2009;h.127).

(7)Imunisasi Tetanus Toksoid

Imunisasi TT pada remaja putri atau WUS dan pada ibu

hamil diberikan dengan tujuan mendapatkan perlindungan

untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang akan


26

dilahirkannya. Berikut tabel pemberian Imunisasi TT

(Pusdiklatnakes,2015;h.29).

Tabel 2.7 Jadwal Pemberian Imunisasi TT


Pemberian Selang Waktu Masa Dosis (cc)
Imunisasi Perlindungan
T1 - - 0,5
T2 4 minggu setelah 3 tahun 0,5
T1
T3 6 bulan setelah 5 tahun 0,5
T2
T4 1 tahun setelah 10 tahun 0,5
T3
T5 1 tahun setelah 25 tahun 0,5
T4
(Sumber : Pusdiklatnakes,2015;h.29)

(8)Tanda Bahaya Sesuai Umur Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan TM III diantaranya

perdarahan pervaginam,hipertensi kehamilan lanjut, keluar

cairan pervaginam, gerakan janin tidak terasa,dan nyeri

perut bagian bawah (Yuliani,2017;h.147-152).

(9)Minum Obat/Jamu

Mengkaji kebiasaan makan obat-obatan yang

membahayakan kehamilan (Rukiyah dkk, 2009;h.146).

c) Riwayat Kehamilan, Persalinan Yang lalu

Pengkajian meliputi jumlah kehamilan, persalinan,

persalinan cukup bulan, persalinan prematur, anak hidup, berat

lahir, jenis kelamin, cara persalinan, jumlah abortus, durasi

menyusui eksklusif, termasuk komplikasi dan masalah yang

dialami selama kehamilan persalinan nifas yang lalu seperti


27

perdarahan, hipertensi, berat bayi, dan sebagainya

(Yuliani,2017;h.180).

d) Keadaan anak yang lalu

Digunakan untuk mengetahui jumlah anak hidup, berat

lahir, jenis kelamin, serta keadaannya (Kemenkes RI, 2013; h.

23).

e) Riwayat perkawinan

Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan antara lain :

(1)Berapa tahun usia ibu ketika menikah pertama kali?

(2)Status pernikahan (sah/tidak)?

(3)Lama pernikahan?

(4)Ini adalah suami yang ke?

(Sulistyawati, 2009;h. 169).

f) Riwayat KB

Pengkajian meliputi jenis metode kontrasepsi yang

digunakan sebelumnya, waktu penggunaan, keluhan, alasan

berhenti dan berencana metode kontrasepsi pasca-salin

(Yuliani,2017;h.181).

6) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

Tabel 2.8 Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari.


Pola Keterangan
Kebutuhan
Pola Nutisi Untuk mendapatkan gambaran bagaimana pasien
mencukupi asupan gizinya selama hamil. Beberapa hal
yang perlu kita tanyakan pada pasien diantara seperti menu
makan, frekuensi makan per hari, banyaknya/porsi makan
per hari, serta pantangan. Begitu pula dengan pola minum
ibu, frekuensi minum per hari, banyaknya berapa gelas per
hari, hingga jenis minuman yang biasa dikonsumsi per hari
28

apa saja (Sulistyawati, 2009; h.169-170).


Pola Pola eliminasi mencakup pola BAK dan BAB ibu per hari
Eliminasi (Yuliani,2017;h.182).
Pola Perlu dikaji aktivitas sehari-hari pasien karena data ini
Aktivitas memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas
yang biasa dilakukan pasien di rumah. Aktivitas yang
terlalu berat dapat menyebabkan abortus dan persalinan
prematur (Sulistyawati, 2009; h.170).
Pola Istirahat Bidan dapat menanyakan tentang berapa lama pasien tidur
di malam dan siang hari. Tidur malam yang normal adalah
6-8 jam. Tidak semua wanita mempunyai kebiasaan tidur
siang. Oleh karena itu hal ini dapat disampaikan kepada
ibu bahwa tidur siang sangat penting untuk menjaga
kesehatan selama hamil. (Sulistyawati, 2009; h.170).
Pola Seksual Tanyakan seputar frekuensi/berapa kali ibu melakukan
hubungan seksual dengan suami dalam seminggu. Apakah
ibu mengalami gangguan ketika melakukan hubungan
seksual, misalnya nyeri, adanya ketidakpuasan, kurangnya
keinginan untuk melakukan hubungan seksual, dan
sebagainya (Sulistyawati,2009; h.172).
Pola Hygiene Mengkaji beberapa kebiasaan yang dilakukan dalam
perawatan kebersihan diri diantaranya seperti mandi,
keramas, ganti baju dan celana dalam per hari, dan
kebersihan kuku (Sulistyawati, 2009; h.171).
Pola Hidup Adakah kebiasaan seperti merokok, menggunakan obat-
Sehat obatan terlarang, kafein, jamu, dan alkohol
(Yuliani,2017;h.182).
Pola Psikis, Pengkajian meliputi pengetahuan dan respon ibu terhadap
Sosial dan kehamilan dan kondisi yang dihadapi saat ini, respon
Budaya keluarga terhadap kehamilan, dukungan keluarga, jumlah
keluarga di rumah yang membantu, siapa pengambil
keputusan, kondisi rumah (sanitasi, listrik, alat masak),
penghasilan suami, kekerasan dalam rumah tangga, pilihan
tempat bersalin dan pilihan pemberian makan bayi
(Yuliani,2017;h.181).
Pola Pengalaman atau riwayat kehamilannya yang lalu dapat
pengetahuan kita jadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
Ibu menyimpulkan sejauh mana pasien mengetahui tentang
perawatan kehamilannya dan perawatan bayinya kelak
(Sulistyawati, 2009; h.173).

7) Pemeriksaan Fisik

a) Pemeriksaan Umum

(1)Keadaan Umum

Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan

mengamati keadaan pasien secara keseluruhan, normalnya

pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap


29

lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak

mengalami ketergantungan dalam berjalan dengan

kesimpulan bahwa keadaan umum baik(Sulistyawati, 2009;

h.175).

(2)Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran

pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran

mulai dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal),

sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar)

(Sulistyawati, 2009; h.175).

(3)Berat Badan

Penimbangan berat badan pada ibu hamil dilakukan

setiap kunjungan dengan tujuan mendeteksi adanya

gangguan pertumbuhan janin. Secara umum penambahan

BB kurang daro 9 kg selama hamil atau < 1 kg setiap

bulannya atau < 1 kg sejak bulan ke empat,

mengindikasikan adanya gangguan pertumbuhan janin

(Yuliani,2017;h.183).

Tabel 2.9 Rentang kenaikan BB untuk wanita hamil

berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) sebelum hamil

IMT sebelum hamil Kenaikan BB yang dianjurkan selama


hamil
Rendah (IMT <19,8) 12,5-18
Normal (IMT 19,8- 11,5-16
26,0)
30

Tinggi (IMT >26-29) 7,0-11,5


Obesitas (IMT >29) Kurang dari 7
Sumber : (Yuliani,2017;h.40).

(4)Tinggi Badan

Mendeteksi resiko terjadinya Chepalo pelvis

disproportion (CPD) dan panggul sempit. Normalnya tinggi

badan ibu ≥ 145 cm (Yuliani,2017;h.184).

(5)Tekanan Darah

Diukur untuk mendeteksi adanya hipertensi dalam

kehamilan, yaitu ≥ 140/90 mmHg. Kenaikan TD tidak boleh

lebih dari 30 mmHg pada sistolik dan 15 mmHg pada

diastolik. Nilai normal TD adalah 120/80 mmHg (rentanf

100/60 mmHg - < 140/90 mmHg) (Yuliani,2017;h.186).

(6)Nadi Normal

Normalnya frekuensi nadi orang dewasa adalah 60-100

kali per menit. Jika <60 disebut brachicardi dan jika >100

disebut tachicardi (Yuliani,2017;h.186).

(7)Suhu Normal

Suhu tubuh normal 36,5oC – 37,5oC. Jika kurang dari

36,5oC maka kemungkinan mengalami hipotermi, dan jika

lebih dari 37,5oC kemungkinan menjadi salah satu tanda

infeksi (Yuliani,2017;h.186).

(8)Respirasi
31

Nilai pernafasan normal orang dewasa adalah 16-20 x/menit

(Yuliani,2017;h.186).

b) Status Present

Tabel 2.10 Status Present


Status Present Pengkajian
Kepala Mengkaji ukuran, bentuk, dan kesimetrisan
(Yuliani,2017;h.186).
Mata Mengkaji warna konjungtiva, warna sklera, kelopak
mata, serta reaksi pupil untuk mendeteksi apakah
ibu mengalami anemia atau tidak
(Yuliani,2017;h.186-187).
Hidung Mengkaji kebersihan hidung, ada polip/tidak, dan
ada alergi debu (lendir) atau tidak (Sulistyawati,
2009; h.175).
Mulut Mengkaji warna dan kondisi bibir (lembab/pecah-
pecah), warna dan kebersihan lidah, dan kebersihan
gigi (ada karies atau tidak) (Sulistyawati, 2009;
h.176).
Telinga Mengkaji kesimetrisan telinga, ada sumbatan atau
tidak, ada lesi atau tidak, dan sekret
(Yuliani,2017;h.187).
Leher Mengkaji ada tidaknya pembesaran atau nyeri tekan
kelenjar tiroid dan limfe (Yuliani,2017;h.187).
Ketiak Mengkaji ada tidaknya pembesaran atau nyeri tekan
kelenjar limfe dan perabaan vena jugularis (Marmi,
2009; h.181).
Perut Mengkaji kesimterisan, jaringan parut, distensi,
massa, nyeri tekan dan pembesaran organ dalam
(Yuliani,2017;h.187).
Punggung Mengkaji posisi tulang belakang, apakah lordosis
atau tidak (Marmi, 2009; h.181).
Ekstermitas Mengkaji apakah terdapat edema, varises, pucat
pada kuku jari dan reflek patella
(Yuliani,2017;h.187).
Anus Mengkaji kebersihan, terdapat hemoroid/tidak
(Sulistyawati, 2009; h.177).

c) Status Obstetri

(1)Inspeksi

Tabel 2.11 Status Obstetrik


Muka Ada cloasma gravidarum/ tidak, ada/tidaknya
edema wajah (Yuliani,2017;h.187).
Mammae Mengkaji bentuk, ukuran, retraksi, bekas
operasi di daerah areola, kondisi puting,
pembesaran kelenjar limfe, hiperpigmentasi
areola (Yuliani,2017;h.187).
Abdomen mengkaji bekas operasi terkait uterus,
32

hiperpigmentasi linea nigra, striae gravidarum


(Yuliani,2017;h.187).
Vulva mengkaji luka, varises, kondiloma, pengeluaran
cairan dikaji warna, konsistensi, jumlah dan
bau (Yuliani,2017;h.187).
(2)Palpasi

Palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold I-IV:

Tabel 2.12 Palpasi Abdomen manuver Leopold I-IV


Leopold Keterangan
I Menentukan tinggi fundus uteri. Jika teraba bulat,
keras, dan melenting maka diartikan kepala,
sedangkan jika teraba lunak, kurang bulat dan tidak
melenting diartikan sebagai bokong
(Yuliani,2017;h.188-189).
II Dilakukan untuk menentukan bagian janin pada sisi
kiri dan kanan ibu, dilakukan mulai akhir TM III.
Jika teraba bagian kecil-kecil atau berbenjol-benjol
diartikan sebagai ekstermitas, sedangkan jika teraba
memanjang seperti papan, ada tahanan diartikan
sebagai punggung (Yuliani,2017;h.189).
III Untuk mementukan bagian terbawah janin dan
mementukan apakah sudah masuk PAP. Normalnya
teraba kepala yaitu keras, bulat, melenting. Apabila
bagian terbawah janin masih bisa digoyangkan
berarti bagian presentasi janin belum masuk PAP.
Jika sudah tidak bisa digoyangkan berarti sudah
masuk PAP (Yuliani,2017;h.190).
IV Untuk menentukan seberapa jauh masuknya
presentasi janin ke PAP. Dilakukan bila usia
kehamilan lebih dari 36 minggu. Jika kedua tangan
konvergen (bertemu), berarti sebgian kecil presentasi
janin sudah masuk panngul. Jika kedua tangan
sejajar, berarti setengah bagian presentasi janin
masuk panggul. Jika kedua tangan divergen
(menyebar), berarti sebagian besar sudah masuk
panggul (Yuliani,2017;h.191).
TFU TFU diukur menggunakan metylin jika usia
(Tinggi kehamilan >20 minggu. TFU normalnya usia
Fundus kehamilan 20-36 minggu dapat diperkirakan dengan
Uteri) rumus usia kehamilan +2 cm (Yuliani,2017;h.192).
TBJ TBJ jika kepala janin belum masuk PAP: (TFU – 12 )
(Taksiran x 155
Berat TBJ jika kepala janin sudah masuk PAP : (TFU – 11
Janin) cm) x 155 (Yuliani,2017;h.193).

(3)Auskultasi

Mendengarkan DJJ menggunakna doppler pada

kehamilan > 16 minggu, menggunakan linex terdengar pada


33

kehamilan 18-20 minggu. DJJ normal 120-160 kali/ menit

(Yuliani,2017;h.193).

(4)Reflek Patella

Pada kondisi normal, setelah dilakukan pengetukan

akan terjadi reaksi refleks, jika reaksi negatif kemungkinan

ibu hamil mengalami kekurangan vitamin B1, bila gerakan

berlebihan dan cepat maka hal ini menunjukan preeklamsia

(Mandriwati, 2013; h.123).

d) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan

laboratorium, pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, dan

pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pemeriksaan laboratorium

dilakukan untuk semua ibu hamil yang dilaksanakan pada

kunjungan pertama (Yuliani,2017;h.196).

Tabel 2.13 Macam-macam pemeriksaan laboratorium.


Pemeriksaan Keterangan
Kadar hemoglobin Dikatakan anemia jika kadar Hb < 11 gr/dl
(pada trimester 1 dan 3), atau < 10,5 gr/dl
(pada trimester II) (Yuliani,2017;h.196).
Golongan darah dan Pemeriksaan golongan darah berfungsi
rhesus untuk mempersiapkan calon pendonor jika
sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan
(Yuliani,2017;h.196).
HbsAg Utuk menegakkan diagnosa Hepatitis.
Dilakukan pada trimester pertama
kehamilannya (Yuliani,2017;h.196).
Tes HIV Wajib ditawarkan pada ibu hamil di daerah
endemi meluas dan terkonsentrasi.
Dulakukan saat pemeriksaan antenatal atau
menjelang persalinan (Yuliani,2017;h.196).

b. Interpretasi data
34

Diagnosa :Nama Ibu dengan inisal, umur, gravida (G...P...A...),

para, abortus, usia kehamilan, jumlah janin, hidup atau

meninggal, di dalam kandungan atau luar kandungan,

presentasi, letak punggung, sudah masuk PAP atau

belum (Yuliani,2017;h.200).

Masalah :Masalah adalah hal yang berkaitan dengan pengalaman

atau keluhan wanita yang diidentifikasi bidan sesuai

dengan pengarahan. Masalah yang sering dihadapi ibu

trimester II diantaranya cemas menghadapi persalinan

(Yuliani,2017;h.200).

c. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Diidentifikasi dari diagnosa dan masalah aktual. Bidan harus

melakukan observasi/melakukan pemantauan terhadap klien sambil

bersiap-siap jika diagnosa/masalah potensial benar-benar terjadi

(Yuliani,2017;h.201).

d. Kebutuhan Tindakan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama

dengan tim kesehatan lain sesuai kondisi klien (Yuliani,2017;h.201).

e. Merencanakan Asuhan Kebidanan

Disusun berdasarkan apa yang teridentifikasi dari kondisi klien

atatu masalah yang berkaitan dengan kondisi klien. Adapun rencana

asuhan sebagai berikut :


35

1) Menjelaskan kondisi kehamilan (dari hasil pemeriksaan) dan

rencana asuhan yang akan diberikan.

2) Menjelaskan dan member informed consent kepada ibu hamil.

3) Konseling ketidaknyamanan ibu hamil

4) Konseling sesuai dengan masalah/kebutuhan khusus TM III.

5) Memberikan materi KIE persiapan persalinan

6) Memberikan materi KIE tanda persalinan

7) Memberikan terapi Fe dan asam folat

8) Anjurkan klien untuk melakukan kunjungan ulang setiap 1

minggu sejak usia kehamilan 36 minggu sampai terjadi persalinan

(Yuliani,2017;h.202-207).

9) Membuat dokumentasi asuhan kebidanan (Rukiyah dkk, 2009;

h.176).

f. Pelaksanaan Rencana Asuhan Kebidanan

Tanggal/jam :

1) Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan.

2) Memberikan informed consent kepada ibu hamil.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang ketidaknyamanan

yang mungkin muncul serta cara mengatasinya.

4) Memberikan informasi ibu mengenai tanda bahaya kehamilan

yaitu perdarahan dari vagina, pusing berkepanjangan, hebat dan

menetap, pandangan mata kabur, kaki, tangan dan wajah edema,


36

sesak nafas yang tidak berkurang saat istirahat, demam tinggi dan

gerakan janin kurang dari 10 kali dalam 24 jam.

5) Memberikan terapi Fe dan asam folat

6) Menganjurkan klien untuk melakukan kunjungan ulang setiap 1

minggu sejak usia kehamilan 36 minggu sampai terjadi persalinan

atau bila ada keluhan (Yuliani,2017;h.202-207).

7) Membuat dokumentasi asuhan kebidanan (Rukiyah dkk, 2009;

h.176).

g. Evaluasi

Tanggal/jam :

1) Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya.

2) Ibu menandatangani informed consent dan bersedia menjadi

pasien.

3) Ibu mengetahui dan mengerti informasi tentang ketidaknyamanan

yang dirasakannya.

4) Ibu sudah mengetahui dan mengerti informasi tentang tanda

bahaya kehamilan.

5) Ibu sudah mengetahui dan mengerti informasi tentang persiapan

persalinan.

6) Ibu telah mendapatkan terapi sesuai dengan kebutuhan

7) Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang setiap

minggunya.

8) Dokumentasi asuhan tindakan telah dilakukan.


37

2. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Kunjungan Ulang

Nama Pasien : Hari, Tanggal :

Umur : Jam :

S Keluhan utama : ditanyakan untuk mengetahui perihal yang


mendorong klien datang kebidanan. (Estiwidani, 2008; h. 141)
O Pemeriksaan umum
1. KU ( normalnya baik )
2. Kesadaran ( normalnya composmentis)waw
3. TTV :
a) Tekanan Darah : bandingkan TD dengan kunjungan
sebelumnya. Perhatikan hasil pemeriksaan TD selama hamil.
(Yuliani dkk, 2017;h 214)
b) Nadi: Pada wanita dewasa normal, frekuensi denyut jantung
yang teratur kira-kira 70 denyut per menit dengan rentang
antara 60-100x/menit (Mandriwati, 2007; h. 62)
c) Suhu: Ibu hamil mengalami peningkatan suhu tubuh sampai
0,50 C. (Mandriwati, 2007; h. 56)
d) Respirasi : Dalam keadaan istirahat pernapasan orang dewasa
normal berkisar 12-20x/mnt (Mandriwati, 2008; h. 67).
4. BB : Hasil pemeriksaan dapat berbeda tetapi penjelasan sama seperti
kehamilan kunjungan awal.
5. Status obstetrik
Inspeksi : muka, mamae, abdomen, vulva penjelasan sama dengan
kunjungan awal namun hasil bisa saja berbeda.
Palpasi
1. Leopold I-IV sama dengan kunjungan awal.
2. TFU : keterangan sama dengan kunjungan awal.
3. TBJ :keterangan sama dengan kunjungan awal namun hasil bisa
berbeda.
Auskultasi : DJJ normalnya 120-160x/menit. (Mandriawati, 2008; h.123)
Perkusi : Reflek Patella keterangan sama dengan kunjungan awal.
Pemeriksaan penunjang dilakukan jika ada indikasi
A Diagnosa: Ny. X umur… G…P…A… Hamil… minggu, janin tunggal/
ganda hidup/ mati intra/ ekstrauterin presentasi… puka/puki
sudah/belum masuk PAP
Masalah : sesuai dengan keluhan
Diagnosa/masalah potensial : tidak ada
Kebutuhan segera : tidak ada
P Tanggal/jam :
1. Memberitahu Ibu Hasil Pemeriksaan.
Hasil : Ibu sudah mengetahui
2. Memberikan penkes kepada ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu
his atau kontraksi yang semakin sering, kuat dan teratur. Keluarnya
lendir bercampur dengan darah, kadang-kadang ketuban pecah
dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan
telah ada pembukaan.
Hasil : ibu mengerti informasi yang telah diberikan
3. Memberikan informasi mengenai tanda-tanda persalinan, antara lain
yaitu his atau kontraksi yang semakin sering, kuat dan teratur.
Keluarnya lendir bercampur dengan darah, kadang-kadang ketuban
pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam serviks mendatar
38

dan telah ada pembukaan.


Hasil : ibu mengerti informasi yang telah diberikan
4. Memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan ibu
Hasil : ibu mengerti informasi yang telah diberikan
5. Memberikan terapi sesuai dengan kebutuhan
Hasil : terapi telah diberikan
6. Memberitahu ibu untuk memilih tempat persalinan yaitu di rumah
sakit, puskesmas atau BPM serta memilih penolong persalinan yaitu
dokter atau bidan.
Hasil : ibu mengerti dan akan memilih tempat dan penolong
persalinan
7. Menganjurkan Klien Untuk Melakukan Kunjungan Ulang Setiap
Minggu atau jika ada keluhan dan apabila ada tanda-tanda persalinan
(Yuliani,2017;h.211).
Hasil : pelaksanaan sudah dilakukan sesuai rencana
8. Mendokumentasikan asuhan yang berikan
Hasil : Dokumentasi telah dilakukan.

3. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

a. Catatan Perkembangan Pada Ibu Hamil Kala I

Nama Pasien : Hari, Tanggal :

Umur : Jam :

S 1. Keluhan utama: Pada kasus persalinan, informasi yang harus didapat


dari pasien adalah kapan mulai terasa ada kenceng-kenceng diperut,
bagaimana intensitas dan frekuensinya, apakah ada pengeluaran
cairan dari vagina yang berbeda dari air kemih, apakah sudah ada
pengeluaran lendir yang disertai darah, serta pergerakan janin untuk
memastikan kesejahteraannya (Sulistyawati.2010;hal.221).

2. Tanda-tanda persalinan
a. Kontraksi: Kontraksi pada persalinan sejati pada awalnya tidak
teratur dan durasinya singkat, tetapi kemudian menjadi teratur
(Varney, 2008; h. 692).
b. Frekuensi: frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit. Kontraksi
dianggap adekuat jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10
menit, dan berlangusng selama 40 detik atau lebih (JNPK-
KR.2008;hal.39).
c. Lokasi ketidaknyamanan: pinggang terasa sakit menjalar ke
depan (Sulistyawati.2010;hal.7).
d. PPV: cairan lendir bercampur darahmelalui vagina (JNPK-
KR.2008;hal.39).
39

3. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari


a. Pola nutrisi : Agar bisa mendapatkan gambaran bagaimana
pasien mencukupi asupan gizinya. Kapan/jam berapa terakir
makan, jenis dan jumlah makanan yang dimakan ( Sulistyawati,
2010;h.223).
b. Pola eliminasi : Kapan terakhir BAB dan BAK, sebab kolon dan
kandung kemih yang penuh akan mempengaruhi penurunan
bagian terendah janin dan pembukaan serviks. Ibu dianjurkan
untuk mengosongkan kandung kemih setiap kali terasa penuh
atau setiap 2 jam (JNPK-KR, 2008; h.56).
c. Pola istirahat: Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk
mempersiapan energi menghadapi proses persalinannya, hal ini
akan lebih penting lagi jika proses persalinannya mengalami
pemanjangan waktu pada kala I. Normalnya tidur siang 2 jam
tidur malam 8 jam (Sulistyawati.2010;h.224).
d. Pola hygiene: Data ini perlu kita gali karena akan sangat
berkaitan dengan kenyamanan pasien dalam menjalani proses
persalinanya (Sulistyawati.2010;.224) .
e. Pola aktivitas :Jika diakhir kehamilannya melakukan aktivitas
berat dikhawatirkan klienmerasa kelelahan dan dapat
menimbulkan penyulit pada saatbersalin (Sulistyawati, 2010;
h.221).
f. Psiko, sosial, spiritual: untuk mengetahui beberapa kebiasaan
yang mereka lakukan ketika anak atau keluarganya menghadapi
persalinan (Sulistyawati.2010;h.226).
O 1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik jika pasien memperlihatkan responn
yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta fisik
pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan
(Sulistyawati, 2010;hal 226).
b. Kesadaran : normalnya pasien dengan keadaan composmentis
(kesadaran maksimal) (Sulistyawati.2010;hal.226).
c. Tanda tanda vital
1) Rentang normal sistolik 90-120 mmHg, diastolik 60-80
mmHg. Kenaikan tidak boleh lebih dari 30 mmHg pada
siastolik dan tidak boleh lebih dari 15 mmHg pada
diastolik ( Manuaba, 2007; h. 880). Tekanan darah akan
meningkat selama kontraksi, disertai peningkatan sistolik
rata-rata 15(10 –20) mmHg dan diastolik rata-rata 5-10
mmHg. Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran akan
meningkatkan tekanan darah (Varney, 2007; h. 686).
2) Nadi normal 80-100 x/menit. (Marmi, 2014; h. 181).
Frekuensi denyut nadi di antara kontraksi sedikit lebih
tinggi dibanding selama periode menjelang persalinan
(Varney, 2007; h. 687).
3) Suhu nomalnya 36,4 C –37,40C (Marmi, 2014; h. 181).
Selama persalinan suhu badan akan sedikit meningkat,
suhu mencapai tertinggi selama persalinan dan segera
turun setelah melahirkan. Kenaikan dianggap normal jika
tidak melebihi 0,5 – 1 0C (Varney, 2007; h. 687).
4) Respirasi : sedikit peningkatan frekuensi pernafasan masih
normal selama persalinan dan mencerminkan peningkatan
metabolisme yang terjadi (Varney, 2008; h. 687).
2. Status present : penjelasan sama dengan kunjungan
awal namun hasil bisa saja berbeda
40

2. Status obstetrikus
a. Inspeksi
1) Pemeriksaan muka, mamae, abdomen penjelasan sama
dengan kunjungan awal kehamilan namun hasilnya bisa
berbeda
2) Vulva : terdapat cairan lendir bercampur darah (JPNK-
KR.2008.hal.39).
b. Palpasi
1) Pemeriksaan Leopold I, II, III dan IV sama dengan
kunjungan awal.
2) TFU : Tidak boleh < 28 cm dan ≥ 40 cm. TFU < 28 cm
pada kehamilan aterm mengindikasikan berat bayi lahir
rendah berdasarkan perkiraan taksiran berat janin yaitu
kurang dari 2500 gram. Sedangkan TFU ≥ 40 cm dicurigai
hamil kembar atau bayi besar (makrosomia) (Varney, 2008;
h.693).
3) Kontraksi uterus
Fase laten : kontraksi lebih stabil seiring peningkatan
frekuensi, durasi, dan intensitas. Kontraksi terjadi tiap 10-20
menit lamanya berlangsung 15-20 detik , frekuensi minimal
dua kali kontraksi dalam 10 menit .
Fase aktif : kontraksi menjadi lebih sering, dengan durasi
yang lebih panjang dan intensitas lebih kuat. Kontraksi
biasanya muncul setiap dua sampai tiga menit, lamanya
berlangsung sekitar 60 detik, dan dengan intensitas yang
kuat (Varney, 2007; h. 676).
4) Pemeriksaan DJJ dilakukan tiap 1 jam pada fase laten,tiap
30 menit sekali pada fase aktif. DJJ normal 120-160 x/menit
(Kemenkes, 2013; h.37) .
5) Penurunan bagian terbawah janin
Tabel 2.14 Nilai Penurunan dengan Perlimaan Jari
5/5 Jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas
simfisis pubis
4/5 Jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah
memasuki pintu atas panggul
3/5 Jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul
2/5 Jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin
masih berada diatas simfisis dan 3/5 bagian telah
turun melewati bidang tengah rongga panggul
1/5 Jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian
terbawah janin yang berada diatas simfisis dan 4/5
bagian telah masuk ke dalam rongga panggul
0/5 Jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba
dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah
janin sudah masuk kedalam rongga panggul
(JNPK-KR,2008;h:44)
4. Pemeriksaan dalam
1) Vulva/vagina untuk mengevaluasi ketebalan, panjang, dan
kemampuan meregang (Varney, 2008, h. 694).
2) Serviks : Menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya
bertambah, bisa bercampur darah (bloody show).Pembukaan
sudah sejauh mana, kala 1 dibagi menjadi 2 yaitu fase laten
dengan pembukaankurang dari 4 cm selama 8 jam dan fase
41

aktif yaitu pembukaan 4 sampai 10 cm. Biasanya pembukaan


serviks selama fase aktif sedikitnya 1cm/jam. Efficement 0-
100% (JNPK- KR, 2008 ; h. 66).
3) Kulit ketuban
U :Selaput utuh.
J :Selaput pecah, selaput ketuban jernih.
M : Air ketuban bercampur mekonium.
D : Air ketuban bercampur darah (JNPK-KR.2008;hal.60).
4) Dalam keadaan normal, presentasi janin adalah belakang kepala
(Prawirohardjo, 2010; h. 582).
5) POD (point of direction) : Posisi merupakan indikator untuk
menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan,
kiri, depan, atau belakang terhadap sumbu ibu.Misalnya pada
presentasi belakang kepala dengan penunjuk ubun-ubun kecil
yaitu UUK kiri/kanan depan, UUK kiri/kanan lintang, UUK
kiri/kanan belakang (Prawirohardjo, 2010; h.209).
6) Penyusupan (molase) tulang kepala janin :
0 Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dapat dipalpasi.
1 Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi
masih dapat dipisahkan.
3 Tulang tulang kepala janin tumpang tindik dan tidak dapat
dipisahkan (JNPK-KR.2008;hal.61).
7) Penurunan bagian terbawah janin
Bidang bidang hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai
dimana bagian terendah janin turun kepanggul pada proses
persalinan. Bidang hodge tersebut antara lain:
Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan
bagian atas simfisis dan promontorium
Hodge II: bidang yang sejajar hodge I setinggi bagian bawah
simfisis
Hodge III: bidang yang sejajar hodge I setinggi bagian spina
ischiadika
Hodge IV: bidang yang sejajar hodge I setinggi bagian tulang
koksigis (Sulistyawati.2010;hal.20).
Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan penunjang hasil bisa berbeda
tetapi nilai normal dan penjelasan sama dengan kehamilan. Misalnya
pemeriksaan Hb dan protein urin jika ada indikasi (Kemnekes RI; h.
27-28).
A Diagnosa kebidanan
Ny. A umur ….. tahun G… P… A… umur kehamilan ….. minggu
janin tunggal hidup intrauterin presentasi belakang kepala puka/puki
inpartu kala II.
Masalah : tidak ada
Diagnosa Potensial : tidak ada
Kebutuhan Segera : tidak ada
P Tanggal/ jam :
Penatalaksanaan persalinan kala I, yaitu:
1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberikan informed consent atas tindakan yang akan dilakukan.
Hasil : Ibu/ wali sudah menandatangani informed consent.
3. Memberi dukungan dan dengarkan keluhan ibu. Menganjurkan ibu
untuk miring ke kiri, menganjurkan berjalan atau beraktivitas
42

ringan sesuai kesanggupannya, menganjurkan suami atau keluarga


memijat punggung atau membasuh muka ibu, mengajari teknik
bernafas.
Hasil : ibu dan keluarga bersedia melakukannya atau tidak
4. Menjaga privasi ibu.
Hasil : Pintu, jendela, atau tirai sudah tertutup atau belum
5. Mengijinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluanya setelah
buang air kecil/besar
Hasil : ibu bersedia melakukanya
6. Menjaga kondisi ruangan sejuk, untuk mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
Hasil : tindakan telah dilakukan
7. Memberi minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
Hasil : Ibu bersedia minum atau tidak.
8. Menyarankan ibu berkemih sesering mungkin.
Hasil : Frekuensi BAK dan jumlah urine yang keluar.
9. Memantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan
asv.
Tabel 2.14 : Penilaian dan Intervensi Kala I
Parameter Frekuensi pada Frekuensi pada kala satu
kala satu fase fase aktif
laten
TD Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap30-60 menit Setiap 30-60 menit
DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaan Setiap 4 jam Setiap 4 jam
cervix
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Warna Setiap 4 jam Setiap 4 jam
cairan
amnion
(JNPK-KR, 2008; h.57-61)
Hasil :Terlampir di partograf (kemenkes 2013;h. 36-37).

b. Catatan Catatan Perkembangan Pada Ibu Hamil Kala II

Nama : Hari, Tanggal :


Umur : Jam :
S Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi,
ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/atau
vaginanya (JNPK-KR, 2009; h. 79).
43

O 1. Tanda dan gejala kala dua : perineum menonjol, vulva-vagina dan


sfingter ani membuka, meningkatnya pengeluaran lender bercampur
darah (JNPK-KR, 2008; h. 79).
a. Palpasi
1) Kandung kemih : Normalnya kosong, kandung kemih yang
penuh dapat mengganggu penurunan kepala janin (JNPK-
KR, 2008; h 80).
2) Kontraksi selama kala II terjadi secara sering, kuat dan
sedikit lebih lama yaitu sekitar tiap 2 menit berlangsung
selama 60 sampai 90 detik, intensitas kuat dan menjadi
ekspulsif secara alamiah (Varney, 2007; h. 752).
b. Auskultasi : DJJ normal 120-160 x/menit
2. Pemeriksaan Dalam :
a. pembukaan serviks lengkap 10 cm (JPNK-KR, 2008;h.79).
b. ketuban : normalnya setelah pembukaan lengkap ketuban akan
pecah spontan (Manuaba, 2007; h.283), warna cairan ketuban jika
selaputnya udah pecah yaitu jernih(JNPK-KR, 2008;h. 97).
c. presentasi normalnya belakang kepala
d. POD normalnya UUK di segmen depan yaitu UUK depan, kanan
depan dan kiri depan (Saifuddin, 2010; h.582; h. 210).
e. Penurunan kepala di Hodge III+ atau Hodge IV
f. tidak ada moulase (0)
A Diagnosa kebidanan
Ny. A umur ….. tahun G… P… A… umur kehamilan ….. minggu janin
tunggal hidup intrauterin presentasi belakang kepala puka/puki inpartu
kala II.
Masalah : tidak ada
Diagnosa Potensial : tidak ada
Kebutuhan Segera : tidak ada
P Tanggal/ jam :
Penatalaksanaan persalinan kala II berdasarkan 60 Langkah APN ,
langkah 1-27yaitu:
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Hasil : ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memeriksa tanda gejala kala II, yaitu ibu mempunyai keinginan
untuk meneran, ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan atau vagina, perineum menonjol dan menipis, vulva
vagina dan sfingter ani membuka
Hasil : terdapat tanda dan gejala kala II
3. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali
pakai 3 ml ke dalam wadah partus set.
Hasil : perlengkapan sudah lengkap.
4. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik bersih, sepatu
tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan kacamata.
Hasil : APD telah dipakai
5. Melepaskan semua perhiasan pada lengan lalu cuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan
Hasil : tindakan telah dilakukan
6. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
Hasil : Sarung tangan sudah dipakai
7. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin 10 unit dan letakkan kembali spuit tersebut di partus set.
Hasil : Oksitosin telah/belum siap.
44

8. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati


dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi.
Hasil : Vulva dan perineum sudah dibersihkan
9. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
Hasil : DJJ dalam batas normal/tidak
10. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya.
Hasil : ibu mengetahui bahwa pembukaan sudah lengkap
11. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ia merasa nyaman). Anjurkan ibu untuk cukup minum.
Hasil : Ibu dalam posisi sesuai yang diinginkan dan sudah merasa
nyaman.
12. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran. Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak
sesuai, nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai. Menganjurkan ibu
untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
Hasil : Ibu bersedia meneran.
13. Menganjurkan ibu untuk berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
60 menit.
Hasil : ibu sudah dalam posisi yang nyaman
14. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5- 6 cm.
Hasil ; Handuk bersih sudah diatas perut ibu.
15. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
Hasil : Kain bersih sudah siap.
16. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan.
Hasil : Alat dan bahan sudah siap
17. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
Hasil : Sarung tangan sudah dipakai
18. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, melindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering,
sementara tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Hasil : Kepala bayi telah lahir.
19. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin,
Hasil : ada lilitan/tidak,
20. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
Hasil : kepala bayi sudah melakukan putaran paksi luar.
21. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, memegang secara
biparental. Menganjurkan kepala ibu untuk meneran saat kontraksi,
dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Hasil : Bahu bayi sudah lahir.
22. Setelah kedua bahu lahir, menggeser tangan bawah ke arah perineum
ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan
45

siku sebelah atas.


Hasil : Badan dan lengan bayi telah lahir.
23. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke
arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin).
Hasil : Seluruh badan bayi lahir
24. Penanganan bayi baru lahir
1) Melakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan
berikut untuk menilai apakah ada asfiksia bayi:
a) Apakah bayi menangis atau bernapas dan/ atau tidak
megap-megap?
b) Apakah tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif?
c) Apakah warna kulit kemerahan atau pucat ?
Hasil : Kehamilan cukup bulan, bayi menangis atau menangis
dan tidak megap-megap, serta tonus otot baik dan bayi bergerak
aktif
25. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat
diantara dua klem tersebut
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainya
c. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan
Hasil : tali pusat telah dipotong dan diikat
26. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk atau kain yang kering.
Hasil : bayi sudah dikeringkan
27. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke
kulit bayi. Luruskan bahu bayi sehingga menempel didada/perut
ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan
posisi lebih rendah dari putting payudara ibu. Selimuti bayi dan ibu
dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.
Hasil : bayi berada diatas perut ibu
28. Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain
diuterus
Hasil : bayi tunggal

c. Catatan Perkembangan Pada Ibu Hamil Kala III

Nama : Hari, Tanggal :


Umur : Jam :
S 1. Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir
2. Pasien mengatakan bahwa ia merasa mulas dan ingin meneran
3. Pasien mengatakan bahwa plasenta belum lahir
(Sulistyawati.2010;hal.165).
O 1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
2. Status Obstetrik
a. TFU: Setelah bayi lahir, TFU berada setinggi pusat, keras serta
46

tidak ada bayi kedua (Rukiyah, 2009; h. 143).


b. Uterusharus berkontraksi efektif, teraba padat dan keras
c. Kandung kemih :Keadaan kandung kemih kosong (Rukiyah,
2009; h. 183).
d. Tali pusat tampak di depan vulva (Varney, 2007; h. 837).
A Diagnosa kebidanan
Ny. A umur ….. P … A … inpartu kala III
Masalah : Tidak ada
Diagnosa Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera :Tidak ada
P Tanggal/ jam :
Penatalaksanaan persalinan kala III 60 Langkah APN, langkah 28-43
yaitu:
1. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir.
Hasil : ibu bersedia disuntik
2. Suntikan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas
bagian distal lateral. (melakukan aspirasi sebelum menyuntikan
oksitosin)
Hasil : oksitosin sudah disuntikkan.
3. Melakukan penegangan tali pusat terkendali :
a. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5–10 cm
dari vulva.
b. Menunggu uterus berkontraksi
c. Kemudian tangan kanan yang memegang klem ditali pusat
melakukan penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan
lembut tanpa menariknya. Tangan kiri melakukan dorso kranial
dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio
uteri
Hasil : tampak ada tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu semburan
darah
4. Setelah plasenta terlepas minta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti sumbu
jalan lahir sambil tetap meneruskan tekanan berlawanan arah pada
uterus.
Hasil : sudah dilakukan
5. Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem hingga berjarak
5-10 cm dari vulva
Hasil : tali pusat bertambah panjang dan klem sudah dipindahkan
6. Jika plasena tidak lepas setelah 15 menit setelah menegangkan tali
pusat, memberi dosis ulang oksitosin 10 IU, mengulangi penegangan
tali pusat 15 menit berikutnya dan segera rujuk pasien jika plasenta
tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
Hasil : plasenta sudah lepas dan tampak diintroitus vagina
7. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu ( terasa ada tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
Hasil : plasenta telah lahir pikul ..
8. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada
fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler
menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras)
Hasil : fundus teraba keras.
9. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan
47

kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput


ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam kantong plastik
yang bersedia.
Hasil : Plasenta lengkap, dan sudah dimasukkan pada tempatnya.
10. Menilai perdarahan dan mengevaluasi kemungkinan laserasi pada
vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan.
Hasil : Perdarahan ... cc, ada/ tidak laserasi.
Tabel 2.16 : Derajat robekan/ laserasi
Derajat Penjelasan
1 Laserasi pada mukosa vagina, komisura
posterior dan kulit perineum
2 Laserasi pada mukosa vagina, komisura
poosterior, kulit perineum, otot perineum
3 Laserasi pada mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum, sampai
sfingter ani
4 Laserasi pada mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum, otot
sfingter ani, dan dinding depan rectum
Kewenangan bidan adalah melakukan penjahitan derajat 1 dan 2.
Teknik jahitan menggunakan teknik jelujur ( JNPKR-KR, 2008;
h.115) dan memberikan anestesi lokal dengan lidokain 1% (JNPK-
KR. 2008; h. 178).

d. Catatan Perkembangan Pada Ibu Hamil Kala IV

Nama : Hari, Tanggal :


Umur : Jam :
S Ibu mengatakan bahwa ari-arinya sudah lahir
Ibu mengatakan perutnya mulas
Ibu mengatakan merasa lelah tapi bahagia (Sulistyawati, 2010;h. 239).
O 1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum, normalnya baik
Kesadaran normalnya composmentis
Tanda tanda vital : TD, nadi, suhu dan pernapasan hasil dapat
berbeda namun nilai normal dan penjelasan sama seperti persalinan
kala I.
2. Status obstetrik
Plasenta lahir pukul …….
a) Mamae : sudah keluar kolostrum atau belum
b) Uterus yang berkontraksi normal haruslah keras ketika disentuh,
jika tidak akan terjadi perdarahan post partum karena atonia uteri
(Varney, 2007; h. 836).
c) Kandung kemih :Pastikan kandung kemih tidak penuh.Kandung
kemih yang penuh menyebabkan uterus bergeser, menghambat
kontraksi dan memungkinkan meningkatkan perdarahan (Varney,
2007; h. 836).
d) TFU : evaluasi TFU dilakukan dengan meletakkan jari tangan
secara melintang dengan pusat sebagai patokan, umumnya fundus
uterus setinggi atau beberapa jari dibawah pusat (Sulistyawati,
2010;h. 182).
48

e) Perdarahan : normalnya kurang dari 500 cc.


f) Perineum : periksa luka robekan pada perineum dan vagina yang
membutuhkan jahitan (Saifuddin, 2009;h. 119).
A Diagnosa kebidanan
Ny. A umur ….. tahun P … A … inpartu kala IV
Masalah : Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai hasil pengkajian
Diagnosa Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada
P Tanggal/jam :
Penatalaksanaan Kala IV sesuai 60 langkah APN langkah 44-60, yaitu
1. Jika terdapat laserasi maka dilakukan penjahitan untuk mengatasi
perdarahan aktif
Hasil : dilakukan penjahitan pada laserasi derajat 1 dan 2
2. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5% dan membilasnya dengan air DTT kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk
Hasil : sudah dilakukan
3. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
Hasil : kontraksi uterus baik dan tidak terjadi perdarahan
4. Pastikan kandung kemih kosong agar kontraksi tidak tergangggu
Hasil : kandung kemih kosong
5. Mengajarkan ibu dankeluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi, mewaspadai tanda bahaya ibu, serta kapan harus
memanggil bantuan medis.
Hasil : ibu dan keluarga mengerti cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
6. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
Hasil : jumlah kehilangan darah tidak lebih dari 500 cc
7. Memberikan asuhan pada BBL setelah kontak kulit ibu dan bayi
selesai
Hasil : menimbang mengukur bayi, memberi salep atau tetes mata
antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1% atau bioticalain) Menyuntikan
Vitamin K1 1mg (0,5 mg untuk sediaan 2 mg/ml) IM dipaha kiri
anterolateral bayi.Memastikan suhu tubuh bayi normal (36,5-
37,5)Memberikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi
nama ayah dan ibu, jam waktu lahir, jenis kelamin, dan tanda lahir
jika ada.Melakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan
dan tanda bahaya pada bayi.
Hasil : asuhan bayi baru lahir sudah dilakukan
8. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan imunisasi hepatitis
B dipaha kanan anterolateral bayi.
Hasil : bayi sudah mendapat imunisasi Hepatitis B dipaha kanan
anterolateral
9. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60x/menit) serta suhu tubuh bayi normal (36,5-
37,5oC)
Hasil : bayi bernafas normal
10. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit), cuci dan bilas peralatan
setelah didekontaminasi)
Hasil : peralatan sudah dicuci dan didekontaminasi
11. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
49

Hasil : bahan yang terkontaminasi sudah dimasukkan ke dalam


tempat sampah yang sesuai.
12. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT, membersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
bersih dan kering.
Hasil : Ibu telah bersih dan memakai pakaian bersih dan kering.
13. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
Hasil : Ibu sudah merasa nyaman dan keluarga bersedia membantu
apabila ibu ingin minum.
14. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
Hasil : Dekontaminasi tempat telah dilakukan.
15. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
selama 10 menit
Hasil : Sarung tangan sudah dimasukkan ke dalam larutan klorin.
16. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Hasil : Sudah mencuci tangan
17. Melengkapi partograf
Hasil : Partograf sudah dilengkapi (Kemenkes, 2013;h.47-49)
18. Melakukan pemantauan kala IV
Tabel 2.17: Pemantauan kala IV
Parameter Waktu pemantauan
Kontraksi, Setiap 2-3 kali dalam 15 menit
Perdarahan pertama pasca salin
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama
pasca salin
Setiap 20-30 menit pada jam kedua
pasca salin
Tekanan darah, Setiap 15 menit selama 1 jam pertama
nadi, kandung pasca salin
kemih Setiap 30 menit selama jam kedua
pasca salin
Suhu Setiap jam selama 2 jam pertama
pasca salin
Hasil : pemantauan telah dilakukan

4. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dan KB

a. Catatan Perkembangan Pada Ibu Nifas 6 jam – 3 hari

Nama Pasien : Hari, Tanggal :

Umur : Jam :

S Keluhan utama : untuk mengetahui keluhan utama yang dirasakan ibu


setelah melahirkan, ketidaknyamanan fisik yang dialami Ibu seperti rasa
mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan (Marmi, 2011; h.
180). Ibu akan mengalami fase Taking In dimana ibu akan lebih focus
kepada dirinya sendiri dan akan berulang kali menceritakan proses
persalinannya (Bahiyatun, 2009; h.114).
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari :
50

1. Pola nutrisi: Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari, diet seimbang


(cukup protein, mineral dan vitamin), minum minimal 3 liter/hari,
suplemen vitamin A 1 kapsul 200.000 IU diminum 24 jam kemudian
(Kemenkes RI, 2013; h. 51).
2. Pola menyusui: Menyusui tidak dibatasi (ASI on demand)
(Kemenkes, 2013; h. 58).
3. Pola istirahat: seorang wanita yang dalam masa nifas dan menyusui
memerlukan waktu lebih banyak untuk istirahat karena sedang dalam
proses penyembuhan, terutama organ-organ reproduksi dan untuk
kebutuhan menyusui bayinya. Ibu dianjurkan untuk tidur saat bayi
tertidur (Bahiyatun, 2009, h. 82). Istirahat malam 6-8 jam sehari dan
siang 1- 2 jam sehari (Sulistyawati, 2009; h. 93).
4. Pola eliminasi: Untuk mengetahui frekuensi berkemih dan buang air
besar. Berkemih harus 4-8 jam pertama dan minimal sebanyak 200
cc. Buang Air Besar biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah
melahirkan (Bahiyatun, 2009; h. 77).
5. Hygiene : pada masa postpartum, seorang ibu akan rentan terhadap
infeksi. Ibu cebok dari arah depan ke belakang dan mencuci daerah
anusnya terakhir, mengganti pembalut sedikitnya 2x/hari. Anjurkan
Ibu untuk selalu untuk menjaga kebersihan tubuh, pakaian, tempat
tidur dan lingkungannya (Bahiyatun, 2009; h. 77-82).
O 1. Keadaan umum :Untuk mengetahui keadaan ibu secara umum, nifas
normal biasanya baik (Marmi,2011;h.181).
2. Kesadaran : Kesadaran ibu nifas normal adalah composmentis atau
sadar sepenuhnya (Manuaba,2007;h.161).
3. Keadaan emosional : Untuk mengetahui apakah kejadian emosional
stabil atau tidak dan apakah terjadi post partum blues (depresi) pada
post partum pada klien tersebut. Pada ibu nifas normal keadaan
emosional stabil (Marmi,2011;h.181).
4. Tanda-tandavital :
a. Tekanan darah : tekanan darah normal sistolik antara 90-120
mmHg dan diastolik antara 60-80 mmHg. Pasca persalinan
normal tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan
darah menjadi lebih rendah pasca persalinan bisa diakibatkan oleh
perdarahan, sedangkan perubahan tekanan darah menjadi lebih
tinggi pasca persalinan merupakan tanda dari preeklampsia
postpartum (Rukiyah, 2011; h. 69).
b. Nadi : nadi normal 80-100 x/menit (Marmi, 2012; h. 181).
c. Respirasi : respirasi normal 16-20 x/menit (Marmi, 2012; h. 181).
Bila pernafasan ibu postpartum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok (Rukiyah, 2011; h. 69).
d. Suhu : suhu normal 36,4-37,4°C (Marmi, 2012; h. 181). Pasca
melahirkan suhu tubuh naik ±0,5°C dari normal. Kenaikan ini
diakibatkan oleh kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan
cairan maupun kelelahan (Rukiyah, 2011; h. 68).
5. Status Present
a. Kepala : Mesochepal, rambut bersih, tidak rontok (Marmi, 2012;
h.181).
b. Mata : Kelopak mata ada edema atau tidak, konjungtiva merah
muda atau pucat, sclera putih atau tidak (Marmi, 2012; h. 181).
c. Hidung : tidak ada polip (Marmi, 2012;h. 182).
d. Mulut : tidak sianosis (Marmi, 2012; h. 181).
e. Telinga : tidak hiperserumen (Marmi, 2012; h. 182).
f. Leher : tidak ada pembesaran limfe dan tiroid (Marmi, 2012; h.
182).
51

g. Dada : tidak ada retraksi dinding dada (Marmi, 2012; h. 181).


h. Abdomen : tidak ada bekas luka operasi (Marmi, 2012; h. 181).
i. Ekstremitas : Adanya varises atau tidak, normalnya refleks patella
positif (Marmi, 2012; h. 182).
6. Status Obstetrik
a. Muka : mengkaji edema sebagai tanda preeklampsia
b. Payudara: bentuk simetris, putting susu menonjol, pengeluaran
colostrum (Marmi, 2012; h.181). Apakah terdapat benjolan,
pembesaran kelenjar atau abses (Bahiyatun, 2009; hal. 103).
c. Abdomen: Pada ibu nifas normal 6 jam, TFU 2 jari dibawah
pusat, kontraksinya baik, konsistensinya keras, dan posisi di
tengah (Marmi, 2014; h.182). Kandung kemih para ibu nifas
normal kandung kemih tidak teraba (Marmi, 2012; h. 182).
d. Genetalia :
1) Perineum : untuk mengetahui apakah ada bekas jahitan atau
tidak, juga tentang jahitan perineum klien. Pada nifas
normal perineum bisa juga terdapat bekas jahitan bisa juga
tidak ada, perineumnya bersih atau tidak (Marmi, 2011; hal.
182). Pada ibu nifas dengan laserasi perineum, nifas 6 jam
luka jahitan masih basah dan terasa nyeri (Bahiyatun, 2009;
h. 78).
2) Lokhea : lokhea rubra berwarna merah karena mengandung
darah. Ini adalah lokia pertama yang mulai keluar segera
setelah pelahiran dan terus berlanjut selama dua hingga tiga
hari pertama pasca partum. Lokia rubra mengandung darah
dan desidua (Varney, 2008; h. 960). Jumlah kurang lebih 50
cc dan konsistensi encer (Marmi, 2014; h. 182).
e. Ekstremitas bawah :
1) Edema : ada atau tidak
2) Kekakuan otot dan sendi: ada atau tidak
3) Kemerahan: ada atau tidak
4) Varises: ada atau tidak
5) Reflek patella: kanan kiri +/-, normalnya + (Mochtar, 1998
dalam Marmi, 2011; hal.182).
9. Pemeriksaan Penunjang
Hb ibu nifas normal 11 gr % (Marmi, 2011; hal. 182).
A Diagnosa: Ny. … umur … tahun P...A...6 jam-3 hariPostPartum.
Masalah : Normalnya tidakadamasalah.
DiagnosaPotensial:Pada nifas normal biasanya tidak ada diagnosa
potensial
Kebutuhan segera:Pada nifas normal biasanya tidak ada diagnosa
potensial, sehingga tidak perlu tindakan segera.
P Tanggal/jam :
1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan.
Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan Ibu untuk istirahat cukup untuk memulihkan tenaga.
Hasil : Ibu bersedia untuk istirahat cukup.
3. Menganjurkan Ibu untuk mobilisasi secara bertahap.
Hasil : Ibu sudah mulai mobilisasi.
4. Menganjurkan Ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama pada
daerah perineum untuk mencegah infeksi dan mempercepat
penyembuhan. Dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah
genitalia dengan air bersih dan sabun dengan mencuci bagian depan
baru kemudian daerah anus. Sebelum dan sesudahnya dianjurkan
untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya diganti 2x sehari
52

(Walyani, 2015; h. 115).


Hasil : Ibu bersedia melakukannya.
5. Memberikan penjelasan tentang manfaat ASI yang mengandung
bahan yang diperlukan oleh bayi, mudah dicerna, memberikan
perlindungan terhadap infeksi serta hemat biaya.
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
6. Memberikan informasi tentang perawatan payudara yaitu menjaga
payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu dan
menggunakan BH yang menyokong payudara (Bahiyatun, 2009; h.
111).
Hasil : Ibu mengerti dengan informasi yang diberikan.
7. Memberi penkes tentang tanda bahaya masa nifas yaitu perdarahan
pervaginam yang sangat banyak, pengeluaran pervaginam berbau
busuk, pembengkakan di wajah atau tangan, demam, muntah, rasa
sakit waktu BAK, payudara menjadi merah, panas dan sakit,
kehilangan nafsu makan dalam waktu lama, rasa sakit, merah dan
pembengkakan pada kaki, merasa tidak mampu merawat bayi.Jika
ibu menemui salah satu atau lebih dari gejala tersebut, diharapkan
untuk segera ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Hasil: ibu mengerti penjelasan bidan (Marmi, 2012; h. 161-168).
8. Memberitahu ibu untuk makan yang banyak dan bergizi seperti lauk-
pauk dan sayur-sayuran agar produksi ASI tetap banyak dan
mempercepat penyembuhan luka perineum.
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan nasehat dari bidan.
Berdasarkan Jurnal Kebidanan (Endah, dkk, 2015) tentang
“Hubungan Konsumsi Makanan Protein Hewani pada Ibu Nifas
dengan Penyembuhan Luka Perineum di Wilayah Kerja Puskesmas
Klaten Tengah di Kabupaten Klaten, ditemukan hasil bahwa ibu yang
mengkonsumsi makanan protein hewani pada masa nifas dapat
mempengaruhi penyembuhan luka perineum
9. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang KB MKJP
(Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yaitu KB IUD
a. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
1) Keuntungan : efektif segera setelah pemasangan, 10 tahun
proteksi, tidak ada efek samping hormonal, tidak
mempengaruhi volume ASI (Saifuddin, 2010 ; h. MK-75).
2) Kerugian : Perubahan siklus haid (umumnya 3 bulan pertama
dan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak,),
saat haid lebih sedikit, tidak mencegah IMS, petugas kesehatan
terlatih yang harus melepaskan AKDR, AKDR sering keluar
dari uterus apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan
(Saifuddin, 2010 ; h. MK-75).
3) Yang tidak boleh menggunakan AKDR
a) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
b) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat
dievaluasi)
c) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita
PRP atau abortus septik
d) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak
rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri
e) Kanker alat genital
f) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Saifuddin, 2010 ; h.
MK-77).
4) Kontraindikasi pemasangan post-plasenta ialah ketuban pecah
lama, infeksi intrapartum, perdarahan postpartum.
53

Hasil : Ibu sudah paham dengan yang dijelaskan bidan tentang KB


IUD
10) Memberikan terapi obat vitamin A 2 kapsul, 1 kapsul 200.000 IU
diminumsegera setelah lahir , 1 diminum 24 jam kemudian dan tablet
Fe 60 mg diminum setiap hari sampai 40 haripascapersalinan
(Kemenkes RI, 2013; h.51).
Hasil : suplemen sudah diberikan kepada Ibu.
11) Menganjurkan ibu untuk melakukan kontrol/kunjungan masa nifas
setidaknya 3 kali, yaitu 6 jam-3 hari setelah persalinan, 4-28 hari
setelah persalinan, 29-42 hari setelah persalinan (Kemenkes, 2015; h.
138-139).
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.
12) Mendokumentasikan hasil asuhan yang diberikan
Hasil : Dokumentasi telah dilakukan

b. Catatan Perkembangan Pada Ibu Nifas 4 hari – 28 hari

Nama Pasien : Hari, Tanggal :

Umur : Jam :

S 1. Keluhan utama untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu


setelah melahirkan (Marmi, 2011; h.180). Pada periode Taking Hold
yang berlangsung dalam 3 sampai 10 hari setelah melahirkan, ibu
mengalami kekhawatiran terhadap ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawab dalam perawatan bayinya, ibu lebih sensitif
sehingga mudah tersinggung (Handayani, 2016; h. 26).
2. Pola Sehari-hari
Pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktivitas, personal hygiene
penjelasan secara teori masih sama seperti kunjungan nifas 6 jam-3
hari namun hasilnya bisa berbeda.
O 1. Pemeriksaan umum :
a. Keadaaan umum : nifas normal biasanya
baik(Marmi,2011;h.181).
b. Kesadaran : composmentis atau sadar sepenuhnya
(Manuaba,2007;h.161).
2. Tanda-tanda vital : penjelasan secara teori masih sama dengan
kunjungan nifas 6 jam akan tetapi hasilnya bisa berbeda
3. Status Present: Pemeriksaan sama seperti kunjungan nifas 6 jam
namun hasil bisa berbeda.
4. Status Obstetrik
a. Muka : mengkaji edema sebagai tanda preeklamsia
b. Payudara: Air susu peralihan disekresi dari hari ke-4 sampai
hari ke-10 dari masa laktasi (Bahiyatun, 2009; hal.12). Apakah
terdapat benjolan, pembesaran kelenjar atau abses (Bahiyatun,
2009; hal. 103).
c. Abdomen: Pada ibu nifas normal 6 hari postpartum TFU
pertengahan pusat dan simpisis (Marmi, 2014; h.86). Kontraksi
normalnya baik, dan konsistensinya keras (Marmi, 2014; h.
181).Kandung kemih para ibu nifas normal kandung kemih
tidak teraba (Marmi, 2012; h. 182).
d. Genetalia : Luka perineum akan sembuh dalam waktu 7 hingga
10 hari (Bahiyatun, 2009; h 78). Lokhea ini berhenti sekitar
54

tujuh hingga delapan hari kemudian dengan warna merah


muda, kuning, atau putih hingga transisi menjadi lokia alba.
Lokia serosa mengandung cairan serosa, jaringan desidua,
leukosit dan eritrosit (Varney, 2008; h. 960).
e. Ekstremitas bawah, dikaji apakah ada varises, warna
kemerahan pada betis atau edema (Bahiyatun, 2009; h. 105).
A Diagnosa:Ny. … umur … tahun P...A...4-28 hariPostPartum.
Masalah: Normalnya tidak ada masalah.
DiagnosaPotensial: Pada nifas normal biasanya tidak ada diagnosa
potensial
Kebutuhan segera:Pada nifas normal biasanya tidak ada diagnosa
potensial, sehingga tidak perlu tindakan
segera.
P Tanggal/jam :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada Ibu
Hasil : Ibu mengetahui mengenai hasil pemeriksaannya
2. Menganjurkan Ibu untuk istirahat cukup untuk memulihkan
tenaga.
3. Hasil : Ibu bersedia untuk istirahat cukup.
4. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI nya kepada bayinya
Hasil : Ibu bersedia mengikuti saran yang diberikan
5. Mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi.
Hasil : Ibu memahami penjelasan bidan.
6. Memberitahu Ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu
kemudian atau Ibu segera ke petugas kesehatan apabila ada keluhan.
Hasil : Ibu bersedia melakukannya.
7. Mengingatkan ibu untuk menggunakan KB IUD pada usia nifas
sebelum 40 hari
Hasil : Ibu bersedia melakukannya.
8. Mendokumentasikan asuhan yang telah dilakukan
Hasil : Dokumentasi telah dilakukan.

c. Catatan Perkembangan Pada Ibu Nifas 28 hari – 42 hari

Nama Pasien : Hari, Tanggal :

Umur : Jam :

S 1. Keluhan utama untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu setelah


melahirkan (Marmi, 2011; h.180). Pada periode Letting Go yang
berlangsung lebih dari hari ke 4, ibu telah mampu mengambil
tanggungjawab dan lebih mandiri terhadap perawatan bayi, telah
mampu beradaptasi pada kebutuhan bayi (Bahiyatun, 2009; h.64).
2. Pola Sehari-hari :
Pola nutrisi, elminasi, istirahat, aktivitas, personal hygiene penjelasan
secara teori masih sama seperti kunjungan nifas 6 jam-3 hari namun
hasilnya bisa berbeda.
O 1. Pemeriksaan umum :
a. Keadaaan umum : nifas normal biasanya
baik(Marmi,2011;h.181).
b. Kesadaran : composmentis atau sadar sepenuhnya
(Manuaba,2007;h.161).
55

2. Tanda-tanda vital : penjelasan secara teori masih sama dengan


kunjungan nifas 6 jam akan tetapi hasilnya bisa berbeda
3. Status Present: Pemeriksaan sama seperti kunjungan nifas 6 jam
namun hasil bisa berbeda.Status Obstetrik :
a. Muka : mengkaji edema sebagai tanda preeklampsia
b. Payudara: Pengeluaran ASI matur. ASI matur merupakan
cairan berwarna putih kekuningan yang berasal dari Ca-kasein,
riboflafin, dan karoten yang terdapat di dalamnya (Bahiyatun,
2009; hal.12). Apakah terdapat benjolan, pembesaran kelenjar
atau abses (Bahiyatun, 2009; hal. 103).
c. Abdomen: TFU pada 2 minggu masa nifas sudah tidak teraba.
Kandung kemih para ibu nifas normal kandung kemih tidak
teraba (Marmi, 2012; h. 182).
d. Genitalia :
1) Perineum : luka perineum telah kering (Bahiyatun, 2009; h.
87).
2) Lokhea : lokhea alba mulai terjadi sekitar hari kesepuluh
pasca partum dan hilang sekitar periode dua hingga empat
minggu. Warnanya putih krem dan mengandung leukosit dan
sel desidua (Varney, 2008; h. 960).
e. Ekstremitas bawah
1) Edema : ada atau tidak
2) Kekakuan otot dan sendi: ada atau tidak
3) Kemerahan: ada atau tidak
4) Varises: ada atau tidak
5) Reflek patella: kanan kiri +/-, normalnya + (Mochtar, 1998
dalam Marmi, 2011; hal.182).
A Diagnosa: Ny.… umur … tahun P...A...29 har i 28-42
har iPostPartum.
Masalah: Normalnya tidakadamasalah.
DiagnosaPotensial:Pada nifas normal biasanya tidak ada diagnosa
potensial
Kebutuhan segera :Pada nifas normal biasanya tidak ada diagnosa
potensial, sehingga tidak perlu tindakan segera.
P Tanggal/jam :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif pada
bayinya sampai umur 6 bulan
Hasil : ibu bersedia memberikan ASI eksklusif
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang hubungan seksual
Hasil : Ibu mengerti kapan melakukan hubungan seksual.
4. Mengingatkan Ibu untuk istirahat yang cukup, jika bayinya tidur Ibu
ikut tidur.
Hasil : Ibu mengerti, Ibu tidur malam 7 jam dan tidur siang 1 jam.
5. Mengingatkan ibu tentang KB MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang) dan menggunakan KB IUD sebelum 40 hari
a. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
1) Keuntungan : efektif segera setelah pemasangan, 10 tahun
proteksi, tidak ada efek samping hormonal, tidak
mempengaruhi volume ASI (Saifuddin, 2010 ; h. MK-75).
2) Kerugian : Perubahan siklus haid (umumnya 3 bulan pertama
dan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak,),
saat haid lebih sedikit, tidak mencegah IMS, petugas kesehatan
terlatih yang harus melepaskan AKDR, AKDR sering keluar
56

dari uterus apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan


(Saifuddin, 2010 ; h. MK-75).
3) Yang tidak boleh menggunakan AKDR
1) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat
dievaluasi)
2) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita
PRP atau abortus septik
3) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak
rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri
4) Kanker alat genital
5) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Saifuddin, 2010 ; h.
MK-77).
4) Kontraindikasi pemasangan post-plasenta ialah ketuban pecah
lama, infeksi intrapartum, perdarahan postpartum.
Hasil : Ibu sudah paham dengan yang dijelaskan bidan tentang KB
IUD dan akan melakukan pemasangan KB IUD di puskesmas.
6. Mengajurkan Ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu
kemudian atau jika terdapat keluhan atau masalah pada Ibu.
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.
7. Melakukan Dokumentasi
Hasil : Dokumentasi telah dilakukan.

5. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

a. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 6 jam s/d 48 jam


Nama : Hari, Tanggal :
Umur : Jam ` :
S 1) Identitas bayi dan orang tua
a) Nama bayi
Membedakan dengan bayi lainnya, biasanya digunakan nama ibu
untuk sementara.
b) Umur bayi
Mengetahui umur bayi dari tanggal lahir, usia yang tepat
diperlukan untuk intepretasi data yang akan diperoleh dari hasil
pemeriksaan.
2) Riwayat kehamilan ibu
a. Umur kehamilan: Usia kehamilan cukup bulan adalah >37
minggu sampai dengan 42 minggu (Rukiyah, 2009; h. 2).
b. Kebiasaan selama hamil: Wanita akan membahayakan bayinya
bila merokok, memakai narkoba, minum alcohol berlebihan
selama hamil (Manuaba, 2012; h. 48).
3) Riwayat Natal
a) Tanggal lahir: Tanggal lahir bayi dan pukul berapa bayi lahir.
b) Berat badan (BB): Normal 2500-4000 gram (Kemenkes RI, 2013;
h. 54). Minggu pertama, BB turun dahulu kemudian naik kembali
dan usia 2 minggu umumnya telah mencapai berat lahirnya.
Penurunan untuk bayi baru lahir cukup bulan maksimal 10%,
untuk bayi kurang bulan maksimal 15% (Kemenkes RI, 2010; h.
19).
c) Panjang badan (PB): Panjang lahir normal 48-52 cm.(Kemenkes
RI, 2013; h. 54).
57

d) Lingkar kepala (LK) : normal 33-37 cm (Kemenkes RI, 2013; h.


54).
e) Lingkar dada (LD) : normal 30,5-33 cm (Kemenkes RI, 2013; h.
54).
f) Jenis kelamin: Laki-laki/perempuan
g) Lama persalinan kala 1 dan II: Normal, kala I fase laten 8 jam,
dan fase aktif 4 jam, Kala II 1 Jam pada multigravida dan 2 jam
pada primigravida (Kemenkes RI, 2013; h. 36).
h) Komplikasi persalinan :
Plasenta previa, solusio plasenta, ruptura uteri, atonia uteri,
retensio plasenta, ruptura perineum dan robekan dinding vagina,
persalinan lama, malpresentasi dan mal posisi, kemacetan bahu
(Prawiroharjdo, 2009; h.162-204).
4) Riwayat perintal: Penilaian apgar score
Tabel 2.18 Penilaian Apgar Score
Skor 0 1 2
Appearance Pucat Badan merah, Seluruh
(warna kulit) ekstermitas biru tubuh
kemerahan
Pulse Tidak Kurang dari Lebih dari
(frekuensi ada 100 kali/menit 100
denyut kali/menit
jantung)
Grimace Tidak Sedikit gerakan Menangis/
(reaksi bereaksi mimic batuk/bers
terhadap in
rangsang)
Activity Lemah Ekstermitas Gerakan
(tonus otot) dalam keadaan aktif
sedikit fleksi

Resporation Tidak Lemah, tidak Menangis


(usaha napas) ada teratur kuat
Sumber : (Varney, 2007; h. 976)
5) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Pola nutrisi: Bayi kemungkinan akan lapar setiap 2-4 jam
sepanjang hari (Varney, 2008; h. 897). Bayi setidaknya menyusu
10-12 kali dalam 24 jam (Bahiyatun, 2009; h. 24).
b) Pola eliminasi: Umumnya mekonium keluar dalam 24 jam setelah
lahir. Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam 24 jam setelah
lahir (Kemenkes RI, 2013; h. 54). Bayi berkemih 6 kali dalam 24
jam dan warna jernih sampai kuning muda (Bahiyatun, 2009; h.
24).
c) Pola aktifitas: Biasanya bayi akan terjaga dan tidur bergantian
(Varney, 2008; h. 891).
d) Istirahat tidur: Bayi perlu banyak tidur, sediakan lingkungan
yang nyaman dan meminimalkan gangguan atau stimulasi
(Varney, 2008; h. 897).
O 1. Pemeriksaan umumTanda-tanda Vital
a. Pernafasan : Frekuensi napas normal 40-60 kali permenit,
tidak ada tarikan dinding dada bawah yang
dalam (Kemenkes, 2013).
b. Denyut : Frekuensi normal pada bayi baru lahir normal
jantung 120-160 kali per menit (Kemenkes, 2013).
c. Suhu aksilar : Suhu normal pada bayi baru lahir adalah 36,5
58

- 37,5oC (Kemenkes, 2013).

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : untuk mengetahui ada tidaknya moulage, caput
succedanum, cephal hematoma, hidrosefalus
(Muslihatun, 2010; h. 33). Bentuk kepala
terkadang asimetris karena penyesuaian pada
saat proses persalinan, umumnya hilang dalam
48 jam, ubun-ubun besar rata atau tidak
menonjol, dapat sedikit menonjol saat bayi
menangis (Kemenkes, 2013; h. 53).
b. Mata : Normalnyatidakadakotoran/secret(Kemenkes,20
13;h.53).
c. Hidung : Normalnya datar setelah lahir dan terdapat
mucus encer putih (Wong, dkk, 2009; h. 239).
d. Mulut : Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada
bagian yang terbelah (Kemenkes, 2013; h. 53).
e. Telinga : Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak
dihubungkan dengan mata dan kepala serta
adanya gangguan pendengaran (Muslihatun,
2010; h. 33).
f. Leher : Bentuk simetris/ tidak, adakah pembengkakan
dan benjolan, hemangioma, tanda abnormalitas
kromosom dan lain-lain (Muslihatun, 2010; h.
33).
g. Dada : Bentuk dan kelainan bentuk dada, putting susu
(Muslihatun, 2010; h. 33).
h.Pulmo/
u : Apakah terdapat pernafasan dada, jumlahnya
jantung
l harus kurang dari 60 kali/menit. Frekuensi
m denyut jantung normal sekitar 120-
o 140x/menit(Wong,2009;h. 241, 248).
i. Abdomen : Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis, perdarahan tali pusat. Perut harus
tampak bulat dan bergerak secara bersamaan
dengan gerakan dada saat bernafas, kaji adanya
pembengkakan, jika perut sangat cekung
kemungkinan terdapat hernia diafragmatika, jika
perut membuncit kemungkinan karena
hepatosplenomegali, jika kembung kemungkinan
adanya omfalokel (Walyani, 2015; h. 155).
j. Genitalia : Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina
berwarna putih atau kemerahan serta labia
mayora menutupi labia minora. Bayi laki-laki
terdapat lubang uretra pada ujung penis.Pastikan
bayi sudah buang air kecil dalam 24 jam setelah
lahir (Kemenkes RI, 2013; h. 54).
k. Punggung : Normalnya kulit terlihat utuh, tidak terdapat
lubangdan benjolan pada tulang belakang
(Kemenkes RI, 2013; h. 53).
l. Anus : Normalnya terlihat lubang anus dan periksa
apakah mekonium sudah keluar, biasanya
mekonium keluar dalam 24 jam setelah lahir
(Kemenkes RI, 2013; h. 54).
m.Ekstremitas : Hitung jumlah jari tangan dan kaki. Lihat apakah
kaki posisinya baik atau bengkok kedalam atau
59

luar. Lihat gerakan ekstremitas (Kemenkes RI,


2013; h. 53).
n. Kulit : Normalnya kemerahan, terdapat verniks caseosa
dan lanugo (Rukiyah, 2010; h. 61). Periksa
adanya ikterus atau warna kuning di kulit dan
dibagian sklera mata. Kulit bayi kuning sampai
telapak tangan atau kaki dan timbul setelah lahir
<24 jam atau >14 hari menandakan bayi
mengalami ikterus patologis (Kemenkes RI,
2013; h. 28).
3. Reflek
a. Rooting : normalnya sudah baik, sentuhan atau goresan
reflek pada pipi sepanjang sisi mulut menyebabkan
bayi menolehkan kepala ke arah sisi tersebut
dan mulai menghisap. Menghilang setelah usia
3-4 bulan.
b. Sucking : Bayi melakukan gerakan menghisap kuatdi
reflek daerah sirku moral, sebagai respon terhadap
rangsang. Reflek ini menetap selama masa bayi.
c. Grasp : Normalnya sudah baik, sentuhan pada telapak
reflek tangan menyebabkan fleksi tangan bayi akan
menggenggam. Berkurang setelah usia 3 bulan,
diganti dengan gerakan volunter.
d. Moro : Normalnya sudah baik, apabila bayi diberi
reflek sentuhan mendadak terutama dengan jari dan
tangan, menimbulkan gerak terkejut seperti
memeluk. Menghilang setelah usia 3-4 bulan.
e. Tonicnec Normalnya sudah baik, apabila kepala bayi
kreflex ditengokkkan ke satu sisi, lengan dan tungkai
akan diekstensikan pada sisi tersebut, sedangkan
lengan dan tungkai sisi yang berlawanan
difleksikan. Menghilang setelah usia3-4 bulan.
f. Babinski Normalnya sudah baik, goresan sisi luar telapak
reflex kaki menyebabkan jari kaki hiperekstensi dan
dorso fleksi. Menghilang setelah usia 1 tahun
(Wong,2009;h.240).
A Diagnosa : Bayi Ny. X umur 6-48 jam neonatus cukup bulan
sesuai masa kehamilan
Masalah : Normalnya tidak ditemukan masalah
Diagnosa : Pada BBL normal tidak ditemukan diagnosa potensial
Potensial
Kebutuhan : Pada BBL normal tidak ditemukan diagnosa potensial,
Segera sehingga tidak perlu adanya tindakan segera
P Tanggal/jam :
1. Memberi tahu Ibu/keluarga mengenai hasil pemeriksaan bahwa
bayinya dalam keadaan sehat dan baik.
Hasil : Ibu/keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberikan konseling untuk mecegah hipotermi dengan cara
menyelimuti bayi dengan kain bersih dan hangat.
Hasil : Ibu mengerti dengan informasi yang diberikan.
3. Mengajarkan ibu cara merawat tali pusat yaitu Cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan perawatan tali pusat, jangan membungkus
puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan apapun
kepuntung tali pusat, Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan
bersih, sampai sisa tali pusat mengering dan terlepas sendiri, Jika
60

puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan
segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih
dan perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit
sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda
infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya kefasilitas kesehatan
Hasil : Ibu memahami mengenai informasi yang diberikan
4. Memberitahu kepada orangtua tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
dan agar merujuk segera untuk perawatan lebih lanjut jikaditemui:
Tidak mau minum atau memuntahkan semua, kejang, bergerak hanya
jika dirangsang, merintih, napas cepat (≥60kali/menit) atau napas
lambat (<30kali/ menit), tarikan dinding dada kedalam yang kuat,
teraba demam (suhu ketiak > 37.5ºC) atau teraba dingin (suhu
ketiak <36ºC), nanah yang banyak dimata, nanah keluar dari
umbilikus, kemerahan disekitar umbilikus, adanya lebih dari 10
pustula dikulit, pembengkakan, kemerahan, dan pengerasan kulit,
tampak kuning (terutama 24 jam pertama), biru, atau pucat, diare dan
perdarahan (Kemenkes,2013;h.56).
Hasil:Ibu memahami mengenai informasi yang diberikan
5. Menjelaskan kepada Ibu tanda-tanda bahwa bayi cukup mendapatkan
ASI yaitu bayi terlihat puas, penurunan berat badan tidan lebih dari
10% berat lahir pada minggu pertama, berat bdan naik paling tidak
160 gram pada minggu-minggu berikutnya atau minimal 300 gram
pada bulan pertama, bayi BAK minimal 16 kali sehari, kotoran
berubah dari warna gelap ke warna coklat terang atau kuning setelah
hari ke 3 (JNPK-KR, 2008; h. 140).
Hasil : Ibu mengerti dengan informasi yang diberikan
6. Mendokumentasikan hasil asuhan yang diberikan
Hasil : Dokumentasi telah dilakukan

b. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 3 hari s/d 7 hari

Nama : Hari, Tanggal :

Umur : Jam :
S Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1. Pola eliminasi : bayi defekasi 1 atau 4 kali perhari (Varney, 2008;
h. 897).
2. Istirahat dan tidur : seminggu pertama setelah lahir normalnya
sering tidur, rata-rata 16,5 jam perhari (Rukiyah, 2010; h. 71).
O 1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda – tanda vital : Nadi, pernapasan dan suhu nilainya bisa
berbeda namun nilai normal dan penjelasan sama seperti asuhan
neonatus kunjungan awal.
d. Pengukuran BB: dalam minggu pertama, berat bayi mungkin
turun dahulu. Penurunan berat badan maksimal untuk bayi lahir
cukup bulan maksimal 10% (Kemenkes, 2013; h.18).
2. Status present: Pemeriksaan status present penjelasan sama seperti
kunjungan awal neonatus namun hasil bisa berbeda
61

a. Abdomen : Tali pusat lepas dan kering terjadi dalam satu


sampai dua minggu, tidak ada tanda infeksi (Varney, 2008; h.
897).
b. Kulit : penjelasan sama seperti BBL 6 jam namun hasil dapat
berbeda
A Diagnosa kebidanan
Bayi Ny. X umur 3-7 hari neonatus cukup bulan sesuai masa
kehamilan.
Masalah : Tidak ada
Diagnosa potensial : Tidak ada
Kebutuhan segera: Tidak ada.
P Tanggal/jam :
1. Memberitahu Ibu/ keluarga mengenai hasil pemeriksaan.
Hasil : Ibu/keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan Ibu untuk menjaga keamanan bayi, jangan
meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu dan hindari
pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI karena bisa tersedak
(Rukiyah, 2010; h. 71).
Hasil : Ibu bersedia melakukannya
3. Mengingatkan ibu selalu memberikan stimulasi dini pada bayinya
yaitu dengan selalu menyentuh dengan penuh kasih sayang dan
mengajak bicara setiap melakukan aktivitas dengan bayinya.
Hasil: ibu bersedia memberikan stimulasi dini pada bayinya
4. Mendokumentasikan hasil asuhan yang diberikan
Hasil : Dokumentasi telah dilakukan

c. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 8 hari s/d 28 hari

Nama : Umur :

Alamat : Tanggal/Jam :

S 1. Keluhan: Dikaji keluhan pasien saat ini. Masalah yang dapat dialami
BBL antara lain bayi rewel, gumoh, cradel cap (kerak topi),
mongolion spot, milia, miliaria) (Kemenkes RI, 2013; h. 72-77).
2. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Pola Eliminasi : Penjelasan sama seperti kunjungan 6 hari namun
hasil pemeriksaan dapat berbeda
O 1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda – tanda vital : Nadi, pernapasan dan suhu nilainya bisa
berbeda namun nilai normal dan penjelasan sama seperti asuhan
neonatus kunjungan awal.
2. Status present: Pemeriksaan status present penjelasan sama seperti
kunjungan awal neonatus namun hasil bisa berbeda
3. Pengukuran BB: pada usia 2 minggu umumnya telah mencapai berat
lahirnya (Kemenkes, 2013;h.19).
62

4. Tali Pusat: Tali pusat lepas dan kering terjadi dalam satu sampai dua
minggu ( Varney, 2007; h. 897).
A Diagnosa kebidanan
Bayi Ny. X umur 8 hari – 28 hari neonatus cukup bulan sesuai masa
kehamilan.
Masalah: sesuai dengan keluhan
Diagnosa potensial: Tidak ada
Kebutuhan segera: Tidak ada
P Tanggal/jam :
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.
Hasil : Ibu/keluarga mengetahui hasilnya.
2. Menganjurkan ibu untuk meningkatkan kebersihan dan merawat kulit,
mata, serta tali pusat dengan baik.
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukannya
3. Mengingatkan agar bayi mendapatkan imunisasi pada usia 1 bulan
yaitu imunisasi BCG dan Polio.
Hasil : Ibu bersedia untuk mengimunisasikan bayinya.
4. Mengingatkan ibu selalu memberikan stimulasi dini pada bayinya
yaitu dengan selalu menyentuh dengan penuh kasih sayang dan
mengajak bicara setiap melakukan aktivitas dengan bayinya.
Hasil : Ibu bersedia melakukannya.
5. Menganjurkan Ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan
apabila ditemukan salah satu tanda-tanda bahaya pada bayinyaa
Hasil : Ibu/keluarga bersedia untuk melakukannya.
6. Melakukan dokumentasi kegiatan
Hasil:telah dilakukan sesuai perencanaan (Kemenkes,2013;h.56).

Anda mungkin juga menyukai